PERBEDAAN EFIKASI DIRI GURU PENDIDIKAN ANAK
USIA DINI DALAM PENDIDIKAN INKLUSI DITINJAU DARI
LAMA MENGAJAR DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
DI KECAMATAN GRABAG
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Semarang
Oleh
Ririn Masynu’atul Khairiyah
NIM 1601409050
JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi berjudul
“Perbedaan Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dengan
Pendidikan Inklusi Ditinjai Dari Lama Mengajar Dan Latar Belakang
Pendidikan Di Kecamatan Grabag“ benar-benar hasil tulisan karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah
Semarang,
Ririn Masynu’atul Khairiyah
NIM. 1601409050
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang
Panitia ujian skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ali Formen, S.Pd, M.Ed Wulan Adiarti, M. Pd
NIP. 197705292003121001 NIP.198106132005012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan PG PAUD FIP Unnes
Edi Waluyo, M.Pd
NIP. 19790425 200501 1 001
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan PG
PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universits Negeri Semarang, pada :
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian Skripsi
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Haryono, M.Psi Diana, S. Pd, M. Pd
NIP 196202221986011001 NIP 19791220 200604 2 001
Penguji I
Diana, S. Pd, M. Pd
NIP 19791220 200604 2 001
Penguji II Penguji III
Ali Formen, S. Pd, M. Ed Wulan Adiarti, M. Pd
NIP. 197705292003121001 NIP. 19810613 2005012001
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu
mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan
kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu
bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari,
dan percaya bahwa kamu bisa.” (5cm)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Bapak Muhamad Nur Khotim dan Ibu Siti Nurjanah atas do’a, kasih
sayang dan dukunngannya.
Pak War dan adikku Muhamad Reza Ul’ahkam dan seluruh keluarga yang
selalu mendukungku.
Kepada sahabat-sahabatku Ithuk, Santi, Wulan dan Mamah yang selalu
memberi dukungan dan semua teman-teman PG PAUD 2009 rombel 2
atas kebersamaanya.
Almamaterku
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat hidayah dan karuniaNYA sehingga penulis dapat
meyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Perbedaan Efikasi Diri
Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Pendidikan Inklusi Ditinjai Dari
Lama Mengajar Dan Latar Belakang Pendidikan Di Kecamatan Grabag“.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan,
bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:.
1. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam
menempuh pembelajaran di Fakultas Ilmu Pendidikan.
2. Edi Waluyo, S. Pd. M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini (PG PAUD) Universitas Negeri Semarang.
3. Ali Formen, S. Pd., M. Ed., Dosen pembimbing skripsi I yang membimbing,
memberikan arahan, perhatian dan masukan yang sangat berarti selama
penyusunan skripsi.
4. Wulan Adiarti, M.Pd., Dosen pembimbing skripsi II yang telah membimbing,
memberikan arahan, perhatian dan masukan yang sangat berarti selama
penyusunan skripsi.
vii
5. Bapak ibu dosen jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan bekal ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut
ilmu di bangku kuliah.
6. Dinas UPTD Kecmatan Grabag yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Guru pendidikan anak usia dini di kecamatan grabag kabupaten magelang
yang telah membantu dan mempermudah dalam melakukan penelitian.
8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis selama masa kuliah dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.
Semarang, 2014
Penyusun
viii
Abstrak
Masynu’atul Kairiyah, Ririn. 2013. Perbedaan Efikasi Diri Guru Pendidikan
Anak Usia Dini Dalam Pendidikan Inklusi Ditinjau Dari Latar Belakang
Pendidikan Dan Lama Mengajar Di Kecamatan Grabag. Skripsi. Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Univesitas Negeri
Semarang. Pembimbing: 1. Ali Formen, S. Pd, M.Ed, 2.Wulan Adiarti, M.Pd
Kata kunci: Efikasi Diri Guru, Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi merupakan suatu layanan pendidikan yang
dicanangkan pemerintah agar anak berkebutuhan khusus dapat masuk dalam
pendidikan reguler. Hal tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan. Karena itu
efikasi guru pendidikan anak usia dini untuk melakukan program pendidikan
inklusi perlu dikaji secara mendalam. Untuk mengetahui level efikasi diri guru
dalam pendidikan inklusi penelitian ini mengkaji dua permasalahan: (1) adakah
perbedaan efikasi guru pendidikan anak usia dini dalam pendidikan inklusi
ditinjau dari latar belakang pendidikan?; (2) adakah perbedaan efikasi guru
pendidikan anak usia dini dalam pendidikan inklusi ditinjau dari lama mengajar?
Penellitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain
penelitian statistik deskriptif ANOVA (one way analysis of variance). Penelitian
ini melibatkan 58 orang guru di Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Sampel
ini dipilih dengan cara teknik simple random sampling dari 133 guru Di
Kecamatan Grabag Kabupaten Megelang.
Dari studi yang dilakukan mayoritas guru berada di level sedang dan
diperoleh temuan sebagai berikut: (1) terdapat perbedaan yang signifikan efikasi
diri guru ditinjau dari latar belakang pendidikan dengan F hitung (10.752) dan
signifikan pada p<0.05; (2) efikasi guru ditinjau dari lama mengajar tidak
menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dengan F hitung (3.254) dan
p>0.05. Artinya tingkat pendidikan memberikan kontribusi terhadap tingkat
efikasi pendidik, guru memperoleh informasi tentang pendidikan inklusi yang
membuat mereka lebih percaya diri (efikasi tinggi). Sementara lama mengajar
tidak selalu memperolah informasi tentang pendidikan inklusi.
Berdasarkan temuan tersebut peneliti menyarankan agar dalam upaya
pengembangan pendidikan inklusi, guru pendidikan anak usia dini untuk lebih
meningkatkan akses informasi melalui pendidikan dan berbagai pelatihan yang
berkaitan dengan pendidikan inklusi. Di sisi lain pemerintah daerah khususnya,
harus lebih meningkatkan kompetensi guru pendidikan anak usia dini dibidang
pendidikan inklusi melalui sosialisasi dan pelatihan terhadap guru pendidikan
anak usia dini.
ix
Abstract
Masynu’atul Kairiyah, Ririn. 2013. Difference of self efficacy teacher early
chldhood in inclusive education by graduate degree and teaching experience in
Grabag. Final Project. Early Childhood Education Departement. Faculty of
Education. Semarang State University. Supervisor I: Ali Formen, S. Pd., M. Ed.,
Supervisor II: Wulan Ardiarti M.Pd.
Key Word: teacher self efficacy, inclusive education
Inclusive education as a service who was made goverment so that student
with disabilities acceptable included reguler education. It is not easy to can be
done. Therefore teacher efficacy early childhood education to do inclusive
program must investigated exhaustively. To know about levels teachers efficacy
in inclusive education this study to examine two problems: (1) is there differences
teacher efficacy by graduate degree? (2) is there differences teacher efficacy in
inclusive education by teaching experinces?
This study used kuantitave, with statistik descriptive and ANOVA (one
way analysis of variance). This study involve 58 teachers in kecamatan Grabag
Kabupaten Magelang. This sample selected by simple random sampling technique
from 133 teachers in Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
Majority teachers there is medium level from study to do and obtained the
following findings: (1) there differences self efficacy teacher by graduate degree
with F (10.725); (2) no differences self efficacy by teaching experiences with F
(3.254) and p>0.05. that mean graduate degree give contribution toward level
teachers efficacy, so teachers obtained information about inclusive education who
make them more confidence (high efficacy). While teaching experiance not
always obtained information about inclusive education.
The result from this study sugestion reasecher so that for development
inclusive education early childhood teacher for more increase information acces
through education and training variety link o inclusive education. In the other side
local goverment must more increase teacher competences inclusive education
through socialization and training toward early childhood teacher.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN .............................................................................................. ii
PERSETUJUAN BIMBINGAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9
1.4.1 manfaat teoritis ....................................................................................... 9
1.4.2 manfaat praktis ....................................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Efikasi Diri Guru ....................................................................................... 11
2.1.1 pengertian Efikasi Diri Guru .................................................................. 11
2.1.2 Sumber Efikasi Diri ............................................................................... 15
xi
2.1.3 Dimensi Efikasi Diri ............................................................................. 17
2.1.4 Proses Efikasi Diri .................................................................................. 19
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Guru .............................................. 21
2.2 Pendidikan Inklusi ..................................................................................... 23
2.2.1 Pengertian Pendidikan Inklusi ................................................................ 23
2.2.2 Tujuan Pendidikan Inklusi ..................................................................... 27
2.2.3 Manfaat Pendidkan inklusi ..................................................................... 29
2.2.3.1 manfaat bagi siswa .............................................................................. 29
2.2.3.2 Bagi Pendidik ...................................................................................... 31
2.2.4. Landasan Hukum Pendidikan Inklusi .................................................. 32
2.2.5. Peserta Didik dalam Pendidikan Inklusi ............................................... 34
2.2.6. Kompetensi Guru Dalam Pendidikan Inklusi ....................................... 38
2.3 Penelitian Sebelumnya .............................................................................. 44
2.4 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 45
2.5 Hipotesis .................................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian .................................................................................... 48
3.2 Definisi Operasional .................................................................................. 48
3.3 populasi dan sampel ................................................................................... 49
3.3.1 Populasi ................................................................................................... 49
3.3.2 Sampel .................................................................................................... 49
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 50
xii
3.5 Uji Validitas dan Reabilitas ...................................................................... 52
3.5.1 uji validitas ............................................................................................. 52
3.5.2 Uji Reabilitas .......................................................................................... 54
3.6 Analisis Data ............................................................................................. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 57
4.1.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian ......................................................... 57
4.1.2 Identitas Responden ............................................................................... 57
4.1.2.1 Jenis Kelamin Responden .................................................. ................. 55
4.1.2.2 Latar Belakang Pendidikan ............................................... .................. 58
4.1.2.3 Lama Mengajar ................................................................. .................. 59
4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. ......... 60
4.1.3.1 Kategori Skor Variabel Efikasi Guru dalam Pendidikan Inklusi .. ...... 61
4.1.4 Analisis Data .......................................................................................... 62
4.1.4.1 Uji Asumsi ........................................................................ ................. 62
4.1.4.2 Uji Hipotesis ........................................................................................ 62
4.2 PEMBAHASAN ............................................................................... ........ 70
4.2.1 Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Pendidikan
Inklusi .............................................................................................................. 70
4.2.1.1 Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Pendidikan
Inklusi Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan .............. .............................. 73
4.2.1.2 Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Pendidikan
Inklusi Ditinju Dari Lama Mengajar ..................................... .......................... 77
xiii
KETERBATASAN PENELITIAN ........................................................ ......... 83
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................... 84
5.2 Saran .......................................................................................................... 85
Daftar Pustaka ................................................................................................. 86
Lampiran 1 (Surat Ijin Penelitian) ................................................................... 90
Lampiran 2 (Daftar Lembaga) ........................................................................ 91
Lampiran 3 (Kisi-Kisi Instrumen) ................................................................... 92
Lampiran 4 (Tabulasi Data Hasi Uji Coba Instrumen) ................................... 93
Lampiran 5 (Uji Validitas Dan Reabilitas) ..................................................... 94
Lampiran 6 (Blue Print Efikasi Diri Guru) ..................................................... 95
Lampiran 7 (Instrumen Penelitian) ................................................................. 96
Lampiran 8 (Data Responden) ........................................................................ 97
Lampiran 9 (Tabulasi Data Hasil Penelitian) .................................................. 98
Lampiran 10 (hasil uji normaitas dan homogenitas) ....................................... 99
Lampiran 11 (Hasil Uji Anova ) ...................................................................... 100
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Skor Jawaban Kuisioner .................................................................. 51
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen ......................................................................... 51
Tabel 3.2 item valid dan gugur ....................................................................... 53
Tabel 3.3 Hasil Uji Reabilitas Item Pada Uji Coba Instrumen ....................... 55
Tabel 4.1 Jenis Kelamin .................................................................................. 58
Tabel 4.3 Latar Belakang Pendidikan Responden .......................................... 59
Tabel 4.4 Lama Mengajar ............................................................................... 60
Tabel 4.5 Kategori Skor Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini ........ 61
Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Hasil Uji Normalitas ......................................... 63
Tabel 4.7 Deskripsi Statistik Uji Homogenitas ............................................... 63
Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Analisis Varian Latar Belakang Guru Pendidikan
Anak Usia Dini ................................................................................................ 64
Tabel 4.9 Hasil Post Hoc Test latar belakang pendidikan .............................. 65
Tabel4.10 Tabel Deskripsi Hasil Analisis Varian Lama Mengajar Guru
Pendidikan Anak Usia Dini ............................................................................. 67
Tabel 4.11 Hasil Post Hoc Test Lama Mengajar .......................................... .. 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan inklusi merupakan amanah pemerintah yang sudah tercantum
dalam perundang-undangan sebagai wujud kepedulian pemerintah dalam dunia
pendidikan. Upaya untuk menjangkau layanan pendidikan pada generasi sekarang
dan yang akan datang, mereka berkebutuhan khusus, serta secara geografis, sosial,
ekonomi, dan budaya terperangkap dan sulit mendapat akses pendidikan. Mereka
semua mempunyai hak-hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Komitmen
pemerintah untuk untuk memberikan layanan pendidikan yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial....”. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa inilah diperlukan
layanan pendidikan yang menyeluruh bagi segenap warga Indonesia. Begtu pula
bunyi Pasal 31 (1) yang berbunyi bahwa setiap warga berhak mendapat
pendidikan. Termasuk untuk anak berkebutuhan khusus dan yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Hal ini sejalan dengan seruan
international education for all ( EFA) yang dikumandangkan UNESCO sebagai
kesepakatan global yaitu World Education Forum di Dakar, Sinegal Tahun 2000
bahwa penuntasan EFA diharapkan tercapai pada tahun 2015. Indonesia termasuk
dalam kesepkatan ini (Mudjito,dkk, 2012).
Suparno (2010:11) mengungkapkan sesuai dengan perundangan yang ada
pendidikan inklusif hanya berlaku bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Melalui
2
pendidikan inklusi diharapkan hak anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan
pendidikan seperti anak-anak normal seusianya bisa terpenuhi. Meskipun
demikian pelaksanaan pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak, tidak
hannya pemerintah akan tetapi orang tua, guru dan masyarakat. Di sisi lain
melalui pendidikan inklusi diharapkan terjalin interaksi yang positif dan
mengenalkan kepada anak-anak normal bahwa mereka yang berkebutuhan khusus
mempunyai hak yang sama seperti mereka.
Deklarasi Bandung yang dilaksanakan pada 8 – 14 Agustus 2004 menjadi
awal pelaksanaan pendidikan inklusi. Meskipun program ini sudah dicanangkan
sejak lama, namun keberadaan dan informasi sekolah inklusi masih terbatas.
Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 4 (1) telah mendorong terwujudnya
sistem pendidikan inklusif dengan menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan
yang melaksanakan pendidikan inklusif harus memiliki tenaga kependidikan yang
mempunyai kompetensi menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik
dengan berkebutuhan khusus.
Suara karya online Kamis 29 Maret 2012 menjelaskan bahwa program
inklusi khususnnya di Jawa Tengah sudah mulai dibuka sejak tahun 2003. Pada
awalnya sekolah itu baru digarap di 12 sekolah saja, sambil melihat seperti apa
respon masyarakat yang memiliki anak berkelainan. Begitu muncul respon sangat
positif dari masyarakat, Dinas P dan K Jateng melalui Kasubdin PLB langsung
mengembangkannya ke berbagai daerah. Hingga kini jumlah Sekolah Inklusi di
3
Jateng sudah mencapai 117 unit. Dari jumlah tersebut, untuk tingkat SMP/MTs
terdapat 10 unit, SMA/MA 1 unit, sedang selebihnya Sekolah Inklusi untuk
tingkat SD.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa pendidikan inklusi sampai dengan
tahun 2012 baru mencakup pendidikan dasar sampai dengan menengah atas.
Padahal dalam upaya peningkatan mutu kualitas sumber daya manusia seharusnya
dimulai sejak dini. Hal ini menjadi penting karena anak usia dini merupakan masa
keemasaan, anak dapat menyerap 80% informasi yang diterimanya. Fawzia dalam
Suparno (2007:12) mengungkapkan bahwa pengaruh yang paling mengena dan
dapat meninggalkan kesan yang lama harus dilakukan pada saat yang tepat yaitu
pada masa kritis, keterlambatan atau pengabaian pemberian rangsangan pada saat
yang tepat akan memberi dampak negatif pada perkembangan anak. Di sisi lain
anak berkebutuhan khusus yang di lembaga pendidikan anak usia dini juga
membutuhkan pelayanan khusus. Ini menjadi suatu alasan yang kuat mengapa
pendidikan inklusi sangat penting jika diterapkan dalam pendidikan anak usia
dini, dan berdampak positif bagi anak yang berkebutuhan khusus. Dampak
positif dari pendidikan inklusi sejak dini yaitu pertumbuhan dan perkembangan
anak akan lebih optimal jika sejak dini berada di lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhannya, selain itu juga dapat mengajarkan dan membiasakan bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dampak tersebut tidak hanya bagi
anak berkebutuhan khusus saja tetapi juga bagi anak-anak pada umumnya, mereka
akan belajar menyayangi, menghargai dan menghormati temannya yang berbeda.
Sehingga anak-anak tersebut akan terbiasa dengan segala perbedaan.
4
Das Asim dalalm Journal Of International Development And
Coorporation Volume 18 Nomor 3 Tahun 2012 dalam penelitianya yang berjudul
In-sevice Teachers’ Perception Toward Inclusion of Student With Disabilities in
Mainstream Primary Classroom: Case Of Some Selected Primary School in
Shourtern Bangladesh, menyatakan bahwa guru adalah kunci sukses dari program
inklusi, jadi kompetensi pendidik menjadi hal utama yang dipertimbangkan dalam
proses pembelajaran. Seperti yang tercantum dalam pedoman penyelenggaraan
pendidikan inklusi tahun 2007 bahwa untuk mendirikan atau melaksanakan
pendidikan inklusi guru harus menguasai beberapa kompetensi, baik itu guru
umum ataupun guru pendidik khusus sehingga program pendidikan inklusi akan
berjalan dengan baik. Di samping kompetensi guru yang tidak kalah penting
adalah self efficacy guru. Self efficacy guru menurut Guskey & passaro dalam
Hartman (Summer 2010 AER Journal: Teacher Self Eficacy and Deaf-Blindness)
yaitu teachers’ beliefs or conviction that they can influence how well a student
learns, even those who may be difficult or unmotivated. Pengertian tersebut dapat
diartikan bahwa guru yang mempunyai keyakinan dan pendirian mereka dapat
mempengaruhi siswa dalam belajar bahkan siswa yang mengalami kesulitan
maupun yang tanpa motivasi. (diakses pada 13 Maret 2013 tersedia dalam
www.aerbvi.org/modules.php?name=avantGo&file=print&sid=1963)
Guru mempunyai peranan penting dalam pembangunan pendidikan
terutama guru pendidikan anak usia dini, diharapkan tidak sekedar mempunyai
kompetensi saja tetapi efikasi yang tinggi pula. Harapan dari kompetensi dan
efikasi guru dapat menjadikan proses dan sistem pendidikan dapat berjalan
5
dengan baik, terlebih pendidikan bagi anak- anak yang berkebutuhan khusus usia
dini yang membutuhkan sistem dan perencanaan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhannya. Harapan tersebut yang menjadi dasar pentingnya efikasi
guru pendidikan usia dini dalam dunia pendidikan, terlebih dalam pendidikan
inklusi.
Hartmann dalam Summer 2010 AER Journal: Teacher Self Eficacy and
Deaf-Blindness mengemukakan bahwa guru dengan efikasi yang tinggi berbeda
dengan guru dengan efikasi yang rendah. Guru dengan efikasi yang tinggi
mempunyai dampak positif dalam pembelajaran siswa, mempunyai perencnaan
yang strategis serta mempunyai tanggung jawab yang besar. Sehingga dalam
proses pelaksanaan program guru mempunyai keyakinan yang positif dalam
dirinya bahwa guru mampu menjalankan dan mengani anak-anak dengan
berkebutuhan khusus tanpa ada rasa beban di dalam dirinya. Hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa sangat penting guru mempunyai efikasi yang tinggi.
Efikasi sebagai sisi lain yang harus dimiliki guru di samping kompetensi. Efikasi
dan kompetensi yang tinggi akan menjadi senjata dalam pembangunan pendidikan
indonesia.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan Gibson Dan Dembo dalam
Bandura (1997: 241) bahwa menyelenggarakan sebuah study observasi
mikroanalitik tentang aktifitas guru mengatur kelas berdasarkan tinggi rendahnya
efikasi mereka. Hasil dari studi tersebut adalah bahwa guru dengan efikasi tinggi
lebih mampu menyediakan waktu lebih untuk aktifitas akademik, memberikan
bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan untuk sukses dan
6
memanfaatkan prestasi akademik mereka. Berbanding terbalik dengan guru yang
efikasi rendah bahwa mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk liburan,
siap menyerah jika siswa tidak berhassil dengan cepat dan mencela kegagalan
mereka (siswa).
Pentingnya efikasi jika dilihat dari hasil uraian di atas menjadi begitu
penting terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Efikasi guru yang tinggi
akan menjadi awal yang baik dalam peningkatan kompetensi guru dalam rangka
perwujudan pendidikan inklusi di Indonesia. Pelaksanaan pendidikan inklusi
tidaklah mudah disamping terbatasnya sumber daya yang relevan dan tidak
mudahnya mengubah sekolah reguler menjadi sekolah inklusif. Untuk itu
disamping kerja keras guru juga harus mempunyai motivasi dan keyakinan yang
tinggi.
Pendidikan inklusi sebagai upaya untuk mensetarakan anak-anak
berkebutuhan khusus dalam dunia pendidikan, karena fakta menunjukan bahwa
jumlah anak berkebutuhan khusus berdasarkan data dari Dirjen Pendidikan Luar
Biasa Kementerian Pendidikan Nasional (Maret 2010) dalam Peraturan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 10 Tahun 2011, jumlah
anak berkebutuhan khusus di Indonesia sebanyak 324.000 orang. Dari jumlah
tersebut, baru 75.000 anak yang bersekolah, sedangkan sisanya belum terpenuhi
hak pendidikannya. Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia tiap tahun
cenderung meningkat. Berdasrkan hasil survei yang dilakukan pusat data dan
informasi departemen sosial tahun 2007 jumlah penyandang cacat mencapai
3,11% dari jumlah populasi penduduk Indonesia. Jumlah anak penyandang cacat
7
usia 0-17 berdasarkan data penyandang masalah kesejahteraan(PMKS)
departemen sosial republik indonesia tahun 2008 mencapai 56.711.
Seiring meningkatnya jumlah anak berkebutuhan khusus pendidikan
inklusi menjadi titik terang dalam upaya pemerataan pendidikan yang tidak
memandang apakah mereka berkebutuhan atau tidak. Pendidikan inklusi sebagai
solusi idola bagi orang tua yang mempunyai anak-anak berkebutuhan khusus,
sehingga para orang tua tidak harus memasukan anak-anaknya di sekolah luar
biasa.
