KOLEKSI PILIHAN
¢ Oligarki dan Korupsi Politik
Indonesia
¢ Fungsikan Surveyor: Jangan Biarkan
Asing Kuras Tambang Kita
¢ Integrito Vol 26/V: Masih Memadai
Tak Perlu Revisi
¢ Pergulatan Demokrasi dan Politik
Anti-Korupsi di Indonesia
¢ Jangan Bunuh KPK
¢ Perang-Perangan Melawan Korupsi
¢ Bewe Menggugat: Kriminalisasi
Membungkam Suara Rakyat
Siapa yang tidak kenal Bambang Widjojanto (BW baca: BeWe), seorang
pendekar antikorupsi yang mewakafkan dirinya dalam hiruk pikuk
pemberantasan korupsi di Indonesia bersama Komisi Pemberantasan
Korupsi RI (KPK) era tahun 2011-2015. Buku “Berkelahi Melawan Korupsi:
Tunaikan Janji, Wakafkan Diri” yang ditulisnya ini menceritakan kisah dan
kiprahnya sebagai seorang pendekar antikorupsi yaitu sebagai salah seorang
Komisioner di KPK, sebuah lembaga pemberantasan korupsi yang disegani baik
kawan maupun lawan. Sebagai seorang Komisoner, BeWe menyadari bahwa
lembaga antikorupsi yang pernah ada di Indonesia mengalami nasib layu sebelum
berkembang kalau tidak mau dikatakan sebagai mati muda. BeWe mencatat dalam
bukunya, tidak kurang pernah ada 9 lembaga antikorupsi tetapi hanya berumur 3-4
tahun saja. Menurut BeWe, takdir lembaga antikorupsi yang ada di Indonesia
diadakan untuk dimatikan, namun KPK adalah anomali
atau pengecualiannya. KPK saat ini berusia 13 tahun,
hal ini telah mengubah takdir dan menembus
batas eksistensi dari lembaga-lembaga anti
korupsi yang ada di Indonesia. KPK untuk
saat ini berhasi l mempertahankan
eksistensinya, KPK menggunakan strategi
“melawan sebagai cara bertahan yang
efektif”, mungkin itulah mengapa BeWe
menggunakan istilah berkelahi melawan
korupsi dalam bukunya ini. Apa yang
dilakukan BeWe di KPK tidak lain berkelahi
dan berkelahi, berkelahi melawan koruptor
dalam rangka menunaikan janji dan mewakafkan
dirinya pada KPK dalam memberantas korupsi dan
mempertahankan eksistensi lembaga, hal-hal itulah yang nantinya dapat pembaca
temukan di buku ini.
Berkelahi tidak sekedar berkelahi karena binatang juga bisa berkelahi.
Berkelahi ala BeWe dalam bukunya ia sebut sebagai kerja gila, yaitu kerja
profesional yang bertanggung jawab, sedapat mungkin zero tolerance dari
kesalahan, bukan kerja sembrono dan asal berani, memiliki keikhlasan untuk
menghisab dan mengeksploitasi diri serta mewakafkan keberadaannya untuk
melakukan pemberantasan korupsi. Menurut BeWe, melalui kerja gila tersebut KPK
menjadi lembaga antikorupsi yang telah menembus batas dan mengubah takdirnya
yaitu dengan umur panjang dapat mengubah takdir bangsa dari bangsa yang korup
menjadi bangsa yang bersih, jujur, berintegritas dan bebas dari korupsi.
Saya pergi untuk pulang.Saya akan kembali walaupunhanya jasad. Perjuangan memberantas korupsi tak boleh berhenti.
