Komunikasi Terapeutik
Oleh Naufalia Zulfa Ad’hania, 1406544734, S1 Reguler FIK UI 2014
Komunikasi terapeutik ialah suatu interaksi interpersonal antara perawat dan klien,
yang selama interaksi berlangsung perawat berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk
meningkatkan pertukaran informasi yang efektif antara perawat dan klien (Videbeck, 2001)
Hubungan saling percaya dan merasa aman antara perawat dengan klien perlu dibangun
sehingga klien bisa menceritakan masalah dan cerita pribadi mengenai kehidupannya.
Menurut buku Kesehatan Jiwa & Psikiatri Pedoman Klinis Perawatan (2002), komunikasi
terapeutik merupakan modal utama pada keperawatan psikiatrik.
Dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa Terjemahan (2008) komunikasi terapeutik
digunakan untuk mencapai banyak tujuan, yaitu membangun hubungan terapeutik perawat
klien, mengidentifikasi masalah klien, mengkaji persepsi klien tentang masalahnya saat klien
menceritakan peristiwa yang dialaminya, mengenali kebutuhan mendasar klien, dan
memandu klien dalam mengidentifikasi cara pencapaian solusi yang memuaskan dan dapat
diterima secara sosial.
Untuk mencapai tujuan yang diharapakan dari komunikasi terapeutik, dalam Buku
Ajar Keperawatan Jiwa Terjemahan (2001) ada keterampilan yang perlu diperhatikan dalam
melaksankan komunikasi terapeutik yaitu keterampilan komunikasi verbal dan non verbal.
Keterampilan komunikasi verbal yaitu antara lain dengan menggunakan pesan kongret,
artinya kata-kata yang digunakan jelas, langsung dan mudah dipahami. Selanjutnya yaitu
adanya teknik komunikasi terapeutik dan interpretasi sinyal atau isyarat. Dalam
berkomunikasi dengan klien perawat harus peka terhadap isyarat yang terdapat pada ucapan
klien yang dapat membantu perawat untuk menggali lebih dalam informasi pada klien. selain
memahami keterampilan verbal, keterampilan non verbal juga perlu diperhatikan yaitu
menginterpretasi ekspresi wajah, bahasa tubuh (gestur, postur, gerakan), isyarat vokal (nada
suara, penekanan), kontak mata, mempertimbangkan agama dan budaya klien.
Menurut Buku Ajar Keperawatan Jiwa Terjemahan (2008) ada beberapa komponen
essensial komunikasi terapeutik meliputi kerahasiaan, keterbukaan diri, privasi, sikap
menghormati dan keterampilan mendengar aktif. Kerahasiaan artinya menghormati hak klien
untuk menjaga rahasia setiap informasi yang berkaitan dengan fisik dan jiwanya serta
perawatan yang dilakukan. Hanya pihak yang terkait dengan proses keperawatan yang dapat
1
memiliki akses terhadap informasi yang disampaikan klien. Hal yang harus diperhatikan
perawat dalam komponen ini yaitu hindari berjanji dengan klien sebelum mendengar pesan
klien karena hal itu yang akan menyebabkan hilangnya rasa percaya klien. Namun
kerahasiaan ini tidak boleh dilakukan apabila pesan tersebut membahayakan keselamatan
klien, seperti merahasiakan percobaan bunuh diri.
Komponen yang kedua yaitu keterbukaan diri berarti membuka informasi pribadi
tentang diri sendiri kepada klien, tentang biografi, ide, pikiran serta perasaan pribadi.
Semakin banyak membuka diri dapat menciptakan hubungan yang lebih erat dengan klien.
Keterbukaan perawat kepada klien dapat membuat klien merasa nyaman dan bisa lebih bebas
untuk berbagi pikiran dan perasaan. Namun perlu diperhatikan, ketika membuka informasi
perawat harus mempertimbangkan apakah informasi tersebut tepat bagi klien. Contohnya
apabila klien berasal dari budaya yang invidunya tenang dan tidak komunikatif, maka
keterbukaan diri danggap tidak tepat.
