Download - Raden Rahmadi Kusumoputra

Transcript
Page 1: Raden Rahmadi Kusumoputra

ANALISIS PROSES ONTOGENI DAN EUTROFIKASI DANAU DI

INDONESIA

Disusun oleh :

Raden Rahmadi Kusumoputra 230110130198

Kelas :

Perikanan C

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR

2015

Page 2: Raden Rahmadi Kusumoputra

Pertumbuhan atau perkembangan danau mulai dari terbentuk, mengalami proses

eutrofikasi dan selanjutnya berubah menjadi ekosistem terrestrial melalui beberapa stadia

perubahan.

Setelah terbentuk danau akan mengalami penuaan (Eutrofikasi). Eutrofikasi secara alami

terjadi dalam waktu yang panjang. Vollenweider (1968) dalam Landner (1976) menyatakan

eutrofikasi adalah pengkayaan nutrien yang dikuti oleh kemunduran kualitas air. Definisi yang

paling mendasar membatasi eutrofikasi dalam pengertian pengkayaan badan air dengan nutrien

inorganik, khususnya nitrogen dan fosfor.

Stadia / Tahapan Perubahan

Pembentukan dan pertumbuhan danau melalui bermacam-macam stadia, dari stadia awal,

stadia intermediate, stadia akhir. Dalam perkembangan danau terdapat susunan mikroba di dalam

tanah sebagian besar terdiri dari bakteri, fungi, dan mikroalga. Populasi mikroba dalam tanah

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu :

1) Jumlah dan macam zat hara

2) Kelembaban

3) Tingkat aerasi

4) Suhu

5) pH

6) Perlakuan pada tanah seperti penambahan pupuk atau banjir yang dapat menyebabkan

peningkatan jumlah mikroba.

Berikut Tahapan Ontogeni pada danau dangkal :

1. Danau belum terkontaminasi oleh sedimen, atau belum adanya sedimen yang mengendap

di dasar danau.

2. Komunitas Litoral masih ada, karena air danau masih ada dalam volume maksimal,

dengan bagian dasar terdapat sedimen yang ketinggiannya masih rendah

Page 3: Raden Rahmadi Kusumoputra

3. Bagian dasar danau yang terdiri dari sedimen mulai naik ke atas, mengisi setengah dari

tinggi air. Tetapi air masih ada diantara sedimen.

4. Permukaan air sudah mulai tertutupi oleh sedimen, sudah tidak ada air.

5. Dari tahapan danau Rheotrophic sampai Ombrotrophic yang terjadi setelah tahapan ke-4.

Istilah ombrotrophic terjadi di mana air di permukaan tanah adalah acidic, baik dari

acidic tanah air, atau tempat air yang seluruhnya berasal dari hujan. Air mengalir dari

danau memiliki karakteristik warna coklat, dari larut turf tannins. danau sangat sensitif

habitat, yang tinggi penting untuk keanekaragaman hayati. Berikut proses kimianya :

Proses perubahan kimia Ca, H, HCO3, dan SO4 merupakan unsure kimia yang signifikan

perubahannya. Dengan keterangan :

pH yang ada saat tahap pertama sebesar 7.6 ppm, dan saat masuk tahap Ombrotrophic

turun sebesar 3.8 ppm. Unsur-unsur diatas merupakan unsur makro yang ada di perairan. Bagian-

bagian yang diberi kotak merah itu merupakan perbandingan dari tahap Rheotrophic sampai

Ombrotrophic sangat jauh. Misalnya saja Ca pada bagian Rheotrophic sebanyak 4.0 ppm,

sedangkan saat ombrotrophic sebesar 0.04 ppm.

Stadia Awal pada Proses Perkembangan

Pada stadia ini disebut danau rheotrophic yaitu pemasukan bahan–bahan ke dalam danau

yaitu produktivitas (autochonus, allochtonus). Golongan autotonus, yaitu golongan mikroba atau

pun plankton yang telah ada pada suatu ekosistem perairan danau yang selalu tetap didapatkan di

dalam tanah dan tidak tergantung kepada pengaruh lingkungan luar seperti iklim, temperatur,

kelembaban. Pada golongan allochtonus merupakan makhluk hidup ataupun berupa limbah yang

berasal dari luar yang masuk secara alami ataupun dampak dari perbuatan manusia.

