Download - PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

Transcript
Page 1: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

Scanned by TapScanner

PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA

TANGERANG SELATAN TERHADAP PENDIDIKAN STEM

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd)

Oleh:

RIANA WATI

11150162000024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H /2020 M

Page 2: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

i

Page 3: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

ii

Page 4: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

iii

Page 5: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

iv

ABSTRAK

Riana Wati, “Persepsi Siswa Madrasah Aliyah (MA) di Kota Tangerang

Selatan terhadap Pendidikan STEM”. Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2020.

Adanya pendidikan STEM di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di

antaranya rendahnya kualitas prestasi sains dan matematika siswa menengah di

Indonesia, tuntutan untuk mempersiapkan keterampilan siswa agar sukses dalam

menghadapi tantangan persaingan global, serta menghasilkan lulusan yang lebih

banyak di bidang STEM. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana

persepsi siswa terhadap pendidikan STEM. Populasi dalam penelitian ini

merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

Sementara itu, sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive

sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 527 orang siswa kelas XI-XII IPA.

Proses pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (angket)

sebanyak 31 pernyataan yang terdiri dari 4 aspek, yaitu matematika, sains,

teknologi dan engineering, serta keterampilan abad 21. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa persepsi siswa Madrasah Aliyah (MA) di Kota Tangerang

Selatan setuju terhadap Pendidikan STEM. Mayoritas siswa setuju pada aspek sains,

teknologi dan engineering, serta keterampilan abad 21, sedangkan siswa

menyatakan ragu-ragu pada aspek matematika. Berdasarkan data tersebut, hasil

penelitian ini diharapkan mampu menjadi pertimbangan dalam mensukseskan

implementasi STEM di Indonesia.

Kata kunci: Persepsi, Siswa, Pendidikan STEM

Page 6: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

v

ABSTRACT

Riana Wati (11150162000024). Madrasah Aliyah (MA) Student Perception in

South Tangerang City of STEM Education, Chemistry Education Study

Program Departement of Science Education, Faculty of Tarbiya and Teaching

Training, Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University.

STEM Education in Indonesia is caused by several things, incuding the low

level of scientific and mathematical achievement of secondary students in Indonesia,

the demand to prepare students' skillss to be successful in facing the challenges of

global competition, and produce more graduates in the STEM field. The purpose of

this study is to find out how students' perceptions of STEM education. The

population in this study are students of 8 Madrasah Aliyah (MA) schools in South

Tangerang City. Meanwhile, the sample in this study was taken using a purposive

sampling technique, where the number of samples used in the study were 527

students of class XI-XII science. The process of collecting data in this study using

a questionnaire in which 31 statements consisting of 4 aspects consists of

mathematics, science, technology and engineering, and 21st century skillss are

developed. The results showed that the perception of Madrasah Aliyah (MA)

students in Tangerang City agreed to STEM Education. Majority of students agree

are the aspects of science, technology and engineering, and 21st century skillss.

Meanwhile, for the mathematical aspect, students are still not confident. Based on

this data, the result of this study are expected to be a significant consideration for

the successful implementation of STEM in Indonesia.

Key words: Perception, Students, STEM Education.

Page 7: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohim

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah

mmeberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Persepsi Siswa Madrasah Aliyah (MA) di Kota Tangerang

Selatan terhadap Pendidikan STEM”. Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat, serta para

pengikutnya hingga akhir zaman.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tulus, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Burhanudin Milama, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

serta sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan, waktu, serta motivasi kepada penulis selama perkuliahan

berlangsung.

4. Salamah Agung, M.A., Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, saran, kritik, ilmu, serta waktu dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Dila Fairusi, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, motivasi, saran, kritik, ilmu, serta waktu dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Munasprianto Ramli, Ph.D, selaku Validator instrumen yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

Page 8: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

vii

7. Siti Nurul Azkiyah, Ph.D, selaku Validator instrumen yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

8. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Kimia, yang telah memberikan ilmu

serta motivasi selama penulis menjadi mahasiswa Pendidikan Kimia.

9. Seluruh guru mata pelajaran kimia di sekolah tempat penulis melakukan

penelitian, yang telah memberikan kesempatan, arahan selama penulis

mengambil data penelitian.

10. Orang tua serta adik tercinta yang selalu memberikan do’a, dukungan,

motivasi, serta semangat selama penulis menjalani perkuliahan dan

penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Kimia 2015 A, khususnya Irna

Marlina, Siti Parida, Sawitri, serta Laraswati Oktavia, yang selalu

memberikan masukan, kritik, motivasi, serta semangat selama penulis

menjalani perkuliahan. Serta umumnya mahasiswa Pendidikan Kimia

2015.

12. Teman-teman skripsi terutama Silvyana Marcheline, Sarah Muthiah

Widad, Anisa Hafizah yang selalu memberikan masukan, kritik, motivasi

selama penyusunan skripsi ini.

13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Terakhir, penulis berharap bahwa setiap bantuan yang diberikan oleh semua

pihak dapat menjadi ladang kebaikan, serta semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, April 2020

Penulis

Page 9: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI........................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...................................................................iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

ABSTRACT .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 6

C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

E. Tujuan penelitian ............................................................................................ 6

F. Manfaat penelitia. ............................................................................................ 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................8

A. Landasan Teori ............................................................................................... 8

1. Persepsi ........................................................................................................ 8

2. STEM ......................................................................................................... 13

3. Pendidikan STEM di Indonesia..................................................................22

4. Keterampilan Abad 21 (21 Century Skills) ................................................ 24

Page 10: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

ix

B. Penelitian yang relevan ................................................................................. 30

C. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 32

A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 32

B. Metode Penelitian ......................................................................................... 32

C. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 33

D. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 34

F. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 35

G. Validitas dan Reliabilitas .............................................................................. 36

H. Analisis Data ................................................................................................ 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 39

A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 39

B. Pembahasan .................................................................................................. 44

1. Persepsi Siswa terhadap Matematika..........................................................45

2. Persepsi Siswa terhadap Sains ................................................................... 47

3. Persepsi Siswa terhadap Teknologi dan Engineering ................................ 51

4. Persepsi Siswa terhadap Keterampilan Abad 21 ....................................... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 61

A. Kesimpulan ................................................................................................... 61

B. Saran ............................................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................74

Page 11: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses terjadinya persepsi..................................................................11

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian.............................................................31

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian.............................................................................33

Gambar 4.1 Persepsi siswa terhadap matematika..................................................45

Gambar 4.2 Persepsi siswa terhadap sains.............................................................48

Gambar 4.3 Persepsi siswa terhadap teknologi dan engineering...........................53

Gambar 4.4 Persepsi siswa terhadap keterampilan abad 21..................................56

Page 12: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Instrumen Penelitian................................................................35

Tabel 3.2 Hasil Validasi Instrumen.........................................................................37

Tabel 4.1 Data Responden Penelitian.....................................................................39

Tabel 4.2 Jumlah dan persentase siswa pada setiap pilihan jawaban.......................40

Page 13: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar uji referensi..........................................................................74

Lampiran 2. Lembar contoh jawaban instrumen.................................................107

Lampiran 3. Lembar hasil validasi instrumen......................................................111

Lampiran 4. Lembar tabel hasil validasi instrumen.............................................121

Lampiran 5. Lembar surat penelitian...................................................................122

Lampiran 6. Foto saat pengambilan data penelitian............................................130

Page 14: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini berlangsung sangat cepat dan

menyebabkan persaingan antar negara. Hal ini yang kemudian menjadi

tantangan tersendiri bagi negara-negara di dunia untuk terus melakukan

inovasi dan meningkatkan daya saing agar mampu bersaing secara global.

Untuk itu seseorang harus mempunyai berbagai macam keterampilan seperti

keterampilan dalam bahasa serta kemampuan dalam mengoperasikan

teknologi (Soh, Arsada, & Osmana, 2010). Hal ini tentu menjadi tantangan

tersendiri bagi setiap negara untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya

manusianya agar dapat memiliki kemampuan tersebut. Tantangan tersebut

juga terjadi di setiap negara, termasuk di Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang banyak dijadikan sebagai tempat

investasi oleh negara lain. Hasil kajian ASEAN Business Outlook Survey

2014 menunjukkan Indonesia menjadi salah satu negara tujuan utama

investasi asing di wilayah ASEAN, tetapi juga mengindikasikan fakta bahwa

Indonesia memiliki tenaga kerja dengan keahlian rendah dan murah

(Zubaidah, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dan keahlian

yang dimiliki oleh sumber daya manusia di Indonesia masih kurang.

Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu bekerja dan

berkompetisi dalam pasar global, hal tersebut perlu dipersiapkan, salah

satunya dengan sistem pendidikan. Menurut Education Index pada tahun

2017, pendidikan di Indonesia untuk wilayah ASEAN berada di peringkat ke-

7 dengan skor sebesar 0,622 di bawah Singapura, Malaysia, Brunei

Darussalam, Thailand, Filipina dan Vietnam. Sementara untuk daya saing

menurut Global Talent Competitiveness Index (GTCI) pada 2019, Indonesia

berada di peringkat ke 6 dengan skor 38,61 (Gerintya, 2019). Hal ini

menunjukkan bahwa peringkat pendidikan di Indonesia masih dibawah

Page 15: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

2

negara-negara lain, sehingga menyebabkan daya saing sumber daya manusia

di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan negara lain.

Rendahnya pendidikan di Indonesia sendiri dapat diketahui dari hasil

prestasi sains dan matematika siswa sekolah menengah di Indonesia seperti

yang terdapat pada PISA. Berdasarkan hasil penelitian PISA 2015, diketahui

bahwa nilai rata-rata sains siswa Indonesia sebesar 403 atau di bawah nilai

rata-rata yang ditetapkan OECD sebesar 493. Sementara itu, rata-rata nilai

matematika siswa Indonesia sebesar 386 atau di bawah nilai rata-rata sebesar

490 (OECD, 2016). Berdasarkan hasil PISA Indonesia untuk tahun 2019,

nilai rata-rata matematika berada di peringkat 72 dari 78 negara dan untuk

nilai rata-rata sains berada di perigkat 70 dari 78 negara (Kurnia, 2019).

Sementara itu, untuk hasil TIMSS Indonesia tahun 2015 menempatkan

Indonesia di posisi 44 dari 49 negara atau posisi rendah. Hal ini ditunjukkan

dengan mayoritas nilai rata-rata sains dan matematika berperingkat rendah

yang memiliki persentase 54% (Hadi & Novaliyosi, 2019). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan sains dan matematika siswa menengah di

Indonesia masih rendah.

Rendahnya kemampuan sains dan matematika siswa sekolah menengah

di Indonesia menunjukkan bahwa perlu adanya perubahan dalam pendidikan.

Perubahan tersebut dapat dilakukan melalui Pendidikan STEM. Hal ini

karena pekerjaan di masa depan akan memerlukan pemahaman dasar di

bidang sains dan matematika, serta perkembangan abad 21 dimana sains dan

teknologi menjadi bagian dari perkembangan globalisasi, sehingga siswa

harus meningkatkan kemampuannya dalam STEM (Engineering For Kids,

2016). Istilah Pendidikan STEM mengacu pada pengajaran dan pembelajaran

di bidang sains, teknologi, teknik (engineering), dan matematika (Gonzalez

& Kuenzi, 2012). Selain itu menurut Innovation America dalam (Ashgar,

Ellington, Rice, Johnson, & Prime, 2012) menyebutkan bahwa saat ini

terdapat minat yang besar dalam Pendidikan STEM, khususnya dalam

strategi yang efektif untuk mempersiapkan siswa untuk studi lanjutan di

bidang terkait STEM. Sementara itu, di negara Amerika Serikat, STEM

Page 16: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

3

merupakan dorongan untuk meluluskan lebih banyak siswa di bidang sains,

teknologi, teknik, dan matematika, sebagai upaya mempertahankan daya

saing dan tidak tertinggal dari negara-negara berkembang (Breiner, Harkness,

Johnson, & Koehler, 2012).

