Download - Proposal KP BIG

Transcript
Page 1: Proposal KP BIG

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Teknologi penginderaan jauh telah semakin berkembang dengan baik

sejak manusia mulai mengetahui betapa pentingnya manfaat dari penginderaan

jauh. Hal penting dalam penginderaan jauh adalah sistem sensor, dimana

kemampuan sistem ini untuk melihat atau mengindera energi diluar bagian

tampak spectrum dan menyajikan data citra dalam bentuk digital, sangat

meningkatkan informasi sumber daya bumi yang disajikan oleh penginderaan

jauh.

Informasi yang diinginkan diperoleh dengan cara perekaman, pengukuran

dan interpretasi dari gelombang elektromagnetik yang dipancarkan kembali

atau dipantulkan setelah sinar matahari sebagai sumber gelombang

elektromagnetik alamiah mengenai objek di permukaan bumi atau di antariksa.

Media penginderaan jauh ini dapat berupa foto udara, satelit dan masih banyak

lagi.

Penginderaan jauh memiliki banyak kelebihan sehingga lebih cepat

berkembang dan digunakan oleh banyak pengguna untuk berbagai macam

aplikasi. Untuk mewujudkan hal tersebut untuk penerapan dalam pembelajaran

guna melatih kemampuan analisa mahasiswa, maka Kerja Praktek ini akan

dispesifikkan pada bidang Pusat Teknologi dan Data, dan Pemanfaatan

Penginderaan Jauh.

Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib dari jurusan

Teknik Geodesi yang harus diikuti oleh setiap Mahasiswa sebagai syarat

kelulusan, dapat dijadikan sebagai sarana bagi mahasiswa untuk memahami

bagaimana ilmu yang selama ini didapatkan di bangku kuliah diaplikasikan di

lapangan.

1

Page 2: Proposal KP BIG

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilaksanakannya tujuan Kerja Praktek yang ingin dicapai adalah

sebagai berikut :

1. Memperoleh gambaran nyata tentang penerapan / implementasi dari ilmu

atau teori tentang ilmu Penginderaan Jauh yang selama ini diperoleh di

bangku kuliah dan membandingkannya dengan kondisi nyata yang ada di

lapangan.

2. Melakukan analisis mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan serta

sistem yang berjalan di lapangan.

3. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang akan membuka cakrawala

berpikir yang lebih luas mengenai disiplin ilmu yang ditekuni selama ini.

4. Memperkaya perbendaharaan pengetahuan dan referensi data-data yang

dapat digunakan untuk mendukung perkuliahan sesuai dengan bidang

minat yang dipilih.

I.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dalam kegiatan Kerja Praktek ini adalah :

1. Bagi Perguruan Tinggi

Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan

teknologi informasi dan industri di Indonesia yang dapat digunakan oleh

pihak-pihak yang memerlukan serta mampu menghasilkan sarjana-

sarjana yang handal dan memiliki pengalaman di bidangnya dan dapat

membina kerja sama yang baik antara lingkungan akademis dengan

lingkungan kerja.

2. Bagi Lembaga

Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama Kerja Praktek

dapat menjadi bahan masukan bagi pihak Deputi Bidang Penginderaan

Jauh Badan Informasi Geospasial (BIG), untuk menentukan

kebijakasanaan di masa yang akan datang khususnya.

2

Page 3: Proposal KP BIG

3. Bagi Mahasiswa

a) Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam gambaran

tentang kondisi nyata dunia kerja sehingga nantinya diharapkan

mampu menerapkan ilmu yang telah didapat dalam aktivitas dunia

kerja yang sebenarnya.

b) Mahasiswa dapat mengenalkan dan membiasakan diri terhadap

suasana kerja sebenarnya sehingga dapat membangun etos kerja

yang baik, serta sebagai upaya untuk memperluas cakrawala

wawasan kerja.

c) Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang

akan membuka cakrawala berpikir yang lebih luas mengenai

disiplin ilmu yang ditekuni selama ini.

d) Mahasiswa dapat mengembangkan dan mengaplikasikan

pengalaman selama di lapangan untuk menunjang materi

perkuliahan.

e) Mahasiswa dapat menyajikan pengalaman dan data-data yang

diperoleh selama Kerja Praktek kedalam sebuah Laporan Kerja

Praktek

I.4 Lingkup Materi

Lingkup materi yang ditunjukan untuk memperdalam ilmu dan pengetahuan

tentang Penginderaan Jauh atau Remote Sensing, pada perusahaan Badan Informasi

Geospasial (BIG) sebagai berikut :

1. Perkenalan perangkat lunak atau software yang akan digunakan dalam

mengolah data, serta cara atau langkah – langkah dalam menyelesaikan

pengolahan data.

