Download - Prosedur Gastrointestinal

Transcript

PROSEDUR GASTROINTESTINAL

dr. Prim Ardianta B

Prosedur Gastrointestinal :

• Esofagografi

• Esofagomaagduodenografi

• Barium Follow Through

• Colon In Loop

• Kolangiografi T-tube

• Sialografi

ESOFAGOGRAFI

• Esofagografi atau barium swallow merupakan pemeriksaan radiologi untuk menilai bentuk dan fungsi (menelan) dari faring dan esofagus

Indikasi

• Disfagia (sulit menelan)

• Odinofagia (nyeri menelan)

• Penilaian fistula trakeoesofageal (gunakan zat kontras non-ionik)

• Penilaian perforasi (gunakan zat kontras non-ionik)

• Varises esofagus

• Benda asing

• Gastroesophageal reflux disease (GERD)

• Divertikulum Zenker (divertikulum pada bagian proksimal dari esofagus)

• Barrett’s oesophagus

• Akalasia

• Tumor esofagus

Kontraindikasi

• Alergi terhadap zat kontras

• Perforasi (gunakan zat kontras non-ionik)

• Fistula trakeoesofageal (gunakan zat kontras non-ionik)

• Kehamilan (gunakan perisai untuk melindungi janin)

-for more info…List location or contact for competitive analysis (or other related documents)

Persiapan

• Oleh karena esofagus biasanya kosong, maka pasien tidak memerlukan persiapan

• Informed consent

• Zat kontras barium sulfat dengan perbandingan 1:1 dengan air. Zat kontras dengan barium sulfat merupakan pilihan utama oleh karena memberikan penggambaran detil mukosa yang lebih baik, lebih resisten terhadap dilusi, dan lebih murah dibandingkan dengan zat kontras water soluble (non-ionik)

• Persiapkan ±100cc atau lebih jika diperlukan

Persiapan

• Zat kontras water soluble digunakan jika ada kecurigaan perforasi atau fistula trakeoesofagus

• Zat kontras water soluble juga digunakan jika akan dilakukan operasi atau prosedur endoskopik yang melibatkan saluran pencernaan dalam jangka waktu dekat (sebelum zat kontras barium diekskresikan dari saluran pencernaan)

• Barium merupakan zat yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh melalui sirkulasi darah ke ginjal. Barium yang tidak keluar tersebut dapat menyebabkan reaksi granulasi pada jaringan

• Zat kontras water soluble yang digunakan pada esofagografi sebaiknya memiliki konsentrasi 290-367 mgI/mL

Prosedur

• Lakukan pemeriksaan foto polos untuk menyesuaikan pengaturan KV dan mAS dan untuk melihat kelainan sebelum pemberian kontras

• Kontras diminum kemudian ditahan dalam rongga mulut. Selanjutnya diinstruksikan untuk menelan kontras secara cepat dan bersambungan

• Penyinaran dilakukan setelah 3-4 kali gerakan menelan.

• Foto dapat diambil pada posisi RAO, Lateral, AP atau PA

Expertise

• Hal yang dinilai adalah : − Pasase kontras di esofagus−Besar, bentuk, dan posisi esofagus serta

mukosa −Adanya luput isi (filling defect) atau

bayangan tambahan (filling affect).

Komplikasi

• Kebocoran zat kontras barium dari perforasi yang tidak diperkirakan

• Aspirasi

ESOFAGOMAAGDUODENOGRAFI

• Esofagomaagduodenografi / oesophagomaagduodenography (OMD) yang memiliki nama lain barium meal atau upper gastrointestinal series adalah pemeriksaan radiologi yang menggunakan zat kontras (tunggal atau ganda) untuk menilai esofagus bagian distal, lambung, dan duodenum

Indikasi

• Dispepsia

• Penurunan berat badan

• Massa abdomen di bagian atas

• Perdarahan gastrointestinal (anemia defisiesi besi yang tidak dapat dijelaskan)

• Obstruksi parsial

• Penilaian lokasi perforasimenggunakan zat kontras water soluble

Indikasi

• Bezoar

• Divertikulum

• Hematemesis

• Tumor gaster

• Gastritis

• Hernia esofagus

• Ulkus peptikum

• Hipertrofi pilorik stenosis

Kontraindikasi

• Alergi

• Obstruksi total saluran pencernaan bawah

• Kehamilan (gunakan perisai jika harus dilakukan)

• Perforasi saluran pencernaan (gunakan kontras water soluble)

Persiapan• Pasien puasa baik makan maupun minum, 6-8

jam sebelum pemeriksaan.

• Pasien dilarang untuk merokok atau mengunyah permen karet selama puasa karena aktivitas ini akan meningkatkan sekresi gaster dan salivasi yang akan menghambat perlekatan kontras barium pada mukosa gaster. Merokok juga akan meningkatkan motilitas gaster

• Pada anak di bawah 1 tahun, lama puasa cukup 4 jam dan pada anak di atas 1 tahun, puasa dilakukan selama 6 jam

Persiapan

• Lakukan pemeriksaan foto polos untuk menyesuaikan pengaturan KV dan mAS dan untuk melihat kelainan sebelum pemberian kontras

• Lakukan tes minum dengan air putih pada pasien dengan disfagia, jika terdapat risiko tinggi terhadap aspirasi gunakan zat kontras water soluble.

