Download - Proposal

Transcript

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangUndang-undang kesehatan No. 38 Tahun 2009 menjelaskan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Depkes, 2009).Peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tersebut dapat dicapai salah satunya dengan cara penurunan angka morbiditas dan mortalitas. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan upaya kesehatan adalah kematian akibat penyakit diare (Depkes, 2001).Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Pada neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan untuk bayi berumur 1 bulan dan anak, bila frekuensi BAB sudah lebih dari 3 kali (Hasan, 2005).Berdasarkan data kesehatan dunia WHO tahun 2009 menyatakan bahwa diare merupakan penyakit yang mematikan balita nomor dua didunia. Data UNICEF melaporkan bahwa 1,5 juta anak meninggal setiap tahunnya karena diare. Di Indonesiadiare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi dan balita dan nomor empat pada golongan semua umur (Kemenkes, 2012).Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB (Kejadian Luar Biasa) yang sering disertai dengan kematian. Selain sebagai penyebab kematian angka kesakitan penyakit diare masih cukup tinggi. Pada tahun 2010 terjadi KLB Diare di 26 lokasi yang tersebar di 11 Propinsi di Indonesia dan pada tahun 2011 terjadi 15 propinsi yang terkena KLB diare (Kemenkes, 2012).Data penemuan kasus diare di Propinsi Jambi ada tahun 2011 dari 9.739.163 kasus di Indonesia, perkiraan kasus diare di Jambi sebanyak 121.771 kasus. Dengan angka 63.803 (52,4%) kasus diare ditangani di fasilitas kesehatan (Kemenkes, 2012).Berdasarkan data Profil Propinsi Jambi tahun (2012) kasus diare di Propinsi Jambi yang ditangani pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:Tabel 1.1Kasus Diare Yang Ditangani di Kabupaten/Kota Propinsi Jambi Tahun 2011NoKabupaten/KotaJumlah PuskesmasJumlah PendudukPerkiraan KasusDiare Ditangani% Kasus ditangani

1Kerinci18235.2519.9514.05740,77

2Merangin19341.56314.44811.79881,66

3Sarolangun12252.42110.6775.85454,83

4Batang Hari16247.38610.4648.88584,91

5Muaro Jambi18351.55314.8718.47657,00

6Tanjab Timur17210.4208.9014.31648,49

7Tanjab Barat16285.73112.0867.46561,77

8Tebo14305.20212.9107.65559,30

9Bungo18310.73713.1447.12354,19

10Kota Jambi20545.12423.06214.23661,73

11Kota Sei Penuh684.3573.5683.11087,16

1743.169.814134.08382.97561,88

Sumber : Laporan Bidang P2PL dan Profil Kesehatan Kabupaten Kota (2012)Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa jumlah kasus diare terbanyak adalah pada Kota Jambi yakni 23.064 kasus, sedangkan Tanjung Jabung Timur perkiraan kasus hanya 8.901 kasus. Namun dari data diare yang ditangani Kabupaten Tanjung Jabung Timur hanya 48,49 % kasus yang tertangani atau sebanyak 4.316 kasus.Distribusi penyakit diare pada kabupaten Tanjung Jabung Timur menurut laporan P2M Puskesmas Tahun 2010 sebanyak 4.349 kasus, meningkat pada tahun 2011 sebanyak 5.644 kasus dan pada tahun 2012 terjadi 5.437 kasus. Dan penemuan kasus diare di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut:Tabel 1.2Penemuan Kasus Diare Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2012NoPuskesmasJumlah PendudukJumlah KasusPersen

