A. Makna Bahasa
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian,
seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka.
Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa
merupakan anugerah dari Tuhan yang Maha Esa, yang dengannnya manusia dapat mengenal
dan memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan
dirinya sebagai mahluk berbudaya dan mengembangkan budayanya.
Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu. Perkembangan
pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk
pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6 – 2,0 tahun, yaitu pada saat anak
dapat menyusun kalimat dua atu tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut :
a. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif, seperti : “bapak makan.”
b. Usia 2.6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti :
“Bapak tidak makan.”
c. Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat :
1) Kritikan : “Ini tidak boleh, ini tidak baik.”
2) Keragu – raguan : “ barangkali, mungkin, bisa jadi. Ini terjadi apabila anak
sudah menyadari akan kemungkinan kekhilafannya.
3) Menarik kesimpulan analogi, seperti : anak melihat ayahya tidur karena sakit,
pada waktu lain anak melihat ibunya tidur, dia mengatakan bahwa ibu tidur
karena sakit.
B. Pengertian Perkembangan Bahasa
Seorang psikologi perkembangan dari Illinois State University bernama Laura E. Berk
(1989) setelah mempelajari dan meneliti berbagai aspek perkembangan individu, sampailah
dia pada suatu kesimpulan bahwa perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas
manusia yang paling kompleks dan mengagumkan. Sungguhpun bahasa itu kompleks, namun
pada umumnya berkembangan pada individu dengan kecepatan luar biasa pada pada awal
masa kanak-kanak.
Anak datang dengan kemampuan membedakan bunyi yang bersesuaian dengan fonem
yang berbeda dalam semua bahasa. Apa yang berbeda selama tahun pertama kehidupan
adalah bayi mempelajari fonem mana yang relevan dengan bahasanya, dan kehilangan
Psikologi Perkembangan Bahasa | 1
kemampuan untuk membedakan bunyi-buyi yang bersesuaian dengan fonem yang sama
dalam bahasanya. Fakta luar biasa tersebut ditentukan oleh eksperimen dimana bayi
dipresentasikan pasangan bunyi secara berututan sementara mereka mengisap dot.
Berbagai peneliti psikologi perkembangan mengatakan bahwa secara umum
perkembangan bahasa lebih cepat dari perkembangan aspek-aspek lainnya, meskipun kadang-
kadang ditemukan juga sebagian anak yang lebih cepat perkembangan motoriknya daripada
perkembangan bahasanya. Berdasarkan hasil-hasil penelitiannya maka para ahli psikologi
perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam
menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu
tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya. Perbandingan antara umur
kronologis dengan kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa
individu yang bersangkutan.
C. Tahapan Perkembangan Bahasa
Ada aspek lingustik dasar yang bersifat universal dalam otak manusia yang
memungkinkan untuk menguasai bahasa tertentu. Sedangkan menurut kaum empiris yang
dipelopori para penganut aliran behavioristik memandang bahwa kemampuan berbahasa
merupakan hasil belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Penguasaan bahasa
merupakan hasil dari perkembangannya. Menurut para penganut aliran behavioristik,
penggunaan bahasa merupakan asosiasi yang terbentuk melalui proses pengkondisian klasik
(classical conditioning), pengondisian operan (operan conditioning), dan belajar sosial (sosial
learning).
Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk
(1989) dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu:
1. Fonologi (phonology)
2. Semantik (semantic)
3. Tata bahasa (grammar), dan
4. Pragmatic (pragmatics)
Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan menghasilkan bunyi
bahasa. Jika kita pernah mengunjungi daerah lain atau Negara lain yang bahasanya tidak kita
mengerti boleh jadi kita akan kagum, heran, atau bingung karena bahasa orang asli di sana
terdengar begitu cepat dan sepertinya tidak putus-putus antara satu kata dengan kata yang
lain. Sebaliknya, orang asing yang sedang belajar bahasa kita juga sangat mungkin
mengalami hambatan karena tidak familier dengan bunyi kata-kata dan pola intonasinya.
