P a g e | 665
=================================================================================================== Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat FISIP Universitas Riau Pekanbaru, 06 Desember 2018
PEREMPUAN SUKU AKIT
(STUDI AKTIVITAS KERJA DALAM KOMUNITAS
YANG MEMISKINKAN DI BANTAN KABUPATEN BENGKALIS)
Hesti Asriwandari¹, Mita Rosaliza²
Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Riau
Pekanbaru
Abstrak
Program Nawa Cita pemerintahan presiden Joko Widodo yang salah satunya
adalah upaya pemerintah dalam pengentasan kemiskinan melalui pembangunan ekonomi
wilayah pesisir yang disertai dukungan dana trilyunan rupiah masih dalam proses yang
belum memperoleh hasil yang optimal sebagaimana yang diharapkan. Fenomena ini
menguatkan pandangan pemikir sosial bahwa kekuatan ekonomi dan keuangan bukan
aspek tunggal untuk menjamin keberhasilan capaian pembangunan ekonomi.
Aspek sosial masyarakat merupakan sisi penting lainnya yang cenderung diabaikan
oleh para perencana dan pelaksana pembangunan. Seperti halnya hambatan capaian
pembangunan ekonomi pada komunitas masyarakat suku Akit di wilayah pesisir utara
Bengkalis, seharusnya perlu ditinjau hambatan apa dibalik fenomena rendahnya
produktivitas kerja masyarakat tersebut.
Data BPS 2015 menyebutkan bahwa 32.14% masyarakat pesisir hidup dibawah
garis kemiskinan, yang memberikan kontribusi terhadap angka kemiskinan nasional yang
sekarang mencapai 17.75% dari total jumlah penduduk Indonesia. Struktur sosial dalam
masyarakat suku Akit umumnya dicirikan oleh adanya aktivitas kerja yang kuat yang
merupakan konsekuensi dari sifat kegiatan pemanfaatan mangrove, bekerja di Panglong
Arang dan sebagian kecil hidup sebagai nelayan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut merupaka
ikatan pekerjaan yang penuh dengan ketidakpastian. Bagi suku Akit, menjalin ikatan
dengan patron (tauke) merupakan langkah yang penting dalam menjaga kelangsungan
kehidupan keseharian mereka.
Penelitian ini di dilakukan di Desa Berancah Kecamatan Bantan Kabupaten
Bengkalis, dengan Subjek penelitian yaitu perempuan yang merupakan bagian dari Suku
Akitnya Yang terbesar di Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis.
Penelitian ini menggunakan metode ganda/campuran antara kualitatif dengan
kuantitatif (mixed method). Mixed method tersebut mengejawantah dalam bentuk metode
kualitatif atas metode kuantitatif, bukan metode kuantitatif atas metode kualitatif. Sebab,
dalam penelitian ini metode kuantitaif menjadi penunjang metode kualitatif, sehingga
metode kuantitatif memiliki fungsi untuk memberikan data latar belakang yang terukur
untuk mengkontekstualisasi studi-studi intensif skala kecil.
Kata kunci : Perempuan Akit, Tindakan Kerja, Desa Berancah
PENDAHULUAN
Kerja dipandang sebagai tindakan ekonomi individu yang beorientasi pada
perilaku orang lain yang berada pada lingkaran sosialnya. Setiap kerja mempunyai
backgroaund berupa kepentingan. Kepentingan merupakan kristalisasi dari arah dan
P a g e | 666
=================================================================================================== Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat FISIP Universitas Riau Pekanbaru, 06 Desember 2018
tujuan tindakan kerja yang menjadi latar dari makna subyek aktor melekat pada
sistem sosial dimana aktor melangsungkan kehidupan sosialnya. Disamping itu.
Relasi kekuasaan dengan aktor pelaku kerja tidak dapat dilepaskan dari tindakan
kerja sang aktor. Kemiskinan keluarga di wilayah pesisir, membuat perempuan
terutama istri harus mencari pendapatan tambahan karena pendapatan suaminya
tidak bisa diharapkan. Ketidakpastian pendapatan di laut mengharuskan kaum
perempuan untuk memikul tanggung jawab memenuhi kebutuhan sehari-hari (bila
musim paceklik), kebutuhan anak sekolah dan kebutuhan ”relasi sosial” kampung
semisal hajatan atau iuran acara kampung lainnya. Kemiskinan telah menjadikan
perempuan berperan ganda yakni sebagai pencari nafkah sekaligus pengurus rumah
tangga dan anak.
