Download - proposal pertanian.pdf

Transcript
  • 1

    INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

    KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

    PENGEMBANGAN MODEL AGRIWISATA DI SMK BERBASIS PERTANIAN DALAM MENDUKUNG EKONOMI KREATIF MASYARAKAT PEDESAAN

    LAPORAN EKSPLORASI

    Tim peneliti: Yufridawati

    Agus Amin Sulistiono Sujatmiko

    Meni Handayani Effi Heriyati

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

    JAKARTA, 2012

  • i

    DAFTAR ISI

    hal BAB I PENDAHULUAN

    1

    A.

    Latar Belakang 1

    B.

    Tujuan 2

    C. Ruang Lingkup

    2

    D. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

    2

    BAB II METODOLOGI

    3

    A. Lokasi

    3

    B. Teknik Pengumpulan Data

    3

    C. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4

    BAB III HASIL EKSPLORASI

    5

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis 2. Potensi Wilayah

    5

    B. Kajian Laporan 1. Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) 2. Sekolah Negeri 1 Cikampek

    22

    BAB IV SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

    46

    A. Simpulan

    46

    B. Saran

    47

    C. Tindak Lanjut 48

    DAFTAR PUSTAKA 48

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN A. Latar Belakang

    Berdasarkan spektrum keahlian pendidikan menengah kejuruan, terdapat program studi

    (prodi) keahlian Agribisnis Produksi Tanaman dalam kaitannya dengan bidang pertanian.

    Prodi tersebut memiliki kompetensi keahlian agribisnis pembibitan dan kultur jaringan

    serta agribisnis tanaman perkebunan maupun agribisinis tanaman pangan dan

    hortikultura. Dengan memberikan kompetensi keahlian agribisnis tanaman pangan dan

    holtikultural diharapkan Sekolah Menengah Kejuruan dapat mencetak tenaga terampil,

    berkarakter, berkinerja tinggi dan berwirausaha di bidang agribisnis tanaman pangan,

    sehingga dapat menjadi tenaga yang siap pakai dan nantinya dapat langsung terjun di

    dunia industri pangan.

    Namun masalahnya sampai sejauh ini, prodi keahlian agribisnis produksi tanaman yang

    ada di SMK berbasis pertanian belum memiliki pengembangan kompetensi keahlian ke

    arah agrowisata. Kondisi ini terungkap dalam hasil penelitian hibah tahun 2011 tentang

    Pengembangan Pendidikan SMK Sesuai Potensi Wilayah Pertanian.

    Di Indonesia, agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha

    pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan,

    pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan

    agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa

    meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta

    memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge)

    (http://database.deptan.go.id).

    Dalam mendukung peluang usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dan

    meningkatkan kualitas serta mengembangkan kompetensi lulusan SMK berbasis

    pertanian, maka diperlukan pengembangan kompetensi keahlian yang memberikan

    dimensi baru dalam spektrum SMK. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar melalui

    dimensi baru tersebut para siswa SMK dapat memiliki kompetensi untuk mengelola

    lahan pertanian terbatas, atau mengelola lahan potensial menjadi lahan pertanian faktual

    yang dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi.

  • 2

    B. Tujuan

    Tujuan umum eksplorasi ini adalah mengumpulkan data dan informasi awal sebagai

    bahan penyusunan disain penelitian. Sedangkan secara khusus studi eksplorasi ini

    dimaksudkan untuk mencari data dan informasi mengenai beberapa hal berikut.

    1. Teori yang terkait dengan konsep agrowisata, ekonomi kreatif dan masyarakat

    pedesaan

    2. Kebijakan yang berhubungan dengan pendidikan kejuruan

    3. Penerapan pembelajaran program studi keahlian Agribisnis Produksi Tanaman di

    SMK berbasis pertanian

    4. Kondisi dan potensi sumber daya lokal yang dapat mendukung ekonomi kreatif

    masyarakat pedesaan dalam kaitannya dengan agrowisata tanama pangan dan

    holtikultural

    C. Ruang Lingkup

    Lingkup kegiatan ini difokuskan pada jenjang SMK berbasis pertanian yang berkaitan

    langsung dengan prodi keahlian Agribisnis Produksi Tanaman, khususnya tanaman

    pangan dan holtikultural. Kegiatan ini dibatasi untuk mendapatkan informasi dan data

    tentang pembelajaran prodi keahlian Agribisnis Produksi Tanaman SMKN (di bawah

    kewenangan Kemdikbud) dan SPMA (dibawah kewenangan Kementerian Pertanian) di

    daerah kabupaten Karawang karena daerah ini merupakan salah satu daerah penghasil

    padi terbaik di Indonesia.

    D. Hasil Yang Diharapkan

    Hasil kegiatan eksplorasi ini diharapkan berupa terkumpulnya teori, kebijakan yang

    terkait dengan pendidikan kejuruan. Selain itu, untuk mendapatkan data dan informasi

    mengenai pembelajaran program studi keahlian Agribisnis Produksi Tanaman di SMK

    berbasis pertanian. Selanjutnya studi ini diharapkan dapat mengetahui kondisi dan

    potensi sumber daya lokal yang mendukung ekonomi kreatif masyarakat pedesaan,

    dalam kaitannya dengan kompetensi keahlian agribisinis tanaman pangan dan

    hortikultura. Data dan informasi tersebut akan digunakan untuk merancang kegiatan ini

    (disain penelitian tersebut).

  • 3

    BAB II METODOLOGI

    A. Lokasi

    Penelitian ini memilih studi kasus sebagai penentuan lokasi penelitian. Sampel lokasi

    penelitian ini adalah di kabupaten Karawang sebagai salah satu penghasil tanaman pangan

    (padi) di Indonesia. Pada sampel lokasi dipilih dua SMK yang berbasis pertanian yaitu

    SMKN dan SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas). SMK berbasis pertanian tersebut

    dipilih berdasarkan kriteria telah: (i) memiliki prodi keahlian agribisinis tanaman pangan

    dan hortikultura; (ii) bekerjasama dengan pengusaha yang bergerak di bidang pertanian.

    B. Teknik Pengumpulan Data Kegiatan eksplorasi ini dimaksudkan untuk: (i) terkumpulnya teori, kebijakan yang terkait

    dengan pendidikan kejuruan; (ii) mendapatkan data dan informasi mengenai

    pembelajaran program studi keahlian Agribisnis Produksi Tanaman di SMK berbasis

    pertanian; (iii) mengetahui kondisi dan potensi sumber daya lokal yang mendukung

    ekonomi kreatif masyarakat pedesaan, dalam kaitannya dengan kompetensi keahlian

    agribisinis tanaman pangan dan hortikultura.

    Untuk mencapai tujuan pertama dilakukan studi dokumen, sedangkan tujuan ke dua dan

    ke tiga digunakan studi lapangan melalai metode/pendekatan kualitatif. Metode kualitatif

    adalah metode penelitian yang menggunakan deskripsi dan kategori dalam wujud kata-

    kata. Metode kualitatif berkembang mengikuti suatu dalil sebagai proses yang tidak

    pernah berhenti. Ia berkembang dari proses pencarian dan penangkapan makna yang

    diberikan oleh suatu realitas dan fenomena sosial (Gumilar R.S, 2005).

    Studi lapangan dilakukan pada dua sekolah kejuruan yaitu SMKN 1 Cikampek dan SPMA

    di kabupaten Karawang yang berkualitas baik di bidang pertanian berdasarkan informasi

    dari pihak Dinas Pendidikan setempat. Data dan informasi terkait dengan tujuan kedua

    diperoleh dari pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah (1 orang), kepala program

    produktif agribisnis tanaman pangan dan holtikultural (1 orang) dan satu orang unsur

    dunia usaha dunia industri (yang telah bekerjasama selama ini dengan SMK sampel).

    Sedangkan untuk mendapat informasi yang terkait dnegan tujuan ke tiga diperoleh dari

    pihak Dinas Pertanian setempat.

  • 4

    Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan tujuan pertama adalah lembar/daftar

    dokumentasi. Sedangkan untuk mencapai tujuan ke dua dan ke tiga digunakan pedoman

    wawancara karena data dan informasi yang diperoleh dilakukan melalalui wawancara dan

    observasi.

    C. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Studi eksplorasi ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif, Data penelitian kualitatif

    berbentuk deskriptif berupa kata-kata lisan atau tulisan tentang tingkah laku manusia yang

    dapat diamati (Taylor dan Bogdan, 1984). Oleh karena itu, informasi yang diperoleh dari

    studi eksplorasi ini yang terkait dengan tujuan ke dua dan ke tiga diolah secara kualitatif.

    Dalam penelitian kualitiatif data diolah melalui tahapan kategorisasi data, reduksi data,

    penyajian data maupun penarikan kesimpulan dan verifikasi. Reduksi data dimaksudkan

    untuk merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

    mencari pola dari informasi yang diperoleh dan membuang informasi yang tidak perlu.

    Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan

    sehingga mudah dipahami. Proses penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan untuk

    menemukan bukti-bukti yang kuat sampai diperolehnya kesimpulan yang kredibel.

    Penelitian kualitatif, merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan deskriptif analitis,

    yaitu apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau

    lisan, dan perilaku nyata, di mana yang diteliti dan dipelajari adalah obyek penelitian yang

    utuh. Selanjutnya dalam analisisnya, penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses

    induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamanati dengan

    menggunakan logika ilmiah.

  • 5

    BAB III HASIL EKSPLORASI

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Geografis Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 1070 02-1070 40 BT

    dan 50 56-60 34 LS. Kabupaten ini termasuk daerah dataran yang relatif rendah

    dengan sebagian kecil dataran tinggi terutapa di daerah perbukitan/pasir. Kabupaten

    iKarawang memiliki variasi ketinggian wilayah antara 0-1.279 meter di atas

    permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0-20, 2-150, 15-400, dan diatas 400

    dengan suhu rata-rata 270 C.

    Kabupaten Kawarang yang merupakan daerah dataran rendah pada bagian utara

    dengan ketinggian yang relatif rendah (25 m dpl) mencakup Kecamatan Pakisjaya,

    Batujaya, Tirtajaya, Pedes, Rengasdengklok, Kutawaluya, Tempuran, Cilamaya,

    Rawamerta, Telagasari, Lemahabang, Jatisari, Klari, Karawang, Tirtamulya, sebagian

    Telukjambe, Jayakerta, Majalaya, sebagian Cikampek dan sebagian Ciampel. Pada

    bagian selatan dataran rendah memiliki ketinggian antara 26 1.200 dpl.

