Download - PR FOME.docx

Transcript

KEGIATAN FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION(FOME) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAJANGKOTA SURAKARTA

Kelompok 497 AAnggota Kelompok:Gunung Mahameru G99141077Aga Suganda G99141078Paramita Stella G99141079Endang Susilowati N G99141080Dyah M. Dewanti G99141081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER TAHAP PROFESIBAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT-KEDOKTERAN PENCEGAHANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET2015

LEMBAR PENGESAHAN

KEGIATAN FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION(FOME) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAJANGKOTA SURAKARTA

Kelompok 497AAnggota Kelompok:Gunung Mahameru G99141077Aga Suganda G99141078Paramita Stella G99141079Endang Susilowati N G99141080Dyah M. Dewanti G99141081

Telah disetujui dan sudah disahkan pada:Hari: SabtuTanggal: 13 Juni 2015

Mengetahui,

PembimbingFOME IKM/FK UNS

Prof.Bhisma Murti,dr.,MPH,M.Sc,Ph.D NIP. 195510211994121001PembimbingFOME Puskesmas Pajang

dr. Dony PrasojoNIP. 19760727 200604 1 009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena atas limpahan berkat dan kasih karunia-Nya yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di Puskesmas Pajang, serta dapat menyelesaikan laporan kelompok kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)-Kedokteran Pencegahan dengan judul Kegiatan Family Oriented Medical Education (FOME) di Wilayah Kerja Puskesmas Pajang Kota Surakarta.Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran UNS. Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapat banyak sekali bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:1. Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.2. dr. Ari Natalia Probandari, MPH, PhD, selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.3. Prof.Bhisma Murti,dr., MPH, M.Sc, Ph.D, selaku pembimbing FOME IKM / FK UNS.4. dr. Wahyu Indianto, selaku Kepala Puskesmas Pajang.5. dr. Dony Prasojo, selaku pembimbing FOME di Puskesmas Pajang Kota Surakarta.6. Seluruh staf di Puskesmas Pajang Kota Surakarta dan seluruh staf bagian IKM-Kedokteran Pencegahan FK UNS.7. Semua pihak lain yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.

Surakarta, Juni 2015

Kelompok 497A IKM/FK UNSDAFTAR ISI

HALAMAN JUDULLEMBAR PENGESAHAN ..1KATA PENGANTAR ..2DAFTAR ISI ....3DAFTAR TABEL DAN GAMBAR 4TAHAP 1.KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA DAN ASPEK PERSONAL ........5A.KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA 5B.IDENTIFIKASI ASPEK PERSONAL .6TAHAP 2.STATUS PASIEN ........7A.IDENTITAS PASIEN ...7B.ANAMNESIS 7C.PEMERIKSAAN FISIK ...10D.PEMERIKSAAN PENUNJANG .12E.PENGOBATAN YANG SUDAH DIDAPATKAN 13F.RESUME 14TAHAP 3.IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA 15A.FUNGSI HOLISTIK 15B.FUNGSI FISIOLOGIS 16C.FUNGSI PATOLOGIS 19D.FUNGSI KETURUNAN ..20E.POLA INTERAKSI KELUARGA ..21F. FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN ..22G.FAKTOR NON PERILAKU YANGMEMPENGARUHI KESEHATAN 22TAHAP 4.DIAGNOSTIK HOLISTIK DAN PEMBAHASAN ..25A.DIAGNOSTIK HOLISTIK .25B.PEMBAHASAN 26TAHAP 5.PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF .29SIMPULAN DAN SARAN .35A.SIMPULAN ..35B.SARAN .35REFERENSI ....36LAMPIRAN .....37

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Hidup dalam Satu Rumah......5Tabel 2.1 Laboratorium Darah ... 12Tabel 3.1. APGAR Keluarga Tn. BE ........17Tabel 3.2. SCREEM ...19Tabel Flow Sheet Rekam Medis ..30Gambar 3.1. Genogram Keluarga Tn. BE .20Gambar 3.2. Pola interaksi keluarga Tn. BE ..21Gambar 3.3. Denah rumah Tn. BE 24 Gambar 1. Foto bersama keluarga di RSDM.. 37 Gambar 2. Kunjungan rumah.37Gambar 3. Wawancara nenek pasien .37Gambar 4. Tampak depan rumah ..37Gambar 5. Halaman samping rumah .37Gambar 6. Teras depan rumah 37Gambar 7. Tampak lantai rumah38Gambar 8. Ruang tamu ..38Gambar 9. Kamar tidur 1 ..38 Gambar 10. Kamar tidur 2 ....38Gambar 11. Kamar tidur 3 ....38 Gambar 12. Ruang keluarga..38Gambar 13. Dapur ....39 Gambar 14. Tempat cucian. .39Gambar 15. Kamar mandi ........39 Gambar 16. Tempat makan ......39Gambar 17. Garasi .... 39 Gambar 18. Pemeriksaan An. A ....... 39

TAHAP IKARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA DAN ASPEK PERSONAL

A.KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGANama kepala keluarga: Tn. BEAlamat: Mutihan RT 01 RW 12, Sondakan, Laweyan Bentuk Keluarga: Three GenerationStruktur Komposisi Keluarga :Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Hidup dalam Satu RumahNoNamaKedudukanL/PUmurPendidikanPekerjaanPasien klinikKeterangan

1Tn. BEKepala keluargaL48 thSarjanaKaryawan SwastaTidak-

2Ny. TSIbuP43 thSarjanaIbu Rumah TanggaTidak-

3An. ASAnak pertamaP13 thSMPPelajarTidak-

4An. WKAnak keduaP4 thBelum Sekolah-Tidak-

5An, AAAnak ketigaL11 bln--Ya-

6Ny.SRNenekP69 thSMA-Tidak-

Sumber: Data Primer, Juni 2015Kesimpulan: Keluarga Tn. BE termasuk ke dalam three generation yang terdiri atas 6 orang. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. BE (48 tahun), Ny. TS (43 tahun), An. AS (13 tahun), An. WK (4 tahun), An. AT (11 bulan) dan Ny. SR (69 tahun) yang tinggal bersama dalam satu rumah. Pendidikan dalam keluarga ini secara umum cukup baik. Tn. BE bekerja di sebuah perusahaan yang bekerja di bidang penelitian yang bertempat di Surabaya, sehingga Tn. BE hanya berada di rumah sekitar 3 sampai 7 hari setiap bulannya dan Ny. TS sebagai ibu rumah tangga.

