i
PERBEDAAN ASERTIVITAS ANTARA REMAJA PUTRI SUKU BELU
DAN SUKU JAWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Program Studi Psikologi
Oleh:
Desriyanti Susan Mauboy
069114104
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
PERBEDAAN ASERTIVITAS ANTARA REMAJA PUTRI SUKU BELU
DAN SUKU JAWA
Disusun Oleh :
Desriyanti Susan Mauboy
069114104
Telah disetujui oleh
Pembimbing
(Yohanes Heri Widodo M.Psi) Tanggal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
PERBEDAAN ASERTIVITAS ANTARA REMAJA PUTRI SUKU BELU
DAN SUKU JAWA
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Desriyanti Susan Mauboy
NIM : 069114104
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji pada tanggal 12 Oktober 2011
dan dinyatakan memenuhi syarat.
Susunan Panitia Penguji
1. Yohanes Heri Widodo M.Psi ..........................
2. V. Didik Suryo H., S.Psi., M.Si ..........................
3. Agnes Indar E,. S.Psi., M.Si., Psi. ..........................
Yogyakarta,
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
(Dr. Christina Siwi Handayani)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut
baginya, maka pada masa tuanya ia pun tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu.
Karena kebodohan melekat pada orang muda, tetapi
tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.
Amsal 22:6,15
Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia
yang memberi kekuatan kepadaku….
Filipi 4:13
Skripsi ini ku persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus
Papa Edu & Mama Cory
Adikku Tersayang Nyongri De Felten
Almamaterku tercinta “Sanata Dharma”
Semua yang mendukungku melewati setiap proses
dalam hidupku hingga aku jadi seperti saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul
“Perbedaan Asertivitas Antara Remaja Putri Suku Belu dan Suku Jawa” tidak
memuat bagian atau karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
Penulis
(Desriyanti Susan Mauboy)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERBEDAAN ASERTIVITAS ANTARA REMAJA PUTRI SUKU BELU
DAN SUKU JAWA
Desriyanti Susan Mauboy
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji asertivitas antara remaja putri suku Belu dan sukuJawa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah asertivitas remaja putri suku Belu lebih tinggidibanding suku Jawa. Subyek dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang, yang terdiri dari 50remaja putri suku Belu dan 50 remaja putri suku Jawa. Seluruh subyek adalalah mahasiswi yangsedang menempuh pendidikan di Yogyakarta dengan kisaran usia antara 17 – 21 tahun. Penelitianini menggunakan skala sebagai metode pengumpulan data. Alat pengumpulan data yangdigunakan adalah Skala Asertivitas. Data penelitian kemudian dianalisis dengan IndependentSample t-test dan diperoleh hasil 0,0295 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapatperbedaan antara asertivitas remaja putri suku Belu dan suku Jawa. Akan tetapi, hipotesis dalampenelitian tidak terbukti karena berdasarkan Mean Empirisnya tingkat asertivitas remaja putri sukuBelu lebih rendah dibandingkan suku Jawa.
Kata kunci: asertivitas, suku Belu, suku Jawa, mahasiswi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
THE DIFFERENCES OF ASSERTIVENESS BETWEEN BELU AND
JAVANESE TEENAGER GIRLS
Desriyanti Susan Mauboy
ABSTRACT
This study aims to test the level of assertiveness Belu and Javanese teenager girls. Thehypothesis in this study is the level of assertiveness teenager girls Belu higher interest rates thanon Java. Subjects in the study in are as many as 100 people consisting of 50 Belu teenager girlsand 50 Javanese teenager girls. The whole subject is a student who was studying in Yogyakartawith age range between 17-21 years. This study used the scale as a method of data collection. Thedata collection tool used is the assertiveness scale. The research data were then analyzed withIndependent Sample t-test and obtained results of 0,0295 (p <0,05). These results indicate thatthere is a difference between the level of assertiveness Belu and Javanese teenager girls. However,the hypothesis is not proven in this study because it is based on its level of assertiveness EmpiricalMean Belu teenager girls rates lower than the Javanese.
Key words: Assertiveness, Belu etnic, Javanese, University student.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Desriyanti Susan Mauboy
NIM : 069114104
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul :
PERBEDAAN ASERTIVITAS ANTARA REMAJA PUTRI SUKU BELU
DAN SUKU JAWA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin
dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
pada tanggal,
Yang menyatakan,
(Desriyanti Susan Mauboy)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
berkat penyertaan dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Perbedaan Asertivitas Antara Remaja Putri Suku Belu dan
Suku Jawa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
(S.Psi.) di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak berupa bimbingan, dukungan dan arahan yang sangat
bermanfaat bagi penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak terkait diantaranya:
1. Dr. Christina Siwi Handayani. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Santa Dharma yaitu Ibu Titik
Kristiyani, M.Psi.
3. Bapak Yohanes Heri Widodo M.Psi selaku dosen pembimbing saya, yang
dengan banyak sabar telah membimbing dan membantu saya dalam
menyelesaikan penulisan skripsi. Terima kasih bapak,… Tuhan memberkati.
4. Bapak Minta Istono S.Psi. M.Si selaku dosen pembimbing akademik, yang
dengan sabar membimbing saya selama masa perkuliahan saya di kampus
tercinta. Terima kasih bapak,…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
5. Segenap dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah
mengajariku banyak hal untuk kelak menjadi seorang sarjana muda yang dapat
diandalkan. Kalian pahlawan tanpa tanda jasa yang akan selalu ku banggakan.
6. Seluruh karyawan di bagian sekertariat & ruang baca Psikologi, terima kasih
untuk pelayanan yang diberikan kepada kami selama ini. Terima kasih untuk
kesabaran dan senyum ramah yang kalian berikan selama ini. Yang penting
senang.
7. Papa Eduard Mauboy, yang dengan sangat sabar selalu mendampingiku,
menjadi teman curhatku dan berusaha memberikan apa yang aku butuhkan.
Walau terkadang papa sendiri harus mengorbankan apa yang papa miliki,
termasuk kebahagiaan papa. Papa adalah terbaik yang ku miliki. Love u papa,.
U’r my no. 1. Mama Cornelia Tampani yang selalu berusaha mengajarkanku
bagaimana menjadi seorang anak perempuan yang baik, selalu
mengkhawatirkan aku dalam segala hal. Doa mama membuatku kuat hingga
saat ini. Thank you mom,. U’r the best 4 me. Kalian segalanya bagiku.
8. Adikku tersayang Nyongri Defelten Mauboy yang selalu berusaha
membuatku tersenyum dengan tingkah jahilnya saat masa-masa sulit
menghampiriku, menasehati aku ketika ia mengkhawatirkan pergaulanku. Aku
sangat menyayangi mu,…
9. Keluarga ku: kici Wely, Nyadu Yan, kici Elsy, bang Opel, k’ Rensy, Ti’i Oza,
Pablo, Dedy Keliting, dan semua yang tidak terucap… Apa yang ku peroleh
sekarang, tidak lepas dari dukungan kalian selama ini. Tuhan sayang kalian
semua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
10. Dia yang bersedia ku marahi, sabar menghadapi ketidakdewasaanku, mencoba
menyayangiku dengan keterbatasan yang dimilikinya, selalu menanyakan
kapan skripsi ini selesai. “Secret Name’s”…. Terima kasih untuk perhatian
dan pengertianmu untuk ku selama ini. Lophe U kuadkuad….
11. Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu menemaniku dan siap menolongku saat
kesulitan menghampiriku. Lusi, Vivia, Lingga, Rona, Nur, Marsel (“Mace”),
Vina, Poyo, Je’, Ika kalian teman terbaikku. Love u all.
12. Anak-anak kos putri “Sari Ayu”: Inang (Sary), Mauryn, Usy Jamilah, K’Ade,
Ote, Lingga, Lidya, Dwi, Ines, Leza, Sely, Opung (Devy), Marjan. Matur
nuwun ngge….
13. Buat IKABE Yogyakarta (Ikatan Keluarga Belu), terima kasih untuk
kebersamaan kita selama ini. Menjadi satu keluarga besarku saat aku berada di
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Yogyakarta, 12 Oktober 2011
(Desriyanti Susan Mauboy)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………..... i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………….……. ii
HALAMAN PENGESAHAN ..……………………….……….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .………… v
ABSTRAK …………………………………………………………… vi
ABSTRACT …………………………………………………………. vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ….. viii
KATA PENGANTAR .…………………………………………. ix
DAFTAR ISI .………………………………………………….……… xii
DAFTAR TABEL ..………………………………………………… xv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… xvi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………... xvii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. 1
A. Latar Belakang …………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………… 8
C. Tujuan Penelitian ……………………………………….. 8
D. Manfaat Penelitian ……………………………………… 9
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………….. 10
A. Remaja ……………........................................................... 10
1. Pengertian Remaja ...................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2. Ciri-ciri Remaja Akhir …………………………… 11
3. Tahap Perkembangan Remaja Akhir ……………….. 13
4. Tugas Perkembangan Remaja Akhir ........................... 15
5. Asertivitas Pada Remaja Akhir …………………….. 18
B. Asertivitas ………………………………………..…. 20
1. Pengertian Asertivitas ........................................... 20
2. Aspek-Aspek Asertivitas ........................................... 21
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asertivitas ....... 22
C. Kebudayaan .……………….............................………. 29
1. Kebudayaan ............................................................. 29
2. Kebudayaan Suku Belu ........................................... 30
3. Kebudayaan Suku Jawa ........................................... 33
D. Dinamika Hubungan Asertivitas dan Kebudayaan ....... 36
E. Hipotesis ...................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..…………………………. 42
A. Jenis Penelitian .……………………………………… 42
B. Identifikasi Variabel Penelitian …................................. 42
C. Definisi Operasional …………………………………... 42
1. Asertivitas .……………………………………… 42
2. Kebudayaan …………………………………….. 43
D. Subyek Penelitian .………………………………….. 44
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................... 44
F. Uji Skala ................................................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Validitas .……………………………………..…… 45
2. Reliabilitas .………………………………..…….. 46
3. Uji Daya Beda Item ................................................. 46
G. Uji Asumsi ................................................................... 49
1. Uji Normalitas .................................................... 49
2. Uji Homogenitas .................................................... 50
H. Uji Hipotesis .......................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………… 51
A. Pelaksanaan Penelitian ………………………………. 51
1. Proses Penelitian .………………………………….. 51
2. Data Demografi ....................................................... 52
3. Hasil Uji Asumsi .................................................... 53
b. Uji Normalitas .……………………………… 53
c. Uji Homogenitas .……………………………. 54
4. Hasil Uji Hipotesis .……………………………… 55
5. Deskripsi Data Penelitian ..………………………. 55
B. Pembahasan ………………………………………...... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .……………………….…. 68
A. Kesimpulan ………………………………………..…. 68
B. Saran …………………………………..…………..… 68
C. Kelemahan …………………………………………... 69
DAFTAR PUSTAKA ..…………………………………………..…. 70
LAMPIRAN …………………………………………………………… 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel Blue Print Skala Asertivitas Sebelum Uji Coba ………….. 45
2. Tabel Blue Print Skala Asertivitas Setelah Uji Coba ……………. 48
3. Tabel Blue Print Skala Asertivitas ……………………………….. 49
4. Tabel Presentase Subyek Berdasarkan Latar Belakang Suku……. 53
5. Tabel Presentase Subyek Berdasarkan Usia ……………………. 53
6. Tabel Hasil Uji Normalitas .………………………………........ 54
7. Tabel Hasil Uji Homogenitas .…………………………………… 55
8. Tabel Uji Tambahan ………………………………………….… 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Skema Dinamika Hubungan Asertivitas dan Kebudayaan …………… 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 → Skala Uji Coba Asertivitas ………...……………… 75
LAMPIRAN 2 → Analisis Data Skala Uji Coba Asertivitas ……....…. 87
LAMPIRAN 3 → Skala Penelitian Asertivitas ………...……………... 93
LAMPIRAN 4 → Analisis Data Uji Normalitas ………..……………. 103
LAMPIRAN 5 → Analisis Data Uji Homogenitas ……..……………. 104
LAMPIRAN 6 → Analisis Data Uji Hipotesis ..………..……………. 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak bisa hidup sendiri
tanpa berhubungan langsung dengan orang lain. Hal inilah yang
menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dalam hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama
dengan manusia lainnya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga
karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan
(interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai
manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Menurut Gerungan
(2004) individu memerlukan hubungan dengan lingkungan yang
menggiatkannya, merangsang perkembangannya, atau yang memberikan
sesuatu yang ia perlukan.
Dalam suatu fenomena sosial, komunikasi adalah suatu proses
yang penting. Relasi antara satu orang atau satu kelompok dengan orang
lain atau kelompok lain pasti mengandaikan adanya komunikasi
(Sumintardja dalam Probowo, 2000). Komunikasi dimaksudkan agar
terjadi keserasian dan mencegah terjadinya konflik dalam lingkungan
bermasyarakat. Tanpa komunikasi yang efektif diantara berbagai pihak
yang terlibat didalamnya, pola hubungan dalam suatu masyarakat atau
suatu organisasi tidak akan mampu melayani kebutuhan berbagai pihak
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dengan baik. Bentuk komunikasi yang baik dan efektif dalam membangun
sebuah relasi adalah komunikasi secara asertif.
Assertion theory secara tradisionil menyatakan bahwa perilaku
yang muncul dalam menghadapi orang lain dibedakan menjadi 3 macam
perilaku, yaitu non asertif, asertif dan agresif (Towned dalam Prabowo,
2000). Perilaku non asertif digambarkan sebagai kegagalan untuk
mengekspresikan secara jujur perasaan, pikiran dan kepercayaan, dan
konsekuensinya adalah mengijinkan pihak lain untuk mengganggu haknya.
Towned juga menambahkan bahwa orang yang non asertif tidak tegas
dalam menyatakan haknya dan membiarkan orang lain menguasainya
(Towned dalam Probowo, 2000). Selanjutnya, perilaku agresif
digambarkan sebagai orang yang mengekspresikan perasaan, pikiran dan
kepercayaannya secara berlebihan sehingga mengganggu hak orang lain
(Towned dalam Probowo, 2000). Berbeda dengan perilaku non asertif dan
agresif, perilaku asertif lebih dinyatakan dengan pernyataan hak yang
menghormati dan tidak mengganggu hak orang lain (Townend dalam
Probowo, 2000). Orang yang mempunyai sikap dan perilaku asertif adalah
orang yang mempunyai kepercayaan diri dan harga diri yang cukup. Ia
menghargai dirinya dan juga orang lain. Orangnya cenderung terbuka dan
bertanggung jawab, suka mendengar perasaan dan pikiran orang lain dan
mengharap feedback dari orang lain (Townend dalam Probowo 2000).
Berdasarkan penjelasan mengenai ketiga cara berkomunikasi di atas, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
akan lebih baik ketika setiap individu dapat menumbuhkan kemampuan
bersikap asertif dalam dirinya.
Lazarus dalam Rakos (1991) adalah tokoh yang pertama sekali
mendefinisikan perilaku asertif. Ia yang menyatakan bahwa perilaku
asertif adalah cara individu dalam memberikan respon dalam situasi sosial,
yang berarti sebagai kemampuan individu untuk mengatakan tidak,
kemampuan untuk menanyakan dan meminta sesuatu, kemampuan untuk
mengungkapkan perasaan positif dan negatif, serta kemampuan untuk
mengawali kemudian melanjutkan serta mengakhiri percakapan.
Ketika berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain, sikap remaja
akan sangat menentukan bagaimana ia memandang dirinya dan juga
bagaimana orang lain memandang dirinya. Seorang remaja yang
mengembangkan sikap asertif dalam menjalin hubungan dengan orang lain
tentunya akan semakin mandiri dan bebas. Mereka dapat mengambil
keputusan sesuai dengan keinginan mereka, tanpa harus merasa membatasi
diri dari orang-orang dan lingkungan (Santosa, 1999).
Sikap asertif seorang remaja dalam berinteraksi juga akan
mempengaruhi sejauhmana remaja tersebut bersikap jujur terhadap diri
sendiri dan lingkungan sekitar. Sikap asertif juga dapat menimbulkan
harga diri yang tinggi dan hubungan interpersonal yang memuaskan.