    Sementaran Daerah perbukitan meliputi antara lain : Gunung Pamoyanan,

    Dindingsari, Golosur, Jayanti, Godongan, Rungking, Gadung, Kuta, Tonjong,

    Seureuh, Sinalonggong, Lanjung dan Gunung Sanggabuana. Terdapat pula Pasir

    Gabus, Cielus, Tonjong dengan ketinggian bervariasi antara 300-1.200 m dpl dan

    tersebar di Kecamatan Tegalwaru, sebagian kecil Kecamatan Pangkalan dan

    Kecamatan Ciampel.

    Di pantai utara Kabupaten Karawang tertutup pasir, pantai ini merupakan batuan

    sedimen yang dibentuk oleh bahanbahan lepas, terutama endapan laut dan aluvium

    vulkanik. Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan

    sedimen, sedangkan dibagian selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan

    ketinggian 1.291 m dpl, yang mengandung endapan vulkanik.

    Kabupaten Karawang juga dilalui oleh beberapa sungai yang bermuara di Laut Jawa.

    Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten

  • 6

    Bekasi, sedangkan sungai Cilamaya merupakan batas wilayah dengan Kabupaten

    Subang. Selain sungai, terdapat 3 buah saluran irigasi yang besar, yaitu Saluran Induk

    Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah, dan Saluran Induk Tarum Barat yang

    dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak dan pembangkit tenaga listrik.

    Luas wilayah Kabupaten Karawang adalah 1.753,27 Km2 atau 175.327 Ha, luas

    tersebut merupakan 3,73 % dari luas Provinsi Jawa Barat dan memiliki laut seluas 4

    Mil x 84,23 Km, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

    Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa

    Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Subang

    Sebelah Tenggara : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

    Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur

    Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi

    2. Potensi Wilayah a. Potensi sumber daya manusia

    Secara absolut telah terjadi kenaikan nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang

    cukup berarti, yaitu dari Rp 25.654 milyar pada tahun 2005, kemudian tahun 2006

    mencapai Rp 31.348 milyar, pada akhir tahun 2007 sudah mencapai Rp 36.130

    milyar, pada tahun 2008 mencapai Rp 42,445 milyar, sedangkan pada tahun 2009

    mencapai Rp 47,225 milyar*. Pada tahun 2010 diperkirakan PDRB atas dasar

    harga berlaku mencapai Rp 53,511 milyar*. Diharapkan keadaan tersebut dapat

    terus dipertahankan, sehingga pada akhirnya diharapkan semakin besar pula nilai

    PDRB perkapita yang dapat dinikmati oleh masyarakat Karawang. Sementara itu

    kontribusi sektoral masih tetap didominasi oleh tiga sektor, yaitu sektor industri

    pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pertanian.

    Masuknya sub sektor minyak dan gas bumi menjadikan sektor pertambangan dan

    penggalian menempati posisi sektor terbesar kelima dalam kontribusi terhadap

    PDRB Karawang. Pada tahun 2010 diperkirakan PDRB atas dasar harga konstan

    mencapai Rp. 20,359 milyar dan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp.

    53,511 milyar. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) dengan

    memperhitungkan kontribusi sektor migas diperikirakan mencapai angka 5,82 %

    dengan tingkat inflasi sebesar 7,73 %. (*=angka sangat sementara).

  • 7

    Pada tahun 2010 jumlah penduduk bekerja berdasarkan lapangan usaha sebanyak

    861.711* orang. Dari jumlah tersebut, sebesar 244.480* orang atau sekitar 28,37

    %* bekerja pada lapangan usaha pertanian dan perikanan. Pada lapangan usaha

    perdagangan memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja sebesar

    196.037* orang atau sekitar 22,75%*. Sedangkan pada lapangan usaha industri

    menyerap tenaga kerja sebesar 208.781* orang atau sekitar 24,23%. (*=angka

    sementara).

    Komposisi Penduduk Kabupaten Karawang Menurut Lapangan Usaha

    Tahun 2006-2010

    Tahun No. Lapangan Usaha

    2006 2007 2008 2009 2010*

    1. Pertanian dan Perikanan 258.047 245.642 259.579 261.770 244.480

    2. Perdagangan 174.872 164.875 178.089 235.592 196.037

    3. Industri 125.539 154.331 160.577 177.514 208.781

    Seluruh Lapangan Usaha

    728.657 761.164 795.070 896.640 861.711

    Sumber : BPS Kabupaten Karawang

    Keterangan : *) = angka sangat sementara

    Sedangkan data jumlah pencari kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan per Bulan Tahun 2010 adalah sebagai berikut.

    SD SLTP SLTA SARMUD SARJANA BULAN/Month

    Tidak Tamat SD/ Ungraduated

    Primary School

    Junior High School

    Senior High School

    Diploma University

    DESEMBER09 - 448 353 937 118 17

    JANUARI 4 369 660 1.278 54 42

    FEBRUARI - 300 543 893 30 32

    MARET - 341 660 1.001 38 41

    APRIL - 233 - 136 1 -

  • 8

    Keterangan: Dikutip dari Tabel 03.14 Buku Kabupaten Karawang Dalam Angka Tahun 2010.

    b. Potensi alam

    Kabupaten Karawang merupakan daerah lumbung padi Jawa Barat dan salah satu

    daerah yang dapat memberikan kontribusi kebutuhan beras nasional yang setiap

    tahunnya rata-rata mencapai 1.350.000 ton beras/tahun.

    1) Potensi tanaman padi :

    a) Luas lahan sawah : 97.529 Ha

    - Sawah pengairan teknis : 85.513 Ha

    - Sawah setengah teknis : 4.009 Ha

    - Sawah pengairan sederhana : 3.620 Ha

    - Sawah tadah hujan : 3.952 Ha

    - Sawah irigasi desa/non PU : 435 Ha

    b) Luas pemanfaatan lahan sawah sebagai berikut :

    - Ditanami padi 2 kali satu tahun : 91.317 Ha

    - Ditanami padi 3 kali satu tahun : 4.438 Ha

    - Ditanami padi 1 kali setahun : 1.717 Ha

    - Sementara tidak diusahakan : 57 Ha

    MEI 1 232 147 1.932 7 22

    JUNI - 256 158 852 1 -

    JULI 1 636 436 1.787 19 16

    AGUSTUS - 491 511 979 25 36

    SEPTEMBER - 1.011 1.395 2.039 719 312

    OKTOBER - 508 700 1.379 408 376

    NOVEMBER - 352 1.218 2.087 2.976 2.113

    DESEMBER - 288 430 1.027 118 17

    Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karawang

    Source : Manpowerand Transmigration Office of Karawang Regency

  • 9

    Pada tahun 2010 produksi padi mencapai 1.376.702 ton GKP yang terdiri dari

    produksi padi sawah 1.364.924 ton GKP dan produksi padi gogo 11.778 ton

    GKP. Luas panen padi sawah mencapai 194.850 Ha dengan produktivitas

    70,05 kwintal GKP/Ha dan luas panen padi gogo mencapai 3.141 Ha dengan

    produktivitas 37,50 kwintal GKP/Ha.

    2) Potensi Palawija dan Hortikultura

    Palawija yang ditanam antara lain: kedelai, kacang tanah, kacang hijau,

    jagung, ketela pohon dan ubi. Pada tahun 2010 luas panen kedelai mencapai

    260 Ha dengan produktivitas 13,12 kwintal biji kering/Ha dan luas panen

    kedelai muda 614 Ha dengan produktivitas 81 kwintal berangkasan/Ha,

    sedangkan luas panen kacang hijau 902 Ha dengan produktivitas 11,10

    Kw/Ha, produksi jagung sebesar 7.742 Ton pipilan kering dengan luas panen

    1.345 Ha dan produktivitas 57,56 Kw pipilan kering/Ha, produksi jagung

    muda 4.973 Ton tongkol dan produktivitas 75,15 Kw tongkol/Ha, ketela pohon

    7.059 ton dengan luas panen 362 Ha dan produktivitas 195 Kw/Ha, ubi jalar

    352 ton dengan luas panen 22 Ha dan produktivitas 160 Kw/Ha.

    Sedangkan tanaman hortikultura yang dibudidayakan antara lain: jamur

    merang, kacang panjang, mentimun, terong, caisin, kangkung, bayam dan cabe

    merah/rawit, petsai dan mentimun. Jamur merang merupakan komoditas yang

    dijadikan prioritas unggulan lokal sehingga berbagai upaya dalam

    pengembangan komoditas ini senantiasa dilakukan secara terintegrasi.

    Pada tahun 2010 produksi jamur merang mencapai 5.252 Ton dengan

    produktivitas 2,1 Kw/kubung. Terjadi penurunan produksi sebesar 258 ton

    atau 4,68% dibandingkan tahun 2009. Jumlah kubung tahun 2010 yang

    berproduksi juga mengalami penurunan dari 2.624 kubung menjadi 2.501

    kubung. Jumlah total kubung mencapai 2.501 Dari sisi pemasaran ada

    kenaikan harga jual jamur dari Rp. 12.000/kg menjadi Rp. 14.000/kg.

    Kabupaten Karawang merupakan lumbung padi Jawa Barat dan salah satu

    daerah yang dapat memberikan kontribusi kebutuhan beras nasional setiap

    tahunnya mencapai 600.000 ton/tahun.

  • 10

    Jenis Komoditas dan Luas Tanam Tanaman Padi Sawah, Palawija, dan Hortikultura Kab. Karawang Tahun 2006-2010 (Ton)

    Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang

    Jenis Komoditas dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah, Palawija, dan Hortikultura

    Kab. Karawang Tahun 2006-2010 (Kw/Ha)

    Tahun No. Uraian

    2006 2007 2008 2009 2010

    1. Padi Sawah 64,35 62,16 65,05 70,25 70,05

    2. Kedelai 11,92 11,94 12,46 14,43 13,12

    3. Kacang Hijau 9,20 9,28 9,51 9,50 11,10

    4. Jagung pipilan kering 43,72 43,72 48,85 52,49 57,56

    5. Ketela Pohon 214,99 191,32 223,48 195 195

    6. Ubi Jalar 85,14 155,35 156,46 155 160

    Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang

    c. Ekonomi Beberapa isu strategis pembangunan pertanian di Kabupaten Karawang antara

    lain :

    1) Peningkatan produksi dan produktivitas komoditi pertanian untuk

    menciptakan kemandirian pangan.

    Tahun No. Uraian

    2006 2007 2008 2009 2010

    1. Padi Sawah 187.161 197.377 191.261 193.375 197.630

    2. Kedelai 340 400 432 770 874

    3. Kacang Hijau 1.239 502 521 1.388 902

    4. Jagung pipilan kering

    619 1.756 2.379 1.765 1.345

    5. Ketela Pohon 550 632 608 842 362

    6. Ubi Jalar 42 43 48 39 22

  • 11

    Meningkatkan kinerja sektor pertanian dalam rangka menciptakan

    kemandirian pangan adalah upaya maksimal meningkatkan kinerja tanaman

    pangan, meskipun jenis komoditas lain seperti perkebunan dan kehutanan

    tidak pula boleh diabaikan. Hal ini disadari betul oleh segenap stakeholder,

    sehingga dalam RPJMD Tahun 2011-2015 sektor pertanian diletakkan

    sebagai salah satu prioritas utama dalam pembangunan ekonomi makro

    disamping sektor industri, perdagangan dan jasa.

