9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 1/27
ilmu pengetahuan adalah pencapaian terbaik dari seluruh umat manusia, sekalipun hanya dihasilkan dari
segelintir manusia saja
Rakyat Kecil Berdasi
Beranda
SENIN , 17 OKTOBER 2011
Modul benjolan pada leher skenario 2
SKENARIO 2
Wanita 45 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan massa pada leher, berbenjol-
benjol dirasakan sejak 3 bulan lalu. Benjolan dirasakan semakin membesar, berat
badan menurun. Dua minggu terakhir timbul benjolan serupa pada lipatan paha dan
ketiak.
KATA KUNCI
1. Wanita 45 tahun
2. Massa pada leher berbenjol sejak 3 bulan lalu
3. Berat badan menurun
4. Perkembangan benjolan cepat
5. 2 minggu terakhir timbul benjolan pada paha dan ketiak
PERTANYAAN
1. Jelaskan Anatomi dan Histologi organ-organ yang menyebabkan benjolan pada
leher !
2. Sebutkan Faktor-faktor yang menyebabkan massa pada leher!
3. Bagaimana Mekanisme benjolan pada leher?
4. Apa Penyebab berat badan menurun?
5. Sebut dan jelaskan Diferensial Diagnosis dari skenario !
6. Bagaimana Pemeriksaan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis?
7. Jelaskan Anamnesis tambahan yang diperlukan !
1. ANATOMI KELENJAR LIMFE DI LEHER
Gugusan superficialis berjalan mengikuti vena superficialis dan gugusan profunda
berjalan mengikuti arteria atau seringkali mengikuti vena profunda.
Gugusan superficialis membentuk suatu lingkaran pada perbatasan leher dan
kepala dinamakan lingkaran pericervicalis atau cervical Collar, meliputi l.n
occipitalis, l.n mastoideus, (l.n. retro auricularis), l.n.preauricularis (l.n.
paratideus superficialis), l.n.paratideus profundus, l.n. submandibularis dan
l.n.submentalis.
Join this sitew ith Google Friend Connect
Members (1)
Already a member? Sign in
PENGIKUT
5,792
TOTAL TAYANGAN LAMAN
Kedokteran (6)
KATEGORI
▼ 2011 (6)
► Desember (4)
▼ Oktober (2)
Modul benjolan pada leherskenario 2
Modul benjolan pada pahaskenario 2
ARSIP BLOG
alfaa ekspayer
Lihat profil
lengkapku
MENGENAI SAYA
0Bagikan Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 2/27
L.N Occipitalis Terletak pada serabut-serabut cranialis M.Trapezius, oleh V.
Occipitalis, kira-kira 2,5 cm di sebelah infero-lateralis inion. Menerima aliran limfe dari
bagian belakang kepala dan mengirimkannya kepada lymphonodi cervicales profundi
dengan melewati bagian profunda M.Sternocleidomastoideus.
L.n.pre-auricularis terletak pada glandula parotis sepanjang vena temporalis
superficialis dan vena facialis transversa. Menerima pembuluh afferen dan kepala,
auricula, palpebra dan pipi. Dan mengirim pembuluh afferent menuju l.n.cervicalis
superficialis.
L.N.Submentalis berada diantara kedua venter anterior m.digasticus, pada
permukaan inferior dari m.mylohyoideus, membawa limfe dari lidah bagian tengah (juga
apex lingua) dan dari labium inferius.
L.n.submandibularis biasanya dikelompokkan pada gugusan superficialis,
meskipun membawa drainase dari lidah dan glandula submandibulare. Lymphonodus ini
terletak pada vena facialis di sebelah caudal dari mandibula, dimana vena ini menerima
v.retromandibularis, pembuluh efferen membawa aliran limfe menuju l.n.cervicalis
profundus pars cranialis.
Masih ada limfonodus lainnya yaitu l.n.facialis yang merupakan perluasan ke
cranialis dari l.n.submandibularis dengan mengikuti vena facialis, berada pada fascies.
L.n. cervicalis anterior berada sepanjang v.jugularis anterior, menerima limfe
dari bagian tengah (linea mediana) leher dan mengalirkan limfenya menuju ke
l.n.cervicalis profundus’ gugusan ini dapat dianggap menerima afferen dari
l.n.submentalis.
L.n.cervicalis superficialis berada sepanjang v.jugularis eksterna. Menerima
aliran limfe dari kulit pada angulus mandibulae, regio parotis bagian caudal dan telinga,
dan membawa aliran limfenya menuju l.n.cervicalis profundus. Semua limfonodi akan
memberi aliran limfenya kepada l.n.cervicalis profundus. Dimana gugusan superficial
dan gugusan profunda terdapat gugusan intermedis, yang terdiri atas
§ L.n.infrahyoideus yang berada pada membrana thyreohyoidea, menerima afferen
yang berjalan bersama-sama dengan a.laryngea superior dan berasal dari larynx
dibagian cranialis plica vocalis.
§ L.n.prelaryngealis yang berada pada ligamentum cricothyreoideum, menerima limfe
dari larynx di bagian cranialis plica vocalis, berada pada vasa thyroidea superior.
§ L.n.parathrachealis yang berada pada celah di antara trachea dan oesophagus.
Menerima lymfe dari glandula thyroidea dan struktur disekitarnya, pembuluh efferennya
mengikuti casa thyroidea inferior menuju ke l.n.cervicalis profundus (dan
l.n.mediastinalis superior).
L.n cervicalis profundus terletak di sebelah profunda
m.sternocleidomastoideus sepanjang carotid sheath. Terdiri atas banyak limfonodus,
berada pada vena jugularis interna, mulai dari basis cranii sampai di sebelah cranialis
clavicula dan dibagi oleh venter inferior m.omohyoideus menjadi gugusan superior dan
gugusan inferior.
Gugusan superior atau l.n.cervicalis profundus pars superior tgerletak di
sebelah cranialis catrilago throidea, menerima afferen dari cavum cranii, regio
pterygoidea, l.n.parotideus dan l.n.submandibularis, radix lingua, pers cranio-lateralis
glandula thyroidea, larynx dan pharynx bagian caudal. Mengirimkan efferennya menuju
l.n.cervicalis profundus pars inferior. Terdapat perluasan dari l.n.cervicalis
profundus pars superior menuju ke arah medial membentuk l.n.retropharyngealis
(berada dalam spatium retrofaringeum), menerima limfe dari nasofaring, tuba auditoria
dan dari vertebra cervicalis, mengirimkan limfenya menuju kepada l.n.cervicalis
profundus pars superior dengan mengikuti vena faringealis. l.n.cervicalis profundus
pars superior dan juga dari l.n.cervicalis superficialis, pars caudalis glandula tiroidea,
larings bagian caudal, trakea pars cervicalis dan oesophagus. Pembuluh-pembuluh
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 3/27
efferen membentuk sebuah pembuluh besar ()jugular trunk dan bermuara ke dalam
ductus thoracicus (bagian kiri) serta ductus lymphaticus dexter (bagian kanan).
Pada tempat persilangan antara m.digastricus dan vena jugularis interna terdapat
l.njuguladigastricus. Gugusan limfonodus yang terletak di sebelah cranialis venter
inferior m.omohyoideus pada saat otot ini menyilangi v.jugularis interna membentuk
l.n.juguomohyoideus.
Limfatikus
Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan
tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-
pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke
KGB sehingga dari lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya.
Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa
antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen
yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan
tubuh yang lebih banyak untuk mengawasi antigen tersebut sehingga KGB membesar.
Pembesaran KGB dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang
berasal dari KGB itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit, dan histiosit atau
datangnya sel-sel radang (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di KGB (limfadenitis),
infiltrasi sel-sel ganas atau timbunan penyakit metabolit (gaucher disease).
2. Mekanisme Timbulnya Benjolan Pada LeherAda beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya benjolan pada leher seperti
trauma, infeksi, hormon, neoplasma, dan kelainan herediter. Faktor-faktor ini bekerja
dengan caranya masing-masing dalam menimbulkan benjolan. Hal yang perlu
ditekankan adalah tidak selamanya benjolan pada leher timbul karena kelainan yang ada
pada leher. Tidak jarang kelainan itu justru berasal dari kelainan sistemik seperti
limpoma dan TBC.
Hampir semua struktur yang ada pada leher dapat mengalami benjolan entah itu
kelenjar paratiroid, tiroid dan getah bening, maupun benjolan yang berasal dari struktur
jaringan lain seperti lemak , otot, dan tulang.
Infeksi dapat menyebabkan timbulnya benjolan pada leher emlalaui beberapa
cara diantaranya berupa benjolan yang berasal dari invasi bakteri langsung pada
jaringan yang terserang secara langsung maupun benjolan yang timbul sebagai efek
imunitas tubuh yang bermanifestasi pada pembengkakan KGB.
Mekanisme trauma dalam menimbulkan benjolan pada leher agak menyerupai
mekanisme infeksi. Hanya saja trauma yang tidak disertai infeksi sekunder pada
umumnya tidak menyebabkan pembesaran KGB.
Jika jaringan tubuh manusia terkena rangsangan trauma dan reaksi imun, maka
otomatis sel0sel akan mengalami gangguan fisiologis. Sebagai responnya sel tubuh
terutama mast sel dan sel basofil akan mengalami granulasi dan mengeluarkan mediator
radang berupa histamin, serotonin, bradikinin, sitokinn berupa IL-2, IL-6, dll.