Keberadaan pendidikan inklusi menandai bahwa pendidikan di Indonesia
berkembang dengan baik, meskipun masih sangat terbatas, bukan menjadi sebuah
alasan bahwa guru tidak mengetahui tentang pendidikan inklusi. Sebagai bagian
dari provinsi Jawa Tengah, Grabag yang terletak di wilayah timur Kabupaten
Magelang mengalami perkembangan pendidikan yang cukup baik. Hal ini dapat
dilihat munculnnya sekolah-sekolah baru terutama di bidang pendidikan anak usia
dini. Berdasarkan data dari UPTD Kecamatan Grabag jumlah lembaga sampai
dengan 2010 sebanyak 44 dan meningkat di tahun 2012 menjadi 50 lembaga
pendidikan anak usia dini. Dengan kata lain banyak pendidik pendidikan anak
usia dini yang berkompetensi di bidang tersebut. Bertolak belakang dengan
kenyataan di lapangan bahwa efikasi guru di Kecamatan Grabag dalam bidang
pendidikan inklusi yang berorientasi pada anak berkebutuhan khusus belum dapat
diketahui, inilah yang menjadikan alasan Grabag sebagai tempat penelitian. Hal
ini dikarenakan dengan keyakinan yang tinggi para guru, guru akan mempunyai
8
rasa percaya diri yang tinggi pula dalam menerima dan mengajar anak
berkebutuhan khusus.
Alasan penting dalam latar belakang penelitian ini adalah latar belakang
pendidikan, dan lama mengajar para guru. Efikasi guru terbukti berkorelasi dengan
faktor-faktor pengalaman instruksional yaitu pengalaman mengajar atau lama
mengajar. Seperti yang di ungkapkan Erawati Dalam Jurnal Inferensial Volume 6
Nomor 2 Desember 2012 yang berjudul Profil dan Faktor Yang Mempengaruhi
Efikasi Guru Madrasah Ibtida’iyah Peserta Dual Modem System bahwa sikap
keterbukaan dan pengalaman menguasai inovasi pembelajaran dan teknologi. Guru
yang lebih lama mengajar, lebih terbuka dengan perkembangan inovasi pembelajaran
dan teknologi dijumpai lebih efikasius.
Alasan lain yang melatar belakangi penelitian ini adalah tidak semua lembaga
memiliki atau pernah menerima anak berkebutuhan khusus. Hal ini tidak menjadi
suatu alasan bahwa guru tidak mempunyai keyakinan dan motivasi dalam
melaksanakan pendidikan inklusi. Keyakinan, rasa percaya diri serta motivasi
yang tinggi dari para guru pendidikan anak usia dini penerimaan terhadap anak
berkebutuhan khusus di lembaga pendidikan menjadi awal yang baik dalam dunia
pendidikan di Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan
menyusun dalam sebuah skripsi yang berjudul “Perbedaan Efikasi Diri Guru
Pendidikan Anak Usis Dini Terhadap Pendidikan Inklusi Ditinjau Dari Latar
Belakang Pendidikan Dan Lama Di Kecamatan Grabag”
9
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah-masalah yang timbul agar masalah menjadi jelas, maka
rumusan masalahnya adalah
1. Adakah perbedaan efikasi guru pendidikan anak usia dini dalam pendidikan
inklusi ditinjau dari latar belakang pendidikan?
2. Adakah perbedaan efikasi guru pendidikan anak uisa dini dalam pendidikan
inklusi ditinjau dari lama mengajar?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Dari rumusan masalah di atas tujuan yanng ingin dicapai yaitu
1. Untuk mengetahui perbedaan efikasi guru pendidikan anak usia dini dalam
pendidikan inklusi ditinjau dari latar belakang pendidikan.
2. Untuk mengetahui perbedaan efikasi guru pendidikan anak usia dini dalam
pendidikan inklusi ditinjau dari lama mengajar.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan kepada
pendidik PAUD
b. Mengembangkan potensi untuk penelitian karya ilmiah, khususnya bagi pribadi
peneliti maupun kalangan akademisi, dalam memberikan informasi kepada
dunia pendidikan.
10
2. Manfaat Praktis
a. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi sekolah tentang
program pelaksanaan pendidikan inklusi.
b. Guru
Dapat memberikan informasi bagi guru untuk mengetahui pentingnnya
mempunyai self efficacy dalam dunia pendidikan anak usia dini.
c. Orang tua
Untuk memberikan informasi bagi orang tua tentang pendidikan inklusi
sebagai pemenuhan hak asasi manusia dalam memperoleh pendidikan.
11
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Efikasi Diri Guru
2.1.1 Pengertian Efikasi Diri Guru
Konsep self efficacy guru didasarkan pada Bandura (1997) teori kognitif
sosial yang menyatakan bahwa orang-orang melatih kontrol atas apa yang mereka
lakukan dan perilaku mereka dipengaruhi oleh faktor-faktor penentu paling
bergantung seperti faktor personal internal dan faktor eksternal lingkungan.
Efikasi diri didasarkan pada kerangka teori sosial kogntif Bandura (1997:
3) bahwa Perceived self efficacy refers to Beliefs in ones’s capabilies to organize
and execute the courses of action required to produce given attainments.
Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan
dalam kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang
diperlukan untuk membuat pencapaian yang diberikan.
Bandura mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan seseorang dalam
kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian
orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Bandura beranggapan bahwa
keyakinan atas efikasi seseorang adalah landasan dari agen manusia. Manusia
yang yakin bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang mempunyai potensi
untuk dapat mengubah kejadiannya di lingkunganya, akan lebih mungkin untuk
bertindak dan lebih mungkin untuk menjdi sukses dari pada yang mempunyai
efikasi rendah (Feist, 2010: 212)
13
Menurut Alwisol (2009: 287) efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat
melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa
mengerjakan sesuai yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-
cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat
dicapai, sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri. Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa efikasi diri merupakan penilaian diri
terhadap keyakinan dan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan yang dapat
mengubah lingkungan sekitarnya.
Efikasi diri bukan merupakan ekspektasi dari hasil tindakan kita. Bandura
dalam Feist (2010: 212) membedakan antara ekspektasi mengenai efikasi dan
ekspektasi mengenai hasil. Efikasi merujuk pada keyakinan diri seseorang bahwa
orang tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan suatu perilaku, sementara
ekspektasi atas hasil merujuk pada prediksi dari kemungkinan mengenai
konsekuensi perilaku tersebut.
Efikasi diri berlaku juga pada guru yang mengacu pada keyakinan-
keyakinan pribadi tentang kapabilitas-kapabilitas si pengajar untuk untuk
membantu siswa belajar. Efikasi diri pengajar akan mempengaruhi aktivitas-
aktifitas, usaha dan keuletan guru dalam mendidikk siswa (Schunk,2012: 212).
Schunk (2012: 213) efikasi diri guru merupakan sebuah prediktor yang signifikan
untuk memprediksi prestasi siswa.
Bandura dalam Hartmann (Summer 2010 AER Journal: Teacher Self
Efficacy an Deaf-Blindness), menyebutkan bahwa efikasi diri guru sebagai
pertimbangan guru dari kemampuan mereka untuk menghasilkan keinginan hasil
14
dalam pembelajaran anak-anak. diakses pada tanggal 13 Maret 2013 dalam
www.aerbvi.org/modules.php?name=avantGo&file=print&sid=1963
Bandura dalam Oneyda (2006: 99) mengungkapkan bahwa:
“Teacher efficacy is the teacher’s belief in his or her capability to
organize and execute courses of action to succesfully accompllish specific
instructional task or, more simply, his or her capacity to affect student
performance.”
Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa efikasi guru merupakan
keyakinan guru dalam kemampuanya untuk mengatur dan melaksanakan program
tindakan untuk berhasil menyelesaikan tugas instruksional tertentu atau
kapasitasnya untuk mempengaruhi prestasi siswa.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi guru
adalah keyakinan guru terhadap kemampuannya dalam mengajar, untuk mengatur
dan mempengaruhi para siswa saat proses pembelajaran, sehingga guru mampu
memprediksi perkembangan prestasi belajar siswa.
Bandura dalam Feist (2010: 213) efikasi yang tinggi dan rendah
berkombinasi dengan lingkungan yang responsif dan tidak responsif untuk
menghasilkan empat variabel prediktif. Ketika efikasi diri tinggi dan lingkungan
responsif, hasilnya kemungkinan besar akan tercapai. Saat efikasi rendah
berkombinasi dengan lingkungan yang responsif, manusia mungkin akan merasa
depresi karena mengobservasi bahwa orang lain dapat berhasil melakukan tugas
yang terlalu sulit untuknya. Seseorang dengan efikasi tinggi menemukan situasi
lingkungan yang tidak responsif, biasannya akan meningkatkan usahanya untuk
mengubah lingkungan. Sedangkan untuk efikasi yang rendah jika menemukan
15
situasi lingkungan yang tidak responsif , orang-orang akan merasa apatis, segan
dan tidak berdaya (feist, 2010:213)
Gibson dan Dembo dalam Bandura (1997: 241) menjelaskan bahwa
mengukur keyakinan guru dalam efikasi mereka untuk memotivasi dan mendidik
kesulitan siswa dalam belajar dan untuk menetralkan permusuhan yang dapat
mempengaruhi perkembangan akademik siswa. Efikasi diri mempengarui
pengaturan aktivitas dalam kelas. Guru dengan dengan self efikasi yang tinggi
dapat menyediakan waktu yang lebih dalam aktivitas akademik, memberikan
bimbinga bagi murid yang mengalami kesulitan dan memuji akademik mereka.
Berbanding terbalik dengan guru yang memilliki self efficacy rendah. Guru
dengan self efficacy rendah akan membutuhkan waktu yang lama dalam aktivitas
non akademik, selain itu juga menyerah terhadap siswa dan mencela kegagalan
mereka.
Sejalan dengan yang diungkapkan Melby (1995) dalam santrock (2008:
524) self efficacy guru sangat berpengaruh besar terhadap kualitas pembelajran
siswa. Guru dengan self efficacy rendah seringkali kebingungan menghadapi
problem kelas. Guru dengan self efficacy rendah tidak punya rasa percaya diri
dalam kemampuan mereka untuk mengelola kelas menjadi stress dan marah pada
perilaku murid yang tidak tepat, pesimis terhadap kemampuan murid untuk
berkembang, memandang pekerjaan mereka sebagai rutinitas belaka, sering
menggunakan hukuman dan dan larangan, dan mengatakan bahwa mereka punya
pilihan lain, mereka tidak akan memilih profesi guru atau pengajar.
16
2.1.2 Sumber Efikasi Diri
Alwisol (2009: 288) Perubahan tingkah laku, dalam sistem Bandura
kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Sumber efikasi
merupakan faktor self efikasi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya self
efikasi. Sumber dari self efikasi antara lain:
a. Pengalaman Performance
Prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagi sumber,
performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat
pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yanng bagus meningkatkan ekspektasi efkasi,
sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan
memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaianya
(Alwisol, 2009:288)
Sedangkan Bandura (1997:79) tidak menyebutkan performance
accomplishment dalam sumber efikasi melainkan enactive mastery experience.
Enactive mastery experience merupakan sumber yang paling mempengaruhi
karena memberikan bukti paling asli dari seseorang apakah bisa mengerahkan
apaun yang membawanya pada kesuksesan. Kesuksesan membangun sebuah
keyakinan yang kuat dalam personal efikasi. Kekuatan dari enactive untuk
menciptakan dan memperkuat keyakinan efikasi.
b. Pengalaman Vikarius
Diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati
keberhasilan orang lain. Sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang
yang kemampunya kira-kira sama ternyata gagal. Mengamati perilaku dan
17
pengalaman orang lain sebagai proses belajar individu.melalaui model ini efiasi
diri individu dpat meningkat, terutama jika merasa lebih baik dari pada orang
yang menjadi subyek belajarnya. Ia akan mempunyai kecenderungan merasa
mampu melakukan hal yang sama.
c. Persuasi sosial
Efikasi diri juga dapat diperoleh , diperkuat atau dilemahkan oleh melalui
persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat
persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah itu
adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang
dipersuasikan.
Seseorang mendapat sugesti untuk percaya bahwa ia dapat mengatasi
masalah-masalah yang akan dihadapi. Persuasi verbal ini dapat menngarah
individu untuk berusaha lebih giggih untuk untuk mencapai tujuan dari
kesuksessan.
d. Keadaan emosi
Keaaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan kan mempenngaruhi efikasi
dibidang itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri.
Namun bisa terjadi, peningkaktan emosi (yang tidak berlebihan) dapat
meningkatkan efikasi diri
Gejolak emosi, kegelisahan yang mendalam, dan keadan fisiologis yang
lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagaisuatu isyarat akan terjadi
suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Kecemasan dana stress yang terjadi dalam
diri seseorang ketika melakukan tugas sering diartikan sebagi suatu kegagalan.
18
Pada umumnya, seseorang cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam
kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan
atau gangguan semantik.
Efikasi diri itu dapat diperolah, diubah, dapat ditingkatkan atau
diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi embat sumber efikasi yang
merupakan pngaruh dari self efficacay yaitu menguasai suatu kompetensi
(performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experience),
persuasi sosial (social persuation), pembangkitan emosi (emotionall physiological
states).
2.1.3 Dimensi Efikasi Diri
Bandura (1997:42) menyatakan ada tiga dimensi penting dalam efikasi
yaitu dimensi tingkatan (level),dimensi keadaan umum( generality), dimensi
ketahanan( strenght).
1. Dimensi tingkatan (level). Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas
setiap individu berbeda. Individu dengan efikasi tinggi akan mempunyai
keyakinan yang tinggi tentang kemampuan dalam melakukan suatu tugas yaitu
keyakinan suatu usaha yang digeluti akan sukses. Sebaliknya individu yang
mempunyai efikasi rendah akan memiliki efikasi yang rendah pula tentang
setiap usaha yang dilakukan. efikasi diri dapat ditujukkan dengan tingkatan
yang dibebankan pada individu, terhadap tantangan dengan tingkatan yang
berbeda dalam rangka menuju keberhasilan. Individu akan mencoba tingkah
laku yang dirasa mampu dilakukan dan akan menghindari tinghkah laku yang
dirasa diluar batas kemampuan yang dirasakannya. Kemampuan dapat dilihat
19
dalam bentuk tingkat kecerdasan usaha, ketepatan, produktivitas, dan cara
mengatasi tantangan. Hasil dari perbandingan antara perbandingan antara
tantangan yang timbul ketika individu mencapai performansi dengan
kemampuan yang dimiliki individu akan bermacam-macam tergantung
aktivitas yang dilakukan.
2. Generality (keluasaan). Berkaitan dengan cakupan luas bidang tingkah laku
dimana individu merasa yakin terhadap kemampuanya. Individu mampu
menilai keyakinan dirinya dalam menyelasaikan tugas. Mampu tidaknya
individu mengerjakan bidang-bidang dan konteks tertentu terungkap gambaran
secara umum tentang efikasi diri individu yang berkaitan generalisasi bisa
bervariasi dalam beberapa bentuk dimensi berbeda, termasuk tingkat kesamaan
aktifitas dan modalitas dimana kemampuan diekspresikan dalam bentuk
tingkah laku, kognitif dan afeksi.
3. Strenght (ketahanan).berkaitan dengan kekukatan. Individu pada keyakinan
individu atas kemampuanya. Individu memmpunyai keyakinan yang kuat dan
ketekunan dalam usaha yang akan dicapai meskipun terdapat kesulitan dan
rintangan. melalui efikasi, kekuatan usaha yang lebih besar mampu didapatkan.
Semakin kuat perasaaan efikasi diri dan semakin besar ketekunan, maka
semakin tinggi kemungkinan kegiatan yang dipilih dan dilak ukan berhasil.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa dimensi efikasi
yang merupakan pengukuran efikasi ada tiga yaitu dimensi tingkatan (level),
dimensi keadaan umum( generality), dimensi ketahanan( strenght).
20
2.1.4 Proses Efikasi Diri
Efikasi diri yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan memberi fungsi
pada aktifitas individu. Bandura (1997: 116) menjelaskan tentang pengaruh dan
fungsi efikasi diri tersebut adalah sebagai berikut :
1. Proses Kognitif
Bandura mengatakan bahwa pengaruh dari efikasi diri pada proses
kognitif seseorang sangat bervariasi. Pertama, efikasi diri yang kuat akan
mempengaruhi tujuan pribadinya. Semakin kuat efikasi diri, semakin tinggi tujuan
yang ditetapkan oleh individu bagi dirinya sendiri dan akan memperkuat
komitmen individu terhadap tujuan tersebut. Individu dengan efikasi diri yang
kuat akan mempunyai cita-cita yang tinggi, mengatur rencana dan berkomitmen
pada dirinya untuk mencapai tujuan tersebut. Kedua, individu dengan efikasi yang
kuat akan memudahkan individu dalam menyiapkan langkah-langkah antisipasi
untuk menghadapi kegagalan.
2. Proses Motivasi
Efikasi diri memainkan peranan penting dalam pengaturan motivasi diri.
Sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan secara kognitif. Individu
memotivasi dirinya sendiri dan menuntun tindakan-tindakannya dengan
menggunakan pemikiran-pemikiran tentang masa depan. Sehingga individu
tersebut akan membentuk kepercayaan mengenai apa yang dapat dilakukan.
Individu juga akan mengantisipasi hasil-hasil dari tindakan-tindakan yang
prospektif serta dapat menciptakan tujuan bagi dirinya sendiri dan merencanakan
21
bagian dari tindakan-tindakannya untuk merealisasikan masa depan yang
berharga.
Efikasi ini mendukung motivasi dalam berbagai cara untuk menentukan
tujuan-tujuan yang diciptakan individu bagi dirinya sendiri dengan seberapa besar
ketahanan individu terhadap kegagalan. Ketika menghadapi kesulitan dan
kegagalan, individu yang mempunyai keraguan terhadap kemampuan dirinya akan
lebih cepat menyerah dan mengurangi usaha-usaha yang dilakukannya. Individu
yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan dirinya akan melakukan
usaha yang lebih besar.
Ketekunan yang kuat akan mendukung pencapaian performansi yang
maksimal individu dalam menyelesaikan suatu tugas. Efikasi juga akan
berpengaruh terhadap aktifitas yang di pilih individu, keras atau tidaknya dan
tekun atau tidaknya individu dalam usaha mengatasi masalah yang sedang di
hadapi bergantung dengan keyakinan dan kemantapan hati seseorang dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Proses Afeksi
Individu yang yakin pada dirinya sendiri bahwa dirinya mampu
mengontrol situasi yang mengancam tidak akan sampai membangkitkan pola-pola
pikiran yang menganggu, sedangkan individu yang tidak dapat mengatur situasi
yang mengancam akan cenderung mengalami kecemasan yang tinggi. Individu
yang memikirkan ketidakmampuan coping dalam dirinya dan memandang banyak
aspek dari lingkungan sekeliling sebagai situasi ancaman yang penuh bahaya
akhirnya akan membuat individu membesar-besarkan ancaman yang mungkin
22
terjadi dan kekhawatiran terhadap hal-hal yang sangat jarang terjadi. Melalui
pikiran-pikiran tersebut individu menekan dirinya sendiri dan meremehkan
kemampuan dirinya sendiri.
4. Proses Selektif
Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan yang
akan di ambil oleh individu. Individu menghindari aktivitas dan situasi yang
individu percayai telah melampaui batas kemampuan coping dalam dirinya namun
individu tersebut telah siap melakukan aktivitas-aktivitas yang menantang dan
memilih situasi yang dinilai mampu untuk di atasi. Perlakuan yang individu buat
ini akan memperkuat kemampuan, minat-minat dan jaringan sosial yang
mempengaruhi kehidupan dan akhirnya akan mempengaruhi arah perkembangan
personal. Hal ini karena pengaruh sosial berperan dalam pemilihan lingkungan,
berlanjut untuk meningkatkan kompetensi, nilai-nilai dan minat-minat tersebut
dalam waktu yang lama setelah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
keyakinan telah memberikan pengaruh awal.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat pokok proses
penting dalam efikasi diri yang mengatur fungsi manusia yaitu proses kognitif,
proses motivasi, proses afeksi dan proses selektif. Proses efikasi ini yang dapat
memberikan efek bagaimana seseorang merasakan, memotivasi dan bertindak.
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Guru
Erawati dalam jurnal inferensial nomor 6 volume 2 tahun 2012 yang
berjudul profil dan faktor yang mempengaruhi efikasi guru madrassah ibtida’iyah
peserta Dual Modem System menjelaskan bahwa berdasarkan teori efikasi dari
23
Bandura (1997: 779-115) dan teman-teman yang relevan dengan faktor yang
mempengaruhi efikasi guru, maka diperoleh tiga kelomok faktor yang
memengaruhi efikasi guru yaitu
a. Faktor demografi
Menurut bandura (1997) ada beberapa faktor yang mempengaruhi efikasi
diri guru, yaitu usia, pendidikan tertinggi dan lama pengalaman mengajar.
Kondisi-kondisi yang menguntungkan dalam faktor demografi, memiliki pengalaman
instruksional yang beragam, dan kualitas afektif yang positif akan meningkatkan
efikasi guru. Sebaliknya, guru yang skornya lebih rendah dalam aspek status sosial
ekonomi, usia, pengalaman, religiusitas, etnisitas, persepsi terhadap kompetensi,
persepsi terhadap kesejahteraan, persepsi terhadap sertifikasi guru, dan indeks
prestasinya, maka cenderung kurang efikasinya dalam menjalankan tugas.
b. Pengalaman instruksional
instriksional bersifat pengajaran, jadi pengalaman instruksional merupakan
pengalaman mengajar. Bandura (1977) dalam Santrock (2008: 524) menyebutkan
pengalaman instruksianal mencakup kemampuan dalam mengelola kelas menjadi
tempat yang menyenangkan untuk brelajardan bisa mengajak orang tua ikut dalam
proses pembelajaran.
c. Personal
tingkah laku dalam situsi personal tergantung pada lingkungan dan kognitif.
Bandura dalam Santrock (2008: 285) faktor person mencakup ekspektassi,
keyakinan, setrategi, pemikiran, dan kecerdasan.
Kesimpulan yang dapat diambil peneliti dari uraian di atas bahwa faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya efikasi guru antara lain faktor pengalaman
24
instrusional, personal dan faktor demografi yang terdiri dari usia, pengalaman
mengajar, pendidikan tertinggi.
2.2 Pendidikan Inklusi
2.2.1 Pengertian Pendidikan Inklusi
Inklusi dari kata bahasa inggris inclusion merupakan istilah terbaru yang
dipergunakan untuk mendeskripsikan penyatuan bagi anak berkelainan dalam
program sekolah. Bagi sebagian pendidik istilah ini dillihat sebagai deskripsi
yanng lebih positif dalam usaha-usaha menyatukan anak-anak yang memiliki
hambatan dengan cara-cara yang realistis dan komperhensif dalam kehidupan
pendidikan yang menyeluruh. Inklusi juga dapat diartikan bahwa tujuan
pendidikan bagi siswa yang memilliki hambatan adalah, keterlibatan yang dari
tiap anak dalam kehidupan sekolah menyeluruh (Smith, 2012:45).
