PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa.
Katarak senilis terjadi pada usia lanjut.
Insiden katarak di dunia 5-10 juta kasus tiap tahunnya
Secara klinis, katarak senilis dikenal dalam 4 stadium, yakni stadium insipien, stadium imatur (stadium intumesen), stadium matur, stadium hipermatur dan stadium morgagni1.
Berdasarkan morfologinya, katarak senilis dibagi menjadi 3 tipe, yakni tipe subkapsular, tipe nuklear, dan tipe kortikal
Beberapa teori penyebab katarak: teori imunologis, teori mutasi spontan, teori radikal bebas, dan teori cross-link.
Diagnosis banding katarak diabetikum, katarak komplikata, katarak traumatik
Penanganan katarak adalah dengan pembedahan
Lensa mata merupakan suatu struktur bikonveks, avaskular, berbentuk seperti cakram, tak berwarna dan hampir transparan sempurna1,7
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan cahaya masuk kedalam mata sehingga terbentuk bayangan yang tajam pada selaput jala mata atau bintik kuning.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak senilis.1,2.
Kekeruhan pada lensa dapat disebabkan : • kelainan kongenital mata (kelainan genetik,
infeksi virus,dll), • trauma,• penyakit mata (glaukoma, uveitis,dll), • proses usia atau degenerasi lensa, • kelainan sistemik seperti diabetes mellitus, • riwayat penggunaan obat-obatan steroid, dll.1
• Kerusakan oksidatif oleh paparan sinar ultraviolet, rokok, alkohol
Katarak senilis: katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya umur mulai usia 40 tahun.
Beberapa penelitian mengatakan, bahwa katarak senilis dipercepat oleh beberapa faktor antara lain: • penyakit diabetes melitus, • hipertensi, • paparan sinar ultra violet, • indeks masa badan lebih dari 27, • asap rokok lebih dari 10 batang/hari
Di negara berkembang katarak merupakan 50-70% dari seluruh penyebab kebutaan, selain kasusnya banyak dan munculnya lebih awal.
Di Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan katarak sebesar 0,67%, dan tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%.3,4
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
Peka terhadap sinar atau cahaya. Dapat melihat ganda pada satu
mata. Kesulitan untuk dapat membaca. Lensa mata berubah menjadi buram.
Secara klinis, katarak senilis dikenal dalam 4 stadium:
Katarak insipien Katarak imatur Katarak matur Katarak hipermatur
Umumnya pasien belum mengeluhkan penglihatan buram
kadang-kadang pasien mengeluh melihat ganda dengan satu mata
kekeruhan yang tidak teratur Pada stadium ini proses degenerasi
belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman normal, iris dalam posisi normal. Tajam penglihatan pasien belum terganggu
Penglihatan berangsur-angsur menjadi berkurang
Pada pemeriksaan uji bayangan iris (Shadow test) akan terlihat bayangan iris pada lensa1
lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung, terjadi pembengkakan lensa yang disebut intumesensi
kekeruhan seluruh lensa Pada pemeriksaan terlihat iris dalam
posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata terbuka normal dan uji bayangan iris negatif 1.
proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (katarak Morgagni)
lensa terlihat lebih kecil daripada normal bilik mata depan sangat dalam uji bayangan iris tampak bayangan iris
pada lensa walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga disebut pseudopositif
Insipien Imatur Matur Hipermatus
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa
Normal Bertambah
Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong
Normal Tremulans
Bilik mata depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test
Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + glaukoma
Katarak nuklear
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks
Katarak kortikal
Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa
Katarak kupuliformis atau subkapsularis posterior
BENTUK KATARAK
Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat.
