PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS
(Studi Kasus di KotaSalatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh GelarSarjanadalamHukum Islam
Oleh:
Dita Septika Wati
NIM: 21412030
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS
StudiKasus di Kota Salatiga
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Dita Septika Wati
NIM: 21412030
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
iv
v
vi
vii
viii
MOTO
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha
yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seorang
manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha.
Jangan meremehkan seseorang yang memiliki masa lalu buruk,
bisa jadi dia mendapatkan masa depan yang paling cerah.
(Umar bin Khattab)
ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahku Amin Syaifudin dan Ibu Titik Sumaryani, yang selalu
memberikan semangat tiada henti dan selalu menemani dalam
kondisi apapun. Terimakasih untuk semua yang kalian berikan.
2. Adik tercinta Okky Taufiq dan Dian Alida Paramita, yang selalu
mendukung Kakakmu ini untuk menggapai mimpi- mimpinya.
3. Keluarga besar yang tidak hentinya memberikan dukungan dan doa
kepadaku.
4. Temanku Hafsari Ayu Wardani yang selalu setia menemaniku dalam
menyusun skripsi ini.
5. Sahabatku Tri Setyorini, Istiqomah, Umi Wahyu Anisa, Siti Solikha,
Iva Ekowati, Masadah, Dwi Astuti yang selalu menyemangatiku tiada
henti.
6. Teman- teman Terbaiku HES 2012 terimakasih untuk 4 tahun ini,
kalian memberikan warna dalam hidupku.
7. Untuk semua orang disekitarku yang tidak bisa kusebutkan satu
persatu, terimakasih atas doa kalian.
x
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat- Nya Skripsi ini dapat penulis selesaikansesuai dengan yang
diharapakan. Penulis juga beryukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan
oleh- Nya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi ini.
Sholawat dan salam semoga tercurahkan untuk Nabi, Kekasih, Spirit
Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW bserta segenap keluarga dan para
sahabat- sahabatnya.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Strata Satu Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, dengan
judulPRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS (Studi Kasus di Kota
Salatiga). Penulis mengakui bahwa dalam menyusun Skripsi ini tidak dapat
diselesaikan tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Karena itulah penulis
mengucapkan penghargaan yang setinggi- tingginya, ungkapan terima kasih
kadang tak bisa mewakili kata- kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. BapakDr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah
IAIN Salatiga.
3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi
Syariah IAIN Salatiga.
xi
4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., selaku dosen Pembimbing
Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan perngarahan
untuk selal melakukan yang terbaik.
5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syariah
IAIN Salatiga.
6. Ibu Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si, selaku Dosen Pembimbing
yang selalu memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga
skripsi dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.
7. Ibu Ben Ismi Dadarsih, S.H.,M.H., selaku Kepada Ketua Bidang
Perdagangan Disperindagkop dan UMKM Kota Salatiga.
8. Kepada Pedagang pakaian impor bekas di kota Salatiga yang
sudah memberikan informasi.
9. Teman- teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012
IAIN Salatiga, yang selalu mendukung penulis dalam menuntut
ilmu.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan
maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita- Nya. Amin.
Akhirnya, peneliti berharap semoga Skripsi ini bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga, September 2016
Penulis
xii
ABSTRAK
Wati, Dita Septika. 2016. Praktik Jual Beli Pakaian Impor Bekas (Studi Kasus di
Kota Salatiga). Skripsi. Fakultas Syariah. Jurusan Hukum Ekonomi
Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Heni Satar
Nurhaida, S.H., M.SI.
Kata Kunci: Jual Beli, Impor, Pakaian Bekas.
Kegiatan jual beli merupakan aktivitas yang menjadi sarana untuk
memenuhi kebutuhan manusia, baik itu kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Jual beli tidak hanya dilakukan antar daerah, tetapi dengan semakin
berkembangnya zaman jual beli juga dilakukan antar negara, contohnya seperti
Indonesia dan negara- negara lain di sekitarnya, dimana kegiatan ini dinamakan
impor dan ekspor. Jual beli pakaian impor bekas yang sekarang banyak dijumpai
di Kota Salatiga membuat peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa yang menjadi
penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas di Kota Salatiga, Bagaimana
Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik jual beli pakaian impor bekas, serta
Bagaimana peran pemerintah Kota Salatiga dalam menangani masalah jual beli
pakaian impor bekas. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor penyebab
maraknya penjualan pakaian impor bekas di Kota Salatiga, untuk mengetahui
tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli pakaian impor bekas, untuk
mengetahui sejauh mana peran Pemerintah Kota Salatiga dalam menangani
masalah jual beli pakaian impor bekas
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif yang
bersifat membangun, mengembangkan, dan menemukan teori- teori sosial.
Peneliti juga menggunakan pendekatan normatif sosiologis, dengan cara meneliti
bahan- bahan perpustakaan yang merupakan data sekunder, sedangkan penelitian
hukum sosiologis/ empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh
secara langsung di lapangan.
Dalam praktik jual beli pakaian impor bekas yang ada di Kota Salatiga
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa jika dilihat dari jual beli yang dilakukan
pembeli dan penjual tidak ada masalah, karena kedua belah pihak sama- sama
ridho. Yang menjadi masalah adalah antara penjual pakaian impor bekas dan
Pemerintah Indonesia, hal ini dikarenakan penjual memasukan pakaian impor
bekas dengan cara ilegal. Itu sama saja dengan tidak mematuhi aturan yang sudah
dibuat pemerintah Indonesia, dan kemampuan serah terima antara pemerintah
Indonesia dengan penjual pakaian impor bekas tidak terpenuhi. Oleh karena iu
bisa disimpukan jika Praktik Jual Beli Pakaian Impor Bekas yang ada di Kota
Salatiga merupakan jual beli yang sifatnya gharar dan itu artinya jual beli pakaian
impor bekas hukumnya haram.
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga .............. 50
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Permendag No. 51/ M-DAG/ PER/7/ 2015/ Tentang Larangan
Impor Pakaian Bekas
2. Wawancara Dengan Penjual Pakaian Impor Bekas
3. Wawancara Dengan Pembeli Pakaian Impor Bekas
4. Foto Lapak Penjual Pakaian Impor Bekas
5. Surat Nota Pembimbing
6. Surat Izin Penelitian di DISPERINDAGKOP dan UMKM
Salatiga
7. Surat Izin Penelitian Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota
Salatiga
8. Daftar Nilai SKK
9. Lembar Konsultasi Skripsi
10. Daftar Riwayat Hidup
xv
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ................................................................................. iii
NOTA PEMBIMBING ........................................................................... iv
PENGESAHAN ......................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. vi
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................ vii
MOTO ....................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ..................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................. x
ABSTRAK ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
DAFTAR ISI .............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
xvi
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
D. Kegunaan Penelitian........................................................................ 4
E. Penegasan Istilah ............................................................................. 5
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 6
G. Metode Penelitian............................................................................ 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 16
A. Definisi Jual Beli ............................................................................. 16
B. Rukun dan Syarat Sah Jual Beli ...................................................... 21
C. Macam- Macam Jual Beli Menurut Islam ....................................... 26
D. Impor Pakaian Bekas dalam PERMENDAG No. 51/ M-DAG/ PER/ 7/
2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas ............................... 35
BAB III PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS dan
PENANGANANYA oleh PEMERINTAH KOTA SALATIGA 47
A. Gambaran Umum Jual Beli dan Mekanisme Masuknya Pakaian Impor
Bekas di Kota Salatiga .................................................................... 48
1. Sejarah Jual Beli Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga . 48
2. Lapak Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga...... 50
3. Mekanisme Masuknya Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga 57
4. Jenis- Jenis Pakaian yang Sering Diminati Oleh Pembeli 59
xvii
B. Peran Pemerintah Dalam Menangani Jual Beli Pakaian Impor Bekas di
Kota Salatiga ................................................................................... 62
BAB IV ANALISIS .................................................................................. 67
A. Faktor- Faktor yang Menyebab Maraknya Penjualan Pakaian Impor Bekas
di Kota Salatiga ............................................................................... 67
B. Tinjauan Hukum Islam Mengenai Jual Beli Pakaian Impor Bekas di Kota
Salatiga ............................................................................................ 70
C. Peran Pemerintah Kota Salatiga dalam Menangani Masalah Jual Beli
Pakaian Impor Bekas....................................................................... 75
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 79
A. KESIMPULAN ............................................................................... 79
B. SARAN ........................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 81
LAMPIRAN- LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan jual beli merupakan aktivitas yang menjadi sarana untuk
memenuhi kebutuhan manusia, baik itu kebutuhan sandang, pangan, dan
papan. Karena ketiga hal tersebut merupakan kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi setiap individu. Demikian untuk objek jual beli harus dalam
kondisi dan kualitas yang baik, agar konsumen tidak kecewa atau merasa
dirugikan. Jual beli tidak hanya dilakukan antar daerah, tetapi dengan
semakin berkembangnya zaman jual beli juga dilakukan antar Negara,
contohnya seperti Indonesia danNegara- Negara lain di sekitarnya, dimana
kegiatan ini dinamakan impor dan ekspor. Kegiatan impor dan ekspor
biasanya diawasi langsung oleh Pemerintah, agar barang yang dijadikan
komoditi bukan merupakan barang- barang yang dilarang untuk diperjual
belikan menurut Undang- undang. Proses impor umumnya adalah tindakan
memasukan barang atau komoditas dari Negara lain kedalam negeri. Impor
barang secara besar biasanya membutuhkan campur tangan dari bea cukai
diNegara pengirim atau penerima.
Yang menjadi polemik masalah impor barang di Indonesia saat
iniadalah impor pakaian bekas yang menjamur hampir disetiap daerah di
Indonesia. Salah satunya di Salatiga yang merupakan kota kecil namun
banyak dijumpai lapak- lapak yang menjual pakaian impor bekas dengan
2
harga yang sangat murah. Hal ini tentunya menarik pembeli terutama
masyarakat ekonomi menengah kebawah. Mereka beranggapan bahwa
membeli pakaian impor bekas tidak menjadi masalah karena harganya yang
murah dan masih layak untuk dipakai, bahkan mereka ingin mencari
pakaian dengan merk tertentu. Padahal dampak membeli pakaian impor
bekas bagi kesehatan cukup berbahaya, karena pakaian impor bekas
mengandung bakteri yang tidak akan hilang meskipun sudah dicuci berkali-
kali. Jika persoalan ini tidak ditangani secara tegas maka akan menimbulkan
lebih banyak masalah.