Stadia Intermediate

Golongan autochtonus didominasi oleh produktifitas fitoplankton dan sedikit

produktifitas litoral. Pada stadia intemediate ini proses pendangkalan danau masih berada pada

tahap rheotrophic yang ke dua, dimana danau tersebut masih memiliki lapisan air yang sedikit

untuk pembentukan area litoral. Lalu terjadi kondisi mesotrophic serta diikuti dengan

berkembangnya tumbuhan (makrofita) yang berakar dan daunnya yang mencuat keatas

Page 4: Raden Rahmadi Kusumoputra

permukaan air. Dan pada stadia ini berkembangnya tumbuhan rushes dan sedges, sisa tumbuhan

inalang ini berubah menjadi gambut (fen peat). Berkembangnya fen peat sampai kepermukaan

tanah maka akan membentuk gambut transisi.

Stadia Akhir

Stadia akhir adalah dimana fen dan transisi peat mulai berkembang dan terjadi

pendangkalan yaitu dengan sedimen mencapai kepermukaan. Serta dimulainya tahapan

ombrotrophic. Tumbuhan pada ombrotrophic tergantung kepada nutrisi air hujan. Dan

ombrotrophic pun miskin akan nutrisi dan tingkat keasaman yang kuat. Komunitas organisme

sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput

dan remis, serangga, crustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular,

itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.

Faktor yang mempengaruhi pendangkalan danau

Yang mempengaruhi pendangkalan danau dipengaruhi oleh faktorr alami dan buatan

manusia. Faktor alami adalah karena erosi. Faktor-faktor yang menyebabkan pendangkalan atau

hilangnya suatu danau diantaranya :

a) Pembentukan delta-delta dan pelumpuran danau. Hal ini dapat terjadi jika di daerah hulu

sungai timbul erosi besar akibat gundulnya hutan atau sebab lainnya. Kemudian

penyempitan delta serta pendangkalan danau, yang akhirnya dapat membuat danau

lenyap

b) Gerakan tektonik berupa pengangkatan dasar danau

c) Pengendapan jasad tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang mati akan

mempercepat proses pendangkalan dasar danau

d) Penguapan yang sangat kuat

Sungai-sungai yang meninggalkan danau menimbulkan erosi dasar pada bibir danau,

sehingga tempat itu rendah dan akibatnya air danau keluar lebih banyak. Akibatnya danau bisa

menjadi kering dan kehabisan air.

Faktor Erosi

Page 5: Raden Rahmadi Kusumoputra

Faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya pendangkalan adalah erosi tanah dari

daratan sekitar danau. Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan

kemudian dipindahkan (transported) ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, sungai atau

gravitasi.

Empat faktor utama yang dianggap terlibat dalam proses erosi adalah iklim, sifat tanah,

topografi dan vegetasi penutup lahan. Oleh Wischmeier dan Smith (1975) keempat faktor

tersebut dimanfaatkan sebagai dasar untuk menentukan besarnya erosi tanah melalui persamaan

umum yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan persamaan universal (Universal Soil Loss

Equation.-USLE). Laju erosi yang dinyatakan dalam mm/thn atau ton/ha/thn yang terbesar yang

masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup

bagi pertumbuhan tanaman yang memungkinkan tercapainya produktivitas yang tinggi secara

lestari disebut erosi yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan disebut nilai T.

Faktor Gerakan Tektonik

Tektonisme adalah tenaga yang berasal dari kulit bumi yang menyebabkan perubahan

lapisan permukaan bumi, baik mendatar maupun vertikal. Tenaga tektonik adalah tenaga yang

berasal dari dalam bumi yang menyebabkan gerak naik dan turun lapisan kulit bumi. Gerak itu

meliputi gerak orogenetik dan gerak epirogenetik. (orogenesa dan epiro genesa). Dengan gerakan

vertical tersebut maka akan merubah topografi dasar danau sehingga menyebabkan

pendangkalan.

Gerak orogenetik adalah gerak yang dapat menimbulkan lipatan patahan retakan

disebabkan karena gerakan dalam bumi yang besar dan meliputi daerah yang sempit serta

berlangsung dalam waktu yang singkat. Gerak epirogenetic yaitu gerak yang dapat menimbulkan

permukaan bumi seolah turun atau naik, disebabkan karena gerakan di bumi yang lambat dan

meliputi daerah yang luas gerak epirogenetik di bedakan menjadi dua, yaitu gerak epiro genetic

positif dan gerak epiro genetic negatif.

