BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 dan Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan
diarahkan pada meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Modal dasar
pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai
dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI
Eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 4 bulan
(Anonim, 2005).
Konvensi hak-hak Anak tahuun 1990 antara lain menegaskan bahwa tumbuh
kembang secara optimal merupakan salah satu hak anak. Berarti ASI selain
merupakan kebutuhan, juga merupakan hak asasi bayi yang harus dipenuhi oleh
orang tuanya. Hal ini telah diipopulerkan pada pekan ASI sedunia tahun 2000 dengan
Tema : “ memberi ASI adalah hak asasi ibu; mendapat asi adalah hak bayi” (Anonim,
2005).
Bagi bayi, ASI merupakan makanan yang paling sempurna, diman kandungan
gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. ASI juga
mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah dari
berbagai penyakit) dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi denga ibu.
Manfaat menyusui/memberikan ASI bagi ibu tidak hanya menjalin kasih sayang,
tetapi terlebih lagi dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat
pemuliah kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi resiko terkena kanker
payudara, dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu (anonim, 2005).
Mengingat banyak manfaat menyusui bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat dan
Negara maka perlu serangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus dalam
bentuk peningkatan pemberian – ASI (PP-ASI). Kenyataannya, sejak UU
Perlindungan Anak disahkan (22/10/2002) kondisi anak Indonesia (SDKI) terakhir
tahun 2003 hanya ada 4 % bayi yang disusui dan mendapat ASI dalam jam pertama
kelahirannya (kolostrum) sedangkan tingkat konsumsi masyarakat akan susu formula
meningkat 300 % dibanding tahun-tahun sebelumnya (Astuti S, 2008).
Secara absolut tidak ditemukan bukti-bukti kedokteran adanya bayi yang sakit
disusui ibunya. Para ahli dan Kesatuan Dokter Anak Indonesia meyakinkan
masyarakat bahwa keuntungan menyusui masih lebih baik dri pada tidak menyusui.
Seorang dokter spesialis anak dalam penelitiannya manyatakan bahwa dari 100 ibu
yang mengatkan ASI-nya kurang sebenarnya hanya 2 ibu yang betul-betul ASI-nya
kurang dan 98 orang lainnya mempunyai ASI yang cukup, hanya kurang menata
laktasi ASI dengan benar seperti posisi atau tehnik menyusui yanng benar dan lain-
lain (Roesli, 2001).
WHO dan UNICEF berpendapat bahwa diantara faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pemulaian dan pemantapan menyusui, pelaksanaan pelayanan
khususnya yang berhubungan dengan perawatan ibu dan bayi baru lahi, merupakan
hal-hal yang paling dapat menyajikan peningkatan jumlah dan lamanya menyusui.
Telah diketahui bahwa lama menyusui tidak menjadi masalah. Menyusui atau
menghisap dalam posisi salahlah yang menyebabkan nyeri, lecet pada puting susu
dan kelelahan ibu adalah yang sering terjadi karena posisi menyusui yang tidak tepat.
Agar menyusui dapat berhasil dimulai dengan pemantapan ibu memerlukan
dukungan yang aktif selama hamil dan selanjutnya setelah melahirkan. Diwajibkan
untuk meningkatkan pemberian ASI dan dapat memberikan penyuluhan yang benar
dengan dengan memperagakan pengatahuan praktek tentang tehnik dan berbagai cara
dalam pelaksanaan menyusui (Savage, 2001).
Dalam upaya peningkatan keberhasilan menyusui tidak lepas dari keterlibatan
pelayanan kesehatan, baik dalam upaya mendukung atau mendorong ibu untuk
menyusui maupun memperlihatkan tehnik-tehnik dalam proses menyusui. Pada
prakteknya diperlukan bagi petugas kesehatan untuk membantu ibu mengatur posisi
bayi untuk menyusui agar ibu dan bayi merasa enak dan nyaman serta tidak
mengalami ketegangan. Menyusui bayi merupakan suatu proses belajar baik bagi ibu
maupun bayi tentang pemberian ASI. Pandangan ini dapat membantu ibu dalam
meningkatkan pengharapan mereka dan dapat menentukan pandang yang lebih
realistis mengenai pengalaman memberi ASI di saat-saat awal. Bahkan bagi ibu-ibu
yang sudah pernah manyusui atau memberikan ASI sebelumnya pun merupakan
suatu proses belajar karena setiap bayi adalah berbeda dan mempunyai karakter serta
kepribadian sendiri-sendiri yang berbeda-beda. Caranya bayi mengisap susu dari
payudara adalah berbeda-beda, akan tetapi terdapat cukup banyak kesamaan dalam
berbagai variasi-variasi tersebut, sehingga sejak dahulu para pakar sudah
mengidentifikasikan jenis-jenis penyusuan bayi sesuai dengan tehnik yang benar
(Klein, 2007).
