7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 1/25
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
PENGEMBANGAN SEDIAAN PATCH LIDAH BUAYA (Aloe vera)
SEBAGAI ALTERNATIF PERAWATAN ULKUS DIABETES MELLITUS
Diusulkan Oleh :
Winda Ayu Wicaksono NIM : 20130350001, angkatan 2013
Zulfikar Andri Rahman NIM : 20130350002, angkatan 2013
Irawati Hidayah NIM : 20130310029, angkatan 2013
Shafaa Shafiyah NIM : 20130310060, angkatan 2013
Sarah Badar Nahdi NIM : 20140350113, angkatan 2014
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2014
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 2/25
ii
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 3/25
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan……………………………………………………..... ii
Daftar Isi………………………………………………………………....... iiiRingkasan………………………………………………………………...... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH……………………………………………. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………. 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN……………………………………………………….. 2
1.4 LUARAN YANG DIHARAPKAN……………………………………………. 2
1.5 MANFAAT PENELITIAN……………………………………………………. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DIABETES MELLITUS………………………………………………………… . 3
2.2 ULKUS DIABETIKUM……………………………………………………… ...... 4
2.3 KLASIFIKASI LIDAH BUAYA……………………………………………… ... 4
2.4 DESKRIPTIF TANAMAN LIDAH BUAYA………………………………….... 4
2.5 KANDUNGAN DAN MANFAAT…………………………………..................... 5
2.6
EKSTRAKSI…………………………………………………................................ 52.7 PACTH EPIDERMAL ……………………………………………………… ....... 6
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 ALAT DAN BAHAN…………………………………………………………. . 7
3.2 JALANNYA PENELITIAN…………………………………………………... 8
3.3 PENGELOMPOKAN DAN PERLAKUAN HEWAN UJI…………………... 9
3.4 PENGAMBILAN SAMPEL………………………………………………....... 9
3.5
ANALISIS DATA …………………............................................................. 9
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 ANGGARAN BIAYA ………………………………………………………... 9
4.2 JADWAL KEGIATAN……………………………………………………….. 9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………... 10
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 4/25
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota.............................................................. 11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan........................................................... 17
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas............. 19
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti......................................................... 20
iii
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 5/25
RINGKASAN Kasus komplikasi yang sering diderita pasien diabetes salah satunya
adalah luka pada kaki atau yang biasa disebut dengan ulkus diabetikum. Ulkus
kaki diabetes (UKD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput
lendir. Dan dari data statistik diberitahukan bahwa penderita diabetes kinisemakin meningkat tiap tahunnya. Untuk penanganan dan perawatan ulkus itu
sendiri saat ini masih kurang praktis digunakan terutama bagi penderita yang
sudah lanjut usia karena masih membutuhkan seseorang yang cukup ahli dalam
pemasangan balutan untuk selalu menjaga kebersihannya, karena kelembaban dan
kebersihan area luka menjadi nilai penting yang harus dijaga. Maka dari itu, pada
penelitian ini dibuatlah ekstak lidah buaya dalam sediaan patch agar memudahkan
masyarakat dalam penggunaannya, terutama bagi para penderita yang telah lanjut
usia. Fungsi dari patch ekstrak lidah buaya ini adalah sebagai perawatan sekaligus
menjaga ulkus tersebut dari berbagai mikroba yang berpotensi untuk
memperparah ulkus tersebut.
Pada penelitian ini kami menggunakan formulasi sediaan patch
menggunakan ekstrak lidah buaya (Aloe vera). sebagai zat aktif utama.
Hewan uji yang dipakai adalah tikus sebanyak 20 ekor yang dibagi menjadi 8
kelompok, yaitu sebagai kontrol negatif, positif, dan dengan 6 perlakuan yang
berbeda konsentrasinya. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 tikus. Sebagai
polimer digunakan Polyvinyl Pyrolidone dan chitosan dengan perbandingan
1:1, 2:1, dan 3:1. Metode pelarutan akan digunakan dalam pembuatan
formulasi ini. Chitosan terlebih dahulu dilarutkan kedalam asam asetat.