Mediator-mediator radang ini terutama histamin akan menyebabkan dilatasi arteriola
dan meningkatkan permeabilitas venula serta pelebaran intraendothelialjunction. Hal ini
mengakibatkan cairan yang ada dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitar
sehingga menimbulkan benjolan pada daerah terinfeksi ataupun terkena trauma. Infeksi
dapat menimbulkan pembesaran kelenjar limfe karena apabila mekanisme pertahanan
tubuh baik, sel-sel pertahanan tubuh seperti makrofag, neutrofil dan sel T akan
berupaya memusnahkan agen infeksius sedangkan agen ifeksius itu sendiri berupaya
untuk menghancurkan sel-sel tubuh terutama eritrosi agar bisa mendapatkan nutrisi.
Kedua upaya perlawanan ini akan mengakibatkan pembesaran KGB karena bekerja
keras memproduksi sel limfoid maupun menyaring sel tubuh yang mengalami kerusakan
dan agen ifeksius yang masuk agar tidak menyebar ke organ tubuh lain.
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 4/27
Sedangkan mekanisme timbulnya benjolan akibat neoplasma entah itu di otot, sel
limfoid, tulang maupun kelencar secara umum hampir sama. Awalnya terjadi displasia
dan metaplasia pada sel matur akibat berbagai faktor sehingga diferensiasi sel tidak lagi
sempurna. Displasia ini menimbulkan sejumlah kelainan fisiologis molekuler seperti
peningkatan laju pembelahan sel dan inaktifasi mekanisme bunuh diri sel terprogram.
Hal ini berakibat pada proliferasi sel tak terkendali yang bermanifestasi pada timbulnya
benjolan pada jaringan. Neoplasma dapat terjadi pada semua sel yang ada di leher
entah itu kelenjar tiroid-adenoma tiroid, lemak-lipoma, kartilago-kondroma, jaringan
limfe-limfoma maupun akibat dari metastase kanker dari organ di luar leher.
3. Differensial Diagnosa dari Skenario :
A. PENYAKIT HODGKIN (LIMFOMA HODGKIN)
DEFINISI
Limfoma adalah suatu kanker (keganasan) dari sistem limfatik (getah bening).
Sistem limfatik membawa tipe khusus dari sel darah putih yang disebut limfosit
melalui suatu jaringan dari saluran tubuler (pembuluh getah bening) ke seluruh jaringan
tubuh, termasuk sumsum tulang. Tersebarnya jaringan ini merupakan suatu kumpulan
limfosit dalam nodus limfatikus yang disebut kelenjar getah bening.
Limfosit yang ganas (sel limfoma) dapat bersatu menjadi kelenjar getah bening
tunggal atau dapat menyebar di seluruh tubuh, bahkan hampir di semua organ.
Dua tipe utama dari limfoma adalah Limfoma Hodgkin (yang lebih sering disebut
Penyakit Hodgkin) dan Limfoma Non Hodgkin. Limfoma Burkitt dan mikosis
fungoides termasuk ke dalam jenis Limfoma Non Hodgkin.
Penyakit Hodgkin (Limfoma Hodgkin) adalah suatu jenis limfoma yang
dibedakan berdasarkan jenis sel kanker tertentu yang disebut sel Reed-Stenberg, yang
memiliki tampilan yang khas dibawah mikroskop.
Sel Reed-Sternberg memiliki limfositosis besar yang ganas yang lebih besar dari
satu inti sel. Sel-sel tersebut dapat dilihat pada biopsi yang diambil dari jaringan kelenjar
getah bening, yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.
Penyakit Hodgkin diklasifikasikan ke dalam empat kelompok berdasarkan
karakteristik dasar jaringan yang terlihat dibawah mikroskop.
Jenis Penyakit Hodgkin
Jenis Gambaran Mikroskopik KejadianPerjalanan
Penyakit
Limfosit
Predominan
Sel Reed-Stenberg sangat
sedikit tapi ada banyak
limfosit
3% dari kasus Lambat
Sklerosis
Noduler
Sejumlah kecil sel Reed-
Stenberg & campuran sel
darah putih lainnya; daerah
jaringan ikat fibrosa
67% dari kasus Sedang
Sel Reed-Stenberg dalam
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 5/27
Selularitas
Campuran
jumlah yang sedang &
campuran sel darah putih
lainnya
25% dari kasus Agak cepat
Deplesi Limfosit
Banyak sel Reed-Stenberg &
sedikit limfosit jaringan ikat
fibrosa yang berlebihan
5% dari kasus Cepat
PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui, walaupun beberapa ahli menduga bahwa
penyebabnya adalah virus, seperti virus Epstein Barr. Penyakit ini tampaknya tidak
menular.
Di Amerika, 6000-7000 kasus baru dari penyakit Hodgkin terjadi setiap
tahunnya. Penyakit ini lebih sering terjadi pada pria. Penyakit Hodgkin bisa muncul pada
berbagai usia, tetapi jarang terjadi sebelum usia 10 tahun. Paling sering ditemukan pada
usia diantara 15-34 tahun dan diatas 60 tahun.
GEJALA
Penyakit Hodgkin biasanya ditemukan jika seseorang mengalami pembesaran
kelenjar getah bening, paling sering di leher,tapi kadang-kadang di ketiak dan pangkal
paha. Walaupun biasanya tidak nyeri, pembesaran tersebut bisa menimbulkan nyeri
dalam beberapa jam setelah penderita meminum alkohol dalam jumlah yang banyak.
Kadang pembesaran kelenjar getah bening berada jauh di dalam dada atau perut,
yang biasanya tidak nyeri dan ditemukan secara tidak terduga pada pemeriksaan
rontgen dada atau CT scan untuk keperluan lain.
Gejala lainnya adalah demam, berkeringat di malam hari dan penurunan berat
badan. Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meinggi
selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama
beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi
pertumbuhan sel-sel limfoma.
Gejala dari Penyakit Hodgkin
Gejala Penyebab
Berkurangnya jumlah sel darah merah
(menyebabkan anemia, sel darah putih &
trombosit kemungkinan nyeri tulang
Limfoma sedang menyebar ke
sumsum tulang
Hilangnya kekuatan otot suara serak
Pembesaran kelenjar getah
bening menekan saraf di tulang
belakang atau saraf pita suara
Sakit kuning (jaundiceLimfoma menyumbat aliran
empedu dari hati
Pembengkakan wajah, leher & alat gerak
atas
(sindroma vena kava superior)
Pembesaran kelenjar getah
bening menyumbat aliran darah
dari kepala ke jantung
Pembengkakan tungkai dan kakiLimfoma menyumbat aliran
getah bening dari tungkai
Keadaan yang menyerupai pneumoniaLimfoma menyebar ke paru-
paru
Berkurangnya kemampuan untuk melawan
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 6/27
infeksi & meningkatnya kecenderungan
mengalami infeksi karena jamur & virus
Penyakit sedang menyebar
DIAGNOSA
Pada penyakit Hodgkin, kelenjar getah bening biasanya membesar secara
perlahan dan tidak menimbulkan nyeri, tanpa adanya infeksi. Jika pembesaran ini
berlangsung selama lebih dari 1 minggu, maka akan dicurigai sebagai penyakit Hodgkin,
terutama jika disertai demam, berkeringat di malam hari dan penurunan berat badan.
Kelainan dalam hitung jenis sel darah dan pemeriksan darah lainnya bisa
memberikan bukti yang mendukung. Tetapi untuk menegakkan diagnosis, harus
dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang terkena, untuk menemukan adanya sel
Reed-Sternberg.
Stadium Penyakit Hodgkin.
Sebelum pengobatan dimulai, harus ditentukan luasnya penyebaran limfoma atau
stadium dari penyakit ini. Penyakit ini dikelompokkan menjadi 4 stadium berdasarkan
penyebaran dan gejalanya.
Pemilihan pengobatan dan prognosisnya tergantung kepada stadium penyakit ini.
Keempat stadium dikelompokkan lagi menjadi A (tidak adanya) atau B (adanya)
satu atau lebih dari gejala berikut:
§ demam yang penyebabnya tidak diketahui (lebih dari 37,8? Celsius selama 3 hari
berturut-turut)
§ keringat malam
§ penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya sebanyak lebih dari 10% berat
badan sebelumnya dalam waktu 6 bulan.
Beberapa prosedur digunakan untuk menentukan stadium dan menilai penyakit
Hodgkin:
1. Pemeriksaan rontgen dada membantu menemukan adanya pembesaran kelenjar
di dekat jantung
2. Limfangiogram bisa menggambarkan kelenjar getah bening yang jauh di dalam
perut dan panggul
3. CT scan lebih akurat dalam menemukan pembesaran kelenjar getah bening atau
penyebaran limfoma ke hati dan organ lainnya
4. Skening gallium bisa digunakan untuk menentukan stadium dan menilai efek dari
pengobatan
5. Laparatomi (pembedahan ntuk memeriksa perut) kadang diperlukan untuk
melihat penyebaran limfoma ke perut.
Stadium & Prognosis Penyakit Hodgkin
Stadium Penyebaran penyakit
Kemungkin untuk sembuh
(angka harapan hidup
selama 15 tahun tanpa
penyakit lebih lanjut)
I
Terbatas ke kelenjar getah bening
dari satu bagian tubuh (misalnya leher
bagian kanan)
Lebih dari 95%
Mengenai kelenjar getah bening dari
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 7/27
II2 atau lebih daerah pada sisi yang
sama dari diafragma, diatas atau
dibawahnya (misalnya pembesaran
kelenjar getah bening di leher dan
ketiak)
90%
III
Mengenai kelenjar getah bening
diatas & dibawah diafragma
(misalnya pembesaran kelenjar getah
bening di leher dan selangkangan)
80%
IV
Mengenai kelenjar getah bening dan
bagian tubuh lainnya (misalnya
sumsum tulang, paru-paru atau hati
60-70%
PENGOBATAN
Dua jenis pengobatan yang efektif untuk penyakit Hodgkin adalah terapi
penyinaran dan kemoterapi. Dengan salah satu atau kedua pengobatan tersebut,
sebagian besar penderita bisa disembuhkan.
