Download - Problem Solving Cycle

Transcript

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahPerencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna. Untuk mendukung keberhasilan pembaharuan kebijakan pembangunan, telah disusun sistem kesehatan nasional yang baru yang mampu menjawab dan merespon berbagai tantangan pembangunan kesehatan masa kini maupun untuk masa mendatang. Penyelenggaraan sistem kesehatan dituangkan dalam berbagai program kesehatan melalui siklus perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta pertanggungjawaban secara sistematis, berjenjang dan berkelanjutan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-N) tahun 2004-2009, telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005. Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan Sumber Daya Manusia tercantum dalam Bab 28 RPJM-N, berisikan : masalah kesehatan yang dihadapi dan sasaran pembangunan kesehatan, kebijakan yang akan ditempuh, serta program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun sampai dengan tahun 2009. Keberhasilan suatu kegiatan, seberapa besarnya, sangat tergantung pada perencanaan yang seksama artinya merencanakan segala sesuatunya sebelum mulai, memikirkan tindakan secara terus-menerus, mengubah rencana apabila perlu, dan menilai seberapa efektif kegiatan yang akan dilakukan.Keseluruhan rangkaian kegiatan yang terdapat dalam proses merupakan suatu siklus. Siklus tersebut akan berlangsung terus menerus mengikuti urutan yang berulang sehingga disebut sebagai Siklus Pemecahan Masalah. Memecahkan masalah adalah pekerjaan yang memerlukan pemikiran logis. Karenanya, untuk memecahkan masalah diperlukan alur berfikir yang mudah di pahami, membutuhkan konsep yang jelas proses, fase-fase, dan konsepsi - konsepsinya. Meskipun model pemecahan masalah ada beberapa, namun pada dasarnya semua memiliki logika yang sama. Bahwa memecahkan masalah dimulai dari mengenali masalah itu sendiri dan berakhir dengan evaluasi atas pelaksanaan pemecahan masalah tersebut. Problem solving cycle Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Problem Solving cycle meliputi kegiatan analisis situasai, identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan yang ingin dicapai, mencari alternatif pemecahan masalah, membuat rencana operasional, pelaksanaan dan penggerakan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian, dan yang terakhir evaluasi. Makalah ini akan menjelaskan tentang defenisi, teori teori, dan model model Problem Solving Cycle.1.2 Rumusan Masalah Beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah Problem Solving Cycle (PSC) adalah :a. Apa definisi dari masalah, Problem Solving, Problem Solving Cycle (PSC)?b. Bagaimana teori dalam Problem Solving Cycle (PSC) serta penjelasannya?c. Apa saja model model Problem Solving Cycle ?

1.3 Tujuan Tujuan UmumMahasiswa mampu menjelaskan tentang Problem Solving Cycle (PSC) Tujuan Khusus Mahasiswa mampu memperoleh gambaran tentang :a. Definisi masalah, Problem Solving dan Problem Solving Cycle (PSC)b. Teori teori tahapan Problem Solving Cycle (PSC) dan penjelasannyac. Model - model Problem Solving Cycle

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Pengertian Problem Solving CycleProblem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994:151). Pemecahan masalah (problem solving) didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil hasil yang diinginkan (Hunsaker, 2005).MuQodin (2002) mengatakan bahwa problem solving adalah merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepatProblem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identification untuk ke tahap sintesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap application selajutnya komprehension untuk mendapatkan solusi dalam penyelesaian masalah tersebut (Qruztyan. Blogs. Friendster.com).Pendapat lain menyatakan, problem solving adalah suatu pendekatan dimana langkah-langkah berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat kuantitatif yang umum sedangkan langkah-langkah berikutnya sampai dengan pengelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik (Qrustian Blogs Friendster.com).Problem solving cycle (siklus solusi masalah) adalah proses mental yang melibatkan penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah. Tujuan utama dari pemecahan masalah adalah untuk mengatasi kendala dan mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah (Reed, 2000).Problem Solving merupakan gabungan dari alat, keterampilan dan proses. Disebut alat karena dapat membantu dalam memecahkan masalah mendesak atau untuk mencapai tujuan, disebut skills (keterampilan) karena sekali mempelajarinya maka dapat menggunakannya berulang kali, disebut proses karena melibatkan sejumlah langkah. Problem solving cycle merupakan proses yang terdiri dari langkah langkah berkesinambungan yang terdiri dari analisa situasi, perumusan masalah secara spesifik, penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, memilih alternatif terbaik, menguraikan alternatif terbaik menjadi rencana operasional dan melaksanakan rencana kegiatan serta mengevaluasi hasil kegiatan.

