Laporan Penelitian Komparatif Metode Penelitian & Statistik II
Perbedaan Humor Styles Berdasarkan Jenis
Kelamin Mahasiswa di Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia
Disusun oleh :
Alfinia Novadilla (1006688565)
Andra Septian (1006663801)
Diva Marini Octavia (1006663934)
Fenesha Flourencia E.M. (1006664003)
Komang Bara Wedaloka (1006762184)
Rahmadianty Gazadinda (1006756250)
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
Depok, 2011
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metodologi Penelitian dan Statistika II.
Makalah ini berisi gambaran tentang perbedaan humor styles berdasarkan jenis
kelamin pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Kami
menyadari bahwa selama penyelesaian makalah ini, kami banyak memperoleh
bantuan dan bimibingan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Mbak Sherly Saragih Turnip, S.Psi., M.Phil dan Mas Andi Supandi Suaid
Koentary, S.Psi., M.Si selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian
dan Statistika II yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk
mengarahkan dan membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
2. Orangtua kami yang telah memberikan banyak bantuan, baik bantuan
moril maupun materil.
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
angkatan 2008, 2009, 2010, dan 2011, atas bantuan dan kontribusinya
karena telah bersedia untuk menjadi partisipan dalam penelitian kami.
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, atas
dukungan dan masukannya.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
memberikan banyak bantuan dan masukan dalam penyelesaian makalah
ini.
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami bersedia menerima kritik dan saran untuk bisa menjadi lebih
baik lagi dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Depok, 13 Desember 2011
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hampir setiap orang mengharapkan suatu kesenangan dan kebahagiaan di dalam
hidupnya. Perasaan senang seseorang diperlukan agar dapat menikmati kehidupan
yang dijalaninya. Menurut beberapa psikolog, kesenangan dan kebahagiaan
bersifat sangat subjektif, sehingga setiap orang akan memiliki indikator yang
berbeda-beda untuk merasa senang. Oleh karena itu, kita tidak dapat selalu
memastikan sumber dari kesenangannya tersebut, namun kita dapat melihat
perasaan senang yang sedang dialami oleh seseorang dilihat dari tingkah lakunya.
Rasa senang dan bahagia biasanya identik dengan adanya senyum dan tawa.
Menurut penelitian Gerry Hopman (ND), motivator humor, ada hubungan yang
erat antara perilaku tertawa dan humor, dimana perilaku tertawa selalu terjadi
pada saat ada interaksi antarsatu sama lain. Munculnya perilaku tawa pada saat
terjadi interaksi dengan orang lain bisa menjadi salah satu indikasi bahwa ada
sesuatu hal yang lucu antarsatu sama lain yang dirasakan menyenangkan.
Perasaan menyenangkan yang muncul pada saat berinteraksi tersebut dapat
diperkirakan sebagai pengaruh dari humor itu sendiri. Humor diyakini mampu
menciptakan tipe kepribadian yang positif di dalam diri seseorang (Cann et al,
2010). Oleh karena itu, keberadaan humor memberikan dampak yang positif saat
kita sedang berinteraksi dengan orang lain.
Hakikat kita sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, menjadikan
kita perlu dan harus berinteraksi dengan orang lain. Selayaknya berinteraksi
dengan orang lain, kita tidak dapat memilih kepada siapa kita akan berinteraksi.
Kita tidak dapat selalu berinteraksi hanya dengan orang yang memiliki persamaan
dengan kita, seperti jenis kelamin. Seringkali kita diharuskan untuk berinteraksi
dengan orang yang berjenis kelamin yang berbeda dengan kita. Perbedaan jenis
kelamin tersebut tentunya akan mempengaruhi cara berinteraksi kita, termasuk
dengan cara humor satu sama lain.
Menurut Düşünceli (2011), humor adalah salah satu kemampuan yang dimiliki
oleh seorang individu yang cenderung dibangun oleh skill dan budaya nya. Skill
setiap orang tentunya berbeda-beda. Seperti umumnya perbedaan yang terdapat
pada laki-laki dan perempuan, skill satu sama lain juga akan berbeda, sehingga
gaya humor antara laki-laki dan perempuan pun akan berbeda. Perbedaan gaya
humor ini seringkali menimbulkan kesalahpahaman antara satu sama lain.
Beberapa kali kita dapat melihat jika sekelompok perempuan berkumpul ataupun
sekelompok laki-laki berkumpul, mereka akan sangat terlihat merasa senang dan
tertawa-tawa. Tetapi pada suatu kesempatan, dimana mereka berkumpul bersama
yang didalamnya ada sekelompok laki-laki dan perempuan, keakraban dalam
bentuk tawa biasanya agak berkurang. Seringkali kita melihat sekumpulan
perempuan mengernyitkan dahinya ketika melihat sekumpulan laki-laki tertawa
terbahak-bahak karena sesuatu hal, sebaliknya sekumpulan laki-laki juga sering
tidak mengerti mengapa sekumpulan perempuan bisa tertawa cekikikan karena
sesuatu hal. Ketidaksinkronan antara perempuan dan laki-laki dalam hal
mendefinisikan sesuatu hal yang lucu bisa jadi menunjukkan adanya perbedaan
gaya humor antar satu sama lain sehingga dapat mempengaruhi interaksi
keduanya.
Kalangan mahasiswa menjadi satu komunitas yang patut dijadikan konsentrasi
untuk melihat interaksi yang terjadi di dalamnya. Sebagai sekumpulan orang yang
memiliki tugas dan kewajiban yang tidak berbeda jauh, yaitu menyelesaikan
studinya di tingkat perguruan tinggi, mereka hampir dapat dipastikan memiliki
beban kewajiban yang setara, khususnya dalam hal penyelesaian tugas akademik.