1Sabak Timur15.2153602,4 %

2Kampung Laut14.6382161,5 %

3Lambur15.5763162,0 %

4Simbur Naik7.985771,0 %

5Dendang15.6564402,8 %

6Simpang Pandan16.9646754,0 %

7Mendahara20.1482991,5 %

8Pangkal Duri4.661992,1 %

9Nipah Panjang19.9434192,1 %

10Rantau Rasau5.5283556,4 %

11Sungai tering22.8544902,1 %

12Sungai Lokan3.549591,7 %

13Sungai Jambat4.4771713,8 %

14Air Hitam Laut4.394992,3 %

15Sabak Barat 12.1174663,8 %

16Simpang Tuan14.1944503,2 %

17Berbak9.7154464,6 %

JUMLAH207.6345.4372,6 %

Sumber: Dinas Kesehatan Tanjung Jabung Timur, 2013

Berdasarkan data pada tabel 1.2 diatas diketahui bahwa jumlah kasus diare terbanyak ditemukan pada wilayah kerja Puskesmas Rantau Rasau yakni 355 (6,4%) kemudian diikuti oleh wiayah kerja Puskesmas Berbak sebanyak 446 (4,6%) kasus.Keadaan diare yang berkepanjangan akan mengakibatkan gangguan sirkulasi, gangguan asam basa, hipoglikemia, gangguan gizi karena berkurangnya asupan makanan dan dehidrasi. Dimana dehidrasi merupakan penyebab paling utama pada penderita diare (Widoyono, 2008).Menurut Widoyono (2008) Banyak faktor yang dapat mempengaruhi diare seperti faktor lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan masyrakat, Gizi, dan keadaan sosiodemografi. Faktor lingkungan dapat berupa sarana air bersih dan keadaan jamban. Sedangkan faktor sosiodemografi yakni kependudukan, pendidikan dan keadaan sosial ekonomi.Penyakit diare yang disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri menularkan penyakit dengan mekanisme melalui air yang merupakan media penularan utama, kemudian dapat juga melalui infeksi tinja. Faktor yang meningkatkan resiko kejadian diare adalah pada bayi yang tidak diberi ASI ekslusif, memberikan susu formula dalam botol kepada bayi, menyimpan makanan dalam suhu kamar dan tidak mencuci tangan (Widoyono, 2008).Survey awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada 12 14 Agustus 2013 didapatkan bahwa dari 10 keluarga yang ditemui dirumahnya 6 diantaranya mengatakan bahwa sumber air minum diambil dari sumur dan tempat penyimpanan air yang tidak ditutup. Dan 4 keluarga lainnya yang diobservasi keadaan jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan.Berdasarkan pada uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang analisis faktor lingkungan dan faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2013.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan pada latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan dan faktor sosiodemografi dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan faktor lingkungan dan faktro sosiodemografi dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas BerbakKabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2013.2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui gambaran faktor lingkungan (sarana air bersih, keadaan rumah dan sanitasi keluarga) dan sosial (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan sosial ekonomi) di wilayah kerja Puskesmas Berbak kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2013.b. Untuk mengetahui gambaran kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Berbak kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2013.c. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Berbak kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2013.d. Untuk mengetahui hubungan faktor sosial dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Berbak kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian1. Bagi Dinas Kesehatan Tanjung Jabung TimurMenjadi sumber informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare di kabupaten Tanjung Jabung Timur, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan dan penanggulangan diare serta bekerja sama dengan pihak lintas sektoral lainnya.2. Bagi Puskesmas BerbakDapat menjadi informasi dalam penanggulangan kejadian diare dan dapat melakukan upaya pencegahan kasus diare.3. Bagi Peneliti LainDapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian diare selanjutnya, dengan variabel dan tempat yang berbeda.

E. Ruang Lingkung PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen (faktor lingkungan dan sosial) dengan variabel dependen (kejadian diare). Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas BerbakKabupaten Tanjung Jabung Timur. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita Diare yang melakukan kunjungan perawatan di Puskesmas Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan sampel dalam penelitian ini adalah orang tua anak yang mengalami diare. Tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Random Sampling. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dan instrument yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.Hasil penelitian ini dianalisis secara univariat dan bivariat. Penelitian ini akan dilakukan pada Oktober 2013.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diare1. Pengertian DiareDiare menurut Hippocrates dalam Hasan (2005) mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cari. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi BAB sudah lebih dari 4 kali, sedangkan bayi dan anak bila frekuensi diare lebih dari 3 kali.Sedangkan Mansjoer (2008) menjelaskan diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari tujuh hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam). Dimana diare dibedakan menjadi dua yakni diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (>2 Minggu) (Widoyono, 2008).