    Dengan asumsi kebutuhan beras perkapita pertahun adalah 135 Kg, dan

    konversi dari gabah kering pungut (GKP) menjadi beras adalah 58 %, maka

    marketable surplus beras selama 5 (lima) tahun dapat disajikan pada table

    dibawah ini.

    MARKETABEL SURPLUS 2005 2009

    TAHUN JUMLAH PENDUDUK KEBUTUHAN BERAS (TON)

    PRODUKSI BERAS (TON)

    SURPLUS BERAS (TON)

    2005 1.971.463 266.147 689.693 423.546

    2006 2.009.647 271.302 699.510 428.208

    2007 2.055.469 277.488 714.195 436.707

    2008 2.094.408 282.745 727.968 445.223

    2009 2.133.992 288.089 790.166 502.077

    2) Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing.

    Peningkatan nilai tambah dan daya saing difokuskan pada peningkatan

    kualitas produk olahan untuk mendukung daya saing yang berbasis sumber

    daya local. Kegiatan merupakan rintisan yang diharapkan mampu

    meningkatkan nilai tambah komoditi jamur merang.

    3) Pemanfaatan Sumber Daya lahan Berkelanjutan.

    Kondisi kesuburan lahan sawah di Kabupaten Karawang sudah mencapai

    titik jenuh (leveling off), hal ini diatandai oleh pelandaian produktivitas padi

    sawah. Struktur tanah semakin massif akibat penerapan pupuk kimia dalam

  • 12

    jangka waktu lama, disamping itu banyak petani menggunakan pupuk urea

    secara berlebihan sehibgga keseimbangan penggunaan pupuk kurang

    tepelihara.

    Untuk dapat meningkatkan produktivitas tanaman serta meningkatkan

    kesuburan tanah maka diterapkan teknologi pertanian organic yang ramah

    lingkungan, pengendalian hama secara terpadu serta teknologi konservasi

    sumber daya lahan.

    4) Optimalisasi penggunaan sumber daya lahan.

    Salah satu terobosan untuk mengoptimalkan sumber daya lahan adalah

    melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) sebesar 0,37% per tahun.

    5) Peningkatan Kesejahteraan Petani.

    Unsur penting yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani adalah

    tingkat pendapatan petani, meskipun tidak selalu berkorelasi meningkatkan

    kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan Petani tergantung pada nilai

    pengeluaran petani. Nilai pendapatan petani ditentukan oleh volume produksi

    yang dihasilkan serta harga jual. Dalam hal harga jual (terutana gabah)

    seringkali tidak selalu berpihak pada petani. Untuk itu perlu ditingkatkan

    kualitas dan kuantitas produk agar mampu meningkatkan posisi tawar

    petani.

    HASIL KEGIATAN DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN SELAMA 5 TAHUN TERAKHIR

    NO PROGRAM HASIL KEGIATAN

    1. Peningkatan Kesejahteraan Petani

    - Pengembangan janur merang

    - Pembinaan PUAP dan LM3

    Terbangunnya 25 kubung jamur merang

    ........................

    2. Peningkatan Ketahanan Pangan :

    - Penerapan metode SRI

    - Pengendalian OPT

    - Penerapan metode SRI pada lahan seluas 1360 Ha pada 6 Kecamatan

    - Monitoring perkembangan OPT tiap bulan

  • 13

    - Pengelolaan Lahan dan Air

    - Peningkatan sarana dan prasarana

    - Peningkatan produksi dan produktivitas

    - Bantuan benih dan bibit

    - Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil.

    - Pembangunan jalan sepanjang 3 km, perbaikan Jitut di 28 kecamatan seluas 3.350 Ha dan Jides 750 Ha, irigasi tanah dangkal.

    - Optimalisasi lahan di Tempuran 30 ha dan 50 ha di Telagasari, reklamasi di Cariumulya 25 ha, bantuan uang muka alsin, 3 unit sumur resapan di Pangkalan

    - Pelatihan PTT 50 orang dan TOT SL 25 orang, perluasan tanaman kedele 348 ha, padi hibrida 225 ha.

    - Bantuan benih padi non hibrida seluas 7500 ha dan 1000 ha padi hibrida di 30 kecamatan

    - Tertanganinya pasca panen melalui 6 unit RMU, 34 unit power thresher.

    3 Rehabilitasi Hutan dan Lahan :

    - Pembuatan Hutan Rakyat - Penanaman Mangrove

    - Sumur Resapan - Dam Penahan

    - Dam Pengendali - Embung Air

    - Perlindungan sumber mata air - UPSA

    - Penghijauan Kota

    7.258 Ha 800 Ha

    185 unit 12 unit

    2 unit 5 unit

    5 unit 10 Ha

    5000 pohon

    d. Potensi pendukung

    Kabupaten Karawang termasuk tipe iklim D dengan rata-rata curah hujan 163,50

    mm/bulan dan jumlah hari hujan 6,97 / bulan. Rata-rata curah hujan dan hari

    hujan Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel berikut.

    RATA-RATA CURAH HUJAN DAN RATA-RATA HARI HUJAN TAHUN

    2009 DI KABUPATEN KARAWANG

    NO BULAN RATA-RATA RATA-RATA

  • 14

    CURAH HUJAN (MM)

    HARI HUJAN (HH)

    1

    2 3

    4 5

    6 7

    8 9

    10 11

    12

    Januari

    Pebruari Maret

    April Mei

    Juni Juli

    Agustus September

    Oktober Nopember

    Desember

    479,07

    434,53 240,15

    134,52 118,17

    70,89 31,77

    4,0 45,22

    65,88 175,85

    169,03

    14,77

    15,03 9,23

    6,89 5,52

    2,96 2,13

    1,0 2,91

    4,22 9,67

    10,36

    Jumlah 163,84 6,97

    Data Teknis Bidang Pertanian dan Sumberdaya Petani Sumber daya petani sangat menunjang terhadap keberhasilan pembangunan

    pertanian di Kabupaten Karawang, dimana 61,9% penduduk bergerak dibidang

    usaha pertanian dengan prosentase buruh tani sekitar 59,43%. Keberadaan

    kelompok tani cukup membantu dalam konsolidasi pengelolaan usaha pertanian,

    terutama dalam penyediaan sarana produksi dan pemasaran / kemitraan dengan

    pihak swasta.

    1) Dalam konteks perekonomian daerah, pembangunan ekonomi yang berkualitas

    merupakan tantangan yang harus dicapai dalam rangka menyelesaikan

    masalah-masalah kemiskinan, kesenjangan dan pengangguran. Laju

    Pertumbuhan Ekonomi harus dapat mencapai titik terjadinya peningkatan

    produktifitas dan nilai tambah seluruh sektor, kenaikan pendapatan

    masyarakat pada tingkat yang layak dan kebutuhan lapangan kerja bagi

    penduduk. Isu pokok yang diangkat dalam misi tersebut adalah masih

    tingginya angka pengangguran yang berdasarkan data tahun 2007 sebesar

    151.430 jiwa. Dengan kondisi sempitnya lapangan kerja di pedesaan, maka

    tingkat urbanisasi dan dibarengi migrasi penduduk masuk ke Kabupaten

    Karawang menjadi beban tersendiri. Sebagai daerah yang memiliki kawasan

  • 15

    industri, maka Karawang menjadi salah satu tujuan para pendatang dalam

    mencoba mengadu nasib. Berdasarkan data tahun 2008 terdapat jumlah

    pencari kerja yang mendaftar sebanyak 43.801 orang dengan lowongan kerja

    yang tersedia hanya sebesar 16.482 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa

    kenaikan jumlah penduduk pencari kerja belum dibarengi pertumbuhan

    sektor formal dalam menciptakan kesempatan kerja baru. Di lain pihak,

    kemampuan angkatan kerja produktif pada sektor informal masih sangat

    terbatas sehingga belum mampu menjadikan dirinya sebagai pelaku ekonomi

    yang mandiri dan produktif. kebijakan pembangunan sektor industri di

    wilayah Karawang lebih memperhitungkan faktor keuntungan lokasi

    ketimbang faktor sumber daya lokal, sehingga menyebabkan arah

    perkembangan industri di Kabupaten Karawang bersifat foot loose industry

    dan padat modal. Di lain pihak, potensi sektor pertanian belum dikelola

    dalam suatu bentuk usaha tani dan masih bersifat subsisten. Konsep

    agribisnis dan agroindustri termasuk pola tata niaga pada sektor pertanian

    belum efektif berjalan. Penggunaan teknologi pertanian masih dalam skala

    rintisan. Oleh sebab itu isu pokok yang diangkat adalah terkait dengan faktor

    deminishing return scale pada sektor pertanian, maka peningkatan produksi

    dan produktifitas sumberdaya pertanian secara kontinuum dan kualitas yang

    baik sangat penting untuk menarik peluang pasar dan bahkan dalam jangka

    tertentu bagi pertumbuhan investasi pada sektor agribisnis dan agroindustri di

    Kabupaten Karawang.

    2) Kondisi masih rendahnya tingkat pendidikan, penyediaan sarana dan prasarana

    belajar yang terstandar juga persoalan mutu pendidik dan peserta didik

    merupakan isu pokok upaya pencapaian misi peningkatan kuantitas dan

    kualitas pendidikan. Berdasarkan data, angka rata-rata lama sekolah baru

    mencapai 7,54 tahun atau lulusan SD, jumlah prasarana sekolah, pada

    jenjang SD masih terdapat sisa 326 lokal ruang kelas dengan kategori rusak

    berat termasuk kondisi sarana penunjang lainnya yang masih belum

    memadai. Sedangkan, terkait mutu pendidikan, berdasarkan data rata-rata

    kategori sekolah di Kabupaten Karawang masih dalam kategori sekolah

    berstandar pelayanan minimal. Untuk kategori Sekolah Berstandar Nasional

  • 16

    (SBN) pada jenjang SD baru sebanyak 30 unit, SMP sebanyak 2 unit dan

    SMA 10 unit ditambah 1 unit merupakan Rintisan Sekolah Berstandar

    Internasional (RSBI). Kondisi mutu pendidikan juga dipengaruhi oleh

    kualitas guru dimana berdasarkan data untuk guru SD sekitar 69 persen

    masih berpendidikan D II. Masalah buta huruf dapat dikatakan telah tuntas

    ditandai dengan capaian AMH sebesar 91,6 persen sehingga tahun 2010 lebih

    diarahkan pada upaya pelestarian melek aksara. Tantangan dalam bidang

    pendidikan pada tahun 2011, masih dalam tataran proses penyelenggaraan

    pelayanan pendidikan kepada seluruh masyarakat secara terjangkau dan

    bermutu yang didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana, tenaga

    pendidik dan kependidikan dalam jumlah dan kualitas yang memadai serta

    kurikulum dan bahan ajar yang relevan dalam suatu tata kelola pendidikan

    yang akuntabel.

