SUMATERAKALIMANTAN
JAVA
IRIAN JAYA
POKOK-POKOK PIKIRAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI DALAM RANGKA
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DI DAERAH
SYARMADANI DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN
UMUM
PEMAHAMAN KONSEP
DEKONSENTRASI,
INSTANSI VERTIKAL DAN
FORKOPIMDA
Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.
(PS 1 ANGKA 9 UU No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah & BELUM ADA PP PELAKSANAAN)
Instansi Vertikal adalah perangkat kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian yang mengurus Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka Dekonsentrasi
(PS 1 ANGKA 10 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah)
KEKHUSUSAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL
KEMENDAGRI
PASAL 19 (3) UU NO 23 TAHUN 2014
•Pembentukan Instansi Vertikal untuk
melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan
pembentukan Instansi Vertikal oleh kementerian
yang nomenklaturnya secara tegas disebutkan
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 tidak memerlukan
persetujuan dari gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah yang selanjutnya disebut Forkopimda adalah forum yang digunakan untuk membahas penyelenggaraan urusan pemerintahan umum
(PS 1 ANGKA 18 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah)
1) Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan urusan pemerintahan umum, dibentuk Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota, dan forum koordinasi pimpinan di Kecamatan.
2) Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota, dan forum koordinasi pimpinan di Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh gubernur untuk Daerah provinsi, oleh bupati/wali kota untuk Daerah kabupaten/kota, dan oleh camat untuk Kecamatan.
3) Anggota Forkopimda provinsi dan Forkopimda kabupaten/kota terdiri atas pimpinan DPRD, pimpinan kepolisian, pimpinan kejaksaan, dan pimpinan satuan teritorial Tentara Nasional Indonesia di Daerah.
4) Anggota forum koordinasi pimpinan di Kecamatan terdiri atas pimpinan kepolisian dan pimpinan kewilayahan Tentara Nasional Indonesia di Kecamatan. (5) Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota dan forum koordinasi pimpinan di Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengundang pimpinan Instansi Vertikal sesuai dengan masalah yang dibahas.
Pimpinan DPRD provinsi terdiri atas: a. 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang wakil
ketua untuk DPRD provinsi yang beranggotakan 85 (delapan puluh lima) sampai dengan 100 (seratus) orang;
b. 1 (satu) orang ketua dan 3 (tiga) orang wakil ketua untuk DPRD provinsi yang beranggotakan 45 (empat puluh lima) sampai dengan 84 (delapan puluh empat) orang;
c. 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang wakil ketua untuk DPRD provinsi yang beranggotakan 35 (tiga puluh lima) sampai dengan 44 (empat puluh empat) orang.
Pimpinan DPRD kabupaten/kota terdiri atas:
a. 1 (satu) orang ketua dan 3 (tiga) orang wakil ketua untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan 45 (empat puluh lima) sampai dengan 50 (lima puluh) orang; dan
b. 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang wakil ketua untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan 20 (dua puluh) sampai dengan 44 (empat puluh empat) orang.
ADALAH PIMPINAN TNI AD/AL ATAU AU dan POLRI YANG MEMEGANG KOMANDO/PIMPINAN KEWILAYAHAN SETINGKAT WILAYAH KERJA ADMINISTRASI PENANGGUNG JAWAB URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DI WILAYAH PROVINSI/KAB/KOTA ;
1. a. AD; PANGDAM/DANREM/DANDIM
2. b. AL; DANLANAL
3. c. AU; DANLANAL
4. d. Kapolda/Kapolres
DALAM HAL KEPEMIMPINAN SATUAN KEWILAYAHAN TNI ATAU POLRI SUATU WILAYAH DI PEGANG 1 PIMPINAN YANG JUGA MELIPUTI WILAYAH LAINNYA, MAKA ANGGOTA FORKOPIMDA DI ISI OLEH PIMPINAN DIMAKSUD YANG MEMEGANG KEWILAYAHAN TERSEBUT DALAM POSISI ANGGOTA FORKOPIMDA WILAYAH URUSAN PEMERINTAHAN UMUM (DAPAT MENJADI LEBIH DARI 1 ANGGOTA FORKOPIMDA) SEPANJANG TIDAK TERDAPAT PIMPINAN SETINGKAT WILAYAH URUSAN PUM
Dekonsentrasi
Program Pembinaan Politik dan Pemerintahan Umum
kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya
TUJUAN
Pelaksanaan kegiatan ini sebagai percepatan
dan optimalisasi persiapan pelaksanaan
Urusan Pemerintahan Umum di Daerah
SASARAN
Percepatan dan optimalisasi
proses inventarisasi
kebutuhan dukungan (P3D)
pelaksanaan urusan
Pemerintahan Umum Di
Daerah
Konsolidasi Anggota
Forkopimda dalam
mendukung pelaksanaan
urusan Pemerintahan Umum
berdasarkan UU 23 tahun
2014
Sosialisasi dan konsolidasi
pemangku kepentingan
dalam rangka pelaksanaan
urusan pemerintahan
umum.