B. IDENTIFIKASI ASPEK PERSONAL1. Alasan BerobatPasien datang berobat pertama kali karena berat badan tidak kunjung naik .2. Persepsi Keluarga Pasien tentang PenyakitnyaKeluarga pasien tidak mengetahui penyakit yang di derita pasien 3. Harapan Keluarga PasienKeluarga berharap mengetahui tentang penyakit yang diderita pasien, sehingga dapat segera ditangani dan pasien dapat tumbuh dengan normal dan sehat.4. Kekhawatiran Keluarga PasienKeluarga pasien khawatir jika pasien menderita gizi buruk

TAHAP IISTATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIENNama: An. AAUmur: 11 bulanAlamat: Mutihan RT 01 RW 12, Sondakan, LaweyanJenis kelamin: Laki - LakiAgama: IslamTanggal Pemeriksaan: 27 Mei 2015

B. ANAMNESIS1. Keluhan Utama : Berat Badan tidak naik2. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang bersama keluarganya ke puskesmas pajang karena berat badan tidak naik sejak 4 bulan yang lalu. Ibu pasien mengaku sejak lahir pasien tidak pernah diberi ASI walaupun ASI nya keluar. Hal tersebut dikarenakan pasien tidak mau minum ASI sehingga hanya diberi susu formula. Selama ini ibu pasien mengaku nafsu makan pasien tidak ada masalah. Ibu pasien mengaku rutin membawa pasien ke posyandu tetapi setelah diketahui 2 bulan berat badan pasien tidak naik, pasien tidak dibawa ke posyandu karena ibu pasien merasa malu dengan kondisi pasien yang dikatakan gizi buruk oleh tetangganya. Satu bulan kemudian pasien dibawa ke puskesmas atas anjuran petugas puskesmas. Setelah satu bulan diberikan penatalaksanaan gizi buruk, pasien masih tidak mengalami peningkatan berat badan. (editan ku)Selain itu ibu pasien mengaku pasien mengalami demam sejak 3 hari yang lalu. Demam terus menerus belum mendapatkan obat penurun panas. Demam disertai dengan batuk berdahak dengan dahak yang sulit keluar. Batuk muncul bersamaan dengan demam. Mual muntah (-), mencret (-), tidak keluar cairan dari telinga. BAK dan BAB tidak ada masalah. Karena tidak ada perbaikan pasien dirujuk ke RSUD Surakarta. Di RSUD Surakarta pasien sempat dirawat selama 3 hari kemudian diketahui pasien menderita penyakit jantung bawaan. Karena keterbatasan sarana pasien dirujuk ke RSDM. 3. Riwayat Kehamilan Ibua. Riwayat perdarahan: disangkalb. Riwayat abortus: disangkalc. Riwayat trauma selama kehamilan: disangkald. Riwayat sakit selama kehamilan: ibu menderita anemiae. Riwayat minum jamu: disangkalf. Riwayat minum obat-obatan: disangkalg. Riwayat Ante Natal Care (ANC): (+) bidan (5x selama kehamilan)h. Riwayat mengkonsumsi zat gizi: (+) i. Riwayat radiasi: disangkal4. Riwayat Penyakit Keluargaa. Riwayat tekanan darah tinggi: (+) Nenek pasien dari ibub. Riwayat sakit gula: (+) Kakek pasien dari ibuc. Riwayat sakit asma: (+) Kakek pasien dari ayahd. Riwayat alergi: disangkale. Riwayat sakit jantung: (+) Nenek pasien dari ibu5. Riwayat Sosial EkonomiPasien adalah seorang anak dari Tn. BE dan Ny.TS yang berusia 11 bulan. Tn BE bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah perusahan yang bergerak dalam bidang penelitian yang bertempat di Surabaya dan Ny. TS sebagai ibu rumah tangga. Oleh karena itu, Tn. BE jarang berada di rumah karena menghabiskan waktu untuk bekerja. Biasanya dalam 1 bulan hanya berada di rumah sekitar 3-7 hari saja. Pasien tinggal serumah dengan orang tua, dua kakaknya dan nenek. Riwayat kehamilan dan persalinan Ny. TS yaitu P3A0. Anak pertama yaitu An. AS (13 tahun) kini sedang menempuh pendidikan sebagai pelajar SMP, anak kedua yaitu An. WK (4 tahun) yang belum sekolah.Sebagai karyawan swasta, Tn. BE memiliki penghasilan kurang lebih Rp 2,4 juta per bulan. Jumlah ini bisa bertambah jika ada tambahan proyek dari perusahaannya. Dari hasil tersebut dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi sejak anaknya sakit Tn. BE cuti bekerja untuk sementara.Biaya pengobatan pasien selama ini menggunakan kartu PKMS silver.Dalam 1 rumah dihuni oleh 6 orang anggota keluarga. Nenek pasien sering membantu pekerjaan rumah tangga dan mengurus cucunya. Keluarga pasien masih sering berkumpul dengan tetangga jika ada suatu acara atau arisan.6. Riwayat KelahiranPasien lahir Caesar di RS kasih ibu, dengan BBL 2200 gram PBL 47 cm. Pasien lahir premature di usia kehamilan 8 bulan, langsung menangis, dan tidak ditemukan sianosis.7. Riwayat ImunisasiRiwayat imunisasi lengkap sesuai Depkes 20111. Hepatitis B-0 pada usia 0 bulan2. BCG pada usia 1 bulan3. Polio I pada usia 1 bulan4. DPT, HB-I, polio II pada usia 2 bulan5. DPT, HB-II, polio II pada usia 3 bulan6. DPT, HB-III, polio III pada usia 4 bulan7. Campak pada usia 9 bulanKesan: Imunisasi lengkap sesuai dengan KMS dari Kemenkes 20118. Riwayat NutrisiPasien makan tiga kali sehari dengan menu nasi tim dan susu formula. Diakui oleh orang tua pasien bahwa pasien makan dengan lahap dan sampai habis. Kesan: Kuantitas dan kualitas nutrisi cukup9. Riwayat perkembangan1. Miring: 9 bulan2. Tengkurap: 11 bulan3. Duduk: belum mampu4. Berjalan: belum mampu5. Bicara : Belum mampu10. Riwayat GiziSejak dilahirkan pasien tidak mendapat ASI, oleh ibunya hanya diberi susu formula. Pasien mendapatkan makanan pengganti sejak usia 4 bulan dan nasi tim sejak usia 9 bulan

C. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan UmumTampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kurang.2. Tanda VitalNadi: 142 x/menitPernafasan: 40 x/menitSuhu: 36,60C per axilerSiO2: 99 %3. Status GiziBB/U= 9/13.5 x 100% = 66% (Z Score < -3SD)TB/U = 89/93 x 100% = 95% (0< Z Score < -2SD)BB/TB = 9/12.5 x 100% = 72% (Z Score < -3SD)Status gizi: underweight4. KulitSawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), petechie (-), spider nevi (-)5. KepalaBentuk mesochepal LK= 42 cm, rambut sukar dicabut6. MataKonjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+)7. HidungNafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deviasi septum (-)8. MulutBibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (-)9. TelingaMembran timpani intak (+), sekret (-)10. TenggorokanTonsil melebar (-), faring hiperemis (-), dahak (-)11. Lehertrakea di tengah, KGB (Kelenjar Getah Bening) tidak membesar12. ThoraksNormochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-)a. Cor1) Inspeksi Ictus cordis tak tampak2) PalpasiIctus kordis tak kuat angkat3) PerkusiBatas jantung kesan tidak melebar4) AuskultasiBJ I dan BJ II intensitas normal, regular, bising (+), pansistolik grade 3/6 dengan pucak di SIC IV LPSSb. Pulmo1) Inspeksi: pengembangan dada kanan=dada kiri2) Palpasi: fremitus raba kanan=kiri3) Perkusi: sonor/sonor4) Auskultasi : suara dasar vesikuler, ronkhi basah kasar (+/+), ronkhi basah halus (+/+), wheezing (-/-)13. AbdomenSupel, NT (-), BU (+), tympani, H/L tidak membesar14. EkstremitasAtas: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-), wasting (-/-), CRT < 2, ADP kuatBawah: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-),wasting (-/-), CRT < 2, ADP kuat, baggy pants (-/-),

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Foto Thoraks AP lat ( 27 Mei 2015)

Cor : CTR = < 55% (tidak membesar)Pulmo : corakan bronchovaskuler meningkatTampak bercak bercak kesuraman pada kedua perihiler dan paracardialHilus pulmo kanan dan kiri tidak melebarDiafragma dan sinus baikKesan : Gambaran Bronchopneumonia2. Laboratorium Darah ( 29 Mei 2015)Tabel 2.1 Laboratorium DarahPemeriksaanHasilSatuanRujukan

HEMATOLOGI RUTIN

Hb10,8g/dl 10,7-13.1

HCT32%35-43

AL20.5103/l5 19.5

AT273103/l150 450

AE3.82106/l3.60 -5.20

Golongan DarahAB

KIMIA KLINIK

Gula Darah Sewaktu95mg/dl50- 80

ELEKTROLIT

Natrium127mmol/L129-147

Kalium5.5mmol/L3.6-6.1

Calsium1.04mmol/L1.17-1.29

SEROLOGI1,15Mmol/L1.17-1.29

HbsAgNonreactiveNonreactive

Gambaran darah tepi ( 29 Mei 2015)Simpulan : Gambaran darah tepi dengan leukositosis menyokong proses infeksi3. Echocardiography (30 Mei 2015)Kesimpulan : PFO L to R ShuntPDA L to R ShuntTR ModerateE. PENGOBATAN YANG SUDAH DIDAPATKAN1. Di RSUD Kota Surakarta : a. O2 nasal 2 lpmb. Ampicillin 135 mg/6 jam ivc. Gentamycin 27 mg/24 jam ivd. Ambroxol 2x1 mge. Nebulize Nacl 0,9% 5cc/8jamf. Manajemen gizi burukg. Vit. A 200.000 IUh. Asam folat 1x5 mg (hari I)i. Asam folat 1x1 mg (hari II, dst)j. Xepamol amp 4x0,6 cc

2. Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta : a. O2 nasal 2 lpmb. Diet jantung cair 500 kkal/hrc. IVFD D1/4 NS 22 tpm makrod. Inj Cefotaxime 200 mg/ 8 jame. Inj Gentamicin 40 mg/24 jamf. Furosemide 2x2,5 mg pog. Nebulize Nacl 0,9% 5cc/8jam