• Informed consent

Persiapan

• Zat kontras yang digunakan adalah barium sulfat

• Zat kontras water soluble digunakan jika ada kecurigaan perforasi atau fistula trakeoesofagus, jika akan dilakukan operasi atau prosedur endoskopik yang melibatkan saluran pencernaan dalam jangka waktu dekat

• Zat kontras water soluble yang digunakan pada OMD sebaiknya memiliki konsentrasi 290-367 mgI/mL

Prosedur

• Lakukan foto polos sebelum pemberian kontras

• Berikan bubuk effervescent

• Kemudian berikan kontras barium pada pasien

• Baringkan pasien lalu instruksikan untuk bergerak berguling dari satu sisi ke sisi yang lain

• Informasikan kepada pasien jika terasa ingin bersendawa, maka ditahan agar kontras pemeriksaan terlihat jelas

Prosedur• Foto yang diambil adalah :

− Posisi RAO untuk memperlihatkan kelainan pada pilorus, bulbus duodenum, dan c-loop dari duodenum

− Posisi PA untuk memperlihatkan kelainan pada korpus dan pilorus

− Posisi lateral kanan untuk memperlihatkan kelainan di bagian anterior dan posterior dari lambung, pilorus dan bulbus duodenum

− Posisi LPO untuk melihat kelainan pada fundus, pilorus dan bulbus duodenum (posisi ini saling melengkapi dengan posisi RAO)

− Posisi AP untuk memperlihatkan kelainan pada fundus

Expertise

• Hal yang dinilai adalah :− Pasase kontras−Besar, bentuk, dan posisi serta mukosa −Adanya luput isi (filling defect) atau

bayangan tambahan (filling affect)

Komplikasi

• Kebocoran barium dari perforasi yang tidak diperkirakan sebelumnya

• Aspirasi

• Konversi obstruksi letak rendah parsial menjadi obstruksi total

• Appendisitis akibat barium

• Efek samping akibat agen farmakologis yang dipakai

BARIUM FOLLOW THROUGH

• Barium follow through (BFT) atau dikenal juga dengan nama barium meal atau small bowel series merupakan pemeriksaan radiologi dengan zat kontras untuk menilai keadaan usus halus

Indikasi

• Nyeri perut

• Diare

• Perdarahan

• Obstruksi parsial

• Massa abdomen

• Enema usus halus yang tidak berhasil

• Enteritis

• Divertikulum

• Malabsorbsi

Kontraindikasi

• Obstruksi total

• Kecurigaan perforasi (gunakan kontras water soluble)

• Alergi kontras

• Kehamilan

Persiapan• Pasien harus diberikan makanan lunak dan rendah

residu selama dua hari sebelum pemeriksaan BFT

• Puasa terhadap makanan dan minuman dilakukan selama 8 jam sebelum pemeriksaan. Pasien diingatkan agar tidak merokok, tidak mengunyah permen karet, dan tidak terlalu banyak berbicara. Aktivitas tersebut dapat meningkatkan bayangan udara di usus sehingga mengganggu hasil pemeriksaan

• Laksatif dapat diberikan kecuali jika terdapat diare berat, perdarahan masif, tanda-tanda obstruksi, dan peradangan seperti appendisitis

Persiapan

Persiapan pemeriksaan BFT :

• Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien makan hanya bubur kecap saja

• Pasien mulai puasa makan dan minum pada pk. 20.00, kecuali untuk minum laksatif (jika tidak terdapat kontraindikasi)

• Pasien minum bisacodyl (dulcolax) sebanyak 2 tablet pada pk. 20.00, pk. 21.00, pk. 22.00, dan pk. 23.00

• Pasien kemudian diberikan bisacodyl suppositoria per anus pada pk.05.00 hari berikutnya

• Pasien datang pk.07.30 untuk pendaftaran dan pemeriksaan BFT

Persiapan

• Informed consent

• Sebelum pemeriksaan pasien harus mengosongkan kandung kemih agar tidak menekan ileum

• Zat kontras yang digunakan adalah barium sulfat

• Zat kontras water soluble digunakan jika ada kecurigaan perforasi, jika akan dilakukan operasi atau prosedur endoskopik yang melibatkan saluran pencernaan dalam jangka waktu dekat

• Zat kontras water soluble yang digunakan pada BFT sebaiknya memiliki konsentrasi 290-367 mgI/mL

Prosedur

• Prosedur pemeriksaan BFT:

• Sebelum zat kontras dimasukkan, terlebih dahulu dibuat foto polos perut

• Kontras diminum oleh pasien

• Foto diambil pada menit ke-5, 15, 30, 60, 120 dan untuk seterusnya diambil setiap jam sampai refluks ke sekum

• Jika sudah terjadi refluks ke sekum, pemeriksaan selesai

Prosedur

• Foto diambil pada film ukuran 35 x 43cm agar seluruh bagian usus halus dapat terlihat. Posisi telungkup (PA) biasanya digunakan kecuali pasien tidak dapat diposisikan telungkup

• Posisi telungkup akan membuat untaian usus halus tersebar lebih merata dan visibilitas usus halus akan lebih baik. Pasien astenik mungkin perlu diposisikan pada posisi Trendelenburg untuk menguraikan untaian ileum yang bertumpang tindih

• Daerah ileosekal terkadang perlu diambil foto tersendiri

• Compression cone dapat digunakan untuk menekan daerah ileosekal sehingga gambarannya lebih jelas

Foto pada menit ke-30 Foto pada menit ke-60. Zat kontras lebih banyak di daerah jejunum

Foto pada menit ke-120. Zat kontras lebih banyak di daerah ileum

Foto spot di daerah ileosekal dengan menggunakan compression cone untuk memperlihatkan katup ileosekal

Expertise

• Hal yang dinilai adalah :

• Pasase kontras

• Besar, bentuk, dan posisi serta mukosa

• Adanya luput isi (filling defect) atau bayangan tambahan (filling affect)