2.2 Bentuk-bentuk Problem SolvingAda beberapa bentuk problem solving menurut Chang, DZurilla dan Sanna (2004), yaitu :1. Rational Problem SolvingSebuah bentuk problem solving yang konstruktif yang didefinisikan seperti rasional, berunding dan aplikasi yang sistematik dalam kemampuan menyelesaikan masalah. Model ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu :a. Identifikasi MasalahProblem solver memncoba mengelompokkan dan mengerti masalah yang dihadapi dengan mengumpulkan banyak spesifikasi dan fakta konkrit tentang kemungkinan masalah, mengidentifikasi permintaan, rintangan dan tujuan yang realistik dalam menyelesaikan masalah.b. Mencari Solusi AlternatifFokus pada tujuan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan mencoba untuk mengidentifikasi banyak solusi yang memungkinkan termasuk yang konvensional.c. Mengambil KeputusanProblem solvers mengantisipasi terhadap keputusannya dalam solusi yang berbeda, mempertimbangkan, membandingkan dan kemudian memilih yang terbaik atau solusi yang efektif yang paling berpotensial.d. Mengimplementasi Solusi dan PembuktianSeseorang harus berhati-hati dalam menerima dan mengevaluasi solusi yang menjadi pilihan setelah mencoba untuk melaksanakan solusi tersebut kedalam situasi masalah dalam kehidupan nyata.2. Mengabaikan Kata HatiIni adalah salah satu pola karakteristik penyelesaian masalah yang difungsional dalam usaha aktif yang digunakan dalam strategi menyelesaikan masalah dan tekhniknya, tetapi usaha ini menyempit, implosif, berhati-hati, sangat cepat, dan tidak lengkap.3. Bentuk Menghindari MasalahBentuk ini adalah salah satu karakteristik penyelesaian masalah yang disfungsional berupa penundaan, pasif atau tidak melakukan apapun dan ketergantungan.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Problem SolvingMenurut Rahmat (2001) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi proses dalam problem solving yaitu motivasi, kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi.1. MotivasiMotivasi yang rendah akan mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi yang tinggi akan membatasi fleksibilitas.2. Kepercayaan dan Sikap yang SalahAsumsi yang salah dapat menyesatkan kita. Bila kita percaya bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan kekayaan material, kita akan mengalami kesulitan ketika memecahkan penderitaan batin kita. Kerangka rujukan yang tidak cermat menghambat efektifitas pemecahan masalah.3. KebiasaanKecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas menghambat pemecahan masalah yang efisien. Ini menimbulkan pemikiran yang kaku ( rigid mental set ), lawan dari pemikiran yang fleksibel ( flexible mental set ).4. EmosiDalam menghadapi berbagai situasi, kita tanpa sadar terlibat secara emosional. Emosi ini mewarnai cara berpikir kita sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi stress, barulah kita menjadi silit untuk berpikir efisien.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving1. Kelebihan metode problem solving Dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. Berpikir dan bertindak kreatif. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

2.Kekurangan metode problem solving Memerlukan cukup banyak waktu Melibatkan lebih banyak orang Dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru Dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain. Kesulitan yang mungkin dihadapi

2.5 Langkah-langkah Pemecahan MasalahBeberapa langkah pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam metode diagnosis komunitas meliputi beberapa tahapan, di antaranya analisis situasi, identifikasi permasalahan, penentuan prioritas masalah, penentuan penyebab masalah, pengumpulan data primer, penentuan prioritas penyebab masalah, penentuan alternatif pemecahan masalah dan pelaksanaan intervensi atau penyususnan POA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini.Gambar 2.5.1 : Langkah-langkah Diagnosis Komunitas