Jenis pembedahan
Ektraksi Katarak Intra Kapsular
Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular
Fakoemulsifikasi
Nama : An. U Jenis kelamin : Perempuan Umur : 2 tahun Bangsa : Indonesia Alamat : Munjul Cibubur Masuk poli mata : 28 Desember
2011
IBU
Nama : Ny. H Umur : 30
tahun Pekerjaan: Ibu
Rumah Tangga
AYAH
Nama : Tn. A Umur : 36
tahun Pekerjaan : Supir
pibadi
KELUHAN UTAMABola mata kiri bengkak sejak 3 bulan yang lalu
KELUHAN TAMBAHAN
Mata kiri pasien berair dan keluar kotoran
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang berobat diantar ibunya ke Poli Mata RSUP Fatmawati dengan keluhan bola mata kiri bengkak sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya hanya terdapat bulatan putih di bagian pupil mata kiri yang tidak mengganggu penglihatan. Hari minggu tanggal 18 Desember 2011 mulai timbul bengkak pada bola mata kiri pasien. Bengkak disertai kemerahan, berair, sakit, gatal dan belekan. Sejak saat itu pasien terlihat lebih rewel apalagi ketika ingin tidur. Pasien juga mengeluh demam hilang timbul, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
Pasien berobat ke puskesmas tanggal 18 Desember 2011 dan diberi obat penurun panas serta obat tetes mata tetapi ibu pasien tidak tahu jenis obat tetes mata tersebut.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga yang mengeluh seperti ini. Tidak ada riwayat kanker atau tumor dalam keluarga
RIWAYAT KELAHIRAN
-Tidak ada gangguan saat hamil-Lahir dengan vacum-Langsung menangis-Usia kelahiran: 12 bln-Ditolong bidan
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Normal sesuai dengan usianya
RIWAYAT MAKANAN
Tidak diberi ASI tetapi diganti dengan susu
formula
RIWAYAT IMUNISASI
Hanya imunisasi campak
Keadaan umum: baik Kesadaran : Compos
mentis Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/mnt
Suhu : 37,5 C Pernafasan : 20 x/mnt
Kepala: Normocephali, alopesia (-)
THT : Dalam batas normal
Mulut: Lidah kotor (-), tonsil T1-T1
Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Jantung: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara nafas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen: Buncit, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, edem -/-tidak ada deformitas pada ekstremitas pasien
AVOD : s.c :1/60 c.c: PH (-)
tidak dapat dikoreksi
AVOS : s.c: 1/60c.c: PH (-), tidak dapat dikoreksi
Kedudukan bola mata
Pergerakan bola mata
Posisi Ortoposisi Ortoposisi
Eksoftalmus - -
Endoftalmus - -
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal•Atas•Bawah
Baik
Baik
Baik
Baik
Nasal•Atas•Bawah
Baik
Baik
Baik
Baik
Nistagmus - -
Supersilia
Palpebra superior
Alopesia - -
Sikatriks - -
Edema - +
Spasme - -
Hiperemis - +
Benjolan - -
Ulkus - -
Fistel - -
Hordeolum - -
Kalazion - -
Ptosis - -
Palpebra inferior
Margo palpebra superior
Edema - -
Hiperemis - -
Benjolan - -
Ulkus - -
Fistel - -
Hordeolum - -
Kalazion - -
Edema - -
Hiperemis - -
Ektropion - -
Entropion - +
Sekret - -
Benjolan - -
Trikiasis - +
Madarosis - -
Ulkus - -
Fistel - -
Margo palpebra inferior\
Area kelenjar lakrimalis
Edema - -
Hiperemis - -
Ektropion - -
Entropion - -
Sekret - -
Benjolan - -
Trikiasis - -
Madarosis - -
Ulkus - -
Fistel - -
Edema - -
Hiperemis - -
Benjolan - -
Fistel - -
Punctum lakrimalis
Konjungtiva tarsal superior
Konjungtiva tarsal inferior
Edema - -
Hiperemis - -
Sekret - -
Epikantus - -
Kemosis - -
Hiperemis - -
Anemis - -
Folikel - -
Papil - -
Litiasis - -
Simblefaron - -
Kemosis - -
Hiperemis - -
Anemis - -
Folikel - -
Papil - -
Litiasis - -
Simblefaron - -
Konjungtiva fornix superior et inferior
Konjungtiva bulbi
Kemosis - -
Hiperemis - -
Simblefaron - -
Kemosis - -
Pterigium - -
Pinguekula - -
Flikten - -
Simblefaron - -
Injeksi konjungtiva - -
Injeksi silier - -
Injeksi episklera - -
Perdarahan subkonjungtiva - -
KorneaKejernihan Jernih Jernih
Edema - -
Ulkus - -
Flikten - -