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan di wilayah kerja Desa Napalakura
Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna tahun 2010 didapatkan terdapat …. orang
ibu nifas dan terdapat …… bayi baru lahir yang keseluruhannya belum sepenuhnya
mendapat ASI dengan alasan belum mempunyai ASI secara sempurna.
Berdasarkan berbagai gambaran diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
suatu penelitian yang berjudul “ Studi pengetahuan Ibu Nifas tentang Tehnik
Menyusui yang Baik dan Benar di Wilayah kerja Desa Napalakura Kecamatan
NapabalanoKabupaten Muna Periode Januari-November Tahun 2011”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan ibu nifas
tentang tehnik menyusui yang baik dan benar di wilayah kerja Desa Napalakura
Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna Tahun 2011.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui
yang baik dan benar di wilayah kerja Desa Napalakura Kecamatan Napabalano
Kabupaten Muna Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran mengenai tingkat tahu ibu nifas tentang tehnik
menyusui yang baik dan benar di wilayah kerja Desa Napalakura Kecamatan
Napabalano Kabupaten Muna Tahun 2011.
b. Untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman ibu nifas tentang tehnik
menyusui yang baik dan benar di wilayah kerja Desa Napalakura Kecamatan
NapabalanoKabupaten Muna Tahun 2011.
c. Untuk mengetahui gambaran mengenai aplikasi ibu nifas tentang tehnik
menyusui yang baik dan benar di wilayah kerja Desa Napalakura Kecamatan
NapabalanoKabupaten Muna Tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan, khususnya Bidan dan tenaga
kesehatan lain untuk selalu memberikan informasi dan pengetahuan tentang
tehnik menyusui yang baik dan benar kepada ibu.
2. Sebagai bahan masukan bagi ibu nifas tentang pentingnya tehnik menyusui yang
baik dan benar.
3. Sebagai acuan yang diharapkan bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera pengalihan, pendengar,
penciuman, rasa dan raba. Sebahagiaan pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2002).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan
yang ingin diketahui atau diukur dan dapat disesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2002).
Pengetahuan menurut Notoatmodjo 2002 mencakup 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (know) yakni mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall) terhadap
spesifikasi dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
2) Memahami (chomprehention) yakni kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapt
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Aplication) yakni kemampuan untuk menggunakan materi
yang dipelajarinya pada situasi atau kondisi real (sebelumnya).
4) Analisa (Analysis) yakni kemampuan untuk menjabarkan untuk
menggunakan materi atau obyek kedalam komponen-komponen
tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5) Sintesia (Shyntesis) yakni kemampuan untuk melakukan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation) yakni kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadapa suatu materi atau obyek.
b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Suharjo (2006) pengetahuan tergantung dari faktor –faktor
antara lain :
1) Tingkat Pendidikan : Tinggi rendahnya pendidikan akan dipengaruhi
pengetahuan yang diperoleh. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan
yang diperoleh seseorang. Dengan status yang berbeda-beda maka
pengetahuan yang diperoleh berbeda-beda.
2) Status Sosial : Status sosial juga turut mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Denga status yang berbeda-beda, maka
pengetahuan yang diperoleh berbeda-beda.
3) Derajat Penyuluhan : Semakin banyak penyuluhan yang diperoleh atau
makin banyak frekuensi penyuluhan, maka pengetahuan yang diperoleh
akan semakin banyak. Begitupun sebaliknya.
4) Faktor Lingkungan : Lingkungan merupakan faktor penentu derajat
pengetahuan, maka kita akan semakin merasa tertarik untuk memperoleh
pengetahuan yang sama dengan cara bertukar pikiran.
5) Faktor Sarana dan Prasarana : dengan saran dan prasarana yang
menunjang, maka pengetahuan yang akan diperoleh akan lebih besar bila
dibandingkan dengan kurangnya sarana dan prasarana.
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Berbagai macam cara memperoleh kebenaran pengetahuan, menurut
(Notoatmodjo 2002) dikelompokan menjadi 2 yaitu :
1) Cara tradisional atau non ilmiah
Dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, cara
penemuan pengetahuan pada periode ini yaitu :
a) Coba-coba salah (Trial and Eror) : apabila seseorang mengalami
persoalan, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja.
Apabila ada kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba
kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan atau otoritas : pengetahuan diperoleh berdasarkan
otoritas atau kekuasan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama maupun ahli ilmu pengetahuan.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi : pengalaman pribadi dapatkan
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
2) Cara moderen
Cara baru atau moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis, atau ilmiah. Dimana cara ini dikembangkan
oleh “Bacon” denga pengamatan logis terhadap gejala-gejala alam atau
kemasyarakatan kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan
diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum.
2. Tinjauan Tentang Menyusui
a. Pengertian
Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan
mengasuh bayi, penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun
pertama maka kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi
hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya (Varney, et all., 2007).
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil
dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks
menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu, (Anonim, 2007).
Pernyataan yang mendukung menyusui dibahas oleh asosiasi profesi di
Amerika serikat (Varney, et all., 2007), yang menyatakan bahwa :
1) Mendorong usaha untuk menginformasikan dan membidik publik,
pemberi perawatan kesehatan dan klien tentang menyusui sebagai proses
normal dan sebagai metode terbaik dalam pemberian pakan bayi.