- Bambang Widjojanto -
PERPUSTAKAAN KPK
LETTERNEWS
Edisi 02 Vol.III | Februari 2017
Penulis: Bambang WidjojantoKolasi : xxvi + 478 halaman
menembus batas dan meNGubah takdir
Bila kerja gila tidak dimiliki oleh setiap pegiat antikorupsi
khususnya pegawai KPK maka visi menembus batas dan
mengubah takdir tidak akan tercapai dan bersiaplah mendengar
lonceng kematian KPK. BeWe dalam bukunya menampilkan
kerja-kerja gila yang dilakukan oleh dirinya dan pegawai KPK
lainnya seperti mengorganisir diri dan penggalangan masa
dalam rangka melibatkan partisipasi masif secara sadar dan rela
berperan aktif dalam upaya pemberantasan korupsi. BeWe
berusaha memotivasi, mengubah mindset dan membangun
paradigma baru bagi para pegiat anti korupsi bahwa dibutuhkan
kerja cerdas dan keikhlasan dalam pemberantasan korupsi. “Know your enemy!” (kenalilah musuhmu) kalimat itulah
yang pernah ditulis oleh Baharudin Lopa seorang pendekar
hukum yang sangat anti terhadap korupsi dalam bukunya
“Bahaya Komunisme”, disebutkan bahwa komunisme
merupakan bahaya laten. Begitu pula halnya di dalam buku
BeWe ini, bahaya korupsi merupakan bahaya laten bahkan telah
menjadi kejahatan luar biasa yang perlu diperangi sebagai
musuh bersama dan lawan abadi. Buku yang ditulis BeWe ini
mengajak pembaca untuk mengenali siapa musuh-musuh para
pegiat antikorupsi yang pernah menjadi lawan berkelahi BeWe
dalam rangka pemberantasan korupsi, ancaman apa yang
ditebarkan mereka berikut strategi dan taktik yang mereka
miliki.
Peresensi: Subari KurniawanDirektorat Penuntutan
Halaman Belakang
Dapatkan Newsletter Perpustakaan KPK edisi lainnya di Portal ACCH
https://acch.kpk.go.id/id/perpustakaan/newsletter
Buku BeWe yang berjudul BERKELAHI MELAWAN KORUPSI adalah buku yang ditujukan sebagai bagian dari pertanggungjawaban dirinya kepada publik, selama menjabat sebagai Komisioner KPK 2011-2015. Sebagian besar program itu sudah diaktualisasikan dan menjadi bagian dari program KPK. Yang menarik, ada banyak informasi yang belum diketahui publik, mengapa program itu diluncurkan dan apa saja hal mendasar yang menjadi kepentingan dari program serta sebagian lika-liku dalam pelaksanaannya.
Buku BeWe ini, tidak hanya memuat beberapa kasus penting yang dipilihnya untuk ditulis di dalam periode kepemimpinannya di KPK saja tapi juga me-review , mengabstraksi dan menganalisisnya secara umum. Dalam bahasa pembelajaran, dikemukakan suatu analisis, misalnya: Belajar dari Dinasti Banten, Bersihkan yang Kotor-kotor di Simulator dan kisah sukses silent operation KPK dalam mengejar buronan korupsi yang minggat dari republik, sudah tahunan hidup nyaman di negeri China. Tidak hanya itu, ijtihad melawan koruptor, sudah tentu, disertai pukulan balik dan gempuran maha dahsyat dari koruptor, juga dikemukakannya. Mulai dari, badai pertama hingga prahara ketiga yang menyergap KPK, salah satunya, kantor KPK diserbu unidentied kelompok, Oktober 2012. Belum lagi, serangan, tnah pada KPK yang ingin menghancurkan reputasi kredibilitas KPK.
Buku BeWe, hanya menceritakan, sebagian dari apa saja yang dia sendiri terlibat langsung bersama koleganya di dalam program KPK dimaksud karena ada juga berbagai program lain yang ditangani Komisioner lainnya. Persembahan dan pertanggungjawaban pada publik melalui buku BERKELAHI MELAWAN KORUPSI: TUNAIKAN JANJI, WAKAFKAN DIRI, semoga bisa jadi tradisi bagi siapapun Komisioner KPK mendatang ataupun pemimpin publik lainnya, di republik tercinta ini.
Top Related