Macula - -
Leukoma - -
Leukoma adheren - -
Stafiloma - -
Neovaskularisasi - -
Pigmen iris - -
Bekas jahitan - -
Tes fluoresein Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sklera biru - -
Episkleritis - -
Skleritis - -
Palpasi Normal Normal
Tonometri schiotz 10.9 mmHg 13.1 mmHg
Arkus senilis + +
Bekas jahitan - -
Kornea
Kamera okuli anterior
Kejernihan Jernih Jernih
Nebula - -
Keratik presipitat - -
Imbibisio - -
Infiltrat - -
Ruptur terepitelisasi - -
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Flare - -
Sel - -
Hipopion - -
Hifema - -
Warna Coklat tua Coklat tua
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat - -
Atrofi - -
Sinekia anterior - -
Sinekia posterior - -
Sinekia anterior perifer - -
Iris bombe - -
Iris tremulans - -
Bentuk Bulat -
Besar 3 mm -
Regularitas Regular -
Isokoria Isokor -
Letak Sentral -
Refleks cahaya langsung + -
Refleks cahaya tak langsung + -
Seklusi - -
Oklusi - -
Leukokoria - -
Kejernihan Keruh, agak padat Keruh, agak padat
Shadow tes + +
Refleks kaca - -
Pigmen iris - -
Luksasi - -
Lensa intraokuler - -
Kejernihan Jernih Jernih
Flare - -
Uji proyeksi sinar Baik Baik
Refleks fundus (+) Menurun Sulit dinilai
Papil Sulit dinilai
Sulit dinilai
C/D rasio Sulit dinilai Sulit dinilai
A/V rasio SuSulit dinilai Sulit dinilai
Retina Sulit dinilai Sulit dinilai
Macula lutea Sulit dinilai Sulit dinilai
Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai
Pasien perempuan, 56 tahun datang berobat ke Poli Mata RSUP Fatmawati dengan keluhan penglihatan yang makin buram pada kedua mata sejak 6 bulan yang lalu. Pasien mengaku mata buram seperti terhalang kabut tanpa mata merah. Penglihatan buram ini dirasakan semakin buram dan mengganggu pekerjaan pasien sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan silau pada kedua matanya. Pasien menyangkal adanya mata merah, nyeri, berair ,ada kotoran, melihat ganda pada kedua mata. dan riwayat trauma sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan diabetes melitus
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, sedangkan pada status oftalmologi:
OD Pemeriksaan OS1/60, PH (-), Tidak dapat dikoreksi
Visus s.c c.c
1/60PH (-), Tidak dapat dikoreksi
Ortoposisi Posisi bola mata OrtoposisiBaik ke segala arah Pergerakan bola
mataBaik ke segala arah
Tenang Palpebra TenangTenang Konjungtiva
tarsalTenang
Tenang Konjungtiva fornix
Tenang
Tenang Konjungtiva bulbi
Tenang
Jernih, arcus senilis (+)
Kornea Jernih, arcus senilis (+)
Jernih, dalam Kamera okuli anterior
Jernih, dalam
Coklat, kripti teratur Iris Coklat, kripti teratur
Bulat, isokor, regular, sentral, 3 mm, RCL +/+, RCTL +/+
Pupil Bulat, isokor, regular, sentral, 3 mm, RCL +/+, RCTL +/+
Keruh, kurang padat Lensa Keruh, kurang padat
Jernih Cairan vitreus Jernih
10,9 mmHg Tekanan bola mata
13,1 mmHg
Refleks fundus menurun, berbayang merah tetapi detail sulit dinilai
Funduskopi Refleks fundus menurun, berbayang merah tetapi detail sulit dinilai
Baik Proyeksi sinar Baik
DIAGNOSA KERJAKatarak Senilis Imatur OD
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan pre operasi Tes laboratorium pre operasi (darah rutin seperti Hb, LED, leukosit, hitung jenis leukosit, trombosit; masa perdaraan, masa pembekuan; SGOT, SGPT; gula darah puasa, gula darah 2 jam PP; kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida; creatinin darah, ureum darah, urin seperti protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, sedimen)
Rontgen toraks PA Konsul IPD, jantung, anastesi
PENATALAKSANAANPenatalaksanaan katarak senilis imatur OD Ekstraksi lensa mengunakan tehnik fakoemulsifikasi serta penanaman lensa intraokular ocular dextra
PROGNOSIS
• Ocular dextra Ad vitam: dubia ad bonam Ad visam: dubia ad bonam
• Ocular sinistra Ad vitam: dubia ad bonam Ad visam: dubia ad bonam
Diagnosis kerja kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi.