    3) Pembangunan bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat

    kesehatan masyarakat, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi angka

    kematian bayi dan ibu melahirkan melalui peningkatan pelayanan kesehatan

    yang memadai dan mampu menjangkau seluruh wilayah Kabupaten

    Karawang. Masalah yang dihadapi adalah masih terdapatnya penyakit

    berbasis lingkungan seperti ISPA, diare dan demam berdarah yang

    disebabkan perilaku dan budaya hidup yang belum sesuai dengan standar

    kesehatan. Akses terhadap sarana air bersih, terutama di wilayah pesisir pun

    masih sangat minim. Oleh sebab itu secara garis besar terdapat dua isu pokok

    yaitu pertama, intensitas dan penyebaran penyakit antara lain ISPA, DBD

    termasuk penyakit menular sexual yaitu HIV-AIDS. Kedua, masih rendahnya

    perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang ditandai dengan masih

    minimnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan diri dan

    lingkungan, pola makan seimbang dan bergizi serta aktifitas olahraga. Selain

    itu pula keterbatasan sarana penunjang PHBS di wilayah pedesaan seperti

    MCK, tempat sampah, drainase lingkungan serta lapangan olahraga

    masyarakat masih menjadi permasalahan pembangunan bidang

    kesehatan.Tantangan bidang kesehatan selain terkait dengan penerapan

  • 17

    perilaku hidup bersih dan sehat juga terkait dengan ketersediaan sarana dan

    prasarana pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas.

    4) Tujuan pembangunan adalah pengentasan kemiskinan dalam rangka

    mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kemiskinan masih menjadi isu

    strategis pada tahun 2010 dimana berdasarkan data BPS Kabupaten

    Karawang pada tahun 2008 diperoleh data keluarga miskin sebesar 615.485

    jiwa atau 30,00 persen dari jumlah penduduk Karawang. Hasil perhitungan

    tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga petani di Kabupaten Karawang

    memperlihatkan angka sebesar Rp. 4.290.600,- per tahun atau Rp. 11.918,-

    per hari dan pada rumah tangga nelayan hanya sebesar Rp. 2.875.000,- atau

    Rp. 7.986,- per hari. Berdasarkan penetapan standar Bank Dunia tahun 2004,

    yaitu jika pendapatan per kapita < $1,08/ hari (dengan asumsi $1 = Rp.

    9.000,-), maka termasuk dalam kategori batas garis kemiskinan. Untuk lebih

    memahami persoalan kemiskinan di Karawang, maka diperlukan pemahaman

    secara integratif pula, yang disebabkan sifat kemiskinan di Karawang tidak

    saja persoalan ekonomi semata melainkan permasalahan-permasalahan non

    ekonomi lainnya misalnya minimnya tingkat pendidikan, rendahnya perilaku

    sehat serta terbatasnya akses infrastruktur. Oleh sebab itu Tantangan terbesar

    penangulangan masalah sosial adalah bagaimana memberikan jaminan

    perlindungan sosial bagi penduduk miskin sehingga mereka dapat terlepas

    dari belenggu kemiskinan serta ekses lain yang ditimbulkannya seperti

    munculnya kelompok penyandang masalah sosial, kekerasan dalam rumah

    tangga serta masalah trafficking pada anak dan perempuan.

    5) Perubahan tatanan penyelenggaraan pemerintahan dengan prinsip-prinsip good

    governance mensyaratkan budaya organisasi yang memiliki kemampuan

    adaptasi dan penyesuaian terhadap berbagai perubahan paradigma maupun

    regulasi. Pemerintah daerah sebagai regulator, harus mampu menciptakan

    iklim sosial yang aman, nyaman dan tertib serta iklim ekonomi yang

    kondusif. Dalam fungsi sebagai fasilitator, pemerintah daerah di masa depan

    harus mampu menyusun kerangka regulasi yang dapat mewadahi tumbuh

    berkembangnya budaya partisipasi baik oleh pemerintah, swasta dan

  • 18

    masyarakat itu sendiri. Sejalan dengan tuntutan penyelenggaraan tata kelola

    pemerintahan yang baik juga dihadapkan pada permasalahan mengenai SDM

    aparatur yang besar secara kuantitas namun rendah dalam kualitas serta jauh

    dari tingkat kesejahteraan. Oleh sebab itu tantangan strategis di masa depan

    adalah bagaimana pembangunan aparatur pemerintah mampu menghasilkan

    ketersediaan SDM aparatur yang secara kuantitas sesuai dengan kebutuhan

    organisasi dan secara kualitas memiliki kompetensi dan moralitas.

    Tantangan pemerintahan juga dihadapkan pada tuntutan pelayanan prima

    yang cepat, tanggap dan murah. Oleh juga diperlukan perubahan mekanisme

    kerja dari manual menuju otomatisasi (office otomation) antara lain

    pemanfaatan teknologi sistem informasi, e-procurement, e-goverment dan

    lain sebagainya.

    6) Infrastruktur merupakan sarana pendukung bagi aktivitas manusia, sehingga

    infrastruktur merupakan salah satu elemen utama di dalam pembangunan

    wilayah. Infrastruktur fisik jaringan jalan yang berfungsi sebagai pembentuk

    struktur ruang, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan

    ekonomi suatu wilayah maupun perkembangan aktifitas sosial masyarakat.

    Secara umum jaringan jalan status kabupaten terdiri dari 120 nomor ruas

    dengan panjang 854,70 km dan sekitar 47,69 persen kondisinya rusak berat

    dan 32,81 persen rusak ringan dan hanya 4,27 persen dalam kondisi baik. Hal

    ini memperlihatkan kondisi kemantapan jalan masih jauh dari memadai.

    Dengan kondisi fisik alamiah kabupaten karawang merupakan daerah

    persawahan yang memiliki banyak saluran/ jaringan irigasi, maka

    infrasruktur jembatan penghubung juga menjadi prasarana fisik dasar yang

    sangat vital. Berdasarkan data terdapat 58 ruas jembatan penghubung dengan

    total panjang 1.341,20 m dan kondisi fisik rata-rata masih dalam kondisi

    kerusakan kecil dan/ atau kerusakan yang memerlukan pemantauan atau

    pemeliharaan di waktu mendatang.

    Pada bidang pengairan, saluran irigasi dalam satu kabupaten dibagi ke dalam

    tiga wilayah besar yaitu Saluran Irigasi Tarum Utara Barat sepanjang

    200.160 m dengan jumlah bangunan bagi sadap sebanyak 149 unit mengairi

    46.218 Ha lahan pertanian, Saluran Irigasi Tarum Utara Timur sepanjang

    238.273 m dengan jumlah bangunan bagi sadap sebanyak 212 unit mengairi

  • 19

    39.531 Ha lahan pertanian, Saluran Irigasi Selatan Jatiluhur sepanjang 34.226

    m dengan jumlah bangunan bagi sadap sebanyak 21 unit mengairi 3.091 Ha

    lahan pertanian. Sedangkan saluran irigasi lintas kabupaten di bagi dalam dua

    wilayah besar yaitu Saluran Irigasi Utara Jatiluhur sepanjang 71.755 m

    dengan jumlah bangunan bagi sadap sebanyak 93 unit mengairi 11.981 Ha

    lahan pertanian dan Saluran Irigasi Selatan Jatiluhur sepanjang 15.377 m

    dengan jumlah bangunan bagi sadap sebanyak 20 unit mengairi 2.199 Ha

    lahan pertanian.

    Pada bidang keciptakaryaan, upaya peningkatan fisik sarana dan prasarana

    gedung kantor pemerintah masih menjadi prioritas dengan harapan dapat

    memberikan dampak terhadap peningkatan kinerja aparatur secara khusus

    maupun pelayanan publik secara umum. Pada sektor sanitasi khususnya

    persampahan, pertambahan penduduk dengan aktivitasnya akan

    menyebabkan bertambahnya volume sampah yang dihasilkan.

    Kecenderungan peningkatan volume sampah yang dihasilkan selama ini

    masih belum diimbangi dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk

    mengurangi jumlah timbulan sampah serta kapasitas prasarana dan sarana

    persampahan yang memadai. Sampai saat ini, volume produksi sampah

    sebesar 470 m3 baru dapat ditangani/ dilayani sebesar 350 m3 atau sekitar

    74,47 persen, sedangkan sisanya masih dibuang dengan cara dibakar,

    ditimbun, dan dibuang ke sungai, laut atau saluran drainase di permukiman.

    Hal ini selanjutnya menyebabkan lingkungan permukiman tergenang dan

    kumuh dimana berdasarkan data tahun 2008, luasan permukiman kumuh

    masih sebesar 360 Ha.

    Upaya untuk mencukupi kebutuhan air minum bagi keperluan rumah tangga

    dan industri selama ini sebagian besar bersumber dari air tanah. Dalam

    jangka panjang pemanfaatan air tanah besar-besaran akibat tidak adanya

    substitusi kecukupan air minum akan menyebabkan terjadinya penurunan

    tanah (land subsidence) dan intrusi air laut pada kawasan yang dekat dengan

    garis pantai. Oleh sebab itu, pelayanan air yang dipasok oleh Perusahaan

    Daerah Air Minum (PDAM) perlu ditingkatkan baik kondisi kinerja maupun

    cakupan pelayanan. Berdasarkan data tahun 2007, banyaknya konsumen

    yang terlayani mencapai 35.286 unit konsumen dengan persentase terbesar

  • 20

    pada golongan non niaga (rumah tangga) yang mencapai 95,21 persen

    dengan wilayah pelayanan terbanyak untuk jenis sambungan langganan

    adalah Cabang Karawang yang mencapai 48,43 persen. Sedangkan untuk

    sektor industri, konsumen terlayani baru mencapai 0,04 persen. Hal ini juga

    terkait dengan faktor prasarana seperti panjang pipa transmisi terpasang yang

    pada tahun 2007 baru mencapai 6.340 m dan pipa distribusi mencapai

    775.780 m. Pelayanan sarana air bersih pun masih menjadi isu karena

    berdasarkan data masih terdapat 124 desa dengan status rawan air bersih,

    sedangkan sistem pengolahan air sederhana yang dimiliki baru mencakup :

    hidran umum/ tangki air sebanyak 108 unit, bangunan penangkap mata air

    (Broncaptering) sebanyak 5 unit, sumur dalam (deep wel) sebanyak 11 unit

    dan instalasi pengolahan air sebanyak 3 unit.

