Download - RABU, 18 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Ubi Kayu Masa ... filedaerah sentra produksi ubi kayu. Tujuannya untuk meli-hat daya adaptasi dan stabilitas hasil dari klona yang diuji. Pengujian

Transcript
Page 1: RABU, 18 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Ubi Kayu Masa ... filedaerah sentra produksi ubi kayu. Tujuannya untuk meli-hat daya adaptasi dan stabilitas hasil dari klona yang diuji. Pengujian

PENINGKATAN pemanasan global membuat semakin ba-nyak ilmuwan berkonsentrasi menurunkannya. Untuk mere-alisasikan ‘pengurangan kadar karbon’, salah satu perusahaan semen terbesar di Amerika, Calera Corp, mengumumkan misinya untuk memperda-gangkan emisi CO2 kepada negara-negara penghasil emisi karbon dari proses produksi semen terbesar di dunia, yakni China dan India.

“Satu-satunya cara Anda akan membersihkan lingkung-an di China dan India adalah dengan membuat pembersih-an tersebut menguntungkan. Kalau menguntungkan, orang China akan berhasil sebelum kita,” ungkap Brent Constantz, peneliti dari Stanford Univer-sity’s School of Earth Sciences, Amerika, seperti yang dilansir New York Times, Jumat (13/8).

Constantz yang juga pemi-lik Calera Corp melanjutkan

perdagangan karbon tersebut dapat ditujukan pada sektor transportasi dan sektor serba-guna.

“India dan China meru-pakan dua negara dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap batu bara, yang

merupakan penghasil karbon terbesar. Semen ramah ling-kungan dapat dibuat dengan mengurangi emisi CO2 dan menguncinya secara permanen dalam konstruksi material.”

Di China, perusahaan China Resources Cement juga te-

ngah mengembangkan pula teknologi yang mampu me-ngurangi emisi karbon menjadi 30 miligram per meter kubik, jauh lebih rendah dari standar emisi, yakni 100 miligram per meter kubik maupun standar emisi internasional, yakni 50 mg. China menggunakan ba-han dari sampah pabrik seperti debu terbang hasil pembangkit listrik, gips, sampah pabrik baja Fangchenggang, serta sampah sisa industri kimia Cangwu untuk menghasilkan semen berkualitas. Tak hanya berkualitas secara ekonomis, tapi juga berkualitas secara lingkungan sosial.

Tak hanya itu, pengembang-an yang dilakukan perusahaan tersebut sejak 2003 telah ber-hasil menghasilkan proyek-proyek pembangkit energi melalui boiler limbah panas un-tuk menghasilkan uap suhu rendah.

Hasilnya, kapasitas listrik

sebesar 8.000 kWh juta per ta-hun cukup untuk menyelesai-kan seperempat dari produksi listrik, bisa menghemat biaya 10-15 yuan per ton semen.

Sementara itu, sebagian pe-neliti dari University of Dundee, Inggris, mulai bekerja dengan beberapa kolega di India. Tu-juan mereka mengembang-kan semen ramah lingkung an berbahan baku lokal India. Pemimpin proyek tersebut, Kevin Paine, mengakui tidak ada rumus tunggal pengganti yang sempurna untuk formula semen saat ini. Namun, ia me-ngatakan bahan sampah lokal dapat digunakan.

“Sebagai contoh, di India Anda mungkin membakar sekam padi untuk membuat silika sebagai bahan pencam-pur semen. Di Inggris, Anda bisa menggunakan abu terbang dari batu bara yang terbakar,” jelasnya seperti yang dilansir Herald Globe. (*/M-4)

HARI masih pagi. Dr Ir Sholihin Msc sibuk beraktivitas di kebun benih

Balai Penelitian Tanaman Ka-cang-kacangan dan Umbi-um-bian (Balitkabi), Malang, Jawa Timur (Jatim), Kamis (12/8).

Peneliti ubi kayu itu menun-jukkan empat klona harapan ubi kayu yang tumbuh subur di kebun tersebut. Yaitu OMM 9908-4, CMM 02048-6, CMM 99008-3, dan MLG-10.311.

Sholihin bersama dua pe-neliti Balitkabi lainnya, yakni Titik Sundari dan Kartika NW telah melakukan uji multilokasi terhadap empat klona terbaru itu. Terbukti, keempatnya lebih unggul ketimbang varietas pembanding Adira-4 dan UJ-5. Adira-4 ialah varietas unggul yang dirilis pada 1987 dan UJ-5 diperkenalkan pada 2000.

Kata Sholihin, keunggulan varietas ditentukan berbagai sifat, yakni hasil yang tinggi, umur genjah, ketahanan ter-hadap hama atau penyakit, daya adaptasi terhadap kondisi lingkungan, serta ukuran dan kandungan tertentu pada biji atau umbi. (Lihat tabel)

“Penelitian terhadap empat klona harapan itu untuk me-menuhi kebutuhan ubi kayu saat ini,” kata Sholihin.

Penyediaan benih klona harapan OMM 9908-4, CMM 99008-3, MLG 10.311, dan CMM 02048-6 dilakukan di Lampung dan Jatim yang ditanam pada Maret 2010, masing-masing seluas 2.500 meter persegi.