Tuntutan penyelesaian tugas akademik membuat mereka sering berinteraksi
antarsatu sama lain dan tidak jarang kita melihat mereka berkumpul bersama
membentuk suatu kelompok-kelompok.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia adalah salah satu fakultas yang terkenal
memiliki beban tugas kelompok yang cukup banyak sehingga mahasiswa
memiliki tuntutan yang lebih banyak untuk saling berinteraksi dan berkumpul satu
sama lain. Beban tugas yang harus diselesaikan mahasiswa seringkali menuntut
mereka untuk menikmati hal tersebut demi terselesaikannya tanggung jawab yang
dimiliki. Salah satu cara untuk menikmati pengerjaan tugas-tugas tersebut adalah
dengan cara saling bercanda atau membuat lelucon.
Menurut beberapa hasil observasi dan pengalaman kelompok kami, anggota suatu
kelompok seringkali membuat lelucon ketika mereka sudah cukup lama
mengerjakan tugas bersama dan mulai merasa lelah dalam mengerjakan tugas
tersebut. Segala sesuatu hal bisa saja dibuat sebagai bahan tertawaan mereka, tak
jarang lelucon yang dibuat adalah dengan cara mengejek atau menyakiti salah
seorang teman. Obrolan akan sesuatu hal juga seringkali dijadikan sebagai bahan
lelucon untuk berinteraksi antarsatu sama lain. Namun sering juga bahan lelucon
yang dibuat oleh kita atau teman kita terasa tidak menyenangkan, tetapi untuk
orang lain terasa sangat lucu. Kejadian perbedaan persepsi akan suatu lelucon
lebih sering terjadi pada lelucon yang dibuat oleh teman yang berbeda jenis
kelamin dengan kita. Kejadian seperti ini bisa mengubah keadaan, yang awalnya
terasa nyaman, menjadi timbul rasa ketidaknyamanan dalam berinteraksi.
Keadaan ini tentunya akan mempengaruhi interaksi dengan orang lain.
Lekatnya kegiatan humor di kehidupan mahasiswa, khususnya ketika berinteraksi
dengan teman-temannya, membuat gaya humor seseorang patut untuk
diperhatikan. Urgensial humor di dalam kegiatan interaksi seseorang dengan
orang lain pun patut untuk diteliti juga karena persepsi humor setiap orang
ternyata berbeda-beda yang kemudian dapat mempengaruhi hubungan dan
kegiatan interaksi antarsatu sama lain. Ada banyak faktor yang menyebabkan
munculnya perbedaan persepsi humor bagi setiap individu, salah satunya adalah
perbedaan jenis kelamin. Oleh karena itu, kelompok kami merasa perlu untuk
meneliti perbedaan humor style antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dan akan dijawab pada penelitian kali ini
adalah : Apakah ada perbedaan humor style berdasarkan jenis kelamin
pada mahasiswa Fakultas Psikologi?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan
humor style antara perempuan dan laki-laki pada mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Memberikan sumbangan informasi tentang perbedaan humor
style berdasarkan jenis kelamin yang diharapkan dapat berguna
untuk ilmu pengetahuan psikologi khususnya yang berkaitan
dengan hubungan interpersonal
2. Memberikan informasi serta memicu dilakukannya penelitian-
penelitian sejenis sebagai bahan perbandingan dan diskusi.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi, wawasan dan pelajaran bagi peneliti
dalam melakukan penelitian selanjutnya
2. Memperkaya penelitian, memperluas wawasan dan informasi
masyarakatnya, khususnya Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia mengenai gambaran perbedaan humor style antara
laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
3. Memberikan informasi mengenai cara berinteraksi yang
berkaitan dengan penggunaan humor style, sehingga cara
interaksi yang dipilih dan digunakan lebih dapat dipahami dan
diaplikasikan selanjutnya pada kegiatan sehari-hari yang
berkaitan dengan hubungan interpersonal.
1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Pada bab ini, peneliti membahas mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan laporan.
Bab 2 : Tinjauan pustaka
Pada bab ini, peneliti membahas tentang teori-teori dan penelitian
terdahulu yang mirip, sesuai dan berhubungan dengan topik yang dibahas
dalam penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai acuan bagi
penelitian ini yang bersifat ilmiah.
Bab 3 : Masalah, hipotesis dan metode penelitian
Pada bab ini, peneliti membahas tentang masalah penelitian, hipotesis, dan
metode penelitian yang digunakan, berisi tentang subjek penelitian,
instrumen atau alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian dan metode
analisis.
Bab 4 : Analisis data dan interpretasi
Pada bab ini, peneliti membahas tentang analisis data yang telah diperoleh
dari penelitian di lapangan dan menginterpretasikan hasil analisis data
yang telah didapat tersebut.
Bab 5 : Kesimpulan, diskusi dan saran
Pada bab ini, peneliti membahas tentang kesimpulan yang diperoleh
peneliti dari hasil penelitiannya, jawaban atas masalah yang diajukan dan
memutuskan apakah hipotesis penelitian ditolak atau diterima berdasarkan
analisis data dan interpretasi, membandingkan hasil penelitiannya dengan
hasil penelitian sebelumnya, serta mengevaluasi segala kekurangan yang
terjadi selama penelitian. Saran-saran praktis dan metodologis yang sesuai
dengan masalah dan hasil yang diperoleh dari penelitian juga dipaparkan
pada bab ini.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Definisi Humor
Humor adalah istilah yang luas yang mengacu kepada segala hal yang
dilakukan dan diucapkan oleh seseorang yang dianggap lucu dan
cenderung membuat orang lain tertawa, serta melibatkan proses mental
untuk menciptakan dan memahami stimulus lucu, serta menghasilkan
respon afektif. Menurut Düşünceli (2011), humor adalah salah satu
kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu yang cenderung dibangun
oleh skill dan budayanya. Dari kedua pengertian ini, kita dapat berasumsi
bahwa kemampuan melakukan dan mengucapkan sesuatu hal yang
dianggap lucu serta menciptakan dan memahami stimulus yang lucu itu
bukanlah sesuatu hal yang mudah karena membutuhkan skill tertentu dan
dipengaruhi oleh budaya pula.