Secara rinci dan sederhana beberapa langkah diagnosis komunitas sebagaimana gambar di atas meliputi :a. Analisis Situasi. Berbagai langkah analisis situasi dalam aspek diagnosis komunitas dalah :1. Menentukan lokus kajian, desa atau kelurahan, RT/ RW sebagai unit elementer analisis.2. Buat tabel atau grafik distribusi frekuensi fenomena status kesehatan berdasarkan data yang berupa laporan kinerja bulan atau profil, yang disusun menurut karakteristik epidemiologi, menurut waktu, orang dan tempat.3. Menginterpretasi tabel atau grafik yang mencerminkan fenomena perjalanan atau perkembangan permasalahan kesehatan masyarakat.4. Menginventarisasi kesenjangan yang terjadi poada aspek status kesehatan misalnya, angka kesakitan dan kematian, data kesehatan lingkungan, demografi, pelayanan kesehatan, perilaku atau budaya setempat, kependudukan, manajemen pemerintah desa, dan lain sebagainya. Secara deskriptif terjadi berbagai permasalahan yang menonjol.b. Identifikasi Masalah. Berbagai langkah dalam menentukan identifikasi permasalahan adalah sebagai berikut :1. Mengidentifikasi berbagai permasalahan tersebut di atas secara makro maupun mikro yang berbasis fakta dan data (evidence based) ;2. Mengklasifikasi dan mengidentifikasi permasalahan sesuai dengan lima komponen esehatan masyarakat yang meliputi aspek epidemiologi, lingkungan perilaku, pelayanan kesehatan, manajemen ;3. Memformulasikan identifikasi permasalahan dalam pernyataan negatif, misalnya tingginya prevalensi malaria, tingginya angka kematian ibu (AKI), tingginya angka kesakitan malaria, rendahnya cakupan rumah sehat, rendahnya jamabn sehat, rendahnya PHBS dan rendahnya kunjungan posyandu bagi anak balita.c. Prioritas Masalah. Berbagai langkah dalam menentukan prioritas masalah pada diagnosis komunitas terdiri dari tahapan :1. Tetapkan kriteria prioritas yang digunakan.2. Buat tabel prioritas sesuai dengan desain atau metode yang digunakan.3. Berikan nilai sesuai dengan skor yang telah ditentukan.4. Berikan nilai masing-masing kriteria dengan perkalian bobot dengan skor.5. Dengan menjumlah nilai kriteria, nilai tertinggi merupakan prioritas masalah yang utama sedangkan nilai terkecil, belim menjadi prioritas untuk ditanggulangi segera. d. Penyebab Masalah1. Indepth Interview, langkah-langkah dalam melakukan wawancara mendalam (Indepth Interview) adalah : Tentukan tokoh kunci yang menjadi responden Tentukan topik atau pertanyaan yang merupakan pedoman dalam pelaksanaan Indepth Interview Siapkan peralatan yang diperlukan Buat kesepakatan jadwal (perjanjian) pelaksanaan wawancara. (Singarimbun abd Effendi, 1989) Gali informasi lebih dalam dengan pertanyaan yang terbuka dan kembangkan pertanyaan berikutnya lebih spesifik

Gambar 2.5.2 : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Wawancara

2. Focus Grup Discussion (FGD). Tahapan dalam pelaksanaan FGD berikut ini adalah: Siapkan peralatan yang digunakan Tentukan kelompok diskusi, satu kelompok sekitar 8-10 orang. Tentukan kesepakatan prosedur diskusi yang akan dilakukan bersama. Tentukan topik diskusi. Bina suasana yang kondusif, agar lebih hidup dan mencair.3. Fishbone Diagram. Tahapan dalam penyusunan fishbone diagram adalah sebagai berikut : Gambarkan garis besar sebagai tulang ikan yang menggambarkan sebab-akibat. Tentukan karakteristik permasalahan. Tulis pada tulang utama faktor risiko yang paling mempengaruhi. Selanjutnya, mencari faktoe penyebab pada faktor risiko utama dan cantumkan pada tulang sedang. Secara sederhana faktor risiko tersebut disususn dalam tabel berikut ini, kemudian dimasukkan dalam fishbone diagram di bawah ini.

Tabel 2.5.1 : Faktor Risiko Sebab Akibat Fishbone Diagram Susun faktor risiko dalam kotak-kotak fishbone diagram. Intervensi diarahkan untuk menghilangkan penyebab pada lapisa ketiga, dengan demikian menghilangkan penyebab lapisan kedua dan seterusnya permasalahan teratasi secara tuntas.

