Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pemberian Makan Pada Anak Usia
Sekolah Dasar di Desa Binaus
Tugas Akhir
Disusun Oleh :
Priska. V. G. Suratman
462013015
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pemberian Makan Pada Anak Usia
Sekolah Dasar di Desa Binaus
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana keperawatan
Disusun Oleh :
Priska. V. G. Suratman
462013015
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ............................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR .............................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
Pendahuluan ..................................................................................................... 1
Metode ............................................................................................................. 4
Hasil ................................................................................................................ 5
Pembahasan ...................................................................................................... 8
Kesimpulan ....................................................................................................... 11
Daftar Pustaka .................................................................................................. 12
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian............... ............................................................14
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian ........................................................................15
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian ........................................................................16
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian.. ......................................................................17
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian.. ......................................................................18
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian.. ......................................................................19
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian.. ......................................................................20
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian … ...................................................................21
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian.. ......................................................................22
Lampiran 10. Surat Keterangan Selesai Penelitian.. ............................................23
Lampiran 11. Surat Keterangan Selesai Penelitian.. ............................................24
Lampiran 12. Surat Keterangan Selesai Penelitian.. ............................................25
Lampiran 13. LoA.. ............................................................................................26
Lampiran 14. Informed Consent.. .......................................................................27
Lampiran 15. Kuesioner.. ...................................................................................29
vii
Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pemberian Makan pada Anak Usia
Sekolah Dasar di Desa Binaus
Priska. V. G. Suratman1, R.L.N.K. Retno Triandhini2, Arwyn W. Nusawakan3
1. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UKSW
2. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UKSW
Email: [email protected]
Abstrak
Anak-anak sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang rawan mengalami gizi
kurang penyebabnya adalah tingkat ekonomi yang rendah, asupan makanan yang
kurang seimbang dan rendahnya pengetahuan orang tua. Status gizi yang baik pada
anak juga dipengaruhi oleh pola pengasuhan orang tua karena anak butuh pengawasan
untuk kebutuhannya. Pola pengasuhan merupakan suatu bentuk interaksi yang mana
orang tua memperhatikan segala kebutuhan anak dan yang paling penting adalah untuk
tumbuh kembangnya. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pola pengasuhan
orang tua terhadap pemberian makan pada anak usia sekolah dasar di Desa Binaus.
Metode yang digunakan yaitu kuantitatif deskriptif dengan populasi sebanyak 117
orang tua (ibu) dari 146 orang anak. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
Analisa data yang digunakan yaitu univariat dan didapatkan hasil mayoritas orang tua
(ibu) di Desa Binaus, Kecamatan Mollo Tengah, Kab. Timor Tengah Selatan, NTT
menggunakan pola asuh otoritatif (79,5%). Dengan penghasilan dan pendidikan yang
rendah, penerapan pola asuh otoritatif di Desa Binaus cukup tinggi.
Kata kunci: Pola asuh, pendidikan, penghasilan.
viii
Abstract
Elementary school children are one of the group that can easily get malnutrition
because of some factors such as low economic level of the family, unbalanced food
nutrition, and lack of knowledge of the parents. A good nutrition status of children is
affected by parenting system because children need supervision from the parents for
their nutrition needs. Parenting system is a form of interaction in which the parents
pay their attention on their children's needs especially for the children's growth
process. The purpose of this research is to find out which parenting systems that are
applied toward feeding their elementary school children at Binaus Village. Research
method used was quantitative descriptive with the total participants were 117 parents
of 146 children. Questionnaire was used to collect the data. Data analysis used was
univariat and the result showed that the majority of mother at Binaus Village, district
of Mollo Tengah (Central Mollo), Timor tengah Selatan, East Nusa Tenggara
Province, applied authoritative parenting system (79,5%). Although the parents have
less amount of income and lack of educational background, the application of
authoritative parenting system at Binaus Village is high.
Keywords: Parenting system, education, income
1
Pendahuluan
Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berumur 6-12 tahun dan pada masa ini anak
masih mengalami tumbuh kembang. Tahap perkembangan menurut Freud untuk anak
usia sekolah yaitu tahap laten (6-12 tahun) dimana anak mulai berhadapan dengan
tuntutan sosial seperti memulai sebuah hubungan dalam kelompok teman sebaya.
