Download - Perdarahan Uterus Abnormal

Transcript
Page 1: Perdarahan Uterus Abnormal

BAB I PENDAHULUAN

Dewasa ini perempuan menghadapi berbagai permasalahan. Salah satu

permasalahan yang dihadapi seorang perempuan adalah gangguan haid.

Gangguan haid ini mempunyai manifestasi klinis yang bermacam – macam

tergantung kondisi serta penyakit yang dialami seorang perempuan.

Menomethorragi merupakan suatu manifestasi klinis gangguan haid seorang

perempuan dimana jumlah atau volume serta lamanya periode menstruasi lebih

lama dari biasanya.1

Gangguan perdarahan uterus abnormal merupakan suatu penyakit, dimana

salah satunya adalah Disfungsional Uterine Bleeding. Disfungsional uterine

bleeding merupakan suatu perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya

dengan sebab organik, dimana terjadi perdarahan abnormal di dalam atau diluar

siklus haid oleh karena gangguan mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-

ovarium-endometrium. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur

antara menarche dan menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai

sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari

wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional

berumur diatas 40 tahun, dan 3 % di bawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek

banyak dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi

karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan

di rumah sakit. Klasifikasi jenis endometrium yaitu jenis sekresi atau nonsekresi

sangat penting dalam hal menentukan apakah perdarahan yang terjadi jenis

ovulatoar atau anovulatoar.1

Adapun gambaran terjadinya perdarahan uterus disfungsional antara lain

perdarahan sering terjadi setiap waktu dalam siklus haid. Perdarahan dapat

bersifat sedikit-sedikit, terus-menerus atau banyak dan berulang-ulang dan

biasanya tidak teratur. Penyebab perdarahan uterus disfungsional sulit diketahui

1

Page 2: Perdarahan Uterus Abnormal

dengan pasti tapi biasanya dijumpai pada sindroma polikistik ovarii, obesitas,

imaturitas dari poros hipotalamik-hipofisis-ovarium, misalnya pada masa

menarche, serta ganguan stres bisa mengakibatkan manifestasi penyakit ini.2

Diagnosis perdarahan uterus disfungsional memerlukan suatu anamnesis

yang cermat. Karena dari anamnesis yang teliti tentang bagaimana mulainya

perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh

oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan, lama perdarahan, dan sebagainya.

Selain itu perlu juga latar belakang keluarga serta latar belakang emosionalnya.

Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda – tanda yang menunjukkan ke

arah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun dan

lain – lain. Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan

– kelainan organik yang menyebabkan perdarahan abnormal ( polip, ulkus, tumor,

kehamilan terganggu ). Pada seorang perempuan yang belum menikah biasanya

tidak dilakukan kuretase tapi wanita yang sudah menikah sebaiknya dilakukan

kuretase untuk menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan histopatologi biasanya

didapatkan endometrium yang hiperplasia. 2

Penanganan atau penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional sangat

komplek, jadi sebelum memulai terapi harus disingkirkan kemungkinan kelainan

organik. Adapun tujuan penatalaksaan perdarahan uterus disfungsional adalah

menghentikan perdarahan serta memperbaiki keadaan umum penderita. Terapi

yang dapat diberikan antara lain kuretase pada panderita yang sudah menikah,

tetapi pada penderita yang belum menikah biasanya diberikan terapi secara

hormonal yaitu dengan pemberian estrogen, progesteron, maupun pil kombinasi.

Adapun tujuan pemberian hormonal progesteron adalah untuk memberikan

keseimbangan pengaruh pemberian estrogen. Dan pemberian pil kombinasi

bertujuan merubah endometrium menjadi reaksi pseudodesidual.2

2

Page 3: Perdarahan Uterus Abnormal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Perdarahan uterus abnormal termasuk didalamnya adalah perdarahan

menstruasi abnormal, dan perdarahan akibat penyebab lain seperti kehamilan, penyakit

sistemik, atau kanker. Diagnosis dan manajemen dari perdarahan uterus abnormal saat

ini menjadi sesuatu yang sulit dalam bidang ginekologi. Pasien mungkin tidak bisa

melokalisir sumber perdarahan berasal dari vagina, uretra, atau rektum. Pada wanita

menyusui, komplikasi kehamilan harus selalu dipikirkan, dan perlu diingat adanya dua

keadaan sangat mungkin terjadi secara bersamaan (misal mioma uteri dan kanker leher

rahim).3

Pola dari perdarahan uterus abnormal

Penggolongan standar dari perdarahan abnormal dibedakan menjadi 7 pola:

