Download - punya vicky

Transcript

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA Tn.K DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERCULOSIS(TBC) DI DESA TUNJUNG SETO RT 04 RW O6 KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

DI SUSUN OLEH VICKY DEWANTORO 081 0711 070

FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA 2012 HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM DESA TUNJUNG SETO KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH DIAJUKAN OLEH VICKY DEWANTORO TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PENGUJI

PENGUJI

(

)

(

)

KEPALA BPTPK

(

)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan ini dengan lancer. Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai tindak lanjut kegiatan PKL yang di lakukan di Desa Tunjung Seto tanggal 15 19 januari 2012. Dalam penulisan ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada yang terhormat : 1. dr. M Joesro.MM.MARS, Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, UPN Veteran Jakarta 2. Bapak Muharsono S.KM , M.kes selaku Kepala Balai Pelatihan Tekhnis Profesi Kesehatan Gombong 3. Bapak Djemingin P.Spd M.kes selaku Master of Trainee Balai Pelatihan Tekhnis Profesi Kesehatan Gombong 4. Segenap Widyaiswara dan staff karyawan Balai Pelatihan Tekhnis Profesi Kesehatan Gombong 5. Kepala Puskesmas dan segenap staff dan karyawan Puskesmas Sempor 1 6. Kepala Desa dan Segenap perangkat Desa Tunjung seto 7. Ibu ibu kader dan tokoh masyarakat Desa Tunjung seto 8. Teman teman seperjuangan di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta , khususnya fakultas ilmu ilmu kesehatan program study S1 Keperawatan dan lebih khusunya lagi untuk kelompok 3S (Super Selow Subhanallah) . 9. Orangtua , keluarga , dan seseorang yang terkasih , yang tidak pernah lelah mendoakan , mendukung , menyayangi , membimbing dan memberikan semangat serta memenuhi segala kebutuhanku dalam mencapai dan menggapai apa yang di cita citakan

10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun laporan ini telah tersusun dengan rapih namun penulis sadar bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca guna kesempurnaan laporan ini. Akhir kata , pemulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak Kebumen , 15 Januari 2012

Penulis ,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i HALAMAN PENGESAHAN .ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv BAB I . PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN MASALAH D. MANFAATPENULISAN .

BAB II TINJAUAN TEORI.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keluarga membentuk unit dasar dari masyarakat, dan salah satu lembaga social yang memiliki efek-efek yang paling menonjol. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan individu yang menentukan berhasil tidaknya kehidupan individu tersebut. Keluarga berfungsi sebagai buffer atau sebagai agen penawaran antara masyarakat dengan individu. Dengan kata lain fungsi keluarga adalah sebagai perantara yaitu menanggung semua harapan-harapan dan kewajiban serta membentuk dan dan mengubah taraf hidup tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap anggota. Sebuah keluarga diharapakan dapat bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap anggota keluarga setiap anggota keluarga demikian pula halnya dengan kesehatan, bila salah satu anggota keluarga ada yang sakit itu akan sangat mempengaruhi anggota keluarga lain, oleh sebab itu harus segera ditangani (Friedman, 1998). Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang menjadi prioritas utama adalahkeluarga yang berisiko tinggi, diantaranya keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan Tuberculosis. Tuberculosis merupakan masalah kesehatan yang serius yang sering terjadi dalam senuah keluarga. Dari data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Diperkirakan ada 450.000 orang penderita tuberculosis baru setiap tahun, dan sebanyak itu pulayang tidak terdiagnosis dimasyarakat, sedangkan yang meninggal 175.000 orang pertahun. Penyakit ini merupakan penyakit yang emngganggu sumber daya manusia dan umumnya menyerang kelompok masyarakat ekonomi rendah, penyakit ini menular dengan cepat kepada orang yang rentan dan daya tubuh rendah. Diperkirakan penderita tuberculosis aktif dapatmenularkan basil tuberculosis kepada 10 orang yang berada disekitarnya. Peningkatan kasus dan

