Download - Pneumonia Referat

Transcript
Page 1: Pneumonia Referat

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.LATAR BELAKANG

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama

dalam bidang kesehatan, baik di negara sedang berkembang maupun negara

maju. Di samping itu infeksi saluran napas bawah menimbulkan angka

kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. Infeksi

saluran napas bawah dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah

bentuk pneumonia.1,2 Pneumonia merupakan infeksi pada parenkim paru.

Berbagai spesies bakteri, mikoplasma, klamidia, riketsia, virus, fungi dan

parasit dapat menyebabkan pneumonia. Jadi pneumonia bukan penyakit yang

tunggal melainkan infeksi spesifik yang masing-masing dengan

epidemiologis, patogenesis, gambaran klinik dan perjalanan klinis yang

berlainan.2

Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa

sehat menjadi rapuh disertai menurunnya cadangan hampir semua sistem

fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian.

Proses menua normalnya merupakan suatu proses yang ringan, ditandai

dengan turunnya fungsi secara bertahap tetapi tidak ada penyakit sama sekali

sehingga kesehatan tetap terjaga baik. Sebaliknya proses menua patologis

ditandai dengan kemunduran fungsi organ saja, melainkan ditambah dengan

penyakit yang muncul pada usia tua. Tiga hal fundamental yang berkaitan

dengan kesamaan dalam pola proses menua pada hampir semua spesies

mamalia.

1. Proses menua dipengaruhi oleh kemunduran fungsi organ.

2. Laju proses menua ditentukan oleh gen yang bervariasi antar spesies.

3. Laju proses menua dapat diperlambat oleh restriksi kalori, paling tidak

pada hewan tikus.

1

Page 2: Pneumonia Referat

Banyak hal dimasa lalu yang diduga berhubungan dengan faktor risiko

penyakit pada proses penuaan seperti diet, merokok, alkohol, dan pajanan

lingkungan. 1,2,3

Peningkatan insiden dan prevalensi pneumonia pada usia tua juga

dikaitkan dengan penyakit yang diderita pasien seperti diabetes melitus,

penyakit jantung, malnutrisi dan penyakit hati kronik. Sebagai contoh,

diabetes melitus menyebabkan penurunan fungsi sistim imun tubuh baik

proses kemotaksis maupun fagositosis. Pada gagal jantung kongestif yang

disertai edema paru, fungsi clearance paru berkurang sehingga kolonisasi

kuman disaluran napas mudah berkembangbiak. Pasien yang sebelumnya

sering mengkonsumsi obat-obatan bersifat sedatif atau hipnotik berisiko

tinggi mengalami aspirasi sehingga mempermudah terjadinya infeksi.Hal itu

disebabkan kedua obat tersebut menekan rangsang batuk.2,3,4

BAB II

2

Page 3: Pneumonia Referat

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. DEFINISI

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,

distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorik

dan alveoli sehingga menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan

gangguan pertukaran gas setempat.1 Pneumonia juga didefinisikan sebagai

suatu peradangan akut parenkim paru akibat infeksi mikroorganisme

(bakteri, mikoplasma, klamidia, riketsia, virus, fungi dan parasit). 1-4

Geriatric (geriatrics= geriatric medicine) berasal dari kata – kata

geros (usia lanjut),yaitu cabang ilmu kedokteran yang mengobati kondisi

dan penyakit yang dikaitkan dengan proses menua dan usia lanjut. Dimana

pasien geriatri adalah pasien usia lanjut dengan penyakit ganda. 1,2

Pneumonia geriatri adalah suatu peradangan akut parenkim paru

yang berasal dari suatu infeksi mikroorganisme pada usia lanjut. 1

II.2. EPIDEMIOLOGI

Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan

kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus

baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran napas yang

terjadi di masyarakat (pneumonia komunitas) atau didalam rumah sakit

(pneumonia nosokomial). Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran

napas bawah akut parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%.1

Pneumonia juga merupakan penyakit yang mengenai sekitar 1% dari

seluruh penduduk Amerika. Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap

penyakit ini karena respons imunitas mereka masih belum berkembang

dengan baik. Pneumonia seringkali merupakan hal yang terakhir terjadi

pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik tertentu.4

3

Page 4: Pneumonia Referat

Penyakit paling banyak diderita para lansia adalah infeksi akut

paru (pneumonia) dan kardiovaskular. Penyakit pneumonia saat ini

menjadi ancaman bagi usia tua dan berdampak pada morbiditas maupun

mortalitas.5 Di negara maju saja, seperti Amerika, pneumonia dan

influenza menduduki peringkat ke-4 sebagai penyebab kematian tertinggi.

Ditemukan sekitar 18,2 kasus pneumonia per 1000 penduduk berusia 65-

69 tahun. Angka itu meningkat menjadi 52,3 kasus per 1000 penduduk

berusia 85 tahun ke atas. Di Taiwan, kematian akibat pneumonia mencapai

hampir 200 per 100.000 pasien lansia pada 2002. Dapat pula disimpulkan,

risiko pneumonia pada usia >65 tahun lebih tinggi 6 kali dibanding usia

<60 tahun. 1,3,7

Bila tidak ditangani, penambahan lansia akan menimbulkan

masalah di bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) telah memperhitungkan pada tahun 2020 Indonesia akan

mengalami peningkatan jumlah warga lansia sebesar 41,4%, Sebuah

peningkatan tertinggi di dunia. 5,7

Berdasarkan sensus penduduk 2000, Indonesia jumlah lansia

mencapai 15,8 juta jiwa atau 7,6%. Pada 2005 meningkat menjadi 18,2

juta jiwa atau 8,2%. Sedangkan pada 2015 diperkirakan mencapai 24,4

juta jiwa atau 10%. Data Badan Pusat Statistik dan Depsos 2001

menyebutkan bahwa 21,75% dari jumlah lansia yang mencapai 15,8 juta

itu, dikategorikan sebagai lansia terlantar, Sedangkan 33,89% masuk ke

dalam rawan terlantar. 6.7

Hasil survei kesehatan rumah tangga Depkes tahun 2001, penyakit

infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke 2 sebagai penyebab

kematian di Indonesia. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya di dapatkan data