1) Menoragia (hipermenorea) adalah perdarahan menstruasi yang banyak dan

memanjang. Adanya bekuan-bekuan darah tidak selalu abnormal, tetapi dapat

menandakan adanya perdarahan yang banyak. Perdarahan yang ‘gushing’ dan

‘open-faucet’ selalu menandakan sesuatu yang tidak lazim. Mioma submukosa,

komplikasi kehamilan, adenomiosis, IUD, hiperplasia endometrium, tumor ganas,

dan perdarahan disfungsional adalah penyebab tersering dari menoragia.

2) Hipomenorea (kriptomenorea) adalah perdarahan menstruasi yang sedikit, dan

terkadang hanya berupa bercak darah. Obstruksi seperti pada stenosis himen atau

serviks mungkin sebagai penyebab. Sinekia uterus (Asherman’s Syndrome) dapat

menjadi penyebab dan diagnosis ditegakkan dengan histerogram dan histeroskopi.

Pasien yang menjalani kontrasepsi oral terkadang mengeluh seperti ini, dan dapat

dipastikan ini tidak apa-apa.

3) Metroragia (perdarahan intermenstrual) adalah perdarahan yang terjadi pada

waktu-waktu diantara periode menstruasi. Perdarahan ovulatoar terjadi di tengah-

3

Page 4: Perdarahan Uterus Abnormal

tengah siklus ditandai dengan bercak darah, dan dapat dilacak dengan memantau

suhu tubuh basal. Polip endometrium, karsinoma endometrium, dan karsinoma

serviks adalah penyebab yang patologis. Pada beberapa tahun administrasi estrogen

eksogen menjadi penyebab umum pada perdarahan tipe ini.

4) Polimenorea berarti periode menstruasi yang terjadi terlalu sering. Hal ini

biasanya berhubungan dengan anovulasi dan pemendekan fase luteal pada siklus

menstruasi.

5) Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi pada interval yang iregular.

Jumlah dan durasi perdarahan juga bervariasi. Kondisi apapun yang menyebabkan

perdarahan intermenstrual dapat menyebabkan menometroragia. Onset yang tiba-

tiba dari episode perdarahan dapat mengindikasikan adanya keganasan atau

komplikasi dari kehamilan.

6) Oligomenorea adalah periode menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari. Amenorea

didiagnosis bila tidak ada menstruasi selama lebih dari 6 bulan. Volume perdarahan

biasanya berkurang dan biasanya berhubungan dengan anovulasi, baik itu dari

faktor endokrin (kehamilan, pituitari-hipotalamus) ataupun faktor sistemik

(penurunan berat badan yang terlalu banyak). Tumor yang mengekskresikan

estrogen menyebabkan oligomenorea terlebih dahulu, sebelum menjadi pola yang

lain.

7) Perdarahan kontak (perdarahan post-koitus) harus dianggap sebagai tanda dari

kanker leher rahim sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penyebab lain dari

perdarahan kontak yang lebih sering yaitu servikal eversi, polip serviks, infeksi

serviks atau vagina (Tichomonas) atau atropik vaginitis. Hapusan sitologi negatif

tidak menyingkirkan diagnosis kanker serviks invasif, kolposkopi dan biopsi

sangat dianjurkan untuk dilakukan.3

Perdarahan Bukan Haid

Yang dimaksudkan disini ialah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.

Perdarahan itu tampak terpisahdan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis perdarahan

ini menjadi satu; yang pertama dinamakan metroragia,yang kedua menometroragia.

4

Page 5: Perdarahan Uterus Abnormal

Metroragia atau menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat

genital atau oleh kelainan fungsional.1

2.2 Etiologi

Sebab-sebab organik

Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada:

a) Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio

uteri, karsinoma servisis uteri;

b) Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus iminens, abortus sedang

berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio

uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri;

c) Tuba Falopii, seperti kehamilan ektoplik terganggu, radang tuba, tumor tuba;

d) Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.