kematian yang disebabkan oleh tuberculosis antara lain karena tidak terobati, tidak mengerti telah terinfeksi dan lain-lain. Dalam hal ini peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan untukdapat menanggulangi bertambah banyaknya penderita dan kematian karena tuberculosis. Khususnya dalam pengobatan saat ini telah muncul setrategi baru yang disebut setrategi DOTS (Directly Observed Treatment Short) yaitu pengobatan tuberculosis jangka pendek dengan pengawasan ketat dari petugas kesehatan dan keluarga, dalam hal ini peran anggota keluarga penderita sangat penting agar tidak terjadi putus obat. Strategi ini diperkenalkan oleh WHO (World Health Organization); DOTS tidak hanya mencakup pengawasan langsung, tetapi juga pelayanan laboratorium, penyediaan obat-obat ampuh serta pemantauan langsung, untuk itu diperlukan PMO (Pengawasan Minum Obat). Diharapkan dengan adanya strategi DOTS di Indonesia dapat mengurangi jumlah penderita dan penularan tuberculosis. Di negara seperti Peru, Vietnam, Tanzania, Bangladesh dan Nepal menunjukkan hasil positif, dilihat dari keberhasilannya dalam memberantas tuberculosis (Merryani, 2002). B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru (TBC) 2. Tujuan Khusus a. b. c. d. e. Mengetahui definisi tuberculosis paru (TBC) Mengetahui etiologi tuberculosis paru (TBC) Mengetahui gambaran klinis tuberculosis paru (TBC) Melakukan pengkajian pada klien dengan tuberculosis paru (TBC) Menyusun intervensi pada klien dengan diabetes tuberculosis paru (TBC)

C. Ruang LingkupRuang lingkup makalah ini adalah hanya membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru (TBC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Tuberculosis merupakan penyakit menular granulomatosa kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada umumnya menyerang paru (tuberculosis paru), tetapi juga dapat mengenai semua organ/jaringan dalam tubuh (tuberculosis ekstra paru/tuberculosis organ). Secara khas pusat dari granuloma akan mengalami nekrosis kaseosa yang timbul tuberkel lunak (Robbin dan Kumar, 1995). Sumber lain menyebutkan tuberculosis paru adalah infeksi bakteri yang akut dan kronik serta menular (Grifith, 1994). B. ETIOLOGI/PREDISPOSISI Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/m dan tebal 0,3-0,6/m. Spesies lain dari kuman ini yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia adalah mycobacterium bovis, mycobacterium kansasii, mycobacterium intracellulare. Sebagian besar dari kuman ini terdari dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman tahan lebih lama terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dingin (dapat hidup bertahun-tahun dilemari es). Hal ini terjadi karenakuman berada dalam sifat Dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bengkit lagi dan menjadikan tuberculosis aktif lagi. Didalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenangi karena mengandung lemak. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical paru lebih tinggi daripada bagian lain.,

sehingga bagian apical merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis (Bahar, 1998)

C. PATOFISIOLOGI Penularan tuberculosis paru terjadi kerena kuman keluar bersamaan dengen droplet pada saat batuk atau bersin. Partikel infeksius ini dapat menetap selama 1-2 jam di udara bebas, tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet, ventilasiyang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap kumandapat bertahan berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Baila partikel infelsius ini terhisap oleh orang sehat, akan menmpel pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan pertikel ini kan mati atau dibersihkan oleh makrofag dan keluar dari cabang tracheo bronchial beserta gerakan sillia dengan sekretnya. Kuman dapat juga masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini jarang terjadi. Bila kuman tetap dijaringanparu, kuman akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang dijaringan paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat terjadi dibagian mana saja dijaringan paru (Bahar,1998). 1. TUBERCULOSIS PRIMER Tuberculosis primer adalah suatu penyakit yang berkembang mula-mula pada orang yang tidak terpapar dan karenanya orang belun tersensitasi (Robbins dan Kumar, 1995). Dari sarang primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening (limfadenitis regional). Komplek primer ini selanjutnya dapat terjadi : 1. Sembuh sekali tanpa menimbulkan cacat 2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifika di hilus atau kompleks (sarang) Ghon. 3. Berkomplikasi dan menyebar kesekitarnya secara :

a. b.

