Halaman 1 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
PUTUSAN NOMOR 126/PID.B/2018/PT PBR
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Tinggi Pekanbaru yang memeriksa dan mengadili perkara-
perkara pidana dalam peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan
sebagai tersebut di bawah ini dalam perkara Terdakwa :
1. Nama lengkap : SUPRIYANTO Als ANTO ACEH Bin ISMAIL;
2. Tempat lahir : P. Bayu;
3. Umur/Tanggal lahir : 39 tahun /5 November 1979;
4. Jenis Kelamin : Laki-laki;
5. Kewarganegaraan : Indonesia;
6. Tempat tinggal : Kunto Raya Darussalam Rokan Hulu;
7. A g a m a : Islam;
8. Pekerjaan : Wiraswasta;
9. Pendidikan : SMP ( Tamat);
Terdakwa didampingi oleh Penasehat Hukum INDRA RAMOS, S.H, Advokat
pada kantor Pengacara dan Konsultan Hukum Indra Ramos & Rekan
berkantor di Jalan Arifin Achmad Nomor 88 Pekanbaru-Riau berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal 2 Maret 2018;
Terdakwa ditahan dalam Rumah Tahanan Negara oleh:
1. Penuntut Umum, sejak tanggal 14 Pebruari 2018 sampai dengan tanggal 26
Pebruari 2018;
2. Hakim Pengadilan Negeri Pekanbaru, sejak tanggal 27 Pebruari 2018
sampai dengan tanggal 28 Maret 2018;
3. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Pekanbaru, sejak tanggal 29 Maret
2018;
4. Sekarang terdakwa tidak ditahan;
Pengadilan Tinggi tersebut;
Telah membaca :
1. Surat Penetapan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Pekanbaru tanggal 6 Juni
2018 Nomor 126/PEN.PID.B/2018/PT.PBR tentang penunjukan Majelis
Hakim yang mengadili perkara atas nama terdakwa tersebut di atas
dalam tingkat banding;
Halaman 2 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
2. Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan dengan perkara ini
serta turunan putusan Sela Pengadilan Negeri Pekanbaru tanggal 30 April
2018 Nomor 174/Pid.B/2018/PN Pbr dalam perkara tersebut di atas;
Menimbang, bahwa berdasarkan surat dakwaan Penuntut umum
No.Reg.Perkara : PDM-70/PEKAN/02/2018, tanggal 26 Pebruari 2018
terdakwa telah didakwa sebagai berikut :
PERTAMA :
Bahwa ia terdakwa SUPRIYANTO Als ANTO ACEH Bin ISMAIL, pada
hari Sabtu tanggal 12 Maret 2016 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2016,
bertempat di Jalan Pala Pekanbaru atau setidak-tidaknya pada tempat lain
yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Pekanbaru,“dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, dengan memakai sebuah nama palsu atau sifat palsu,
dengan memakai tipu muslihat atau memakai rangkaian kata-kata bohong,
menggerakkan seseorang untuk menyerahkan sesuatu benda, untuk
mengadakan perjanjian hutang ataupun untuk meniadakan piutang” yang
dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :
Bahwa bermula pada hari dan tanggal yang tidak dapat diingat lagi di
bulan Maret 2017, terdakwa menghubungi saksi Amiruddin lalu menyampaikan
bahwa terdakwa hendak memesan tiang listrik untuk daerah Kota Lama Rohul
sejumlah 40 tiang namun saksi Amiruddin tidak bersedia karena terdakwa
masih memiliki hutang yang masih belum terdakwa selesaikan. Agar saksi
Amiruddin percaya lalu terdakwa mengatakan kepada saksi Amiruddin,”Yang
lama kan pasti dibayar, yang ini uangnya cash/kontan” lalu dijawab saksi
Amiruudin,”Yang benar Nto” dan dijawab terdakwa,”Benar bos besok uang aku
transfer”. Karena perkataan terdakwa tersebut, saksi Amiruddin pun percaya
lalu langsung menelpon supirnya saksi Antonius untuk memuat 40 tiang listrik
dan 1000 meter kabel listrik dari gudang dengan harga yang disepakati
sebesar Rp. 40.000.000,- dan langsung diantar ke Kota Lama Pasir
Pangaraian sesuai permintaan terdakwa. Sesampai di Kota Lama Pasir
Pangaraian pada hari Minggu tanggal 13 Maret 2016 sekira pukul 08.00 wib,
saksi Antonius menghubungi saksi Toat yang merupakan warga yang akan
menerima pesanan barang tersebut.