Sebab-sebab fungsional

Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik,

dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada

setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi , kelainan ini lebih sering

dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari

wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur

diatas 40 tahun, dan 3% dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak

dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena

keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah

sakit.1

2.3 Patologi

Schröder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan

ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan

yang dinamakan metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak

5

Page 6: Perdarahan Uterus Abnormal

pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya,

terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan

terus–menerus. Penjelasan ini masih dapat diterima untuk sebagian besar kasus-

kasus perdarahan disfungsional.1,4

Akan tetapi, penelitian menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat

ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yakni endometrium

atrofik, hiperplastik, proliferatif, dan sekretoris, dengan endometrium jenis

nonsekresi merupakan bagian terbesar. Pembagian endometrium dalam

endometrium jenis nonsekresi dan endometrium jenis sekresi penting artinya,

kakarena dengan dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulatoar

dan yang ovulatoar. Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis

6

Gambar 1. Siklus Menstruasi Manusia

Page 7: Perdarahan Uterus Abnormal

perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan

memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang

ovulatoar gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular,

vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti,

sedangkan perdarahan anovulatoar biasanya dianggap bersumber pada gangguan

endokrin.1

2.4 Gambaran Klinik

Perdarahan Ovulatoar

Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan

siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakkan

diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid.

Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi,

maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah

dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya

sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:

1. Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang

bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari

kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul

sering menunjukkan banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum

persistens dapat pula menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur

(irregular shedding). Diagnosis irregular shedding dibuat dengan kerokan yang

tepat pada waktunya, yakni menurut Mc Lennon pada hari ke-4 mulainya

perdarahan. Pada waktu ini dijumpai endometrium dalam tipe sekresi

disamping tipe nonsekresi.

2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,

menoragia, atau polimenore. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron

disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil

biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran

endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

7

Page 8: Perdarahan Uterus Abnormal

3. Apopleksia uteri : pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya

pembuluh darah dalam uterus.

4. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam

mekanisme pembekuan darah.

Perdarahan anovulatoar

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan

menurunnya kadar estrogen dibawah tingkta tertentu, timbul perdarahan yang

kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali.

Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut-pautnya dangan jumlah folikel yang pada

suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum

mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel-folikel baru. Endometrium

dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula

proliferatif dapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu

dijumpai pada sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan

bahwa perdarahan bersifat anovulatoar.

Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam

kehidupan menstrual seorang wanita, namun hal ini paling sering terdapat pada

masa pubertas dan pada masa pramenopause. Pada masa pubertas sesudah

menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya

proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan Releasing

Factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa

pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.

Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan

bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar, pada

seorang wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahab

tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor

ganas.

8

Page 9: Perdarahan Uterus Abnormal

Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit

metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun,

tumor-tumor ovarium, dan sebagainya.1,5 Akan tetapi, disamping itu, terdapat

banyak wanita dengan perdarahan disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit

tersebut diatas. Dalam hal ini stress yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, baik

didalam maupun di luar pekerjaan, kejadian-kejadian yang mengganggu

keseimbangan emosional seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian

obat penenang terlalu lama, dan lain-lain, dapat menyebabkan perdarahan

anovulatoar. Biasanya kelinan dalam perdarahan ini hanya untuk sementara waktu

saja.

2.5 Diagnosis

Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan

bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului siklus yang pendek atau oleh

oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau

tidak), lama perdarahan, dan sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu

diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinan penyakit metabolik,

penyakit endokrin, penyakit menahun, dan lain-lain. Kecurigaan terhadap salah satu

penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan pemeriksaan

dengan teliti ke arah penyakit yang bersangkutan. Pada pemeriksaan ginekologik

perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik, yang menyebabkan

perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu). Dalam hubungan

dengan pemeriksaan ini, perlu diketahui bahwa di negeri kita keluarga sangat

keberatan dilakukan pemeriksaan dalam pada wanita yang belum kawin, meskipun

kadang-kadang hal itu tidak dapat dihindarkan. Dalam hal ini dapat

dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan dengan menggunakan anestesia

umum.

