Piebaldisme
Piebaldisme adalah penyakit autosomal dominan yang langka. Penyakit ini ditandai dengan tidak
adanyamelanosit di daerah kulit dan rambut yang terkena karena mutasi gen c-kit yang terletak di
kromosom 4q12. Gen c-kit ini mempengaruhi diferensiasi dan migrasi sel melanoblas dari puncak saraf
selama hidup embrio. Gen c-kit mengkodekan reseptor transmembrane tirosin kinase di permukaan sel
untuk steel factor, faktor pertumbuhan embrionik.1 Dalam literature terdapat 14 poin mutase, sembilan
delesi, dua mutasi sambungan nukleotida, dan tiga insersi gen c-kit. Semua menyebabkan piebaldisme
dengan berbagai fenotipe.2 Dalam sebuah studi dari 26 pasien yang tidak berhubungan dengan
piebaldism-like depigmentation, 17 pasien memiliki lesi klasik, 5 memiliki klinis yang atipikal atau riwayat
pada keluarga, dan 4 memiliki kelainan-kelainan lainnya. Berbagai mutasi atau delesi patologis dari gen
c-kit ditemukan pada 10 pasien yang tipikal (59%) dan pada 2 pasien atipikal (40%). Tidak ada pasien
tanpa mutasi gen c-kit yang menunjukkan abnormalitas gen steel factor.3
Manifestasi klinik dan keparahan fenotipik piebaldisme sangat berkorelasi dengan lokasi mutasi
dalam gen c-kit. Mutasi missense negatif dominan dari domain tirosin kinase intraseluler muncul untuk
menghasilkan fenotipe yang paling parah, sementara mutasi dalam amino terminal extracellular ligand-
binding domain menghasilkan insufisiensi haplo dan berkaitan dengan bentuk paling ringan dari
piebaldisme.2 Pada fenotipe intermediate dapat terlihat mutasi yang dekat dengan daerah
transmembran. Tipe klasik dari piebaldisme statis karena mutasi gen c-kit di sekitar kodon 620.
Gambar 1. Macula hipopigmentasi berbatas tegas dengan daerah hiperpigmentasi pada tubuh,
ekstremitas atas, dahi dan kelopak mata dengan leukotrichia.
Insiden piebaldisme diperkirakan kurang dari 1:20000. Antara laki-laki dan perempuan tidak ada
perbedaan angka insidensi, dan tidak ada ras yang terhindar.4 Individu yang terkena lahir dengan
depigmentasi relative stabil dan persisten dari rambut dan kulit, meskipun pada beberapa pasien,
repigmentasi parsial atau komplit dapat terjadi secara spontan, terutama setelah cedera.5 Bagian putih
pada rambut timbul dalam bentuk segitiga memanjang atau berbentuk berlian, garis tengah, macula
depigmentasi di dahi mungkin satu-satunya manifestasi pada 80-90% kasus.6 Alis dan bulu mata juga
bisa terkena. Karakteristik distribusi macula depigmentasi termasuk macula sentral pada dahi dengan
jambul putih, anterior abdomen melebar hingga ke dada, lateral punggung hingga ke dorsal spine,
pertengahan lengan dan kaki hingga ke tangan dan jari kaki.4 makula depigmentasi berbentuk persegi
panjang, belah ketupat atau bentuk ireguler dan biasanya memiliki distribusi yang simetris. Biasanya,
pulau hiperpigmentasi timbul di dalam dan di perbatasan area depigmentasi.4
Gambar 2. Grafik pedigree yang menggambarkan pola pewarisan (warna hitam menunjukkan anggota
keluarga yang memiliki piebaldisme)
Melanosit tidak ada atau sangat berkurang di bercak histologis dan ultrastructural. Mereka
dalam jumlah yang normal pada area yang mengalami hiperpigmentasi. Pada kondisi tertentu,
karakteristik depigmentasi pada rambut dan kulit perlu dipertimbangkan kemungkinan albinisme dan
vitiligo, yang merupakan kelainan kongenital. Albinisme adalah kelainan kongenital yang diwariskan
secara genetic, Dengan karakteristik tidak adanya sebagian atau seluruh produksi melanin di kulit,
rambut dan mata. Vitiligo mungkin jarang terjadi pada saat lahir, tetapi biasanya diperoleh di kemudian
hari,sifatnya tidak stabil dan tidak diwariskan secara genetic, meskipun mungkin terjadi pada beberapa
keluarga. Munculnya macula depigmentasi sejak lahir ditandai dengan jambul putih pada region frontal,
distribusi khas macula depigmentasi, relative stabil sejak saat penampilan dan kehadiran pola yang sama
dari macula depigmentasi pada anggota keluarga lainnya, membuat diagnosis piebaldisme lebih mudah.