Pasien perempuan, 56 tahun dengan keluhan utama penglihatan kedua buram 6 bulan yang lalu yang makin buram hingga mengganggu pekerjaan sejak 1 bulan yanglalu, tidak ditemukan mata merah pada kedua mata mata tenang visus turun perlahan
kemungkinan diagnosis banding berupa : - katarak, - glaukoma, - kelainan refraksi.
Penglihatan kabur pasien diarasakan sejak 6 bulan lalu dan dirasa memberat. Penglihatan kabur dirasakan seperti tertutup asap. Pasien mengaku silau apabila melihat cahaya sesuai dengan gejala katarak
Dari hasil pemeriksaan fisik mata kanan didapatkan lensa yang keruh diagnosis katarak.
Pasien tidak mengeluh sakit pada sekitar mata, pusing, mual dan muntah. Dari pemeriksaan tonometri Schiotz didapatkan tekanan intraokuler OD 10,9 mmHg dan OS 13,1 mmHg diagnosis glaukoma disingkirkan
riwayat trauma pada mata (-) katarak traumatik disingkirkan
Riwayat diabetes melitus (-) katarak diabetikum disingkirkan
usia pasien yaitu 56 tahun katarak senilis
Pada pemeriksaan fisik- Shadow test positif katarak imatur
Jadi diagnosis untuk pasien ini adalah katarak senilis imatur ODS
Pada pasien ini dapat disimpulkan diagnosa kerja pasien adalah katarak senilis imatur ODS. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dialami pasien, dan pemeriksaan oftalmologi.
Tatalaksana yang akan dilakukan pada pasien ini adalah pembedahan dengan teknik fakoemulsifikasi dan pemasangan lensa IOL. Prognosis pada pasien ini adalah baik, terlihat dan uji proyeksi sinar kedua mata pasien baik, serta akan digunakannya teknik fakoemulsifikasi untuk mengangkat lensa katarak pasien
1. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. Hlm 172-3, 199, 200-13.
2. Ilyas Sidarta; Taim Hilman; et al. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan Mahasiswa kedokteran, edisi kedua. Jakarta: Sagung seto, 2002. Hlm 143-55, 159-65
3. Ocampo, Vicente Victor D. Senile Cataract. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, 2011.
4. Kanski, Jack J. Clinical Ophtalmology, A Systemic Approach, second edition. Oxford: Butterworth-Heinemann, 1993, 234-251.
5. Mariannete. Cataract and Lens Disorder. Clinical Guide to Comprehensive Opthalmology. New York: Thieme Medical Publishers, 1999, 303-331.
6. Ilyas, Sidarta. Katarak (lensa mata keruh) cetakan ketiga. Jakarta: Balai penerbit FKUI,2003.
7. Vaughan, Daniel G., Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum, edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000, 175-183.
8. Glynn RJ, Christen W, Manson JE, Bernheimer J, Hennekens CH. Body Mass Index. An Independent Predictor of Cataract. Arch Ophthalmol 1995; 113 : 1131-7.
9. Hiller R, Sperduto RD, Ederer F. Epidemiologic Associations With Cataract in The 1971-1972 National Health and Nutrition Examination Survey. Am J Epidemiol 1983; 118 : 239-49.
10. Sheila W, Beatrize M, Oliver DS, Susan V, Maureen M, Hugh RT, Neil RT. Cigarette smoking ang Risk for Progression of Neclear Opacities. Arch Ophthalmol 1995.