Pada wanita dalam masa pubertas umumnya tidak perlu dilakukan kerokan guna

pembuatan diagnosis. Pada wanita berumur antara 20 dan 40 tahun kemungkinan

9

Page 10: Perdarahan Uterus Abnormal

besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan sebagainya.

Disini kerokan diadakan setelah dapat diketahui benar bahwa tindakan tersebut

tidak mengganggu kehamilan yang memberi harapan untuk diselamatkan. Pada

wanita dalam pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan ialah untuk

memastikan ada tidaknya tumor ganas.

2.6 Penanganan

Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak:

dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi transfusi darah. Setelah

pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan

tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat

dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan:

a. Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan

perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara intramuskulus dipropionas

estradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg.

Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul

lagi.

b. Progesteron : pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan

fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi

pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-

progesteron 125 mg, secara intramuskulus, atau dapat diberikan per os sehri

norethindrone 15 mg atau asetas medroksi-progesterone (Provera) 10 mg, yang

dapat diulangi. Terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.

Androgen mempunyai efek baik terhadap perdarahan disebabkan oleh hiperplasia

endometrium. Terapi ini tidak dapat diselenggarakan terlalu lama mengingat bahaya

virilisasi. Dapat diberikan proprionas testosteron 50 mg intramuskulus yang dapat

diulangi 6 jam kemudian. Pemberian metiltestosteron per os kurang cepat efeknya.

10

Page 11: Perdarahan Uterus Abnormal

Kecuali pada wanita dalam masa pubertas, terapi yang paling baik ialah dilatasi dan

kerokan. Tindakan ini penting, baik untuk terapi maupun diagnosis. Dengan terapi

ini banyak kasus perdarahan tidak terulang lagi. Apabila ada penyakit metabolik,

penyakit endokrin, penyakit darah, dan lain-lain yang menjadi sebab perdarahan,

tentulah penyakit itu harus ditangani.

Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsional timbul lagi, dapat

diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat karena

sebagian besar perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrinisme.

Pemberian progesteron saja berguna apabila produksi estrogen secara endogen

cukup. Dalam hubungan dengan hal-hal tersebut diatas, pemberian estrogen dan

progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan; untuk keperluan ini pil-pil

kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat dilakukan mulai hari ke-5 perdarahan

terus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21

siklus haid.

Androgen dapat berguna pula dalam terapi terhadap perdarahan disfungsional yang

berulang. Terapi per os umumnya lebih dianjurkan daripada terapi suntikan. Dapat

diberikan metiltestosteron 5 mg sehari; dalil dalam terapi androgen ialah pemberian

dosis yang sekecil-kecilnya dan sependek mungkin.

Terapi dengan klomifen, yang bertujuan untuk menimbulkan ovulasi pada

perdarahan anovulatoar, umumnya tidak seberapa banyak digunakan. Terapi ini

lebih tepat pada infertilitas dengan siklus anovulatoar sebagai sebab.

Sebagai tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan disfungsional terus-

menerus (walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali, dan yang sudah

mempunyai anak cukup) ialah histerektomi.

11

Page 12: Perdarahan Uterus Abnormal

PUD Perimenarche ( 10 – 15 tahun )

Jenis perdarahan

12

Px fisik umumPx ginekologi

Singkirkan kelainan organik

Hb, trombosit

Akut Kronis

Hb<8gr% Hb?gr%

Transfusi

Hentikan perdarahan

Pramarin 25 mg IV/5JAM

HEMATOLOGI

ABNORMAL NORMAL

Selama belum ada pemeriksaan, cegah haid dengan Depoprovera 150 mg IM/2 minggu

Lab rutinBMR

Normal Hipotiroid

3 minggu kemudian sitologi serial & hormonal darah

Rujuk Endokrin peny.dalam

Obesitas, FSH, LH normal anovulasi

Konsultasi gizi (turunkan BB )

Picu ovulasi (simak dengan SBB/progestone darah )

Anovulasi, FSH, LH

Picu ovulasi (simak dengan SBB/progesterone darah)

Normal Abnormal

Hematologi

Rujuk untuk penanganan hematologi

Gambar 2. Algoritme PUD Perimenarche

Page 13: Perdarahan Uterus Abnormal

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Anna Florida Muda Rondi

Umur : 17 tahun

Tempat/ Tgl lahir : Kererobbo, 8 September 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Pekerjaan : Siswa