Faktor Perbuatan Manusia

Selain disebabkan oleh faktor alami pendangkalan danau juga disebabkan oleh perbuatan

manusia. Karena danau merupakan Sumber air minum, Sumber irigasi dibidang pertanian,

Page 6: Raden Rahmadi Kusumoputra

pencegahan dan pengendalian banjir, Budidaya dan penangkapan perikanan darat, PLTA

(Pembangkit listrik tenaga air), Sarana rekreasi dan olahraga.

Blooming Fitoplankton

Masuknya limbah pakan (nutrien) ke perairan danau dalam jumlah yang berlebih dapat

menyebabkan perairan menjadi lewat subur, sehingga akan menstimulir blooming (ledakan)

populasi fitoplankton dan mikroba air yang bersifat patogen. Limbah zat hara dan organik baik

dalam bentuk terlarut maupun partikel, berasal dari pakan yang tidak dimakan dan eksresi ikan,

yang umumnya dikarakterisasi oleh peningkatan total padatan tersuspensi (TSS), BOD5, COD,

dan kandungan C, N dan P. Secara potensial penyebaran dampak buangan limbah yang kaya zat

hara dan bahan organik tersebut dapat meningkatkan sedimentasi, siltasi, hipoksia,

hipernutrifikasi, dan perubahan produktivitas serta struktur komunitas bentik (Barg, 1992).

Dampak Pendangkalan danau

Pendangkalan danau dalam kehidupan makhluk hidup akan sangat berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup manusia, hewan, maupun tumbuhan yang hidup disekitar danau tersebut.

Dampak yang akan terjadi pada manusia ialah dampak dari segi ekonomi, segi ekologi dan segi

sosial.

Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi yang di timbulkan sangat jelas merugikan daerah tersebut. Yang mana

kerusakan, pencemaran, dan pendangkalan akan menyebabkan beralih fungsinya danau yang

semula sebagai tempat objek wisata yang sangat terkenal akan keindahannya menjadi sebuah

danau penampungan sampah dengan bau yang tidak sedap serta tempat pembiakan eceng

gondok. Tidak lagi tersedianya pasokan air bersih, tidak terdapat lagi tempat untuk

membudidayakan ikan dengan menggunakan karamba jaring apung.

Dampak ekologi

Yaitu meliputi segala bentuk perubahan mendasar yang terjadi di sekitar lingkungan

danau. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan antara lain :

Page 7: Raden Rahmadi Kusumoputra

a) Pembuangan sisa sampah dan sisa limbah rumah tangga merupakan faktor utama yang

menyebabkan tumbuhnya eceng gondok, pertumbuhan populasi eceng gondok yang begitu cepat

dan melimpah menyebabkan menyempitnya permukaan danau, eceng gondok yang telah

membusuk akan mengendap ke dasar danau sehingga sedikit demi sedikit danau akan menjadi

dangkal, selain dari itu berbagai kegiatan para masyarakat nelayan juga menyebabkan terjadinya

pengendapan.

b) Terjadinya erosi air sungai sekitar danau atau sungai yang mengisi danau, erosi dapat

terjadi ketika sungai tidak mampu menanggulangi air hujan dengan aliran yang begitu besar,

penyebab hal itu terjadi akibat hutan yang gundul, pembuangan sampah yang tidak tepat oleh

masyarakat menyebabkan tersumbatnya aliran sungai sehingga air dengan tekanan tinggi akan

mengikis pinggiran sungai dan bermuara ke danau sehingga danau akan mengalami

pendangkalan.

c) Pembusukan flora menyebabkan air danau berbau busuk, hal inilah yang membuat danau

tersebut menjadi sumber masalah polusi udara, dengan bau yang tidak sedap ini menyebabkan

terganggunya berbagai aktivitas di sekitar danau.