    Oleh sebab itu, tantangan di bidang sarana dan prasarana wilayah secara

    pokok meliputi : Pembangunan infrastruktur transportasi dihadapkan pada

    masalah peningkatan volume dan kualitas jaringan jalan yang mampu

    meningkatkan akses dan bangkitan sosial ekonomi masyarakat. Pengelolaan

    infrastruktur irigasi dihadapkan pada masalah-masalah yang terkait kondisi

    fisik bangunan, kelembagaan, operasi dan pemeliharaan serta sumberdaya air

    yang lintas regional. Pembangunan dan manajemen persampahan dihadapkan

    pada masalah pertumbuhan volume sampah dan lokasi pembuangan akhir

    seiring dengan semakin sempitnya ruang lahan pembuangan. Infrastruktur

    pelayanan air bersih dihadapkan pada semakin meningkatnya kebutuhan air

    bersih baik untuk sektor perumahan, industri maupun jasa-jasa. Dalam

    konteks otonomi daerah di era pasar bebas yang semakin mengglobal

    dibutuhkan daya tarik daerah dalam menciptakan iklim berusaha dan

    berinvestasi yang kondusif. Terkait dengan hal tersebut, tantangan yang tidak

    kalah strategisnya adalah bagaimana penyediaan infrastruktur menjadi daya

    tarik ditengah-tengah kompetisi antar daerah baik di dalam dan luar negeri

    untuk menarik minat investasi masuk.

    7) Tantangan dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan adalah

    bagaimana menjaga keseimbangan antara penggunaan sumberdaya alam

    secara produktif di satu pihak dan di pihak lain agar produktifitas

  • 21

    sumberdaya alam tersebut dapat berlangsung secara lestari dan terus-menerus

    serta melakukan pemulihan dan penguatan daya dukung lingkungan dalam

    proses pembangunan dengan pelibatan seluruh komponen masyarakat secara

    terpadu. Terkait dengan sumberdaya air, tantangan strategis yang perlu

    diperhatikan adalah mempertahankan pasokan air baku, optimalisasi peran

    petani pengguna air dan alih fungsi lahan beririgasi. Isu yang diangkat antara

    lain mengenai :

    a) Masalah pencemaran air sungai.

    Dari hasil pemantauan di beberapa titik pantau sungai di Karawang

    memperlihatkan adanya indikasi yang cukup mengkhawatirkan yang

    diperlihatkan oleh 6 parameter pencemar dominan yang konsentrasinya

    pada badan air/ sungai sudah sering berada dan/ melebihi ambang baku

    mutu yaitu: oksigen terlarut (DO), Amoniak (NH3-N), Sulfida sebagai

    H2S, Besi (Fe), Biological Oxygen Demand (BOD5) dan Chemical

    Oxygen Demand (COD).

    b) Status Udara meliputi :

    i. Kualitas Udara Ambien.

    Kondisi status udara hasil pantauan terhadap beberapa parameter di

    lokasi sampling di Kabupaten Karawang dengan parameter SO2, CO,

    NO2, Debu, H2S dan NH3 masih menunjukkan kualitas yang relatif

    baik, namun demikian memperlihatkan kualitas yang semakin

    menurun. Sedangkan pengujian kualitas udara terkait dengan

    penggunaan bahan bakar batubara pada tahun 2006 di lokasi industri

    dengan kriteria sample industri yang menggunakan batubara

    berdasarkan kadar sulfur yang dipergunakan memperlihatkan hasil

    bahwa lokasi industri yang menggunakan batubara dengan kadar

    sulfur > 2% akan meningkatkan kadar PM10.

    ii. Atmosfer

    Dengan indikator, pertama, Variabilitas Iklim dengan parameter rata-

    rata curah hujan selama tahun 2005 sebesar 2.534 mm, tahun 2006

  • 22

    sebesar 1.722 mm dan tahun 2007 sebesar 1.512 mm yang berarti

    memperlihatkan kecenderungan menurun. Kondisi ini erat kaitannya

    dengan perubahan iklim global yang disebabkan aktifitas sektor

    industri dan penggunaan bahan bakar minyal akibat perkembangan

    transportasi. Kedua, Deposisi Asam yang terkandung dalam air hujan

    (kondisi pH air hujan) di Kabupaten Karawang berdasarkan hasil

    pengujian di empat lokasi sample memperlihatkan kondisi yang masih

    tergolong netral yaitu pada kisaran 69.

    c) Lahan kritis merupakan lahan yang telah mengalami kerusakan fungsi

    daya tampung maupun daya dukung. Berdasarkan data 2007 dan 2008

    memperlihatkan kecenderungan yang membaik dimana program

    rehabilitasi lahan kritis telah mampu mengurangi luasan lahan kritis dari

    sebesar 11.887 Ha menjadi 9.695 Ha. Namun demikian masih perlu terus

    ditingkatkan karena secara total luas lahan kritis masih mencapai 6

    persen dari total wilayah Karawang yang tersebar pada 14 kecamatan

    yang sebagian besar merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum

    dan Cibeet.

    B. Kajian Lapangan

    1. Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) a. Pembelajaran prodi Tanaman Pangan dan Hortikultura

    1) Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)

    SK-KD sedikit berbeda dengan yang digunakan oleh SPMA, adapun

    perbedaan tersebut versi Dikbud dapat dilihat dalam tabel berikut.

    a) Dasar Kompetensi Kejuruan No. Standar Kompetensi (Dikbud) Mata pelajaran SPMA 1. Menerapkan keselamatan,

    kesehatan kerja, dan lingkungan hidup (K3LH)

    Hortikultura dan Pangan

    2. Mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya

    Hortikultura dan Pangan

    3. Mengoperasikn alat dan mesin produksi tanaman

    Alat dan mesin

    4. Membiakan tanaman secara generatif

    Teknologi Benih

  • 23

    5. Membiakan tanaman secara vegetatif

    Teknologi Benih.

    b) Untuk Kompetensi Kejuruan

    Dengan adanya sediki perbedaan antara SKD Dikbud dengan SPMA maka

    untuk bahan nilai KKU, SPMA menyusun konversi semester untuk

    program keahlian agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, sebagai

    berikut

    No. Standar Kompetensi (Dikbud) Mata pelajaran SPMA 1. Menyiapkan lahan Hortikultura dan Pangan 2. Menyiapkan benih Teknologi Benih 3. Menyiapkan bibit Teknologi Benih 4. Menanam Hortikultura dan Pangan dan

    tanam pupuk 5. Memupuk Hortikultura dan Pangan dan

    tanam pupuk 6. Mengairi Hortikultura dan Pangan 7. Mengendalikan gulma Perlindungan Tanaman 8. Mengendalikan hama Perlindungan Tanaman 9. Mengendalikan penyakit Perlindungan Tanaman 10. Membumbun Hortikultura dan Pangan 11. Memangkas tanaman Hortikultura dan Pangan 12. Memberi naungan Hortikultura dan Pangan 13. Memberikan ZPT Hortikultura dan Pangan 14. Melaksanakan panen Teknologi pasca panen 15. Mengoperasikan traktor, alat

    olahan tanah, alat bantu tebar benih, dan pengendalian gulma panen

    Alat dan mesin

    16. Mengoperasikan sprayer Alat dan mesin 17. Mengoperasikan pompa irigasi Alat dan mesin 18. Membuat pupuk organik Tanam pupuk 19. Membudidayakan tanaman secara

    hidriponik Hortikultura dan Pangan

    20. Menangani pasca panen Pasca panen 21. Mendeskripsikan sumber pangan

    alternatif Hortikultura dan Pangan

    22. Mendeskripsikan sistem pola tanam

    Hortikultura dan Pangan

    23. Mengangkut hasil panen Agribisnis 24. Mengelola pekerjaan kebun Agribisnis 25. Menyusun proposal usaha Agribisnis

    2) Kompetensi matapelajaran produktif

  • 24

    Pada awalnya kurikulum SPMA masih menggunakan kurikulum dari

    Kementerian Pertanian. Dasar kurikulum untuk kompetensi keahlian tanaman

    pangan dan hortikultura lebih ditekankan pada kemampuan dalam komoditas

    tertentu. Komoditas yang berkaitan dengan hortikultura terdiri dari : a)

    sayuran di dataran tinggi dan rendah, b) buah-buahan di dataran rendah seperti

    semangka, buah-buahan dataran tinggi serta c) tanaman hias dan obat-obatan.

    Selain itu terdapat komoditas tanaman pangan yang terdiri dari: a) padi, yakni

    padi sawah, gogo rancah, pasang surut dan padi lebak, b) Palawija, yakni

    kacang-kacangan sebagai contoh kedelai dan kacang hijau, umbi-umbian dan

    biji-bijian seperti jagung dan gandum.

    Mata pelajaran produktif kompetensi keahlian hortikulutra dan tanaman

    pangan di SPMA Krawang yang disesuaikan dengan potensi daerah antara

    lain: a) padi, b) kelengkeng, c) semangka dan d) melon. Siswa SPMA

    diharapkan kompetensi dalam komoditas tertentu. Mata pelajaran produktif

    untuk komoditas tertentu diberikan pada setiap semester seperti terlihat pada

    tabel:

    Semester I Komoditas : 1. Tomat 2. Timun 3. Kacang Panjang Semester II Tomat Semester III Tanaman Hias anggrek dan palem Semester IV Buah-buahan: semangka dan melon

    Buah-buahan lainnya seperti apel hanya diberikan teorinya karena tidak cocok ditanam di Krawang

    Semester V PKU (Praktek Kerja Usaha) atau Prakerin selama 3 bulan

    3) Metode ajar

    Kompetensi yang diharapkan dari kurikulum SPMA adalah siswa dapat

    menguasai komoditas tertentu yang mewakili dari kompetensi keahlian

    hortikultura dan tanaman pangan. Contohnya siswa menguasai komoditas

    semangka, mulai dari cara menanam semangka, merawat, memupuk,

    memangkas dan memanen semangka dikuasai oleh siswa. SPMA memiliki

    target komoditas yang harus dikuasai siswa sesuai dengan potensi daerahnya.

  • 25

    Hal ini dilakukan agar siswa benar terampil dalam komoditas tertentu sesuai

    dengan potensi daerah untuk bekal terjun ke masyarakat sebagai penyuluh

    maupun untuk usaha. Kelebihan dari metode ini adalah siswa sudah yakin

    dengan bekal kemampuannya dalam komoditas tertentu sehingga ketika terjun

    ke dunia kerja, siswa langsung terampil sesuai dengan yang diharapkan dunia

    usaha/industri.