Anomaly depigmentasi pada piebaldism biasanya terbatas pada rambut dan kulit. Namun,
asosiasi yang langka telah dilaporkan dengan piebaldisme, khususnya Hirschprung’s disease atau
aganglionic megacolon, mendukung bukti adanya hubungan dan interaksi antara gen dan protein dalam
regulasi melanosit dan pleksus saraf enteric selama perkembangan mereka saat embryogenesis.7 Pada
beberapa kesempatan, neurofibramotosis tipe 1 dikaitkan dengan piebaldisme.8,9 pasien piebaldisme
dengan congenital dyserythropoietic anemia tipe II (HEMPAS) dan seorang pasien dengan Diamond-
Blackfan anemia juga telah dilaporkan.10,11 Grover’s diseaseatau dermatitis akantolitik transient terbatas
pada macula depigmentasi pada pasien piebaldisme yang telah dijelaskan.12
Tabel 1. Perbandingan Piebaldisme, Vitiligo, Albinisme dan Waardenburg’s syndrome
Sejumlah sindrom mengaitkan piebald-like hypopigmentation di rambut dan kulit dengan
kelainan lainnya, tapi tidak berhubungan dengan kelainan gen c-kit. Sindrom waardenburg, sebuah
gangguan autosomal dominan ditandai dengan rambut putih kongenital, perpindahan medial canthi ke
lateral, hipertrofi nasal root, heterokromia parsial atau total iris dan tuli sensorineural. Semua kelainan
Waardenburg’s syndrome melibatkan puncak saraf tidak hanya dari melanosit, tetapi juga pleksus
enteric sel ganglion dan jaringan saraf lainnya serta jaringan ikat kepala dan lehernya.13,14 Ziprkowski dan
Margolis pada tahun 1962 menjelaskan sebuah gangguan resesif X-linked ditandai dengan
hipomelanosis, tuli dan bisu dalam keluarga Israel Yahudi asal Sephardic.15 Kini telah dimasukan dalam
albinism-deafness syndrome (ADFN) dan gennya telah diterjemahkan ke Xq24-q26 namun tidak
diidentifikasi.16 Woolf pertama kali dilaporkan piebaldisme, berkaitan dengan tuli kongenital, pada tahun
1965, pada 2 bersaudara di Hopi Indian di Arizona.17 Sindrom Tietz pertama kali dijelaskan sebagai
depigmentasi generalisata kongenital dan tuli sensorineural mendalam kongenital, ditransmisikan
sebagai autosomal dominan dengan penetrasi penuh, dan dikaitkan dengan mutasi pada gen
micropthalmia-associated transcription factor (MITF) dari keturunan keluarga yang sama.18
Pengobatan merupakan sebuah tantangan. Kombinasi dari dermabrasi dan cangkok kulit
berpigmen pada area depigmentasi, dengan atau tanpa fototerapi, yang mungkin bermanfaat pada
pasien tertentu. Area depigmentasi dapat diobati dengan thin split-thickness grafts dan minigrafting
atau dengan kultur epidermis in vitro dan cangkok hisap epidermal dengan tambahan minigrafting.19
semua pasien dengan piebaldisme menghasilkan repigmentasi yang baik dengan transplantasi. Cangkok
lembar epidermal secara teknis lebih mudah dan membuahkan hasil terbaik, kecuali pada siku dan
lengan. Fototerapi sendiri berpengaruh kecil, namun sangat membantu post transplantasi. Baru-baru ini
transplantasi melanosit autologous diperoleh dari kultur melanosit atau dari melanosit dan keratinosit
seperti telah dijelaskan keamanan dan keefektifannya sebagai terapi pada pasien dengan
piebaldisme.20,21 Hal ini menyebabkan repigmentasi tanpa luka dengan menggunakan donor yang
sedikit. Setelah prosedur ini, fototerapi dapat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Spritz RA. Molecular basis of human piebaldism. J Invest Dermatol 1994;103 (Suppl 5):137S-40S.