2) Mendorong pemberian perawatan kesehatan untuk memberikan atau
mengatur sistem konseling dan dukungan menyusui secara terus menerus.
3) Meningkatkan adopsi kebijakan internasional, nasional, negara, lokal dan
institusi yang dengan jelas mendukung menyusui.
4) Mendorong identifikasi dan menghilangkan rintangan untuk menyusui
dan menentang praktek yang menghentikan menyusui.
5) Mendorong dukungan menyusui ditempat kerja dan sekolah, dan
mendorong intitusi untuk menyediakan kondisi yang optimal
memfasilitasi menyusui.
b. Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu :
aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis,
ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.
1) Aspek gizi
a) Manfaat kolostrum
1. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
2. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walupun sedikit
namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh
karena itu kolostrum harus diberikan kepada bayi.
3. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbonhidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai
kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
4. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hitam kehijauan.
b) Komposisi ASI
1. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang
sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-
zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
2. ASI mengandung zat-zat gizi yang berkualitas tinggi yang
berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
bayi/anak.
3. Selain mangandung protein tinggi, ASI memiliki perbandingan
antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei
dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI
dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung Whei lebih
banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI
lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai
perbandingan Whei:Casein adalah 20:80, sehingga tidak mudah
diserap.
c) Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
1. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam
ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan
penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada bintang
menunjukan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya
ganguan pada retina mata.
2. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated
fatty Acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk/disintesa dari subtansi pembentuknya (precursor) yaitu
masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6
( asam Linolenat).
2) Aspek Imunologik
a) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
b) Immunologlobulin A (lg.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup
tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri
patogen E. Coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
c) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan
yang mengikat zat besi disaluran pencernaan.
d) Lysosim, Enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.colli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak
dari susu sapi.
e) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per
mil. Terdiri dari 3 macam yaitu : Brochus- Asociated Lympocyte Tissue
(BALT) antibodi pernafasan, Gut- asuciated Lympocyte Tissue (GALT)
antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue
(MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
f) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus. Bakteri ini
menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3) Aspek psikologik
a) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui
dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui
dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan
meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya
akan meningkatkan produksi ASI.
b) Interakasi ibu dan bayi : pertumbuhan dan perkembangan psikologik
bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
c) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu bayi terjadi
karena bebagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact).
Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan
tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak
bayi masih dalam rahim.
4) Aspek kecerdasan
a) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan
bayi.
b) Penelitian menunjukan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki
IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi
pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun,
dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5) Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan
bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6) Aspek ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan
menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula.
7) Aspek penundaan kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara
umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL) (Anonim, 20011).
c. Keuntungan dan Manfaat Pemberian ASI
1) ASI selalu tersedia setiap saat dibutuhkan bayi, tentu saja jika bayi
disusui secara teratur.
2) Merupakan susu segar dan steril, sehingga kemungkinan terjadinya
gangguan pencernaan sangat kecil.
3) Memberikan implikasi ekonomi yang signifikan, ibu tidak perlu
membeli susu formula maupun peralatan membuat susu.
4) Menghindarkan bayi dari alergi dan intoleransi, yang dapat terjadi
pada pemberian susu formula.
5) Meningkatkan daya tahan tubuh. ASI mengandung antibodi
terhadap bakteri dan virus, diantaranya antibodi IgA sekretori, serta
anti polio yang tinggi. Disamping itu, pada ASI juga ditemukan
banyak makrofag (salah satu jenis sel darah putih yang membunuh
kuman) yang dapat melakukan sintesis komplemen, lisozim dan
laktoferin. Laktoferin adalah suatu protein pengikat besi,
mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan E. Coli (jenis
bakteri yang sering menimbulkan diare pada bayi) dalam usus halus.
6) Mengandung faktor pertumbuhan yang memberi fasilitas
pertumbuhan/kolonisasi Lactobacilus bifidus yang banyak pada ASI
menjadi asam asetat dan asam laktat.suasana asam cairan usus ini
akan menghambat pertumbuhan E. Coli dan amoeba E. Histolitika.
7) Tersedak, kolik, dan ekzema atopik (sejenis alergi) lebih jarang
dijumpai pada pemberian ASI.
8) Mengandung nutrien-nutrien khusus yang tidak terdapat atau hanya
sedikit terdapat pada susu sapi, misalnya nutrien yang diperlukan
untuk pertumbuhan otak, antara lain : Taurin, laktosa, Asam lemak
ikatan panjang.
9) ASI dari ibu yang makanannya memadai, kandugan Fe (zat besi)
nya cukup untuk 6-9 bulan pertama. Begitu pula, vitamin Cnya
cukup asalkan gizi ibu baik. Zat besi dari susu sapi tidak diserap
usus bayi secara sempurna, sehingga bayi susu formula sering
menderita anemia karena kekurangan zat besi.