Selanjutnya setelah barang pesanan terdakwa telah dikirim lalu saksi
Amiruddin menghubungi terdakwa dan meminta uang yang dijanjikan oleh
terdakwa tersebut. Namun terdakwa menjawab dengan alasan uang dari
Halaman 3 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
warga Kota Lama belum cair. Namun hingga bulan Juni 2016 terdakwa tidak
juga menyerahkan uang pembelian tiang tersebut, lalu saksi Amiruddin
meminta saksi Antonius untuk menemui saksi Toat dan dari keterangan saksi
Toat bahwa pesanan tiang warga Kota Lama kepada terdakwa, sudah
diserahkan dan dilunasi kepada terdakwa.
Kemudian saksi menghubungi terdakwa dan meminta terdakwa untuk
memenuhi janninya namun hingga saat ini terdakwa tidak juga menyerahkan
uang tersebut dan telah habis terdakwa pergunakan untuk kepentingan
pribadinya.
Akibat perbuatan terdakwa, saksi Amiruddin mengalami kerugian lebih
kurang sebesar Rp. 40.000.000,- (Empat puluh juta rupiah) atau setidak–
tidaknya lebih dari Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).
Perbuatan terdakwa SUPRIYANTO Als ANTO ACEH Bin ISMAIL
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 378 KUH Pidana.
ATAU : KEDUA :
Bahwa ia terdakwa SUPRIYANTO Als ANTO ACEH Bin ISMAIL, pada
hari Sabtu tanggal 12 Maret 2016 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2016,
bertempat di Jalan Pala Pekanbaru atau setidak-tidaknya pada tempat lain
yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Pekanbaru,“dengan Sengaja Dan Melawan Hukum Memiliki Barang Sesuatu
Yang Seluruhnya Atau Sebagian Adalah Kepunyaan Orang Lain, Tetapi Yang
Ada Dalam Kekuasaannya Bukan Karena Kejahatan” yang dilakukan terdakwa
dengan cara sebagai berikut :
Bahwa bermula pada hari dan tanggal yang tidak dapat diingat lagi di
bulan Maret 2017, terdakwa menghubungi saksi Amiruddin lalu menyampaikan
bahwa terdakwa hendak memesan tiang listrik untuk daerah Kota Lama Rohul
sejumlah 40 tiang namun saksi Amiruddin tidak bersedia karena terdakwa
masih memiliki hutang yang masih belum terdakwa selesaikan. Agar saksi
Amiruddin percaya lalu terdakwa mengatakan kepada saksi Amiruddin,”Yang
lama kan pasti dibayar, yang ini uangnya cash/kontan” lalu dijawab saksi
Amiruudin,”Yang benar Nto” dan dijawab terdakwa,”Benar bos besok uang aku
transfer”. Karena perkataan terdakwa tersebut, saksi Amiruddin pun percaya
lalu langsung menelpon supirnya saksi Antonius untuk memuat 40 tiang listrik
dan 1000 meter kabel listrik dari gudang dengan harga yang disepakati
sebesar Rp. 40.000.000,- dan langsung diantar ke Kota Lama Pasir
Halaman 4 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
Pangaraian sesuai permintaan terdakwa. Sesampai di Kota Lama Pasir
Pangaraian pada hari Minggu tanggal 13 Maret 2016 sekira pukul 08.00 wib,
saksi Antonius menghubungi saksi Toat yang merupakan warga yang akan
menerima pesanan barang tersebut.
Selanjutnya setelah barang pesanan terdakwa telah dikirim lalu saksi
Amiruddin menghubungi terdakwa dan meminta uang yang dijanjikan oleh
terdakwa tersebut. Namun terdakwa menjawab dengan alasan uang dari
warga Kota Lama belum cair. Namun hingga bulan Juni 2016 terdakwa tidak
juga menyerahkan uang pembelian tiang tersebut, lalu saksi Amiruddin
meminta saksi Antonius untuk menemui saksi Toat dan dari keterangan saksi
Toat bahwa pesanan tiang warga Kota Lama kepada terdakwa, sudah
diserahkan dan dilunasi kepada terdakwa.
Kemudian saksi menghubungi terdakwa dan meminta terdakwa untuk
memenuhi janninya namun hingga saat ini terdakwa tidak juga menyerahkan
uang tersebut dan telah habis terdakwa pergunakan untuk kepentingan
pribadinya.
Akibat perbuatan terdakwa, saksi Amiruddin mengalami kerugian lebih
kurang sebesar Rp. 40.000.000,- (Empat puluh juta rupiah) atau setidak–
tidaknya lebih dari Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).