Psikologi Perkembangan Bahasa | 2
Bagaimana seseorang memperoleh fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan intonasi
merupakan sejarah perkembangan fonologi.
Semantik berkenaan dengan cara yang mendasari suatu konsep untuk diekspresikan
dalam kata-kata atau kombinasi kata. Setelah selesai masa prasekolah, anak-anak
memperoleh sejumlah kata-kata baru dalam jumlah yang banyak. Penelitian intensif tentang
perkembangan kosa kata pada anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989) sebagai sejauh mana
kekuatan anak untuk memahami ribuan pemetaan kata-kata ke dalam konsep-konsep yang
dimiliki sebelumnya meskipun belum tertabelkan dalam dirinya dan kemudian
menghubungkannya dengan kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.
Grammar merujuk kepada penguasaan kosa kata dan memodifikasikan cara-cara
yang bermakna. Pengetahuan grammar meliputi dua aspek utama.
1. sintak (syntax), yaitu aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-kata disusun
ke dalam kalimat yang dipahami.
2. morfologi (morphology), yaitu aplikasi gramatikal yang mliputi jumlah, tenses,
kasus, pribadi, gender, kalimat aktif, kalimat pasif, dan berbagai makna lain
dalam bahasa.
Pragmatik merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa. Ini berkenaan dengan
bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain. Di
dalamnya meliputi bagaimana mengambil kesempatan yang tepat, mencari dan menetapkan
topik yang relevan, mengusahakan agar benar-benar komunikatif, bagaimana menggunakan
bahasa tubuh (gesture), intonasi suara, dan menjaga konteks agar pesan-pesan verbal yang
disampaikan dapat dimaknai dengan tepat oleh penerimanya. Pragmatik juga mencakup di
dalamnya pengetahuan sosiolinguistik, yaitu bagaimana suatu bahasa harus diucapkan dalam
suatu kelompok masyarakat tertentu. Agar dapat berkomunikasi dengan berhasil, seseorang
harus memahami dan menerapkan cara-cara interaksi dan komunikasi yang dapat diterima
oleh masyarakat tertentu, seperti ucapan selamat datang dan selamat tinggal serta cara
mengucapkannya. Selain itu, seseorang juga harus memperhatikan tata krama berkomunikasi
berdasarkan hirarki umur atau status sosial yang masih dijunjung tinggi dalam suatu
masyarakat tertentu.
Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan
kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama
Psikologi Perkembangan Bahasa | 3
Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi
menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa, seolah-olah menghasilkan tiap-tiap
jenis yang mungkin dibuat. Banyak pengamat menandai ini sebagai tahap bayi menghasilkan
segala bunyi ujaran yang dapat ditemui dalam segala bahasa dunia. Adalah menarik perhatian
bahwa produksi-produksi seorang bayi ditandai dengan cara ini, tetapi karakterisasi tersebut
mungkin tidak benar berdasarkan fakta-fakta, terutama sekali dalam kasus konsonan-
konsonan yang amat rumit.
Bagaimanapun juga, hal yang penting adalah bahwa suara-suara bayi yang masih
kecil itu secara linguistik tidaklah merupakan ucapan-ucapan yang berdasarkan organisasi
fonemik dan fonetik. Suara-suara atau bunyi-bunyi tersebut tidaklah merupakan bunyi-bunyi
ujaran, tetapi barulah merupakan tanda-tanda akustik yang diturunkan oleh bayi-bayi kalau
mereka menggerakkan alat-alat bicaranya dalam setiap susunan atau bentuk yang mungkin
dibuat. Mereka bermain dengan alat-alat suara mereka, tetapi rabanan mereka hendaknya
jangan digolongkan sebagai performansi linguistic.
2. Tahap Meraban (Pralinguistik) Kedua
Tahap ini disebut juga tahap kata omong kosong, tahap kata tanpa makna. Awal tahap
maraban kedua ini biasanya pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama kehidupan.