10) ASI mudah dicerna, sedangkan susu sapi sulit dicerna karena tidak
mengandung enzim pencerna. Selain itu, komponen kasein yang
banyak terdapat pada susu formula membentuk gumpalan susu tebal
sehingga sukar dicerna. Akibatnya, akan banyak zat sisa yang tidak
dicerna oleh bayi. Selain itu bayi akan menderita sembelit (sukar
buang air besar).
11) Frekuensi timbulnya infeksi saluran pernafasan juga kurang pada
bayi yang mendapat ASI.
12) ASI selalu memperbarui perlindungan terhadap kuman-kuman yang
disekitar lingkungan ibu-bayi. Kuman-kuman tersebut berubah dan
berganti. Bila ada kuman baru yang masuk kedalam tubuh ibu, maka
tubuh ibu akan membuat antinya.
13) Mempunyai keuntungan psikologik, yaitu menjalin hubungan kasih
sayang yang lebih erat antara ibu dan bayi. Hal ini menjadi
penunjang bagi pertumbuhan anak pada masa tumbuh kembang
mendatang (Anonim, 20012).
d. Keberhasilan menyusui
Sepuluh langkah untuk keberhasilan menyusui yaitu :
1) Menetapkan kebijakan menyusui yang mencakup fasilitas guna
memandu praktek menyusui.
2) Menunjukan bahwa semua staf perlu diorientasikan dengan kebijakan
yang mencakup fasilitas menyusui dan mengetahui isinya.
3) Menunjukan pentingnya integrasi edukasi orang tua tentang menyusui
selama perawatan prenatal dan edukasi tentang pelahiran anak.
4) \kontak ibu dan anak yang segera dan memulai menyusui sesegera
mungkin.
5) Menunjukan pentingnya interaksi pengajaran menyusui yang positif dan
sering antara anggota dan staf dan ibu.
6) Melarang suplemen yang tidak perlu untuk bayi yang disusui.
7) Mengatur rumah sakit untuk mempraktekan rawat gabung,
mengabungkan ibu dan bayi bersama dalam perawatan, kecuali alasan
medis.
8) Mengklarifikasi pentingnya pemberian ASI berdasarkan isyarat
menyusu yang ditunjukan bayi, bukan berdasarkan waktu.
9) Mengindikasikan bahwa penggunaan empeng dan dot botol harus
dihindari kecuali diindikasikan secara medis. Waktu yang dihabiskan
untuk mengisap empeng dan dot botol menghilangkan sensasi pada
payudara dan endokrin serta penggunaan empeng dan dot botol yang
terlalu dini menyebabkan penurunan durasi ASI.
10) Mengklarifikasi tanggung jawab fasilitas maternitas untuk membantu
ibu mencari dukungan pasca partum.
e. Memulai Pemberian ASI
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru
lahi harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi setelah tali
pusat diklem dan dipotong. Beritahu bahwa penolong akan selalu membantu
ibu untuk menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan memastikan ibu untuk
memulai pemberian ASI lebih awal.
Memulai pemberian ASI secara dini akan merangsang produksi susu dan
memperkuat refleks mengisap bayi. Refleks mengisap awal pada bayi paling
kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang manfaat kontak langsung ibu-
bayi dan anjurkan untuk menyusukan bayinya sesering mungkin untuk
merangsang produksi ASI sehingga memenuhi kebutuhan bayi itu sendiri.
Yakinkan ibu dan keluarganya bahwa kolostrum adalah zat bergizi dan
mengandung semua unsur yang diperlukan bayinya. Pada saat bayi
melepaskan puting susu yang satu, minta sama ibu untuk memberikan puting
susu yang lainnya. Jelaskan pada ibu bahwa membatasi lama bayi menyusu
akan mengurangi jumlah nutrisi yang diterima bayi dan akan menurunkan
produksi susunya (Enkil, 2000).
Ada beberapa hal yang menjadi pedoman dalam menyusui yaitu antara
lain mulai menyusui segera setelah lahir, jangan memberikan makanan atau
minuman lain kepada bayi kecuali diinstruksikan dokter atas alasan-alasan
medis, berikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya bayi dan
baru dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI
setelah periode eksklusif serta berikan ASI pada bayi sesuai dorongan
alamiahnya baik siang maupun malam (8-10 kali atau lebih dalam 24 jam)
selama bayi menginginkannya, (Anonim, 2005).
f. Durasi menyusui
Jika bayi anda nampak enggan mengisap, jangan khawatir, biarkan dia
“main-main” dulu dengan mengendus dan menjilat putingnya. Dengan
banyak latihan, bayi anda akan semakin mahir. Menyusui pertamakali
mungkin hanya sebentar, mungkin hanya empat menit, tetapi bisa juga lama.
Ada bayi yang sejak awal menyusuinya lama.
