BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bedah anak adalah salah satu subspesialis bedah yang melibatkan
pembedahan janin, bayi, anak, remaja, dan sebagainya. Dokter bedah anak
berpraktek di Rumah sakit anak.
Dokter bedah anak harus telah menyelesaikan pendidikan bedah umum,
lalu menyelesaikan pendidikan 2 tahun lebih sebelum bisa ikut ujian untuk
sertifikasi subspesialis. Namun, sekarang seorang dokter umum di Indonesia bisa
menjadi dokter bedah anak. Sejak 2006, terdapat sekitar 39 dokter spesialis bedah
anak di Indonesia.
Bedah anak berkembang pada pertengahan abad ke-20 sebagai perawatan
bedah untuk cacat bawaan yang memerlukan teknik dan metode khusus serta
umumnya berbasis di rumah sakit khusus anak. Salah satu tempat terobosan ini
adalah Rumah Sakit Anak Philadelphia. Pada awal 1940-an, di bawah
kepemimpinan bedah C. Everett Koop, teknik terbaru untuk anestesi endotrakea
bayi yang lebih baru memungkinkan perbaikan bedah untuk cacat bawaan yang
sebelumnya tak tersembuhkan. Dari akhir 1970-an, tingkat kematian bayi dari
beberapa sindrom malformasi kongenital telah dikurangi hingga mendekatio nol.
Penyakit anak yang umum yang perlu pembedahan termasuk:
1
Cacat bawaan organ dalam: higroma kistik, atresia esofagus dan fistula
trakeoesofagus, stenosis pyloricum hipertrofi, atresi usus,nekrosis enterokolitis,
penyakit Hirschsprung, imperforasi anus, testis yang tak menurun defek dinding
abdomen: omfalosel, gastroskisis, hernia cacat dinding dada tumor anak:
seperti neuroblastoma, tumorWilms, rhabdomiosarkoma, ATRT, tumor hati,
teratoma.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perioperatif pada kasus bedah anak dan perinatologi?
2. Bagaimana periopratif bedah anak dan perinatologi dilihat dari berbagai
aspek?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perioperatif bedah anak dan perinatologi
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui persiapan pra, intra dan post bedah anak dan perinatologi
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Sebagai pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya
ilmu kebidanan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi institusi
2
Kepada institusi, makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan
literature atau referensi pembuatan makalah selanjutnya
b. Manfaat bagi mahasiswa
Kepada mahasiswa diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi
dalam kasus bedah anak dan perinatologi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Bedah anak adalah salah satu subspesialis bedah yang melibatkan
pembedahan janin, bayi, anak, remaja, dan sebagainya. Dokter bedah anak
berpraktek di Rumah sakit anak.
Dokter bedah anak harus telah menyelesaikan pendidikan bedah umum,
lalu menyelesaikan pendidikan 2 tahun lebih sebelum bisa ikut ujian untuk
sertifikasi subspesialis. Namun, sekarang seorang dokter umum di Indonesia bisa
menjadi dokter bedah anak. Sejak 2006, terdapat sekitar 39 dokter spesialis bedah
anak di Indonesia.
Bedah anak berkembang pada pertengahan abad ke-20 sebagai perawatan
bedah untuk cacat bawaan yang memerlukan teknik dan metode khusus serta
umumnya berbasis di rumah sakit khusus anak. Salah satu tempat terobosan ini
adalah Rumah Sakit Anak Philadelphia. Pada awal 1940-an, di bawah
kepemimpinan bedah C. Everett Koop, teknik terbaru untuk anestesi endotrakea
bayi yang lebih baru memungkinkan perbaikan bedah untuk cacat bawaan yang
sebelumnya tak tersembuhkan. Dari akhir 1970-an, tingkat kematian bayi dari
beberapa sindrom malformasi kongenital telah dikurangi hingga mendekatio nol.
Penyakit anak yang umum yang perlu pembedahan termasuk:
4
Cacat bawaan organ dalam: higroma kistik, atresia esofagus dan fistula
trakeoesofagus, stenosis pyloricum hipertrofi, atresi usus,nekrosis
enterokolitis, penyakit Hirschsprung, imperforasi anus, testis yang tak
menurun
defek dinding abdomen: omfalosel, gastroskisis, hernia
cacat dinding dada
tumor anak: seperti neuroblastoma, tumor
Wilms, rhabdomiosarkoma, ATRT, tumor hati, teratoma
B. Persiapan Pada Anak
1. Persiapan umum
Bedah anak berbeda padari bedah dewasa. Yang pertama adalah
suatu usaha agar anak dapat terbentuk seta tumbuh dan berkembang
normal, sedangkan yang kedua adalah usaha mengembalikan anatomi
dan/atau fungsi organ agar kembali normal.
