Download - Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

Transcript
Page 1: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

PRELIMINARY STUDY SAPONIFIKASI

Praktikum Satuan Proses Diajukan untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing

Oleh :

Irfanty Widiastuti

NIM 131411012

Kelas 2A - TK

D3-Teknik Kimia

PROGRAM STUDI D3 – TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2014

Page 2: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

1. Apa itu saponifikasi ?

Saponifikasi adalah proses hidrolisis ester dari alkali pada lemak yang disengaja, biasanya

dilakukan dengan penambahan basa kuat (kaustik soda) membentuk alkohol dan garam dan

sisanya asam. Atau secara singkat saponifikasi merupakan suatu reaksi yang terjadi antara

lemak dan kaustik soda atau peristiwa hidrolisa dari ester-ester.

Atom oksigen mengikat sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung dari

rantai asam karboksilat akan larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah yang

kemudian disebut sabun. Sedangkan gugus OH dalam hidroksida akan berikatan dengan

molekul gliserol, apabila ketiga gugus asam lemak tersebut lepas maka reaksi saponifikasi

dinyatakan selesai. Reaksi tersebut sebagai berikut :

http://www.academia.edu/6376246/BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi

2. Sebutkan macam-macam sabun !

a. Sabun keras adalah reaksi antara asam alkanoat suhu tinggi dengan NaOH yang

menghasilkan garam natrium.

b. Sabun lunak

Sabun lunak adalah reaksi antara asam alkanoat dengan KOH yang menghasilkan garam

kalium

c. Shaving Cream

Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah campuran

minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.

d. Sabun Cair

Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta

menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan

gliserin atau alcohol.

Page 3: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

e. Sabun kesehatan

Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum yang

rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteri adiktif.

Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida, tri-klor

carbanilyda, irgassan Dp 300 dan sulfur.

f. Sabun Chip

Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan sabun

yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu.

Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui pengeringan, atau

menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.

g. Sabun Bubuk untuk mencuci

Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing. Sabun bubuk mengandung

bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat, sodium

karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.

Berdasarkan ion yang dikandungnya, sabun dibedakan atas :

a. Cationic Sabun

Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationic detergents. Sebagai

tambahan selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung sifat

antikuman yang membuat mereka banyak digunakan pada rumah sakit. Kebanyakan

sabun jenis ini adalah turunan dari ammonia.

b. Anionic Sabun

Sabun jenis ini adalah merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.

c. Neutral atau Non Ionic Sabun

Non ionic sabun banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring. Karena sabun jenis

ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, sabun jenis ini tidak beraksi dengan ion yang

terdapat dalam air sadah. Non ionic sabun kurang mengeluarkan busa dibandingkan

dengan ionic sabun.

Berdasarkan Jenis dan Fungsi

a. Transparant Soap

Sabun‘tembus pandang’ ini tampilannya jernih dan cenderung memiliki kadar yang

ringan. Sabun ini mudah sekali larut karena mempunyai sifat sukar mengering.

Page 4: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

b. Castile Soap

Sabun yang memakai nama suatu daerah di Spanyol ini memakai olive oil untuk

formulanya. Sabun ini aman dikonsumsi karena tidak memakai lemak hewani sama

sekali.

c. Deodorant Soap

Sabun ini bersifat sangat aktif digunakan untuk menghilang aroma tak sedap pada

bagian tubuh.Tidak dianjurkan digunakan untuk kulit wajah karena memiliki kandungan

yang cukup keras yang dapat menyebabkan kulit teriritasi.

d. Acne Soap

Sabun ini dikhususkan untuk membunuh bakteri-bakteri pada jerawat.Seringkali sabun

jerawat ini mengakibatkan kulit kering Bila pemakaiannya dibarengi dengan penggunaan

produk anti-acne lain maka kulit akan sangat teriritasi, sehingga akan lebih baik jika Anda

memberi pelembab atau clarning lotion setelah menggunakan Acne Soap.

e. Cosmetic Soap atau Bar Cleanser

Sabun ini biasanya dijual di gerai-gerai kecantikan.Harganya jauh lebih mahal dari sabun-

sabun biasa karena di dalamnya terdapat formula khusus seperti pemutih.Cosmetic

soapbiasanya memfokuskan formulanya untuk memberi hasil tertentu, seperti pada

whitening facial soap dan firming facial soap.

