Download - Preskes Fix

Transcript

PRESENTASI KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 4 BULAN DENGAN DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG ET CAUSA DD ROTAVIRUS, BAKTERI, INTOLERANSI LAKTOSA DAN GIZI KURANG

Oleh:Jeanne FransiscaG99141106Winda Aisyah PanjaitanG99141107

Pembimbing:Hari Wahyu Nugroho dr., Sp.A., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDISURAKARTA2015

HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Presentasi kasus dengan judul:

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 4 BULAN DENGAN DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG ET CAUSA DD ROTAVIRUS, BAKTERI, INTOLERANSI LAKTOSA DAN GIZI KURANG

Hari/tanggal: Senin, 18 Mei 2015Oleh:

Jeanne FransiscaG99141106Winda Aisyah PanjaitanG99141107

Mengetahui dan menyetujui,Pembimbing Presentasi Kasus

Hari Wahyu Nugroho dr., Sp.A., M.Kes

BAB ISTATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIENNama: An. YIUmur: 4 bulanTanggal Lahir: 25 Desember 2014Berat Badan : 4,5 kgTinggi Badan: 58 cmJenis Kelamin: Laki-lakiAgama: IslamAlamat: Banjarharjo, Kebakkramat, Karanganyar, Jawa TengahTanggal masuk: 8 Mei 2015Tanggal pemeriksaan: 8 Mei 2015

II. ANAMNESISKeluhan Utama Mencret-mencret (Pasien rujukan dari PKU Delanggu)

Riwayat Penyakit SekarangAlloanamnesis dengan orang tua pasien:Sejak 5 hari SMRS, pasien BAB 5x/hari, setiap kali BAB cair jumlahnya banyak gelas belimbing setiap diare, warna kuning, tidak nyemprot, tidak tampak seperti air cucian beras, cair > ampas, lendir (-), darah (-) dan tidak disertai muntah. Pasien juga mengalami demam. Demam muncul beberapa saat setelah pasien mengalami diare, demam dirasakan tidak terlalu tinggi namun orang tua tidak mengukur suhunya dengan thermometer. Sejak 5 hari yang lalu, pasien BAK 4x/hari, warna BAK pasien kunin jernih, setiap kali BAK gelas belimbing. Batuk (-), pilek (-), pasien rewel dan kehausan, pasien masih mengkonsumsi ASI dan minum susu formula. Pasien mengkonsumsi susu formula sejak usia 1 bulan karena ASI ibu sedikit. Lalu pasien dibawa ke RS PKU Delanggu dan disarankan untuk rawat inap.Setelah dirawat selama 3 hari, pasien sudah tidak demam, BAB cair berkurang 3x/hari. Atas permintaan keluarga, pasien dirujuk ke RSDM.Saat di IGD RSDM, pasien masih diare > 3x/hari, warna kuning, tidak nyemprot, tidak tampak seperti air cucian beras, cair > ampas, lendir (-), darah (-), demam (-), lemas (+), muntah (-), tampak rewel dan kehausan, BAK terakhir 2 jam SMRS.

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat keluhan mencret-mencret:(+) usia 3 bulanRiwayat alergi:disangkalRiwayat ganti susu formula:disangkalRiwayat rawat inap di RS: (+)Umur 1 bulan di RS Jengglong selama 5 hari dengan keluhan sesak.Umur 3 bulan di RS PKU Delanggu selama 5 hari dengan keluhan mencret-mencret.

Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat sakit mencret-mencret di keluarga/tetangga: disangkalRiwayat alergi: disangkalRiwayat penyakit infeksi pada keluarga: disangkal

Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan PrenatalPemeriksaan kehamilan dilakukan ibu pasien di bidan praktek swasta setempat. Frekuensi pemeriksaan pada trimester I 1 kali tiap bulan, trisemester II 2 kali tiap bulan dan trimester III 4 kali tiap bulan. Penyakit kehamilan (-). Riwayat minum jamu selama hamil (-), obat-obatan yang diminum adalah vitamin dan tablet penambah darah dari bidan.Kesan: Tidak ditemukan kelainan pada riwayat kehamilan dan prenatal.