Dari segi industri, pakaian impor bekas sangat mengganggu pasar
domestik yang merupakan pangsa pasar bagi industri garment kecil dan
konveksi. Hal ini nantinya akan mengakibatkan turunya produktifitas usaha
garment dan konveksi yang berdampak di bidang sosial yakni akan
menimbulkan penggangguran tenaga kerja. Dan di bidang ekonomi, selain
terjadi penurunan pada penerimaan devisa dari ekspor termasuk pajak dan
restribusi, juga mempengaruhi penerimaan pada penjualan/ pendapatan
industri garment dan konveksi tersebut.
Sudah tertulis jelas dalam Undang- undangNo.7 tahun 2014
Tentang Perdagangan pasal 47 (1) bahwa: setiap importir wajib mengimpor
barang dalam keadaan baru. Namun kenyataan yang ada saat ini mengapa
masih banyak dijumpai para penjual pakaian impor bekas, padahal untuk
sanksinya sudah ada dalam Undang- undang yang sama yakni setiap penjual
barang impor bekas akan dipidana selama 5 tahun atau denda administrasi
3
sebesar 5.000.000.000. Tidak hanya hukum positif saja yang menjelaskan
tentang larangan ini, jika ditinjau dari hukum Islam jual beli pakaian impor
bekas yang dilihat dari dzatnya dibolehkan namun jika cara masuknya saja
sudah melanggar peraturan atau dengan cara yang bathil itu sama saja di
anggap haram, hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Surat An- Nisaa:
29 sebagai berikut,
Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.
Dengan maraknya jual beli pakaian impor bekas yang ditemui
khususnya di daerah kota Salatiga maka peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS (Studi
Kasus di Kota Salatiga).
B. Rumusan Masalah
1. Faktor apa saja yang menjadi penyebab maraknya penjualan
pakaian impor bekas di Kota Salatiga?
4
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli
pakaian impor bekas?
3. Bagaimana peran Pemerintah Kota Salatiga dalam menangani
masalah jual beli pakaian impor bekas?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor penyebab maraknya penjualan pakaian
impor bekas di Kota Salatiga.
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli
pakaian impor bekas.
3. Untuk mengetahui sejauh mana peran Pemerintah Kota Salatiga
dalam menangani masalah jual beli pakaian impor bekas.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Untuk menambah khasanah pengetahuan bagi akademisi,
khususnya mengenai pengembangan ilmu ekonomi Islam, yang
terkait dengan jual beli pakaian impor bekas.
2. Secara Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai
referensi atau landasan hukum dalam pengambilan keputusan
5
khususnya bagi Pemerintah yang ingin mengetahui permasalahan
jual beli pakaian impor bekas. Serta sebagai informasi bagi para
konsumen dan penjual tentang dampak negatif yang di timbulkan
dari pakaian impor bekas.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan masalah dalam pemahaman terhadap
judul skripsi ini maka perlu kiranya peneliti untuk menegaskan istilah
sebagai berikut:
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Praktik adalah pelaksanaan
secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pengertian Impor
adalah pemasukan barang dan sebagainya dari Luar Negeri.
Kitab Undang- undang Perdata pasal 1457 menjelaskan pengertian
jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain
membayarkan harga yang telah dijanjikan.
Pengertian pakaian bekas dalam PERMENDAG No. 51/ M-DAG/
PER/ 7/2015 tentang Larangan Pakaian Impor Bekas, adalah Produk tekstil
yang digunakan sebagai penutup tubuh manusia, yang teramasuk dalam
tarif/ HS 6309.00.00.00.
Kota Salatiga adalah sebuah kota kecil di Jawa Tengah dengan
jumlah penduduk yang cukup padat, Kota ini berbatasan sepenuhnya dengan
Kabupaten Semarang.
6
Dari penegasan istilah di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
jual beli pakaian impor bekas merupakan penelitian yang akan meninjau
latar belakang maraknya jual beli pakaian impor bekas dan sejauh mana
peran Pemerintah dalam menangani masalah penjualan pakaian impor bekas
yang dijumpai di Kota Salatiga.
F. Tinjauan Pustaka
Sejauh ini belum ada yang meneliti mengenai masalah impor
pakaian bekas di kota Salatiga, hal ini dikarenakan ketidak pedulian
masyarakat mengenai larangan penjualan pakaian impor bekas dan
dikarenakan sanksi jual beli pakaian impor bekas baru mulai ada sejak bulan
maret tahun 2014.
Skripsi yang disusun oleh Sawidi, mahasiswa IAIN Walisongo
Fakultas Syariah (2003) dengan judul Studi Analisis Pendapat Imam
Nawawi tentang Syarat Manfaat Benda yang diperjualbelikan. Dalam
skripsi ini dijelaskan bahwa Imam Nawawi mengharuskan adanya manfaat
dalam benda yang diperjualbelikan, tetapi benda yang bermanfaat itu juga
harus suci, halal, tidak menjijikan, tidak sedikit jumlahnya dan manfaatnya
tidak dilarang oleh Islam.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nisaul Karimah (2013)
dengan judul Motivasi Masyarakat Membeli Pakaian Impor Bekas di Pasar
Sanapela Pekanbaru,meneliti tentang kebutuhan akan penghargaan diri
dengan gambaran barang yang dibeli tersebut berstatus pakaian bekas.
7
Namun kwalitas dan merk pakaian menjadi acuhan adanya dorongan untuk
mendapatkan kebutuhan penghargaan diri dikalanganya, karena semua
orang dalam suatu masyarakat menginginkan suatu kehidupan yang stabil
dan bernilai tinggi demi penghargaan baik dari dalam diri sendiri ataupun
orang lain.
Dalam kajian pakaian bekas yang disampaikan oleh Egis MY
(2014) menjelaskan bahwa untuk pakaian impor bekas sudah jelas dilarang.
Aturan yang melarang sudah ada, kemudian apa yang dilarang sudah jelas.
Dan yang mengeluarkan aturan atau ketentuan sudah jelas tertulis. Pakaian
impor bekas memang ada yang menguntungkan bagi beberapa pihak tetapi
hanya untuk jangka pendek. Sementara untuk jangka panjang
keberlangsungan industri TPT nasional, khususnya garment, sama sekali
tidak ada benefitnya karena tidak ada nilai tambahnya.
Dari penelitian yang dilakukan Rini dengan judul Pengaruh
Perdagangan Pakaian Bekas Terhadap Perekonomian Pedagangan
Pakaian Bekas di Pasar Baru Medan, menunjukan bahwa sejarah
perdagangan pakaian impor bekas sudah ada sejak tahun 1980. Pada tahun
1990 pakaian bekas boleh diperdagangkan. Aktivitas setiap harinya pada
saat penjualan pakaian bekas sangat ramai dengan kegiatan jumlah
pedagang yang berjualan, jenis barang yang diperdagangkan, para
konsumen yang membeli dan kendaraan yang menganggkut pakaian bekas.
Dengan adanya perdagangan pakaian impor bekas perekonomian para
8
pedagang mengalami kemajuan, jika dilihat dari segi pendidikan anak- anak,
kesehatan dan rumah yang ditempati.
Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Nur Mulyana tepatnya di
wilayah Sulawesi Tenggara dengan judulCakar Gaya Modern,
menyimpulkan bahwa cakar mempunyai peminat yang cukup banyak, baik
dari kalangan remaja maupun orang tua. Penjualan barang cakar (cap
karung) sangat berkembang pesat seperti baju, tas, maupun sepatu. Dari
hasil wawancara dengan penjual memaparkan bahwa untuk membuat usaha
dana yang dibutuhkan untuk membeli 1 bal pakaian cakar sekitar Rp.
3.000.000,00 untuk kemeja dan Rp. 1.000.000,00 dan untuk baju kaos. Baju
bekas ini biasanya di datangkan dari China, Korea, Taiwan, Singapura dan
kebanyakan dari Negara tetangga. Jadi tidak heran jika diantaranya merk
terkenal seperti Calvin Klein, Polo, dan Crocodile. Pembeli mengaku
senang membeli pakaian cakar ini, sebab harganya lebihmurah dan
terjangkau. Sebenarnya Pemerintah sudah melarangperdagangan pakaian
impor bekas, tetapi larangan ini tidak menyurutkan penjual karena
konsumenya memang ada, apalagi sekarang zaman krisis ekonomi.
Karya ilmiah yang disusun oleh Luthfi Ermawati pada tahun 2010
dengan judul Jual Beli Makalah Bekas di Tinjau dari Hukum Islam (studi
kasus di shopping center Yogyakarta).Karya ilmiah ini berisi tentang analisi
hukum Islam terhadap jual beli makalah bekas di shopping center
Yogyakarta. Sedangkan penelitian yang akan disusun peneliti mengenai
jual beli pakaian impor bekas di kota Salatiga. Adapun relevansi dari
9
penelitian tersebut adalah sama- sama mengenai barang bekas. Namun yang
menbedakan salah satunya adalah objek yang diperjual belikan,
danbagaimana mekanisme masuknya pakaian bekas tersebut di kota
Salatiga.
Dalam karya ilmiah yang disusun oleh Muhammad Arwad Rifai
(2006), yang berjudul Jual Beli Barang Bekas Menurut Perspektif Hukum
Islam di Pasar Prambanan.Berisi tentang pratik jual beli barang bekas di
Pasar Prambanan.