Alamat : Jl. Jempiring No. 20 Semarapura

Nama Orang Tua : Yosep Muda Rondi/ Veronika Nida Bili

Pekerjaan : Petani

3.2 Anamnesis

Keluhan utama: haid lama dan banyak

Anamnesis umum

Pasien datang dengan keluhan haid lama dan banyak sejak tanggal 2 April 2011

hingga tanggal 16 April 2011 (saat MRS). Darah yang keluar selama menstruasi

merupakan darah segar dengan jumlah yang banyak sehingga pasien harus ganti

pembalut hingga 5-10 kali. Ini bukan merupakan kejadian pertama yang pernah dialami

pasien, sebelumnya pasien pernah dirawat di RS Sanglah dan RS Klungkung pada

bulan Agustus 2010 dan akhir Januari 2011 selama 4 hari dengan keluhan yang sama

dan telah mendapatkan transfusi secara berurut sebanyak 2 dan 4 kantong darah. Pasien

juga mengeluh mengalami pusing. Pendarahan yang dialami pasien tanpa disertai nyeri

perut. BAB/ BAK normal.

Anamnesis khusus

Riwayat menstruasi

13

Page 14: Perdarahan Uterus Abnormal

Pasien menarche umur 13 tahun, pada 2 tahun pertama pasien mengatakan

mendapatkan haid secara teratur namun mulai berubah sejak pasien berumur 15 tahun

dimana pasien mendapat haid dalam waktu lebih lama (1-2 minggu) dengan jumlah

yang lebih banyak hingga harus mengganti pembalut 5-10 kali sehari. Pada saat

menstruasi pasien tidak mengalami nyeri perut yang bermakna, namun pasien

mengeluhkan kehilangan nafsu makan dan mengeluh lemas.

Riwayat obstetri

Pasien belum memiliki riwayat kehamilan

Riwayat pernikahan

Pasien belum menikah

Riwayat KB

Pasien tidak sedang memakai KB

Riwayat penyakit terdahulu

Pada bulan Agustus 2010 dan Januari 2011 pasien pernah dirawat di RS dengan

keluhan serupa dan mendapat transfusi darah, riwayat penyakit metabolik dann

penyakit menahun lainnya disangkal

Riwayat penyakit dalam keluarga

Pasien memiliki seorang adik perempuan yang pernah masuk MRS dan mendapatkan

transfusi darah karena mengalami keluhan serupa dengan pasien namun berbeda halnya

dengan ibu serta keluarga terdekat pasien yang lain.

Riwayat alergi obat

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat sebelumnya

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Present

Ku : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)

TD : 100/70 mmHg

N : 98x/menit

RR : 20x/menit

14

Page 15: Perdarahan Uterus Abnormal

Tax : 36,5 C

Status general

Mata : anemia +/+, ikterus -/-

THT : tampak tenang

Thorax : Cor: Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 MCLS

Perkusi : dullness, batas jantung tidak ada kelainan

Auskultasi: S1S2 tunggal regular murmur (-)

Pulmo: Inspeksi: simetris pada saat statis dan dinamis

Palpasi : VF N/N

Perkusi : Sonor / sonor

Auskultasi: Vesikuler +/+ Rhonki-/- Wheezing -/-

Abdomen : sesuai status ginekologi

Extremitas: hangat(+) edema(-)

Status Ginekologi

Abdomen: Inspeksi : distensi (-)

Auskultasi: bising usus normal

Palpasi : tinggi fundus uteri tak teraba

Perkusi : timfani

RT : mukosa licin, uterus normal, sfingter ani normal, himen intak

3.4 Pemeriksaan Laboratorium

Leukosit= 8.600/mm3

Eritrosit= 3,14 x 106/mm3

Trombosit= 482.000/mm3

Hemoglobin= 6,5 mg/dl

Hematokrit= 19%

MCV= 61 um3

MCH= 20,7 PG3

3.5 Pemeriksaan USG

15

Page 16: Perdarahan Uterus Abnormal

USG tidak tampak adanya massa pada uterus dan adneksa

3.6 Resume

Pasien perempuan umur 17 tahun suku Flores datang dengan keluhan haid lama dan banyak