Anak juga mulai menggunakan energi untuk melakukan aktifitas fisik dan intelektual
bersama kelompok sosial dan dengan teman sebayanya.10,27 Anak akan banyak berada
di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-5 jam. Aktivitas fisik anak semakin
meningkat seperti pergi dan pulang sekolah, bermain dengan teman, akan
meningkatkan kebutuhan energi. Apabila anak tidak memperoleh energi sesuai
kebutuhannya maka akan terjadi pengambilan cadangan lemak untuk memenuhi
kebutuhan energi, sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya.12 Untuk itu,
energi yang dibutuhkan anak-anak didapat dari sebuah proses yang dinamakan
glikolisis. Proses ini berfungsi untuk menukarkan glukosa menjadi piruvat dan akan
menghasilkan ATP tanpa menggunakan oksigen. Glikolisis dimulai dengan satu
molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada rantainya (C6H12O6) dan akan
dipecahkan menjadi dua molekul piruvat yang masing-masing memiliki 3 atom karbon
(C3H3O3) yang merupakan hasil akhir bagi proses ini.13 Sepanjang proses glikolisis
ini akan terbentuk beberapa senyawa, seperti Glukosa 6-fosfat, Fruktosa 6-fosfat,
Fruktosa 1,6-bisfosfat, Dihidroksi aseton fosfat, Gliseraldehid 3-fosfat, 1,3-
Bisfosfogliserat, 3-Fosfogliserat, 2-Fosfogliserat, Fosfoenol piruvat dan piruvat.
Selain itu, proses glikolisis ini juga akan menghasilkan molekul ATP dan NADH (di
mana 1 NADH menghasilkan 3 ATP). Sejumlah 4 molekul ATP dan 2 molekul NADH
(6 molekul ATP) akan dihasilkan dan pada tahap awal proses ini memerlukan 2
molekul ATP. Sebagai hasil akhir, 8 molekul ATP akan terbentuk.1 Setiap aktivitas
fisik memerlukan energi, sehingga jika mengalami kekurangan energi dan protein
menurut Almatsier pada anak-anak akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan,
rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi, dan mengakibatkan rendahnya
tingkat kecerdasan.2
Aktivitas fisik yang dilakukan anak seperti yang telah disebutkan diatas, memerlukan
nutrisi yang tepat dan seimbang terutama energi dan protein. Angka kecukupan energi
untuk anak umur 7-9 tahun sebanyak 1.850 Kkal dan protein 49 g, pada usia
2
10-12 tahun (laki-laki) energi sebanyak 2.100 Kkal dan protein 56 g, pada usia 10-12
tahun (perempuan) energi sebanyak 2000 Kkal dan protein 60 g.15
Berdasarkan Survei Diet Total tahun 2014, sebagian besar penduduk di Indonesia
memiliki tingkat kecukupan energi sangat kurang dan kurang yaitu sebesar 79,6%.
Tingkat kecukupan energi sangat kurang dan kurang tertinggi terjadi di Lampung
(89,5%) dan Nusa Tenggara Timur (89,3%). Tingkat kecukupan protein sangat kurang
dan kurang tertinggi terjadi di Papua 76,2% dan NTT 73,6%.18 Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa NTT masih memiliki penduduk yang mengalami kekurangan
energi dan protein.
Terjadinya kekurangan gizi dan gizi buruk juga bisa disebabkan oleh kemiskinan
diantaranya keadaan ekonomi keluarga dan juga ketahanan pangan keluarga. NTT
termasuk provinsi yang memiliki penduduk miskin terbesar dengan urutan ke 3 setelah
Papua dan Papua Barat.18 Keadaan ekonomi dan ketahanan pangan dalam keluarga
sangat berpengaruh pada kecukupan gizi terutama energi dan protein. Penelitian yang
dilakukan oleh Sebataraja dkk di Kota Padang mengatakan status gizi anak secara tidak
langsung berkaitan dengan faktor sosial ekonomi keluarga. Jika status sosial ekonomi
rendah maka kebutuhan makanan keluarga akan kurang terpenuhi sehingga anak akan
memiliki status gizi kurang. Dalam penelitian tersebut juga didapatkan ada hubungan
yang nyata antara status ekonomi keluarga terhadap status gizi anak.22
Status gizi yang baik pada anak juga dipengaruhi oleh pola pengasuhan orang tua
karena anak butuh pengawasan untuk kebutuhannya yaitu makanan yang dikonsumsi.