Masalah bedah pada bayi dan anak juga bukan suatu masalah
bedah makluk dewasa yang kecil, karena pada bayi dan anak ada factor
permukaan tubuh yang relative lebih luas dari permukaan tubuh yang
dewasa dengan cadangan kalori, air dan elektrolit yang lebih kecil.
Bedasarkan itu penanganan bayi dan anak membutuhkan perhatian lain
daripda perhatiaan untuk orang dewasa.
5
2. Persiapan prabedah
Sama seperti dewasa, persiapan prabedah dimulai dari memeriksa bayi dan
anak sebelum ditentukan apakah pasien ini perlu dioperasi atau tidak,
dioperasi segera atau masih harus menunggu. Factor kelainan yang
membahayakan jiwa sampai factor orangtua yang dapat menerima
kenyataan bahwa anaknya harus dioperasi perlu dipertimbangkan masak-
masak.
Bahaya kedinginan harus kita ingat selalu, terlebih jika tidak tersedia
incubator yang hangat. Bayi dapat dibungkus dengan kertas aluminium
terutama waktu transfortasi. Letak bayi harus tepat agar tidak terjadi
bahaya pneumonia aspirasi, dislokasi sendi, atau kesulitan nafas.
Persiapan prabedah yang penting harus diperhatiakan pada bayi dan anak
ialah jalan nafas yang baik dan tidak ada gangguan sirkulasi,
keseimbangan cairan dan elektrolit, dan tidak ada gangguan pembekuan
darah.
Pada neonatus pengawasan kadar gula darah penting dilakukan karena
gula darah pada neonatus sangat labil dan kadar yang rendah akan
membahayakan jiwa
3. Pra medikasi
Pada bayi mungkin factor takut belum disadari, tetapi rsa takut yang
dialami oleh ornag tua sangat besar. Sehingga pada pasien bayi, factor
6
menenangkan orangtua dengan cara member pengertian merupakan
keharusan.
Pada anak yang lebih besar sudah ada masalah takut dan rasa takut ini
bermacam-macam. Takut ditinggalkan oleh orangtiua atau pengasuh,
takut karena dikelilingi oleh orang asing baginya dan takut karena akan
disakiti. Tambahan lagi, anak justru takut pada dokter! Pemberian obat
penenang misalnya fenobarbital atau diazepam rectal, perlu pada hal
terakhir ini. Orang tua sedapt mungkin harus mendampingi bayi atau
anaknya sampai ke kamar persiapan.
4. Pengawasan saat pembedahan
Hipotermia(kurang dari 36oC) atau demam (lebih dari 38oC) akan
mengakibatkan pengeluaran energy yang berlebihan oleh bayi,
sedangkan energy cadangan tubuh tidak banyak, oleh karena itu pada
operasi bayi, pemantauan suhu bayi sangat penting terutama jika tidak
dipakai matras pemanas diataas meja operasi yang dapat diukur
suhunya. Penilaian kehilangan panas saat operasi harus dikerjalan
seteliti mungkin sehingga jika diperkirakan kehilanggan darah lebih
dari 10% volume darah, pasien sebaiknya diberikan tranfusi darah.
5. Pengawasan pasca bedah
Pengawasan pasien bayi dan adaka pasca bedah harus dikerjakan teliti
karena cadangan fungsi berbagai system tubuh terbatas. Perhatian
7
terutama pada jalan nafas, sirkulasi, keseimbangan cairan dan
elektrolit, serta suhu badan.
Pada jenis operasi tertentu seperti operasi hernia, hidrokel, sirkumsisi,
operasi testis yang tidak turun, reposisi tulang dan prosedur endoskopi
penderita cukup dirawat sehari karena persiapan prabedah dapat
dikerjakan di rumah dan anak datang sudah dalam keadaan puasa dan
bersih. Operasi dikerjakan pagi hari dan setelah sadar dan dan bebas
dari pengaruh obat bius, anak dapat dipulangkan. Cara ini akan
menghindarkan dari trauma psikis, infeksi nosokomila dan juga secara
ekonomi menguntungkan bagi orang tua dan rumahsakit.
6. Keseimabangan cairan dan elektrolit
Umumnya bayi tidak boleh minum sebelum operasi. Pemberian cairan
int=ravena diperlukan untuk keperluan rumatan dan mencegah
dehidrasi. Kebutuhan cairan ini harus melingkupi kebutuhan elektrolit,
asam basa dan kalori.
Pemeriksaan darah sedapat meungkin dilakukan denganmetoda mikto
yang hanya memerlukan contoh darah kapiler dari ujung jari dan dapat
dilakukan berulang-ulang tanpa resiko flebitis.