Ingatlah bahwa setiap bayi itu berbeda, dan pola menyusuinya juga
mungkin berubah-ubah seiring dengan pertumbuhan mereka. Bayi yang
menyusui selama 20 menit di minggu-minggu pertama mungkin hanya akan
perlu lima menit diusia empat bulan. Pola menyusui diawal biasanya lebih
pendek karena ASI memang belum keluar dan yang ada hanya kolostrum
yang berjumlah keciil.
Ingatlah bahwa membiarkan bayi anda menyusui selama yang ia mau
adalah satu cara untuk menjamin bahwa ia mendapat ASI yang diperlukan.
Sebab komposisi ASI berubah-ubah dalam satu sesi menyusui. Pada menit
pertama menyusui yang keluar adalah ASI yang encer (susu depan/
foremilk) yang bertugas untuk menghilangkan rasa haus bayi. Menit
berikutnya, persisinya setelah refleks turunnya susu, ASI berubah menjadi
lebih kental (susu belakang/ hindmilk), yang mengandung lebih banyak
lemak dan gizi, untuk mengenyangkan bayi. Anda mungkin dapat
memperhatikan perubahan irama hisapan bayi, dari yang cepat, lantas
berhenti sebentar (saat terjadi turunnya susu), lalu hisapannya menjadi lebih
lambat diiringi dengan irama menelan susu. Anda sendiri juga dapat
merasakan turunnya susu dengan munculnya perasaan geli atau tertusuk-
tusuk dipayudara.
Saat bayi mendapatkan cukup susu, biasanya ia akan melepaskan
payudara dengan sendirinya, atau jatuh tertidur. Tetapi jika anda merasa
perlu menghentikan bayi anda menyusui, pelan-pelan tekan puting anda
dengan jari kelingking untuk memotong hisapan bayi. Jangan menarik
puting begitu saja saat bayi masih menghisap karena bisa mengakibatkan
lecet.
g. Posisi menyusui
Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat penting sebab akan
menentukan keberhasilan pemberian ASI dan mencegh lecet pada puting
susu. Pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar. Berikan bantuan dan
dukungan jika ibu memerlukannya, terutama jika ibu pertama kali menyusui
atau ibu berusia sangat muda.
Bagi ibu yang telah memiliki kemampuan untuk duduk dan melakukan
mobilisasi secukupnya, maka posisi manyusui yang baik adalah sebagai
berikut :
1) Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan
tubuh berada pada satu garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara
ibu, hidung bayi didepan puting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian
rupa sehingga perut bayi menghadap keperut ibu.
2) Ibu mendekatkan bayinya ketubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan
mengamati bayi siap menyusu : membuka mulut, bergerak mencari dan
menoleh).
3) Ibu menyentuhkan puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut
bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu ibu
sehingga bayi dapat menangkap puting susu tersebut, (Anonim, 20071)
Adapun tanda-tanda posisi bayi meyusu dengan baik adalah sebagai
berikut :
1) Dagu menyentuh payudara ibu.
2) Mulut terbuka lebar.
3) Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.
4) Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya puting
saja), lingkar areola atas terlihat lebih banyak dibandingkan lingkar
areola bawah.
5) Lidah bayi menopang puting dan areola bagian bawah.
6) Bibir bawah bayi melengkung ke luar.
7) Bayi mengisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang
disertai dengan berhenti sesaat.
Posisi menyusui ibu harus adekuat diatas kursi atau tempat tidur baik
dalam posisi duduk maupun berbaring. Tidak ada satupun posisi yang paling
benar dalam menyusui akan tetapi yang paling penting adalah ibu dan bayi
merasa nyaman dan transfer air susu adekuat (Varney, et all., 2007).
Ada beberapa macam posisi menyusui adalah sebagai berikut
1) Posisi Madonna dan menggendong.
bayi berbaring miring menghadap ibu. Kepala, leher dan punggung atas
bayi diletakan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan
tangan sebelahnya untuk memegang payuudara jika diperlukan.
2) Posisi Menggendong-menyilang.
Bayi berbaring miring menghadap ibu. Kepala, leher dan punggung atas
bayi diletakkan pada telapak kontralateral dan sepanjang lengan
bawahnya. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang
payudara jika diperlukan.
3) Posisi Football atau mengepit
Bayi berbaring miring atau punggung melingkar antara lengan samping
dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ibu
menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika
diperlukan.
4) Posisi berbaring miring
Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan
posisi paling nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan dari
pelahiran melalui pembedahan.
Menyusui memiliki irama yang dapat dilihat dan didengar. Bayi
mengisap dengan gerakan rahang yang pendek-pendek, cepat seperti
piston pada permulaan menyusu, dilanjutkan dengan gerakan-gerakan
menyedot yang lebih dalam dan lambat pada saat rahang menyentuh
lekukan payudara, menarik keluar air susu. Rasio isapan terhadap
menelan tinggi pada fase gerakan awal yang seperti piston, menurun
menjadi 1:1 atau 2:1 saat air susu mengalir cepat pada fase menyedot
yang lebih lambat, (Anonim 20072).
h. Lima langkah menyusu yang baik dan benar
1) Persiapan mental dan fisik. Ibu yang akan menyusui harus dalam keadan
tenang, tidak tergesa-gesa atau takut dan malu payudaranya yang indah
nongol kepermukaan. Tentu untuk memperoleh suasana ini, perlu dicari
lokasi menyusui yang pas dan terjaga privasinya sehingga terhindar dari
tontonan orang. Minum segelas air sebelum menyusui merupakan salah
satu cara untuk membuat sang ibu merasa tenang. Hindari menyusui
dalam keadaan haus dan lapar.