Selain itu, dengan adanya sikap asertif terlebih dalam diri seorang remaja,
maka akan dapat mengurangi stress maupun konfliknya sehingga tidak
melarikan diri ke hal-hal yang negatif (Widjaja & Wulan, 1998). Contoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
yang sering terjadi pada seorang remaja (mahasiswa) yaitu, ketika dalam
suatu diskusi ada mahasiswa yang secara spontan memberikan ide-ide
briliannya, dengan percaya diri mengungkapkan pendapatnya, dan yakin
itu benar, serta ide-ide positifnya itu dapat diterima oleh yang lain. Orang-
orang seperti ini disebut orang yang asertif (Bagus dalam Umiyati, 2009).
Manfaat lain yang akan diperoleh ketika seseorang mampu
bersikap asertif adalah: membuka banyak kemungkinan baru mendapatkan
banyak teman, membina hubungan yang lebih akrab dan jujur dengan
orang lain, dan dalam situasi sulit dan tidak menyenangkan, pribadi masih
dihargai dan diterima (Stein dan Book dalam Suwarni, 2008).
Selain manfaat di atas, adapun beberapa akibat lain dari kurang
atau tidak adanya sikap asertif dalam diri seseorang yang dapat dilihat dari
beberapa hasil penelitian berikut ini. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Family and Consumer Science di Ohio, Amerika Serikat,
menunjukkan fakta bahwa kebanyakan remaja memulai merokok karena
dipengaruhi temannya, terutama sahabat yang sudah lebih dahulu merokok
(Anonim, 2009).
Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Meliana (2007) yang
menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara
perilaku asertif dengan tingkat stress pada remaja. Artinya bahwa semakin
tinggi perilaku asertif akan semakin rendah tingkat stress yang dialami
oleh seseorang. Sebaliknya jika tingkat asertifnya semakin rendah maka
tingkat stress yang dialami akan semakin tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Perilaku asertif seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: pola asuh orang tua, kebudayaan, usia, jenis kelamin, dan
strategi copping (Santosa,1999). Ditambah lagi dengan pendidikan
(Hadjam dalam Yusuf, 2008) dan kepribadian (Allport dalam Suryabrata,
1988).
Taylor menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku asertif yaitu budaya ( Taylor dalam Umiyati, 2009). Hal ini juga
diungkapkan Rakos dalam Santosa (1999) yang memandang bahwa
kebudayaan mempunyai pengaruh yang besar dalam mendidik perilaku
asertif. Biasanya ini berhubungan dengan norma-norma masyarakat atau
lingkungan sekitarnya, yang merupakan salah satu faktor yang kuat dalam
mempengaruhi sikap, nilai, dan cara individu berperilaku.
Berkaitan dengan kebudayaan, menurut G. Stanly Hall, lingkungan
memiliki peran yang sangat penting dalam perubahan perkembangan pada
masa remaja ketimbang di waktu sebelumnya. Jadi, dalam kaitannya
dengan remaja, ia percaya bahwa hereditas berinteraksi dengan lingkungan
untuk menentukan perkembangan individu (dalam Santrock, 2003).
Santrock (2003) mengatakan bahwa budaya adalah pola tingkah
laku, keyakinan dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya. Kelompok suatu
kebudayaan bisa besar dan bisa juga kecil. Apapun ukurannya, budaya
kelompok akan mempengaruhi identitas, belajar, dan tingkah laku sosial
anggotanya (Brislin, et. al dalam Santrock, 2003). Kebudayaan merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adatistiadat (kebiasaan), dan
pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat ( Taylor
dalam Umiyati, 2009).
Salah satu budaya yang ada di Indonesia adalah budaya yang
berasal dari suku Belu. Belu merupakan sebuah kabupaten Belu terletak
pada sentral pulau Timor dengan luas wilayahnya 2.445,57 2 atau
5,16% dari luas wilayah Propinsi NTT. Jumlah penduduk sampai dengan
tahun 2009 sebanyak 465.933 jiwa. Mata pencaharian yang utama di
bidang pertanian khususnya lahan kering meliputi 79 % dari jumlah
penduduk kabupaten Belu. Disamping pertanian lahan kering, masyarakat
juga memlihara ternak dan unggas.
Daerah kabupaten Belu pada umumnya terdiri atas daratan bukit
dan pegunungan serta hutan. Daerah Belu tergolong daerah yang curah
hujannya sedikit yang secara tidak langsung iklim tersebut mempengaruhi
pola hidup dan watak keseharian masyarakat Belu.
Tempat tinggal orang-orang Belu dahulunya banyak berada di daerah
perbukitan yang dikelilingi oleh semak berduri dan batu karang yang tidak
mudah didatangi orang dan hidup secara berkelompok, dengan maksud
untuk menjaga keamanan dari gangguan orang luar maupun binatang buas.
Dalam kesehariannya, masyarakat Belu termasuk didalamnya
adalah remaja laki-laki dan perempuan akan lebih gampang untuk berterus
terang mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Mereka cenderung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
untuk mengutamakan apa yang mereka rasakan, sehingga mereka tidak
akan tertutup atau berbohong untuk menyatakan perasaan mereka. Mereka
memegang prinsip bahwa menjadi Belu berarti menjadi seorang sahabat
yang dengan budi dan hati bening mampu untuk bersikap terbuka bagi
persahabatan dengan orang lain, lingkungan dan semua ciptaan Tuhan
(Bria, 2004).
Dalam penelitian ini, pengaruh budaya Belu dalam pembentukan
perilaku akan dibandingkan dengan pengaruh dari budaya Jawa,
mengingat Jawa adalah salah satu budaya besar yang dominan di
Indonesia. Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dengan penduduk
terpadat di dunia. Dengan populasi sebesar 136 juta jiwa, pulau Jawa
adalah yang menjadi tempat tinggal lebih dari 57% populasi Indonesia,
dengan kepadatan 1.029 jiwa/km². Sekitar 45% penduduk Indonesia
berasal dari etnis Jawa.
Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di
perkotaan mereka mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota
DPR/DPRD, pejabat eksekutif, pejabat legislatif, pejabat kementerian dan
militer. Orang Jawa adalah etnis paling banyak di dunia artis dan model.
Orang Jawa juga banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar
dan pembantu rumah tangga. Orang Jawa mendominasi tenaga kerja
Indonesia di luar negeri terutama di negara Malaysia, Singapura, Filipina,
Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, AS dan
Eropa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Dalam budaya masyarakat Jawa, berkembang pula prinsip-prinsip
hubungan sosial yang sebagian besar terdiri dari dua bagian yaitu: prinsip
hormat dan prinsip kerukunan (Ali, 1986). Masyarakat Jawa terkadang
melakukan sesuatu yang tidak ia sukai karena keseganannya
mengungkapkan perasaan penolakannya secara tegas dan berani. Selain
itu, bisa dikatakan, orang Jawa sukar bisa dertindak tegas karena
pertimbangan manusianya yang lekas berbicara sehingga mengakibatkan
dia bersedia untuk memberi dan menerima yang bisa membuahkan suatu
kompromi guna mengakhiri pertentangan atau konflik yang ada
(Hardjowirogo, 1983). Salah satu contohnya, Koencoro dan Suseno &
Reksosusilo dalam Santosa (1999) menyatakan bahwa dalam budaya Jawa
pada anak wanita yang dituntut untuk bersikap pasif, dan menerima apa
adanya atau pasrah.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memutuskan untuk
melihat apakah ada perbedaan asertivitas antara remaja putri suku Belu
dan suku Jawa.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah asertivitas antara remaja putri suku Belu lebih tinggi dari pada
suku Jawa?
C. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui apakah asertivitas remaja putri suku Belu lebih tinggi dari
pada suku Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan
memperkaya pengetahuan dalam bidang ilmu psikologi sosial terutama
mengenai perbedaan asertivitas di antara remaja.
2. Maanfaat Praktis
Bagi subyek penelitian, diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah
satu sumber informasi yang dapat mendukung subyek dalam
mengembangkan sikap asertif dalam diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. REMAJA AKHIR
1. Pengertian Remaja
Masa remaja (Adolesence) didefinisikan sebagai periode
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa,
yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-
emosional (Santrock, 2007). Masa remaja juga merupakan masa
peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam arti
psikologis, tetapi juga fisik. Bahkan, perubahan-perubahan fisik yang
terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan
remaja. Sementara itu, perubahan-perubahan psikologis muncul antara
lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu (Blos dalam
Sarwono, 2007).
Adapun Anna Freud menggambarkan masa remaja sebagai
suatu proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan
berhubungan dengan psikoseksual, perubahan dalam hubungan dengan
orang tua dan cita-cita mereka (Gunarsa, 2003).
Di Indonesia batasan remaja yang mendekati batasan PBB
tentang pemuda adalah kurun usia 14 – 24 tahun. Penggolongan remaja
ini didasarkan pada pertimbangan usia tanpa membedakan remaja dari
keadaan sosial-psikologiknya (Sarwono, 2007).
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Ciri-ciri Remaja Akhir
Hurlock dalam Mappiare (1982) menulis bahwa jika dibagi
berdasarkan bentuk-bentuk perkembangan dan pola-pola perilaku yang
nampak khas bagi usia-usia tertentu maka masa remaja akhir di alami
pada usia 17 – 21 tahun. Dalam rentang masa itu terjadi proses
penyempurnaan pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek-aspek
psikis yang telah dimulai pada masa-masa sebelumnya. Selanjutnya,
Monks (2004) dalam bukunya juga mengatakan bahwa remaja akhir
berada pada rentan usia 18-21 tahun.
Pada masa remaja akhir umumnya terdapat ciri-ciri khas yang
nampak dalam diri remaja, diantaranya:
a. Stabilitas mulai timbul dan meningkat, yang berarti bahwa
remaja relatif tetap atau mantap dan tidak mudah berubah
pendirian akibat adanya rayuan atau propaganda. Akibatnya
remaja akan lebih dapat melakukan penyesuaian dalam banyak
aspek kehidupannya dibandingkan dengan masa-masa
sebelumnya.
b. Citra-diri dan sikap-pandangan yang lebih realistis, dimana
remaja sudah mulai menilai dirinya sebagaimana adanya,
menghargai miliknya, keluarganya, orang-orang lain seperti
keadaan sesungguhnya. Akibatnya, akan timbul rasa puas,
menjauhkan mereka dari rasa kecewa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
c. Menghadapi masalahnya secara lebih matang. Remaja akhir
menghadapi masalah dengan lebih matang. Kematangan itu
ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi; baik dengan cara sendiri maupun dengan berdiskusi
dengan teman-teman sebaya mereka.
d. Perasaan menjadi lebih tenang. Remaja akhir umumnya lebih
tenang dalam menghadapi masalah-masalahnya. Hal ini juga
ditunjang dengan adanya kemampuan piker dan dapat
menguasai perasaan-perasaannya (Mappiare, 1982).
Melengkapi ciri-ciri remaja akhir, Dadang Sulaeman dalam
Rochmah (2005) memberi tanda tentang ciri-ciri umum remaja akhir
adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan kehidupan mulai mendapat perhatian yang tegas,
b. Telah ada spesialisasi berdasarkan bakat-bakat yang
diselidikinya,
c. Kecenderungan untuk menetapkan pekerjaan yang dipilih
sebagai bekal mencari nafkah,
d. Memilih teman hidup dan memikirkan masalah keluarga,
e. Berhati-hati dalam memilih pakaian dan cara berdandan,
f. Kalau pada remaja awal sikap dan tindakan-tindakannya
serba kaku, maka kelakuan itu mulai hilang menjelang
masa remaja akhir,
g. Keamanan dan kebebasan ekonomis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
h. Mereka mulai berpikir tentang tanggung jawab sosial,
moral, ekonomi, dan keagamaan,
i. Perspektif kehidupan semakin meluas, nilai-nilai kehidupan
mulai muncul, pengertian-pengertian lebih diperluas dan
dalam,
j. Mereka benar-benar telah mengambil tanggung jawab
sebagai manusia dewasa.
3. Tahap Perkembangan Remaja Akhir
Petro Blos dalam Sarwono (2007) seorang penganut aliran
psikoanalisa berpendapat bahwa perkembangan pada hakikatnya
adalah usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara aktif
mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah.
Dalam proses penyesuaian diri, ada tiga tahap perkembangan yang
dilalui oleh remaja. Dari ketiga tahap perkembangan tersebut masa
remaja akhir berada pada tahap ke tiga. Masa remaja akhir (Late
Adolescence) kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang
kedua dalam kehidupan. Minat karir, pacaran, dan eksplorasi identitas
sering kali lebih menonjol dibandingkan pada masa remaja awal.
Tahap ini (remaja akhir) adalah masa konsolidasi menuju
periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal berikut ini:
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dalam pengalaman-pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme yang diganti dengan keseimbangan antara
kepentingan diri sendiri dan orang lain.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum (the public).
Menurut Erikson selama masa remaja, individu akan masuk
dalam tahap perkembangan identitas versus kekacauan identitas
(identity versus identity confusion). Pada tahap ini, individu
dihadapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa,
dan kemana mereka akan menuju dalam hidupnya (Santrock,2003).
Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka
remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas.
Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan perilaku
menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri
dari masyarakat (Yusuf, 2008).
Pada tahap perkembangan emosi, remaja laki-laki dan
perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi, bila pada
akhir remaja tidak lagi meledakkan emosinya di hadapan orang lain,
melainkan menunggu saat dan tempat yang tepat untuk
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima.
Petunjuk kematangan emosi yang lain adalah bahwa individu menilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional,
tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau
seperti orang yang tidak matang (Rochmah, 2005).
Tahap perkembangan lain yang juga dialami remaja adalah
perkembangan sosial. Tahap perkembangan ini berhubungan dengan
penyesuaian sosial yang dapat juga diartikan sebagai kemampuan
untuk mereaksi secara tepat terhadap realita sosial, situasi dan relasi.
Dalam perkembangan sosial, kontak remaja dengan orang lain
merupakan sesuatu yang sangat penting. Remaja harus membuat
penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok teman
sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang
baru, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-
nilai baru dalam seleksi pemimpin. Pada tahap ini juga berkembang
kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) dan
kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (Rochmah, 2005).
4. Tugas Perkembangan Remaja Akhir
Menurut Robert Havighurts, tugas perkembangan merupakan
suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang
kehidupan individu, yang apa bila tugas itu dapat berhasil dituntaskan
akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas
berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan
penolakan masyarakat, dan kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
berikutnya (Havighurts dalam Yusuf, 2008).
Pada fase remaja akhir, sudah mulai terpolakan aktivitas
seksual melalui langkah pendidikan hingga terbentuk pola hubungan
antar pribadi yang sungguh-sunggu matang sesuai dengan kesempatan
yang ada. Fase ini merupakan inisiasi kearah hak, kewajiban, kepuasan
dan tanggung jawab kehidupan sebagai warga masyarakat dan warga
Negara.
Tugas perkembangan pada fase remaja akhir adalah
economically, intellectually, emotionally self sufficient. Setelah
individu melewati enam fase perkembangan kepribadian, ia mencapai
taraf kedewasaan yaitu enjadi pribadi manusia yang matang dan
setelah itu memasuki usia lanjut (Suryono, 2004).
Selain itu, seorang remaja dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya dapat dipisahkan ke dalam tiga tahap secara
berurutan (Kimmel dalam Noviahelni, 2009). Tahap remaja akhir
merupakan tahap ketiga yang mana tugas perkembangan yang utama
adalah mencapai kemandirian seperti pada tahap remaja madya, namun
juga berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar terlepas dari orang
tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab, mempersiapkan karir
ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga
meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Selain itu adapun tugas perkembangan remaja pada umumnya
menurut Robert Havighurts (dalam Sarwono, 2007) adalah sebagai
berikut:
1. Menerima kondisi fisik dan memanfaatkan tubuhnya secara
efektif.
2. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya
dari jenis kelamin yang mana pun.
3. Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau
perempuan).
4. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap
orang tua dan orang dewasa lainnya.
5. Mempersiapkan karier ekonomi.
6. Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
7. Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab.
8. Mencapai system nilai dan etika tertentu sebagai pedoman
tingkah lakunya.
Selain itu, Gunarsa (2003) juga menyebutkan ada beberapa
tugas perkembangan lainnya pada masa remaja adalah:
1. Menerima keadaan fisiknya,
2. Memperoleh kebebasan emosional,
3. Mampu bergaul,
4. Menemukan model untuk identifikasi,
5. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
6. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma,
7. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan.