Setelah itu, semua bahan dicampur menjadi satu hingga homogen. Bahan yang
sudah homogen dituangkan ke dalam cawan petri dan dikeringkan sampai
terbentuk film, kemudian patch dibuat dalam ukuran standar ulkus diabetikum.Tahap pertama uji in vivo dilakukan dengan menginduksi tikus putih jantan
galur Wistar ( Rattus norvegicus L.) umur 40-60 hari, berat badan sekitar
150 - 200 gram agar menderita diabetes mellitus. Kemudian tikus tersebut
diberi luka dan mengaplikasikan ekstrak lidah buaya dalam sediaan patch pada
luka tersebut. Pengamatan dilakukan pasca perlakuan pada hewan uji yang
terinduksi mengalami luka dengan mengukur diameter ulkus diabetikum tiap
harinya.
Dari penelitian tersebut, data yang diperoleh meliputi karakteristik fisik
patch (keseragaman bobot, keseragaman dimensi, ketebalan, pH
permukaan, swelling, daya lekat, dan waktu lekat) dan efektifitas uji in vivo(diameter ulkus diabetikum). Analisis data akan dilakukan menggunakan
ANOVA dengan program SPSS.
Kata kunci : diabetes melitus, ulkus diabetikum, lidah buaya (Aloe vera), patch.
iv
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 6/25
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah kelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah (Smeltzer & Bare, 2001). Menurut American
Diabetes Association (2004) diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia yang diakibatkan kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya. Diabetes melitus memiliki beberapa tipe yaitu diabetes
melitus tergantung insulin (diabetes tipe I), diabetes melitus tidak tergantung
insulin (diabetes tipe II), diabetes melitus gestasional dan diabetes melitus tipe
lain. Angka kejadian diabetes tipe I 5% hingga 10% dari seluruh penderita
diabetes mellitus, sedangkan diabetes tipe II mencapai 90% hingga 95% dariseluruh penderita diabetes mellitus (Smeltzer & Bare, 2001). Laporan data
statistik World Health Organization (WHO) tentang prevalensi diabetes untuk
semua kelompok umur di seluruh dunia diperkirakan 2,8% pada tahun 2000 dan
4,4% pada tahun 2030. Jumlah penderita diabetes diperkirakan meningkat dari
171 juta pada tahun 2000 menjadi 366 juta jiwa tahun 2030 (Wild et al , 2004).
Dengan banyaknya penderita diabetes, tidak sedikit penderita diabetes ini
mengalami komplikasi yang cukup serius. Salah satu komplikasi yang sering
terjadi pada penderita diabetes melitus adalah masalah pada kaki. Misalnya luka
(ulkus diabetik) pada kaki yang tidak kunjung sembuh, infeksi bakteri atau jamur,
dan yang paling parah adalah pembusukan pada jaringan sehingga perlu
diamputasi. Namun yang paling sering dialami penderita diabetes melitus adalah
luka (ulkus). Ulkus kaki diabetes (UKD) adalah luka terbuka pada permukaan
kulit atau selaput lendir yang terjadi akibat komplikasi penyakit diabetes mellitus
atau kencing manis. Ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai
invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus
berbau. Ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer. Dengan banyaknya penderita diabetes
melitus yang mengalami komplikasi inilah yang menimbulkan masalah dikalangan tenaga kesehatan untuk penanganan luka (ulkus) tersebut secara efektif
dan mudah dalam penggunaannya, contohnya saja dengan menggunakan balutan
yang tepat karena itu merupakan hal yang paling penting dalam penanganan
ulkus diabetes yang optimal. Selain itu kelembaban dan kebersihan area luka
menjadi nilai penting yang harus dijaga. Beberapa jenis balutan telah banyak
digunakan pada perawatan luka serta didesain untuk mencegah infeksi pada
ulkus (antibiotika), membantu debridement (enzim), dan mempercepat
penyembuhan luka. Salah satu media yang biasa digunakan tenaga kesehatan saat
ini untuk membalut luka diabetes adalah dengan menggunakan perban yang
1
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 7/25
dipadukan dengan berbagai zat kimia tambahan, salah satunya yang berfungsi
sebagai antifungi dan antibacteri. Namun dengan penggunaan perban ini
menimbulkan masalah baru, karena penanganan ulkus saat ini masih kurang
praktis digunakan. Dalam penggunaan perban saat ini masih dibutuhkan tenaga
kesehatan (perawat) untuk tetap menjaga kebersihannya, terutama bagi para
penderita yang sudah lanjut usia.