Ruang Lingkup Kegiatan
Fasilitasi pengumpulan data dukung kebutuhan pelaksanaan urusan pemerintahan umum dan potensi yang tersedia
Fasilitasi dan rapat konsolidasi anggota Forkopimda (3-6 kali/tahun) Forum peningkatan dan pemantapan ideologi, wawasan kebangsaan dan
kerukunan komponen masyarakat Rapat koordinasi SKPD kesbangpol tingkat provinsi Melaksanakan Koordinasi ke Ditjen Polpum Kemendagri Penyusunan dan penyampaian laporan penyelenggaraan kegiatan
dekonsentrasi baik fisik dan keuangan dilaksanakan berdasarkan PP 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional dekonsentrasi dibebankan pada DIPA TA 2016 Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri.
Output yang diharapkan
DATA KEBUTUHAN DUKUNGAN PELAKSANAAN URUSAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH
YANG TERVALIDASI
TERKONSOLIDASI NYA ANGGOTA FORKIMDA DALAM RANGKA PELAKSANAAN URUSAN
PEMERINTAHAN UMUM
TERKONSOLIDASI NYA PEMANGKU KEPENTINGAN LAIN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
URUSAN PEMERINTAHAN UMUM
MULAI TERLAKSANA NYA TRANSISI PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM
DITJEN POLPUM SKPD PELAKSANA
Menentukan arah kebijakan kegiatan Dekonsentrasi
Menyetujui atau menolak permohonan revisi anggaran yang disampaikan oleh SKPD pelaksana Dekonsentrasi apabila tidak sesuai dengan mekanisme peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dapat menentukan penghentian dan pemindahan anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila SKPD pelaksana tidak melaksanakan kegiatan sebagaimana petunjuk pelaksanaan yang telah ditentukan.
Mengusulkan revisi anggaran pada komponen Pembina yaitu Ditjen Kesbangpol Kemendagri.
Mengunakan dan melaksanakan anggaran Dekonsentrasi sesuai dengan DIPA yang ada pada masing-masing SKPD pelaksana.
Mengusulkan pejabat perbendaharaan,pejabat penggelola,tim pelaksana dan tim penyusunan pedoman terkait dengan pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi.
DITJEN POLPUM SKPD PELAKSANA
Memfasilitasi penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA-KL) kegiatan
Menyampaikan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi
Mempertimbangkan dan memfasilitasi usulan revisi yang disampaikan SKPD pelaksana Dekonsentrasi
Melakukan pembinaan,monitoring dan evaluasi dalam rangka pencapaian kinerja dan pelaporan keuangan penyelenggaraan dekonsentrasi.
Menyusun rencana kerja dan anggaran (RKA) sesuai dengan pagu anggaran yang telah disampaikan pada masing-masing SKPD pelaksana dekonsentrasi.
Mentaati serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Dekonsentrasi serta melaksanakan petunjuk pelaksanaan teknis kegiatan ini.
Wajib menyampaikan laporan dan pertanggungjawaban dekonsentrasi mencakup aspek manajerial dan aspek akuntabilitas secara bulanan, triwulan dan tahunan pada Menteri Dalam Negeri c.q. Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum.
NARSUM FORKOPIMDA ADALAH ANGGOTA FORKOPIMDA YANG MENYAMPAIKAN DATA, INFORMASI, KETERANGAN, SARAN, PENDAPAT DAN SIKAP TERKAIT PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM
ANGGOTA FORKOPIMDA DAPAT MENDELEGASIKAN TUGAS & DIBAYAR HONORARIUM NARSUM PALING RENDAH 2 TINGKAT DI BAWAH ANGGOTA
DALAM HAL LEBIH DARI 2 TINGKAT DAN DITERIMA PENYAMPAIANNYA DALAM RAPAT HANYA DIPERKENANKAN MENERIMA UANG SAKU RAPAT DAN TRANSPORT LOKAL
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Kepala SKPD pelaksana dekonsentrasi wajib memberikan pelaporan dan
pertanggungjawaban dekonsentrasi mencakup aspek manajerial, laporan
kinerja pelaksana anggaran dan laporan akuntabilitas pada Menteri Dalam
Negeri c.q. Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum.
•Aspek manajerial sebagaimana dimaksud meliputi perkembangan realisasi penyerapan dana,
pencapaian target keluaran,kendala yang dihadapi dan saran tindak lanjut,
•Laporan kinerja pelaksana anggaran meliputi pemenuhan pelaporan, penyajian informasi
kinerja dan pemanfaatan informasi kinerja.
•Aspek akuntabilitas meliputi laporan keuangan (realisasi anggaran,neraca dan catatan atas
laporan keuangan).
Penyusunan dan Penyampaian Laporan sebagaimana dimaksud
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
Pengawasan
Menteri Dalam Negeri melakukan
pembinaan dan pengawasan pengelolaan
dekonsentrasi;
Gubernur mempertanggungjawabkan
pengelolaan kegiatan dekonsentrasi) kepada
Menteri Dalam Negeri c.q. Dirjen Politik dan
Pemerintahan Umum;
Pengawasan Pelaksanaan kegiatan dan
administrasi keuangan dilakukan oleh
aparat pengawas yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pembiayaan
Biaya pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi
berasal dari Anggaran dan Pendapatan
Belanja Negara (APBN) Ditjen Politik dan
Pemerintahan Umum Kemendagri TA.2016
yang tertuang dalam Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Dekonsentrasi pada
masing-masing Provinsi.
Sekian dan Terima
kasih
Top Related