PERILAKU IBU HAMIL TERHADAP IMUNISASI TETANUS TOXOID DI PUSKESMAS TANGSE
KABUPATEN PIDIE
SKRIPSI
Di Ajukan Untum Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan Stikes U’Budiyah
Banda Aceh
OLEH :
FITRIAH
NIM: 121010210010
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN
BANDA ACEH TAHUN 2012
26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi TT adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan terhadap infeksi tetanus (Indanati, 2009). Angka Kematian Ibu
(AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan
perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil
survey yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke
waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan
millennium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras terus menerus.
Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
1994-2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 1994 terdapat
309/100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 terdapat 334/100.000 kelahiran
hidup, tahun 2002 terdapat 307/100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007
terdapat 228/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target MDG’s (Millenium
Development Goal) untuk penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah ¾
pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990. Berdasarkan target MDG’s berarti
tahun 2015 ditargetkan Angka Kematian Ibu maksimal 100 kematian per
100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2010).
Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991-
27
2007 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 1991
terdapat 68/1000 kelahiran hidup, tahun 1994 terdapat 57/100 kelahiran hidup,
tahun 1997 terdapat 46/1000 kelahiran hidup, tahun 2002 terdapat 35/1000
kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 terdapat 34/1000 kelahiran hidup
(Depkes, 2010).
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi
faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus
diperhatikan untuk menangani masalah ini. Penyebab kematian ibu melahirkan
yaitu perdarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang (hipertensi dalam
kehamilan/preeklamsia/eklamsia), aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih
ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya pemberdayaan perempuan
yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, social ekonomi keluarga,
lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan. Kaum lelaki pun dituntut harus
berupaya ikut aktif dalah segala permasalahan bidang reproduksi untuk lebih
bertanggung jawab. Oleh karena itu, pandangan yang mengganggap kehamilan
adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosial kultur agar perempuan
dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan
pelayanan perawatan ibu baik oleh pemeritah, swasta, maupun masyarakat
terutama suami. Ada tiga faktor utama persentase penyebab kematian ibu
melahirkan yaitu perdarahan menempati persentase tertinggi penyebab
kematian ibu (28%), hipertensi saat hamil atau preeklamsia atau eklamsia
menepati persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu (24%), sedangkan
persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi
26
(11%) dan salah satu terjadinya infeksi yaitu akibat dari tetanus toxoid
(Depkes, 2008).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2004-2008,
persentase ibu hamil yang mendapat imunisasi TT 2+ (Tetanus Toxoid) yaitu
pada tajun 2004 terdapat 60,9%, pada tahun 2005 terdapat 62,5%, pada tahun
2006 terdapat 62,3%, pada tahun 2007 terdapat 82,6%, dan pada tahun 2008
terdapat 79,5%. Selama 5 tahun terakhir, kenaikan cakupan TT 2+ ibu hamil
pada tahun 2007 merupakan yang tertinggi, kemudian pada tahun berikutnya
yaitu 2008 terjadi penurunan. Imunisasi TT 2+ dan pemberian tablet Fe 3
merupakan syarat K4 berkualitas (Depkes, 2010).
Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun K4 ibu
hamil akan dibekali dengan tablet besi (Fe), hal ini merupakan upaya
penanggulangan anemia pada ibu hamil dan dalam pelayanan ANC ibu hamil
akan diberikan imunisasi TT sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari
kemungkinan terjadinya tetanus pada waktu persalinan. Oleh karena itu
pemberian imunisasi TT merupakan suatu keharusan pada setiap ibu hamil
(Depkes, 2009).
Berdasarkan laporan Analisa Uji Coba (AUC) di Indonesia pada tahun
2005-2006 yang disusun oleh WHO yang berkerja sama dengan Departemen
Kesehatan RI, tetanus masih merupakan penyebab utama kematian dan
kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara
berkembang 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Di Indonesia sekitar
9,8 % (18032 bayi) dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian :
27
Imunisasi tetanus tetap rendah (Depkes RI-WHO, 2009). Dengan
ditemukannya kasus tersebut membuktikan bahwa tetanus belum musnah dan
masih mengacam siapa saja terutama bayi yang akan lahir. Untuk itu peran
tenaga kesehatan dalam upaya untuk membarantas penyakit tetanus toksoid
sangat diperlukan. Tidak hanya tenaga kesehatan saja yang bertanggung jawab
untuk memusnahkan kasus tersebut namun peran dari seluruh lapisan
masyarakat sangat diperlukan terutama bagi remaja putri yang akan menikah
dan ibu hamil untuk berpartisipasi dalam program pemerintahan untuk
menghilangkan angka kematian bayi yang diakibatkan oleh infeksi tetanus
toksoid.
Data diperoleh dari Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013 dari
bulan Januari sampai dengan Juni Tahun 2013 didapat ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas sebanyak 3708 orang, yang mendapatkan TT1
absolut pada bulan Januari 2013 ada 31 orang (2,50%), Februari 19 orang
(2,99%), Maret 11 orang (1,73%), April 15 orang (2,50%), Mai 8 (133%), Juni
15 (2,50%), TT2 absolut untuk bulan Januari 18 orang (2,83%), Februari 15
orang (2,36%), Maret 16 orang (2,52%), April 12 orang (2,00%), Mai 7 orang
(1,17%), Juni 8 orang (1,33%) dan TT5 absolut pada bulan Januari 3 orang
(0,47%), Februari 0 , Maret 2 (0,31%), April 3 orang (0,50%), Mai 0, Juni 1
orang (0,17%) (Laporan Puskesmas Tangse Pidie, 2013).
Berdasarkan prasurvey dilakukan pada 10 orang ibu hamil ditemukan
sebanyak 7 orang (70%) ibu tidak mengetahui manfaat imunisasi dan 3 orang
(30%) mengetahui manfaat imunisasi tetanus toxoid.