Perbuatan terdakwa SUPRIYANTO Als ANTO ACEH Bin ISMAIL
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 372 KUH Pidana;
Menimbang, bahwa terhadap surat dakwaan tersebut Penasehat Hukum
Terdakwa telah mengajukan eksepsi/nota keberatan sebagai berikut :
Adapun dasar hukum yang dijadikan landasan Kami selaku Kuasa
Hukum Para Terdakwa mengajukan Nota Keberatan adalah terkait dengan
keberatan-keberatan terhadap muatan materi atau substansi dakwaan
Penuntut Umum, sebagai berikut:
SuratDakwaan Batal Demi Hukum.
Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
492/K/Kr/1981 tanggal 8 Januari 1983 Jo. Putusan Pengadilan Tinggi
Banjarmasin tanggal 201 April 1981 Nomor 1881/Pid.S/PT/Bjm, syarat materiil
Surat Dakwaan adalah adanya rumusan secara lengkap, jelas, dan tepat,
mengenai perbuatan-perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa, sesuai
dengan rumusan delik yang mengancam perbuatan-perbuatan itu dengan
hukuman (pidana). Dengan demikian, maka Surat Dakwaan tidak boleh tidak,
harus memuat uraian atau rumusan yang cermat, jelas, dan lengkap
Halaman 5 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
mengenai perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa, yang keseluruhannya
dapat mengisi secara tepat dan benar , semua unsur dari semua delik yang
ditentukan undang-undang yang didakwakan terhadap terdakwa.
Lebih lanjut, mengenai syarat materiil dalam Surat Dakwaan terdapat
juga dalam Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor :
SE-004/1A/11/1993 tentang Pembuatan Surat Dakwaan, yakni:
Uraian secara cermat, berarti menuntut ketelitian Penuntut Umum dalam
mempersiapkan Surat Dakwaan yang akan diterapkan bagi terdakwa.
Dengan menempatkan pula kata “cermat” paling depan dari rumusan Pasal
143 ayat (2) huruf b Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, pembuat
Undang-Undang menghendaki agar Jaksa Penuntut Umum dalam membuat
Surat Dakwaan selalu bersikap korek dan teliti.
Uraian secara jelas, berarti uraian kejadian atau fakta kejadian yang jelas
dalam Surat Dakwaan, sehingga terdakwa dengan mudah memahami apa
yang didakwakan terhadap dirinya dan dapat mempersiapkan pembelaan
dengan sebaik-baiknya.
Uraian secara lengkap, berarti Surat Dakwaan harus memuat unsur
(elemen) tindak pidana yang didakwakan. Unsur-Unsur tersebut harus terlukis
di dalam uraian fakta kejadian yang dituangkan dalam Surat Dakwaan.
Berdasarkan seluruh uraian diatas, maka dapat dilihat dari susunan
Surat Dakwaan Penuntut Umum terdapat beberapa hal yang tidak memenuhi
syarat materiil Surat Dakwaan sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut.
Adapun koreksi-koreksi Kami selaku Kuasa Hukum Terdakwa yang
menjadikan keberatan atas dakwaan Penuntut Umum terhadap Terdakwa
atau klien kami adalah sebagai berikut:
Bahwa secara konkrit syarat materiil untuk menyusun surat dakwaan
ditentukan oleh Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yang berbunyi “......b.
Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan ....”.
Bahwa apabila waktu dan tempat tindak pidana dilakukan oleh Para
Terdakwa tidak jelas maka menurut ketentuan Pasal 143 ayat (3) KUHAP,
dakwaan Penuntut Umum batal demi hukum, yang lengkapnya berbunyi
sebagai berikut: “....3. Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum...”.
Dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor:tidak
Halaman 6 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
bernomortertanggal 26 Februari 2018, terdapat hal-hal yang tidak jelas
sebagai berikut:
Pada Surat Dakwaan Penuntut Umum dalam menyebutkan Locus dan
Tempus Delicti terjadinya peristiwa pidana terkesan ragu-ragu dan tidak
meyakinkan dalam menyebutkan tempat, hari, tanggal, serta waktu terjadinya
peristiwa pidana. Dalam Dakwaan Locus terjadinya tindak pidana adalah
dijalan Pala. Dalam Dakwaan di tulis “ pada hari Sabtu, tangal 12 Maret 2016
terdakwa menghubungi saksi Amiruddin lalu menyampaikan bahwa terdakwa
hendak memesan tiang listrik untuk daerah Kota Lama Rohul sejumlah 40
tiang beserta kabel listrik namun saksi Amiruddin tidak bersedia karena
Terdakwa Masih memiliki hutang yang masih belum terdakwa selesaikan.”