Terapi penyinaran sendiri menyembuhkan sekitar 90% penderita stadium I atau
II. Pengobatan biasanya dilakukan selama 4-5 minggu, penderita tidak perlu dirawat.
Penyinaran ditujukan kepada daerah yang terkena dan kelenjar getah bening di
sekitarnya. Kelenjar getah bening di dada yang sangat membesar diobati dengan terapi
penyinaran yang biasanya mendahului atau mengikuti kemoterapi. Dengan pendekatan
ini, 85% penderita bisa disembuhkan.
Pengobatan untuk stadium III bervariasi, tergantung kepada keadaan. Jika tanpa
gejala, kadang terapi penyinaran saja sudah mencukupi. Tetapi hanya 65-75%
penderita yang sembuh. Penambahan kemoterapi akan meningkatkan kemungkinan
untuk sembuh sampai 75-80%.
Jika pembesaran kelenjar getah bening disertai dengan gejala lainnya, maka
digunakan kemoterapi dengan atau tanpa terapi penyinaran. Angka kesembuhan
berkisar diantara 70-80%.
Pada stadium IV digunakan kombinasi dari obat-obat kemoterapi. Dua
kombinasi tradisional adalah:
§ MOPP (mekloretamin, vinkristin/onkovin, prokarbazin dan prednison)
§ ABVD (doksorubisin/adriamisin, bleomisin, vinblastin dan dakarbazin).
Setiap siklus kemoterapi berlangsung selama 1 bulan, dengan waktu pengobatan
total adalah 6 bulan atau lebih.
Bisa juga digunakan kombinasi obat lainnya. Pengobatan ini memberikan angka
kesembuhan lebih dari 50%.
Kemoterapi memiliki efek samping yang serius, yaitu bisa menyebabkan:
§ kemandulan sementara atau menetap
§ meningkatnya kemungkinan menderita infeksi
§ kerontokan rambut yang bersifat sementara.
Leukemia dan kanker lainnya terjadi pada beberapa penderita dalam 5-10 tahun
atau lebih setelah pemberian kemoterapi atau terapi penyinaran atau keduanya.
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 8/27
Penderita yang tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi penyinaran atau
kemoterapi atau yang membaik tapi kemudian kambuh kembali dalam 6-9 bulan,
memiliki harapan hidup yang lebih kecil dibandingkan dengan penderita yang mengalami
kekambuhan dalam 1 tahun atau lebih setelah terapi awal.
Kemoterapi lebih lanjut yang dikombinasikan dengan terapi penyinaran dosis
tinggi dan pencangkokan sumsum tulang atau sel stem darah, bisa menolong penderita
tersebut.
Kemoterapi dosis tinggi yang dikombinasikan dengan pencangkokan sumsum
tulang memiliki resiko tinggi terhadap infeksi, yang bisa berakibat fatal. Tetapi sekitar
20-40% penderita yang menjalani pencangkokan sumsum tulang terbebas dari penyakit
Hodgkin selama 3 tahun atau lebih dan bisa sembuh. Hasil terbaik bisa dicapai pada
penderita yang berusia dibawah 55 tahun dengan keadaan kesehatan yang baik.
Kombinasi sediaan kemoterapi untuk Penyakit Hodgkin
Sediaan Obat Keterangan
MOPP
Mekloretamin
(nitrogen mustard)
Vinkristin
(onkovin)
Prokarbazin
Prednison
Merupakan sediaan pertama,
ditemukan pada tahun
1969,kadang masih digunakan
ABVD
Doksorubisin
(adriamisin)
Bleomisin
Vinblastin
Dakarbazin
Dikembangkan untuk mengurangi
efek samping dari MOPP
(misalnya kemandulan menetap &
leukemia)
Menyebabkan efek samping
berupa keracunan jantung & paru2
Angka kesembuhannya
menyerupai MOPP
Lebih sering digunakan
dibandingkan MOPP
ChiVPP
Klorambusil
Vinblastin
Prokarbazin
Prednison
Kerontokan rambut yg terjadi lebih
sedikit dibandingkan pada
pemakaian MOPP & ABVD
MOPP/ABVDBergantian antara
MOPP & ABVD
Dikembangkan untuk memperbaiki
angka kesembuhan menyeluruh,
tetapi belum terbukti
Angka harapan hidup bebas
kekambuhan lebih baik
dibandingkan sediaan lainnya
MOPP/ABVhibrid
MOPP bergantian
dengan
Doksorubisin
(adriamisin)
Bleomisin
Vinblastin
Dikembangkan untuk memperbaiki
angka kesembuhan menyeluruh &
untuk mengurangi keracunan
Masih dalam penelitian
B. LIMFOMA NON HODGKINDEFINISI
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 9/27
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal
dari sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh.
Beberapa dari limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun),
sedangkan yang lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini
lebih sering terjadi dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.
PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi bukti-bukti menunjukkan adanya hubungan
dengan virus yang masih belum dapat dikenali. Sejenis limfoma non-Hodgkin yang
berkembang dengan cepat berhubungan dengan infeksi karena HTLV-I (human T-cell
lymphotropic virus type I), yaitu suatu retrovirus yang fungsinya menyerupai HIV
penyebab AIDS.
Limfoma non-Hodgkin juga bisa merupakan komplikasi dari AIDS.
GEJALA
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di
suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan) atau di seluruh tubuh. Kelenjar
membesar secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri.
Kadang pembesstsn kelenjar getah bening di tonsil (amandel) menyebabkan
gangguan menelan. Pembesaran kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau perut
bisa menekan berbagai organ dan menyebabkan:
§ gangguan pernafasan
§ berkurangnya nafsu makan
§ sembelit berat
§ nyeri perut
§ pembengkakan tungkai.
Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukemia. Limfoma dan
leukemia memiliki banyak kemiripan.
Limfoma non-Hodgkin lebih mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran
pencernaan dan kulit.
Pada anak-anak, gejala awalnya adalah masuknya sel-sel limfoma ke dalam
sumsum tulang, darah, kulit, usus, otak dan tulang belakang; bukan pembesaran kelenjar
getah bening. Masuknya sel limfoma ini menyebabkan anmeia, ruam kulit dan gejala
neurologis (misalnya kelemahan dan sensasi yang abnormal). Biasanya yang membesar
adalah kelenjar getah bening di dalam, yang menyebabkan:
§ pengumpulan cairan di sekitar paru-paru sehingga timbul sesak nafas
§ penekanan usus sehingga terjadi penurunan nafsu makan atau muntah
§ penyumbatan kelenjar getah bening sehingga terjadi penumpukan cairan.
Gejala Limfoma Non-Hodgkin
Gejala Penyebab
Kemungkinan
timbulnya
gejala
Gangguan
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 10/27
pernafasan
Pembengkakan
wajah
Pembesaran kelenjar getah bening di
dada20-30%
Hilang nafsu
makan
Sembelit berat
Nyeri perut atau
perut kembung
Pembesaran kelenjar getah bening di
perut30-40%
Pembengkakan
tungkai
Penyumbatan pembuluh getah bening di
selangkangan atau perut10%
Penurunan berat
badan
Diare
Malabsorbsi
Penyebaran limfoma ke usus halus 10%
Pengumpulan
cairan di sekitar
paru-paru (efusi
pleura)
Penyumbatan pembuluh getah bening di
dalam dada20-30%
Daerah
kehitaman dan
menebal di kulit
yang terasa gatal
Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
Penurunan berat
badan
Demam
Keringat di
malam hari
Penyebaran limfoma ke seluruh tubuh 50-60%
Anemia
(berkurangnya
jumlah sel darah
merah)
Perdarahan ke dalam saluran
pencernaan
Penghancuran sel darah merah oleh
limpa yang membesar & terlalu aktif
Penghancuran sel darah merah oleh
antibodi abnormal (anemia hemolitik)
Penghancuran sumsum tulang karena
penyebaran limfoma
Ketidakmampuan sumsum tulang untuk
menghasilkan sejumlah sel darah merah
karena obat atau terapi penyinaran
30%, pada
akhirnya bisa
mencapai
100%
Mudah terinfeksi
oleh bakteri
Penyebaran ke sumsum tulang dan
kelenjar getah bening, menyebabkan
berkurangnya pembentukan antibodi
20-30%
DIAGNOSA
Harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening untuk menegakkan diagnosis
limfoma non-Hodgkin dan membedakannya dari penyakit Hodgkin atau penyakit
lainnya yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.
Menentukan stadium limfoma non-Hodgkin.
Limfoma non-Hodgkin dikelompokkan berdasarkan tampilan mikroskopik dari
kelenjar getah bening dan jenis limfositnya (limfosit T atau limfosit B). Salah satu dari
pengelompokkan yang digunakan menghubungkan jenis sel dan prognosisnya:
§ Limfoma tingkat rendah, memiliki prognosis yang baik
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 11/27
§ Limfoma tingkat menengah, memiliki prognosis yang sedang
§ Limfoma tingkat tinggi, memiliki prognosis yang buruk.
Pada saat terdiagnosis, biasanya limfoma non-Hodgkin sudah menyebar luas;
hanya sekitar 10-30% yang masih terlokalisir (hanya mengenai salah satu bagian tubuh).
Untuk menentukan luasnya penyakit dan banyaknya jaringan limfoma, biasanya
dilakukan CT scan perut dan panggul atau dilakukan skening gallium.
PENGOBATAN
Beberapa penderit bisa mengalami kesembuhan total, sedangkan penderita
lainnya harus menjalani pengobatan seumur hidupnya. Kemungkinan penyembuhan atau
angka harapan hidup yang panjang tergantung kepada jenis limfoma dan stadkum
penyakit pada saat pengobatan dimulai.