2. Perkenalan akan metode – metode yang digunakan selama melakukan

proses pengolahan data untuk keperluan bidang Penginderaan Jauh.

3

Page 4: Proposal KP BIG

3. Mengajarkan bagimana mengenal obyek yang tidak tampak dapat

diwujudkan dalam bentuk citra / digital

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh atau Remote sensing memiliki pengertian bahwa

Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu dan seni untuk memperoleh data dan

informasi dari suatu objek dipermukaan bumi dengan menggunakan alat yang tidak

berhubungan langsung dengan objek yang dikajinya (Lillesand dan Kiefer, 1979).

Jadi penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk mengindera/menganalisis

permukaan bumi dari jarak yang jauh, dimana perekaman dilakukan di udara atau di

angkasa dengan menggunakan alat (sensor) dan wahana.

Alat yang dimaksud adalah alat perekam yang tidak berhubungan langsung

dengan objek yang dikajinya yaitu ; alat tersebut pada waktu perekaman tidak ada di

permukaan bumi, tetapi di udara atau di angkasa. Karena itu dalam perekaman

tersebut menggunakan wahana (platform) seperti satelit, pesawat udara, balon udara

dan sebagainya. Sedangkan data yang merupakan hasil perekaman alat (sensor) masih

merupakan data mentah yang perlu dianalisis. Untuk menjadi suatu informasi tentang

permukaan bumi yang berguna bagi berbagai kepentingan bidang ilmu yang berkaitan

perlu dianalisis dengan cara interpretasi.

II.2 Kelebihan dari Penginderaan Jauh

1. Daerah atau kota yang semula tidak tampak dapat direkam sehingga terwujud

dalam bentuk citra yang akhirnya dapat dikenali.

2. Setiap gambar dapat meliputi daerah yang luas, misalnya sampai setengah

bola bumi.

3. Merupakan cara yang paling cepat dan tepat untuk memetakan daerah

bencana. Misalnya daerah gempa dan daerah banjir.

4

Page 5: Proposal KP BIG

4. Pembuatannya dapat diulang – ulang dalam waktu yang pendek.

5. Merupakan alat yang baik untuk pembuatan peta karena dapat

menggambarkan obyek secara lengkap dan mirip dengan wujud yang

sebenarnya.

6. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi

secara teresterial.

II.3 Kekurangan dari Penginderaan Jauh

1. Orang yang menggunakan harus memiliki keahlian khusus.

2. Peralatan yang digunakan mahal.

3. Sulit untuk memperoleh citra foto dan citra nonfoto.

II.4 Manfaat Penginderaan Jauh

Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing), telah merubah paradigma

visualisasi permukaan bumi kita dari impian menjadi kenyataan, dari fiksi ilmiah

menjadi bukti ilmiah. Lompatan teknologinya telah menghasilkan manfaat yang

sangat berguna bagi banyak bidang yang berkaitan dengan manajemen pemanfaatan

bumi dan permukaannya. Produk teknologi penginderaan jauh yang sangat luar biasa

adalah berupa citra satelit dengan resolusi spasial yang tinggi, memberikan visual

permukaan bumi sangat detail. Citra Satelit merupakan  suatu  gambaran  permukaan

bumi  yang  direkam  oleh  sensor (kamera) pada satelit  pengideraan  jauh  yang

mengorbit bumi, dalam  bentuk image (gambar) secara  digital.

Pemanfaatan citra satelit saat ini sudah sangat luas jangkauannya, terutama

dalam hal yang berkaitan dengan ruang spasial permukaan bumi, mulai dari bidang

Sumber Daya Alam, Lingkungan, Kependudukan, Transportasi sampai pada bidang

Pertahanan (militer). Di Indonesia penerapan teknologi penginderaan jauh ini telah

dilakukan masih pada sebagian besar untuk keperluan inventarisasi potensi sumber

daya alam dan lingkungan hidup, namun intensitasnya masih sangat sedikit dan

belum merata di seluruh wilayah.