26
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas
lebih lanjut yaitu “ Perilaku ibu hamil terhadap imunisasi Tetanus Toxoid di
Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie 2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terlihat bahwa masih banyak ibu
hamil yang belum mendapatkan imunisasi TT. Adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana perilaku ibu hamil terhadap imunisasi
Tetanus Toxoid di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie” ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui perilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas Tangse
Kabupaten Pidie Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui Pengetahuan ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas
Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013.
b. Diketahui Sikap ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas Tangse
Kabupaten Pidie Tahun 2013.
c. Diketahui Persepsi ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas
Tangse Kabupaten Pidie tahun 2013.
d. Diketahui hubungan pengetahui dengan prilaku ibu hamil terhadap
imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie tahun 2013.
e. Diketahui hubungan sikap dengan prilaku ibu hamil terhadap imunisasi
TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie tahun 2013.
27
f. Diketahui hubungan pengetahui dengan prilaku ibu hamil terhadap
imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie tahun 2013.
g. Diketahui hubungan persepsi dengan prilaku ibu hamil terhadap
imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Umum Dapat diketahuinya perilaku ibu hamil terhadap imunisasi
TT (Tetanus Toxoid) yang diberikan pada kehamilan.
2. Tempat Penelitian Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu
pelayanan terhadap ibu yang membutuhkan informasi mengenai Imunisasi
TT (Tetanus Toxoid).
3. Bagi Peneliti Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengetahuan
dan pengalaman dalam melakukan penelitian serta dapat berbagi
informasi untuk penerapan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan.
4. Pendidikan Sebagai bahan referensi mahasiswa Program Studi D4
Kebidanan Stikes U’budiyah Banda Aceh, sehingga dapat menambah
pengetahuan mengenai perilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT (Tetanus
Toxoid).
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini sudah pernah diteliti oleh Cut Yusni di Poltekes tahun
2005 dengan judul “gambaran pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi
Tetanus Toxoid di Puskesmas Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh Tahun
2005.”. Persamaan antara penelitian terdahulu sama sama meneliti tentang
imunisasi Tetanus Toxoid, sedangkan perbedaannya adalah variabel yang
26
diteliti variabel pendidikan, paritas dan informasi sedangkan penelitian ini yang
menjadi fokus penelitian adalah perilaku ibu terhadap imunisasi Tetanus
Toxoid.
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Perilaku
Perilaku merupakan suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Oleh
sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas,
mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, bahkan kegiatan internal
seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Skinner
(2008) dalam notoatmodjo ,mengemukakan bahwa perilaku adalah hasil
hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons.
Pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut skinner adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforker berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan
dibentuk.
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang di kehendaki
3. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen
yang telah tersusun
B. Bentuk Perilaku
1. Pembentukan perilaku ada 3 macam yaitu :
a.Cara pembentukan perilaku dengan kebiasaan
b. Cara pembentukan perilaku dengan pengertian
26
c. Cara pembentukan perilaku dengan menggunakan model
2. Beberapa teori perilaku (Notoadmojdo, 2009)
a. Teori naluri (instinct theory)
Teori ini dikemukakan oleh medougall sebagaimana perilaku itu
disebabkan karena naluri dan mcdougall mengajukan sesuatu daftar
naluri
b. Teori dorongan (Drive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai
dorongan-dorongan / drive tertentu
c. Teori insentif (incentive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu
disebabkan karena adanya insentive.
d. Teori atribusi
Teori ini melakukan tentang sebab-sebab perilaku orang, apakah perilaku
itu disebabkan oleh disposisi internal / oleh keadaan eksternal
C. Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim
pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Dengan demikian secara
lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup:
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia
berespons baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi
penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun
27
aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit
tersebut.
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan kesehatan, adalah respons
seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan
kesehatan modern maupun tradisional.
3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behavior)
adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan
kesehatan manusia.
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
1. Faktor kebudayaan
Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling
mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari
lembaga-lembaga penting lainnya.
2.Faktor sosial
Kelas sosial merupakan Pembagian masyarakat yang relatif homogen dan
permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut
nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa.
3 Faktor pribadi
Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang
berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif
konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan.
E. Domain Perilaku Kesehatan
26
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Bloom (2008) dalam notoatmodjo, membagi perilaku itu kedalam
3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Ketiga domain ini diukur dari:
1.Pengetahuan peserta didik terhadap metode pendidikan yang diberikan
(knowledge)
2.Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan (attitude)
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme
atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut.
Respons ini berbentuk dua macam, yakni:
a. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya
berpikir,tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung
D. Kehamilan (Saifuddin, 2008)
Kehamilan adalah suatu proses yang terjadi bila ada aspek penting
terpenuhi, yaitu : ovun, spermatozoa, konsepsi dan nidasi. Kehamilan adalah
proses pertemuan antara sel telur dan sperma (konsepsi) kemudian hasil
konsepsi melakukan nidasi ke uterus. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi
sampai partus adalah 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43
minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan),
27
bila lebih dari 43 minggu disebut kahamilan post matur. Kehamilan antara 28
dan 36 minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan yang terakhir ini akan
mempengaruhi kelangsungan hidup bayi, karena bayi yang terlalu muda
mempunyai prognosis buruk.
F.Kunjungan
Selama masa kehamilan, jadwal kunjungan antenatal dilakukan minimal 4
(empat) kali, yaitu:
1. 1 (satu) kali selama trimester pertama(masa kehamilan sebelum 14
minggu).
2. 1 (satu) kali selama trimester kedua (masa kehamilan antara minggu 14 s/d
28 minggu).
3. 2 (dua) kali kunjungan selam trimester ketiga (masa kehamilan antara
minggu 28 s/d minggu 36 dan sudah minggu ke-36).