Dampak Sosial

Kerusakan, pencemaran, dan pendangkalan danau akan berdampak sosial terhadap

kelangsungan hidup masyarakat sekitar danau. Dampak Sosial tersebut seperti terjadinya ketidak

sepahaman antara masyarakat sadar lingkungan dan masyarakat yang tidak sadar akan

lingkungan. Masyarakat yang tidak sadar akan lingkungan akan selalu melakukan kegiatannya

yang mengotori danau dengan membuang sampah dan sisa limbah rumah tangga mereka tanpa

menyadari bahwa yang telah dilakukan itu akan merusak lingkungan dan organisme yang ada

didanau dan menonaktifkan fungsi danau yang sebenarnya.

Pencegahan Agar Tidak Terjadi Pendangkalan Danau

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya pendangkalan danau yang terjadi akibat

faktor alami maupun manusia. Hal ini akan menghambat ataupun menghindari proses ontogeni.

Pencegahan ini dilakukan oleh beberapa orang yang sadar akan pentingnya danau ataupun

pemerintah yang akan membuat kebijakannya. Pencegahannya sebagai berikut :

Page 8: Raden Rahmadi Kusumoputra

Penanganan Erosi

Pendugaan jumlah erosi dan sedimen yang terjadi dan masuk kedalam danau dengan

menggunakan model simulasi GeoWEPP (Geo-spasial Water Erosion Prediction Project).

GeoWEPP merupakan model fisik simulasi kontinyu yang dapat digunakan untuk

memperkirakan tingkat erosi yang terjadi di DAS karena GeoWEPP memiliki kelebihan untuk

memprediksi distribusi kehilangan tanah spasial dan temporal untuk sebuah lereng atau titik

tertentu pada suatu lereng secara harian, bulanan atau rata-rata tahunan. Hasil keluaran dapat

diekstrapolasi kedalam kondisi yang lebih luas. Dengan kata lain, model GeoWEPP dapat

memprediksi efek in-site dan off site dari erosi tersebut. Dengan diketahuinya sumber erosi pada

danau maka akan dapat mencegah terjadinya erosi secara berkelanjutan yang akan

mengakibatkan pendangkalan danau.

Selain menggunakan alat yang dapat mendeteksi erosi, penanganan erosi pun dapat

dilakukan dengan reboisasi pada DAS dan hutan sekitar danau agar daya serap air semakin

banyak dan tidak menyebabkan erosi, selain itu juga dapat mencegah sedimentasi kedanau.

Setelah mengetahui akan terjadinya erosi maka dilakukanlah penembokan atau reboisasi

disekitar danau / situ sebelum erosi terjadi.

Pengerukan Danau

Salah satu cara untuk mencegah pendangkalan danau adalah dengan pengerukan danau.

Apabila danau telah dinilai mulai mengalami pendangkalan maka dilakukan pengerukan agar

danau kembali kekedalaman yang semestinya, sementara hasil pengerukan ini akan dijadikan

tanggul bantaran sungai agar tidak terjadi sedimentasi.

Kesadaran Masyarakat

Pendangkalan danau yang disebabkan oleh manusia seperti pembuatan karamba jaring

apung yang melewati ambang batas, membuang sampah rumah tangga kedalam danau dan

dijadikannya danau sebagai pemukiman permanen dapat dicegah atau dikurangi dengan

meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya danau bagi kelangsungan hidup mereka.

Jika perlu dibuat peraturan yang melarang keras pembangunan pemukiman disekitar danau.

Pendekatan Sistem

Page 9: Raden Rahmadi Kusumoputra

Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan

dilakukannya identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu

operasi sistem yang efektif (Eriyatno, 2007). Konsep sistem yang berlandaskan pada unit

keragaman dan selalu mencari keterpaduan antar komponen melalui pemahaman secara holistik

(menyeluruh) dan utuh, merupakan suatu alternative pendekatan baru dalam memahami dunia

nyata (Forester, 1971). Pendekatan sistem disini dimaksudkan untuk dapat membangun model

pengendalian pencemaran dari limbah-limbah yang ada di sekitar danau. Sehingga pemanfaatan

fungsi danau dapat berkesinambungan.