Biasanya jenis yang berasal dari limfosit T tidak memberikan respon sebaik
limfosit B. Angka kesembuhan juga menurun pada:
§ penderita yang berusia diatas 60 tahun
§ limfoma yang sudah menyebar ke seluruh tubuh
§ penderita yang memiliki tumor (pengumpulan sel-sel limfoma) yang besar
§ penderita yang fungsinya dibatasi oleh kelemahan yang berat dan ketidakmampuan
bergerak.
Penderita pada stadium awal (stadium I dan II) seringkali diobati dengan terapi
penyinaran yang terbatas pada sisi limfoma dan daerah di sekitarnya. Terapi penyinaran
biasanya tidak menyembuhkan limfoma tingkat rendah, tetapi dapat memperpanjang
harapan hidup penderita sampai 5-8 tahun.
Terapi penyinaran pada limfoma tingkat menengah biasanya akan memperpanjang
harapan hidup penderita sampai 2-5 tahun, sedangkan pada limfoma tingkat tinggi hanya
6 bulan sampai 1 tahun. Jika dimulai sesegera mungkin, pemberian kemoterapi dengan
atau tanpa terapi penyinaran pada limfoma tingkat menengah dan tingkat tinggi, bisa
menyembuhkan lebih dari separuh penderitanya.
Sebagian besar penderita sudah mencapai stadium lanjut (stadium III dan IV)
pada saat penyakitnya terdiagnosis. Penderita limfoma tingkat rendah mungkin tidak
memerlukan pengobatan segera, tetapi harus menjalani pemeriksaan sesering mungkin
untuk meyakinkan bahwa penyakitnya tidak menyebabkan komplikasi yang serius.
Kemoterapi dilakukan pada penderita limfoma tingkat menengah. Penderita
limfoma tingkat tinggi memerlukan kemoterapi intensif segera karena penyakit ini tumbuh
dengan cepat.
Tersedia beberapa sediaan kemoterapi yang sangat efektif. Obat kemoterapi bisa
diberikan tunggal (untuk limfoma tingkat rendah) atau dalam bentuk kombinasi (untuk
limfoma tingkat menengah dan tingkat tinggi). Pemberian kemoterapi disertai faktor
pertumbuhan dan pencangkokan sumsum tulang masih dalam tahap penelitian.
Pengobatan baru yang masih dalam penelitian adalah antibodi monoklonal yang
telah digabungkan dengan racun, yang memiliki bahan racun (misalnya senyawa
radioaktif atau protein tanaman yang disebut risin), yang menempel di antibodi
tersebut. Antibodi ini secara khusus akan menempel pada sel-sel limfoma dan
melepaskan bahan racunnya, yang selanjutnya akan membunuh sel-sel limfoma tersebut.
Pada pencangkokan sumsum tulang, sumsum tulang diangkat dari penderita (dan
sel limfomanya dibuang) atau dari donor yang sesuai dan dicangkokkan ke penderita.
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 12/27
Prosedur ini memungkinkan dilakukannya hitung jenis darah, yang berkurang karena
kemoterapi dosis tinggi, sehingga penyembuhan berlangsung lebih cepat.
Pencangkokan sumsum tulang paling efektif dilakukan pada penderita yang
berusia dibawah 55 tahun dan bisa menyembuhkan sekitar 30-50% penderita yang
tidak menunjukkan perbaikan terhadap pemberian kemoterapi.
Tetapi pencangkokan sumsum tulang memiliki resiko, sekitar 5% penderita
meninggal karena infeksi pada minggu pertama, sebelum sumsum tulang membaik dan
bisa menghasilkan sel darah putih yang cukup untuk melawan infeksi.
Pencangkokan sumsum tulang juga sedang dicoba dilakukan pada penderita yang
pada awalnya memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi tetapi memiliki resiko
tinggi terjadinya kekambuhan.
Kombinasi sediaan kemoterapi pada Limfoma Non-Hodgkin.
Sediaan Obat Keterangan
Obat tunggalKlorambusil
Siklofosfamid
Digunakan pada limfoma
tingkat rendah untuk
mengurangi ukuran kelenjar
getah bening & untuk
mengurangi gejala
CVP (COP)
Siklofosfamid
Vinkristin (onkovin)
Prednison
Digunakan pada limfoma
tingkat rendah & beberapa
limfoma tingkat menengah
untuk mengurangi ukuran
kelenjar getah bening & untuk
mengurangi gejala
Memberikan respon yang
lebih cepat dibandingkan
dengan obat tunggal
CHOP
Siklofosfamid
Doksorubisin (adriamisin)
Vinkristin (onkovin)
Prednison
Digunakan pada limfoma
tingkat menengah & beberapa
limfoma tingkat tinggi
C-MOPP
Siklofosfamid
Vinkristin (onkovin)
Prokarbazin
Prednison
Digunakan pada limfoma
tingkat menengah & beberapa
limfoma tingkat tinggi
Juga digunakan pada
penderita yang memiliki
kelainan jantung & tidak
dapat mentoleransi
Doksorubisin
M-BACOD
Metotreksat
Bleomisin
Doksorubisin (adriamisin)
Siklofosfamid
Vinkristin (onkovin)
Deksametason
Memiliki efek racun yg lebih
besar dari CHOP &
memerlukan pemantauan
ketat terhadap fungsi paru-
paru & ginjal
Kelebihan lainnya menyerupai
CHOP
Prokarbazin
Metotreksat
Doksorubisin (adriamisin)
Siklofosfamid
Etoposid bergantian
Sediaan ProMACE
bergantian dengan CytaBOM
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 13/27
ProMACE/CytaBOM dengan
Sitarabin
Bleomisin
Vinkristin (onkovin)
Metotreksat
Kelebihan lainnya menyerupai
CHOP
MACOP-B
Metotreksat
Doksorubisin (adriamisin)
Siklofosfamid
Vinkristin (onkovin)
Prednison
Bleomisin
Kelebihan utama adalah
waktu pengobatan (hanya 12
minggu)
Kelebihan lainnya menyerupai
CHOP
C. KANKER TIROIDANATOMI
Anatomi kelenjar thyroid
q Terletak di leher bagian depan
q 2 lobus : kiri dan kanan
q Isthmus menghubungi ke 2 lobus
q Sebesar ibu jari tanganq Berat : 20 – 25 gram
q Sintesa hormon thyroxin
q Fungsi : metabolisme dan pertumbuhan
q Merupakan kelenjar endokrin
q Kel. Thyroid :
q Lobuskiri
q Lobus kanan
q Lobus pyramidalis
q Ukuran : 5 cm
q Kapsul thyroid :q True ( kapsula propria )
q False ( bagian luar fascia pretra-chealis )
q Berbentuk “u”
q Isthmus terfiksir pada
q cincin trachea 2, 3 dan 4q Bagian caudal cartilago cricoidea.
( Ligamentum Berry)
q Lobus pyramidalis :
Fiksasi : Tepi caudal os hyoid
Levator gland. thyroidea.
q Facies :
§ Anterolateral
§ Medial
§ Posterolateralq Lobus pyramidalis :
Fiksasi : Tepi caudal os hyoid
Levator gland. thyroidea.
q Facies :
§ Anterolateral
§ Medial§ Posterolateral
q Vaskularisasi :
§ a. thyroidea superior
q Anterior
q Posterior
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 14/27
§ a. thyroidea inferior
§ a. thyroidea ima ( kadang-kadang )
q Truncus brachio cephalica
q q Arcus aorta
q Aliran vena :
§ v. Thyroidea sup
§ v. Thyroidea med
§ v. Thyroidea inferior è v. Brachiocephalica.q Aliran limfe
§ Bagian cranial :
Ikut a.Thyroidea Sup è Nn Ln cervicalis profunda.
Bagian caudal :
Ikut a.Thyroidea Inf è Nn Ln Cervicalis Profunda
bagian Inferior
Innervasiq Symphatis :
§ Ganglion cervicalis superior
ü n. laryngeus externa
§ Ganglion cervicalis medius
ü n. laryngeus recurrent
DEFINISI
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe ; papiler,
folikuler, anaplastik atau meduler.
Kanker jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan
pertumbuhan kecil (nodul) di dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak
dan biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Kanker tiroid seringkali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi
kemampuan menghasilkan hormon tiroid; tetapi kadang kanker menghasilkan cukup
banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.
Nodul tiroid cenderung bersifat ganas jika:
§ hanya ditemukan satu
§ skening tiroid menunjukkan bahwa nodul tidak berfungsi
§ nodulnya padat dan isinya bukan cairan (kistik)
§ nodulnya keras
§ pertumbuhannya cepat.
a. Kanker Papiler
60-70% dari kanker tiroid adalah kanker papiler.
2-3 kali lebih sering terjadi pada wanita.
Kanker papiler lebih sering ditemukan pada orang muda, tetapi pada usia lanjut
kanker ini lebih cepat tumbuh dan menyebar. Resiko tinggi terjadinya kanker papiler
ditemukan pada orang yang pernah menjalani terapi penyinaran di leher.
Kanker ini diatasi dengan tindakan pembedahan, yang kadang melibatkan
pengangkatan kelenjar getah bening di sekitarnya. Nodul dengan diameter lebih kecil
dari 1,9 cm diangkat bersamaan dengan kelenjar tiroid di sekitarnya, meskipun
beberapa ahli menganjurkan untuk mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Pembedahan
hampir selalu bisa menyembuhkan kanker ini.