2) Persiapan tempat dan alat. Sebelum menyusui perlu dicari tempat
duduk/kursi yang nyaman dengan sandaran punggung dan tangan serta
bantalan untuk menopang tangan yang menggendong bayi. Capek khan
kalau tangan terus menerus menyangga bayi dengan tidak nyaman, yang
ujung-ujungnya mempersingkat waktu menyusui.
3) Sebelum menggendong bayi, tangan dicuci sampai benar-benar bersih
untuk menghindari ASI terkontaminasi oleh kuman. Lalu sebelum
menyusui, tekan daerha sekitar puting susu diantara telunjuk dan ibu jari
sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian oleskan keseluruh bagian puting
susu. Cara menyusui yang baik adalah bila ibu melepaskan kedua
payudaranya dari pemakaian BH.
4) Susukan bayi sesuai dengan kebutuhan, jangan dijadwal. Biasanya
kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam. Setiap menyusui
lakukan pada kedua payudara secara bergantian masing-masing selama
kurang lebih 10 menit. Mulai selalu dengan payudara sisi yang terakhir
disusui sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.
Setelah selesai, oleskan ASI seperti awal menyusui dan biarkan kering
oleh udara sebelum memakai BH untuk mencegah lecet. Hal ini dapat
dilakukan sambil menyangga bayi agar bersendawa. Menyendawakan bayi
setelah menyusui harus selalu dilakukan untuk mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah (Anonim, 20071).
Step-By-Step Menyusui :
1) Cuci tangan anda untuk menghilangkan kuman. Jika mau anda juga boleh
mencuci puting anda dengan air.
2) Carilah posisi yang enak untuk duduk atau berbaring. Jika posisi duduk
anda enak, anda akan menjadi rileks dan “turunnya” ASI (letdown
Reflex) lebih mudah terjadi.
3) Rilekslah. Kalau perlu lakukan pernafasan relaksasi, mendengarkan
musik, membaca dan sebagainya. Apabila anda terlalu tegang, refleks
turunnya susu bisa terhalangi.
Step-by-step Ambil posisi Menyusui dan Perlekatan, yaitu :
1) Kepala bayi anda dilekukan dalam siku tangan anda. Kemudian, seluruh
badan bayi menghadap dada anda, bukan hanya kepala saja. (waktu
pertama kali barangkali anda akan perlu bantuan orang/suster untuk
meletakan bayi anda dalam posisi ini, tetapi lama kelamaan anda bisa
melakukannya sendiri. Prinsipnya, kepala bayi harus tersokong dengan
baik).
2) Ambil payudara dengan tangan anda yang bebas, jempol anda memegang
bagian atas payudara, dan jari lainnya memegang bagian bawah.
3) Saat didekatkan keputing, bayi anda biasanya akan refleks membuka
mulut dan menyambut puting anda. Tetapi apabila tidak, colek- coleklah
bibir bayi anda dengan puting hingga ia membuka mulutnya. pastikan
kalau bayi anda membuka mulutnya selebar mungkin, dan letakan bagian
tengah puting anda pada bukaan mulut tersebut.
4) Atau apabila sulit masuknya puting ke mulut bayi, lakukan trik
“sandwich”, yaitu menekan puting anda dengan jempol dan telunjuk
sehingga segepeng mungkin, paralel dengan alur bayi, dan masukan
kedalam bukaan mulut bayi (Trik dari Ibu Doris Fok, konsultan laktasi
Singapura).
Perlekatan (latch-on) yang baik adalah apabila sebagian besar aerola anda
berada didalam mulut bayi, dagu menempel ke payudara anda, dan kepalanya
agak kebelakang sehingga hidungnya tidak ketutupan payudara. Sebenarnya
tidak perlu menekan payudara untuk membuka jalan udara ke hidung bayi,
selama posisi menyusui anda benar (Varney, et all., 2007).
i. Penatalaksanaan menyusui yang optimal
Rentang frekuensi yang optimal adalah antara 8 dan 12 kali setiap hari.
Meskipun mudah untuk membagi 24 jam menjadi 8 hingga 12 kali
menyusui, dan menghasilkan perkiraan jadwal, cara ini bukan merupakan
cara makan sebagian besar bayi. Banyak bayi dalam rentang beberapa jam
menyusu beberapa kali, tidur untuk beberapa jam dan bangun untuk
menyusu lagi. Ibu sebaiknya dianjurkan untuk menyusui sebagai respon
terhadap isyarat bayi dan berhenti menyusui jika bayi tampak kenyang.