2. Penyebab DiareMenurut Hasan (2005) penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yakni:a. Faktor Infeksi1) Infeksi Enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral meliputi:a) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.b) Infeksi Virus : Enterovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lainnya.c) Infeksi Paradit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolitica, giardia lamblia, Tricomonas Hominis), Jamur (Candidia, Albicans) (Mansjoe, 2008).2) Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti otitis media akut, tonsilofaringitis, bronkopneumonia dan ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat pada anak dibawah 2 tahun (Hasan, 2005).b. Faktor Malabsorbsi1) Malabsorbsi Karbohidrat2) Malabsorbsi Lemak3) Malabsorbsi Protein (Mansjoer, 2008).c. Faktor Makanan : makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanand. Imunodefisiensie. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas (Hasan, 2005).

3. Patogenesis DiareMenurut Suraatmaja (2010) perjalanan penyakit diare dapat terbagi atas:a. Diare akut1) Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan2) Berkembangbiaknya mikroorganisme tersebut setelah berhasil melewati asam lambung3) Dibentuknya toksin (endotoksin) oleh mikroorganisme4) Adanya rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan sekresi cairan usus mengakibatkan terjadinya diare.b. Diare Kronik1) Infeksi BakteriMisalnya ETCT (Entero Toxigenic E Coli) yang sudah resisten terhadap obat. Juga diare kronik dapat terjadi kalau ada pertumbuhan bakteri berlipat ganda (over growth) dari bakteri non patogen.2) Infeksi Parasit3) Kekurangan Kalori Protein (KKP)Pada penderita KKP terdapat atropi semua organ termasuk atrofi mukosa usus halus, mukosa lambung, hepar dan pankreas. Akibatnya terjadi defisiensi enzim yang dikeluarkan organ-organ tersebut, yang mengakibatkan makanan tidak dapat dicerna dan diarbsorbsi dengan sempurna. Makanan yang tidak diarbsorbsi tersebut akan menyebabkan tekanan osmotik koloid didalam lumen usus meningkat yang meangakibatkan tekanan diare osmotik.

4) Gangguan ImunologikUsus merupakan organ utama dari daya tahan tubuh. Defisiensi dari SigA dan CMI akan menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan infestasi parasit dalam usus. Selanjutnya bakteri akan berkembang biak dalam usus sehingga akan mengakibatkan diare kronik dan malabsorbsi makanan.

4. Gejala Klinis DiareMenurut Widoyono (2008) beberapa tanda dan gejala pada penderita diare adalah:a. Gejala Umum1) Berak cair atau lembek dan sering2) Muntah3) Demam4) Gejala dehidrasi seperti mata cekung, elastisitas kulit menurun, apatis bahkan gelisab. Gejala Spesifik1) Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis2) Disentriform : tinja berlendir dan berdarahGambaran klinis penyakit diare berdasarkan derajat dehidrasinya menurut WHO dalam Maryunani (2010) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1Gambaran Klinis Diare berdasarkan Derajat dehidrasi KategoriTanpa DehidrasiDehidrasi Ringan-SedangDehidrasi Berat

1. Menyatakan Diare Muntah

Haus

Buang air kecil < 4x sehari Tidak ada/sedikit Tidak ada

Normal 4-10x sehari Ada hanya beberapa kali Sedikit warna kuning tua > 10 x sehari Sering

Banyak/tidak dapat minum Anuria selama 6 jam

2. Inspeksi Keadaan umum Air mata Mata Bibir, lidah nafas baik

ada normal basah normal lemah, gelisah

tidak ada cekung kering cepat lunglai, tidak sadar tidak ada sangat cekung sangat kering sangat cepat

3. Palpasi Kulit Nadi Ubun-ubun Normal < 120 x/menit normal kurang kenyal cepat 120-140 cekung sangat kurang > 140 x/menit Sangat cekung

4. Berat BadanTetapTurun 25 100gr/kbBBTurun > 100 gr/ KgBB

5. Taksiran Kehilangan CairanTidak ada40 90 ml/KgBB100 110 ml/KgBB

5. Pemeriksaan Laboratorium Menurut Hasan (2002) menjelaskan beberapa pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penderita diare adalah:a. Pemeriksaan tinja1) Makroskopis dan mikroskopis2) pH dan kadar gula dalam tinja3) Pemeriksaan biakan dan uji resistensib. Pemeriksaan Gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUPc. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjald. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serume. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite secara kulitatif dan kuantitatif.