Menurut Baumrind (dalam Herlambang, 2013) pola asuh terbagi menjadi tiga yaitu
otoritatif (demokrasi), permisif, dan otoriter.9 Pola asuh otoritatif (demokrasi) adalah
pola asuh yang ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak, sikap
menerima, responsive, berorientasi pada kebutuhan anak yang disertai tuntutan,
kontrol dan pembatasan. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang ditandai dengan
adanya kebebasan tanpa batas dari orang tua terhadap anak untuk berbuat dan
berperilaku sesuai keinginan anak. Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai
dengan orang tua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak,
bersikap memaksa dengan selalu menuntut kepatuhan anak agar bertingkah laku
seperti yang orang tua kehendaki.6
3
Pola asuh sendiri terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang
tetap sedangkan asuh berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil,
membimbing (membantu; melatih dsb), dan memimpin (mengepalai dan
menyelenggarakan) satu badan atau lembaga.3 Pengasuhan menurut Shochib (2010)
adalah orang yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin, atau mengelola.
Sedangkan mengasuh menurut Darajat (dalam Shochib, 2010) adalah mendidik dan
memelihara anak itu, mengurus makan, minum, pakaiannya, dan keberhasilannya
dalam periode yang pertama sampai dewasa.23 Jadi dari pernyataan tersebut dapat
dikatakan bahwa pola pengasuhan orang tua merupakan suatu bentuk tindakan dan
interaksi terhadap anak. Orang tua mengasuh, mendidik dan memperhatikan segala
kebutuhan yang anak perlukan dan yang paling penting untuk pertumbuhan dan
perkembangannya yaitu makanan yang bergizi seimbang. Penelitian yang dilakukan
oleh Fatimah di Jombang mengatakan pola asuh orang tua tentang tumbuh kembang
sangat membantu anak mencapai dan melewati tumbuh kembang sesuai tingkatan
usianya dengan normal.7 Jadi dari penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa pola asuh
orang tua dalam hal ini seorang ibu sangat penting dan berpengaruh untuk tumbuh
kembang anak.
Kabupaten TTS (Timor Tengah Selatan) merupakan salah satu kabupaten di NTT yang
masih banyak memiliki kasus balita mengalami gizi kurang. Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan tentang status gizi balita di Kabupaten TTS tahun 2015, balita yang
mengalami gizi buruk sebanyak 592 orang, gizi kurang sebanyak 1.926 orang dan gizi
baik 29.843 orang.17 Data tersebut menunjukkan bahwa kecukupan gizi balita di
Kabupaten TTS rendah.
Dengan keadaan seperti diatas, maka peneliti ingin melihat dan mencari tahu gambaran
pola asuh orang tua terkait pemberian makan terhadap anak usia sekolah dasar di Desa
Binaus, Kabupaten TTS, NTT.
4
Metode
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan tujuan
untuk mengetahui pola pengasuhan orang tua dengan menggunakan kuisioner.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisioner The Parenting Styles
and Dimensions Questionnaire (PSDQ) berdasarkan teori Baumrind yang
dikembangkan oleh Clyde C. Robinson, dkk yang terdiri dari 13 pertanyaan otoritatif,
13 pertanyaan otoriter, dan 4 pertanyaan permisif.19 Setelah melakukan uji validitas
pada 30 pertanyaan, didapatkan hasil 24 pertanyaan yang valid yaitu 9 pertanyaan
otoritatif, 12 pertanyaan otoriter, dan 3 pertanyaan permisif sedangkan uji reabilitas
didapatkan dari hasil nilai Alpha Cronbach 0,888. Pertanyaan kuesioner memiliki 5
item pilihan yaitu tidak pernah, kadang-kadang, sering, sangat sering, dan selalu.
Untuk menghitung jumlah persentasinya dibagi menjadi 2 yaitu tidak pernah dan
selalu.