Gambar 2.5.3 : Fishbone Diagram Tingginya Kejadian ISPA

4. Uji Statistik. Bertujuan mencari faktor risiko yang signifikan dengan cara sebagai berikut : Tentukan skala ukur parameter misalnya nominal, ordinal, rasio dan interval. Masukkan data dalam program SPSS, kemudian lakukan analisis sesuai dengan desain analisis yang telah ditentukan. Tentukan uji statistik yang digunakan. Analisis penerimaan hipotesis dengan membandingkan nilai probabilitas dengan alpha ().e. Pengawasan dan Monitoring. Berbagai langkah pengawasan dan monitiring kegiatan diagnosis komunitas, (Herujito, 2001) meliputi kegiatan :1. Penempatan metodologi pengawasan dan monitoring untuk mengukur prestasi.2. Penetapan kriteria monitoring sesuai dengan parameter tujuan khusus prestasi yang akan dicapai.3. Pemilihan tim pengawasan dan monitoring.4. Perumusan instrumen pemantauan dan monitoring sesuai dengan tujuan prestasi yang akan dicapai.5. Pelaksanaan pengawasan dan monitoring dengan mengambil tindakan korelasi.6. Penyusunan laporan pengawasan.

2.6 Siklus Pemecahan MasalahSiklus pemecahan masalah (Problem Solving Cycle) terdiri dari 6 tahap kegiatan yaitu :

Identifikasi dan Inventarisasi Masalah dan PenyebabnyaPenentuan Prioritas MasalahIdentifikasi Alternatif Pemecahan Masalah dan Prioritas Pemecahan MasalahPembuatan Rencana Pelaksanaan (POA)Pelaksanaan KegiatanMonitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

.

Gambar 2.6.1 : Siklus Pemecahan Masalah (Problem Solving Cycle)

1. Identifikasi dan inventarisasi masalah : Masalah : perbedaan antara kenyataan dan yang seharusnya (ideal) disadari upaya untuk menanggulanginya Ketersediaan dan validitas data, informasi lain (lesan), hasil pengamatan dan pengalaman Menguraikan masalah, dengan pendekatan konsep : Hl. Blum factor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetika Pohon masalah Factor pelayanan kesehatan/program, masyarakat dan lingkungan

2. Penentuan prioritas masalah : Perlu diperhatikan keterkaitan antar masalah dicari yang utama agar masalah-masalah yang lain yeng terkait bisa terpecahkan sekaligus. Misal : a. Masalah PSM (data perilaku masyarakat) rendah dapat dipilih sebagai masalah utama karena terkait masalah-masalah antara lain : Posyandu dan kader aktif masih rendah Cakupan imunisasi rendah Dana sehat (strata) masih rendah Cakupan jaga rendah D/S rendahb.Koordinasi lintas program dapat dipilih sebagai masalah utama karena menyangkut masalah-masalah antara lain : Supervisi masing-masing seksi ke Puskesmas tidak lancar Perencanaan terpadu belum lancar (mekanisme, wadah serta kemauan) Kegiatan pencatatan dan pelaporan data belum terkoordinir dengan baik Perencanaan dan penggunaan fasilitas (sarana) yang ada di kantor belum memuaskan. Masing-masing seksi menekankan kepentingan masing-masing baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan Ada seksi yang loyo ada seksi yang giat dan sebagainya Teknik-teknik prioritas hanya alat bantu,Faktor : kemampuan, kemauan, ketersediaan data dan intuisi serta pengalaman kerja sangat berpengaruh