Karya ilmiah yang disusun oleh Qorry Tilawah Muslim(2011) yang
berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Onderdil Bekas di
Pasar Klihtikan Pekuncen Yogyakarta.Berisi tentang praktik jual beli
onderdil bekas di Pasar Klitikan, dan analisis hukum Islam mengenai jual
beli onderdil bekas tersebut.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah mengenai bagaimana mekanisme masuknya pakaian impor bekas
tersebut dan faktor apa saja yang menjadi penyebab maraknya penjualan
pakaian impor bekas. Serta sejauh mana peran Pemerintah dalam menangani
masalah pakaian impor bekas di Kota Salatiga.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitianyang digunakan oleh peneliti adalah
penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif bersifat
10
membangun mengembangkan dan menemukan teori- teori sosial
(Moleong, 2010: 80). Selanjutnya peneliti juga menggunakan
pendekatan normatif sosiologis, pendekatan normatif dilakukan
dengan cara meneliti bahan- bahan perpustakan yang merupakan
data sekunder yang juga disebut sebagai penemuan hukum
perpustakaan, sedangkan metode penelitian hukum sosiologis/
empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh
secara langsung dalam masyarakat. Peneliti akan melakukan
wawancara kepada beberapa sumber diantaranya Disperindagkop
di Bidang Perdagangan yang menangani masalah impor dan
perlindungan konsumen, pedagang pakaian bekas, dan konsumen
di Kota Salatiga.
2. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini peneliti akan hadir sebagai peneliti,
dengan melakukan wawancara kepada pedagang pakaian impor
bekas, konsumen, Disperindagkop di bidang Perdagangan yang
menangani masalah impor.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kota Salatiga tepatnya pada
lapak- lapak yang menjual pakaian impor bekas.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan peneliti, diantaranya:
a. Data Primer
11
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
lapangan (Moleong, 2009: 89).
1) Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian
(Moleong, 2009: 90). Dalam penelitian ini yang
menjadi informan adalah penjual pakaian impor
bekas, konsumen, Disperindagkop di bidang
Perdagangan yang menangani masalah Impor.
2) Dokumen
Dalam hal penelitian ini dokumen yang digunakan
adalah data- data dari Disperindagkop dan data yang
diperoleh dari penjual pakaian impor bekas.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah buku-buku,artikel dan peraturan-
peraturan, serta hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan
jual beli pakaian impor bekas.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
a. Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara
langsung pada objek yang diteliti dan dimungkinkan untuk
memberi penelitian pada objek yang diteliti. Dalam penelitian
12
ini peneliti akan mengunjungi dan mendata lapak- lapak
penjual pakaian impor bekas di kota Salatiga. Serta mencoba
melakukan observasi di Dinas Perdagangan guna
memperoleh data yang akurat mengenai keberadaan praktik
jual beli pakaian impor bekas saat ini.
b. Wawancara (interview), adalah sebuah percakapan antara dua
orang atau lebih yang pertanyaanya ditunjukan oleh peneliti
kepada subyek atau sekelompok subyek penelitian untuk
dijawab. Wawancara dilakukan secara mendalam karena
peneliti menggunakan dasar penelitian, maka pengumpulan
data dengan wawancara secara mendalam dianggap paling
tepat karena dimungkinkan untuk mendapat informasi secara
detail dari objek yang diteliti. Wawancara mendalam
dilakukan secara langsung terhadap informan yang
berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh
peneliti sebelumnya.
c. Dokumentasi, adalah mencari data mengenai hal- hal atau
variabel yang berupa foto, catatan, buku, surat kabar,
majalah, dan sumber lainya sebagai acuhan bagi peneliti
untuk mempermudah penelitian (Margono, 2010: 158).
Dalam hal ini dokumen yang digunakan berupa foto- foto
penjual pakaian impor bekas dikota Salatiga, dan materi
13
penyuluhan bahaya pakaian impor bekas dari Dinas
Perdagangan.
6. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan
analisi data kualitatif yang bersifat membangun mengembangkan
dan menemukan teori- teori sosial (Moleong, 2010: 80). Analisis
data bermaksud untuk mengorganisasikan data, data yang
terkumpul terdiri dari cacatan lapangan dan tanggapan peneliti,
gambaran, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan
sebagainya (Moleong, 2009: 85).Seluruh data penelitian yang telah
dikumpulkan ataupun diperoleh dianalisa secara kualitatif dengan
cara menggambarkan masalah secara jelas dan mendalam. Peneliti
mengumpulkan informasi dari pedagang, konsumen dan Dinas
Perdagangan.
7. Tahap-Tahap Penelitian
Setelah menentukan tema yang akan diteliti, maka peneliti
akan:
a. Melakukan survay lapak- lapak pakaian impor bekas di
Kota Salatiga.
b. Membuat proposal penelitian.
c. Melakukan penelitian di lapak- lapak pakaian impor bekas
yang ada di Kota Salatiga.
14
d. Melakukan wawancara dengan pedagang pakaian impor
bekas, konsumen, serta Dinas Perdagangan di kota
Salatiga.
e. Menyusun hasil laporan penelitian tersebut.
8. Sistematika Penelitian
Sistematika ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bab I: Mengidentifikasi pendahuluan yang berisi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika
penelitian.
Bab II: Kajian pustaka membahas tentang definisi jual beli, rukun
dan syarat jual beli, Impor menurut Permendag No. 51/ M- DAG/
PER/ 7/ 2015/ Tentang Larangan Impor Pakaian bekas.
Bab III: Berisi paparan data dan hasil penelitian yang memaparkan
gambaran umum jual beli pakaian impor bekas di kota Salatiga,
sejarah awal masuknya pakaian impor bekas, mekanisme
masuknya pakaian bekas kepada para penjual, dan faktor penyebab
maraknya jual beli pakaian impor bekas di Kota Salatiga. Serta
peran Pemerintah dalam menangani praktik jual beli pakain impor
bekas di kota Salatiga.
Bab IV: Berisi tentang analisis tentang faktor penyebab maraknya
penjualan pakaian impor bekas, serta tinjauan hukum Islam
15
mengenai praktik jual beli pakaian impor bekas dan peran
Pemerintah Kota Salatiga dalam menangani masalah jual beli
pakaian impor bekas.
Bab V: Penutup berisi kesimpulan dan saran.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Jual Beli
Dalam bahasa arab kata jual ( ) dan kata beli ()
merupakan dua kata yang berlawanan artinya, akan tetapi orang Arab biasa
menggunakan ungkapan jual beli dengan satu kata, yaitu (). Jual beli
(al- bay) secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda
dengan akad saling mengganti.Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
pasal 20 ayat 1 Bay adalah jual beli antara benda dengan benda, atau
pertukaran benda dengan uang. Secara terminology, jual beli diartikan
dengan tukar menukar harta secara suka sama suka atau peralihan pemilikan
dengan cara penggantian menurut bentuk yang dibolehkan (Syarifuddin,
2003:192-193).
Menurut pengertian syariat, yang dimaksud dengan jual beli
adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan milik
dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah)
(Lubis, 1994: 33). Menurut H. Sulaiman Rasjid (1994: 278) jual beli adalah
menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu
(akad).
Ulama Sayyid Sabiq (1987: 44-45 )mendefinisikan bahwa jual beli
ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling merelakan atau
memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. Dalam definisi
17
tersebut harta dan, milik, dengan ganti dan dapat dibenarkan. Yang
dimaksud harta dalam definisi di atas yaitu segala yang dimiliki dan
bermanfaat, maka dikecualikan yang bukan milik dan tidak bermanfaat.
Yang dimaksud dengan ganti agar dapat dibedakan dengan hibah
(pemberian), sedangkan yang dimaksud dapat dibenarkan (madzun fih) agar
dapat dibedakan dengan jual beli yang terlarang.
Ada yang mendefinisikan jual beli sebagai kepemilikan terhadap
harta atau manfaat untuk selamanya dengan bayaran harta. Ada juga yang
mengartikan jual beli merupakan tukar menukar suatu barang dengan barang
lain yang berbeda dengan cara tertentu (aqad) (Azam, 2010: 23).
Jual beli menurut syara memiliki beberapa pengertian menurut
beberapa imam madzab, diantaranya:
1. Menurut Hanafiyah, jual beli adalah tukar menukar harta dengan
harta menurut cara yang khusus harta mencakup dzat atau uang.
2. Menurut syafiiyah, jual beli adalah suatu akad yang mengandung
tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan
diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas beanda atau
manfaat untuk waktu selamanya.
3. Menurut Malikiyah, jual beli adalah akad Muawadhah atau timbal
balik atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati
kesenangan.
18
4. Menurut Hambali, jual beli adalah tukar menukar harta dengan
harta atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat
yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba tau bukan utang.
Jual beli diperbolehkan dalam Al Quran, sunnah dan ijma umat.
Adapun dalil dalam Al Quran surah:
1. QS Al Baqarah: 275.
orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.
2. QS An- Nissa: 29
19
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Riba adalah haram dan jual beli adalah halal. Jadi tidak semua akad
jual beli adalah haram sebagaimana yang disangkakan oleh sebagian orang
berdasarkan ayat di atas.
Sedangkan dasarnya dalam hadistNabi diantara nya adalah hadist
yang berasal dari Rufaah bin Rafi menurut riwayat al Bazar yang disahkan
oleh Al Hakim:
Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW telah pernah ditanya tentang usaha
apa yang lebih baik, Nabi berkata: Usaha seseorang dengan tangannya dan
jual beli yang mabrur. ( HR. Bazzar dan Hakim)
Supaya usaha jual beli itu berlangsung menurut cara yang
dihalalkan, maka harus mengikuti ketetuan yang telah ditentukan. Ketentuan
itu disebut rukun dan syarat jual beli.
Jual beli menurut KUH Perdata pasal 1457 adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
20
suatu kebendaan, dan pihak lain untuk membayar harga yang telah
diperjanjikan. Perkataan jual beli menunjukan bahwa dari satu pihak
perbuatan dinamakan menjual, sedangkan dari pihak yang lain dinamakan
membeli. Istilah yang mencakup dua perbuatan yang bertimbal balik itu
adalah sesuai dengan istilah Belanda koop en verkoop yang juga
mengandung pengertian bahwa pihak yang satu verkoop (menjual)
sedang yang lainya koopt (membeli) (Subekti, 2001: 2). Jual beli adalah
suatu perjanjian konsensuil artinya ia sudah dilahirkan sebagai suatu
perjanjian yang sah (mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada detik
tercapainya sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur- unsur yang
pokok (essentiali) yaitu barang dan harga, biarpun jual beli itu mengenai
barang yang tidak bergerak, sifat konsensuil jual beli ditegaskan dalam pasal
1458 yang berbunyi: jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah
pihak sewaktu mereka telah mencapai sepakat tentang barang dan harga,
meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum disepakati
(Subekti, 1987: 20).