F. RESUMEPasien datang bersama keluarganya ke puskesmas pajang karena berat badan tidak naik sejak 4 bulan yang lalu. Ibu pasien mengaku sejak lahir pasien tidak pernah diberi ASI sehingga hanya diberi susu formula. Ibu pasien mengaku rutin membawa pasien ke posyandu tetapi sejak 2 bulan terakhir pasien tidak dibawa ke posyandu. Selain itu ibu pasien mengaku pasien mengalami demam sejak 3 hari yang lalu. Demam terus menerus belum mendapatkan obat penurun panas. Demam disertai dengan batuk berdahak dengan dahak yang sulit keluar. Batuk muncul bersamaan dengan demam. Mual muntah (-), mencret (-), tidak keluar cairan dari telinga. BAK dan BAB tidak ada masalah. Karena tidak ada perbaikan pasien dirujuk ke RSUD Surakarta. Di RSUD Surakarta pasien sempat dirawat selama 3 hari kemudian diketahui pasien menderita penyakit jantung bawaan. Karena keterbatasan sarana pasien dirujuk ke RSDM. Dari pemeriksaan fisik jantung didapatkan BJ I dan BJ II intensitas normal, regular, bising (+), pansistolik grade 3/6 dengan pucak di SIC IV LPSS. Pemeriksaan paru didapatkan suara dasar vesikuler, ronkhi basah kasar (+/+), ronkhi basah halus (+/+). Dan pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan antara lain foto thorak yang menunjukan gambaran broncopneumonia, pemeriksaan darah dengan hasil HCT= 32, AL = 20.500, gambaran darah tepi leukositosis menyokong proses infeksi, dan echocardiograpy yang mengarah ke PJB.BAB IIIIDENTIFIKASI FUNGSI - FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK1. Fungsi BiologisKeluarga tersebut terdiri dari Tn. BE (48 tahun), Ny. TS (43 tahun), An. AS (13 tahun), An. WK (4 tahun), An. AT (11 bulan) dan Ny. SR (69 tahun) yang tinggal bersama dalam satu rumah. Pendidikan dalam keluarga ini secara umum cukup baik. Di dalam keluarga ditemukan riwayat DM dan asma pada kakek pasien serta jantung dan hipertensi pada nenek pasien. Keluarga juga menciptakan lingkungan rumah yang bebas asap rokok.2. Fungsi PsikologisHubungan antar anggota keluarga terjalin cukup baik. Komunikasi di dalam keluarga berjalan lancar, tidak kaku, dan setiap anggota keluarga terlihat dekat satu dengan lainnya. Ayah, Ibu dan nenek pasien peduli dan memberikan dukungan terhadap kesehatan pasien seperti mengantar berobat dan selalu mengawasi pasien. Walaupun ibu pasien sempat malu dan merasa terintimidasi dengan kodisi anaknya sehingga tidak pernah lagi membawa anaknya ke posyandu3. Fungsi SosialKeluarga pasien tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Tidak ada hambatan hubungan pasien dan keluarga dengan masyarakat disekitarnya. Pasien sering mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti kegiatan PKK dan arisan. Hubungan pasien dengan tetangga terjalin dengan baik. Tetangga pasien sudah mengerti tentang kondisi pasien, dan ikut memberi dukungan kepada pasien.4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan KebutuhanPenghasilan keluarga bersumber dari ayah pasien yng bekerja sebagai karyawan swasta kurang lebih Rp 2.400.000 per bulan. Dengan jumlah penghasilan tersebut keluarga harus menyesuaikan pengeluaran dan kebutuhan sehari-harinya. Pengeluaran keluarga antara lain untuk makan sehari-hari, untuk membayar listrik, dan biaya sekolah anak-anak. Keluarga makan tiga kali sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk seperti tempe, tahu, telur, ayam, atau ikan.Untuk biaya kesehatan, semua anggota keluarga terdaftar menjadi anggota PKMS silver. Bila ada anggota keluarga yang sakit langsung diperiksakan ke Puskesmas Pajang yang jaraknya cukup dekat dengan rumah pasien.5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan BeradaptasiTn. BE dan keluarga belum paham mengenai penyakit yang diderita pasien serta pengobatan dan pencegahan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Komunikasi antar anggota keluarga cukup lancar. Apabila ada masalah ibu pasien jarang berdiskusi bersama suami, karena ada keterbatasan waktu untuk bertemu karena suami jarang pulang ke rumah.

B. FUNGSI FISIOLOGISUntuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain.1.`AdaptationKemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota keluarga yang lain.2.PartnershipMenggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.3.GrowthMenggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.4.AffectionMenggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.5.ResolveMenggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Kriteria nilai APGAR :8 10: baik5- 7: sedang1 -4: burukSkoring :Hampir selalu/sering: 2 poinKadang kadang : 1 poinHampir tak pernah/jarang: 0 poinTabel 3.1. APGAR Keluarga Tn BEAPGAR Ny. An terhadap keluargaTn. BENy.WSNy.SRAn.AS

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah2222

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya2112

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru2222

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll2212

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama2112

Jumlah108710

Fungsi Fisiologis keluarga: (10+8+7+10)/4 = 8,75 (Baik)Sumber: Data Primer, Juni 2015

APGAR score keluarga Tn BE dapat dijelaskan sebagai berikut :1. ADAPTATIONAspek adaptasi pada keluarga Tn BE cukup baik. Setiap anggota keluarga bisa saling beradaptasi satu sama lain, terutama dengan kondisi kesehatan pasien yang perlu perhatian khusus. Anggota keluarga lain mendukung kesehatan pasien dengan saling membantu dalam mengurus pengobatan pasien. Ayah pasien cuti kerja sementara untuk menemani pengobatan pasien. Sedangkan nenek pasien membantu menjaga anak lainnya di rumah dan mengurusi kegiatan sehari hari.2. PARTNERSHIPKomunikasi antar anggota keluarga kurang lancar, setiap anggota keluarga jarang menceritakan dan berbagi masalah dengan anggota keluarga lainnya. Ada keterbatasan waktu dari Tn. BE untuk berkumpul bersama keluarga karena kesibukannya dalam bekerja.3. GROWTHPasien mendapat dukungan dari keluarga untuk menjalani pengobatan demi perbaikan kondisi kesehatan pasien. 4. AFFECTIONHubungan kasih sayang dan interaksinya antar anggota keluarga terlihat cukup baik. Setiap anggota bisa mengekspresikan kasih sayang dan emosinya dan cenderung tidak disembunyikan atau ditutupi.5. RESOLVEPasien dan keluarga merasa cukup puas dengan kebersamaan yang dihabiskan bersama. Meskipun frekuensi untuk berkumpul tidak terlalu sering, tetapi waktu yang diluangkan berkualitas.Secara keseluruhan skor rerata dari APGAR keluarga Tn. BE adalah 8,75. yang menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Tn. BE termasuk dalam kategori baik.

C. FUNGSI PATOLOGISUntuk menilai fungsi patologis digunakan SCREEM, antara lain :Tabel 3.2. SCREEMSUMBERPATOLOGIKET

SocialInteraksi sosial kurang antar anggota keluarga dengan saudara dan tetangga. Namun keluarga masih dapat berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat misalnya mengikuti arisan, kegiatan PKK, dan pertemuan RT/RW.

+

CulturalKeluarga pasien bisa beradaptasi dengan adat setempat dan tata kesopanan jawa, serta ikut dalam acara-acara yang bersifat adat seperti acara sunatan dan perkawinan._

Religion

Keluarga Tn. BE beragama Islam. Pemahaman dalam beragama baik. Pasien dan keluarganya taat menjalankan kewajiban agama seperti shalat wajib dan pengajian.-

EconomyKeluarga ini tergolong ke dalam ekonomi menengah ke bawah, dimana pendapatan keluarga hanya dari gaji suami yang tidak terlalu besar dan digunakan untuk membiayai istri dan ketiga anaknya. Namun masih dirasa cukup-

EducationTn. BE dan istri adalah lulusan S1. Nenek pasien lulusan SMA Secara umum tingkat pendidikannya cukup baik. -

Medical

Keluarga Tn. BE sangat memperhatikan kondisi kesehatan anggota keluarganya. Bila ada salah satu anggota keluarga yang sakit langsung diperiksakan di Puskesmas Pajang. Semua anggota keluarga sudah terdaftar dalam BPJS_

Sumber: Data Primer, Juni 2015

Kesimpulan :Berdasarkan analisis SCREEM, fungsi yang patologis dari keluarga An. AA didapatakan masalah pada aspek sosial.