Isyarat kenyang meliputi relaksasi seluruh tubuh, tidur saat menyusu,
melepaskan puting, dan lain-lain. Bayi tidak harus menyusu dari kedua
payudara pada setiap waktu menyusu. Ibu harus membiarkan bayi menyusu
pada payudara pertama sampai isyarat kenyang tampak. Kemudian ibu dapat
memberikan payudara kedua dan membiarkan bayi menentukan beberapa
lama menyusu pada sisi tersebut. Jika salah satu payudara tidak diisap
selama waktu menyusui, payudara yang tidak diisap tersebut diberikan
pertama kali pada waktu menyusui berikutnya.
Penetapan frekuensi dan durasi menyusui tidak perlu dilakukan dan dapat
menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan bayi dan suplai air susu ibu.
Indikator terbaik kecukupan air susu adalah peningkatan berat badan dan
haluaran bayi. Diharapkan bahwa bayi baru lahir akan :
1) Minimum 3-4 kali buang air besar setiap 24 jam, fesesnya harus sekitar 1
sendok makan atau lebih, dan setelah hari ke-3 feses berwarna kuning.
2) Buang air kecil minimal 1-2 kali pada hari pertama, dan 6 kali atau lebih
setiap hari setelah hari ke tiga.
3) Mengalami peningkatan berat badan lebih dari 15-30 gram perhari
setelah air susu matur keluar.
4) Memiliki berat badan yang sama dengan atau diatas berat badan lahir
pada usia 10 hari (Varney, et all., 2007).
Menyusui sebaiknya nyaman bagi ibu dan bayi. Ibu dianjurkan untuk
melaporkan adanya ketidaknyamanan kepada bidan atau konselor menyusui
sesegera mungkin. Lebih mudah memperbaiki tehnik menyusui pada hari-hari
pertama daripada memperbaiki masalah kemudian. Riset menunjukan
indikator klinis masalah menyusui biasanya dapat dilihat sebelum pulang dari
unit kebidanan. Wanita melaporkan bahwa observasi dan bantuan tenaga
perawatan kesehatan sepanjang sedikitnya 1 proses menyusui lengkap
dirumah sakit atau komunitas adalah kunci kesuksesan menyusui mereka
(Varney, et all., 2007).
j. Dukungan atau Perilaku Tenaga Kesehatan
Bidan dan pemberi perawatan kesehatan lain adalah sumber dukungan
menyusui yang penting dalam periode pasca partum selain keluarga,
konselor kelompok menyusui, pemberi perawatan laktasi dan jaringan
pendukung infolmal ataupun formal. Informasi tentang bagaimana mencari
dukungan menyusui harus menjadi bagian rutin pendidikan kesehatan pada
ibu nifas dan ibu menyusui, (Varney, et all., 2007).
Masalah yang dialami wanita selama laktasi tidak menyebabkan
penyepihan awal. Tetapi pada derajat kepercayaan diri ibu terhadap
kemampuannya untuk mengatasi rintangan yang sangat mempengaruhi
penyepihan awal. Menyusui telah disebut sebagai “permainan kepercayaan
diri”. Bidan dan petugas kesehatan lainnya sebaiknya berfokus pada
dukungan menyusui dalam rangka menumbuhkan kepercayaan diri wanita
dengan memberikan pemahaman dan informasi tentang menyusui yang
efektif dab optimal (Varney Helen, et all., 2007).
B. Landasan Teori
Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan
mengasuh bayi, dan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun
pertama maka kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi
hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya. Menyusui adalah proses
pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan Air Susu Ibu (ASI) dari payu
dara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan
susu (Varney Helen et all., 2007).
Posisi bayi saat menyusui dan kenyamanan menyusui sangat penting
untuk menentukan keberhasilan pemberi ASI dan mencegah lecet pada puting
susu. Memastikan Ibu memeluknya bayinya dengan benar dan memberikan
bantuan serta dukungan jika ibu memerlukannya, terutama jika ibu berusia sangat
muda (Varney, et all., 2007).
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi secara penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu, melalui proses melihat, menyaksikan, mengalami,
atau diajar yang sangat menentukan terjadinya tindakan pada seseorang. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang baik dan
benar maka dapat dijadikan dasar akan besarnya partisipasi ibu nifas untuk
melakukan tehnik menyusui yang baik dan benar (Notoatmodjo, 2002).
Tahu adalah kemampuan mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Tahu dalam penelitian ini yaitu pengetahuan yang benar seorang ibu
tentang tehnik menyusui yang baik dan benar (Notoatmodjo, 2002).
Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut. Memahami
dalam penelitian ini adalah penahaman yang benar seorang ibu tentang tehnik
menyusui yang baik dan benar (Notoatmodjo, 2002).