Populasi dalam penelitian ini adalah 117 orang tua (ibu) dari 146 orang anak usia
sekolah dasar berumur 6-12 tahun. Sampel menggunakan teknik total sampling karena
peneliti menggunakan semua anggota populasi. Total sampling atau disebut juga
sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel dengan cara mengambil seluruh anggota
populasi sebagai responden atau sampel.25 Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu
orang tua (ibu) yang mengasuh anak tersebut di Desa Binaus. Kriteria eksklusi yaitu
partisipan yang tidak dapat digunakan untuk penelitian ini.
Pola asuh dikumpulkan melalui pengisian kuisioner yang dilakukan terhadap orang tua
anak. Pengumpulan data tersebut dilakukan di Desa Binaus, Kecamatan Mollo
Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT pada bulan Juni-Juli 2017. Teknik
analisa data yang digunakan yaitu analisis univariat. Analisis univariat untuk
mendeskripsikan bagaimana pola asuh orang tua terhadap anak dalam hal pemberian
makan dengan menggunakan SPSS.
5
Hasil
A. Karakteristik Responden
1. Pendidikan Terakhir Orang Tua (Ibu)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 117 orang ibu di Desa
Binaus, Kecamatan Mollo Tengah, Kab. TTS, NTT, lebih banyak yang
berpendidikan SD yaitu berjumlah 69 orang (59%).
2. Pekerjaan Orang Tua (Ibu)
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 117 orang ibu di Desa Binaus,
Kecamatan Mollo Tengah, Kab. TTS, NTT, lebih banyak yang bekerja hanya
sebagai IRT yaitu sebanyak 104 orang (89%).
59%16%
15%
7% 3%
Tamat SD Tamat SMP
Tamat SMA/SMK Tamat D1/D3/PT
Tidak Sekolah
1%
7%2%
1%
89%
Petani Guru PNS Wiraswasta IRT
6
3. Penghasilan
Berdasarkan tabel di atas, dapat di ketahui bahwa dari 117 keluarga di Desa
Binaus, Kecamatan Mollo Tengah, Kab. TTS, NTT, lebih banyak yang
berpenghasilan rendah yaitu < Rp. 500.000 sebanyak 92 keluarga (79%).
B. Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak
a. Otoritatif
Scale Frequency Percent
Tidak pernah 30 20,5
Selalu 116 79,5
Total 146 100
b. Otoriter
Scale Frequency Percent
Tidak pernah 87 59,6
Selalu 59 40,4
Total 146 100
c. Permisif
Scale Frequency Percent
Tidak pernah 104 71,2
Selalu 42 28,8
Total 146 100
Dari data diatas, diketahui bahwa anak di Desa Binaus, Kab. TTS, NTT
cenderung mendapat perlakuan pola asuh otoritatif dari orang tua. Angka
presentasi pola asuh otoritatif lebih tinggi dari otoriter dan permisif yaitu
79%
11% 9%
1%
< 500.000 500.000-1.500.000
1.500.000-3.000.000 > 3.000.000
7
sebanyak 79,5%, sedangkan otoriter 40,4% dan permisif 28,8%. Jadi,
mayoritas anak di Desa Binaus tersebut selalu mendapat perlakuan pola asuh
otoritatif yang lebih tinggi dari otoriter dan permisif.