Inklusi dalam pendidikan merupakan proses peningkatan partisipasi siswa
dan mengurangi keterpisahanya dari budaya kurikulum dan komunitas sekolah
setempat (Sue Stubbs, 2002:39). UNESCO, dalam kajianya terhadap aktivitasnya
selama lima tahun setelah konferensi Salamnca menggambarkan inklusi sebagai
gerakan, dan mengkaitkanya langsung dengan peningkatan mutu sekolah (sue
stubbs, 2002: 40).
Sue Stubbs (2002: 37) pendidikan inklusi dalam arti sempit atau
didasarkan pada asumsi “ anak sebagai masalah”. Cartwright dalam Elisa (2013:
3) pendidikan inklusi merupakan praktek yang bertujuan untuk pemenuhan hak
azasi manusia atas pendidikan, tanpa adanya diskriminasi, dengan memberi
kesempatan pendidikan yang berkualitas kepada semua anak tanpa perkecualian,
25
sehingga semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk secara aktif
mengembangkan potensi pribadinya dalam lingkungan yang sama.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
inklusi merupakan sistem pendidikan yang menyeluruh dalam arti bahwa
pendidikan sebagai pemenuhan hak asasi manusia tanpa adanya diskriminasi yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Tanda dari pendidikan inklusi adalah kesediaan guru untuk menerima
siswa yang berkebutuhan khusus. Inklusi menunjukkan pada semua siswa
dihargai, diterima, dan menghormati tanpa memperhatikan etnik dan latar
belakang budaya, kemampuan, jenis kelamin, umur, agama, kepercayaan dan
perilaku (Das Asim, 2012:149). Indeks for inclusion dalam sue tubbs (2002: 38)
inklusi atau pendidikan inklusi bukan nama lain untuk pendidikan khusus.
Pendidikan inklusi menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindugan Anak Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011
tentang kebijakan penanganan anak berkebutuhan khusus adalah pendidikan
reguler yang disesuaikan dengan kebuutuhan peserta didik yang memiliki
kelainan dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa pada sekolah
reguler dalam satu kesatuan yang sistematik.
Pendidikan inklusi merupakan suatu sistem layanan pendidikan khusus
yang mensyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dilayani disekolah
terdekat di kelas biasa bersama teman teman seusianya. Untuk itu perlu adanya
restrukturisasi di sekolah sehingga menjadi komunitas yang mendukung
pemenuhan kebutuhan bagi setiap anak (Pratiningsih, 2010: 34).
26
Sunanto (2004) dalam Hargio (2012:12) pendidikan inklusi merujuk pada
kebutuhan belajar bagi semua peserta didik dengan suatu fokus spesifik bagi
mereka yanng rentan terhadap marjinalisasi atau pemisahan. Melalui pendidikan
inklusi berati sekolah harus menciptakan dan membangun pendidikan yang
berkualitas dan mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik,
sosial, intelektual,bahasa, dan kondisi lainya (Hargio, 2012:18)
Pengertian-pengertian di atas jika disimpulkan pendidikan inklusi adalah
sistem layanan pendidikan yang melayani semua anak baik itu anak berkebutuhan
khusus maupun anak-anak normal tanpa memandang etnik, suku, ras, agama dan
latar belakang untuk membangun pendidikan yang berkualitas.
Sistem pendidikan harus memungkinkan terjadinya pergaulan dan
interaksi antar siswa yang beragam sehingga mendorong sikap silih asah, silih
asih dan silih asuh denagn semangat toleransi seperti halnya dalam kehidupan
sehari-hari. Berkembangnya pendidikan inklusi merupakan implementasi atau
gambaran dari masyarakat inklusi. Masyarakat inklusi adalah semua anak dan
orang dewasa sebagi orang dewasa sebagai anggota kelompok yang sama dengan
interaksi satu sama lain, membantu satu sama lain, saling tenggang rasa,
menerima kenyataan bahwa sebagian anak atau orang dewasa mempunyai tingkat
kebutuhan yang berbeda dari mayoritas, kemudian masyarakat yang cenderung
bekerja sama dari pada bersaing. Skjorten (2003) dalam Hargio (2012:18)
masyarakat inklusi di artikan sebagi semua anak atau orang dewasa mempunyai
rasa memilliki dan bermitra. Setiap orang akan memandang sesuatu sabagai hal
yang alami.
27
Buletin education for all tahun 2000, UNESCO menjelaskan dalam
Abraham (2004: 25) bahwa
“ inclusive education is not concerned with removing all barriers
to learning, and with the participation of all learners vulnerabel to
exclusion and marginalization. It is strategic approach designed to
facilitate learning succss for all children it address the common goals of
decreasing and overcoming all exclusion from human right to education,
at least at the elementary level, and enhancing access, participation and
learning success in quality basic education for all”
Penjelasan tersebut tidak terkait dengan menghapus semua hambatan
untuk belajar dan dengan partisipasi semua peserta didik yang rentan akan
pemisahan dan marginalisasi. Itu adalah pendekatan strategis yang dirancang
untuk memfasilitasi keberhasilan pembelajaran bagi semua anak untuk
mnyampaikan tujuan-tujuan umum dari penurunn dan mengatasi semua
pengecualian dari hak manusia untuk pendidikan setidaknya pada tingkat dasar,
dan akses pertisipasi serta menungkakan akses pembelajaran pedidikan dasar yang
berkulitas bagi semua.
Point penting dalam pendidikan inklusi bahwa mengikutsertakan anak-
anak dengan disabilitas. Akan tetapi Sevin (2007: 29) definisi sebuah inklusi jauh
melebihi dari anak-anak dengan disabilitas dan melihat berbagai cara pandangan
bahwa siswa berbeda antara satu sama lainya, seperti ras, kelas, gender, etnik,
latar belakang keluarga, orientasi seksual, bahasa, kemampuan, ukuran,
agama,dan seterusnya.
Pendidikan inklusi berarti bahwa pendidikan dipandang sebagai upaya
memberdayakan individu yang memiliki keragaman. Anak tidak lagi berbeda-
beda berdasarkan label atau arakteristik tertentu dan tidak ada diskriminasi antara
anak yang satu dengan yang lain, dengan demikian berati semua anak berada
28
dalam satu sistem pendidikan yang sama. Oleh karena itu misi pendidikan sangat
penting adalah meminimalkan hambatan belajar dan memenuhi kebutuhan belajar
anak. Setiap anak dihargai eksisitensinya, ditumbuhkan harga dirinya,
dikembangkan motivasinya dan diterima sebagaimana adanya, sehingga setiap
anak berkembang opitomal sejalan denga potensi masing-masing. Pendidikan
inklusi terkadang terlihat seperti sebuah strategi politik yang didasarkan pada hak
asasi manusia dan prinsip demokrasi, bahwa menghadapi semua kondisi dari
diskriminasi, seperti bagian dari sebuah perhatian dari berkembangnnya
masyarakat inklusif dan untuk memastikan bahwa beberapa siswa menerima
tambahan sumber dan tidak di abaikan dan disisa-siakan (Abraham, 2004:25).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan inklusi adalah pendidikan umum yang mampu memberikan pelayanan
terhadap setiap anak tanpa adanya diskriminasi dalam sistem pendidikan yang
sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2.2.2 Tujuan Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi yang merupakan program pendidikan dalam upaya
pemerataan hak pendidikan bagi semua anak mempuyai tujuan untuk membantu
mempercepat program program wajib belajar pendidikan dasar serta membantu
meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekankan angka
tinggal kelas dan putus sekolah pada seluruh warga negara (pedoman umum
penyelenggaraan pendidikan inklusi, 2007)
Tujuan pendidikan inklusi menurut Balai Pengembangan Pendidikan
Khusus dinas pendidian Jawa Tengah (balai pengembangan pendidikan khusus
29
jawa tengah, diakses pada 30 April 2013, tersedia dalam www.bpdiksus.org)
yaitu:
1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak ( termasuk
anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kebutuhanya).
2. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar.
3. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan
menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah.
4. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak
diskriminatif serta ramah terhadap pembelajaran.
5. Memenuhi amanat undang-undang dasar 1945 khususnya pasal 32 ayat (1)
yang berbunyi ’setiap warga negara negara berhak mendapat pendidikan’, dan
ayat 2 yang berbunyi ’setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya’. Undang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal 5 ayat 1 yang berbunyi
’setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, khususnya Pasal 51 yang berbunyi ’anak yang
menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikana kesempatan yang sama dan
aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa.
Menurut Hargio (2012: 25) dalam pendidikan inklusi memiliki dua tujuan
yaitu:
30
1. Menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas mencitakan dan
menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan
menghargai perbedaan.
2. memberikan kesempatan agar memperoleh pendidikan yang sama dan dan
terbaik bagi semua anak dan orang dewasa yang memerlukan pendidikan bagi
yang memiliki kecerdasan tinggi,bagi yang secara fisik memperoleh
hambatan dan kesulitan baik yang permanen maupun sementara.
Dari uraian di atas tujuan dari pendidikan inklusi dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya pendidikan inklusi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
serta memberikan pelayanan pendidikan kepada semua orang tanpa adanya
diskriminasi.
2.2.3 Manfaat Pendidkan inklusi
Keberadaan pendidikan inklusi dalam dunia pendidikan bermanfaat untuk
mempersiapkan kehidupan yang terjadi di masyarakat bila semua siswa berbeda
latarbelakang, kemampuan belajar dan bersosialisasi di dalam kelas dan ditempat
lain, sehingga semua mendapat kesempatan berbagai hal. Pendidikan inklusi juga
memberikan manfaat bagi banyak pihak diantaranya:
2.2.3.1 bagi siswa
a. Siswa yang tidak berkelainan mendapat manfaat dari dari inklusi sebagai
berikut (Smith, 2012:422):
1. Mengurangi ketakutan akan perbedaan manusia seiring denngan munculnya
perasaan nyaman dan kesadaran
2. Tumbuh dalam kesadaran sosial
31
3. Meningkatkan aspek konsep diri
4. Perkembangan prinsip-prinsip pribadi
5. Persahabatan yang hangat dan penuh perhatian.
b. Siswa yang berkelainan juga mendapat manfaat dari pendidikan inklusi
(Smith, 2012:424) antara lain:
1. Lingkungan inklusif lebih merangsang, memiliki keragaman (variatif), dan
respon dibanding lingkungan terpisah.
2. Lingkungan inklusif lebih memungkinkan perkembangan kurikulum dari
pada kurikulum baru yang banyak kekurangan
3. Lingkungan inklusif dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi
siswa berkebutuhan khusus untuk berinteraksi dengan siswa lain guna
mendapatkan tingkat kemampuan sosial, bahasa, dan kognitif yang lebih
tinggi untuk menyamakan kemampuan-kemampuan tersebut.
4. Lingkungan yang lebih inklusif dapat memberikan kesempatan yang lebih
besar bagi siswa-siswaberkebutuhan khusus untuk belajar kemampuan
akademis yang sebenarnya lebih mudah di pelajari dari teman sebaya
ketimbang dari guru.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidilan inklusi
memberikan banyak manfaat bagi semua anak baik tanpa terkecuali. Anak-anak
mempunyai banyak kesempatan untuk berinteraksi dan peduli terhadap
lingkungan sekitar.
32
2.2.3.2 Bagi Pendidik
Beberapa manfaat pendidikan inklusi bagi pendidik dalam Smith (2012:
426) antara lain:
1. Pengajaran dan pembelajaran mencakup berbagai hambatan (Teahing and
learning about disabilities). Guru mendapatkan pelajaran dan pengalaman
dari kelas inklusi, sehingga bisa menangani anak-anak dengan berbagai
hambatan.
2. Kurikulum dan materi ajar (curriculum and material). Guru menjadi lebih
kreatif dalam menyusun materi serta metode yang digunakan saat proses
pembelajaran sebab anak-anak berkebutuhan khusus memiliki kemampuan
dan kelebihan yang berbeda-beda.
3. Sukses untuk semua (succes for all). Pendidikan inklusi dapat meningkatkan
rasa percaya diri guru untuk berkomitmen dalam membantu anak-anak
berkebutuhan khusus.
4. Kerja sama pemecahan masalah ( collaborative problem solving). Melalui
pendidikan inklusi dapat meningkatkan kerjasama guru dan siswa dan belajar.
5. Harapan atas inklusi (expectation of inclusion). Guru dan murid mempunyai
harapan siswa anak berkebutuhan khusus berperan serta dalam kelas umum,
sehingga menumbuhkan rasa kekeluargaan yang membuat inklusi semakin
besar dan percaya diri untuk mewujudkan suatu lingkungan inklusif.
6. Penilaian siswa dan IPK (student assesment and IEPS). Pendidikan inklusi
menjadikan guru berperan aktif dalam proses penilaian. Keterlibatan guru
mempermudah pemahaman terhadap siswa untuk membantu mencapai
33
tujuan-tujuan mereka, seerta meningkatkan rasa memiliki yang lebih besar
terhadap anak-anak yang berkebutuhan khusus.
7. Fleksibilitas (Flexibillity). Guru menjadi lebih fleksibel dalam gaya mengajar,
struktur, dan desai kelas serta dalam menciptakan aktivitas yang akan
menciptakan aktivitas yang meningkatkan keberhasilan bagi seluruh siswa.
8. Biarkan berjalan (let it go). Melalui pendidikan inklusi guru menjadi lebih
cermat dalam memikirkan kepentingan dan harapan bagi siswa, serta
membiarkan siswa mengerjakan sendiri.
9. Akuntabilitas (Accountability). Kelas inklusi dapat menumbuhkan etika dan
tanggunng jawab pengajaran guru. Pengaruh memiliki anak-anak
berkebutuhan khusus dapat memberi rangsangan peningkatan yang
terceermin dalam praktik yang membawa keuntungan kepada semua siswa
dan sekolah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi
memberikan banyak manfaat bagi siswa maupun guru. Bagi siswa dapat
memberikan efek yang positif dalam proses pembelajran maupun sosial anak.
sedangkan manfaat pendidikan inklusi bagi guru yaitu guru menjadi lebih kraetif
dan bertanggung jawab.
2.2.4. Landasan Hukum Pendidikan Inklusi
Menurut Mulyono dalam Hargio (2012:19) landasan filosofis utama
penerapan pendidikan inklusi di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima
pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yang
disebut bhineka tunggal ika .
34
Landasan yuridis memiliki hirarki dari undang-undang dasar, peraturan
pemerintah, praturan daerah, kebijakan direktur, hingga peraturan sekolah, juga
melibatkan kesepakatan internasiaonal. Hargio (2012: 20) landasan yuridis
internasional penerapan pendidikan inklusi adalah deklarasi salamnca (UNESCO,
1994). Deklarasi ini sebenarrnya penegasan kembalil atas deklarasi PBB tentanng
HAM tahun 1984 dan berbagi deklarasi lanjutan yang berujung pada peraturan
standar PBB tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi individu berkelainan
memperoleh pendidikan sebagi bagian integral dan sistem pendidkan yang ada.
Landasan yuridis nasional pendidikan inklusi tercantum dalam
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pasal 5
yang berbunyi “setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan
yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.”
2. Deklarasi Bandung (Nasional) ”Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif” 8-14
Agustus 2004 .
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang
pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan inklusi
memberikan jaminan secara hukum dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
pendidikan inklusi. Landasan yanng menaungi pendidikan inklusi antara lain
undang-undang nomor 4 tahun 2007, deklarsi bandunng serta peraturan menteri
nomor 70 tahun 2009.
35
2.2.5. Peserta Didik dalam Pendidikan Inklusi
Berdasarkan pedoman penyelenggaraan pendidikakan inklusi tahun 2007
definisi dari pendidikan inklusi ada dua kategori sisiwa yaitu siswa yang
berkebutuhan khusus dan siswa yang tidak berkebutuhan khusus. Peraturan mentri
nomor 22 tahun 2006 yang berbunyi:
“Peserta didik pendidikan inklusi adalah peserta didik berkelainan tanpa
disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata yanng
berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan sampai kejenjang pendidikan
tinggi. Berkelainan dalam hal ini adalah tuna netra, tuna rungu, tuna daksa
ringan, dan tuna laras.”
Peserta didik yang berkelainan antara lain:
a. Tuna Netra
Tuna netra menurut Koestler dalam Smith (2012: 141) yaitu ketajaman
penglihatan pusat 20/200 atau kurang pada bagian mata yang lebih baik
dengankaca mata koreksi atau ketajaman penglihatan pusat lebih dari 20/200 jika
terjadi penurunan ruang penglihatan dimana terjadi pengerutan suatu bidang
penglihatan sampai tingkat tertentu sehingga diameter terlebar dari 20 derajat
pada bagian mata yang lebih baik. Dari uraian tersebut, anak tuna netra adalah
individu yang indera penglihatanya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai
saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang-orang
awas.
b. Tuna Rungu
Sutjihati (2006:93) mendefinisikan tuna rungu Tuna rungu sebagai suatu
keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat
menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengaranya. Smith
36
(2012: 278) menjelakan bahwa ada dua faktor penyebab tuna rungu yaitu faktor
genetik dan faktor lingkungan atau pengalaman yang meliputi lahir prematur,
campak, virus, ketidaksesuaian RH darah, dan radang telinga tengah.
c. Tuna Daksa dan Cerebal Palsy
Tuna daksa adalah kelainan yang meliputi cacat tubuh atau kerusakan tubuh
atau kerusakan tubuh, kelainan atau kerusakan pada fisik dan kesehatan dan
kelainan atau kerusakan otak dan saraf tulang belakang (Hargio, 2012: 47).
Cerebal palsy merupakan gangguan pada sistem serebai yang disebabkan oleh
kelainan yang terletak pada sistem saraf pusat (Hargio, 2012:47). Hargio (2012:
48) juga menjelaskan bahwa faktor penyebab tuna daksa antara lain masa sebelum
lahir, pada saat lahir dan setelah proses kelahiran.
d. Anak Berbakat Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa
Renzuli dalam Smith (2012: 308) keberbakatan adalah mencerminkan suatu
interaksi diantara tiga kelompok dasar sifat-sifat manusia. Kelompok tersebut
diatas rata-rata (namun tidak selalu tinggi )kemampuan umum dan/atau tertentu,
tingkat komitmen tugas yang tinggi (motivasi), dan tingkat kreativitas yang tinggi.
mereka yang memiliki kemampuan mengembangkan sifat-sifat gabungan tersebut
dan menerapkanya terhadap bidang yang bernilai potensial dari prestasi manusia.
Anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
dipengaruhi oleh pengalaman lingkunngan, sehingga karakteristik anak berbakat
dapat terlihat melalui tiga hal seperti yang diungkapkan Hargio (2012: 60) yaitu
potensi, cara menghadapi masalah dan prestasi.
37
e. Tuna grahita/ Keterbelakangan Mental.
Gorrad dalam Smith (2012: 105) menggambarkan mengenai keterbalkangan
mental yaitu suatu kondisi dimana seseorang memiliki otak yang lemah, sehingga
perkembangan kecerdasanya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai pada
tahap perkembangan yang optimal. Penyebab terbelakang mental yang telah
teridentifikasi oleh American Sociation On Mental Retardation dalam Smith
(2012: 110) yaitu faktor genetik, faktor selama masa kehamilan, trauma kelahiran,
penyakit dan cedera selama masa anak-anak dan remaja
f. Anak Dengan Gangguan Belajar
Gangguan belajar meliputi ketidak mampuan untuk memperoleh,
menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas,
dihasilkan dari kekuranngan perhatian, ingatan atau pertimbangan,dan
mempengaruhi performa akademik (Hargio, 2012:77). Terdapat tiga macam
gangguan belajar yaitu gangguan membaca, menuliskan ekspresi dan gangguan
matematik.
g. Anak Tuna Laras
Anak tuna laras memiliki kecerdasan yang tidak berbeda dengan anak-anak
pada umumnya. Prestasi yang rendah di sekolah disebabkan mereka kehilangan
minat dan konsentrasi belajar karena masalah ganguan emosi yang mereka alami.
Kegagalan dalam belajar seringkali dianggap intelegensi mereka rendah (Sutjihati,
2006:139). Istilah tuna laras atau gangguan emosi/perilaku merupakan ketidak
mampuan yanng ditandai dengan respon perilaku dan emosional dalam program-
38
program pembelajaran sangat tidak sesuai dengan usia, budaya, atau norma-norma
etnis yang berdampak buruk secara nyata pada pendidikanya (Smith, 2012: 146).
h. Tuna Wicara
Tuna wicara atau kelainan bicara merupakan suatu kesulitan dalam
mengungkapkan pesan-pesan yang diucapkan (Smith, 2012: 203). Menurut
definisi tersebut merupakan suatu kesullitan dalam menggunakan kata-kata atau
pengetahuan kata yang buruk, sehingga akan menciptakan ketidaknyamanan
dalam berkomunikasi.
i. Autisme
Autisme adalah suatu kelainan neurologis, yanng seringkali mengakibatkan
ketidak mampuan interaksi komunikasi dan sosial (Smith, 2012: 150). Anak-anak
autis sering kali menunjukkan sifat kelainan sejak bayi seperti tidak tanggap
terhadap orang lain, gerak diulang-ulang, menghindari kontak mata, tetap dalam
kebiasaan, aneh dan sikap-sikap yang ritualitas (Smith, 2012: 150)
j. ADHD
ADHD atau attention deficit hiperakctive disorder adalah gangguan yang
muncul pada anak usia dini. ADHD tidak dianggap sebagai ketidakmampuan
belajar tetapi mengganggu proses belajar. Anak-anak ADHD sering mengalami
masalah dengan duduk diam tetap fokus, mengikuti instruksi, suka berorganisassi
dan menyelesaikan pekerjaan rumah (Hargio, 2012:93). Hargio (2012: 97) juga
menjelaskan ada empat karakteristik anak ADHD yaitu hiperaktif, menggeliat,
pendiam/penghayal dan kurangnya perhatian.
39
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adapun peserta didik
dalam pendidikan inklusi terdiri dari anak yang berkebutuhan khusus dan anak
yang berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus antara lain tuna
netra, tuna rungu, tuna daksa, cerebral palsy, anak berbakat, tuna grahita, anak
dengan gangguan belajar, tuna laras, tuna wicara, autis dan ADHD.
2.2.6. Kompetensi Guru Dalam Pendidikan Inklusi
Guru dalam undang-undang nomor 14 tahun 2005 adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidika formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Guru sebagai tenaga kependidikan diharapkan mampu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Karena guru mempunyai peranan sangat penting
dalam proses pendidikan. Seperti yang dikemukakan syaodih dalam Mulyasa
(2009: 13) bahwa guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam
perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. lebih lanjut dikemukakanya bahwa
guru adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.
Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum maka guru pulalah
yanng melakukan evaluasi. Menyadari hal tersebut betapa pentingnya untuk
meningkatkan aktivitas, kreatifitas, kualitas dan profesionalisme guru.
Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan inklusi kompetensi seorang guru
merupakan kunci sukses dalam pelaksanaan pendidikan. Kompetensi guru dalam
megajar akan menunjukan kemampuan yang sebenar-benarnya, maka guru
dituntut mempunyai kemampuan lebih dalam melaksanankan proses
40
pembelajaran. Menurut Praptiningsih dalam jurnal pendidikan khusus volume 7
nomor 2 tahun 2010 yang berjudul Fenomena penyelenggaraan pendidikan inklusi
kemampuan yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus
2. Pemahaman akan pentingnya mendorong rasa penghargaan anak berkaitan
dengan perkembangan, motivasi dan belajar melalui suatu interaksi positif dan
berorientasi pada sumber belajar.
3. Pemahaman tentang konvensi hak anak dan implikasinya terhadap
implementasi pendidikan dan perkembangan semua anak.
4. Pemahaman tentang pentingnyamenciptakan linngkungan yang ramah terhadap
pembelajaran yang beraitan dengan isi, hubungan sosial, pendekatan dan bahan
pembelajaran.
5. Pemahaman arti pentingnya belajar aktif dan pengembangan pemikiran kkreatif
dan logis.
6. Pemahaman pentingnya evaluasi dan asessmen berkesinambungan oleh guru
7. Pemahaman konsep inklusi dan pengayaan serta cara pelaksanaan inklusi dan
pembelajaran yang berdeferensi.
8. Pemahaman terhadap hambatan belajar termasuk yanng disebab oleh kelainan
fisik maupun mental.
9. Pemahaman konsep pendidikan berkuallitas dan kebutuhan implementasi
pendekatan dan metode baru.
Kompetensi mengajar dapat dikatakan sebagai kemampuan dasar yang
mengaplikasikan apa yang seharusnya dilaksanakan guru dalam melaksanakan
41
tugasnya. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas
guru yang sebenarnya. Berdasarkan Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pedidikan
Inklusi (2007: 12-6) terdapat dua kompetensi yaitu:
a. Kompetensi Guru Umum
Seorang guru senantiasa dituntut untuk mengembangkan pribadi dan
profesinya secara terus menerus, juga dituntut untuk mampu dan siap berperan
secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu,
seorang guru harus mampu mengembangkan empat aspek kompetensi bagi diri
dan profesinya, yaitu: kompetensi pedagogik kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi dimaksud masing-
masing dimaknai sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik
Memiliki kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengoptimalkan
dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian
Memiliki sikap kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan badi peserta didik, dan berakhlak mulia, atau matang
sehingga mampu berfungsi sebagai tokoh identitas bagi peserta didik, serta dapat
menjadi panutan bagi peserta didik dan masyarakat.
42
c. Kompetensi Profesional
Memiliki kemampuan sebagai pendidik dalam penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing
peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan.
d. Kompetensi Sosial
Kemampuan pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sekitarnya, termasuk dengan para peserta didik, orangtua/wali
peserta didik, teman sejawat, atasan, dengan pegawai sokolah, dan dengan
masyarakat luas.
b. Kompetensi Guru Khusus
Kompetensi guru pendidikan khusus dilandasi oleh empat kompetensi utama
yaitu pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Secara khusus kompetensi
guru diorientasikan pada tiga kemampuan utama seperti yang tercantum dalam
Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (2007: 15) yaitu
1. Kemampuan Umum (general ability):
Kemampuan umum adalah kemampuan yang di perlukan untuk mendidik
peserta didik pada umumnya (anak normal), sedangkan kemampuan dasar adalah
kemampuan yang diperlukan untuk mendidik peserta didik berkebutuhan khusus,
kemudian kemampuan khusus adalah kemampuan yang diperlukan untuk
mendidik peserta didik kebutuhan khusus jenis tertentu (spesialis).
43
2. Kemampuan Dasar (basic ability)
Kemampuan dasar guru pendidikan khusus dalam Pedoman Khusus
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (2007: 15) diharapkan guru dapat memiliki
beberapa kemampuan diantaranya:
a. memahami dan mampu mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus.
b. Memahami konsep dan mampu mengembangkan alat asesmen serta
c. Melakukan asesmen anak berkebutuhan khusus.
d. Mampu merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus.
e. Mampu merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program bimbingan
dan konseling anak berkebutuhan khusus.
f. Mampu melaksanakan menajemen pendidikan khusus
g. Mampu mengembangkan kurikulum Pendidikan Khusus sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus serta dinamika
masyarakat.
h. Memiliki pengetahuan tentang aspek-aspek medis dan implikasinya terhadap
penyelenggaraan pendidikan khusus
i. Memiliki pengetahuan tentang aspek-aspek psikologis dan implikasi nya
terhadap penyelenggaraan pendidikan khusus
j. Mampu melakukan penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan
khusus.
k. Memiliki sikap dan perilaku empati terhadap anak berkebutuhan khusus.
44
l. Memiliki sikap professional di bidang pendidikan khusus
m. Mampu merancang dan melaksanakan program kampanye kepeduliasn PLB
di masyarakat.
n. Mampu merancang program advokasi.
3. Kemampuan Khusus (specific ability)
Kemampuan khusus merupakan kemampuan keahlian yang dipilih sesuai
dengan minat masing-masing tenaga kependidikan. Pada umumnya masing-
masing guru memiliki satu kemampuan khusus (specific ability). Kemampuan
khusus yang harus dimiliki guru berdasarkan Pedoman Khusus Penyelenggaraan
Pendidikan Inklusif (2007: 16) antara lain:
a. Mampu melakukan modifikasi perilaku.
b. Menguasai konsep dan keterampilan pembelajaran bagi anak yang mengalami
gangguan/kelainan penglihatan.
c. Menguasai konsep dan keterampilan pembelajaran bagi anak yang mengalami
gangguan/kelainan pendengaran/komunikasi.
d. Menguasai konsep dan keterampilan pembelajaran bagi anak yang
mengalami gangguan/kelainan intelektual.
e. Menguasai konsep dan keterampilan pembelajaran bagi anak yang mengalami
gangguan/kelainan anggota tubuh dan gerakan.
f. Menguasai konsep dan keterampilan pemnbelajaran bagi anak yang
mengalami gangguan/kelainan perilaku sosial.
g. Menguasai konsep dan keterampilan pemnbelajaran bagi anak yang
mengalami kesulitan belajar.
45
Uraian di atas menunjukan bahwa betapa pentingnya kompetensi guru
dalam pendidikan inklusi. Beberapa kompeensi yang harus dimiliki guru dalam
pendidikan inklusi antara lain kompetensi guru secara umum yang meliputi
kompetensi pedagogik, sosial, pribadi seta kompetensi profesional dan
kompetensi guru khusus yang meliputi kemampuan umum, kemampuan dasar dan
kemampuan khusus.
2.3 Penelitian Sebelumnya
Hasil penelitian sebelumnya oleh Oneyda M. Paneque, dkk dalam judul “A
study of teacher efficacy of special education teachers of engllish language
leaners with disabilities” menunjukkan bahwa Variabel guru yang merupakan
prediktor keberhasilan guru dan salah satu yang statistik signifikan berhubungan
dengan efikasi guru adalah kemahiran dalam bahasa siswa sasaran.
Hasil penelitian lain dari Elizabeth S Hartmann, PhD yang berjudul
“understanding teachers self efficacy to support children with deaf and blindness”
dari hasil penelitianya menyebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan efikasi yaitu
efikasi sangat rendah, efikasi cukup tinggi, efikasi sangat tinggi. Hasil tersebut
mengungkapkakn bahwa dengan efikasi yang rendah guru tidak memiliki
pelatihan formal dan pengalaman mengajar terhadap anak-anak yang mengalami
kebutaan dan tuli. Sedangkan guru dengan efikasi tinggi dipengaruhi faktor
keinginan yang kuat dan mempunyai pengetahuan yang luas.
46
2.4 Kerangka Berpikir
Efikasi guru murupakan keyakinan guru dalam kemampuannya untuk
mengatur dan melaksanakan program tindakan untuk berhasil menyelesaikan
tugas instruksi terrtentu kapasitasnya untuk mempengaruhi kinerja siswa. Hal-hal
yang mempengaruhi efikasi diri guru yaitu pengalaman instruksional, personal
dan faktor demografi.
Dalam penelitian ini yang menjadi titik ukur tinggi rendahnya efikasi
terbatas pada faktor demografi yaitu latar belakang pendidikan, dan lama
mengajar. Sedangkan faktor personal dan pengalaman instruksional tidak
diikutsertakan dalam penelitian ini.
Selanjutnya hubungan ini akan berpengaruh terhadap efikasi guru
pendidikan anak usia dini dalam pendidikan inklusi. Guru yang memiliki efikasi
tinggi akan merasa yakin dalam melaksanakan dan mengembngkan pendidikan
inklusi. Sedangkan guru dengan efikasi rendah akan merasa kesulitan dan
menyerah dalam melaksanakan dan merintis pendidikan inklusi.
Lama mengajar
Latar belakang
pendidikan
Efikasi guru pendidikan anak
usia dini dalam pendidikan
inklusi
47
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk pentanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang
relevan, belum berdasarkan fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data
(Sugiyono, 2010: 96). Hipotesis dalam penelitian ini bersifat komparatif.
Hipotesis komparatif merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan
nilai-nilai dua kelompok atau lebih (Sugiyono, 2010: 212).
Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut terdapat tiga model
hipotesis nol dan alternatif, yaitu:
2.5.1 Hipotesis nol :
1. Tidak terdapat perbedaan signifikan berdasarkan latar belakang pendidikan
mengenai pendidikan inklusi di lembaga PAUD Kecamatan Grabag.
2. Tidak terdapat perbedaan signifikan berdasarkan lama mengajar mengenai
pendidikan inklusi di lembaga PAUD Kecamatan Grabag.
2.5.2 Hipotesisi alternatif :
1. Ha : Terdapat perbedaan signifikan berdasarkan latarbelakang pendidikan
mengenai pendidikan inklusi di lembaga PAUD Kecamatan Grabag.
48
2. Ha : Tidak terdapat perbedaan signifikan berdasarkan lama mengajar
mengenai pendidikan inklusi di lembaga PAUD Kecamatan Grabag.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan,
dan menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan cara-cara ilmiah.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yanng telah ditetapkan. Berdasarkan hipotesis yang telah
ditetapkan, jenis penelitian ini adalah penelitian komparasi. Menurut Sudjud
dalam Arikunto (2010:310) melalui penelitian komparasi akan dapat menemukan
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda, orang, tentang
ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur
kerja.
3.1 Variabel Penelitian
Variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 60).
Variabel dalam penelitian ini yaitu efikasi diri guru yang berfungsi untuk
mengetahui seberapa besar efikasi guru terhadap pendidikan inklusi jika ditinjau
dari latar belakang pendidikan dan lama mengajar.
49
3.2 Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Self efficacy guru merupakan keyakinan guru terhadap kemampuanya dalam
mengatur, mempengaruhi, dan mendidik siswa.
2. Latar belakang pendidikan adalah pendidikan yang pernah dilakukan oleh guru
sesuai dengan ijazah terakhir.
3. Lama mengajar adalah masa kerja guru selama menjalankan tugas menjadi
seorang pendidik anak usia dini.
3.3 populasi dan sampel
3.3.1 Populasi
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas tiga
elemen yaitu: obyek/subyek yang mempunyai kulaitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh penenliti untuk dipelajari. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pendidik paud, baik itu pendidik taman kanak-kanak, roudhotut
adfal, kelompok bermain, maupun tempat penitipan anak. Data tahun 2012 yang
diperoleh dari UPT Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang dan ketua RA
sekecamatan Grabag terdapat 50 lembaga pendidikan anak usia dini, yang terdiri
dari 19 taman kanak-kanak, dan 8 kelompok bermain dan 2 tempat penitipan
anak serta 21 lemabaga RA. Jumlah pendidik secara keseluruhan yaitu 133 guru.
3.3.2 Sampel
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (sugiyono, 2010:118). Teknik pengambilan sampel dalam
50
penelitian ini yaitu random sampling. Cara penentuan jumlah sampel adalah
sebagai berikut (Sugiyono, 2010:126):
a. Sample
Keterangan:
Taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%
P = Q = 0,5
d = 0,05
s = jumlah sampel
s =
s = = 57,33 = 57
Jadi dari 133 populasi terpilih 57 sampel yang terpilih secara acak.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk
keperluan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
3.5.1 Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (sugiyono, 2010:198). kuesioner juga cocok digunakan jika jumlah
responden cukup besar.
Dalam penelitian ini angket atau kuesioer diberikan kepada guru
pendidikan anak usia dini untuk lebih memperjelas pemahaman dan efikasi guru
51
terhadap pendidikan inklusi. Kuisioner dalam penelitian ini berbentuk
pernyataan tertutup. Pernyataan tertutup sangat membantu responden untuk
menjawab dengan cepat.
Untuk mengukur jawaban dari responden menggunakan skala likert.
Responden menjawab dengan menggunakan chek list (√), dengan skala sebagai
berikut:
3.1 Tabel Skor Jawaban Kuisioner
No
Pilihan Jawaban
Skor
Pernyataan Favourable Pernyataan Unfavourable
1 Sangat setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak setuju 2 3
4 Sangat tidak setuju 1 4
Alasan peneliti menggunakan metoden kuisioner karena metode tersebut
sangat memudahkan untuk mengambil data dalam jumlah sampel yang cukup
banyak.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Yang Diberlakukan Untuk
Mengukur Nilai Efikasi Diri Guru Paud Dalam Pendidikan Inklusi
Variabel
Aspek
Indiktor
Item
Jumlah F UF
Efikasi
diri guru
1. Level 1. Memotivasi diri
untuk melakukan
sesuatu.
3, 24,
56, 65,
77
10, 25, 58,
68, 74
10 butir
2. Mempunyai
keyakinan tinggi
terhadap
4, 22,
47, 50,
79
1, 20, 28,
42, 61,
10 butir
52
kemampuanya.
3. Selalu merasa
optimis
23, 33,
69, 73,
78
2, 5, 11,
34, 71
10 butir
4. Mempunyai
kemampuan dalam
mengatasi berbagai
hambatan
6, 30,
51, 60,
66
8, 29, 55,
63, 64,
10 butir
2. Generality 5. Mempunyai
keyakinan
dalam
melaksanakan
tugas
12, 31,
52, 54,
62,
9, 15, 41,
46, 70
10 butir
6. Meyakini
kemampunya
dalam mengatasi
berbagai masalah
14, 57,
72, 80
38, 43, 49,
53
8 butir
3. strenght 7. mempunnyai rasa
percaya diri yang
tinggi
13, 32,
37, 40,
44, 76
17, 36, 67,
75,
10 butir
8. tidak mudah
menyerah dalam
berbagai
kesulitan.
7, 16,
19, 26,
39, 59
18, 21, 27,
45, 48, 35
12 butir
Jumlah 80 butir
3.5 Uji Validitas dan Reabilitas
3.5.1 uji validitas
53
N
YY
N
XX
22
22
xy)()(
N
Y)X)((-XY
r
Hasil penelitian yang valid bila terdapat dua kesamaan antara data yang
terkumpul dengan dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mengukur
data itu valid (Sugiono, 2010:173). Instrumen yang diuji cobakan pada sampel
dari mana populasi diambil. Pengujian instrumen jumlah anggota sampel yang
digunakan sekitar 30 orang. Bila korelasi tiap faktor positif dan besarnya 0,3 ke
atas maka faktor tersebut merupakan construct dan kuat (Sugiyono, 2010: 177-
178). Untuk memperoleh koefisien korelasi item dengan total menggunakan
teknik korelasi product momen dari Pearson, dengan rumus :
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi
∑XY = Jumlah perkalian skor item dengan skor total
∑X = Jumlah skor tiap item X
∑Y = Jumlah skor tiap item Y
Tabel 3.2 item valid dan gugur
Varibel Aspek Indiktor Item valid gugur
Efikasi
diri guru
1. level 1. Memotivasi diri
untuk melakukan
sesuatu.
3, 10, 24,
25, 56 ,58,
65, 68, 74,
10, 24,
56, 74,
77
3, 25,
58, 65,
68
54
77
2. Mempunyai
keyakinan tinggi
terhadap
kemampuanya.
1, 4, 20, 22,
28, 42, 47,
50, 61, 79
1, 4,
22, 42,
47, 50,
61
28, 79
3. Selalu merasa
optimis
2, 5, 11, 23,
33, 34, 69,
71, 73, 78
2,5, 11,
34, 69,
78
33, 71,
73, 23
4. Mempunyai
kemampuan dalam
mengatasi berbagai
hambatan
6, 8, 29, 30,
51, 55, 60,
63, 64, 66
29, 30,
51, 55,
60,
6, 8,
63, 64,
66
5. Genera
lity
6. Mempunnyai
keyakinan dalam
melaksanakan tugas
9, 12, 15,
31, 41, 46,
52, 54, 62,
70
9, 15,
31, 46,
52, 54,
62, 70
12, 41
7. Meyakini
kemampunya dalam
mengatasi berbagai
masalah
14, 38, 43,
49, 53, 57,
72, 80
38, 43,
49, 53,
57, 72,
80
14
8. strenght 9. mempunnyai rasa
percaya diri yang
tinggi
13, 17, 32,
36, 37, 40,
44, 67, 75,
76
17, 32,
40, 44,
67,
75,76
13, 36,
37, 75
10. tidak mudah
menyerah dalam
berbagai kesulitan.
7, 16, 18,
19, 21, 26,
27, 35, 39,
59, 45, 48,
16, 26,
27, 35,
59, 45,
48.
7, 18,
19, 21,
39,
Jumlah item yang gugur 30 dan jumlah item yang valid 50
55
3.5.2 Uji Reabilitas
Pengujian rebilitass instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal dapat dilakukan dengan test-retest, equivalent, dan
gabungan keduanya. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik
Koefisien Alpha dari Cronbach dengan rumus:
rII =
)1(k
k1 -
2
1
2
b
Keterangan :
rII = realibilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal.
∑ 2
b = jumlah varians butir
2
1 = varians total
Perhitugan reliabilitas instrumen penelitian dapat menggunakan bantuan
program komputer yaitu dengan menggunakan program SPSS 16.0 For Windows.
Adapaun hasil dari uji reabilitas instrumen adalah sebagi berikut:
Tabel 3.3 Hasil Uji Reabilitas Item Pada Uji Coba Instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.917 .915 80
dari hasil uji rebilitas dengan SPSS 16.0 For Windows dapat diperoleh
bahwa nilali cornbach alpha 0,917 , maka data tersebut dapat dikatakan reabel.
56
3.6 Analisis Data
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya kesamaan kondisi awal
populasi yaitu bersifat homogen. Data yang digunakan adalah hasil dari sebaran
kuesioner tentang efikasi diri guru terhadap pendidikan inklusi. Data tersebut
dianalisis melalui uji normalitas, uji homognitas dan F tes atau analisis varian.
a. Uji normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang dinalisis
berdistribusi normal atau tidak. Pengitungan niliai normalitas ddalam penelitian
ini menggunakan bantuan SPSS 16.0 for Windows.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah populasi
mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika populasi mempunyai varians yang
sama maka populasi tersebut dikatakan homogen. Jika nilai probabilitasnya <0,05
maka varian populasinya beda, dan sebaliknya jika nilai probabilitasnya >0,05
maka mempunyai varian yang sama (Ghozali,2009:64). Perhitungan uji
homogenitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 16.0 for Windows.
c. Analisis varian (ANOVA)
Analisis varian merupakan metode untuk menguji hubunngan antara satu
variabel dependen. Pengujian dalam hipotesis komparatif ini menggunakan
analisis varian satu jalan (one away anova). Pengujian analisis varian satu jalan
menggunakan SPSS 16.0 for Windows.
57
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian
Kecamatan Grabag merupakan sebuah kecamatan yang berada di sebelah
timur Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Grabag terdiri dari
28 desa. Secara administratif batas wilayah Kecamatan Grabag adalah:
a. Sebelah Timur : Kecamatan Ngablak
b. Sebelah Barat : Kecamatan Secang dan Kecamatan Pringsurat
c. Sebelah Utara : Kabupaten Semarang
d. Sebelah Selatan : Kecamatan Tegalrejo
Pada saat ini dengan seiring waktu kecamatan Grabag telah berkembang
baik terlebih dalam dunia pendidikan anak usia dini. Berdasarkan data yang
diperoleh dari UPT Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang dan ketua RA
sekecmatan Grabag terdapat 50 lembaga pendidikan anak usia dini, dengan
jumlah pendidik secara keseluruhan yaitu 133. Penelitian yang dilakukan di
Kecamatan Grabag menggunakan sampel sebanyak 57 responden dari 15 lembaga
pendidikan anak usia dini. Berikut adalah data dari responden:
4.1.2 Identitas Responden
4.1.2.1 Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perbandingan jenis kelamin
guru pendidikan anak usia dini di Kecamatan Grabag adalah sebagai berikut:
59
Tabel 4.1 Jenis Kelamin
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.2 menunjukan bahwa semua responden yang ikut berpartisipasi
dalam penelitian tentang efikasi diri guru pendidikan anak usia dini adalah
berjenis kelamin perempuan kecuali satu berjenis kelamin laki-laki. Diketahui
bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan mendominasi dengan jumlah
sebanyak 56 orang (98,2 %) dan laki-laki hanya 1 orang (1,8%).
4.1.2.2 Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan menjadi salah satu faktor penting dalam fase
kehidupan manusia. Baik itu dalam dunia kerja maupun ekonomi, terlebih lagi
dalam dunia pendidikan. Sebagai seorang guru latar belakang pendidikan
merupakan standart yang wajib dicapai bagi para guru. Berikut ini tingkat
pendidikan atau latar belakang pendidikan responden:
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki-laki 1 1,8
Perempuan 56 98,2
Jumlah 57 100
60
Sumber: Data primer yang di olah
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan guru pendidikan
anak usia dini di Kecamatan Grabag sangatlah beragam mulai dari tingakat SMP,
SMA/SMK, D2, sampai dengan S1. Berdasarkan data dari tabel diatas , maka
dapat diketahui bahwa responden dengan tamat SMP sebanyak 2 (3,5 %).
Responden yang tamat SMA sebanyak 19 orang (33,3 %). Responden yang
mengenyam pendidikan D2 sebanyak 20 (35,1 %) dan S1 sebanyak 16 orang
(28,1 %). Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui sebagian besar
responden dalam hal ini para guru pendidikan anak usia dini berlatar belakang
pendidikan D2 dan SMA atau SMK sederajat.
4.1.2.3 Lama Mengajar
Pengalaman mengajar dalam dunia pendidikan dapat dilihat melalui lama
mengajar dari seorang guru. Pengalaman dalam mengajar menujukkan bahwa
61
guru sudah merasakan asam manisnya dalam melakukan proses pembelajaran.
Tabel berikut ini akan menunjukkan pengalaman para guru dalam mendidik
siswanya dilihat dari lama mengajarnya:
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil penelitian tabel 4.4 menunjukkan bahwa pengalaman mengajar guru
pendidikan anak usia dini. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lama mengajar
guru 1 - 6 tahun sebanyak 30 guru (52,6 %). Lama mengajar 7 -12 tahun sebanyak
16 (28,1 %), lama mengajar 13 – 18 tahun sebanyak 5 orang (8,7 %). Guru yang
lama mengajar dengan 19 - 24 tahun sebanyak 3 orang (3,5 %) dan responden
yang mengajar 25-30 tahun sebanyak 3 orang (3,5 %) . Berdasarkan hasil dari
penelitian yang ditunjukakn paada tabel 4.3 rata-rata pengalaman mengajar guru
yaitu 1 – 6 tahun.