Menurut Martin (2007) dalam perspektif psikologis, humor dapat
dibagi menjadi empat komponen, yaitu :
a. Konteks Sosial
Humor merupakan bentuk dari fenomena social. Seseorang
lebih sering tertawa dan bercanda ketika sedang bersama orang lain
daripada saat sendirian. Orang-orang terkadang tertawa ketika mereka
sendirian, seperti saat menonton sebuah acara komedi di televisi atau
mengingat pengalaman pribadi yang lucu. Namun, contoh tawa seperti
ini biasanya dapat dilihat sebagai “pseudo-sosial” yang terjadi di
lingkungan sekitar, dikarenakan seseorang masih menanggapi karakter
dalam program televisi atau menghidupkan kembali memori terhadap
sebuah acara yang melibatkan orang lain.
b. Proses Kognitif-perseptual dalam Humor
Humor merupakan bagian dari kognisi. Untuk menghasilkan
humor, individu perlu untuk memproses informasi yang datang dari
lingkungan atau dari memori secara mental, bermain dengan ide-ide,
atau tindakan dengan cara kreatif, sehingga menghasilkan lelucon atau
tindakan nonverbal yang dirasakan oleh orang lain sebagai hal yang
lucu. Dalam persepsi humor, seseorang memperoleh sebuah informasi
melalui mata dan telinganya kemudian memproses informasi secara
kognitif dan memberikan penilaian apakah informasi tersebut
merupakan hal yang tidak serius, menyenangkan, dan humoris atau
sebaliknya.
c. Respon Emosional
Persepsi humor juga selalu menimbulkan respon emosional
yang menyenangkan, setidaknya pada tingkat intensitas tertentu. Studi
psikologis telah menunjukkan bahwa adanya exposure terhadap
stimulus humor menghasilkan peningkatan terhadap pengaruh positif
dan mood (suasana hati).
d. Vokal-Ekspresi Perilaku Tertawa
Humor memiliki komponen ekspresif yaitu tertawa dan
tersenyum. Pada intensitas rendah, emosi ekspresif ini juga dapat
berupa senyuman samar yang dapat berubah menjadi senyum
sumringah dan semakin lama menjadi tertawa akibat adanya
peningkatan intensitas emosional.
2.1.2. Dimensi Humor
Martin (2007), membedakan fungsi humor dalam kehidupan sehari-
hari dengan model 2x2, yaitu :
a. Mengembangkan diri
Penggunaan humor sebagai pengembangan diri ialah fungsi
humor sebagai metode coping stres atau sebagai mekanisme
pertahanan diri. Hal ini juga terkait dengan fungsi humor sebagai
bentuk pelepasan ketegangan dan ketika menghadapi masa-masa sulit.
b. Mengembangkan hubungan dengan orang lain
Penggunaan humor untuk mengembangkan hubungan dengan orang
lain, yaitu melalui humor maka seseorang dapat menjalin dan
memperkuat hubungan dengan orang lain.
Berdasarkan model fungsi humor 2x2 di atas, maka dapat terbentuk
empat dimensi yang berkaitan dengan perbedaan individu dalam
penggunaan humor atau disebut juga dengan humor styles, yaitu :
1. Affiliative humor
Individu dengan nilai tinggi pada dimensi ini memiliki kecenderungan
untuk menceritakan hal-hal yang lucu, membuat lelucon, menghibur
orang lain, menggunakan humor untuk memperkuat hubungan dengan
orang lain, dan untuk mengurangi ketegangan interpersonal. Dimensi
humor ini tidak menyakiti orang lain dan bertujuan untuk
meningkatkan kekohesifan interpersonal.
2. Self-enhancing humor
Self-enhancing humor mengacu kepada kecenderungan untuk
mempertahankan pandangan lucu tentang kehidupan bahkan ketika
seseorang tidak bersama orang lain, akan sering merasa geli karena
keganjilan hidup, untuk menjaga perspektif lucu bahkan dalam
menghadapi stres atau kesulitan, dan menggunakan humor sebagai
coping mechanism.
3. Aggressive humor
Aggressive humor adalah kecenderungan menggunakan humor untuk
tujuan mengkritik atau memanipulasi orang lain, dalam sarkasme,
menggoda, mengejek, mencemooh, atau meremehkan, serta
penggunaan berpotensi offensif.
4. Self-defeating humor
Self-defeating humor merupakan humor yang digunakan untuk
meremehkan diri sendiri, mencoba untuk menghibur orang lain dengan
melakukan atau mengatakan hal-hal lucu tentang diri sendiri, dan
tertawa bersama orang lain ketika diejek atau diremehkan.
Meskipun gaya humor ini menilai bagaimana seseorang menggunakan
humor dalam kehidupan mereka sehari-hari, akan tetapi tidak ada
asumsi bahwa seseorang, secara sadar atau tidak, sengaja memilih
menggunakan gaya humor tertentu. Sebaliknya, orang cenderung
untuk menampilkan humor secara spontan dan seringkali tidak
menyadari penggunaannya humor berdasarkan fungsi sosialnya
maupun psikologis dalam suatu situasi tertentu.
2.1.3. Humor dan Jenis Kelamin
Beberapa penelitian meneliti humor menemukan bahwa terdapat
perbedaan gaya humor antara laki-laki dan perempuan. Penelitian yang
dilakukan oleh Lampert dan Ervin-Tripp (1998) menemukan bahwa humor
pada laki-laki cenderung berupa lelucon, menggoda, atau mengolok,
sedangkan humor pada perempuan cenderung untuk menghargai orang
lain. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Tümkaya (2011) dalam
Düşünceli (2011) dimana humor style pada laki-laki cenderung lebih tinggi
pada tipe aggressive dan self-defeating humor style dibandingkan pada
perempuan. Soyaldin (2007) dalam Düşünceli (2011) juga menemukan
bahwa mahasiswa perempuan memiliki nilai yang lebih tinggi pada
affiliative dan self-enhancing humor style, sedangkan laki-laki memiliki
nilai yang lebih tinggi pada aggressive dan self-defeating humor style.