8
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, orang tua (ibu) yang selalu
menggunakan pola asuh otoritatif sebanyak 79,5%, pola asuh otoriter sebanyak 40,4%,
dan pola asuh permisif sebanyak 28,8%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas orang
tua (ibu) di Desa Binaus, Kecamatan Mollo Tengah, Kab. TTS, NTT, menggunakan
pola asuh otoritatif. Pola asuh otoritatif sendiri menurut Baumrind (dalam Santrock,
2007:167) merupakan pola asuh yang paling tepat karena orang tua mendorong anak
untuk mandiri namun masih menerapkan batasan pada tindakan anak. Anak-anak
dengan keluarga otoritatif memiliki kepercayaan diri, harga diri yang tinggi dan
menunjuk perilaku yang terpuji.20 Orang tua dengan pola asuh otoritatif menetapkan
ekspektasi yang jelas dan standar yang tinggi serta memonitoring perilaku anak-anak,
menggunakan disiplin penalaran. Mereka juga mendorong anak-anak untuk
mengambil keputusan dan belajar dari pengalaman mereka.8
Sesuai dengan penjelasan diatas, orang tua yang menggunakan pola asuh otoritatif ini
mendorong anak untuk bisa mandiri namun dalam batasan tertentu. Hal ini dapat
dilihat pada anak-anak di Desa Binaus, mereka sudah bisa mandiri dan tidak
bergantung pada orang tua. Mandiri dalam hal ini seperti pemberian makan, anak yang
sudah berusia 8 tahun ke atas tidak lagi menunggu orang tua untuk terus menyuapi
mereka. Mereka sudah bisa mengambil makanan mereka sendiri. Jika orang tua
mereka tidak ada, mereka tidak lagi harus menunggu orang tua terus mengingatkan
mereka untuk makan. Kecuali yang berumur dibawah 8 tahun yang masih memerlukan
pengawasan lebih dari orang tua dalam hal pemberian makan. Ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) yang menunjukkan bahwa tipe pola asuh
demokratis merupakan pola asuh terbanyak yang diterapkan oleh orang tua karena
mempunyai prinsip mendorong anak untuk mandiri dalam memilih makanan tapi
orang tua menetapkan batas dan kontrol.4 Tipe pola asuh demokratis memiliki
pengertian yang sama dengan pola asuh otoritatif yang mana sama-sama mendorong
anak untuk mandiri namun dalam batasan tertentu.
Pola asuh yang diterapkan ibu juga berpengaruh pada tumbuh kembang anak melalui
nutrisi yang diberikan. Bisa dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh
9
yang mengatakan pola asuh pemberian makan oleh orang tua mempunyai hubungan
yang signifikan terhadap status gizi balita. Semakin baik pola asuh yang diberikan
maka semakin baik status gizi balita dan sebaliknya apabila ibu memberikan pola asuh
yang kurang baik dalam pemberian makanan pada balita maka status gizi balita juga
akan terganggu.14 Hal ini sesuai dengan pendapat Soekirman (dalam Munawaroh)
yang mengatakan pola asuh yang baik dari ibu akan memberikan kontribusi yang besar
pada pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga akan menurunkan angka
kejadian gangguan gizi.24
Dalam penelitian yang sejenis, yang dilakukan oleh Pratiwi dkk juga didapatkan hasil
terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh makan dengan status gizi balita.16
Jadi, peranan ibu sangat penting untuk tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang
diterapkan dan juga dari nutrisi yang diberikan. Dengan pengawasan yang baik dari
ibu dalam hal pemberian makan, status gizi anak juga akan menjadi baik. Sesuai
dengan pendapat Engle (dalam Pratiwi dkk) yang mengatakan pemberian makan yang
baik sangat penting untuk asupan nutrisi, tidak hanya dari segi apa yang dimakan anak,
tapi sikap ibu juga berperan. Misalnya saja adanya kehadiran ibu untuk mengawasi
anak makan. Dengan pemberian makan yang baik maka akan menunjang status gizi
anak.5
Dalam hal penghasilan, dengan perlakuan pola asuh otoritatif terhadap anak dalam
pemberian makan, orang tua dapat menanyakan pada anak untuk memberitahukan
makanan apa yang mereka inginkan. Diketahui dari penghasilan orang tua yang rata-
rata <Rp.500.000, secara tidak langsung hal itu menjelaskan bahwa makanan yang
diharapkan dari anak tidak akan sepenuhnya terpenuhi oleh orang tua. Menariknya,
persentase penerapan pola asuh otoritatif termasuk tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
anak-anak di Desa Binaus, Kab. TTS, NTT, menerima keadaan mereka yang mana
makanan yang ada tidak selalu sesuai dengan apa yang mereka inginkan dikarenakan
kondisi penghasilan keluarga yang rendah.
Faktor yang mempengaruhi pola asuh yaitu pendidikan, budaya dan lingkungan.21
Orang tua yang menerapkan pola asuh bisa dilihat dari latar belakang pendidikannya.