7. Menjaga jalan nafas
Pada setiap pasien harus diperhatian kemungkinan untuk bernafas
dengan cara menyesuaikan letak kepala dan badan dengan kelainan
yang diderita. Pengisapan lendir dari rongga hidung dan mulut
8
dilakukan berulang-ulang. Pemberian oksigen pada neonatus harus
didasarkan pada kebutuhan actual yang dinilai dari hasil analisis gas
dan darah untuk mencegah terjadinya fibroplasias retrolental
(pembentukan jaringan ikat fibrosa dibelakang lensa mata akibat
kelebihan oksigen) pada bayi terutama premature.
8. Antibiotic
Pengunaan antibiotic pada masa pra bedah ditunjukan untuk
menanggulangi infeksi agar rseiko pembedahan dapat ditekan serendah
mungkin. Dalam hal ini bila pembedahandapat ditunda, biasanya
infeksi diatasi dahulu. Tetapi secara khusus antibiotic diberikan untuk
tujuan pencegahan infeksi pasca bedah. Infeksi pasca bedah ini dapt
terji karena pembedahan ditempat yang memang penuh kuman, atau
mesuknya kuman melaui luka bedah. Jadi sebenarnya pemebrian
antibiotika profilaksis merupakan pelengkap bagi tindakan antisepsis
dan asepsis.
9. Antibiotika profilaksis
Pemebrian antibiotic profilaksis harus disertai dengan pertimbangan
yang benar. Dalam hai ini perlu diperhatikan adalah indikasi saat
pemberian dan lama pemebrian, serta pemberian dan lamanya
pemberian serta pilihan antibiotiknya. Katen bertujuan mencegah
infeksi pascabedah. Maka pemberianantibioptik hanya diberikan dalam
jangka waktu pendek, yaitu untukmelindungi penderita selama
9
dilakukan tindakan bedah dan pada masa setelah pembedahan yaitu
masa daya pertahan penderita masih tertekan.
Berbagai antibiotic membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk
mencapai kadar dalam darah yang dibutuhkan untuk menghambat
pertumbuhan kuman.kadar ini biasanya 3-4 kali kadar hambat
minimal. Oleh karena itu antibiotic diberikan secra parenteral. Untuk
mencapai kada antibiotic di jaringan yang cukup tinggi pada waktu
dilakukan pembedahan harus diberikan 1-2 jam prabedah, dilajutkan
dengan 1-2 kali pemberian pascabedah. Pemberian antibiotic yang
dilanjutkan lebih lama pascabedah ternyata tidak menurunkan lagi
resiko infeksi pascabedah kecuali pada pembedahan tertentu. Bahkan
cenderung menimbulkan resistensi kuman yang akan menjadi masalah
bila timbul infeksi nosokomial.
10. Resiko terjadinya infeksi pascabedah
Antibiotic harus diberikan jika kemungkinan terjadi infeksi massif
pada luka bedah seperti pembedahan yang dilaksanakan pada atau
melalui jaringan yang mengandung banyak kuman atau oembedahan
pada penderita yang terkontaminasi atau mengalami infeksi di tempat
yang jau dari luka operasi. Berdasarkan resiko terjadinya infeksi
pascabedah ini pembedahan dapar digolongkan atas pembedahan
besih, bersih tercemar dan kotor . antibiotic profilaksis terbukti dapat
10
mnurunkan kejadian infeksi pascabedah pada pembedahan tercemar
dan kotor tetapi tidak berpengaruh pada pembedahan bersih.
Antibiotic perlu diberikan pada penderita yang mengalami penurunan
imunitas misalnya karena infeksi HIV atau terapi steroid jangka lama.
Demikian pula pada operasi yang lama dan berat yang menyebabkan
depresi faali yang besar. Antibiotic juga diberikan bila diberikan
dampak infeksi yang mungkin sangan serius meskipun kemunginannya
kecil. Sebagai contoh, infeksi pada prosthesis sendi basemen atau pada
protesis katup jantung, karena infeksi disekitar benda asing sangat
sukar diatasi.
Resiko infeksi pescabedah meningkat pada penderita usia lanjut,
penderita penyakit kronis seperti DM, anemia, juga pada penderita
malnutrisi berat seperti patah tulang terbuka atau cedera tembus di
saluran cerna, pemeberian antibiotic sebaiknya dimulai segera setelah
penderita masuk rumah sakit.
Pada pemberian antibiotic harus diperhatikan kuman yang
diperkirakan menyebabkan infeksi dan antibiotic yang dipilih
disesuaikan dengan kuman tersebut. Misalnya infeksi pada bedah
vaskuler biasanya disebabkan oleh kokus gram positif sehingga
penisilin atau sefalosporin dapat digunakan. Sedangkan pada bedah
usus biasanya kuman anaerob sehingga siperlikanantibiotik yang
membunuh kuman anaerob.
11
11. Bedah kolorektal
Infeksi akibat kontaminsi dengan feses merupakan infeksi yang serius.