5. Asertivitas Pada Remaja Akhir
Dalam beberapa tahapan perkembangannya remaja
diperhadapkan dengan tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikannya untuk bisa berhasil pada tahap perkembangan
selanjutnya. Pada masa remaja akhir, ada beberapa tugas
perkembangan yang harus diselesaikan diantaranya, economically,
intellectually, emotionally self sufficient. Selain itu remaja akhir juga
diharapkan mampu mencapai kemandirian seperti pada tahap remaja
madya, namun juga berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar
terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab,
mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang
di dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik.
Menjadi asertif berarti mampu untuk berkata “tidak”, mampu
meminta pertolongan, mampu mengungkapkan perasaan yang positif
maupun negatif secara wajar, mampu untuk mengawali kemudian
melanjutkan serta mengakhiri suatu pembicaraan, yang semuanya itu
dilakukan tanpa mengganggu hak orang lain. Ketika remaja dalam
tahap perkembangannya mampu untuk menyelesaikan tugas
perkembangan diatas dengan baik, maka diharapkan remaja tersebut
akan menjadi remaja yang asertif dalam kehidupan sehari-harinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
ketika berinteraksi dengan orang lain baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat.
Pentingnya perilaku asertif ditanamkan sejak dini pada remaja
karena asertivitas bukan merupakan sesuatu yang lahiriah, tetapi lebih
merupakan pola sikap dan perilaku yang dipelajari sebagai reaksi
terhadap berbagai situasi sosial yang ada di lingkungan.
Bagi remaja sikap dan perilaku asertif sangatlah penting karena
beberapa alasan sebagai berikut: pertama, sikap dan perilaku asertif
akan memudahkan remaja tersebut bersosialisasi dan menjalin
hubungan dengan lingkungan seusianya maupun di luar lingkungannya
secara efektif. Kedua, dengan kemampuan untuk mengungkapkan apa
yang dirasakan dan diinginkannya, terus terang maka mahasiswa bisa
menghindari munculnya ketegangan dan perasaan tidak nyaman
akibat menahan dan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakannya.
Ketiga, dengan memiliki sifat asertif maka para mahasiswa dapat
dengan mudah mencari solusi dan penyelesaian dari berbagai kesulitan
atau permasalahan yang dihadapinya secara efektif, sehingga beban
masalah itu tidak menjadi beban pikiran yang berlarut-larut. Keempat,
asertivitas akan membantu para siswa untuk meningkatkan
kemampuan kognitifnya, memperluas wawasan tentang lingkungan,
dan tidak mudah berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya
(memiliki rasa ingin tahu yang tinggi). Kelima, asertif terhadap orang
lain yang bersikap atau berperilaku kurang tepat bisa membantu remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
yang bersangkutan untuk lebih memahami kekurangannya sendiri dan
bersedia memperbaiki kekurangan tersebut (Erlinawati, 2009).
B. ASERTIVITAS
1. Pengertian Asertivitas
Lazarus (Rakos, 1991) adalah tokoh yang pertama sekali
mendefinisikan perilaku asertif, yang menyatakan bahwa perilaku
asertif adalah cara individu dalam memberikan respon dalam situasi
sosial, yang berarti sebagai kemampuan individu untuk mengatakan
tidak, kemampuan untuk menanyakan dan meminta sesuatu,
kemampuan untuk mengungkapkan perasaan positif dan negatif, serta
kemampuan untuk mengawali kemudian melanjutkan serta mengakhiri
percakapan.
Menurut Cawood (1997) perilaku asertif adalah ekspresi yang
langsung, jujur dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan,
atau hak-hak anda tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Selain itu
perilaku asertif juga bersifat interaktif. Selain itu, Llyod dalam
Cawood (1997), mendefinisikan perilaku asertif sebagai suatu gaya
wajar yang tidak lebih dari sikap langsung, jujur, dan penuh respek
sementara berinteraksi dengan orang lain.
Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk
mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan
kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
hak serta perasaan orang lain (Rini, 2001). Selain itu, Rimm dan
Masters (dalam Rakkos, 1991) juga mengartikan perilaku asertif
sebagai suatu perilaku dalam hubungan interpersonal yang bersifat
jujur serta mengekspresikan pikiran dan perasaan secara langsung
dengan tetap memperhitungkan kondisi sosial yang ada. Selain itu,
Rathus dalam Ulyniami,(2010) mengungkapkan bahwa asertivitas juga
diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengemukakan
pendapat, sasaran dan keinginan yang dimilikinya secara langsung,
jujur dan terbuka kepada orang lain
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa asertivitas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
berkata tidak, kemampuan untuk meminta pertolongan, kemampuan
dalam mengungkapkan pendapat dan apa yang sedang dirasakan
dengan sungguh-sungguh secara bebas, jujur, langsung, pada
tempatnya dengan tetap memperhatikan hak-hak orang lain.
2. Aspek-aspek Asertivitas
Beberapa aspek dalam perilaku asertif menurut Lazarus dalam
Rakos (1991) yaitu:
a. Kemampuan untuk berkata “tidak”.
b. Kemampuan meminta pertolongan.
c. Kemampuan mengungkapkan perasaan yang positif maupun
negatif secara wajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
d. Kemampuan untuk mengawali kemudian melanjutkan serta
mengakhiri suatu pembicaraan.
Menurut Kanfer dan Goldstain seseorang dikatakan asertif bila:
(a) dapat menguasai diri sesuai dengan situasi yang ada, (b) dapat
memberikan respon dengan wajar pada hal-hal yang sangat disukainya,
(c) dapat menyatakan kasih sayang dan cintanya kepada seseorang
secara terus terang dan wajar (Kanfer dan Goldstain dalam Santosa,
1999).
Rathus (1986), juga mengungkapkan bahwa orang yang asertif
mampu mengekspresikan perasaan dengan sungguh-sungguh,
menyatakan tentang kebenaran. Mereka tidak menghina, mengancam
ataupun meremehkan orang lain. Orang asertif juga mampu
menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa
memaksakannya kepada orang lain (Rathus dalam Ulyniami, 2010).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asertivitas
Berkembangnya perilaku asertif dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang dialami individu dalam lingkungan dan sepanjang hidupnya
(Rathus dalam Iriani, 2009). Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan perilaku asertif dalam diri seseorang:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
a. Pola asuh orang tua
1) Pola asuh otoriter
Pada pola asuh otoriter, orang tua akan mendidik anak
secara keras, penuh dengan disiplin yang tidak dapat diterima
anak tetapi dipaksakan, penuh dengan aturan-aturan dan
larangan-larangan yang pada prinsipnya membatasi ruang
kehidupan anak. Anak-anak yang diasuh dengan cara otoriter
biasa akan menjadi remaja yang permisif di kemudian hari.
Akan tetapi, jika diasuh secara otoriter dan disertai
dengan perilaku agresif maka anak akan menjadi remaja yang
agresif pula, sukar untuk mengontrol diri dan biasanya terlibat
dalam juvenile delinquency.
2) Pola asuh demokratis
Orang tua akan mengasuh anak-anak mereka dengan
penuh kasih sayang tetapi tidak dengan cara memanjakan
mereka. Jika remaja dididik secara demokratis, hal ini akan
menjadikan mereka mempunyai tempat berlindung ketika
mereka sedang mempunyai masalah. Anak yang dididik secara
demokratis akan menjadi remaja yang mempunyai rasa percaya
diri yang tinggi, mempunyai pengertian yang benar tentang apa
yang menjadi hak mereka, dapat mengkomunikasikan segala
keinginannya secara wajar, dan tidak memaksakan kehendak
mereka dengan cara menindas hak-hak orang lain. Pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pengasuhan demokratis sering disebut juga sebagai pola
pengasuhan Authoritative merupakan pola asuh mempunyai
banyak sisi positif dalam pengaruhnya terhadap anak. Pola asuh
demokratis dapat didefinisikan sebagai pemeliharaan anak atau
kendali orang tua terhadap anak dengan cara kesederajatan,
lebih mengutamakan kepentingananak (childcenteredness)
(Hurlock dalam Adji, 1995)
Menurut Peck, berdasarkan hasil temuannya
menunjukkan bahwa remaja yang “friendliness” dan
“spontanetty” berhubungan erat dengan iklim keluarga yang
demokratis (Yusuf, 2008).
3) Pola asuh permisif
Lewat pola asuh ini, anak akan dididik tanpa adanya
batasan/aturan yang bersifat mengikat bahkan terkesan bebas.
Anak yang dibesarkan dengan cara ini akan terbiasa untuk
mendapatkan segala sesuatu dengan mudah dan cepat. Jika
tidak mendapatkan apa yang diinginkan maka ia akan mudah
kecewa dan menjadi marah.
Keluarga yang mampu menjalankan fungsinya dengan baik
ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut: (a) saling
memperhatikan dan mencintai, (b) bersikap terbuka dan jujur, (c)
orang tua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya dan
menghargai pendapatnya, (d) ada”sharing” masalah atau pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
di antara anggota keluarga, (e) mampu berjuang mengatasi masalah
hidupnya, (f) saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi, (g)
orang tua melindungi anak, (h) komunikasi anggota keluarga
berlangsung dengan baik, (i) keluarga memenuhi kebutuhan
psikososial anak dan mewariskan nilai-nilai budaya, dan (j) mampu
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (Yusuf, 2008).
b. Kebudayaan
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat
yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup
itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau
lebih diinginkan (Ralph Linton dalam Ihromi, 1996).
Taylor menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku asertif yaitu budaya. Kebudayaan
merupakan pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks,
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,
adatistiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh
dari anggota masyarakat (Sulaeman, 1998).
Rakos (dalam santosa, 1999), juga memandang bahwa
kebudayaan mempunyai peran besar dalam pembentukan perilaku
asertif. Biasanya hal ini sangat berhubungan dengan norma-norma
yang ada. Contohnya, dalam budaya Jawa, seorang wanita dituntut
untuk bersifat pasif dan menerima apa adanya atau pasrah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
c. Usia
Pada anak kecil perilaku asertif belum terbentuk. Struktur
kognitif yang ada belum memungkinkan mereka untuk menyatakan
apa yang diinginkan dengan bahasa verbal yang baik dan jelas.
Sebagian dari mereka masih bersifat pemalu dan pendiam
sedangkan yang lain justru bersifat agresif dalam menyatakan
keinginannya. Perilaku asertif akan semakin berkembang saat
seorang menginjak masa remaja dan dewasa. Sedangkan pada usia
tua tidak begitu jelas perkembangan atau penurunannya.
d. Jenis kelamin
Masong, Dickson, & Ritzler (1982) dan Rakos (1991)
(dalam santosa, 1999) mengatakan bahwa pria lebih asertif
dibandingkan dengan wanita karena adanya tuntutan masyarakan
yang menjadikan pria lebih agresif, mandiri dan kompetitif
sedangkan wanita pada umumnya pasif dan tergantung. Adapun hal
menarik lain yang diungkapkan oleh Freud mengenai kepribadian
pria dan wanita yang berhubungan dengan jenis kelamin. Sejak
kecil anak laki-laki dan perempuan sudah memperhatikan alat
kelamin mereka. Adanya kenyataan bahwa penis yang menonjol
keluar merupakan salah satu organ penentu yang memungkinkan
pria bersifat berani dan agresif. Sementara perempuan dengan
struktur organ kelaminnya, menyebabkan ia pasif dan pasrah.
Meski begitu, tampaknya perbedaan asertivitas pada pria dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
wanita bukanlah sesuatu yang bersifat konstan. Adanya pengaruh
globalisasi yang membawa pengaruh pada norma-norma setempat
dan adanya kesadaran mengenai persamaan gender membuat
wanita sekarang cenderung memiliki sifat mandiri, percaya diri,
rasional dan asertif.
e. Strategi coping
Strategi coping adalah suatu bentuk penyesuaian diri yang
melibatkan unsur-unsur kognisi dan afeksi dari seorang guna
mengatasi suatu masalah yang dating pada dirinya. Menurut
Massong et al. (dalam santosa, 1999) strategi coping yang
digunakan remaja juga mempengaruhi tingginya tingkat
keasertivan mereka. Dengan kata lain, remaja yang menggunakan
mekanisme coping yang efektif dan adaptif dalam menyelesaikan
suatu permasalahan akan lebih asertif dibanding dengan remaja
yang menggunakan mekanisme coping seperti penyangkalan
(denial) dan proyeksi.
f. Pendidikan
Hadjam mengatakan bahwa lingkungan pendidikan
mempunyai andil yang cukup besar terhadap pembentukan
perilaku, khususnya perilaku asertif. Pendidikan mempunyai
tujuan untuk menghasilkan individu yang mudah menerima dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan–perubahan, lebih mampu
untuk menghasilkan individu yang mudah menerima dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menyesuaikan diri terhadap perubahan–perubahan, lebih mampu
untuk mengungkapkan pendapatnya, memiliki rasa tanggung
jawab dan lebih berorientasi ke pendapatnya, memiliki rasa
tanggung jawab dan lebih kemasa depan (Hadjam dalam Yusuf,
2008).
Perkembangan kepribadian seorang individu juga
dipengaruhi oleh tingkat intelegensi yang dimiliki. Individu yang
tingkat intelegensinya lebih tinggi biasanya mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungannya secara wajar., sedangkan yang rendah
biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya ( Hadjam dalam Yusuf,
2008).
g. Kepribadian
Allport (dalam Suryabrata, 1988) mengatakan bahwa
kepribadian ialah organisasi dinamis dalam diri Individu sebagai
sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Kepribadian yang
dimiliki seseorang juga mempengaruhi perilaku asertif dalam
berinteraksi dengan individu lain di lingkungan sosial.
Menurut Hurlock, salah satu ciri kepribadian yang sehat
adalah ketika individu memiliki orientasi keluar (Hurlock dalam
Yusuf, 2008). Mendukung apa yang dikatakan oleh Hurlock,
Barret Leonard juga mengemukakan sifat-sifat individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
berorientasi keluar, yaitu: (a) menghargai dan menilai orang lain
seperti dirinya sendiri, (b) merasa nyaman dan terbuka terhadap
orang lain, (c) tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk
menjadi korban orang lain dan tidak mengorbankan orang lain
karena kekecewaan dirinya (Barret Leonard dalam Yusuf, 2008).
C. KEBUDAYAAN
1. Kebudayaan
Budaya adalah pola tingkah laku, keyakinan, dan semua produk
lain dari sekelompok manusia yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi lainnya (Santrok, 2003). Produk tersebut dihasilkan dari
interaksi antar kelompok manusia dengan lingkungannya selama
bertahun-tahun. Besar ataupun kecilnya suatu kebudayaan, budaya
kelompok akan mempengaruhi identitas, belajar, dan tingkah laku
sosial anggotanya (Brislin, Goodnow, LeVine & Shweder, Lonner &
Malpass, Triandis dalam Santrok, 2003).
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat
yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu
yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih
diinginkan (Ralph Linton dalam Ihromi, 1996). Kebudayaan dimaknai
sebagai pandangan hidup dari sekelompok orang yang tanpa sadar
semuanya itu diwariskan melalui proses komunikasi dan peniruan dari
satu generasi kepada generasi berikutnya (Bria, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada masyarakat atau
perorangan yang tidak berkebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai
kebudayaan, bagaimanapun sederhananya kebudayaan itu dan setiap
manusia adalah makhluk berbudaya yang mengambil bagian dalam
suatu kebudayaan (Ralph Linton dalam Ihromi, 1996).
Sebuah bangsa dikatakan mempunyai kebudayaan jika para
warganya memiliki kesamaan dalam sejumlah pola-pola berpikir dan
kelakuan yang didapat melalui proses belajar. Dalam bagian-bagian
tertentu dalam suatu masyarakat kita yang mempunyai asal usul etnis
atau daerah atau agama atau mempunya pekerjaan yang sama dengan
kita, kita memiliki cirri-ciri bersama tertentu.
2. Kebudayaan Suku Belu
Wilayah kabupaten Belu terletak pada sentral pulau Timor
dengan luas wilayahnya 2.445,57 2 atau 5,16% dari luas wilayah
Propinsi NTT. Bagian utara kabupaten Belu berbatasan dengan selat
Ombai. Bagian selatan berbatasan dengan Laut Timor, bagian Timur
berbatasan dengan Negara Timor Leste, dan bagian Barat berbatasan
dengan kabupaten TTU.
Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2009 sebanyak 465.933
jiwa, terdiri dari laki-laki 226.586 jiwa dan perempuan sebanyak
239.347 jiwa. Kepadatan rata-rata masyarakat kabupaten Belu 191
jiwa/ 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Mata pencaharian yang utama di bidang pertanian khususnya
lahan kering meliputi 79 % dari jumlah penduduk kabupaten Belu.