Namun sebagian besar orang tua mempelajari cara pengasuhan dari orang tua mereka
sendiri, atau mengikuti budaya yang sudah ada. Seperti pendapat Santrock yang
mengatakan mayoritas budaya orang tua mempelajari praktik pengasuhan dari orang
tua mereka sendiri. Yang secara langsung, orang tua mengalami. Jadi, setelah
10
mempunyai anak orang tua mempraktikan didikannya tersebut. Sebagian praktik
tersebut mereka terima, namun sebagian lagi mereka tinggalkan. Sayangnya, ketika
metode orang tua diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, praktik yang
baik maupun yang buruk diteruskan.21 Latar belakang pendidikan mempengaruhi pola
asuh karena dapat memberikan pengetahuan yang baik pada orang tua agar dapat
menerapkan pola asuh yang sesuai untuk anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Wong
yang berpendapat bahwa latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi
pola pikir orang tua kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua
kepada anaknya, semakin tinggi pendidikan orang tua maka dapat menerima segala
informasi dari luar terutama cara pengasuhan yang baik.26
Namun pendapat tersebut berlawanan dengan penelitian yang ditemukan di Desa
Binaus. Orang tua yang berpendidikan rendah tidak selalu memiliki pola pengasuhan
yang buruk. Walaupun mereka berpendidikan rendah, mereka sering mengikuti
sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah mengenai cara mengasuh anak dalam
pemberian makan. Hal ini bisa dilihat pada orang tua (ibu) di Desa Binaus, kebanyakan
dari mereka hanya berpendidikan terakhir SD dapat menerapkan pola asuh otoritatif
dan anak-anak mereka sudah bisa mandiri dalam batasan tertentu. Dapat dilihat
berdasarkan hasil penelitian yang sebagian besar pendidikan orang tua (ibu) hanya
berpendidikan terakhir SD sebanyak 69 orang (59%), pekerjaan orang tua (ibu)
sebagian besar hanya sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 104 orang (89%), dan
penghasilan keluarga di Desa Binaus sebagian besar berpenghasilan rendah yaitu <Rp.
500.000 sebanyak 92 keluarga (79%). Penelitian yang sudah dilakukan berbanding
terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kharmina yang mengatakan
bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara Tingkat Pendidikan orang tua
terhadap Pola Asuh, pengaruh positif itu jika Tingkat Pendidikan orang tua semakin
baik maka Pola Asuh semakin baik.11 Sedangkan dari hasil penelitian yang sudah
dilakukan, pendidikan orang tua (ibu) yang rendah pun dapat memberikan pola asuh
otoritatif yang merupakan pola asuh yang ideal diterapkan pada anak-anak.
11
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas orang tua dalam hal ini
ibu di Desa Binaus, Kecamatan Mollo Tengah, Kab. TTS, NTT, selalu menggunakan
pola asuh otoritatif yaitu 79,5%. Pola asuh yang diterapkan ibu berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Semakin baik pola asuh yang diberikan maka semakin baik
status gizi anak dan sebaliknya apabila ibu memberikan pola asuh yang kurang baik
dalam pemberian makanan pada anak maka status gizi anak juga akan terganggu. Bagi
para orang tua hendaknya tetap mempertahankan pola asuh otoritatif yang sudah
diterapkan dan untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang status gizi
anak-anak di Desa Binaus dikarenakan masih banyak balita yang menderita gizi buruk
maupun gizi kurang yang akan berdampak pada tumbuh kembangnya.
12
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Allan D. Marks, Colleen Smith, Michael Lieberman, 2005. Generation of ATP
From Glucose: Glycolysis, Marks’ Basic Medical Biochemistry. 2nd ed. USA:
Williams & Wilkins: 399-415
2. Almatsier, S. (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
3. Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 54
4. Dewi, I. 2008. Mengenal Bentuk Pola Asuh Orang Tua. viewed 15 September 2008
5. Engle PL, Bentley M, Pelto G.,2010, The Role of Care in Nutrition Programmers:
Current Research and a Research Ganda. Proceedings of The Nutrition Society.
59:25-35.
6. Fatimah, L.,2010, Hubungan Persepsi Anak Terhadap Keharmonisan Keluarga
dan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Belajar, Tesis. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret
7. Fatimah, L., 2012, Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak
di R.A Darussalam Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang.