D. 28

E. Keterangan :: Laki-laki: Perempuan: Pasien: Tinggal serumah : Laki-laki meninggalFUNGSI KETURUNAN (GENOGRAM KELUARGA)Alamat lengkap: Mutihan RT 01 RW 12, Sondakan, LaweyanBentuk Keluarga: Three generation Family

Gambar 3.1. Genogram Keluarga Tn BE

Ny. SR69 thn,Sakit Jantung, HTNy. SY68 thnTn. HM70 thnAsmaDm

Ny. TS43 thnTn. BE48 thnTn. PK44 thnSumber: Data Primer, Juni 2015An. AA11 blnTn. BB46 thnNy. AS48 thnNy. TP39 thn

An.WK4 thnAn. AS13 thnKesimpulan :Pada keluarga pasien didapatkan adanya riwayat penyakit alergi, yaitu kakek pasien dari keluarga ayah memiliki asma dan ada riwayat penyakit kronis yaitu kakek pasien dari keluarga ibu memiliki DM serta nenek pasien dari keluarga ibu menderita hipertensi dan jantung. Saudara pasien maupun saudara orang tua pasien tidak memiliki riwayat penyakit alergi maupun kronis.

E. POLA INTERAKSI KELUARGA

Keterangan :: Hubungan kurang: Hubungan baikAn AATn. BEAn. WKNy. TSNy. SRAn. ASGambar 3.2. Pola interaksi keluarga Ny. AnAn. AA : PasienAn. WK : Anak kedua

Tn. BE: Ayah pasien/ kepala keluargaNy. TS : Ibu PasienAn. AS: Anak pertamaNy. SR : Nenek Pasien

Kesimpulan : Dari diagram di atas terlihat pola interaksi keluarga berjalan kurang baik. Didapatkan hubungan yang kurang harmonis diantara anggota keluarga yaitu hubungan antara Ny. SR dengan Tn. BE dan Ny. TS

F. FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN1.Pengetahuan Keluarga pasien belum sepenuhnya mengetahui tentang penyakit pasien sehingga dalam penanganannya mengalami kendala2.Sikap Sikap keluarga pasien terhadap penyakit yang dideritanya kurang benar karena keluarga belum mendapat informasi yang benar tentang penyakit tersebut sehingga perlu diberi informasi yang adekuat3.Tindakan Pasien dan keluarga sudah cukup memahami pentingnya kesehatan dan pentingnya berobat kepada petugas medis. Bila ada anggota keluarga yang sakit langsung diperiksakan di puskesmas atau dokter keluarga. Keluarga juga sudah mendaftarkan diri menjadi anggota jaminan kesehatan yaitu PKMS silver.Kesimpulan: Keluarga pasien kurang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup terhadap penyakit yang diderita pasien. Namun keluarga sudah mengerti bagaimana cara menjaga kesehatan dan mencegah penyakit, juga mengerti pentingnya berobat ke petugas kesehatan. G.FAKTOR NON PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN1.Lingkungan Rumah yang dihuni keluarga ini berstatus rumah sendiri dengan ukuran 100 m2. Rumah terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ada ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, ruang makan, dapur, kamar mandi, dan garasi. Pencahayaan rumah belum cukup memadai di beberapa ruangan, dan kebersihan sangat kurang. 2.EkonomiKeluarga ini tergolong kepada ekonomi menengah ke bawah. Keluarga ini hanya bergantung kepada penghasilan Tn. BE yang kurang lebih hanya Rp 2.400.000 per bulan. Dana tersebut digunakan untuk biaya makan sehari-hari, biaya listrik, dan biaya pendidikan anak-anak.3.Pelayanan Kesehatan Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan cukup baik. Jarak rumah pasien dengan puskesmas terdekat sekitar 200 m sehingga pasien cukup berjalan kaki ketika berobat ke puskesmas.4.Keturunan Didapatkan riwayat penyakit asma pada kakek pasien dari ayah, dan penyakit DM pada kakek pasien dari ibu serta riwayat penyakit hipertensi dan jantung pada nenek pasien dari ibu.Kesimpulan :Faktor non-perilaku keluarga yang cukup berpengaruh pada keluarga Tn. BE adalah rendahnya faktor kebersihan dalam rumah.

Lingkungan IndoorKeluarga Tn.BE tinggal di rumah berukuran 100 m2. Rumah terdiri dari beberapa ruangan yaitu ada ruang tamu, ruang keluarga, 4 kamar tidur, ruang makan, dapur, kamar mandi, dan garasi.. Dinding rumah sebagian terbuat dari tembok. Lantai suadah beralaskan tegel. Atap rumah tidak ditutupi oleh plafon, sehingga langsung terlihat genteng. Ventilasi rumah terdiri dari beberapa buah jendela yang cukup lebar sehingga udara dan cahaya matahari yang masuk cukup, namun di beberapa ruangan pencahayaan belum cukup memadai. Saat malam hari, pencahayaan bersumber dari lampu. Terdapat teras dan beberapa tanaman di halaman. Terdapat garasi yang didalamnya terpakir sebuah mobil dan tempat cucian. Secara keseluruhan kebersihan rumah kurang.

Kamar tidurKamar tidurKamar tidurTeras TVRuangKeluargaKoridor HalamanTerasTempat menjemur bajuDapurKamar tidurKamar mandiRuang tamugarasiGambar 3.3. Denah rumah Tn. BE

LINGKUNGAN OUTDOORRumah Tn. BE termasuk ke dalam satu lingkungan rumah yang terpisah dengan rumah lainnya. Disamping rumah Tn BE terdapat halaman kecil yang terdapat beberapa tumbuhan yang tertanam di dalam pot. Keluarga Tn BE juga memelihara 3 ekor kucing yang dibiarkan berkeliaran di dalam dan di luar rumah. Terdapat kotoran kucing yang berserakan di halaman dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

TAHAP IVDIAGNOSTIK HOLISTIK PASIEN DAN PEMBAHASAN

A.DIAGNOSTIK HOLISTIK1.Aspek Personala.Persepsi Keluarga Pasien tentang PenyakitnyaKeluarga pasien belum memahami tentang penyakit yang diderita pasien.b.Harapan Keluarga PasienKeluarga berharap mengetahui tentang penyakit yang diderita pasien, sehingga dapat segera ditangani dan pasien dapat tumbuh dengan normal dan sehat c.Kekhawatiran Pasien Keluarga pasien khawatir jika pasien menderita gizi buruk

2.Aspek KlinisPJB asianotikPneumonia Gizi kurang potensial gizi buruk

3.Faktor Internala.Perilaku kesehatanPerilaku kesehatan keluarga pasien sudah cukup baik. Namun keluarga pasien belum memahami tentang penyakit pasien secara keseluruhan.b.Persepsi tentang kesehatanKeluarga pasien menganggap bahwa kesehatan itu sangat penting. Bila ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa berobat ke dokter atau Puskesmas. Keluarga pasien juga sudah memiliki jaminan kesehatan.