    Metode ajar yang lebih menekankan kepada kemampuan siswa dalam

    komoditas tertentu memerlukan waktu praktek yang lebih banyak. Porsi waktu

    praktek 70% dan teori 30%. Porsi praktek yang lebih banyak membutuhkan

    daya tahan fisik yang kuat dan kemauan yang keras dalam bidang pertanian.

    Minat dan bakat siswa terhadap pertanian harus sudah dipastikan pada saat tes

    masuk penerimaan siswa baru.

    Pelajaran Matematika dalam kurikulum SPMA menitikberatkan pada

    Matematika terapan tentang pertanian. Matematika pertanian ada di kelas 1

    dan 2, sedangkan kelas 3 siswa sudah fokus pada pertanian.

    4) Bahan ajar

    Bahan ajar yang digunakan oleh SPMA adalah buku-buku antara lain buku

    referensi yang relevan, buku-buku teks matapelajaran yang sesuai dengan yang

    diajar, serta modul. Selain buku teks bahan ajar untuk praktek langsung seperti

    kebun sekolah, dan kebun praktek. Buku teks yang digunakan antara lain buku

    klimatologi, buku buncis, buku pemupukan, buku hama, dan lainnya sesuai

    dengan ketentuan yang ada.

    5) Kondisi tenaga pendidik

    Tenaga pendidik yang ada di SPMA ini seluruhnya berjumlah 23 orang

    dengan rincian 15 orang guru tetap dan 8 orang guru tidak tetap. Tenaga

    pendidikan atau guru di SPMA ini dapat dilihat dalam tabel berikut.

    Guru Tetap Guru Tidak Tetap Pertanian Non Pertanian Pertanian Non Pertanian S1 SM/

    D3 SLA S1 SM/

    D3 SLA

    Jum-lah S1 SM/

    D3 SLA S1 SM/

    D3 SLA

    Jum-lah

    Jum-lah

    Total

    7 0 4 1 2 1 15 0 0 1 6 1 0 8 23

  • 26

    Dari 23 guru termasuk 3 orang asisten dengan latar belakang pendidikan SLA,

    9 orang guru teknis PNS dengan latar belakang S1 sebanyak 7 orang dan 2

    orang berlatar belakang SLA, serta 1 orang guru teknis honorer juga berlatar

    belakang SLA. Guru dengan latar belakang SLA meliputi 3 or

    6) Sarana dan prasarana belajar

    Sarana dan prasarana yang dimiliki SPMA ini meliputi ruang kelas 7 ruang

    dan satu ruang guru dan satu ruang TU. SPMA memiliki luas tanah yang

    cukup luas dan memiliki lahan yang cukup luas, namun tampaknya belum

    sepenuhnya digunakan semaksimal mungkin, tampak ada lahan untuk tambak

    ikan, dan satu ruang untuk penyimpanan tanaman (bibit tanaman). Lahan

    praktek untuk pertanian tinggal 1 hektar karena banyak digunakan untuk

    kantor pemerintah.

    7) Peran du/di dalam pembelajaran

    i) Pemberian beasiswa dan Bahan praktek

    Kementerian Pertanian memberikan beasiswa kepada 40 siswa pada tahun

    2010/2011 dan 20 siswa pada tahun 2011/2012 dengan jumlah 60.000 per

    siswa. Alat dan bahan praktek juga diberikan oleh Kementerian Pertanian.

    Untuk bantuan Ruang Kelas Baru dan Tenaga Kependidikan, pihak

    Kementerian Pendidikan sedang memproses untuk diturunkan.

    ii) Mitra Kerja Praktek Kerja Lapangan

    SPMA Krawang menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan untuk

    menempatkan siswanya melakukan Praktek Kerja Lapangan. Perusahaan

    mitra kerja SMK antara lain: PT Sang Hyang Sri (perusahaan benih padi

    dan jagung, PT Benara (tanaman hias), Eka Graha Flora (tanaman

    anggrek), PT Panah Merah (Pembenihan Hortikultura) dan Balai

    Penelitian tanaman sayuran.

    b. Pengembangan ekonomi kreatif masyarakat

    1) Peluang kerja/usaha lulusan

    Lulusan SPMA setiap tahunnya ditampung oleh Kementerian Pertanian untuk

    dijadikan penyuluh pertanian. Pada tahun 2009/2010 sebanyak 16 orang

  • 27

    diterima sebagai penyuluh, sedangkan tahun 2010/2011 terdapat 30 orang.

    Lulusan lainnya bekerja di perusahaan tempat mitra kerja, membuka usaha

    pertanian dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

    2) Peluang agriwisata

    Peluang usaha yang terbuka adalah memanfaatkan lahan pertanian yang ada di

    sekolah untuk ditanam secara maksimal sehingga lahan sekolah tidak

    terbengkalai. Jika sekolah penuh dengan tanaman hasil jerih payah siswa maka

    orang akan tertarik untuk berkunjung. Jiwa penyuluh yang sudah tertanam

    dalam diri siswa dapat disalurkan dengan berbagi pengetahuan kepada

    masyarakat setempat tentang cara bertani yang benar. Kendalanya adalah

    lokasi sekolah berada di tengah kota yang dikelilingi perkantoran, sehingga

    lahan pertanian masyarakat sekitar sudah digunakan untuk perkantoran.

    Sebaiknya lokasi sekolah berada di lahan luas yang menyatu dengan lahan

    milik masyarakat.

    3) Kontribusi pihak terkait

    Dalam rangka mengembangkan kemampuan kewirausahaan, pihak

    Kementerian Pertanian memberikan bantuan dana kepada siswa. Dengan

    demikian siswa dapat mengembangkan usaha di sekitar sekolah yang

    bersentuhan langsung dengan masyarakat.

    4) Kompetensi keahlian agrowisata yang dibutuhkan dalam mendukung ekonomi

    kreatif masyarakat

    Kompetensi keahlian agrowisata dapat diambil dari kompetensi keahlian

    hortikultura dan tanaman pangan sebagai dasar dari kemampuan

    pertanian. Siswa mempelajari komoditas tanaman tertentu sesuai dengan

    potensi daerah dalam kompentensi keahlian hortikultura dan tanaman pangan.

    Selain itu sudah termasuk juga mata pelajaran pertamanan yang sangat

    mendukung untuk mengembangkan kompetensi keahlian agrowisata karena di

    dalamnya terkandung tata lingkungan sekolah dan masyarakat, perencanaan

    lansekap untuk keindahan tata letak tanaman dan keindahan komposisi

    warna serta jenis tanaman.

  • 28

    Jika lahan terbatas, maka dapat dikembangkan cara menanam bertingkat

    (vertikultur).

    Sistem pola tanam sebagai satu mata pelajaran juga diperlukan dalam

    kompetensi keahlian agrowisata. Pengaturan pola tanam, mulai dari yang baru

    ditanam, yang sedang tumbuh dan tanaman yang sudah siap panen agar

    pengunjung dapat menikmati semua tahap proses penanaman sampai

    memanen.

    Pengolahan hasil panen (teknologi hasil panen) dibutuhkan untuk mengolah

    hasil panen menjadi makanan. Hasil olahan dapat dijual sebagai oleh-oleh

    pengunjung.

    Pemasaran berguna untuk memasarkan jasa agrowisata,

    Pariwisata menawarkan paket perjalanan agrowisata beserta penginapan,

    akomodasi, transportasi dan pemandu wisata.

    Integrasi dan partisipasi masyarakat diperlukan. Siswa berbagi ilmu tentang

    pertanian kepada masyarakat. Begitu pula sebaliknya, masyarakat berbagi

    pengalaman kepada siswa.

    2. SMKN 1 Cikampek a. Pembelajaran prodi Agribisnis Produksi Tanaman

    1) SK-KD a) Dasar Kompetensi Kejuruan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

    (104)

    STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

    1. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)

    1.1 Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 1.2 Melaksanakan prosedur K3 1.3 Menerapkan pekerjaan sesuai dengan SOP 1.4 Menerapkan konsep lingkungan hidup 1.5 Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada

    kecelakaan.

    2. Mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya

    1.1 Mengjelaskan sistem produksi tanaman 1.2 Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman 1.3 Menjelaskan air sebagai unsur esensial bagi tanaman 1.4 Menjelaskan cuaca sebagai faktor penting bagi tanaman 1.5 Menjelaskan biotik-biotik dan abiotik dengan biotik sebagai

    faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman 1.6 Menjelaskan hubungan antara tanaman dan

  • 29

    STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

    pertumbuhannya Menjelaskan sumberdaya spesifik lokasi, misalnya budaya.

    3. Mengoperasikan alat dan mesin produksi tanaman

    3.1 Mengidentifikasi alat dan mesin sesuai fungsinya 3.2 Menjelaskan manual prosedur dari alat dan mesin 3.3 Menyiapkan alat dan mesin 3.4 Merawat alat dan mesin.

    4. Membiakkan tanaman secara generatif

    4.1 Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara generatif (teknik perbanyak generatif, misalnya kawin silang dan hibridisasi)

    4.2 Melakukan pembiakan tanaman secara generatif 4.3 Memelihara benih hasil pembiakan secara generatif.

    5. Membiakkan tanaman secara vegetatif

    5.1 Menjelaskan prinsip pembiakkan tanaman secara vegetatif 5.2 Melakukan pembiakkan tanaman secara vegetatif 5.3 Memelihara bibit hasil pembiakan secara vegetatif.

    b) Kompetensi Kejuruan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (104)

    STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

    1. Menyiapkan lahan 1.1 Mengidentifikasi karakteristik lahan (topografinya) 1.2 Mengidentifikasi pengaturan jarak dan jumlah populasi

    dengan konsep topografi 1.3 Mengidentifikasi pembuatan bedengan media khusus untuk

    tanaman tertentu 1.4 Membersihkan gulma dan sisa tanaman 1.5 Mengolah tanah 1.6 Memasang mulsa plastik.

    2. Menyiapkan benih 2.1 Mengidentifikasi karakteristik benih dom 2.2 Menguji daya kecambah benih 2.3 Memberi perlakuan benih terhadap H/P 2.4 Mengidentifikasi perlakuan benih untuk mencegah dormancy 2.5 Menyemai benih.

    3. Menyiapkan bibit 3.1 Menyiapkan media pembibitan 3.2 Menyapih bibit 3.3 Memelihara bibit 3.4 Memindahkan bibit (sapih).

