PROPOSAL PENELITIAN
EKSTRAKSI KANDUNGAN TANNIN YANG TERDAPAT PADA TUMBUHAN PUTRIMALU
Oleh:
Siti Aminah Ganna 1109065008
Fadil Ahmad Nur 1109065018
Anggy Puspita. SJ 1109065024
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2014
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN
EKSTRAKSI KANDUNGAN TANNIN YANG TERDAPAT PADA TUMBUHAN PUTRIMALU
Samarinda, 13 September 2014
Hormat Kami,
Mahasiswa
Siti Aminah Ganna Fadil Ahmad Nur Anggy Puspita Sari Jurin
NIM. 1109065008 NIM. 1109065018 NIM. 1109065024
Menyetujui
Pembimbing Penelitian
Novy Pralisa Putri, ST, M, Eng
NIP. 19811102 200912 2 00
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Kimia
Novy Pralisa Putri, ST, M, Eng
NIP. 19811102 200912 2 00
BAB IPENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Tanaman putri malu (Mimosa pudica) merupakan tanaman liar yang tumbuhnya tidak
tergantung musim dan terdapat di seluruh wilayah Indonesia yang sementara ini masih
dianggap sebagai tanaman yang kurang bermanfaat, sebagai pengotor dan harus dibasmi dan
dibuang. Tanman putri malu ini tergolong dalam kelompok magnoliosida dan termasuk
dalam keuarga mimosaseae. Sesuai dengan sifatnya, tanaman ini biasa disebut tanaman yang
memiliki tingkat kesensitifan yang tinggi dan tanaman ini pun memiliki beberapa nama di
Negara lain seperti di Negara Cina tanaman putri malu seperti di Cina disebut piyin hanxiu
cao yang maksudnya rumput rasa malu, makahiya (Filipina, berarti malu), mori vivi (Hindia
Barat), nidikumba (Sinhala, berarti tidur), mate-loi (Tonga, berarti pura-pura mati). Tanaman
ini mengandung mimosine (alkaloid beracun) dan adrenalin seperti senyawa tannin, crocetin
dimethyl ester, d-xylose dan dglucuronic acid, tubulin, derivat 4-O-(ß-Dglucopyranosyl-6-
sulphate), asam gallic, calcium oxalate kristal, C-glycosylflavones. Ekstrak akarny
mengandung 10% tannin (Kokane dkk., 2009; Mishra, 2010).
Tannin yang terdapat dalam batang dan akar tanaman ini dapat dipakai pewarna alami
(Winarno dan Rahayu, 1994). Kebutuhan pewarna alami dipenuhi dari beberapa tanaman di
antaranya adalah: alpukat (Parsea america mill), cabe (Piperetrofractum Vahl), cengkeh
(Eugenia Aromatica), jambu (Jambosa densiflora), kunyit (Curcuma domestica), kayu manis
(Cinnamomun burmari), mangga (Magrtifera indica), melinjo (Gnetum gnemon), srikaya
(Annona squamosa), delima dan lain sebagainya. Namun, bagian-bagian tanaman yang
mengandung pewarna alami dalam tanaman-tanaman tersebut pada umumnya dapat
dikonsumsi manusia.
Pemanfaatan tanaman putri malu (Mimosa pudica) sebagai sumber tannin untuk
bahan pewarna alami akan meningkatkan nilai ekonomis dan memberi alternatif sumber
bahan pewarna alami yang murah dan mudah didapat. Oleh karena itu dilakukan penelitian
ini agar dapat mengetahui sebearapa banyak kandungan tannin yang terdapat didalam
tanaman putri malu.