Disamping pertanian lahan kering, masyarakat juga memlihara ternak
dan unggas.
Daerah kabupaten Belu pada umumnya terdiri atas daratan
bukit dan pegunungan serta hutan. Daerah Belu tergolong daerah yang
curah hujannya sedikit yang secara tidak langsung iklim tersebut
mempengaruhi pola hidup dan watak keseharian masyarakat Belu.
Tempat tinggal orang-orang Belu dahulunya banyak berada di daerah
perbukitan yang dikelilingi oleh semak berduri dan batu karang yang
tidak mudah didatangi orang dan hidup secara berkelompok, dengan
maksud untuk menjaga keamanan dari gangguan orang luar maupun
binatang buas.
Belu dalam bahasa Tetun artinya sahabat. Kata Belu tidak
hanya sekedar basa basi, namun juga mengekspresikan nilai-nilai,
budaya dan falsafah hidup masyarakatnya (Bria, 2004). Seseorang
yang lahir dengan latar belakang kebudayaan Belu hendaknya dapat
memaknai hakekatnya sebagai seseorang yang berkehendak baik,
berpikir dan berbuat baik demi kemajuan Rai Belu dan seluruh
masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang Belu umumnya juga
memiliki falsafah hidup. Falsafah hidup orang Tetun (suku Belu)
adalah keharmonisan. Sesuai dengan namanya yaitu “tetu” berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
membuat sesuatu menjadi seimbang, tidak miring atau tidak berat
sebelah. Menjadi Belu berarti menjadi seorang sahabat yang dengan
budi dan hati bening mampu untuk bersikap terbuka bagi persahabatan
dengan orang lain, lingkungan dan semua ciptaan Tuhan (Bria, 2004).
Hal ini dimaksudkan agar manusia ini (masyarakat Belu) dapat
hidup tentram, aman, damai, bahagia lahir dan batin, sejahtera dan
nyaman (Bria, 2004). Menurut masyarakat suku Belu terdapat tiga
fakta keseimbangan utama dalam menjalani kehidupan yang harus
selalu dijaga:
1. Keseimbangan manusia dengan Roh, Dewata atau Tuhan,
2. Keseimbangan manusia dengan sesame manusia lain,
3. Keseimbangan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya.
Ketika falsafah hidup di atas dapat dipahami dan dihayati
dengan benar dan mendalam, maka pintu kedamaian, persaudaraan,
kekeluargaan, kenyamanan, kebersamaan selalu terbuka dalam
kehidupan bermasyarakat, berpemerintahan maupun dalam hidup
keagamaan.
Intisari pandangan hidup Ema-tetun (masyarakat Belu) adalah
sikap hidup yang selalu berusaha menjaga keseimbangan dan
keharmonisan dalam hidup bermasyarakat, menghindari konflik-
konflik horizontal maupun vertikal, menggalang sikap kerja sama dan
gotong royong mentaati hukum adat, menghormati tokoh-tokoh adat
dan orang tua, menghargai sesama, menilai tinggi harga diri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
bekerja keras, melestarikan nilai-nilai budaya adat yang bersifat positif
sebagai pedoman pengayom hidup bersama masyarakat, bersikap
ramah terhadap alam sebagai partner kehidupan dan memanfaatkan
segala ciptaan Tuhan secara bijaksana dan bertanggung jawab, demi
kebahagiaan manusia (Bria, 2004).
3. Kebudayaan Suku Jawa
Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dengan penduduk
terpadat di dunia. Dengan populasi sebesar 136 juta jiwa, pulau Jawa
adalah yang menjadi tempat tinggal lebih dari 57% populasi Indonesia,
dengan kepadatan 1.029 jiwa/km². Sekitar 45% penduduk Indonesia
berasal dari etnis Jawa. Walaupun demikian sepertiga bagian barat
pulau ini (Jawa Barat, Banten, dan Jakarta) memiliki kepadatan
penduduk lebih dari 1.400 jiwa/km2.
Pulau Jawa bertetangga dengan Sumatera di sebelah barat, Bali
di timur, Kalimantan di utara, dan Pulau Christmas di selatan. Pulau
Jawa merupakan pulau ke-13 terbesar di dunia. Perairan yang
mengelilingi pulau ini ialah Laut Jawa di utara, Selat Sunda di barat,
Samudera Hindia di selatan, serta Selat Bali dan Selat Madura di timur.
Orang Jawa adalah salah satu kelompok etnik yang mempunyai
kebudayaan, nilai-nilai maupun kebiasaan tertentu. Mulder (dalam
Martaniah, 1984) mengemukakan bahwa pada orang Jawa ada kaidah-
kaidah moral yang mengatur dorongan-dorongan dan emosi pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Kaidah-kaidah itu antara lain: sabar, waspada, merendahkan diri, dan
bersahaja. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa anak Jawa
dimanjakan, tidak dilatih untuk berdiri sendiri.
Remaja Jawa yang pada umumnya memiliki sifat yang lebih
tertutup. Bisa dikatakan, orang Jawa sukar bisa dertindak tegas karena
pertimbangan manusianya yang lekas berbicara sehingga
mengakibatkan dia bersedia untuk memberi dan menerima yang bisa
membuahkan suatu kompromi guna mengakhiri pertentangan atau
konflik yang ada (Hardjowirogo, 1983). Selain itu, orang Jawa
umumnya begitu kuat terikat tradisi dan tata gaul feodalistik, sehingga
ia belum bisa bersikap dan berbicara bebas di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat Jawa, berkembang pula prinsip-
prinsip hubungan sosial yang sebagian besar terdiri dari dua bagian:
prinsip hormat dan prinsip kerukunan. Prinsip hormat menyatakan
bahwa setiap orang dalam cara bicara dan membawa diri harus selalu
menunjukkan sikap hormat pada orang lain, sesuai dengan derajat dan
kedudukannya. Kefasihan seseorang dalam mempergunakan sikap
hormat yang tepat, pada orang Jawa dikembangkan sejak kecil melalui
pendidikan dalam keluarga. Pendidikan itu tercapai melalui tiga
perasaan yang dipelajari anak-anak Jawa dalam situasi-situasi yang
membuat rasa hormat, yaitu: wedi, isin, dan sungkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
a. Wedi berarti takut, baik sebagai reaksi ancaman fisik maupun
sebagai rasa takut terhadap akibat kurang enaknya suatu
tindakan.
b. Isin berarti malu, juga dalam arti malu-malu, merasa bersalah
dan sebagainya. Rasa isin dikembangkan pada anak dengan
membuatnya malu di depan tetangga, tamu dan sebagainya bila
ia melakukan sesuatu yang pantas ditegur.
c. Sungkan merupakan suatu perasaan yang dekat dengan isin.
Akan tetapi, sungkan adalah perasaan malu yang positif.
Sungkan bukan suatu rasa yang hendak dicegah, rasa hormat
yang sopan terhadap atasan dan sesame yang belum dikenal.
Prinsip rukun bertujuan untuk mempertahankan masyarakat
dalam keadaan yang harmonis. Keadaan rukun terletak dimana semua
pihak berada dalam keadaan damai, suka bekerja sama, saling
menerima dalam suasana tenang dan sepakat (Ali, 1986).
Menurut Suseno, ada dua segi dalam tuntutan kerukunan, yaitu:
a. Dalam pandangan Jawa, masalahnya bukan penciptaan keadaan
keselarasan sosial, melainkan lebih untuk tidak mengganggu
keselarasan sosial yang diandaikan sudah ada. Prinsip kerukunan
bersifat negatif, yang mana tujuannya untuk mencegah segala
kelakuan yang bisa mengganggu keselarasan dan ketenangan
dalam masyarakat. Rukun juga berarti menghindari konflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
b. Prinsip kerukunan pertama-tama tidak menyangkut suatu sikap
batin atau keadaan jiwa, melainkan penjagaan keselarasan dalam
pergaulan.
D. DINAMIKA HUBUNGAN ASERTIVITAS DAN KEBUDAYAAN
Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun
sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk
berbudaya yang mengambil bagian dalam suatu kebudayaan (Ralph Linton
dalam Ihromi, 1996). Suatu masyarakat dengan kebudayaan tertentu
umumnya memiliki kebiasaan dan kesamaan dalam melakukan sesuatu.
Apa yang dilakukan oleh setiap orang dalam suatu masyarakat akan
disesuaikan dengan nila dan norma serta aturan yang dibuat dalam
masyarakat tersebut.
Salah satu faktor pembentuk perilaku asertif adalah faktor
kebudayaan. Rakos (dalam santosa, 1999), memandang bahwa kebudayaan
mempunyai peran besar dalam pembentukan perilaku asertif. Biasanya hal
ini sangat berhubungan dengan norma-norma yang ada.
Salah satu budaya yang ada di Indonesia adalah budaya yang
berasal dari suku Belu. Seseorang yang lahir dengan latar belakang
kebudayaan Belu hendaknya dapat memaknai hakekatnya sebagai
seseorang yang berkehendak baik, berpikir dan berbuat baik demi kemajuan
Rai Belu dan seluruh masyarakat. Kata Belu tidak hanya sekedar basa basi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
namun juga mengekspresikan nilai-nilai, budaya dan falsafah hidup
masyarakatnya (Bria, 2004).
Menjadi Belu berarti menjadi seorang sahabat yang dengan budi
dan hati bening mampu untuk bersikap terbuka bagi persahabatan dengan
orang lain, lingkungan dan semua ciptaan Tuhan (Bria, 2004). Hal ini
nampak dalam falsafah hidup orang Tetun (suku Belu) yang adalah
keharmonisan. Keharmonisan disini dimaksudkan agar manusia ini
(masyarakat Belu) dapat hidup tentram, aman, damai, bahagia lahir dan
batin, sejahtera dan nyaman (Bria, 2004).
Menurut masyarakat suku Belu terdapat tiga fakta keseimbangan
utama dalam menjalani kehidupannya, yaitu: keseimbangan manusia
dengan Roh, Dewata atau Tuhan, keseimbangan manusia dengan sesama
manusia lain, dan yang terakhir keseimbangan manusia dengan lingkungan
alam sekitarnya. Sehingga melalui sikap terbuka dengan budi dan hati
bening dalam bersahabat dengan Tuhan, sesama manusia dan lingkungan
sekitar, maka dengan sendirinya sikap asertif itu akan tumbuh dalam diri
masyarakat Belu. Secara umum prinsip hidup masyarakat Belu adalah sikap
hidup yang selalu berusaha menjaga keseimbangan dan keharmonisan
dalam hidup bermasyarakat, menghindari konflik-konflik horizontal
maupun vertikal, menggalang sikap kerja sama dan gotong royong mentaati
hukum adat, menghormati tokoh-tokoh adat dan orang tua, menghargai
sesama, menilai tinggi harga diri dan bekerja keras (Bria, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Dalam penelitian ini, pengaruh budaya Belu dalam pembentukan
perilaku asertif akan dibandingkan dengan pengaruh dari budaya Jawa,
mengingat Jawa adalah salah satu budaya besar yang dominan di Indonesia.
Masyarakat Jawa, pada umumnya memegang prinsip hubungan
sosial yang sebagian besar terdiri dari dua bagian yaitu : prinsip hormat dan
prinsip kerukunan. Prinsip hormat menyatakan bahwa setiap orang dalam
cara bicara dan membawa diri harus selalu menunjukkan sikap hormat pada
orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya. Kefasihan seseorang
dalam mempergunakan sikap hormat yang tepat, pada orang Jawa
dikembangkan sejak kecil melalui pendidikan dalam keluarga. Pendidikan
itu tercapai melalui tiga perasaan yang dipelajari anak-anak Jawa dalam
situasi-situasi yang membuat rasa hormat, yaitu: wedi, isin, dan sungkan.
Bagi masyarakat Jawa, wedi berarti takut, baik sebagai reaksi
ancaman fisik maupun sebagai rasa takut terhadap akibat kurang enaknya
suatu tindakan. Sedangkan isin berarti malu, juga dalam arti malu-malu,
merasa bersalah dan sebagainya. Rasa isin dikembangkan pada anak
dengan membuatnya malu di depan tetangga, tamu dan sebagainya bila ia
melakukan sesuatu yang pantas ditegur. Selai itu, adapun perasaan sungkan
yang merupakan suatu perasaan yang dekat dengan isin. Akan tetapi,
sungkan adalah perasaan malu yang positif. Sungkan bukan suatu rasa yang
hendak dicegah, rasa hormat yang sopan terhadap atasan dan sesama yang
belum dikenal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Selain itu, adapun prinsip rukun bertujuan untuk mempertahankan
masyarakat dalam keadaan yang harmonis. Keadaan rukun terletak dimana
semua pihak berada dalam keadaan damai, suka bekerja sama, saling
menerima dalam suasana tenang dan sepakat. Rukun juga berarti
menghindari konflik. Bisa dikatakan, orang Jawa sukar bisa dertindak tegas
karena pertimbangan manusianya yang lekas berbicara sehingga
mengakibatkan dia bersedia untuk memberi dan menerima yang bisa
membuahkan suatu kompromi guna mengakhiri pertentangan atau konflik
yang ada. Dikatakan pula bahwa remaja Jawa yang pada umumnya
memiliki sifat yang lebih tertutup (Hardjowirogo, 1983).
Dengan adanya kedua prinsip di atas yang melatar belakangi
masyarakat Jawa dalam berelasi dengan lingkungan sosial, maka
masyarakat Jawa telah mengembangkan perilaku tidak asertif dalam
dirinya.
Hal inilah yang menunjukkan adanya perbedaan dari tingkat
asertivitas remaja suku Belu dan remaja suku Jawa. Bahwa latar belakang
kebudayaan dan norma-norma yang ada dalam kebudayaan akan sangat
menentukan bagaimana seorang anak dalam mengembangkan sikap asertif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Skema Dinamika Hubungan Asertivitas dan Kebudayaan
Kebudayaan
Suku Belu
Suku Jawa
Prinsip Hidup
Prinsip Hubungan
Sosial
Hormat
Kerukunan
Menghindari Konflik
Menjaga Keselarasan
Pergaulan
Non Asertif
AsertifHarmonis
Kerja Sama
Saling
Menghormati
Menghargai
Terbuka
Wedi/Takut
Isin/Malu
Sungkan/M
alu PositifHarmonis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
E. HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah bahwa
tingkat asertivitas remaja putri suku Belu lebih tinggi daripada suku Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif, yang bertujuan untuk
melihat apakah ada perbedaan tingkat asertivitas yang dimiliki oleh remaja
putri suku Belu dan suku Jawa.
B. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel independen sering disebut variabel prediktor.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
penyebab berubahnya variabel dependen. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah suku.
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung atau variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel tergantung dalam penelitian ini
adalah asertivitas.
C. Definisi Operasional
1. Asertivitas
Asertivitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam
mengungkapkan pendapat dan apa yang sedang dirasakan dengan
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
sungguh-sungguh secara bebas, jujur, langsung, pada tempatnya dengan
tetap memperhatikan hak-hak orang lain.
Asertivitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala
asertivitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh
Lazarus. Skor yang tinggi dalam skala ini menunjukkan tingginya tingkat
asertivitas yang yang dimiliki oleh seseorang. Begitupun sebaliknya, skor
yang rendah menunjukkan rendahnya tingkat asertivitas yang dimiliki oleh
seseorang.
Aspek-aspek dalam perilaku asertif menurut Lazarus, yaitu:
a. Kemampuan untuk berkata “tidak”.
b. Kemampuan meminta pertolongan.
c. Kemampuan mengungkapkan perasaan yang positif maupun negatif
secara wajar.
d. Kemampuan untuk mengawali kemudian melanjutkan serta
mengakhiri suatu pembicaraan.
2. Kebudayaan
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang
mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu
bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan
(Ralph Linton dalam Ihromi, 1996). Kebudayaan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah kebudayaan suku Belu dan suku Jawa. Latar belakang
suku yang dimiliki oleh subyek dalam penelitian ini diketahui melalui
pertanyaan tentang kesukuan subyek yang tertera pada lembar kuisioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
D. Subjek Penelitian
Sampling penelitian dalam penelitian ini menggunakan model
purposive sampling. Pengambilan sample didasarkan pada keperluan peneliti,
artinya setiap individu yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja
berdasarkan pertimbangan tertentu.
