Pokok-Pokok PerubahanUndang-Undang Pajak Penghasilan
Oleh
Bambang Kesit
Accounting Department
UII Yogyakarta
21 Juni 2010
BUNGA OBLIGASI YANG DITERIMA REKSADANA
Ketentuan Sekarang:Pasal 4 ayat (3) huruf j: bunga obligasi yang diterima atau diperoleh
perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejakpendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha dikecualikansebagai objek PPh
Keputusan Perubahan:Ketentuan tersebut di atas dicabut
1
SURPLUS BANK INDONESIA
Keputusan Perubahan:Penegasan bahwa Surplus Bank Indonesia merupakan objek pajak
Ketentuan Sekarang:
Surplus Bank Indonesia Ditafsirkan sebagai bukan objek pajak
Keputusan Perubahan:Penegasan bahwa Surplus Bank Indonesia merupakan objek pajak
2
DIVIDEN YANG DITERIMA WP OP
Ketentuan Sekarang:
Dividen Yang Diterima WP OP tidak termasuk dalam Objek PPhPasal 4 ayat (2)
Keputusan Perubahan:
Dividen Yang Diterima WP OP Dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) finalsetinggi-tingginya sebesar 10%.
3
Ketentuan Sekarang:KMK Nomor: 137/PMK.03/2005• Diri Sendiri Rp.13,2 juta• Tambahan WP Kawin Rp. 1,2 juta• Tambahan Istri Bekerja Rp.13,2 juta• Tambahan Tanggungan Rp. 1,2 juta
(Maksimal 3 orang)
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAKKetentuan Sekarang:KMK Nomor: 137/PMK.03/2005• Diri Sendiri Rp.13,2 juta• Tambahan WP Kawin Rp. 1,2 juta• Tambahan Istri Bekerja Rp.13,2 juta• Tambahan Tanggungan Rp. 1,2 juta
(Maksimal 3 orang)
Keputusan Perubahan :• Diri Sendiri Rp.15,84 juta• Tambahan WP Kawin Rp. 1,32 juta• Tambahan Istri Bekerja Rp.15,84 juta• Tambahan Tanggungan Rp. 1,32 juta
(Maksimal 3 orang)4
NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
Pasal 14 UU No. 17 Tahun 2000:WP orang pribadi yang memiliki peredaran usaha kurangdari Rp 600 juta dapat menggunakan norma penghitunganpenghasilan neto
Keputusan Perubahan:Batas peredaran usaha untuk dapat menggunakan normapenghitungan penghasilan neto bagi WP orang pribadidinaikkan menjadi Rp. 4,8 milyar
Pasal 14 UU No. 17 Tahun 2000:WP orang pribadi yang memiliki peredaran usaha kurangdari Rp 600 juta dapat menggunakan norma penghitunganpenghasilan neto
5
Pasal 17 UU No. 17 Tahun 2000No. Lapisan Penghasilan Tarif
1. S.d Rp 25.000.000,- 5%2. Di atas Rp25.000.000,- s.d. Rp 50.000.000,- 10%3. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000 15%4. Di atas Rp100.000.000,- s.d.Rp200.000.000,- 25%
TARIF WP ORANG PRIBADI
No. Lapisan Penghasilan Tarif
1. S.d. Rp 50.000.000,- 5%2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 15%3. Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp 500.000.000,- 25%4. Di atas Rp500.000.000,- 30%
4. Di atas Rp100.000.000,- s.d.Rp200.000.000,- 25%5. Di atas Rp200.000.000,- 35%
Keputusan Perubahan:
6
TARIF WP BADAN
Lapisan Penghasilan Tarifs.d Rp 50.000.000,- 10%
Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000,- 15%
Di atas Rp100.000.000,- 30%
Ketentuan UU No. 17 Tahun 2000:
Keputusan Perubahan:
• Tarif tunggal 30%• Diturunkan menjadi 28% pada tahun 2009, dan menjadi 25% pada
tahun 2010.• Untuk WP Badan Masuk Bursa diberikan tarif 5% lebih rendah dari
tarif yang berlaku.