3. Identifikasi alternative pemecahan masalah Pemilihan alternatif pemecahan masalah mengacu pada : kemampuan (ketersediaan sumber daya : tenaga, dana, sarana, metode), waktu, factor poleksosbud. Dalam kondisi tertentu seringkali alternatif pemecahan masalah tidak perlu dipilih, karena kegiatan untuk memecahkan masalah sudah ditentukan. Prioritas pemecahan masalah yang dipilih diharapkan dapat mengungkit pemecahan masalah yang lain.Misal : Penambahan tenaga bidan desa dapat menyelesaikan masalah : K1 dan K4 meningkat Cakupan persalinan nakes meningkat Deteksi testi oleh nakes meningkat Cakupan kunjungan neonatal meningkat Cakupan tablet Fe meningkat Factor pendukung dan penghambat pemilihan alternatif pemecahan masalah perlu diidentifikasi. (menambah keyakinan, penuntun dan rambu-rambu bila kegiatan untuk memecahkan masalah dilaksanakan dan mengantisipasi hambatan yang mungkin timbul).4. Pembuatan Rencana Pelaksanaan (POA)Secara umum POA mencakup hal-hal sebagai berikut : Bentuk kegiatan Tujuan Sasaran Biaya dan sumbernya Target pencapaian Waktu pelaksanaan Penanggung jawab Indicator keberhasilan untuk penilaian5. Pelaksanaan kegiatan : POA dilaksanakan dengan melakukan : pembagian tugas, penggerakan, koordinasi dan motivasi Kepemimpinan memegang peran yang penting, dimana pemimpin harus mampu menggerakan dan mengkoordinir staf dan sumber daya lainnya untuk mencapai target/tujuan yang telah ditetapkan dalam perencanaan Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ditentukan oleh : model kepemimpinan, interaksi pimpinan dan staf, interaksi di antara staf, factor lingkungan (lintas sektoral dan masyarakat), peraturan dan situasi sosial politik dan ekonomi.6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Pada saat kegiatan dilaksanakan dilakukan pemantauan (antara lain lewat supervise/ bimbingan/ bimbingan teknis /bimtek) dengan tujuan : Mengatasi masalah yang muncul dengan segera Mengarahkan pencapaian tujuan Mengatasi penyimpangan dan pelaksanaan yang timbul Bimtek disertai dengan kala karya dan waskat sangat penting untuk dilakukan secara berkesinambungan Evaluasi kegiatan dilakukan baik menyangkut proses, hasil kegiatan dan dampaknya (jangka panjang). Indicator keberhasilan program, menelaah data-data yang ada atau penelitian-penelitian dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan di waktu mendatang Evaluasi perlu dibarengi dengan umpan balik Kelemahan dari pelaksanaan program/proyek yang seringkali muncul yaitu minimnya perhatian (termasuk dana) untuk melakukan monitoring dan evaluasi (bimtek), sehingga kegiatan yang sudah terencana dengan baik tidak dapat dipantau pelaksanaan dan ketercapaian hasilnya.