Diberikan hormon tiroid dalam dosis yang cukup untuk menekan pelepasan TSH
dan membantu mencegah kekambuhan. Jika nodulnya lebih besar, maka biasanya
dilakukan pengangkatan sebagian besar atau seluruh kelenjar tiroid dan seringkali
diberikan yodium radioaktif, dengan harapan bahwa jaringan tiroid yang tersisa atau
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 15/27
kanker yang telah menyebar akan menyerapnya dan hancur. Dosis yodium radioaktif
lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa keseluruhan kanker telah
dihancurkan. Kanker papiler hampir selalu dapat disembuhkan.
b. Kanker Folikuler
15% dari kanker tiroid adalah kanker folikuler.
Kanker folikuler juga lebih sering ditemukan pada wanita. Kanker folikuler
cenderung menyebar melalui aliran darah, menyebarkan sel-sel kanker ke berbagai
organ tubuh. Pengobatan untuk kanker ini adalah pengangkatan sebanyak mungkin
kelenjar tiroid dan pemberian yodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan maupun
sel kanker yang tersisa.
c. Kanker Anaplastik
Kurang dari 10% kanker tiroid merupakan kanker anaplastik. Kanker ini paling
sering ditemukan pda wanita usia lanjut.
Kanker anaplastik tumbuh sangat cepat dan biasanya menyebabkan benjolan
yang besar di leher.Sekitar 80% penderita meninggal dalam waktu 1 tahun.
Pemberian yodium radioaktif tidak berguna karena kanker tidak menyerap
yodium radioaktif. Pemberian obat anti kanker dan terapi penyinaran sebelum dan
setelah pembedahan memberikan hasil yang cukup memuaskan.
d. Kanker Meduler
Pada kanker meduler, kelenjar tiroid menghasilkan sejumlah besar kalsitonin
(hormon yang dihasilkan oleh sel-sel tiroid tertentu). Karena juga bisa menghasilkan
hormon lainnya, maka kanker ini menyebabkan gejala-gejala yang tidak biasa.
Kanker cenderung menyebar melalu sistem getah bening ke kelenjar getah bening
dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang.
Pada sindroma neoplasia endokrin multipel, kanker meduler bisa terjadi
bersamaan dengan kanker endokrin lainnya.
Pengobatannya meliputi pengangkatan seluruh kelenjar tiroid. Lebih dari 2/3
penderita kanker meduler yang merupakan bagian dari sindroma neoplasia endokrin
multipel, bertahan hidup 10 tahun; jika kanker meduler berdiri sendiri, maka angka
harapan hidup penderitanya tidak sebaik itu.
Kadang kanker ini diturunkan, karena itu seseorang yang memiliki hubungan
darah dengan penderita kanker meduler, sebaiknya menjalai penyaringan untuk kelainan
genetik. Jika hasilnya negatif, maka hampir dapat dipastikan orang tersebut tidak akan
menderita kanker meduler. Jika hasilnya positif, maka dia akan menderita kanker
meduler; sehingga harus dipertimbangkan untuk menjalani pengangkatan tiroid meskipun
gejalanya belum timbul dan kadar kalsitonin darah belum meningkat. Kadar kalsitonin
yang tinggi atau peningkatan kadar kalsitonin yang berlebihan setelah dilakukan tes
perangsangan, juga membantu dalam meramalkan apakah seseorang akan menderita
kanker meduler.
PENYEBAB
Kanker tiroid lebih sering ditemukan pada orang-orang yang pernah menjalani
terapi penyinaran di kepala, leher maupun dada. Faktor resiko lainnya adalah adanya
riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.
GEJALA
· Terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau pembengkakan leher.
· Suara penderita berubah atau menjadi serak.
· Bisa terjadi batuk atau batuk berdarah, serta diare atau sembelit.
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 16/27
DIAGNOSA
Pertanda awal dari kanker tiroid biasanya adalah benjolan yang tidak terasa nyeri
di leher. Skening tiroid bisa menentukan apakah nodulnya berfungsi atau tidak, karena
nodul yang tidak berfungsi cenderung bersifat ganas.
Pemeriksaan USG bisa membantu menentukan apakah nodulnya padat atau
berisi cairan. Contoh nodul biasanya diambil dengan jarum untuk keperluan biopsi.
Biopsi merupakan cara terbaik untuk menentukan apakah nodulnya jinak atau ganas.
D. KARSINOMA NASOFARINGAnatomi Nasofaring
NASOFARING disebut juga Epifaring, Rinofaring. merupakan yang terletak
dibelakang rongga hidung, diatas Palatum Molle dan di bawah dasar tengkorak.
Bentuknya sebagai kotak yang tidak rata dan berdinding enam, dengan ukuran
melintang 4 sentimeter, tinggi 4 sentimeter dan ukuran depan belakang 2-3 sentimeter.
Batas-batasnya :
Dinding depan : Koane
Dinding belakang : Merupakan dinding melengkung setinggiVertebra
Sevikalis I dan II.
Dinding atas : Merupakan dasar tengkorak.
Dinding bawah : Permukaan atas palatum molle.
Dinding samping : di bentuk oleh tulang maksila dan sfenoid.
Dinding samping ini berhubungan dengan ruang telinga tengah melalui tuba
Eustachius. Bagian tulang rawan dari tuba Eustachius menonjol diatas ostium tuba yang
disebut Torus Tubarius. Tepat di belakang Ostium Tuba. Terdapat cekungan kecil
disebut Resesus Faringeus atau lebih di kenal dengan fosa Rosenmuller; yang
merupakan banyak penulis merupakan lokalisasi permulaan tumbuhnya tumor ganas
nasofaring. Tepi atas dari torus tubarius adalah tempat meletaknya oto levator veli
velatini; bila otot ini berkontraksi, maka setium tuba meluasnya tumor, sehingga
fungsinya untuk membuka ostium tuba juga terganggu. Dengan radiasi, diharapkan
tumor primer dinasofaring dapat kecil atau menghilang. Dengan demikian pendengaran
dapat menjadi lebih baik.
Sebaliknya dengan radiasi dosis tinggi dan jangka waktu lama, kemungkinan
akan memperburuk pendengaran oleh karena dapat terjadi proses degenerasi dan
atropidari koklea yang bersifat menetap, sehingga secara subjektif penderita masih
mengeluh pendengaran tetap menurun.
Di nasofaring terdapat banyak saluran limfe yang terutama mengalir ke lateral
bermuara kelenjar retrofaring Krause (kelenjar Rouviere). Terdapat hubungan bebas
melintasi garis tengah dan hubungan langsung dengan mediastinum melalui ruang
retrofaring. Metastasis jauh sering terjadi.
Pembagian daerah nasofaring :
1. Dinding posterosuperior : daerah setinggi batas palatum durum dan mole sampai
dasar tengkorak.
2. Dinding lateral: termasuk fosa Rosenmuleri
3. Dinding inferior: terdiri atas permukaan superior palatum mole.
Catatan: Pinggir orifisium koana termasuk pinggir posterior septum hidung dimasukkan
sebagai fosa nasal.
Histologi Nasofaring
Permukaan nasofaring berbenjol-benjol, karena dibawah epitel terdapat banyak
jaringan limfosid,sehingga berbentuk seperti lipatan atau kripta. Hubungan antara epitel
dengan jaringan limfosid inisangat erat, sehigga sering disebut ” Limfoepitel “.
Bloom dan Fawcett ( 1965 ) membagi mukosa nasofaring atas empat macam epitel :
1. Epitek selapis torak bersilia ” Simple Columnar Cilated Epithelium “
2. Epitel torak berlapis ” Stratified Columnar Epithelium “.
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 17/27
3. Epitel torak berlapis bersilia “Stratified Columnar Ciliated Epithelium”
4. Epitel torak berlapis semu bersilia ” Pseudo-Stratifed Columnar Ciliated
Epithelium “.
Mengenai distribusi epitel ini, masih belum ada kesepakatan diantara para
hali.60 % persen dari mukosa nasofaring dilapisi oleh epitel berlapis gepeng ” Stratified
Squamous Epithelium “, dan 80 % dari dinding posteroir nasofaring dilapisi oleh epitel
ini, sedangkan pada dinding lateral dan depan dilapisi oleh epitel transisional, yang
meruapkan epitel peralihan antara epitel berlapis gepeng dan torak bersilia. Epitel
berlapis gepeng ini umumnya dilapisi Keratin, kecuali pada Kripta yang dalam. Di
pandang dari sudut embriologi, tempat pertemuan atau peralihan dua macam epitel
adalah tempat yang subur untuk tumbuhnya suatu karsinoma.
Defenisi
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah nasofaring
dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring
merupakan tumor ganas yang sering ditemukan pada pria berusia lebih dari 40 tahun.
Banyak terdapat pada bangsa Asia terutama orang Tionghoa. Biasanya mulai dari
daerah fosa Rossenmuler. Tumor ini tumbuh dari epitel yang meliputi jaringan limfoid.
Tumor primer dapat kecil, akan tetapi telah menimbulkan metastasis pada kelenjar limfe
regional, biasanya pada leher.
Keganasan nasofaring banyak terjadi di asia. Sering terjadi kekeliruan dalam
mendiagnosis karena gejalanya yang samar-samar dan sulitnya pemeriksaan nasofaring.
Diagnosis dini menentukan prognosis pasien, namun cukup sulit dilakukan, kerena
nasofaring tersembunyi di belakang tabir langit-langit dan terletak di bawah dasar
tengkorak serta berhubungan dengan bayak daerah penting di dalam tengkorak dan ke
lateral maupun ke posterior leher. Oleh karena letak nasofaring tidak mudah diperiksa
oleh mereka yang bukan ahli, seringkali tumor ditemukan terlambat dan sering
menyebabkan metastasis ke leher lebih sering ditemukan sebagai gejala pertama.