5

Page 6: Proposal KP BIG

Teknologi Penginderaan Jauh yang dikembangkan oleh Digital globe sejak tahun

1993, telah menghasilkan generasi terbaru berupa citra satelit WorldView-3 yang

memiliki kualitas resolusi yang semakin canggih dan cakupan spektrum yang

semakin lengkap, sehingga sangat bermanfaat bagi analisis permukaan bumi dengan

sangat detail.

Berikut adalah manfaat Pengindraan Jauh di dalam beberapa bidang:

Bidang Meteorologi dan Klimatologi

Membantu analisis cuaca dengan menentukan daerah tekanan rendah dan

daerah bertekanan tinggi, daerah hujan, dan badai siklon.

Mengetahui sistem atau pola angin permukaan.

Permodelan meteorologi dan data klimatologi.

Untuk pengamatan iklim suatu daerah melalui pengamatan tingkat kewarnaan

dan kandungan air di udara.

Bidang Geologi

Menentukan struktur geologi dan macamnya.

Pemantauan daerah bencana (gempa, kebakaran) dan pemantauan debu

vulkanik.

Pemantauan distribusi sumber daya alam.

Pemantauan pencemaran laut dan lapisan minyak di laut.

Pemanfaatan di bidang pertahanan dan militer.

Pemantauan permukaan, di samping pemotretan dengan pesawat terbang dan

aplikasi sistem informasi geografi (SIG).

Bidang Kelautan

Pengamatan sifat fisis air laut.

Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut.

Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain.

Bidang Hidrologi

Pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS) dan konservasi sungai.

Pemetaan sungai dan studi sedimentasi sungai.

6

Page 7: Proposal KP BIG

Pemanfaatan luas daerah dan intensitas banjir.

Bidang Tata Ruang

Perencanaan wilayah untuk pemekaran (perencanaan pembangunan).

Perencanaan infrastruktur transportasi semisal jalan tol dan kereta api

Perencanan kawasan Industri

Bidang Kehutanan, Pertanian dan Perkebunan

Perencanaan pencetakan sawah dan pembuatan irigasi.

Inventarisir lahan-lahan pertanian dan perkebunan

Perencanaan pembukaan kawasan hutan baru

Inventarisir hutan-hutan produksi

Bidang Oseanografi

Pengamatan sifat fisis air seperti suhu, warna, kadar garam dan arus laut.

Pengamatan pasang srut dengan gelombang laut (tinggi, frekuensi, arah).

Mencari distribusi suhu permukaan.

Studi perubahan pasir pantai akibat erosi dan sedimentasi .

II.5 Koreksi Geometrik Citra

Geometrik merupakan posisi geografis yang berhubungan dengan distribusi

keruangan (spatial distribution). Geometrik memuat informasi data yang mengacu

bumi (geo-referenced data), baik posisi (system koordinat lintang dan bujur) maupun

informasi yang terkandung di dalamnya.

Menurut Mather (1987), koreksi geometrik adalah transformasi citra hasil

penginderaan jauh sehingga citra tersebut mempunyai sifat-sifat peta dalam bentuk,

skala dan proyeksi. Transforamasi geometrik yang paling mendasar adalah

penempatan kembali posisi pixel sedemikian rupa, sehingga pada citra digital yang

tertransformasi dapat dilihat gambaran objek dipermukaan bumi yang terekam sensor.

Pengubahan bentuk kerangka liputan dari bujur sangkar menjadi jajaran genjang

merupakan hasil transformasi ini. Tahap ini diterapkan pada citra digital mentah

7

Page 8: Proposal KP BIG

(langsung hasil perekaman satelit), dan merupakan koreksi kesalahan geometric

sistematik.

Geometrik cita penginderaan jauh mengalami pergeseran, karena orbit satelit

sangat tinggi dan medan pandangya kecil, maka terjadi distorsi geometric. Kesalahan

geometrik citra dapat tejadi karena posisi dan orbit maupun sikap sensor pada saat

satelit mengindera bumi, kelengkungan dan putaran bumi yang diindera. Akibat dari

kesalahan geometric ini maka posisi pixel dari data inderaja satelit tersebut sesuai

dengan posisi (lintang dan bujur) yang sebenarnya.

Kesalahan geometrik citra berdasarkan sumbernya kesalahan geometric pada

cita penginderaan jauh dapat dikelompokkan menjadi dua tipe kesalahan, yaitu

kesalahan internal (internal distorsion), dan kesalahan eksternal (external distorsion).