Riwayat KelahiranPasien lahir ditolong oleh dokter, di RSUD Karanganyar, partus normal, pada usia kehamilan 9 bulan, bayi langsung menangis kuat segera setelah lahir. Berat waktu lahir 2500 gram, panjang badan saat lahir 45 cm.Kesan : Tidak ditemukan kelainan pada riwayat kelahiran.

Riwayat Makan Minum Anak1. Usia 0-1 bulan: ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi menangis atau minta minum, sehari biasanya 12 kali per hari, kadang lebih dan lama menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.2. Usia 1-4 bulan: ASI ibu mulai berkurang sehingga diberikan susu formula sebagai tambahan. Susu formula yang digunakan adalah SGM. Diberikan sesuai takaran cara penggunaan. Namun, terkadang lebih pekat saat bayi malas minum susu. Frekuensi minum susu formula 4-5 botol per hari, satu botol berisi 60 cc.Kesan: Kualitas dan kuantitas nutrisi kurang.

Riwayat Perkembangan Angkat kepala (-) Tengkurap (-) Duduk (-) Bersuara aa (+) usia 2 bulan Berkata satu kata (-) Memegang benda (+) 3 bulan Menunjuk objek (-) Senyum (+) 2 bulanKesan: Perkembangan tidak sesuai usia.

Riwayat ImunisasiJenisIIIIIIIV

1. BCG2. DPT3. Polio4. Campak5. Hepatitis B1 bulan2 bulan1 bulan-Lahir--2 bulan-2bulan----------

Kesan: Imunisasi tidak sesuai jadwal Kemenkes (mundur dari jadwal) karena pasien demam saat jadwal dilaksanakan imunisasi.

Riwayat Sosial Ekonomi Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien tinggal bersama keluarganya, yaitu kakek, nenek, paman, ayah, ibu, kakak, dan 3 orang sepupu. Anggota keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, 1 orang kakak laki-laki (sudah meninggal saat usia 9 bulan), 1 orang kakak perempuan dan pasien sendiri. Ayah pasien bekerja sebagai buruh pabrik, dan ibu pasien adalah ibu rumah tangga. Pasien dirawat dengan biaya BPJS.Kesan: Riwayat sosial ekonomi cukup baik.

Riwayat KebiasaanTempat tinggal pasien berada di pemukiman penduduk yang cukup padat. Sumber air di daerah tempat tinggal pasien berasal dari sumur. Botol untuk minum susu yang digunakan pasien dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai namun tidak dicuci dengan air panas sebelumnya. Pasien mandi, cuci, kakus di kamar mandi mandiri yang ada di rumah.Kesan: Riwayat kebiasaan pasien kurang baik.

Pohon Keluarga

IIIIIIAn. YI, 4 bulan

Keterangan :: Laki-laki hidup: Laki-laki meninggal: Perempuan hidup: Pasien

III. PEMERIKSAAN FISIKA. Keadaan Umum: sakit sedang, rewel, dan kehausanB. Kesadaran: compos mentisC. Status gizi secara klinis: gizi kesan cukupStatus gizi secara antropometris:BB/U: 4,5/7,5 x100 %= 60 % (Z Score < -3 SD) severe underweightPB/U: 58/66 x 100%= 87 % (Z Score < -3 SD) severe stuntedBB/PB: 4,5/5,5 x 100% = 81,81 % gizi kurangKesan: Gizi kurang, severe underweight, severe stuntedD. Tanda vitalHR: 132x/m (teraba cepat, lemah, regular)RR: 30x/m(tipe abdominal, kedalaman cukup, reguler)T: 36,6oC SiO2: 96%E. KulitWarna putih, kelembaban baik, turgor kurang, ruam (-).F. KepalaBentuk normocephal (LK: 41 cm), rambut hitam tidak mudah rontok dan sukar dicabut, UUB belum menutup dan sedikit cekung.G. Mata :Mata sedikit cekung (+/+), air mata (+/+) sedikit, konjungtiva anemis (-/-), oedem palpebra (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), refleks cahaya (+/+).H. HidungBentuk normal, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), deformitas(-).I. Mulut Sianosis (-), bibir kering (+), lidah kotor (-), gusi berdarah (-), mukosa basah (-),makroglossia (-)J. TenggorokanSulit dievaluasi.K. TelingaBentuk aurikula kanan dan kiri normal, membrana timpani intak (+/+), prosesus mastoideus nyeri tekan (-/-), kelainan MAE (-/-), serumen (-/-), tragus pain (-/-), sekret (-/-).L. Leher Bentuk normal, trakea ditengah, kelenjar tiroid tidak membesar, pembesaran KGB (-).M. Thorax : bentuk normochest, retraksi (-), iga gambang (-)Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Ictus cordis teraba di SIC IV LMCS Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebarKiri atas: SIC II LPSSKiri bawah: SIC IV LMCSKanan atas: SIC II LPSDKanan bawah: SIC IV LPSDAuskultasi: Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising(-)Pulmo :Inspeksi: Pengembangan dada kanan = kiriPalpasi : Fremitus raba kanan = kiriPerkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paruBatas paru-hepar: SIC V kananBatas paru-lambung : SIC VI kiriRedup relatif di: SIC V kananRedup absolut : SIC VI kanan (hepar)Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+), RBK (-/-)N. Abdomen :Inspeksi : dinding dada // dinding perutAuskultasi : peristaltik (+) meningkatPerkusi: timpani, turgor kembali lambat (+)Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba. O. Urogenital: dalam batas normalP. Ekstremitas:a. ----Akral dingin Oedem