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan,
sesuai dengan standar pelayanan antenatal care, yang mencakup 7 (tujuh)
standar yaitu:
(a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
(b) Ukur tekanan darah
(c) Ukur (tinggi) fundus uteri
(d) Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) lengkap
(e) Tes terhadap penyakit menular seksual
(f) Pemberian tablet zat besi
(g) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
26
G.Tetanus Toxoid (TT)
Tetanus toxoid merupakan antigen yang sangat aman dan juga aman untuk
wanita hamil. Tidak ada bahaya janin apabila ibu hamil mendapat imunisasi TT
dan tidak mendapatkan resiko cacat bawaan dengan ibu hamil yang tidak
mendapat imunisasi .Tetanus Toxoid (TT) merupakan vaksin yang terdiri dari
toxoid atau bibit penyakit yang telah dilemahkan.Tetanus Toxoid (TT)
diberikan pada wanita hamil, wanita usia produktif atau calon pengantin
Tetanus disebabkan oleh toksin atau racun dari bakteri Clostridium Tetani
yang menular melalui debu dan kotoran binatang. Penyakit ini merusak system
saraf, sehingga sangat berbahaya bila menyerang bayi baru lahir. Penularan
terjadi biasanya saat pemotongan tali pusat dengan alat atau cara yang tidak
steril. Suraatmaja (2009) mengatakan bahwa tetanus adalah penyakit akut yang
disebabkan oleh infeksi Clostridium Tetani. Kuman ini bersifat anaerob yang
berarti kuman yang dapat hidup pada lingkungan yang tidak mengandung
oksigen (O2). Diluar tubuh manusia berubah menjadi bentuk spora, pada
keadaan lingkungan yang cocok, spora ini akan berubah manjadi bentuk aktif
yang mengeluarkan eksotoksin yang disebut lysine, yang menyebabkan sel
darah pecah. Toksin yang merusak sel darah putih dan suatu toksin yang akan
terikat pada saraf menyebabkan penurunan ambang rangsang sehingga terjadi
kejang-kejang. Infeksi dapat terjadi bila spora masuk kedalam tubuh dan
terdapat lingkungan anaerob.
Gejalanya adalah kejang-kejang dan kesulitan menelan. Akibatnya bayi
yang baru lahir tidak dapat menyusui sehingga mengakibatkan uodema pada
27
otak. upaya menekan angka tetanus, antara lain dengan memberi vaksinasi
suntikan TT kepada ibu hamil dan mengajarkan bagaimana merawat tali pusat
bayinya yang baru lahir dengan baik (Prawiharjo, 2009).
H. Tujuan
Tujuan pemberi imunisasi TT yaitu untuk menghindari terinfeksi tetanus
bagi ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Suntikan ini sangat diperlukan bagi ibu
yang beresiko tinggi, misalnya kelahiran tidak dirumah sakit atau dibidan
(tinggalnya di kota kecil/desa) dimana sanitasi dan hygien lingkungan dan
peralatan rendah sehingga ada kemungkinan terkena tetanus (Wahab,dkk,
2009).
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil bertujuan untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum, dimana antibody ibu selama hamil masuk
kedalam tubuh bayi melalui ari-ari, sehingga ibu dan bayi terlindung dari
kemungkinan terjadinya tetanus bila ada luka (DepKes, 2009).
I. Jadwal Pemberian
Imunisasi TT pertama bisa dilakukan sewaktu remaja, TT2 dilakukan
sebulan setelah TT1 (perlindungan 3 tahun). Tahap berikutnya adalah TT3,
dilakukan 6 (enam) bulan setelah TT2 (perlindungan 6 tahun), kemudian TT4
diberikan 1 tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TTS diberikan 1
tahun. Setelah TT4 (Hidayat,dkk, 2007).
J. Cara Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dengan interval 4 minggu (minimal).
Suntikan tetanus toxoid (TT) pertama diberikan pada usia kehamilan 3(tiga)
26
sampai 7 (tujuh) bulan, suntikan kedua diberikan dalam jangka waktu 4
(empat) sampai 6 (enam) minggu setelah suntikan pertama. Bila calon
pengantin wanita telah mendapatkan TT 2 kali maka berikutnya diberikan TT 1
kali pada wanita hamil. Bila hamil pertama telah mendapatkan TT 2 kali maka
hamil berikutnya diberi TT 1 kali. Pemberian vaksin Tetanus Toxoid (TT) 5
(lima) kali dengan interval berturut-berturut 4 (empat) minggu, 6 (enam) bulan
dan 1 tahun atau memberikan perlindungan seumur hidup (Syahlan, 2009).
K. Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi TT untuk Ibu Hamil
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 ml di
injeksikan intramuskuler/subkutan (DepKes RI, 2010).
L. Indikasi
1. Proteksi bayi terhadap infeksi tetanus neonatorum dengan memberi
kekebalan pada ibu hamil. Untuk ibu hamil yang belum pernah imunisasi
sebelumnya, minimal 2 dosis dengan interval 4 minggu dan 2 dosis pada
saat 2 minggu sebelum persalinan.
2. Imunisasi diberikan selama kehamilan pada saat terjadi peningkatan
risiko terpapar atau untuk mendapatkan kekebalan, jika diindikasikan.
3. Imunisasi diberikan selama kehamilan dalam bentuk immunoglobulin
bila telah terpapar prophylaxis
M. Kontraindikasi
Ibu hamil dengan penyakit jantung kronik, paru kronik dan penyakit
metabolik
N. Prosedur
27
1. Persiapan obat lakukan prinsip 6 Benar dan double check
2. Siapkan obat dari vial :
3. Cek kualitas obat dan hitung dosis obat yang dibutuhkan
4. Buka penutup vial dengan mempertahankan sterilitas (bersihkan dengan
kapas alkohol untuk vial multi dosis)
5. Untuk obat cair masukkan udara sejumlah dosis (0.5ml). Tarik obat sesuai
dosis
6. Keluarkan semua udara yang ada di spuit
7. Pilih dan kaji otot tempat penyuntikan (Lebih diutamakan otot deltoid).
Atur posisi klien memudahkan penyuntikan
8. Pasang sarung tangan
9. Lakukan pembersihan area suntikan dengan memutar dari arah dalam
keluar
10. Gunakan tangan non dominan lalu regangkan area penyuntikan. Untuk
klien kurus, cubit area penyuntikan. Untuk obat yang mengiritasi, lakukan
metode Z, track
11. Tusukkan jarum dengan sudut 90°
12. Fiksasi jarum dengan tangan non dominan sementara tangan dominan
mengaspirasi spuit. Bila tampak darah dijarum suntik, angkat jarum dan
ulangi prosedur
13. Masukkan obat secara perlahan sampai habis
14. Masase lokal penyuntikan dengan perlahan
O. Efek samping pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
26
Efek samping dari pemberian vaksin Tetanus Toxoid (TT) adalah reaksi
lokal berupa kemerahan, pembengkakan pada tempat penyuntikan dan rasa
sakit pada tempat penyuntikan, hal ini akan sembuh dengan sendirinya
(Syahlan, 2009).
P. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
1. Pengetahuan (Notoadmodjo, 2009)
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera menusia yakni indera penglihatan,pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh
melalui mata dan telinga, pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita ketahui.
Menurut Bloom (dalam Notoadmodjo, 2009), pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan yang mencakup didalam domain kognitif mempunyai
6 (enam) tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu artinya sebagai materi atau mengingat suatu materi yang telah
diperoleh sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan. Tingkat ini adalah
mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari.
b. Memahami ( Comprehension )
Memahami artinya sebagai suatu kemampun untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
27
c. Aplikasi
Suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi untuk kondisi wilayah.
d. Analisis ( Analisys )
Analisis adalah kemampuan untuk menggambarkan suatu materi atau objek
kedalam komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya antara satu sama lain.
e. Sintesis
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam bentuk keseluruhan baru.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut diatas
(Notoadmodjo, 2007 ) .
Menurut Nursalam (2008), pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1. Baik : 76-100 %
2. Cukup : 56-75 %
3. Kurang : < 56
2. Sikap (Notoadmodjo, 2009)
26
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial seperti halnya
dengan pengetahuan.
Sikap adalah kemampuan yang sangat penting dalam perilaku kesehatannya,
yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung antara sikap dan
perilaku, satu cara untuk mengukur atau menilai sikap seseorang dapat
menggunakan skala atau kuesioner, skala penilaian mendorong serangkaian
pernyataan tentang permasalahan tertentu, responden yang akan mengisi di
harapkan menentukan sikap terhadap pernyataan tertentu .
Allport (dalam Notoatmodjo, 2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3
pokok komponen yaitu:
(a) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek.
(b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
(c) Kecendrungan untuk bertindak
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan sikap ini terdiri dari berbagai tindakan
(Notoatmodjo, 2009).
1. Menerima
27
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek)
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga
a. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap paling tinggi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam mengubah perilaku kesehatan adalah
pengetahuan, sikap masyarakat terhadap petugas kesehatan dan tingkat
pendidikan (Notoatmodjo, 2009). Sikap adalah kemampuan yang sangat
penting dalam perilaku kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa
adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku, satu cara untuk
mengukur atau menilai sikap seseorang dapat menggunakan skala atau
kuesioner, skala penilaian mendorong serangkaian pernyataan tentang
permasalahan tertentu, responden yang akan mengisi di harapkan
menentukan sikap terhadap pernyataan tertentu.
3.Persepsi
Menurut Leavie persepsi (perception) dalam arti sempit ialah
penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti
26
luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2009 ). Dalam bahasa Inggris,
persepsi adalah perception,yaitu cara pandang tehadap sesuatu atau
mengutarakan pemahaman hasil olahan daya pikir, artinya persepsi
berkaitan dengan faktor-faktor eksternalyang direspons melalui pancaindra,
daya ingat, daya jiwa (Marliani, 2010).
Menurut Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan
dan menafsirkan stimulus dalam lingkungan (Sobur,2009 ). Persepsi adalah
persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam
lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya (Yusuf, 2007). Persepsi
atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang
akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan,
memberi, serta meraba (Kerja indra) disekitar kita (Widayatun, 2009).
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh
penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian
individu ada perhatian dan diteruskan ke otak, selanjutnya individu
menyadari tentang adanya sesuatu. ,elalui persepsi individu menyadari dan
dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun
tentang hal-hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo,
2009).
1. Macam-macam Persepsi
27
a. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan
yang datang dari luar diri individu.
b. Self-perception,yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
berasal dari dalam individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah
dirinya sendiri ( Sunaryo, 2009 ).
2. Ciri-Ciri Persepsi
a. Proses pengorganisasian berbagai pengalaman.
b. Proses menghubung-hubungkan antara pengalaman masa lalu dengan
yang baru.
c. Proses pemilihan informasi
d. Proses teorisasi dan rasionalisasi.
e. Proses penafsiran atau pemaknaan pesan verbal dan nonverbal.
f. Proses interaksi dan komunikasi berbagai pengalaman internal dan
eksternal.
g. Melakukan penyimpulan atau keputusan-keputusan, pengertian-
pengertian dan yang membentuk wujud persepsi individu. (Marliani,
2010)
3. Proses Persepsi
a. Persepsi merupakan bagaian dari keseluruhan proses yang menghasilkan
tanggapan setelah rangsangan diterapakan kepada manusia. Persepsi dan
kognisi diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan (Sobur, 2009).
b. Rasa dan nalar bukan merupakan bagaian yang perlu dari situasi
rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang
sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang
rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau
emosi atau kedua-duanya (Sobur, 2009).
26
4. Dalam proses persepsi terdapat 3 komponen utama yaitu :
a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari
luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b. Interpretasi ( penafsiran ), yaitu proses mengorganisasikan informasi
sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh
berbagai factor seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut,
motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada
kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang
di terimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang komplek menjadi
sederhana.
c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah
laku sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah
diserap yang terdiri dari reaksi tersembunyi sebagai pendapat/sikap dan
reaksi terbuka sebagai tindakan yang nyata sehubungan dengan tindakan
yang tersembunyi (pembentukan kesan) ( Sobur, 2009 ).