Selanjutya yaitu komponen ketiga, privasi dan menghormati batasan. Beberapa upaya
berikut dapat meningkatkan privasi yaitu berbicara pelan dengan klien , menarik tirai
pembatas dari teman sekamar, atau menyalakan televisi untuk meredam perbincangan
(Videbeck, 2001). Di Amerika dan Kanada ada empat zona jarak yaitu zona intim (0 – 18
inchi), zona personal (18-36 inchi), zona sosial (4-12 kaki), dan zona publik (12-15 kaki).
Perawat harus menyesuaikan cara berkomunikasi dengan klien berdasarkan latar belakang
budanya, mungkin ada budaya yang mengharuskan berbicara dalam jarak dekat ataupun jarak
jauh. Namun tentunya jika kita akan memasuki zona intim , maka perawat terlebih dahulu
harus meminta izin. Normalnya interaksi komunikasi terpeutik terjadi dengan jarak tiga
sampai enam kaki.
Komponen komunikasi terapeutik selanjutnya adalah sentuhan. Menyentuh klien
dapat memberikan rasa nyaman dan dukungan bagi klien jika hal itu diinginkan atau
diizinkan. Perawat harus mengetahui apakah klien tersebut mengingkan sentuhan atau tidak,
biasanya hal itu juga dipengaruhi oleh latar belakang budaya. Sebaiknya apabila perawat
akan menyentuh klien ketika sedang melakukan asuhan keperawatan, perawat memberi tahu
klien dan meminta izin terlebih dahulu.
Mendengar aktif dan observasi aktif merupakan komponen komunikasi terapeutik
yang terakhir. Hubungan antar perawat dengan klien bermula apabila klien merasa nyaman
dan aman apabila berada dengan perawat. Salah satu yang menciptakan rasa nyaman itu
2
apabila ketika klien bercerita, perawat mendengar aktif dan memberikan respon positif
terhadap dirinya. Dalam komunikasi terapeutik, perawat harus aktif menanyakan banyak
pertanyaan spesifik untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dari klien,
mengklarifikasi asumsi dan mengembangkan empati terhadap klien. Empati merupakan
kemampuan untuk menempatkan diri dalam kehidupan orang lain dan merasakan perasannya
(Stuart & Laraia, 2001). Observasi aktif dilakukan sebagai langkah pertama interaksi
terapeutik dimana perawat mengamati perilaku klien dan respon non verbal klien.
Dalam melakukan komunikasi terapeutik perlu memperhatikan teknik komunikasi
terapeuttik. Dibawah ini terdapat tabel teknik komunikasi terapeutik diambil dari Buku Ajar
Keperawatan Jiwa Terjemahan (2008)
NO Teknik Komunikasi Terapeutik Contoh
1. Menerima – menunjukkan bahwa perawat
mendengar dan bersedia mendengarkan apa
yang klien ingin katakan
Perawat: “Ya saya menyimak apa
yang anda katakan”
2.
s
Mengkaji hubungan – mengeksplorasi
hubungan klien dengan individu lain dan
meminta klien menjelaskan hubungan antara
dirinya dan orang lain.
Perawat : “ ceritakan kepada saya
tentang Anda dan Joan”
3. Pertanyaan terbuka –memberi kesempatan
klien untuk mengajukan topik
“Apa yang telah terjadi dalam
hidup anda?”
“ Apa pendapat anda?”
4. Validasi konsensual- dua individu atau lebih
mencapai kesepakatan tentang interpretasi
suatu peristiwa, perilaku atau isu
“ Apakah kamu menggunakan
kata tersebut untuk menjelaskan
bahwa ...?"
5. Mendorong melakukan perbandingan-
membantu klien memahami dengan melihat
persamaan dan perbedaan
“Apakah itu seperti...?”
“ Apakah kamu mempunyai
pengalaman yang sama?”