Dalam dakwaan mengatakan menghubungi saksi Amiruddin.Di sini Penuntut
Umum tidak menjelaskan menghubungi dalam hal seperti apa, apakah
mendatangai locus secara langsung, melalui telepon, melalui surat atau
melalui tukang ojek.
Dari kalimat seperti diatas yang terdapat dalam Surat Dakwaan Penuntut
Umum tidak menunjukkan kejelasan dan kepastian dimana tempat terjadinya
peristiwa pidana. Boleh jadi hal ini dipengaruhi oleh sebuah kesimpulan yang
dipaksakan terjadinya suatu tindak pidana. Kepastian locus delicti ini sangat
berguna sehubungan dengan kompetensi pengadilan dalam menyidangkan
perkara aquo.
Seharusnya penuntut umum menjelaskan secara rinci kata
menghubungi. Apakah menghubungi secara langsung, melalui telepon atau
melalui perantara. Kalau terdakwa menghubungi Saksi Amiruddin melalui
telepon maka locus delictinya kabur. Sebab menghungi melalui telepon
menganut ketidak pastian locus, bisa jadi sewaktu pembicaraan telepon Saksi
Amiruddin berada di Medan atau locus yang lain. Sehingga locus dakwaan
penuntut umum yang mengatakan bertempat di jalan Pala adalah kabur.
Menurut kami hal tersebut masih belum memenuhi unsur jelas dalam
menyusun Surat Dakwaan. Oleh karena itu, mohon kepada Majelis Hakim
untuk mempertimbangkan hal tersebut dan menyatakan bahwa Surat
Dakwaan saudara Penuntut Umum adalah batal demi hukum karena tidak
sesuai dengan syarat materiil dalam menyusun Surat Dakwaan sebagaimana
ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP;
Kompetensi Relatif
Sesuai dengan penjelasan kami diatas bahwa Penuntut Umum tidak
Halaman 7 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
menjelaskan secara rinci dengan apa Terdakwa menghubungi Saksi
Amirudddin, kalau dengan telpon berarti tidak ada kepastian bahwa locus
delicty ada di jalan Pala sebagai mana dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut
Umum, bisa jadi saksi Amiruddin berada di Medan sehingga bukan
di jalan Pala.
Dalam surat dakwaan penuntut umum mendakwa bahwa barang yang
dipesan terdakwa diserah terimakan di Koto Lama, Pasir Pengaraian yang
diterima oleh Toat. Serah terima ataupun transaksi tidak terjadi di jalan Pala
sebagaimana dalam Surat Dakwaan tetapi di Kota Lama, Pasir Pengaraian.
Dengan demikian Kompetensi Relatif Pengadilan yang berwenang mengadili
perkara ini adalah Pengadilan Negeri Pasir Pengaraian bukan Pengadilan
Negeri Pekanbaru.Apa lagi sebagian besar saksi berada dalam yurisdiksi
Pengadilan Negeri Pasir Pengaraian
M. Yahya Harahap dalam bukunya yang berjudul Pembahasan Permasalahan
dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi,
dan Peninjauan Kembali (hal. 96),menjelaskan bahwa pada dasarnya
masalah sengketa kewenangan mengadili yang diatur pada Bagian Kedua,
Bab XVI adalah kewenangan mengadili secara relatif. Artinya, Pengadilan
Negeri atau Pengadilan Tinggi mana yang berwenang mengadili suatu
perkara. Landasan pedoman menentukan kewenangan mengadili bagi setiap
Pengadilan Negeri ditinjau dari segi kompetensi relatif, diatur dalam Bagian
Kedua, Bab X, Pasal 84, Pasal 85, dan Pasal 86 Undang-Undang No. 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”). Bertitik tolak dari
ketentuan yang dirumuskan dalam ketiga pasal tersebut, ada beberapa kriteria
yang bisa dipergunakan Pengadilan Negeri sebagai tolak ukur untuk menguji
kewenangannya mengadili perkara yang dilimpahkan penuntut umum
kepadanya. Kriteria-kriteria yang dimaksud antara lain adalah:
a. Tindak pidana dilakukan (locus delicti)
b. Tempat tinggal terdakwa dan tempat kediaman sebagian besar saksi
yang dipanggil
Berikut penjelasannya:
a. Tempat tindak pidana dilakukan (locus delicti)
Menurut M. Yahya Harahap (ibid hal. 96-97), inilah asas atau kriteria yang
pertama dan utama. Pengadilan Negeri berwenang mengadili setiap
perkara pidana yang dilakukan dalam daerah hukumnya. Hal ini
ditegaskan dalam Pasal 84 ayat (1) KUHAP yang berbunyi:
Halaman 8 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
“Pengadilan negeri berwenang mengadili segala perkara mengenai
tindak pidana yang dilakukan dalam daerah hukumnya.”