Kuman yang terutama terdapat pada kolon dan rectum adalah kuman
E.Coli dan Str.faecalis, dan kuman anaerob B.fragilis dan klostridium.
Untuk operasi elektif perlu dilakukan pembersihan kolon dilakukan
dengan pemberian antibiotic oral. Pembersiahn kolon dimulai dengan
pemberian diet cair lima hari prabedah dan diakhiri dengan
pembersihan kolon secara mekanis dengan pencahar atau klisma. Cara
lain ialahlavase usus yang dilakukan dengan minum air(atau melalui
pipa lambung) selama beberapa jam sampai saluran cerna kosong.
Antibiotic umumnya diberikan secara oral dan digunakn untuk
mencegah infeksi oleh kiman anaeron maupun aerob dan tidak dapat
diserap diusus sehingga berada dikolon.
Penggunaan antibiotic untuk persiapan kolon dapat menyebabkan
kolotis pseudomembranosa. Kelainan ini timbul karena gangguan
antara berbagai golongan bakteri yang berada didalam kolon sehingga
dapat terjadi kolonisasi golongan tertentu di usus besar. Karena itu
antibiotic harus dipilih dengan seksama untuk mencegah penyulit yang
berbahaya ini. Antibiotic yang terkenak sering menyebabkan kalotis
pseudomembranosa adalah golongan linkomsin.
12. Bedah usus halus
Umumnya usus halus hanya mengandung kuman di ilium terminal,
kecuali dalam keadaan obstruksi, iskemia atau ileus paralitik. Dalam
12
keadaan itu usus akan cepat dipenuhi kuman yang berasala dari masa
tinja, sehingga persiapan pembedahannya sama dengan persiapan
prabdeah kolonrektal.
13. Bedah apendik
Pada apendisk tanpa perforasi kejadian infeksi pesca bedah jarang
sekali terjadi.sehingga pemberian antibiotic golongan penisilin
diberikan secara parental. Bila terdapat peritonitis maka diberikan
antibiotic lebih lama Karen sebagai terapi.
14. Bedah vaskuler
Yang sering menyebabkan infeksi ianalah kokus gram positif,
antibiotic sefalosporin lazim diberikan selama 1-3 hari pasca bedah
endotrakeal. Prosthesis pembukuh yang sering digunakan merupakna
benda sing karena itu infeksi dapat menyebakan dampak besar.
15. Pemilihan antibiotic
Pilihan antibiotic yang akan diberikan ditentukan oleh jenis kuman
penyebaninfeksi. Pada keadaan yang membutuhkan pemberian
antibiotic segera jenis kuman yang laxim ada daerah infeksi tersebut.
Selain itu, harus dipertimbangkan keadaan penderita, terutama fungsi
hepar dan ginjal, status imunitas bahkan juga harga antibiotic.
16. Antibiotic kombinasi
Pemberian antibiotic sebaiknya tidak dalam kombinasi sebab ini
memudahkan terjadinya superinfeksi danresistensi kuman. Namun
kombinasi diindikasi pada keadaan tertentu yaitu infeksi campuran
13
misalnya pada pembedahan reseksi usus yang selalu tercamar banyak
kuman. Kombinasi juga diberikan pada pengobatan awal infeksi berat
yang penyebabnya belum jelas misalnya septismia atau meningitis
purulenta. Kadanga diperlukan antibiotic untuk memndapatkan efek
sinergi missal penisilin dengan aminoglikosida. Sementara,
antituberkulosis kombinasi pada tuberkolois justru menghambat
terjadinya resistensi kuman tuberkolosis.
C. Perioperatif Bedah Anak dan Perinatologi
Penentuan waktu pembedahan elektif pada anak didasarkan pada beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
1. Umur Anak
a. Pembedahan pada bayi dan anak mempunyai 2 risiko yang harus dihadapi;
yakni risiko narkose dan risiko pembedahannya sendiri. Semakin dini
umur bayi, maka risiko untuk menghadai pembedahan (narkose dan
tindakan pembedahan) semakin besar. Dengan demikian pembedahan pada
bayi yang baru berumur beberapa hari, hendaknya dimaksudkan hanya
untuk kondisi tertentu sebagai “life threatening”.
b. Kapasitas penyembuhan dan adaptasi pada umur muda akan lebih baik
dsan sempurna daripada umur anak yang lebih besar. Ruang tumbuh nya
lebih besar pada umur yang lebih muda.