6. Mendorong melakukan evaluasi- meminta klien
untuk menilai kualitas pengalamannya
“Ceritakan padaku jika kamu
merasa cemas”
7. Memfokuskan – mengarahkan pada satu poin
yang penting
“Dari semua persoalan yang kamu
jelaskan, mana yang paling
menyusahkan?”
3
8. Menyusun rencana tindakan- merencanakan
penyelesaian masalah secara tepat yang
dilakukan langkah demi langkah
“ Bagaimana cara Anda mengatasi
kemarahan Anda?”
9. Arahan umum – mendorong adanya ontinuitas “ Pergi”
“Lalu?”
“Jelaskan padaku”
10.Memberi pengakuan – pengakuan yang objektif “Anda telah menyelesaikan daftar
yang harus dilakukan”
11.Humor- humor yang tidak menyakitkan bisa
membantu mengurangi ansietas ringan samapi
sedang dn mengurangi kesenjangan sosial
12.Melakukan observasi – menyataan apa yang
perawat lihat dalam penampilan dan perilaku
klien
“Tampaknya Anda marah.”
“Saya merasa Anda kesepian saat
ini.”
13.Menawarkan diri- memperkenalkan diri dan
mengidentifikasi hubungan
“Halo nama saya Joe, saya
mahasiswa perawat dari OCC.”
“ Saya akan berada disini”
“ Saya setuju dengan apa yang
kamu pikirkan”
14.Menyajikan realitas – memberi penjelasan yang
realistis tentang hal yang klien lihat atau dengar
“Saya tidak melihat siapapun di
ruangan ini”
15.Refleksi- mengarahkan tindakan, pikiran dan
perasaan klien kembali kepada klien
Klien: “ Saudara saya
menghasbiskan semua uang saya
dan berani meminta lagi.”
Perawat : “ Apakah itu membuat
anda marah?”
16.Pengulangan pernyataan- mengulang isu utama
yang diungkapkan
Klien :” Saya merasa takut. Ibu
saya meninggal ketika usia 36
tahun di kamar operasi. Saya baru
35 tahun. Saya tidak ingin hal itu
terjadi pada saya .”
Perawat :” Anda takut bahwa
Anda mungkin meninggal di kmar
4
operasi?”
17.Meminta klarifikasi- menghilangkan
kebingungan terhadap peristiwa atau individu.
Upayakan menggunakan pertamyaan spesifik
sampai informasi benar-benar dimengerti
“ Saya tidak yakin bahwa saya
mengerti bagaimana Anda
berpikir bahwa Anda adalah
Tuhan.”
18.Diam- tidak adanya komunikasi verbal
memberkan kesempatan klien untuk
menuangkan tindakan, pikiran atau perasaan ke
dalam kata-kata
19.Menganjurkan kolaborasi- menawarkan
kerjasama dengan klien
“ Mungkin Anda dan saya dapat
mendiskusikan pikiran, perilaku
atau perasaan yang meningkatkan
rasa cemas Anda.”
20.Meringkas- mengorganisasi isu utama yang
telah didiskusikan
“Selama setemgah jam , Anda dan
saya telah mendiskusikan...”
21.Identifikasi tema – mengidentifikasi isu yang
terjadi berulang kali
“ Anda mengatakan bahwa Anda
tidak memiliki siapa-siapa, tinggal
di rumah setiap akhir minggu,
telpon tidak berdering. Saya rasa
Anda kesepian.”
22.Menerjemahkan ke dalam bentuk perasaan-
berupaya menyatakan perasaan klien yang
hanya disampaikan acar tidak langsung
Klien : “Saya mati.”
Perawat : “ Tidak punya
kehidupan?”
Klien :” Saya sebatang kara di
dunia ini.”
Perawat : “Saya rasa perasaan
Anda hanya kesepian”
23.Menyatakan hal tersirat dalam ucapan klien-
menyataakan apa yang telah dianjurkan
Klien :” Saya tidak bisa berbicara
kepada Anda atau siapapun. Itu
hanya buang waktu.”
Perawat :” Apakah Anda merasa
tidak ada yang seorangpun yang
memahami Anda?”