Asas atau kriteria yang dipergunakan pada pasal ini adalah “tempat tindak
pidana dilakukan” atau disebut locus delicti. M. Yahya Harahap
mengatakan bahwa prinsip dimaksud didasarkan atas tempat terjadinya
tindak pidana. Di tempat mana dilakukan tindak pidana atau di daerah
hukum Pengadilan Negeri mana dilakukan tindak pidana, Pengadilan
Negeri tersebut yang berwenang mengadili. Asas ini merupakan ketentuan
umum dalam menentukan kewenangan relatif. Yang pertama-tama diteliti
menentukan berwenang tidaknya memeriksa suatu perkara yang
dilimpahkan penuntut umum berdasar “tempat terjadinya” tindak pidana.
Pengadilan Negeri meneliti dengan seksama apakah tindak pidana itu
terjadi di wilayah hukumnya. Jika sudah nyata terjadi di lingkungan wilayah
hukumnya, dia yang berwenang memeriksa dan mengadilinya. Sebaliknya,
apabila dari hasil penelitian ternyata perbuatan tindak pidana dilakukan di
luar wilayah hukumnya, tidak berwenang untuk memeriksa dan
mengadilinya dan Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan
menyerahkan surat pelimpahan perkara tersebut kepada Pengadilan
Negeri yang dianggapnya berwenang, dengan jalan mengeluarkan surat
“penetapan”.
b. Tempat tinggal terdakwa dan tempat kediaman sebagian besar saksi
yang dipanggil
M. Yahya Harahap (Ibid, hal. 99-100) menjelaskan bahwa asas kedua
menentukan kewenangan relatif berdasar tempat tinggal sebagian besar
saksi. Jika saksi yang hendak dipanggil sebagian besar bertempat tinggal
atau lebih dekat dengan suatu Pengadilan Negeri maka Pengadilan Negeri
tersebut yang paling berwenang memeriksa dan mengadili. Asas ini diatur
dalam Pasal 84 ayat (2) KUHAP (dan sekaligus mengecualikan atau
menyingkirkan asas locus delicti) yang berbunyi:
“Pengadilan negeri yang di dalam daerah hukumnya terdakwa
bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat ia diketemukan atau
ditahan, hanya berwenang mengadili perkara terdakwa
tersebut, apabila tempat kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil
lebih dekat pada tempat pengadilan negeri itu daripada tempat
kedudukan pengadilan negeri yang di dalam daerahnya tindak pidana
itu dilakukan.
Halaman 9 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
Kopetensi Hakim Pemeriksa Perkara
Dalam Dakwaan penuntut umum menyatakan: “ pada hari Sabtu,
tangal 12 Maret 2016 terdakwa menghubungi saksi Amiruddin lalu
menyampaikan bahwa terdakwa hendak memesan tiang listrik untuk daerah
kota lama Rohul sejumlah 40 tiang beserta kabel listrik namun saksi
Amiruddin tidak bersedia karena Terdakwa Masih memiliki hutang yang masih
belum terdakwa selesaikan.”
Dengan tegas dikatakan bahwa terdakwa masih memiliki hutang
kepada Saksi Amiruddin. Dengan demikian kalimat ini bermakna:
1. Terdakwa sudah memiliki hubungan bisnis yang sudah lama dan
telah terjalin hubungan perdata dalam bentuk hutang piutang;
2. Dalam transasi tersebut jelas disebutkan bahwa pemesan tiang
listrik dan kabel adalah berkenaan dengan hutang piutang. Dalam
surat dakwaan diperjelas bahwa pada tanggal 13 tiang listrik dan
kabel dibongkar dan diterima oleh Toat di Koto Lamo. Setelah
dibongkar lalu saksi Amiruddin menelepon terdakwa namun
terdakwa berkilah uang belum cair dari Koto Lama. Kalau memang
Saksi Amirudin merasa tertipu karena terdakwa berjanji akan
membayar kontan. Seharusnya saksi Amirudin meminta uang dulu
baru membongkar tiang listrik dan kabel atau karena terdakwa
ingkar janji saksi Amiruddin seharus membawa kembali barangnya
bukan malahan meninggalkan barangnya kepada Toat. Kalau
memang saksi Amiruddin benar benar merasa tertipu. Dengan
demikian jelaslah sudah bahwa hubungan antara terdakwa dan
saksi Amiruddin sudah terjalin lama dan telah terjadi hubungan
perdata dalam hubungan hutang piutang.