Ada beberapa jenis keganasan yang terdapat di nasofaring yaitu karsinoma sel
skuamous, limfoma, keganasan kelenjar ludah, dan sarcoma. Karsinoma nasofaring
termasuk penting dalam skala dunia. Di Cina selatan karsinoma nasofaring menmepati
kedudukan tertinggi yaitu dengan 2.500 kasus baru pertahun untuk propinsi Guan-dong
atau prevalensi 39.84/100.000 penduduk. Ras Mongoloid merupakan faktor dominant
timbulnya krsinoma nasofaring, sehingga sering terjadi pada penduduk Cina bagian
selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Ditemukan
cukup banyak pula di Yunani, Afrika bagian utara seperti Aljazair dan Tunisia, pada
orang Eskimo di Alaska, diduga penyebabnya adalah karena mereka memakan
makanan yang diawetkan dalam musim dngin yang menggunakan bahan pengawet
nitrosamine. Di Indonesia frekuensi pasien ini hampir meratadi setiap daerah. Di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta ditemukan lebih dari 100 kasus setahun,
RS. Hasan Sadikin Bandung rata-rata 60 kasus, Ujung pandang 25 kasus, Palembang
25 kasus, Dnpasar 15 kasus, Padang dan Bukit tinggi 11 kasus. Demikian pula angka-
angka yang didapatkan di Medan, Semarang, Surabaya dan lain-lain menunjukkan
bahwa tumor ganas ini terdapat merata di Indonesia.
Salah satu etiologi karsinoma nasofaring adalah disebabkan virus Epstein-Barr.
Karsinoma nasofaring lebih sering terjadi pada laki-laki, umur 40 dan 50 tahun, tetapi
kadang juga dijumpai pada anak-anak. 90% adalah karsinoma, sisanya yang terbayak
adalah limfoma. Karsinoma nasofaring menyebar secara local melalui perluasan
langsung, secara regional melalui nodul-nodul sekitarnya, dan secara jauh melalui aliran
darah. Metastase jauh ke paru-paru, tulang, dan hepar paling sering terjadi di nasofaring
dibandingkan tempat lain di leher dan kepala.
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang
terbanyak ditemukan di Indonesia. Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher
merupakan karsinoma nasofaring, kemudian diikuti oleh karsinoma hidung dan sinus
paranasal (18%), laring (16%), dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam
prosentase rendah. Berdasarkan data laboratorium patologi anatomic tumor ganas
nasofaring selalu berada dalamkedudukan lima besar dari tumor ganas tubuh manusia
bersama tumor ganas serviks uteri, tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit.
Etiologi
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 18/27
Terjadinya karsinoma nasofarin mungkin multifaktorial, proses
karsinogenesisnya mungkin mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait
dengan timbulnya kanker nasofaring adalah:
1. Kerentanan Genetik, walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor
genetic, tetapi kerntanan terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok
masyrakat tertentu relative menonjol dan memiliki agregasi familial. Analisis
korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen pengode
enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan
terhadap karsinoma nasofaring, mereka berkaitan dengan sebagian besar
karsinoma nasofaring.(8)
2. Virus Eipstein-Barr, Banyak perhatian ditujukan kepada hubungan langsung
antara karsinoma nasofaring dengan ambang titer antibody virus Epstein-Barr
(EBV). Serum pasien-pasien orang asia dan afrika dengan karsinoma nasofaring
primermaupun sekunder telah dibuktikan mengandung antibody Ig G terhadap
antigen kapsid virus (VCA) EB dan seringkali pula terhadap antigen dini (EA);
dan antibody Ig A terhadap VCA (VCA-IgA), sering dengan titer yang tinggi.
Hubungan ini juga terdapat pada pasien Amerika yang mendapat karsinoma
nasofaring aktif. Bentuk-bentuk anti-EBV ini berhubungan dengan karsinoma
nasofaring tak berdifrensiasi dan karsinoma nasofaring non-keratinisasi yang aktif
(dengan mikroskop cahaya) tetapi biasanya tidak dengan tumor sel skuamosa
atau elemen limfoid dalam limfoepitelioma.(1)
3. Faktor Lingkungan, menurut laporan luar negeri, orang cina generasi pertama
(Umumnya penduduk kanton ) yang bermigrasi ke Amerika Serikat, Kanada
memiliki angka kematian akibat karsinoma nasofaring 30 kali lebih tinggi dari
penduduk kulit putih setempat, sedangkan pada generasi kedua turun menjadi 15
kali, generasi ketiga belum ada angka pasti, tetapi secara keseluruhan cenderung
menurun. Dalam pada itu, orang kulit putih yang lahir d Asia Tenggara, angka
kejadian nasofaring meningkat. Sebabnya selain pada sebagian orang terjadi
perubahan pada hubungan darah, jelas factor lingungan juga berperan penting.
Penelitian akhir-akhir ini menemukan zat-zat berikut berkaitan dengan timbulnya
karsinoma nasofaring:
1. Golongan Nitrosamin,diantaranya dimetilnitrosamin dan dietilnitrosamin.
2. Hodrokarbon aromatic
3. Unsur Renik, diantaranya nikel sulfat.(8)
Histopatologi
Kesukaran timbul dalam mengidentifikasi karsinoma nasofaring jenis sangat
tidak berdiferensiasi dimana sudah tidak ada kekhususan epitelnya. Lebih dari 85%
kemungkinan adalah karsinoma, mungkin 15% limfoma maligna dan kuang dari 2%
tumor jaringan ikat. Sekali-sekali ditemukan neuroblastoma, silindroma dan tumor
campur ganas. Menggunakan mikroskop electron, Ditemukan karsinoma nasofaring
tumbuh dari lapisan skuamosa atau lapisan epitel respiratorius pada permukaan kripti
nasofaring. Dindinga lateral yang ada fosa Rossenmulleri Merupakan lokasi tersering
karsinoma nasofaring dan dinding faring posterior sedikit lebih jarang. Lebih jarang lagi
tumor pada atap dan hanya sekali-kali pada dasar. Pada mulanya tumor sedemikian
kecil sehingga sukar diketahui, atau tumbuh didaerah yang gejalanya tidak diketahui
seperti pada fosa Rosenmulleri. Kemudian geajla-gejala akan muncul sesuai dengan
arah penyebaran. Mungkin meluas melalui lubanga pada sisi yang sama dengan tumor
atau mengikis tulang secara nekrosis tekanan.
Sesuai dengan klasifikasi karsinoma nasofaring yang diusulkan WHO tahun
1978. ada tiga jenis bentuk histologik :
1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi, terdapat jembatan interseluler dan
keratin, dapat dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Karsinoma nonkeratinisasi, pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya,
terdapat tanda difrensiasi, tetapi tidak ada difrensiasi skuamosa.
3. Karsinoma tidak berdifrensiasi, sel mempunyai inti vesikuler, nucleolus yang
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 19/27
menonjol dan dinding sel tidak tegas; tumor tampak lebih berbentuk sinsitium
daripada bentuk susunan batubata.
Karsinoma limfoepitelioma didapatkan dalam bentuk kedua atau ketiga.
Ditandai olah tampak banyak limfosit non maligna dan secara klinis sesuai karena
respon terhadap terapi lebih baik disbanding dengan bentuk lain.
Tahun 1965 Svaboda melaporkan bahwa dari contoh jaringan yang diambil dari
14 pasien Amerika dan Cina dengan karsinoma nasofaring berdiferensiasi buruk yang
diperiksa dengan mikrosko electron, semua menunjukkan adanya fibrilkeratin. Ini
menimbulkan keraguan karena Who Dalam symposium internasionalnya mengenai
karsinoma nasofaring than 1977 mendasarkan klasifikasinya atas hasil pemeriksaan
mikroskop cahaya seperti tercantum diats, diman atidak selalu tampak keratin.
Meskipun demikian klasifikasi WHO mengenai tumor nasofaring ini masih tetap dipakai.
Penentuan Stadium
Untuk penetuan stadium dipakai sistim TNM menurut UICC (1992)
T= Tumor primer
T0- Tidak tampak tumor.
T1- Tumor terbatas pada satu lokalisasi saja (lateral/posterosuperior/atap dan lain-
lain).
T2 Tumor teradapt pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas di dalam
rongga nasofaring
T3 Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (ke rongga hidung atau orofaring)
T4 Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai saraf-saraf otak.
Tx Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap.
N Pembesaran kelenjar getah bening regional
N0 Tidak ada pembesaran
N1 Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 Terdapat pembesaran kontralateral / bilateral dan masih dapat digerakkan
N3 Terdapat pembesran, baik homolateral, kontralateral maupun bilateral yang
sudah melekat pada jaringan sekitar.
M Metastase jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
STADIUM
Stadium I :
T1 dan N0 dan M0
Stadium II :
T2 dan N0 dan M0
Stadium III :
T1/T2/T3 dan N1 dan M0
atau T3 dan N0 dan M0
Stadium IV :
T4 dan N0/N1 dan M0
atau T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan M0
atau T1/T2/T3/T4 dan N0/N1/N2/N3 dan M1(10)
Gejala dan Tanda
Gejala karsinoma nasofaring dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu gejala
nasofaring sendiri, gejala telinga, gejala mata, fdan syaraf, serta metastasis atau gejala di
leher. Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung, untuk itu
nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan nasofaringoskop, karena
seringa gejala belum ada sedangkan tumor sudah tumbuh atau tumor tidak tampak
karena masih terdapat dibawah mukosa (creeping tumor).
Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal
tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus,
rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia). Tidak jarang pasien
dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari bahwa penyebabnya adalah
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 20/27
karsinma nasofaring.