14
c. Perkembangan anatomisnya sedang berlangsung. Semakin kecil umurnya
semakin sulit identifikasi jaringannya. Selain itu ada beberapa penyakit
yang bisa regresi atau menghilang secara alami dengan semakin
bertambahnya umur
d. Perkembangan fungsi organ juga memberikan kontribusi pertimbangan
terhadap waktu pembedahan, misalnya fungsi fonasi pada kemampuan
bicara. Bila memori bahasa (bicara) pada anak dengan sumbing langitan
sudah terbentuk, maka walaupun sumbingnya sudah di koreksi dengan
baik tetapi kemampuan berbicaranya masih dengan nada fonasi semula,
sehingga memerlukan terapi wicara untuk bisa melatih ulang fungsi
bicaranya. Demikian juga kemungkinannya pada fungsi defekasi pada
pasien-pasien yang sejak bayi sudah dilakukan kolostomi. Juga pada
fungsi penglihatan, fungsi pernafasan, fungsi jantung, fungsi ginjal dan
fungsi hemostasis terutama pada bayi.
e. Keadaan psikologis dan kosmetis. Di Indonesia yang masih memegang
adat dan tradisi kekeluargaan yang kuat, sering kali kecacatan bawaan
menyebabkan “rasa malu” bagi keluarga, dan tak jarang menjadi penyebab
terjadinya konflik dalam keluarga, sehingga memerlukan koreksi lebih
awal tanpa mengurangi perhatian kita pada risiko-risiko pembedahan.
Selain itu kecacatan juga sangat mempengaruhi perkembangan jiwa “si
anak” itu sendiri, dalam keadaan demikian hendak koreksi bedah
dilakukan sebelum pasien memasuki masa usia sekolah.
15
2. Keadaan Anak yang Optimal
a. Keadaan gizi anak. Keadaan gizi sangat berpengaruh terhadap proses
penyebuhan dan daya tahan anak terhadap stress narkose dan
pembedahan. Mungkin diperlukan waktu beberapa lama untuk
meningkatkan keadaan gizinya sebelum dilakukan pembedahan. Perlu
diperhatikan berat badan, dan kadar hemoglobin
b. Semua kinerja organ harus dalam kondisi optimal untuk dapat
menghadapi stress narkose dan pembedahan. Bila diperlukan dapat
segera dilakukan pengobatan sebelum dilakukannya waktu pembedahan,
terutama pada pembedahan mayor.
c. Adanya infeksi akut. Infeksi akut yang sering dijumpai pada anak adalah
infeksi saluran nafas, dimana banyaknya sekresi lendir dapat
mengganggu pembiusan dan proses pulih sadarnya. Harus juga
diperhatikan bahwa anak masih dalam masa inkubasi suatu penyakit;
misalnya dirumah ada keluarganya yang menderita morbili.
d. Riwayat penyakit yang diderita, misalnya penyakit jantung bawaan, asma
bronkiale, allergi terhadap obat tertentu harus sudah diketahui bahkan
bile diperlukan sudah dilakukan pengobatan sebelum pembedahan
dilakukan.
16
3. Pertimbangan terhadap keselamatan pasien
a. Alat-alat pembiusan, pembedahan, dan perawatan pada anak sangat
spesifik, terutama pada bayi, sehingga tersedianya sarana ini mempunyai
kontribusi dalam penentuan waktu pembedahan.
b. Kemampuan spesialis bedah, spesialis anestesi, spesialis anak dan
spesialisasi lain yang akan menunjang kegiatan pembedahan.
Beberapa keadaan penyakit dan penentuan waktu pembedahannya:
1. Labiognatopalatoskisis
Pembedahan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan keadaan pasien
dan maslahnya
a. Tahap pertama. Dilakukan koreksi terhadap labioskisisnya, waktu yang
dipilih disesuaikan dengan maslah yang dihadapi diatas, terutama pada
umur ini bentuk alae nasi cukup baik dan bila pada sumbing dua sisi,
prolabiumnya belum mengalami protusi berat yang dapat mengaggu
koreksi bedahnya. Pembedahan yang dilakukan pertama kali adalah
labioplasti, waktu pembedahannya sesuai dengan “rule of ten”, sebagai
patokan;
Umur lebih dari 10 minggu.
Berat badan lebih dari 10 pound
17
Kadar hemoglobin lebih dari 10 g%
Jumlah hitung lekosit kurang dari 10.000
b. Tahap kedua. Koreksi terhadap defek pada palatum yang menyebabkan
“nasal escape” terutama pada fonasi suara letup; antara lain “b, d, g” dan
belum terjadi atrofi pada otot elevator daan tensor palatini. Palatoplasti
dikerjakan sebelum anak mulai belajar bicara; yaitu umur 11-12 bulan.
Hasil baikl bila fungsi bicaranya baik.
c. Tahap selanjutnya dikerjakan bila mana diperlukan koreksi tambahan
atau koreksi ulang terhadap kemungkinan penyulit. Diharapkan seluruh
koreksi sudah selesai pada saat anak mulai masuk sekolah.