Dengan demikian perkara ini adalah perkara perdata bukan pidana.
Sehingga jaksa penuntut umum keliru dalam pengajuan terdakwa dalam
sengketa pidana yang seharusnya diadili oleh Hakim Pengadilan Perdata.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas dengan segala hormat dan
demi tegaknya hukum dan keadilan bagi kita semua pihak, kami mohon
kepada Majelis hakim yang mulia, kiranya perkara ini dihentikan
pemeriksaannya, apabila persidangan ini terus/tetap. Maka mengembalikan
posisi Terdakwa dalam keadaan semula sangat sulit dan namanya telah
terlanjur tercemar, apalagi Terdakwa adalah wirausaha yang sudah lama
bekerja sama dengan saksi Amiruddin dalam transaksi perdata dengan nilai
Halaman 10 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
materi yang tidak sedikit.
Berdasarkan pada pokok-pokok Nota Keberatan yang Kami uraikan
di atas, maka Kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa SUPRIYANTO Als
Anto Aceh Bin Ismail memohon kepada Majelis Hakim untuk menjatuhkan
putusan sela dengan amar putusan yang pada pokoknya menyatakan sebagai
berikut:
PRIMAIR
1. Menerima Nota keberatan (Eksepsi) Penasihat Hukum Terdakwa
SUPRIYANTO Als Anto Aceh Bin Ismail untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dengantertanggal
26Februari 2018 BATAL DEMI HUKUM;
3. Menetapkan agar pemeriksaan perkara terhadap Terdakwa SUPRIYANTO
Als Anto Aceh Bin Ismailuntuk tidak dilanjutkan;
4. Memulihkan hak Terdakwa SUPRIYANTO Als Anto Aceh Bin Ismaildalam
hal kemampuan, kedudukan, harkat serta martabatnya;
5. Membebankan biaya perkara kepada Negara;
SUBSIDAIR
Atau apabila Majelis Hakim Yang Mulia atas dasar pertimbangannya
berpendapat lain, Kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa memohon Putusan
yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi/nota keberatan dari Penasehat
Hukum Terdakwa tersebut, Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan
tanggapan pada pokoknya sebagai berikut :
1. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum No.Reg.Perkara :
PDM-70/PEKAN/02/2018 dalam perkara terdakwa SUPRIYANTO
ALS.ANTO ACEH Bin ISMAIL telah disusun sebagaimana mestinya
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan oleh karena itu surat
dakwaan tersebut dapat dijadikan dasar pemeriksaan perkara ini;
2. Menetapkan eksepsi dari Tim Penasehat Hukum Terdakwa SUPRIYANTO
ALS. ANTO ACEH Bin ISMAIL dinyatakan tidak dapat diterima/ditolak;
3. Menetapkan bahwa pemeriksaan perkara ini dilanjutkan;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Pekanbaru telah memberikan putusan sela yang amarnya sebagai berikut :
1. Menerima keberatan dari Penasihat Hukum Terdakwa SUPRIYANTO Als
ANTO ACEH Bin ISMAIL tersebut.
Halaman 11 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
2. Menyatakan Surat Dakwaan No.Reg.Perkara : PDM-70./PEKAN/02/2018
atas nama terdakwa SUPRIYANTO Als.ANTO ACEH Bin ISMAIL Batal
Demi Hukum;
3. Menyatakan pemeriksaan perkara Nomor 174/Pid.B/2018/PN Pbr atas nama
Terdakwa SUPRIYANTO Als.ANTO ACEH Bin ISMAIL tidak dapat
dilanjutkan.
4. Membebaskan Terdakwa SUPRIYANTO Als.ANTO ACEH Bin ISMAIL dari
tahanan RUTAN.