4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian
62
Untuk mengetahui tinggi rendah nilai subjek, maka peneliti melakukan
kategorisasi pada nilai efikasi. Kategorisasi yang dilakukan didasari oleh suatu
asumsi bahwa skor subjek dalam kelompoknya merupakan estiminasi terhadap
skor subjek dalam populasi dan skor subjek dalam populasinya terdistribusi secara
normal. Peneliti menggunakan kategorisasi sebagai berikut, rendah ( x = m + -1
SD ), sedang ( + -1 SD < x = m + 1 SD ), dan tinggi ( x > m + -1 SD ).
Kategorisasi subjek diatas digunakan untuk mengelompokkan skor dari kedua
variabel dalam penelitian ini.
4.1.3.1 Kategori Skor Variabel Efikasi Guru dalam Pendidikan Inklusi
Skor variabel efikasi diri guru dalam pendidikan inklusi dikategorikan
untuk mengetahui tinggi rendahnya skor subjek. Skor maksimal yang diperoleh
subjek adalah 50 x 4 = 200 dan skor minimal adalah 50 x 1= 50. Jarak sebaran
skor adalah 200 – 50 = 150 dan standar deviasinya 150 : 6 = 25. Sedangkan rerata
hipotetiknya ( 200 + 50) : 2 = 125. Data penelitian skor subjek diktegorikan dalam
3 kategori. Kategori data skor dalam penelitian terhadap subjek adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Kategori Skor Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini
No Skor Kategori Frekuensi Presentase
1 x ≤ 125 Rendah 7 12,3 %
2 125 < x ≤ 150 Sedang 21 36,8 %
3 x >150 Tinggi 29 50,9 %
63
Jumlah 57 100 %
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel kategori 4.5 di atas diketahui bahwa sebanyak 7
responden (12,3 %) responden berada pada tingkat keteori rendah, 21 responden
(36,8 % )berada dalam kategpri sedang, dan 29 responden ( 50,5%) berada dalam
kategori yang tinggi. Jika dilihat secara keseluruhan maka rata-rata nilai efikasi
diri guru terhadap pendidikan inklusi yaitu dikategorikan sedang dengan nilai 139.
4.1.4 Analisis Data
4.1.4.1 Uji Asumsi
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian. Analisis ini
dilakukan dengan multiple regression analysis. Untuk melakukannya harus
terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi, yaitu uji normalitas dan uji
linieritas. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi
tersebut. Uji asumsi dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SPSS 16 for Windows.
1. Uji Normalitas
Uji asumsi normalitas menggunakan teknik statistic non parametik one
sample Kolmogrov-Smirnov, yang digunakan adalah jika p >0,05, maka
sebarannya normal, sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya tidak normal. Hal
ini diperkuat dengan pendapat pendapat Ghozali (2005: 74) yang menyatakan
64
bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 5%, maka disimpulkan data
berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil output SPSS 16.0
Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Hasil Uji Normalitas
No Variabel Koef. Normalitas keterangan
1 Efikasi diri guru 0,158 Normal
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitasnya lebih dari
5% atau 0,05. Variabel efikasi guru dalam pendidikan inklusi menghasilkan
probabilitas sebanyak 0,158. Berdasarkan hasil tersebut bahwa sebaran skor
variabel tersebut adalah normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang
terjadi pada uji statistik parametrik benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan.
Uji asumsi homegenitas menggunakan teknik statistic non parametik one sample
Kolmogrov-Smirnov, kaidah yang digunakan adalah jika p >0,05, maka
sebarannya normal, sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya tidak homogen.
Berikut ini adalah hasil output SPSS 16.0:
Tabel 4.7 Deskripsi Statistik Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
nilaiefikasi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
65
Test of Homogeneity of Variances
nilaiefikasi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.073 2 54 .930
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil dari nilai p >0,05 maka sebaran distribusinya
normal, dengan nilai 0,930 sehingga sebaranya homogen atau sama.
4.1.4.2 Uji Hipotesis
Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data yang
terkumpul memenuhi syarat untuk analisis selanjutnya, yaitu menggunakan uji f
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Hasil analisis hipotesis menggunakan cara
uji f untuk melihat perbandingan latar belakang pendidikan dan lama mengajar
guru. Analisis dengan menggunakan One Way ANOVA untuk melihat seberapa
besar perbedaan yang terjadi pada efikasi diri guru dalam pendidikan inklusi jika
ditinjau dari latar belakang pendidikan dan lama mengajar. Berdasarkan
perhitungan one way ANOVA dengan bantuan SPSS 16 for Windows maka dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
4.8 Tabel Deskripsi Hasil Analisis Varian Latar Belakang Guru Pendidikan
Anak Usia Dini
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:nilaiefikasi
Source
Type III Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Corrected Model 5625.355a 3 1875.118 10.752 .000
66
Intercept 415257.276 1 415257.276 2.381E3 .000
latrpendidikan 5625.355 3 1875.118 10.752 .000
Error 9242.645 53 174.390
Total 1116165.000 57
Corrected Total 14868.000 56
a. R Squared = ,378 (Adjusted R Squared = ,343)
Tabel 4.8 menunjukan bahwa variabel latar belakang pendidikan
signifikan pada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa latar belakang pendidikan
mempengaruhi efikasi diri guru. Besar nilai adjusted R squared 0,343 mempunyai
arti bahwa variabilitas latar belakang pendidikan memberikan sumbangan sebesar
34,3 %.
Tabel 4.9 Hasil Post Hoc Test Multiple Comparisons
Dependent Variable:nilaiefikasi
(I)
latrpendidik
an
(J)
latrpen
didikan
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Tukey
HSD
smp sma -35.71* 9.817 .003 -61.75 -9.67
d2 -31.15* 9.794 .013 -57.13 -5.17
s1 -48.69* 9.904 .000 -74.96 -22.42
sma smp 35.71* 9.817 .003 9.67 61.75
d2 4.56 4.231 .704 -6.66 15.78
s1 -12.98* 4.481 .027 -24.86 -1.09
d2 smp 31.15* 9.794 .013 5.17 57.13
sma -4.56 4.231 .704 -15.78 6.66
s1 -17.54* 4.429 .001 -29.29 -5.79
s1 smp 48.69* 9.904 .000 22.42 74.96
sma 12.98* 4.481 .027 1.09 24.86
d2 17.54* 4.429 .001 5.79 29.29
Bonferron smp sma -35.71* 9.817 .004 -62.62 -8.80
67
i d2 -31.15* 9.794 .015 -57.99 -4.31
s1 -48.69* 9.904 .000 -75.83 -21.54
sma smp 35.71* 9.817 .004 8.80 62.62
d2 4.56 4.231 1.000 -7.04 16.16
s1 -12.98* 4.481 .033 -25.26 -.70
d2 smp 31.15* 9.794 .015 4.31 57.99
sma -4.56 4.231 1.000 -16.16 7.04
s1 -17.54* 4.429 .001 -29.68 -5.40
s1 smp 48.69* 9.904 .000 21.54 75.83
sma 12.98* 4.481 .033 .70 25.26
d2 17.54* 4.429 .001 5.40 29.68
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 174,390.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
Hasil post hoc test di atas menunjukan bahwa perbedaan antara SMP dan
SMA sebesar (-35.71) dengan nilai signifikan (0.003), perbedaan antara SMA dan
D2 sebesar (4.56) dengan nilai signifikan (0.704), perbedaan antara D2 dan S1
sebesar (-17.54) dengan nilai signifikan 0.001. Kemudian perbedaan antara S1
dan SMP sebesar (48.69) dengan nilai signifikan (0.000) dan perbedaan antara S1
dan SMA sebesar (12.98) dengan nilai signifikan 0.033. Hasil penelelitian dalam
post hoc test bahwa semakin jauh perbedaan pendidikan tertinggi guru, maka
semakin tinggi pula nilai signifikasi yang dihasilkan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan guru maka perbedaan nilai
efikasi semakin jelas terlihat.
68
Tabel 4.10 Tabel Deskripsi Hasil Analisis Varian Lama Mengajar
Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:efikasidiri
Source
Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 2976.462a 4 744.116 3.254 .019
Intercept 559397.024 1 559397.024 2.446E3 .000
lamangajar 2976.462 4 744.116 3.254 .019
Error 11891.537 52 228.683
Total 1116165.000 57
Corrected Total 14868.000 56
a. R Squared = ,200 (Adjusted R Squared = ,139)
Tabel 4.9 di atas menunjukan bahwa nilai P=0.19, hal ini menunjukkan
bahwa p >0,05 yang berarti dapat dsimpulkan bahwa variabel lama mengajar tidak
signifikan dalam memberikan perbedaan terhadap efikasi guru. Besar nilai R
Squared yaitu 0.139 yang berarti variabilitas lama mengajar hanya memberikan
sumbangan sebesar 13,9%.
Tabel 4.11 Hasil Post Hoc Test
Multiple Comparisons
Dependent Variable:efikasidiri
(I)
lamanga
jar
(J)
lamanga
jar
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Tukey HSD 1-6 7-12 -4.30 4.681 .888 -17.53 8.92
13-18 -16.07 7.305 .196 -36.71 4.58
69
19-24 -21.20 9.157 .157 -47.08 4.68
25-30 -21.53 9.157 .145 -47.41 4.34
7-12 1-6 4.30 4.681 .888 -8.92 17.53
13-18 -11.76 7.748 .556 -33.66 10.13
19-24 -16.90 9.514 .398 -43.78 9.99
25-30 -17.23 9.514 .378 -44.11 9.66
13-18 1-6 16.07 7.305 .196 -4.58 36.71
7-12 11.76 7.748 .556 -10.13 33.66
19-24 -5.13 11.044 .990 -36.34 26.07
25-30 -5.47 11.044 .987 -36.67 25.74
19-24 1-6 21.20 9.157 .157 -4.68 47.08
7-12 16.90 9.514 .398 -9.99 43.78
13-18 5.13 11.044 .990 -26.07 36.34
25-30 -.33 12.347 1.000 -35.22 34.56
25-30 1-6 21.53 9.157 .145 -4.34 47.41
7-12 17.23 9.514 .378 -9.66 44.11
13-18 5.47 11.044 .987 -25.74 36.67
19-24 .33 12.347 1.000 -34.56 35.22
Bonferroni 1-6 7-12 -4.30 4.681 1.000 -18.03 9.42
13-18 -16.07 7.305 .323 -37.48 5.35
19-24 -21.20 9.157 .246 -48.05 5.65
25-30 -21.53 9.157 .225 -48.38 5.31
7-12 1-6 4.30 4.681 1.000 -9.42 18.03
13-18 -11.76 7.748 1.000 -34.48 10.95
19-24 -16.90 9.514 .816 -44.79 11.00
25-30 -17.23 9.514 .759 -45.12 10.66
13-18 1-6 16.07 7.305 .323 -5.35 37.48
7-12 11.76 7.748 1.000 -10.95 34.48
19-24 -5.13 11.044 1.000 -37.51 27.24
25-30 -5.47 11.044 1.000 -37.84 26.91
19-24 1-6 21.20 9.157 .246 -5.65 48.05
70
7-12 16.90 9.514 .816 -11.00 44.79
13-18 5.13 11.044 1.000 -27.24 37.51
25-30 -.33 12.347 1.000 -36.53 35.87
25-30 1-6 21.53 9.157 .225 -5.31 48.38
7-12 17.23 9.514 .759 -10.66 45.12
13-18 5.47 11.044 1.000 -26.91 37.84
19-24 .33 12.347 1.000 -35.87 36.53
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 228,683.
Berdasarkan tabel 4.11 hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan
antara 1-6 tahun dan 7- 12 tahun sebesar (-4.30) dengan nilai signifikan (0.888),
perbedaan lama mengajar 13-18 tahun dan 19-24 sebesar (-11.76) dengan nilai
signifikan (0.556), sedangkan lama mengajar 25-30 dan 1-6 sebesar (21.53)
dengan nilai signifikan (0.145). Hasil dari post hoc test tersebut dapat disimpulkan
bahwa nilai mean difference tidak menunjukkan adanya nilai yang signifikan,
begitu pula dalam hasil F tes, sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan
nilai efikasi guru ditinjau dari lama mengajar.
71
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Pendidikan
Inklusi
Efikasi didasarkan pada teori kognitif bandura (1997) yang menyatakan
bahwa orang-orang menjalankan kontrol atas apa yang mereka lakukan dan
perilaku mereka dipengaruhi oleh banyak faktor penentu yang saling bergantung
seperti personal kontrol atas tindakan, regulassi diri dan proses befikir, motivasi,
avektif atau fisiologis. Dimopulou (2012) dalam jurnal Literacy Information and
Computer Education Journal (LICEJ), Volume 3, Issue 1, March 2012 yang
berjudul Self Efficacy and Collective Efficacy Beliefs Of Teacher For Children
With Autism menyebutkan bahwa efikasi diri harus melakukan dengan self
perception dari kompetensi dari pada level kompetensi yang sesungguhnya. Teori
self efikasi mempertahankan proses psikologis mengubah jalan melalui perubahan
individu. Efikasi adalah kemampuan generatif di mana kognitif, subskills sosial,
emosional dan perilaku harus diorganisir dan efektif diatur untuk melayani tujuan
yang tak terhitung ada perbedaan yang ditandai antara memiliki subskills dan
mampu mengintegrasikan kemudian ke program telah sesuai tindakan dan
mengeksekusinya maka baik dalam keadaan sulit (Bandura, 1997:36).
Woodcoock (2012) dalam Australian Journal Of Teacher Education
Volume 37 Issue 6 yang berjudul Does Study of an Inclusive Education Subject
Influence Pre-Service teachers' Concerns and Self-Efficacy about Inclusion?
72
Mengungkapkan bahwa guru dapat menambah pengalaman dan pengetahuan
melalui bekerja sama dengan siswa dengan pendidikan khusus dalam ruang kelas
yang bisa memberikan pengaruh besar terhadap sikap dan efikasi, hal itu
memberikan hubungan kuat anatara efikasi diri guru dan kemampuan guru.
Ungkapan tersebut kaitanya dalam penelitian ini bahwa untuk membangun efikasi
diri, guru memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan anak
berkebutuhan khusus.
Efikasi guru sebagai keyakinan guru terhadap kemampuannya dalam
mengajar, untuk mengatur dan mempengaruhi para siswa saat proses
pembelajaran, sehingga guru mampu memprediksi perkembangan prestasi belajar
siswa. Efikasi guru telah terbukti menjadi variabel penting dalam efektifitas guru.
Penelitian juga memberikan bukti bahwa ini juga berhubungan pada pencapaian
siswa. Efikasi yang rendah mengarahkan kepada rendahnya efikasi dan prestassi
siswa (Dimopulou, 2012). Penelitian juga menunjukkan efikasi diri guru
mempengaruhi prestasi siswa, dan level sekolah dalam membangun operasional
sekolah. Efikasi diri menjadi karakteristik penting bagi siswa dan hasil guru
(Shaughnessy, 2004).
Sumber-sumber yang dapat memepengaruhi efikasi diri yaitu menguasai
suatu kompetensi, pengalaman vikarius, persuasi sosial dan keadaan emosi.
Pengembangan pengetauan diri adalah stuktur kognitif bukan hanya audit teknis
pertunjukan, melainkan gagasan tentang diri mereka sendiri atau lingkungan
mereka (Bandura, 1997:80 ). Bandura (1997:42) menyatakan terdapat tiga aspek
73
penting dalam menetukan efikasi diri yaitu generality, level, strenght dengan
indikator sebagi berikut:
1. Memotivasi diri untuk melakukan sesuatu
2. Mempunyai keyakinan tinggi terhadap kemampuannya
3. Selalu merasa optimis
4. Mempunyai kemampuan dalam mengatasi berbagai hambatan
5. Keyakinan dalam melaksanakan tugas
6. Meyakini kemampuanya dalam berbagai situasi
Berdasarkan indikator dari ketiga aspek tersebut maka identifikasi hasil
penelitian efikasi diri guru pendidikan anak usia dini terhadap pendidikan inklusi
yang menunjukan mempunyai efikasi tinggi sebesar 50,9 % dan disusul urutan
guru yang mempunyai efikasi sedang yaitu 36,8 % dan diurutan terakhir guru
dengan efikasi rendah hanya 12,3 %. Meskipun mayoritas lama mengajar 1-6
tahun dengan latar belakang pendidikan responden D2 dan S1 nilai efikasi guru
dalam pendidikan tidaklah buruk, level efikasi berada di level tingkat sedang.
Melby dalam santrock (2008:524) menyatakan bahwa efikasi diri guru akan
berpengaruh besar terhadap kualitas pembelajaran.
Akan tetapi kondisi ini lantas tidak membuat para guru dengan jam
terbang terbatas dan usia masih muda menjadi minder, mereka masih punya cukup
keyakinan untuk menjadi lebih baik dan hal ini khususnya dalam pendidikan
inklusi masih punya banyak harapan untuk mengembangkan pendidikan inklusi.
Efikasi diri guru yang tinggi akan menjadi modal dalam upaya pengembangan
pendidikan inklusi. Seperti apa yang diungkapkan Feist (2012:212 ) manusia yang
74
yakini bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang mempunyai potensi untuk
dapat mengubah kejadiannya di lingkunganya, akan lebih mungkin untuk
bertindak dan lebih mungkin untuk menjdi sukses dari pada yang mempunyai
efikasi rendah. Artinya bahwa dengan keyakinan dalam melakasanakan program
pendidikan inklusi akan menjadi sebuah kemungkinan yang bisa terjadi.
Keadaan ini didasarkan pada teori kogntif dari Bandura (1997) yang
menyatakan bahwa orang-orang melatih kontrol atas apa yang mereka lakukan
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu dari faktor tersebut yang
menjadi bahan utama dalam penelitian ini adalah latar belakang pendidikan dan
lama mengajar guru. Sehingga melalui faktor tersebut peneliti dapat melihat
tingkat efikasi guru pendidikan anak usia dini terhadap pendidikan inklusi di
Kecamatan Grabag.
4.2.1.1 Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Pendidikan
Inklusi Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan.
Latar belakang pendidikan menjadi dasar dalam upaya pengembangan
profesionalitas pendidik dalam pendidikan anak usia dini, seperti yang tercatat
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan menyatakan bahwa bagi guru pendidikan anak usia dini baik formal
maupun non formal harus mempunyai kualifikasi akademik, seperti memiliki
ijazah S1 dari perguruan tinggi terakreditasi, dan pendidikan minimal D2 yang
mempunyai sertifikat pelatihan atau pendidikan/kursus pendidikan anak usia dini.
Kualifikasi tersebut sangat beralasan mengingat pentingnya tingkat pendidikan
75
bagi seorang guru. Sehingga kedepanya dengan potensi dan kemampuan guru
pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Namun pada kenyataanya masih
banyak guru terlebih guru pendidikan anak usia dini yang pendidikanya masih
pada tingkat sekolah menengah atas.
Woolfolk hoy dalam Shaughnessy (2004) mengemukakan profesionalisme
guru, mempunyai hubungan yang sederhana antara efikasi dan kualitas fasilitas,
dan antara efikasi dan profesionalisme guru. Salah satu dari sumber efikasi adalah
menguasai suatu kompetensi. Kompetensi dalam teknik pedoman
penyelenggaraan pendidikan khusus tahun 2007 adalah seperangkat pengetahuan
dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan
tugasnya. Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh dari pendidikan
atau latihan.
Berdasarkan hasil penelitin, peneliti menemukan bahwa efikasi diri guru
yang didasarkan pada latar belakang pendidikan ( R Square=0.378, P=0.00) hal ini
menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan memberikan sumbangan sebesar
37,8%. Meskipun latar belakang pendidikan S1 mempunyai jumlah sedikit akan
tetapi nilai rata-rata nilai efikasinya menduduki peringkat paling tinggi yaitu
sebesar 151,19. Sedangkan guru dengan latar belakang D2 dan SMA/SMK
sederajat mempunyai nilai efikasi yang cukup, dan SMP mempunyai nilai efikasi
yang sangat rendah yaitu sebesar 102,50. Hal ini menunjukan bahwa latar
belakang pendidikan mempunyai andil yang besar terhadap tingkat efikasi diri
para guru pendidikan anak usia dini dalam pendidikan inklusi.
76
Penemuan ini sejalan dengan apa yang ungkapkan Hartman (2010) dalam
Summer 2010 AER journal: self teacher efficacy and deaf blindness bahwa guru
yang mempunyai self efikasi tinggi faktor utamanya terletak pada latar belakng
pendidikan/ pelatihan. Penelitin lain yang dilakukan oleh Gotshall dan Stefanou
dalam Journal Penelitian Education Volume 132 Nomor 2 yang berjudul The
Effect On Going Consultation For Accommodating Students With Disabilities On
Teacher Self Efficacy And Learned Helplessness bahwa pelatihan selama 5 – 10
jam atau lebih dari 10 jam tidak berpengaruh terhadap efikasi diri guru terhadap
anak berkebutuhan khusus. Begitu pula dengan Velthuis (2013) dalam
penelitianya yang berjudul Teacher Training and Pre-service Primary Teachers’
Self-Efficacy for Science Teaching menghasilkan bahwa pelatihan mempunyai
hubungan yang positif terhadap efkasi diri guru.
. Penemuan ini dapat diartikan bahwa untuk meningkatkan efikasi diri
guru dalam pendidikan tidak cukup dengan pendidikan yang sebentar, akan tetapi
butuh waktu yang lama dalam mengenyam pendidikan, terlebih dalam bidang
pendidikan khusus sebagai bekal dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi,
sehingga beberapa pengetahuan dan wawasan yang luas akan sangat berarti di
masa mendatang. Sebagai upaya untuk mengembangkan pendidikan inklusi yang
masih menjadi harapan agar kelak akan segera terwujud melalui keyakinan guru
dalam melaksnakan proses pembelajaran. Liu (2006) mengungkaokan bahwa
bahwa efikasi yang tinggi akan memberikan pengaruh terhadap hasil ekspektasi
guru. Ekspektasi Guru yang yakin akan kekuatan efikasi mereka cenderung
terbuka terhadap ide-ide baru, lebih ikhlas untuk mencoba metode baru, lebih
77
merasa terikat dengan mengajar, lebih ulet menghadapi kesulitan dalam kondisi
kerja, dan cenderung jarang mengkritik terhadap sisiwa yang melakukan
kesalahan (Ashton dalam Dimpulou, 2006).