Pendidikan STEM sendiri telah dilihat sebagai pondasi untuk

pertumbuhan ekonomi oleh banyak negara di dunia (Lee, Chai, & Hong,

2019). Atas hal ini kemudian banyak negara menganggap penting untuk

meningkatkan keterampilan STEM sebagai suatu langkah untuk menghadapi

tantangan di bidang ekonomi (English, 2016). Selain itu, Pendidikan STEM

dapat digunakan dalam mempersiapkan keterampilan siswa agar sukses

dalam persaingan global (Lantz, 2009). Sementara itu, menurut Reeve dalam

(Sampurno, Sari, & Wijaya, 2015), dengan mempelajari STEM di tingkat

dasar hingga menengah, dapat membantu siswa memiliki ketertarikan untuk

berkarir di bidang STEM, serta membangun lapangan pekerjaan dalam

bidang Pendidikan STEM secara nasional. Selain itu, Pendidikan STEM juga

digunakan sebagai kebutuhan dalam kehidupan modern (Pimthong &

Williams, 2018).

Salah satu penelitian mengenai Pendidikan STEM telah dilakukan di

Indonesia, dimana penerapannya dengan mengintegrasikan STEM dengan

fenomena bencana yang disebut STEM–Disaster (STEM-D). Penerapan

STEM-D dalam penelitian tersebut dilakukan dengan mengobservasi video

bencana alam, dimana siswa mengintegrasikan konsep STEM dengan

fenomena bencana, sehingga siswa mampu menghasilkan solusi terkait

bencana yang terintegrasi dengan konsep STEM (Sampurno, Sari, & Wijaya,

2015). Selain itu, Misbah, Gulikers, maulana, & Mulder (2015)

mengungkapkan bahwa kerja sama antara guru dengan siswa di sekolah

kejuruan menghasilkan siswa lebih banyak memiliki keterampilan, karena

siswa dilatih untuk menghadapi persaingan di dunia kerja. Hal ini yang

kemudian banyak orang tua percaya bahwa jika anak-anak mereka terdaftar

di sekolah kejuruan, mereka akan lebih siap dalam menghadapi masa depan

mereka.

Page 17: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

4

Menyikapi hal tersebut, kemudian (Shin, Rahmatullah, Roshayanti, Ha,

& Lee, 2018) dalam penelitiannya mengemukakan sebaiknya pemerintah

mengeluarkan kurikulum dimana proses kegiatan belajar memasukkan topik

berkaitan dengan STEM. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar siswa sekolah

menengah memiliki keterampilan di bidang STEM, sehingga baik siswa yang

bersekolah di sekolah umum maupun siswa yang bersekolah di sekolah

kejuruan dapat sama-sama meningkatkan keterampilan dan mempersiapkan

diri dalam menghadapi tantangan di masa depan mereka.

Meskipun demikian, untuk memasukkan STEM ke dalam kegiatan

belajar mengajar maupun menerapkan Pendidikan STEM di Indonesia

merupakan sebuah tantangan. Salah satu penelitian di Malaysia mengenai

persepsi siswa sekolah menengah pertama terhadap STEM menunjukkan

bahwa bahwa secara keseluruhan siswa memiliki persepsi yang positif

terhadap STEM, tetapi dalam meningkatkan Pendidikan STEM, masalah

terkait sains dan matematika menjadi tantangan serius bagi pemerintah (Meng,

Idris, & Eu, 2014). Tantangan ini tidak hanya terjadi di Malaysia, tetapi juga

di Indonesia. Hal ini karena untuk meningkatkan Pendidikan STEM baik di

negara maju maupun berkembang tetap menjadi tantangan (Caprile, Palmen,

Sanz, & Dente, 2015). Saat ini, di Indonesia sendiri terutama di sekolah

menengah, proses pembelajaran masih dilakukan secara terpisah satu sama

lain, sehingga menjadi tantangan sendiri bagi pemerintah untuk mengubah

sistem pendidikan yang saat ini digunakan menjadi Pendidikan STEM.

Pendidikan STEM di Indonesia sendiri baru berkembang selama

beberapa tahun terakhir, sehingga belum banyak di ketahui. Hal ini menjadi

tantangan tidak hanya bagi pemerintah, akan tetapi juga bagi guru maupun

siswa. Terlebih siswa yang mengalaminya secara langsung di sekolah.

Menurut Sari (2017), penerapan Pendidikan STEM sulit dilakukan pada

siswa sekolah menengah pertama karena keterbatasan tingkat analisis dan

materi yang diajarkan, sehingga pembelajaran STEM pada tingkat sekolah

menengah pertama di Indonesia masih tergolong baru dan belum dapat

membuka wawasan luas bagi siswa mengenai STEM.

Page 18: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

5

Penelitian mengenai persepsi Pendidikan STEM di Indonesia pernah

dilakukan sebelumya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk

mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap Pendidikan STEM dapat

diketahui menggunakan AT-STEM (Attitude towards STEM) (Suprapto,

2016). Hasil penelitian lain diketahui bahwa siswa sekolah menengah

menunjukkan peningkatan dalam pengetahuan konten STEM, tetapi juga

menunjukkan peningkatan dalam kecenderungan kreatif mereka dan persepsi

mereka tentang mata pelajaran dan karir STEM (Knezek, Christensen, Wood,

& Periathiruvadi, 2013).

Pada dasarnya STEM memiliki dua tujuan dasar, yaitu untuk

memperbanyak jumlah siswa yang siap untuk memasuki studi lanjutan dan

mengejar karir di bidang STEM, dan untuk meningkatkan jumlah lulusan

siswa terkait STEM (Thomasian, 2011). Untuk dapat berkarir di bidang

STEM terutama pada persaingan di abad 21 seperti saat ini, seorang siswa

tidak cukup hanya memiliki pengetahuan akan STEM, tetapi juga harus

memiliki keterampilan yang terkait dengan abad 21. Untuk bersaing dalam

perkembangan abad 21 seperti saat ini, terdapat 4 keterampilan yang harus

dimiliki siswa, yaitu kreativitas (creativity), berpikir kritis (critical thinking),

kolaborasi (collaboration) dan komunikasi (communication) atau yang

dikenal sebagai 21 century skills. (Bialik & Fadel, 2015). Keterampilan inilah

yang kemudian diupayakan di dalam Pendidikan STEM. Dengan demikian,

Pendidikan STEM merupakan sebuah upaya dalam mempersiapkan siswa

dalam menghadapai perkembangan abad 21.

Dengan adanya Pendidikan STEM tentu menimbulkan berbagai macam

persepsi. Menurut teori konstruktivisme, persepsi atau perception merupakan

proses yang sangat aktif melibatkan evaluasi, interpretasi, dan organisasi.

Persepsi adalah produk akhir dari interaksi antara stimulus dan hipotesis

internal, harapan, dan pengetahuan pengamat (observer) (Demuth, 2013).

Atas hal tersebut, kemudian persepsi menjadi tahapan akhir dalam

pengambilan suatu keputusan maupun menginterpretasikan suatu hal. Dalam

Page 19: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

6

hal ini, persepsi siswa memiliki peran penting untuk melihat bagaimana

pandangan siswa terhadap Pendidikan STEM.

Dalam studi awal diketahui bahwa baik guru Madrasah Aliyah (MA)

belum memahami mengenai Pendidikan STEM, sedangkan siswa tidak

mengetahui mengenai Pendidikan STEM. Dengan demikian, penting

dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap

Pendidikan STEM. Oleh sebab itu, atas beberapa pertimbangan di atas, maka

peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Siswa Madrasah

Aliyah (MA) di Kota Tangerang Selatan terhadap Pendidikan STEM”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang muncul dalam penelitian

ini yaitu:

1. Kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih rendah.

2. Kemampuan sains dan matematika siswa di Indonesia masih rendah.

3. Pendidikan STEM di Indonesia belum banyak diterapkan di sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis memberi

batasan penelitian ini yaitu persepsi dalam penelitan ini merupakan persepsi

siswa terhadap Pendidikan STEM.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

terdapat dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana persepsi siswa Madrasah

Aliyah (MA) di Kota Tangerang Selatan terhadap Pendidikan STEM?

E. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa MA

di Kota Tangerang Selatan terhadap Pendidikan STEM.

Page 20: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

7

F. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini di antaranya ialah untuk:

1. Guru

Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi unutk

mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap Pendidikan STEM.

2. Mahasiswa/peneliti

Bagi mahasiswa ataupun peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan

sebagai rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terutama

mengenai bagaimana persepsi siswa terhadap Pendidikan STEM.

3. Pemerintah

Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi

dalam rangka penerapan Pendidikan STEM di Indonesia, sehingga ada

masukan dalam perencaaan Pendidikan STEM di sekolah.

Page 21: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Persepsi

a. Pengertian persepsi

Dalam psikologi Gestalt, persepsi diartikan sebagai keseluruhan

penerimaan rangsangan yang diterima oleh alat indra, bukan penjumlahan

atas rangsangan-rangsangan tersebut (Sarwono, 2013). Sementara itu,

menurut Rakhmat (2008), persepsi atau perception adalah pengalaman

tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi merupakan

fungsi psikologis yang dimulai dari proses sensasi (proses mendeteksi

sebuah rangsang), yang kemudian diteruskan dengan proses

mengelompokkan, menggolong-golongkan, mengartikan, dan mengaitkan

beberapa rangsangan sekaligus (Shaleh, 2004). Sementara (Fauzi, 2008)

mengungkapkan bahwa persepsi merupakan penafsiran stimulus yang ada

di dalam otak.

Pengertian persepsi juga dikemukakan oleh Walgito dan Atkinson

dalam (Candra, Harini, & Sumitra, 2017). Walgito menyatakan bahwa

persepsi merupakan perorganisasian dan penginterpresentasian terhadap

stimulus. Sementara Atkinson mengemukakan bahwa persepsi adalah

penyelidikan dalam mengintegrasikan sensasi ke dalam proses perseptual

dan menggunakannya untuk mengenali dunia. Sementara itu, Mar’at (1982)

mendeskripsikan persepsi sebagai proses pengamatan seseorang yang

berasal dari komponen kognisi. Hal ini juga dikemukakan oleh Thoha

(2009) yang menyatakan bahwa persepsi merupakan proses kognitif yang

dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi melalui panca

indranya. Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa persepsi merupakan

Page 22: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

9

hasil akhir dari proses penerimaan rangsangan atau stimulus oleh panca

indra yang kemudian ditafsirkan.

b. Jenis persepsi

Dalam (Candra, Harini, & Sumitra, 2017), persepsi dibagi menjadi

dua jenis yaitu External perception yaitu persepsi yang terjadi karena

adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu.

1. Self-perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya

rangsangan yang berasal dari dalam diri individu.

2. External perception maupun self-perception, kedua istilah ini

harus dipahami dalam arti ganda.

Dalam hal ini external perception dan self-perception dapat secara

bersamaan muncul, sehingga pada akhirnya persepsi yang dihasilkan akan

dipengaruhi bagaimana kondisi tubuh dalam menerima stimulus tersebut

(Lindstrom, 2014).

c. Fungsi persepsi

Persepsi muncul akibat adanya rangsangan atau stimulus yang

diterima oleh panca indra. Oleh sebab itu, persepsi memiliki fungsi

tersendiri terhadap sistem panca indra. Salah satu fungsi persepsi

dikemukakan oleh Atkinson dalam (Candra, Harini, & Sumitra, 2017)

dimana persepsi memiliki fungsi untuk menentukan objek yang ada di

tempat itu (pengenalan) dan di mana objek itu berada (lokasinya). Hal ini

kemudian menjadi penting sebab mengingat bahwa panca indra yang

digunakan untuk menerima sebuah rangsangan salah satunya ialah mata.

Salah satu fungsi lain dari persepsi adalah mempertahankan penampilan

objek tetap konstan, walaupun kesan yang diterima retina terus menerus

berubah (Candra, Harini, & Sumitra, 2017).

Page 23: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

10

d. Syarat terjadinya persepsi

Seperti yang diketahui, timbulnya sebuah persepsi diawali

dengan adanya rangsangan yang diterima oleh panca indra. Oleh sebab

itu, kemudian terdapat beberapa syarat seorang individu dapat

melakukan persepi seperti yang dikemukakan Walgito dalam (Candra,

Harini, & Sumitra, 2017) di antaranya yaitu:

1. Adanya objek yang akan menimbulkan stimulus. Stimulus ini bisa

berasal dari luar individu maupun dari dalam diri individu itu sendiri.