Namun Erözkan (2009) dalam Düşünceli (2011) justru menemukan bahwa
mahasiswa laki-laki justru cenderung lebih menggunakan self-enhancing
humor style dibandingkan perempuan yang lebih menggunakan affiliative
humor style.
Perbedaan gaya humor antara laki-laki dan perempuan dapat disebabkan
bagaimana laki-laki dan perempuan mengekspresikan diri pada interaksi
sosial secara umum (Crawford, 1992; 2003). Menurut Deborah Tannen
(1986; 1990) laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan tujuan
konversasional, yaitu: pada perempuan tujuan utama dalam percakapan
adalah intimacy, sedangkan pada laki-laki tujuan konversational yang
utama adalah untuk menunjukkan eksistensi diri. Perbedaan ini juga
menggambarkan bagaimana laki-laki dan perempuan menggunakan
humor. Pada perempuan, humor lebih digunakan untuk meningkatkan
solidaritas dan intimacy kelompok sedangkan pada laki-laki humor lebih
banyak digunakan untuk terkesan berbeda, memunculkan hal lucu, dan
menciptakan personal identity yang positif dalam kelompok.
2.1.4. Faktor Lain yang Mempengaruhi Humor Style
Perbedaan-perbedaan humor styles pada individu juga dipengaruhi oleh
faktor kebudayaan. Misalkan pada kebudayaan yang individualis, menurut
Martin (2003) humor style yang dimiliki cenderung bersifat aggressive
humor. Sedangkan pada kebudayaan kolektivis, humor style yang dimiliki
cenderung bersifat affiliative humor.
Selain itu kepribadian juga mempengaruhi jenis humor yang dimiliki oleh
individu. Misalkan, kepribadian yang neurotik tidak memiliki hubungan
dengan affiliative humor dan self-enhancing humor, sedangkan
kepribadian yang terbuka dengan pengalaman memiliki hubungan yang
positif dengan affiliative humor dan self-enhancing humor.
BAB III
Masalah, Hipotesis dan Metode Penelitian
3.1. Masalah Penelitian
Permasalahan pada penelitian kali ini dioperasionalkan menjadi :
1. Apakah terdapat perbedaan affiliative humor yang signifikan antara
laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia?
2. Apakah terdapat perbedaan self-enhancing humor yang signifikan
antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia?
3. Apakah terdapat perbedaan aggressive humor yang signifikan
antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia?
4. Apakah terdapat perbedaan self-defeating humor yang signifikan
antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia?
3.2. Hipotesis Penelitian
3.2.1. Hipotesis Null (H0)
H0 1 : Tidak ada perbedaan affiliative humor yang signifikan antara
laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
H0 2 : Tidak ada perbedaan self-enhancing humor yang signifikan
antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia.
H0 3 : Tidak ada perbedaan aggressive humor yang signifikan antara
laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
H0 4 : Tidak ada perbedaan self-defeating humor yang signifikan antara
laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
3.2.2. Hipotesis Alternatif (HA)
HA 1 : Terdapat perbedaan affiliative humor yang signifikan antara laki-
laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
HA 2 : Terdapat perbedaan self-enhancing humor yang signifikan antara
laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
HA 3 : Terdapat perbedaan aggressive humor yang signifikan antara
laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
HA 4 : Terdapat perbedaan self-defeating humor yang signifikan antara
laki-laki dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
3.3. Variabel Penelitian
3.3.1 Humor Styles
Menurut Martin (2007) humor didefinisikan sebagai suatu istilah luas yang
mengacu kepada segala hal yang dilakukan dan diucapkan oleh seseorang
yang dianggap lucu dan cenderung membuat orang lain tertawa, serta
melibatkan proses mental untuk menciptakan dan memahami stimulus
lucu, serta menghasilkan respon afektif. Sedangkan menurut Düşünceli
(2011), humor didefinisikan sebagai salah satu kemampuan yang dimiliki
oleh seorang individu yang cenderung dibangun oleh skill dan budayanya.
Humor styles didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk
menggunakan humor dalam kehidupannya sehari-hari, dimana individu
menampilkan humor secara spontan dan tidak menyadari penggunaannya
berdasarkan fungsi sosialnya maupun psikologis dalam suatu situasi
tertentu.
3.3.2 Jenis Kelamin
Variabel jenis kelamin ditentukan berdasarkan pilihan jawaban partisipan
pada pertanyaan L/P di kuesioner yang peneliti berikan.
3.4. Metode Penelitian
3.4.1. Desain Penelitian
a. Berdasarkan Aplikasi:
Applied Research, karena hasil dari penelitian yang diangkat dari
fenomena ini digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
fenomena yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Berdasarkan Tujuan:
Comparative Research, karena penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan antara gaya humor pada laki-laki dan perempuan
berdasarkan fenomena yang ada, dalam hal ini perbedaan gaya
humor di mahasiswa dan mahasiswi di Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
c. Berdasarkan Cara Memperoleh Data:
Quantitative Research, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengeneralisasikan dan melakukan pengukuran variasi dari sampel
ke populasi terhadap sebuah fenomena. Kemudian, berdasarkan
perolehan data, variabel data yang diperoleh berupa skor dan
menggambarkan variabel kuantitatif. Selain itu, berdasarkan analisa
data penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan besar variasi.
3.4.2. Karakteristik Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia yang tercatat masih aktif sebagai mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia yang kemudian dipilih beberapa orang
dari populasi tersebut untuk dijadikan sampel penelitian, yang dikontrol
berdasarkan jenis kelaminnya dan angkatannya, yaitu angkatan 2008,
2009, 2010, 2011 sehingga cohort usia subjek tidak berbeda jauh.