Anak-anak tidak menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat
seolah-olah mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata. Banyak kerikan
yang aneh-aneh serta dekutan-dekutan yang menyerupai vokal hilang dari output para bayi,
dan mereka mulai menghasilkan urutan-urutan KV (konsonan-vokal), dengan satu suku kata
yang sering diulang berkali-kali.
Pada suatu waktu bagian terakhir periode ini (sekitar akhir tahun pertama kehidupan)
muncullah “kata pertama”. Biasanya kata itu tidak akan berbunyi lebih menyerupai kata
orang dewasa daripada sejumlah rabanan yang telah dihasilkan oleh bayi selama tahap ini,
tetapi akan dianggap sebagai kata pertama itu. Misalnya seorang bayi (bayi keluarga Cairns)
mengatakan [X] dan menunjuk kepada tempat lilin, lampu, lampu senter, lampu mobil,
bahkan kepada tombol (lampu) di dinding. Orang tuanya menerima [X] sebagai kata bukan
karena berbunyi lebih menyerupai kata daripada ucapan-ucapannya yang lain, tetapi karena
jelas bunyi tersebut mempunyai jodoh makna (dalam kasus ini “cahaya; lampu), dan itulah
sebenarnya apa yang disebut ujaran dan bahasa itu.
3. Tahap Holofrastik (Tahap Linguistic Pertama)
Pada usia sekitar 1 tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata yang
diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebagai satu kalimat penuh mencakup aspek
Psikologi Perkembangan Bahasa | 4
intelektual maupun emosional sebagai sebagai rasa untuk menyatakan mau tidaknya terhadap
sesuatu. Anak menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau mobil-mobilan”, “saya mau ikut
naik mobil bersama ayah”, atau “saya mau minta diambilkan mobil mainan”.
Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase-holofrse, karena anak-
anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkanya
itu. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam ujaran anak-anak selama tahap ini dan juga
berikutknya. Maka seringkali perlu diamati benar-benar apa yang sedang dilakukan anak-
anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan dengan yang dia ucapkan
itu.
4. Ucapan - Ucapan Dua Kata
Anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan dua holofrase
dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak-anak yang mempergunakan holofrase-holofrase
“kucing” dan “papa” mungkin menunjuk kepada seekor kucing dan diikuti oleh jeda sebentar,
lalu kepada papa. Maknanya akan terlihat dari urutan ‘kucing papa’, tetapi jelas anak-anak itu
telah mempergunakan dua buah holofrase untuk menyatakan makna tersebut. Segera setelah
itu anak-anak akan mulai memakai ucapan-ucapan dua kata seperti ‘baju mama’, ‘pisang
nenek’, ‘saya mandi’, dan sebagainya.
Selama periode dua kata ini anak-anak tidak menggunakan infleksi. Verba-verba yang
mereka pakai tidak mempunyai penanda-penanda waktu dan jumlah; nomina-nomina mereka
tidak memakai akhiran-akhiran jamak. Walaupun kosa kata perorangan amat berbeda-beda,
namun pada tahap ini anak-anak jarang sekali menggunakan preposisi, partikel, dan
konfungsi (yang biasa disebut kata tugas), misalnya: ‘papa mama pergi’ (papa dan mama
pergi), ‘nenek Bandung’ (nenek ke Bandung).
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan
kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut
dengan istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai secara tepat.
5. Pengembangan Tata Bahasa
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai
bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata
jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur
meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan anak.
Ujaran anak-anak pada masa ini dilukiskan sebagai telegram karena perhitungan kata-
kata tugas yang menyebabkan ucapan anak-anak itu berbunyi seperti telegram yang ditulis
oleh orang dewasa.
Psikologi Perkembangan Bahasa | 5
6. Tata Bahasa Menjelang Dewasa (Tahap Pengembangan Tata Bahasa Lengkap)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih
kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan
komplementasi, relativasi, dan kongjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada
periode ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa dan
fonologis dalam bahasa terkait.