2. Adanya alat indra yang digunakan untuk menerima stimulus.

3. Adanya perhatian sebagai persiapan untuk mengadakan persepsi.

Perhatian sendiri akan mengarahkan individu untuk mengamati

sesuatu yang akan dipersepsikan.

e. Proses terjadinya persepsi

Suatu persepsi dapat muncul setelah melalui beberapa tahapan.

Tahapan-tahapan inilah yang kemudian disebut sebagai subproses

dalam persepsi. Subproses ini yang kemudian dapat dipergunakan

sebagai bukti bahwa persepsi itu merupakan hal yang kompleks dan

interaktif (Thoha, 2009). Proses terjadinya persepsi terdiri dari beberapa

tahapan. Walgito dalam (Candra, Harini, & Sumitra, 2017)

mengemukakan bahwa terdapat tiga proses tahapan terjadinya persepsi,

yaitu:

1. Proses fisik (kealaman): adanya objek stimulus reseptor

atau alat indra

2. Proses fisiologis: stimulus saraf sensoris otak

3. Proses psikologis: proses dalam otak, sehingga individu

menyadari stimulus yang diterima.

Page 24: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

11

Proses pertama terjadinya suatu persepsi diawali dengan adanya stimulus

(rangsangan) yang hadir. Kemudian dari stimulus tersebut akan

menimbulkan proses registrasi atau pengindraan oleh panca indra

terhadap stimulus. Setelah itu, kemudian akan terjadi proses interpretasi

terhadap stimulus, dimana proses ini akan berbeda pada setiap orang

tergantung pada cara pendalaman (learning), motivasi, dan kepribadian

seseorang. Akibatnya persepsi yang ditimbulkan pada masing-masing

orang akan berbeda. Tahapan selanjutnya yaitu umpan balik (feedback),

dimana proses ini merupakan pemberian respon terhadap stimulus yang

diterima (Thoha, 2009). Dari proses tersebut, proses terjadinya persepsi

dapat dilihat seperti Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Proses terjadinya persepsi

f. Faktor perkembangan persepsi

Di dalam persepsi, meskipun stimulus yang diterima merupakan hal

yang sama, akan tetapi persepsi masing-masing individu akan berbeda.

Hal ini tergantung bagaimana cara individu tersebut menafsirkan stimulus

yang diterima. Selain itu, perkembangan diri individu juga akan

mempengaruhi bagaimana cara ia menafsirkan sebuah stimulus. Dalam

(Thoha, 2009) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan persepsi diantara yaitu sebagai berikut:

1. Psikologi: keadaan psikologi seseorang akan berpengaruh terhadap

persepsi seseorag terhadap suatu objek.

stimulus

alat indra

otak

persepsi

Page 25: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

12

2. Famili: pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak berasal

dari keluarganya. Hal ini dikarenakan banyak orang tua

menurunkan persepsinya terhadap suatu hal kepada anak-anaknya,

sehingga banyak anak-anak yang persepsinya akan mengikuti

persepsi orang tuanya.

3. Kebudayaan: kebudayaan dalam lingkungan masyarakat

merupakan salah satu faktor yang kuat dalam mempengaruhi sikap,

nilai, dan cara pandang seseorang terhadap suatu hal maupun

memahami suatu keadaan.

g. Faktor-faktor terjadinya persepsi

Persepsi yang dihasilkan setiap individu dalam menafsirkan sebuah

rangsangan akan berbeda satu sama lain. Perbedaan penafsiran tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut (Sarwono, 2013), faktor-

faktor tersebut di antaranya:

1. Perhatian: setiap individu biasanya tidak dapat memfokuskan diri

kepada banyak hal ataupun menerima seluruh rangsangan yang ada

disekitarnya secara bersamaan karena keterbatasan daya serap

yang dimiliki setiap individu, sehingga akan menimbulkan

persepsi yang berbeda.

2. Set: set (mental set) merupakan kesiapan mental seseorang untuk

menghadapi suatu rangsangan yang akan timbul dengan cara

tertentu. Perbedaan mental set antar individu juga akan

mempengaruhi terhadap persepsi yang dihasilkan.

3. Kebutuhan: kebutuhan merupakan sesuatu yang perlu dimiliki

setiap individu, baik itu kebutuhan sesaat maupun kebutuhan yang

menetap dalam diri seseorang. Perbedaan kebutuhan antar individu

juga akan berpengaruh terhadap persepsi suatu objek.

4. Sistem nilai: sistem nilai yang berlaku di dalam masyarakat akan

berpengaruh terhadap persepsi. Hal ini dikarenakan perbedaan

karakteristik budaya dan sistem nilai yang berlaku di dalam

Page 26: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

13

masyarakat, sehingga akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu

objek.

5. Tipe kepribadian: kepribadian setiap individu yang berbeda akan

berpengaruh terhadap persepsi yang timbul dari suatu objek.

6. Gangguan kejiwaan: gangguan kejiwaan dapat mempengaruhi

persepsi individu terhadap suatu objek. Hal ini diakibatkan karena

adanya kesalahan persepsi, seperti terjadinya ilusi, halusinasi, dan

delusia.

Oleh karena itu, meskipun objek yang diamati setiap individu sama, akan

tetapi persepsi yang dihasilkan dari objek tersebut akan berbeda satu

sama lain tergantung kondisi dari individu tersebut.

2. STEM

Penggunaan istilah STEM pertama kali dikemukakan pada tahun

1990 oleh NSF (National Science Foundation) dengan menggunakan istilah

SMET. Akan tetapi, karena istilah tersebut lebih terdengar seperti smut,

kemudian diajukan akronim METS. Akan tetapi, akronim ini kurang

mendapat respon dari para anggota karena ada yang mengatakan bahwa ini

adalah nama grup baseball Nasional di New York (Suwarma, Astuti, &

Endah, 2015), maka kemudian pengunaannya diubah menjadi STEM.

STEM merupakan sebuah istilah yang terdiri dari gabungan sciene

(S), technology (T), engineering (E) dan mathematics (M) (Pimthong &

Williams, 2018). Dalam hal ini NRC (National Research Council) dalam

(Honey, Pearson, & Schweingruber, 2014) telah mendefinisikan STEM dari

masing-masing aspek sebagai berikut:

1. Sains

Sains merupakan studi tentang alam, termasuk hukum-hukum alam

yang terkait dengan fisika, kimia, biologi, pengobatan atau

penerapan, yang menggunakan penerapan atas fakta, prinsip, dan

juga konsep. Sains adalah ilmu pengetahuan yang telah terakumulasi

Page 27: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

14

dari waktu ke waktu serta proses penyelidikan secara saintifik yang

akhirnya menghasilkan sebuah pengetahuan baru. Sains sendiri

berkaitan dengan ilmu teknik

2. Teknologi

Teknologi terdiri dari seluruh sistem dimana individu atau

organisasi menggunakan pengetahuan, proses, dan perangkat untuk

menciptakan dan mengoperasikan teknologi. Sepanjang sejarah,

manusia telah menciptakan teknologi untuk memenuhi keinginan

dan kebutuhan mereka. Banyak teknologi modern adalah produk

dari penggabungan antara sains dan teknik (engineering). Teknologi

hasil penggabungan tersebut kemudian digunakan kembali di dalam

sains dan engineering.

3. Teknik (engineering)

Teknik (engineering) adalah pengetahuan tentang desain dan

penciptaan produk yang digunakan manusia dan proses untuk

memecahkan masalah. Salah satu kendala dalam desain teknik

adalah hukum alam, atau sains. Kendala lain termasuk waktu, uang,

bahan yang tersedia, ergonomi, peraturan lingkungan, kemampuan

manufaktur, dan reparabilitas. Teknik memanfaatkan konsep dalam

sains dan matematika serta alat teknologi.

4. Matematika

Matematika adalah studi tentang pola dan hubungan antara jumlah,

angka, dan ruang. Tidak seperti dalam sains, di mana bukti empiris

dicari untuk menyatakan sesuatu, dalam matematika dilakukan

melalui argumen logis berdasarkan pada asumsi mendasar. Argumen

logis sendiri adalah bagian dari matematika yang terus berkembang.

Tetapi tidak seperti dalam sains, pengetahuan dalam matematika

tidak dikalahkan, kecuali asumsi-asumsi dasar diubah. Kategori

konseptual spesifik matematika meliputi angka dan aritmatika,

aljabar, fungsi, geometri, dan statistik serta probabilitas. Matematiks

digunakan di dalam sains,teknologi dan teknik (engineering).

Page 28: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

15

Penggunaan istilah STEM banyak digunakan dalam berbagai tingkat

akademisi, seperti pada dokumen kurikulum hingga penggunaan di ruang

kelas formal maupun non formal (Singh, 2016). STEM sendiri merupakan

pengaplikasian pengetahuan secara interdisipliner yang dirancang sebagai

upaya untuk memberikan siswa pengalaman belajar yang luas dan berkaitan

secara nyata dengan kehidupan mereka (Gomez & Albrecht, 2014). Saat ini,

STEM mulai dikembangkan di beberapa negara sebagai upaya agar

masyarakat mulai mengerti STEM dan juga sebagai kebutuhan yang banyak

digunakan dalam kehidupan modern (Pimthong & Williams, 2018). Dengan

kata lain, STEM adalah pendekatan yang didasarkan pada integrasi berbagai

bidang dan disiplin ilmu untuk tujuan yang sama, dan berfokus pada solusi

masalah kehidupan nyata (Kan & Murat, 2018).

Dalam artikel yang dikemukakan Bybee menyebutkan bahwa

sekarang adalah waktu untuk bergerak melampaui slogan dan menjadikan

literasi STEM untuk semua siswa sebagai prioritas pendidikan. Berdasarkan

inilah kemudian pemerintah hingga pemerhati pendidikan berupaya untuk

mengidentifikasi secara spesifik tujuan dari Pendidikan STEM yaitu

educational goals (meningkatkan pemahaman STEM kepada siswa) dan

workforce goals (memperkirakan banyak siswa yang memasuki sekolah

lanjutan mengenai STEM dan peluang kerja dibidang STEM) (Torlakson,

2014). Kemudian atas dasar tersebut, organisasi profesional yang berkaitan

dengan STEM mempunyai rekomendasi untuk menggambarkan hubungan

di antara setiap aspek dalam STEM yaitu sebagai berikut:

1. Siswa yang terpelajar secara ilmiah mengunakan pengetahuan ilmiah

tidak hanya fisika, kimia, biologi, dan ilmu bumi/ruang untuk

memahami dunia, tetapi mereka juga memahami kebutuhan ilmiah

teknologi yang ada dan baru, bagaimana kemajuan baru dalam

pemahaman ilmiah dapat direkayasa, dan bagaimana matematika

digunakan untuk mengartikulasikan dan memecahkan masalah.

2. Siswa yang melek teknologi memahami bahwa teknologi adalah

inovasi atau manipulasi sumber daya alam untuk membantu

Page 29: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

16

menciptakan dan memuaskan kebutuhan manusia, dan juga untuk

belajar bagaimana memperoleh, memanfaatkan, dan mengelola alat

teknologi untuk memecahkan sains, matematika, dan teknik.

3. Siswa yang melek teknik memahami bagaimana teknologi masa lalu,

sekarang, dan masa depan dikembangkan melalui proses desain teknik

untuk memecahkan masalah. Mereka juga melihat bagaimana sains

dan matematika digunakan dalam penciptaan teknologi ini.

4. Siswa yang melek secara matematis tidak hanya tahu cara

menganalisis, bernalar, mengkomunikasikan ide secara efektif,

mereka juga dapat secara matematis mengajukan, memodelkan,

merumuskan, menyelesaikan, dan menafsirkan pertanyaan dan solusi

dalam sains, teknologi, dan teknik (Torlakson, 2014, hal. 9).

a. Pendidikan STEM

Pendidikan STEM adalah pendekatan dimana konsep-konsep

secara akademis digabungkan dengan masalah-masalah dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat menerapkan sains, teknologi,

engineering, dan matematika di dalam konteks tersebut sehingga dapat

membuat keterkaitan satu sama lain (Lantz, 2009). Istilah Pendidikan

STEM merupakan kegiatan pengajaran dan pembelajaran di bidang ilmu

pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika. Kegiatan ini biasanya

mencakup kegiatan pendidikan di semua tingkatan kelas dari pra-sekolah

hingga tingkat tinggi baik secara formal maupun informal (Gonzalez &

Kuenzi, 2012). Pendidikan STEM adalah sebuah pendekatan yang

mendorong siswa untuk belajar langsung, membuat mereka mencapai

impian mereka dan memastikan bahwa mereka mentransfer

pembelajaran tersebut untuk masalah baru dan berbeda (Yildirim & Selvi,

2015). Pendidikan STEM pada awalnya berkembang di Amerika Serikat

atas dasar kekhawatiran pemerintah terhadap masa depan terutama pada

bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika. Kekhawatiran

tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara global,

Page 30: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

17

yang kemudian mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian

lebih terhadap Pendidikan STEM (Wang, Moore, Roehrig, & Park, 2011).