Ciri-ciri subyek dalam penlitian ini adalah:
1. Perempuan,
2. Termasuk dalam tahap perkembangan remaja akhir dengan kisaran usia
17 – 21 tahun,
3. Berstatus sebagai mahasiswa yang sedang berkuliah di Yogyakarta,
4. Berasal dari dua latar belakang kebudayaan (suku) yaitu suku Belu dan
suku Jawa.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengambilan data dilakukan dengan penyebaran skala pada
subjek yang telah ditentukan sesuai dengan variabel yang akan diukur yaitu
skala asertivitas.
Subyek akan diminta untuk memberikan respon yang sesuai atau tidak
sesuai atas setiap pernyataan yang tertera dalam skala. Jawaban atas
pernyataan terbagi dalam empat kategori yaitu: Sangat Tidak Sesuai (STS),
Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS). Dalam skala ini, terdapat
dua macam pernyataan yaitu pernyataan yang favorable dan unfavorable.
Pemberian skor pada pernyataan favorable dimulai dari 1 (STS), 2 (TS), 3 (S),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4 (SS), sedangkan pada pernyataan unfavorable dimulai dari 4 (STS), 3 (TS),
2 (S), 1 (SS).
Tabel 1
Blue Print Skala asertivitas Sebelum Uji Coba
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Presentase
a. Kemampuan untuk
berkata “Tidak”.
1, 12, 17, 25,
33, 41, 52, 60
8, 13, 21, 29,
40, 45, 53
15 25 %
b. Kemampuan meminta
pertolongan.
2, 11, 18, 26,
34, 42, 51, 59
7, 14, 22, 30,
39, 46, 54
15 25 %
c. Kemampuan
mengungkapkan
perasaan positif
maupun negatif.
3, 10, 19, 27,
35, 43, 50, 58
6, 15, 23, 31,
38, 47, 55
15 25 %
d. Kemampuan untuk
mengawali kemudian
melanjutkan serta
mengakhiri suatu
pembicaraan.
4, 9, 20, 28,
36, 44, 49, 57
5, 16, 24, 32,
37, 48, 56
15 25 %
Jumlah 32 28 60 100 %
F. Uji Skala
1. Validitas
Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala
psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan
ukurnya (Azwar, 1999). Validitas alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang
diestimasi lewat pengujian terhadap isi dengan analisis rasional atau lewat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
professional judgment untuk melihat sejauh mana item-item tersebut
mencakup keseluruhan kawasan isi obyek yang hendak diukur
(Azwar,1999). Professional judgment dalam penelitian ini adalah dosen
pembimbing melalui evaluasi kualitas aitem-aitem yang termuat dalam
skala penelitian.
2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan hasil dari suatu pengukuran yang dapat
dipercaya. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien
reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang 0 – 1,00. Semakin
tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitas (Azwar, 1999). Dalam penelitian ini, reliabilitas alat ukur
ditentukan dengan menggunakan koefisien alfa dari Cronbach. Semakin
tinggi koefisien reliabilitasnya, berarti semakin tinggi pula tingkat
kepercayaan hasil pengukuran alat tersebut bagi kelompok subyek yang
diteliti. Hasil yang diperoleh dari pengujian reliabilitas terhadap 27 item
yang lolos dalam konsistensi internal adalah 0,745.
3. Uji Daya Beda Item
Seleksi item dalam penelitian ini dilakukan untuk menyeleksi item-
item mana yang baik dan berkualitas untuk dipakai dalam penelitian
selanjutnya. Sedangkan item yang kurang baik akan dibuang. Proses
seleksi item dilakukan dengan cara melakukan uji coba alat ukur.
Pengujian daya diskriminasi item menghendaki dilakukannya komputasi
korelasi. Komputasi korelasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
item-total (rix) yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda
item (Azwar, 1999).
Batasan yang dipakai dalam pemilihan item berdasarkan korelasi
item-total adalah (rix) ≥ 0,25. Batasan ini ditentukan karena jumlah item
diatas batasan rix = 0,300 masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan.
Pada tahap awal seleksi item, diperoleh nilai korelasi item-total
yang dimulai dari -0,429 – 0,589. Dengan menggunakan batasan kriteria
0,25 diperoleh item-item yang gugur, diantaranya: 1, 2, 3, 6, 11, 12, 1, 15,
16, 17, 20, 21, 23, 25, 32, 33, 41, 49, 51, 52, 56, 57, 59, dan 60. Pada tahap
ini diperoleh pula nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,837. Pada tahap kedua,
diperoleh beberapa item gugur dengan nilai Cronbach’s Alpha 0,899.
Sedangkan item-item yang gugur tersebut antara lain: 4 dan 28. Dengan
demikian diperoleh jumlah seluruh item yang gugur adalah sebanyak 26
item, dan item yang lolos adalah sebanyak 34 item, dengan korelasi item-
total antara 0,251 – 0,696 dan memiliki nilai Cronbach’s alpha sebesar
0,901.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel 2
Blue Print Skala asertivitas Setelah Uji Coba
AspekItem yang lolos seleksi
Jlh.Item yang gugur Jlh.
Fav. Unfav. Fav. Unfav.
a. Kemampuan
untuk berkata
“Tidak”.
_ 8, 13, 29,
40, 45, 53
6 1, 12, 17,
25, 33,
41, 52,
60
21 9
b. Kemampuan
meminta
pertolongan.
18, 26,
34, 42
7, 22, 30,
39, 46, 54
10 2, 11, 51,
59
14 5
c. Kemampuan
mengungkapkan
perasaan positif
maupun negatif.
10, 19,
27, 35,
43, 50, 58
31, 38, 47,
55
11 3 6, 15, 23 4
d. Kemampuan
untuk mengawali
kemudian
melanjutkan serta
mengakhiri suatu
pembicaraan.
9, 36, 44 5, 24, 37,
48
7 4, 20, 28,
49, 57
16, 32, 56 8
Jumlah 14 20 34 18 8 26
Setelah mendapatkan jumlah item yang dinilai baik dan berkualitas
sebanyak 34 item, pada tahap selanjutnya peneliti menyeleksi lagi beberapa
item untuk digugurkan dengan tujuan untuk membuat proporsional jumlah
item dari tiap aspek. Hal ini dilakukan dengan cara menggugurkan item-item
pada aspek kedua dan ketiga yang mana, nilai dari item-item tersebut
mendekati nilai dari korelasi item-total yaitu 0,25. Dengan demikian diperoleh
jumlah total item yang akan dipakai dalam penelitian sebanyak 27 item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 3
Blue Print Skala asertivitas
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Presentase
a. Kemampuan untuk
berkata “Tidak”.-
8, 13, 21, 29,
40, 45, 53
6 21 %
b. Kemampuan meminta
pertolongan.
26 7, 22, 30, 39,
46, 54
7 26,33 %
c. Kemampuan
mengungkapkan
perasaan positif maupun
negatif.
10, 19, 58 31, 38, 47, 55 7 26,33 %
d. Kemampuan untuk
mengawali kemudian
melanjutkan serta
mengakhiri suatu
pembicaraan.
9, 36, 44 5, 24, 37, 48 7 26,33 %
Jumlah 7 20 27 100 %
G. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian dimaksudkan untuk melihat apakah
data distribusi dalam penelitian tersebut bersifat normal atau tidak.
Perhitungan uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan One Sample
Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SSPS for windows
versi 17.0 terhadap 27 item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan dua kelompok
data sampel memiliki variansi yang sama atau tidak. Jika nilai signifikansi
(p) > 0,05 maka sampel pada penelitian memiliki variansi yang sama.
Sebaliknya, jika nilai signifikansi (p) < 0,05 maka sampel pada penelitian
memiliki variansi yang tidak sama.
H. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
independent sample t-test, program SSPS for windows versi 17.0 yang
bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan nilai rata-rata dari dua
kelompok sample berbeda secara signifikan. Dengan demikian, peneliti dapat
mengetahui perbedaan tingkat asertivitas antara remaja suku Belu dan remaja
suku Jawa secara signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Proses Penelitian
Pengambilan data penelitian dilakukan kurang lebih dua
minggu yaitu dari tanggal 15 – 27 Januari 2011. Dalam penelitian ini,
peneliti menyebarkan 120 eksemplar skala asertivitas pada 120 subyek
yang terdiri dari 60 subyek remaja dari suku Belu dan 60 subyek
remaja dari suku Jawa.
Subyek penelitian adalah remaja putri dari suku Belu dan Jawa
dengan kisaran usia antara 17 – 21 tahun. Saat ini subyek berstatus
sebagai mahasiswi dan sedang menempuh masa belajarnya di
Yogyakarta. Untuk mengetahui kesukuan dari subyek yang akan
mengisi skala, peneliti menguhubungi komunitas perkumpulan
mahasiswa suku Belu dan juga melalui pertanyaan tentang kesukuan
yang tertera pada lembar kuisioner.
Setelah semua skala diisi dan dikembalikan, hanya terdapat 100
eksemplar skala yang memenuhi kriteria untuk diolah lebih lanjut. 100
eksemplar skala tersebut terdiri dari 50 eksemplar dari mahasiswi suku
Belu dan 50 eksemplar lagi dari mahasiswi suku Jawa.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Proses pengumpulan data terhadap keseluruhan subyek
dilakukan pada waktu yang tidak bersamaan pada tempat yang
berbeda pula, yaitu di kos atau tempat tinggal dan di area kampus.
Waktu penyebaran skalapun berbeda-beda, mulai dari pagi, siang dan
malam.
Beberapa subyek yang melakukan pengisian skala mengaku
sedang dalam keadaan capek karena baru pulang dari kuliah dan atau
baru selesai melakukan suatu aktivitas lain. Dan sebagian besar lainnya
mengatakan sedang buru-buru karena akan segera mengikuti
perkuliahan yang dimulai beberapa menit lagi, dan ada juga yang
terburu-buru karena harus segera pulang ke tempat tinggalnya.
2. Data Demografi
Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putri dengan kisaran
usia antara 17 – 21 tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa.
Subyek dibagi dalam dua kelompok subyek berdasarkan latarbelakang
subyek yaitu suku Belu dan suku Jawa. Karakteristik subyek penelitian
dapat diketahui melalui analisis presentase sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
a. Presentase Subyek Berdasarkan Latar Belakang Suku
Tabel 4
Presentase Subyek Berdasarkan Latar Belakang Suku
Suku Frekuensi Presentase
Belu 50 50%
Jawa 50 50%
Total 100 100%
b. Presentase Subyek Berdasarkan Usia
Tabel 5
Presentase Subyek Berdasarkan Usia
UsiaFrekuensi Presentase
Belu Jawa Belu Jawa
17 tahun 3 6 3 % 6%
18 tahun 9 6 9% 6%
19 tahun 17 21 17 % 21%
20 tahun 15 8 15 % 8%
21 tahun 6 9 6 % 9%
Total 50 50 50 % 50 %
3. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian dimaksudkan untuk melihat
apakah data distribusi dalam penelitian tersebut bersifat normal
atau tidak. Perhitungan uji normalitas dalam penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov dengan
menggunakan program SSPS for windows versi 17.0 terhadap 27
item.
Tabel 6
Hasil Uji Normalitas
Variabel Nilai K-SZ P > 0,05 Keterangan
Asertivitas 0,857 0,455 Normal
Berdasarkan table diatas, dapat dilihat bahwa nilai dari
koefisien Kolmogorof – Smirnof Z (K – SZ) adalah sebesar 0,857
dengan nilai signifikansi ( p ) sebesar 0,455 ( syarat p > 0,05). Hal
ini dapat berarti bahwa keseluruhan data pada variabel asertivitas
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan dua
kelompok data sampel memiliki variansi yang sama atau tidak. Jika
nilai signifikansi (p) > 0,05 maka sampel pada penelitian memiliki
variansi yang sama. Sebaliknya, jika nilai signifikansi (p) < 0,05
maka sampel pada penelitian memiliki variansi yang tidak sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel 7
Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,419 1 98 0,519
Dari hasil analisis berdasarkan table diatas, diperoleh nilai
signifikansi (p) sebesar 0,519. Hal ini berarti nilai p > 0,05
sehingga menunjukkan adanya variansi yang sama dari sampel
penelitian.
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan independent sample t-test, program SSPS for windows
versi 17.0. Berdasarkan hasil perhitungannya, diperoleh nilai t = -1,908
dengan signifikansi (p) 0,0295 syarat (p > 0,05). Hal ini menunjukkan
adanya perbedaan asertivitas antara remaja putri suku Belu dan suku
Jawa. Akan tetapi, hipotesis penelitian tidak terbukti karena nilai mean
antara kedua kelompok subyek menunjukkan bahwa tingkat asertivitas
remaja putri suku Belu lebih rendah dari suku Jawa.
5. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data dalam penelitian ini, dilakukan untuk
mengetahui respon subyek terhadap variabel tergantung yang diteliti.
Secara keseluruhan apakah tingkat asertivitas yang dimiliki oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
keseluruhan subyek tinggi atau rendah. Untuk mengetahuinya peneliti
membandingkan antara Mean Teoritik (MT) dan Mean Empirik (ME).
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
MT =( × ) ( × )
MT =( × ) ( × )
MT =
MT =
MT = 67,5
MEBelu = 79,08
MEJawa = 82,02
Nilai ME diperoleh dari hasil perhitungan dengan
menggunakan program SSPS for windows versi 17.0. Berdasarkan
nilai-nilai mean yang ada, diperoleh nilai mean Empiris lebih tinggi
daripada mean Teoritik. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan subyek penelitian memiliki tingkat asertivitas yang cukup
tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 8
Uji Tambahan
Subjek NMean
Empiris
Mean
Teoritis
Std.
Deviationp
Belu 50 79,08 67,5 7,529 0,0295
Jawa 50 82,02 67,5 7,873 0,0295
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah tingkat asertivitas
remaja putri suku Belu lebih tinggi daripada suku Jawa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat asertivitas remaja
putri suku Belu dan suku Jawa. Akan tetapi hipotesis penelitian ditolak
karena dari nilai mean antara kedua kelompok subyek menunjukkan
bahwa tingkat asertivitas remaja putri suku Belu lebih rendah dari suku
Jawa.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab tidak terbuktinya hipotesis
dalam penelitian ini diantaranya: kondisi real subyek ketika mengisi skala,
dan pengaruh dari faktor pembentuk perilaku asertif lain seperti tingkat
pendidikan subyek dan pola asuh orang tua pada masa ini.
Proses pengumpulan data terhadap keseluruhan subyek dilakukan
pada waktu yang tidak bersamaan. Ada beberapa yang ditemui di tempat
tinggalnya, namun sebagian besar ditemui di area kampus. Beberapa
subyek yang melakukan pengisian skala mengaku sedang dalam keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
capek karena baru pulang dari kuliah dan atau baru selesai melakukan
suatu aktivitas lain. Sebagian besar subyek lainnya mengatakan mereka
sedang buru-buru karena akan segera mengikuti perkuliahan yang dimulai
beberapa menit lagi, dan ada juga yang terburu-buru karena harus segera
pulang ke tempat tinggalnya. Hal ini membuat mereka menjadi kurang
fokus dalam pengisian skala. Selain itu, subyek dari suku Belu yang
dimintai untuk mengisi skala adalah mahasiswa yang kurang lebih sudah 2
tahun berada di Yogyakarta. Dalam jangka waktu tersebut subyek sudah
mengalami penyesuaian perilaku dan perasaan, sehingga mereka menjadi
lebih hati-hati dalam mengungkap apa yang mereka rasakan.
Dengan melihat kenyataan-kenyataan yang ada maka hasil akhir
yang diperoleh dari pengisian skala bisa saja tidak menunjukkan keadaan
subyek yang sebenarnya, sehingga menyebabkan hipotesis dari penelitian
ini tidak terbukti.
Faktor lain yang juga menjadi faktor pembentuk perilaku asertif
seseorang adalah pendidikan. Hadjam (dalam Yusuf, 2008) mengatakan
bahwa lingkungan pendidikan mempunyai andil yang cukup besar
terhadap pembentukan perilaku, khususnya perilaku asertif. Pendidikan
mempunyai tujuan untuk menghasilkan individu yang mudah menerima
dan menyesuaikan diri terhadap perubahan–perubahan, lebih mampu
untuk mengungkapkan pendapatnya, memiliki rasa tanggung jawab dan
lebih berorientasi ke pendapatnya, memiliki rasa tanggung jawab dan lebih
ke masa depan. Ketika seseorang dididik dalam sebuah lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pendidikan yang baik dan berkualitas maka siswa akan lebih cepat
mengembangkan perilaku asertifnya. Siswa akan belajar menerima dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, belajar untuk mampu
mengungkapkan pendapatnya, dan lebih bertanggung jawab.