----

b. CRT < 2 detikc. Arteri dorsalis pedis teraba kuatd. Muscel wasting (+)e. Baggy pants (-)

IV. RESUMEDari Alloanamnesis dengan orang tua pasien:Sejak 5 hari SMRS, pasien BAB 5x/hari, setiap kali BAB cair jumlahnya banyak gelas belimbing setiap diare, warna kuning, tidak nyemprot, tidak tampak seperti air cucian beras, cair > ampas, lendir (-), darah (-) dan tidak disertai muntah. Pasien juga mengalami demam. Demam muncul beberapa saat setelah pasien mengalami diare, demam dirasakan tidak terlalu tinggi namun orang tua tidak mengukur suhunya dengan thermometer. Sejak 5 hari yang lalu, pasien BAK 4x/hari, warna BAK pasien kunin jernih, setiap kali BAK gelas belimbing. Batuk (-), pilek (-), pasien rewel dan kehausan, pasien masih mengkonsumsi ASI dan minum susu formula. Pasien mengkonsumsi susu formula sejak usia 1 bulan karena ASI ibu sedikit. Lalu pasien dibawa ke RS PKU Delanggu dan disarankan untuk rawat inap. Setelah dirawat selama 3 hari, pasien sudah tidak demam, BAB cair berkurang 3x/hari. Atas permintaan keluarga, pasien dirujuk ke RSDM.Saat di IGD RSDM, pasien masih diare > 3x/hari, warna kuning, tidak nyemprot, tidak tampak seperti air cucian beras, cair > ampas, lendir (-), darah (-), demam (-), lemas (+), muntah (-), tampak rewel dan kehausan, BAK terakhir 2 jam SMRS.Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak rewel. Didapatkan tanda-tanda dehidrasi yaitu, mata cowong (+/+), air mata (+/+) sedikit, bibir kering (+), mukosa basah (-), pemeriksaan abdomen turgor kembali lambat (+),arteri dorsalis pedis teraba cepat dan kuat.

V. DAFTAR MASALAHa. Diare (> 5x/hari, warna kuning, tidak nyemprot, tidak tampak seperti air cucian beras, cair > ampas, lendir (-), darah (-))b. Keadaan umum tampak rewelc. Severe underweight, severe stunted, gizi kurangd. UUB sedikit cekung, mata cowong (+/+), air mata (+/+) sedikit, bibir kering (+), mukosa basah (-), pemeriksaan abdomen turgor kembali lambat (+),arteri dorsalis pedis teraba kuat dan cepat.