sekitar 180 pneumonia dengan angka kematian antara 20-35%. Pneumonia

geriatri menduduki peringkat keempat dari sepuluh penyakit terbanyak

yang dirawat per tahun.2

4

Page 5: Pneumonia Referat

Menurut Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam

FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, salah satu masalah penting dihadapi

para lansia adalah kesehatan. Masalah kesehatan pada populasi usia lanjut,

bukan saja terletak pada aspek penyakit kronis dan degeneratif, melainkan

juga kerentanan terhadap infeksi cukup tinggi. 1,2

II.3. ETIOLOGI

Infeksi saluran napas bawah akut dapat disebabkan oleh berbagai

mikroorganisme, bakteri gram positif seperti S. Pneumoniae (60-70%), H

Influenzae (5%), Mycoplasma (5-20%). Pada gangguan imunitas atau

terdapat penyakit dasar paru kronik dapat disebabkan oleh S. aureus,

sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan gram negatif

seperti K. pneumoniae, P. aeruginosa.1,2 Akhir – akhir ini sejumlah kuman

baru / oportunis telah menimbulkan infeksi pada pasien dengan kekebalan

tubuh rendah, misalnya legionella, Chlamydia trachomatis, M. atypical,

berbagai jenis jamur (C.albicans, Aspergillus fumigatus) dan virus.1,2,8,9

II.4. KLASIFIKASI PNEUMONIA

1. Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis dibagi

atas:

a. Pneumonia Tipikal

Bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yang klasik antara

lain berupa awitan yang akut dengan gambaran radiologis berupa

opasitas lobus atau lobularis, dan disebabkan kuman terutama

S.Pneumonia, Klebsiella pneumonia atau H.Influenzae. 2,6,7

b. Pneumonia Atipikal

Ditandai oleh gangguan respirasi yang meningkat lambat

dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus. Biasanya

5

Page 6: Pneumonia Referat

disebabkan organisme yang atipikal termasuk Mycoplasma

pneumoniae, virus, Legionella pneumophila, Chlamydia psitasi

dan Coxiella burnetti. Di negara barat mikroplasma adalah

prototipe penyebab pneumonia atipikal, disamping menyebabkan

penyakit saluran napas atas dan penyakit diluar paru antara lain

pada kulit, susunan saraf pusat, darah jantung dan sendi-sendi.

Mikroplasma menjadi penyebab pada 15-20% pneumonia, bahkan

mencapai 60% pada usia sekolah dan dewasa muda. Dapat juga

terjadi infeksi pada usia diatas 60 tahun. Klasifikasi ini praktis

tidak digunakan lagi karena disadari bahwa gambaran klinis

radiologis atau laboratorium dari berbagai pneumonia saling

tumpang tindih dan pada klasifikasi ini tidak tercakup pneumonia

yang gambarannya tidak khas. 2,6,7

2. Klasifikasi berdasarkan faktor lingkungan dan pejamu :1,2

Tabel 1. Klasifikasi berdasarkan faktor lingkungan dan penjamu

Tipe klinis Epidemiologi

- Pneumonia komunitas

- Pneumonia nosokomial

- pneumonia rekurens

- pneumonia aspirasi

- pneumonia pada gangguan

imun

Sporadis atau endemik mudah atau orangtua

Didahului perawatan di RS

Terdapat dasar penyakit paru kronik

Alkoholik, usia tua

Pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS

Klasifikasi ini adalah yang lebih banyak dipakai karena dapat

diperkirakan etiologi pneumonia dan pemberian antibiotiknya secara

empirik.

3. Klasifikasi berdasarkan sindrom klinis :

1) Pneumonia bakterial (Sindrom Klinis Pneumonia Bakterial).

6

Page 7: Pneumonia Referat

Diketahui bahwa kuman kelompok bakteri tertentu

memberikan gambaran klinis pneumonia yang akut dengan

konsolidasi paru, dapat berupa :

a. Pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai

parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia

lobar.

b. Pneumonia bakterial tipe campuran (mixed type) dengan

presentasi klinis atipikal yaitu perjalanan penyakit yang lebih

ringan dan jarang disertai konsolidasi paru. Biasanya pada

pasien dengan penyakit kronik. 1,2

2) Pneumonia non bakterial

Pneumonia atipikal umumnya yang disebabkan oleh

Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella. Kemudian

istilah sindrom pneumonia atipikal dipakai untuk merangkum pula

bentuk lain dengan ciri gambaran klinis yang beraneka ragam dan

gambaran radiologis yang menyimpang dari normal. Pada

Pneumonia atipikal ini refrakter terhadap terapi antibiotik standar,

lambat dalam penyembuhannya dan mempunyai kecendurangan

untuk kambuh, yaitu yang biasanya disebabkan oleh bakteri,

jamur, virus atau mikroorganisme lain. Dan penyakit peradangan

paru yang bukan infeksi, termasuk tumor. Peradangan gambaran

klinis antara ketiganya terlihat pada tabel dibawah ini.1,2

7

Page 8: Pneumonia Referat

Tabel 2. Gambaran klinis pneumonia komunitas dan kelompok kuman

penyebabnya 1

Gejala Bakterial/tipikal Nonbakterial /

atipikal

Pola campuran (mixed

type)

- usia

- awitan

- batuk

- sputum

- nyeri dada

- konsolidasi

- leukositosis

- foto dada

- penyebab

Lebih tua

Cepat

Produktif

Purulen / berdarah

Sering

Sering

Jelas

Segmen/lobar

Bakteri

Muda

Lebih lambat

Tidak

Negatif/mukoid

Jarang

Jarang

Tidak ada

Interstitial, difus

Mikoplasma / virus

/ jamur

Lebih tua

Cepat

Tidak menonjol

Dapat purulen

Sering

Jarang

Ringan

patchy infiltrat

(lobus/interstisial)

Bakteri – presentasi

Atipikal

Tuberkulosis

Legionella

Klamidia

4. Klasifikasi etiologi dibagi atas

1. Bakterial : Streptococcus pneumonia, H.Influenzae, L.pneumonia ,

Klebsiella, Pseudomonas, E-Coli, Mycoplasma, Chlamydia, dll.