Danau Yang Telah Terjadi Pendangkalan

Di Indonesia terdapat beberapa danau yang telah mengalami ataupun yang sedang dalam

proses mengalami pendangkalan danau. Berikut beberapa contoh danau di Indonesia yang telah

mengalami pendangkalan danau. Akibat atau dampak dari kegiatan manusia di dalam DAS

tangkapan danau, di daerah sekitar danau dan di dalam danau itu sendiri ternyata telah banyak

menimbulkan dampak negatif terhadap badan danau itu sendiri, yang dapat berupa pengurangan

atau penyusutan volume danau sebagai akibat sedimentasi, perubahan kualitas air dan neraca

hidrologi danau.

1) Danau Sentarum

Erosi di sekitar kawasan Danau Sentarum terus terjadi. Akibatnya Danau Sentarum

mengalami pendangkalan. Setiap tahunnya pendangkalan yang terjadi mencapai 25 cm. Berarti

dalam empat tahun, pendangkalan air Danau Sentarum bisa mencapai satu meter. Kalau sekarang

kedalaman danau ini 10-16 meter, berarti 50 tahun lagi dasar Danau Sentarum sudah rata dengan

daratan. Lebih mengejutkan lagi setelah diamati di lapangan, adanya sedimentasi yang mencapai

25cm.

2) Danau Limboto

Danau yang luasnya pernah mencapai 7000 hektare ini terletak di Kabupaten Limboto,

Gorontalo. Pendangkalan dan penyempitan danau terus menerus terjadi hingga saat ini dan

luasnya menjadi kurang dari 3000 hektare. Sangat menyedihkan karena danau ini masuk ke

dalam daftar sepuluh danau rusak parah. Saat ini sulit untuk menangkap ikan di Danau Limboto.

Page 10: Raden Rahmadi Kusumoputra

Di samping itu, permukaan air sudah tertutupi oleh eceng gondok yang mengurangi oksigen bagi

kehidupan organisme di bawah air.

Pendangkalan danau terjadi karena tingginya sedimentasi akibat pembalakan liar di hulu,

daerah aliran sungai yang rusak ikut mempercepat proses sedimentasi. Alhasil, jika musim

kemarau datang, kedalaman danau hanya 1,5 meter saja. Kemudian di sisi lain, penyempitan atau

penyusutan luas danau terjadi karena berjamurnya pemukiman warga di pinggir danau dan juga

keramba-keramba ikan yang sudah ditinggalkan warga. Yang mengagetkan ialah penguasaan

lahan di tepi danau tersebut mendapat legalitas dari pemerintah pada tahun 1995 dengan

membagikan sertifikat gratis. Danau Limboto sekarang mengalami krisis pendangkalan yang

paling dramatis. Sampai tahun 1993, kedalaman danau rata-rata tinggal 1,8 meter dengan luas

3.022,5 hektare. Padahal, tahun 1934 kedalamannya 14 meter dengan luas 7.000 hektare (lihat

daftar). Dengan memperhatikan keadaan alam dan faktor-faktor yang mempengaruhi

pendangkalan, diperikirakan danau Limboto di tahun 2020 tinggal kenangan.

3) Danau Tondano

Laju kerusakan lingkungan, pencemaran, dan sedimentasi makin kencang. Kondisi ini

membuat danau terbesar di Sulut ini masuk dalam daftar 15 danau di Indonesia yang kritis dan

terancam hilang. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sulut melalui Kabid Pengendalian

Pencemaran Sony Runtuwene SE mengatakan, kondisi kiritis Danau Tondano akibat kegiatan

manusia, seperti penebangan hutan di bagian hulu dan aktivitas pertanian, mempercepat proses

sendimentasi. Data tim peneliti Unsrat memprediksi, erosi yang terjadi di bagian hulu DAS

sebesar 28,63 hingga 63,00 ton/ha/tahun. Sedangkan JICA mengindikasikan 12,5 hingga 27,6

ton/ha/tahun.

Kedalaman terdalam tinggal sekitar 12 meter. Padahal, penyelaman di titik yang sama

pada 1984 lalu menunjukkan kedalaman danau masih 40 meter. Berarti, selama 27 tahun (1984-

2011) telah terjadi sedimentasi setinggi 28 meter, alias rata-rata 1,04 meter per tahun. Jika

diasumsikan laju sedimentasi tetap, maka diperkirakan di 2015 saat ini, kedalaman terdalam

Danau Tondano berada di bawah 10 meter. Bisa saja, 10 tahun lagi Danau Tondano ‘In

Memoriam’. Padahal danau seluas 4.667,512 hektar (ha), memiliki banyak manfaat dan fungsi

yang dapat dirasakan. Sebagai sumber air pertanian, peternakan, PDAM dan PLTA. “Selain itu,

Danau Tondano dapat dimanfaatkan sebagai budidaya perikanan karamba dan jaring apung,”

Page 11: Raden Rahmadi Kusumoputra

ungkap Runtuwene. Hanya saja, lanjutnya, pencemaran dan kerusakan lingkungan menyebabkan

permasalahan besar terjadi di danau terbesar di Sulut ini.