6. Komplikasi DiareSebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti:a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik)b. Renjatan hipovolemikc. Hipokalemiad. Hipoglikemiae. Intoleransi laktosa sekunder. Sebagai akibat defisiensi enzim lactasef. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonikg. Malnutrisi energy protein (Hasan, 2002).7. Penularan DiarePenyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virusa dan bakteri. Widoyono (2005) menjelaskan penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan mekanisme berikut ini:a. Melalui air yang merupakan media penularan utamaDiare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai kerumah, atau tercemar pada saat disimpan dirumah. Pencemaran dirumah dapat terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.b. Melalui tinja terinfeksiTinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.c. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diare1) Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI ekslusif lagi. Hal ini akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap infeksi.2) Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi. Pemakaian botol akan meningkatkan pencemaran kuman, dan susu akan terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan segera berkembang jika susu tidak segera diminum.3) Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondoso tersebut akan menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan peralatan makan yang merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan mikroba.4) Tidak mencuci tangan pada saat memesak, makan atau sesudah membuang air besar (BAB) akan memungkinkan terkontaminasi langsung (Widoyono, 2005).

8. Pengobatan DiareHasan (2002) menjelaskan dasar pengobatan diare ada dua cara yakni:a. Pemberian CairanPemberian cairan ditujukan untuk menghindari terjadinya dehidrasi lebih lanjut.Hal ini diberikan dengan melihat derajat dehidrasi yang terjadi.1) Tanpa DehidrasiPada keadaan ini buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret.Anak yang mengalami kondisi inimasih lincah dan mau makan minum seperti biasa. Pengobatan bias dilakukan dirumah oleh ibu dengan memberikan seperti air kelapa, larutan gula garam, air tajin, air the maupun oralit. Ada tiga cara memberikan cairan pada anak dirumah yaitu dengan memberikan anak lebih banyak cairan, memberikan makanan terus menerus dan membawa ke petugas kesehatan jika anak tidak embaik dalam tiga hari (Widoyono, 2005). 2) Dehidrasi RinganKeadaan ini ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, pada jam pertma berikan oralit 25-50 ml/kgbb peroral atau 300ml pada usia dibawah 1 tahun, 600 ml pada usia 1-4 tahun dan 1200 ml pada usia diatas 4 tahun. Selanjutnya diberikan 125 ml/kgbb/hari yakni sekitar 100 ml pada usia dibawah 1 tahun, 200 ml pada usia 1 4 tahun dan 400 ml pada usia diatas 4 tahun (Widoyono, 2005).3) Dehidrasi SedangKeadaan berkurangnya cairan tubuh 6 10 % dari berat badan. Penanganannya hamper sama dengan dehidrasi ringan hanya saja pada jam pertama diberikan 50 100 ml/kgbb peroral selanjutnya diberikan 125 ml/kgbb perhari (Hasan, 2002).4) Dehidrasi BeratDehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali dan disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.Diare ini diatasi dengan membawa penderita ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan terapi cairan RL (Widoyono, 2005).Sedangkan menurut Hasan (2002) penanganan diare berat berdasarkan usia adalaha) usia 1 bulan sampai 2 tahun dengan berat badan 3 10 Kg pada jam pertama diberikan cairan 40 ml/kgbb/jam atau sama dengan 10 tetes/kgbb/menit (infus mikro). Dilanjutkan 7 jam kemudia dengan memberikan 12 ml/kgbb/menit atau 4 tetes/menit (Infus mikro). Selanjutnya untuk 16 jam berikutnya diberikan 125 ml/kgbb oralit peroral. Bila anak tidak mau minum deriskan dengan terapi intravena 2 tetes/kgbb/menit.b) Usia 2 5 tahun dengan berat 10 15 Kgpada jam pertama diberikan cairan 30 ml/kgbb/jam atau sama dengan 8 tetes/kgbb/menit (infus mikro). Dilanjutkan 7 jam kemudia dengan memberikan 10 ml/kgbb/menit atau 3 tetes/menit (infus mikro). Selanjutnya untuk 16 jam berikutnya diberikan 125 ml/kgbb oralit peroral. Bila anak tidak mau minum deriskan dengan terapi intravena 2 tetes/kgbb/menit.c) Usia 5 10 tahun dengan berat 15 25 Kgpada jam pertama diberikan cairan 20 ml/kgbb/jam atau sama dengan 5 tetes/kgbb/menit (infus mikro). Dilanjutkan 7 jam kemudia dengan memberikan 10 ml/kgbb/menit atau 2 tetes/menit (Infus mikro). Selanjutnya untuk 16 jam berikutnya diberikan 105 ml/kgbb oralit peroral. Bila anak tidak mau minum deriskan dengan terapi intravena 1 tetes/kgbb/menitb. DietetikPemberian makan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan.Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan. Untuk bayi ASI tetap diberikan, jika tidak mengkonsumsi ASI lagi maka susu formula dapat diteruskan (Widoyono, 2005).c. Obat-obatanPrinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang dengan cairan elektrolit dan glukosa. Hasan (2002) menjelaskan sebagai berikut:1) Obat Anti sekresiAsetosal dengan dosis 25 mg/tahun dengan dosisi minimum 30 mg dan Klorpromazin dengan dosis 0,5 1 mg/kgbb/hari.2) Obat Anti SpasmolitikPada umumnya anti spasmolitik seperti papaverine, ekstrak beladona, opium, laperamid dan sebagainya tidak diperlukan pada penanganan diare akut.3) Obat pengeras tinjaObat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal dan sebagainya tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare.4) AntibiotikAntibiotic tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut, namun dapat digunakan jika penyebabnya jelas seperti kolera diberikan tetrasiklin 25-50mg/kgbb/hari atau campylobacter diberikan eritromisin 40 -50 mg/kgbb/hari.