2. Non bakterial : tuberkulosis, virus, fungi dan parasit. 1,2

5. Klasifikasi berdasar prediksi infeksi.

a. Pneumonia lobaris, sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi

dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen

kemungkinan sekunder, dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus misal

: pada aspirasi benda asing, atau proses keganasan.

8

Page 9: Pneumonia Referat

b. Bronkopneumonia, ditandai dengan bercak infiltrat pada lapangan

paru, dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus, sering pada bayi

dan orang tua,serta jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.

c. Pneumonia Interstisial, yaitu penyakit yang melibatkan dinding

alveolus dan jaringan penunjang lain di paru., dimulai dari perlukaan

dinding epitel yang menyebabkan peradangan dinding alveolus atau

alveolitis. Pada gambaran foto toraks terdapat infiltrat di lobus atas dan

tengah yang cenderung ke tepi sehingga bagian tengah atau hilus lebih

bersih. 2,4,6

II.5. PATOGENESIS

Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di

paru, keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila

terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan

lingkungan maka mikroorganisme dapat berkembang biak dan

menimbulkan penyakit.2,7

Risiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikro

organisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas.

Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan saluran napas.

1. Inokulasi langsung

2. Penyebaran melalui pembuluh darah

3. Inhalasi bahan aerosol4. Kolonisasi dipermukaan mukosa. 2,7

Dari keempat cara tersebut yang terbanyak adalah secara

kolonisasi. Secara inhalasi bakteri yang dapat masuk ke bronkus terminalis

dengan ukuran 0,5 – 2,0 mikrometer. Kolonisasi pada saluran napas atas

(hidung, orofaring) bila terjadi aspirasi dapat terjadi inokulasi

mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar

infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada

9

Page 10: Pneumonia Referat

orang normal sewaktu meminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse). 2,7,8

Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 108-

10 /ml sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 – 1,1 ml) dapat

memberikan titer maksimal bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia.

Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau

aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat di saluran napas bagian

bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian tidak ditemukan jenis

mikroorganisme yang sama.5,6,7

II.6. MASALAH PADA GERIATRI

Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa

sehat menjadi rapuh disertai menurunnya cadangan hampir semua sistem

fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian.

Proses menua normalnya merupakan suatu proses yang ringan, ditandai

dengan turunnya fungsi secara bertahap tetapi tidak ada penyakit sama

sekali sehingga kesehatan tetap terjaga baik. Sebaliknya proses menua

patologis ditandai dengan kemunduran fungsi organ saja, melainkan

ditambah dengan penyakit akibat penyakit yang muncul pada usia tua.

Tiga hal fundamental yang berkaitan dengan kesamaan dalam pola proses

menua pada hampir semua spesies mamalia. Pertama, Proses menua

dipengaruhi oleh kemunduran fungsi organ. Kedua, laju proses menua

ditentukan oleh gen yang bervariasi antar spesies. Ketiga, laju proses

menua dapat diperlambat oleh restriksi kalori, paling tidak pada hewan

tikus. Banyak hal dimasa lalu yang diduga berhubungan dengan faktor

risiko penyakit pada proses penuaan seperti diet, merokok, alkohol, dan

pajanan lingkungan. 1,2,3,5

10

Page 11: Pneumonia Referat

Dari berbagai teori yang dikemukakan untuk menjelaskan proses

menua, sebagian besar dapat dikelompokan ke dalam 2 kelompok yakni

teori genetik dan teori akumulasi kerusakan. Teori genetika

mengasumsikan bahwa rentang hidup (life span) dan laju proses menua

dikontrol oleh informasi di dalam molekul DNA di dalam gen. Teori

akumulasi kerusakan menyatakan bahwa laju proses menua ditentukan

oleh kerusakan dalam molekul DNA, RNA dan sintesis protein spesifik,

enzim dan juga mutasi somatik akibat terpajan terhadap berbagai pengaruh

yang merusak seperti radiasi ion. Teori proses menua dapat pula

dikelompokan berdasarkan tingkat organisasi biologi di dalam suatu

organisme. Teori organ didasarkan pada fakta bahwa perubahan fungsi

organ sejalan dengan usia tua. Ide dasar teori ini adalah sebuah organ

tunggal bertanggung jawab terhadap proses menua organisme secara

keseluruhan. 3,4

PERUBAHAN BERBAGAI ORGAN AKIBAT PROSES MENUA

Perubahan yang berhubungan dengan proses menua normal

sebagian besar merupakan akibat kehilangan atau penurunan kapasitas

fungsional secara bertahap. Kehilangan tersebut sudah dimulai sejak usia

muda tetapi pada sebagian besar sistem organ, kehilangan tersebut baru

bermakna secara fungsional setelah terjadi kehilangan yang besar.

Perubahan fungsi kardiovaskular juga berkaitan dengan meningkatnya

usia. Respons terhadap latihan jasmani berubah bersamaan dengan usia

meliputi denyut jantung yang menurun, volume ventrikel kiri akhir sistolik

menigkat dan berkurangnya ejection fraction ventrikel kiri. Presbiesofagus

adalah berkurangnya motilitas esofagus akibat proses menua yang

menyebabkan menurunnya peristaltik usus. Namun, gangguan motilitas

yang berat hanya terdapat pada proses yang patologis. 5-7

11

Page 12: Pneumonia Referat

Terdapat beberapa hal mengapa usia tua lebih mudah terkena

infeksi dibandingkan dengan usia muda seperti, daya tahan tubuh dan

perubahan anatomi maupun fungsi pada sistem organ tubuh seorang

dengan usia tua. Perubahan tersebut antara lain :

1. Pada kulit, terdapat penipisan dermis dan penurunan vaskularisasi

pada kulit yang dapat meningkatkan resiko terjadinya selulitis

dan infeksi pada dekubitus.