Mahasiswa Fakultas Pskologi Universitas Indonesia juga memiliki
tuntutan akademis yang cukup berat sehingga hal tersebut
mempengaruhi dan menuntut mereka banyak berkumpul dengan teman-
teman kelompok tertentu sehingga secara tidak langsung akan muncul
peer group tertentu pada lingkungan kampus. Atmosfer lingkungan
kampus juga mendukung mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia untuk sering berkumpul dan berinteraksi dengan orang lain.
3.4.3. Metode Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, kami mengambil sampel sebanyak 64 orang
dengan menggunakan metode
sampling yaitu proportionate quota sampling. Alasan pemilihan
metode ini adalah karena metode ini memungkinkan untuk memiliki
nilai representatif yang tinggi sehingga dapat digeneralisasikan ke
populasi. Selain itu, metode ini memungkinkan untuk digunakan dalam
penelitian ini karena cakupan sampel yang diambil tidak terlalu luas,
hemat biaya dan penggunaan waktu yang lebih efisien.
3.4.4. Jumlah Sampel
Berdasarkan teori yang dikemukan oleh Guilford dan Frutcher (1978),
untuk mendapatkan persebaran skor yang mendekati penyebaran
normal maka jumlah partisipan minimal yang dibutuhkan adalah
sebanyak 30 orang. Pada penelitian ini, kami merencanakan mengambil
sampel sebanyak 100 orang, yang kemudian setelah dikuotakan, kami
hanya memilih 64 data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Detil
sampel penelitian kami sebagai berikut.
Angkatan Jumlah Mahasiswa Jumlah Partisipan
Laki-
laki
Perempuan Laki-laki Perempuan
2008 63 178 4 12
2009 29 161 2 11
2010 58 189 4 13
2011 44 225 3 15
TOTAL 194 753 13 51
Tabel 3.1 Jumlah Mahasiswa Fakultas Psikologi UI dan Jumlah Partisipan
Penelitian
3.4.5. Instrumen atau Alat Ukur Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan alat ukur Humor Styles Questionnaire
(HSQ) milik Rod Martin (2003) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa
Indonesia. HSQ ini terdiri dari 32 butir soal yang terdiri dari 4 dimensi
humor styles dimana masing-masing dimensi terbagi menjadi 8 butir
soal. Respon partisipan pada alat ukur ini menggunakan skala likert
dengan 7 pilihan jawaban pada setiap butir soal, angka 1 untuk respon
‘sangat tidak setuju’, angka 2 untuk respon ‘tidak setuju’, angka 3 untuk
respon ‘agak tidak setuju’, angka 4 untuk respon ‘ragu-ragu’, angka 5
untuk respon ‘agak setuju’, angka 6 untuk respon ‘setuju’ dan angka 7
untuk respon ‘sangat setuju’.
Untuk butir soal yang unfavorable akan di-reverse terlebih dahulu
kemudian dijumlah skor total pada untuk masing-masing dimensi.
No Dimensi Humor
Styles
Butir Soal
Unfavorable
Butir Soal
Favorable
Jumlah
Butir Soal
1 Affiliative humor 1,9,17,25,29 5,13,21 8
2 Self-enhancing humor 22 2,6,10,14,18,26,30 8
3 Aggressive humor 7,15,23,31 3,11,19,27 8
4 Self-defeating 16 4,18,12,20,24,28,32 8
3.4.6. Cara Penilaian atau Scoring
Humor Styles Questionnaire (HSQ) terdiri dari 32 item, yaitu terdiri
dari 8 item untuk masing-masing humor styles. Skoring dalam
penggunaan alat ukur ini menggunakan skala Likert dengan skor 1-7,
dimana skor 1 menunjukkan sangat tidak setuju (STS), skor 2
menunjukkan tidak setuju (TS), skor 3 menunjukkan agak tidak setuju
(ATS), skor 4 menunjukkan netral (N), skor 5 menunjukkan agak setuju
(AS), skor 6 menunjukkan setuju (S), dan skor 7 menunjukkan sangat
setuju (SS).
Pada butir soal favorable, skor 1 mendapatkan nilai 1, dan seterusnya
hingga skor 7 mendapatkan nilai 7. Sedangkan pada butir soal
unfavorable (reverse), skor 1 mendapatkan nilai 7 dan seterusnya
hingga skor 7 mendapatkan nilai 1. Terdapat 11 butir soal unfavorable
yaitu soal nomor 1, 7, 9, 15, 16, 17, 22, 23, 25, 29, dan 31.
Dalam skala ini tidak ada skor tunggal. Skor dihitung berdasarkan
masing-masing dimensi humor sehingga akan dihasilkan empat total
skor berdasarkan dimensi humor. Berdasarkan total skor tersebut dapat
dilihat humor style mana yang dominan pada masing-masing sample.
3.4.7. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan alat ukur berupa
kuesioner berbentuk skala likert yang diadaptasi dari Humor Style
Questionnaire (HSQ) dari Martin (2003) dan akan diberikan kepada
responden secara proportionate quota sampling dan kemudian hasil
pengukuran dianalisis dengan perhitungan statistik yaitu independent
sample t-test.
3.4.8. Pelaksanaan Pengumpulan Data
3.4.8.1. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan pengumpulan data pada penelitian ini berlangsung
selama kurang lebih 2 minggu dari sekitar tanggal 22
November hingga 6 Desember 2011, yang pada tanggal
tersebut merupakan minggu-minggu akhir dari semester ganjil
tahun 2011 di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
3.4.8.2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan sampel menggunakan teknik proportionate
quota sampling. Subyek yang telah memenuhi kriteria diminta
kesediaannya untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner
yang telah disiapkan. Jumlah kuesioner yang disebar dan
kembali yaitu sebanyak 64 kuesioner.
