KERATITIS VIRUS
Pembimbing: dr. Irsad Sadri, SpMAyesha Riandra
030.10.044Kepaniteraan Klinik Stase Mata RSUD
Bekasi
Kornea merupakan salah satu media refraksi penglihatan dan berperan besar dalam pembiasan cahaya diretina. Oleh karena itu setiap kelainan pada kornea termasuk infeksi dapat menyebabkan terganggunya penglihatan.
Kelainan kornea yang paling sering ditemukan adalah keratitis
Keratitis virus merupakan salah satu jenis keratitis yang paling banyak ditemukan
PENDAHULUAN
ANATOMI KORNEA
KERATITIS
REFERAT KERATITIS VIRUS
Definisi
Epidemiologi• Di negara-negara berkembang insidensi keratitis berkisar antara 5,9-
20,7 per 100.000 orang tiap tahun.
• Insidensi keratitis pada tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, perbandingan laki-laki dan perempuan tidak begitu bermakna pada angka kejadian keratitis.
Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan menurun
PATOFISIOLOGI
Faktor Predisposisi
Lesi pada kornea
Mikroorganisme invasi ke
kornea
MO patogen invasi ke
stroma kornea
Antibodi menginfiltrasi
area invasi patogen
Reaksi inflamasi pada
kornea
Stroma atrof dan melekat ke membran descement
Progresif perforasi membran
descement
Klasifikasi Keratitis
KERATITIS HERPETIK
KERATITIS VIRUS
Keratitis Herpetik disebabkan oleh herpes simpleks dan herpes zoster
Keratitis Herpetik
Patofisiologi
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus tersering pada kornea.
HSV tipe 1 (HSV-1) infeksinya terutama pada daerah orofasial dan ocular
HSV tipe 2 (HSV-2) jarang namun dapat menginfeksi mata melalui kontak orofasial dengan lesi genitalia dan secara tidak sengaja ditularkan kepada neonatus ketika neonatus lahir secara spontan.
Keratitis Herpes Simpleks
Setelah infeksi primer virus menyebar badan sel gangliom trigeminal genome virus masuk ke nukleus neuron menetap memasuki fase laten pada sel saraf ganglion trigeminal
Patofisiologi Keratitis Herpes Simpleks
1. Infectious Epithelial Keratitis, ditandai oleh lesi :◦ Vesikel kornea earliest sign of active viral replication in
corneal epithelium. Vesikel dengan dasar jernih. Dalam beberapa jam, vesikel vesikel bergabung membentuk dendritik.
Klasifikasi Keratitis Herpes Simpleks
◦ Ulkus dendritik
Klasifikasi Keratitis Herpes Simpleks
Paling khas, yang ditandai oleh percabangan linear khas dengan tepian kabur, dan memiliki bulbus-bulbus terminalis pada ujungnya, yang akan terwarnai oleh fluoresin
Keratitis Dentritik
◦ Ulkus Geografik Jika ulkus meluas, bentuknya tidak lagi linear
Klasifikasi Keratitis Herpes Simpleks
Bentuk ulkus dendritik kronik dengan lesi dendritik halus yang bentuknya lebih lebar. Tepian ulkus tidak terlalu kabur.
Ulkus Geografik
◦ Ulkus marginal
Klasifikasi Keratitis Herpes Simpleks
2. Stromal Keratitis ◦ Necrotizing Stromal Keratitis ditandai adanya infiltrat
halus pada stroma, ulserasi, dan nekrosis akibat replikasi virus pada keratosit stroma dan respon inflamasi host.
◦ Immune Stromal Keratitis manifestasi yang umumnya dijumpai pada keratitis HSV yang kronik dan rekuren.
Klasifikasi Keratitis Herpes Simpleks
Ditemukan gejala-gejala, antara lain : nyeri, fotofobia, penglihatan buram, mata berair, mata merah, tajam penglihatan turun terutama jika bagian pusat
yang terkena
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan pada Kornea
Uji Fluoresein
Uji untuk melihat adanya defek pada epitel kornea.