Kedudukan dan peranan kaum perempuan pesisir atau istri nelayan
pada masyarakat pesisir sangat penting karena dalam system pembangian kerja
secara seksual pada masyarakat nelayan, kaum perempuan pesisir atau istri nelayan
mengambil peranan yang besar dalam kegiatan sosial-ekonomi didarat,
sementara laki-laki berperan dilaut untuk mencari nafkah dengan menangkap ikan.
Dengan kata lain, darat adalah ranah perempuan, sedangkan laut adalah ranah
laki-laki.Dampak dari pembagian kerja diatas mengharuskan kaum perempuan
pesisir untuk selalu terlibat dalam kegiatan publik, yaitu mencari nafkah keluarga
sebagai antisipasi jika suami mereka tidak mempeoleh pengahsilan.Kegiatan
melaut merupakan kegiatan yang spekulatif dan terikat oleh musim.Oleh karena
itu, nelayan yang melaut belum bisa dipastikan memperoleh penghasilan.Sistem
pembagian kerja masyarakat pesisir dan tidak adanya kepastian pengahasilan
setiap hari dalam rumah tangga nelayan telah menempatkan perempuan sebagai
salah satu pilar penyanggah kebutuhan hidup rumah tangga. Dengan demikian
dalam mengahdapi kerentanan ekonomi dan kemiskinan masyarakat nelayan, pihak
yang paling terbebani dan bertanggungjawab untuk mengatasi dan menjaga
kelangsungan hidup rumah tangga adalah kaum perempuan, istri nelayan (Kusnadi,
2006)
Dibandingkan dengan masyarakat lain, kaum perempuan di Desa-
desa pesisir mengambil kedudukan dan peranan sosial yang penting, baik disektor
domestik maupun disektor publik. Peranan publik istri/perempuan diartikan
P a g e | 667
=================================================================================================== Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat FISIP Universitas Riau Pekanbaru, 06 Desember 2018
sebagai keterlibatan kaum perempuan dalam aktifitas sosial-ekonomi
dilingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga dan
kebutuhan sekunder lainnya. Desakan kondisi perekonomian yang memprihatinkan
menyebabkan wanita menikah harus bekerja untuk membantu suami dalam
perekonomian keluarga dan akan memainkan peran. Peran yang dijalankan adalah
sebagai pekerja, peran sebagai istri dan ibu, serta perannya dalam kegiatan
kemasyarakatan.
Perumusa
n masalah
aktivitas
kerja
perempuan
Pertautan
nilai ajaran
agama yang
dianut oleh
perempuan
dalam
masyarakat
pesisir dengan
aktivitas kerja
Pertautan
nilai adat yang
berlaku dalam
masyarakat
Suku Akit
dengan
aktivitas/ atau
tindakan kerja
sehingga terjadi
kondisi
memiskinkan
Unit
analisis
Individu komunita
s
Individu
dan komunitas
Sumber
data
(sample)
Perempuan Akit
Keluarga
Pemuka
agama
Batin
(Ketua adat)
Keluarga
Batin
masyarakat
suku Akit
Teknik
pengumpulan
data
Kuesioner
Wawancar
a
Indepht
Interview
Wawancar
a
Observasi
dan
dokumentasi
Studi
Pustaka
Analisis Analisis
deskriptif
Kuantitatif
Analisis
interaktif
Analisis
interaktif
Deskriptif
Kualitatif
Tujuan 1 Tujuan 2 Tujuan 3
a. Kerangka Pemikiran
P a g e | 668
=================================================================================================== Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat FISIP Universitas Riau Pekanbaru, 06 Desember 2018
Dalam memecahkan masalah yang dialami perempuan Suku Akit diperlukan
upaya sistematis dan operasional yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Dalam khasanah ilmu pengetahuan sosial, pemikiran ilmiah menyangkut tautan
antara agama, adat dan derajat kehidupan ekonomi masyarakat selalu menarik
untuk dibahas. Dalam konteks ini, menarik untuk mencari sebab musaba
munculnya gejala sosial mengaitkan dengan seperangkat nilai agama dan adat
tradisi yang mengikat tindakan masyarakat itu sendiri. Persoalan kemiskinan pada
sebuah komunitas di wilayah pesisir yang kaya akan sumber daya alam, sebuah
hal paradoks bila melihat ketersediaan sumber-sumber daya alam tersebut.
Seharusnya mendorong masyarakatnya untuk berperilaku kerja dan memiliki
materi untuk menunjang hubungan vertikal dan horizontal.