3.4.8.3. Pengolahan Data
Pengolahan data dimulai dengan melakukan penomoran ulang
pada setiap kuesioner yang telah dikembalikan. Data kemudian
dimasukkan ke dalam komputer software SPSS versi 19.0
untuk dianalisis. Setelah itu dilakukan perhitungan
independent sample t-test untuk mengetahui perbedaan
masing-masing humor styles berdasarkan jenis kelamin.
3.4.9. Metode Analisis Data
Data yang didapat dala
m penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan pengujian
independent t-test untuk melihat perbedaan antara masing-masing
dimensi pada humor pada pria dan wanita di Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia. Dalam melihat hubungan komparatif ini, akan
dilakukan 4 pengujian guna menjawab keempat hipotesis awal yang
dikemukakan. Seluruh penghitungan statistik dalam penelitian ini akan
menggunakan bantuan software computer SPSS versi 19.0
BAB 4
Analisis Data dan Interpretasi
Bab analisis data dan intepretasi ini berisi hasil-hasil dari penelitian yang telah
dilakukan berdasarkan pengolahan data yang diperoleh dari kuesioner yang telah
diisi oleh subyek penelitian. Bab ini akan dimulai dengan gambaran umum subyek
penelitian. Subbab selanjutnya akan dijelaskan mengenai hasil perhitungan
statistik variabel-variabel penelitian yaitu humor style dengan variabel jenis
kelamin.
4. 1. Gambaran Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia yang tercatat masih aktif kuliah sebagai mahasiswa, karena tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan humor style
berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.
Data tentang gambaran subjek penelitian yang digunakan pada penelitian ini
telah dikelompokan berdasarkan jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini. Responden dari mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia lebih banyak perempuan (79,69%) daripada laki-laki (20,31%),
dan sampel tersebut suduh cukup merepresentasikan populasi yang ada yaitu
perempuan (79,51%) dan laki-laki (20,49%).
Tabel Jumlah Responden Berdasarkan Pengelompokan Jenis Kelamin
Populasi
AngkatanMahasiswa
TotalLaki-Laki Perempuan
Angka % Angka % Angka %2008 63 32,47 178 23,64 241 25,452009 29 14,95 161 21,38 190 20,062010 58 29,90 189 25,10 247 26,08
2011 44 22,68 225 29,88 269 28,41Total 194 20,49 753 79,51 947 100
Sampel
AngkatanMahasiswa
TotalLaki-Laki Perempuan
Angka % Angka % Angka %2008 4 30,77 12 23,53 16 25,002009 2 15,38 11 21,57 13 20,312010 4 30,77 13 25,49 17 26,562011 3 23,08 15 29,41 18 28,13Total 13 20,31 51 79,69 64 100
4. 2. Hasil Penelitian
4. 2. 1. Hasil Utama Penelitian
Dari hasil data penelitian yang telah dikumpulkan dan
dihitung dengan menggunakan independent sample t test diperoleh
skor humor style per dimensi:
1. Nilai t untuk skor dimensi affiliative humor dibandingkan
berdasarkan jenis kelamin sebesar t = -1,067 (sig. = 0,439)
sehingga Ho1 (hipotesis null) diterima dan menolak Ha1 (hipotesis
alternatif) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara
skor dimensi affiliative humor berdasarkan jenis kelamin pada
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
2. Nilai t untuk skor dimensi self enhancing humor dibandingkan
berdasarkan jenis kelamin sebesar t = -1,766 (sig. = 0,222)
sehingga Ho2 (hipotesis null) diterima dan menolak Ha2 (hipotesis
alternatif) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara
skor dimensi self enhancing humor berdasarkan jenis kelamin
pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
3. Nilai t untuk skor dimensi aggressive humor dibandingkan
berdasarkan jenis kelamin sebesar t = -0,190 (sig. = 0,727)
sehingga Ho3 (hipotesis null) diterima dan menolak Ha3 (hipotesis
alternatif) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara
skor dimensi aggressive humor berdasarkan jenis kelamin pada
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
4. Nilai t untuk skor dimensi self defeating humor dibandingkan
berdasarkan jenis kelamin sebesar t = -0,633 (sig. = 0,569)
sehingga Ho4 (hipotesis null) diterima dan menolak Ha4 (hipotesis
alternatif) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara
skor dimensi self defeating humor berdasarkan jenis kelamin pada
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
4. 2. 2. Hasil Tambahan Penelitian
Pada subbab hasil tambahan penelitian ini akan dibahas hasil analisis
dari penyebaran dominansi humor style pada mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Analisis ini hanya mengukur
dominansi humor style yang paling tinggi dari masing-masing
responden dan bukan berdasarkan dinamikanya. Seperti yang sudah
diketahui sebelumnya bahwa jumlah sampel adalah sebanyak 64
responden dengan detil yaitu 51 perempuan dan 13 laki-laki. Adapun
hasil tambahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Diagram Lingkaran Penyebaran Dominansi Humor Style pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
BAB 5
Kesimpulan, Diskusi dan Saran
5.1 Kesimpulan
Pertanyaan awal yang hendak dijawab pada penelitian ini adalah “apakah
terdapat perbedaan humor styles berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia?”. Berdasarkan hasil analisis dari
bab IV, maka didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada humor styles berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Berdasarkan dimensi humor
didapatkan kesimpulan bahwa:
1. Tidak ada perbedaan affiliative humor yang signifikan antara laki-laki dan
perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
2. Tidak ada perbedaan self-enhancing humor yang signifikan antara laki-laki
dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
3. Tidak ada perbedaan aggressive humor yang signifikan antara laki-laki
dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
4. Tidak ada perbedaan self-defeating humor yang signifikan antara laki-laki
dan perempuan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
5.2 Diskusi
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan humor style antara laki-laki dan perempuan di Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Hasil ini berbeda dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Lampert dan Ervin Tripp (1998), Tümkaya (2011), dan Soyaldin
(2007) yang justru menunjukkan bahwa ada perbedaan humor style antara laki-
laki dan perempuan. Hasil penelitian ini sangat bertolak belakang dengan hasil
penelitian-penelitian sebelumnya bahkan cenderung tidak mendukung penelitian-
penelitian sebelumnya karena hasil yang didapat justru menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang signifikan dari setiap humor style pada laki-laki dan perempuan di
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Penelitian sebelumnya, yang menunjukkan bahwa humor style laki-laki biasanya
didominasi oleh aggressive dan self-defeating humor style serta humor style
perempuan biasanya didominasi oleh affiliative dan self-enhancing humor style,
justru berbeda jauh dengan hasil yang didapat pada penelitian ini. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan di Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia memiliki humor style berupa affiliative dimana itu berarti
keduanya menggunakan humor untuk memperkuat hubungannya dengan orang
lain dan untuk mengurangi ketegangan interpersonalnya. Laki-laki, yang menurut
penelitian Lampert dan Ervin Trip (1998) cenderung menggunakan gaya humor
yang menggunakan lelucon, menggoda bahkan mengolok, justru tidak terjadi pada
mahasiswa laki-laki Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini
justru menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia lebih banyak menggunakan affiliative humor style. Sebaliknya, hasil
penelitian ini pada mahasiswa perempuan Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia justru tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya,
dimana mahasiswa perempuan lebih didominasi dengan penggunaan affiliative
humor style, namun tidak didominasi dengan self-enhancing humor style.