5. Proses Menyeleksi Rangsangan
Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Dua faktor menentukan
seleksi rangsangan itu, yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Sobur, 2009).
a. Faktor internal
1. Kebutuhan psikologis
Kebutuhan psikologis seseorang mempengaruhi persepsinya.
2. Latar belakang
Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam persepsi.
27
3. Pengalaman
Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-
hal, dan gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya.
4. Kepribadian
Kepribadian mempengaruhi persepsi, seseorang yang intovert mungkin
akan tertarik kepada orang-orang yang sama sekali berbeda.
5. Sikap dan kepercayaan umum
Sikap dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi.
6. Penerimaan diri
Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi.
Beberapa telah menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas
menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu dari pada
mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya.
b. Faktor eksternal
Beberapa faktor yang dianggap penting pengaruhnya terhadap seleksi
rangsangan ialah:
1) Intesitas
Pada umumnya rangsangan yang lebih intensif mendapatkan lebih
banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens.
2) Ukuran
Pada umumnya benda-benda yang lebih besar lebih menarik
perhatiannya.
3) Kontras
26
Hal lain yang biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian.
4) Gerakan
Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian dari pada hal-hal yang
diam.
5) Ulangan
Hal-hal yang berulang dapat menarik perhatian. Ulangan mempunyai
nilai yang menarik perhatian selama digunakan dengan hati-hati.
6) Keakraban
Hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian. Hal ini
terutama jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu.
Sesuatu yang baru bertentangan dengan faktor keakraban, akan tetapi
hal- hal baru juga menarik perhatian Faktor ini. Jika orang sudah biasa
dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik
perhatian.
6. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
a. Faktor fungsional
Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan(suasana hati),
pelayanan, dan pengalaman masa lalu seorang individu.
b. Faktor struktural
Faktor struktural berarti faktor yang timbul atau dihasilkan dari bentuk
stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem saraf individu.
c. Faktor situasional
27
Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk
proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, dan petunjuk
paralinguistik.
d. Faktor personal
Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian.
(Sobur, 2009).
7. Pengukuran Persepsi
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. (Sugiono, 2009 ). Menurut
Azwar (2010), pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan menggunakan
Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut:
1. Pernyataan Positif/ Pernyataan Negatif
2. Sangat Setuju: SS
3. Setuju: S
4. Ragu-ragu: R
5. Tidak Setuju:TS
6. Sangat Tidak Setuju:STS
Kriteria pengukuran persepsi yakni :
a. Persepsi positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner
> T mean.
b. Persepsi negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner
< T mean..
26
c. Ada sejumlah kesalahan persepsi yang sering terjadi dalam
mempersepsikan suatu stimulus/objek tertentu.
d. Kesalahan persepsi tersebut antara lain :
1. Stereotyping
Adalah mengkategorikan atau menilai seseorang hanya atas dasar satu
atau beberapa sifat dari kelompoknya. Stereotip seringkali didasarkan
atas jenis kelamin, keturunan, umur, agama, kebangsaan, kedudukan
atau jabatan.
2. Hallo effect
Adalah kecenderungan menilai seseorang hanya atas dasar salah satu
sifatnya. Misalnya anak yang lincah/banyak bermain dianggap lebih
mudah terkena penyakit daripada anak yang lebih banyak diam atau
santai. Padahal tidak ada hubungannya antara kelincahan dengan suatu
penyakit.
3. Projection
Merupakan kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain atas
dasar perasaan atau sifatnya. Oleh karenanya projection berfungsi
sebagai suatu mekanisme pertahanan dari konsep diri seseorang
sehingga lebih mampu menghadapi yang dilihatnya tidak wajar (
Azzahy, 2008 ).
Q. Kerangka Konsep
Kerangka konsep
27
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang
akan dilakukan (Notoatmodjo,2009).
Prilaku terdiri dari pengetahuan, sikap dan persepsi, Untuk meningkatkan
pengetahuan dapat memberi perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang,
pengetahuan juga membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap
suatu hal (Notoatmodjo,2007).
Untuk lebih jelas dapat digambarkan dalam skema kerangka konsep
penelitian sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Pengetahuan
Sikap Perilaku
Pemberian Imunisasi TT
Persepsi
Gambar.2.1. Kerangka Konsep Penelitian
R. Hipotesis
1. Ada hubungan Pengetahuan dengan Prilaku Ibu Hamil terhadap Imunisasi
Tetanus Toxoid.
26
2. Ada hubungan Sikap dengan Prilaku Ibu Hamil terhadap Imunisasi Tetanus
Toxoid.
3. Ada hubungan persepsi dengan Prilaku Ibu Hamil terhadap Imunisasi Tetanus
Toxoid.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dan
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan
dependen dinilai secara simultan pada suatu saat dan tidak ada tindak lanjut
(Arikunto,S. 2010).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
27
Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
berkunjung di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2010), mengatakan bahwa sampel adalah
bagian dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti).Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil yang berkunjung ke
puskesmas Tangse Kabupaten Pidie.Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu menetapkan sampel
dari populasi berdasarkan tujuan tertentu atau sesuai dengan kriteia yang
dikehendaki peneliti. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan
memakai Rumus Slovin Sebagai berikut (Notoadmojo, 2010).
N n = --------- 1 + N(d²)
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Derajat presisi yang diinginkan (10%)
3708 n = -------- 1 + 3708(0,1)² 3708 n = --------- 1 + 3708(0,01) 3708
26
n = --------- 1 + 37,08 3708 n = --------- 38,08
n = 97,3
n = 97
Jadi jumlah sampel yang akan diteliti nantinya berjumlah 97
responden yang terdiri dari ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas
Tangse Kabupaten Pidie.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini direncanakan dilakukan di Puskesmas Tangse
Kabupaten Pidie.