Atas dasar kekhawatiran tersebut kemudian pada tahun 2007

Committe on Prospering in the Global Economy of the 21st century

menerbitkan Rising Above The Gathering Storm sebagai tanggapan

terhadap lemahnya kinerja siswa dalam sains dan matematika di Amerika

Serikat. Dari hal tersebut, kemudian dikeluarkan beberapa rekomendasi

di antaranya berupa upaya meningkatkan keterampilan sains dan

matematika; mendukung dan meningkatkan penelitian dasar jangka

panjang yang terkait dengan perekonomian, keamanan, dan kualitas

hidup; meningkatkan daya tarik Amerika Serikat untuk merekrut dan

mempertahankan ilmuwan atau insinyur yang terbaik dan tercerdas di

dunia, dan meningkatkan insentif untuk inovasi (Breiner, Jhonson,

Harkness, & Koehler, 2012).

Pendidikan STEM sendiri tidak dapat dilakukan secara terpisah.

Pendidikan STEM sendiri dilakukan dengan menggabungkan proses

mengajar dan belajar antara dua atau lebih mata pelajaran terkait STEM

atau STEM dengan satu atau lebih mata pelajaran lain yang ada di

sekolah (Sanders, 2009). Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya

mampu menguasai satu pelajaran tertentu, akan tetapi siswa dapat

menghubungkan antara STEM dengan pelajaran lainnya. Lebih lanjut

(Brown, Brown, Reardon, & Merrill, 2011) menjelaskan bahwa para ahli

dalam Pendidikan STEM yang percaya bahwa memahami matematika

dan sains dengan baik dan dibarengi dengan pemahaman mengenai

teknologi dan engineering akan menyebabkan siswa menjadi lebih baik

dan dapat menentukan pilihan mengenai pendidikan selanjutnya atau

pekerjaan yang berkaitan dengan STEM.

Menurut Xie & Yauman (2003) dan Xie & Killewald (2010)

dalam (Xie, Fang, & Shauman, 2015) terdapat dua komponen pencapaian

dalam Pendidikan STEM. Komponen pertama yaitu pencapaian

pendidikan secara umum, dan komponen kedua yaitu pencapaian

Page 31: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

18

Pendidikan STEM terhadap pendidikan non STEM. Secara umum

(Bybee, 2013) menyatakan Pendidikan STEM berbeda dengan bentuk

pendidikan lainnya pada hal-hal berikut:

1. Pendidikan STEM berkaitan dengan mengatasi masalah yang

berkaitan dengan tantangan globalisasi.

2. Pendidikan STEM berkaitan dengan perubahan persepsi

mengenai masalah yang berkaitan dengan lingkungan

3. Pendidikan STEM berkaitan dengan keterampilan tenaga kerja

abad ke-21 (21st century skills)

4. Pendidikan STEM berkaitan dengan masalah keamanan nasional

yang berkelanjutan

Ketiga poin di atas yang menjadikan STEM berbeda dan menjadikan

Pendidikan STEM sebagai salah satu bentuk pendidikan yang paling

sesuai untuk menjawab tantangan masa depan. Dengan adanya

Pendidikan STEM, siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan

konsep-konsep sains dan matematika, yang pada akhirnya akan menarik

minat pelajar kepada sains dan matematika dan dapat berkarir di bidang

STEM (Adnan, et al., 2016). Kemudian, siswa yang berkarir di bidang

STEM diharapkan tidak hanya memiliki kemampuan secara pengetahuan,

tetapi juga dalam hal keterampilan, sehingga dapat bersaing di dalam

abad 21 (Kan & Murat, 2018).

b. Tujuan Pendidikan STEM

Fungsi pendidikan secara umum telah termuat dalam UU No 20

tahun 2003, dimana pendidikan berfungsi di antaranya untuk menjadikan

peserta didik berilmu, cakap, dan kreatif (Mendikbud, 2003). Sementara

untuk Pendidikan STEM, menurut (Bybee, 2013) Pendidikan STEM

memiliki beberapa tujuan di antaranya yaitu:

1. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mengidentifikasi

pertanyaan dan masalah dalam situasi kehidupannya,

Page 32: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

19

menjelaskan fenomena alam, mendesain, serta menarik

kesimpulan berdasarkan bukti mengenai isu-isu terkait STEM.

2. Memahami karakteristik disiplin STEM sebagai bentuk-bentuk

pengetahuan, penyelidikan, serta desain yang digagas manusia.

3. Kesadaran bagaimana disiplin-disiplin STEM membentuk

lingkungan material, intelektual, dan kultural.

4. Mau terlibat dalam kajian isu-isu terkait STEM (misalnya

efisiensi energi, kualitas lingkungan, keterbatasan sumberdaya

alam), menjadi warga negara yang konstruktif, peduli, serta

reflektif dengan menggunakan gagasan-gagasan sains, teknologi,

teknik dan matematika.

Selain hal di atas, Moore (2008) dalam (Moore, Tank, Glancy, Silverling,

& Mathis, 2014) mengungkapkan bahwa tujuan pengintegrasian STEM

dalam kegiatan pembelajaran melalui konten dan konteks di antaranya

ialah untuk:

1. Memperdalam pemahaman siswa tentang setiap disiplin ilmu

dengan konsep kontekstualisasi.

2. Memperluas pemahaman siswa tentang STEM melalui paparan

konteks STEM yang relevan secara sosial dan budaya.

3. Meningkatkan minat terhadap STEM untuk memperluas

ketertarikan siswa terhadap bidang STEM.

Selain beberapa tujuan di atas, lebih lanjut (Morrison, 2006)

menguraikan beberapa fungsi pendidikan STEM, di antaranya yaitu:

1. Problem solver (pemecah masalah): mampu memecahkan masalah,

dan menerapkan pemahaman dan pembelajaran ke dalam masalah

tersebut disertai argumen dan bukti.

2. Innovators (inovator): kekuatan untuk tujuan penyelidikan

independen dan asli menggunakan proses desain kreatif

menggunakan konsep dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan,

matematika, dan teknologi dengan menerapkannya pada proses

desain rekayasa.

Page 33: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

20

3. Inventors (penemu): mengatur kebutuhan dunia dan secara kreatif

merancang dan mengimplementasikan solusi mengenali kebutuhan

dunia dan secara kreatif merancang, menguji, mendesain ulang,

dan kemudian mengimplementasikan solusi (proses rekayasa).

4. Self-reliant (mandiri): mampu mengatur agenda sendiri,

mengembangkan dan mendapatkan kepercayaan diri dan bekerja

dalam jangka waktu yang ditentukan.

5. Logical thinkers (pemikir logis): menggunakan logika, dan mampu

membuat keterkaitan atau pemahaman tentang fenomena alam, dan

mampu menerapkan proses pemikiran rasional dan logis dari sains,

matematika, dan desain teknik untuk inovasi dan penemuan.

6. Technologically literate (melek teknologi): dapat memahami sifat

teknologi, menguasai keterampilan yang dibutuhkan dan

menerapkannya dengan tepat dan menjelaskan sifatnya

Di dalam pengintegrasian Pendidikan STEM, terdapat dua tujuan

yang diharapkan diperoleh oleh siswa maupun guru. Bagi siswa, dengan

adanya pengintegrasian Pendidikan STEM, siswa diharapkan memiliki

kemampuan dalam literasi STEM, keterampilan abad ke-21, kesiapan

berkarir di bidang STEM, minat dan keterlibatan dalam STEM, serta

kemampuan untuk membuat keterkaiatan di antara disiplin STEM.

Sementara untuk guru, dengan adanya Pendidikan STEM diharapkan

guru mampu untuk meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan

konten STEM (Honey, Pearson, & Schweingruber, 2014).

Untuk mencapai tujuan tersebut, kemudian NRC (National

Research Council) menyatakan bahwa siswa perlu mengintegrasikan

berbagai keterampilan dalam program Pendidikan STEM. Menurut NRC

dalam (Suwarma, Astuti, & Endah, 2015), standar keterampilan tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Adaptability atau keterampilan untuk beradaptasi terhadap suatu

kondisi yang tidak umum.

Page 34: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

21

2. Complex communication skills merupakan keterampilan untuk

memproses dan menginterpretasikan informasi baik secara verbal

maupun non verbal.

3. Non-routine problem solving merupakan kemampuan untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang tidak biasa/umum.

4. Self management and self development merupakan kemampuan

untuk bekerja dengan baik, baik itu dengan dengan kelompok

(orang lain) maupun sendiri.

5. System thinking merupakan kemampuan untuk memahami cara

kerja seluruh sistem serta bagaimana pengaruh suatu tindakan

perubahan terhadap sistem tersebut.

Lebih lanjut, (Chen & Soldner, 2013) mengungkapkan bahwa dengan

mengkaitkan sikap terhadap STEM akan memunculkan motivasi,

kepercayaan diri, dan keyakinan tentang kemampuan untuk mempelajari

mata pelajaran STEM di dalam diri siswa.

c. Faktor –faktor Pendidikan STEM

Adanya Pendidikan STEM tidak terlepas dari faktor yang

mempengaruhinya. Secara umum (Xie, Fang, & Shauman, 2015)

membagi faktor-faktor tersebut menjadi tiga bagian yaitu:

1. Faktor kontekstual berhubungan dengan bagaimana keadaan

siswa selama di dalam kelas atau dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam hal ini peran guru menjadi penting karena guru yang

memberikan pengetahuan yang akan berpengaruh terhadap

pemahaman siswa terhadap STEM.

2. Keluarga: keluarga juga memiliki peran yang penting terhadap

Pendidikan STEM. Hal ini karena keluarga dapat memberikan

informasi dan dukungan berupa motivasi kepada siswa.

Ketertarikan siswa akan STEM juga dapat dipengaruhi oleh

lingkungan di sekitarnya.

Page 35: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

22

3. Kemampuan individu yang berbeda-beda juga akan berpengaruh

terhadap hasil dalam Pendidikan STEM baik kemampuan (skills)

secara kognitif maupun non kognitif.

Selain ketiga aktor di atas, faktor lain yang mempengaruhi persepsi

siswa terhadap STEM ialah motivasi, pengalaman (experience), dan

keyakinan diri (self-efficacy) (Brown, Concannon, Marx, Donaldson, &

Black, 2016).

3. Pendidikan STEM di Indonesia

The Existence of the ASEAN Economic Community mengemukakan

salah satu tantangan besar bagi negara-negara berkembang, seperti Indonesia

ialah meningkatkan daya saing produk dan tenaga kerja (Milaturrahmah,

Mardiyana, & Pramudya, 2017). Untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja,

salah satunya dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Peringkat pendidikan

Indonesia untuk wilayah ASEAN sendiri berada di posisi ke 7 (Gerintya,

2019). Selain itu, salah satu penelitian menunjukkan bahwa di Indonesia

jumlah lulusan dengan ilmu sains dan jurusan teknik sebesar 24% dan lebih

rendah daripada Korea sebesar 29% (Shin, Rachmatullah, Roshayanti, Ha, &

Lee, 2018). Atas dasar tersebut, yang kemudian menyebabkan adanya

Pendidikan STEM di Indonesia.