8. Greenwood, B., 2013, The Baumrind theory of parenting styles. GlobalPost
International News. Retrieved December 15, 2013 from
everyday.globalpost.com/baumrind-theory-parenting-styles-6147.html
9. Herlambang ASU, Lilik S, Agustin RW., 2013, Perbedaan Kepercayaan Diri Pada
Siswa Dengan Perilaku Bermasalah Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua di SMAN
1 Kauman Tulungagung. [serial online]. [cited 2014 Oct 24];02(1):1-9.
10. Hockenberry & Wilson.,2007, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
11. Kharmina, N., 2011, Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan
Orientasi Pola Asuh Anak Usia Dini. Semarang.
12. Khomsan, A., 2010, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 140-143;
13. M. Anwari Irawan, 2007. Glukosa & Metabolisme Energi, Polton Sports Science
& Performance Lab, Sports Science Brief, No.6, Vol.1, 1-5.
13
14. Munawaroh, S., 2015, Pola Asuh Mempengaruhi Status Gizi Balita. Jurnal
Keperawatan. 6(1): 44-50
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75., 2013, Angka
Kecukupan Gizi yang di Anjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta
16. Pratiwi, T.D dkk., 2016, Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
Vol.3, 661-665
17. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Status Gizi Balita. 2015
18. Profil Kesehatan Indonesia., 2015, Tingkat Kecukupan Energi dan Tingkat
Kecukupan Protein. Jakarta
19. Robinson, C., Mandleco, B., Olsen, S. F., & Hart, C. H., 1995,
Authoritative,authoritarian, and permissive parenting practices: Development of
a new measure. Psychological Reports, No.77, 819-830.
20. Santrock, J. W., 2007, Perkembangan Anak. Ed. 7, Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga
21. Santrock, John W., 2007, Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga
22. Sebataraja, L.R dkk., 2014, Hubungan Status Gizi dengan Status Sosial Ekonomi
Keluarga Murid Sekolah Dasar di Daerah Pusat dan Pinggiran Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, No.2, Vol.3, 182-187.
23. Shochib, Moh., 2010, Pola Asuh Orang Tua (Dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri Sebagai Pribadi Yang Berkarakter). Jakarta: Rineka
Cipta.
24. Soekirman., 2000, Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
25. Sugiyono., 2013, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta
26. Wong, D.L, dkk., 2001, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 6. Jakarta: EGC
27. Wong L.D. Hockenberry M, Wilson D, Winkelsein M.L, & Schawrtz, P., 2009,
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol.2, Ed,6, Jakarta: EGC
14
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian
15
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian
16
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian
17
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian
18
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian
19
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian
20
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian
21
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian
22
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian
23
Lampiran 10. Surat Keterangan Selesai Penelitian
24
Lampiran 11. Surat Keterangan Selesai Penelitian
25
Lampiran 12. Surat Keterangan Selesai Penelitian
26
26
Lampiran 13. LoA
27
27
Lampiran 14. Informed Consent
FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN
(Informed Consent)
Saya yang bernama Priska Suratman, mahasiswa Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana, dan saat ini
sedang melakukan penelitian untuk digunakan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
program sarjana Ilmu Keperawatan. Ada pun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui asupan zat gizi (kecukupan energi dan protein) pada anak usia sekolah
dasar di desa Binaus, Kecamatan Mollo Tengah.
Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner dengan jujur
dan apa adanya serta kesediaannya untuk diizinkan melakukan wawancara Food
Recall 24 jam yang akan dilakukan selama 3 hari. Jika Bapak/Ibu/Saudara/i memahami
penjelasan tersebut dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun bersedia
ikut serta dalam penelitian ini dengan kondisi :
a) Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.
b) Bapak/Ibu/Saudara/i berhak memutuskan untuk keluar/tidak berpartisipasi
lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan apa pun. Jika
ada hal yang kurang dipahami Bapak/Ibu/Saudara/i, dapat ditanyakan
langsung pada peneliti.
Atas perhatian dan kesediaan dari Bapak/Ibu/Saudara/i menjadi partisipan
dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.