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian
b. Analisis dan Pembahasan
Masyarakat pesisir adalah sekelompok warga yang tinggal di wilayah pesisir
yang hidup bersama dan memenuhi kebutuhan hidupnya dari sumber daya di
wilayah pesisir.Masyarakat yang hidup di kota-kota atau permukiman pesisir
memiliki karakteristik secara sosial ekonomis sangat terkait dengan sumber
perekonomian dari wilayah laut Prianto dalam (Arifin, 2006).Demikian pula jenis
SIST
EM S
OSI
AL
MA
SYA
RAT
SU
KU
AK
IT
NEGARA, PEMERINTAH LOKAL
AKTIVITAS KERJANILAI RELIGIUS DAN NILAI TRADISI LOKAL
STRUKTUR SOSIAL :
STRATIFIKASI SOSIAL MENURUT TARAF KEHIDUPAN
iNSTITUSI-iNSTITUSI lOKAL
KEHIDUPAN EKONOMI
PEREMPUAN AKIT
(KEMISKINAN DAN KEMAKMURAN)
P a g e | 669
=================================================================================================== Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat FISIP Universitas Riau Pekanbaru, 06 Desember 2018
mata pencaharian yang memanfaatkan sumber daya alam atau jasa-jasa
lingkungan yang ada di wilayah pesisir seperti nelayan, petani ikan, dan pemilik
atau pekerja industri maritim. Masyarakat pesisir yang di dominasi oleh usaha
perikanan pada umumnya masih berada pada garis kemiskinan, mereka tidak
mempunyai pilihan mata pencaharian, memiliki tingkat pendidikan yang
rendah, tidak mengetahui dan menyadari kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan Lewaherilla dalam (Arifin, 2006). Selanjutnya dari status legalitas
lahan, karakteristik beberapa kawasan permukiman di wilayah pesisir umumnya
tidak memiliki status hukum (legalitas), terutama area yang direklamasi secara
swadaya oleh masyarakat (Arifin, 2006).
Lingkungan alam sekitar akan membentuk sifat dan perilaku
masyarakat. Lingkungan fisik dan biologi mempengaruhi interaksi sosial,
distribusi peran sosial, karakteristik nilai, norma sosial, sikap serta persepsi yang
melembaga dalam masyarakat. Dikatakannya pula perubahan lingkungan
dapat merubah konsep keluarga.Nilai-nilai sosial yang berkembang dari hasil
penafsiran atas manfaat dan fungsi lingkungan dapat memacu perubahan sosial
(Usman, 2003).
Masyarakat pesisir pada umumnya merupakan sekumpulan masyarakat
yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki
kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada
pemanfaatan sumberdaya pesisir.Masyarakat pesisir merupakan entitas
sosial,ekonomi, ekologi dan budaya, yang menjadi batas antara daratan dan
lautan, di mana di dalamnya terdapat suatu kumpulan manusia yang memiliki pola
hidup dan tingkah laku serta karakteristik tertentu. Masyarakat pesisir ini menjadi
tuan rumah di wilayah pesisir sendiri. Mereka menjadi pelaku utama dalam
pembangunan kelautan dan perikanan, serta pembentuk suatu budaya dalam
kehidupan masyarakat pesisir (Afriza, 2013).
Nelayan, pembudidaya ikan, pekerja panglong arang dan pedagang
merupakan kelompok masyarakat pesisir yang secara langsung mengusahakan
dan memanfaatkan sumberdaya ikan melalui kegiatan penangkapan dan
budidaya.Kelompok ini pula yang mendominasi pemukiman di wilayah pantai
pada pulau-pulau besar dan kecil di Indonesia.Masyarakat pesisir ada yang
P a g e | 670
=================================================================================================== Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat FISIP Universitas Riau Pekanbaru, 06 Desember 2018
menjadi pengusaha skala kecil dan menengah, namun lebih banyak dari mereka
yang bersifat subsistem, menjalani usaha dan kegiatan ekonominya untuk
menghidupi keluarga sendiri, dengan skala yang begitu kecil sehingga hasilnya
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek.
Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis
sumberdaya yang digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan
yang maksimal, nelayan harus berpindah-pindah.Selain itu, resiko usaha yang
tinggi menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras
yang selaludiliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya.Karakteristik
masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik masyarakat agraris atau
petani.Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol
karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang
mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka
inginkan.Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata pencahariannya
didominasi dengan nelayan.Nelayan bergelut dengan laut untuk mendapatkan
penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa
dikontrol.Nelayan menghadapi sumberdaya yang bersifat open acces dan beresiko
tinggi.