2. Pada saluran napas, terjadi penurunan fungsi dan jumlah mukosilia

serta penurunan refleks batuk sehingga mempernudah terjadinya

pneumonia.

3. Pada peristaltik usus yang cenderung melambat dan atrofi villi usus

serta menurunnya imunitas, menyebabkan usia tua mudah terkena

gastroenteritis akut baik yang ditularkan melalui air maupun

makanan yang tercemar.

4. Pada saluran kemih, terjadi pengosongan vesica urinaria yang tidak

sempurna dan penurunan keasaman urin, menyebabkan lebih

mudah atau lebih sering terkena ISK (Infeksi Saluran Kemih).

5. Terjadi penurunan imunitas seluler akibat penuaan pada thymus,

produksi sel T juga menurun, sehingga terjadi peningkatan kejadian

alergi. Respons proliferasi sel T terhadap antigen/mitogen juga

menuru, dan juga terjadi penurunan aktivitas sel T helper dan sel T

Cytotoxic. Sintesis sitokin juga menurun disebabkan karena

kesalahan ekspresi m-RNA atau tanda tranduksi pada usia

lanjut.Peningkatan antagonis sitokin pada usia lanjut juga menjadi

salah satu penyebab menurunnya produksi atau proliferasi sel T

yang berakibat supresi imunitas.

6. Penurunan fungsi limfosit B dan pembentukan antibodi secara tidak

bermakna berkurang pada usia lanjut.

7. Berbagai penyakit kronis seperti Diabetes Melitus, Penyakit

jantung koroner, Penyakit Paru Obstruksi Kronik, gagal hati, gagal

12

Page 13: Pneumonia Referat

ginjal dll yang diderita seorang usia lanjut juga sangat

mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap infeksi, serta

menghasilkan tampilan klinik ataupun pengobatan yang jauh

berbeda antara usia lanjut dan dewasa muda.

8. Kondisi lain seperti penurunan napsu makan, kesadaran menurun,

jatuh berulang, inkontinensia sering menjadi faktor pemicu

sekaligus faktor risiko terjadinya infeksi dan penurunan daya

tahan.1-3

Berbagai perubahan fisiologis terkait usia tentu memberikan

implikasi klinis yang penting untuk dipahami. Implikasi pertama, variasi

antara individu merupakan gambaran penting proses menua yang perlu

mendapat perhatian secara seksama, sehingga pendekatan algoritma,

teknik triase dan strategi pemeriksaan diagnostik tidak mungkin ditentukan

hanya berdasarkan usia semata. Implikasi kedua proses menua adalah

bahwa sistem biologi sangat sedikit dipengaruhi oleh usia semata,

melainkan lebih sering dipengaruhi oleh gaya hidup seperti merokok,

aktivitas fisis, asupan nutrisi, dan kondisi ekonomi. Melalui pengkajian

yang holistik akan dapat ditetapkan berbagai faktor predisposisi dan faktor

pencetus, serta segala yang dapat menjadi masalah utama atau pemberatan

yang harus segera diselesaikan karena dapat menimbulkan berbagai

komplikasi serius dan fatal pada pasien usia lanjut. Dalam pengelolaan

pasien geriatrik, perlu diingat bahwa kemampuan individu usila untuk

berfungsi tergantung pada kombinasi karakteristik usia tua ( misalnya

motivasi, toleransi terhadap nyeri ) dan tempat di mana usila diharapkan

berfungsi. Tidak kalah pentingnya adalah berbagai upaya pencegahan

seperti gaya hidup yang baik dan benar, nutrisi yang baik dan seimbang,

tidak merokok, lingkungan yang sehat, yang seyogyanya sudah dimulai

sendiri mungkin sebelum seseorang memasuki usia lanjut, bahkan sejak

kanak-kanak agar proses menua dapat berlangsung normal. Bila kondisi

13

Page 14: Pneumonia Referat

tersebut dimungkinkan seseorang dapat menjalani masa tuanya dengan

kualitas hidup yang lebih baik. 3,4,6

II.7. GEJALA KLINIS PNEUMONIA GERIATRI.

Pneumonia pada lansia menjadi masalah penting untuk dibahas.

Selain prevalensi nya yang semakin meningkat , gejala klasik pneumonia

tidak jelas ditemukan pada pasien lansia. 1,4 Gejala klasik yang tidak jelas

menjadi salah satu penyebab tingginya angka mortalitas pneumonia pada

usia tua. Tiga gejala yang paling sering ditemui pada lansia adalah sesak

napas (dispnea), batuk dan demam. Beberapa studi mengungkapkan sekitar

35-65% pasien lansia tidak dijumpai demam. 1,2,6,7 Gejala lain yang juga

jarang adalah nyeri dada pleuritik, sakit kepala, mialgia, mual/muntah,

diare, jatuh dan nyeri tenggorokan. Sedangkan batuk, sesak napas,

produksi sputum dan tubuh lemah merupakan gejala yang paling sering

dijumpai. Dapat pula dijumpai pasien menggigil, berkeringat, takikardi,

dan delirium. 1,2,4,8

Penyakit ko-morbid yang berat serta keadaan umum yang jelek

sering menimbulkan sepsis. Dari pemeriksaan fisik didapatkan ronki, suara

pernapasan bronkial . Pada gambaran rontgen paru, tampak gambaran

infiltrat pada segmen paru unilateral (70%) yang mungkin disertai kavitas

dan efusi pleura. Seringkali kecurigaan pasien lansia mengidap pneumonia

baru muncul setelah dilakukan pemeriksaan penunjang, yakni

ditemukannya leukositosis dan perubahan gambaran paru yang progresif

pada foto rontgen. 1,7

 