f. Superfatted Soap

Sabun ini memiliki kandungan minyak dan lemak lebih banyak sehingga membuat terasa

lembut dan kenyal.Sabun ini sangat cocok digunakan untuk kulit kering karena dalamnya

terdapat kandungan gliserin, petroleurn dan beeswax yang dapat melindungi mencegah

kulit dan iritasi dan jerawat.

g. Oatmeal Soap

Dari hasil penelitian, gandum mempunyai kandungan anti iritasi. Dibandingkan

sabunlain, sabun gandum ini lebih baik dalam menyerap minyak menghaluskan kulit

kering dan sensitif.

h. Natural Soap

Sabun alami ini memiliki formula yang sangat lengkap seperti vitamin, ekstrak buah,

minyak nabati, ekstrak bunga, aloe vera dan essential oil.Cocok untuk semua jenis kulit

dan kemungkinan membahayakan kulit sangat kecil.

Page 5: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

http://wiwinprtw.blogspot.com/2013/01/makalah-proses-pembuatan-sabun.html

http://alfi-maysaroh.blogspot.com/2013/03/laporan-ujian-praktikum-kejuruan.html

3. Apa itu lemak ?

Lemak adalah sekumpulan senyawa di dalam tubuh yang memiliki ciri-ciri yang serupa

dengan malam atau minyak (Goldstein,1996). Lemak juga ddefinisikan sebagai senyawa

organik yang terdapat di alam dan tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik

nonpolar seperti suatu hidrokarbon dan dietileter (Fessenden, 1981).

Lemak adalah golongan senyawa hidrofobik yang sangat penting untuk penyimpanan

bahan pembakaran, untuk membentuk struktur membran pembawa vitamin-vitamin yang

larut dalam lemak, sebagai hormon dan sebagi pengemban oligisakarida. Sebagian besar

sintesis asam-asam lemak berlangsung di sitoplasma sel-sel hati. (Vogel. 1990. Analisis

Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pusaka)

Lemak adalah senyawa alami yang tersusun oleh rangkaian asam lemak, secara kimiawi

lemak dapat diartikan sebagai triester gliserol yang biasa disebut gliserida atau trigliserida.

Senyawa trigliserida dalam suhu kamar mempunyai dua bentuk, yaitu dalam bentuk cairan

yang dikenal dengan minyak, misal : minyak jagung, minyak kelapa, dll yang secara umum

dikenal dengan minyak nabati. Bentuk yang lain adalah bentuk padat misalnya, keju, lemak,

babi, gajih, dll yang dikenal sebagai minyak hewani.

Berdasarkan fungsi dan strukturnya lipid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Trigliserida (asam lemak)

Berfungsi sebagai sumber energi yang tersusun atas ester gliserol dari asam lemak (asam

karboksliat suku tinggi). Trigliserida disebut juga lemak yang terdiri atas 2 jenis. Yaitu

lemak yang tersusun atas asam lemak yang jenuh dan minyak yang tersusun atas asam

lemak tak jenuh. Lemak berbentuk padat sedangkan minyak berwujud cair. Rumus

umumnya adalah:

H C-O-C-R2

O

HC-O-C-R'

H C-O-C-R2

O

O

Dimana R, R’ dan R” dapat merupakan gugus yang sejenis atau berbeda, misalnya C17H33

atau C17H35 dan yang lainnya. Reaksi antara lemak dan basa akan menghasilkan gliserol

dan sabun yang dikenal dengan reaksi penyabunan (saponifikasi).

Page 6: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

2. Fospolipid

Fospolipid merupakan komponen utama pembentuk membran sel dan merupakan

senyawa yang polar. Fospolipid merupakan ester dari gliserol yang mengandung ester

asam posfat dengan rumus umum :

H C-O-C-R2

O

HC-O-C-R'

2

O

O

H C-O-P-O-R"

OH Dimana Gugus R” adalah kolin (disebut fosfatidilkolin), etanolamin (fosfatidil etanolamin),

serin (fosfatidil serin), dan inositol (fosfatidil inositol). Membran sel yang tersusun atas

fospolipida merupakan senyawa polar dimana bagian luar adalah hidrofil sedangkan

bagian dalam adalah hidrofob.