Perkontuinuitatum, yakni menyebar kesekitarnya Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan

maupun paru yang disebelahnya. Dapat jugakumaqn tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. c. d. Secara hematogen, keorgan tubuh lainnya Secara limfigen, ke organ tubuh lainnya (Bahar, 1998)

2. TUBERCULOSIS POST PRIMER Tuberculosis post primer adalah pola penyakit berkembang pada tuan rumah yang dulunya sudah tersentisasi. Biasanya dihasilkan dari reaktivasi lesi primer dormant setelah beberapa decade (Robbins dan Kumar, 1995) Kuman yang dorman ada tuberculosis primer akan muncul bertahuntahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa (tuberculosis post primer). Tuberculosis post primer dimulai sarang dini yang berlokasi regio atas paru (bagian apical posterior lobus superior dan inferior). Invasinya adalah ke parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru. Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yaitu suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel Datia Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat. Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas penderita, sarang dini dapt terjadi : 1. Diresorbsi kembali dan sembuh tnpa meninggalkan cacat 2. Sarang yang mula-mula meluas tetapi segera menyembuuh dengan sebutan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras menimbulkan pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk pengapuran 3. Sarang dini yang meluas dimna granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan menjadi lembek membentuk keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar, akan menjadi kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas skletorik (Bahar,1998). Kavitas Dapat :

Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia

baru. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang telah disebutkan terlebih dahulu. Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberculoma. Tuberculoma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan kavitas lagi. Bersih dan sembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga sembuh dengan membungkus diri dan menjadi kecil. Kadangkadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut Stella Shaped (Bahar, 1998) Secara keseluruhan terdapat 3 macam sarang yakni Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak Sarang aktif eksudatif, sarang bentuk ini memerlukan Sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang memerlukan pengobatan lagi pengobatan yang lengkap dan sempurna bentuk ini dapat sembuh dengan spontan, tapi mengingat dapat terjadi eksaserbasi kembali, sebaiknya diberikan pengobatan yang sempurna (Bahar,1998) D. GAMBARAN KLINIS Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang terbanyak adalah : 1. Demam Biasanya sub febris menyerupai demam influenza. Tapi kadang-kadang panas badan mencapai 40C-41C 2. Batuk Batuk terjadi karena adanya iiritasi pada bronkus, batu ini berfungsi untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni berminggu-minggu atau berulan-bulan dari peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul perandangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk

darah (hemapnoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk berdarah pada tuberculosis terjadi kavitas, tetapi dapat juga terjadi ulkus dinding bronchus. 3. Sesak Pada penyakit ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut. Dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru. 4. Nyeri dada Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. 5. Mailase Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala mailase sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain. Mailase makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Bahar, 1998) E. KLASIFIKASI TUBERCULOSIS Di Indonesia klasifikasi yang dipakai adalah: 1. Tuberculosis paru 2. Bekas tuberculosis paru 3. Tuberculosis tersangka yang terbagi dalam : a. Tuberculosis paru tersangka yang diobati disini sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain positif. b. Tuberculosis paru tersangka yang tidak diobati, disini sputum BTA negatif dan tanda-tanda lainnya juga meragukan. Klasifikasi Tuberculosis Menurut American Lungs adalah : a. Group 0 : tak terpapar tuberculosis, tidak terinfeksi b. Group 1 : terpapar tuberculosis, tanpa bukti infeksi c. Group 2 : infeksi tuberculosis tanpa penyakit d. Group 3 : tuberculosis adalah penyakit paru (penderita dengan diagnosa yang lengkap : reaksi tuberculosis yang bermakna, bukti klinis dan bukti radiology adanya tuberculosis)