Komplikasi

• Kebocoran barium dari perforasi yang tidak diperkirakan sebelumnya

• Aspirasi

• Konversi obstruksi parsial menjadi obstruksi total

• Appendisitis akibat barium

• Efek samping akibat agen farmakologis yang dipakai

COLON IN LOOP

• Colon in loop (CIL) merupakan pemeriksaan radiologi untuk menilai usus besar

• Pemeriksaan ini disebut juga barium enema atau lower GI series

• Pemeriksaan CIL dapat dilakukan dengan menggunakan kontras tunggal maupun kontras ganda

• Pemeriksaan CIL menilai besar, bentuk, dan posisi serta lesi afek atau defek pada usus besar

• Pemeriksaan kontras tunggal memiliki keunggulan untuk menilai filling defect atau filling affect namun jika pemeriksaan itu dapat mengambil gambaran lesi secara en profile

• Pemeriksaan kontras ganda memiliki keunggulan dalam menilai keadaan mukosa dan dapat mengenali filling defect maupun filling affect baik pada posisi en profile maupun en face

Indikasi• Perubahan pada kebiasaan buang air besar

• Nyeri perut

• Massa intraabdomen

• Melena

• Obstruksi (jika terdapat penyempitan, berikan hanya sedikit barium untuk menentukan batas atas penyempitan agar tidak terjadi impaksi barium)

• Kolitis

• Divertikulum

• Intususepsi

• Polip

• Volvulus

Kontraindikasi• Alergi kontras

• Hamil

• Megakolon toksik

• Kolitis pseudomembranosa

• Biopsi rectum dalam tiga hari terakhir (sebaiknya ditunggu sampai tujuh hari)

• Perforasi (kecuali jika menggunakan kontras water soluble)

• Obstruksi (kecuali jika menggunakan kontras water soluble)

• Persiapan yang kurang baik

Persiapan

• Usus besar harus dibersihkan agar semua bagiannya dapat diperlihatkan tanpa gangguan. Jika terdapat sisa feses, maka sisa feses tersebut dapat menyerupai gambaran massa

• Secara umum persiapan yang dilakukan adalah pembatasan diet dan laksatif. Puasa terhadap makanan dan minuman dilakukan selama 8 jam sebelum pemeriksaan. Laksatif dapat diberikan kecuali jika terdapat diare berat, perdarahan masif, tanda-tanda obstruksi, dan peradangan seperti appendisitis

Persiapan

Persiapan pemeriksaan CIL :

• Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien makan hanya bubur kecap saja

• Pasien mulai puasa makan dan minum pada pk. 20.00, kecuali untuk minum laksatif (jika tidak terdapat kontraindikasi)

• Pasien minum bisacodyl (dulcolax) sebanyak 2 tablet pada pk. 20.00, pk. 21.00, pk. 22.00, dan pk. 23.00

• Pasien kemudian diberikan bisacodyl suppositoria per anus pada pk.05.00 hari berikutnya

• Pasien datang pk.07.30 untuk pendaftaran dan pemeriksaan CIL

Persiapan

• Informed consent

• Saat ini, sudah tersedia kontainer barium enema sistem tertutup untuk pemeriksaan CIL. Alat ini menggantikan kontainer lama dengan sistem terbuka sehingga lebih mudah digunakan dan mengurangi risiko infeksi. Kontainer ini mengandung bubuk barium yang tinggal dicampur dengan air sebelum pemeriksaan

Persiapan

• Terdapat dua pendapat mengenai suhu air untuk pencampuran barium. Beberapa ahli menyarankan penggunaan air dingin (4-70C). Air dingin memiliki efek anestesi dan meningkatkan retensi dari zat kontras. Namun kekurangannya adalah metode ini dapat menyebabkan spasme kolon. Penggunaan air pada suhu ruangan (29-320C) direkomendasi oleh kebanyakan ahli. Air yang terlalu tinggi suhunya dapat mencederai lapisan mukosa dari kolon. Suspensi barium ini harus dicampur dengan baik sebelum digunakan

Persiapan• Konsentrasi zat kontras untuk pemeriksaan

dengan kontras tunggal berkisar antara 12-25%w/v (12-25 gram barium dicampur dengan 100cc air atau perbandingan barium dengan air 1:4-8). Konsentrasi zat kontras untuk pemeriksaan dengan kontras ganda berkisar antara 75-95% w/v (75-95 gram barium dicampur dengan 100cc air).

• Zat kontras water soluble digunakan jika ada kecurigaan perforasi, jika akan dilakukan operasi atau prosedur endoskopik yang melibatkan saluran pencernaan dalam jangka waktu dekat

• Zat kontras water soluble yang digunakan pada CIL sebaiknya memiliki konsentrasi 290-367 mgI/mL

Kontainer barium enema sistem tertutup

Ujung kateter kontainer barium enema

Prosedur

• Pasien diminta untuk berbaring di meja pemeriksaan. Pasien berputar sehingga sisi kiri pasien berada di bawah. Pasien dikondisikan pada posisi Sims.

• Tungkai kiri pasien diluruskan, sementara tungkai kanan dalam keadaan fleksi di atas tungkai kiri. Posisi ini akan membuat otot abdomen dalam keadaan relaksasi sehingga mengurangi tekanan intraabdomen

Prosedur

• Sebelum insersi ujung kateter, aduk kembali kantung barium agar tercampur merata.

• Ujung kateter dimasukkan secara lembut. Insersi kateter tidak boleh dipaksakan karena dapat menyebabkan cedera.