2. Kelainan daerah leher
a. Sinus atau kista brokogenik. Merupaka kelainan disepanjang celah insang,
terutama celah insang ke dua yang berjalan dari bagian depan telinga
menyusuri tepi depan otot sternokleidomastoideus. Pada bayi sering
dijumpai dalam bentuk fistel. Penentuan waktu pembedahan sebaiknya
berdasarkan “Rule of ten”
b. Kista tiroglosus atau kista duktus tiroglosus persisten. Biasanya ditemukan
pada anak besar. Sebaiknya dilakukan pembedahan sebelum terjadi
infeksi, bila sudah terjadi infeksi, pembedahan nya sulit dan sering
residif.
18
c. Tortikolis. Biasanya baru tampak setelah berumur 1-2 bulan, dimana sudah
terjadi fibrosis sehingga terjadi pemendekan otot sternokleidomastoideus.
Pada bayi sebaiknya dilakukan fisioterapi dahulu, biasanya 90% akan
berhasil. Tanpa fisioterapi , biasanya baru menghilang dalam 10 bulan.
bila dibiarkan maka akan terjadi perubahan kedudukan mata,
hemihipoplasi kepala, letak skapula jadi tidak sama tinggi. Bila koreksi
pada umur tua, akan terjadi diplopia
d. Hemangioma. Bisa meluas sampai umur 12 bulan, dsn biasanya bisa
regresi mulai umur 18-24 bulan; fase 4regresibisa dipercepat dengan cara
Kontak radiasi sedalam 5 mm, dengan 3 kali penyinaran 300 rad.
Hal ini dikerjakan pada hemangioma lyas dan tidak dalam. Radiasi
pada kepala dan mama akan menganggu perkembangan organ
tersebut.
Pada hemangioma tidak luas tetapi dalam, dapat dilakukan injeksi
NaCl3% sebulan sekali pada pangkal benjolan
Pada hemsangioma luas dan dalam, diberikan cosrtcosteroid dosis
tinggi selama5-7 minggu, kemudian istirahat selama 5 minggu.
Selanjutnya dilakukan evaluasi apakah terjadi pengecilan.
Pengobatan dihentikan bila benjolan mengecil atau menetap
ukurannya. Bila tumor masih membesar, pengobatan seri kedua
dilanjutkan dan seterusnya.
19
Pembedahan dikerjakan dini bila letaknya di palpebra, telinga,
hidung dan bibir, yang bila meluas bisqa menyebabkan destruksi
jaringan. Pembedahan dini dikerjakan pula bila terletak ditempat
yang mudah terkensa cedera, misalnya peerineum, ketiak.
e. Limfangioma. Limfangioma tidak terjadi regresi spontan dan bersifat
radioresisten. Tumor akan cepat membesar bila terdapat proses radang
pada jaringan didekatnya. Tumor inni mempunyai kista mikro dan kista
makro, sehingga sulit diangkat sekaligus. Pembedahan dikerjakan segera
setelah diagnosis ditegakan, semakin lama ditunda, maka pembedahan
akan semakin sulit karena perlengketannya.
3. Kelainan pada telinga
a. Sinus preaurikular. Penyakit ini bisa dibiarkan bila tanpa keluhan. Bila
terjadi infeksi, lakukan pengobatan terlebih dahulu, pembedahan
dilakukan 2-3 bulan kemudian setelah infeksi mereda. Bila terjadi
abses,dilakukan insisi drainasedan pemberian antibiotika. Pembedahan
deefinitif dilakukan setelah infeksi mereda.
b. Makro dan mikro aurikel. Pembedahan ini cukup sulit. Sebaiknya
pembedahan dikerjakan setelah daun telinga berhenti berkembang pada
umur 5 tahun.
20
4. Kelainan umbilikus
a. Hernia umbilikalis. Umumnya dapat menutup sendiri. Bila lubang nya
kecil, penutupan bisa dipercepat dengan menggukana koin dan plester.
Bila lubangnya cukup besar dan dalam umur 2 tahun tidak terjadi
penutupan sebaiknya dilakukan repair hereniorafi. Hernia para umbilikal
tidak menutup sendiri, dan dilakukan repair primer pada umur tersebut.
b. Granuloma umbilikalis. Dicoba dulu dengan pemberian AgNO3 3%, bila
gagal lakukan pembedahan. Waktu pembedahan yang tepat sesuai
dengan “rule of ten”
c. Persisten duktus urakus dan persisten duktus omfalo mesenterikus;
ditutup sesuai dengan “rule of ten”
5. Kelainan pada lipat paha dan genitalia eksterna
a. Hernia lipat paha. Disiapkan sedini mungkin, karena potensial adanya
bahaya inkarserasi
b. Hidrokel testis atau funikuli. Hidrokel non komunikan, cairannya akan
diresopsi sendiri oleh tubuh. Sedangkan hidrokel komunikans perlu
pembedahan, pembedahan biasa dikerjakan pada umur 2 tahun
c. Gangguan penurunan testis. Bisa berupa arest (kriptorkismus) atau
ektopik. Pembedahan dilakukan sebelum fungsi spermatogenesis
berhenti, yakni sewaktu anak berumur 2,6 tahun. Pembedahan yang
21
dikerjakan setelah saat itu, maka spermatogenesis akan terganggu,
sedangkan fungsi hormonalnya ntidak tergsanggu.