Aplikasi adalah sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari. Aplikasi dalam penelitian ini adalah kemampuan seorang
ibu melakukan sesuatu yang didasarkan pada apa yang diketahuinya dan
dipahaminya yaitu melakukan tehnik menyusui yang baik dan benar
(Notoatmodjo, 2002).
C. Kerangka Konsep
Variabel independen
Variabel dependen
Keterangan :
: Variabel Yang diteliti
: Hubungan antar Variabel
D. Pertanyaan penelitian
Seberapa besar pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang baik dan
benar di Wilayah kerja Desa Napalakura Kecamatan Napabalano Kabupaten
Muna Tahun 2011.
Tahu
Pemahaman
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui
Yang Baik dan Benar
Aplikasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini digunakan adalah deskriptif yang dimaksudkan untuk
mendeskriptifkan fakta mengenai suatu keadaan secara obyektif tentang
pengetahuan ibu nifas dalam tehnik menyusui yang baik dan benar.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Desa Napalakura
Kecamatan NapabalanoKabupaten Muna pada Bulan Agustus - Oktober
2011.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang
mempunyai bayi di Wilayah Kerja Desa Napalakura Kecamatan
Napabalano Kabupaten Muna pada Bulan Agustus - Oktober 2011
berjumlah …. orang.
2. Sampel
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling yaitu ibu nifas yang mempunyai bayi yang berada di
Wilayah Kerja Desa Napalakura Kecamatan Napabalano Kabupaten
Muna pada Bulan Agustus - Oktober Tahun 2011 berjumlah …… orang.
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1. Tehnik menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada
bayi atau anak kecil dari payudara ibu dimana bayi menggunakan refleks
menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu, diukur dengan skala
ordinal.
Kriteria Obyektif :
Baik
Tidak Baik
:
:
Bila ibu duduk, lengan ibu menopang badan bayi,
muka bayi menghadap kepayudara ibu dan
menghisap puting susu ibu dengan baik.
Bila tidak sesuai
2. Tingkat Tahu Ibu
Tahu adalah kemampuan mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Tahu dalam penelitian ini yaitu pengetahuan yang benar
seorang ibu nifas tentang tehnik menyusui yang baik dan benar, diukur
dengan skala ordinal.
Kriteria Objektif :
a. Baik : bila jumlah skor nilai ≥ 60 %
b. Kurang : bila jumlah skor nilai < 60 %
3. Pemahaman
Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut. Memahami dalam penelitian ini adalah pamahaman yang benar
seorang ibu nifas tentang tehnik menyusui yang baik dan benar, diukur
dengan skala ordinal.
Kriteria Obyektif :
a. Baik
b. Kurang
:
:
Jika total pengetahuan ibu mengenai penerapan
≥ 60 %
Jika total pengetahuan ibu mengenai penerapan
< 60 %
4. Aplikasi Ibu
Aplikasi adalah sebagai suatu kemampuan untuk mengunakan materi
yang telah dipelajari. Aplikasi dalam penelitian ini adalah kemampuan
seorang ibu nifas melakukan sesuatu yang didasarkan pada apa yang
diketahuinya dan dipahaminya yaitu melakukan tehnik menyusui yang
baik dan benar, diukur dengan skala ordinal.
a. Baik : jika total pengetahuan ibu mengenai penerapan ≥ 60 %
b. Kurang : jika total pengetahuan ibu mengenai penerapan < 60 %
E. Tehnik Pengumpulan Data
a. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada data primer yaitu data yang
diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang
dibagikan kepada ibu nifas di Wilayah Kerja Desa Napalakura Kecamatan
Napabalano Kabupaten Muna pada Bulan Agustus - Oktober 2011.
b. Data sekunder adalah data yang di Wilayah Kerja Desa Napalakura
Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna pada buku register selama
penelitian berlangsung.
F. Instrumen penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah format pengumpulan data
yaitu kuesioner dengan wawancara.
G. Pengolahan dan Penyajian data
Pengolahan data dilakukan secara sederhana dengan mengunakan kalkulator
kemudian disajikan dalam bentuk tabel disertai penjelasan-penjelasan secara
naratif untuuk melihat distribusi frekwensi dengan rumus :
X= n⅀x100 %
Keterangan :
X = variabel yang diteliti
n = jumlah variabel yang diteliti⅀ = jumlah keseluruhan dari sampel
(Natsir M, 1998).
H. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mempersiapkan mengurus izin
penelitian kepada instansi dan melapor kepada kepala Kesbang Pol dan
Limas Kabupaten Muna sebelum melakukan kegiatan pengumpulan data di
lapangan.
2. Tahap pelaksanaan
Dimulai dengan mengambil sampel dengan metode total sampling
yaitu jumlah seluruh nifas yang mempunyai bayi di Wilayah Kerja Desa
Napalakura Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna pada Bulan Agustus -
Oktober 2011.
3. Tahap Pengolahan dan Analisa Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis serta disajikan
secara deskriptif dalam bentuk narasi dan tabel.
4. Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini disusun suatu laporan sebagai tahap akhir dari penelitian ini.