3. Steroid

Steroid merupakan lipid yang berperan dalam proses-proses biologis dalam organisme

hidup. Misalnya kolesterol, asam-asam empedu, testoteron dan lain-lain. Strukturnya

adalah:

CH3

CH3

R

Steroid tidak mengandung komponen asam lemak ataupun gliserol dan tidak dapat

mengalami penyabunan.

https://www.scribd.com/doc/239847028/uji-lemak

4. Apa itu trigliserida ?

Kata “trigliserida” berasal dari tiga (“tri-“) molekul asam lemak yang dikombinasikan

dengan molekul gliserol alkohol (“-gliserida”). Trigliserida yang lebih dikenal dengan sebutan

triasilgliserol merupakan gliserida dimana gliserol diestrerifikasi dengan 3 asam lemak.

Rumus kimia trigliserida adalah CH2COOR-CHCOOR'-CH2-COOR", dimana R, R' dan R" masing-

masing adalah sebuah rantai alkil yang panjang. Ketiga asam lemak RCOOH, R'COOH and

Page 7: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

R"COOH bisa jadi semuanya sama, semuanya berbeda ataupun hanya dua diantaranya yang

sama.

Jika ketiga asam lemak itu berbentuk identik (R = R 1= R 2) maka hasilnya akan berupa

trigliserida yang sederhana. Jika ketiga asam lemak itu berbeda, maka dihasilkan trigliserida

campuran. (Vogel, 1958)

http://www.docstoc.com/docs/125720460/PENGUJIAN-LIPIDA-dan-ASAM-LEMAK

5. Apakah reaksi yang terjadi antara lemak dengan alkali ?

Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua

komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau potasium.

Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium

dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang dibuat dengan NaOH

dikenal dengan sabun keras, sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan

sabun lunak. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa

natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Pada

umumnya sabun ditambahkan zat pewangi atau antiseptik.

Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat sebagai senyawa sabun.

Kelebihan alkali dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0.10 % untuk sabun natrium dan

0.14 % untuk KOH. Hal ini disebabkan karena alkali mempunyai sifat yang keras dan dapat

mengakibatkan iritasi pada kulit. kelebihan alkali bebas pada sabun dapat disebabkan karena

konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih pada proses penyabunan. Sabun dengan kadar

alkali yang lebih besar biasanya digolongkan ke dalam sabun cuci.

6. Apa perbedaan antara sabun keras dan sabun lunak ?

Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua

komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau potasium.

Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium

dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Lemak dan minyak dari asam

Page 8: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

lemak jenuh dengan rantai panjang (C16 –C18) menghasilkan sabun keras, sedangkan lemak

dan minyak dari asam lemak tak jenuh dengan rantai lebih pendek (C12 – C14) menghasilkan

sabun yang lebih lunak dan lebih mudah larut. Sabun yang dibuat dari NaOH lebih sukar larut

dibandingkan dengan sabun yang dibuat dari KOH. Penambahan alkohol digunakan untuk

memecah lemak sehngga dihasilkan sabun yang sempurna. Sabun yang dibuat dengan NaOH

dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal

dengan sabun lunak (soft soap).

a. Reaksi pembuatan sabun keras dari NaOH

b. Reaksi pembuatan sabun lunak dari KOH

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39219/4/Chapter%20II.pdf

7. Sebutkan jenis lemak dan apa saja komposisi lemak ?

Lemak alam sebagian besar mengandung ester-ester dan pada dasarnya mempunyai

komposisi yang sederhana. Ester-ester asam lemak adalah non-volatil dan tidak berbau,

tetapi mempunyai semua sifat-sifat umu dari ester. Hampir selalu asam yang berbentuk

lemak mempunyai jumlah atom C genap pada setiap molekul biasanya antara C8 hingga C24.