Di Indonesia, pendekatan STEM belum banyak digunakan, sehingga

dapat pula dikatakan bahwa Pendidikan STEM di Indonesia belum

berkembang secara maksimal (Milaturrahmah, Mardiyana, & Pramudya,

2017). Pendidikan STEM sendiri lahir sebagai upaya dalam mengatasi

masalah atas rendahnya skor penilaian internasional seperti TIMSS dan PISA

serta sebagai upaya agar masyarakat mulai mengerti STEM dan juga sebagai

kebutuhan untuk digunakan dalam kehidupan modern (Pimthong & Williams,

2018). Di Indonesia sendiri Pendidikan STEM lahir selain sebagai upaya

dalam memperbaiki nilai PISA Indonesia yang menunjukkan bahwa nilai

rata-rata sains siswa Indonesia sebesar 403 dan rata-rata nilai matematika

siswa Indonesia sebesar 386 pada tahun 2015 (OECD, 2016). Selain itu juga

Page 36: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

23

untuk mempersiapkan siswa memiliki keterampilan terkait STEM sehingga

dapat berkarir di bidang STEM.

Secara khusus, konsep STEM di Indonesia menjadi populer dalam

beberapa tahun terakhir, terutama di tingkat pendidikan tinggi. Dapat

dikatakan bahwa konsep ini secara bertahap berkembang di Indonesia

(Suprapto, 2016). Dimana salah satu penerapan STEM telah diterapkan di

sekolah kejuruan. Di Indonesia program sekolah kejuruan merupakan salah

satu yang banyak diminati. Hal ini karena sekolah kejuruan akan melatih

siswa untuk memiliki kemampaun (skills) yang lebih banyak untuk

menghadapi dunia kerja (Misbah, Gulikers, Maulana, & Mulder, 2015). Hal

inilah yang kemudian disikapi oleh Kemendikbud dengan menetapkan

Standar Kompetensi Lulusan yang berbasis pada kompetensi abad 21

(Mendikbud, 2016). Salah satu upaya untuk menghasilkan lulusan yang dapat

bersaing dalam kompetisi di abad 21 ialah melalui Pendidikan STEM.

Lebih dari itu, Pendidikan STEM di Indonesia tidak dapat berjalan

dengan baik jika tidak didukung oleh setiap komponen yang terlibat di

dalamnya, mulai dari pemerintah hingga guru. Oleh sebab itu, dalam

penerapan Pendidikan STEM perlu di dukung dengan kemampuan STEM

yang dimiliki oleh guru, di antaranya ialah pengetahuan terkait konten,

pengalaman, dan kemampuan pedagogi (Stohlmann, Moore, & Roehrig,

2012). Sebuah penelitian menemukan bahwa kemampuan guru masih rendah,

yang disebabkan karena guru kurang siap utuk mengajarkan sains dan

matematika, serta rendahnya jumlah guru yang berkualifikasi untuk

mengajarkan STEM (Lantz, 2009). Belum banyaknya jumlah guru yang

memiliki kemampuan pedagogis mengeai STEM ini yang pada akhirnya

menyebabkan Pendidikan STEM di Indonesia belum berjalan secara

maksimal. Selain itu, latar belakang keluarga juga akan mempengruhi

persepsi siswa terhadap STEM (Zhou, Anderson, Wang, & LI, 2017).

Page 37: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

24

4. Keterampilan Abad 21 (21 Century Skills)

Keterampilan abad 21 berkaitan dengan perkembangan teknologi, yang

mengubah gaya hidup maupun interaksi antar sesama secara signifikan

karena perkembangan teknologi digital (Reynolds, Notari, & Tavares, 2016).

Keterampilan abad 21 tidak hanya kemampuan mengenai pengetahuan, tetapi

juga pemahaman dan keterampilan (skills) (Kan & Murat, 2018). Lebih lanjut,

keterampilan abad 21 menjadi tiga kelompok besar yaiu learning and

inovation skills, ICT skills, dan life and career skills (Dede, 2009).

a. Learning and thinking skills

Dalam keterampilan ini, selain siswa perlu mempelajari konten

akademik, siswa juga perlu tahu bagaimana mereka memanfaatkan apa

yang mereka ketahui secara efektif dan inovatif. Keterampilan ini

terdiri dari keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah,

keterampilan komunikasi, keterampilan kreativitas dan inovasi,

keterampilan kolaborasi, keterampilan belajar kontekstual,

keterampilan literasi media dan informasi.

b. ICT literacy

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah kemampuan untuk

menggunakan teknologi untuk mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan konten abad ke-21, dalam konteks pembelajaran mata

pelajaran inti. Siswa harus dapat menggunakan teknologi untuk

mempelajari konten dan keterampilan, sehingga mereka tahu cara

belajar, berpikir kritis, menyelesaikan masalah, menggunakan

informasi, berkomunikasi, berinovasi, dan berkolaborasi.

c. Life and career skills

Seorang guru yang baik selalu memasukkan kecakapan hidup ke dalam

pedagogi mereka. Akan tetapi, tantangan yang dihadapi hari ini adalah

bagaimana untuk menggabungkan keterampilan-keterampilan tersebut.

Life skills sendiri meliputi kepemimpinan, etika, akuntabilitas,

kemampuan beradaptasi, produktivitas, tanggung jawab, keterampilan

Page 38: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

25

orang-orang (people's skills), pengarahan diri sendiri (self-direction),

tanggung jawab sosial (social responsibility).

Dalam perkembangannya, keterampilan abad 21 telah banyak

diklasifikasi oleh beberapa organisasi maupun institusi seperti ATCS

(Assessment and Teaching of 21st Century Skills), P21 (Partnership for 21st

Century Learning), OECD (Organization for Economic Co-operation and

Development), ASIA Society (Asia Society Partnership for Global Learning),

ISTE (International Society for Technology in Education), NCREL (North

Central Regional Educational Laboratory), EU (European Union) yang

memiliki kesamaan bahwa keterampilan abad 21 terdiri dari kreatifitas,

berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi.) (Voogt & Roblin, 2010). Saat

ini, keterampilan abad 21 menjadi hal yang penting berdasarkan hasil survey

dalam perekrutan tenaga kerja. Dalam perekrutan tenaga kerja sendiri

terdapat dua kemampuan yang dilihat yaitu pengetahuan dasar dan

keterampilan. Pengetahuan dasar di antaranya sains dan matematika,

sedangkan keterampilan di antaranya adalah berpikir kritis, komunikasi,

kolaborasi dan kreativitas/inovasi (Fadel, 2008).

Terkait dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam 21 century, yaitu

kreativitas, berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi. Dibawah ini

merupakan penjabaran dari setiap bagain, di antaranya yaitu:

a. Kreativitas

Menurut Guilford dalam (Runco & Jaeger, 2012) kreativitas

dalam arti sempit adalah kemampuan atau karakteristik seseorang

terhadap hal-hal kreatif. Dimana kemampuan kreativitas menentukan

apakah seseorang memiliki kekuatan untuk menunjukkan perilaku

kreatifnya. Selain itu, kreativitas merupakan tindakan membuat

sesuatu yang baru, asli, dan bernilai baik untuk pribadi maupun untuk

budaya (Burkhardt, et al., 2003). Kreativitas merupakan salah satu

kemampuan yang diharapkan diperoleh siswa dari sekolah (Hobbs &

Frost, 2003). Hal ini karena jika seorang siswa meninggalkan sekolah

tanpa dibekali kemampuan kreativitas untuk berkreasi dan berinovasi,

Page 39: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

26

maka mereka akan kurang siap dalam menghadapi tantangan di

masyarakat dan juga di dalam persaingan tenaga kerja (Roekel, 2012).

Lebih lanjut Piirto (2011) mengungkapkan bahwa dalam

keterampilan abad 21, kreativitas akan berhubungan dengan inovasi.

Dalam hal tersebut kemudian kreativitas dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Berpikir kreatif

Berpikir kreatif dapat digunakan dalam berbagai teknik, seperti

dalam pembuatan ide-ide baru yang bermanfaat, elaboratif,

memperbaiki, menganalisis, dan mengevaluasi ide-ide agar

dapat meningkatkan dan memaksimalkan upaya-upaya kreatif.

2. Bekerja secara kreatif dengan orang lain

Dalam hal ini seseorang dapat mengembangkan, menerapkan,

dan mengkomunikasikan ide-ide baru kepada orang lain secara

efektif; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru

dan beragam, memasukkan input dan umpan balik kelompok ke

dalam suatu karya; mendemonstrasi orisinalitas dan daya cipta

dalam pekerjaan dan memahami batas dunia nyata untuk

mengadopsi ide-ide baru, melihat kegagalan sebagai

kesempatan untuk belajar, memahami bahwa kreativitas dan

inovasi adalah proses siklus jangka panjang dari keberhasilan

kecil dan kesalahan yang sering terjadi.

3. Menerapkan inovasi: bertindak berdasarkan ide-ide kreatif untuk

membuat kontribusi yang nyata dan bermanfaat bagi bidang

inovasi.

b. Critical Thinking (berpikir kritis)

The National Council for Exellence in Critical Thinking

mendefinisikan critical thinking sebagai proses disiplin intelektual

yang secara aktif dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan,

menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi yang

dikumpulkan dari atau dihasilkan oleh pengamatan, pengalaman,

Page 40: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

27

refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai panduan untuk

keyakinan dan tindakan (Bialik & Fadel, 2015). Konsep berpikir kritis

digunakan untuk semua macam pengetahuan dan menyiratkan

keterlibatan nyata peserta didik dalam proses konstruksi pengetahuan

melalui refleksi dan berpikir secara mendalam (Saleh, 2019). Menurut

Siegel dalam (Rezaei, Derakhshan, & Bagherkazemi, 2011), berpikir

kritis dibagi menjadi dua, yaitu pure skills dan skills plus tendencies.

Pure skills merupakan merupakan kemampuan seseorang untuk

menilai dengan benar atau mengevaluasi jenis pernyataan tertentu.

Sementara itu, skills plus tendencies merupakan keterampilan atau

keahlian yang diperlukan untuk menilai pernyataan (dan tindakan)

yang tepat, dan juga kecenderungan untuk menjalankan keahlian

tersebut dalam pernyataan biasa (dan tindakan) kegiatan penilaian

mereka.

c. Kolaborasi

Kolaborasi merupakan interaksi secara kooperatif di antara dua

atau lebih individu yang bekerja bersama untuk memecahkan masalah

atau membuat suatu produk. Kolaborasi sendiri termasuk ke dalam

interpersonal skills. Interpersonal skills sendiri di dalamnya terdiri

atas kemampuan untuk membaca dan mengatur emosi, motivasi, dan

perilaku diri sendiri atau orang lain selama interaksi sosial atau dalam

konteks interaktif sosial (Burkhardt, et al., 2003). Karenanya,

kolaborasi sering dianggap sebagai keterampilan sosial, di samping

ketegasan, tanggung jawab, dan empati (Malecki & Elliott, 2002).

Kolaborasi telah diidentifikasi sebagai hasil pendidikan yang

penting dalam diri seseorang, karena kolaborasi bukan hanya sebagai

sarana untuk mengembangkan atau menilai pengetahuan yang

dipelajari melalui keterlibatan dan praktik (Kuhn, 2015). Selain itu,

dengan adanya kolaborasi siswa secara aktif akan terlibat dalam

proses pembelajaran; memperkaya pengalaman belajar siswa;

Page 41: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

28

menciptakan lingkungan yang lebih interaktif; mendorong pertanyaan,

diskusi, dan debat; serta mengembangkan keterampilan (baik kognitif

maupun generik) yang bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan kerja

mereka (Hunter, 2006).

Kolaborasi yang ada pada siswa dapat dibagi menjadi dua yaitu

kolaborasi secara personal dan kolaborasi secara interpersonal. Secara

personal, seorang siswa yang memiliki keterampilan kolaborasi

diantaranya akan barsedia dan mampu mengambil peran yang berbeda,

terbuka dan jujur dengan ide, kepedulian, dan nilai-nilai, menjadi

pemimpin dan juga pengikut dalam kelompok, dan mampu

menerapkan keterampilan kolaboratif untuk berbagai situasi.