    4. Menanam 4.1 Menyiapkan media tanam 4.2 Menanam dengan benih 4.3 Menanam dengan bibit 4.4 Menyulam.

    5. Memupuk 5.1 Mengidentifikasi jenis-jenis pupuk anorganik dan organik 5.2 Menghitung kebutuhan pupuk 5.3 Menggunakan berbagai teknik pemupukan (teknik/waktu

    pemberian pupuk) 6. Mengairi 6.1 Menentukan kebutuhan air pada tanaman

    6.2 Mengidentifikasi teknik irigasi 6.3 Memberikan air irigasi sesuai dengan kebutuhan tanaman.

    7. Mengendalikan gulma 7.1 Mengidentifikasi jenis-jenis dan karakteristik gulma 7.2 Menghitung kebutuhan larutan herbisida 7.3 Mengendalikan gulma secara mekanis dan kimiawi.

  • 30

    STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

    8. Mengendalikan hama 8.1 Mengidentifikasi jenis dan ciri-ciri hama beserta agen pengendali hayatinya

    8.2 Menghitung kebutuhan larutan pestisida 8.3 Mengendalikan hama secara kultur teknis, mekanis, dan

    kimiawi 8.4 Mengidentifikasi konsep PHT (Pengendalian Hama terpadu).

    9. Mengendalikan penyakit 9.1 Mengidentifikasi jenis-jenis, gejala dan tanda penyakit 9.2 Menghitung kebutuhan larutan pestisida 9.3 Mengendalikan penyakit secara kultur teknis, mekanis,

    biologis, dan kimiawi.

    10. Membumbun 10.1 Menjelaskan tujuan dan teknik pembumbunan 10.2 Menerapkan pembumbunan pada pemeliharaan tanaman.

    11. Memangkas tanaman 11.1 Menjelaskan berbagai bentuk dan teknik pemangkasan tanaman

    11.2 Menerapkan pemangkasan pada pemeliharaan tanaman 11.3 Mengidentifikasi karakteristik umur awal pemangkasan.

    12. Memberi naungan 12.1 Mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk naungan 12.2 Memberikan naungan pada tanaman 12.3 Mengidentifikasi prosentase naungan yang dibutuhkan.

    13. Memberikan ZPT 13.1 Mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya 13.2 Menghitung konsentrasi larutan ZPT 13.3 Membuat larutan ZPT 13.4 Menyemprotkan larutan ZPT 13.5 Mengidentifikasi teknik aplikasi.

    14. Melaksanakan panen 14.1 Menjelaskan ciri-ciri tanaman siap panen 14.2 Melakukan pemanenan 14.3 Menangani hasil panen 14.4 Mengidentifikasi potensi produksi.

    15. Mengoperasikan traktor, alat olah tanah, alat bantu tebar benih dan pengendalian gulma panen

    15.1 Mengidentifikasi traktor dan fungsinya 15.2 Mengoperasikan traktor 15.3 Merawat traktor.

    16. Mengoperasikan sprayer 16.1 Mengidentifikasi jenis sprayer, bagian-bagian sprayer dan fungsinya.

    16.2 Mengkalibrasi sprayer 16.3 Mengoperasikan sprayer 16.4 Merawat sprayer.

    17. Mengoperasikan pompa irigasi

    17.1 Mengidentifikasi pompa dan fungsinya 17.2 Mengoperasikan pompa irigasi 17.3 Merawat pompa irigasi.

  • 31

    STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

    18. Membuat pupuk organik 18.1 Mengendalikan mikrobia bermanfaat sebagai stabir pupuk organik dan penyedia hara

    18.2 Mengidentifikasi bahan dasar pembuatan pupuk organik 18.3 Mengidentifikasi jenis dan sifat bahan pembuatan pupuk

    organik 18.4 Membuat pupuk organik (microbia) 18.5 Mengidentifikasi kandungan hara pupuk.

    19. Membudidayakan tanaman secara hidroponik

    19.1 Menyiapkan lath house (green house) 19.2 Menyiapkan media tanam 19.3 Menyiapkan bibit 19.4 Menyiapkan nutrisi 19.5 Menanam dan menyulam 19.6 Memelihara tanamn hidroponik 19.7 Memanen dan menangani hasil panen.

    20. Menangani pasca panen 20.1 Mengidentifikasi mutu hasil panen 20.2 Mengelola hasil pertanian 20.3 Merancang pemasaran.

    21. Mendeskripsikan sumber pangan alternatif

    21.1 Mengidentifikasi potensi sumber daya lokal yang berpotensi sebagai sumber pangan baru

    21.2 Mengidentifikasi pengelolaan sumber daya genetik.

    22. Mendeskripsikan sistem pola tanam

    22.1 Mengidentifikasi sistem pola tanaman monokultur 22.2 Mengidentifikasi sistem pola tanaman polykultur.

    c) Muatan Lokal (014) i) Membiakkan Tanaman dengan Teknik Kultur Jaringan

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    Membiakkan tanaman dengan teknik kultur jaringan

    10.1 Melakukan sterilisasi (ruang,alat,bahan tanam,dan media)

    10.2 Menyiapkan bahan tanam 10.3 Menyiapkan media kultur 10.4 Melakukan inokulasi 10.5 Menumbuhkan plantlet 10.6 Melakukan aklimatisasi 10.7 Mengidentifikasi zat pengatur tumbuh

    tanaman.

    ii) Pengolahan Hasil Pertanian

  • 32

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    1. Mengenal dasar-dasar proses pengolahan

    1.1. Melakukan sanitasi bahan, alat dan ruangan

    1.2. Melakukan pengawetan dengan penggulaan

    1.3. Melakukan pengawetan dengan penggaraman

    1.4. Melakukan pengawetan dengan pengeringan

    1.5. Melakukan pengawetan dengan pendinginan 2. Melakukan pengolahan hasil

    pertanian nabati 2.1. Melakukan pembuatan nata de coco

    2.2. Melakukan pembuatan VCO

    3. Melakukan pengolahan hasil pertanian hewani

    3.1 Melakukan pembuatan Nugget

    iii) Budidaya Tanaman Sayuran

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    1. Membuat rencana usaha

    1.1. Mengadakan analisis pasar

    1.2. Membuat proposal produksi tanaman sayuran

    2. Menyiapkan lahan 1.7 Membersihkan gulma dan sisa tanaman 1.8 Mengolah tanah 1.9 Melakukan pembuatan bedengan 1.10 Memasang mulsa plastik.

    3. Menyiapkan benih 3.1. Memberi perlakuan benih terhadap Hama dan penyakit

    3.2. Menyemai benih.

  • 33

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    1. Membuat rencana usaha

    1.1. Mengadakan analisis pasar

    1.2. Membuat proposal produksi tanaman sayuran

    2. Menyiapkan lahan 1.7 Membersihkan gulma dan sisa tanaman 1.8 Mengolah tanah 1.9 Melakukan pembuatan bedengan 1.10 Memasang mulsa plastik.

    3. Menyiapkan benih 3.1. Memberi perlakuan benih terhadap Hama dan penyakit

    3.2. Menyemai benih.

    4. Menyiapkan bibit 4.1. Menyiapkan media pembibitan 4.2. Menyapih bibit

    4.3. Memelihara bibit

    4.4. Memindahkan bibit (sapih). 5. Menanam 5.1. Menyiapkan media tanam

    5.2. Menanam dengan benih 5.3. Menanam dengan bibit 5.4. Menyulam.

    6. Memupuk 6.1 Menghitung kebutuhan pupuk 6.3. Menggunakan berbagai teknik pemupukan

    (teknik/waktu pemberian pupuk) 7. Mengairi Memberikan air irigasi sesuai dengan kebutuhan

    tanaman.

    8. Mengendalikan gulma Mengendalikan gulma secara mekanis dan kimiawi.

    8. Mengendalikan hama Mengendalikan hama secara kultur teknis, mekanis, dan kimiawi

    9. Mengendalikan penyakit Mengendalikan penyakit secara kultur teknis, mekanis, biologis, dan kimiawi.

    10. Membumbun Menerapkan pembumbunan pada pemeliharaan tanaman.

    11. Melaksanakan panen 11.1. Melakukan pemanenan 11.2. Menangani hasil panen

    12. Melakukan pembuatan laporan usaha

    12.1. Mengidentifikasi potensi produksi 12.2. Menghitung laba rugi 12.3. Menghitung BEP, R/C 12.4. Membuat kesimpulan

    2) Kompetensi matapelajaran produktif

  • 34

    Komponen Durasi Waktu (Jam) 3. Produktif 3.1. Dasar Kompetensi Kejuruan 324 3.1.1. Menerapkan K3LH 3 54 3.1.2. Mengidentifikasi tanaman 4 72 3.1.3. Mengoperasikan AMP 4 72 3.1.4. Membiakkan generatif 4 72 3.1.5. Membiakkan vegetatif 3 54 3.2. Kompetensi Kejuruan 1836 3.2.1. Menyiapkan lahan 8 144 3.2.2. Menyiapkan benih 4 72 3.2.3. Menyiapkan bibit 4 72 3.2.4. Menanam 8 144 3.2.5. Memupuk 4 72 3.2.6. Mengairi 4 72 3.2.7. Mengendalikan gulma 4 72 3.2.8. Mengendalikan hama 4 72 3.2.9. Mengendalikan penyakit 4 72 3.2.10. Membumbun 3 54 3.2.11. Memangkas tanaman 3 54 3.2.12. Memberi naungan 3 54 3.2.13. Memberikan ZPT 4 72 3.2.14. Melaksanakan panen 4 72 3.2.15. Mengoperasikan traktor, alat

    olah tanah, alat bantu tebar benih, dan pengendalian gulma panen

    8 144

    3.2.16. Mengoperasikan sprayer 3 54 3.2.17. Mengoperasikan pompa irigasi 3 54 3.2.18. pupuk organik 8 144 3.2.19. hidroponik 8 144 3.2.20. pasca panen 3 54 3.2.21. sumber pangan alternatif 4 72 3.2.22. sistem pola tanam 4 72 B. Muatan Lokal 360 1. Bahasa Sunda 2 72 2. Pengolahan Hasil Pertanian 3 54 3. Membiakkan tanaman secara kultur

    jaringan 3 54

    4. Budidaya Tanaman Sayuran 1 3 54 5. Budidaya Tanaman Sayuran 2 3 54 6. Pendidikan Lingkungan Hidup 2 72 C. Pengembangan Diri (192)f)

    JUMLAH 5525

    3) Metode ajar

  • 35

    Metode ajar yang digunakan menggunakan pola 30% teori dan 70% praktek.

    Pembelajaran teori ditekankan pada keterampilan pokok dan kunci dari setiap

    mata pelajaran normative dan adaptif. Sedangkan pembelajaran praktek

    ditekankan pada kompetensi dasar kejuruan maupun kompetensi kejuruan.