Desa Binaus, 2017
Responden Peneliti
( ) ( Priska. V. G.Suratman )
28
28
Lampiran 15. Kuesioner
KUESIONER
Pola Asuh, Kecukupan Energi dan Protein serta Status Gizi Anak
Usia Sekolah Dasar di Desa Binaus
A. Identitas Responden
1. Nama anak :
2. Tanggal lahir/umur : /
3. Jenis kelamin : [ ] Laki-laki
[ ] Perempuan
4. Anak Ke :
5. Kelas :
6. Nama orang tua
Bapak :
Ibu :
7. Pekerjaan orang tua
Bapak :
Ibu :
8. Alamat :
9. Berat badan anak :
10. Tinggi badan anak :
11. Pendidikan terakhir : [ ] Tidak sekolah
[ ] Tamat SD
[ ] Tamat SMP
[ ] Tamat SMA/SMK
[ ] Tamat D1/D3/Perguruan Tinggi
12. Penghasilan : [ ] Kurang dari Rp. 500.000
[ ] Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000
[ ] Rp. 1.500.000 – Rp. 3.000.000
[ ] Lebih dari Rp. 3.000.000
29
29
B. Pertanyaan
Silahkan memberi skor seberapa sering anda terlibat dalam pola pengasuhan
anak dengan mencentang (√) jawaban yang menurut anda benar.
POLA ASUH AUTORITATIF
1. Beta kasih tau beta pung anak tentang kebiasaan makan-minum yang baek dan
yang sonde baek.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
2. Beta tanya beta pung anak, lu mau makan deng minum apa.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
3. Beta tanya beta pung anak, dia mau makan-minum apa biarpun dia sonde setuju
deng beta.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
4. Beta kasih tau beta pung alasan kenapa beta kasih makan-minum.
[ ] 1. Tidak pernah
30
30
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
5. Beta coba mangarti ketika beta pung anak sonde mau makan.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
6. Beta puji beta pung anak pas dia mau makan.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
7. Beta terima pendapat anak dan tanya dia mau makan-minum apa yang dia suka
deng yang sonde suka.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
8. Beta kasih makan-minum yang sama pi beta pung keluarga.
[ ] 1. Tidak pernah
31
31
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
9. Beta kasih tau yang beta mau dari beta pung anak pas kasih makan-minum.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
Total Skor :………………/9 = …………………
POLA ASUH OTORITER
10. Kalo beta pung anak tanya kenapa dia harus makan-minum yang beta kasih,
beta kasih tau dia makan apa sa yang ada.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
11. Beta hukum beta pung anak pas dia sonde mau makan-minum yang beta kasih.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
32
32
[ ] 5. Selalu
12. Beta nada tinggi deng beta pung anak pas dia sonde mau makan-minum yang
beta kasih.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
13. Beta marah beta pung anak pas dia sonde mau makan deng minum.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
14. Beta tempeleng beta pung anak pas dia sonde mau makan-minum yang beta
kasih.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
15. Beta ancam beta pung anak pas dia sonde mau makan-minum yang beta kasih.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
33
33
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
16. Beta sonde kasih perhatian pi beta pung anak ketika dia sonde mau makan-
minum.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
17. Beta langsung togor beta pung anak kalau dia makan-minum sonde sesuai deng
beta pung mau.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
18. Beta susah ubah beta pung anak pung kebiasaan makan-minum yang sonde
baek supaya jadi baek.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
19. Beta perlu ubah beta pung anak pung kebiasaan makan-minum yang sonde
baek.
34
34
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
20. Beta togor beta pung anak bilang beta lu pung orang tua yang kasih makan-
minum lu.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
21. Beta kasih ingat beta pung anak tentang semua makanan deng minuman yang
beta kasih.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
Total Skor :………………/12 = …………………
POLA ASUH PERMISIF
22. Beta kesusahan buat beta pung anak disiplin untuk makan-minum.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
35
35
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
23. Beta kasih makanan deng minuman apa sa yang beta pung anak mau.
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
24. Beta kasih tinggal sa beta pung anak pung kebiasaan makan deng minum yang
sonde baek..
[ ] 1. Tidak pernah
[ ] 2. Kadang-kadang
[ ] 3. Sering
[ ] 4. Sangat sering
[ ] 5. Selalu
Total Skor :………………/3 = …………………
Top Related