1.2 Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui metode yang dapat digunakan untuk menggambil kandungan
tannin pada tanaman putri malu
- Untuk mengetahui kandungan tannin optimum yang terdapat pada tanaman putri
malu
BAB IILANDASAN TEORI
Semua hal yang terdapat didunia ini bukan diciptakan tanpa sebab, semua adalah hal
yang biasa kita manfaatkan atau kita jadikan pelajaran. Seperti halnya daun putri malu, yaitu
tumbuhan yang daunnya selalu mengkerut saat disentuh. Secara biologi, tindakan putri malu
tersebut dikarenakan kepekaannya terhadap rangsangan. Namun, secara sifat tindakan
tersebut dianggap sebagai sifat pemalu pada tumbuhan, karena itulah disebut putri malu. Putri
malu atau Mimosa pudica merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis yang
ditemukan pada ketinggian 1200 meter di bawah permukaan laut.
Ciri-ciri morfologi tumbuhan putri malu akar tumbuhan putri malu memiliki akar berupa
akar pena yang kuat tunggang berwarna putih kekuningan. Diameter akar tidak lebih dari 5
mm. Jika dibaui, akar mimosa memiliki bau menyerupai buah jengkol (Dalimartha, 2008).
Batangnya berbentuk bulat, berbulu, dan berduri. Bulu-bulu halus yang melekat di sepanjang
batang berwarna putih dengan panjang sekitar 2 mm. Batang muda berwarna hijau dan batang
tua berwarna merah (Dalimartha, 2008).
Daunnya kecil-kecil tersusun secara majemuk, berbentuk lonjong dengan ujung
lancip. Jumlah anak daun berbentuk memanjang sampai lanset, ujung runcing, pangkal
membundar, tepi rata, permukaan atas dan bawah licin, panjang 6-16 mm, lebar 1-3 mm letak
daunnya berhadapan. Warnanya hijau tapi ada juga yang kemerah-merahan. Warna daun
bagian bawah tanaman putri malu berwarna lebih pucat berwarna hijau, umumnya tepi daun
berwarna ungu. Jika daun disentuh akan melipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul
rapat dengan panjang 4-5,5 cm. Pada tangkai daun terdapat duri-duri kecil (Dalimartha,
2008).
Bunganya berbentuk bulat seperti bola. Warnanya merah muda dan bertangkai.
Bunganya berambut dan polennya berada di ujung rambut. Putik berwarna kuning. Tangkai
bunga berbulu halus. Pada saat matahari tenggelam, bunga akan menutup seakan telah layu,
tapi jika matahari terbit keesokan paginya, bunga itu akan kembali mekar (Dalimartha, 2008).
Buah dari tanaman putri malu menyerupai buah kedelai dalam bentuk mini. Bedanya, pada
buah kedelai terdapat bulu-bulu halus di seluruh bagian kulit buah, sedang pada buah putri
malu, bulu-bulu halus berwarna merah hanya terdapat pada bagian tertentu. Tangkai buah
berbulu berwarna merah (serupa bulu halus pada buah). Panjang tangkai buah sekitar 3-4cm
dengan diameter 1-2mm. Pada satu tangkai buah, terdapat 10-20 buah dengan pangkal
melekat pada ujung tangkai. Setiap buah terdapat 3 biji, dan ketika buah telah masak, buah
putri malu akan meletup sehingga bijinya akan melompat ke segala arah dan bersiap untuk
menjadi tunas baru. Buah yang masak maupun yang mentah berwarna hijau dengan ukuran
2cm x 6mm x 1mm (Dalimartha,2008).
Tumbuhan putri malu memiliki dua macam kepekaan, yakni terhadap sentuhan
(seismonasti) dan terhadap intensitas cahaya matahari atau melakukan gerakan tidur pada
malam hari (niktinasti). Gerak niktinasti dan seismonasti yang dimiliki oleh putri malu
tergolong dalam gerak nasti (gerak bagian tumbuhan yang arahnya tidak ditentukan oleh arah
datangnya rangsangan) serta tergolong ke dalam gerak etionom (gerak yang disebabkan
karena adanya rangsangan dari luar tumbuhan). Selain pemalu, ternyata tumbuhan ini
memiliki banyak manfaat yang bisa banyak kita gunakan untuk obt penyakit mulia dari akar
sampai daunnya. Putri malu (Mimosa pudica L.) banyak kita jumpai dirumput-rumput liar
dan juga merupakan salah satu tumbuhan liar. Bagian yang masi belum tau puti malu,
tanaman ini memiliki bebtuk daun kecil-kecil tersusun majemuk, bentuk lonjong dengan
ujung lancip, (ada yang warna kemerah-merahan), memiliki duri di batangnya. Tanaman ini
kadang berbunga juga, bentuk bungnya bulat seperti bola, warna merah muda, bertangkai.