• Kateter dimasukkan sejauh 8,7-10cm. Fiksasi kateter agar tidak terlepas saat pasien merubah posisi

• Balon pada ujung kateter dikembungkan jika pasien tidak dapat menahan ujung kateter secara spontan. Pengembungan balon harus dilakukan di bawah panduan fluoroskopi karena risiko ruptur

• Kontainer barium diletakkan lebih tinggi dari meja pemeriksaan, namun tidak boleh melebihi 60cm agar kontras tidak terlalu cepat memasuki usus

Prosedur

Prosedur pemeriksaan CIL :

• Sebelum zat kontras dimasukkan, terlebih dahulu dibuat foto polos perut

• Kontras dimasukkan sampai fleksura lienalis

• Kontras dihentikan, kemudian dimasukkan udara (sekitar 10 kali pompa) sehingga barium terdorong ke sisi kanan.

• Pasien diminta berputar agar kontras mengisi usus besar secara merata

• Kontras udara diberikan lagi (sekitar 10 kali pompa) sehingga usus besar mengalami distensi

Prosedur

• Kontras harus terlihat mengisi seluruh bagian dari usus besar. Refluks pada katup ileosekal dapat diperlihatkan.

• Dalam keadaan kateter tetap terpasang, diambil beberapa foto .Foto yang diambil adalah sebagai berikut:− Rektosigmoid (RAO, PA, LPO, lateral kiri, PA

aksial, AP aksial).− Fleksura lienalis (LAO, RPO).− Fleksura hepatika (RAO, LPO).− Foto keseluruhan abdomen (AP,PA).

Prosedur

• Selesai pemeriksaan kantung barium diturunkan pada posisi yang lebih rendah dari meja pemeriksaan agar zat kontras keluar ke kantung

• Setelah itu, pasien dibawa ke kamar mandi kemudian kateter dilepas (kempiskan balon jika balon sebelumnya dikembungkan)

• Pasien kemudian difoto kembali untuk menilai keadaan pasca evakuasi. Sebagian besar barium harus sudah terevakuasi. Jika masih banyak barium, maka beri pasien waktu untuk mengevakuasi kembali sisa barium dan lakukan kembali foto

• Setelah selesai, pasien diinstruksikan agar banyak minum air dan makan makanan berserat (jika tidak terdapat kontraindikasi) untuk menurunkan risiko konstipasi akibat barium

Posisi AP

Expertise

• Hal yang dinilai adalah :− Pasase kontras −Besar, bentuk, dan posisi serta mukosa −Adanya luput isi (filling defect) atau

bayangan tambahan (filling affect)

Komplikasi

• Perforasi usus. Kondisi yang meningkatkan risiko perforasi:− bayi dan orang tua.− tumor yang mengobstruksi.− ulserasi dinding usus.− pengembungan balon di rektum.− pasien dalam terapi steroid.− hipotiroidism

• Ekstravasasi ke vena yang dapat menyebabkan emboli paru.

• Intoksikasi air

• Barium intramural

• Aritmia cordis akibat distensi rektum

• Bakteriemi sementara

• Efek samping dari obat-obat yang digunakan

• Reaksi alergi

KOLANGIOGRAFI T-TUBE

• Kolangiografi T-tube merupakan pemeriksaan radiologi yang dilakukan setelah operasi kolesistektomi untuk melihat sisa batu yang tidak terdeteksi saat operasi. Kateter T-tube dipasang saat operasi

Indiakasi

• Untuk melihat sisa batu di saluran empedu pasca kolesistektomi

• Mengevaluasi keadaan sistem bilier (striktur atau dilatasi)

Kontraindikasi

• Alergi kontras

• Kehamilan

Persiapan

• Kateter T-tube diklem sehari sebelum pemeriksaan agar kateter terisi sekret empedu sebagai langkah pencegahan terhadap gelembung udara yang memasuki duktus. Jadwal makan sebelum pemeriksaan sebaiknya ditangguhkan

• Zat kontras yang digunakan adalah zat kontras water soluble dengan konsentrasi tidak lebih 25-30% agar tidak menutupi batu kecil

• Volume yang diinjeksikan adalah 20-30cc

• Zat kontras water soluble: air = 1:1

Prosedur• Ambil foto polos sebelum dimasukkan zat kontras

• Drainase sisa sekret empedu dari kateter T-tube

• Klem kateter T-tube lalu masukkan zat kontras melalui kateter T-tube, hati-hati agar tidak ada udara yang masuk karena bayangan lusen ini dapat disalahartikan sebagai batu lusen

• Ambil foto posisi AP dan RPO setelah kontras masuk ke duodenum (jika tidak ada hambatan)

• Lepas klem pada T-tube, kemudian tunggu ±15 menit

• Ambil foto posisi AP untuk melihat sisa kontras pada sistem bilier

Expertise

• Hal yang dinilai adalah : − Pasase kontras dan ada tidaknya

ekstravasasi −Besar, bentuk, posisi, dan adanya luput isi

(filling defect) atau bayangan tambahan (filling affect) juga dinilai

Komplikasi

• Alergi

• Injeksi zat kontras dengan tekanan tinggi pada saluran bilier yang obstruksi dapat menyebabkan septikemia

SIALOGRAFI

• Sialografi adalah pemeriksaan radiologi dari duktus dan kelenjar saliva dengan injeki zat kontras. Oleh karena letak kelenjar ini berdekatan, hanya satu duktus dan kelenjar yang dapat diperiksan pada satu waktu

Indikasi

• Nyeri pada kelenjar saliva

• Pembengkakan kelenjar saliva

• Obstruksi duktus saliva (kalkuli, striktur, atau massa)

• Sialektasia (dilatasi)