Kesalahan geometrik menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu

kesalahan sistematik dan kesalahan random. Kesalahan sistematik merupakan

kesalahan yang dapat diperkirakan sebelumnya, dan besar kesalahannya pada

umumnya konstan, oleh karena itu dapat dibuat perangkat lunak koreksi geometrik

secara sitematik. Kesalahan geometri yang bersifat random (acak) tidak dapat

diperkirakan terjadinya, maka koreksinya harus ada data referensi tambahan yang

diketahui. Koreksi geometrik yang biasa dilakukan adalah koreksi geometrik sistemik

dan koreksi geometrik presisi.

Kesalahan geometrik internal disebabkan oleh konfigurasi sensornya, akibat

pembelokan arah penyinaran menyebabkan distorsi panoramic (look angle), yang

terjadi saat cermin scan melakukan penyiaman (scanning). Besarnya sudut

pengamatan (field of view) satelit pada proses penyiaman akan mengakibatkan

perubahan luas cakupan objek. Distorsi panoramic sangat besar pengaruhnya pada

sensor satelit resolusi rendah seperti rendah NOAA-AVHRR dan MODIS, namun

citra resolusi tinggi seperti Landsat, SPOT, IKONOS, Quickbird, dan ALOS bebas

dari distorsi panoramic, karena orbitnya yang tinggi dengan medan pandang kecil

hampir tidak terjadi pergeseran letak oleh relief pada data satelit tersebut. Distorsi

yang disebabkan perubahan atau pembelokan arah penyiaman bersifat sistematik,

8

Page 9: Proposal KP BIG

dapat dikoreksi secara sistematik. Kesalahan geometric menyebabkan perubahan

bentuk citra.

Koreksi geometric dilakukan sesuai dengan jenis atau penyebab kesalahannya,

yaitu kesalahan sistematik dan kesalahan random, dengan sifat distorsi geometric

pada citra. Koreksi geometrik mempunyai tiga tujuan, yaitu:

1.    Melakukan rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar koordinat

citra sesuai dengan koordinat geografis.

2.    Meregistrasi (mencocokan) posisi citra dengan citra lain yang sudah terkoreksi

(image to image rectification) atau mentransformasikan system koordinat citra

multispectral dan multi temporal.

3.    Meregistrasi citra ke peta atau transformasi system koordinat citra ke koordinat peta

(image to map rectification), sehingga menghasilkan citra dengan system proyeksi

tertentu.

Koreksi geometrik yang biasa dilakukan adalah koreksi geometrik sistematik

dan koreksi geometric presisi. Masing-masing sebagai berikut.

1.    Koreksi geometrik sistematik melakukan koreksi geometrik dengan menggunakan

informasi karakteristik sensor yaitu orientasi internal (internal orientation) berisi

informasi panjang focus system optiknya dan koordinat titik utama (primary point)

dalam bidang citra (image space) sedangkan distorsi lensa dan difraksi atmosfer

dianggap kecil pada sensor inderaja satelit, serta orientasi eksternal (external

orientation) berisi koordinat titik utama pada bidang bumi (ground space) serta tiga

sudut relative antara bidang citra dan bidang bumi.

2.    Koreksi geometrik presisi pada dasarnya adalah meningkatkan ketelitian geometric

dengan menggunakan titik kendali / control tanah (Ground Control Point biasa

disingkat GCP). GCP dimaksud adalah titik yang diketahui koordinatnya secara tepat

dan dapat terlihat pada citra inderaja satelit seperti perempatan jalan dan lain-lain.

9

Page 10: Proposal KP BIG

Koreksi geometrik citra dapat dilakukan dalam empat tahap yang mencakup

sebagai berikut:

1.    Memilih metode setelah mengetahui karakteristik kesalahan geometrik dan

tersedianya data referensi. Pemilihan metode tergantung pada jenis data (resolusi

spasial), dan jenis kesalahan geometric (skew, yaw, roll, pitch) data.

2.  Penentuan parameter yang tidak diketahui didefinisikan dari persamaan matematika

antara system koordinat citra dan system koordinat geografis, untuk menentukan

menggunakan parameter kalibarasi data atau titik control tanah.

3. Cek akurasi dengan verifikasi atau validasi sesuai dengan criteria, metode, dan data

citra, maka perlu dicari solusinya agar diperoleh tingkat ketelitian yang lebih baik.

Solusinya dapat dilakukan dengan menggunakan metode lain, atau bila data referensi

yang digunakan tidak akurat atau perlu diganti.