4) Danau Rawa Pening

Jawa Tengah, sudah mengalami pendangkalan yang sangat pesat karena sedimentasi,

tetapi juga karena pertumbuhan eceng gondok. Kondisi semacam ini menyebakan fungsi

danau tersebut sebagai PLTA yang jauh berkurang dibandingkan beberapa tahun yang lalu

(Sutanto dan Sulaswono, 2002). Kegiatan manusia di dalam badan danau banyak yang

mempengaruhi fungsi danau.

5) Danau Semayang dan Danau Melintang

Propinsi Kalimantan Timur, mengalami pendangkalan, sehingga habitat pesut Mahakam

terganggu. Kebakaran hutan menyebabkan air yang masuk ke dalam danau tersebut berwarna

coklat kehitaman dan kualitas air yang tidak seperti kondisi semula. Inilah antara lain yang

menyebabkan semakin langkanya pesut Mahakan jarang ditemukan di danau tersebut

6) Danau Matano

Sulawesi, ternyata mengalami perubahan kualitas air di beberapa tempat karena limbah

dari industri pertambangan dibuang ke dalam danau tersebut (observasi lapangan, 1996).

Perubahan Ekosistem Danau Sebagai Dampak Kerusakan Daerah Aliran Sungai Dan

Pengelolaannya

Danau mempunyai potensi sumberdaya air yang sangat besar, baik kuantitas maupun

kualitasnya yang belum dimanfaatkan secara optimal. Keberadaan danau pada saat ini

mengalami degradasi baik kuantitas maupun kualitasnya yang mengakibatkan perubahan

ekosistem danau. Perubahan ekosistem ini disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan di DAS

tangkapan danau, di daerah sekitar danau maupun aktivitas manusia di dalam danau. Perubahan

yang banyak terjadi disebabkan oleh sedimentasi, masukya unsur hara yang mengarah ke

eutrofikasi, penyusutan volume danau yang semuanya akan mengancam potensi air di dalam

danau.

Page 12: Raden Rahmadi Kusumoputra

Mempertahankan lingkungan danau dengan meniadakan aktivitas masyarakat sekitar

danau tidak mungkin dilakukan, tetapi mengatur pemanfaatan dengan pengelolaan yang baik

masih mungkin dilakukan. Perubahan iklim global berdampak kepada lingkungan, di antaranya

pada sumber daya air. Perubahan pola hujan, banjir dan kekeringan merupakan salah satu

dampak dari perubahan iklim yang memberi dampak kepada danau. Pengelolaan danau harus

menyesuaikan dengan perubahan ini. Pengelolalaan danau tidak terpisahkan dengan pengelolaan

daerah sekitar danau dan DAS tangkapannya. Pengelolaan danau dan daerah sekitarnya

diarahkan kepada kesinambungan suplai air ke dalamnya dan pengendalian erosi di hulu dan

sedimentasi di danau. Pengelolaan danau seharusnya dilakukan secara terpadu, partisipasi aktif

masyarakat yang tinggal di sekitar danau dan DAS tangkapannya.

Perubahan Kondisi Das Tangkapan Danau

Danau mendapatkan masukan air dan unsur hari dari berbagai sumber, yaitu dari air

hujan yang jatuh ke dalam danau, aliran air yang masuk ke dalam Danau melalui sungai ataupun

airtanah. Air yang berasal dari daerah tangkapan membawa unsur hara, sedimen serta unsur lain

yang terlarut atau tersuspensi di dalam air sungai. Dengan demikian air yang masuk ke dalam

danau yang berasal dari DAS tangkapannya akan mencerminkan kondisi DAS tangkapannya

tersebut. Debit dan sedimen mencerminkan kondisi iklim, morfometri DAS serta penggunaan

lahan di dalam DAS tersebut. Lahan pada umumnya mencerminkan kondisi lingkungan fisik,

termasuk relief, tanah, hidrologi dan vegetasi. Tutupan lahan mencerminkan gambaran

kenampakan fisik dari permukaan lahan, seperti hutan, air dan vegetasi, dan sering menjadi fokus

perhatian dari analisis penginderaan jauh, termasuk interpretasi foto udara dan citra satelit.