4.Faktor Eksternala.Sosial ekonomiPasien tergolong kepada ekonomi menengah ke bawah. Interaksi sosial pasien dengan masyarakat cukup baik, dan pasien cukup aktif dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di masyarakatb.LingkunganLingkungan di dalam rumah pasien kurang memadai. Lingkungan sekitar pasien secara umum masih kurang bersih dan tidak tertata dengan baik.

B.PEMBAHASANKeluarga Tn. BE merupakan keluarga yang berbentuk three generation. Three generation family adalah yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah (Friedman, 1998). Three generation pada keluarga Tn. BE adalah Tn. BE umur 48 tahun sebagai kepala keluarga dengan anggota keluarga yaitu Ny.TS sebagai istri, tiga orang anak yaitu An. AS, An. WK dan An. AA, serta nenek Ny. SR.Fungsi psikologis dan sosialisasi keluarga Tn.BE diwujudkan dengan terjalinnya komunikasi dan perhatian yang baik antar anggota keluarga. Hal ini terlihat saat keluarga merawat An. AA yang sedang sakit. Tn. BE dan Ny. TS mengantar An. AA ke rumah sakit dan bergantian menjaga An. AA saat menjalani pengobatan. Tn. BE juga berhenti bekerja untuk sementara demi menjaga An. AA. Ny. SR sebagai nenek juga membantu mengurus An. AS dan An. WK saat orang tua tidak ada di rumah. Dukungan anggota keluarga lainnya juga terlihat baik. Fungsi ekonomi keluarga Tn.BE berasal dari penghasilan Tn.BE yang bekerja sebagai karyawan swasta. Untuk biaya pengobatan An.AA berasal dari PKMS silver. Fungsi pendidikan keluarga Tn. BE tergolong pendidikan cukup. Kondisi fisiologis keluarga Tn. BE tergolong baik dapat dilihat dari skor APGAR 8,75. Untuk fungsi patologis keluarga Tn. BE didapatkan masalah pada aspek sosial.Pasien datang bersama keluarganya ke puskesmas pajang karena berat badan tidak naik sejak 4 bulan yang lalu. Hal ini berhubungan dengan riwayat pasien yang sejak lahir tidak pernah diberi ASI. Selama ini ibu pasien kurang memperoleh informasi kalau ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI yang keluar dari setiap ibu, secara spesifik disesuaikan untuk bayinya sendiri dan komposisinya akan berbeda dari hari ke hari. ASI memiliki komposisi yang paling ideal dan seimbang guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan neonates sehingga ASI akan cukup memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi normal sampai 6 bulan (Utami, 2008). Menurut penelitian Sofyana 2011, menunjukan bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif menunjukkan perubahan berat badan yang lebih besar dan stabil daripada bayi yang hanya diberikan susu formula. Sehingga ibu pasien perlu diberi dukungan agar mau memberikan ASI. Ada beberapa factor yang mempengaruhi penggunaan ASI oleh orang tua menurut Sidi, dkk (2010), yaitu pengetahuan ibu tentang menyusui, faktor dukungan keluarga, faktor modernisasi gaya hidup, faktor sosial dan budaya masyarakat, dan faktor ekonomi keluarga. Ibu pasien mengaku rutin membawa pasien ke posyandu tetapi sejak 2 bulan terakhir pasien tidak dibawa ke posyandu karena ibu pasien merasa malu dengan kondisi pasien yang dikatakan gizi buruk oleh tetangganya. Hal ini justru akan menghambat proses pengobatan dan penanganan kondisi pasien karena tidak bisa memantau perkembangannya. Oleh karena itu, persepsi ibu yang salah harus diubah dengan cara mengedukasi tentang penyakit pasien dan bagaimana harus bersikap serta meningkatkan rasa percaya dirinya. Selain itu ibu pasien mengaku pasien mengalami demam sejak 3 hari yang lalu. Demam terus menerus belum mendapatkan obat penurun panas. Demam disertai dengan batuk berdahak dengan dahak yang sulit keluar. Batuk muncul bersamaan dengan demam. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien didiagnosis menderita pneumonia. Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung kuman penyebab, usia pasien, status imunologis pasien dan berat penyakitnya. Manifestasi klinis bisa berat yaitu sesak, sianosis, dapat juga gejalanya tidak terlihat jelas seperti pada neonates. Gejala dan tanda pneumonia dapat dibedakan menjadi gejala umum infeksi, pulmonal, pleural dan ekstrapulmonal. Gejala non spesifik meliputi demam, menggigil, sefalgia dan gelisah. Batuk umumnya dijumpai pada anak besar (Corea, 1998). Diagnosis pneumonia utamanya didasarkan pada klinis, sedangkan pemeriksaan polos dada perlu dibuat untuk menunjang diagnosis, disamping untuk melihat kelainan patologi secara lebih akurat. Namun diagnosis pneumonia terbaik adalah berdasarkan etiologi, yaitu dengan pemeriksaan mikrobiologik dari sputum, secret nasofaring bagian posterior, aspirasi trakea, torakosintesis pada efusi pleura. Tetapi pemeriksaan ini mempunyai kendala baik dari segi teknis maupun biaya (Greenberg, 2005). Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuscular, keganasan, pengobatan kortikosteroid jangka panjang, fibrosis kistik, infeksi HIV), pemberian antibiotic harus segera dimulai saat tanda awal pneumonia didapatkan dengan pilihan antibiotic : sefalosporin generasi 3. Terapi suportif yang dapat diberikan antara lain pemberian oksigen, pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat, jika sekresi lender berlebih dapat diberikan inhalasi dengan salin normal untuk memperbaiki transport mukosiliar, koreksi kelainan elektrolit atau metabolic yang terjadi hipoglikemia, asidosis metabolic, serta mengatasi penyakit penyerta seperti kejang demam, diare dan lainnya. Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain memberikan imunisasi, menghindari paparan asap rokok dan polusi udara, membatasi penularan terutama di rumah sakit dengan membiasakan cuci tangan, menghindarkan anak dari tempat keramaian umum, pemberian ASI, menghindarkan anak dari kontak dengan penderita ISPA. (Stokes, 1999).Karena tidak ada perbaikan dari status gizi pasien dirujuk ke RSUD Surakarta. Di RSUD Surakarta pasien sempat dirawat selama 3 hari kemudian diketahui pasien menderita penyakit jantung bawaan. Karena keterbatasan sarana pasien dirujuk ke RSDM. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik-buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, serta membantu pertumbuhan bagi anak (Irianto, 2007). Banyak faktor ikut mempengaruhi status gizi pada bayi dan anak dengan PJB (Lewis, 2005). Status gizi penderita penyakit jantung bawaan dipengaruhi masukan nutrien, kebutuhan energi, komponen diet (Wisnuwardhana, 2006). Kondisi prenatal seperti gangguan pertumbuhan intrauterine, kromosom yang abnormal contohnya trisomi kromosom 18 dan 21, dan malformasi nonkardiak yang lain seperti palatoschizis dapat berpengaruh pada nutrisi yang masuk, pertumbuhan dan perkembangan. Walaupun anak dengan PJB yang tidak begitu parah biasanya memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang normal, tetapi dengan adanya penyakit jantung yang dimiliknya mereka memiliki risiko yang besar untuk jatuh dalam keadaan nutrisi buruk, anak dengan PJB sering menunjukkan pencapaian berat badan yang tidak baik dan keterlambatan pertumbuhan. Malnutrisi pada penyakit jantung menyebabkan kegagalan perkembangan karena asupan nutrisi yang tidak adekuat dan gangguan absorbsi (Rosenthal, 1992). Satu tahun pertama kelahiran adalah waktu dimana pertumbuhan paling cepat terjadi, pertumbuhan ini dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang diterima oleh bayi tersebut. Karena itu, asupan makanan yang diterima oleh bayi dengan PJB selama setahun pertama kehidupan merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan dimana akan mempengaruhi status gizi mereka (Irving, 2011).