2. Waktu
Penelitian ini direncanakan pada bulan Agustus 2013.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang
langsung diperoleh dilapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi
pertanyaan yang selanjutnya diisi oleh responden dan kemudian data
tersebut dikumpulkan untuk rencana pengolahan dan analisis data, untuk
data sekunder diperoleh dari puskesmas Tangse yaitu data diperoleh dari
buku regester puskesmas untuk memperoleh data ibu hamil yang
berkunjung.
4. Defenisi Operasional
27
Tabel 3.1 : Defenisi Operasional
No Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
Variabel Dependen
1. Perilaku pemberian imunisasi TT
Tindakan ibu hamil dalam melakukan imunisasi TT
Wawancara dengan satu pertanyaan:
Kuisioner
Ada ,bila ibu hamil melakukan imunisasi TT Tidak,bila ibu hamil tidak melakukan imunisasi TT
Ordinal Ada
Tidak Ada
Variabel Independen
2. Pengetahuan Hal-hal yang
Penyebaran Kuisioner
Kuisioner Ordinal Tinggi
26
3.
4
Sikap Ibu
Persepsi
Diketahui ibu hamil tentang Imunisasi TT
Reaksi atau respon ibu hamil terhadap imunisasi TT
Pandangan ibu hamil terhadap imunisasi TT
Tinggi bila (>76) Sedang bila (56-
75%) Rendah bila
(<56%) Penyebaran Kuisioner Positif bila dijawab setuju Negatif bila dijawab tdk setuju
Menyebarkan Kuesioner: Positif bila dijawab setuju Negatif bila dijawab tdk setuju
Kuisioner
Kuesioner
Ordinal
Ordinal
Sedang
Rendah
Positif
Negatif
Positif
Negatif
3.6 Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah kuesioner 12 pertanyaan yang terdiri 2 pertanyaan tentang prilaku,
8 pertanyaan pengetahuan berbentuk multiple choise, 2 pertanyaan
mengenai sikap ibu terhadap imunisasi TT yang berbentuk pernyataan
positf dan negatif, 2 pertanyaan mengenai persepsi yang berbentuk
pernyataan positif dan negatif.
3.7 Pengolahan dan Analisa Data
3.7.1 Pengolahan dan Analisa Data (Notoatmodjo,2009)
3.7.1.1 Pengolahan Data
27
Setelah data dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah
pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara manual dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Editing, yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian
atau pengambilan data. Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan
dilakukan pengecekan nama dan identitas responden, mengecek
kelengkapan data dengan memeriksa isi instrumen pengumpulan
data. Apabila ada kekurangan isi atau halaman maka kuesioner
dikembalikan untuk diisi ulang atau diberikan kepada responden
baru.
(b) Coding, yaitu mengklasifikasi jawaban menurut macamnya dengan
memberikan kode tertentu. Pada tahap ini data yang telah diperoleh
diberikan angka-angka atau kode-kode tertentu untuk memudahkan
pengenalan data.
(c) Transferring, data yang telah diberi kode disusun secara berurutan
dari responden pertama sampai responden terakhir, selanjutnya di
masukkan kedalam tabel.
(d) Tabulating, yaitu penyajian data dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi disertai dengan penjelasan secara narasi.
3.7.1.2 Analisa Data (Budiarto, 2009)
(a) Analisa Univariat
26
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian.
Pada umumnya pada analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan
presentasi dari tiap variabel.
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel dependen yaitu prilaku ibu
hamil terhadap imunisasi dan variabel independen yaitu pengetahuan,
sikap dan persepsi , kemudian ditentukan persentase untuk tiap
katagori.
(b) Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel
bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat.
Analisa yang diduga adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa
dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji kategorik Chi
Square Test (x²) pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P < 0,05)
sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna
secara statistik, dengan menggunakan program komputer SPPS for
windows Versi 17,0. Melalui perhitungan uji Chi square (x²)
selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai P lebih kecil atau sama
dengan nilai alpa (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan
variabel bebas.
(c) Cara Penyajian
27
Dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi serta tabel silang
untuk melihat sejauh apa pengaruh variabel tersebut.
KUESIONER PENELITIAN
PERILAKU IBU HAMIL TERHADAP IMUNISASI TETANUS TOXOID
DI PUSKESMAS TANGSE KABUPATEN PIDIE
TAHUN 2013
Tanggal Penelitian :
Kode Responden :
Petunjuk:
26
Jawablah Pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X)
pada jawaban yang anda anggap benar.
(d) Perilaku Pemberian Imunisasi TT
1. Apakah ibu ada mendapatkan Imunisasi TT ?
A. Ada
B. Tidak Ada
(e) PENGETAHUAN:
1. Pengertian dari imunisasi TT
A. Proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap
infeksi tetanus.
B. Antigen yang sangat aman untuk ibu hamil
C. Vasin toxoid yang sudah dilemahkan
5. Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil
A. Melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatotum
B. Melindungi ibu hamil terkena infeksi bila terluka
C. Melindungi ibu dari penularan penyakit yang berbahaya
6. Tujuan pemberian imunisasi TT
A. Ibu hamil dapat melahirkan dengan aman
B. Menghindari terinfeksi tetanus bagi ibu dan bayi yang dilahirkan
C. Menekan angka tetanus pada ibu hamil
7. Imunisasi TT pertama diberikan pada..
A. Sewaktu hamil 1 bulan
B. Hamil 7 bulan
27
C. Sewaktu remaja
8. Cara Pemberian Imunisasi TT
A. Interval 4 minggu (minimal)
B. Interval 2 minggu
C. Interval 1 minggu
6.Pemberian Imunisasi TT untuk ibu hamil
a. Diberikan 4 kali
b. Diberikan 2 kali
c. Diberikan 1 kali
7. Imunisasi TT tidak boleh diberika pada.....
a. Ibu hamil dengan penyakit jantung kronik
b. Ibu hamil obesitas
c. Ibu hamil yang kurus
8. Efek samping pemberian Imunisasi TT
a. Flu dan batuk
b. Reaksi lokal berupa kemerahan,pembengkakan pada tempat penyuntikan
c. Gatal pada seluruh permukaan kulit
III. SIKAP
1. Imunisasi TT diberikan untuk menghindari infeksi tetanus bagi ibu dan
bayi yang akan dilahirkan
a. Setuju
b. Tidak setuju
26
2. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT akan mendapatkan bayi
kembar
a. Setuju
b. Tidak setuju
IV. PERSEPSI
1. Imunisasi TT diperlukan selama kehamilan untuk mencegah tetanus
neonatorum pada bayi.