5
24.Menyatakan keraguan- menanyakan realitas
persepsi klien dengan hati-hati
“ Sulit untuk percaya hal tersebut”
“ Hal itu tidak lazim”
Berikut ini merupakan tabel hambatan dalam komunikasi terapeutik diambil dari
Fundamental Of Nursing: Concept, Process, and Practice (2008)
Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik
No Teknik Komunikasi Contoh
1. Sterotipe – melakukan penyetaraan
kepercayaan tentang sekelompok orang
berdasarkan pengalaman
“ Laki-laki jangan menangis”
“ Kebanyakan orang tidak
merasakan sakit setelah operasi ini”
2. Setuju dan tidak setuju – menunjukkan respon
yang menghakimi, menyetujui dan tidak
menyetujui klien berdasarkan penilaian perawat
Klien : “ Saya tidak berpikir bahwa
Dr. Broad adalah dokter yang baik.
Dia tidak terlihat cuek dengan
pasien.”
Perawat:” Dr. Broad adalah kepala
departemen bedah dan dia dokter
bedah yang unggul”
3. Membela diri- mencoba melindungi seseorang
atau penyedia layanan kesehatan dari komen
yang negatif
Perawat : “ Seharusnya Anda tahu
bahwa kami berjaga sepanjang
malam. Anda bukan satu-satunya
pasien disini.”
4. Menantang – memberikan respon yang
membuat klien membuktikan pernyataannya
Klien :”Saya yakin bahwa suami
saya tidak mencintai saya.”
Perawat :” Kamu tidak bisa berkata
seperti itu, dia mengunjungi Anda
setiap hari.”
5. Menyelidiki- menanyakan informasi yang
menunjukkan keingintahuan
Klien :” Saya tidak bertanya kepada
dokter saat dia disini.”
Perawat :” Mengapa tidak?”
6. Menguji – menanyakan pertanyaan yang
membuat klien mengakui sesuatu
“Apakah Anda berpikir bahwa saya
tidak sibuk?” (menuntut klien untuk
mengakui bawha perawat sibuk)
6
7. Menolak – menolak untuk mendiskusikan topik
khusu dengan klien
“ Saya tidak ingin berbicara hal itu.
Mari kita berbicara tentang...”
8. Mengubah topik dan subjek Klien :”Saya bercerai dengan istri
saya. Apakah Anda berpikir bahwa
saya punya hubungan dengan
wanita lain?
Perawat :” Saya tahu umur anda 36
dan menyukai berkebun.”
9. Memberikan pengaharapan bagi pasien-
menggunakan kata-kata “klise” untuk
menentrankam hati pasien
“Anda akan segera sembuh.”
“Saya yakin semua akan kembali
sperti semula.”
10.Menghakimi – memberikan pendapat dan
menyetujui atau tidak menyetujui berdasarkan
nilai yang dianutnya
“Itu baik / buruk”
“Anda tidak bisa melakukan itu”
“Mengapa yang Anda lakukan
selalu salah?”
11.Memberikan common advice- menjelaskan apa
yang klien harus lakukan
“ Jika saya menjadi Anda...
Komunikasi terapeutik merupakan dasar utama dalam menjalin hubungan antara
perawat dengan klien. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk memahami tentang
komunikasi terapeutik untuk membangun hubungan terapeutik. Hubungan ini dapat terjalin
apabila klien merasa aman dan nyaman berada di dekat klien, sehingga klien bisa
mendiskusikan masalahnya dan menemukan solusi yang tepat bagi dirinya dan
lingkungannya.
7
REFERENSI
Copel, L.C. (2007). Kesehatan Jiwa & Psikiatrik Pedoman Klinis Perawat.
Terjemahan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kozier, et al. (2008). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process and Practice 8th
Edition. Upper Saddle River : Pearson Education, Inc
Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2001). Principles and practice of psychiatric nursing 7th
Edition. St. Louis: Mosby Year Book
Videbeck, S.l. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa Terjemahan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Videbeck, S.l. (2001). Psychiatric mental health nursing. Philadelphia: Lippincott
8