5. Membebankan biaya perkara kepada Negara.
Menimbang, bahwa terhadap Putusan Sela Pengadilan Negeri
Pekanbaru tanggal 30 April 2018 Nomor 174/Pid.B/2018/PN Pbr tersebut
Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan perlawanan tanggal 7 Mei 2018,
pernyataan perlawanan Jaksa Penuntut Umum tersebut telah diberitahukan
secara seksama kepada Penasehat Hukum Terdakwa Indra Ramos, SH
tanggal 14 Mei 2018;
Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan alasan
perlawanannya tertanggal 14 Mei 2018 dengan alasan-alasan sebagai
berikut :
1. Bahwa menurut pendapat M. Yahya Harahap, SH dalam bukunya yang
berjudul Pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP (Hal. 449)
menjelaskan bahwa unsur nebis in idem baru melekat pada suatu perkara
jika memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal 76 KUHP yakni :
- Perkaranya telah diputus dan diadili dengan putusan positif, tindak
pidana yang didakwakan kepada terdakwa telah diperiksa materi
perkaranya disidang pengadilan dan pengadilan telah menjatuhkan
putusan;
- Putusan yang dijatuhkan telah memperoleh kekuatan hukum yang
tetap;
Dari uraian ini menerangkan bahwa salah satu unsur yang mesti dipenuhi
untuk melekatnya unsur nebis in idem dalam suatu perkara terhadap diri
terdakwa apabila telah dijatuhkan putusan positif berdasarkan peristiwa
tindak pidana yang dilakukannya. Oleh karena itu, sekiranya putusan yang
dijatuhkan tersebut bersifat negatif maka dalam putusan tersebut tidak
melekat unsur nebis in idem. Putusan pegadilan yang bersifat negatif bisa
terjadi dalam putusan :
1. Putusan yang menyatakan surat dakwaan batal atau batal demi
Halaman 12 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
hukum;
2. Putusan yang menyatakan surat dakwaan tidak dapat diterima;
3. Putusan yang menyatakan pengadilan yang dijatuhkan tidak
berwenang mengadili;
Dengan demikian, putusan yang dijatuhkan pengadilan atas alasan
pertimbangan surat dakwaan batal atau batal demi hukum sebagaimana
yang ditegaskan dalam pasal 143 ayat (3) KUHAP adalah putusan yang
berada diluar jangkauan pasal 76 KUHP. Oleh karena itu Jaksa Penuntut
Umum dapat mengajukan sekali lagi ke pemeriksaan sidang pengadilan
dengan jalan mengganti surat dakwaan yang lama dengan surat dakwaan
yang baru yang telah diperbaiki dan disempurnakan sesuai dengan
ketentuan pasal 143 ayat (2) KUHAP;
2. Bahwa atas putusan yang menyatakan pengadilan yang dijatuhkan tidak
berwenang dimana menurut hakim hanya satu korban yang beralamat
diwilayah hukum pengadilan negeri Pekanbaru. Kami Jaksa Penuntut Umum
keberatan dimana satu saksi yang bernama Antonius yang beralamat
didaerah Kampar tersebut menurut hakim lebih dekat dengan kota Pasir
Pangaraian, sesungguhnya domisili saksi sangat lebih dekat dengan wilayah
Pekanbaru. Dan terhadap tindak pidana penipuan yang dilakukan terdakwa
adalah menurut Jaksa Penuntut Umum terjadi saat sebelum saksi korban
menyerahkan barang pesanan yang diminta oleh terdakwa dan itu terjadi di
wilayah hukum Pengadilan Negeri Pekanbaru;
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, kami Jaksa Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri Pekanbaru, memohon kepada Hakim
Pengadilan Tinggi Pekanbaru, supaya Pengadilan Tinggi Pekanbaru menerima
perlawanan/keberatan ini dan menyatakan bahwa keberatan Jaksa Penuntut
Umum beralasan;
Membatalkan penetapan/keputusan Pengadilan Negeri/Hakim Nomor
174/Pid.B/2018/PN Pbr tanggal 30 April 2018 tersebut;
Memerintahkan untuk :
1. Melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa SUPRIYANTO Als ANTO ACEH
Bin ISMAIL didalam persidangan Pengadilan Negeri Pekanbaru;
2. Memeriksa perkara dari dakwaan sebagaimana diatur dan diancam dalam
pasal 378 KUHP Jo. Pasal 372 KUHP.