Pendidikan inklusi sebagai sebuah hal yang baru bagi responden dalam
penelitian ini maka untuk mengetahui program pendidikan inklusi pengalaman
saja tidak cukup. Pengalaman tanpa didasari pengetahuan akan menjadi suatau hal
yang bukan apa-apa. Program inklusi bukan perkara yang mudah untuk
dilaksanakan tentu saja harus membutuhkan pengetahuan dalam mengatasi setiap
permasalahan yang dialami setiap anak didik. Bagaimana mungkin guru hanya
akan tinggal diam tanpa melakukan apapun saat melihat anak didiknya tak
berdaya di dalam kelas karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Woodcock
dkk (2012) dalam Australian Jornal Of Teacher Education Volume 37 Issue 6
yang berjudul Does Study of an Inclusive Education Subject menyebutkan bahwa
partisipasi dalam mata pelajaran berhadapan dengan pendidikan inklusi
berdampak baik pada ketidaknyamanan, simpati, ketidaktentuan, ketakutan,
coping, dan kepercayaan. Dalam penambahanya, sebuah studi menemukan sebuah
statistik hubungan yang signifikan antara pengetahuan dari siswa dengan
disabilitas dan sikap terhadap sikap terhadap inklusi. Karena itu perlu yang
adannya pengetahuan yang cukup agar guru mampu mengidentifikasi setiap
muncul masalah yanga ada pada anak didik mereka, sehingga dari identifikasi
maka guru akan mempunyai seribu satu cara untuk membantu anak-anaknya yang
sedang dalam masalah.
78
Berdasarkan penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa
latar belakang pendidikan merupakan faktor dalam pembentukan efikasi diri bagi
guru. Beberapa kemungkinannya bahwa guru dengan latar belakang pendidikan
yang tinggi mempunyai akses dan wawasan yang lebih luas di bidang pendidikan,
guru lebih menyadari akan pentingnya pendidikan terutama dalam pendidikan
inklusi, guru lebih merasa siap dalam mengjadapi berbagai tantangan, seperti yang
diungkapkan Hoy Wooflok dalan Nauman (2008) bahwa guru yang dengan gelar
sarjana memiliki efikasi yang lebih tinggi dan merasa lebih siap.
. Pernyataan ini dapat diartikan latar belakang pendidikan guru
memberikan dampak penting terhadap tingkat efikasi guru dalam pendidikan
inklusi. Hasil penelitian menunjukan perbedaan yang jelas nilai efikasi yang
didasarkan pada latar belakang pendidikan guru. Sehingga dalam upaya
pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan inklusi guru membutuhkan
pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus. Berbekal pengetahuan tentu
keyakinan guru dalam melaksanankan pendidikan inklusi akan jauh lebih merasa
siap. Hal ini berarti tolok ukur efikasi diri guru ditinjau dari latar belakang
pendidikan dapat memberikan gambaran keberhasilan dalam upaya
pengembangan pendidikan inklusi yang nantinya akan menemui banyak kesulitan.
4.2.1.2 Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Pendidikan
Inklusi Ditinju Dari Lama Mengajar
Guru dengan pengalaman mengajar yang banyak tentu saja sudah
merasakan bagaimana asam manisnya dalam dunia pendidikan. Melalui
79
pengalaman seseorang dapat belajar untuk menjadi lebih baik. Begitu juga dalam
penelitian ini yang memperlihatkan gambaran bagaimana pengalaman dapat
mempengaruhi kepercayaan diri dalam efikasi diri para guru pendidikan anak usia
dini terhadap pendidikan inklusi.
Berdasarkan hasil penellitian pada tabel 4.3 halaman 57 menunjukkan
bahwa pengalaman guru didominasi pada pengalaman 1 – 6 tahun sebesar 52,6%,
dan disusul 7 – 12 tahun sebesar 28,1% dengan nilai efikasi pada tingkat sedang.
Sedangkan pengalaman mengajar lebih dari 13 tahun mempunyai nilai efikasi
yang tinggi yaitu di atas 150. Hasil ini berarti bahwa meskipun mayoritas guru
mengajar 1- 6 tahun, akan tetapi nilai efikasinya berada di tingkat dibandingkan
dengan guru dengan pengalaman lebih lama meskipun jumlahnya lebih sedikit
efikasi mereka dapat dikategorikan pada tingkat diatas rata-rata.
Hasil dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
lama mengajar terhadap efikasi diri guru yanng ditunjukan dengan nilai R sebesar
0,139 dengan P=0.19 (P>0,05), dan hasil post hoc test kelompok lama mengajar
juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan akan tetapi tetap saja
faktor lama mengajar juga mempunyai andil terhadap efikasi diri guru
memberikan sumbangan sebesar 13,9%. Nilai tersebut tidak terlalu besar keadaan
ini dipengaruhi juga oleh bagaimana latar belakang pendidikan guru yang
bersangkutan serta mayoritas lama mengajar guru yang ditemukan di lapangan
yaitu mengajar 1 – 6 tahun. Di sisi lain pendidikan inklusi merupakan sesuatu
yang baru. Sehingga satu-satunya informasi yang bisa diakses melalui pendidikan.
Pengalaman mengajar yang tidak di latar belakangi pendidikan yang mencukupi,
80
guru akan merasa kesulitan karena tidak mempunyai pengetahuan yang cukup.
Schunk (2012: 214) menyatakan bahwa terdapat beberapa sumber yang dapat
mempengaruhi efektifitas efikasi salah satunya yaitu pengalaman-pengalaman
melalui pengamatan. Orang-orang memberikan pengalaman baru dan bagaimana
mereka merekonstruksi dalam memori mereka juga sebagian tergantung pada sifat
dan kekuatan keyakinan diri di mana pengalaman tersebut harus diintegrasikan.
Keyakinan efikasi dengan demikian kedua produk dan bentuk dari pengalaman.
Meskipun banyak penelitian yang menyebutkan bahwa pengalaman
mengajar memberikan dampak perbedaan yang signifikan seperti Elizabeth
Hartman (2010) tentang efikasi guru terhadap siswa deaf-blindness menunjukkan
bahwa guru yang memiliki efikasi rendah mereka mempunyai pengalaman
mengajar dan pengetahuan yang terbatas, sedangkan guru dengan efikasi tinggi
rata-rata mereka memiliki pengalaman mengajar yang lama. Sebagai contoh HA
seorang guru veteran spesialis deaf blindness mengatakan bahwa seorang yang
berpengalaman dalam bidangnya, mereka mempunyai kepercayaan diri yang
tinggi terhadap kemampuanya, dan akan terus belajar untuk menambah
pengatahuan dan mengaplikasi pengetahuannya tersebut. Begitu pula dengan
responden lain yang mempunyai tingkat efkasi yang tinggi dapat diilustrasikan
bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat efikasi yaitu banyak pengalaman,
kerjasama dan selalu berfikir positif. Ternyata dengan nilai efikasi yang cukup
tinggi ini guru lebih terbuka dan lebih cermat saat menghadapi berbagi masalah
yang terjadi. Hal ini sangat penting untuk pertahankan atau dimiliki sebagai
81
bagian dari kepribadian seorang guru karena akan sangat membantu saat guru
menghadapi suatu permasalahan.
Sama seperti apa yang diungkapkan oleh Liu, dkk(2006) dalam
International Journal of Science and Mathematics Education mengenai Taiwan
elementary teachers_ views of science Teaching self-efficacy and outcome
expectations, menerangkan bahwa lama mengajar mempunyai perbedaan yang
signifikan terhadap self efikasi guru. Sejalan dengan Al Awidi (2012) dalam
temuanya yng berjudul The Effect Of Student Teaching Experience On Preservice
Elementary Teachers’ Self-Efficacy Beliefs For Technology Integration In The
UAE dalam education tech reseach menyebutkan bahwa guru berpengalaman
merasa lebih sukses dalam mendorong siswa belajar dan mengorganisasi kelas
sebagai guru yang mempunyai level yang lebih tinggi dari efikasi diri guru dari
pekerjaan dan pengajaran. Penelitian tersebut menunjukan bahwa lama mengajar
memeberikan pengaruh besar terhadap tingkat efikasi guru.
Sedangkan dalam penelitian ini tidak menunjukan hal yang sama. Faktor
penyebab tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam penelitian ini adalah
bahwa mayoritas guru mempunyai pengalaman mengajar 1 – 6 tahun, dalam
kurun waktu tersebut belum banyak pengalaman yang diserap guru, terlebih
dalam bidang pendidikan inklusi, yang berhubungan dengan anak berkebutuhan
khusus. Untuk mendukung keterampilan dan kompetensi serta pengetahuan guru
dibidang pendidikan khusus tidak hanya dibutuhkan pengalaman mengajar, akan
tetapi faktor pendidikan dan pelatihan menjadi hal utama untuk meningkatkan
82
kemampuan dan kompetensi guru dibidang pendidikan khusus, sehingga guru
merasa mampu dan yakin bisa melaksanakan pendidikan yang berbasis inklusi.
Sementara itu studi lain tidak menemukan keterkaitannya antara
pengalaman mengajar dan latar belakang pendidikan terhadap efikasi seseorang.
Seperti yang diungkapkan oleh paneque (2006) dalam (Research Article) A Study
Of Teacher Efficacy Of Special Education Teachers Of Engllish Language
Leaners With Disabilities menjelaskan dalam bahwa dari faktor persiapan guru,
status sekolah, dan pengalaman tidak ada perbedaan skor yang siginifikan
terhadap efikasi guru, paneque (2006) menyebutkan bahwa dari yang memberikan
sumbangan besar terhadap efikasi guru yaitu keahlian. Begitu juga Milson (2001)
dalam penelitianya tentang teacher efficacy and character education dalam paper
presented at the annual meeting of the american reseach education association
mengungkapkan hal yang sama bahwasanya pada skala usia, gelar tertinggi dan
lama mengajar secara statistik tidak signifikan, meskipun demikian hasil
signifikan diperoleh pada personal teacher efficacy dan general teacher efficacy
hasilnya signifikan untuk tipe institusi tingkat sarjana. Berdasarkan temuan
Milson (2001) dapat menyebutkan bahwa lama mengajar maupun latar belakang
pendidikan tertinggi tidak cukup berpengaruh pada efikasi guru, hal ini karena
latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar tidak sertai dengan keahlian
yang menjadi kekhususanya. Artinya pengalaman dan latar belakang pendidikan
tidak cukup untuk menjadi bekal dalam mengajar anak berkebutuhan khusus.
salah satu cara untuk memperoleh keahlian dan pengetahuan dalam bidang
pendidikan khusus tentu saja melalui berbagai pelatihan dan pendidikan yang
83
berkaitan dengan pendidikan khusus. Demikian pula dalam penelitian ini bahwa
pengalaman yang terbatas dalam bidang pendidikan khusus guru pendidikan anak
usia dini di Kecamatan Grabag membuat faktor pengalaman mengajar menjadi
tidak ada perbedaan yang berarti dalam memberikan tingkat perbedaan nilai
efikasi pada diri guru.
Berdasarkan hasil dan penemuan dari Paneque (2006) tentang (Research
Article)A Study Of Teacher Efficacy Of Special Education Teachers Of Engllish
Language Leaners With Disabilities, Milson (2001) tentang teacher efficacy and
character education dalam paper presented at the annual meeting of the
american reseach education association, Liu (2006) tentang Taiwan elementary
teachers_ views of science Teaching self-efficacy and outcome expectations di
atas sejalan dengan penelitian ini bahwa pengalaman mengajar bukan satu-satunya
faktor dalam tingkat eikasi guru. Guru yang mempunyai pengalaman mengajar
kurang dari 10 tahun ternyata tidak efikasius, begitu pula dalam penelitian ini
yang respondennya mayoritas pengalaman mengajarnya 1 – 6 tahun. Sehingga
latar belakang pendidikan maupun pelatihan menjadi sumber dan informasi yang
tepat dalam upaya pengembangan pendidikan inklusi.
Disisi lain fakta lain muncul dalam penelitian ini bahwa guru dengan
minim kualifikasi mempunyai efikasi yang cukup tinggi. Fenomena ini sama
seperti yang ditemukan oleh Hartman (2010) Summer 2010 AER journal: self
teacher efficacy and deaf blindness bahwa seorang guru dengan keterbatasan
pengalaman dan pengtahuan mempunyai efikasi yang tinggi. Guru tersebut
menyatakan bahwa meskipun guru kurang dalam pengalaman dan pengetahuan,
84
tetapi mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dan tidak mudah menyerah juga
menjadikan nilai efikasi seseorang menjadi tinggi.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa efikasi
diri guru dengan variabel latar belakang menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan p=0.00 (p<0.05). Variabel lama mengajar tidak menunjukan adanya
perbedaan dengan p=0.19 (p>0.05), demikian juga dalam hasil post hoc test tidak
menunjukan adanya perbedaan yang signifikan. Meskipun demikian dari hasil
penelitian menunjukan bahwa nilai efikasi guru pendidikan anak usia dini di
Kecamatan Grabag berada ditingkat sedang. Hal ini disebabkan karena pendidikan
inklusi memiliki banyak tantangan dalam pelaksanaanya, di sisi lain bahwa
seorang guru pendidikan anak usia dini mempunyai rasa kasih sayang dan
ketulusan yang tinggi dalam mendidik anak-anak, seperti halnya anak mereka
sendiri. Sehingga kaitanya terhadap pelaksanaan pendidikan inklusi guru tentu
saja akan menerima berbagai macam keadaan anak tanpa membeda-beda dari
sudut pandang manapun.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian merupakan hambatan dan kedala saat
melakukan penelitian. Adapun kendala dalam penelitian ini yaitu beberapa angket
yang telah disebar tidak kembali. Di sisi lain juga beberapa lembaga menolak
untuk mengisi kuisioner yang disediakan peneliti.
85
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai efikasi diri guru
pendidikan anak usia dini dengan pendidikan inklusi nilai efikasinya berada si
tingkat sedang. Hasil penelitian efikasi guru ditinjau dari latar belakang
pendidikan mempunyai perbedaan yang signifikan p=0.00 (p<0.05), dengan
demikian Ha diterima. Sedangkan efikasi diri guru ditinjau dari lama mengajar
tidak menunjukan adanya perbedaan maka Ha ditolak denganp=0.19 (p>0.05).
Artinya latar belakang pendidikan memberikan kontribusi terhadap tingkat efikasi
pendidik dalam pendidikan inklusi, sehingga guru lebih percaya diri dalam
melaksanakan pendidikan inklusi (efikasi tinggi). Sementara lama mengajar tidak
selalu memperolah informasi tentang pendidikan inklusi, sehingga guru merasa
kurang yakin akan kemampuannya perihal pendidikan inklusi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan simpulan di atas masih banyak
kekurangan maka saran dalam penelitin ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menyarankan agar pemerintah daerah khususnya, harus lebih
meningkatkan kompetensi guru pendidikan anak usia dibidang pendidikan
inklusi melalui sosialisasi dan pelatihan terhadap guru pendidikan anak
usia dini.
86
2. Penellitian ini juga menyarankan kepada pemerintah untuk meningkatkan
pembinaan dan informasi terhadap guru pendidikan anak usia dini
terutama mengenai pendidikan inklusi.
3. Penelitian ini hanya terbatas pada Kecamatan Grabag, disarankan untuk
penelitian selanjutnya melakukan penelitian pada lingkup yang lebih
besar, baik itu jumlah klasifikasi maupun jumlah responden, sehingga nilai
efikasi dapat dilihat dari berbagia sudut pandang manapun.
87
Daftar pustaka
Al-Awidi, Hamed Mubarak dan Iman Mohammad Alghazo. 2012. The Effect Of
Student Teaching Experience On Preservice Elementary Teachers’ Self-
Efficacy Beliefs For Technology Integration In The UAE. Education Tech
Research. Diunduh di http://link.springer.com/article/10.1007/s11423-012-
9239-4 tanggal 22 Desember 2013.
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Asim, Das. 2012. Research Article (In-sevice Teachers’ Perception Toward
Inclusion of Student With Disabilities in Mainstream Primary Classroom:
Case Of Some Selected Primary School in Shourtern Bangladesh).
Diunduh di http://ir.lib.hiroshima-
u.ac.jp/metadb/up/kiyo/AN1048291/JIDC_18-3_149.pdf tanggal 30 April
2013.
Bandura, A.1997. Self Efficacy The Exercise Of Control. New York: RR Donelley
& Sons Company.
Balai pengembangan pendidikan khusus dinas pendidikan jawa tengah.2013.
pendidikan inklusif jawa tengah. Diunduh www.bpdiksus.org tanggal 30
April 2013.
Departemen pendidikan nasional. 2007. Pedoman khusus penyelenggaraan
pendidikan inklusi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimopulou, Evelina. 2012. Self Efficacy and Collective Efficacy Beliefs Of
Teacher For Children With Autism. Literacy Information and Computer
Education Journal (LICEJ), Volume 3, Issue 1, March 2012.
Erawati, Muna. 2010. Profil Dan Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Guru
Madrassah Ibtida’iyah Peserta Dual Modem System. Jurnal inveresial volume 6 nomor 2 Desember 2012.
Feist, J Gregory. 1998. Theories of Personality Fourth Edition. United States of
America.
Gotshall,Christine, and Candice Stefanou. 2010. The Effects Of On-Going
Consultation For Accomodating Students With Disabilities On Teacher
Self-Efficacy and Learned Helplessness. Universitas bucknell: Journal Of
Education Vol.132 No.2
88
Hartman, Elizabeth S. 2010. Understanding Teacher Self Efficacy and Deaf
Blindness. Summer 2012 AER Journal: teacher self efficacy and deaf
blindness. Diunduh di
www.aerbvi.org/modules.php?name=avantGo&file=print&sid=1963 pada
tanggal 13 Maret 2013.
Hidayah Sofi Fitria dan Prof. Dr. MMW. Tairas, MA.Procoun. 2013. Perbedaan
Tingkat Teacher Efficacy ditinjau dari Status Sertifikasi pada Guru
Sekolah Menengah Atas di Tuban.2013. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan Vol. 2, No. 01, Februari 2013.
Kepres. 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Jakarta: Kepres
Liu, Chia-Ju, Brady Michael Jack And Houn-Lin Chiu. 2006. Taiwan Elementary
Teachers Views Of Science Teaching Self-Efficacy And Outcome
Expectations. Taiwan: International Journal of Science and Mathematics
Education (2007).
Milson, Andrew J. 2001. teacher efficacy and character education. paper
presented at the annual meeting of the american reseach education
association.
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru profesional Menciptakan pembelajarankreatif
dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
M Paneque, Oneyda. 2006. (Research Article)A Study Of Teacher Efficacy Of
Special Education Teachers Of Engllish Language Leaners With
Disabilities. Diunduh di
www.tandfonline.com/doi/ab5/10.1080/15235882.2006.10162871#previe
w pada tanggal 2 Mei 2013.
Mudjito, Harizal Dan Elfindri. 2012. Pendidikan Inklusif. Jakarta: Banduose
Media Jakarta.
Naumann, Luisa Maria. 2008. Collective Efficacy As Identified By Teachers At
Heritage Middle School, East Central Independent School District, San
Antonio,Texas. Texas A&M University. Diunduh di
http://repository.tamu.edu/bitstream/handle/1969.1/85922/Naumann.pdf?s
equence=1 pada tanggal 13 Desember 2013.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Isi Satuan Standar Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Depdiknas
89
Kepres. 2013. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Kepres. Diunduh di
sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/173768/PP0322013.pdf pada tanggal 14 Januari
2013. Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kulifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.
Praptiningsih. 2010. Fenomena penyelenggaraan pendidikan inklusi. Jurnal
pendidikan khusus: Vol 7 Nomor 2. November 2010.
Puri, Dumitha & Abraham, George. 2004. Hand Book Of Inclusive Education For
Educators, Administrators, And Planners. New Dehli: Sage Publication.
Santoso, Hargio. 2012. Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Shaughnessy, F Michael. 2004. An Interview With Anita Woolfolk: The
Educational Psychology Of Teacher Efficacy. Educational Psychology
Review, Vol. 16 Nomor 2. June 2004.
Schunk, Daleh H. 2012. Learning Theories ( Teori-Teori Pembelajaran:
Perspektif Pendidikan). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Shevin & Sapon, Mara. 2007. Wedening The Circel: The Power Of Inclusion
Classroom. Boston: Beacon Press.
Smith, J David. 2012. Sekolah Inklusif: Konsep dan Penerapan Pembelajaran.
Bandung: Nuansa
Stubs, Sue. 2002. Pendidikan Inklusif (Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber).
Bandung: Upi
Suara karya online. 2012. Dunia kampus PLB Pendidikan Inklusi Di Jateng
Berkembang Pesat Edisi Rabu 18 Oktober 2006. Diunduh pada Kamis 29
Maret 2012. www.suarakarya-online.com/news.html?id=158522.
Suparno. 2010. Pendidikan Inklusif Untuk Anak Usia Dini. Jurnal pendidikan
khusus nomor volume 7 nomor 2. Diunduh di
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/viewFile/775/602 pada 2
januari 2013.
Velthuis ,Chantal, dkk. 2013. Teacher Training and Pre-service Primary
Teachers’ Self-Efficacy for Science Teaching. University of Twente.
90
Woodcock, Stuart, Brian Hemming Dan Russel Kay. 2012. Does Study Of An
Inclusive Education Subject Influence Pre-Service teachers' Concerns and
Self-Efficacy About Inclusion?. Australian Journal Of Teacher Education
Volume 37 Issue 6. Diunduh di
http://ro.uow.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=2436&context=edupapers
pada tanggal 22 Oktober 2013.
91
LAMPIRAN 1
(SURAT IJIN PENELITIAN)
LAMPIRAN 2
(DAFTAR LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK
USIA DINI)
NO. LEMBAGA ALAMAT NAMA
1 TK PGRI VI NGRANCAH Komplek perumnas SDN
Ngrancah
1. Titi Handayani, S. Pd
2. Yuni Wulandari
2 TK PGRI X BANJARSARI Kepatran Banjarsari 3. Anik Supriyanti, S.Pd
4. Inti Khobiyah
3 TK PGRI V LOSARI Wates, Grabag 5. Fitriyani
6. Sri Purwatiningsih
4 TK PGRI VII KALIPUCANG Pijahan, Grabag 7. Muryati, S. Pd
8. Ninuk Budiyati, S. Pd
9. Herllin Mauiska R
5 TK PERTIWI 05 GRABAG Pasanggrahan, Tirto 10. Rofiul Chasanah
11. Winda
6 TK PERTIWI 07 GRABAG Dsn.kleteran II, Kleteran,
Grabag
12. Triharyani, S. Pd
13. Kurniasih
7 TK IT AT TAQWA Komplaks Maasjid UBK 14. Murikhatu T, S. Pd
15. Muniroh
16. Rahmawati
17. Nurul Kholifah
18. Eli Dwi S, S. Pd
19. Endang Tri M
20. Anif M, S. Pd
21. K. Saniyati
22. H. D. Pratiwi, S. Psi
23. Ajib Hidayati
24. S. Munawaroh, S. Pd
25. Siti Anisah
26. Siti Asiyah
27. Rahma Zudiyya S
8 TK PGRI 1 GRABAG Komplek SD I, II, IV / SD
kampus Grabag Magelang
28. Intan Lestariyani
29. Lucia Sri Aryanti,
A.Ma
30. Siti Aisah, A.Ma
9 TK PGRI 02 GRABAG Komplek SDN III Grabag,
Susukan Grabag.