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah
suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai
secara ridha di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda
dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang
telah dibenarkan syara dan disepakati.
B. Rukun dan Syarat Sah Jual Beli
21
Didalam jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus
dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara. Menurut
hukum Islam rukun dan syarat jual beli meliputi:
1. Adanya barang yang diperjual belikan, Syarat-syarat yang terkait
dengan barang yang diperjualbelikan sebagai berikut (Syarifudin,
2005: 196-198).
a. Barangnya bersih, yang dimaksud adalah barang yang
diperjual belikan bukanlah benda yang dikualifikasikan
sebagai benda najis atau yang diharamkan seperti arak,
anjing, babi, dan yang lainya. Hal ini sesuai dengan hadist
Rasulullah saw;
:
) (
Dari Jabir r.a: sesungguhnya Jabir mendengar
Rasulullulah bersabda pada tahun haji yaitu di Makkah:
Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan
penjualan arak, bangkai, babi, dan berhala (HR. Bukhori
dan Muslim).
b. Dapat dimanfaatkan yang dimaksud adalah tentunya sangat
relatif sebab pada hakikatnya seluruh barang yang dijadikan
sebagai objek jual beli menrupakan barang yang dapat
demanfaatkan seperti untuk dikonsumsi, dinikmati
22
keindahannya, dinikmati suaranya serta digunakan untuk
keperluan yang bermanfaat.
c. Milik orang yang melakukan akad maksudnya bahwa orang
yang melakukan jual beli sesuatu barang adalah pemilik sah
barang tersebut telah mendapat ijin dari pemilik sah barang
tersebut.
d. Mampu menyerahkan maksudnya bahwa penjual sebagai
pemilik atau kuasa dapat menyerahkan barang yang dijadikan
sebagai objek jual beli sesuai dengan bentuk dan jumlah yang
diperjanjikan pada waktu penyerahan barang kepada pembeli.
e. Mengetahui apabila dalam suatu jual beli keadaan barang dan
jumlah harganya tidak diketahui maka perjanjian jual beli
tidak sah sebab bisa jadi perjanjian tersebut mengandung
unsur penipuan.
f. Barang yang diakadkan berada di tangan.
g. Menyangkut perjanjian jual beli atas suatu barang yang
belum berada ditangan itu dilarang sebab bisa jadi barang
tersebut rusak atau tidak dapat diserahkan sebagaimana telah
diperjanjikan.
2. Adanya nilai tukar pengganti barang, nilai tukar barang yang dijual
(untuk zaman sekarang adalah uang), para ulama fiqh membedakan
nilai tukar menjadi dua yaknial-tsaman dengan al-sir.Menurut
mereka, al-tsaman adalah harga pasar yang berlaku di tengah-
23
tengah masyarakat secara aktual, sedangkan al-sir adalah modal
barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke
konsumen (pemakai).Dengan demikian, harga barang itu ada dua,
yaitu harga antar pedagang dan harga antar pedagang dan
konsumen (harga dipasar) (Ihsan, 2008: 35). Syarat nilai tukar
meliputi:
a. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas
jumlahnya.
b. Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara
hukumseperti pembayaran dengan cek dan kartu kredit.
Apabila harga barang itu dibayar kemudian (berutang)
maka pembayarannya harus jelas.
c. Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling
mempertukarkan barang maka barang yang dijadikan nilai
tukar bukan barang yang diharamkan oleh syara, seperti
babi, dan khamar, karena kedua jenis benda ini tidak
bernilai menurut syara.
3. Lafal atau ijab qabul, jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab
dan qabul dilakukan sebab ijab dan qabul menunjukan kerelaan.
Pada dasarnya ijab dan qabul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau
tidak mungkin, misalnya bisu atau yang lainya boleh ijab qabul
dengan surat menyurat yang mengandung arti ijab dan kabul
(Suhendi, 2008: 70). Menurut sayyid Sabiq dalam buku Fiqh
24
Sunnah ijab merupakan ungkapan awal yang diucapakan oleh salah
satu dari dua pihak yang melakuakn akad, dan qabuladalah pihak
yang kedua (Sabiq, 2006: 121). Para ulama sepakat untuk
mengecualikan kewajiban ijab qabul itu terhadap objek jual beli
yang bernilai kecil yang biasa berlangsung dalam memenuhi
kebutuhan sehari hari, seperti jual beli sebungkus rokok. Untuk
maksud ini, sudah dianggap bila penjual telah menunjukkan
barangnya dan pembeli telah menunjukkan uangnya. Cara seperti
ini disebut dengan muatah. Misalnya membeli minuman kaleng di
mesin otomatis dimana si pembeli telah memasukkan uang
koinnya ke dalam lubang yang disediakan dan penjual melalui
mesinnya telah menyodorkan minuman kaleng tersebut sesuai
dengan pesanannya (Syarifudin,2003:195). Syarat ijab qabul
meliputi:
a. Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal.
b. Qabul sesuai dengan ijab, Apabila antara ijab dan qabul
tidak sesuai maka jual beli tidak sah.
c. Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis. Maksudnya
kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan
membicarakan topik yang sama.
4. Adanya orang yang berakad, para ulama fiqh sepakat bahwa orang
yang melakukan akad jual beli itu harus memenuhi syarat, yaitu :
25
a. Berakal sehat, oleh sebab itu seorang penjual dan pembeli
harus memiliki akal yang sehat agar dapat melakukan
transaksi jual beli dengan keadaan sadar. Jual beli yang
dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila,
hukumnya tidak sah meskipun harta yang dijual
merupakan hartanya sendiri (Sudarsono, 2001: 74).
Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat An-
Nisa ayat 5:
dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang
belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari
hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata
yang baik.
b. Atas dasar suka sama suka, yaitu dalam melakukan jual
beli salah satu pihak tidak melakukan suatu tekanan atau
paksaan kepada pihak lainya, sehingga pihak lain tersebut
melakukan perbuatan jual beli bukan lagi disebabkan oleh
kemaunya sendiri, tetapi adanya unsur paksaan. Jual beli
yang demikian itu tidak sah.
c. Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda,
maksudnya seorang tidak dapat bertindak dalam waktu
26
yang bersamaan sebagai penjual sekaligus sebagai
pembeli.
Secara konvensional saat terjadinya jual beli unsur- unsur pokok
(essentialia) jual beli adalah barang dan harga. Sesuai dengan asas
konsensualisme yang menjiwai hukum perjanjian B.W, jual beli itu
sudah dilahirkan pada detik tercapainya kata sepakat mengenai barang
dan harga, begitu kedua belah pihak setuju maka lahirlah perjanjian jual
beli yang sah (Subekti: 1995: 2). Sifat konsensual jual beli tersebut
ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi jual- beli dianggap sudah
terjadi antara kedua belah pihak sepakat tentang barang dan harga,
meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar.
C. Macam- Macam Jual Beli Menurut Islam
Ditinjau dari segi hukumnya jual beli dibedakan menjadi tiga yaitu
jual beli shahih, bathil, dan fasid.
1. Jual beli shahih
Dikatakan jual beli shalih karena jual beli tersebut sesuai
dengan ketentuan syara, yaitu terpenuhinya syarat dan rukun jual
beli yang telah ditentukan.
2. Jual beli Fasid
Menurut ulama Hanafi yang dikutip dari buku Hukum
Perikatan Islam di Indonesia bahwa jual beli jual beli fasid dan jual
beli batal iru berbeda. Apabila kerusakan- kerusakan dalam jual
27
beli terkait dengan barang yang dijual belikan, maka hukumnya
batal, misalnya jual beli benda- benda haram. Apabila kerusakan-
kerusakan itu pada jual beli menyangkut harga barang dan boleh
diperbaiki, maka jual beli dinamakan fasid. Namun jumru ulama
tidak membedakan antara kedua jenis jual beli tersebut (Dewi,
2005: 108).
Fasid menurut jumhur ulama merupakan sinonim dari
batal yaitu tidak cukup dan syarat suatu perbuatan. Hal ini berlaku
pada bidang ibadah dan muamalah. Sedangkan menurut ulama
mahzab Hanafi yang dikutib dalam buku Hukum Perikatan Islam di
Indonesia, bahwa fasid dalam ibadah dengan muamalahitu berbeda.
Dalam bidang muamalah, fasid diartikan sebagai tidak cukup
syarat pada perbuatan. Menurut mahzab Syafii fasid berarti tidak
dianggap dan tidak diperhitungkan suatu perbuatan sebagaimana
mestinya, sebagai akibat dari kekurangan (cacat) padanya (Dewi,
2005: 109).
Menurut Imam Hanafi bahwa muamalahyang fasid pada
hakikatnya tetap dianggap sah, sedangkan yang dirusak atau tidak
sah adalah sifatnya, yang termasuk jual beli fasid antaran lain
(Dewi, 2005: 117).
a. Jual beli al- majhul
Yaitu jual beli diamana barang atau bendanya secara
global tidak diketahui kejelasan itu bersifat menyeluruh.
28
Tetapi apabila sifat ketidak jelasanya sedikit, maka jual
belinya sah karena itu tidak akan membawa perselisihan.