Pada penelitian ini diadakan percobaan dengan membuat media untuk
membalut luka dalam bentuk patch ―plester‖ agar lebih praktis dalam penggunaannya sekaligus sebagai perawatan dan bahan aktif yang dipilih untuk
diaplikasikan pada patch ini adalah ekstrak lidah buaya. Pada tanaman lidah buaya
ini banyak sekali senyawa-senyawa yang sangat bermanfaat. Contohnya saja
senyawa saponin yag terdapat pada bagian daun dan akarnya berfungsi sebagai
pembersih sehingga efektif bagi penyembuhan luka, selanjutnya senyawa taninyang dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi luka karena
mempunyai daya antiseptik, sama halnya dengan flavonoid dan polifenol yang
mempunyai aktivitas sebagai antiseptic (Harborne, 1987).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang khasiat ekstrak lidah buaya, bukan hanya untuk
menyembuhkan luka biasa melainkan dapat pula digunakan untuk luka (ulkus)
diabetes. Disamping itu, pada penelitian ini juga dapat memberikan informasi
tentang keefektifan ekstrak lidah buaya yang diaplikasikan pada patch‖plester‖.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak lidah buaya dapat digunakan sebagai alternatif perawatan ulkus
diabetes?
2. Berapakah dosis efektif patch herbal ekstrak lidah buaya sebagai perawatan
ulkus diabetes mellitus?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kandungan bahan aktif lidah buaya sebagai alternatif perawatanulkus diabetes.
2. Mengetahui dosis efektifan patch herbal lidah buaya sebagai perawatan ulkus
diabetes mellitus.
1.4. Luaran yang Diharapkan
Penelitian ini diharapkan menghasilkan sebuah bukti ilmiah yang dapat
dijadikan sebagai media alernatif yang efektif dan mudah dalam penggunaannya
untuk perawatan ulkus diabetes dalam sediaan patch herbal lidah buaya.
2
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 8/25
1.5. Manfaat Penelitian
Menjadikan penelitian ini sebagai panduan untuk penelitian selanjutnya,
memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk merawat ulkus dengan efektif dan
praktis, serta memberikan peluang bagi pengelola usaha untuk mengembangkan patch lidah buaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus
Diabetes adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia akibat cacat pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Hiperglikemia kronik diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi, dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah (American Diabetes Association, 2013). Diagnosis DM menurut
PERKENI atau yang dianjurkan ADA( American Diabetes Association) jika hasil
pemeriksaan gula darah: 1) Kadar gula darah sewaktu lebih atau sama dengan
200mg/dl; 2) Kadar gula darah puasa lebih atau sama dengan 126 mg/dl; 3) Kadar
gula darah lebih atau sama dengan 200mg/dl pada 2 jam setelah beban glukosa 75
gram pada tes toleransi glukosa (Dewi, 2012).
American Diabetes Association (ADA) mengklasifikasikan diabetes
melitus berdasarkan patogenesis sindrom diabetes melitus dan gangguan toleransi
glukosa. Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4 yaitu diabetes melitus tipe 1,
diabetes melitus tipe 2, diabetes gestational dan diabetes melitus tipe khusus
(Price & Wilson, 2006).
2.2 Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronik dari penyakit
diabetes mellitus. Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada lapisan kulit
sampai ke dalam dermis.Ulkus diabetikum terjadi karena adanya penyumbatan
pada pembuluh darah di tungkai dan neuropati perifer akibat kadar gula darah
yang tinggi sehingga pasien tidak menyadari adanya luka (Ferawati, 2014).