VI. DIAGNOSIS BANDINGa. Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang et causa rotavirusb. Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang et causa bakteric. Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang et causa intoleransi laktosa

VII. PLANNINGa. Cek laboratorium patologi klinik : darah lengkap, elektrolitb. Urin rutinc. Feses rutin

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Laboratorium Darah Lengkap (8 Mei 2015)PemeriksaanHasilSatuanRujukan

Hemoglobin10,0g/dl12-15,6

Hct30%33-45

AE3,89106 /L4,1-5,1

AL8,9103 /L4,5-11

AT332103/L150-450

MCV77,0/um80,0-96,0

MCH25,7Pg28,0-33,0

MCHC33,3g/dl33,0-36,0

Eosinofil0,90%0,00-4,00

Basofil0,20%0,00-2,00

Netrofil48,90%55,00-80,00

Limfosit41,30%22,00-44,00

Monosit8,70%0,00-7,00

GDS91 mg/dl60-140

Natrium131Mmol129-147

Kalium5,3Mmol3.6-6,1

Calsium1,12Mmol1,17-1,29

b. Pemeriksaan Urin Rutin (10 Mei 2015)Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Makroskopis

Warna Yellow

Kejernihan Clear

Kimia urin

Berat jenis1,0151,015-1,025

pH 7,54,5-8,0

Leukosit Negatif/lNegatif

Nitrit NegatifNegatif

Protein Negatifmg/dlNegatif

Glukosa Normalmg/dlNormal

Keton Negatifmg/dlNegatif

Urobilinogen Normalmg/dlNormal

Bilirubin Negatifmg/dlNegatif

EritrositNegatif/lNegatif

Makroskopis

Eritrosit 0/ul0-6.4

Leukosit 0,2/LBP0-12

Epitel :

Epitel Squamous0-1/LPBNegatif

Epitel Transisional- /LPBNegatif

Epitel bulat-/LPBNegatif

Silinder

Hyline0/LPK0 3

Granulated-/LPKNegatif

Leukosit-/LPKNegatif

Yeast Like Cell0/0/uL0.0 0.0

Mukus0/0/uL0.00 0.00

Sperma0/0/uL0.0 0.0

Konduktivitas12,3mS/cm3.0 32.0

Lain-lain

Kristal amorf-

Bakteri3,0/uL0,0-2150,0

c. Pemeriksaan Tinja (10 Mei 2015)Kesimpulan : tinja cair warna kuning, tidak ditemukan parasit maupun jamur pathogen.

IX. DIAGNOSIS KERJAa. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang et causa rotavirusb. Gizi kurang

X. PENATALAKSANAANa. Rawat bangsal bagian anak sub gastroenterologyb. Cairan1) Rehidrasi dengan RA (200 ml/kgBB/24 jam) = 900 cc/24 jam = 38 cc/jam2) Oralit (10 cc/kgBB/x = 45 cc setiap kali diare) (5 cc/kgBB/x = 22.5 cc setiap kali muntah)c. Nutrisi1) Diet ASI/ASBd. ZincZinc 1 x 10 mge. Antibiotik-f. Edukasi1) Memjelaskan cara membuat oralit yang benar2) Menjeakan cara mempersiapkan ASB yang benar3) Memberitahukan agar melanjutkan pemberian ASI4) Memberitahu agar menjaga kebersihan individu dn linkungan5) Menjelaskan untuk segera kembali ke RS apabila anak demam, tinja berdarah, intake kurang, diare makin sering, sangat haus dan tidak membaik dalam 3 hari

Monitoring : Keadaan umum dan vitals sign per jam selama rehidasi Balance cairan per 8 jam Diuresis per 8 jam

XI. PROGNOSISAd vitam: dubia ad bonamAd sanam: dubia ad bonamAd fungsionam: dubia ad bonam

XII. FOLLOW UPDPHTanggalKeluhan/KU/VSPemeriksaan / DiagnosisTerapi

I

9/5/15

BAB(+) 3-4x/hari cair>ampas, BAK (+), Minum (+), Demam (-),mual (-), muntah (-), kehausan (+)

KU : tampak rewel, sakit sedang, CMVital Sign :HR : 128x, RR : 32x, S : 36,70C

Mata : sklera ikterik (-/-), konjunctiva anemis (-/-), mata cowong (+/+), air mata (+/+) sedikit Mulut: bibir kering (-), mukosa basah (+), faring hiperemi (-) Cor : BJ I/II int nomal, regular, bising (-) Pulmo: SDV (+/+), ST (-/-) Abdomen: supel, NT (-), BU (+) normal, timpani meningkat, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba. Ext : akral dingin (-), CRT < 2, ADP (+) kuatBC : +80D : 4,48