31. KUSRINI Pudyastuti,
S.Pd
32. Desy Ariyanti, S.Pd
10 TK PGRI III GRABAG Paingan, Grabag 33. Rowiyati, S.Pd
34. Amrih Rahayu, A.Ma
35. Nana Widyawati
11 TK PGRI VIII BANARAN
GRABAG
Banaran, Banaran, Grabag 36. Rochaniyati
37. Sriyani
12 TK SATU ATAP SALAM Salam, Salam, Grabag 38. Budiarti, S.Pd
39. Istianani M
13 TK PGRI IX KETAWANG Bawang, Ketawang, Grabag 40. Sri Hidayati, S.Pd
41. Supriyanti
42. Esti Susanti
14 TK PERTIWI IX PUCUNGSARI Krajan, Pucungsari, Grabag 43. Heri Suparyanti
44. Siti Mahrifah
15 TK TUNAS HARAPAN Komplek SDN Giri wetan,
Grabag
45. Dedeh Kurniasih
46. Rahayu Praptiningsih
16 TK PERTIWI III LEBAK Jln. Suwiti Pandak, lebak,
grabag
47. Yanik Puji lestari,
S.Pd
48. Siyamah, S.Pd
17 TK PERTIWI X KARTOHARJO Krajan II, Kutoharjo 49. Lestari
50. Umi Atikah
18 TK SATU ATAP BANYUSARI Banyusari, Grabag, Maagelang 51. Alfiah
52. Agil Setyaningtias
19 TK PERTIWI II KALIKUTHO Kalikuto, Grabag 53. Marnayati
54. Ekaningsugiyati
55. Erma widiyantari
20 TPA MAWAR SARI Wates, Losari, Grabag 56. Tri Hapsari Indrat S
57. Endang Werdanigsih
58. Siarohwati
59. Islamiah
60. Helena Yuliati
21 TPA PERMATA HATI Jln. Sunan Geseng, Kalangan,
Grabag.
61. Hermani D Pratiwi
62. Herlin Maviska
63. Emi Ita Mirzana
64. Ainiyati Sholehah
65. Tri Widyawati
66. Nur Kholifah
22 KB PERMATA HATI
23 KB TUNAS NUSANTARA Jln. Kh. Syiroj 98, Gowak,
Grabag
67. Ulfah nurlina, S.Ip
68. Leksi Nur Khasanah
69. Nurul Hidayah
70. Khoirawati Pamillih
71. Dayu Hapsari
24 SEKAR WANGI Bletukan, Sumur arum, Grabag 72. Sakur
73. Fashiatul Aminah
74. Nanik Ariyati
75. Aningsih
76. Istianani
25 KB RESTU IBU Cokro, Grabag 77. Lestari
Prasetianingsih
26 KB TUNAS HARAPAN Jebreng, Giri wetan, Grabag 78. Dwi Santi Anggraini
79. Tholib Khanniyati
27 KB AL HIDAYAH Karanglo, Sambungreja, Grabag 80. Dwi Ernawati
81. Sulistyowati
28 KB AL HIKMAH Prinngapus, Sambungrejo,
Grabag.
82. Nariyah
83. Sri Munawaroh
84. Siti Muawanah
85. Siti Maesaroh
86. Anhar
29 KB AL FIRDAUS Ngleter, Tlogorejo, Grabag 87. Latifah Eko Wati
88. Titah Arum
Mumpuni
30 RA MUSLIMAT NU NGLETER
31
BA KALIKUTO
Ngencek Kalikuto
89. Siti Afifah
90. Wahyuni
Restuningsih
32 RA AL MUJTAHIDIN
KETITANG
Ketitang, Kalikuto
91. Litik Marini
33
BA BANYUSARI 2
Kayupuring, Banyusari
92. Rochyati Sariyah
93. Shohfatul Hidayati
Maghfiroh
34 RA MUSLIMAT NU
BANYUSARI 1
Jantur, Banyusari
94. Nuryanti
95. Roikhatus Sholihah
96. Sri Diyah Nurul
Faizah
35
RA PERWANIDA
Krajan I
97. Atik Yuliyani
98. Fatchiyatun
99. Sri Nursiyah
100. Sri Nuryati
101. Sakdiyah
102. Laily Fadliyah
103. Sri Hidayati
104. Fitria Mufida
105. Umi Mintarti
36 RA MUSLIMAT NU GRABAG
3 Kaligandu, Grabag
106. Tanti Pujiati
37
RA MUSLIMAT NU GRABAG
2 Tegalrandu, Grabag
107. Lani Susanti
108. Eni Pujiati
109. Fidie Dwi Jayanti
110. Fita Ariyani
111. Umi Habibah
38 RA MUSLIMAT NU
SUMURARUM Purwogondo, Sumurarum
112. Wahyu Fitriyani
39 RA MUSLIMAT NU
BALEAGUNG Kupen, Baleagung
113. Kristanti
40 RA ATTHOYYIBAH
BANARAN 1 Ngandong, Banaran
114. Laela Purnami
115. Elmi Muniroh
41 RA MUSLIMAT NU
GIRIWETAN Giriwetan
116. Suciyati
42 RA MUSLIMAT NU PESIDI Pesidi
117. Budi Rahayu
43 RA MUSLIMAT NU
BANARAN 2 Pendem, Banaran
118. Sri Haryati
119. Siti Munawaroh
120. Himatul Aliyah
121. Khoirul Azizah
44
RA MUSLIMAT NU TIRTO Tirto
122. Sutiyani
123. Firly Hidayah
45
RA MUSLIMAT NU NIPIS Nipis, Sambungrejo
124. Fauziyati
46 BA AL ITTIHAAD
CITROSONO Citrosono, Grabag
125. Istikomah
126. Ika Lestari
127. Nur Indah
Rahmatika
47 RA MUSLIMAT NU SOKA Soka, Citrosono 128. Suriyati
48
RA MUSLIMAT NU
SIDOGEDE Nasri, Sidogede
129. Ikhda Kartikasari
130. Tetie Lailiyati
131. Intan Ayu Puspita
49 RA MUSLIMAT NU
BANJARSARI Salakan, Banjarsari 132. Mutmainah
50 RA MUSLIMAT NU
KALIPUCANG Ngaglik, Kalipucang 133. Siti Maesaroh
LAMPIRAN 3
( KISI-KISI INSTRUMEN )
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Yang Diberlakukan Untuk
Mengukur Nilai Efikasi Diri Guru Paud Dalam Pendidikan Inklusi
Varibel
Aspek
Indiktor
Item
Jumlah F UF
Efikasi
diri guru
2. Level 9. Memotivasi diri
untuk melakukan
sesuatu.
3, 24,
56, 65,
77
10, 25, 58,
68, 74
10 butir
10. Mempunyai
keyakinan tinggi
terhadap
kemampuanya.
4, 22,
47, 50,
79
1, 20, 28,
42, 61,
10 butir
11. Selalu merasa
optimis
23, 33,
69, 73,
78
2, 5, 11,
34, 71
10 butir
12. Mempunyai
kemampuan dalam
mengatasi berbagai
hambatan
6, 30,
51, 60,
66
8, 29, 55,
63, 64,
11 butir
3. Generality 13. Mempunyai
keyakinan dalam
melaksanakan
tugas
12, 31,
52, 54,
62,
9, 15, 41,
46, 70
10 butir
14. Meyakini
kemampunya
dalam mengatasi
berbagai masalah
14, 57,
72, 80
38, 43, 49,
53
8 butir
3. strenght 15. mempunnyai
rasa percaya diri
yang tinggi
13, 32,
37, 40,
44, 76
17, 36, 67,
75,
10 butir
16. tidak mudah
menyerah dalam
berbagai kesulitan.
7, 16,
19, 26,
39, 59
18, 21, 27,
45, 48, 35
12 butir
Jumlah 80 butir
LAMPIRAN 4
( TABULAI DATA HASIL UJI COBA
INSTRUMEN)
Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen
No. Item
1
Item
2
Item
3
Item
4
Item
5
Item
6
Item
7
Item
8
Item
9
Item
10
Item
11
Item
12
Item
13
Item
14
Item
15
Item
16
Item
17
Item
18
Item
19
Item
20
1 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4
2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4
3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 4 2 3 3 4 3 4
4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4
6 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 3
7 2 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3
8 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 4
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3
10 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
11 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 1 4 3 4 4
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
14 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3
15 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 4
16 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
17 3 3 2 4 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
18 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4
19 3 4 4 3 3 4 1 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4
20 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 4
21 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3
23 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
24 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4
25 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 1 2 3 3 3
26 1 4 4 1 1 1 1 4 1 3 4 4 4 3 1 2 4 3 4 2
27 1 2 4 4 2 4 4 2 1 1 1 1 3 4 3 2 2 2 3 4
28 4 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 2 3 2 3
29 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
30 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3
R= 431 355 -147 446 631 277 240 223 631 344 355 213 055 018 462 105 335 286 256 446
Ket: valid valid tidak valid valid tidak tidak tidak valid valid valid tidak tidak tidak valid tidak valid tidak tidak valid
o. Item
21
Item
22
Item
23
Item
24
Item
25
Item
26
Item
27
Item
28
Item
29
Item
30
Item
31
Item
32
Item
33
Item
34
Item
35
Item
36
Item
37
Item
38
Item
39
Item
40
1 4 4 2 3 2 4 2 3 3 3 4 2 3 3 4 3 4 4 3 3
2 2 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4
3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3
4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3
5 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4
6 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 2 3 2 3 4 4 3 4
7 4 3 3 4 2 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3
8 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
10 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 1 3 4 3 4
11 3 3 3 4 1 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4
12 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
13 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2
14 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3
15 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
16 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 4 4 3 3
17 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3
18 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 2 4 2 1 3
19 4 3 3 4 2 4 1 1 2 4 3 1 4 3 4 3 4 4 3 4
20 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 2 3 4 2 2 3 2 3
22 3 3 2 3 2 4 4 2 4 2 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3
23 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3
24 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
25 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3
26 4 1 4 4 4 3 2 3 1 1 3 2 4 2 1 3 2 2 4 1
27 1 4 2 1 2 1 2 4 4 2 1 2 3 1 2 4 2 2 3 1
28 4 3 4 2 3 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 2 4 2 3 4
29 3 3 2 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
30 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3
R= 063 446 -136 355 023 356 405 030 551 442 393 405 130 556 632 -009 123 408 069 631
Ket: tidak valid tidak valid tidak valid valid tidak valid valid valid valid tidak valid valid tidak tidak valid tidak valid
o. Item
41
Item
42
Item
43
Item
44
Item
45
Item
46
Item
47
Item
48
Item
49
Item
50
Item
51
Item
52
Item
53
Item
54
Item
55
Item
56
Item
57
Item
58
Item
59
Item
60
1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 3
4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3
5 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 4 4 4 4 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2
7 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2
8 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
10 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4
11 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
12 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3
13 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
15 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3
16 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3
17 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3
18 2 2 1 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
19 4 4 4 3 2 3 3 4 3 4 3 2 2 4 2 2 2 3 3 2
20 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3
21 3 3 1 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3
22 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
23 3 3 3 3 2 2 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
24 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3
25 3 3 3 3 1 4 4 4 4 1 1 1 4 3 3 4 4 4 3 1
26 1 2 1 1 1 3 4 1 3 2 4 4 2 1 1 1 1 3 4 3
27 4 2 1 3 4 1 2 4 1 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3
28 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
29 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3
30 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
R= 177 408 489 345 551 475 434 335 475 420 429 366 433 632 670 510 499 140 282 357
Ket: Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid
No. Item
61
Item
62
Item
63
Item
64
Item
65
Item
66
Item
67
Item
68
Item
69
Item
70
Item
71
Item
72
Item
73
Item
74
Item
75
Item
76
Item
77
Item
78
Item
79
Item
80
1 3 3 3 3 1 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3
2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3
3 3 3 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3
4 3 3 3 4 4 2 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3
5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
6 3 2 3 2 2 4 2 4 3 3 2 2 2 2 2 4 4 3 2 4
7 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3
8 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
10 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4
11 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4
12 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
13 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 1 4 4 3 3 4
14 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3
15 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3
16 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3
17 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 1 4 4 4 4 3 3 4
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
19 2 2 3 4 3 3 2 3 3 2 1 2 3 3 3 3 2 3 4 3
20 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4
21 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4
22 3 1 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 2 4 3 4 4 3 4 4
23 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 1
24 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3
25 2 3 4 2 4 1 3 1 4 3 4 3 2 1 3 2 3 2 4 3
26 2 2 3 4 1 4 4 4 2 1 4 4 4 2 1 2 2 1 1 4
27 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 2
28 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3
29 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3
30 3 3 3 3 1 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3
R= 395 349 140 290 215 131 397 283 303 566 -021 397 -029 528 290 332 316 750 261 301
Ket: Valid Valid Tidak Tidak Tidak Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid
LAMPIRAN 5
(UJI VALIDITAS DAN REABILITAS )
Hasil Validitas Dan Reabilitas
Hasil Reabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.917 .915 80
Hasil Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 249.97 393.068 .431 . .916
item2 249.70 394.424 .355 . .916
item3 249.67 408.851 -.147 . .919
item4 249.70 392.700 .446 . .915
item5 249.97 388.999 .631 . .914
item6 249.63 397.068 .277 . .917
item7 249.87 397.568 .240 . .917
item8 249.77 400.185 .223 . .917
item9 249.83 385.592 .631 . .914
item10 249.93 396.616 .344 . .916
item11 249.70 394.424 .355 . .916
item12 249.70 398.562 .213 . .917
item13 249.67 404.161 .055 . .918
item14 249.67 404.851 .018 . .918
item15 250.10 395.817 .462 . .916
item16 250.20 401.062 .105 . .918
item17 249.70 394.424 .355 . .916
item18 250.00 398.759 .286 . .917
item19 249.83 399.247 .256 . .917
item20 249.57 394.668 .466 . .916
item21 249.73 403.030 .063 . .918
item22 249.70 392.700 .446 . .915
item23 250.07 408.133 -.136 . .919
item24 249.70 394.424 .355 . .916
item25 250.17 404.144 .023 . .918
item26 249.60 394.731 .356 . .916
item27 249.93 394.202 .405 . .916
item28 249.87 404.189 .030 . .918
item29 249.80 386.648 .551 . .915
item30 249.87 393.361 .442 . .916
item31 249.80 394.028 .393 . .916
item32 249.93 394.202 .405 . .916
item33 249.83 401.730 .130 . .917
item34 249.90 389.748 .556 . .915
item35 249.67 386.230 .632 . .914
item36 250.03 405.068 -.009 . .919
item37 249.87 401.706 .123 . .918
item38 249.83 394.833 .408 . .916
item39 249.97 403.206 .069 . .918
item40 249.83 385.592 .631 . .914
item41 249.83 400.557 .177 . .917
item42 249.83 394.833 .408 . .916
item43 250.07 387.582 .489 . .915
item44 250.00 397.448 .345 . .916
item45 249.80 386.648 .551 . .915
item46 249.70 390.976 .475 . .915
item47 249.43 394.185 .434 . .916
item48 249.63 396.171 .335 . .916
item49 249.70 390.976 .475 . .915
item50 250.07 392.202 .420 . .916
item51 249.63 391.964 .429 . .916
item52 249.77 393.771 .366 . .916
item53 249.87 394.602 .433 . .916
item54 249.67 386.230 .632 . .914
item55 249.90 386.714 .670 . .914
item56 249.83 387.385 .510 . .915
item57 249.80 389.200 .499 . .915
item58 249.67 402.575 .140 . .917
item59 249.73 398.685 .282 . .917
item60 250.10 396.093 .357 . .916
item61 249.87 392.947 .395 . .916
item62 250.00 396.483 .349 . .916
item63 249.67 402.575 .140 . .917
item64 249.57 397.840 .290 . .916
item65 249.80 396.372 .215 . .917
item66 249.67 400.920 .131 . .918
item67 249.50 395.086 .397 . .916
item68 249.67 396.989 .283 . .917
item69 250.00 399.241 .303 . .916
item70 249.70 388.355 .566 . .915
item71 249.77 405.495 -.021 . .919
item72 249.50 395.086 .397 . .916
item73 249.83 405.730 -.029 . .919
item74 249.73 389.720 .528 . .915
item75 249.77 394.944 .290 . .917
item76 249.80 395.683 .332 . .916
item77 249.67 396.782 .316 . .916
item78 249.93 383.789 .750 . .913
item79 249.93 397.995 .261 . .917
item80 249.70 396.631 .301 . .916
LAMPIRAN 6
(BLUE PRINT EFIKASI DIRI GURU)
Bluprint Efikasi Diri Dengan Pendidikan Inklusi
Varibel Aspek Indiktor Item valid gugur
Efikasi
Diri
Guru
2. Level 11. Memotivasi diri
untuk melakukan
sesuatu.
3, 10, 24,
25, 56 ,58,
65, 68, 74,
77
10, 24,
56, 74,
77
3, 25,
58, 65,
68
12. Mempunyai
keyakinan tinggi
terhadap
kemampuanya.
1, 4, 20, 22,
28, 42, 47,
50, 61, 79
1, 4,
22, 42,
47, 50,
61
28, 79
13. Selalu merasa
optimis
2, 5, 11, 23,
33, 34, 69,
71, 73, 78
2,5, 11,
34, 69,
78
33, 71,
73, 23
14. Mempunyai
kemampuan
dalam mengatasi
berbagai
hambatan
6, 8, 29, 30,
51, 55, 60,
63, 64, 66
29, 30,
51, 55,
60,
6, 8,
63, 64,
66
3. Generality 15. Mempunnyai
keyakinan dalam
melaksanakan
tugas
9, 12, 15,
31, 41, 46,
52, 54, 62,
70
9, 15,
31, 46,
52, 54,
62, 70
12, 41
16. Meyakini
kemampunya
dalam mengatasi
berbagai masalah
14, 38, 43,
49, 53, 57,
72, 80
38, 43,
49, 53,
57, 72,
80
14
4. strenght 17. mempunnyai rasa
percaya diri yang
tinggi
13, 17, 32,
36, 37, 40,
44, 67, 75,
76
17, 32,
40, 44,
67,
75,76
13, 36,
37, 75
18. tidak mudah
menyerah dalam
berbagai
kesulitan.
7, 16, 18,
19, 21, 26,
27, 35, 39,
59, 45, 48,
16, 26,
27, 35,
59, 45,
48.
7, 18,
19, 21,
39,
Jumlah item yang gugur 30 dan jumlah item yang valid 50
LAMPIRAN 7
( INSTRUMEN PENELITIAN)
No. Pernyataan SS S TS STS
No.
1. Saya merasa tidak mampu untuk mengembangkan
kelas biasa menjadi kelas inklusif.
2. Saya berfikir bahwa anak berkebutuhan khusus di
masukkan ke dalam sekolah luar biasa saja.
3. Saya tidak pernah meragukan kemampuan saya
dalam mengelola kelas, apalagi jika di dalamnya
terdapat anak berkebutuhan khusus.
4. Saya tidak berharap ilmu dan pengetahuan yang
saya miliki memberikan manfaat dalam dunia
pendidikan, khususnya pendidikan khusus.
5. saya akan menyerahkan tugas kepada orang lain
jika saya mengajar anak berkebutuhan khusus
karena saya belum pernah melakukan
6. Saya merasa khawatir dalam membuka kelas
inklusif, karena lembaga lain belum ada yang
melakukannya
7. Saya merasa bahwa pengembangan pendidikan
inklusi masih sangat jauh dari harapan.
8. Saya merasa keberatan jika saya harus mengubah
kelas saya menjadi kelas inklusi, meskipun tugas
yang harus saya jalankan
9. Saya merasa terbebani jika saya harus menjadi
shadow teacher bagi anak berkebutuhan khusus
selama proses pembelajaran.
10. Saya merasa ragu-ragu jika mengelola ataupun
mengajar anak berkebutuhan khusus.
11. Saya berusaha meyakinkan orang tua/ wali murid
yang meragukan kemampuan saya dalam mengajar
anak berkebutuhan khusus.
12. Saya selalu mendorong diri saya untuk melakukan
hal yang belum pernah saya lakukan dalam bidang
pendidikan yaitu pendidikan inklusi
13. Jika saya gagal dalam meberikan pembelajaran
bagi anak berkebutuhan khusus maka saya akan
berusaha lagi agar tidak terulang untuk yang kedua
kalinya.
14 Jika saya menerima anak berkebutuhan khusus,
cukup saya perlakukan sama sperti anak yang lain
15. Saya merasa kempuan yang ada dalam diri saya
tidak mempengaruhi apapun dalam mengatasi
masalah di dalam kelas, terlebih jika ada anak
berkebutuhan khusus itu akan lebih membebani
bagi saya.
16. Saya merasa bahwa kemamapuan yang saya
miliki mempermudah dalam mengelola kelas,
meskipun ada anak berkebutuhan khusus sekalipun
17. Saya merasa tidak keberatan jika saya harus
menjalankan tugas baru, seperti menjadi seorang
shadow teacher
18. Saya merasa mampu jika saya diberi tanggunng
jawab untuk membantu anak berkebutuhan khusus
selama proses pembelajaran
19. Terkadang saya merasa pesimis terhadap
kemampuan saya jika mengajar anak
berkebutuhan.
20. saya merasa khawatir jika mengajar anak
berkebutuhan khusus dan lebih baik saya
menolaknya
21. Saya lebih memilih untuk menjadi guru
pendamping jika saya harus mengajar anak yang
berkebutuhan khusus.
22. Saya merasa bahwa anak berkebutuhan khusus
dapat mengganggu saya dalam mengajar.
23. Saya bersedia jika suatu saat saya harus mengajar
anak berkebutuhan khusus
24. Saya merasa kemampuan saya ditingkat rata-rata
jadi saya ragu mengajar anak berkebuthan khusus.
25. kreativitas dan kemampuan saya dalam mengajar
anak berkebutuhan khusus tergantung pada sarana
dan media yang tersedia.
26. Saya merasa sangat siap untuk menerima anak
berkebutuhan khusus.
27. saya menyerah jika dalam menangani anak
berkebutuhan khusus menemui banyak kesulitan.
28. Jika saya mendapat tugas untuk membuat kegiatan
bagi anak berkebutuhan khusus, lebih baik jika
saya berikan tugas tersebut kepada orang lain.
29. Saya merasa kemampuan saya sangat luar biasa
jadi saya yakin jika mengajar anak berkebutuhan
khusus.
30. saya merasa kesulitan dalam mengajar ank
berkebutuhan khusus, sehingga saya menjadi takut
untuk mnegulangi lagi.
31. Saya merasa bahwa suasana hati maupun kondisi
fisik saya mempengaruhi performa saat mengajar.
32. Saya merasa yakin dengan kemampuan saya dalam
mengelola kelas bahkan kelas inklusif sekalipun.
33. Saya merasa anak-anak berkebutuhan bukanlah
masalah bagi saya.
34. saya merasa mampu untuk mengajar anak dengan
berkebutuhan khusus sekalipun saya belum pernah
melakukannya.
35. Terkadang masalah pribadi terbawa saat saya
sedang mengajar
36. Saya merasa apapun tugas yang diberikan kepada
saya, saya bisa melaksanakan dengan sebaik-
baiknya termasuk mulai menerima anak
berkebutuhan khusus di kelas saya
37. Saya merasa kelas inklusi akan menimbulkan
berbagai hambatan dan masalah
38. Saya merasa saya harus melakukan perubahan
dalam pendidikan, yaitu mulai menerima anak
berkebutuhan khusus dalam kelas saya
49. Saya yakin bahwa saya bisa fokus dalam
menjalankan tugas meskipun suasana hati maupun
badan saya sedang tidak enak.