Pemeriksaan
Tatalaksana Keratitis Herpes Simpleks
DebridementDengan cotton-tipped applicator, teknik ini sangat efektif karena penyembuhan epitel yang berlangsung cepat (dalam 24 jam)
Terapi Obat◦ IDU (Idoxuridine) analog pirimidin (terdapat dalam larutan 1% dan
diberikan setiap jam, salep 0,5% diberikan setiap 4 jam) Menghambat sintesis DNA virus
◦ Vibrabin: sama dengan IDU tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep◦ Trifluorotimetidin (TFT): sama dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam◦ Asiklovir (salep 3%), diberikan setiap 4 jam.◦ Asiklovir oral 400 mg lima kali sehari selama 10 hari
Terapi Bedah◦ Keratoplasti penetrans
Keratitis Herpes Zooster
• Keratitis Herpes Zoster menimbulkan gejala yang umum terjadi pada keratitis seperti nyeri, mata merah, dan dapat menyebabkan penurunan visus.
• Pada kelopak akan terlihat vesikel dan infiltrate pada kornea.
• Vesikel tersebar sesuai dengan dermatom yang dipersarafi saraf trigeminus
Stadium prodromal : nyeri lateral sampai mengenai mata, demam, malaise, dan sakit kepala
Dermatitis Nyeri pada mata Lakrimasi Penurunan visus Mata merah unilateral
Gejala Klinis
Bentuk Klinis Keratitis epithelial akut
Keratitis nummular
Ditandai dengan adanya lesi dendritik kecil dan halus (pseudodendrit) yang positif jika di tes fluoresen
Keratitis nummular mungkin mengikuti keratitis epitelial akut, biasanya sepuluh hari setelah onset kemerahan di kulit. Ditandai dengan adanya multiple granular infiltrat pada stroma anterior dikelilingi oleh “ halo of stromal haze”
Bentuk Klinis
Keratitis Disciform
Keratitis Disciform adalah infiltrasi stroma yang mendalam biasanya berkembang 3-4 bulan setelah fase akut awal, dan biasanya didahului olehkeratitis stroma akut epitel atau anterior keratitis stroma. Gambaran edema kornea tampak jelas.
Pemeriksaan langsung secara mikroskopik Percobaan Tzanck Immunofloresensi direk Isolasi dan identifikasi virus dengan teknik
PRC ( Polymerase Chain Reaction )
Pemeriksaan Penunjang
Keratitis Herpes Zoster
Pengobatan biasanya tidak spesifik dan hanya simtomatis. Pengobatan dengan memberikan asiklovir dan pada usia lanjut dapat diberi steroid.
Terapi sistemik1. Antivirus Oral acyclovir 5 x 800 mg/ hari selama 10
hariatau Valasiklovir dengan dosis 1 g tiga kali sehari selama 10 hari, famciclovir, 500 mg/ 8 jam selama 7-10 hari. Terapi dimulainya 72 jam sejak timbulnya kemerahan.
2. Analgetik
Tatalaksana Keratitis Zoster
Untuk keratitis zoster :◦ Tetes mata steroid 4 kali sehari.◦ Obat tetes mata yang mengandung Cyclopegics seperti Cyclopentolate atau
salep mata atropin.◦ Salep mata acyclovir 3% diberikan 5 kali sehari selama 2 minggu.
Untuk mencegah adanya infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal.
Apabila terdapat glaukoma sekunder
◦ Obat tetes mata Timolol 0,5 % atau Betaxolol 0,5%◦ Acetazolamide oral 250mg diberikan 4 kali sehari.
Untuk ulkus kornea neuroparalisis yang disebabkan olehherpes zoster, dilakukan Tarsorrhaphy lateral.
Kerusakan epitel yang menetap digunakan :
◦ Tetes air mata buatan◦ Soft contact lens bandage
Tatalaksana Keratitis Zoster
Komplikasi
1. Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC. 2009.
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2012
3. Gerhard K. Lang. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd. Stuttgart · New York. 2006.
4. Bruce J, Chris C, Anthony B. Lectures Notes Oftalmologi Edisi Kesembilan. Blackwell Science. 2003.
5. American Academy of Ophthalmology. External Eye Disease and Cornea. San Fransisco. 2009
6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi–2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002. p.113– 116
7. Mansjoer, Arif M. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. 2001.
8. Thygeson P. "Superficial Punctate Keratitis". Journal of the American Medical Association.1997. Available at :
http://webeye. ophth.uiowa.edu/ dept/service/cornea/cornea.htm
9. Reed, KK. 2007. Thygeson's SPK photos. Nova Southeastern Univesity College of Optometry 3200 South
University Drive Ft. Lauderdale, Florida. Available at: http://www.fechter.com/Thygesons.htm.
10. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya Medika.Jakarta, 2009
DAFTAR PUSTAKA