Assessment : Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang e/c rotavirus Gizi kurang

a. Diet ASI/ASB + susu bebas laktosa (LLM) 8 x 90-100 ccb. Rehidrasi RA (200 ml/kgBB/24 jam = 900 cc/24 jam = 38 cc/jam) c. Oralit (10 cc/kgBB/x = 45 cc setiap kali diare) (5 cc/kgBB/x = 22,5 cc setiap kali muntah)d. Zinc 1 x 10 mg

Planning:Urin/Feses Rutin(hasil di atas)

Monitoring: KU/VS/SH per jam BCD per 8 jam

II

10/5/15

BAB(+) 5x/hari ampas, BAK (+), Minum (+), Demam (-),mual (-), muntah (-), kehausan (-)

KU : tampak sakit sedang, CMVital Sign :HR : 128x, RR : 30x, S : 36,50C

Mata : sklera ikterik (-/-), konjunctiva anemis (-/-), mata cowong (-/-), air mata (+/+) Mulut: bibir kering (-), mukosa basah (+), faring hiperemi (-) Cor : BJ I/II int nomal, regular, bising (-) Pulmo: SDV (+/+), ST (-/-) Abdomen: supel, NT (-), BU (+) normal, timpani meningkat, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba. Ext : akral dingin (-), CRT < 2, ADP (+) kuatBC : +440D : 8,33

Assessment : Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang e/c rotavirus (terehidrasi) Gizi kurang

a. Diet ASI/ASB + susu bebas laktosa (LLM) 8 x 100 ccb. Rehidrasi RA (200 ml/kgBB/24 jam = 900 cc/24 jam = 38 cc/jam) DS NS 18cc/jam, 5 tpm makro c. Oralit (10 cc/kgBB/x = 45 cc setiap kali diare) (5 cc/kgBB/x = 22,5 cc setiap kali muntah)d. Zinc 1 x 10 mg

Planning:Urin/Feses Rutin(hasil di atas)

Monitoring: KU/VS/SH per 4 jam BCD per 8 jam

III

11/5/15

Demam (-),mual (-), muntah (-), BAB(+) 3x/hari ampas, BAK (+), Minum (+)

KU : tampak sakit ringan, tidak rewel, CMVital Sign :HR : 122x, RR : 32x, S : 36,80C

Mata : sklera ikterik (-/-), konjunctiva anemis (-/-), mata cowong (-/-), air mata (+/+) Mulut: bibir kering (-), mukosa basah (+), faring hiperemi (-) Cor : BJ I/II int nomal, regular, bising (-) Pulmo: SDV (+/+), ST (-/-) Abdomen: supel, NT (-), BU (+) normal, timpani, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba. Ext : akral dingin (-), CRT < 2, ADP (+) kuatBC : +168D : 5,1

Assessment : Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang e/c rotavirus (perbaikan) Gizi kurang

a. Diet ASI/ASB + susu bebas laktosa (LLM) 8 x 100 ccb. DS NS 18cc/jam, 5 tpm makro c. Oralit (10 cc/kgBB/x = 45 cc setiap kali diare) (5 cc/kgBB/x = 22,5 cc setiap kali muntah)d. Zinc 1 x 10 mg

Planning:BLPL

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE CAIR AKUT1. DefinisiDiare cair akut merupakan diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak / cair. Mungkin disertai muntah dan panas. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang dapat mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terpenting diare pada anak-anak adalah Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium, Vibrio cholera, Salmonella, E. coli, rotavirus (Behrman, 2009).2. EpidemiologiKuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain makanan dan minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja penderita.Terdapat beberapa perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan, menggunakan botol susu yang tercemar, menyimpan makanan masak pada suhu kamar dalam waktu cukup lama, menggunakan air minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, tidak mencuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum memasak makanan, tidak membuang tinja secara benar (Ardhani, 2008).Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare antara lain tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi / imunosupressif.UmurKebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden paling banyak pada umur 6 10 bulan (pada masa pemberian makanan pendamping).Variasi musiman pola musim diare dapat terjadi melalui letak geografi. Pada daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas sedangkan diare karena virus (rotavirus) puncaknya pada musimdingin. Pada daerah tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada musim kemarau sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan.Kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik / tanpa gejala dan proporsi ini meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukan imunitas aktif.

3. EtiologiTerdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikuta. Faktor infeksiInfeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. (Behrman, 2009).b. Faktor MalabsorbsiMalabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.c. Faktor MakananDiare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.d. Faktor PsikologisDiare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).Gambar 1. Bagan Penyebab penyakit diare

4. PatofisiologiTerdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare yaitu:a. Gangguan osmotikAdanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare (Poorwo, 2003).b. Gangguan sekresiAkibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.c. Gangguan motilitas ususHiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbuldiare (Poorwo, 2003).

5. DiagnosisPada diare cair akut dapat ditemukan gejala dan tanda-tanda sebagai berikuta. BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekuensi lebih dari 3kali seharib. Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut invasif)c. Dapat disertai dengan muntah, nyeri perut dan panasd. Pemeriksaan fisik :Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama, yaitu kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen.Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah.Jangan lupa menimbang berat badan.Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut:a. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan Keadaan umum baik, sadar Tanda vital dalam batas normal Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir basah Turgor abdomen baik, bising usus normal Akral hangat Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus-menerus, diare frekuen) (Ardhani, 2008).

b. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan Keadaan umum gelisah atau cengeng Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mucosa mulut dan bibir sedikit kering Turgor kurang Akral hangat Pasien harus rawat inap(Ardhani, 2008).

c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dengan dua atau lebih tanda tambahan Keadaan umum lemah, letargi atau koma Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mucosa mulut dan bibir sangat kering Anak malas minum atau tidak bisa minum Turgor kulit buruk Akral dingin Pasien harus rawat inap (Ardhani, 2008).Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut.Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.(Behrman, 2009).Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul).Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur.Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

6. Tatalaksana1. TatalaksanaApabila derajat dehidrasi yang terjadi akibat diare sudah di tentukan, baru kemudian menentukan tatalaksana yang akan diterapkan secara konsisten..Terdapat lima lintas tatalaksana diare, yaitu: Cairan Dukungan nutrisi Supplement zinc Antibiotik selektif Edukasi orang tuaa. Diare cair akut tanpa dehidrasiPenanganan lini pertama pada diare cair akut tanpa dehidrasi antara lain sebagai berikut:1) Memberikan kepada anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Dapat kita gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti oralit, makanan cair (seperti sup dan air tajin) dan bila tidak ada air matang, kita dapat menggunakan larutan oralit untuk anak. Pemberian larutan diberikan terus semau naak hingga diare berhenti. Volume cairan untuk usia kurang dari 1tahun : 50-100cc, untuk usia 1-5 tahun mendapat 100-200cc, untuk usia lebih dari 5 tahun dapat diberikan semaunya.2) Memberikan tablet zinc. Pemberian tablet zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Dosis zinc untuk anak bervariasi, untuk anak usia dibawah 6 bulan sebesar 10mg (1/2 tablet) perhari, sedangkan untuk usia diatas 6 bulan sebesar 20 mg perhari. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari diare.3) Memberikan anak makanan untuk mencegah kekurangan gizi.4) Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut buang air besar cair lebih sering, muntah terus menerus, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, dan tinja berdarah.5) Anak harus diberi oralit dirumah. Formula oralit baru yangberasal dari WHO dengan komposisi sebagai berikut: Natrium: 75 mmol/L Klorida: 65 mmol/L Glukosa, anhydrous: 75 mmol/L Kalium:20 mmol/L Sitrat:10 mmol/L Total osmolaritas :245 mmol/LKetentuan pemberian oralit formula baru :Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 200 ml air matang, berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar dengan ketentuan untuk anak usia kurang dari 1tahun berikan 50-100 ml setiap kali buang air besar, sedangkan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun berikan 100-200 ml tiap kali buang air besar.

b. Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedangRehidrasi dapat menggunakan oralit 75cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti diatas setiap kali buang air besar.c. Diare Cair akut dengan Dehidrasi BeratAnak-anak dengan tanda-tanda dehidrasi berat dapat meninggal dengan cepat karena syok hipovolemik, sehingga mereka harus mendapatkan penanganan dengan cepat.Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.Ada beberapa hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:1) Menentukan cara pemberian cairanPenggantian cairan melalui intravena merupakan pengobatan pilihan untuk dehidrasi berat, karena cara tersebut merupakan jalan tercepat untuk memulihkan volume darah yang turun. Rehidrasi IV penting terutama apabila ada tanda-tanda syok hipovolemik (nadi sangat cepat dan lemah atau tidak teraba, kaki tangan dingin dan basah, keadaan sangat lemas atau tidak sadar). Cara lain pemberian cairan pengganti hanya boleh bila rehidrasi IV tidak memungkinkan atau tidak dapat ditemukan disekitarnya dalam waktu 30 menit.2) Jenis cairan yang hendak digunakan.Larutan RA merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara asetat dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis. Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat. Dengan profil seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat masif yang terjadi pada diare. Bila RA atau RL tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.3) Jumlah cairan yang hendak diberikan.Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan.Jika memungkinkan, penderita sebaiknya ditimbang sehingga kebutuhan cairannya dapat diukur dengan tepat.Kehilangan cairan pada dehidrasi berat setara dengan 10% berat badan (100 ml/kg).Bayi harus diberi cairan 30 ml/kg BB pada 1 jam pertama, diikuti 70ml/kg BB 5 jam berikutnya, jadi seluruhnya 100 ml/kgBB selama 6 jam. Anak yang lebih besar dan dewasa harus diberi 30 ml/kgBB pada 30 menit pertama, diikuti 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya sehingga seluruhnya 100 ml/kgBB selama 3 jam. Sangat berguna memberi tanda pada botol, untuk menunjukan jumlah cairan yang harus diberikan setiap jam bagi setiap penderita.Sesudah 30 ml/kg cairan pertama diberikan , nadi radialis yang kuat dapat teraba. Bila masih lemah dan cepat, infuse 30 ml/kg harus diberikan lagi dalam waktu yang sama. Meskipun begitu hal ini jarang dibutuhkan.Larutan oralit dalam jumlah kecil harus juga diberikan melalui mulut (sekitar 5ml/kg BB per jam) segera setelah penderita dapat minum, untuk memberi tambahan kalium dan basa.Hal ini biasa dilakukan setelah 3-4 jam untuk bayi dan 1-2 jam untuk penderita yang lebih besar.4) Jalan masuk atau cara pemberian cairanRute pemberian cairan meliputi oral dan intravena. Larutan oralit dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.

2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap (Hasan, 2007).Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma.Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan.Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring (Hasan, 2007).Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut: Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja. Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah.2. Memberikan terapi simtomatikTerapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi. (Pusponegoro, 2004).

3. Memberikan terapi definitif.Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:a. Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.b. V. parahaemolyticus,E. coli, tidak memerluka terapi spesifikc. A. aureus : Kloramfenikold. Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasine. Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikolf. Helicobacter: Eritromising. Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazolh. Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazoli. Balantidiasis: Tetrasiklinj. Candidiasis: Mycostatink. Virus: simtomatik dan support (Hasan, 2007)DAFTAR PUSTAKAAbdullah M (2006). Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah dan Perdarahan Samar. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: Bagian Penyakit Dalam FKUI, pp: 295.Ardhani punky, 2008, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak, Pustaka Cendekia Press: Jogjakarta Dib N, Oberti F, Cales P (2006). Current management of complications of portal hypertension: variceal bleeding and ascites. CMA Media Inc.pp: 1433-43.Hasan Rusepno et all, 2007, Ilmu Kesehatan Anak 1: cetakan ke 11, Infomedika: Jakarta.Hassan R, Alatas H (2007). Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 2. Jakarta: Price SA, Wilson LM (2007). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit 6th Edition. Jakarta: EGC, pp: 1332-1333.Poorwo sumarso et all, 2003, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi &Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia.Pusponegoro hardiyono et all, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak: edisi I, Ikatan Dokter Anak Indonesia.

6