Keputusan Perubahan:
8
Jenis Pot/Put Tarif Non-NPWPdibandingkanTarif NPWP
Pasal 21 20% lebih tinggiPasal 21 20% lebih tinggi
Pasal 22 100% lebih tinggi
Pasal 23 100% lebih tinggi
9
UU No. 17 Tahun 2000 :Menteri Keuangan dapat menetapkan:1. bendaharawan pemerintah untuk memungut pajak
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahanbarang;
2. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari WajibPajak yang melakukan kegiatan di bidang impor ataukegiatan usaha di bidang lain; dan
diusulkan tambahan:3. Wajib Pajak tertentu untuk memungut pajak dari pembeli
atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Besarnya batasan barang tergolong sangat mewah dantarif PPh Pasal 22 sedang dalam proses pembahasan.
UU No. 17 Tahun 2000 :Menteri Keuangan dapat menetapkan:1. bendaharawan pemerintah untuk memungut pajak
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahanbarang;
2. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari WajibPajak yang melakukan kegiatan di bidang impor ataukegiatan usaha di bidang lain; dan
diusulkan tambahan:3. Wajib Pajak tertentu untuk memungut pajak dari pembeli
atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Besarnya batasan barang tergolong sangat mewah dantarif PPh Pasal 22 sedang dalam proses pembahasan. 10
OBJEK PEMUNGUTAN PEMUNGUT TARIF DASAR PEMUNGUTAN DASAR HUKUM KETERANGAN
Impor barang oleh importir denganAPI Bea dan Cukai 2,5% Nilai impor KMK-254/KMK.03/2001 stdtd
PMK-08/PMK.03/2008
Impor kedelai, gandum dan tepungterigu oleh importir dengan API Bea dan Cukai 0,5% Nilai impor KMK-254/KMK.03/2001 stdtd
PMK-08/PMK.03/2008
Impor barang oleh importir tanpaAPI Bea dan Cukai 7,5% Nilai impor KMK-254/KMK.03/2001 stdtd
PMK-08/PMK.03/2008
Impor barang yang tidak dikuasai Bea dan Cukai 7,5% Nilai impor KMK-254/KMK.03/2001 stdtdPMK-08/PMK.03/2008
Pembelian barang Bendaharawanpemerintah 1,5% Harga pembelian KMK-254/KMK.03/2001 stdtd
PMK-08/PMK.03/2008
Penjualan BBM jenis Premium,Solar dan Premix/SuperTT/Pertamax/Pertamax Plus
Pertamina ke SPBUSwasta 0,3% Nilai penjualan KEP-417/PJ./2001 Final
Pertamina 0,25% Nilai penjualan KEP-417/PJ./2001 Final
Penjualan BBM jenis MinyakTanah, Gas LPG, dan pelumasPenjualan BBM jenis MinyakTanah, Gas LPG, dan pelumas Pertamina 0,3% Nilai penjualan KEP-417/PJ./2001 Final
Penjualan SemenBadan usaha ygbergerak dibidangIndustri semen
0,25% DPP PPN KEP-401/PJ./2001
Penjualan RokokBadan usaha ygbergerak dibidangIndustri rokok
0,15% Harga bandrol KEP-529/PJ./2001 Final
Penjualan kendaraan roda dua ataulebih
Badan usaha ygbergerak dibidangIndustri otomotif
0,45% DPP PPN KEP-32.PJ./1995
Penjualan kertasBadan usaha ygbergerak dibidangIndustri kertas
0,1% DPP PPN KEP-69/PJ./1995
Penjualan bajaBadan usaha ygbergerak dibidangIndustri baja
0,3% DPP PPN KEP-01/PJ./1996
Pembelian bahan-bahan untukkeperluan industri atau ekspor
Industri atau eksportiryang bergerak dalamsektor perhutanan,perkebunan, pertaniandan perikanan
1,5% Harga pembelian KEP-523/PJ./2001
11
Ketentuan SekarangAtas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalambentuk apapun yang dibayarkan, atau disediakan untuk dibayarkan,atau jatuh tempo pembayaran oleh badan pemerintah, Subjek Pajakbadan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajakdalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yangwajib membayarkan sebesar 15% (lima belas persen) dari :perkiraan penghasilan neto atas:1.sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaanharta yang telah dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2);2.imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasakonstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotongPajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
Ketentuan SekarangAtas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalambentuk apapun yang dibayarkan, atau disediakan untuk dibayarkan,atau jatuh tempo pembayaran oleh badan pemerintah, Subjek Pajakbadan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajakdalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yangwajib membayarkan sebesar 15% (lima belas persen) dari :perkiraan penghasilan neto atas:1.sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaanharta yang telah dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2);2.imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasakonstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotongPajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