Masyarakat pesisir yang identik dengan nelayan merupakan bagian dari
masyarakat terpinggirkan yang masih terus bergulat dengan berbagai persoalan
kehidupan, baik ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, maupun
budaya.Kondisi kehidupan mereka selalu dalam kondisi yang memprihatinkan,
terutama secara ekonomi.Dengan penghasilan yang selalu tergantung pada kondisi
alam.Kondisi alam tersebut yang membuat sulit bagi mereka untuk merubah
kehidupannya menjadi lebih baik.Disamping itu, masalah kompleks yang
dihadapi masyarakat pesisir adalah kemiskinan, keterbatasan pengetahuan serta
dunia pendidikan dan teknologi yang berkembang.Kondisi yang
memprihatinkan tersebut yang men yebabkan rendahnya kemampuan dan
ketrampilan masyarakat pesisir (Arifin, 2006).
c. Simpulan dan Saran
P a g e | 671
=================================================================================================== Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat FISIP Universitas Riau Pekanbaru, 06 Desember 2018
Realitas Kehidupan ekonomi masyarakat Akit menunjukkan adanya ragam
tindakan kerja. Baik yang tradisional maupun rasional. Cara berpikir sederhana dan
untuk kepentingan jangka pendek mendominasi latar belakang tindakan. Tindakan
sosial yang termanifestasikan pada pola bekerja menunjukkan independensi
masyarakat atas kepentingan kepentingan jangka panjang. Berhubungan dengan
tradisi adat yang secara institusional masih bertahan pada fungsi produksi.
Sejalan dengan itu, pranata agama melokalisasikan diri pada urusan hukum
semata, atau berkisar pada fungsi pelayanan ritual masyarakat yang berkaitan
dengan keagamaan. Terkait dengan dinamika pada historikal lokal, terlihat bahwa
masing-masing periode memiliki gejala perubahan sosial baik pada tataran pranata
sosial ataupun tataran kehidupan indivisual aktor. Namun pada dasarnya aktor
selalu menunjukkan kecenderungan bahwa tindakan kerja yang dilakukannya
mengalami menyesuaian dengan situasi lingkungan sosial yang berkembang.
Tindakan kerja perempuan tidak sepenuhnya mengalami kelekatan dengan
substansi nilai-nilai ideal adat yang berfungsi mendorong tindakan ekonomi
mansyarakat menuju kondisi ideal. Keberadaan adat yang di presentasikan dengan
institusi sosial ekonomi dlam mengatur harmonisasi aktifitas ekonomi produksi,
tidak memiliki kekuatan pemaksaan atas tindakan-tindakan yangs eharusnya
dilakukan aktor. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kapasitas agen perubahan
dalam ketokohan adat. Dalam batas tertentu adat dipatuhi dalam ritual-ritual yang
secara tidak langsung telah mendorong terjadinya aktifitas ekonomi perempuan.
Daftar Pustaka
Abdurrahim AY. 2015. Kerentanan ekologi dan strategi penghidupan rumah
tangga petani di Pantai Utara Indramayu [Thesis]. [internet]. [diunduh
2017 Desember 6]. Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74248?show=full
Annisa D. 2008. Gender dalam rogram penanggulangan kemiskinan [Skripsi].
[internet]. [diunduh 2017 Desember 7]. Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44639
Asriwandarii, Hesti. 2007. Studi/Survey MMR – IMR dan Indikator Derajat
Kesehatan Provinsi Riau. LPPM Universitas Riau (tidak dipublikasikan)
P a g e | 672
=================================================================================================== Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat FISIP Universitas Riau Pekanbaru, 06 Desember 2018
________________. 2013. Orientasi nilai budaya pada komunitas dan Institusi
Sosial di Riau. LPPM Universitas Riau (tidak dipublikasikan).
______________________. 2016. Kekuatan Komunitas dalam Gerakan Sosial di
Riau. LPPM Universitas Riau (tidak dipublikasikan)
______________________. 2017. Analisis Dampak Kependudukan Terhadap
Munculnya Fenomena Kekerasan pada Perempuan & Anak di Kota
Pekanbaru. PSKPW Universitas Riau & Perwakilan BKKBN Provinsi
Riau.
BKKBN. 2010.. Maturation Age Of Marriage And Reproductive Rights For
Adolescents Indonesia. Jakarta (ID).