2. Richards KA, Fukai K, Oiso N, Paller AS. A novel KIT mutation results in piebaldism with
progressive depigmentation. J Am Acad Dermatol 2001;44:288-92.
3. Ezoe K, Holmes SA, Ho L, Bennett CP, Bolognia JL, Brueton L, et al. Novel mutation and deletions
of the KIT (steel factory receptor) gene in human piebaldism. Am J Hum Genet 1995;56:58-66.
4. Ortonne JP, Bahaderan P, Fitzpatric TB, Mosher DB, Hori Y. Hypomelanosis dan Hypermelanosis.
In: Fitzpatric TB, Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, et al. editors.
Dermatology in General Medicine 6th ed. New York; McGraw-Hill; 2003. P. 836-81.
5. Fukai K, Hamada T, Ishii M, Kitajima J, Terao Y. Acquired pigmented macules in human piebald
lesions. Ultrastructure of melanocytes in hypomelanotic skin. Acta Derm Venereol 1989;69;524-
7.
6. Ward KA, Moss C, Sanders DS. Human piebaldism: Relationship between phenotype and site of
kit gene mutation. Br J Dermatol 1995;132:929-35.
7. Mahakrishnan A, Srinivasan MS. Piebaldism with Hirschprung’s disease. Arch Dermatol
1980;116:1102.
8. Angelo C, Cianchini G, Grosso MG, Zambruno G, Cavalieri R, Paradisi M. Association of
piebaldism and neurofibromatosis type I in a girl. Pediatr Dermatol 2001;18:490-3.
9. Duarte AF, Mota A, Baudrier T, Morais P, Santos A, Cerquiera R, et al. Piebaldism and
fibromatosis type I: family report. Dermatol Online J 2010;16:11.
10. Koklu S, Ertugrul D, Onat AM, Karakus S, Hazhedaroque IC, Buegukasik Y, et al. Piebaldism
associated with congenital dyserthropoietic anemia type II (HEMPAS). Am J Hematol
2002;69:210-3.
11. Costa LD, Fixler J, Berets O, Leblanc T, Williq TN, Mohandas N, et al. Piebaldism in diamond
blackfan anemia: A new Phenotype? Br J Haematol 2002;119:572.
12. Kiwan RA, Mutasim DF. Grover disease (transient acantholytic dermatosis) and piebaldism. Cutis
2002;69:451-3.
13. Janjua A, Khachemoune A, Guldbakke KK, Piebaldism: A case report and a consice review of the
literature. Cutis 2007;80:411-4.
14. Read AP, Newton VE. Waardenburg’s syndrome. J Med Genet 1997; 34:656-665.
15. Ziprkowski L, Krakowski A, Adam A, Costeff H, Sade J. Partial albinism and deaf-mutism due to a
recessive sex-linked gene. Arch Dermatol 1962;86:530-9
16. Shiloh Y, Litvak G, Ziv Y, Lehner T, Sandkuyl L, Hildesheimer M, et al. genetic mapping of X-linked
albinism-deafness syndrome (ADFN) to Xq26.3-Q27 I. Am J Hum Denet 1990;47:20-7.
17. Woolf C. Albinism among Indians in Arizona and New Mexico. Am J Hum Genet 1965;17:23-5.
18. Smith SD, Kelley PM, Kenyon JB, Hoover D. Tietz syndrome (hypopigmentation/deafness) caused
by mutations of MITF. J Med Genet 2000;37:446-8.
19. Njoo MD, Nieuweboer-Krobotova L, Westerhof W. Repigmentation of leucodermic defects in
piebaldism by dermabrasion and thin split-thickness grafting in combination with minigrafting.
Br J Dermatol 1998;139:829-33.
20. Neves DR, Regis JR, Oliveira PJ, Zac RI, Silveira KS. Melanocyte transplant in piebaldism: Case
Report. An Bras Dermatol 2010;85:384-8.
21. Van Geel N, Wallaeys E, Goh BK, De Mil M, Lambert J. Long-term results of noncultured
epidermal cellular grafting in vitiligo, halo naevi, piebaldism and naevus depigmentosus. Br J
Dermatol 2010;163:1186-93.