2.7 Teknik/ Metode Pengambilan Keputusan2.7.1Metode Kualitatif :1. Metode Delphi : Teknik survei kepada para peserta yang relatif homogen baik pendidikan, keahlian dan pengalaman serta masing-masing peserta mempunyai data yang cukup. Daftar pertanyaan (kuesioner) dikirimkan beberapa kali kepada peserta. Konsesus peserta dapat dipercepat dengan pengambilan suara. Diperlukan kecermatan dan kesabaran pihak pemberi kues.2. Metode Diskusi/ Curah Pendapat : Pemimpin diskusi adalah fasilitator. Diperlukan fasilitator yang handal dan menguasai masalah. Peserta diskusi ditantang untuk mengemukakan pendapat sebanyak-banyaknya tetapi menghindari saling kritik. Peserta memiliki keahlian/ kemampuan dan pengalaman yang relatif sama. Waktu efektif 1 jam dan peserta maksimal 10-12 orang.3. Metode Brainwriting : Peserta 6-8 orang dengan keahlian dan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang relatif sama. Pimpinan diskusi mengajukan masalah pada secarik kertas dan diletakkan di atas meja. Semua peserta membacanya kemudian menuliskan pendapatnya pada kertas yang ada. Kertas dibagikan lagi, kemudian peserta menambah atau mengurangi pendapatnya. Semua pendapat ditulis di kertas atau di papan tulis kemudian didiskusikan untuk dicari pendapat yang terbanyak.2.7.2 Metode Kuantitatif :1. Metode Delbeq :Pada metode ini diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan bobot (yang merupakan nilai maksimum dan berkisar antara 0 sampai 10).Langkah-langkah yang harus dilakukan :a. Tentukan dahulu bobot masing-masing kriteria (nilai 0-10)b. Isi dengan setiap kolom dengan hasil perkalian antara bobot dengan skor masing-masing masalah.c. Jumlahkan nilai masing-masing kolom dan tentukan prioritasnya berdasarkan jumlah skor yang tertinggi sampai terendah2. Metode Hanlon (kuantitatif) :Metode ini hampir sama dengan metode delbeq, dilakukan dengan memberikan skor atas serangkaian kriteria A, B, C dan DA = besar masalah : % atau jumlah kelompok penduduk yang terkena masalahB = kegawatan masalah : tingginya angka morbiditas dan mortalitasC = efektifitas/ kemudahan penanggulangan D = P E A R L*P =propriatnes = kesesuaian, kesesuaian masalah dengan prioritasE =economic feasibility = kelayakan dari segi pembiayaan A =acceptability = situasi penerimaan masyarakatR =resorces alailability = ketersediaan sumber dayaSetelah kriteria tersebut berhasil tersebut berhasil diisi, maka selanjutnya menghitung nilai NPD dan NPT dengan rumus :NPD = Nilai Prioritas Dasar = ( A + B ) x CNPT = Nilai Prioritas Total = ( A + B ) x C x D3. Metode Hanlon (kualitatif) :Metode Hanlon (kualitattif) ini lebih efektif dipergunakan untuk masalah yang bersifat kualitatif dan data/ informasi yang tersediapun bersifat kualitatif misalkan peran serta masyarakat, kerjasama lintas program, kerja sama lintas sektoral dan motivasi staf. Berikut ini contoh penggunaan metode Hanlon (kualitatif).Tabel 2.7.2.1 : Matriks Prioritas Masalah dengan Metode HanlonPrinsip utama dalam metode ini adalah membandingkan pentingnya masalah yang satu dengan lainnya dengan cara matching.Langkah-langkah metode ini yaitu :a. Membuat matriks masalahb. Menuliskan semua masalah yang berhasil dikumpulkan pada sumbu vertikal dan horisontalc. Membandingkan antara masalah yang satu dengan yang lainnya pada sisi kanan diagonal dengan memberi (+) bila masalah lebih penting dan memberi tanda (-) bila masalah kurang pentingd. Menjumlahkan (+) secara horisontal dan masukkan pada kotak total (+) horisontale. Menjumlahkan (-) secara vertikal dan masukkan pada kotak total horisontal (-) vertikalf. Pindahkan hasil penjumlahan pada total (-) horisontal di bawah kotak (-) vertikalg. Jumlahkan hasil vertikal dan horisontal dan masukkan pada kotak totalh. Jumlahkan hasil vertikal dan horisontal dan masukkan pada kotak totali. Hasil penjumlahan pada kotak total yang mempunyai nilai tertinggi adalah urutan prioritas masalah4. Metode Carl :Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :C =capability=ketersediaan sumber dayaA =accesbility = kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidakR =readiness=kesiapann dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaranL = leverage=seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lainSetelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudia dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan hasil perkalian : C x A x R x LContoh pemakaian metode CARL di bawah ini.

Tabel 2.7.2.2 : Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode CARL

5. Metode ReinkeMetode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria : M = Magnitude or the Problem Yaitu besarnya masalah dapat dilihat dari % atau jumlah atau kelompok penduduk yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait. I = ImportancyKegawatan Masalah yaitu tingginya morbiditas dan moralitas dan kecenderungannya dari waktu ke waktu. V = VulnerabilitySensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitivitas dapat diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan. C = Cost Biaya atau dana yang diperlukan untuk melaksanakan pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya. P = Prioritas atau Pemecahan MasalahSama seperti metode yang lain dengan menggunakan skor, maka untuk mempermudah pengerjaan diperlukan adanya tabel.Hasil skor masing-masing masalah kemudian dihitung dengan rumus :P = (M x V x I) : CPrioritas masalah atau pemecahan masalah diperoleh dengan mengurutkan jumlah nilai P dari yang tertinggi sampai terendah.