Patofisologi ulkus diabetikum Ulkus diabetikum diawali dengan adanya
hiperglikemia pada pasien dengan diabetes mellitus yang menyebabkan kelainan
neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan automik. Kelainan
tersebut akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, kemudian
akan menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus, dengan adanya kerentanan
terhadap infeksi dapat menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang
3
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 9/25
luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah kesulitan
dalam pengelolahan ulkus diabetikum (Ferawati, 2014).
2.3 Klasifikasi Lidah Buaya
Klasifikasi tanaman lidah buaya adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Family : Liliaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera
(MC Setiawan - 2012)
2.4 Diskriptif Tanaman Lidah Buaya
Lidah buaya atau Aloe vera berbatang pendek dan kecil yang dikelilingi
oleh pelepah daun. Melalui batang ini akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya
menjadikan anakan. Lidah buaya tidak mempunyai cabang. Batang lidah buaya
juga dapat disetek untuk perbanyakan tanaman. Selain itu tanaman lidah buaya
pun memiliki daun. Daun tanaman lidah buaya berbentuk pita dengan helaian
yang memanjang. Daun lidah buaya melekat dari bagian bawah batu satu dengan
yang lain berhadap-hadapan membentuk struktur khas yang disebut roset.
Daunnya bersifat sukulen (banyak mengandung air) dan banyak mengandung
getah atau lendir (gel) yang biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat .
Selain memiliki batang dan daun, tanaman ini pun memiliki akar dan bunga
seperti tanaman lainnya (Intan,2012).
2.5 Kandungan dan Manfaat
Aloe vera adalah tanaman tradisional yang banyak digunakan untuk
kepentingan medis, dikarenakan lidah buaya mengandung saponin yang
mempunyai kemampuan membunuh jamur Pityrosporum ovale, serta senyawa
antarakuionon dan kuinon sebagai anti biotik serta penghilang rasa sakit (Aditya,
2008). Lidah buaya juga merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Dalam gel
lidah buaya terkandung lignin yang mampu menembus dan meresap kedalam
kulit, sehingga gel akan menahan hilangnya cairan dalam permukaan kulit.
Akibatnya, kulit tidak menjadi cepat kering (Aditya, 2008). Lidah buaya ( Aloe
4
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 10/25
vera L.) merupakan tanaman yang fungsional karena semua bagian dari tanaman
dapat dimanfaatkan. Berikut kandungan kimia lidah buaya: air (95,51%), lemak
(0,067%), karbohidrat (0,043%), protein (0,38%), vitamin A (4,59%), vitamin C
(3,47%): (Jatnika dan Saptoningsih, 2009; Ayu 2011).
Lendir lidah buaya kaya akan nutrisi serta zat pelembab dan mengandung
kurang lebih 96% air, aloektin B yang menstimulasi sistem imun dan memberikan
lapisan perlindungan pada bagian kulit yang rusak serta mempercepat tingkat
penyembuhan. Antrakuinon dan kuinonnya memiliki efek untuk menghilangkan
rasa sakit (analgetik). Saponin lidah buaya berperan sebagai pembersih sekaligus
antiseptik. Kandungan polisakarida (terutama glukomannan) yang bekerja sama
dengan asam-asam amino, enzim oksidase, enzim katalase, lipase, dan protease
memecah jaringan kulit yang sakit akibat kerusakan dan membantu memecah
bakteri, sehingga lendir bersifat antibiotik dan penggati sel yang rusak (Gage,2008 dan Furnhawanthi, 2002). Berdasarkan hal diatas sehingga Khasiat dan
penggunaan Aloe vera Linn sangat bervariasi yaitu sebagai laksatif, biogenik
stimulator yang mempercepat proses reepitelisasi jaringan, penyubur rambut,
antibakteri, antiviral, dan antifungi, arthritis dan rematik, tukak lambung dan
gangguan pencernaan, hepatoprotektor, menurunkan kadar lemak dalam darah dan
imunomodulator (Marshall, 1990; Sidik 1996, Fit 1983; Yudi 2003).
2.6 Ektraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyarisimplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.
Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari Sebagai
cairan penyari digunakan air, eter, etanol, atau campuran etanol dan air.
2.7 Patch Epidermal
Patch epidermal adalah perekat medis yang memberikan obat-obatan,
nanotech dan zat lainnya ke dalam aliran darah melalui kulit. Patch
menguntungkan melalui bentuk-bentuk lain aplikasi, karena memungkinkan
pelepasan terkendali ke pasien. Kerugian utama mereka adalah efektivitas kulit
sebagai penghalang, karena hanya bahan kimia tertentu cukup kecil untuk diserap.
Kerugian ini dikurangi oleh cukup nanotechnological aplikasi. Pelepasan zat aktif
pada suatu patch dikenal dengan metode tidak langsung. Menurut Lenaerts et
al ., (1990), patch terdiri dari 3 lapisan yaitu (1) permukaan dasar terdiri
dari polimer bioadhesif polikarbopil, (2) permukaan membran yang
merupakan tempat terlepasnya obat, (3) permukaan impermeabel, yang
merupakan lapisan pelindung supaya obat hanya lepas dari satu sisi patch .
2.7.1 Chitosan
5
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 11/25
Chitosan merupakan polimer linear yang tersusun oleh 2000-3000
monomer N-asetil-Dglukosamin dalam ikatan β-(1-4), berat molekul bervariasi
dengan rata-rata 120.000 Dalton dan dapat mencapai 800 Kda, serta tidak larut
pada pH 6,5 (Tang et al., 2007). Berat molekul ini tergantung dari derajat
deasetilasi yang dihasilkan pada saat ekstraksi. Semakin banyak gugus asetil yang
hilang dari biopolimer chitosan, maka semakin kuat interaksi antar ion dan ikatan
hidrogen dari kitosan (Tang et al., 2007). Penggunaan chitosan sebagai eksipien
dalam formulasi telah diinvestigasi dalam berbagai macam penelitian. Baru-
baru ini telah dikembangkan bahwa chitosan digunakan dalam desain drug
delivery system karena chitosan dan turunannya bersifat biocompatible dan
biodegradable. Chitosan mempunyai sifat mudah mengalami degradasi secara
biologis, tidak beracun, tidak toksik dengan LD50 setara dengan 16 g/kg BB
(Tang et al.,2007).
2.7.2 Polivinil Poridon (PVP)
Povidon menurut Rowe (2003) mempunyai nama kimia 1-ethenyl — 2 pyrrolidone homopolymer. Dijelaskan pula, povidon mempunyai beberapa
sinonim antara lain kollidon, Plasdone,poly(1 — (2-oxo-1-pyrrolidinyl)ethy-lene),
polyvidone, polyvinilpyrolidone, PVP, 1 — vynil — 2-pyrrolidine polymer.
Menurut pengertian dari Depkes RI (1979), povidon adalah hasil polimerasi 1-
vinilpirolid-2-on dalam berbagai bentuk polimer dengan rumus molekul
(C6H9NO)n, rumus struktur povidon terlihat di gambar 3. Povidon memiliki
pemerian berupa serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau, dan bersifat higroskopis. Sedangkan untuk kelarutan, povidon mudah 6
larut dalam air, etanol (95%) P, kloroform P dan praktis tidak larut dalam eter
P. Povidon memiliki bobot molekul berkisar antara 10.000 hingga 700.000,
kelarutan povidone tergantung dari bobot molekul rata-rata.
Polivinilpirolidon (PVP) digunakan sebagai zat pengembang sehingga
bermanfaat untuk meningkatkan pelepasan obat setiap batchnya secara linear,
meningkatkan elastisitas dan pembentuk lapisan film pada patch (Patel et al.,
2007).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat Penelitian :
Alat – alat yang digunakan berupa kapas, pinset, penggaris, pipet ukur,
pipet tetes, kandang tikus, blender, saringan (Corong Buchner), sarung tangan,
masker, jangka sorong, kamera digital, timbangan analitik, alat-alat gelas yang
6
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 12/25
lazim digunakan (gelas beker, gelas ukur, labu takar, dan gelas arloji), freeze
drier , water bath, vacum rotary evaporator , oven, labu erlenmeyer, cawan petri,
batang pengaduk, kompor listrik, freezer , timbangan digital, kertas label, kertas
saring, dan selotip.