Karena nasofaring berhubungan dekat dengan rongga tengkorak melalui
beberapa lobang, maka gangguan beberapa lobang, dari beberapa saraf otak dapat
terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma ini. Penjalaran melalui foramen laserum akan
mengenai saraf otak ke II, IV, VI dan dapat pula ke V, shingga tidak jarang gejala
diplopia lah yang membawa pasien lebih dahulu ke dokter mata. Neuralgia trigeminal
merupakan gejala yang sering ditemukan oleh ahli saraf jika belum terdapat keluhan lain
yang berarti.
Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII
jika penjalaran melalui foramen jugulare, yaitu suatu tempat yang relatif jauh dari
nasofaring. Gangguan ini sering disebut dengan sindrom Jackson. Bila sudah mengenai
seluruh syaraf otak disebut sindrom unilateral. Dapat pula disertai dengan destruksi
tulang tengkorak dan bila sudah terjadi demikian biasanya prognosisnya buruk.
Metastase kekelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher yang mendorong
pasien untuk berobat, karena sebelumnya tidak terdapat keluhan lain.
Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring atau LHN
telah diteliti di RRC yaitu tiga bentuk yang mencurigakan pada naofaring seperti
pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukosistis berat pada
daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun-tahun kemudian akan menjadi
karsinoma nasofaring.
Diagnosis
Persoalan diagnostic sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan CT-Scan
daerah kepala dan leher, sehingga pada tumor primer yang tersembunyi pun tidak akan
terlalu sulit ditemukan. Pemeriksaan foto tengkorak potongan anteroposterior, lateral
dan waters menunjukan massa jaringan lunak di daerah nasofaring. Foto dasar
tengkorak memperlihatkan destruksi atau erosi tulang di daerah fossa serebri media.
Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dll dilakukan untuk mendeteksi metastasis.
Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk infeksi virus E-B telah
menunjukkan kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring. Tetapi pemeriksaan ini
hanya digunakan untuk menentukan prognosis pengobatan.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan biopsy nasofaring. Biopsi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung atau dari mulut.
Biopsi dari hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind biopsy).
Cunam biopsi dimasukkan melalui rongga hidung menelusuri konka media ke nasofaring
kemudian cunam diarahkan ke lateral dan dilakukan biopsy. Biopsi melalui mulut
dengan memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukkan melalui hidung dan ujung
kateter yang berada didalam mulut ditarik keluar dan diklem bersam-sama ujung kateter
yang di hidung. Demikian juga dengan kateter dari hidung disebelahnya, sehingga
palatum mole tertarik keatas. Kemudian dengan kaca laring dilihat daerah nasofaring.
Biopsi dilakukan dengan melihat tumor melalui kaca tersebut atau memakai
nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut, massa tumor akan terlihat lebih jelas.
Biopsi tumor nasofaring umumnya dilakuan dengan anestsi topical dengan Xylocain
10%. Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narcosis.
Penatalaksanaan
Radioterapi masih merupakan pengobatan utama dan ditekankan pada
penggunaan megavoltage dan pengaturan dengan computer. Pengobatan tambahan yang
diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon,
kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus. Semua pengobatan tambahan ini masih
dalam pengembangan, sedangkan kemoterapi masih tetap terbaik sebagai terpai
adjuvant (tambahan). Bebagai macam kombinasi diebangkan, yang trbaik sampai saat
ini adalah kombinasi dengan Cis-platinum sebagai inti.
Pemberian adjuvant kemoterapi Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil saat
ini sedang dikembangkan dengan hasil sementara yang cukup memuaskan. Demikian
pula telah dilakukan penelitian pemberian kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan
cis-platinum, meskipun ada efek samping yang cukup berat, tetapi memberikan harapan
kesembuhan yang lebih baik. Kombinasi kemoterapi dengan mitomycin C dan 5-
fluorouracil oral setiap hari sebelum diberikan radiasi yang bersifat radiosensitizer
memperlihatkan hasil yang memberi harapan akan kesembuhan total pasien karsinoma
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 21/27
nasofaring.
Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan terhadap benjolan di
leher yang tidak menghilang pada penyinaran (residu) atau timbul kembali setelah
penyinaran selesai, tetapi dengan syarat tumor induknya sudah hilang yang dibuktikan
dengan pemeriksaan radiologi dan serologi. Operasi tumor induk sisa (residu) atau
kambuh (residif) diindikasikan, tetapi sering timbul komplikasi yang berat akibat
operasi.
Perawatan paliatif
Perhatian pertama harus diberikan pada pasien dengan pengobatan radiasi.
Mulut rasa kering disebakan oleh keusakan kelenjar liur mayor maupun minor sewaktu
penyinaran. Tidak banyak yang dilakukan selain menasihatkan pasien untuk makan
dengan banyak kuah, membawa minuman kemanapun pergi dan mencoba memakan
dan mengunyah bahan yang rasa asam sehingga merangsang keluarnya air liur.
Gangguan lain adalah mukositis rongga mulut karena jamur, rasa kaku di daerah leher
karena fibrosis jaringan akibat penyinaran, sakit kepala, kehilangan nafsu makan dan
kadang-kadang muntah atau rasa mual.
Kesulitan yang timbul pada perawatan pasien pasca pengobatan lengkap
dimana tumor tetap ada (residu) akan kambuh kembali (residif). Dapat pula timbul
metastasis jauh pasca pengobatan seperti ke tulang, paru, hati, otak. Pada kedua
keadaan tersebut diatastidak banyak tindakan medis yang dapat diberikan selain
pengobatan simtomatis untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Paisen akhirnya
meninggal dalam keadaan umum yang buruk , perdarahan dari hidung dan nasofaring
yang tidak dapat dihentikan dan terganggunya fungsi alat-lata vital akibat metastasis
tumor.
Prognosis
Secara keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun adalah 45 %. Prognosis
diperburuk oleh beberapa faktor, seperti :
Stadium yang lebih lanjut.
Usia lebih dari 40 tahun
Laki-laki dari pada perempuan
Ras Cina dari pada ras kulit putih
Adanya pembesaran kelenjar leher
Adanya kelumpuhan saraf otak adanya kerusakan tulang tengkorak
Adanya metastasis jauh
Komplikasi
Gejala metastasis jauh, karena 95% lebih sel kanker nasofaring berdiferensiasi
buruk, dengan derajat keganasan tinggi, waktu diagnosis ditegakkan, 4,2% kasus sudah
menderita metastasis jauh, Dari kasus wafat setelah radioterapi, angka metastasis jauh
45,5%. Lokasi metastasis paling sering ke tulang, paru hati. Metastasis tulang paling
sering ke pelvis, vertebra, costa, dan keempat ekstremitas.
E. KARSINOMA LARING
ANATOMI LARING
Laring
Laring tersusun atas 9 Cartilago ( 6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar ).
Terbesar adalah Cartilago thyroid yang berbentuk seperti kapal, bagian depannya
mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple”, dan di dalam cartilago ini ada pita
suara. Sedikit di bawah cartilago thyroid terdapat cartilago cricoid. Laring
menghubungkan laringopharynx dengan trachea, terletak pada garis tengah anterior dari
Leher Pada Vertebrata Cervical 4 Sampai 6.
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring
juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a. Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
b. Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 22/27
c. Kartilago Thyroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun ( Adam’s Apple )
d. Kartilago Krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring ( terletak
di bawah kartilago thyroid )
e. Kartilago Aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago thyroid
f. Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara;
pita suara melekat pada lumen laring.
- Ada 2 fungsi lebih penting selain sebagai produksi suara, yaitu :
a. Laring sebagai katup, menutup selama menelan untuk mencegah aspirasi cairan atau
benda padat masuk ke dalam tracheobroncial
b. Laring sebagai katup selama batuk
Penatalaksanaan keganasan di laring tanpa memperhatikan bidang rehabilitasi
belumlah lengkap. Sebagai gambaran perbandingan, diluar negeri karsinoma laring
menempati tempat pertama dalam urutan kegansan di bidang THT sedangkan di RS
Cipto Mangunkusomo Jakarta, karsinoma laring menduduki urutan ketiga setelah
karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Menurut data
statistic dari WHO (1961) yang meliputi 35 negara seperti dikutip leh Batsakis (1979),
rata-rata 1.2 orang per 100 000 penduduk meninggal oleh karsinoma laring.
ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh
para ahli bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang-orang
dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologic
menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring
yang kuat ialah rokok, alcohol da terpajan oleh sinar radioaktif.
Penelitian yang dilakukan di RS Ciptomangunkusomo menunjukan bahwa
karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok, sedangkan risiko
untuk mendapatkan karsinoma laring naik sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang
dihisap.
Yang terpenting pada penanggulangan karsinoma laring ialah diagnosis dini dan
pengobatan/ tindakan yang tepat dan kuratif karena tumornya masih terisolasi dan dapat
diangkat secara radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan bagian laring yang terkena
tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta fungsi sfingter laring.
1. Tembakau
2. Alkohol Dan Efek Kombinasinya
3. Ketegangan Vocal
4. Laringitis Kronis
5. Pemajanan Industrial Terhadap Karsinogen
6. Defisiensi Nutrisi (riboflavin)
7. Predisposisi keluarga
FREKUENSI
Menurut penelitian dari departemen THT FKUI/RSCM pariode 1982-1987
proporsi karsinoma laring 13,8% dari 1030 kasus keganasan THT. Jumlah kasus rata-
rata 25 pertahun. Perbandingan laki dan perempuan adalah 11:1 terbanyak pada usia
56-69 tahun dengan kebiasaan merokok didapatkan pada 73.94%.