Tabel 2.7.2.3 : Contoh Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode Reinke6. Cara Kriteria Mutlak dan Keinginan Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan 2 kriteria :a. Kriteria mutlakYaitu pertimbangan didasarkan pada input (sumber daya) yang dipunyai seperti : tenaga, dana, sarana atau peralatan dan metode atau cara serta output (tujuan atau cakupan program)b. Kriteria keinginanMerupakan kriteria tambahan yang didasarkan pada proses, misalkan : PSM, motivasi tenaga kesehatan.Kriteria ini diberi bobot dan untuk setiap alternatif diberi skor, kemudian bobot dikalikan dengan skornyaUntuk lebih jelasnya cara ini dapat dilihat pada tabel Metode Bryant. 7. Metode Bryant :Metode Bryant juga menggunakan scoring yang didasarkan pada kriteria : P = Prevalence Besar masalah, yaitu jumlah/ kelompok masyarakat yang terkena masalah. S = SeriousnessKegawatan Masalah yaitu tingginya angka morbiditas atau mortalitas serta kecenderungannya C = Community ConcernPerhatian atau kepentingan masyarakat dan pemerintah atau instansi terkait terhadap masalah tersebut M = Managebility Ketersediaan sumber daya (tenaga, dana, sarana dan metode atau cara)Skor masing-masing criteria berkisar 1-5 Contoh pemakaian metode ini tercantum pada tabel berikut :

Tabel 2.7.2.4 : Contoh Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode Bryant

8. Analisis SWOT Analisa SWOT bersifat lebih komprehensif dan strategis, karena sekaligus mencakup identifikasi masalah dan identifikasi kegiatan (upaya) untuk menyelesaikan masalah.Analisa SWOT, SWOT memiliki arti : S = Strengh (Faktor Internal)Adalah kekuatan atau kemampuan. Yaitu identifikasi semua kekuatan atau kemampuan sumber daya yang dimiliki personil, dana, sarana dan peralatan, metode atau peraturan, cara kerja dan teknologi. W = Weakness (Faktor Internal)Adalah kelemahan. Yaitu identifikasi semua kelemahan atau kekurangan yang diperkirakan bisa menghambat pencapaian tujuan dari sumber daya yang dimiliki yaitu personil, dana, sarana dan peralatan, metode atau peraturan, cara kerja dan teknologi. O = Opportunity = kesempatan/peluang (factor eksternal)Identifikasi semua peluang yang dimiliki dan dapat diraih untuk memepercepat pencapaian tujuan.Kesempatan bisa berupa factor internal organisasi (sumber daya yang dipunyai) dan factor eksternal (masyarakat, lintas sektoral, kebijakan, dan lain-lain) T = Threat = ancaman (factor eksternal)Identifikasi semua ancaman yang mungkin muncul yang dapat menggagalkan pencapaian tujuan. Ancaman bisa berasal dari factor internal (sumber daya yang dipunyai) dan factor internal (tindakan pesaing, masyarakat, lintas sektoral, kebijakan, dan lain-lain) Dengan analisis SWOT maka pihak pengambil keputusan (manajer) dapat memformulasikan strategi yang akan diterapkan dalam mengembangkan organisasinya. Kelemahan perlu ditekan atau ditransformasikan menjadi kekuatan dan ancaman dapat dikurangi atau dipandang menjadi suatu kesempatan.