9. Penatalaksanaan DiareHasan (2002) menjelaskan beberapa hal yang dilakukan dalam penatalaksanaan diare adalah:a. Rehidrasib. Antispasmodik, antilinergikc. Obat Antidiared. Antiemetike. Vitamin dan Mineral seperti vitamin B12, asam folat, vitamin A dan K, Preparat besi, zick dan lainnya.f. Obat ekstrak enzim pancreasg. Aluminium hidrosah. Fenotiazin dan Asam Nikotinat.

10. Pencegahan DiareMenurut Widoyono (2005) penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain:a. Menggunakan air bersihb. Memasak air sampai mendidihc. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, sesudah makan dan sesudah buang air besar (BAB)d. Memberikan ASI pada anak sampai berusia 2 tahune. Menggunakan jamban yang sehatf. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya DiareWidoyono (2005) menjelaskan beberapa factor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare, antara lain:1. Keadaan Lingkungan2. Perilaku Masyarakat3. Pelayanan Masyarakat4. Gizi5. Kependudukan6. Pendidikan 7. Keadaan Sosial Ekonomi

C. Faktor LingkunganKesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup kesehatan itu mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan limbah, rumah hewan ternak dan sebagainya (Notoatmodjo, 2011). Chandra (2005) menjelaskan lingkungan hidup pada manusia maupun makhluk hidup dapat digolongkan menjadi dua yakni lingkungan hidup internal yaitu proses fisiologis dan biokimia yang berlangsung dalam tubuh manusia pada saat tertentu juga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan keadaan yang terjadi diluar tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan lingkungan hidup eksternal adalah segala sesuatu yang berupa benda hidup atau mati, ruang energy, keadaan social ekonomi maupun buday yang dapat membawa pengaruh terhadap perikehidupan manusia.Adapun tujuan dan ruang lingkup lingkungan menurut Chandra (2005) secara khusus meliputi usaha-usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang diantaranya berupa:a. Penyediaan air bersih yang cukup untuk memenuhi syarat kesehatanb. Makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam skala besar untuk masyarakat luasc. Pencemaran udara akibat pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain yang menjadi penyebab perubahan ekosisitemd. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industry, rumah sakit dan lainnya.e. Control terhadap antropoda dan rodent yang menjadi vector penyakit dan cara memutuskan mata rantai penularan peny.akit.f. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatang. Kebisingan, radiasi dan kesehatan kerjah. Survey sanitasi untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi program kesehatan lingkungan