Liber (1973) melaporkan perkembangan kalimat-kalimat kompleks pada tiga orang
anak yang berusia dua dan tiga tahun. Konstruksi-konstruksi komplek pertama yang
melibatkan komplemen-komplemen yang berfungsi sebagai NP obyek, seperti ‘saya melihat
kamu duduk’, tetapi tidak ada suatu contoh tunggal suatu komplemen yang bertindak sebagai
NP subyek sebelum usia tiga tahun. Kedua, tetapi tidak begitu sering, Limber mengamati
anak kalimat yang mengubah nomina-nomina obyek, seperti ‘saya memperlihatkan (kepada)
kamu bola yang saya peroleh’. Akan tetapi, beliau tidak pernah mengamati suatu anak
kalimat yag mengikuti NP subyek. Maka adalah wajar untuk berspekulasi bahwa tiada
komplementasi juga tidak ada relativasi mengikuti NP subyek itu pada kalimat-kalimat
kompleks permulaan anak-anak sebab untuk menghasilkannya akan merombak
kesinambungan kalimat utama, meletakkan kalimat utama, meletakkan beban yang lebih
berat pada IJP (ingatan jangka pendek) serta membuat perencanaan ucapan yang lebih
lengkap.
7. Kompetensi Lengkap
Pada akhir masa anak-anak, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa
mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan
dan performansi tata bahasa terus berkembang kearah tercapainya kompetensi berbahasa
secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi.
D. Tipe Perkembangan Bahasa
Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut:
1. Egocentrik Speech, yaitu anak berbicara kapada dirinya sendiri (monolog).
2. Socialized Speech, yaitu anak berbicara dengan temannya atau dengan
lingkungannya. Perkembangan ini dibagi menjadi 5 bentuk:
a. Adapted information
b. Critism
c. Command (perintah)
d. Request (permintaan) dan threat (ancaman)
e. Questions (pertanyaan)
Psikologi Perkembangan Bahasa | 6
f. Answer (jawaban)
Berbicara monolog (egocentric speech) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
berpikir anak berusia 2-3 tahun. Sementara yang “socialized speech” mengembangkan
kemampuan penyesuaian sosial (social adjustment).
E. Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir
Psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang
menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran. Hubungan bahasa
dengan pikiran, yaitu dalam penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi
kode dan mengubah kode menjadi pikiran. Ujaran merupakan sintesis dari proses
pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode.
Pada umumnya suatu pemikiran yang kompleks dinyatakan dalam kalimat yang kompleks
pula. Hal ini, dapat diartikan pula apabila dalam mengungkapkan sebuah kalimat, dibutuhkan
pemikiran yang kompleks. Kompleksitas makna dalam kalimat yang kompleks muncul,
karena dalam kalimat tersebut terdapat proposisi yang jumlahnya sangat banyak.
Dalam penerapan proposisi-proposisi tersebut dapat bertindak sebagai anak kalimat
yang menjadi pelengkap untuk kalimat induk, selain itu, kalimat itu dapat diperpanjang
selama setiap akhir dari kalimat tersebut adalah nomina. Manusia yang berpikir itu
merupakan kesatuan dan keseluruhan, maka bahasanya pun merupakan kesatuan dan
keseluruhan. Bahasa merupakan sesuatu yang hidup dan dinamis. Seringkali perkembangan
bahasa tidak selaras dengan perkembangan masyarakat yang mempunyainya, sehingga
kerapkali ada kepincangan antara manusia dengan bahasanya.
Mind Mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual.
Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam
diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan
seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis
maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya
memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Mind Mapping yang dibuat oleh
siswa dapat bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan
perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang diperoleh
siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan
peta pikiran.
F. Karakteriktis Perkembangan Bahasa Remaja
Karakteristik perkembangan bahasa remaja didukung oleh perkembangan kognitif
yang menurut Jean Piaget telah mencapai tahap operasional formal. Sejalan dengan
Psikologi Perkembangan Bahasa | 7
perkembangan kognitifnya, remaja mulai mampu mrngaplikasikan prinsip-prinsip berpikir
formal atau berpikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami peningkatan
kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara komperhensif, membandingkan secara
kritis antara fakta dan asumsi dengan mengurangi penggunaan symbol-simbol dan
terminologi konkret dalam mengomunikasikannya.