• Fistula

Kontraindikasi

• Infeksi atau peradangan akut

• Alergi

Persiapan

• Semua artefak radioopak harus dilepas termasuk gigi palsu

• Informed consent

• Pasien diminta untuk membawa jeruk untuk membantu identifikasi orifisium dari duktus

• Peralatan yang diperlukan antara lain, spuit 3cc, kapas, kassa steril, selang ekstensi, plaster, sarung tangan steril, anestesi topikal dan kanula. Kanula butterfly merupakan kanula yang biasanya digunakan

• Zat kontras yang digunakan adalah zat kontras larut air. Volume zat kontras yang dimasukkan adalah sekitar 1-2cc

Prosedur

• Identifikasi orifisium duktus dengan meneteskan air jeruk. Jika tidak ada sumbatan, maka orisfisium akan menyemprotkan saliva

• Kanula diisi terlebih dahulu oleh zat kontras agar tidak ada udara

• Masukkan kanula pada orifisium duktus

• Imobilisasi kanula dan selang ekstensi sebelum zat kontras dimasukkan. Imobilisasi dilakukan dengan meminta pasien menjepit selang dengan mulut, namun tidak terlalu kencang

Prosedur

• Setelah imobilisasi, zat kontras dimasukkan. Terdapat dua cara, yaitu dengan injeksi manual melalui spuit atau dengan tenaga hidrostatik (drip infus pada ketinggian 70cm)

• Proses injeksi zat kontras dapat dilakukan dengan atau tanpa panduan fluoroskopi

• Sekitar 1-2cc zat kontras diinjeksikan. Proses injeksi dihentikan jika pasien merasa kesakitan. Zat kontras diusahakan agar tidak merembes keluar dari sisi kanula karena akan mengganggu lapang pandang pemeriksaan. Rembesan ini dapat diketahui secara langsung melalui penglihatan operator, maupun melalui pasien yang merasa ada cairan pahit di dalam mulutnya

Prosedur

• Ambil beberapa posisi foto dengan ketentuan sebagai berikut :− Parotid

• Tangensial (AP/PA)• Lateral• Lateral Oblik

− Submandibula• Lateral• Lateral Oblik• Inferosuperior (aksial/intraoral)

• Setelah itu zat kontras dikeluarkan dengan rangsang tetesan air jeruk dan diambil foto kembali. Jika diperlukan, ambil foto 10 menit setelah prosedur untuk memastikan pengeluaran zat kontras

Expertise

• Nilai adanya striktur, dilatasi, rupture, kalkuli, serta pendorongan oleh massa

• Massa di luar kelenjar akan menyebabkan pendorongan namun tidak mengganggu arsitektur kelenjar dan duktus

• Massa intra kelenjar akan mengganggu arsitektur kelenjar dan duktus

• Massa jinak berbatas tegas sedangkan massa ganas berbatas tidak tegas

Komplikasi

• Nyeri

• Kerusakan pada orifisium dari duktus

• Ruptur duktus

• Infeksi

PROSEDUR UROGENITAL

dr. Prim Ardianta B

Prosedur Urogenital

• Urografi Intravena

• Pielografi Retrograd

• Pielografi Antegrad

• Uretrografi

• Voiding Cystourethrography

• Uretrografi Bipolar

• Sistografi

• Uretrosistografi

• Fistulografi

• Histerosalfingografi

UROGRAFI INTRAVENA

• Urografi intravena (intravenous urography) memiliki beberapa nama lain seperti urografi ekskretori (excretory urography) dan pielografi intravena (intravenous pyelography)

• Urografi intravena (UIV) digunakan untuk memperlihatkan kaliks minor, kaliks mayor, pelvis renalis, ureter, dan vesica urinaria setelah injeksi zat kontras secara intravena

• Pemeriksaan UIV juga bersifat fungsional karena pemeriksaan ini menilai fungsi ginjal dalam menyaring dan mengekskresikan zat kontras dari sirkulasi darah

Indikasi

• Evaluasi massa abdomen, kista ginjal, dan tumor ginjal.

• Urolitiasis (batu atau kalkuli pada ginjal atau traktus urinarius)

• Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas yang dapat bersifat akut maupun kronis)

• Glomerulonefritis

• Hidronefrosis (dilatasi abnormal dari system pelvokalises)

• Evaluasi trauma

• Evaluasi preoperatif dari fungsi, lokasi, ukuran, dan bentuk dari ginjal dan ureter

• Hipertensi renal

Kontraindikasi

• Alergi terhadap zat kontras

• Asma

• Anuria

• Gagal ginjal (peningkatan kreatinin serum)

• Penyakit kardiovaskuler

• Gangguan fungsi hati yang berat

• Diabetes mellitus (meningkatkan risiko nefropati yang diinduksi zat kontras)

Kontraindikasi

• Sickle cell disease (meningkatkan risiko nefropati yang diinduksi zat kontras)

• Multiple myeloma (meningkatkan risiko nefropati yang diinduksi zat kontras)

• Pheochromocytoma (meningkatkan risiko krisis hipertensi)

• Pasien yang meminum obat metformin harus dihentikan 48 jam sebelum pemeriksaan dan jadwal berikutnya ditunda juga 48 jam setelah pemeriksaan Hal ini untuk mencegah terjadinya asidosis laktat jika pasien tersebut mengalami nefropati yang diinduksi zat kontras

• Ibu hamil

Persiapan

• Saluran pencernaan harus bersih dari udara dan feses. Pasien harus buang air kecil sebelum pemeriksaan karena vesica urinaria yang terlalu penuh dapat ruptur terutama jika digunakan teknik kompresi. Urin yang sudah ada di dalam vesica urinaria juga dapat mendilusi zat kontras sehingga gambaran yang dihasilkan tidak jelas

• Secara umum persiapan yang dilakukan adalah pembatasan diet dan laksatif. Puasa terhadap makanan dan minuman dilakukan selama 8 jam sebelum pemeriksaan. Laksatif dapat diberikan kecuali jika terdapat diare berat, perdarahan masif, tanda-tanda obstruksi, dan peradangan seperti appendisitis. Pasien diingatkan agar tidak merokok, tidak mengunyah permen karet, dan tidak terlalu banyak berbicara. Aktivitas tersebut dapat meningkatkan bayangan udara di usus sehingga mengganggu hasil pemeriksaan.