Selain itu, dikatakan pula bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang akan semakin luas wawasan berpikirnya, sehingga memiliki
kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka (Rathus dan
Nevid dalam Tjala, 2008). Artinya bahwa, semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, diharapkan semakin tinggi pula perilaku asertifnya.
Bila dilihat dari latar belakang pendidikan yang dilalui oleh
keseluruhan subyek, dimungkinkan adanya perbedaan pengalaman yang
diperoleh pada lingkungan tempat bersekolah sebelumnya. Subyek dengan
latar belakang suku Jawa umunya menyelesaikan tingkat pendidikan
sebelumnya di Jawa, sedangkan subyek dari suku Belu menyelesaikan
tingkat pendidikan sebelumnya di daerah asal mereka di Belu, yang mana
berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di
Belu masih menjadi yang terendah dibanding dengan daerah-daerah lain
termasuk Jawa. Kualitas pendidikan disini bisa dilihat dari: (a) mutu guru,
(b) fasilitas: ketersediaan gedung sekolah, meja dan bangku, buku-buku
pelajaran, dan alat pendukung pembelajaran lainnya), dan (c) tingkat
kelulusan.
Terkait dengan mutu guru, dikatakan bahwa: puluhan ribu guru di
NTT dinilai tak layak. Hal ini disampaikan oleh Gubernur NTT Frans
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lebu Raya, bahwa sebanyak 44.977 guru di NTT belum memenuhi syarat
sebagai pengajar. Sebanyak 26.972 orang diantara hanya berijazah setara
sekolah menengah atas. Hal lain yang juga diungkapkan oleh Gubernur
NTT adalah sekitar 77,25% guru SD juga tidak layak menjadi guru karena
latar belakang pendidikan yang tidak layak. Persyaratan yang dimaksud
antara lain tidak menguasai ilmu secara baik, kemampuan penguasaan
beberapa mata pelajaran yang rendah dan beberapa persoalan lain
(“Puluhan Ribu Guru”, 2010). Prof. Elias Kopong juga menambahkan
bahwa, di NTT jumlah guru masih terbatas. Baru sekitar 9 ribu orang guru
yang berkualifikasi sarjana dari sekitar 50 ribu orang total jumlah guru
(Dhiu Matilde, Alfred Dama, Agus Sape, 2009).
Hal lain yang bisa dilihat sebagai salah satu faktor merosotnya
kualitas pendidikan adalah fasilitas mencakup: ketersediaan gedung
sekolah, meja dan bangku, buku-buku pelajaran, dan alat pendukung
pembelajaran lainnya. Dari segi ketersediaan dan keterjangkauan buku
pelajaran bermutu, tampaknya para siswa NTT amat sulit memiliki buku
pelajaran mata-mata pelajaran kunci yang diuji dalam UN. Indikator
sederhana yang kasat mata adalah melihat sebesar dan seberat apa tas
sekolah yang dibawa para siswa di NTT. Jika kita lihat para siswa SD,
SMP, dan SMA bermutu di Jawa dan Bali tampak mereka terbungkuk
bungkuk membawa tas sekolah berisi buku. Sebaliknya di NTT, kita lihat
para siswa sekolah bermutu di NTT hanya bawa sedikit sekali buku
pelajaran (Kleden, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Selain itu, sarana peningkatan mutu, seperti perpustakaan,
laboratorium dan ICT, juga masih terbatas. Dari 4.024 sekolah dasar di
NTT, hanya 344 SD yang memiliki perpustakaan, 3.434 SD yang memiliki
laboratorium serta 3.330 SD memiliki fasilitas ICT. Di tingkat SMP, dari
795 SMP, hanya 539 SMP yang memiliki perpustakaan, 549 laboratorium
serta 15 fasilitas ICT. Di tingkat SMA, dari 235 SMA, hanya 160 SMA
yang memiliki perpustakaan, 145 laboratorium serta 124 unit fasilitas ICT.
Sedangkan dari 105 SMK, hanya 54 SMK memiliki perpustakaan, 40
laboratorium dan 85 unit fasilitas ICT. Data dari Dinas PPO Propinsi NTT
ini menunjukkan ketimpangan yang luar biasa proses belajar mengajar di
NTT (Dhiu Mathilde, dkk, 2009).
Adapun fakta lain yang menunjukkan bahwa begitu kurangnya
fasilitas penunjang jalannya proses pendidikan di Belu seperti, Siswa SD
Kleseleon di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, NTT tetap belajar
meski bangunan sekolah mereka nyaris rubuh. Kayu-kayu atap lapuk dan
sebagian seng penutupnya jatuh diterbangkan angin. Jika musim kemarau,
seng yang tertiup angin sering jatuh di tengah kelas. Sedangkan kala
musim penghujan para murid pasti diliburkan karena kelas becek (Dore,
2008).
Seperti halnya yang dikatakan Dr. Sirilus Belen, ketika
diwawancarai tentang bagaimana mutu pendidikan di NTT dibanding
dengan daerah lain mengatakan bahwa, “Belum pernah saya lihat tulisan
anak SD kelas 3 di propinsi-propinsi yang amat tertinggal di bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pendidikan, seperti Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Papua,
yang seburuk tulisan anak anak kelas 3 SD di NTT. Terbanyak masih
menggambar huruf dan angka. Jelas anak-anak ini tidak bisa membaca dan
memahami soal atau tugas kalau menulis saja masih pontang panting.
Kemampuan membaca anak-anak kelas 3 dan kelas 5 SD juga parah di
daerah-daerah tertentu di NTT” (Kleden, 2010).
Selanjutnya, Belen menambahkan “Berdasarkan pengamatan dan
pengalaman saya merintis inovasi di berbagai daerah di Indonesia,
kemampuan siswa-siswa NTT pukul rata dua tahun tertinggal di belakang
dibandingkan kemampuan para siswa di Jawa. Jika saya cek kemampuan
siswa kelas 5 SD di Kota Kupang dan Belu, misalnya, ternyata masih
setaraf kemampuan siswa kelas 3 SD di Malang. Kemampuan siswa kelas
3 SMP di Ende masih setaraf kemampuan siswa kelas 1 SMP di Solo.
Kemampuan siswa kelas 3 SMA di Maumere masih setaraf kemampuan
siswa SMA kelas 1 di Yogyakarta. Ini kesimpulan sementara saya pada
awal tahun 2000. Dengan mengamati hasil UN tahun 2008-2010, mungkin
perbedaan itu sudah melebar menjadi 3 tahun” (Kleden, 2010).
Lebu Raya juga menambahkan bahwa kekurangan dan persoalan
diatas, berdampak pada hasil ujian nasional (UN) tingkat SMA/SMK/MA
tahun ajaran 2010 yang presentase kelulusannya turun menjadi 47,92%.
Prestasi tersebut juga terjadi pada tingkat SMP/MTs yang presentasi
kelulusannya turun menjadi 60% (ADO/Ant, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Berbeda dengan Belu, pada tahun 2008 lalu pendidikan di jawa
barat dikatakan menjadi yang terunggul di Indonesia (Ahira, 2009). Tidak
hanya itu, pada tanggal 12 september 2011 gubernur Jawa Barat, Ahmad
Heryawan mendapatkan penghargaan inklusif 2011. Menurut Tim Penilai
Nasional, Heryawan merupakan salah satu dari dua kepala daerah di
Indonesia yang dinilai peduli dan berhasil dalam membina sekaligus
mendorong perkembangan pendidikan inklusif di Jawa
Barat(“Penghargaan Pendidikan Inklusif”, 2011).
Selain itu, kepala bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan
(Disdik) Kota Yogyakarta, Sugeng M Subono mengatakan bahwa kualitas
guru di sekolah Negeri dan Swasta di Yogyakarta sudah sudah bagus (Ton,
2011). Fasilitas pendukung pada umumnya seperti gedung sekolah, buku-
buku pelajaran, gedung perpustakaan dan media pendukung lainnya sudah
cukup tersedia. Dapat pula dilihat pada tingkat kelulusan peserta didik tingkat
SMA (Sekolah Menengah Atas) sederajat Propinsi Jawa Timur, terus mengalami
kenaikkan. Pada tahun ajaran 2010/2011, Dinas Pendidikan Propinsi Jawa
Timur, hanya mengalami angka tidak lulus mencapai 709 siswa dari
1.541.683 siswa peserta ujian nasional, dengan prestasi tersebut Jawa
Timur menduduki peringkat kelima untuk jumlah tingkat kelulusan setelah
Propinsi Bali, Sumatera Utara, Maluku, dan Kalimantan (“Hanya 709
Siswa”, 2011).
Selain itu, hal yang juga menunjukkan bahwa pendidikan di jawa
lebih baik dari pada di NTT adalah terlihat dari perbandingan banyaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
perguruan tinggi negeri dan swasta yang berada di jawa jauh lebih banyak
dai yang ada di NTT. Di Jawa Timur misalnya, terdapat 324 perguruan
tinggi swasta dengan jumlah program studi sebanyak 1.516. Di Jakarta
terdapat 321 perguruan tinggi swasta, di Jawa Barat terdapat 439
perguruan tinggi swasta, dan di pulau Jawa terdapat 38 perguruan tinggi
negeri. Sedangkan di NTT hanya terdapat 32 perguruan tinggi swasta dan
3 perguruan tinggi negri di NTT (“Daftar Perguruan Tinggi”, 2011).
Selain pendidikan, faktor lain yang juga dimungkinkan menjadi
indikator lebih tingginya tingkat asertivitas remaja suku Jawa dibanding
suku Belu adalah pola asuh orang tua. Sebagaimana diungkapkan Erikson
bahwa individu-individu sejak lahirnya telah memiliki predisposisi untuk
merespon ke arah harapan-harapan lingkungan sosial. Dengan begitu
dalam aktivitas kehidupannya, secara tidak sengaja individu terkadang
akan mengidentifikasi dirinya dengan lingkungan sosialnya, atau secara
tidak sadar berusaha untuk memenuhi nilai-nilai ataupun norma-norma
sosial yang diinginkan lingkungannya (social desirable). Kecenderungan
ini pada akhirnya menjadikan individu berusaha untuk memenuhi seluruh
harapan-harapan sosial. Dalam kerangka harapan-harapan sosial tersebut
termasuk di dalamnya adalah harapan dari orang tua, ataupun keluarganya
(dalam Yusuf, 2008).
Keluarga (orang tua) merupakan lingkungan pendidikan pertama
dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau
mediator” sosial bagi anak (Hurlock & Pervin dalam Yusuf, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kuatnya pengaruh keluarga terhadap pembentukan identitas diungkap oleh
Grotevant dan Cooper (Idrus, 2003) terletak pada interaksi orang tua
dengan anak yang terangkum dalam gaya pengasuhan orang tua. Dalam
proses tersebut anak akan mengambil nilai-nilai yang secara tidak sengaja
ataupun sengaja diberikan orang tua, dan pada kehidupan selanjutnya
nilai-nilai itu akan digunakannya dalam mensikapi objek ataupun peristiwa
yang sama (Idrus, 2003).
Untuk bisa menumbuhkan perilaku asertif dalam diri seorang anak,
orang tua disarankan untuk mengembangkan pola pengasuhan anak yang
bersifat demokratis. Seperti yang terdapat dalam karakteristik keluarga
yang menjalankan fungsinya dengan baik yang salah satunya adalah
bersikap terbuka dan jujur (Yusuf, 2008). Menurut Peck, berdasarkan hasil
temuannya menunjukkan bahwa remaja yang “friendliness” dan
“spontanetty” berhubungan erat dengan iklim keluarga yang demokratis
(Yusuf, 2008).
Melalui pola asuh yang demokratis, orang tua akan mengasuh
anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang tetapi tidak dengan cara
memanjakan mereka. Jika remaja dididik secara demokratis, hal ini akan
menjadikan mereka mempunyai tempat berlindung ketika mereka sedang
mempunyai masalah.
Di samping itu, anak yang dididik secara demokratis akan tumbuh
menjadi remaja yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi,
mempunyai pengertian yang benar tentang apa yang menjadi hak mereka,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dapat mengkomunikasikan segala keinginannya secara wajar, dan tidak
memaksakan kehendak mereka dengan cara menindas hak-hak orang lain
(Santosa, 1999). Pola asuh ini menggunakan cara-cara demokratis yang
berupa, membuka kesempatan berbeda pendapat, saling terbuka,
menghargai dan menyediakan kesempatan terjadinya diskusi (Estiningtyas,
2005).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mariani dan Andriani
(2005), menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara pola asuh
orang tua yang authoritative dengan sikap asertif dalam diri seseorang.
Artinya adalah bahwa subyek yang dididik dengan pola asuh authoritative
lebih asertif dibandingkan jika mereka dididik dengan pola asuh lainnya.
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Widowati (2008)
terhadap 100 mahasiswa di universitas Sanata Dharma menunjukkan
bahwa adanya hubngan yang positif antara pola asuh orang tua yang
demokratis dengan tingkat asertivitas remaja akhir. Hal ini berarti bahwa,
semakin demokratis pola asuh orang tua, maka tingkat asertivitas anak
remaja akan semakin tinggi. Melalui penelitian ini juga dapat dilihat
bahwa sebagian besar orang tua telah menerapkan pola asuh demokratis
dengan baik. Hal ini diketahui dari banyaknya subyek yang menilai bahwa
orang tua mereka telah menerapkan sistem pola asuh demokratis yaitu
sebanyak 55% dari keseluruhan subyek. Di samping itu, hasil analisis
deskriptif juga menunjukkan nilai mean empiris yang lebih besar dari
mean teoritis (114,53>90).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Adanya pola asuh demokratis yang dilakukan oleh kebanyakan
orang tua dalam suku Jawa saat ini, dengan sendirinya membuat anak-anak
(remaja) untuk belajar bagaimana bersikap baik dan menunjukkan perilaku
asertif pada orang lain ketika berkomunikasi.
Dengan adanya beberapa faktor lain sebagai pembentuk perilaku
asertif seperti yang dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini remaja
suku Jawa dapat menunjukkan tingkat asertivitas yang lebih tinggi
daripada dugaan sebelumnya yang mengatakan bahwa remaja suku Jawa
memiliki tingkat asertivitas yang rendah atau kurang asertif dibanding
dengan remaja suku Belu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa nilai t = -1,908
dengan probabilitas (p) = 0,0295 lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat asertivitas remaja
putri suku Belu dan suku Jawa. Akan tetapi hipotesis penelitian ditolak
karena tingkat asertivitas remaja putri suku Belu ternyata lebih rendah
dibanding suku Jawa. Hal ini terlihat dari hasil nilai Mean Empiris (ME)
suku Belu yang lebih kecil dari suku Jawa, yaitu = 79,08 < 82,02.
B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya
a. Pemilihan subyek harus lebih mempertimbangkan pengaruh
budaya dan kontrol variable lain yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
b. Lebih memperhatikan situasi dan kondisi subyek ketika diminta
untuk mengisi skala. Agar pengisian skala dapat dilakukan dalam
keadaan yang nyaman dan lebih kondusif sehingga hasil yang
dihasilkan lebih kondusif.
c. Ketika akan melakukan penyebaran skala, peneliti sebaiknya
langsung bertemu dan meminta kesediaan subyek untuk
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mengisinya tanpa melalui perantara orang lain. Hal ini diharapkan
agar dapat memperkecil kemungkinan faking bad atau faking good
yang akan dilakukan oleh subyek.
C. Kelemahan
Reliabilitas dalam penelitian menjadi rendah setelah jumlah item
diproporsionalkan menjadi 27 item. Reliabilitas setelah seleksi item adalah
0,901 dengan jumlah item sebanyak 34, sedangkan reliabilitas setelah
jumlah item diproporsionalkan menjasi 27 item adalah 0,745.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, A. (tanpa tahun). Dinas Pendidikan Jabar. Dipungut 12 Juli darihttp://www.anneahira.com/dinas-pendidikan-jabar.htm
Azwar, Saifuddin. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Bria, F. M. U. (2004). The Way To Happiness of Belu People. Jakarta Pusat :Caritas Publishing House Indonesia.
Cawood, D. (1988). Assertiveness for Managers: Learning Effective Skill forManaging People. Ed. 2. Canada: International Self-Counsel PressLtd.