d. Phymosis penis. (Pada dasarnya sirkumsisi dapat dikerjakan mulai masa
neonatus sampai anak besar). Pada phymosis bisa dicoba secara
konserfativ dengan dilatasi preputium, caranya: dengan menarik
preputium penis ke posterior sehingga terdilatasi sendiri secara
bertahap, hati-hati jangan sampai terjadi paraphymosis yang merupakan
keadaan emergensi. Keadaan emergensi juga bisa terjadi bila retensio
urin. Bila dalam perjalanan nya sering terjadi keluhan kesulitan buang
air kecil (retensio urin) ataau balanitis, sebaiknya segera dilakukan
sirkumsisi. Sirkumsisi pada neonatus bisa dikerjakan dengan anestesi
lokal.
e. Hipospadia. Biasanya pembedahan dikerjakan 2 tahap.
Tahap pertama dilakukan eksisi kordee yang dikerjakan pada umur
1 tahun.
Tahap selanjutnya, uretroplasti dikerjakan pada umur 2 tahun
Pembedahan tambahan atau koreksi atas penyulit diselesaikan
sebelum anak masuk sekolah (umur 5 tahun), selain itu pada umur
tersebut anatomis penis sudah cukup panjang
22
6. Kelainan pada tangan-jari
a. Polidaktili. Penentuan waktu pembedahan pada jari tangan didasarkan
pada “rule of ten”. Sedangkan pada jari kaki, karena kesulitan memakai
sepatu, maka eksisi dikerjakan pada umur 1 tahun. Bila tidak
mengganggu, penetuan berdasarkan permintaan keluarga
b. Sindaktili. Eksisi pada jari tangan dierjakan pada umur 5 tahun, pada jari
kaki dikerjakan setelah umur 1 tahun.
Penentuan waktu pembedahan elektif pada anak didasarkan pada
beberapa pertimbangan sebagai berikut :
Dalam menentukan waktu optimum untuk operasi elektif pada anak harus
dipertimbangkan 2 hal :
a. Umur yang optimal
Untuk menentukan umur yang tepat, harus diperhatikan sifat
kelainan yang bersangkutan, yaitu:
i. Kelainan tersebut mempunyai potensi yang berbahaya.
ii. Kelainan dapat sembuh spontan.
iii. Kemungkinan penyembuhan dengan tindakan
konservatif dan operasi baru dilakukan bila tindakan
tersebut gagal.
iv. Menunggu sampai pertumbuhan organ tersebut cukup
matang, sehingga oprasi kelak akan mencapai nilai
kosmetik dan fungsionak yang maksimal.
23
b. Keadaan anak yang optimal
Keadaan anak prabedah yang harus diperiksa baik oleh dokter anak
yang mengirim maupun oleh dokter bedah yang akan mengoperasi
anak tersebut meliputi:
i. Keadaan gizi anak
ii. Adakah infrksi akut, misalnya tinitis akut, leukositisis
atau demam.
iii. Kemungkinan anak masih dalam masa inkubasi suatu
infeksi (di rumah penderita anak lain sakit morbili).
iv. Kadar hemoglobin dan adakah kelainan system
pembekuan darah.
v. Lingkungan penderita: ketegangan dalam keluarga,
perceraian atau kematian.
Disamping pertimbangan diatas sehingga operasi harus menunggu umur dan
waktu tertentu, terdapat pula factor-faktor yang mengharuskan rencana operasi
dipercepat, yaitu:
1. Kapasitas penyembuhan dan adaptasi pada usia muda akan lebih baik dan
sempurna daripada usia tua.
2. Rangsangan untuk tumbuh, lebih besar pada usia muda akan lebih muda.
3. Menghindarkan kelainan psikologis anak, dengan lebih cepat memperbaiki
kelainan yang terdapat pada anak, yaitu sebelum anak banyak bergaul
dengan anak yang lain.