e. Group 4 : tuberculosis tanpa penyakit baru (penderita dengan riwayat tuberculosis lama atau radiology yang abnormal tetapi test tuberculin tidak bermakna, tanpa bukti klinis) f Group 5 : tuberculosis tersangaka, digunakan selama peeriksaan untuk mendiagnosa tersangaka, tidak lebih dari tiga bulan (Ignatavicius, 1991) F. PEMERIKSAAN FISIK Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tada-tanda : 1. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronkhi basah) 2. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum 3. Secret di saluran nafas dan ronkhi 4. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronchus (Mansjoer, 1999) G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK TUBERCULOSIS Pemeriksaan Laboratorium 1. Darah (LED normal atau meningkat, limfositosis) 2. Sputum Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis tuberculosis paru. Disamping itu juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang diberikan. Kadang-kadang tidak mudah untuk mendapatkan sputum terutama pada penderita yang tidak batuk maupun batuk tetapi non produktif. Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, penderita dianjurkan minum sebanyak 2 liter dan idanjurkan melakukan batuk efektif. Dapat juga memberikan tambahan obat-obatan mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik slama 20-30 menit. Bila masih sulit sputum dapat diperoleh dengan bronchoscopy. Sputum yang sudah didapat harus mengandung kuman BTA. Criteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTApada sediaan. Dengan kata lain diperlukan 50000 kuman dalam 1 ml sputum. Pada pemeriksaan dengan biakan, setelah 4-6 minggu penanaman sputum dalam medium biakan, koloni kuman tuberculosis mulai tampak. Bila setelah 8

minggu pananaman, kolini tidak tampak, biakan dinyatakan negatif. Medium biakan yang sering digunakan adalah Lowenstien Jensen dan ATS. 3. Test Tuberculin Biasanya memakai cara Mantaux yakni yakni dengan menyuntikan 0,1 cc Tuberculin PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan 5 TU(intermediate strength). Setelah 48-72 jam tuberculin disuntukkan akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni persenyawaan antara anti bodi dan antigen tuberculin. Hasil Mantaux dibagi dalam : a. hasil negatif b. hasil meragukan c. : hasil mantaux positif d. 16 mm : hasil mantaux positif kuat Biasanya hampir seluruh penderita memberikan reaksi mantaux yang positif (99,8%). Kelemahan test ini terdapat positif palsu yakni pemberian BCG atau terinfekssi dengan mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak ditemukan daripada positih palsu. Hal-hal yang menyebabkab reaksi tuberculin berkurang : a. Penderita yang baru 2-10 minggu terpapar tuberculosis b. Alergi, penyakit sistemik berat (sarcoidosis, L.E) c. Penyakit Exanthe matous dengan panas yang akut : morbilli, cacar air, cacar, poliomyelitis. d. Reaksi hiper snesitifitas menurun pada penyakit limforetikuler (Hodgin) e. Pemberian kortikosteroid yang lama, pemberian obat imunosupresi lainnya. f. Usia tua, malnutrisi, uremia, keganasan (Bahar, 1998). H. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS Indurasi berdiameter lebih dari Indurasi berdiameter 10-15 mm Indurasi berdiameter 6-9 mm : Indurasi berdiameter 0-5 mm :

Foto thorax PA dan lateral, gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis tuberculosis adalah : a. Bayangan lesi terletak pada bagian apex paru (segmen apical lobus atas atau segmen apical lobus bawah) b. Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular) c. Adanya kavitas tunggal atau ganda d. Kelainan bilateral, terutama lapang paru atas e. Adanya klasifikasi f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian g. Bayangan millier (Mansjoer, 1999) I. PENGOBATAN Tujuan : 1. Menyembuhkan Penderita 2. Mencegah kematian 3. Mencegah kekambuhan 4. Menurunkan tingakat penularan 85% 5. Mencegah terjadinya resisten obat (Cermin Dunia Kedokteran, 2002 : 137) JENIS OBAT DAN DOSIS OBAT (Obat anti tuberculosis) 1. Isoniasid (H) Dikenal dengan INH, bersifat bakteriasid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif dalam keadaan metabolic efektif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis hariannya dianjurkan 5mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10mg/kgBB. 2. Rifamphisin (R) Bersifat bakteriasid, dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang tidak dapat dibunuh oleh INH. Dosis 10mg/kgNN diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermitten seminggu 3 kali. 3. Pirasinamid (Z) Bersifat bakteriasid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian dianjurkan 25 mg/kgBB, sedangkan

untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35mg/kgBB. 4. Streptomicin (S) Bersifat baketriasid, dosis hariannya dianjurkan 15 mg/kgBB sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali sehari menggunakan dosis yang sama. Penderita umur 60 tahun dosisnya 0,75gr/hari. Sedangkan diatas usia 60 tahun diberikan 0,5 gr/hari. 5. Ethambutol (E) Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis hariannya dianjurkan 15 mg/kgBB sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu dosis 30mg/kgBB. Kategori Pengobatan Berdasarkan Kasus : a. Kategori I (2HRZE/4H3R3) Diberikan pada pendrita baru BTA (-), tetapi rontgen (+), dan ekstra paru berat. Diberikan 114 kali dosis harian berupa 60 kombipak II dan fase lanjutan 54 kombipak III dalam kemasan dos kecil. b. Kategori II (2HRZES/5H3R3E3) Diberikan kepada penderita dengan BTA (+) yang pernah mengkonsumsi OAT (obat anti tuberculosis) sebelumnya lebih dari sebulan, dengan criteria : penderita kambuh BTA (+) dan gagal pengobatan BTA (+). Diberikan 156 dosis, fase awal sebanyak 90 kombipak II, fase lanjutan 60 kombipak IV disertai streptomicin c. Kategori III (2HRZ/4H3R3) Diberikan kepada penderita dengan BTA (-), rontgen (+) dan penderita ekstra paru ringan. Pemberian dengan dosis 144. Pada fase awal 60 kombipak I dan fase lanjutan 54 kombipak II.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS TEORI Pengkajian Data Yang dikaji a. Aktifitas/istirahat Kelelahan Nafas pendek karena kerja Kesultan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat Mimpi buruk Takhikardi, takipnea/dispnea pada kerja - Kelelahan otot, nyeri , dan sesak b.Integritas Ego Adanya / factor stress yang lama Masalah keuangan, rumah Perasaan tidak berdaya / tak ada harapan Menyangkal Ansetas, ketakutan, mudah terangsang c. Makanan / Cairan Kehilangan nafsu makan Tak dapat mencerna Penurunan berat badan Turgor kult buruk, kering/kulit bersisik Kehilangan otot/hilang lemak sub kutan d. Kenyamanan Nyeri dada Berhati-hati pada daerah yang sakit Gelisah e. Pernafasan Nafas Pendek

-

Batuk Peningkatan frekuensi pernafasan Pengembangn pernafasan tak simetris Perkusi pekak dan penuruna fremitus Defiasi trakeal Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral Karakteristik : Hijau /kurulen, Kuning atua bercak darah f. Keamanan Adanya kondisi penekanan imun Test HIV Positif Demam atau sakit panas akut g. Interaksi Sosial Perasaan Isolasi atau penolakan Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab Pemeriksaan Diagnostik 1. Kultur Sputum 2. Zeihl-Neelsen 3. Tes Kulit 4. Foto Thorak 5. Histologi 6. Biopsi jarum pada jaringan paru 7. Elektrosit 8. GDA B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif alveoli 2. Gangguan rasa nyaman : nyeri dada berhubungan dengan proses peradangan 3. Intoleransi akativitas berhubungan dengan proses penyakit

C.Intervensi Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif alveoli Tujuan : tidak adanya penurunan nafas/dispnue, menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat Intervensi : a. kaji dispnoe, takhipnoe, terbatasnye ekspansi dinding dada dan kelemahan. b. Evaluasi perubahan pada tingakat kesadaran dengan observasi, sianosis, perubahan pada warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku. c. Batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesaui keperluan. Diagnosa 2 : Gangguan rasa nyaman : nyeri dada berhubungan dengan proses peradangan Tujuan : nyeri berkurang Intervensi : a. Kaji skala nyeri . b. Kaji pasien pada saat merasa nyeri. c. Berikan indivdu kesempatan untuk istirahat siang secara teratur dan dengan waktu tidur yang tidak terganggu pada malam hari (harus beristirahat bila nyeri) d. Ajarkan teknik relaksasi Diagnosa 3 : Intoleransi akativitas berhubungan dengan proses penyakit Tujuan : pasien mampu memenuhi kebutuhan sendiri dan merawat dirinya Intervensi : a. Motivasi pasien untuk beraktivitas sesuai dengan kemampuan b. Kaji RR, warna kulit, nadi setelah pasien beraktivitas c. Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADL seminimal mungkin d. Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien

e. Anjurkan pasien untuk mendemonstrasikan perawatan diri sesuai dengan kemampuan. f. BAB IV TINJAUAN KASUS NURSING PROSES TUBERCULOSIS A. Pengkajian Data demografi Nama TTL Usia Jumlah keluarga Anak Alamat : Tn. K : Kebumen, 6 Maret 1977 : 35 tahun : 4 orang : 2 orang, laki-laki dan perempuan : Rt 05 Rw 06, Desa Tunjung Seto, Kec. Gombong, Kebumen