Sementara dalam kolaborasi secara interpersonal, seorang siswa akan

berkomitmen untuk berbagi tujuan dan menerima tanggung jawab

untuk kelompok menuju tujuan itu, bekerja untuk mencocokkan tugas

dengan kemampuan anggota tim, dan mendengarkan dengan penuh

hormat dan objektif (Burkhardt, et al., 2003).

d. Komunikasi

Seseorang yang memiliki kemampuan komunikasi akan mampu

menyampaikan pemikiran, opini, perintah dengan jelas dan persuasif

secara langsung maupun tertulis kepada orang lain, serta mampu

memotivasi orang lain melalui kemampuan berbicaranya (Zubaidah,

2016). Dalam abad 21, komunikasi yang efektif sangat penting untuk

keberhasilan dalam masyarakat berbasis pengetahuan seperti saat ini

Komunikasi yang efektif melibatkan kemampuan dalam mengajar dan

berkolaborasi, keterampilan interpersonal, tanggung jawab pribadi,

tanggung jawab sosial dan sipil, serta komunikasi interaktif

(Burkhardt, et al., 2003).

Dalam mengembangkan keterampilan abad 21, peran sekolah menjadi

salah satu aspek penting. Sekolah tidak hanya fokus untuk mempersiapkan

siswa dalam tes akademik maupun meningkatkan nilai tes mereka, tetapi

Page 42: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

29

harus bisa melakukan hal yang lebih kepada siswanya, di antaranya termasuk

kemampuan berpikir, kemampuan sosial dan emosional, keterampilan dalam

bersikap termasuk motivasi dan self efficacy. Berdasarkan hal tersebut, para

peneliti maupun praktisi mengemukakan keterampilan yang menjadi

perhatian banyak pihak di antaranya seperti kemampuan berikir kritis,

kreatifitas, metakognisi, pemecahan masalah, kolaborasi, motivasi, self

efficacy, dan ketekunan (Lamb, Maire, & Doecke, 2017). Dengan demikian,

sangatlah penting bagi Pendidikan STEM untuk melatih individu-individu

yang berkualifikasi untuk memberikan keuntungan ekonomi bagi negara dan

dapat menghasilkan inovasi agar tidak tertinggal dari perkembangan (Kan &

Murat, 2018).

Untuk mengetahui mengenai persepsi terhadap Pendidikan STEM, dapat

dilihat dari setiap aspeknya (Suprapto, 2016) yaitu:

1. Sains: mengeksplorasi sikap siswa terhadap sains, seperti sains di

sekolah, di luar sekolah, dan pekerjaan kehidupan, serta karir dalam

sains.

2. Matematika: mengeksplorasi sikap siswa terhadap matematika, seperti

belajar matematika, menilai dan memilih karir dalam matematika.

3. Teknologi dan Engineering: mengeksplorasi sikap siswa terhadap

teknologi dan teknik (seperti menggunakan teknologi, mesin baru,

menciptakan produk baru, dan berkarir di bidang teknik), merangkum

sikap siswa terhadap mengintegrasikan STEM (menggunakan

kreativitas dan inovasi untuk pekerjaan masa depan dan karir yang

melibatkan STEM).

Selain itu, karena Pendidikan STEM memiliki keterkaitan dengan

keterampilan abad 21, maka dalam hal ini juga ditambahkan mengenai

keterampilan abad 21 yang terdiri dari learning and inovation skills, dan life

and career skills.

Page 43: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

30

B. Penelitian yang relevan

Dalam penelitian ini, terdapat penelitian lain yang meneliti bagaimana persepsi

siswa terhadap STEM di antaranya sebagai berikut:

1. Meng, Idris, & Eu (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Secondary

Students' Perceptions of Assessments in Science, Technology,

Engineering, and Mathematics (STEM) menunjukkan bahwa secara

keseluruhan siswa menunjukkan sikap postitif terhadap STEM. Selain

itu, secara gender tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

persepsi dengan STEM.

2. Suprapto (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Students Attitudes

towards STEM Education: Voices from Indonesian Junior High

Schools menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan satu

sama lain antara sains, teknologi, engineering dan matematika.

3. Christenses, Knezek, & Wood (2014) dalam penelitiannya yang

berjudul Student perceptions of Science, Technology, Engineering and

Mathematics (STEM) Content and Careers menunjukkan bahwa siswa

yang memiliki kecenderungan terhadap STEM memiliki kesamaan

dengan orang yang profesional dalam STEM.

4. Zhou, Anderson, Wang, & LI (2017) dalam penelitiannya yang berjudul

Perceptions and Preferences of High School Students in STEM: A Case

Study in Connecticut and Mississippi menemukan bahwa latar belakang

keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi dan

pilihan siswa sekolah menengah terhadap STEM.

C. Kerangka Berpikir

Dalam perkembangan global yang pesat seperti saat ini, diperlukan

kualitas sumber daya manusia yang mumpuni agar dapat bersaing satu sama

lain. Untuk itu, dibutuhkan keterampilan (skills) yang cukup terutama dengan

adanya perkembangan teknologi yang pesat seperti saat ini. Selain itu, kualitas

sumber daya manusia dalam suatu negara akan menentukan apakah negara

tersebut dapat bersaing atau tidak secara global. Akan tetapi, saat ini kualitas

Page 44: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

31

sumber daya manusia di Indonesia belum mampu bersaing secara global. Oleh

sebab itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas tersebut, salah

satunya melalui Pendidikan STEM. Pendidikan STEM diperlukan untuk

mempersiapkan sumber daya manusia agar memiliki kemampuan untuk

bersaing dalam menghadapi tantangan global. Akan tetapi, Pendidikan STEM

di Indonesia sendiri masih belum merata, sehingga diperlukan penelitian untuk

mengetahui bagaimana persepsi terhadap Pendidikan STEM. Persepsi ini

digunakan untuk mengetahui apakah siswa setuju dengan adanya Pendidikan

STEM ataukah tidak serta sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan Pendidikan STEM. Kerangka berpikir terdapat pada Gambar

2.2.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian

Adanya Pendidikan STEM di

Indonesia

Dilakukan penelitian untuk

melihat bagaimana persepsi

mengenai Pendidikan STEM

Diketahui bagaimana persepsi siswa

terhadap Pendidikan STEM

Indikator Pendidikan STEM

Sains

Matematika

Teknologi dan Engineering

Keterampilan abad 21

Kualitas sumberdaya manusia di

Indonesia belum dapat bersaing

secara global

Page 45: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada tanggal 17 Juli 2019- 13 Agustus

2019 pada siswa Madrasah Aliyah (MA) yang ada di Kota Tangerang

Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Kota Tangerang Selatan, MA

Pembangunan UIN Jakarta, MA Khazanah Kebajikan, MA Soebono

Mantofani, MA Manba’ul Ulum, MA Daarul Hikmah, MA Jami’yyah

Islamiyah, serta MA Madinatunnajah.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian merupakan penelitian deskriptif

kuantitatif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan suatu

gelaja, peristiwa, dan kejadian yang terjadi secara faktual, sistematis, dan

akurat. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama

yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau

subjek yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2003). Lebih lanjut, Sugiyono

(2018) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang

berisi tentang penjelasan terhadap variabel yang diteliti, mulai dari

pendefinisian hingga uraian lengkap dari berbagai referensi. Dalam metode

penelitian deskriptif tidak diarahkan untuk menjelaskan hubungan seperti

dalam suatu rumusan hipotesis, dan juga tidak memprediksi atau meramal

implikasi apa yang akan terjadi manakala suatu variabel dimanipulasikan.

Tetapi penelitian hanya mengumpulkan data untuk menggambarkan

fenomena yang sedang terjadi (Sanjaya, 2013).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi

siswa terhadap Pendidikan STEM terutama di Kota Tangerang Selatan.

Dalam penelitian ini, tempat penelitian yang digunakan berbeda-beda

sehingga data yang diperoleh dapat bervariasi dan mendapatkan persepsi

yang berbeda supaya data yang diperoleh dapat maksimal.

Page 46: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

33

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan adopsi dan penerjemahan instrumen

berupa kuesioner dari penelitian yang berjudul Gender and Student

Attitudes towards Science, Technology, Engineering, Mathematics (Unfried,

Faber, & Wiebe, 2014). Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan

terdiri dari STEM dan 21 century skills. Kemudian instrumen tersebut

dilakukan validasi terjemahan oleh dosen ahli. Setelah dinyatakan layak

untuk diujikan, selanjutnya kuesioner dilakukan uji coba kepada siswa

untuk melihat tingkat validitas dan reliabilitas dari kuesioner tersebut.

Setelah didapatkan hasil uji coba validasi, kemudian instrumen tersebut

diujikan kepada siswa untuk memperoleh data penelitian, yang kemudian

data tersebut akan dianalisis dan ditarik kesimpulan. Prosedur penelitian ini

seperti yang terdapat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

adopsi dan penerjemahan

instrumen

validasi instrumen oleh

dosen ahliuji coba instrumen

dinyatakan valid dan reliabel

pengambilan data ke sekolah

analisis data

kesimpulan

Page 47: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

34

2018). Objek penelitian ini adalah sekolah Madrasah Aliyah (MA) yang ada

di Kota Tangerang Selatan.

Adapun sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini,

sampel yang digunakan merupakan siswa Madrasah Aliyah (MA) kelas XI

dan XII yang mengambil jurusan IPA. Dalam pengambilan sampel,

digunakan teknik pengambilan secara purposive sampling, dimana dalam

menentukan seseorang menjadi sampel didasarkan pada tujuan tertentu

(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini sampel yang diperoleh yaitu siswa

kelas XI dan XII IPA. Pengambilan sampel pada kelas XI dan XII dilakukan

dengan pertimbangan bahwa pada kelas tersebut siswa telah lebih banyak

mempelajari matematika, sains, teknologi dan engineering, serta

keterampilan abad 21. Sampel tersebut diambil dari beberapa sekolah yang

ada di Kota Tangerang Selatan yaitu MAN 1 Kota Tangerang Selatan, MA

Pembangunan UIN Jakarta, MA Khazanah Kebajikan, MA Soebono

Mantofani, MA Manba’ul Ulum, MA Daarul Hikmah, MA Jami’yyah

Islamiyah, serta MA Madinatunnajah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan

menyertakan kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada siswa.

Kuesioner yang dibagikan sendiri terdiri dari sejumlah pernyataan yang

harus dijawab oleh siswa. Angket (kuesioner) adalah instrumen penelitian

berupa daftar pertanyaan atau pernyataan secara tertulis yang harus dijawab

atau diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk pengisiannya. Penggunaan

kuesioner dipilih karena kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien sehingga cocok digunakan jika jumlah responden cukup besar

dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2018).

Page 48: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

35

F. Instrumen Penelitian

Penggunaan instrumen bertujuan sebagai alat bantu yang digunakan

dalam mengambil data penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang

digunakan oleh peneliti yaitu angket (kuesioner) yang diadoptasi dari

instrumen yang telah dipublikasikan oleh Unfried, Faber, & Weibe tahun

2014. Instrumen ini terdiri empat bagian, yaitu matematika, sains, teknologi

dan engineering, serta keterampilan abad 21.

Dalam instrumen tersebut terdapat 37 pernyataan dengan lima

pilihan jawaban, dimana jawaban tersebut mengunakan skala Likert.

Instrumen tersebut terdiri dari 8 pernyataan untuk matematika, 9 pernyataan

untuk sains, 9 pernyataan untuk teknologi dan engineering, serta 11

pernyataan untuk keterampilan abad 21 seperti pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Indikator Instrumen Penelitian

No Aspek Indikator Pernyataan Pernyataan

1 Matematika mengeksplorasi sikap siswa

terhadap matematika, seperti

belajar matematika, menilai

dan memilih karir dalam

matematika.

1,2,3,4,5,6,7,8

2 Sains mengeksplorasi sikap siswa

terhadap sains, seperti sains di

sekolah, di luar sekolah, dan

pekerjaan kehidupan, serta

karir dalam sains.

9,10,11,12,13,14,

15,16,17

3 Teknologi

dan

Engineering

mengeksplorasi sikap siswa

terhadap teknologi dan teknik

(seperti menggunakan

teknologi, mesin baru,

menciptakan produk baru, dan

berkarir di bidang teknik),

18,19,20,21,22,23,

24,25,26

Page 49: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

36

merangkum sikap siswa

terhadap mengintegrasikan

STEM (menggunakan

kreativitas dan inovasi untuk

pekerjaan masa depan dan

karir yang melibatkan STEM).

4 Keterampilan

Abad 21

Mengeksplorasi sikap siswa

terkait learning and inovation

skills, dan life and career

skills.