Gambar 2.1 Diagram Metode Pengkoreksian Citra

4.  Interpolasi dan resampling untuk mendapatkan citra geocoded presisi (akurat).

Beberapa pilihan Geocoding Type yang sudah tersedia pada perangkat lunak, seperti

10

Page 11: Proposal KP BIG

Tryangulation, Polynomial, Orthorectify using ground control poinr, Orthorectify

using exterior orientation, Map to map projection, Point registration, Rotation.

Kegunaan setiap tipe geocoding adalah (a) Tryangulation untuk koreksi geometric

data yang mengalami banyak pergeseran skew dan yawa, atau data yang tidak sama

ukuran pixelnya pada satu set data. (b) Polynomial untuk koreksi geometrik data citra

yang mengalami pergeseran linear, ukuran pixel sama dalam satu set data resolusi

spasial tinggi dan rendah. (c) Orthorectify untuk mengoreksi citra secara geometris,

berdasarkan ketinggian geografisnya. Koreksi geometrik jika tidak menggunakan

Orthorectify, maka puncak gunung akan bergeser letaknya dari posisi sebenarnya,

walaupun sudah dikoreksi secara geometerik. (d) Rotation untuk koreksi geometrik

citra karena terjadi pergeseran citra yang terputar, baik searah jarum jam maupun

sebaliknya.

Teknik koreksi geometrik triangulasi dilakukan koreksi secara linear dalam

setiap segitiga yang dibentuk oleh tiga GCP dan daerah yang mempunyai kesalahan

geometric besar diberikan GCP lebih banyak. Persyaratan pengambilan titik di

lapangan adalah (a) teridentifikasi jelas pada citra satelit, (b) wilayah harus terbuka

agar tidak terjadi multipath, (c) permukaan tanah stabil, tidak pada daerah yang

sedang atau akan dibangun, (d) Lokasi pengukuran aman dan tidak ada gangguan

II.6 Pengukuran Titik Kontrol Tanah (GCP)

Untuk keperluan proses orthorektifikasi citra, diperlukan titik-titik kontrol

yang akan mengikatkan citra terhadap posisi sebenarnya di permukaan bumi.

Pengadaan titik kontrol dilakukan dengan pengamatan GPS pada titik-titik yang

mudah diidentifikasi pada citra dan di lapangan dan terdistribusi secara merata di

seluruh wilayah pemetaan. Titik-titik pengamatan GPS ini dalam penerapannya pada

pengolahan citra, bisa bertindak sebagai titik kontrol atau check point.

Seperti telah disampaikan dalam Bab Apresiasi dan inovasi, dalam pelaksanaannya

survey GPS bisa dilakukan dalam dua metode, yaitu:

1. Pengukuran Kerangka Dasar

11

Page 12: Proposal KP BIG

2. Pengukuran Detail Titik Kontrol

Pengukuran Kerangka Dasar adalah sebagai pengukuran jaring kerangka ikat titik

kontrol GPS yang terdistribusi merata untuk seluruh areal pemetaan dengan jarak

antar titik berkisar 3 – 4 km, diukur dengan metode statik. Sedangkan pengukuran

detail titik kontrol adalah pengukuran titik-titik kontrol GPS yang merupakan turunan

dari titik kerangka dasar sebagai titik perapatan atau tambahan. Titik ini akan diukur

berdasarkan acuan titik kerangka dasar dengan metode statik singkat.

Dalam rangka pengukuran GPS ini, akan didirikan bench mark (BM) GPS yang

akan di fungsikan sebagai titik sekutu maupun control point (CP) dalam proses

transformasi di dalam proses rektifikasi dan orthorektifikasi. Titik-titik tersebut akan

didirikan sedemikian rupa sehingga memiliki penyebaran yang merata pada wilayah

survey.  Bench Mark (BM) sebagai tanda titik pengamatan (GCP) akan dibuat secara

semi permanen berupa tugu paralon yang dicor semen dengan ukuran diameter

tertentu.

Gambar 2.2 GCP

12

Page 13: Proposal KP BIG

III. BERIKUT ADALAH METODE PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

PERSIAPAN

PENGUMPULAN DATA

KOREKSI GEOMETRI

DATA CITRA PETA RBI

DIGITASI

PENGUKURAN GCP

DATA PENGUKUAN

RMSE ≤ 1 PIXSEL

NO

CITRA TERKOREKSI OVERLAY

ANALISIS BENCANA

BANJIR

PENYAJIAN HASIL

13

Page 14: Proposal KP BIG

Penjelasan Diagram Alir 1 :

1. Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam melakukan sesuatu

kegiatan. Seperti mempersiapkan proposal, menghubungi ke pihak

BIG.

2. Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data adalah kita mempersiapkan data apa saja

yang akan kita gunakan yaitu Citra LANDSAT, Peta Rupa Bumi

Indonesia.

3. Pengukuran GCP (Titik Kontrol Tanah)

Titik kontrol tanah diperlukan untuk menghindari kesalahan

pembacaan data citra, sehingga diperlukan GCP agar memperoleh

ketepatan maksimal dalam proses koreksi Geometrik.

4. Data Pengukuran GCP

Data titik control tanah yang digunakan sebagai acuan untuk

memperoleh ketepatan dalam proses koreksi geometrik.

5. Digitasi Peta

Digitasi Peta adalah salah satu pemrosesan data yang harus dilakukan

untuk nantinya dilakukan Overlay.

6. Koreksi Geometrik

koreksi geometrik adalah transformasi citra hasil penginderaan jauh sehingga

citra tersebut mempunyai sifat-sifat peta dalam bentuk, skala dan proyeksi

Tujuan dari koreksi geometrik adalah untuk memperbaiki distorsi

geometrik dengan meletakkan elemen citra pada posisi planimetrik (x

dan y) yang seharusnya, sehingga citra mempunyai kenampakan yang

lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya di permukaan bumi sehingga

dapat digunakan sebagai peta.

Ada hal yang menjadi kenapa citra perlu dilakukan koreksi geometrik :

Citra hasil penginderaan jauh mengalami distorsi geometrik.

14

Page 15: Proposal KP BIG

Citra hasil penginderaan jauh mengalami kesalahan digital

number sebagai dampak dari gangguan atmosfir.

Banyaknya gangguan (noise) pada gambar seperti striping,

bad line, line drop dan salt snd paper yang dikarenakan

keterbatasan pencitraan, seperti adanya gangguan signal

digitazition ataupun kerusakan pada satelit.

Dalam koreksi Geometrik, dilakukan koreksi pada masing-masing

pixel pada citra yang sudah ada koordinatnya, oleh karena itu

diperlukan GCP (Ground Control Point). GCP merupakan pasangan-

pasangan titik pada citra awal (belum terkoreksi) dan referensi (peta,

citra terkoreksi) untuk memperbaiki distorsi sistemik pada citra awal.

7. RMSE (Root Mean Square Error)

Perhitungan Root Mean Square diperlukan untuk menganalisis hasil

pengukuran apakah masuk dalam ketentuan atau tidak, jika ternyata

hasilnya tidak masuk dalam ketentuan maka akan dilakukan koreksi

geometrik lagi.

8. Citra Terkoreksi

Citra Terkoreksi adalah citra yang sudah melewati proses Koreksi

Geometrik dan juga memperoleh RMSE sesuai ketentuan.

9. Overlay.

Tahap Overlay adalah tahap dimana kita melakukan penyatuan data

antara Citra terkoreksi dan Digitasi Peta

10. Analisis wilayah bencana banjir

Analisis wilayah bencana adalah proses analisa wilayah bencana

menggunakan hasil Overlay.

11. Penyajian Hasil

15

Page 16: Proposal KP BIG

IV. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

4.1 Waktu Pelaksanaan

Berdasarkan Kalender akademik Institut Teknologi Nasional Malang

Semester Genap tahun ajaran 2016/2017, maka calon peserta

mengusulkan untuk melaksanakan Kerja Praktek selama satu bulan mulai

awal bulan Maret . Oleh karena itu, kerja praktek ini diusulkan akan

dilaksanakan mulai tanggal 15 Juli 2016 sampai dengan 15 September

2016.

4.2 Tempat Pelaksanaan

Kerja Praktek akan dilaksanakan di :

Nama Lembaga : Badan Informasi Geospasial.

Alamat : Jl. Raya Jakarta-Bogor 46 Cibinong 16911

Pasar Rebo, Jakarta 13710

Telpon/Fax : (021)87901255 / (021) 87901255

Bagian : Diserahkan kepada pihak Pusat Teknologi dan Data

Penginderaan Jauh / Pusat Pemanfaatan

Penginderaan Jauh.