Genogram

Keterangan :

Perempuan laki-laki

klien

Agama Status social ekonomi seorang petani. Keadaan penyakit :

: Islam : Tn. K mengatakan bias mencukupi kebutuhan

keluarganya walaupun Tn. K bekerja sebagai

Aktivitas : Tn. K sering mengalami kelemahan jadi pekerjaan tertunda Sirkulasi : Tn. K sering mengalami sesak Integritas ego : Tn. K bekerja dari pagi hingga petang, sehingga sering telat makan Makanan : Tn. K sering telat makan karena kesibukannya, terkadang tidak makan karena rasa mual dan ingin muntah Nyeri / Kenyamanan : Tn. K sering mengalami nyeri di bagian dada, dilihat dari kondisi, skala nyeri klien 6

Nama Kepala Keluarga: Tn.K TGL 14 -01-12

RT/RW:04/06

Desa: Tunjung Seto PERENCANAAN pertukaran Setelah dilakukan tindakan

DATA DIAGNOSIS PS Mengatakan dada sakit, sesak Gangguan tidak nafsu makan,BB batuk yang lama turun 5 kg gas dengan permukaan alveoli semenjak sakit,klien sering batuk,kadang-kadang malam hari badan panas dingin menggigil,keluar keringat dingin,ada sputum tetapi klien tidak bisa

berhubungan penurunan efektif

keperawatan selama 3x pertemuan diharapkan masalah tidakefektifnya bersihan jalan nafas teratasi Dengan rencana tindakan: Obs. KU pasien

Kurangnya pemenuhan kebutuhan nutrisi pada keluarga Tn .K b.d khususnya Tn.K ketidakmampuan keluarga masalah TUBERKULOSIS PARU mengenal

Ukur TTV pasien Anjurkan pasien untuk minum air putih hangat Ajarkan pasien tehnik batuk efektif Libatkan keluarga untuk membuka jendela setiap pagi dan sore Libatkan keluarga untuk membantu pasien berjemur di bawah sinar matahari

mengeluarkan Hasil pemeriksaan TTV di dapat: S: 37 C N:84X/mnt TD:150/90 mmgh Rr:24x/mnt,rumah sehingga rumahnya lembab cahaya klien matahari gelap tidakO

cukup,lubang ventilasi kurang,atap pendek,suhu dirumah

Libatkan keluarga

Setelah

dilakukan

tindakan 3x nutrisi diharapkan

keperawatan pertemuan masalah dapat terpenuhi Dengan rencana tindakan: Obs.KU pasien Ukur TTV pasien

selama

kurangnya

Libatkan keluarga untuk memenuhi nutrisi pasien Anjurkan kepada pasien untuk makan sedikit tapi sering Anjurkan kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan dan cara

pengolahan bahan makanan

DAFTAR PUSTAKA Bahar, Asril. (1998). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Penerbit FKUI : Jakarta Friedman, Marilyn M. (1998). Family Nursing Teoryand Practice. Edisi III. Penerjemah Ina Debora R. L. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta Stanhope, Marcia. (1995). Hand Book of Community and Home Health Nursing Tools for Assesment, Intervention and education. Penterjemah : G. Prasada. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta Doengoes, Marilynn E & Moorehouse, Mary Frances & Geissler, Alice. (1993). Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patien Care. Edisi III. F. A Davis Company: Philadelphia. Griffith, H. Winter. (1994). Complete Guide to Symtomps, Illnessand surgery. Cetakan I. Penterjemah : Peter Anugrah. Penerbit Arcan : Jakarta. Ignatavicius, Donna D & Baynes, Marylin Varner. (1991). Medical Surgical Nursing : Philadelphia Mansjoer, Arief.(1999). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius FKUI : Jakarta. A Nursing Process Approach. W. B Saunders Company :