12
Perubahan pada PPh Pasal 23 ayat (1) huruf c :Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentukapapun yang dibayarkan, atau disediakan untuk dibayarkan, ataujatuh tempo pembayaran oleh badan pemerintah, Subjek Pajak badandalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atauperwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalamnegeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajibmembayarkan sebesar 2 % (dua persen) dari jumlah bruto atas :
Perubahan pada PPh Pasal 23 ayat (1) huruf c :Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentukapapun yang dibayarkan, atau disediakan untuk dibayarkan, ataujatuh tempo pembayaran oleh badan pemerintah, Subjek Pajak badandalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atauperwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalamnegeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajibmembayarkan sebesar 2 % (dua persen) dari jumlah bruto atas :
1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaanharta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan denganpenggunaan harta yang telah dikenakan Pajak PenghasilanPasal 4 ayat (2);
2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasakonstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telahdipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalamPasal 21
Perubahan pada PPh Pasal 23 ayat (1) huruf c :Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentukapapun yang dibayarkan, atau disediakan untuk dibayarkan, ataujatuh tempo pembayaran oleh badan pemerintah, Subjek Pajak badandalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atauperwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalamnegeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajibmembayarkan sebesar 2 % (dua persen) dari jumlah bruto atas :
Perubahan pada PPh Pasal 23 ayat (1) huruf c :Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentukapapun yang dibayarkan, atau disediakan untuk dibayarkan, ataujatuh tempo pembayaran oleh badan pemerintah, Subjek Pajak badandalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atauperwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalamnegeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajibmembayarkan sebesar 2 % (dua persen) dari jumlah bruto atas :
1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaanharta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan denganpenggunaan harta yang telah dikenakan Pajak PenghasilanPasal 4 ayat (2);
2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasakonstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telahdipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalamPasal 21
13
PPh PASAL 25PPh PASAL 25 ayat (7) huruf cayat (7) huruf c WPWP OPOP TERTENTUTERTENTU
Ketentuan Sekarang:KMK-84/KMK.03/2002 dan KEP-171/PJ./2002:
Tarif 2% dari jumlah peredaran bruto berdasarkan pembukuan ataupencatatan setiap bulan
Keputusan Perubahan:Diangkat menjadi Batang Tubuh UU PPh Pasal 25 ayat(7)Tarif paling tinggi 0,75% dari jumlah peredaran bruto berdasarkanpembukuan atau pencatatan setiap bulan
14
FISKAL LUAR NEGERI PPh PASAL 25PPh PASAL 25 ayat (ayat (88))
Keputusan Perubahan:a) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki NPWP tidak membayar
Fiskal Luar Negeri.b) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memiliki NPWP dan telah
berusia 21 tahun yang bertolak ke LN, wajib membayar Fiskal LuarNegeri sebagai pembayaran pajak dimuka yang ketentuannya diaturdengan PP.
Ketentuan UU No. 17 Tahun 2000:Bagi WP orang pribadi yang bertolak ke luar negeri wajib membayar FiskalLuar Negeri sebagai pembayaran pajak dimuka.Sesuai PP No. 41 Tahun 2001, besarnya Fiskal Luar Negeri adalah:a) Sebesar Rp.1.000.000,- transportasi melalui udara,b) Sebesar Rp.500.000,- transportasi melalui darat dan laut.
Keputusan Perubahan:a) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki NPWP tidak membayar
Fiskal Luar Negeri.b) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memiliki NPWP dan telah
berusia 21 tahun yang bertolak ke LN, wajib membayar Fiskal LuarNegeri sebagai pembayaran pajak dimuka yang ketentuannya diaturdengan PP.
15
USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH
Keputusan Perubahan:Untuk pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah diberikan
fasilitas perpajakan berupa pengurangan tarif 50% lebih rendahdari tarif normal yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
16
Top Related