Dhiu, M. Alfred, D & Agus, S. (2009, 27 Maret). Menemukan MasalahPendidikan di NTT (1). Dipungut 12 Juli dari http://dion-bata.blogspot.com/2009/03/menemukan-masalah-pendidikan-di-ntt-1.html
Dore, P. D. (2008, Agustus 14). Gedung Sekolah Inpres Wewean RusakParah.Dipungut 12 Juli, darihttp://berita.liputan6.com/read/163750/gedung-sekolah-inpres-wewean-rusak-parah
Dore, P. & Teguh, D. H. (2006, April 27). Bangunan Sekolah Rusak, KegiatanBelajar Terganggu. Dipungut 12 Juli, darihttp://berita.liputan6.com/read/121853/bangunan_sekolah_rusak_kegiatan_belajar_terganggu
Estiningtyas. (2005). Perbedaan Kemandirian Pada Remaja Akhir Suku JawaDitinjau Dari Pola Asuh Orang Tua. Skripsi. Tidak diterbitkan.Universitas Sanata Dharma.
Erlinawati, A. M. (2009). Kecenderungan Perilaku Asertif Pada Remaja AkhirDi Yogyakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan Universitas Sanata Dharma.
Gunarsa, S.D. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT BPK GunungMulia.
Gunarsa, Y. S. D. 2003. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. PT.BPK Gunung Mulia. Jakarta.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Hardjowirogo, M. (1983). Manusia Jawa. Jakarta: Yayasan Idayu.
Idrus. M. (2003). Pengaruh Pola Pengasuhan Orang Tua terhadapKematangan Identitas diri Remaja Etnis Jawa. Fenomena (Vol. 1 No.1).
Iriani. N. 2009. Perilaku Asertif. Dipungut 22 November dari http://rumah-optima.com/optima/artikel-psikologi/54-perilaku-asertif.
Kleden T. (2010, Mei 24). Dr. Sirilus Belen: Tas Anak Sekolah NTT Kempes.Dipungut 12 Juli darihttp://202.146.4.119/read/artikel/48270/pkminggu/tamukita/2010/5/24/dr-sirilus-belen-tas-anak-sekolah-ntt-kempes
Manehat, Piett. P. (1990). Agenda Budaya Pulau Belu. Kupang : c.v.BUDAYA.
Martaniah, Sri Mulyani. (1984). Motif Sosial Remaja Suku Jawa DanKeturunan Cina di Beberapa SMA Yogyakarta: Suatu StudyPerbandingan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Meliana. (2007). Hubungan Antara Perilaku Asertif Dan Tingkat Stress PadaRemaja. Skripsi. Tidak diterbitkan Universitas Sanata Dharma.
Noviahelni. (2009). Tugas Kelompok. Dipungut 20 Septeber, darihttp://www.keyshe.com/komunitas/printthread.php?tid=275
Prabowo, S. (2000). Membangun Perilaku Asertive Pada Komunikasi AntaraPerawat Dan Pasien. Psikodimesia: Kajian Ilmu Psikologi, 1 (1), 6-20.
Rakos, R.F. l99l. Assertive Behavior : Theory, Research and Training. NewYork : Routledge.
Rini, J. (2001). Asertivitas. Dipungut 22 November, dari http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp.
Santosa. (1999). Peran Orang Tua Dalam Mengajarkan Asertivitas PadaRemaja. Anima: Indonesian Psychological Journal, 15 (1), 83-91.
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (edisi ke lima, jilid II). Jakarta:Penerbit Erlangga.
Santrock, J. W. (2003). ADOLESCENCE Perkembangan Remaja (edisi keenam). Jakarta: Penerbit Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Soesilowindradini. (tanpa tahun). Psikologi Perkembangan Masa Remaja.Surabaya : Usaha Nasional.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Dipungut 20 September darihttp://books.google.co.id/books?id=6GzU18bHfuAC&pg=PA57&lpg=PA57&dq=Tugas+Perkembangan+Remaja+Akhir&source=bl&ots=aVqckdzw6A&sig=Mvnd4mz2HMI5HiB8i5frnClL1T0&hl=id&ei=weJ3TuSgC4irrAfFpIy4Cw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=10&ved=0CE4Q6AEwCTgK#v=onepage&q=Tugas%20Perkembangan%20Remaja%20Akhir&f=false
Theria, Ari Alef. (2004). Hubungan Antara Harga Diri Dengan AsertivitasPada Remaja. Dipungut 20 September, darihttp://eprints.uad.ac.id/1085/1/uad8-asertivitas_pada_remaja-abstrak-psikologi.pdf
Tidjan. (1995). Hubungan Antara Kepemimpinan, Penerimaan Bimbingandan Asertivitas Siswa. Jurnal Kependidikan, XXV, 83-90.
Tjalla, Awaludin. (2008). Perilaku Asertif Pada Remaja Awal. Diunduh Senin,11 juli 2011 darihttp://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Artikel_10503107.pdf.
Ton. (2011, Juni 30). Kualitas Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di YogyaSudah Bagus. Dipungut 12 Juli, darihttp://jogja.tribunnews.com/2011/06/30/kualitas-guru-di-sekolah-negeri-dan-swasta-di-yogya-sudah-bagus
Umiyati. (2009). Perbedaan Perilaku Asertif Antara Etnis Jawa Dengan EtnisDayak. Dipungut 15 Juni, dari http://jurnal-psikologi/perbedaan-perilaku-asertif-antara-etnis.html
Uyun. (2001). Sikap Terhadap Kesetaraan Jender Ditinjau Dari Pola AsuhDemokratis Orang Tua. Dipungut 13 juli 2011 darihttp://data.dppm.uii.ac.id/jurnal/uploads/l05060564-76.pdf.
Widjaja, P.D.C., & Wulan, R. (1998). Hubungan Antara Asertivitas DanKematangan Dengan Kecenderungan Neurotik Pada Remaja. JurnalPsikologi (No. 2, 56-62).
Widowati, M. A. (2008). Hubungan Pola Asuh Demokratis Dengan TingkatAsertivitas Pada Remaja Akhir. Skripsi. Tidak diterbitkan UniversitasSanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Yusuf, H. Syamsuh. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jurnalist NTT. (2009). Sepintas Tentang Orang Kemak di Belu. Kupang: PosKupang.
12 Ribu Siswa SMA/SMK Tak Lulus. (2009, Juni 13). Dipungut 12 Juli, 2011,dari http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=33143
Hanya 709 Siswa Di Jawa Timur Yang Tidak Lulus. (2011). Dipungut 20September, dari http://beritapas.com/hanya-709-siswa-di-jawa-timur-yang-tidak-lulus/
Pengertian Perilaku Asertif. (2009). Dipungut 1 Oktober, darihttp://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com/2009/11/pengertian-perilaku-asertif.html.
“Penghargaan Pendidikan Inklusif 2011 untuk Gubernur Jabar”. (2011).Dipungut 20 september, 2011, darihttp://id.berita.yahoo.com/penghargaan-pendidikan-inklusif-2011-untuk-gubernur-jabar-070005110.html
“Perguruan Tinggi Negeri Di Indonesia”. (2011). Dipungut 20 september,2011, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perguruan_tinggi_negeri_di_Indonesia
Puluhan Ribu Guru di NTT Dinilai Tak Layak. (2010). Dipungut 12 Juli,2011, dari http://berita.liputan6.com/read/277694/puluhan-ribu-guru-di-ntt-dinilai-tak-layak
SMP dan SMK "Pinggiran" Tak Kebagian Siswa. (2011). Dipungut 12 Julidari http://edukasi.kompas.com/read/2011/07/11/16451598/SMP.dan.SMK.Pinggiran.Tak.Kebagian.Siswa
Tata Krama Jawa Kurang Asertif?. (2010). Dipungut 22 November 2010,dari http://bataviase.id/node/142994
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
LAMPIRAN 1
Skala Uji Coba Asertivitas
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh:
Desriyanti Susan Mauboy
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Yogyakarta, 25 November 2010
Kepada Yth. Rekan Mahasiswa
Yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat, saya
Nama : Desriyanti Susan Mauboy
NIM : 06 9114 104
Fakultas : Psikologi
Universitas : Sanata Dharma
sedang menyusun tugas akhir guna menyelesaikan tanggung jawab saya sebagai
seorang mahasiswa. Oleh karena itu, saya mohon bantuan Anda untuk
memberikan tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan yang telah tersusun
dalam skala ini. Semua tanggapan yang Anda berikan akan dijaga
kerahasiaannya. Oleh sebab itu, saya mengharapkan Anda untuk menjawab
sesuai keadaan yang sebenarnya.
Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan Anda untuk
mengisi skala penelitian ini.
Hormat saya
Desriyanti S. M
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
IDENTITAS SUBJEK
Nama : ……………………
Umur : ……………tahun
Jenis Kelamin : L (laki-laki) / P (perempuan)
(coret yang tidak perlu)
Suku :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa, saya mengisi skala ini tidak dibawah
paksaan atau tekanan dari pihak tertentu. Melainkan mengisinya dengan suka
rela demi membantu terwujudnya penelitian ilmiah ini.
Semua jawaban yang saya berikan merupakan murni dari apa yang saya
alami bukan berdasarkan pada pandangan masyarakat pada umumnya dan saya
mengijinkan bahwa jawaban saya tersebut dapat dipergunakan sebagai data
untuk penelitian ilmiah ini.
Yogyakarta, ___ November 2010
Menyetujui,
(…………………………………………………..)
Nama/inisial boleh tidak dicantumkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PETUNJUK PENGISIAN
Dalam skala ini terdapat 60 butir pernyataan, bacalah dan pahami setiap
pernyataan tersebut dengan seksama. Skala ini bersifat sangat pribadi dan dijaga
kerahasiaannya, oleh sebab itu dimohon anda dapat mengisi sesuai dengan
keadaan anda yang sebenar-benanrnya yang paling sesuai dengan keadaan diri
anda, dengan cara memberikan tanda chek list (√) pada salah satu alternatif
jawaban yang tersedia.
Adapun pilihan jawabannya sebagai berikut:
SS : Jika pernyataan “Sangat Sesuai” dengan diri anda
S : Jika pernyataan “Sesuai” dengan diri anda
TS : Jika pernyataan “Tidak Sesuai” dengan diri anda
STS : Jika pernyataan “Sangat Tidak Sesuai” dengan diri anda
Contoh cara mengerjakan:
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
1. Saya sering membentak teman
ketika mengajaknya berbicara.
√
JIka anda keliru mengisi dan mau mengganti jawaban anda, maka cara
memperbaikinya adalah sebagai berikut:
Anda dapat memberi tanda silang (X) pada jawaban pertama, dan
kemudian anda dapat kembali memberi tanda chek list (√) pada pilihan jawaban
yang anda anggap paling sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
1. Saya sering membentak teman ketika
mengajaknya berbicara.
√ √
***Selamat Mengerjakan***
(^_^)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
No. PernyataanPilihan Jawaban
STS TS S SS
1. Ketika teman saya mengajak saya bolos kuliah
dan pergi ke mall untuk merayakan ulang
tahunnya , saya akan menolaknya.
2. Saya segera meminta bantuan pada teman jika
saya membutuhkannya tanpa malu.
3. Ketika merasa sedih saya akan
mengungkapkan kesedihan saya dengan
menangis.
4. Saya akan terlebih dahulu menyapa orang lain
sekalipun belum saya kenal.
5. Saya malu ketika akan berbicara dengan orang
lain.
6. Saya berusaha untuk menutupi perasaan sedih
saya didepan orang lain dengan selalu
tersenyum.
7. Meminta bantuan pada orang lain adalah suatu
hal yang memalukan bagi saya sehingga saya
tidak mampu melakukannya.
8. Saya mengalami kesulitan untuk tidak menerima
ajakan sahabat saya untuk pergi ke diskotik.
9. Saya akan mengajak orang lain terlebih dahulu
untuk berbicara tentang fenomena umum yang
sedang terjadi.
10. Saya dapat dengan mudah mengungkapkan
perasaan marah saya pada orang lain.
11. Saya langsung menanyakan pendapat orang
atas apa yang baik bagi saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
No. PernyataanPilihan Jawaban
STS TS S SS
12. Ketika diminta untuk membuat tanda tangan
palsu oleh kakak saya, saya dapat menolak
untuk melakukannya.
13. Ketika diminta untuk menggunakan obat
terlarang oleh sahabat saya, saya tidak dapat
menolaknya karena dia sering sekali menolong
saya.
14. Saya segan untuk menanyakan alamat pada
orang lain yang belum dikenal.
15. Saya enggan mengungkapkan perasaan sakit
hati saya pada orang lain yang telah menyakiti
saya.
16. Saya mengalami kesulitan dalam mengontrol
kata-kata ketika sedang berbicara dengan orang
lain.
17. Saya memilih untuk tidak mengikuti tawuran,
meskipun sahabat saya yang mengajak saya.
18. Saya tidak segan-segan untuk menanyakan
alamat yang ingin saya tuju daripada nyasar.
19. Ketika kesal, saya dapat mengungkapkan rasa
kesal saya pada orang yang memicu kekesalan
saya.
20. Mengajak orang lain berbicara terlebih dahulu
adalah hal yang sangat menyenangkan.
21. Saya kesulitan untuk menolak permintaan
teman yang meminta saya membohongi dosen,
karena tidak ingin menyakitinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
No. PernyataanPilihan Jawaban
STS TS S SS
22. Saya tidak dapat meminta pertolongan dari
orang lain karena takut akan diabaikan.
23. Ketika merasa marah, saya akan berteriak dan
memarahi teman-teman yang ada didekat saya,
tanpa peduli dengan perasaan mereka.
24. Saya mengalami kesulitan ketika akan
berkomunikasi dengan orang lain.
25. Saya lebih memilih tinggal di kos daripada
mengikuti sahabat saya pergi ke suatu acara
yang tidak saya ketahui diluar jam malam.
26. Saya dapat meminta bantuan teman saya untuk
menerangkan pada saya topik apa yang belum
saya pahami dalam perkuliahan.
27. Saya dapat mengungkapkan perasaan simpati
saya pada oranglain yang mengalami bencana.
28. Ketika berbicara dengan orang lain, saya akan
berusaha mengakhirinya dengan baik.
29. Sulit bagi saya ketika harus menolak permintaan
saudara saya untuk menipu orang tua karena
dia sering memberikan saya uang.
30. Saya enggan untuk meminta bantuan pada
orang lain meskipun saya sedang mengalami
kesulitan.
31. Saya merasa malu mengungkapkan perasaan
senang yang saya rasakan di depan orang
banyak.
32. Saya lebih banyak mencela ketika sedang
berbicara dengan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
No. PernyataanPilihan Jawaban
STS TS S SS
33. Saya mampu menolak ajakan sahabat saya
untuk melakukan tindak kekerasan pada teman
lain.
34. Saya dapat meminta bantuan teman untuk
membelikan obat ketika saya sedang sakit.
35. Saya tidak segan-segan untuk mengungkapkan
kekaguman saya pada artis idola saya di depan
orang banyak.
36. Saya dapat mengimbangi pembicaraan teman
ketika sedang berdiskusi.
37. Saya lebih sering mengaikhiri suatu
pembicaraan dengan orang lain menggunakan
nada yang kasar.
38. Saya enggan untuk mengungkapkan perasaan
kagum saya pada orang lain karena tidak ingin
dia merasa sombong.
39. Saya merasa malu untuk meminta teman saya
mengantarkan saya ke kampus.
40. Suatu hal yang menyulitkan saya adalah ketika
harus menolak ajakan teman dekat saya untuk
ikut berpesta minuman keras.
41. Saya tidak memberikan contekan pada sahabat
saya ketika sedang ujian meskipun dia adalah
teman terbaik saya.
42. Saya segera meminta teman-teman untuk
membantu saya mengangkat barang yang tidak
bisa saya angkat sendiri tanpa malu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
No. PernyataanPilihan Jawaban
STS TS S SS
43. Ketika merasa sangat bahagia saya dapat
mengungkapkan kebahagiaan itu dengan cara
yang wajar.
44. Saya dapat berdiskusi dengan baik bersama
teman soal apa yang menjadi kesukaan kami.
45. Saya tidak dapat menolak ajakan teman saya
untuk membuat keributan didalam kelas karena
dia adalah teman baik saya.
46. Saya kesulitan untuk meminta bantuan teman,
ketika saya tidak dapat mengangkat sebuah
benda yang berat seorang diri.
47. Saya sulit mengungkapkan perasaan kecewa
saya pada teman yang selalu mengingkari janji.
48. Saya mengalami kesulitan ketika harus
mengajak orang lain berbicara terlebih dahulu.