• Pada bayi dan anak-anak, persiapan saluran pencernaan tersebut tidak dilakukan

Persiapan

Persiapan pemeriksaan UIV :

• Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien makan hanya bubur kecap saja.

• Pasien mulai puasa makan pada pk. 20.00, kecuali untuk minum laksatif (jika tidak terdapat kontraindikasi).

• Pasien minum bisacodyl (dulcolax) sebanyak 2 tablet pada pk. 20.00, pk. 21.00, pk. 22.00, dan pk. 23.00.

• Pasien kemudian diberikan bisacodyl suppositoria per anus pada pk.05.00 hari berikutnya.

• Pasien datang pk.07.30 untuk pendaftaran dan pemeriksaan UIV.

Persiapan

• Informed consent

• Fungsi ginjal pasien. Kadar kreatinin serum yang normal adalah sekitar 0,6-1,5mg/dL. Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan indeks fungsi ginjal yang lebih baik. LFG yang normal berkisar 120-125 mL/menit dan nilai LFG di bawah 90 mL/menit harus dikonsultasikan dengan ahli radiologi jika pemeriksaan UIV ingin tetap dilakukan

Persiapan

• Volume zat kontras yang digunakan adalah sekitar 30-100cc bergantung pada berat badan pasien. Pada dewasa biasanya 50 cc zat kontras, sementara pada anak-anak 1cc/kg berat badan

• Teknik kompresi dapat digunakan untuk meningkatkan pengisian sistem pelvokalises dan ureter proksimal. Alat penekan atau bola tenis dapat digunakan untuk teknik kompresi ini.

• Teknik kompresi tidak boleh dilakukan jika :− Terdapat kecurigaan terhadap batu ureter atau massa abdomen

(sulit membedakan efek kompresi dengan efek tahanan akibat batu)

− Aneurisma aorta abdominalis (dapat mengakibatkan ruptur).− Pasien baru menjalani operasi abdomen.− Nyeri perut yang hebat.− Trauma abdomen akut.

• Posisi Trendelenburg dapat dilakukan sebagai alternatif teknik kompresi jika pasien memiliki kontraindikasi terhadap kompresi

Prosedur

• Sebelum injeksi zat kontras, diambil foto polos abdomen. Foto ini bertujuan untuk melihat kelainan sebelum ada zat kontras, menilai persiapan pasien, dan sebagai panduan untuk pengaturan KV dan mAS serta pengaturan posisi.

• Lakukan tes alergi terhadap zat kontras. Lanjutkan pemeriksaan jika tidak terdapat tanda-tanda alergi.

• Saat injeksi zat kontras dilakukan, waktu injeksi dimulai dan durasi injeksi harus dicatat. Waktu yang digunakan sebagai panduan foto serial adalah berdasarkan waktu injeksi dimulai bukan waktu selesai injeksi. Durasi injeksi sebaiknya berkisar antara 30 detik sampai 1 menit.

• Perhatikan tanda-tanda alergi terhadap zat kontras karena reaksi alergi dapat terjadi walaupun pada saat tes alergi dengan pemeriksaan skin test, hasilnya negatif.

• Kompresi dilakukan pada saat injeksi zat kontras selesai. Kompresi dilakukan jika tidak terdapat kontraindikasi.

Persiapan

• Setelah injeksi zat kontras, ambil foto serial pada waktu sebagai berikut:− Diambil segera setelah injeksi zat kontras selesai (Menit ke-1 sampai ke-

3). Foto ini disebut fase nefrogram yang memperlihatkan parenkim ginjal yang teropasifikasi oleh karena zat kontras mengisi tubulus ginjal.

− Menit ke-5. Foto ini untuk melihat fase ekskresi ginjal yang biasanya mulai tampak pada menit ke-2 sampai menit ke-8 bergantung pada status hidrasi pasien, kecepatan zat kontras diinjeksikan serta adanya kelainan pada ginjal.

− Menit ke-15. Sistem pelvokalises yang normal biasanya sudah tampak jelas. Kompresi dapat dilepas jika sistem pelvokalises sudah tampak dengan jelas.

− Menit ke-30. Foto setelah kompresi dilepas untuk melihat keseluruhan traktus urinarius mulai dari ginjal hingga vesica urinaria.

− Menit ke-45 atau ke-60. Foto ini bertujuan untuk melihat vesica urinaria dalam keadaan penuh.

− Jika vesica urinaria telah penuh, dilakukan foto pasca miksi.

• Posisi yang diambil adalah posisi AP (supine). Posisi PA (prone) dapat digunakan untuk memperlihatkan daerah ureteropelvik dan daerah ureter dengan lebih baik. Kaliks pada kutub atas ginjal lebih baik terlihat pada posisi AP sementara kaliks pada kutub bawah ginjal lebih baik terlihat pada posisi PA.