Halaman 13 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
Menimbang, bahwa telah diberikan kesempatan yang cukup kepada
Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa untuk mempelajari berkas perkara
(inzage) sebelum berkas perkara atas nama terdakwa tersebut di atas dikirim
ke- Pengadilan Tinggi Pekanbaru untuk pemeriksaan dalam tingkat banding;
Menimbang, bahwa karena permintaan pemeriksaan dalam tingkat
perlawanan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum tersebut dilakukan
dalam tenggang waktu maupun tata cara dan syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh undang-undang, maka permintaan perlawanan tersebut secara
formil dapat diterima;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi setelah meneliti
dan mempelajari berkas perkara tersebut serta eksepsi dan tanggapan dari
Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini Majelis Hakim Tingkat Banding
berpendapat sebagai berikut :
Menimbang, bahwa sesuai dengan pasal 156 ayat (1) KUHAP
ditegaskan dalam hal terdakwa atau Penasehat Hukum mengajukan keberatan
bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak
dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi
kesempatan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya,
hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil
keputusan;
Menimbang, bahwa mengacu kepada ketentuan pasal 156 ayat (1)
KUHAP tersebut, dimana pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama,
menyatakan bahwa perbuatan yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum
dalam surat dakwaannya adalah kewenangan relatif seharusnya dalam amar
putusan pengadilan negeri haruslah menyatakan Pengadilan Negeri
Pekanbaru tidak berwenang mengadili perkara ini yang berwenang adalah
Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian, akan tetapi dalam amar putusan sela
Pengadilan Negeri Pekanbaru adalah menyatakan surat dakwaan batal demi
hukum;
Menimbang, bahwa dalam pertimbangan Majelis Hakim Tingkat
Pertama, perbuatan tersebut dilakukan di Jalan Pala Pekanbaru, tanpa
menyebutkan lebih rinci bahwa Jalan Pala tersebut terletak di kampung,
kelurahan apa yang ada di wilayah Pekanbaru;
Menimbang, bahwa pertimbangan Majelis Hakim tentang Locus delicti
tersebut diatas telah memasuki pokok perkara, akan tetapi Majelis Hakim
Halaman 14 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
belum memriksa pokok perkara seharusnya hal demikian tentang locus delicti
tersebut yang harus ditanyakan kepada saksi-saksi dipersidangan;
Menimbang, bahwa dalam putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru
seharusnya adalah putusan bukan putusan sela sesuai dengan ketentuan
pasal 156 ayat (1) KUHAP;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Tingkat Banding mempelajari
dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum tersebut telah memenuhi ketentuan pasal
143 ayat (2) huruf b KUHAP tentang syarat materil suatu dakwaan sesuai
dengan azas Moral Yustice maka Majelis Hakim Tingkat Pertama harus
memeriksa dakwaan dalam pokok perkara ini dengan memeriksa saksi-saksi
dipersidangan. Bahwa setelah saksi-saksi diperiksa barulah dapat ditentukan
dengan suatu putusan apakah dakwaan tersebut batal demi hukum atau tidak;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut
di atas maka putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru tanggal 30 April 2018
Nomor 174/Pid.B/2018/PN Pbr haruslah dibatalkan dan perlawanan dari Jaksa
Penuntut Umum dapat diterima, dan Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Pekanbaru diperintahkan untuk melanjutkan pemeriksaan pokok perkara ini
dengan mendengar keterangan saksi-saksi dipersidangan, serta memberikan
putusan akhir dalam perkara aquo;
Mengingat dan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 156 ayat (1),
(2),(3) dan (4) Undang-Undang RI Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;
MENGADILI
- Menerima perlawanan dari Jaksa Penuntut Umum tersebut;
- Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru tanggal 30 April 2018
Nomor 174/Pid.B/2018/PB Pbr yang dilawan tersebut;
Dengan Mengadili Sendiri
- Menyatakan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum telah memenuhi syarat
materil sebagaimana diatur dalam pasal 143 ayat (2) huruf b dalam
perkara ini;
- Memerintahkan kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pekanbaru untuk
melanjutkan pemeriksaan dan memutus perkara pidana Nomor
174/Pid.B/2018/PN Pbr tersebut dengan memeriksa saksi-saksi dan
terdakwa;
Halaman 15 dari 15 Putusan Nomor 126/PID.B/2018/PT PBR
- Menangguhkan biaya perkara ini sampai putusan akhir;
Demikianlah diputuskan dalam musyawarah Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Pekanbaru pada hari Selasa, tanggal 26 Juni 2018
oleh kami : H. Herman Nurman, S.H.,M.H sebagai Ketua Majelis, Junilawati Harahap, S.H.,M.H dan Sugeng Riyono, S.H.,M.Hum masing masing
sebagai Hakim Anggota, putusan mana diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum pada hari dan tanggal itu juga oleh Ketua Majelis didampingi
oleh Hakim Anggota dan M. F. Eva J.S,S.H sebagai Panitera Pengganti pada
Pengadilan Tinggi tersebut, tanpa dihadiri oleh Jaksa Penuntut Umum maupun
Terdakwa.
Hakim-Hakim Anggota, Ketua Majelis,
Junilawati Harahap, S.H.,M.H H. Herman Nurman, S.H.,M.H
Sugeng Riyono, S.H.,M.Hum
Panitera Pengganti,
M.F. Eva J. S, S.H
Top Related