Di samping itu didalam lemak tumbuh-tumbuhan mengandung sejumlah kecil zat-zat lain

seperti fosfolipida, vitamin, antioksida, pigmen, dan hidrokarbon. Juga minyak yang masih

Page 9: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

kotor (crude oil) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat juga mengandung hasil-hasil dari

hidrolisis trigliserida yang sederhana dan disebut asam lemak bebas yang merupakan hasil

dari hidrolisis sebagian (Vogel, 1958).

Macam lemak berdasarkan komposisi kimia

Macam lemak Penyususn Contoh senyawa

Lemak sederhana Trigliserida Lemak, lilin, malam (padat pada

suhu kamar), minyak (cair pada

suhu kamar)

Lemak campuran Lemak dengan senyawa bukan

lemak : fosfat, protein, glukosa

Fosfolipid, fosfatid (lemak +

fosfat + kolin), lipoprotein

Derivat lemak Berasal dari hidrolisis lemak Asam lemak, gliserol, sterol,

golongan keton (kolesterol)

Macam asam lemak berdasarkan ikatan kimia

Asam lemak Sifat bagi tubuh Kandungan

ikatan rangkap

pada rantai

Wujud pada

lemak suhu

kamar

Contoh

Jenuh Nonesensial

(dapat disintesis

tubuh)

Tidak ada Padat Lemak hewani,

asam stearat, asam

palmitat

Tidak jenuh Esensial (tidak

dapat disintesis

tubuh)

Ada Umumnya

cair

Lemak nabati,

asam linoleat,

asam linolenat,

asam arakhidonat

Komposisi Lemak sebagai berikut :

Lemak atau minyak Komposisi (%)a

Palmitat Stearate Oleat Linoleat

Lemak hewani

- Lard (lemak babi) 30 - 45 5

- Mentega 25 8 35 5

- Lemak manusia 25 8 46 10

Minyak nabati

Page 10: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

- Kelapa 8 2 6 1

- Jagung 10 5 45 38

- Kedelai 10 - 25 55

- Olive 5 5 80 7

8. Apa efek dari pengikatan gliserol dengan berbagai macam jenis asam lemak ?

Pada rumus struktur lemak di atas, R1–COOH, R2–COOH, dan R3–COOH adalah molekul

asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak itu boleh sama (disebut

asam lemak sederhana) dan boleh berbeda (disebut lemak campuran). Tetapi pada

umumnya, molekul lemak terbentuk dari dua atau lebih macam asam lemak. Sebagai contoh,

salah satu komponen minyak kapas mempunyai struktur sebagai berikut:

Nama lazim dari lemak adalah trigliserida. Penamaan lemak dimulai dengan kata gliseril yang

diikuti oleh nama asam lemak.

http://sherchemistry.wordpress.com/kimia-xii-2/8-makromolekul/3-lemak/

Page 11: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

9. Apa reaksi stoikiometri pada pada saponifikasi ? Bagaimana menghitung kebutuhan

pereaktan ?

Tingginya asam lemak bebas pada sabun akan mengurangi daya membersihkan sabun,

karena asam lemak bebas merupakan komponen yang tidak diinginkan dalam proses

pembersihan. Jumlah asam lemak merupakan jumlah total seluruh asam lemak pada sabun

yang telah atau pun yang belum bereaksi dengan alkali. Sabun yang berkualitas baik

mempunyai kandungan total asam lemak minimal 70%, hal ini berarti bahan-bahan yang

ditambahkan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sabun kurang dari 30%. Tujuannya

untuk meningkatkan efisiensi proses pembersihan kotoran berupa minyak atau lemak pada

saat sabun digunakan.

Alkali bebas merupakan alkali dalam sabun yang tidak diikat sebagai senyawa. Kelebihan

alkali bebas dalam sabun tidak boleh lebih dari 0,1% untuk sabun Na, dan 0,14% untuk sabun

KOH karena alkali mempunyai sifat yang keras dan menyebabkan iritasi pada kulit. Kelebihan

alkali bebas pada sabun dapat disebabkan karena konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih

pada proses penyabunan. Sabun yang mengandung alkali tinggi biasanya digunakan untuk

sabun cuci.

10. Apa efek pereaktan dirancang berlebih pada saponifikasi ? Apa manfaat dan kerugian dari

masing-masing pereakstan yang berlebih ?