3.1.2. Bahan
Preparasi Ekstrak : lidah buaya (Aloe vera)
Hewan Uji : tikus ( Rattus norvegicus L.)
Formulasi patch : Chitosan, Polyvinyl Pyrrolidone
Uji in vivo : Aloksan
Obat standart ulkus diabetikum
3.2 Jalannya Penelitian
3.2.1 Ekstraksi Lidah Buaya (Aloe vera)
Daun Lidah buaya dicuci, dikupas kulitnya, dagingnya dikerok dan
dihancurkan dengan menggunakan blender, lalu dikeringkan dengan
menggunakan pengering beku (freeze drier), hingga dihasilkan ekstrak dalam
bentuk serbuk.
3.2.2 Formulasi Patch
Formulasi sediaan patch menggunakan ekstrak lidah buaya (Aloe vera).
sebagai zat aktif utama. Sebagai polimer digunakan Polyvinyl Pyrolidone
dan chitosan dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan 3:1. Metode pelarutan akan
digunakan dalam pembuatan formulasi ini. Chitosan terlebih dahulu
dilarutkan kedalam asam asetat. Setelah itu, semua bahan dicampur menjadi
satu hingga homogen. Bahan yang sudah homogen dituangkan ke dalam cawan
petri dan dikeringkan sampai terbentuk film. Kemudian patch dibuat dalam
ukuran standar ulkus diabetikum. Secara lengkap rancangan formulasi sediaan
patch dapat dilihat pada tabel 2.
Formula Zat aktif (b/v) PVP Chitosan
Formula 1 5% 61,5% 31%
Formula 2 10% 58% 29,5%
Formula 3 5% 69,4% 23,1%
Formula 4 10% 65,5% 22%
Formula 5 5% 48,75% 48,75%
Formula 6 10% 43,75% 43,75%
7
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 13/25
Tabel .Rancangan formula patch mukoadhesif dari ekstrak lidah buaya (Aloe
vera).
Rancangan formulasi tersebut nantinya akan dipilih 2 yang menghasilkan
karakteristik patch dengan perbandingan PVP dan chitosan yang palingoptimal. Masing-masing mengandung zat aktif 5 % dan 10 %.
1) Uji Karakteristik Fisik Patch
Patch ini akan diuji karakteristik fisik yang meliputi, keseragaman
bobot, keseragaman dimensi, ketebalan, pH permukaan, swelling, daya lekat,
dan waktu lekat (Singh, 2011).
2) Uji in vivo
Penelitian dilakukan dengan menginduksi tikus putih jantan galur
Wistar (Rattus norvegicus L.) umur 40-60 hari, berat badan sekitar 150 -
200 gram agar menderita diabetes mellitus. Tikus dibagi menjadi 8 kelompok,
yaitu sebagai kontrol negatif (diinduksi diabetes) , positif (diinduksi diabetes
dan diberi obat standar), dan dengan perlakuan 6 konsentrasi yang berbeda.
Masing-masing kelompok terdiri dari 3 tikus.
3.3. Pengelompokan dan perlakuan pada hewan uji
Tikus putih jantan galur Wistar (Rattus norvegicus L.) umur 40-60
hari, berat badan sekitar 150-200 gram yang digunakan sebanyak 24 ekordalam kandang baterai dibagi menjadi 8 kelompok perlakuan. Tiap kelompok
terdiri dari 3 replikasi..
3.4. Pengambilan Sampel
Pengamatan dilakukan pasca perlakuan pada hewan uji yang terinduksi
mengalami luka dengan mengukur diameter ulkus diabetikum tiap harinya.
3.5. Analisis Data
Data yang diperoleh meliputi karakteristik fisik patch (keseragaman
bobot, keseragaman dimensi, ketebalan, pH permukaan, swelling , daya
lekat, dan waktu lekat) dan efektifitas uji in vivo (diameter ulkus diabetikum).