Expertise

• Hal yang dinilai adalah : − Fase nefrogram − Fungsi eksresi− Pasase kontras−Besar, bentuk dan posisi ginjal−Sistem pelvokalises, ureter, dan vesica

urinaria − Luput lesi dan bayangan tambahan juga

perlu diperhatikan

Komplikasi

• Alergi zat kontras

• Nefropati yang diinduksi zat kontras

PIELOGRAFI RETROGRAD

• Pielografi retrograd merupakan pemeriksaan nonfungsional untuk menilai traktus urinarius dengan memasukkan zat kontras secara retrograd (berlawanan dengan arah urin) ke sistem pelvokalises melalui kateter ureter. Pemeriksaan pielografi retrograd bersifat nonfungsional karena pemeriksaan ini berbeda dengan pemeriksaan urografi intravena yang selain menilai anatomi traktus urinarius juga dapat menilai fungsi ginjal. Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk menentukan lokasi obstruksi

Indikasi

• Memperlihatkan lokasi, panjang, dan batas bawah dari suatu obstruksi

• Memperkirakan penyebab obstruksi

• Memperlihatkan sistem pelvokalises jika tidak dapat dilakukan dengan urografi intravena (pada kasus gagal ginjal atau alergi zat kontras intravena)

Kontraindikasi

• Infeksi akut traktus urinarius

• Alergi zat kontras

• Ibu hamil

Persiapan

• Pemasangan kateter ureter melalui orifisium vesikoureter dipandu oleh sistoskopi

• Pasien diminta untuk minum beberapa jam sebelum pemeriksaan agar terdapat volume urin yang cukup untuk pengambilan spesimen jika diperlukan

• Informed consent

Prosedur

• Setelah kateter ureter terpasang, spesimen urin dapat diambil untuk pemeriksaan laboratorium.

• Ambil foto AP sebelum pemberian zat kontras.

• Zat kontras diinjeksikan dengan panduan fluoroskopi.

• Sekitar 3-5cc biasanya cukup untuk menggambarkan sistem pelvokalises yang normal. Pada sistem pelvokalises yang melebar, diperlukan lebih banyak zat kontras. Panduan terbaik adalah hentikan injeksi zat kontras jika pasien merasa nyeri atau merasa sensasi penuh di pinggang.

• Posisi kepala dapat direndahkan 10-15 derajat agar zat kontras mengisi sistem pelvokalises.

• Setelah sistem pelvokalises diperiksa, maka posisi kepala dapat ditinggikan agar zat kontras memasuki ureter.

Prosedur

• Jika terdapat obstruksi pada PUJ, maka zat kontras yang tertahan di dalam pelvis renalis diaspirasi terlebih dahulu, kemudian kateter ureter ditarik 10cm di bawah pelvis renalis.

• Injeksikan sekitar 2cc zat kontras untuk melihat pasase kontras ke sistem pelvokalises dan batas bawah dari obstruksi.

• Tarik kembali kateter ureter sampai sedikit di atas VUJ dan injeksikan sekitar 2cc zat kontras untuk melihat pasase kontras ke sistem pelvokalises dan batas bawah dari obstruksi.

• Posisi foto yang diambil adalah posisi − AP − RPO (untuk melihat sistem pelvokalises ginjal kiri secara en profile

dan ginjal kanan secara en face)− LPO (untuk melihat sistem pelvokalises ginjal kanan secara en

profile dan ginjal kiri secara en face)− Lateral (untuk melihat PUJ pada pasien dengan hidronefrosis)

• Kateter ureter dapat ditinggalkan di pelvis renalis setelah pemeriksaan untuk drainase pada kasus obstruksi.

Expertise

• Nilai pasase kontras

• Anatomi dari sistem pelvokalises serta ureter

• Perhatikan adanya luput lesi dan bayangan tambahan

• Jika ada obstruksi, tentukan batas atas dan batas bawah dari obstruksi tersebut

Komplikasi

• Alergi zat kontras (risiko masih lebih kecil dari alergi zat kontras intravena)

• Pielitis kimiawi (akibat zat kontras yang tetap tertahan di sistem pelvokalises)

• Ekstravasasi akibat overdistensi dari sistem pelvokalises

• Infeksi

• Trauma iatrogenik pada traktus urinarius

PIELOGRAFI ANTEGRAD

• Pielografi antegrad merupakan pemeriksaan nonfungsional untuk menilai traktus urinarius dengan memasukkan zat kontras secara antegrad (searah dengan arah urin) ke sistem pelvokalises melalui kateter nefrostomi.

• Pemeriksaan pielografi antegrad bersifat nonfungsional karena pemeriksaan ini berbeda dengan pemeriksaan urografi intravena yang selain menilai anatomi traktus urinarius juga dapat menilai fungsi ginjal.

• Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk menentukan lokasi obstruksi

Indikasi

• Memperlihatkan lokasi dari suatu obstruksi.

• Memperlihatkan sistem pelvokalises jika tidak dapat dilakukan dengan urografi intravena (pada kasus gagal ginjal atau alergi zat kontras intravena), pielografi retrograd, ataupun modalitas lain yang noninvasif.

• Sebagai bagian dari pemeriksaan nefrostomi perkutan.

Kontraindikasi

• Infeksi akut traktus urinarius.

• Alergi zat kontras.

• Ibu hamil.

• Diastasis hemoragika.

• Kemungkinan penyakit ginjal hidatidosa.

Persiapan

• Pemasangan kateter nefrostomi dipandu oleh ultrasonografi atau fluoroskopi

• Informed consent

Prosedur

• Ambil foto AP sebelum pemberian zat kontras.

• Zat kontras diinjeksikan dengan panduan fluoroskopi.