Penggunaan jumlah NaOH yang kurang dalam reaksi saponofikasi akan menyebabkan

terbentuknya residu /sisa asam lemak (minyak) setelah reaksi. Hal ini akan menyebabkan

sabun akan terkesan licin, lebih lembut, dan lembab. Sebaliknya, penggunaan jumlah NaOH

yang berlebih dalam reaksi saponifikasi menyebabkan tidak adanya residu/asam lemak

(minyak) setelah reaksi. Hal ini menyebabkan sabun akan keras.

Penggunaan jumlah minyak atau lemak yang berlebih memberikan efek pada sabun yang

menjadi keruh.

Page 12: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

11. Bagaimana pembuatan sabun agar menjadi wangi ?

Parfum termasuk bahan pendukung. Pewangi ditambahkan pada proses pembuatan

sabun untuk memberikan efek wangi pada produk sabun. Pewangi yang sering digunakan

dalam pembuatan sabun adalah dalam bentuk parfum dengan berbagai aroma (buah-

buahan, bunga, tanaman herbal dan lain-lain). Keberadaaan parfum memegang peranan

besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun secara kualitas

sabun yang ditawarkan bagus, tetapibila salah memberi parfum akan berakibat fatal dalam

penjualannya.

Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningandengan berat jenis

0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram(g) dapat dikonversikan ke mililiter.

Sebagai patokan 1 g parfum =1,1ml. Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi

ke dalamdua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umummempunyai

aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat sepertiaroma mawar dan aroma kenanga.

Pada umumnya, produsen sabunmenggunakan jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma

dari parfumtersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yangmenggunakannya.

Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi denganharganya yang lebih mahal dari jenis parfum

umum. Beberapa namaparfum yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya

bouquct deep water, alpine, dan spring flower.

http://alfi-maysaroh.blogspot.com/2013/03/laporan-ujian-praktikum-kejuruan.html

https://id.scribd.com/doc/91796507/Praktikum-Saponifikasi

12. Bagaimana kondisi operasi pada saponifikasi ? Mengapa suhu berpengaruh pada

saponifikasi ?

Suhu Operasi. Suhu yang tinggi akan mempercepat terjadinya reaksi tetapi dengan pengadukan

yang lambat. Selain itu, juga dapat meningkatkan selektivitas. Biasanya, suhu operasi antara 80-

950C.

Tekanan Operasi. Peningkatan tekanan akan meningkatkan kinetika reaksi tetapi menurunkan

selektivitas.

Pengadukan. Meningkatkan kecepatan pengadukan akan dapat meningkatkan kecepatan reaksi

dan penurunan selektivitas yang besar.

Katalis. Penambahan katalis dapat meningkatkan kinetika reaksi dan sedikit memperkecil

selektivitas.

13. Apakah reaksi pada saponifikasi termasuk ke dalam reaksi eksoterm atau endoterm ?

Reaksi saponifikasi termasuk ke dalam reaksi eksoterm. Ditinjau dari segi

thermodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan hasil, hal ini dapat dilihat dari

persamaan Van`t Hoff :

Page 13: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (∆H negatif), maka dengan

kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K (konstanta keseimbangan), tetapi jika

ditinjau dari segi kinetika, kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Hal ini dapat

dilihat dari persamaan Arhenius berikut ini (Smith 1987) :

Dalam hubungan ini, k adalah konstanta kecepatan reaksi, A adalah faktor tumbukan, E

adalah energi aktivasi (cal/grmol), T adalah suhu (ºK), dan R adalah tetapan gas ideal

(cal/grmol.K). Berdasarkan persamaan tersebut maka dengan adanya kenaikan suhu berarti

harga k (konstanta kecepatan reaksi) bertambah besar. Jadi pada kisaran suhu tertentu,

kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya menaikan hasil dalam waktu yang

lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah melebihi suhu optimumnya maka akan

menyebabkan pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan reaksi K akan turun

yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi atau dengan kata lain hasilnya akan menurun.

Turunnya harga konstanta keseimbangan reaksi oleh naiknya suhu merupakan akibat dari

reaksi penyabunan yang bersifat eksotermis. (Levenspiel, 1972)

14. Apa perbedaan pemanasan langsung dan tidak langsung pada saponifikasi ? Apa syarat

supaya pereaktan yang dipanaskan bisa terpanaskan ?