II.8. DIAGNOSIS

Diagnosis pneumonia atau infeksi saluran napas bawah akut

umumnya ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang lengkap,

pemeriksaan fisis yang sesuai dengan gejala dan tanda, disertai

pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan konsolidasi.1,7

14

Page 15: Pneumonia Referat

Anamnesa

Pada anamnesa biasanya didapat sesak napas, nyeri dada, batuk

berdahak dan demam (suhu > 37,8o C ). Pada pneumonia pada usia tua

sering kali memberikan gejala yang tidak khas. Selain batuk dan demam

pasien tidak jarang datang dengan keluhan gangguan kesadaran (delirium),

tidak mau makan, jatuh dan inkontinensia akut. 7

Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda fisis pada tipe pneumonia klasik bisa didapatkan

berupa demam, sesak napas, tanda-tanda konsolidasi paru (perkusi paru

yang pekak, ronki nyaring, suara pernapasan bronkial). Bentuk klasik pada

Pneumonia komunitas (PK) primer berupa bronkopneumonia (pneumonia

lobaris atau pleuro pneumonia). Gejala atau batuk yang tidak khas

dijumpai pada Pk sekunder ataupun Pneumonia nosokomial (Pn). Dapat

diperoleh bentuk manifestasi lain infeksi paru seperti efusi pleura,

pneumotoraks / hidropneumotoraks. Pada pasien Pn atau dengan gangguan

imun dapat dijumpai gangguan kesadaran oleh hipoksia. Warna,

konsistensi, dan jumlah sputum penting untuk diperhatikan. 1,2

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologis

Foto torak dapat memastikan keberadaan dan lokasi infiltrat pada

paru yaitu: menilai derajat infeksi paru, mendeteksi adanya kelainan

pleura, kavitasi paru atau limfadenopati hilus; dan mengukur respon pasien

terhadap terapi antimikroba.3 Sehingga foto toraks merupakan

pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis.2,3

Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran

air bronchogram (airspase disease) misalnya oleh Streptococcus

pneumoniae : bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain

staphylococcus. Virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial

15

Page 16: Pneumonia Referat

(interstisial disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada

segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman

aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja.

Infiltrat dilobus atas sering ditimbulkan telebsiella, tuberkulosis atau

amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus

atau bakteriemia.1

Bentuk lesi berupa kavitasi dengan air fluid level sugestif untuk

abses paru, infeksi anaerob gram negatif atau amiloidosis. Efusi pleura

dengan pneumonia sering ditimbulkan S.pneumoniae. Dapat juga oleh

kuman anaerob, S.pyogenes, E-coli dan Staphylococcus (pada anak).

Kadang-kadang oleh K.pneumoniae, P.pseudomallei.1

Pneumonia hematogenus yang terjadi akibat embolisi septik pada

pasien tromboflebitis atau endokarditis sisi kanan atau akibat bakterimia

pada pasien dengan endokarditis sisi kiri terlihat pada hasil foton toraknya

sebagai daerah multipel infiltrasi paru yang selanjutnya dapat mengalami

kavitasi. Distribusi yang difus menujukkan infeksi oleh P.carinii,

sitomegali virus, virus campak atau cirus Herpes zoster, infeksi oleh kedua

mikroorganisme yang disebutkan terakhir ini. Di diagnosis dengan adanya

ruam yang jelas yang selalu menyertai pneumonia. Empiema dan

pembesaran kelenjar limfe hilus tidak lazim terdapat pada pneumonia

pneumocytis dan sitomegalovirus.3

Kavitas yang terjadi jika bahan yang nekrotik diekskresikan ke

dalam jalan napas yang berhubungan sehingga terjadi pneumonia

nekrotikan (kavitas kecil yang multipel yang masing-masing berdiameter <

2 cm dalam satu atau lebih lobus atau segmen bronkopulmoner). Kuman

anaerob oral, S.aureus, S.pneumoniae serotipe III, baksil aerob gram

negatif, M.tuberkulosis atau fungi dan keadaan kavitas. Sebaliknya

H.Influenzae, M.pneumoniae, virus dan kebanyakan S.pneumoniae dengan

serotipe lainnya hampir tidak pernah menyebabkan kavitas.1,7,8

Foto toraks perlu diulang untuk melihat kemungkinan infeksi

sekunder / tambahan. Efusi pleura penyerta yang terinfeksi atau

16

Page 17: Pneumonia Referat

pembentukan abses. Pada pasien yang mengalami perbaikan klinis ulangan

foto toraks dapat ditunda karena resolusi pneumonia berlangsung 4-12

minggu. 1,7,8,9

2. Pemeriksaan Laboratorium1,2

Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri, biasanya

lebih dari 10000/l kadang-kadang mencapai 30.000/l, dan pada hitung

jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri, yaitu terjadinya infeksi akut serta

terjadi peningkatan LED (Laju Endap Darah). Leukosit normal / rendah

dapat disebabkan oleh infeksi virus/ mikoplasma atau pada infeksi yang

berat sehingga tidak terjadi respons leukosit ,orangtua atau orang dengan

keadaan umum lemah. Leukopenia menunjukan depresi imunitas misalnya

neutropeni pada infeksi kuman gram negatif atau S. aureus. 1,2,4,7

3. Pemeriksaan bakteriologis

Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan bahan yang

berasal dari sputum, darah, aspirasi, jarum transtorakal. Torakosentris,

bronkospi atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan

apus gram, burri gin, quellung tes dan Z. Nielson. Kuman predominan

pada sputum yang disertai PMN kemungkinan merupakan penyebab

infeksi. Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama praterapi dan

bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya. Kultur darah dapat positif

pada 20-25% penderita yang tidak diobati. 1,2,4,7

4. Pemeriksaan Khusus

17

Page 18: Pneumonia Referat

Titer antibodi terhadap virus, legionela dan mikoplasma. Nilai

diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah

menujukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi

asidosis respiratorik. 1,2,4,7,9

II.9. PENATALAKSANAAN

Pengobatan terdiri dari antibiotik dan pengobatan suportif.

Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan

data mikroorganisme dan hasil uji kepekaan, akan tetapi karena beberapa

alasan yaitu :

1. Penyakit berat yang dapat mengancam jiwa

2. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab

3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

maka pada penderita dapat diberikan terapi secara empiris.2

Terapi Suportif Umum.

1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80 – 100 mmHg atau saturasi >90%

berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah

2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental,

dapat disertai rebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat

bronkospasme

3. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk

batuk dan napas dalam. Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing

untuk melancarkan ekspirasi dan pengeluaran CO2. Posisi tidur

setengah duduk untuk melancarkan pernapasan

4. Pengaturan cairan. Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada

pneumonia dan paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan

terutama bila terdapat pneumonia bilateral. Pemberian cairan pada

pasien harus diatur dengan baik, terutama pada keadaan gangguan

sirkulasi dan gagal ginjal. Overhidrasi untuk maksud mengencerkan

dahak tidak diperkenankan

18

Page 19: Pneumonia Referat

5. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan. Terapi

ini tidak bermafaat pada keadaan renjatan septik

6. Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang diperlukan bila

terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal

7. Ventilasi mekanis, Indikasi pemasangan ventilator pada pneumonia

adalah:

a. Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100% dengan

menggunakan masker. Konsentrasi O2 yang tinggi menyebabkan

penurunan pumonary compliance hingga tekanan inflasi meninggi.

Dalam hal ini perlu dipergunakan Positive End Expiratory

Pressure/ PEEP untuk memperbaiki oksigenasi dan menurunkan

H2O menjadi 50% atau lebih rendah.

b. Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress

dengan atau didapati asidosis respiratorik

c. Henti napas

d. Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

8. Pengeluaran pus pada empiema bila ada

9. Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup

yang didapatkan terutama dari lemak (> 50%) hingga dapat dihindari

pembentukan CO2 yang berlebihan.3,6,9

1. Antibiotik Empirik

  Keputusan memilih antibiotik yang tepat disesuaikan setelah mengetahui

etiologinya. Beberapa cara untuk menentukan etiologi adalah pewarnaan gram, uji

basil tahan asam, tes fluoresensi langsung terhadap antibodi Legionella, atau

menggunakan polymerase chain reaction (PCR) terhadap M. pneumoniae, C.

pneumoniae, dan M. tuberculosis. Tidak semua fasilitas tersebut ada di pelayanan

kesehatan.dan hasilnya juga tidak bisa didapat dengan segera.

Antibiotik empirik haruslah yang bisa mengeradikasi S. pneumoniae.

Beberapa pilihan antibiotik yang direkomendasikan adalah sefalosporin generasi

ke-2, atau beta-laktam/inhibitor beta laktamase, atau trimethoprim-

19

Page 20: Pneumonia Referat

sufamethoxazol, dengan/tanpa makrolid atau kuinolon untuk membasmi kuman

atipikal.1,2,5

Biasanya pasien lansia tidak hanya menderita pneumonia saja, banyak

penyakit yang menyertainya dan disebabkan tak hanya satu mikroorganisme tetapi

polimikroorganisme. Untuk kelompok ini, antibiotik yang dianjurkan adalah

sefalosporin generasi 2 dan 3 atau beta laktam/inhibitor beta laktamase

dengan/tanpa makrolida atau kuinolon. 1,2

Bila pasien menderita pneumonia komuniti berat, kemungkinan

mikroorganisme penyebabnya adalah S pneumoniae, Legionella, basil gram

negatif aerobik (terutama P. aeruginosa), dan M. pneumoniae. Terapinya berupa

makrolida atau kuinolon dan sefalosporin generasi 3 dengan antipseudomonas

seperti imipenem/cilastatin, meropenem, atau siprofloksasin. Insiden pneumonia

komuniti berat yang disebabkan P. aeruginosa terus meningkat, dan lebih mudah

terjadi pada pasien yang sebelumnya sudah mempunyai kelainan paru seperti

bronkiektasis.2,4,7,9

 

Tabel 3. Antibiotik Pilihan Berdasarkan IDSA 2003

Karakteristik Pasien Antibiotik Pilihan

20

Page 21: Pneumonia Referat

Rawat jalan

Sebelumnya sehat

·   Tidak mengkonsumsi antibiotik dalam 3 bulan terakhir

·   Mengkonsumsi antibiotik dalam 3 bulan terakhir

Komorbid (PPOK, diabetes, gagal ginjal atau jantung kongestif, atau keganasan)

·  Tidak mengkonsumsi antibiotik dalam 3 bulan terakhir

·   Mengkonsumsi antibiotik dalam 3 bulan terakhir

Diduga terjadi infeksi akibat aspirasi Influenza

Dengan bakteri superinfeksi

 

 

Makrolida atau doksisiklin

 Fluorokuinolon respirasi saja; makrolida advanced + amoksisilin dosis tinggi; atau makrolida advanced + amoksisilin-klavulanat dosis tinggi

 

 Makrolida advanced atau fluorokuinolon respirasi

 Fluorokuinolon respirasi saja atau makrolida advanced + beta-laktam

Amoksisilin-klavulanat atau klindamisin

Beta-laktam atau fluorokuinolon respirasiRawat inap

Bangsal

·   Tidak mengkonsumsi antibiotik dalam 3 bulan terakhir

·   Mengkonsumsi antibiotik dalam 3 bulan terakhir

ICU

·   Bukan infeksi Pseudomonas

·   Bukan infeksi Pseudomonas tetapi pasien punya alergi beta-laktam

·   Ada infeksi Pseudomonas

 

·   Ada infeksi Pseudomonas tetapi pasien punya alergi beta-laktam

Perawatan di rumah

·    Mendapat obat selama perawatan di rumah

 

Dirawat di rumah sakit

 

 

Fluorokuinolon respirasi saja atau makrolida advanced + beta laktam

 Makrolida advanced + beta-laktam atau fluorokuinolon respirasi saja

 