Periode 1988-1992 karsinoma laring sebesar 9,97% menduduki peringkat
ketiga keganasan THT (712 kasus). Karsinoma nasofaring sebesar 71,77% diikuti oleh
keganasan hidung dan paranasal 10.11%, telinga 2,11%, orofaring/tonsil 1,69%,
esophagus/bronkus 1,54%, rongga mulut 1,40% dan parotis 0,28%.
HISTOPATOLOGI
Ca sel skuamosa meliputi 95% sampai 98% dari semua tumor ganas laring. Ca sel
skuamosa dibagi 3 tingkat diferensiasi:
a) diferensiasi baik (grade 1)
b) berdiferensiasi sedang (grade 2)
c) berdiferensiasi buruk (grade 3)
kebanyakkan tumor ganas pita suara cenderung berdiferensiasi baik. Lesi yang
mengenai hipofaring, sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang berdiferensiasi baik.
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 23/27
PATOFISIOLOGI
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan
pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja
dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya
belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan leher menyebabkan
5,5% dari semua penyakit keganasan. Terutama neoplasma laryngeal, 95% adalah
karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar
dengan lambat. Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase
ke arah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglottis (ekstrinsik) metastase lebih
umum terjadi. Tumor superglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai
pita suara sehingga mengakibatkan suara serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi
lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.
KLASIFIKASI LETAK TUMOR
- Tumor supraglotik:
Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai batas atas glottis termasuk
pita suara palsu dan ventrikel laring.
- Tumor glotik:
Mengenai pita suara asli. Batas inferior glotik adalah 10 mm di bawah tepi bebas pita
suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot intrinsic pita suara. Batas superior
adalah ventrikel laring. Oleh karena itu tumor glotik dapat mengenai 1 atau ke 2 pita
suara, dapat meluas ke subglotik sejauh 10 mm dan dapat mengenai komisura anterior
atau posterior atau prosessus vokalis kartilago aritenoid.
- Tumor subglotik:
Tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai batas inferior
krikoid.
- Tumor ganas transglotik:
Tumor yang menyeberangi ventrikel mengenai pita suara asli dan pita suara palsu atau
meluas ke subglotik lebih dari 10 mm.
GEJALA KLINIK
1. Serak:
Gejala utama Ca laring, merupakan gejala dini tumor pita suara. Hal ini
disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh
besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan
ketegangan pita suara.
Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh
ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-
otot vokalis, sendi dan ligament krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf.
Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara
tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi semakin kasar, mengganggu,
sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri,
sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor.
Apabila tumor laring tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan
menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, dibagian bawah plika
ventrikularis atau dibatas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian.
Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau
tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif
seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. Tumor
hipofaring jarang menimbulkan serak kecuali tumornya eksentif.
2. Suara bergumam (hot potato voice): fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumam.
3. Dispnea dan stridor:
Gejala yang disebabkan sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada tiap tumor
laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan
kotoran atau secret maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik dan
transglotik terdapat kedua gejala tersebut. Sumbatan yang terjadi perlahan-lahan dapat
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 24/27
dikompensasi. Pada umunya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang
baik.
4. Nyeri tenggorok: keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri
yang tajam.
5. Disfagia:
Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus
piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas
postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagia) menandakan adanya tumor ganas
lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
6. Batuk dan hemoptisis:
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan
tertekanya hipofaring disertai secret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering
terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik.
7. Nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, hemoptisis, batuk dan penurunan berat
badan menandaka perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh.
8. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor
ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.
9. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi
tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.
Diagnosis
Diagnosis ditebgakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan kaca
laring atau langsung dengan mengggunakan laringoskop. Pemeriksaan ini untuk menilai
lokasi tumor, penyebaran tumor kemudian dilakukan biopsy untuk pemeriksaan patologi
anatomic.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah
juga pemeriksaan radiologic. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada
atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT scan laring dapat
memeperlihatkan keadaan penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-
epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomic dari bahan
biopsy laring dan biopsy laring dan biopsy jarum halus pada pembesaran kelenjar getah
bening di leher. Dari hasil patologi anatomi yang terbanyak adalah karsinoma sel
skuamosa.
v KLASIFIKASI TUMOR GANAS LARING (AJCC DAN UICC 1988)
A) TUMOR PRIMER (T)
Supraglotik
Tis karsinoma in situ
T1 tumr terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih baik)
T2 tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glottis masih bisa
bergerak (tidak terfiksir)
T3 tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid
bagian belakang, dinding medial dari sinus prirformis dan ke arah rongga pre
epiglottis.
T4 tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada
leher atau merusak tulang rawan tiroid.
Glottis
Tis karisnoma in situ
T1 tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih
baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
T2 tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat
bergerak atau sudah terfiksasi (impaired mobility).
T3 tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksasi.
T4 tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari
laring.
Subglotik
Tis karsinoma in situ
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 25/27
T1 tumor terbatas pada daerah subglotis
T2 tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudaj
terfiksasi.
T3 tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksasi.
T4 tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau
kedua- duanya.
Penjalaran ke kelenjar limfa (N)
Nx kelenjar limfa tidak teraba
N0 secara klinis kelenjar tidak teraba
N1 secara klinis tidak teraba satu kelenjar linfa dengan ukuran diameter 3 cm
homolateral.
N2 teraba kelenjar limfe tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3-6cm
N2a satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm.
N2b multiple kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm
N3 metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.
Metastasis jauh (M
Mx tidak terdapat/terdeteksi.
M0 tidak ada metastasis jauh
M1 terdapat metastasis jauh.
Staging (= stadium)
ST1 T1 N0 M0
STII T2 N0 M0
STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
STIV T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
o T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M
Penatalaksanaan
Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan maka ditentukan tindakan yang
akan diambil sebagai penanggulanangannya.
Ada 3 cara penanggulangan yang lazim dilakukan yakni pembedahan, radiasi,
obat sitostatika atau pun kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium penyakit dan
keadaan umum pasien.
Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi,
stadium 2 dan 3 dikirim untuk operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan rekonstruksi
bila masih memungkinkan atau dikirim untuk mendapatkan radiasi.
Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis atau pun parsial, tergantung lokasi
dan penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran
ke kelenjar limfa leher.
Pemakaian sitostatika belum memuaskan, biasanya jadwal peberian sitostatika
tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk di samping harga obat ini yang
relative mahal sehingga tidak terjangkau oleh pasien.
Para ahli berpendapat bahwa tumor laring ini mempunyai prognosis yang palaing
baik di antara tumor-tumor daerah traktus aero-digestivus bila dikella dengan tepat,
cepat dan radikal.
Rehabilitasi Suara
Laringektomi yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma laring menyebabkan
cacat pada pasien. Dengan dilakukannya pengangkatan laring beserta pita suara yang
ada di dalamnya, maka pasien akan menjdai afonia dan bernafas melalui stoma
permanen di leher.
Untuk itu diperlukan rehabilitasi terhadap pasien, baik yang bersifat umum yakni
agar pasien dapat bermasyarakt dan mandiri kembali maupun rehabilitasi khusus yakni
rehabilitasi suara (voice rehabilitation), agar pasien dapat berbicara (bersuara) sehingga
berkomunikasi verbal. Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu
suara yakni semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula atau pun
dengan suara yang dihasilkan dari esophagus (esophageal speech) melalui proses
belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini tetapi
dapat disimpulkan menjadi 2 faktor utama ialah faktor fisik dan faktor psiko-sosial.
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 26/27
Diposkan oleh alfaa ekspayer di 00.27
Label: Kedokteran
Suatu hal yang sangat membantu adalah pembentukan wadah perkumpulan
guna menghimpun pasien-ppasien tuna-laring guna menyokong aspek psikis dalam
lingkup yang luas dari pasien baik sebelum maupun sesudah operasi.
Anamnesis Tambahan• Benjolan
– Lokasi (pertama x, tempat lain)
– Sifat benjolan: batas, konsistensi, warna, ulcus, dapat digerakkan/tidak
– Nyeri
• Keluhan lain
– BB menurun
• Sejak kapan, bagaimana sifatnya
• Nafsu makan menurun/meningkat/normal
– Pengaruh mens ada/tidak
– Gangguan pernapasan, saat makan, pendengaran
– Demam
– gejala penyerta lainnya
• Riwayat medis: radiasi, pil KB,
• Riwayat kebiasaan hidup: rokok, alkohol, ikan asin
• Riwayat keluarga
Pemeriksaan Fisis Tambahan
• Inspeksi
Benjolan
• Lokasi
• Sifat benjolan: ukuran, warna, ulcus
• Menelan: ikut gerakan / tidak
• Palpasi
1. Benjolan: batas, permukaan, konsistensi, mudah digerakkan/tidak,
2. Kelenjar limfe leher: submental, submandibular, jugularis, asesorius, supra dan
infraklavikular
3. Kelenjar limfe aksilla dan inguinal
Kedokteran
1. Modul benjolan pada leher skenario 2 - New !!
2. Modul benjolan pada paha skenario 2 - New !!
3. Modul benjolan pada payudara skenario 2 - New !!
4. modul BAB berdarah skenario 2 - New !!
5. modul kuning skenario 2 - New !!
6. modul sakit perut skenario 2 - New !!
Widget by Abu Farhan
Rekomendasikan ini di Google
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
9/18/13 Rakyat Kecil Berdasi: Modul benjolan pada leher skenario 2
alfaa-ekspayer.blogspot.com/2011/10/modul-benjolan-pada-leher-skenario-2.html 27/27
Posting Lebih Baru Posting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai: Google Account
Publikasikan Pratinjau
Buat sebuah Link
Link ke posting ini
didirikan oleh alfaa ekspayer. Gambar template oleh Raycat. Diberdayakan oleh Blogger.