BAB IIIRINGKASAN

Problem solving cycle (siklus solusi masalah) adalah proses mental yang melibatkan penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah. Tujuan utama dari pemecahan masalah adalah untuk mengatasi kendala dan mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah(Reed, 2000).Bentuk problem solving menurut Chang, DZurilla dan Sanna (2004), yaitu: Rational Problem Solving, mengabaikan kata hati, bentuk menghindari masalah.Faktor-faktor yang mempengaruhi problem solving menurut Rahmat (2001) yaitu yaitu motivasi, kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi.Langkah-langkah pemecahan masalah yaitu analisis situasi, identifikasi permasalahan, penentuan prioritas masalah, penentuan penyebab masalah, pengumpulan data primer, penentuan prioritas penyebab masalah, penentuan alternatif pemecahan masalah dan pelaksanaan intervensi atau penyususnan POA.Siklus pemecahan masalah terdiri dari 6 tahap kegiatan yaitu yang pertama dengan identifikasi dan inventarisasi masalah dan penyebabnya yaitu dengan menguraikan masalah melalui pendekatan konsep teori HL. Blum, pohon masalah dan faktor pelayanan kesehatan.Tahap yang kedua yaitu penentuan prioritas masalah dengan memperhatikan keterkaitan antar masalah dan mencari yang harus diutamakan. Faktor yang mempengaruhi yaitu kemampuan, kemauan, ketersediaan data dan intuisi serta pengalaman kerja sangat berpengaruh.Tahap yang ketiga yaitu identifikasi alternative pemecahan masalah dan prioritas pemecahan masalah yang mnegacu pada kemampuan (ketersediaan sumber daya: tenaga, dana, sarana, metode), waktu, factor politik, ekonomi, sosial, budaya.Tahap keempat adalah pembuatan rencana pelaksanaan (POA) yang meliputi Bentuk kegiatan, Tujuan, Sasaran, Biaya dan sumbernya, Target pencapaian, Waktu pelaksanaan, Penanggung jawab, Indicator keberhasilan untuk penilaianTahap kelima yaitu pelaksanaan kegiatan POA yang dilaksanakan dengan melakukan pembagian tugas, penggerakan, koordinasi dan motivasi. Tahap keenam yaitu monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Evaluasi kegiatan dilakukan baik menyangkut proses, hasil kegiatan dan dampaknya (jangka panjang).Teknik atau metode pengambilan keputusan diantaranya yaitu Metode Kualitatif yang meliputi Metode Delphi yaitu teknik survey kepada peserta dengan latar belakang yang homogen, Metode Diskusi atau curah pendapat yaitu adanya pemimpin diskusi atau fasilitato juga peserta diskusi dan pelaksanaannya dengan saling mengemukakan pendapat tetapi tidak saling mengkritik dan Metode Brainwriting yaitu dengan menulis semua pendapat di papan tulis kemudian didiskusikan untuk mencari pendapat terbanyak. Metode yang kedua yaitu Metode Kuantitatif yang meliputi Metode Delbeq yaitu diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan bobot (nilai 0-10), Metode Hanlon (kuantitatif) yaitu dengan pemberian kriteria A, B, C, dan D. Setelah kriteria tersebut berhasil tersebut berhasil diisi, maka selanjutnya menghitung nilai NPD (Nilai Prioritas Dasar = ( A + B ) x C) dan NPT (Nilai Prioritas Total = ( A + B ) x C x D)Metode Hanlon (kualitatif) yaitu dengan membandingkan pentingnya masalah yang satu dengan lainnya dengan cara matching. Selanjutnya adalah Metode Carl yaitu dengan pemberian skor 0-10 dengan kriteria CARL lalu mencari nlai total dengan mengaikan C x A x R x L, Metode Reinke yaitu dengan pemberian skor 1-5 dengan kriteria M, I, V, C, dan P lalu hasilnya dihitung dengan rumus P = (M x V x I): C, Cara kriteria mutlak dan keinginan yaitu Kriteria ini diberi bobot dan untuk setiap alternatif diberi skor, kemudian bobot dikalikan dengan skornya , Metode Bryant yaitu dengan scoring sesuai kriteria P, S, C, M, dan Analisis SWOT yaitu mencakup identifikasi masalah dan identifikasi kegiatan (upaya) untuk menyelesaikan masalah yang menggunakan faktor internal (Strengh dan Weakness) dan faktor eksternal (Oppprtunity dan Threat).

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Edward C. & Thomas J. D'Zurilla & Lawrence J. Sanna (Eds.). Social Problem Solving. Theory, Research, and Training. 2004. DKK 200Hadisaputro, Soeharyo dkk. 2011. Epidemiologi Manajerial. Semarang : Badan Penerbit Universitas DiponegoroHamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Baktihttp://commfiles.com/communication/teknik-memecahkan-masalah/http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2116421-kelebihan-dan-kekurangan-metode-problem/http://musriadi.multiply.com/journal/item/37/MAKALAH_PROBLEM_SOLVINGHunsaker, A. 2005. Community Work & Problem Solving, London: McMillanMuqodin, Z. 2002. Mengenal kecerdasan emosional remaja. Bandung: KaifaRakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja RosdakaryaReed, S. K. 2000. Problem solving. In A. E. Kazdin (Ed.), Encyclopedia of psychology (Vol. 8, pp. 71-75). Washington, DC: American Psychological Association and Oxford University PressS, Chriswardani. Metode Prioritas Masalah. Semarang : Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas DiponegoroYayat M. Herujito. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: P.T. Grasindo

FORM PENILAIAN KELOMPOK

NONAMANIMPenilaian

MakalahPenguasaan MateriAVA

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

19