Sejalan perkembangan psikis remaja yang berada pada fase pencarian jati diri, ada
tahapan kemampuan berbahasa pada remaja yang berbeda dari tahap-tahap sebelum atau
sesudahnya yang kadang-kadang menyimpang dari norma umum seperti munculnya istilah-
istilah khusus di kalangan remaja. Karakteristik psikologis khas remaja seringkali mendorong
remaja membangun dan memiliki bahasa relatif berbeda dan bahkan khas untuk kalangan
remaja sendiri, sampai-sampai tidak jarang orang di luar kalangan remaja kesulitan
memahaminya. Dalam perkembangan masyarakat modern sekarang ini, di kota-kota besar
bahkan berkembang pesat bahasa khas remaja yang sering dikenal dengan bahasa gaul.
Bahkan karena pesatnya perkembangan bahasa gaul ini dan untuk membantu kalangan
diuluat remaja memahami bahasa mereka, Debby Sahertian (2000) telah menyusun dan
menerbitkankan sebuah kamus khas remaja yang disebut dengan “Kamus Bahasa Gaul”.
Dalam kamus itu tertera sekian ribu bahasa gaul yang menjadi bahasa khas remaja yang jika
kita pelajari sangat berbeda dengan bahasa pada umumnya. Kalangan remaja justru sangat
akrab dan sangat memahami bahasa gaul serta merasa lebih aman jika berkomunikasi dengan
sesama remaja menggunakan bahasa gaul.
G. Tugas – Tugas Perkembangan Bahasa
Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas
pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas
yang satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas – tugas yang lainnya. Keempat tugas
itu adalah :
1. Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi
memahami bahasa orang lain, bukan memahami kata – kata yang diucapkannnya,
tetapi dengan memahami kegiatan/ gerakan atau gesture nya (bahasa tubuhnya).
2. Pengembangan Perbendaharaan Kata. Perbendaharaan kata – kata anak berkembang
dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo
yang cepat pada usia pra sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
3. Penyusunan Kata – kata Menjadi Kalimat. Kemampuan menyusun kata – kata
menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk
Psikologi Perkembangan Bahasa | 8
kaliamat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai :
“gesture” untuk melengkapi cara berpikirnta. Contohnya, anak menyebut “bola”
sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti”tolong
ambilkan bola untuk saya”. Seiring denagn meningkatnya usia anak dan keluasaan
pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks.
Menurut Davis, garrison & McCarthy (E. Hurlock, 1956) anak yang cerdas, anak
wanita dan anaka yang bersal dari keluarga berada, bentuk kalimat yang
diucapkannya itu lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang
kurang cerdas, anak pria dan anak yang berasal dari keluarga miskin.
4. Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata – kata merupakan hasil belajar melalui
imitasi (peniruan) terhadap suara – suara yang didengar anak dari orang lain
(terutama orang tuanya). Pada usia bayi antara 11 – 18 bulan, pada umumnya
mereka belum dapat berbicara atau mengucapkan kata – kata secara jelas, sehingga
sering tidak mengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia
sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan
bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf – huruf tertentu.
Huruf yang mudah diucapakan yaitu huruf hidup (vokal) : i, a, e, dan u dan huruf
mati (konsonan) : t, , b, m, dan n. Sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati
tunggal : z, w, s, dan g, dan huruf mati rangkap (diftong) : st, str, sk, dan dr.
H. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja
Aliran nativisme berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa
seseorang ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh orang
tuanya. Dengan demikian, jika orang tuanya memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan
cepat, perkembangan bahasa anak pun juga akan baik dan cepat. Begitu juga sebaliknya, jika
kemampuan bahasa orang tuanya lambat dan kurang baik, perkembangan bahasa anak pun
ikut lambat dan kurang baik.