Beta-laktam + makrolida advanced/fluorokuinolon respirasi

Fluorokuinolon respirasi, dengan/tanpa klindamisin

 

Antipseudomonal + siprofloksasin, atau antipseudomonal + aminoglikosida + fluorokuinolon respirasi atau makrolida

Aztreonam + levofloxacin, atau aztreonam + moxifloxacin atau gatifloxacin, dengan/tanpa aminoglikosida

 

Fluorokuinolon respirasi saja, atau amoksisilin-klavulanat + makrolida advanced

Sama dengan obat yang diberikan pada bangsal dan ICU

Keterangan:

21

Page 22: Pneumonia Referat

Makrolida = Eritromisin, Azitromisin atau Klaritromisin

Makrolida advanced = Azitromisin atau Klaritromisin

Fluorokuinolon respirasi =Moxifloxasin, Gatifloxasin, Levofloxasin atau

Gemifloxasin

Amoksisilin dosis tinggi = 1 gram per oral, 3x/hari

Amoksisilin-klavulanat dosis tinggi = 2 gram per oral, 2x/hari

 

2. Nutrisi

  Penatalaksanaan pneumonia pada lansia tidak hanya dengan antibiotika

saja, tetapi disertai pula dengan perbaikan keadaan umum seperti dengan:

nutrisi, hidrasi, oksigenasi,elektrolit dan albumin. Penyakit ko-morbid yang berat

serta keadaan umum yang jelek sering menimbulkan sepsis. Terapi nutrisi sangat

penting bagi usia lanjut sehingga penatalaksanaan pada usia tua juga meningkat.

Upaya lain adalah dengan meningkatkan status nutrisi lansia. Malnutrisi dianggap

sebagai faktor risiko pneumonia pada lansia. Penelitian case control dan cohort

yang dilakukan oleh Riquelme R dkk,menunjukkan bahwa rendahnya kadar

albumin (<3,0 mg/dl) merupakan faktor risiko independen terhadap kejadian

pneumonia. Beberapa studi menunjukkan pemberian suplemen vitamin memberi

hasil lebih baik. 1,5-7 Bila penderita tidak dapat/ tidak mau makan seperti biasa,

perlu diberikan personde atau kalau perlu parenteral. 1,6,7

Cairan juga harus cukup, monitor osmolaritas plasma dan balans

cairannya, sehingga untuk mengetahui kecukupan cairan pada penderita. Peranan

asuhan keperawatan sangat diperlukan seperti menjaga kenyamanan penderita,

kebersihan penderita dan tempat tidurnya terutama bila ada inkontinensia,

mencegah terjadinya dekubitus dan kontraktur pada penderita penderita yang tidak

dapat bergerak maupun dengan penurunan kesadaran. 1

II.10. KOMPLIKASI

22

Page 23: Pneumonia Referat

- Efusi pleura dan empiema.

Terjadi pada sekitar 45% kasus terutama pada infeksi bakterial

akut berupa efusi parapneumonik gram negatif sebesar 60%

Staphylococcus aures 50%. S.pneumoniae 40-60% kuman anaerob

35%. Sedangkan pada mycoplasma pneumoniae sebesar 20%.

Cairannya transudat dan steril, terkadang pada infeksi bakterial terjadi

empiema dengan cairan eksudat.

- Komplikasi sistemik.

Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa

meningitis. Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada

infeksi kronik, peninggian ureum dan enzim hati. Kadang-kadang

terjadi peninggian fosfotase alkali dan bilirubin akibat adanya

kolestasis intrahepatik.

- Hipoksemia akibat gangguan difusi

Menurunnya suplai oksigen dalam darah karena gangguan

difusi.Pada hipoksemia tidak selalu disertai dengan hipoksia atau

oksigenisasi yang tidak memadai karena gangguan pengiriman

oksigen dan penggunaan oksigen oleh sel sel.

- Bronkiektasis

Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa anak-anak

tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada

cystic fibrosis atau hipogamoglobulinemia, tuberkulosis atau

pneumonia nekrotikans. 1,2,7,8

II.11. PENCEGAHAN

1. Vaksinasi

23

Page 24: Pneumonia Referat

Selain medikamentosa, upaya preventif terus diupayakan agar angka

mortalitas dan morbiditas dapat ditekan seminimal mungkin. Salah satu

upaya preventif itu adalah pemberian vaksin influenza dan pneumonia.

Vaksin influenza. Vaksin ini mengandung 3 subtipe yaitu influenza

A, B, dan C. Yang paling mematikan adalah subtipe A dan B. Masa

perlindungan hanya sekitar 1 tahun. Efek samping lokal berupa nyeri

setempat yang timbul sekitar 24 jam setelah penyuntikan; biasanya

ditoleransi baik dan hilang tanpa pengobatan dalam 2-3 hari. Efek samping

sistemik berupa demam, malaise, sakit kepala, mialgia, dan artralgia yang

dapat muncul dalam 6-12 jam setelah penyuntikan; dan hilang dalam 1-2

hari. Vaksin ini menjadi kontraindikasi pada pasien yang alergi telur karena

dapat memicu reaksi hipersensitifitas. 1,2,8

Vaksin pneumonia. Sebenarnya masih banyak perdebatan mengenai

keefektivitasan vaksin ini. WHO menetapkan bahwa vaksin pneumonia

cukup efektif pada lansia terutama untuk melindungi lansia sehat dari

invasive pneumococcal disease (pneumonia yang berpenyulit meningitis,

septikemia, dan pneumococcal pneumonia). Vaksin ini mengandung 23

serotipe S. pneumoniae yang telah dimurnikan. Efek samping yang timbul

berupa kulit kemerahan tanpa nyeri dan demam. 1,2,6,8

 