TAHAP VPENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

FLOW SHEET REKAM MEDISNama: An. AAWaktuKeluhan PasienVital SignPemeriksaan FisikDiagnosaTatalaksana KomprehensifPlanningTarget

27 Mei2015

09.00Pasien datang ke puskesmas kemudian dirujuk ke RSUD Surakarta -BB = 5,3 kg, TB = 60 cm, IMT = 14,7 kg/m2. Status gizi baik (underweight).

Status Lokalis :a. - Thoraks : Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-)1. Cor : Ictus cordis tak tampak, tak kuat angkat, BJ I dan BJ II intensitas normal, regular, bising (+), pansistolik grade 3/6 dengan pucak di SIC IV LPSS 2. Pulmo : pengembangan dada kanan=dada kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, suara dasar vesikuler normal, ronkhi basah kasar (+/+), ronki basah halus (+/+) wheezing (-/-)3. abdomen Supel, NT (-), BU (+), tympani, H/L tidak membesar- PJB suspek VSD- Pneumonia - Gizi buruk

Promotif : Pemahaman mengenai penyakit yang di derita pasien Pemahaman mengenai pentingnya posyandu balita.

Preventif :Asupan makanan harus tetap dijaga terutama rutin datang ke posyandu Kuratif :1. O2 nasal 2 lpm2. Ampicillin 135 mg/6 jam iv3. Gentamycin 27 mg/24 jam iv4. Ambroxol 2x1 mg5. Nebulize Nacl 0,9% 5cc/8jam6. Manajemen gizi buruk7. Vit. A 200.000 IU8. Asam folat 1x5 mg (hari I)9. Asam folat 1x1 mg (hari II, dst)10. Xepamol amp 4x0,6 ccMelakukan kunjungan kedua yang direncanakan tanggal 1 Juni 2015 untuk memantau perkembangan kondisi pasien1. Dapat melakukan pengumpulan data dari pasien dan keluarganya 2. Dapat melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik kepada pasien

1 Juni 2015

(14.00 WIB)Keadaan umum baik, tetapi ibu pasien mengatakan pasien sedikit demam.

TD:90/60 mmHg

Nadi: 140 x/menit (reguler, isi cukup, simetris)

Pernafasan:40 x/menit

Suhu: 38,20C per axiler.

BB = 5,3 kg, TB = 60 cm, IMT = 14,7 kg/m2. Status gizi baik (underweight).

Status Lokalis :b. - Thoraks : Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-)4. Cor : Ictus cordis tak tampak, tak kuat angkat, BJ I dan BJ II intensitas normal, regular, bising (+), pansistolik grade 3/6 dengan pucak di SIC IV LPSS 5. Pulmo : pengembangan dada kanan=dada kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, suara dasar vesikuler normal, ronkhi basah kasar (+/+), ronki basah halus (+/+) wheezing (-/-)6. abdomen Supel, NT (-), BU (+), tympani, H/L tidak membesar-PJB asianotik- Pneumonia - Gizi kurang potensial gizi buruk

Promotif : Pemahaman mengenai penyakit yang di derita pasien Pemahaman mengenai pentingnya posyandu balita.Preventif :Asupan makanan harus tetap dijaga dan rutin datang ke posyandu Kuratif :1. O2 nasal 2 lpm2. Diet jantung cair 500 kkal/hr3. IVFD D1/4 NS 22 tpm makro4. Inj Cefotaxime 200 mg/ 8 jam5. Inj gentamicin 40 mg/24 jam6. Furosemide 2x2,5 mg po7. Nebulize Nacl 0,9% 5cc/8jam

Rehabilitatif : Proper positioning General ROM exercise Gentel tapping dan suction lendir Latihan tidur ke dudukObservasi perkembangan kondisi pasienMemperbaiki kondisi umum pasien

Sabtu 6 Juni 2015

(12.00 WIB)Keadaan umum baik, tetapi pasien masih demam

TD: 90/60 mmHg

Nadi: 160x/menit (reguler, isi cukup, simetris),

Pernafasan: 40 x/menit,

Suhu: 39,30C per axiler.BB = 5,3 kg, TB = 60 cm, IMT = 14,7 kg/m2. Status gizi baik (underweight).