Penggunaan lahan di pihak lain mencakup rekayasa manusia terhadap lahan untuk memenuhi

keperluan dan keinginannya. Perubahan kondisi iklim, morfometri DAS untuk jangka yang

pendek relatif kecil, namun perubahan penggunaan lahan dapat terjadi sangat cepat.

1. Aliran

Hujan yang jatuh di dalam DAS tangkapan danau, setelah mengalami proses hidrologi

akan diubah manjadi aliran yang kemudian masuk ke dalam danau sebagai input di dalam danau.

Page 13: Raden Rahmadi Kusumoputra

Curah hujan yang tinggi menghasilkan aliran yang tinggi, sehingga masukan air ke dalam danau

juga sangat ditentukan oleh kondisi iklim, terutama curah hujan.

Kemiringan DAS yang lebih besar akan menghasilkan aliran yang lebih cepat

dibandingkan dengan DAS yang kemiringannya lebih rendah. Iklim dan karakteristik morfometri

DAS relatif tetap, namun demikian kondisi yang berupa penggunaan lahan dapat berubah

demikian cepatnya, sehingga akibatnya dapat merubah sifat aliran yang masuk ke dalam danau.

Setelah air masuk terutama yang masuk melalui sungai ke dalam danau mengalami perubahan

sifat alirannya. Aliran yang semula mempunyai kecepatan alirannya tinggi, ketika air masuk ke

dalam danau kecepatan alirannya berkurang. Pengurangan luas hutan akan menyebabkan

berkurangnya evapotranspirasi, menyebabkan berkurangnya intersepsi oleh vegetasi, serta

berkurangnya infiltrasi ke dalam tanah, sehingga semuanya itu menyebabkan naiknya limpasan.

Pada waktu musim kemarau, apabila kondisi DAS tangkapannya tidak bagus, aliran dengan

cepat berkurang, bahkan habis sehingga tidak memberi masukan pada danau.

2. Sedimentasi

Pengurangan tenaga angkut air ketika aliran masuk ke dalam danau menyebabkan

terjadinya sedimentasi dari material yang diangkut oleh aliran air dari DAS tangkapannya di

dalam danau. Proses sedimentasi ini diawali di daerah muara sungai ke dalam danau, ketika tiba-

tiba aliran air berubah secara drastis menjadi lebih lambat. Butir-butir yang kasar dan berat akan

diendapkan lebih awal di daerah sekitar muara, sehingga daerah sekitar muara ini mempunyai

butiran (ukuran butir) yang lebih kasar dan lebih berat. Material yang lebih halus dan lebih

ringan akan dibawa aliran lebih jauh dan diendapkan di tempat yang lebih jauh dari muara ke

arah hilir. Material sedimen tidak hanya berasal dari daerah hulu, tetapi dapat juga berasal dari

daerah sekitar danau itu sendiri, berupa material longsoran tebing atau hasil erosi oleh ombak.

Organisme mati juga dapat menyumbang sedimentasi di danau tersebut.

Perubahan Kondisi Sekitar Danau

Daerah sekitar danau banyak digunakan untuk berbagai macam peruntukan. Daerah

pinggiran danau yang dikenal sebagai daerah pasang surut sering digunakan untuk berbagai

penggunaan, antara lain untuk kegiatan pertanian. Banyak sawah dibuka di daerah yang

Page 14: Raden Rahmadi Kusumoputra

berdekatan dengan danau. Dengan kegiatan pertanian sawah yang tidak luput dari penggunaan

pupuk dan pestisida dapat memberikan unsur hara dan zat pencemar masuk ke dalam danau.