Brannen, Julia. 2005. Memadu Metode Penelitian; Kualitatif & Kuantitatif. Pustaka
Pelajar Offset : Yogyakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah dan presentase penduduk miskin, garis
kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan (p1), dan indeks keparahan
kemiskinan (p2) menurut provinsi, September 2014. [internet]. [diunduh
2017 Desember 2]. Tersedia pada: www.bps.go.id
Brannen, Julia. 2005. Memadu Metode Penelitian; Kualitatif & Kuantitatif. Pustaka
Pelajar Offset : Yogyakarta.
Damsar. 2016. Pengantar sosiologi ekonomi. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media
Group.
Firdaus M, Tenny A, Rizki AW. 2013. Pengeluaran rumah tangga nelayan dan
kaitannya dengan kemiskinan. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan; 8 (3): 49-58. [internet]. [diunduh 2016 Oktober 13]. Tersedia
pada:
http://bbpse.litbang.kkp.go.id/publikasi/jsosek/jurnal_2013_v8_no1_(5)_fu
ll.pdf
Hamdani H. 2013. Faktor penyebab kemiskinan nelayan tradisional [internet].
[diunduh 2017 Oktober 6]. Tersedia pada:
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/58737/Haris%20
Hamdani.pdf?sequence=1
Haryono TJS. 2015. Strategi kelangsungan hidup nelayan. Jurnal Berkala Ilmiah
Kependudukan. [internet]. [diunduh 2017 Oktober 13]. Tersedia pada:
http://www.madib.blog.unair.ac.id/files/2010/05/contoh-artkel-ilmiah-08-
tri-joko.pdf
P a g e | 673
=================================================================================================== Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat FISIP Universitas Riau Pekanbaru, 06 Desember 2018
Hidayati D, Sri S P, Ngadi, Makmuri S. 2012. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
dalam konteks bencana alam di Kabupaten Cilacap. [internet]. [diunduh
pada 2017 Desember 7]. Tersedia pada:
http://km.ristek.go.id/index.php/klasifikasi/detail/13384
Imron M. 2013. Kemiskinan dalam masyarakat nelayan. Jurnal Masyarakat dan
Budaya; 5 (1): 63-79. [internet]. [diunduh 2017 Oktober 13]. Tersedia
pada:
http://jurnalmasyarakatdanbudaya.com/index.php/jmb/article/view/259/23
7
Miles, M.B dan Huberman, A.M. 1992. Qualitative Data Analysis: A Source Of
New Methods. Beverly Hills: Sage Publication.
Purwanti P. 2010. Model ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil dalam
mencapai ketahanan pangan. Malang (ID): UB Press.
Purwanto EA. 2007. Mengkaji potensi kecil dan menengah (UKM) untuk
pembuatan kebijakan anti kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik; 10 (3): 295-324. [internet]. [diunduh 2017 Desember 13].
Tersedia pada: http://repository.ugm.ac.id/id/eprint/3609
Rosyid MI. 2013. Ekonomi kreatif dalam strategi nafkah masyarakat nelayan
[Skripsi] . [internet]. [diunduh 2017 Desember 6]. Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/66046/I13mir.pdf?s
equence=1&isAllowed=y
Rusdarti, Lesta KS. 2013. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kemiskinan di
Provinsi Jawa Tengah. Economia; 9: 1-9. [internet]. [diunduh 2017
November 12]. Tersedia pada:
journal.uny.ac.id/index.php/economia/article/download/1371/1176
Satria A. 2009. Pesisir dan laut untuk rakyat. Bogor (ID): IPB Press.
Tain A. 2011. Penyebab kemiskinan rumah tangga nelayan di wilayah tangkap
lebih Jawa Timur. Humanity; 7: 1-10. [internet]. [diunduh 2017 November
15]. Tersedia pada:
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/1401
Widodo S. 2011. Strategi nafkah berkelanjutan bagi rumah tangga miskin di
daerah pesisir. Makara Sosial Humaniora; 15: 10-20. [internet]. [diunduh
2017 September 15]. Tersedia pada:
hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/download/890/41
P a g e | 674
=================================================================================================== Prosiding Seminar Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat FISIP Universitas Riau Pekanbaru, 06 Desember 2018
Widodo S. 2012. Peran perempuan dalam sistem nafkah rumah tangga nelayan
[internet]. [diunduh 2015 Oktober 13]. Tersedia pada:
pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/PERAN-
PEREMPUAN-DALAM-SISTEM-NAFKAH-RUMAH-TANGGA-
NELAYAN.pdf
Winoto G. 2006. Pola Kemiskinan Nelayan Kelurahan Dompak Kota
Tanjungpinang [Thesis]. [internet]. [diunduh 2017 Desember 7]. Tersedia
pada: http://core.ac.uk/download/pdf/11717172.pdf
Top Related