Ulama Hanafi mengatakan sebagai tolak ukur untuk unsur
majhul diserahkan sepenuhnya kepada urf (kebiasaan
yang berlaku bagi pedagang dan pembeli).
b. Jual beli yang dikaitan dengan suatu syarat
Jual beli yang dikaitakan dengan syarat misalnya ucapan
penjual kepada pembeli, saya jual sepeda saya ini kepada
anda bulan depan setelah gajian. Jual beli seperti ini batal
menurut jumhur dan fasid menurut ulama Hanafi. Menurut
ulama Hanafi, jual beli ini dianggap sah pada saat
syaratnya terpenuhi atau tenggang waktu yang disebutkan
dalam akad jatuh tempo. Artinya jual beli itu baru sah
apabila masa ditentukan bulan depan itu telah jatuh
tempo.
c. Menjual barang yang tidak ada ditempat atau tidak dapat
diserahkan pada saat jual beli berlangsung, sehingga tidak
dapat dilihat oleh pembeli. Menurut ulama Maliki jual beli
seperti ini diperbolehkan apabila sifat- sifatnya
disebutkan, dengan syaratsifat- sifatnya tdak akan berbah
sampai barang diserahkan. Sedangkan ulama Hambali
menyatakan, jual beli itu sah apabila pihak [embeli
mempunyai hak khiyar ru yah (sampai melihat barang
29
itu), ulama Syafii menyatakan jual beli itu batil secara
mutlak.
3. Jual beli bathil
Yaitu jual beli yang salah satu rukunya tidak terpenuhi
atau jual beli itu pada dasarnya dan sifatnya tidak disyariatkan
(Hasan, 2003: 128). Jual beli yang dilarang oleh syariah atau
dianggap bathil (Syarifudin, 2005: 201-208), diantaranya:
a. Jual beli gharar
Jual beli gharar adalah jual beli yang mengandung unsur
penipuan dan pengkianatan, baik karena ketidakjelasan
dalam objek jual beli atau ketidak pastian dalam cara
pelaksanaannya. Hukum jual beli ini adalah haram, dasar
penetapan terhadap jual beli ini adalah hadist dari Nabi
Muhammad dari Abu Hurairah menurut riwayat Muslim:
Nabi Muhammad SAW melarang jual beli hushah dan
jual beli gharar
Alasan haramnya jual beli ini adalah karena ketidak
pastian dalam objek, baik barang, uang atau cara
transaksisnya itu sendiri. Karena larangan dalam hal ini
langsung menyentuh essensi jual belinya, maka disamping
haram hukumnya, transaksi itu juga tidak sah.
30
b. Jual beli mulaqih
Jual beli mulaqih adalah jual beli barang yang menjadi
objeknya adalah hewan yang masih berada dalam bibit
jantan sebelum bersetubuhnya dengan betina. Yang
menjadi dasar dilarangnya jual beli ini adalah hadist dari
Nabi dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al
Bazzar:
Sesungguhnya Nabi telah melarang jual beli mudhamin
dan mulaqih
Alasan pelarangan jual beli ini adalah karena objek yang
diperjualbelikan tidak berada ditempat akad dan tidak
dapat pula dijelaskan kualitas dan kuantitasnya. Ketidak
jelasan ini menimbulkan ketidak relaan pihak- pihak yang
melakukan transaksi jual beli.
c. Jual beli mudhamin
Jual beli mudhamin adalah transaksi jual beli yang
objeknya adalah hewan yang masih berada dalam
induknya. Alasan tidak diperbolehkannya jual beli ini
adalah karena tidak jelasnya objek dalam jua beli.
Meskipun sudah tampak wujudnya, tetapi tidak dapat
diserahkan dalam jual beli dan belum pasti pula keadaan
31
dari objek tersebut apakah hewan tersebut akan lahir
dalam keadaan hidup atau dalam keadaan mati.
d. Jual beli hushah atau lemparan batu.
Jual beli hushah mempunyai beberapa arti. Diantaranya
adalah jual beli suatu barang yang terkena lemparan batu
yang disediakan dengan harga tertentu. Arti lain dari jual
beli ini adalah jual beli tanah dengan harga yang sudah
ditentukan, yang luasanya sejauh yang dapat dikenai oleh
batu yang dilemparkan. Hukum jual beli seperti ini adalah
haram. Dasar hukumnya adalah hadistNabi yang melarang
jual beli gahrar seperti halnya di atas.
e. Jual beli muhaqalah
Jual beli muhaqalah adalah jual beli buah buahan yang
masih berada ditangkainya dan belum layak untuk
dimakan. Alasan haramnya jual beli ini adalah karena
objek jual belinya masih belum dimanfaatkan.
f. Jual beli munabazah
Jual beli munabazah adalah mempertukarkan kurma yang
masih basah dengan kurma yang sudah kering dengan
menggunakan alat ukur takaran. Alasan keharaman jual
beli ini adalah karena ketidak jelasan dalam barang yang
dipertukarkan ini dalam takarannya.
g. Jual beli mukhabarah
32
Jual beli mukhabarah adalahmuamalah dalam penggunaan
tanah dengan imbalan bagian dari apa yang akan
dihasilkan oleh tanah tersebut. Alasan haramnya jual beli
ini adalah ketidakjelasan dalam pembayaran, sebab waktu
akad berlangsung harga dan nilainya belum jelas.
h. Jual beli tsunayya
Jual beli tsunayya adalah jual beli dengan harga tertentu,
sedangkan barang yang menjadi objek jual beli adalah
sejumlah barang dengan pengecualian yang tidak jelas.
Alasan haramnya jual beli ini adalah ketidak jelasan objek
jual beli yang dapat membawa kepada ketidakrelaan
pelaku transaksi.
i. Jual Beli asb al fahl
Jual beli asb al fahl adalah memperjualbelikan bibit
pejantan hewan untuk dibiarkan dalam rahim hewan
betina untuk mendapatkan anak. Kadang disebut juga
sewa pejantan, alasan pelarangan di sini adalah karena
ketidak jelasan objek transaksi, karena sukar ditentukan
seberapa banyak bibit yang disalurkan ke rahim betina.
Jual beli dalam bentuk ini tidak sah. Sebagian ulama
melihatnya dari segi lain yaitu kebutuhan umum akan
transaksi seperti ini bagi pengembangbiakan ternah. Oleh
33
karena itu, memasukkannya kepada bisnis sewa
pembiakan ternak.
j. Jual beli mulamasah
Jual beli mulamasah adalah jual beli yang berlaku antara
dua pihak, yang satu diantaranya menyentuh pakaian
pihak lain yang diperjualbelikan waktu malam atau siang,
dengan ketentuan bahwa yang tersentuh itu adalah yang
dijual.
k. Jual beli munabazah
Jual beli munabazah adalah suatu bentuk transaksi yang
masing- masing pihak melemparkan apa yang ada padanya
kepihak lain tanpa mengetahui kuantitas dari objek yang
dijadikan sasaran jual beli. Alasan haramnya jual beli
adalah ketidakjelasan objek yang diperjualbelikan yang
akan membawa ketidak relaan yang menjadi salah satu
syarat jual beli.
l. Jual beli urban
Jual beli urban adalah jual beli atas suatu barang dengan
harga tertentu dimana pembeli memberikan uang muka
dengan catatan bahwa bila jual beli jadi dilangsungkan,
akan membayar dengan harga yang disepakati, namun
kalau tidak jadi, uang muka untuk penjual yang telah
menerimanya lebih dahulu.
34
m. Jual beli talqi rukhban
Jual beli talqi rukban adalah jual beli setelah pembeli
datang menyongsong penjual sebelum dia sampai dipasar
dan mengetahui harga pasar.Alasan larangan di sini adalah
penipuan terhadap penjual yang belum mengetahui
keadaan pasar.
n. Jual beli orang kota dengan orang desa
Jual beli orang kota dengan orang desa adalah orang pasar
yang telah mengetahui harga pasaran menjual barangnya
kepada orang desa yang baru datang dan belum
mengetahui harga pasar.
o. Jual beli shubrah
Jual beli shubrahadalah jual barang yang ditumpuk yang
bagian luar kelihatan lebih baik dari bagian dalam. Jual
beli seperti ini dilarang karena merupakan penipuan.
p. Jual beli najasy
jual beli najasy adalah jual beli yang bersifat pura pura
dimana si pembeli menaikkan harga barang, bukan untuk
membelinya, tetapi hanya untuk menipu pembeli yang
lainnya. Alasan keharamannya adalah karena penipuan.
D. Impor Pakaian Bekas dalam PERMENDAG No. 51/ M- DAG/ PER/ 7/
2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas
35
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian impor adalah
pemasukan barang dan sebagainya dari luar negeri. Dalam Permendag No.
87 Tahun 2015 tentang Ketentuan Impor Produk tertentu menjelaskan yang
disebut dengan impor adalah kegiatan memasukan barang ke dalam daerah
pabean, sedangkan Importir adalah orang persesorangan atau lembaga atau
badan hukum maupaun bukan badan hukum, yang melakukan impor.
Dalam kamus ekonomi pengertian impor adalah suatu barang yang
diproduksi di Negara lain yang kemudian dikirim dan dijual diluar negeri.
Ini mengakibatkan adanya aliran keluar valuta asing dari dalam negeri
(impor yang dapat dilihat).
Impor adalah memasukan barang- barang dari luar negeri sesuai
dengan ketentuan Pemerintah ke dalam peredarandalam masyarakat yang
dibayar dengan mempergunakan Valuta ( Amir, 2004: 139), kegiatan impor
adalah memenuhi kebutuhan masyarakatakan barang- barang dengan cara
mendatangkan barang yang belum tersedia dalam negeri dari luar negeri
(Amir, 2004: 204).
Dalam buku Dasar- Dasar Ekspor Impor, Astuti mendefinisikan
impor adalah kebalikan dari ekspor, impor suatu Negara merupakan
ekspornya Negara mitra dagang. Impor dapat diartikan membeli barang-
barang luar negeri sesuai denga ketentuan Pemerintah yang dibayarkan
dengan mempergunakan valuta asing. Dalam pelaksanaanya impor melalui
perantara, perwakilan penjualan, agen- agen, pembeli kulakan, para penjual
36
dan para distributor yang bertugas mengantarkan barang dagangan ke pasar
dalam negeri (Purnamawati, 2013:13).
Sedangkan menurut Djauhari Impor adalah memasukan barang dari
luar negeri kedalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan
yang berlaku (Ahsjar,2007: 153). Kegiatan impor dapat terselenggara karena
beberapa hal antara lain, produksi dalam negeri belum ada namun barang
atau jasa tersebutsangat diperlukan di dalam negeri, atau produksi dalam
negeri sudah ada namun belum mencukupi kebutuhan dalam negeri
sehingga masih dibutuhkan untuk impor.