Analisis data akan dilakukan menggunakan ANOVA dengan program SPSS.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Tabel 2. 1 Format Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P
8
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 14/25
No Perincian Pengeluaran Uang Jumlah (Rp)
1 Peralatan penunjang Rp.937.500
2 Biaya bahan habis pakai Rp.4.697.500
3 Biaya perjalanan Rp.2.440.000
4 Biaya lain-lain Rp.2.715.000TOTAL BIAYA Rp.10.826.000
4.2 Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan Bulan ke- Penanggung
Jawab1 2 3 4 5
1. Tahap Persiapan
a. Determinasi tanaman
b. Persiapan simplisia
c. Persiapan formulasi
d.
Persiapan uji
√
√
√ √
Winda Ayu
Wicaksono
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pembuatan ekstrak lidah
buaya
b. Optimasi dan formulasi patch
c. Perlakuan pada tikus
d. Pengamatan
√ √
√
√
√
√
Zulfikar Andri
Rahman &
Irawati Hidayah
3. Tahap Penyelesaian
a. Pengumpulan data penelitian
b. Pengolahan data
c.
Analisis datad. Penyusunan laporan akhir
e. Pengumpulan laporan akhir
√ √
√
√
√
√
√ √ √
√
Shafaa Shafiyah
& Sarah Badar
Nahdi
DAFTAR PUSTAKA
Bernkop-Schnürch, A. 2000. Chitosan and its derivates potential excipient
for peroral peptide delivery system. Int. J. Pharm, 194, 1-13.
Dewi, I. 2011. Pemberian Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aleo vera) Konsentrasi
75% Lebih Menurunkan Jumlah Makrofag daripada Konsentrasi 50% dan
25% pada radang Mukosa Mulut Tikus Putih jantan. Program Megister
Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
Denpasar
9
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 15/25
Furnawanthi, I. 2002 , Khasiat dan manfaat Lidah Buaya si Tanaman Ajaib, PT.
Agro Media Pustaka, Jakarta. 9-14.
Gage, D. dan Tara, E. 2008. Buku Pintar Terapi Aloe vera,Taramedia &RestuAgung, Jakarta,15
Handayani, Isti. 2006. Aktivitas Sediaan Gel dari Ekstrak Lidah Buaya (Aloe
barbadensis Miller)untuk Proses Penyembuhan Luka pada Mencit (Mus
Musculus). Departemen Klinik, reproduksi, dan Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Kamaludin, Iqbal.2011. Evektifitas Ekstrak Lidah Buaya Aleo Vera untuk
pengobatan Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (Clarias
Sp). Melalui Pakan.Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Marshall,J.M.1990. Aloe vera Gel: Whats is The Evidence?. New York: The
Pharmaceutical Journal.Hal 360-362.
Padmadisastra, Yudi dkk. 2003. Formulasi Sediaan Cairan Gel Lidah Buaya (Aloe
vera Linn) sebagai Minuman Kesehatan. Simposium Nasional KimiaBahan Alma III.
Perkeni., 2002. Perkembangan Diabetes Mellitus Di Indonesia. Jakarta: EGC
Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit . Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC
Setiawan, Michael Candra.2012. (skripsi) Kualitas Minuman Serbuk Instan Lidah
Buaya (Aloe barbadensis Miller) dengan Variasi Kadar Maltodeksrin dan
Suhu Pemanasan.Universitas Atma Jaya: Yogyakarta.
Smeltzer, S. C., &Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah
brunner & suddarth (Vol. 2). Jakarta: EGC
Tang, Z. X., Qian, J. Q. and Shi, L. E. 2007. Preparation of chitosan
nanoparticles as carrier for immobilized enzyme. Appl. Biochem.
Biotechnol., 136, 77-96.