Sementara itu, aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya,
yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan
sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Jadi,
menurut aliran ini proses belajarlah yang sangat menentukan kemampuan perkembangan
bahasa seseorang. Dari perspektif ini, meskipun kemampuan bahasa orang tuanya kurang
baikdan lambat tetapi jika proses stimulasi dan proses belajar dilakukan secara intensif
dengan lingkungan berbahasa secara baik dan cepat, kemampuan perkembangan bahasa anak
menjadi baik dan cepat.
Psikologi Perkembangan Bahasa | 9
Adapun aliran lain yang cendrung lebih moderat, yaitu aliran konvergensi
mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan dan pengaruh
lingkungan. Menurut aliran ini perkembangan kemampuan bahasa seseorang merupakan
konvergensi atau perpaduan dari kedua faktor tersebut. Faktor bawaan yang kuat
pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Kemampuan
berbahasa seseorang banyak dipengaruhi oleh kapasitas kemampuan kognitif seseorang.
Sedangkan faktor lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa
seseorang yaitu besarnya kesempatan yang diperoleh dari lingkungannya. Individu yang
sehari-harinya banyak berinteraksi dengan lingkungan yang kaya kemampuan bahasanya
cenderung memliki kesempatan lebih banyak dalam dan lebih bagus untuk mengembangkan
bahasanya. Sebaliknya, individu yang banyak berinteraksi dengan lingkungan yang miskin
kemampuan bahasanya cenderung memberikan kesempatan yang terbatas terhadap
perkembangan bahasa individu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa, yaitu:
1. .Kognisi
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya
perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat
korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
2. Pola komunikasi dalam keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif
demokratis akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya dibanding yang
menerapkan komunikasi dan interaksi sebaliknya.
3. Jumlah anak atau jumlah keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga,
perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi
dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain
keluarga inti.
4. Posisi urutan kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat
ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah
komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5. Kedwibahasaan (Bilingualisme)
Psikologi Perkembangan Bahasa | 10
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau
lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan
satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di
dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa
Indonesia.
Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf
mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan,
intelegensi, status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga. Penjabarannya
yaitu :
1. Faktor Kesehatan, untuk memelihara perkembangan bahasa anak secara normal, orang
tua perlu memperhatikan kondisi kesehatan anak. Upaya yang dapat ditempuh adalah
dengan cara memberikan ASI, makanan yang bergizi, memelihara kebersihan tubuh
anak atau secara reguler memeriksakan anak ke dokter atau ke puskesmas.
2. Intelegensi. Intelegensi normal atau diatas normal, jika perkembangan bahasanya cepat.
Hurlock mengemukakan hasil studi mengenai anak yang mengalami kelambatan
mental, yaitu bahwa sepertiga di antara mereka yang dapat berbicara secara normal dan
anak yang berada pada tingkat intelektual yang paling rendah, mereka sangat miskin
dalam berbahasanya.
3. Status Sosial Ekonomi Keluarga. Menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga
miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan
anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin
disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin
diduga kurang memperhatikan perkembangan anaknya), atau kedua-duanya (Hetzer dan
Reindorf dalam E. Hurlock, 1956).
4. Jenis Kelamin (Sex). Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam
vokalisasi antara pria dengan wanita. Namun mulai usia 2 tahun, anak wanita
menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.
5. Hubungan Keluarga. Hubungan ini dimaknai sebagai prose pengalaman berinteraksi
dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orangtua yang
mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kapada anak. Hubungan yang
sehat yang sehat antara orang tua dengan anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari
orang tuanya) memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang
tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesuliatan atau kelambatan dalam
perkembangan bahasanya.contoh hubungan yang tidak sehat itu bisa berupa sikap
Psikologi Perkembangan Bahasa | 11
orangtua yang keras/kasar, kurang kasih sayang, atau kurang perhatian untuk
memberikan latihan dan contoh dalam berbahasa yang baik kepada anak, maka
perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau kelainan, seperti:
gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk
mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan.