Kemudian menurut Andi Susilo, impor secara harafiah diartikan
sebagai kegiatan memasukan barang dari suatu Negara (luar Negeri) ke
dalam wilayah Negara lain. Hal ini berarti melibatkan dua Negara dalam
hal ini bisa diwakili oleh kepentingan perusahaan antar dua Negara tersebut
yang berbeda dan pastinya juga peraturan serta perUndang- undangan yang
berbeda pula (Susilo, 2013: 101). Daerah pabean adalah wilayah republik
Indonesia yang meliputi daratan, perairan dan ruang udara di atasnya serta
tempat- tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landasan kontinen
yang di dalamnya berlaku UU no. 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan jo UU
no.17 tahun 2006.
Dalam buku Panduan Pintar Ekspor Impor mengartikan impor
sebagai kegiatan memasukan barang dari suatu Negara (luar negeri) ke
wilayah pabean Negara lain. Hal ini berarti melibatkan dua Negara, dalam
hal ini bisa diwakilkan kepentingan dua perusahaan antar dua Negara
37
tersebut. Yang berbeda dan pastinya juga peraturan serta perUndang-
undanganya berbeda pula. Negara yang satu bertindak sebagai eksportir dan
yang lain bertindak sebagai penerima (Susilo, 2013:135). Dalam melakukan
kegiatan impor, importir harus mengurus perizinan terkait impor terlebih
dahulu diantaranya (Susilo, 2013: 136):
1. Izin dari Kementerian Perdagangan, calon importir harus
mendapatkanizin dari Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia yang disebut dengan (APIT) serta Angka Pengenal Impor
Terbatas.
2. Jika calon importir menginginkan untuk menggunakan fasilitas
pembebasan bea masuk dan penangguhan bea masuk dilakukan
oleh importir yang juga melakukan kegiatan ekspor, calon importir
harus mengajukan fasilitas yang dinamakan Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor (KITE) yang berisi tentang beberapa keterangan
yaitu:
a. Pembebasan Bea Masuk dan Penangguhan PPn dan
PPnBM.
b. Pengembalian Bea Masuk dan Pembayaran PPn dan
PPnBM.
c. Pembebasan Bea Masuk dan Penangguhan PPn dan
PPnBM.
3. Izin Khusus
38
Jika barang- barang yang akan di impor ternyata bukan barang baru
seperti mesin bekas maka dibutuhkan izin khusus. Selain mengurus
izin importir juga harus mengurus pembayaranya, seperti yang kita
ketahui dalam melakukan kegiatan ekspor impor biasanya
menggunakan Letter of Credit (L/C). Untuk menggunakan L/C kita
harus melakukan pembukaan L/C terlebih dahulu di bank, dengan
cara harus memenuhi beberapa syarat yang harus dipenuhi
importir. Importir harus menandatangani syarat- syarat umum pada
Bank Umum Nasional untuk pembukaan L/C.
Hal yang melatar belakangi pelarangan pakaian impor bekas
terdapat dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 51/
M- DAG/ PER/ 7/ 2015/ tentang Larangan Impor Pakaian Bekas, sebagai
berikut:
1. Bahwa pakaian impor bekas berpotensi membahanyakan kesehatan
manusia sehingga tidak aman untuk dimanfaatkan dan digunakan
untuk masyarakat.
2. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan untuk melindungi kepentingan konsumen, perlu
melarang impor pakaian bekas.
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudkan
dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Perdagangan tentang Larangan Impor Pakaian Bekas.
39
Adapun larangan impor pakaian bekas tertuang dalam pasal 2 dan
pasal 3 yang berbunyi;
Pasal 2 berbunyi: Pakaian bekas dilarang untuk impor ke dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
Pasal 3 berbunyi: pakaian bekas yang tiba di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia pada atau setelah tanggal Peraturan Menteri
ini berlaku wajib dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perUndang- undangan.
Dan sanksi juga diberikan kepada importir yang melanggar
tertuang dalam pasal 4 yang berbunyi: importir yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan larangan sebagaimana dimaksudkan dalam
pasal 2 dikenai sanksi administrasi dan sanksi lain sesuai ketentuan
peraturan perUndang- undangan.
Dalam Undang- undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen juga menjelaskan tentang hal yang dilarang bagi pelaku usaha, di
sini yang dimaksud dengan pelaku usaha sendiri adalah para pedagang
pakaian impor bekas. Karena dalam bermuamalah ada aturan- aturan
dimana aturan tersebut difungsikan untuk memberikan keamanan ataupun
kenyamanan bagi kedua belah pihak yang melakukan jual beli dan juga
untuk melindungi konsumen pada khususnya seperti yang tertuang pada
pasal 8 yang berisi tentang:
1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan
barang dan atau jasa yang:
40
a. Tidak memenuhi/ tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan perUndang- undangan.
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto dan
jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan
dalam label atau etiket barang tersebut.
c. Tidak sesuai dengan ukuran, tarakaran, timbangan dan
jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.
d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau
kemajuan, sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket
atau keterangan barang dan atau jasa tersebut.
e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan komposisi, proses
pengelolaan, gaya, mode atau penggunaan tertentu
sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan
barang atau jasa tersebut.
f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label,
etiket, keterangan iklanatau promosi penjualan barang dan
atau jasa tersebut.
g. Tidak mencantumkan tangggal kadaluwarsa atau jangka
waktu penggunaan atau pemanfaatan yang paling baik atas
barang tertentu.
h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,
sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan label.
41
i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang
yang memuat nama barang, ukuran, berat atau isi bersih
atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan,
akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta
keterangan lain untuk penggunaan yangmenurut ketentuan
harus dipasang atau dibuat.
j. Tidak mencantumkan informasi dan atau petunjuk
penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan
ketentuan perUndang- undangan yang berlaku.
2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang rusak, cacat
atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara
lengkap dan benar atas barang yang dimaksud.
3. Pelaku usaha dilarang memperdangangkan sediaan farmasi dan
pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau
tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.
4. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan
ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan atau jasa
tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.
Untuk sanksi pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha terdapat
dalam pasal 62 yang berbunyi: Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, 9, 10, 13 ayat (2), pasal 15,
pasal 17 ayat (1) huruf a, b, c, e, ayat (2), dan pasal 18 di pidana dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda Rp. 2. 000. 000. 000.
42
Sebenarnya di Negara Indonesia juga mengimpor barang bekas
atau sering disebut dengan barang modal bukan baru, namun untuk
mengimpor barang modal bukan baru harus memperhatikan aturan- aturan,
yang terdapat dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
No. 75/ M- DAG/ PER/ 12/ 2013/ Tentang Ketentuan Impor Barang Modal
Bukan Baru, terdapat dalam pasal 2 yang berbunyi:
1. Barang modal bukan baru yang dapat diimpor meliputi barang
sesuai pos tarif/ HS yang tercantum dalam lampiran
yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri.
2. Barang modal bukan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat diimpor oleh:
a. Perusahaan pemakai langsung
b. Perusahan rekondisi
c. Perusahaan remanufakturing dan/ atau
d. Perusahaan penyedia peralatan kesehatan
Jika hal- hal yang dilakukan importir tidak sesuai dengan
perUndang- undangan yang berlaku, maka hal tersebut bisa dikatakan
sebagai tindak pidana impor. Berikut ini tindakan- tindakan yang termasuk
dalam tindak pidana impor (Jaffar, 2015: 53):
1. Mengangkut barang impor yang tidak tercantum dalam manifes.
2. Membongkar barang impor di luar kawasan pabean atau tempat
lain tanpa izin kepala kantor pabean.
43
3. Membongkar barang impor yang tidak tercantum dalam
pemberitahuan pabean.
4. Membongkar atau menimbun barang impor yang masih dalam
pengawasan pabean di tempat selain tempat tujuan yang ditentukan
dan/ atau diizinkan.
5. Menyembunyikan barang impor secara melawan hukum.
6. Mengeluarkan barang impor yang belum diselesaikan kewajiban
pabeanya dari kawasan pabean atau dari tempat penimbunan
berikut atau dari tempat lain dibawah pengawasan pabean tanpa
persetujuan pejabat bea dan cukai yang mengakibatkan tidak
terpenuhinya pungutan Negara.
7. Mengangkut barang impor dari tempat penimbunan sementara atau
tempat penimbunan berikat yang tidak sampai ke kantor pabean
tujuan dan tidak dapat membuktikan bahwa hal tersebut diluar
kemampuanya.
8. Dengan sengaja memberitahukan jenis dan/ atau jumlah barang
impor dalam pemberitahuan pabean secara salah.
Ancaman atas tindak pidana penyelundupan impor ini adalah
dipidana dengan pidana penjara sekurang- kurangya selama satu tahun,
setinggi- tingginya sepeluh tahun dan pidana denda sekurang- kurangnya
Rp. 50.000.000, dan sebanyak- banyaknya Rp. 5.000.000.000.
Dalam perdaganga internasional, importir memikul tanggung jawab
kontraktual atas terlaksananya dengan baik barang yang diimpor. Hal ini
44
berarti importir memikul risiko atas segala sesuatu mengenai barang yang
diimpor, seperti risiko kerugian kerusakan, keterlambatan, penipuan, daan
manipulasi. Oleh karena itu, sebaiknya importir berhati- hati dalam
menyusun kontrak, dalam menilai indentor dan pensuplai, serta dalam
mengambil tindakan pengamanan atas risiko kerugian seperti dalam
penentuan persyaratan asuransi, penentu jasa transportasi, dan angkutan.
Para importir ini umumnya terdiri dari (Amir, 2000: 65):
1. Pengusaha Impor
Pengusaha impor atau lazimnya disebut dengan Import Mercant
adalah badan usaha yang diberikan izin oleh Pemerintah dalam
bentuk TAPPI (Tanda Pengenal Pengakuan Importir) untuk
mengimpr barang yang khusus disebut dalam izin tersebut dan
tidak berlaku untuk barang lain di luar yang disebut dalam TAPPI
tersebut.