• Zat kontras dimasukkan ke dalam selang nefrostomi sampai anatomi dari sistem pelvokalises terlihat.

• Jumlah zat kontras yang diberikan bergantung pada derajat hidronefrosis. Sebagai panduan, hentikan pemberian zat kontras, ketika pasien merasa sakit atau sensasi penuh di pinggang.

• Zat kontras yang tertahan pada kasus-kasus obstruksi harus dikeluarkan agar tidak menyebabkan pielitis kimiawi.

• Posisi foto yang diambil adalah posisi − AP − RPO (untuk melihat sistem pelvokalises ginjal kiri secara en profile

dan ginjal kanan secara en face)− LPO (untuk melihat sistem pelvokalises ginjal kanan secara en

profile dan ginjal kiri secara en face)− Lateral (untuk melihat PUJ pada pasien dengan hidronefrosis)

Expertise

• Nilai pasase kontras

• Anatomi dari sistem pelvokalises serta ureter

• Perhatikan adanya luput lesi, bayangan tambahan, dan ekstravasasi kontras

Komplikasi

• Alergi zat kontras (risiko masih lebih kecil dari alergi zat kontras intravena).

• Pielitis kimiawi (akibat zat kontras yang tetap tertahan di sistem pelvokalises).

• Perdarahan perirenal dan intrarenal.

• Hematuria.

• Pneumotoraks.

• Infeksi.

• Nyeri.

• Urinoma.

• Fistula arteriovena.

• Luka tusuk pada organ sekitar.

URETRORAFI RETROGRAD

• Uretrografi retrograd atau ascending urethrography merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan zat kontras untuk menilai keadaan uretra pada pria. Zat kontras diinjeksikan secara retrograd dari uretra bagian distal ke bagian proksimal

Indikasi

• Ruptur uretra.

• Striktur uretra.

• Kelainan kongenital.

• Abses periuretra atau abses prostat.

• Fistula yang berhubungan dengan uretra.

• Divertikula uretra.

• Obstruksi uretra.

• Hematuria dengan kecurigaan ruptur uretra.

• Infeksi saluran kemih yang berulang.

• Aliran urin yang menurun.

• Tumor pada uretra.

Kontraindikasi

• Infeksi saluran kemih akut

Persiapan

• Informed consent

• Pasien diposisikan berbaring miring 35-400. Penis diletakkan ke lateral di atas paha bagian proksimal dengan traksi yang adekuat

• Gunakan plaster untuk melakukan traksi pada penis. Traksi diperlukan agar uretra dapat dinilai dengan baik

Prosedur

• Setelah pasien diposisikan dan dilakukan traksi pada penis, (Usahakan agar uretra tidak superposisi dengan tulang).

• Jika penis ditraksi ke lateral kanan, maka fleksikan lutut kanan sehingga kaki kanan berada di bawah paha kiri, lakukan hal yang sebaliknya jika penis ditraksi ke lateral kiri.

• Gunakan teknik aseptik pada saat pemasangan kateter (ukuran 16-18F pada orang dewasa).

• Masukkan ujung kateter pada fossa navikularis (sekitar 1,5cm) dan gembungkan balon dengan 1-1,5cc air.

Prosedur

• Tidak disarankan untuk menggunakan lubrikasi karena menyebabkan ujung kateter mudah terlepas.

• Sekitar 20-30cc zat kontras water soluble yang mengandung iodium dengan konsentrasi 300 mg/mL diinjeksikan.

• Usahakan agar tidak ada udara yang masuk dengan menegakkan spuit saat injeksi kontras.

• Jika terdapat udara, aspirasi zat kontras yang telah masuk dan masukkan kembali zat kontras dengan posisi spuit tegak.

• Ambil foto kembali setelah pengisian kontras selesai dilakukan

Expertise

• Hal yang perlu dinilai adalah :−pasase kontras−Besar, bentuk dan posisi dari uretra dan

kelainannya− Luput lesi, bayangan tambahan, dan

ekstravasasi kontras juga harus dinilai

Komplikasi

• Infeksi saluran kemih

• Trauma uretra

SISTOGRAFI RETROGRADE

• Sistografi retrograd merupakan pemeriksaan radiologi dengan zat kontras yang dimasukkan melalui kateter ke dalam vesica urinaria. Pemeriksaan ini bersifat non-fungsional. Pemeriksaan ini disebut retrograd karena zat kontras dimasukkan melawan arah urin

Indikasi

• Infeksi saluran kemih yang berulang.

• Suspek ruptur buli.

• Batu.

• Tumor.

• Peradangan.

• Divertikula.

• Fistula yang berhubungan dengan vesica urinaria.

• Integritas anastomosis atau jahitan pasca operasi.

• Inkontinensia.

• Hematuria.

• Menilai volume urin pasca miksi.

Kontraindikasi

• Kehamilan

• Ruptur uretra

Persiapan

• Pasien harus mengosongkan vesica urinaria sebelum pemeriksaan agar zat kontras tidak mengalami dilusi. Miksi sebelum pemasangan kateter juga diperlukan agar informasi volume sisa urin pasca miksi dapat diperoleh.

• Informed consent

Prosedur

• Pasien diminta mengosongkan urin sebelum pemasangan kateter.

• Gunakan teknik aseptik pada saat pemasangan kateter.

• Ujung kateter dimasukkan ke dalam vesica urinaria.

• Tampung urin yang keluar dan catat volumenya.

• Masukkan zat kontras melalui kateter.

• Zat kontras yang dimasukkan adalah zat kontras water soluble yang mengandung iodium dengan konsentrasi 150 mg/mL.

• Foto AP dan obliq