I. Perbedaan individual Dalam Perkembangan Bahasa
Dalam perjalanan sejarah penelitian perkembangan penguasaan bahasa oleh individu
ada yang menganut pandangan universal atau kesamaan (universal of similarity) dan ada
yang menganut pandangan perbedaan individual (individual differences), teori universalitas
dari Noam Chomsky.
Pada umumnya para ahli psikologi menganut pandangan universal atau kesamaan,
pandangan ini berkeyakinan bahwa individu dalam perkembangan penguasaan bahasa secara
kuat terutama dipengaruhi oleh kematangan genetikal. Artinya, mereka berkeyakinan bahwa
kematangan secara genetikal akan sangat menentukan kompetensi berbahasa seseorang
(Golfield dan Snow, 1985; Wells, 1986). Dengan teori Language Acquisition Device, Noam
Chomsky berkeyakinan bahwa faktor bawaan sebagai alat penguasaan bahasa memungkinkan
anak mampu mengkombinasikan kata-kata ke dalam ucapan-ucapan yang memiliki
konsistensi gramatikal serta mampu memahami pembicaraan orang lain pada usia dini (Berk,
1989).
Parpenult mengemukakan pandangan barunya sebagai kritik terhadap paham
universal, bahwa paham universal akan cenderung dapat diatributkan kepada pengalaman
pengalaman secara umum pada semua anak sebagaimana mereka mengatributkannya kepada
faktor bawaan sebagai alat penguasaan bahasa yang kemudian dikenal dengan Innate
Language Acquisition Device (ILAD). Paham genetik atau universal menyebabkan kesulitan
atau bahkan tidak mungkin mengidentifikasi kejadian-kejadian penting dalam berbahasa.
Oleh karena itu, dalam perkembangan selanjutnya para peneliti tidak hanya ingin
mendeskripsikan perkembangan bahasa saja melainkan berusaha memahami faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap bagaimana bahasa tersebut diperoleh (Hardy-Brown, 1983).
Pentingnya perbedaan individual dalam perkembangan bahasa tidak hanya pada banyaknya
penguasaan kosakata melainkan juga dalam arah, bentuk, atau pola perkembangan bahasa.
Nelson adalah orang pertama yang mengidentifikasi pentingnya perbedaan individu
dalam bentuk perkembangan bahasa sehingga hasil penelitiannya didokumentasikan dan
disebarluaskan pada penelitian-penelitian selanjutnya (Bretherton et al., 1982). Menurut hasil
penelitian Nelson, misalnya saja anak umur 1-2,5 tahun umumnya menguasai sekitar 50 kata,
Psikologi Perkembangan Bahasa | 12
namun sesungguhnya pada anak-anak itu terjadi perbedaan kata-kata dan frasa yang mereka
hasilkan. Sebagian besar dari mereka belajar bahasa dalam bentuk yang disebut dengan
istilah “gaya referensial” (referential style) (Berk, 1989). Kosakata awal yang mereka kuasai
sebagian besar adalah kata benda serta sebagian kecil kata kerja dan kata sifat. Sementara itu,
ada sebagian kecil dari mereka yang belajar bahasa dalam bentuk yang disebut dengan istilah
“gaya ekspresif ” (expressive style) (Berk, 1989). Anak-anak ini lebih banyak menggunakan
kata ganti kata benda (pronouns) dan kondisi-kondisi sosial (seperti: “hentikan itu”, “saya
mau itu”, “apa yang kamu inginkan”, dan sejenisnya). Hanya sebagian kecil kata benda, kata
kerja, dan kata sifat yang mereka gunakan.
Lebih lanjut Nelson (Bretherton et al., 1982) mengatakan bahwa ada dua tipe
perkembangan anak dalam penguasaan bahasa.
1. Anak yang bertipe referensial cenderung berpandangan bahwa sebagian besar
bahasa digunakan untuk membicarakan benda-benda.
2. Anak yang bertipe ekspresif cenderung berpandangan bahwa sebagian besar bahasa
digunakan untuk membicarakan dirinya dan orang lain sekaligus untuk
mengekspresikan perasaan, kebutuhan, dan kondisi sosial lainnya.