27,28,29,30,31,32,

33,34,35,36,37

Dalam pemilihan jawaban pada instrumen menggunakan skala

Likert. Skala likert sendiri telah banyak digunakan untuk mengukur persepsi,

sikap, pendapat seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial

(Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini, skala Likert yang digunakan

berjumlah 5 pilihan yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), ragu-

ragu (R), setuju (S) dan sangat setuju (SS).

G. Validitas dan Reliabilitas

Setelah dilakukan penerjemahan terhadap instrumen, kemudian

dilakukan uji validitas dan realibilitas. Validitas atau kesahihan

menunjukkan pada keterampilan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur

apa yang harus diukur (Suharsaputra, 2012). Sementara itu, reliabilitas

merupakan kedapatdipercayaan atau keajegan suatu insturmen pengukuran

dikatakan reliabel apabila istrumen tersebut dipergunakan secara berulang

memberikan hasil ukur yang sama (Suharsaputra, 2012).

Dalam pengujian awal instrumen untuk mengetahui berapa banyak

pernyataan yang valid, diketahui bahwa nilai r tabel sebesar 0,311 (Kadir,

2015). Berdasarkan hal tersebut, dari hasil pengujian data diperoleh bahwa

jumlah pernyataan yang valid sebanyak 31 pernyataan dari jumlah total

sebanyak 37 pernyataan. Sementara itu, untuk nilai reliabilitas instrumen,

Page 50: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

37

diperoleh nilai sebesar 0,741. Dengan demikian, dalam proses pengambilan

data penelitian, jumlah pernyataan yang digunakan sebanyak 31 pernyataan.

Sebanyak 31 pernyataan di dalam instrumen yang valid tersebut

terdiri dari 6 pernyataan untuk matematika, 7 pernyataan untuk sains, 8

pernyataan untuk teknologi dan engineering, serta 10 pernyataan untuk

keterampilan abad 21 seperti terdapat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.2 Hasil Validasi Instrumen

No Aspek Pernyataan

1 Matematika 1*,2*,3,4,5,6,7,8

2 Sains 9,10,11,12,13,14,15*,16*,17

3 Teknologi dan Engineering 18,19,20,21,22,23,24*,25,26

4 Keterampilan Abad 21 27,28,29,30,31,32,33,34,35,36*,37

Ket: tanda (*) menunjukkan item tidak valid

H. Analisis Data

Data yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu berupa data

kuantitatif. Dalam prosesnya analisis data yang digunakan melalui berbagai

tahapan yaitu di antaranya:

1. Proses tabulasi

Dalam proses ini, data yang telah diperoleh kemudian

dikelompokkan berdasarkan sekolah masing-masing, yang

kemudian digabungkan menjadi satu. Setelah itu, kemudian data

dihitung jumlah siswa pada setiap pilihan jawaban, sehingga

diperoleh jumlah siswa yang memilih pada masing-masing jawaban

dari semua sekolah.

2. Perhitungan data

Setelah diketahui jumlah siswa yang memilih setiap pilihan

jawaban, kemudian data dihitung Persentasenya. Data kuantitatif

berupa persentase ini didapat dari frekuensi jawaban responden

(siswa) terhadap pilihan jawaban yang diberikan. Perhitungan

Page 51: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

38

Persentase ini dihitung berdasarkan pilihan jawaban siswa

dibandingkan dengan jumlah siswa.

𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (%) =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖ℎ 𝑜𝑝𝑠𝑖

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 × 100 %

3. Pendeskripsikan data

Dalam proses ini, data yang telah diperoleh kemudian

dideskripsikan dalam bentuk pernyataan untuk memperoleh bentuk

nyata dari responden, sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau

orang lain yang tertarik pada hasil penelitian yang dilakukan. Untuk

peneliitan kuantitatif, cara mendeskripsikan data menggunakan

statistika deskriptif dengan tujuan agar data dapat dengan mudah

dimengerti.

Page 52: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan

yang telah dilakukan terhadap penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

persepsi siswa Madrasah Aliyah (MA) di Kota Tangerang Selatan setuju

terhadap Pendidikan STEM. Mayoritas siswa menyatakan setuju pada aspek

sains, teknologi dan engineering, serta keterampilan abad 21. Sementara itu,

untuk matematika siswa menyatakan ragu-ragu.

B. Saran

Berdasarkan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun

penulis memberikan saran terhadap penelitian ini diantaranya yaitu sebagai

berikut:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan memperluas berbagai aspek dalam

penelitian terutama yang berkaitan dengan persepsi siswa terhadap

pendidikan STEM.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan memperbanyak sumber data penelitian

agar data yang diperoleh lebih bevariasi sehingga hasil yang diperoleh

lebih maksimal.

Page 53: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

63

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M., Ayob, A., Tek, O. E., Ibrahim, M. N., Ishak, N., & Sheriff, J. (2016).

Memperkasa Pembangunan Modal Insan Malaysia di Peringkat Kanak-

kanak: Kajian Kebolehlaksanaan dan Kebolehintegrasian Pendidikan

STEM dalam Kurikulum PERMATA Negara. Malaysian Journal of Society

and Space, 12(1), 29-36.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi

Revisi 2010. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ashgar, A., Ellington, R., Rice, E., Johnson, F., & Prime, G. M. (2012, Agustus 8).

Supporting STEM Education in Secondary Science Contexts.

Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 6(2), 85-125.

doi:10.7771/1541-5015.1349

Bevins, S., Brodie, M., & Brodie, E. (2005, September 7-10). A Study of UK

Secondary School Students' Perceptions of Science and Engineering.

European Educational Research Association Annual Conference, 1-20.

Bialik, M., & Fadel, C. (2015). Skill for the 21st Century: What Should Students

Learn? Boston: Center for Curriculum Redesign.

Breiner, J. M., Harkness, S. S., Johnson, C. C., & Koehler, C. M. (2012). What Is

STEM? A Discussion About Conceptions of STEM in Education and

Partnerships. School Science and Mathematics, 112(1), 3-11.

Britner, S. L., & Pajares, F. (2006). Sources of Science Self-Efficacy Beliefs of

Middle School Students. Journal of Research In Science Teaching, 43(5),

485-499.

Brophy, S., Klein, S., Portsmore, M., & Rogers, C. (2008, July). Advancing

Engineering Education in P-12 Classrooms. Journal of Engineering

Education, 369-387.

Page 54: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

64

Brown, P. L., Concannon, J. P., Marx, D., Donaldson, C. W., & Black, A. (2016).

An Examination of Middle School Students' STEM Self-Efficacy with

Relation to Interest and Perceptions of STEM. Journal STEM Education,

17(3), 27-37.

Brown, R., Brown, J., Reardon, K., & Merrill, C. (2011, March). Understanding

STEM: Current Perceptions. Technology and Engineering Teacher, 5.

Burkhardt, G., Monsour, M., Valdez, G., Gunn, C., Dawson, M., Lemke, C., . . .

Martin, C. (2003). EnGauge 21st Century Skills: Literacy in the Digital Age.

Illinois dan Los Angeles, California: NCREL dan Metiri Group.

Bybee, R. W. (2013). The Case for STEM Education. Virginia: NSTA press.

Candra, I. W., Harini, I. A., & Sumitra, I. N. (2017). Psikologi Landasan Keilmuan

dan Praktik Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Capobianco, B. M., Diefes-Dux, H. A., Mena, I., & Weller, J. (2011, Aprl). What

is an Engineer? Implications ofElementary School Student Conceptions

forEngineering Education. Journal of Engineering Education, 100(2), 304-

328.

Caprile, M., Palmen, R., Sanz, P., & Dente, G. (2015). Encouraging STEM Studies

for the Labour Market. Europian Parlement.

Chen, X., & Soldner, S. (2013). STEM Attrition: College Students’ Paths Into and

Out of STEM Fields Statistical Analysis Report. U.S. Department of

Education. Washington DC: National Center For Education Statistics.

Child, S., & Shaw, S. (2016). Collaboration in the 21st Century: Implications for

Assessment. Research Matters(22), 17-22.

Christensen, R., Knezek, G., & Wood, T. T. (2014). Student Perceptions of Science,

Technology, Engineering and Mathematics (STEM) Content and Careers.

Computers in Human Behavior, 173-186.

Page 55: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

65

Dede, C. (2009). Comparing Frameworks for “21st Century Skills". Harvard

Graduate School of Education.

Demuth, A. (2013). Perception Theories. Tranava: Faculty of Philosophy.

Dick, T. P., & Rallis, S. F. (1991). Factors And Influences on High School Students

Career Choices. Journal for Research in Mathematics Education, 22, 281-

292.

Engineering For Kids. (2016, Februari 2). Why is STEM Education So Important?:

Diakses dari https://www.engineeringforkids.com pada tanggal 1

September 2019.

English, L. D. (2016). STEM Education K-12: Perspectives on Integration. English

International Journal of STEM Education (2016), 3:3, 1-8.

Fadel, C. (2008). 21st Century Skills: How Can You Prepare Students for The New

Global Economy? Paris: OECD.

Fauzi, A. (2008). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Gerintya, S. (2019, Mei 02). Indeks Pendidikan Indonesia Rendah, Daya Saing pun

Lemah. Diakses dari tirto.id: http://tirto.id.com pada tanggal 1 September

2019.

Gomez, A., & Albrecht, B. (2014). True STEM Education. Technology and

Engineering Teacher, 8.

Gonzalez, H. B., & Kuenzi, J. J. (2012, November 15). Science, Technology,

Engineering, and Mathematics (STEM) Education: A Primer.

Congressional Research Service, 1-34.

Gupta, U. G., & Hount, L. E. (2000). High School Students’ Perceptions of

Information Technology Skills and Careers. Journal of Industrial

Technology, 16, 2-8.

Hacker , M., & Barak, M. (2017). Important Engineering and Technology Concepts

and Skills for All High School Students in the United States: Comparing

Page 56: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

66

Perceptions of Engineering Educators and High School Teachers. Journal

of Technology Education, 28(2), 31-52.

Hadi, S., & Novaliyosi. (2019). TIMSS INDONESIA (TRENS IN

INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY).

Prosiding Seminar Nasional & Call For Papers (hal. 562-569).

Tasikmalaya: Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas

Siliwangi.

Hernandez, P. R., Bodin, R., Elliott, J. W., Ibrahim, B., Rambo-Hernandez, K. E.,

Chen, T. W., & de Miranda, M. A. (2014). Connecting the STEM Dots:

Measuring the Effect of an Integrated Engineering Design Intervention. Int

J Technol Des Educ, 107-120.

Hobbs, R., & Frost, R. (2003). Measuring the Acquisition of Media-Literacy Skills.

Reading Research Quarterly, 38, 330-355.

Hohenberg, P. C. (2010). What Is Science? New York: New York University.

Honey, M., Pearson, G., & Schweingruber, H. (2014). STEM Integration in K-12

Education Status, Prospects, and an Agenda For Research. Washington

D.C: The National Academies Press.

Hunter, D. (2006). Assessing Collaborative Learning. British Journal of Music

Education, 23(1), 75-89.

Kadir. (2015). Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan

Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian Edisi Kedua. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Kan, A. U., & Murat, A. (2018). Investigation of Perception Science Teacher 21st

Century Skill Competence Perception and Attitudes Toward STEM.

International Online Journal of Education Sciences, 251-272.

Katehi, L., Pearson, G., Feder, M. (2009). Engineering in K-12 Education:

Understanding the Status and Improving the Prospects. Washington D. C. :

The National Academies Press.

Kline, S. J. (1985). What is technology? Bulletin of Science, Technology & Society,

5(3), 215-218. doi:10.1177/027046768500500301

Page 57: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

67

Knezek, G., Christensen, R., Wood, T. T., & Periathiruvadi, S. (2013). Impact of

Environmental Power Monitoring Activities on Middle School Student

Perceptions of STEM. School Student Perceptions of STEM, 24(1), 98-123.

Kuhn, D. (2015). Thinking Together and Alone. Educational Researcher, 44, 46-

53.

Kurnia, T. (2019, Desember 4). Skor Terbaru PISA: Indonesia Merosot di Bidang

Membaca, Sains, dan Matematika. Diambil kembali dari

https://www.m.liputan6.com Pada tanggal 3 Juni 2020

Kwok, S. (2016). Science Education in the 21st Century. Nature Astronomy, 2(7),

530-533.