D. Faktor SosiodemografiNotoatmodjo (2010) menjelaskan ada beberapa aspek social yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah:1. UmurJika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya balita banyak yang menderita penyakit infeksi, seperti diare, ispa dan lainnya. Sedangkan pada golongan usia lanjut banyak yang menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung, kanker dan lainnya.2. Jenis KelaminDemikian juga ada perbedaan penyakit yang diderita berdasarkan golongan jenis kelamin, seperti wanita lebih banyak menderita kangker payudara dan laki-laki lebih banyak menderita kanker prostat.3. PekerjaanDisamping itu, ada hubungan antara pekerjaan dengan jenis penyakit.Petani banyak menderita cacing akibat kerja disawah, sedangkan buruh yang bekerja di industry misalnya pabrik tekstil banyak menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar debu.4. Sosial EkonomiKeadaan social ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit, misalnya angka kematian dari kalangan golongan ekonomi menengah lebih banyak dibandingkan dari mereka yang berstatus social ekonomi tinggi.Demikian pula obesitas banyak diderita dari golongan ekonomi tinggi sedangkan malnutrisi diderita dar golongan ekonomi rendah.

E. Kerangka TeoriBagan 2.1Kerangka Teori

Pengendalian Keadaan Lingkungan:PerumahanPembuangan kotoran manusiaPenyediaan air bersihPembuangan sampahPembuangan air limbahRumah hewan ternakSumber : Notoatmodjo (2011)

Diare Dipengaruhi Oleh:Keadaan LingkunganPerilaku MasyarakatPelayanan MasyarakatGiziKependudukanPendidikanSosialSumber : Widoyono (2008)

Diare

Aspek Sosial Yang Mempengaruhi Kesehatan:UmurJenis KelaminPekerjaanSosial ekonomiSumber : Notoatmodjo (2010)

Sumber :Widoyono (2008), Notoatmodjo (2010) dan Chandra (2005)

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka KonsepBerdasarkan Kerangka Teori pada Bab II, widoyono (2010) menjelaskan bahwa faktor Penyebab terjadinya diare antara lain keadaan lingkungan, Perilaku Masyarakat, Pelayanan Masyarakat, Gizi, Kependudukan, Pendidikan dan Sosial. Notoatmodo (2011) menjelaskan bahwa ruang lingkup kesehatan mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan limbah, rumah hewan ternak Sedangkan Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa aspek social yang dapat mempengaruhi status kesehatan diantaranya adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan dan social ekonomi.Sedangkan variable yang diambil dalam penelitian ini hanyalah pada factor lingkungan (sarana air bersih, keadaan rumah dan sanitas) dan factor social (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan social ekonomi).Kerangka konsep dalam penelitian ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikutGambar 3.1 Kerangka Konsep

Lingkungan Variabel Independent Variabel Dependent

Kejadian Diare

Sosial

24B. Definisi Operasional NoVariabelDefinisiCara ukurAlat ukurSkala ukurHasil ukur

1DependentKejadian DiareKeadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada balita, atau 3 kali padaanak dan dewasa dengan konsistensi encer dan di diagnosis mengalami diare oleh dokter dalam waktu 3 bulan terakhirWawancaraKuesionerOrdinal1. Mengalami Diare, jika BAB 3 kali 2. Tidak mengalami Diare, jika BAB < 3 kali

2IndependentFaktor LingkunganKeadaan sarana air bersih, kepadatan rumah dan keadaan sanitasi keluargaWawancaraKuesionerOrdinal1. Kurang Baik, jika Mean/median2. Baik, jika > mean/median

3Faktor SosialKarakteristik usia, jenis kelamin, Pekerjaan dan social ekonomi keluargaWawancaraKuesionerOrdinal1. Kurang Baik, jika skor mean/median2. Baik, jika skor> mean/ median

B. Hipotesis 1. Ada hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian Diare di Kabupaten Tanjung Jabung Timur2. Ada hubungan antara faktor sosialdengan kejadian diare di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

C. Desain PenelitianPenelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat observasional dengan rancangan penelitian Cross Sectional / potong lintang. Rancangan potong lintang (melihat sesaat ) mengumpulkan data dan peristiwa pada waktu yang sama, hanya diobservasi 1 kali saja. Pengumpulan ini dilaksanakan di rumah keluarga yang mengalami diare di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pendekatan ini dilakukan untuk melihat korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen Dengan demikian penelitian ini tidak dimaksud untuk mencari hubungan sebab akibat secara nyata dan langsung, tetapi melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan terikat.

D. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di rumah-rumah keluarga yang mengalami diare pada Bulan Oktober 2013.