Gaya anak dalam mempelajari bahasa, baik tipe referensial atau ekspresif, berkaitan
dengan aspek-aspek lain dari perkembangan bahasanya dan dapat dijelaskan berikut ini.
1. Anak-anak yang bertipe ekspresif cenderung menggunakan kata ganti kata benda
(pronouns) dalam membuat kalimat, sedangkan anak-anak yang bertipe referensial
cenderung menunjukkan kemampuan mengartikulasikan kalimat dengan jelas dan
penguasaan kosakatanya cenderung lebih cepat.
2. Anak-anak yang bertipe referensial cenderung mengatakan benda-benda dalam bentuk
kalimat dengan menggunakan label-label. Anak-anak yang bertipe ekspresif
cenderung mampu mengatakan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan frasa-
frasa sosial.
J. Upaya Pengembangan Bahasa dan Aplikasinya dalam Pendidikan
Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui
berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill)
dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan
penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi
dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga
orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat
terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga
Psikologi Perkembangan Bahasa | 13
tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang
anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.
Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan dan
merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan
komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta
kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan
seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan
lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat
mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang
sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
Implementasi Pengembangan Bahasa
Implementasi pengembangan bahasa pada anak tidak terlepas dari berbagai teori yang
dikemukakan para ahli. Berbagai pendapat tersebut tentu saja tidak semuanya sama, namun
perlu dipelajari agar pendidik dapat memahami apa saja yang mendasari dalam penerapan
pengembangan bahasa pada anak usia dini. Pemahaman akan berbagai teori dalam
pengembangan bahasa dapat mempengaruhi dalam menerapkan metoda yang tepat bagi
implementasi terhadap pengembangan bahasa anak itu sendiri sehingga diharapkan pendidik
mampu mencari dan membuat bahan pengajaran yang sesuai dengan tingkat usia anak.
Adapun beberapa teori yang dapat dijadikan rujukan dalam implementasi pembelajaran
bahasa adalah:
1) Teori behaviorist oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi
oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan
merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengkondisian stimulus
yang menimbulkan respon. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat mempengaruhi
pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif jika diperkuat
cenderung untuk diulangi lagi karena pemberian penguatan secara berkala dan
disesuaikan dengan kemampuan anak akan efektif untuk membentuk perilaku anak.
Latihan yang diberikan kepada anak harus dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan
jawaban (respon) yang dikenalkan anak melalui tahapan-tahapan, mulai dari yang
sederhana sampai pada yang lebih rumit contoh: sistem pembelajaran drilling. Anak
akan memberikan respon pada setiap pembelajaran dan dapat segera memberikan
balikan. Di sini Pendidik perlu memberikan penguatan terhadap hasil kerja anak yang
baik dengan pujian atau hadiah.
Psikologi Perkembangan Bahasa | 14
2) Teori Nativist oleh Chomsky, mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri
anak. Pada saat seorang anak lahir, dia telah memiliki seperangkan kemampuan
berbahasa yang disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’. Meskipun
pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapatkan banyak rangsangan, anak
akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar meniru bahasa yang dia
dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada, hal ini karena
anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language
Acquisition Devise/LAD). Teori ini berpengaruh pada pembelajaran bahasa dimana
anak perlu mendapatkan model pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar
bahasa dengan cepat sebelum usia 10 tahun apalagi menyangkut bahasa kedua
(second language). Lebih dari usia 10 tahun, anak akan kesulitan dalam mempelajari
bahasa.
3) Teori Constructive oleh Piaget, Vigotsky dan Gardner, menyatakan bahwa
perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain sehingga
pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki perkembangan
kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial anak akan
mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam pembelajaran
bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan
sementara anak melakukan kegiatan perlu didorong untuk sering berkomunikasi.
Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi
pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap akan menolong anak menggunakan
kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa
yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu pendidik perlu menggunakan metode yang
interaktif, menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan
bahasa yang berkualitas.
Psikologi Perkembangan Bahasa | 15
Top Related