10
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 16/25
1211
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 17/25
12
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 18/25
13
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 19/25
14
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 20/25
15
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 21/25
16
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 22/25
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Peralatan penunjang
No. Nama Komponen
Jumlah
barang
Harga
satuan (Rp) Jumlah uang (Rp)
1 Kandang tikus 5 buah 50.000 250.000
2 Kawat RAM 15 meter 15.000 225.000
3 Pinset 10 buah 9.500 95.000
4 Peminjaman freeze drier 1 buah 270.000 270.000
5 Penggaris 5 buah 3000 15.000
6 Pipet ukur 3 buah 17.000 51.000
7 Pipet tetes 5 buah 9500 47.500
8 Saringan 1 pak 20.000 20.000
TOTAL HARGA Rp.973.500
2.
Bahan habis pakai
No Nama KomponenJumlah
Barang
Harga Satuan
(Rp)
Jumlah Uang
(Rp)
1 Tikus 24 ekor 40.000 96.000
2 Pakan tikus (BR-2) 150 kg 5.000 750.000
3 Lidah buaya 8kg 7.000 56.000
4 Citosan 50g 920.000 920.000
5 Polivinil pirolidon 100g 900.000 900.000
6 Kloroform 50ml 350.000 350.000
7 Etanol 70% 7Liter 100.000 700.000
9 Aquadest 7Liter 3.500 24.500
10 Asam asetat 1Liter 250.000 250.000
11 Kertas saring 5 lembar 10.000 50.000
12 Aloksan 25g 20.000 20.000
13 Tisu 5 pack 15.000 75.000
17
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 23/25
14 Masker 3 pack 50.000 150.000
15 Sarung tangan 3 pack 50.000 150.000
16 Kapas 4 bungkus 4.000 16.000
17 Selotip 4 buah 2.000 8.000
18 Kertas label 1 lusin 15.000 15.000
19 Sabun antiseptik 2 botol 39.500 79.000
20 Obat standar 1 botol 88.000 88.000
TOTAL HARGA Rp.4.697.500
3. Perjalanan
No Nama KomponenJustifikasi
perjalanan
Jumlah Uang
(Rp)
1 Biaya perjalanan beli lidah
buaya ke bantul
5 kali 150.000
2 Biaya perjalanan beli bahan
habis pakai dan bahan
penunjang ke Brataco
7 kali 140.000
3 Biaya perjalanan beli pakan
tikus
12 kali 250.000
4 Biaya perjalanan belikandang tikus 1 kali 200.000
5 Biaya perjalanan kirim tikus 1 kali 200.000
6 Biaya kirim bahan-bahan
kimia
1 kali 200.000
7 Biaya perjalanan FAPA 1 kali 1.100.000
8 Biaya perjalanan LPPP
UGM
5 kali 200.000
SUB TOTAL (Rp) Rp.2.440.000
4.
Biaya lain-lain
No Nama Komponen Jumlah Uang
(Rp)
1 Biaya administrasi
laboratorium
1.000.000
2 Pembuatan laporan 165.000
3 Dokumentasi 200.000
4 Biaya registrasi FAPA 1.000.000
5 Pengajuan hak paten 350.000
SUB TOTAL (Rp) 2.715.000
TOTAL KESELURUHAN Rp.10.826.000
18
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 24/25
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
No
.
Nama /
NIM
Program
StudiBidang Ilmu
AlokasiWaktu
(jam/minggu)
Uraian Tugas
1 Winda Ayu
Wicaksono
Farmasi KESEHATAN 24 jam - determinasi
tanaman
- pengumpula
n bahan
tanaman
- persiapan
formulasi
2 ZulfikarAndri
Rahman
Farmasi KESEHATAN 24 jam -
Persiapanekstrak lidah
buaya
- optimasi dan
formulasi patch
- Kontrol
kualitas ekstrak
3 Irawati
Hidayah
dan ShafaaShafiyah
Kedokter
an
Umum
KESEHATAN 24 jam - Persiapan
hewan uji
- Uji sample
terhadap hewan
uji
- Pengamatan
setelah
perlakuan
4 Sarah Badar
Nahdi
Farmasi KESEHATAN 12 jam -
Analisis
hasil dan
pembuatan
laporan
19
7/17/2019 pkm p didanai dikti lidah buaya
http://slidepdf.com/reader/full/pkm-p-didanai-dikti-lidah-buaya 25/25
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti
20
Top Related