Diharapkan, akhir September 2010 tersedia benih penjenis masing-masing 5.000 stek.

Uji multilokasiMenurut Sholihin, sejauh

ini seleksi dilakukan dengan mengikuti prosedur perlua-san keragaman genetik ubi kayu melalui introduksi dari luar negeri (CIAT-Kolombia). Tahapan seleksi yang dilalui adalah seleksi tanaman tunggal , uji daya hasil pendahuluan dan uji daya hasil lanjutan. “Pertanaman sebagai bahan seleksi tanaman tunggal di-lakukan di Lampung,” kata Sholihin.

Selanjutnya, klona-klona yang terpilih dari seleksi tanam-an tunggal itu ditanam lagi se-bagai bahan untuk seleksi baris

tunggal yang dilakukan pada 2002. Kemudian pada 2003-2006, dilakukan seleksi petak tunggal hingga uji daya hasil lanjutan. Langkah berikutnya uji multilokasi di sejumlah daerah sentra produksi ubi kayu. Tujuannya untuk meli-hat daya adaptasi dan stabilitas hasil dari klona yang diuji.

Pengujian dilakukan selama dua tahun sejak 2007 di Lu-majang (Jatim), Pati (Jateng), Banyuwangi (Jatim), Pesawaran (Lampung), Lampung Timur, dan Lampung Tengah.

Percobaan lapang dilaksana-kan dengan menggunakan rancangan acak kelompok tiga ulangan. Pemupukan dilaku-kan dengan takaran 200 kg urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl/ha. Pupuk urea diberikan dua kali

pada saat tanam dan umur satu bulan masing-masing setengah bagian. Sementara SP36 dan KCl akan diberikan seluruhnya pada saat tanam. “Hasilnya menggembirakan,” tegasnya.

Kaya bioetanolSetelah uji multilokasi, di-

lakukan analisis konversi ubi kayu segar menjadi bioetanol. Analisis dilakukan di Kebun Percobaan dan di Laborato-rium Mikrobiologi Balai Be-sar Teknologi Pati (B2TP) Su-lusuban, Lampung, serta di Laboratorium Pengolahan dan Kimia Balitkabi, Malang, pada November 2005 sampai dengan Oktober 2006.

Sampel ubi kayu segar dari tiap klona dipotong di bagian ujung dan pangkalnya, dikupas

dan diparut, lalu ditimbang berdasarkan kadar gula to-talnya. Setelah itu dilakukan proses pembuatan etanol.

Jika dibandingkan dengan Adira-4 dan UJ-5, klona ter-baru ubi kayu ini lebih efi sien jika dikonversi menjadi etanol 96%. Untuk 1 liter etanol 96%, hanya perlu 4,29 kilogram ubi segar klona MLG 10.311 atau 4,23 kilogram ubi segar klona CMM 99008-3.

Adapun efisiensi konversi klona OMM 9908-4 diketahui sama dengan varietas pem-banding UJ-5, yaitu mem-butuhkan 4.52 kg ubi segar untuk 1 liter etanol 96%. Na-mun, klona OMM 9908-4 lebih hemat daripada Adira-4 jika dikonversi menjadi etanol, plus sesuai untuk sistem tumpang sari dengan tanaman pangan lainnya seperti kedelai, kacang tanah, jagung, dan padi.

Sementara itu umbi klona CMM 02048-6 kaya beta karo-ten 791 ug/100 gram. “Klona ini hemat untuk bahan etanol, juga masih bisa diterima peng-guna untuk konsumsi langsung sebagai pangan, yakni ubi rebus atau ubi goreng,” katanya.

Kebutuhan pasarEmpat klona harapan ubi

kayu OMM 9908-4, CMM 02048-6, CMM 99008-3, dan MLG-10.311 tersebut sudah di-ajukan untuk menjalani sidang pelepasan varietas di Komisi Pelepasan Varietas Kemente-rian Pertanian pada September 2010.

Bila disetujui untuk dilepas, klona harapan OMM 9908-4 diberi nama malang 8, klona MLG 10.311 diberi nama vari-etas lumajang 1, klona CMM 99008-3 diberi nama malang 3, dan klona CMM 02048-6 diberi nama malang 5. Dengan begitu, nantinya bisa memperbanyak 10 varietas unggul yang sudah ada sejak 1978. (M-4)

[email protected]

Pop Riset | 27RABU, 18 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA

Ubi Kayu Masa Depan Kaya BioetanolKlona ubi kayu terbaru dari Malang diklaim lebih efisien menghasilkan etanol. Plus bisa dikonsumsi langsung.

Semen Ramah Lingkungan Warnai China dan India

REUTERS/STRINGER

Bagus Suryo

MENELITI: Dr Ir Sholihin Msc, peneliti ubi kayu di Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), Malang, Jawa Timur, sedang memeriksa hama penyakit pada daun ubi kayu calon varietas unggul di kebun Balitkabi, Kamis (12/8).

MI/BAGUS SURYO

SEMEN RAMAH LINGKUNGAN: Pekerja mencoba memindahkan sekarung semen di pasar material di Hefei, Anhui, China, Rabu (2/6). China kini kerap menggunakan semen ramah lingkungan.