4. Menghindarkan trauma psikis yang besar pada orang tua penderita.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian
Bedah merupakan salah satu bentuk terapi medis
Dapat mendatangkan stres karena dapat ancaman terhadap integritas tubuh, jiwa
dan nyeri
Klasifikasi Bedah
1. Lokasi
2. Luas
3. Ekstensi atau tujuan bedah
Lokasi
1. Eksternal -> kulit atau jaringan dibawahnya
- kerugian dapat meninggalkan jaringan
parut
- disfigurasi/ perubahan langsung yang
dapat dilihat. Contoh Bedah plastik
2. Internal ->penetrasi jaringan dalam tubuh, sering terjadi perlengketan, operasi
bedah organ besar dapat mengurangi fungsi tubuh
Klasifikasi menurut lokasi Sistem Tubuh
1. Bedah kardiovaskuler
25
2. Bedah thorax
3. Bedah syaraf
4. Bedah kebidanan
5. Bedah tulang
6. dll
Menurut Luas Jangkauan
1. Bedah Minor bedah sederhana, risiko tehadap hidup sedikit, dapt dilakukan di
klinik, anestesi lokal,
2. Bedah Mayor ->anestesi umum, dilakukan di RS, rawat inap/ rawat jalan
Tujuan Tindakan Bedah
1. Dignostik -> menentukan sebab gejala. Contoh :biopsi, eksplorasi, laparatomi
2. Kuratif -> contoh Apendektomi
3. Restoratif-> memperkuat daerah pemulihan, memperbaiki deformitas,
menyambung daerah yang rusak. Contoh mengganti katub mitral yang lemeh,
memaku tulang,
4. Paliatif -> mengurangi gejala tanpa menyembuhkan penyakit. Contoh simpathek
tomi
5. Kosmetik -> memperbaiki bentuk. Contoh Rhinoplasti
Istilah dalam Operasi
Diberi nama menurut lokasi menurut tipe pembedahan.
Kata-kata akhiran dalam bedah
1. ektomi -> pengangkatan organ atau kelenjar
2. rrhapy/rapi -> penjahitan atau membuat beberapa jahitan.
26
3. Ostomi -> membuat lobang (stoma)
4. Plasti -> perbaikan menurut bedah plastik
5. Skopi -> meneropong ke dalam
Faktor- faktor Risiko terhadap Bedah
1. Usia
2. Nutrisi
3. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
4. Penyakit kronis
5. Merokok
Persiapan sebelum operasi
1. Diet
2. Kulit
3. Persiapan psikologis
4. Penjelasan tentang operasi
5. Latihan bernafas dalam dan batuk
6. Latihan kaki
7. Mobilitas
8. Membantu kenyamanan
Pelaksanaan Persiapan Akhir sebelum Operasi
1. Cek gelang identifikasi
2. Lepas alat-alat/ protese (gigi palsu, soflens,dll)
3. Lepas perhiasan
4. Bersihkan cat kuku k/p
27
5. Kolaborasi dengan dokter: pasang infus, kateter menetap, skintest antibiotika
6. Cek kelengkapan status :
Persiapan status pasien
Cek persiapan kulit
Cek tanda vital, BB dan TB
Obat-obat Premidikasi
Pengobatan reguler dicatat
Informed concent
Pemeriksaan laboratorium, radiologi, EKG
Rekam medik
Komunikasi Intra Operatif
1. Menjelaskan nama pasien
2. Menyampaikan bentuk bedah yang akan dilakukan
3. Menyiapkan alat-alat /instrumen yang diperlukan
4. Menerangkan keterbatasan gerak
5. Menerangkan gangguan akibat bedah
6. Menerangkan tingkat kesadaran setelah operasi
7. Komunikasi tentang perlengkapan operasi.
Perioperatif/Intra Operatif
1. Pengelolaan Keamanan
Jaminan penghitungan kasa, jarum, instrumen
28
Mengatur posisi pasien: posisi fungsional, membuka daerah untuk operasi,
mempertahankan posisi selama tindakan, menmasang alat grounding, menyiapkan
bantuan fisik
2. Pemantauan Fisiologik
Memantau balance cairan
Membandingkan data normal dan abnormal (vital sign)
Melaporkan perubahan-perubahan vital sign
Pemantauan psikologi (sebelum induksi atau bila pasien sadar): menyiapkan
bantuan emosional, mempertahankan status emosional, mengkomonikasikan
status emosional kepada anggota keluarga dari tim kesehatan.
B. Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca
semua agar bersedia memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
29
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E dkk (Eds). 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 1. Terjemahan olehA. Samik Wahab (Ed) dari Nelson Textbook of Pediatrics 15/E (1996). Jakarta: EGC.
Hassan, Rusepno dan Husein Alatas (Eds). 1985.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta:Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
http://bedahanak-rsudaws.blogspot.com/2010/02/pembedahan-pada-anak-kapan-
sebaiknya.html
http://rsudaws.kaltimprov.go.id/index.php/using-joomla/extensions/templates/
atomic/home-page-atomic/86-art-kesehatan/124-persiapan-bedah-anak.html
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/07/persiapan-pemeriksaan-rutin-pra-
bedah.html
30