Skor dominasi penggunaan humor style mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia pada penelitian ini, baik laki-laki maupun perempuan, sebagian besar
berada pada affiliative humor style. Berdasarkan hasil penelitian ini juga,
pengguna aggressive humor style pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia terdeteksi sangat minim bahkan pada mahasiswa laki-lakinya. Banyak
pengguna self-enhancing dan self-defeating humor style juga tidak berbeda jauh
jumlahnya dan sedikit. Namun begitu, ada tiga orang dari partisipan yang kita
jadikan subjek penelitian memiliki dominasi beberapa humor style dengan tingkat
yang sama besar.
Menurut Martin (2007), salah satu fungsi humor adalah untuk mengembangkan
hubungan dengan orang lain sehingga seseorang dapat menjalin dan memperkuat
hubungannya dengan orang lain. Berdasarkan perspektif psikologis mengenai
humor yang dikemukakan oleh Martin (2007) juga, salah satu komponen yang
penting didalam humor adalah konteks sosial. Humor diyakini sebagai fenomena
sosial, dimana seseorang lebih sering tertawa dan bercanda ketika sedang bersama
orang lain daripada saat sendirian. Komponen ini menunjukkan bahwa pengaruh
orang lain sangat besar untuk menimbulkan perilaku humor. Humor memainkan
peran dalam mengembangkan hubungan seseorang dengan orang lain. Keadaan
ini bisa membentuk seorang individu untuk memilih-milih humor style seperti apa
yang cocok digunakan dalam konteks sosial ketika berinteraksi dengan orang lain.
Subjek penelitian ini berada di lingkungan yang sama, yaitu lingkungan Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Keadaan Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia terkenal memiliki tuntutan akademis yang cukup besar khususnya
dalam hal tugas kelompok, sehingga hal tersebut mempengaruhi intensitas
interaksi mahasiswa dengan teman-temannya ataupun dengan orang lain.
Kebutuhan interaksi antarsatu sama lain tentunya akan mempengaruhi cara
bertingkah laku sehari-hari mereka. Kebutuhan inilah yang membuat hampir
setiap mahasiswa berusaha beradaptasi dan menyesuaikan diri, khususnya dalam
bertingkah laku, agar mereka dapat diterima oleh lingkungannya dan mampu
berinteraksi dengan teman-temannya.
Upaya penyesuaian diri dalam bertingkah laku agar dapat diterima oleh
lingkungan kampus menjadi salah satu hal yang hampir dapat dipastikan
dilakukan oleh seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Kebutuhan untuk survive di kampus khususnya dalam penyelesaian tuntutan
akademis pastinya dilakukan oleh setiap mahasiswa tanpa mempedulikan jenis
kelamin. Hal inilah yang bisa jadi memicu berkembangnya penggunaan affiliative
humor style pada diri mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dimana
ia memilih menggunakan humor di dalam kehidupan sehari-harinya guna
memperkuat hubungannya dengan orang lain, sehingga ia dapat diterima oleh
orang lain dan kebutuhan berinteraksinya dengan orang lain tidak terganggu.
Pada komponen humor yang dikemukakan oleh Martin (2007), ada salah satu
komponen yang berperan cukup penting dalam memunculkan perilaku humor,
yaitu proses kognitif. Proses kognitif menjadi landasan bagi seseorang untuk
memperseptual humor, dimana individu perlu memproses informasi yang datang
dari lingkungan atau dari memori secara mental, bermain dengan ide-ide, atau
tindakan dengan cara kreatif, sehingga menghasilkan lelucon atau tindakan
nonverbal yang dirasakan oleh orang lain sebagai hal yang lucu. Komponen ini
bisa jadi mempengaruhi pemilihan humor style yang digunakan oleh mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Mahasiswa diperkirakan lebih memilih
mengurangi penggunaan aggressive humor style karena dikhawatirkan
penggunaan humor style tersebut justru dapat mengganggu hubungan dan
interaksinya dengan orang lain. Proses kognitifnya bekerja dan
mengidentifikasikan humor style mana yang baik dan cocok untuk kebutuhan
mereka, khususnya yang mempengaruhi interaksi mereka dengan orang lain dan
mereka anggap sebagai sesuatu hal yang bisa membuat orang lain merasa lucu.