E. Populasi dan Sampel1. Populasi PenelitianPopulasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang mengalami diare di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.2. Sampel Sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel penelitian ini adalah keluarga yang mengalami diare di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.Dimana besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Lameshow sebagai berikut :

n = keterangan :n = jumlah sampelN = jumlah populasiz = Nilai standar normal untuk = 0,05 (1,96)p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%q = 1- p (100% - p)d = presisi penelitian = 15 %

n = = 331,338 8,7004= 38,08308= 39Berdasarkan hasil diatas maka jumlah sampel sebesar 39 pasien yang menderita diare di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2013. Proses pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yakni pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat populasi.

F. Pengumpulan Data1. Instrumen Pengumpulan DataDalam pengumpilan data peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner dan pedoman observasi. Kuesioner digunakan untuk mengetahui faktor lingkungan (sarana air bersih, kepadatan hunian, dan dan pekerjaan). Dengan menggunakan kuesioner, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden untuk masing-masing variabel dan setiap jawaban akan diberi nilai sebagai berikut:

a. Variabel Kejadian DiarePada variabel ini jika ada anggota keluarga yang menderita diare dalam 3 bulan terakhir maka diberikan nilai 1. Jika tidak ada maka diberikan nilai 2.b. Variabel Faktor LingkunganPada variabel faktor lingkungan ada 15 pertanyaan. Bila keluarga menjawab Ya diberikan nilai 2. Bila keluarga menjawab tidak diberikan nilai 1.c. Variabel Faktor SosiodemografiPada variabel ini terdiri dari empat hal yakni usia, jenis kelamin, pekerjaan dan social ekonomi.1) Untuk usia jika yang menderita diare berusia neonatus (0 29 hari) diberikan nilai 1, jika berusia 1 bulan sampai 5 tahun diberikan nilai 2 dan jika diatas 5 tahun diberikan nilai 3.2) Untuk Jenis kelamin jika laki-laki diberikan nilai 1, jika perempuan diberikan nilai 2.3) Untuk pekerjaan jika bekerja diberikan nilai 1, dan jika tidak bekerja diberikan nilai24) Untuk social ekonomi terdiri dari 5 pertanyaan, jika keluarga menjawab benar diberikan nilai 2, jika keluarga menjawab salah diberikan nilai 1.

2. Uji Coba InstrumenSebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner untuk mengetahui apakah pertanyaan yang ada pada kuesioner tersebut valid dan reliabel. Uji coba instrumen dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

G. Teknik Analisa Data1. Pengolahan Data 0. Editing1. Memeriksa kelengkapan data yang tersedia yang meliputi semua pertanyaan yang telah diajukan agar dapat diketahui apakah pertanyaan telah lengkap atau belum beserta jawabannya.1. Memeriksa kesinambungan data yaitu memeriksa apakah ada keterangan yang senjang dan tidak bermakna antara satu sama lain.1. Memeriksa apakah semua pertanyaan sesuai dengan hasil yang diperoleh.1. Memeriksa apakah pertanyaan efektif jika diberikan kepada responden.0. CodingCoding adalah memberi kode terhadap alternatif jawaban yang sudah ada. Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar-benar telah melewati pengkodingan langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentry data kuesioner ke paket program komputer.0. Entry Data Setelah data diedit kemudian discoring dan dimasukkan kedalam kolom untuk ditabulasi.0. CleaningCleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry ke komputer.2. Analisa Data Analisa data ini digunakan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan (Notoadmodjo, 2012).a. Analisa UnivariatAnalisa univariat digunakan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabelyakni perawatan arthritis gout, persepsi dan dukungan keluarga.Dimana data tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui variasinya serta proporsi penyebarannya yang digunakan sebagai analisa selanjutnya.b. Analisa BivariatAnalisa bivariat dilakukan dengan menggunakan tabel silang antara variabel dependent dan indepandent, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel persepsi, dukungan keluarga dan perawatan arthiritis gout. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square atau uji kai kuadrat (X2). Dalam uji kai kuadrat. Jika p-value didapat < 0,05 maka Ha ditolak, berarti data sampel mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan) atau ada hubungan, jika nilai p-value 0,05 maka Ho diterima, berarti data sampel tidak mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan) atau tidak ada hubungan