2. Menghindari Nosokomial

Pencegahan pneumonia berkaitan erat dengan prinsip umum

pencegahan infeksi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya Pneumonia Nosokomial seperti pada tabel 4. Sedangkan faktor

untuk mengurangi terjadinya Pneumonia Nosokomial,terlihat pada tabel 5. 1,7

Tabel 4.Faktor Risiko Pneumonia Nosokomial 1,7

Pneumonia Nosokomial di ruangan

Umum

Pneumonia Nosokomial d ruangan ICU

24

Page 25: Pneumonia Referat

Usia > 70 tahun

Penyakit paru kronik

Penurunan kesadaran

Posisi pasien

Aspirasi dalam jumlah banyak

Trauma dada

Pemantauan tekanan Intrakranial

Penggunaan penghambat Histamin tipe II

Gangguan aliran ventilator yg sering

Musim dingin

Peralatan :

Nebulizer langsung

Nassogastric feeding

Endotracheal tube

Ventilasi mekanik

Perawatan ICU yang lama

Intubasi yang lama

Malnutrisi pada pasien sakit berat

Penyakit paru kronik

Antasid dan penghambat Histamin tipe II

Usia lanjut

Obesitas

Gangguan refleks respirasi

Perokok

Pelembab udara

Enteral feeding

Tabel 5. Pencegahan Pneumonia Nosokomial 1

25

Page 26: Pneumonia Referat

Mengobati penyakit dasar

Menghindari penghambat histamin tipe II dan antasida

Meninggikan posisi kepala

Pengangkatan selang nasogastrik dan endotrakeal

Mengontrol pemakaian antibiotik

Menghindari stress bleeding

Mengontrol infeksi :

- Pengawasan

- Pendidikan

- Desinfektasi peralatan

- Perawatan saluran napas yang benar

Dekontaminasi selektif saluran cerna.

II.12. PROGNOSIS

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak

ditemukannya antibiotik. Faktor yang berperan adalah patogenesis kuman,

usia, penyakit dasar dan kondisi pasien. Secara umum angka kematian

pneumonia pneumokokus adalah sebesar 5% namun dapat meningkat

menjadi 60% pada orang tua dengan kondisi yang buruk misalnya

gangguan imunologis, sirosis hepatis, penyakit paru obstruktif kronik atau

kanker. Leukopeni, ikterus, terkenanya 3 atau lebih lobus paru dan

komplikasi ekstra paru merupakan pertanda prognosis yang buruk. Kuman

garam negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek.2,6

Prognosis pada orangtua kurang baik, karena itu perlu perawatan di

RS kecuali bila penyakitnya ringan atau dengan keadaan umum baik.

Orang dewasa (< 60 tahun) dapat berobat jalan kecuali :

1. Bila terdapat penyakit paru kronik

2. Disertai gambaran klinis yang berkaitan dengan mortalitas yang tinggi

yaitu :

a. Usia > 60 tahun

26

Page 27: Pneumonia Referat

b. Dijumpai gejala pada saat masuk perawatan RS : frekuensi

napas > 30 x/menit, tekanan diastolik < 60 mmHg atau sistolik

< 90 mmHg, nadi >125 x/ menit,suhu < 35o C atau > 40o C,

binggung atau terjadi penurunan kesadaran.c. Hasil pemeriksaan laboratorium leukosit abnormal (< 4.000

atau > 30.000/mm3), PO2 turun, dan albumin serum rendah (<

3,5 g%). 2,7

BAB III

KESIMPULAN

27

Page 28: Pneumonia Referat

Pneumonia adalah peradangan mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratonus dan alveoli

serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas

setempat.1 Pneumonia juga didefinisikan sebagai suatu peradangan akut

parenkim paru yang berasal dari suatu infeksi mikroorganisme (bakteri,

mikoplasma, klamidia, riketsia, virus, fungi dan parasit) 2,3,4 Infeksi saluran

pernapasan telah menjadi penyakit yang sering diderita bagi lansia. .

Masalah kesehatan pada populasi usia lanjut, lanjutnya, bukan saja terletak

pada aspek penyakit kronis dan degeneratif, melainkan juga kerentanan

terhadap infeksi cukup tinggi.

Gejala klinis yang tidak jelas dapat menjadi salah satu penyebab

tingginya angka mortalitas pneumonia pada lansia. Tiga gejala yang paling

sering ditemui pada lansia adalah sesak napas (dispnea), batuk, dan

demam. Beberapa studi mengungkapkan sekitar 35-65% pasien lansia

tidak dijumpai demam. 1,2,6

Biasanya pasien lansia tidak hanya menderita pneumonia saja,

banyak penyakit yang menyertai. Infeksi pneumonianya pun disebabkan

tak hanya satu mikroorganisme tetapi polimikroorganisme. Untuk

kelompok ini, antibiotik yang dianjurkan adalah sefalosporin generasi 2

dan 3 atau beta laktam/inhibitor beta laktamase, dengan/tanpa makrolida

atau kuinolon.2,4,6 

Penatalaksanaan Pneumonia pada lansia tidak hanya dengan

antibiotika saja tetapi terapi terhadap penyakit penyakit lainnya dan

perbaikan keadaan umum ( nutrisi, hidrasi, oksigenasi,elektrolit dan

albumin dll ). 2

DAFTAR PUSTAKA

28

Page 29: Pneumonia Referat

1) Sudoyo W.Aru, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus S.K, Setiati S.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam , Edisi IV.Jakarta: Balai

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI, 2006.

2) Noer S, Waspadji S, Rachman AM, et al, editor. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI, 1996.

3) Darmojo, B. 2004, Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Balai

Penerbit FKUI, Jakarta.

4) Ganong, W.F. 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC,

Jakarta.

5) Hazzard, R.W. 1990, Principles of Geriatric Medicine and

Gerontology, 2nd ed. McGraw-Hill, New York.

6) Setiati, S. 2004, Current Diagnosis and Treatment In Internal

Medicine 2004,

7) Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

FKUI, Jakarta.

8) British Thoracic Society Standards of Care Committee. British

Thoracic Society Guidelines for the Management of Community

Acquired Pneumonia in Adults.Thorax

2001.URL:http://thorax.bmjjournals.com. diakses tanggal 17

Januari 2009

29