Daun Mimosa pudica, Linn mengandung asam askorbat, beta karotene, thiamin,
potasium, phosphor dan zat besi. Sedangkan daun batang dan akar Mimosa pudica
mengandung senyawa mimosin, asam pipekolinat, tannin, alkaloid, dan saponin. Selain itu,
juga mengandung triterpenoid, sterol, polifenol dan flavonoid. Herba putri malu berkhasiat
sebagai antikonvulsan (Ngo Bum, 2004), antidepresan (Molina dkk., 1999), selain itu ekstrak
etanol putri malu juga mempunyai efek hiperglikemi (Amalraj dan Ignacimuthu, 2007).
Valsala dan Karpagaganapathy (2004) menemukan bahwa serbuk akar dari Mimosa pudica
memiliki pengaruh terhadap siklus ovarium dari mencit betina, Rattus nowergicus. Selain itu
khasiat lainya antara lain sebagai penenang (transquillizer), peluruh dahak (ekspektorant),
peluruh kencing (diuretik), obat batuk (antitusif), pereda demam (antipiretik) dan anti radang
(Dalimartha, 2008).
Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah suatu senyawa polifenol
yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan
menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan
alkaloid. Tanin (dari bahasa Inggris tannin; dari bahasa Jerman Hulu Kuno tanna, yang
berarti “pohon ek” atau “pohon berangan”) pada mulanya merujuk pada penggunaan bahan
tanin nabati dari pohon ek untuk menyamak belulang (kulit mentah) hewan agar menjadi
kulit masak yang awet dan lentur. Namun kini pengertian tanin meluas, mencakup aneka
senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung cukup banyak gugus hidroksil dan
gugus lain yang sesuai (misalnya karboksil) untuk membentuk perikatan kompleks yang kuat
dengan protein dan m akromolekul yang lain.
Senyawa-senyawa tanin ditemukan pada banyak jenis tumbuhan, senyawa ini
berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora dan hama,
serta dalam pengaturan pertumbuhan. Tanin yang terkandung dalam buah muda
menimbulkan rasa kelat (sepat); perubahan-perubahan yang terjadi pada senyawa tanin
bersama berjalannya waktu berperan penting dalam proses pemasakan buah. Kandungan
tanin dari bahan organik (serasah, ranting dan kayu) yang terlarut dalam air hujan (bersama
aneka subtansi humus), menjadikan air yang tergenang di rawa-rawa dan rawa gambut
berwarna coklat kehitaman.
Tannin memiliki bobot molekul mulai dari 500 sampai lebih dari 20.000. Tannin terdiri dari
tannin yang dapat dihidrolisis (hydrolyzable tannin) yaitu ellagitannins dan tannin kental
(proanthocyanidins tannin) atau tannin terkondensasi yaitu flavonoid tannin yang tidak dapat
dihidrolisis. Struktur tannin adalah kompleks karena memiliki keragaman struktur dalam
kelompok senyawa. Menurut Schofield dkk., (2001), tannin terkondensasi atau
proanthocyanidins terdiri dari polihidroksi-avan-3-ol, oligomer dan polimer yang
dihubungkan oleh karbon-karbon ikatan antara plavanol sub-unit. Struktur tannin secara
umum dapat dilihat pada Gambar 1-3.
Jika R1=R2=OH, R3=H maka struktur ini adalah grup (-) epicatechin dan jika pada R1 dan R2
sebagai komponen lain maka grup ini terindikasi di bawah struktur R2=O-galloyl pada
catechin gallat.