Lamb, S., Maire, Q., & Doecke, E. (2017). Key Skill for the 21st Century: an

evidence-based review. Melbourne: Victoria University.

Lantz, H. B. (2009). Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM)

Education. What form? What function? CurrTech Integrations. 1-11.

Diakses dari

http://www.currtechintegrations.com/pdf/STEMEducationArticle.pdf.

pada tanggal 10 September 2019.

Lee, M. H., Chai, C. S., & Hong, H. Y. (2019). STEM Education in Asia Pacific:

Change and Development. Asia-Pacific Edu Res, 28(1), 1-4.

Li, Y., & Schoenfeld, A. H. (2019). Problemating Teaching and Learnig

Mathematics as "given" in STEM Education. International Journal of

STEM Education, 6:44, 1-13.

Lindstrom, K. (2014). Internal and External Perception in Conceptualizing Home

Landscapes: Japanese Examples. Geografiska Annaler Series B Human

Geography, 51-65.

Liu, X. (2009). Beyond Science Literacy: Science and the Public. International

Journal of Environmental & Science Education, 4, 301-311.

Page 58: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

68

Malecki, C. K., & Elliott, S. N. (2002). Childrens Social Behaviors as Predictors of

Academic Achievment: A Longitudinal Analysis. School Psychology

Quarterly, 17(1), 1-23.

Mar'at. (1982). Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Bandung: Ghalia

Indonesia.

Mativo, J. M., Womble, M. N., & Jones, K. H. (2011, February). Engineering and

technology students’ perceptions of courses. International Journal of

Technology and Design Education, 103-115.

McPhearson, P. T., Pollack, R. E., & Sable, J. E. (2008). Increasing Scientific

Literacy in Undergraduate Education: A Case Study from “Frontiers of

Science” at Columbia University. In: A Vision of transdisciplinarity: Laying

Foundations for a World Knowledge Dialogue,ed. F Darbellay, M Cockell,

J Bilotte, etc. Switzerland: EPFL Press. Diakses dari

http://columbiauniversity.net/cu/biology/faculty/pollack/publications/essay

s-andreviews/increasing scientific literacy.pdf. pada tanggal 15 Oktober

2019.

Mendikbud. (2003, Juli 8). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Diakses dari www.kelembagaan.ristekdikti.go.id:

http://www.kelembagaan.ristekdikti.go.id pada tanggal 5 Oktober 2019.

Mendikbud. (2016). Salinan Lampiran Permendikbud No.21 th 2016 tentang

Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

Meng, C. C., Idris, N., & Eu, L. K. (2014). Secondary Students' Perceptions of

Assessments in Science, Technology, Engineering, and Mathematics

(STEM). Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology

Education, 10(3), 219-227.

Milaturrahmah, N., Mardiyana, M., & Pramudya, I. (2017). Mathematics Learning

Process with Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM)

Page 59: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

69

Approach in Indonesia. International Conference on Mathematics and

Science Education (ICMScE), 1-7.

Misbah, Z., Gulikers, J., Maulana, R., & Mulder, M. (2015, Mei 22). Teacher

Interpersonal Behaviour and Student Motivation in Competence-Based

Vocational Education: Evidence from Indonesia. Teaching and Teacher

Education, 50, 79-89.

Mishra, K. S., (2016). Self- Concept- A Person's Concept of Self-Influence.

International Journal of Recent Research Aspects. 8-13.

Moore, T. J., Tank, K. M., Glancy, A. W., Silverling, E. A., & Mathis, C. A. (2014).

Engineering to Enhance STEM Integration Efforts. 121st ASEE Annual

Conference & Exposition (pp. 24.511.1-24.511.15). Indianapolis: American

Society for Engineering Education.

Morrison, J. S. (2006). TIES STEM Education Monograph Series, Attributes of

STEM Education. Baltimore: MD: TIES.

Murti, K. E. (2015, July 29). Pendidikan Abad 21 dan Implementasinya Pada

Pembelajaran Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Diakses dari

kemdikbud web site: https://p4tksb.kemdikbud.go.id pada tanggal 8

Oktober 2019.

Nordin, A., & Ling, L. H. (2011, June 2). Hubungan Sikap Terhadap Mata Pelajaran

Sains dan Penguasaan Konsep Asas Sains Pelajar Tingkatan Dua. Journal

of Science & Mathematics Educational, 2, 89-101.

Novferma, N. (2016, Mei). Analisis Kesulitan Dan Self-Efficacy Siswa SMP

Dalam Pemecahan Masalah Matematika Berbentuk Soal Cerita. Jurnal

Riset Pendidikan Matematika, 3, 76-87.

Novitasari, D. (2016, Desember). Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif

Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal

Pendidikan FIBONACCI Matematika & Matematika, 2(2), 8-18.

Page 60: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

70

OECD. (2016). Result Form PISA 2015 INDONESIA. OECD Publishing.

P21 Framework Definitions. (2009). Partnership For 21st Century Skills, 1-9.

Panchangam, S. C. (2014). An Introduction to Engineering. Engineering & Science

Focus:: AITK, 1-2.

Perdana, G. P. (2017, Juni). Pengetahuan Awal dan Tingkat Keyakinan Siswa

Tentang Konsep Listrik Dinamis. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan

Pembelajaran, 1(2), 143-152.

Piirto, J. (2011). Creativity for 21st Century Skill: How to Embed Creativity into

the Curriculum. Ohio, USA: Sense Publisher.

Pimthong, P., & Williams, J. (2018, July 2018). Preservice Teacher understanding

of STEM Education. Kasetsart Journal of Social Sciences, 1-7.

doi:https://doi.org/10.1016/j.kjss.2018.07.017

Quinn, F., & Lyons, T. (2011, Desember). High School Students’ Perceptions of

School Science and Science Careers: A Critical Look at a Critical Issue.

Science Education International, 22(4), 225-238.

Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Reynolds, R., Notari, M., & Tavares, N. J. (2016, Januari). 21st Century Skills

Development through Inquiry Based Learning From Theory to Practice. 1-

15.

Rezaei, S., Derakhshan, A., & Bagherkazemi, M. (2011, July). Critical Thinking in

Language Education. Journal of Language Teaching and Research, 2, 769-

777.

Roekel, D. V. (2012). Preparing 21st Century Students for a Global Society.

Alexandria: National Education Association.

Runco, M. A., & Jaeger, G. J. (2012). The Standard Definition of Creativity.

Creativity Research Journal, 92-96.

Page 61: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

71

Saleh, S. E. (2019). Critical Thinking as a 21st Century Skill: Conceptions,

Implementation and Challenges in the EFL Classroom. European Journal

of Foreign Language Teaching, 4(1), 1-17.

Sampurno, P. J., Sari, Y. A., & Wijaya, A. D. (2015, June). Integrating STEM

(Science, Technology, Engineering, Mathematics) and Disaster (STEM-D)

Education for Building Students' Disaster Literacy. International Journal of

Learning and Teaching, 1(1), 73-76.

Sanders, M. (2009). STEM, STEM Education, STEMMania. The Technology

Teacher, 20-26.

Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Sari, R. H. (2017). Pengaruh Implementasi Pembelajaran STEM Terhadap Persepsi,

Sikap, Dan Kreativitas Siswa. Prosiding Seminar Nasional MIPA III (pp.

416-420). Langsa-Aceh: www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA.

Sarwono, S. W. (2013). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press.

Shaleh, A. R. (2004). Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Shin, S., Rachmatullah, A., Roshayanti, F., Ha, M., & Lee, J. K. (2018). Career

Motivation of Secondary Students in STEM:a Cross-cultural Study

Between Korea and Indonesia. Int J Educ Vocat Guidance, 18, 203-231.

Siegal, M. A., & Ranney, M. A. (2003). Developing the Changes in Attitude about

the Relevance of Science (CARS) Questionnaire an Assessing Two High

School Sciences Classes. Jounal Of Resecarh In Science Teaching, 40(8),

757-775.

Singh, D. (2016). Student's Perceptions of The Imhotep's Legacy Academy After-

school Programme. Kanada: Lakehead University.

Page 62: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

72

Skaalvik, E. M., & Rankin, R. J. (1995). A Test of the Internal/External Frame of

Reference Model at Different Levels of Math and Verbal Self-Perception.

American Educational Research Journal, 32(1), 161-184.

Soh, T. M., Arsada, N. M., & Osmana, K. (2010). The Relationship of 21st Century

Skills on Students’ Attitude and Perception Towards Physics. Procedia

Social and Behavioral Sciences, 546-554.

Stohlmann, M., Moore, T. J., & Roehrig, G. H. (2012). Considerations for Teaching

Integrated STEM Education. Journal of Pre-College Engineering

Education Research (J-PEER), 2(1), 28-34.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Bandung: PT Refika Aditama.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Suprapto, N. (2016, July). Students' Attitudes Towards STEM Education: Voices

from Indonesian Junior. Journal of Turkish Science Education(13), 75-87.

Suwarma, I. R., Astuti, P., & Endah, E. N. (2015). “Balloon Powered Car” Sebagai

Media Pembelajaran IPA Berbasis STEM (Science, Technolohy,

Engineering, And Mathematics). Prosiding Simposium Nasional Inovasi

dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015) (pp. 373-376). Bandung:

Bandung Press.

Tang, M., Newmeyer, M. D., & Pan, W. (2008). Factors Influencing High School

Students’ Career Aspirations. Professional School Counseling Journal,

11(5), 285-295.

Thoha, M. (2009). Perilaku Organisasi Konsep dasar dan Aplikasinya. Jakarta:

Rajawali Press.

Page 63: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

73

Thomasian, J. (2011). Building a Science, Technology, Engineering, and Math

Education Agenda. New York: National Governors Association.

Torlakson, T. (2014). INNOVATE: A Blueprint for Science, Technology,

Engineering, and Mathematics in California Public Education. California:

State Superintendent of Public Instruction.

Unfried, A., Faber, M., & Wiebe, E. (2014). Gender and Student Attitudes toward

Science, Technology, Engineering, and Mathematics. 120th ASSE Annual

Conference & Exposition. (pp. 1-26). North Carolina: The Friday Institute

for Educational Innovation at North Carolina State University.

Utami, B., Saputro, S., Ashadi, & Masykuri, M. (2016). Scientific Literacy In

Science Lesson. Prosiding ICTTE FKIP UNS 2015. 1, pp. 125-133.

Surakarta: FKIP UNS.

Vennix, J., Brok, P. d., & Taconis, R. (2017). Perceptions of STEM-based outreach

learning activities in secondary education. Learning Environ Res , 20, 21-

46.

Voogt, J., & Roblin, N. P. (2010). 21st Century Skills: Discussion Paper. Enschede,

The Netherlands: University of Twente.

Wagner, T. (2008). Rigor Redefined The Seven Survival Skills for Gareers, Gollege,

and Citizenship. Educational Leadership , 66(2), 20-24.

Wang, H.-H., Moore, T. J., Roehrig, G. H., & Park, M. S. (2011). STEM Integration:

Teacher Perceptions and Practice. Journal of Pre-College Engineering

Education Research (J-PEER), 1(2), 1-13.

Xie, Y., Fang, M., & Shauman, K. (2015, Agustus 1). STEM Education. Annu Rev

Sociol, 1-31.

Yildirim, B., & Selvi, M. (2015, Maret). Adaptation Of STEM Attitude Scale To

Turkish. Turkish Sudies: International Periodical For The Languages,

Page 64: PERSEPSI SISWA MADRASAH ALIYAH (MA) DI KOTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51544...merupakan sekolah-sekolah Madrasah Aliyah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

74

Literature and History of Turkish or Turkic, 10/3, 1117-1130.

doi:http://dx.doi.org/10.7827/TurkishStudies.7974

Zhou, B. B., Anderson, C., Wang, F., & LI, L. (2017). Perceptions and Preferences

of High School Students in STEM: A Case Study in Connecticut and

Mississippi. Systemics, Cybernetics and Informatics, 15(5), 23-26.

Ziegler, G. M., & Loos, A. (2010). Teaching and Learning "What is mathematics".

1-14.

Zubaidah, S. (2016). Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan yang Diajarkan

Melalui Pembelajaran. Seminar Nasional Pendidikan dengan tema “Isu-isu

Strategis Pembelajaran MIPA Abad 21 (pp. 1-17). Kalimantan Barat:

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP Persada Khatulistiwa Sintang.