40. Saya berfikir bahwa saya harus terus belajar
terutama mengenai pendidikan luar biasa, sehingga
saya siap dengan berbagai keadaan anak yang
berkebutuhan khusus.
41. Saya merasa anak berkebutuhan khusus bukan
sebuah hambatan bagi pembelajaran yang saya
lakukan.
42. Saya merasa kelas inklusif membuat saya bingung
dan kerepotan.
43. Saya merasa jika saya selalu layak mendapat tugas
apapun, meskipun saya harus mengubah lembaga
saya menjadi sekolah inklusi
44. Saya ragu jika harus menerima anak berkebutuhan
khusus.
45. Saya merasa siap jika nanti saya mendapatkan
murid dengan berkebutuhan khusus.
46. Berdasarkan kemampuan saya, saya keberatan jika
saya harus beralih menjadi seorang shadow
teacher.
47. saya merasa bahwa keberadaan anak berkebutuhan
khusus bukanlah sebuah situasi yang dapat
mempengaruhi kemampuan saya dalam mengajar
48. saya merasa nyaman dengan siswa saya yang
semuanya normal.
49. Saya merasa pendidikan inklusi harus segera
dikembangakan dan dilaksanakan.
50. Saya merasa saya harus melakukan sesuatu yang
berbeda yang belum orang lain lakukan seperti
membuka kelas inklusif.
51. Saya berkeyakinan apa yang saya lakukan dalam
mengajar anak berkebutuhan khusus akan sukses.
52. meskipun sarana prasarana sekolah kurang, itu
tidak mempengaruhi kemampuan saya dalam
mengajar terhadap anak berkebutuhan khusus.
LAMPIRAN 8
( DATA RESPONDEN)
Data Reponden
No Nama Latar Belakang
Pendidikan
Lama Mengajar
(Tahun)
1 Nuraini SMP 1
2 Istianani SMA 10
3 Sakur SMA 2
4 Nanik aryanti SMA 3
5 Aningsih S1 8
6 Fasichtul aminah S1 3
7 Murikhatu S1 8
8 Muniroh D2 8
9 Rahmawati SMA 8
10 Eli dwi s S1 18
11 Endang tri m S1 20
12 Anif M SMA 6
13 K saniyati SMA 6
14 H pratiwi SMA 5
15 Ajib hidayati SMA 5
16 S munawaroh SMA 4
17 Siti anisah S1 25
18 Siti asiyah SMA 2
19 Latifah ekowati SMA 3
20 Tiah arum mumpuni S1 21
21 Yuni wulandari SMA 7
22 Titi handayani S1 14
23 Anik supriyanti SMA 17
24 Inti khobiyah S1 10
25 Intan lestariyani D2 3
26 Siti aisah S1 6
27 Lucia sri aryanti D2 13
28 Rowiyati S1 20
29 Amrih rahayu SMA 18
30 Nana widyawati D2 8
31 Fitriyani D2 28
32 Sripurwatiningsih SMA 7
33 Agil setiyaningtiyas D2 3
34 Alfiah SMA 27
35 Haermani d pratiwi SMA 5
36 Herlin maviska r D2 1
37 Emi ita mirzana S1 5
38 Ainiyati sholehah SMA 6
39 Triwidyawati D2 8
40 Nur kholifah S1 1
41 Atik yuliani D2 5
42 Fatchiyatun SMK 7
43 Sri nursiyah SMA 7
44 Sri nuryati S1 11
45 Laily fadliyah SMK 6
46 Sakdiyah SMK 6
47 Sri hidayati SMA 7
48 Ftria mufida SMA 8
49 Umi mintarti SMA 2
50 Lani susanti S1 10
51 Eni Pujiati S1 8
52 Fidie dwi jayanti SMP 8
53 Fita ariyani SMA 3
54 Umi habibah SMA 3
55 Sri hidayati D2 10
56 Supriyanti SMA 4
57 Esti susanti S1 7
LAMPIRAN 9
( TABULASI DATA HASIL PENELITIAN)
Tabulasi Data Hasil Penelitian
Responden
Ite
m 1
Item
2
Ite
m3
Ite
m4
Ite
m5
Ite
m6
Ite
m 7
Ite
m 8
Ite
m 9
Ite
m
10
Ite
m
11
Ite
m
12
Ite
m13
Ite
m
14
Ite
m15
Ite
m
16
item
17
Ite
m
18
Ite
m
19
Ite
m20
Nuraini 1 1 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 4 2 2 3 2 1 1 2
Istianani 1 2 4 2 3 2 1 2 3 3 2 4 3 3 2 3 3 2 2 2
Sakur 3 2 2 2 2 1 2 3 2 4 3 4 3 2 2 3 2 1 4 4
Nanik aryanti 2 3 3 3 1 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3
Aningsih 3 2 2 2 2 1 2 3 2 4 3 4 3 2 2 3 2 1 4 4
Fasichtul A 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3
Murikhatu 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 4 2 3 4 4
Muniroh 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3
Rahmawati 1 2 4 2 3 2 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2
Eli dwi s 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3
Endang tri m 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Anif m 1 2 4 2 3 2 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2
K saniyati 3 2 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 1 3
H pratiwi 2 2 4 3 1 1 2 2 2 2 3 3 4 3 2 2 3 2 2 3
Ajib hidayati 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2
S munawaroh 1 2 3 2 2 1 3 3 2 4 1 3 2 3 3 3 1 1 1 3
Siti anisah 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3
Siti asiyah 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Latifah
ekowati 2 2 4 2 3 2 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 3 2
Tiah arum 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4
Yuni
wulandari 2 2 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
Responden Item
21
Item
22
Item
23
Item
24
Item
25
Item
26
Item
27
Item
28
Item
29
Item
30
Item
31
Item
32
Ite
m3
3
Ite
m3
4
Item
35
Ite
m3
6
Item
37
Ite
m3
8
Item
39
Item
40
Nuraini 3 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2
Istianani 3 3 1 1 3 2 3 2 2 1 2 3 3 1 3 2 2 2 4 3
Sakur 3 3 1 1 3 4 4 1 3 3 2 3 2 3 3 2 4 3 4 3
Nanik
aryanti 4 3 2 2 2 2 3 1 3 2 3 2 2 4 3 1 3 3 3 2
Aningsih 3 3 1 1 3 4 4 1 3 3 2 3 2 3 3 2 4 3 4 3
Fasichtul A 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2
Murikhatu 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
Muniroh 3 3 2 4 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
Rahmawati 3 1 3 2 3 2 3 2 2 1 2 3 3 1 3 2 2 2 4 3
Eli dwi s 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 1 3 3 2
Endang tri m 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
Anif m 3 1 3 2 3 2 3 2 2 1 2 3 3 1 3 2 2 2 4 3
K saniyati 2 2 3 1 2 2 2 3 3 1 3 1 1 2 3 2 3 2 4 2
H pratiwi 2 3 2 1 2 1 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 4 1
Ajib hidayati 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3
S
munawaroh 1 3 1 3 3 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 3 2 3 4 2
Siti anisah 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3
Siti asiyah 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3
Latifah
ekowati 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 1 2 3 3 1 3 2 2 4 3
Tiah arum 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4
Yuni
wulandari 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 4 3
Responden Item
41
Item
42
Item
43
Item
44
Item
45
Item
46
Item
47
Item
48
Item
49
Item
50
Jumlah kategori
Nuraini 3 2 1 1 3 2 1 4 2 2 99 Rendah
Istianani 2 2 2 2 3 3 1 3 3 2 118 Rendah
Sakur 4 2 4 4 3 3 2 4 3 3 138 Sedang
Nanik aryanti 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 128 Sedang
Aningsih 4 2 4 4 3 3 2 4 3 3 138 Sedang
Fasichtul aminah 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 149 Sedang
Murikhatu 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 161 Tinggi
Muniroh 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 131 Sedang
Rahmawati 2 2 2 3 2 3 1 3 3 2 118 Rendah
Eli dwi s 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 161 Tinggi
Endang tri m 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 158 Sedang
Anif m 2 2 2 3 2 3 1 3 3 2 118 Rendah
K saniyati 3 2 2 2 2 1 1 3 2 3 121 Rendah
H pratiwi 3 2 1 1 1 4 2 1 1 1 104 Rendah
Ajib hidayati 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 117 Rendah
S munawaroh 2 1 3 4 3 2 2 3 1 3 115 Rendah
Siti anisah 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 165 Tinggi
Siti asiyah 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 140 Sedang
Latifah ekowati 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 131 Rendah
Tiah arum 4 3 4 4 4 3 3 4 3 2 179 Tinggi
Yuni wulandari 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 130 Sedang
Responden
Item
1
Item
2
Item
3
Item
4
Item
5
Item
6
Item
7
Item
8
Item
9
Item
10
Item
11
Item
12
Item
13
Item
14
Item
15
Item
16
Item
17
Item
18
Item
19
Item
20
Titi handayani 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3
Anik supriyanti 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3
Inti khobiyah 2 2 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3
Intan lestariyani 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Siti aisah 3 3 3 3 2 3 2 3 4 4 4 3 3 4 4 2 2 4 4 3
Luci Sri 2 3 4 4 4 2 4 3 4 1 1 2 3 4 4 3 4 3 2 3
Rowiyati 2 1 3 3 3 3 1 1 2 3 2 3 2 2 2 3 1 4 3 1
Amrih rahayu 4 3 2 2 1 2 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2
Nana W 2 3 3 2 2 2 2 4 3 1 2 3 1 2 1 3 2 3 1 4
Fitriyani 3 1 4 4 4 4 3 1 3 4 3 3 4 1 1 3 3 2 2 1
Sri P 3 2 3 2 1 2 4 3 3 2 4 3 3 1 1 3 4 3 4 3
Agil S 1 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2
Alfiah 2 3 4 3 2 3 1 4 3 3 4 3 4 4 4 3 1 3 3 4
Haermani D P 4 3 3 3 3 1 3 2 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 1 2
Herlin M 3 4 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3
Emi ita 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3
Ainiyati S 1 2 3 2 2 1 3 3 2 4 1 3 2 3 3 3 1 1 1 3
Triwidyawati 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 4 1 2 4 2 3
Nur kholifah 3 4 1 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 1 2 4 3 3 4 4
Atik yuliani 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 1 3
Fatchiyatun 2 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2
Sri nursiyah 4 4 1 3 1 3 3 4 3 3 3 3 4 1 1 2 4 2 2 2
Responden Item
21
Item
22
Item
23
Item
24
Item
25
Item
26
Item
27
Item
28
Item
29
Item
30
Item
31
Item
32
Item
33
Item
34
Item
35
Item
36
item
37
Item
38
Item
39
Item
40
Titi handayani 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3
Anik supriyanti 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3
Inti khobiyah 2 2 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3
Intan lestariyani 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Siti aisah 3 3 3 3 2 3 2 3 4 4 4 3 3 4 4 2 2 4 4 3
Luci Sri 2 3 4 4 4 2 4 3 4 1 1 2 3 4 4 3 4 3 2 3
Rowiyati 2 1 3 3 3 3 1 1 2 3 2 3 2 2 2 3 1 4 3 1
Amrih rahayu 4 3 2 2 1 2 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2
Nana W 2 3 3 2 2 2 2 4 3 1 2 3 1 2 1 3 2 3 1 4
Fitriyani 3 1 4 4 4 4 3 1 3 4 3 3 4 1 1 3 3 2 2 1
Sri P 3 2 3 2 1 2 4 3 3 2 4 3 3 1 1 3 4 3 4 3
Agil S 1 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2
Alfiah 2 3 4 3 2 3 1 4 3 3 4 3 4 4 4 3 1 3 3 4
Haermani D P 4 3 3 3 3 1 3 2 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 1 2
Herlin M 3 4 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3
Emi ita 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3
Ainiyati S 1 2 3 2 2 1 3 3 2 4 1 3 2 3 3 3 1 1 1 3
Triwidyawati 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 4 1 2 4 2 3
Nur kholifah 3 4 1 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 1 2 4 3 3 4 4
Atik yuliani 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 1 3
Fatchiyatun 2 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2
Sri nursiyah 4 4 1 3 1 3 3 4 3 3 3 3 4 1 1 2 4 2 2 2
Responden Item
41
Item4
2
Item
43
Item
44
Item
45
Item
46
Item
47
Item
48
Item
49
Item
50
Jumlah Kategori
Titi handayani 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 168 Tinggi
Anik supriyanti 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 131 Sedang
Inti khobiyah 3 2 2 3 3 3 2 4 3 2 143 Sedang
Intan lestariyani 3 2 3 3 3 3 2 3 4 4 144 Sedang
Siti aisah 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 156 Tinggi
Luci Sri 4 2 4 3 2 3 3 4 4 2 152 Tinggi
Rowiyati 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 129 Sedang
Amrih rahayu 1 2 3 3 3 3 3 2 1 2 139 Sedang
Nana W 2 2 4 2 2 3 4 2 2 2 127 Sedang
Fitriyani 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 152 Tinggi
Sri P 1 2 3 4 2 2 2 2 1 2 126 Sedang
Agil S 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 148 Sedang
Alfiah 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3 150 Sedang
Haermani D P 3 1 2 3 3 3 4 3 3 1 139 Sedang
Herlin M 4 2 2 2 3 4 4 4 4 2 148 Sedang
Emi ita 3 4 1 4 3 3 2 3 3 4 147 Sedang
Ainiyati S 2 1 2 3 2 3 4 2 2 1 113 Rendah
Triwidyawati 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 143 Sedang
Nur kholifah 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 137 Sedang
Atik yuliani 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 144 Sedang
Fatchiyatun 2 4 2 3 4 3 3 3 2 4 153 Tinggi
Sri nursiyah 1 3 3 3 3 3 4 3 1 3 141 Sedang
Responden Item
1
Item
2
Item
3
Item
4
Item
5
Item
6
Item
7
Item
8
Item
9
Item
10
Item
11
Item
12
Item
13
Item
14
Item
15
Item
16
item
17
Item
18
Item
19
Item
20
Sri nuryati 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 1 3 4 4 4
Laily fadliyah 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 1 4 1 2 2
Sakdiyah 3 3 3 4 4 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 2 1 3 3
Srihidayati 1 2 3 3 3 3 1 3 3 2 2 3 3 4 4 4 3 1 3 3
Ftria mufida 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 1 3 4 4 4
Umi mintarti 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 1 4 1 2 2
Lani susanti 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 2 1 3 3
Eni pjiati 1 2 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 3 1 3 3
Fidie dwi jayanti 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1
Fita ariyani 3 3 3 3 2 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 2 4 4 3
Umi habibah 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 1 2 3 4 4 3 4 3 2 3
Sri hidayyati 2 1 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 2 2 2 3 1 4 3 1
Supriyanti 4 3 2 2 1 3 2 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2
Esti susanti 2 3 3 2 2 4 4 4 4 4 2 3 1 2 1 3 2 3 1 4
Responden Item
21
Item
22
Item
23
Item
24
Item
25
Item
26
Item
27
Item
28
Item
29
Item
20
Item
31
Item
32
Item
33
Item
34
Item
35
Item
36
item
37
Item
38
Item
39
Item
40
Sri nuryati 3 4 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3
Laily fadliyah 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3
Sakdiyah 2 1 2 3 3 2 2 4 3 3 3 4 4 3 4 2 2 3 3 4
Srihidayati 1 1 3 2 3 2 1 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3
Ftria mufida 3 4 3 4 3 3 2 2 1 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3
Umi mintarti 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 4 3
Lani susanti 2 1 2 3 3 2 2 4 3 2 3 2 2 3 4 2 2 3 2 4
Eni pjiati 1 1 3 2 3 2 1 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2 2
Fidie dwi jayanti 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 3 2 3 2 3 2
Fita ariyani 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3
Umi habibah 1 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3
Sri hidayyati 2 3 3 4 4 3 4 2 3 2 3 2 4 3 3 2 3 2 4 3
Supriyanti 3 3 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4
Esti susanti 2 1 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 2 4 2 2 3 2 2
esponden Item
41
Item4
2
Item
43
Item
44
Item
45
Item
46
Item
47
Item
48
Item
49
Item
50
Jumlah Kategori
Sri nuryati 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 143 Sedang
Laily fadliyah 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 134 Sedang
Sakdiyah 4 2 4 2 2 3 3 4 4 2 149 Sedang
Srihidayati 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 133 Sedang
Ftria mufida 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 143 Sedang
Umi mintarti 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 143 Sedang
Lani susanti 3 4 3 3 3 4 4 2 3 3 147 Sedang
Eni pjiati 3 3 3 3 4 3 3 3 1 1 138 Sedang
Fidie dwi jayanti 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 106 Rendah
Fita ariyani 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 157 Tinggi
Umi habibah 2 3 3 3 3 4 4 2 4 4 155 Tinggi
Sri hidayyati 4 4 3 2 3 3 3 3 1 1 139 Sedang
Supriyanti 3 3 3 2 3 2 1 2 3 3 149 Sedang
Esti susanti 4 2 3 3 4 2 2 2 2 2 138 Sedang
LAMPIRAN 10
( HASIL UJI NORMAITAS DAN
HOMOGENITAS)
Hasil Uji Normalitas Dan Homogenitas
1. Hasil Uji Normallitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
nilaiefikasi .107 57 .158 .985 57 .724
a. Lilliefors Significance Correction
2. Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
nilaiefikasi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.073 2 54 .930
LAMPIRAN 11
( HASIL UJI ANOVA )
Hasil Uji ANOVA Latar Belakang Pendidikan
Hasil Uji Homogenity Of Variance
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:nilaiefikasi
F df1 df2 Sig.
.748 3 53 .529
Tests the null hypothesis that the error variance
of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + latrpendidikan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:nilaiefikasi
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 5625.355a 3 1875.118 10.752 .000
Intercept 415257.276 1 415257.276 2.381E3 .000
latrpendidikan 5625.355 3 1875.118 10.752 .000
Error 9242.645 53 174.390
Total 1116165.000 57
Corrected Total 14868.000 56
a. R Squared = ,378 (Adjusted R Squared = ,343)
Hasil Post Hoc Test Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Multiple Comparisons
Dependent Variable:nilaiefikasi
(I) latrpendidikan
(J) latrpendidikan
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Tukey HSD smp sma -35.71* 9.817 .003 -61.75 -9.67
d2 -31.15* 9.794 .013 -57.13 -5.17
s1 -48.69* 9.904 .000 -74.96 -22.42
sma smp 35.71* 9.817 .003 9.67 61.75
d2 4.56 4.231 .704 -6.66 15.78
s1 -12.98* 4.481 .027 -24.86 -1.09
d2 smp 31.15* 9.794 .013 5.17 57.13
sma -4.56 4.231 .704 -15.78 6.66
s1 -17.54* 4.429 .001 -29.29 -5.79
s1 smp 48.69* 9.904 .000 22.42 74.96
sma 12.98* 4.481 .027 1.09 24.86
d2 17.54* 4.429 .001 5.79 29.29
Bonferroni smp sma -35.71* 9.817 .004 -62.62 -8.80
d2 -31.15* 9.794 .015 -57.99 -4.31
s1 -48.69* 9.904 .000 -75.83 -21.54
sma smp 35.71* 9.817 .004 8.80 62.62
d2 4.56 4.231 1.000 -7.04 16.16
s1 -12.98* 4.481 .033 -25.26 -.70
d2 smp 31.15* 9.794 .015 4.31 57.99
sma -4.56 4.231 1.000 -16.16 7.04
s1 -17.54* 4.429 .001 -29.68 -5.40
s1 smp 48.69* 9.904 .000 21.54 75.83
sma 12.98* 4.481 .033 .70 25.26
d2 17.54* 4.429 .001 5.40 29.68
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 174,390.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
Hasil Uji ANOVA Lama Mengajar
Hasil Uji Homogenity Of Variance
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:efikasidiri
F df1 df2 Sig.
1.464 4 52 .227
Tests the null hypothesis that the error variance
of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + lamangajar
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:efikasidiri
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 2976.462a 4 744.116 3.254 .019
Intercept 559397.024 1 559397.024 2.446E3 .000
lamangajar 2976.462 4 744.116 3.254 .019
Error 11891.537 52 228.683
Total 1116165.000 57
Corrected Total 14868.000 56
a. R Squared = ,200 (Adjusted R Squared = ,139)
Hasil Post Hoc Test Berdasarkan Lama Mengajar
Multiple Comparisons
Dependent Variable:efikasidiri
(I) lamangajar
(J) lamangajar
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Tukey HSD 1-6 7-12 -4.30 4.681 .888 -17.53 8.92
13-18 -16.07 7.305 .196 -36.71 4.58
19-24 -21.20 9.157 .157 -47.08 4.68
25-30 -21.53 9.157 .145 -47.41 4.34
7-12 1-6 4.30 4.681 .888 -8.92 17.53
13-18 -11.76 7.748 .556 -33.66 10.13
19-24 -16.90 9.514 .398 -43.78 9.99
25-30 -17.23 9.514 .378 -44.11 9.66
13-18 1-6 16.07 7.305 .196 -4.58 36.71
7-12 11.76 7.748 .556 -10.13 33.66
19-24 -5.13 11.044 .990 -36.34 26.07
25-30 -5.47 11.044 .987 -36.67 25.74
19-24 1-6 21.20 9.157 .157 -4.68 47.08
7-12 16.90 9.514 .398 -9.99 43.78
13-18 5.13 11.044 .990 -26.07 36.34
25-30 -.33 12.347 1.000 -35.22 34.56
25-30 1-6 21.53 9.157 .145 -4.34 47.41
7-12 17.23 9.514 .378 -9.66 44.11
13-18 5.47 11.044 .987 -25.74 36.67
19-24 .33 12.347 1.000 -34.56 35.22
Bonferroni 1-6 7-12 -4.30 4.681 1.000 -18.03 9.42
13-18 -16.07 7.305 .323 -37.48 5.35
19-24 -21.20 9.157 .246 -48.05 5.65
25-30 -21.53 9.157 .225 -48.38 5.31
7-12 1-6 4.30 4.681 1.000 -9.42 18.03
13-18 -11.76 7.748 1.000 -34.48 10.95
19-24 -16.90 9.514 .816 -44.79 11.00
25-30 -17.23 9.514 .759 -45.12 10.66
13-18 1-6 16.07 7.305 .323 -5.35 37.48
7-12 11.76 7.748 1.000 -10.95 34.48
19-24 -5.13 11.044 1.000 -37.51 27.24
25-30 -5.47 11.044 1.000 -37.84 26.91
19-24 1-6 21.20 9.157 .246 -5.65 48.05
7-12 16.90 9.514 .816 -11.00 44.79
13-18 5.13 11.044 1.000 -27.24 37.51
25-30 -.33 12.347 1.000 -36.53 35.87
25-30 1-6 21.53 9.157 .225 -5.31 48.38
7-12 17.23 9.514 .759 -10.66 45.12
13-18 5.47 11.044 1.000 -26.91 37.84
19-24 .33 12.347 1.000 -35.87 36.53
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 228,683.
Top Related