Status Lokalis :c. - Thoraks : Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-)7. Cor : Ictus cordis tak tampak, tak kuat angkat, BJ I dan BJ II intensitas normal, regular, bising (+), pansistolik grade 3/6 dengan pucak di SIC IV LPSS 8. Pulmo : pengembangan dada kanan=dada kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, suara dasar vesikuler normal, ronkhi basah kasar (+/+), ronki basah halus (+/+) wheezing (-/-)9. abdomen Supel, NT (-), BU (+), tympani, H/L tidak membesar-PJB asianotik- Pneumonia - Gizi kurang potensial gizi burukPromotif : Pemahaman mengenai penyakit yang di derita pasien Pemahaman mengenai pentingnya posyandu balita.Preventif :Asupan makanan harus tetap dijaga terutama rutin datang ke posyandu

Kuratif :1. O2 nasal 2 lpm2. Diet jantung cair 500 kkal/hr3. IVFD D1/4 NS 22 tpm makro4. Inj Cefotaxime 200 mg/ 8 jam5. Inj gentamicin 40 mg/24 jam6. Furosemide 2x2,5 mg po7. Nebulize Nacl 0,9% 5cc/8jam

Rehabilitatif : Proper positioning General ROM exercise Gentel tapping dan suction lender Latihan tidur ke dudukObservasi perkembangan kondisi pasienMemperbaiki kondisi umum pasien

Dokter Pembimbing: dr. Dony Prasojo

SIMPULAN DAN SARAN

A.SIMPULAN1.Keluarga Tn. BE merupakan keluarga yang berbentuk three generation. Three generation pada keluarga Tn. BE adalah Tn. BE umur 48 tahun sebagai kepala keluarga dengan anggota keluarga yaitu Ny.TS sebagai istri, tiga orang anak yaitu An. AS, An. WK dan An. AA, serta nenek Ny. SR.2.Persepsi, pemahaman, dan pengetahuan Tn. BE dan keluarganya mengenai penyakit An. AA kurang. Keluarga belum mengerti secara keseluruhan tentang kondisi An. AA dan bagaimana harus menghadapinya.3.Fungsi-fungsi keluarga Tn BE, baik fungsi holistik, fisiologis, keturunan, pola interaksi keluarga, maupun faktor perilaku tidak ada masalah, namun pada fungsi patologis didapatkan masalah pada aspek sosial. Selain itu, faktor non perilaku yang mempengaruhi lingkungan juga masih menjadi kendala. Kondisi rumah dan lingkungan rumah kotor dan tidak sehat. Didapatkan banyak debu, baik dalam maupun luar rumah.B.SARAN1.Tn. BE dan keluarga lebih meningkatkan pola hidup sehat sehingga dapat memperbaiki kesehatannya. 2.Tn. BE dan keluarga disarankan selalu kontrol rutin untuk memantau perkembangan status gizi dan masalah klinis lain yang diderita An AA. Keluarga harus saling membantu dan mendukung satu sama lain karena pengobatan An. AA membutuhkan perhatian khusus dan banyak aspek yang harus diperhatikan.3.Dengan kondisi An. AA yang sedemikian rupa hendaknya keluarga diberi informasi tentang kondisi An AA dan motivasi supaya keluarga tahu bagaimana harus bertindak dan bersikap 4. Petugas Puskesmas Pajang sebaiknya tetap melakukan home visit secara kontinyu kepada keluarga Tn. BE dan disarankan menggunakan form PHBS untuk menilai faktor perilaku dan lingkungan pasien.REFERENSI

Corea AG, Starke JR. 1998. Bacterial pneumonias. Dalam; Chernick V, Boat F, penyunting Kendigs Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke 6 Philadelpia.Friedman, M.M. 1998.Family Nursing : Research, Theory and Practice. (4thEd.). Norwalk CT : Alpleton & Lange.Greenberg D, Leibovitz E. 2005. Community Acquired Pneumonia in Children: from Diagnosis Treatment. Chang Gung Med J: 28: 746-52Irianto DP. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: Penerbit Andi.Irving Sharon Y. 2011. Patterns of Weight Change in Infants with Congenital Heart Disease Following Neonatal Surgery: Potential Predictors of Growth Failure [dissertation]. Pennsylvania (United States) : University of Pennsylvania.Lewis A, Hsieh V. 2005. Congenital Heart Disease and Lipid Disorders in Chidren. Pediatric Nutrition. 2nd Edition. Rosenthal A. 1992. Nutritional Considerations in the Prognosis and Treatment of Children with Congenital Heart Disease. In : Suskind RM, Suskind MM, editors. Textbook of Pediatric Nutrition. 2nd ed. New York: Raven Press.Sidi P., dkk. 2010. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Menuju Persalinan Aman dan Bayi Baru Lahir Sehat. Jakarta : Perinasia Indonesia.Sofyana H. 2011. Perbedaan Dampak Pemberian Nutrisi ASI Eksklusif dan Non Eksklusif terhadap Perubahan Ukuran Antropometri dan Status Imunitas pada Neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan. Stokes DC. 1999. Respiratory Infections in immunocompromized Hosts. Dalam: Taussig LM, Landau LI, penyunting. Pediatric Respiratory Medicine. St. Louis Mosby Inc : 664-81.Utami R. 2008. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwijaya.Wisnuwardhana M. 2006. Manfaat Pemberian Diet Terhadap Pertumbuhan Pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan [Disertasi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

LAMPIRAN

Gambar 1. Foto bersama keluarga di RSDM Gambar 2. Kunjungan rumah

Gambar 3. Wawancara nenek pasienGambar 4. Tampak depan rumah

Gambar 5. Halaman samping rumahGambar 6. Teras depan rumah

Gambar 7. Tampak lantai rumah Gambar 8. Ruang Tamu

Gambar 9. Kamar tidur 1 Gambar 10. Kamar Tidur 2

Gambar 11. Kamar tidur 3Gambar 12. Ruang Keluarga

Gambar 13. Dapur Gambar 14. Tempat cucian

Gambar 15. Kamar Mandi Gambar 16. Tempat makan

Gambar 17. Garasi

Gambar 18. Pemeriksaan An. AA

36