    Metode ajar meliputi 3 kegiatan, yaitu:

    a) Praktek b) Teori c) Penugasan

    Pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

    a) Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

    i. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

    ii. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

    iii. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;

    iv. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.

    b) Kegiatan Inti

    Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

    mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,

    menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

    berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

    kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

    perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

    Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik

    peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi,

    elaborasi, dan konfirmasi.

    i. Eksplorasi

    Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

    melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan

    dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan

    menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari

    aneka sumber;

    menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

  • 36

    pembelajaran, dan sumber belajar lain;

    memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara

    peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar

    lainnya;

    melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

    pembelajaran; dan

    memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di

    laboratorium, studio, atau lapangan.

    ii. Elaborasi

    Dalarn kegiatan elaborasi, guru:

    membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam

    melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

    memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan

    lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan

    maupun tertulis;

    memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,

    menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

    memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can

    kolaboratif;

    memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

    meningkatkan prestasi belajar;

    rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang

    dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual maupun

    kelompok;

    memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual

    maupun kelompok;

    memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,

    festival, serta produk yang dihasilkan;

    memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

    menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

    iii. Konfirmasi

    Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

  • 37

    memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

    lisan, tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan

    peserta didik,

    memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

    peserta didik melalui berbagai sumber,

    memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk

    memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

    memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

    berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam

    menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi

    kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan be-

    nar;

    membantu menyelesaikan masalah;

    memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan

    pengecekan hasil eksplorasi;

    memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;

    memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau

    belum berpartisipasi aktif.

    c) Kegiatan Penutup

    Dalam kegiatan penutup, guru:

    i. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

    ii. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

    iii. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

    iv. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

    v. menyampaikan iencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

    4) Bahan ajar

    Sumber belajar yang digunakan adalah buku teks pelajaran, alat peraga, media,

    lingkungan maupun pengalaman berbagai nara sumber professional di

    bidangnya.

  • 38

    Bahan ajar meliputi:

    a) Modul b) CD c) Buku sumber.

    5) Kondisi tenaga pendidik

    Sesuai ketentuan, tenaga pendidik dan kependidikan mengacu standar yang

    tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

    Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

    Guru, yaitu Guru pada SMK memiliki kualifikasi akademik pendidikan

    minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai

    dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program

    studi yang terakreditasi, sebagai berikut.

    a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual

    b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

    c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

    d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

    e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran

    f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

    g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik

    h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

    i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

    j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

    k) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia

    l) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

    m) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

  • 39

    n) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri

    o) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

    p) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi

    q) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat

    r) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman social budaya.

    s) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

    t) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

    u) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

    v) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

    w) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

    x) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

    6) Sarana dan prasarana belajar

    Prasarana meliputi: a) Ruang teori/kelas b) Laboratorium c) Ruang praktek kerja d) Ruang keterampilan e) Unit produksi

    Sarana meliputi: a) Meja dan kursi b) Komputer dan printer c) Buku pegangan guru d) Buku pegangan guru kompetensi dan keahlian kejuruan e) Buku pegangan siswa f) Buku pegangan siswa kompetensi dan keahlian kejuruan g) Alat peraga h) Alat praktek i) Alat pendidikan

  • 40

    7) Peran du/di dalam pembelajaran

    Dunia usaha dan industri juga bekerjasama dengan sekolah ini terutama yang

    berkaitan kemampuan lulusan yang diperlukan sesuai dengan dasar

    kompetensi kejuruan dan kompetensi kejuruan yang dipersyaratkan.

    Peran du/di dalam pembelajaran adalah melakukan pembinaan sebagai

    realisasi dari Corporate Social Responsibility (CSR). Ruang lingkup

    pembinaan meliputi:

    a) Penguatan kepemimpinan kepala sekolah agar memiliki jiwa

    interpreneurship, menguasai manajemen industry.

    b) Pengayaan kemampuan guru produktif dalam merancang strategi dan

    manajemen pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan industry.

    c) Pelatihan kerja langsung melalui pemagangan di perusahaan.

    d) Pembimbingan pengelolaan usaha baru dan perintisan teaching

    industry/factory yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan

    perusahaan.

    b. Pengembangan ekonomi kreatif masyarakat

    Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata utamanya

    adalah lanskap pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata merupakan

    wisata yang memanfaatkan obyek-obyek pertanian. Agrowisata juga merupakan

    kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan

    pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi

    pertanian maupun komoditi pertanian (Anonim, 1990).

    Menurut Arifin (1992) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang

    dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam

    kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan

    lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai

    dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk

    pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut melibatkan

    wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Sedangkan menurut Nurisjah

    (2001), agrotourism, agrowisata, wisata agro atau wisata pertanian merupakan

    penggabungan antara aktivitas wisata dan aktivitas pertanian.

  • 41

    Ditambahkan oleh Tirtawinata dan Fachruddin (1996) bahwa agrowisata

    merupakan suatu upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru

    (diversifikasi). Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan

    wisata yang berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan pertanian yang mampu

    meningkatkan nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan pedesaan

    (Haeruman, 1989 dalam Khairul, 1997)

    Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), prinsip yang harus dipegang dalam

    sebuah perencanaan agrowisata, yaitu sebagai berikut:

    1) Perencanaan agrowisata sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada

    2) Perencanaan dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin 3) Perencanaan mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial

    masyarakat sekitar

    4) Perencanaan selaras dengan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumber dana dan teknik-teknik yang ada

    5) Perlu dilakukan evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.

    Ada beberapa aspek yang perlu dilaksanakan untuk pengembangan wisata agro

    menurut Situs Departemen Pertanian (2007) yaitu:

    1) Aspek pengembangan sumberdaya manusia. 2) Aspek sumberdaya alam. 3) Aspek promosi, baik melalui media informasi atau dari mulut ke mulut. 4) Aspek sarana transportasi.

    1) Aspek keAgrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani

    Dengan posisi geografis di katulistiwa serta kondisi alam, hayati, dan budaya

    yang beragam, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan

    agrowisata. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani

    sekaligus melestarikan sumber daya lahan yang ada.

    Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) nomor tiga

    terbesar di dunia. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat

    dimanfaatkan sebagai sumber plasma nutfah/genetik dan atau sebagai areal

    wisata. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam,

  • 42

    peluang untuk mengembangkan berbagai komoditas pertanian pun semakin

    besar dengan menerapkan sistem pengelolaan lahan yang sesuai. Hal ini

    tercemin pada berbagai teknologi pertanian lokal yang berkembang di

    masyarakat dengan menyesuaikannya dengan tipologi lahan. Keunikan -

    keunikan tersebut merupakan aset yang dapat menarik bangsa lain untuk

    berkunjung/berwisata ke Indonesia.

    Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha

    pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas

    pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian.

    Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam

    memanfaatkan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil

    melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi

    lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi

    lingkungan alaminya.

    Pada era otonomi daerah, agrowisata dapat dikembangkan dimasing - masing

    daerah tanpa perlu ada persaingan antar daerah, mengingat kondisi wilayah

    dan budaya masyarakat di Indonesia sangat beragam. Masing - masing

    daerah bisa menyajikan atraksi agrowisata yang lain daripada yang lain.

    2) Manfaat Pengembangan Agrowisata

    Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi

    ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya

    lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara

    tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat

    sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian.

    Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan

    pekerjaan, karena usha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat

    pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang

    semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat dipeoleh dari agrowisata

    adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan

    meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekira lokasi wisata.

  • 43

    3) Melestarikan Sumber Daya Alam

    Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang

    mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung ditempat wisata yang

    diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan

    adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu,

    faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan,

    terutama pada wilayah - wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para

    wisatawan. Menyadari pentingnya nilai kualitas lingkungan tersebut,

    masyarakat/petani setempat perlu diajak untuk selalu menjaga keaslian,

    kenyamanan, dan kelestarian lingkungannya.

    Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-toursm),

    yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam

    dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau

    tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan. Oleh

    karena itu, pengelolaannya harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

    a) Pengaturan dasar alaminya, yang meliputi kultur atau sejarah yang

    menarik, keunikan sumber daya biofisik alaminya, konservasi sumber

    daya alam ataupun kultur budaya masyarakat.

    b) Nilai pendidikan, yaitu interpretasi yang baik untuk program pendidikan

    dari areal, termasuk lingkungan alaminya dan upaya konservasinya.

    c) Partisipasi masyarakat dan pemanfaatannya. Masyarakat hendaknya

    melindungi/menjaga fasilitas atraksi yang digemari wisatawan, serta

    dapat berpartisipasi sebagai pemandu serta penyedia akomodasi dan

    makanan.

    d) Dorongan meningkatkan upaya konservasi. Wisata ekologi biasanya

    tanggap dan berperan aktif dalam upaya melindungi area, seperti

    mengidentifikasi burung dan satwa liar, memperbaiki lingkungan, serta

    memberikan penghargaan/falitas kepada pihak yang membantu

    melingdungi lingkungan.

    4) Atraksi-Atraksi yang Ditawarkan

  • 44

    Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup

    (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi

    antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi

    alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi

    sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian.

    Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan

    sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem

    usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan

    agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan

    maupun liar, teknologi budi daya dan pascapanen komoditas pertanian yang

    khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan

    pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang

    dapat dirasakan. Agrowisata ruangn terbuka dapat dilakukan dalam dua

    versi/pola, yaitu alami dan buatan.

    5) Agrowisata Ruang Terbuka Alami

    Objek agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal di mana

    kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai

    dengan kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya

    sesuai dengan apa yang biasa mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari

    pihak lain. Untuk memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan,

    atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih

    ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Sementara fasilitas

    pendukung untuk pengamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak

    bertentangan dengan kultur dan estetika asli yang ada, seperti sarana

    transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan keamanan dari binatang buas.

    Contoh agrowisata terbuka alami adalah kawasan Suku Baduy di Pandeglang

    dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di Jawa Timur;

    Bali dengan teknologi subaknya; dan Papua dengan berbagai pola atraksi

    pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.

    6) Agrowisata Ruang Terbuka Buatan

  • 45

    Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-

    kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat

    adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan

    komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk

    wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya

    masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat

    menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung

    untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan

    masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem

    yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang

    pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki

    teknologi yang diterapkan.

    Teknologi budi daya pertanian tradisional sebagai perwujudan keserasian

    hasil seleksi alam yang berlangsung dalam kurun waktu yang panjang dapat

    menjadi paket atraksi wisata yang potensial untuk dipasarkan. Sejalan dengan

    upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan petani yang memiliki

    lahan sempit serta adanya gejala penggunaan lahan yang melebihi daya

    dukungnya, maka adanya alternatif pemanfaatan lahan yang berorientasi

    kepada kepentingan wisata sangat baik untuk dilakukan.

    Potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi objek wisata alami da