V. Jadwal Kegiatan

Tahap Pelaksanaan Kerja Praktek

1. Pelaksanaan Kerja Praktek akan dibagi dalam beberapa tahapan kegiatan

antara lain:

a. Pembuatan proposal Kerja Praktek.

b. Pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek di lapangan.

c. Pembuatan laporan Kerja Praktek beserta bimbingan laporan.

2. Pada pelaksanaan Kerja Praktek di lapangan, pihak BIG Deputi Pusat

Teknologi dan Data Penginderaan Jauh / Pusat Pemanfaatan Penginderaan

Jauh mempunyai wewenang penuh terhadap proses pendidikan mahasiswa,

terutama penyerapan pengetahuan aplikatif di Instansi terkait.

16

Page 17: Proposal KP BIG

3. Setelah Kerja Praktek di lapangan selesai, mahasiswa wajib membuat

laporan Kerja Praktek yang dibimbing oleh dosen pembimbing Kerja

Praktek.

Berikut ini tabel perencanaan Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek sebagai

pertimbangan untuk pelaksanaan Kerja Praktek di BIG Pusat Teknologi dan

Data Penginderaan Jauh / Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh.

Rencana Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek :

Jenis Kegiatan Bulan Agustus Bulan SeptemberMinggu Minggu

I II III IV V VI VII VIIIOrientasi Lingkungan Kerja

Pengumpulan Data dan Pengolahan Citra

Analisis Citra

Kesimpulan dan Pembuatan Laporan

Semua jadwal perencanaan yang dibuat hanya berupa usulan dan masih

bersifat sementara. Semua keputusan diserahkan pada kebijakan dari pihak

Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh / Pusat Pemanfaatan

Penginderaan Jauh. Namun besar harapan apabila usulan jadwal ini dapat

dipertimbangkan.

17

Page 18: Proposal KP BIG

VI. Penutup

Demikian proposal ini dibuat sebenar-benarnya dengan harapan dapat

memberikan gambaran singkat dan jelas tentang maksud dan tujuan

diadakannya Kerja Praktek di Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh /

Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh. Kesempatan yang diberikan oleh pihak

Badan Informasi Geospasial (BIG), dalam hal ini Pusat Teknologi dan Data

Penginderaan Jauh / Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh tentu saja akan kami

manfaatkan seoptimal mungkin dan hasilnya akan kami susun dalam bentuk

laporan. Besar harapan kami, agar dapat melaksanakan Kerja Praktek di Pusat

Teknologi dan Data Penginderaan Jauh / Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh.

Semoga akan selalu terjalin kerja sama yang baik dan saling menguntungkan

antar lembaga Perguruan Tinggi dalam hal ini Institut Teknologi Nasional

Malang dengan pihak Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh / Pusat

Pemanfaatan Penginderaan Jauh.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan

petunjuk-Nya kepada kita semua. Atas kesediaan dan kesempatan yang

diberikan, kami ucapkan terima kasih.

18

Page 19: Proposal KP BIG

BIODATA PENYUSUN PROPOSAL

Nama : Jener Yezer Taloim

NIM : 13.25.072

Jurusan : Teknik Geodesi, ITN – Malang – Jawa Timur

TTL : Soe, 09 Juni 1995

Umur : 20 Tahun

Status : Mahasiswa

Semester : 6

Agama : Kristen Protestand

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat Asal : Jalan Cucokrowo – Soe - Nusa Tenggara Timur

Alamat Sekarang : Jalan Candi Blok 2 C No. 548, Malang - Jawa Timur

Email : [email protected]

Nomor ponsel : 085 253 862 381

Latar Belakang Pendidikan

SD : 2002 – 2007, SD Inpres Nunumeu - TTS- NTT

SMP : 2007 – 2010, SMP Negeri 2 Soe- TTS- NTT

SMA : 2010 – 2013, SMA Kristen 1 Soe- TTS- NTT

19

3 x 4

Page 20: Proposal KP BIG

DAFTAR PUSTAKA

Petunjuk Praktikum Pemrosesan Citra Digital. 2013. Prodi Penginderaan Jauh Fakultas

Teknik Geodesi Institut Teknologi Nasional Malang.

Purwadhi Sri Hardiyanti, Sanjoto Tjaturahono. 2009. Pengantar Interpretasi Citra

Penginderaan Jauh. Semarang. Pusat Data Penginderaan Jauh LAPAN dan Jurusan Geografi

UNS.

20