Proses Pemanasan Langsung

Pemanasan secara langsung (direct heating) merupakan metode di mana produk

yang akan dipanaskan mendapatkan sumber panas langsung dari gas panas hasil pembakaran

bahan bakar atau dengan menggunakan elemen listrik

Proses Pemanasan Tidak Langsung

Pemanasan secara tidak langsung (indirect heating) adalah merupakan metode di mana

produk yang akan dipanaskan mendapatkan sumber panas dengan cara mensirkulasikan heat

transfer medium (disebut juga sebagai heat carrier) antara heater dengan produknya (heat

consumer).

Ada bermacam-macam heat transfer medium yang digunakan, tergantung pada suhu

pemanasan yang diperlukan, bisa menggunakan air, uap, atau heat transfer oil. Pada

umumnya untuk aplikasi yang memerlukan panas dengan suhu hingga 100OC, cukup

Page 14: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

menggunakan medium air saja, tenaga uap digunakan apabila aplikasinya memerlukan

pemanasan dengan suhu di atas 150OC. Untuk aplikasi yang memerlukan pemanasan hingga

suhu 300OC biasa digunakan medium thermal oil. Perlu dicatat bahwa heat thermal oil ini

mempunyai karakteristik yang berbeda dengan lubrication oil, sehingga penggunaannya tidak

bisa saling dipertukarkan.

Keunggulan sistem pemanasan secara tidak langsung (indirect heating) dibanding sistem

pemanasan langsung (direct heating) adalah sebagai berikut :

Pemanasan lebih merata sehingga tidak terjadi pemanasan setempat yang dapat

merusak sebagian produk yang dipanaskan.

Pengaturan suhu dan distribusi panas lebih terkontrol.

Sumber panas (heater) bisa disentralisasi dan panas bisa didistribusikan ke beberapa

titik pemakaian, tidak perlu setiap titik menggunakan satu heater.

Efisiensi pemakaian panasnya sangat tinggi karena panas yang terbuang (heat loss)

sangat kecil dibanding dengan sistem direct yang secara individu mempunyai heat loss

di setiap titik pemakaian.

Biaya operasi dan perawatannya jauh lebih kecil.

Kondisi perpindahan kalor (heat transfer) lebih optimum di setiap titik pemakaian.

Proses pemanasan dan pendinginan (pengaturan temperatur) dapat dilakukan dengan

menggunakan heat carriers yang sama.

Jika heat transfer medium yang digunakan adalah oil maka dimungkinkan untuk

menghasilkan air panas (menggunakan heat exchanger), uap (dengan menggunakan

steam generator / re-boiler), atau udara panas (menggunakan air heater).

Memungkinkan untuk penyimpanan energi panas untuk mengantisipasi lonjakan

beban pada waktu yang sangat singkat.

(Riegel, 1987)

15. Apa pengaruh perbedaan suhu antara 50oC dan 70OC pada saponifikasi ?

Lebih bagus pada suhu 70 lebih lama prosesnya dan akan meningkatkan kualitas sabun

tersebut, jika 50 minyak kelapa tidak akan meyatu dan akan terbentuk sabun yang

serbuk. Ditinjau dari segi termodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan hasil, hal ini

dapat dilihat dari persamaan van’t Hoff :

𝑑 ln 𝐾

𝑑 𝑇=

∆𝐻

𝑅𝑇 (1)

karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (∆H negative), maka dengan

kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K (konstanta keseimbangan), tetapi jika

Page 15: Preliminary Study Saponifikasi Irfanty Widiastuti 131411012 2a-Tk Kel 3

ditinjau dari segi kinetika, kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Hal ini dapat

dilihat dari persamaan Arhenius berikut ini ( Smith 1987 ) :

k = A e –E/RT (2)

Berdasarkan persamaan tersebut maka dengan adanya kenaikan suhu berarti harga k

(konstanta kecepatan reaksi) bertambah besar. Jadi pada kisaran suhu tertentu, kenaikan

suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat.

Tetapi jika kenaikan suhu telah melebihi suhu optimumnya maka akan menyebabkan

pengurangan produk. (Levenspiel, 1972)