49. Saya akan segera mengakhiri pembicaraan
dengan teman ketika arah pembicaraan mulai
ngawur.
50. Saya dapat menegur seorang teman yang
membuat saya merasa kesal dan merasa sakit
hati.
51. Saya meminjam uang pada teman ketika saya
membutuhkannya.
52. Saya memilih untuk menolak menerima telepon
dari orang tua, karena sedang serius mengikuti
kuliah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
No. PernyataanPilihan Jawaban
STS TS S SS
53. Saya kesulitan untuk menolak melakukan apa
yang diinginkan oleh pacar saya ketika sedang
bersama, walaupun itu tidak sesuai dengan
ajaran agama.
54. Saya takut untuk meminjam catatan teman,
ketika saya tidak masuk kuliah.
55. Saya enggan mengungkapkan perasaan sakit
hati saya pada orang lain yang telah menyakiti
saya.
56. Saya tidak dapat memotong pembicaraan
teman ketika pembicaraannya mulai
membosankan.
57. Setela basa basi dengan orang lain saya akan
mengajaknya untuk berbicara lebih lanjut.
58. Saya mampu mengungkapkan perasaan
kecewa yang saya rasakan secara wajar tanpa
merugikan banyak orang.
59. Saya akan meminta teman saya mengantarkan
payung pada saya ketika sedang hujan.
60. Ketika diminta untuk membeli minuman keras
oleh saudara saya, saya dapat menolak
melakukannya.
HARAP PERIKSA KEMBALI JAWABAN ANDA
JANGAN SAMPAI ADA JAWABAN YANG TERLEWATKAN
(^_^)
Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
LAMPIRAN 2
Analisis Data Skala Uji Coba Asertivitas
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 47 100.0
Excludeda
0 .0
Total 47 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.837 60
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00001 170.81 180.897 -.209 .844
VAR00002 170.49 173.125 .181 .836
VAR00003 170.72 173.291 .120 .838
VAR00004 171.04 170.520 .253 .835
VAR00005 170.72 167.639 .536 .829
VAR00006 171.49 171.994 .230 .835
VAR00007 170.32 167.135 .420 .831
VAR00008 170.45 168.166 .323 .833
VAR00009 170.87 171.809 .302 .834
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
VAR00010 171.09 166.993 .481 .830
VAR00011 170.55 173.166 .211 .835
VAR00012 170.51 174.212 .128 .837
VAR00013 169.85 170.260 .358 .833
VAR00014 170.68 170.918 .249 .835
VAR00015 171.17 174.753 .085 .838
VAR00016 170.91 180.080 -.177 .843
VAR00017 170.09 172.080 .220 .835
VAR00018 169.91 171.645 .359 .833
VAR00019 170.89 167.575 .463 .830
VAR00020 170.55 172.557 .220 .835
VAR00021 170.87 172.679 .187 .836
VAR00022 170.47 164.907 .589 .827
VAR00023 170.15 178.608 -.104 .842
VAR00024 170.72 169.770 .366 .832
VAR00025 170.45 180.905 -.202 .845
VAR00026 170.11 170.097 .454 .831
VAR00027 170.26 171.803 .388 .833
VAR00028 170.23 173.140 .305 .834
VAR00029 170.66 168.056 .338 .833
VAR00030 170.51 164.516 .566 .827
VAR00031 170.47 166.907 .530 .829
VAR00032 170.26 175.716 .061 .838
VAR00033 170.17 177.362 -.043 .841
VAR00034 170.26 170.716 .400 .832
VAR00035 170.62 167.633 .401 .831
VAR00036 170.38 172.850 .403 .833
VAR00037 170.15 171.303 .294 .834
VAR00038 170.81 165.636 .477 .829
VAR00039 170.70 168.214 .436 .831
VAR00040 170.15 169.912 .288 .834
VAR00041 171.23 185.270 -.429 .848
VAR00042 170.36 170.584 .404 .832
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
VAR00043 170.19 172.289 .324 .834
VAR00044 170.19 170.549 .494 .832
VAR00045 170.28 171.248 .373 .833
VAR00046 170.34 169.403 .470 .831
VAR00047 170.89 165.793 .515 .829
VAR00048 170.83 167.970 .493 .830
VAR00049 170.79 178.475 -.099 .841
VAR00050 170.70 171.388 .281 .834
VAR00051 170.47 174.167 .129 .837
VAR00052 171.11 176.010 .019 .840
VAR00053 170.47 167.080 .385 .831
VAR00054 170.17 171.231 .430 .832
VAR00055 170.91 165.384 .515 .828
VAR00056 170.79 173.084 .215 .835
VAR00057 170.66 175.186 .109 .837
VAR00058 170.49 169.951 .414 .832
VAR00059 170.85 173.521 .163 .836
VAR00060 170.13 173.809 .129 .837
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 47 100.0
Excludeda
0 .0
Total 47 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.899 36
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00004 104.21 137.823 .241 .901
VAR00005 103.89 135.097 .532 .895
VAR00007 103.49 133.429 .478 .896
VAR00008 103.62 134.285 .377 .898
VAR00009 104.04 138.172 .344 .898
VAR00010 104.26 134.020 .505 .895
VAR00013 103.02 137.630 .341 .898
VAR00018 103.09 139.775 .269 .899
VAR00019 104.06 135.191 .449 .896
VAR00022 103.64 130.758 .697 .892
VAR00024 103.89 135.836 .433 .897
VAR00026 103.28 136.900 .481 .896
VAR00027 103.43 138.902 .377 .898
VAR00028 103.40 140.898 .221 .899
VAR00029 103.83 134.927 .358 .899
VAR00030 103.68 131.092 .629 .893
VAR00031 103.64 133.410 .590 .894
VAR00034 103.43 138.554 .343 .898
VAR00035 103.79 135.302 .385 .898
VAR00036 103.55 139.992 .374 .898
VAR00037 103.32 138.657 .272 .899
VAR00038 103.98 133.065 .484 .896
VAR00039 103.87 133.027 .587 .894
VAR00040 103.32 135.570 .363 .898
VAR00042 103.53 138.167 .367 .898
VAR00043 103.36 139.192 .325 .898
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
VAR00044 103.36 137.845 .477 .897
VAR00045 103.45 139.470 .282 .899
VAR00046 103.51 135.081 .583 .895
VAR00047 104.06 133.105 .529 .895
VAR00048 104.00 135.435 .485 .896
VAR00050 103.87 138.722 .260 .899
VAR00053 103.64 132.410 .486 .896
VAR00054 103.34 137.360 .509 .896
VAR00055 104.09 132.862 .522 .895
VAR00058 103.66 136.621 .448 .897
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 47 100.0
Excludeda
0 .0
Total 47 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.901 34
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00005 98.28 127.117 .533 .896
VAR00007 97.87 125.505 .479 .897
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
VAR00008 98.00 125.696 .408 .899
VAR00009 98.43 130.598 .310 .900
VAR00010 98.64 125.932 .515 .896
VAR00013 97.40 129.507 .347 .899
VAR00018 97.47 131.907 .251 .900
VAR00019 98.45 126.861 .472 .897
VAR00022 98.02 122.934 .696 .893
VAR00024 98.28 127.857 .433 .898
VAR00026 97.66 128.969 .475 .898
VAR00027 97.81 131.202 .344 .899
VAR00029 98.21 126.693 .372 .900
VAR00030 98.06 123.539 .612 .895
VAR00031 98.02 125.413 .596 .895
VAR00034 97.81 130.549 .339 .899
VAR00035 98.17 127.666 .366 .899
VAR00036 97.94 132.061 .355 .899
VAR00037 97.70 130.735 .263 .901
VAR00038 98.36 125.062 .489 .897
VAR00039 98.26 124.933 .600 .895
VAR00040 97.70 127.909 .346 .900
VAR00042 97.91 129.993 .377 .899
VAR00043 97.74 131.281 .311 .900
VAR00044 97.74 129.846 .474 .898
VAR00045 97.83 131.579 .267 .900
VAR00046 97.89 127.228 .575 .896
VAR00047 98.45 125.035 .539 .896
VAR00048 98.38 127.285 .498 .897
VAR00050 98.26 130.716 .256 .901
VAR00053 98.02 124.152 .504 .897
VAR00054 97.72 129.291 .513 .897
VAR00055 98.47 124.515 .547 .896
VAR00058 98.04 128.607 .449 .898
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
LAMPIRAN 3
Skala Penelitian Asertivitas
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh:
Desriyanti Susan Mauboy
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Yogyakarta, Januari 2011
Kepada Yth. Rekan Mahasiswa
Yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat, saya
Nama : Desriyanti Susan Mauboy
NIM : 06 9114 104
Fakultas : Psikologi
Universitas : Sanata Dharma
sedang menyusun tugas akhir guna menyelesaikan tanggung jawab saya sebagai
seorang mahasiswa. Oleh karena itu, saya mohon bantuan Anda untuk
memberikan tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan yang telah tersusun
dalam skala ini. Semua tanggapan yang Anda berikan akan dijaga
kerahasiaannya. Oleh sebab itu, saya mengharapkan Anda untuk menjawab
sesuai keadaan Anda yang sebenarnya.
Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan Anda untuk
mengisi skala penelitian ini.
Hormat saya
Desriyanti S. M
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
IDENTITAS SUBJEK
Nama : ……………………
Umur : ……………tahun
Jenis Kelamin : L (laki-laki) / P (perempuan)
(coret yang tidak perlu)
Suku :
Universitas :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa, saya mengisi skala ini tidak dibawah
paksaan atau tekanan dari pihak tertentu. Melainkan mengisinya dengan suka
rela demi membantu terwujudnya penelitian ilmiah ini.
Semua jawaban yang saya berikan merupakan murni dari apa yang saya
alami bukan berdasarkan pada pandangan masyarakat pada umumnya dan saya
mengijinkan bahwa jawaban saya tersebut dapat dipergunakan sebagai data
untuk penelitian ilmiah ini.
Yogyakarta, ___ Januari 2011
Menyetujui,
(…………………………………………………..)
Nama/inisial boleh tidak dicantumkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PETUNJUK PENGISIAN
Dalam skala ini terdapat 27 butir pernyataan. Baca dan pahamilah setiap
pernyataan tersebut dengan seksama. Skala ini bersifat sangat pribadi dan dijaga
kerahasiaannya, oleh sebab itu dimohon agar anda dapat mengisinya sesuai
dengan keadaan diri anda yang sebenar-benanrnya saat ini. Berilah tanda chek
list (√) pada salah satu alternatif jawaban yang anda pilih pada kolom pilihan
jawaban yang tersedia.
Adapun pilihan jawabannya sebagai berikut:
SS : Jika pernyataan “Sangat Sesuai” dengan diri anda
S : Jika pernyataan “Sesuai” dengan diri anda
TS : Jika pernyataan “Tidak Sesuai” dengan diri anda
STS : Jika pernyataan “Sangat Tidak Sesuai” dengan diri anda
Contoh cara mengerjakan:
No. PernyataanPilihan Jawaban
STS TS S SS
1. Saya sering membentak teman
ketika mengajaknya berbicara.
√
JIka anda keliru dalam memberikan jawaban dan mau mengganti jawaban anda,
maka cara memperbaikinya adalah sebagai berikut:
Anda dapat memberi tanda silang (X) pada jawaban pertama, dan
kemudian anda dapat kembali memberi tanda chek list (√) pada pilihan jawaban
yang anda anggap paling sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
No. PernyataanPilihan Jawaban
STS TS S SS
2. Saya sering membentak teman ketika
mengajaknya berbicara.
√ √
***Selamat Mengerjakan***
(^_^)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban
STS TS S SS
1. Saya dapat meminta bantuan teman saya
untuk menerangkan pada saya topik apa
yang belum saya pahami dalam perkuliahan.
2. Saya dapat dengan mudah mengungkapkan
perasaan marah saya pada orang lain.
3. Saya akan mengajak orang lain terlebih
dahulu untuk berbicara tentang fenomena
umum yang sedang terjadi.
4. Saya mengalami kesulitan untuk tidak
menerima ajakan sahabat saya untuk pergi
ke diskotik.
5. Meminta bantuan pada orang lain adalah
suatu hal yang memalukan bagi saya
sehingga saya tidak mampu melakukannya.
6. Saya merasa malu mengungkapkan
perasaan senang yang saya rasakan di
depan orang banyak.
7. Saya malu ketika akan berbicara dengan
orang lain.
8. Saya dapat mengimbangi pembicaraan
teman ketika sedang berdiskusi.
9. Ketika kesal, saya dapat mengungkapkan
rasa kesal saya pada orang yang memicu
kekesalan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban
STS TS S SS
10. Saya mengalami kesulitan ketika akan
berkomunikasi dengan orang lain.
11. Saya enggan untuk mengungkapkan
perasaan kagum saya pada orang lain
karena tidak ingin dia merasa sombong.
12. Saya tidak dapat meminta pertolongan dari
orang lain karena takut akan diabaikan.
13. Ketika diminta untuk menggunakan obat
terlarang oleh sahabat saya, saya tidak
dapat menolaknya karena dia sering sekali
menolong saya.
14. Saya mampu mengungkapkan perasaan
kecewa yang saya rasakan secara wajar
tanpa merugikan banyak orang.
15. Saya dapat berdiskusi dengan baik bersama
teman soal apa yang menjadi kesukaan
kami.
16. Saya lebih sering mengaikhiri suatu
pembicaraan dengan orang lain
menggunakan nada yang kasar.
17. Saya sulit mengungkapkan perasaan
kecewa saya pada teman yang selalu
mengingkari janji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
No. PernyataanPilihan Jawaban
STS TS S SS
18. Saya enggan untuk meminta bantuan pada
orang lain meskipun saya sedang
mengalami kesulitan.
19. Sulit bagi saya ketika harus menolak
permintaan saudara saya untuk menipu
orang tua karena dia sering memberikan
saya uang.
20. Saya mengalami kesulitan ketika harus
mengajak orang lain berbicara terlebih
dahulu.
21. Saya enggan mengungkapkan perasaan
sakit hati saya pada orang lain yang telah
menyakiti saya.
22. Saya merasa malu untuk meminta teman
saya mengantarkan saya ke kampus.
23. Suatu hal yang menyulitkan saya adalah
ketika harus menolak ajakan teman dekat
saya untuk ikut berpesta minuman keras.
24. Saya kesulitan untuk meminta bantuan
teman, ketika saya tidak dapat mengangkat
sebuah benda yang berat seorang diri.
25. Saya tidak dapat menolak ajakan teman
saya untuk membuat keributan didalam
kelas karena dia adalah teman baik saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No.
26. Saya takut untuk meminjam catatan teman,
ketika saya tidak masuk kuliah.
27. Saya kesulitan u
apa yang diinginkan oleh pacar saya ketika
sedang bersama, walaupun itu tidak sesuai
dengan ajaran agama.
HARAP PERIKSA KEMBALI JAWABAN ANDA
JANGAN SAMPAI ADA
Pernyataan
Pilihan Jawaban
STS TS
Saya takut untuk meminjam catatan teman,
ketika saya tidak masuk kuliah.
Saya kesulitan untuk menolak melakukan
apa yang diinginkan oleh pacar saya ketika
sedang bersama, walaupun itu tidak sesuai
dengan ajaran agama.
HARAP PERIKSA KEMBALI JAWABAN ANDA
JANGAN SAMPAI ADA PILIHAN JAWABAN YANG TERLEWATKAN
UNTUK DIISI
{^_^}
Terima Kasih
102
Pilihan Jawaban
S SS
JAWABAN YANG TERLEWATKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
LAMPIRAN 4
Analisis Data Uji Normalitas
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Dependen
N 100
Normal Parametersa,,b
Mean 80.55
Std. Deviation 7.805
Most Extreme Differences Absolute .086
Positive .046
Negative -.086
Kolmogorov-Smirnov Z .857
Asymp. Sig. (2-tailed) .455
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
LAMPIRAN 5
Analisis Data Uji Homogenitas
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
Total
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.419 1 98 .519
ANOVA
Total
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 216.090 1 216.090 3.642 .059
Within Groups 5814.660 98 59.333
Total 6030.750 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
LAMPIRAN 6
Analisis Data Uji Hipotesis
T-Test
Group Statistics
subjek N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
total 1 50 79.08 7.529 1.065
2 50 82.02 7.873 1.113
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
of the Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Total Equal variances assumed .419 .519 -1.908 98 .059 -2.940 1.541 -5.997 .117
Equal variances not assumed -1.908 97.805 .059 -2.940 1.541 -5.997 .117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related