Daerah di sekitar atau pinggiran danau dapat merupakan lahan yang subur akibat terjadinya

sedimentasi, di mana sedimennya berasal dari daerah hulu, dengan demikian memang berpotensi

untuk dijadikan lahan pertanian sawah. Danau Limboto dan danau Tondano adalah salah satu

contoh danau yang pinggirannya berkembang pesat untuk dijadikan daerah pertanian sawah

(observasi lapangan tahun 2009). Kegiatan pertanian lahan kering juga dapat dilakukan di sekitar

danau yang kemiringan lahannya lebih besar, seperti terlihat di daerah Dataran Tinggi Dieng

Jawa Tengah, di mana di sekitar danau lahan ditanami dengan tanaman sayuran termasuk

kentang. Pengairan tanaman di daerah ini dilakukan dengan memompa air danau. Pengambilan

air dari danau dalam jumlah yang besar akan mengganggu neraca air danau, yang menyebabkan

volume air danau makin berkurang. Ketika musim hujan terjadilah erosi di daerah tersebut, hasil

erosi dapat masuk ke dalam danau, yang menyebabkan cepatnya proses pendangkalan danau

tersebut.

Perubahan Iklim Dan Penyusutan Danau

Perubahan lingkungan danau yang berupa pendangkalan lebih banyak disebabkan oleh

sedimentasi dari hasil erosi di DAS tangkapannya yang diendapkan di danau, biasanya di daerah

muara sungai yang masuk ke dalam danau. Di daerah ini ukuran sedimen yang diendapkan akan

lebih kasar dibandingkan sedimen yang diendapkan di bagian tengah danau. Semakin sering

terjadi banjir pada sungai-sungai yang masuk ke dalam danau akan semakin banyak sedimen

yang diendapkan dalam waduk tersebut. Penggunaan lahan di DAS tangkapannya yang

memungkinkan terjadinya erosi lebih intensif merupakan penyumbang sedimen terbesar dalam

danau tersebut. Daerah pinggiran danau dapat juga menyumbang sedimen yang berasal dari

kikisan tebing oleh ombak, dan kemungkinan tanah longsor, tetapi tidak sebesar sedimen yang

berasal dari daerah DAS tangkapannya.

Fakta di lapangan tidak hanya kegiatan langsung dari manusia yang menyebabkan

perubahan lingkungan secara umum, tetapi dampak pemanasan global sudah dirasakan di mana-

mana yang antara lain dapat dilihat dengan bergesernya musim, badai yang sering terjadi, banjir

dan longsor, baik banjir yang disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan maupun banjir

Page 15: Raden Rahmadi Kusumoputra

karena naiknya pasang laut, kekeringan dan kekurangan cadangan air (Slaymaker and Spencer,

1998). Kesemuanya itu akan memperparah kondisi danau pada umumnya. Banjir yang sering

terjadi banyak membawa sedimen ke dalam danau, menyebabkan cepatnya pendangkalan, di sisi

lain ketika kekeringan terjadi maka suplai air ke dalam danau berkurang. Evaporasi dari

permukaan danau dapat meningkat sebagai akibat peningkatan suhau dan panjangnya musim

kering, di sisi lain suplai air ke dalam danau berlangsung pada waktu yang lebih singkat. Hal ini

berarti akan mengurangi cadangan air yang ada di dalam danau. Perubahan iklim global

berpengaruh terhadap proses-proses hidrologi dan dengan kata lain dapat berpengaruh terhadap

neraca air di dalam DAS maupun di dalam danau.

DAFTAR PUSTAKA

Haryani, G.S., 2003. Potensi dan Arah Pengembangan Limnologi di Indonesia. Prosiding

Seminar Optimalisasi Fungsi danau sebagai Makrokosmos, Yogyakarta.

http://blhpp.wordpress.com/ (Diakses pada 7 Desember 2015 pukul 13.32)

https://jpvarian.wordpress.com/category/uncategorized/ (Diakses pada 7 Desember 2015 pukul

13.32)

http://www.iaea.org/inis/collection/NCLCollectionStore/_Public/33/001/33001707.pdf (Diakses

pada 7 Desember 2015 pukul 13.32)

http://limnologi.lipi.go.id/danau/profil.php?id_danau=sul_limb&tab=gambaran%20umum

(Diakses pada 7 Desember 2015 pukul 13.32)

http://manadopostonline.com/read/2015/06/27/Danau-Tondano-Terancam-Hilang/9888 (Diakses

pada 7 Desember 2015 pukul 13.32)