2. Approved Importer (Approved Traders)
Yang dimaksud dengan Approved Importer atau dikenal dengan
istilah Approved Trade, sesungguhnya hanyalah pengusaha impor
biasa yang secara khusus diistimeakan oleh Pemerintah dan
Departemen Perdagangan untuk mengimpor komditi tertentu untuk
tujuan tertentu pula yang dipandang perlu oleh Pemerintah.
Approved Imorters ini misalnya importir cengkeh, importir bahan
bak plastik, dan importir gandum.
3. Importir terbatas
45
Untuk memudahkan perusahaan- perusahaan yang didirikan dalam
rangka UU- PMA/ PMDN, Pemerintah telah memberikan izin
khusus pada perusahaan Penanam Modal Asing (PMA) dan
Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk mengimpor mesin-
mesin dan bahan baku yang diperlukanya sendiri (bukan untuk
diperdagangkan). Izin ini diberikan dalam bentuk APIT (Angka
Pengenal Importir Terbatas) yang dikeluarkan BKPM (Badan
Koordinasi Penanaman Modal) atas nama Menteri Perdagangan.
4. Importir Umum
Perusahaan impor yang khusus mengimpor aneka macam dagang
dapat memperoleh kedudukan sebagai importir umum atau lazim
disebut General Importir. Perusahaan yang biasanya memperoleh
status sebagai Trading Hause atau Wisma Dagang. Trading Hause
adalah badan usaha yang mengumpulkan barang- barang keperluan
untuk diekspor dan diimpor.
5. Agent Importers
Perusahaan Asing yang berminat memasarkan hasil produksinya di
Indonesia seringkali mengangkat perusahaan setempat sebagai
kantor perwakilan atau menunjuk suatu Agen Tunggal yang akan
mengimpor hasil produknya ke Indonesia. Alat- alat besar,
kendaraan bermotor, dan barang elektronik umumnya mempunyai
Sole Agent Importers yang bertugas engimpor mesin dan suu
cadangnya dari Negara asal.
46
6. Buying Agent
Pihak ini bertindak sebagai agen untuk satu atau lebih pembelian
tertentu di luar negeri.
47
BAB III
JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS DAN PENANGANANNYA OLEH
PEMERINTAH KOTA SALATIGA
A. Gambaran Umum Jual Beli danMekanisme Masuknya Pakaian Impor
Bekas di Kota Salatiga
1. Sejarah Jual Beli Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga
Indonesia merupakan Negara yang dikategorikan masih
berkembang sejak era reformasi, banyak usaha- usaha yang mulai
dikembangkan di Indonesia, salah satunya usaha garment. Para
pengusaha di bidang garmentbersaing menciptakan model- model
pakaian terbaru untuk menarik minat para pembeli. Model pakaian
yang beraneka ragam dengan harga yang bermacam- macam
menjadi opsi bagi beberapa pembeli untuk membeli pakaian sesuai
dengan selera dan kebutuhan masing- masing orang, ini adalah
salah satu hal yang memicu perkembangan fashion di Indonesia.
Dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak
Parman (39) yang merupakan asisten Bapak Amshar Chaniago
pada hari Kamis (7/7), diketahui bahwa pada saat Indonesia
mengalami krisis moneter pada tahun 1997- 1998, para pengusaha
garment mulai gulung tikar dikarenakan melonjaknya harga- harga
di pasaran. Harga pakaian yang biasanya normal menjadi berkali-
48
kali lipat lebih mahal, oleh karena itu peminat pakaian menjadi
menurun.
Dari kondisi inilah kemudian muncul pakaian impor
bekas, di saat Indonesia mengalami krisis moneter pakaian impor
bekas hadir untuk memenuhi kebutuhan sandang masyarakat
dengan harga yang lebih murah. Banyak masyarakat yang beralih
untuk membeli pakaian impor bekas, mereka berfikir membeli
pakaian bekas tidak menjadi masalah di saat seperti ini. Yang
penting pakaian masih layak untuk dipakai dan harganya murah itu
sudah cukup untuk saat dimana Indonesia mengalami masa tersulit
seperti ini.
Awal masuknya pakaian impor bekas melalui jalur laut
tepatnya di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau dan Jalur darat
melalui daerah Entikong Kalimantan Barat. Pakaian impor bekas
mudah masuk di daerah ini karena secara geografis wilayah
tersebut berbatasan langsung dengan Negara Malaysia yang
tentunya memudahkan para pedagang untuk memasukan pakaian
bekas di Indonesia. Pakaian masuk secara bebas di Negara
Indonesia, karena pada saat itu regulasi mengenai pakaian impor
bekas belum ada seperti sekarang ini.
Kemudian setelah berhasil menguasai pasar di Pulau
Sumatera dan Kalimantan barulah pakaian impor bekas mulai
masuk di Pulau Jawa melalui jalur laut. Pengepul terbesar pakaian
49
bekas di Pulau Jawa terdapat di daerah Tanah Abang dan Kota
Bandung, pakaian bekas diperoleh dari beberapa Negara
sepertiThailand, Korea, Jepang, dan Hongkong. Setelah dari Tanah
Abang barulah pakaian bekas didistributorkan di daerah Jawa
seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta, Salatiga, dan masih
banyak kota- kota besar lainnya. Para penjual biasanya hanya
bermodalkan kepercayaan dengan penjual lainnya, mereka sering
berkomunikasi menggunakan telfon atau pesan singkat. Biasanya
para pedagang memesan pakaian impor bekas sebanyak 2 sampai 3
bal dengan harga beraneka macam tergantung kebutuhan.
Pakaian impor bekas mulai menjamur di kota Salatiga
sejak tahun 2000an, saat itu banyak masyarakat Salatiga yang
membeli pakaian impor bekas karena harganya yang murah dan
pilihanya yang beraneka ragam tergantung selera dan kebutuhan
masing- masing pembeli. Dari sinilah yang kemudian membuka
peluang usaha jual beli pakaian impor bekas di Kota Salatiga
sampai saat ini.
2. Lapak Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga
Salatiga merupakan kota kecil yang jumlah penduduknya
lumayan padat, berbagai macam usaha juga banyak ditemui di
Salatiga dan salah satunya penjual pakaian impor bekas. Tidak sulit
mencari para penjual pakaian impor bekas di kota Salatiga, lapak
50
mereka bisa ditemui dipinggir- pinggir jalan utama di Salatiga.
Mereka biasanya menjajakan daganganya dari pagi hingga malam
hari. Berikut ini beberapa daftar lapak penjual pakaian impor bekas
yang ada di Salatiga yang masih ada hingga saat ini:
Tabel 3.1 Daftar Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota
Salatiga
No. Nama Pemilik Kota
Asal Alamat
1. Amshar Chaniago Bandung Jl. Diponegoro Salatiga
2. Ashari Salatiga Pasar Raya II Salatiga
3. Sugiyanto Salatiga Jl. Bangau No. 18 Salatiga
4. Menik Jakarta Jl. Muwardi Salatiga
5. Martin Ambon Jl. Veteran Salatiga (Depan
RSUD Salatiga)
Meskipun hingga tahun 2016 masih tersisa lima lapak
penjual pakaian impor bekas, namun lapak- lapak yang ada cukup
besar dan lengkap.
Bapak Amshar Chaniago, salah satu pemilik yang berasal
dari Kota Bandung memiliki lapak yang diberi nama AULIA
AWUL- AWUL yang beralamat di Jalan Diponegoro (Depan
Kantor Pajak Salatiga), dengan luas lapak 7 X 10 m . Dari
wawancara yang dilakukan peneliti pada hari kamis (7/7) dengan
Bapak Parman (39) sebagai asisten Bapak Amshar Chaniago yang
sudah bekerja selama 6 tahun sejak pertama kali lapak dibuka
sampai saat ini. Beliau mengatakan sudah membuka usaha ini sejak
tahun 2009 dan lapak AULIA AWUL- AWUL merupakan
51
lapakterlengkap, pakaian dari harga 5000 hingga ratusan ribu
rupiah semua ada di sini. Di lapaknya ini beliau memiliki 3 orang
kariyawan yang rata- rata pendidikanya hanya sampai Sekolah
Menengah Pertama. Dengan modal awal 200 juta rupiah Bapak
Amshar mulai membuka usahanya, Bapak Parman (asisten Bapak
Amshar) menjelaskan bahwa usaha yang dijalani ini sudah tersebar
di daerah Sumatera dan Jawa, beliau memesan pakaian impor bekas
dari Tanah Abang yang kemudian dikirim ke Salatiga dengan
menggunakan jasa paket. Para penjual pakaian impor bekas juga
saling berhubungan antara satu dengan yang lain, namun untuk
organisasi antar penjual pakaian impor bekas saat ini belum ada.
Yang lebih mengherankan, usaha penjualan pakaian impor
bekas miliknya ternyata juga mendapatkan surat izin usaha yang
diterbitkan oleh Pemerintah Kota Semarang. Dalam surat tersebut
tertulis izin usaha berupa pedagang eceran pakaian, yang berlaku
sampai dengan tahun 2020. Bagaimana hal ini bisa terjadi, padahal
sudah jelas dalam peraturan yang dibuat oleh Pemerintah jika
perdagangan pakaian impor bekas dilarang. Tetapi pada
kenyataanya hal ini masih terjadi dan mendapatkan izin dari
Pemerintah, jika hal seperti ini terjadi mengapa harus ada regulasi
mengenai larangan penjualan pakaian impor bekas.
Kemudian menyusul Ibu Menik salah satu penjual pakaian
impor bekas yang berasal dari Kota Jakarta. Lapak milik beliau
52
beralamat di Jalan Muwardi Salatiga, tidak banyak informasi yang
diperoleh peneliti di lapak ini. Karena peneliti hanya menemui 2
karyawan dan Pemiliknya sendiri sedang berada di Jakarta.
Karyawan Ibu Menik tidak berani memberikan informasi lebih
lengkap mengenai usaha penjualan pakaian impor bekasnya.
Mungkin mereka sebenarnya sudah paham bahwa usaha yang
dibuka Ibu Menik merupakan usaha yang sebenarnya dilarang
Pemerintah.