sejak tanggal 2 April 2011 hingga tanggal 16 April 2011 (saat MRS). Darah yang keluar

selama menstruasi merupakan darah segar dengan jumlah yang banyak sehingga pasien

harus ganti pembalut hingga 5-10 kali. Ini bukan merupakan kejadian pertama yang pernah

dialami pasien. Selain itu pasien juga mengeluh pusing dan lemas terutama pada saat

menstruasi. Pada bulan Agustus 2010 dan Januari 2011 pasien pernah dirawat di RS dengan

keluhan serupa dan mendapat transfusi darah. Keluhan yang sama juga dirasakan oleh adik

pasien.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 98x/menit, respirasi

20x/menit, suhu badan 36,5 C. Status general menunjukkan konjungtiva pasien pucat

sedangkan status general yang lain dalam batas normal. Status ginekologi pasien

menunjukkan distensi (-), bising usus normal, tinggi fundus uteri tak teraba, perkusi

abdomen timfani. Hasil RT menunjukkan mukosa licin, uterus normal, sfingter ani normal,

himen intak. Hasil lab menunjukkan leukosit 8.600/mm3 ,eritrosit 3,14 x 106/mm3,

trombosit 482.000/mm3, hemoglobin 6,5 mg/dl, hematokrit 19%, MCV 61 um3, MCH 20,7

PG3 . Pada USG tidak tampak adanya massa pada uterus dan adneksa

3.7 Diagnosis kerja

DUB + anemia sedang hipokromik mikrositer

3.8 Rencana Kerja

MRS (bed rest)

Perbaiki KU

Transfusi PRC sampai Hb > 10g/dL

Plasmin 3x1

Asam Traneksamat

Regumen 2x1

B complex

Rencana diagnostik

Tes fungsi hati

16

Page 17: Perdarahan Uterus Abnormal

BUN SC +Faal hemostasis

Follow up (17 April 2011)

Perdarahan (+) 3x ganti pembalut, pucat (-), pusing (-), BAK (+), BAB(-), nyeri perut (-)

Status Present

Ku : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)

TD : 100/70 mmHg

N : 80x/menit

RR : 20x/menit

Tax : 36,1 C

Status general

Mata : anemia +/+, ikterus -/-

THT : tampak tenang

Thorax : Cor: Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 MCLS

Perkusi : dullness, batas jantung tidak ada kelainan

Auskultasi: S1S2 tunggal regular murmur (-)

Pulmo: Inspeksi: simetris pada saat statis dan dinamis

Palpasi : VF N/N

Perkusi : Sonor / sonor

Auskultasi: Vesikuler +/+ Rhonki-/- Wheezing -/-

Abdomen : sesuai status ginekologi

Extremitas: hangat(+) edema(-)

Status Ginekologi

Abdomen: Inspeksi : distensi (-)

Auskultasi: bising usus normal

Palpasi : tinggi fundus uteri tak teraba

Perkusi : timfani

RT : mukosa licin, uterus normal, sfingter ani normal, himen intak

17

Page 18: Perdarahan Uterus Abnormal

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Diagnosis

Seorang pasien wanita 17 tahun datang dengan keluhan menstruasi yang lama

dan banyak sejak tanggal 2 April 2011. Darah yang keluar adalah darah segar,

dan tiap harinya pasien harus mengganti pembalut 5-10 kali. Keluhan serupa

pernah dialami pasien pada bulan Agustus 2010 dan Januari 2011. Nyeri pada

perut disangkal, BAK dan BAB pasien normal. Riwayat menstruasi pasien

dikatakan berubah sejak dua tahun lalu, dimana menstruasinya dikatakan

semakin banyak dan lama hingga 1-2 minggu. Saat menstruasi yang dialami

cukup banyak, pasien akan mengalami penurunan nafsu makan. Riwayat

penyakit lain disangkal.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah yang rendah yaitu 100/70

mmHg dan Nadi yang cepat 98 kali/menit. Ini mengarah ke keadaan pre-shock.

Status general didapatkan anemis pada kedua mata, yang menandakan pasien

mengalami anemia. Dari pemeriksaan rectal toucher, didapatkan uterus yang

normal.

Pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia sedang dengan morfologi

hipokromik mikrositer. Dari pemeriksaan USG tidak ditemukan adanya massa

pada uterus, adnexa maupun vagina.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dicurigai adanya perdarahan uterus yang

abnormal. Karena dari USG tidak ditemukan adanya kelainan organik, maka

kemungkinan besar pasien mengalami perdarahan disfungsional dari uterus.

Sehingga pasien didiagnosa sebagai “Disfungsional Uterine Bleeding” +

Anemia sedang hipokromik mikrositer.

4.2 Faktor Predisposisi atau etiologi

Faktor penyebab perdarahan uterus abnormal tidak selalu diketahui dengan

pasti. Perdarahan disebabkan baik akibat faktor organik, maupun faktor

fungsional. Perdarahan uterus disfungsional paling sering disebabkan oleh

18

Page 19: Perdarahan Uterus Abnormal

ketidakseimbangan hormon akibat dari korpus luteum persistens, insufisiensi

korpus luteum, apopleksia uteri, dan kelainan darah.

4.3 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan utama pada pasien dengan perdarahan adalah hentikan

perdarahan. Obat yang dipilih untuk menghentikan perdarahan pada kasus ini

adalah asam traneksamat sebagai anti-trombolitik, dan regumen

(Norethisterone) yang membantu kerja progesteron dalam menghentikan

perdarahan.

Darah yang hilang diestimasi cukup banyak, terlihat dari tekanan darah, nadi,

dan kadar Hemoglobin yang tidak normal, sehingga perlu dilakukan resusitasi

cairan. Pada pasien ini, sudah dilakukan transfusi darah, diusahakan agar Hb

menjadi 10 gr/dL.

Dilatasi dan kuretase pada pasien ini tidak dianjurkan dalam pembuatan

diagnosis, mengingat keganasan pada usia pubertas sangat jarang terjadi.

4.4 Prognosis

Prognosis pada pasien ini adalah dubius ad bonam, karena kemungkinan

keganasan kecil sekali, dan ada harapan bahwa lambat-laun siklus haid menjadi

normal.

19

Page 20: Perdarahan Uterus Abnormal

BAB V

KESIMPULAN

Telah diuraikan kasus wanita 17 tahun, belum menikah dengan keluhan

menstruasi yang lama dan banyak. Dari hasil pemeriksaan klinis didiagnosa dengan

‘disfungsional uterine bleeding’ dan anemia sedang hipokromin mikrositer. Pasien

diberikan asam traneksamat, dan norethisterone untuk menghentikan perdarahan,

serta transfusi darah sebanyak 4 kantong, dan sampai saat tulisan ini dibuat, pasien

masih dirawat di ruangan untuk pemulihan keadaan umum.

Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan dari uterus yang tidak ada

hubungannya dengan sebab organik. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada

setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi , kelainan ini lebih sering

dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari

wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur

diatas 40 tahun, dan 3% dibawah 20 tahun.

Pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional biasanya sangat banyak:

dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi transfusi darah. Setelah

pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan

tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi

dengan hormon steroid lalu dapat diberikan terapi hormonal seperti estrogen atau

progesteron.

20

Page 21: Perdarahan Uterus Abnormal

DAFTAR PUSTAKA

1. Simanjuntak Pandapotan. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam : Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kandungan. Edisi 5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2005 : pp. 223-228

2. Karkata Kornia Made, et al, Perdarahan Uterus Disfungsional, dalam : Pedoman Diagnosis-Terapi dan Bagan Alir Pelayanan Pasien, 2003 : pp 68 - 71

3. Silberstein Taaly, Complications of Menstruation; Abnormal Uterine Bleeding. Dalam : DeCherney Alan H; Nathan Lauren, Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis and Treatment, 9th Edition, Los Angeles:Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2003 : pp 623-630

4. Bulun E Serdar, et al, The Physiology and Pathology of the Female Reproductive Axis, dalam William Textbook of Endocrinology, 10th Edition, Elsevier 2003 : pp 587-599

5. Chou Betty, Vlahos Nikos, Abnormal Uterine Bleeding, dalam : The John Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics, 2nd Edition , 2002 : p.42

21