a. Setuju
b. Tidak Setuju
2.Imunisasi TT tidak perlu diberikan pada ibu hamil karna sudah
mendapatkan imunisasi pada saat remaja
a. Setuju
b. Tidak Setuju
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Tangse merupakan salah satu kecamatan dalam Kabupaten
Pidie dengan luas wilayah kurang lebih 2.578 M, jumlah desa 60 dengan
jumlah penduduk 16.77 jiwa, terdiri dari laki-laki 9.675 jiwa dan perempuan
8,908 jiwa. Kecamatan Tangse merupakan dataran tinggi , di daerah
pengunungan umumnya pekerjaan penduduk mayoritas petani,. Sarana
kesehatan yang ada di kecamatan Tangse terdiri dari satu Puskesmas, ada
beberapa Pustu dan Polindes dan Bidan Praktek Swasta (BPS) Adapun batasan-
batasan Puskesmas tersebut adalah sebagai berikut
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Persawahan
2. Sebelah Timur berbatasan dengan persawahan
3. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah penduduk
4. sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari tanggal 20 Agustus sampai
dengan 21 Agustus 2013 terhadap 97 responden di Puskesmas Tangse
Kabupaten Pidie maka hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
a. Prilaku
26
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Ibu Hamil Terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013
No Perilaku Frekuensi %
1 Ada 38 39,2
2 59 60,8 Tidak Ada
Total 97
100
Sumber: Diolah Tahun 2013 Tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 97 responden yang dianalisis yang tidak
melakukan imunisasi Tetanus Toxoid ada 59 orang (60,8%), sedangkan yang
melakukan imunisasi tetanus toxoid hanya 38 orang (38%).
b. Pengetahuan
Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan ibu Hamil terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid di Kabupaten Pidie Tahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi %
1 Tinggi 3 3,1
2 20 20,6 Sedang
3 Rendah 74 76,3
Total 97 100 Sumber: Diolah Tahun 2013
Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 97 responden ternyata dominan
berpengetahuan rendah yaitu 74 responden (76,3%) dan yang
berpengetahuan tinggi hanya 3 orang (3,1%)
27
c. Sikap
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Hamil Terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid di Kabupaten Pidie Tahun 2013.
No Sikap Frekuensi %
Sumber diolah Tahun 2013
1 Positif 16 16,5
2 81 83,5
Negatif
Total 97 100
Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 97 responden, ternyata ada 81
responden (83,5%) yang mempunyai sikap negatif terhadap pemberian
imunisasi tetanus toxoid dan 16 responden (16,5%) mempunyai bersikap
positif, terhadap pemberian imunisasi TT.
d. Persepsi
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Ibu Hamil Terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013.
No Persepsi Frekuensi %
1 Positif 12 12,4
2 Negatif 85 87,6
Total 97 100
Sumber: Diolah Tahun 2013
26
Tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 97 responden, ternyata 85
responden (88%) mempunyai persepsi negatif, terhadap imunisasi TT dan
12 responden (12%) yang mempunyai persepsi positif.
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan dengan Prilaku ibu hamil terhadap imunisasi
Tetanus Toxoid (TT)
Tabel 4.5 Hubungan pengetahuan dengan prilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013
No
Prilaku Terhadap Imunisasi TT
Pengetahuan Ada Tidak Ada P
f % f % JML % Value
1 Baik 3 100 0 0 3 100 0.038
2 Cukup 10 50 10 50 20 100
3 Kurang 25 33,8 49 66,2 74 100
Total 38 59 97 100 Sumber Diolah Tahun 2013
Tabel 4.5, menunjukkan bahwa dari 3 responden yang mempunyai
pengetahuan baik hanya 1 responden diantaranya (33%), yang melakukan
imunisasi TT, sebaliknya dari 76 responden yang mempunyai pengetahuan
kurang ada 29 responden (38%), yang melakukan imunisasi TT. Hasil analisis
statistik dengan menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p = 0,038 hal ini
berarti hipotesis yang muncul ada hubungan pengetahuan dengan prilaku ibu
hamil terhadap imunsasi TT.
b. Hubungan Sikap dengan Prilaku Ibu Hamil terhadap Imunisasi
27
Tabel 4.6.Hubungan Sikap dengan Prilaku Ibu Hamil terhadap Imunisasi di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013
Prilaku Terhadap Imunisasi TT No Sikap Ada Tidak Ada P
f % f % JML % Value
1 Positif 16 100 0 0 16 100 0,00
2 Negatif 22 27,2 59 72,8 81 100
Total 38 59 97 Sumber Diolah Tahun 2013
Tabel 4.6. Menunjukkan 16 responden dominan bersikap positif
yaitu ada 16 responden (100%) yang respon terhadap imunisasi TT,
sebaliknya dari 81 responden yang bersikap negatif hanya ada 22 responden
(27,2%) yang mempunyai respon imunisasi TT. Hasil analisis statistik
dengan menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p = 0,00 hal ini berarti
hipotesis yang menyatakan ada hubungan Sikap dengan prilaku ibu hamil
terhadap imunsasi TT.
c. Hubungan Persepsi dengan Prilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT
Tabel 4.7. Hubungan Persepsi dengan Prilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013
Prilaku Terhadap Imunisasi TT No Persepsi Ada Tidak Ada P
f % f % JML % Value
1 Positif 9 75,0 3 25,0 12 100 0,016
2 Negatif 29 38 56 65,9 85 100
Total 38 59 97
26
Tabel 4.7, menunjukkan bahwa dari 85 persepsi negatif, responden yang
menanggapi imunisasi TT ada 29 (42%) sedangkan pada persepsi positif dari
12 responden hanya 9 (75,0%) yang menanggapi tentang imunisasi TT . Hasil
analisis statistik dengan menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p = 0,016
hal ini berarti hipotesis yang menyatakan ada hubungan Persepsi dengan
prilaku ibu hamil terhadap imunsasi TT.
C. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan dengan Prilaku ibu hamil terhadap imunisasi
tetanus toxoid.
Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan bahwa dari 3 responden yang
mempunyai pengetahuan baik hanya 1 responden diantaranya (33%), yang
melakukan imunisasi TT, sebaliknya dari 76 responden yang mempunyai
pengetahuan kurang ada 29 responden (38%), yang melakukan imunisasi TT.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p =
0,038 hal ini berarti hipotesis yang muncul ada hubungan pengetahuan dengan
prilaku ibu hamil terhadap imunsasi TT.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan suatu bentuk tahu dari manusia yang diperolehnya dari
pengalaman, perasaan, akal, pikiran, dan institusinya adalah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang dimaksud disini
adalah pengetahuan terhadap pentingya pemberian imunisasi tetanus toxoid
27
Pengetahuan seseorang didapatkan dari pengalaman dan informasi yang
didapatkan, baik melalui pelatihan, bimbingan, pembinaan maupun melalui
pengamatan , sehingga dapat memberikan tanggapan atau respons terhadap apa
yang diamatinya, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan
telinga, dengan kata lain manusia merupakan domain yang sangat penting
dalam terbentuknya tindakan seseorang, semakin tinggi pengetahuan seseorang
maka semakin baik pula seseorang ibu dalam melakukan tindakan atau
kesadaran untuk mendapatkan imunisasi tetanus toxoid (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti berasumsi bahwa ibu hamil
yang berpengetahuan tinggi akan mendapatkan imunisasi TT , karena ibu tahu
pentingnya imunisasi diberikan pada saat hamil.
2. Hubungan Sikap dengan prilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT
Tabel 4.6. Menunjukkan 16 responden dominan bersikap positif yaitu ada
16 responden (100%) yang respon terhadap imunisasi TT, sebaliknya dari 81
responden yang bersikap negatif hanya ada 22 responden (27,2%) yang
mempunyai respon imunisasi TT. Hasil analisis statistik dengan menggunakan
uji Chi square diperoleh nilai p = 0,00 hal ini berarti hipotesis yang
menyatakan ada hubungan Sikap dengan prilaku ibu hamil terhadap imunsasi
TT.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulasi atau objek. Menurut Newcomb seorang yang ahli
psilkolog bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
26
suatu tindakan atau perilaku tetapi merupakan reaksi tertutup bukan merupakan
reaksi terhadap lingkungan tertentu sebagai suatu pemyataan terhadap objek.
Sikap merupakan reaksi dari respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat
tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dan perilaku tertutup. Sikap mempunyai
tiga ( 3 ) komponen yaitu: kepercayaan / keyakinan, keluarga dan konsep
terhadap suatu objek kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap
suatu objek, kecendrungan emosional untuk bertindak. Sikap terdiri dari
berbagai tindakan, meliputi orang/ subjek dan memperhatikan stimulasi yang
diberikan objek, respon yaitu memberikan apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu tindakan indikasi dari sikap,
menghargai seperti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Bertanggung jawab
merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan secara
langsung dan tidak langsung , secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
pendapat atau pertanyaan responden terhadap objek. (Notoadmojo, 2004)
Menurut Asumsi peneliti bahwa semakin positifnya sikap seseorang
maka semakin baik pula bentuk karakteristik orang tersebut hal ini bertolah
belakang dengan hasil penelitian yang mengatakan sebagian besar sikap
responden adalah negatif.
3. Hubungan Persepsi dengan prilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT
Tabel 4.7, menunjukkan bahwa dari 85 persepsi negatif, responden yang
menanggapi imunisasi TT ada 29 (42%) sedangkan pada persepsi positif dari
27
12 responden hanya 9 (75,0%) yang menanggapi tentang imunisasi TT . Hasil
analisis statistik dengan menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p = 0,016
.hal ini berarti hipotesis yang menyatakan ada hubungan Persepsi dengan
prilaku ibu hamil terhadap imunsasi TT.
Persepsi adalah proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan
dan menghayati tentang hal yang di amati, baik yang ada diluar maupun di
dalam diri individu. Persepsi adalah proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau
individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas
yang integrated dalam diri individu (Sunaryo, 2004).
Menurut asumsi peneliti dalam hal segi penilaian ibu hamil, pentingnya
imunisasi TT maka dalam hal ini ibu hamil tahu tentang kegunaan imunisasi
TT dalam kehamilan, dengan demikian akan terjadi perubahan perilaku ibu
hamil.
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 97 responden ibu
hamil tentang Prilaku Ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas
Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013, dapat disimpulkan:
1. Hasil Penelitian didapat Ada hubungan pengetahuan ibu hamil
terhadap imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun
2013 dengan nilai p = 0,038 (p < 0,05)
2. Hasil Penelitian didapat Ada hubungan sikap ibu hamil terhadap
imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013
dengan nilai p = 0,00 (p < 0,05)
3. Hasil Penelitian didapat Ada hubungan Persepsi ibu hamil terhadap
imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013
dengan nilai p = 0,016 (p < 0,05)
B. Saran
1. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar memahami perilaku ibu
hamil terhadap imunisasi TT yang diberikan pada saat hamil.
2. Diharapkan kepada tempat penelitian untuk dapat meningkatkan
pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya imunisasi.
3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar memperluas wawasan ilmu
pengetahuan sehingga ilmu yang didapat bisa diterapkan pada
masyarakat luas.
27
4. Diharapakan kepada pendidikan agar dapat menambah referensi terbaru
tentang imunisasi TT, sehingga dalam proses pebelajaran lebih
gampang memperoleh data-data yang diingini.