Hal ini juga memicu mahasiswa untuk lebih menggunakan affiliative humor style
pada kehidupan sehari-harinya khususnya saat berinteraksi dengan teman kampus.
Persepsi humor mampu menimbulkan respon emosional (Martin, 2007). Biasanya
respon emosional yang muncul setelah mempersepsikan humor bersifat
menyenangkan, namun tidak menutup kemungkinan jika respon emosi yang
muncul justru berkebalikan. Humor bisa menimbulkan respon emosional yang
tidak menyenangkan jika orang lain mempersepsikan hal tersebut tidak
menyenangkan. Aggressive humor style identik dengan menggunakan lelucon
bahkan mengolok-olok dirinya ataupun orang lain. Hal tersebut bisa jadi memicu
munculnya respon emosional yang negatif sehingga bisa mengganggu interaksi
seseorang dengan orang lain. Oleh karena itu, mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia bisa jadi lebih memilih mengurangi atau bahkan
menghindari penggunaan aggressive humor style dan lebih banyak menggunakan
affiliative humor style agar respon emosional yang ditunjukkan oleh orang lain
bersifat positif.
Menurut Düşünceli (2011), humor adalah salah satu kemampuan yang dimiliki
oleh seorang individu yang cenderung dibangun oleh skill dan budaya nya.
Budaya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku humor seseorang,
termasuk pada humor style nya. Menurut Martin (2003), kebudayaan individualis
cenderung membentuk humor style seseorang menjadi aggressive humor,
sedangkan kebudayaan kolektivis cenderung membentuk humor style seseorang
menjadi affiliative humor. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia berada pada
negara Indonesia dimana kebudayaan kolektivis di Indonesia sangat
terinternalisasi di dalam diri masyarakatnya. Kebudayaan kolektivis di fakultas ini
juga terlihat dari banyaknya tugas akademis yang harus diselesaikan secara
berkelompok. Kegiatan-kegiatan kemahasiswaan di fakultas juga membentuk
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menjadi sangat sering
berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Kebudayaan yang berlaku, baik
di kampus maupun di Indonesia sendiri, tidak terbatas pada jenis kelamin tertentu.
Kebudayaan kolektivis telah terinternalisasi ke dalam diri individu, baik laki-laki
maupun perempuan. Hal ini menjadi wajar jika mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, lebih banyak
menggunakan affiliative humor style karena kebudayaan kolektivis telah
terinternalisasi ke dalam diri masing-masing individu.
Tipe kepribadian seseorang juga mempengaruhi humor style seseorang.
Kepribadian neurotic tidak memiliki hubungan dengan affiliative humor dan self-
enhancing humor, tetapi kepribadian yang terbuka dengan pengalaman memiliki
hubungan yang positif dengan penggunaan affiliative humor style dan self-
enhancing. Poin tipe kepribadian ini sayangnya tidak dibahas dan tidak dikontrol
pada penelitian kali ini sehingga gambaran persebaran tipe kepribadian pada
partisipan penelitian ini tidak dapat diketahui. Oleh karena itu, tipe kepribadian
partisipan yang dipilih pada penelitian ini mungkin saja mempengaruhi hasil
penelitian, dimana peneliti tidak mengontrol tipe kepribadian dari partisipan.
Bentuk alat ukur pada penelitian ini yang berupa kuisioner dengan jawaban
berupa skala sikap (self-rating scale), dimana kebenaran jawaban sangat
bergantung pada partisipan, juga bisa mempengaruhi hasil penelitian ini.
Kemungkinan partisipan untuk menjawab pertanyaan kuisioner ini secara tidak
jujur atau tidak sesuai dirinya agar dipandang baik oleh orang lain juga lebih
besar. Hal ini menyebabkan hasil penelitian ini dapat berbeda dengan penelitian-
penelitian sebelumnya.
5.3 Saran
Saran Metodologis :
Untuk penelitian-penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran
sebagai berikut :
1. Untuk penelitian selanjutnya dengan hasil tidak ada perbedaan
yang signifikan antara humor styles dan jenis kelamin pada
mahasiswa Fakultas Psikologi UI, disarankan untuk memperbanyak
jumlah sampel dengan memperhatikan perbandingan sampel
berdasarkan jenis kelamin per angkatan.
2. Peneliti selanjutnya disarankan melakukan randomisasi sampel
penelitian agar sampel yang digunakan benar-benar
merepresentasikan populasi yang diteliti.
Lampiran
Tabel Hasil Independent Sample t Test
Variabel Humor Style Berdasarkan Jenis Kelamin
Group Statistics
Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Affiliative Humor Laki-Laki 13 42.77 5.418 1.503
Perempuan 51 44.45 4.985 .698
Self Enhancing Humor Laki-Laki 13 30.92 8.722 2.419
Perempuan 51 34.73 6.425 .900
Aggressive Humor Laki-Laki 13 31.85 5.383 1.493
Perempuan 51 31.51 5.767 .808
Self Defeating Humor Laki-Laki 13 33.77 6.300 1.747
Perempuan 51 32.29 7.757 1.086
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Affiliative Humor Equal variances assumed .606 .439 -1.067 62 .290 -1.682 1.576 -4.832 1.468
Equal variances not
assumed
-1.015 17.541 .324 -1.682 1.657 -5.170 1.806
Self Enhancing
Humor
Equal variances assumed 1.520 .222 -1.766 62 .082 -3.802 2.153 -8.106 .501
Equal variances not
assumed
-1.473 15.478 .161 -3.802 2.581 -9.289 1.684
Aggressive Humor Equal variances assumed .123 .727 .190 62 .850 .336 1.769 -3.200 3.873
Equal variances not
assumed
.198 19.645 .845 .336 1.697 -3.208 3.881
Self Defeating Humor Equal variances assumed .327 .569 .633 62 .529 1.475 2.329 -3.181 6.131
Equal variances not
assumed
.717 22.268 .481 1.475 2.057 -2.789 5.739