Dari wawancara yang dilakukan peneliti pada hari Kamis
(7/7) dengan Bapak Sugiyanto (57) penjual asli dari Kota Salatiga.
Lapakyang diberi nama BERKAH FASHION beralamatkan di
Jalan Bangau No. 16 Salatiga, sudah buka selama kurang lebih 15
tahun, dan menurut beliau selama membuka usaha ini
Alhamdulillah tidak memiliki kendala yang berarti, karena Bapak
Sugiyanto membuka usahanya dengan modal sendiri. Beliau sering
membeli pakaian impor bekas dari kota Bandung dengan harga
perbal (100kg) 6 juta sampai 7 juta rupiah, dan dengan harga sekian
beliau sudah memperoleh pakaian dengan jenis kaos, hem, celana
panjang, celana pendek, dan jaket. Beliau sebenarnya sudah tahu
jika usaha yang dijalaninya sebenarnya dilarang oleh Pemerintah,
namun beliau menanggapi hal ini dengan tenang saja. Karena
sampai saat ini tindakan yang dilakukan Pemerintah masih sebatas
memberikan penyuluhan saja. Pemerintah belum mengambil
53
tindakan tegas seperti apa yang mestinya tertulis di PERMENDAG
No. 51/ M- DAG/ PER/ 7/ 2015 tentang Larangan Impor Pakaian
Bekas yakni memusnahkan pakaian impor bekas yang masih
beredar dipasaran.
Selanjutnyadari wawancara yang dilakukan peneliti pada
hari kamis (7/7) dengan salah satu penjual yang merupakan asli
orang Salatiga, bernama Bapak Azhari (40). Beliau sudah
berdagang pakaian impor bekas sejak 3 tahun terakhir ini,
menurutnya pendapatan penjualan pakaian bekas tidak menentu
terkadang banyak yang membeli terkadang juga tidak ada sama
sekali dalam sehari itu. Lapak Bapak Azhari terletak di Pasar Raya
II lantai dasar, lapak dengan ukuran sekitar 2 X 2 meter yang
dipenuhi dengan tumpukan- tumpukan pakain bekas yang sudah
tertata rapi dengan warna yang sedikit sudah memudar. Jika dilihat
dari lapak yang lain, lapak Bapak Azhari lebih luas dan lebih
lengkap saat ditanya alasannya menjual pakaian bekas, alasan
beliau menjual pakaian impor bekas karena harga yang lebih
murah, jika dibanding beliau harus membuka usaha menjual
pakaian baru yang modalnya bisa 10 kali lipat. Pakaian bekas yang
di jual di Pasar Raya II juga diperoleh dari makelar yang biasanya
menjual secara karungan, dengan harga perkarung kisaran 2 juta
hingga 4 juta rupiah.
54
Pasar Raya II memang pasar yang disediakan Pemerintah
khusus untuk menjual pakaian dan sepatu dengan harga yang
terjangkau. Di sini pembeli bisa melakukan transaksi dengan cara
tawar menawar dengan penjualnya, yang terpenting antara penjual
dan pembeli sama- sama sepakat dengan harga yang disetujui. Tak
beda dengan pembeli pakaian baru, para pembeli pakaian bekas
biasanya juga menawar saat membeli pakaian bekas. Tetapi tidak
hanya pakaian impor bekas ada juga pakaian bekas yang memang
sengaja dijual oleh para pemiliknya karena mereka ingin membeli
kebutuhan lain atau para pengepul yang biasanya membeli baju-
baju bekas itu dari daerah- daerah desa dan kemudian mereka
menjualnya kembali di kota. Di Pasar Raya II sendiri ada sekitar 10
lapak yang menjual pakain impor bekas atau pakaian bukan impor.
Pakaian bukan impor sendiri biasanya batik atau baju- baju dinas
yang sudah tidak terpakai lagi oleh pemiliknya.
Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan
Bapak Martin (59) pada hari sabtu (27/8), penjual pakaian impor
bekas yang berasal dari Ambon ini sudah membuka usaha jual beli
pakaian impor bekas sejak lima tahun yang lalu, tepatnya di awal
tahun 2011. Beliau membuka usahanya ini dengan modal awal 70
juta rupiah, dan itu sudah termasuk biaya sewa tempat. Lapak
Bapak Martin buka dari jam 13.00 WIB hingga malam hari, dan
pembeli paling ramai di jam- jam sore hari. Kebanyakan dari
55
mereka ibu- ibu, bapak- bapak, dan mahasiswa. Terkadang para
mahasiswa membeli pakaian sebanyak 20 potong untuk dijual
kembali kepada teman- temannya di kampus. Harga pakaian impor
bekas mulai dari 25 ribu hingga ratusan ribu rupiah, tergantung dari
jenis pakaian dan kualitasnya. Barang dagangan milik beliau
diperoleh dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Jepang,
Taiwan, dan Korea. Pakaian impor bekas masuk ke Indonesia
melalui Pelabuhan Tanjung Balai Kepulauan Riau, yang
selanjutnya dikirim melalui Pulau Sumatera dengan jalur darat dan
pakaian impor bekas didrop di Kota Kediri yang kemudian
didistributorkan ke daerah- daerah seperti Salatiga, Solo, Boyolali
dan kota- kota besar di Pulau Jawa lainya. Pakaian impor bekas
didrop di Kota Kediri agar tidak ketahuan oleh Pemerintah. Dari
pemaparan beliau, usaha penjualan pakaian impor bekas juga ada
organisasinya, namun beliau tidak mau memberikan penjelasan
lebih mengenai siapa- siapa saja yang menjadi ketua, dan anggota-
anggota penjualan pakaian impor bekas. Beliau juga memaparkan
jika pakaian- pakain impor bekas yang dijual kualitasnya lebih baik
dibandingkan dengan pakaian- pakaian dari Indonesia, seperti
jahitanya, dan jenis kainnya. Beliau membeli pakaian impor bekas
dengan harga perbal dari 4 juta hingga 7 juta rupiah, pakain impor
bekas dikirim ke Kota Salatiga dengan menggunakan jasa paket
seperti Dakota dan JNE.
56
Keuntungan yang diperoleh dalam usaha jual beli pakaian
impor bekas juga tidak menentu setiap bulannya. Biasanya
pedagang memperoleh laba bersih 1 juta hingga 10 juta perbulan.
Para penjual pakaian impor bekas juga menjual pakaian- pakaian
sisa ekspor yang mereka peroleh dari pemasok yang berada di
Dermaga Ekspor Barang di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang atau
di Pelabuhan Merak di daerah Banten.
3. Mekanisme Masuknya Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga
Pakaian impor bekas yang diproleh dari Negara Malaysia,
Taiwan, Singapura, Jepang dan Korea masuk ke Indonesia melalui
daerah Tanjung Balai Kepulauan Riau, Sumatera dan Provinsi
Kalimantan Barat tepatnya di daerah Entikong, mengingat ketiga
daerah tersebut secara geografis berbatasan langsung dengan
Negara Malaysia. Pakaian impor bekas masuk melalui jalur laut.
Pakaian dibawa ke dermaga menggunakan kapal- kapal kecil untuk
mengelabuhi petugas Bea Cukai, karena para petugas sering
melakukan operasi di daerah perbatasan. Setelah itu pakaian impor
bekas di didrop di Tanah Abang, Bandung, dan Kediri, untuk
selanjunya didistributorkan ke Kota- kota besar seperti Semarang,
Solo, Boyolali, Yogyakarta, Salatiga, dan Kota Besar lainya di
Pulau Jawa. Tidak tanggung- tanggung jumlah pakaian yang masuk
di Indonesia untuk sekali jalan mencapai 1000 karung. Peredaran
57
pakaian impor bekas telah memberikan kerugian hingga triliunan
Rupiah pada pengusaha khususnya Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) berbasis tekstil dan garment. Karenanya,
pengusaha pun menolak tegas peredaran pakaian impor bekas
tersebut.
Hal ini juga menyangkut harga diri Masyarakat Indonesia,
karena untuk memenuhi kebutuhan sandangnya apakah harus
dengan membeli pakaian impor bekas dari Negara lain, dan juga
kondisi ini membuat industri tekstil dan garment dalam negeri
berpotensi kehilangan pangsa pasarnya. Padahal, jika dilihat
produk lokal sangat mampu dalam menggantikan pasar
tersebut.Seharusnya pasar-pasar dalam negeri diisi oleh pedagang-
pedagang lokal dan domestik, bukanpakaian impor bekas.Impor
pakaian resmi melalui izin impor Kementerian Perdagangan
nilainya mencapai Rp 48,02 triliun. Sedangkan pakaian impor,
yang dipasok industri dalam negeri sebesar Rp93,35 triliun.
Sedangkan selisih Rp10,9 triliun, diduga adalah pakaian impor
ilegal yang belum termasuk pakaian impor yang bekas
(Sriningrum, 2015).
Jika hal ini terus dibiarkan bukan tidak mungkin jika
usaha tekstil di Indonesia akan mengalami penurunan. Namun
setelah adanya peraturan mengenai larangan impor pakaian bekas,
Bea Cukai menjadi lebih giat dalam melakukan Patroli di daerah
58
perbatasan. Terkadang mereka juga harus melakukan tindakan
kekerasan karena adanya perlawanan dari para penyelundup. Pak
Parman yang merupakan asisten dari Bapak Amshar Chaniago
menyatakan bahwa pakaian impor bekas bisa masuk di Pulau Jawa
melalui Dermaga yang bisa di ajak bekerja sama, namun Beliau
tidak mau menyebutkan secara jelas mengenai hal ini. Bisa dibilang
tindakan yang dilakukan Pak Parman ini termasuk dalam kategori
suap, selanjutnya pakaian akan dikirim menggunakan mobil box ke
kota tujuan selanjutnya.Mungkin sudah banyak yang tahu jika
sebenarnya menjual pakaian impor bekas dilarang oleh Pemerintah,
namun masih saja dilakukan dengan dalih untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
Untuk harga pakaian impor bekas ternyata bergantungpada
naik turunya harga dolar. Dulunya sebelum tahun 2014 harga
pakaian perbal
Top Related