Jika R=H atau OH maka struktur merupakan procyanidin atau prodelphinidin. Hubungan 4-6
(garis putus-putus) adalah ikatan interplavan alternatif. Unit terminal di bagian bawah adalah
struktur multi-unit.
Penggunaan tannin sebagai bahan pewarna yaitu sebagai mordant biasanya dilakukan
dengan dikombinasi dengan bahan logam tertentu. Prabhu dan Teli (2011) mengekstraksi
tannin dari asam jawa (Tamarindus indica L.) sebagai mordant alami yang dicampur dengan
tembaga sulfat sebagai bahan pewarna alami pada bahan katun, wol dan kain sutra. Kekuatan
warna hasil pencelupan dengan mordant selanjutnya diuji dengan pencucian dan paparan
terhdap cahaya. Ternyata mordant ini lebih tahan luntur jika dibandingkan dengan
pencelupan dengan pewarna alami (kunyit dan kulit delima) tanpa mordant. Tannin
terkondensasi (proanthocyanidins tannin) memberikan kekuatan warna menjadi tidak luntur.
Seni Tekstil Indonesia, menggunakan pencelupan mordant yang berupa kombinasi tannin dan
garam aluminium untuk memberikan warna merah, sedangkan kombinasi tannin dan zat besi
akan memberikan warna nila.
Pengambilan tannin dari tanaman dapat dilakukan dengan ekstraksi menggunakan
pelarut organik. Markom dkk. (2007) mengekstraksi tannin dari Phyllanthus niruri Linn,
menggunakan berbagai pelarut organin (petroleum eter, dikhorometana, khloroform, metanol,
etanol dan aseton) dengan metoda ekstraksi Sohxlet. Chavan dkk. (2001) mengektrak tannin
kental dari kacang pantai, kacang hijau dan kacang rumput menggunakan pelarut metanol dan
aseton dengan variasi konsentrasi pelarut, tanpa pemanasan. Hasil terbaik diperoleh pada
ekstraksi tannin dengan pelarut aseton dengan kemurnian 70%. Artikel ini melaporkan kajian
mengenai ekstraksi tannin dari putrimalu dengan metode soxhlet menggunakan b eberapa
jenis pelarut organik dan pemodelan matematik untukmenggambarkan perpindahan massa di
dalam proses ekstraksi tersebut.
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat - Alat
- Soklet
- labu leher tiga
- thermometer
- Pipet
- pengambil sampel
- water bath
- pendingin balik
3.1.2 Bahan - bahan
- Tanaman putri malu
- Etanol dengan kemurnian 96%
3.2 Prosedur Penelitian
keterangan :
1. Waterbath
2. Labu leher tiga
3. Bahan yang diekstraksi
4. Soklet
5. Pendingin bola
6. Statif
7. Thermometer (suhu pelarut)
8. Thermometer (suhu waternath)
Gambar 4. Skema rangkaian alat yang digunakan
- Disiapakan bahan bahan dan alat yang akan digunakan
- Di keringkan tanaman putri malu yang akan digunakan dengan membedakan
antara batangnya saja, daunya saja, bunganya saja, dan batang,daun,bunga
digabungkan,
- dibungkus 10 gram tanaman putri malu yang telah dikeringkan dengan kertas
saring
- dimasukkan ke dalam thimbel soxhlet
- di isi labu leher tiga dengan etanol sebanyak 2/3 bagian dari isi labu
- difungsikan water bath
- dialirkan air pendingin menuju pendingin tegak
- dianalisi kemurnian tannin pada sampel
3.3 Teknik Analisis Data
Tetapan/Solven Batang Daun Bunga Batang,daun,bunga
B=R.CA,So (g/L)
D= ksa (1h)
(1/menit)Ralat(%)
Keterangan:
B = kandungan solute awal pada padatan
R = perbandingan volume padatan
CA,so = konsentrasi solute pada ekstrak
D = gabungan tetapan adsorpsi dan tetapan Herry
Ksa = kombinasi koefisien perpindahan masa padat-cair