perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sudah merdeka bertahun-tahun lamanya. Berbagai upaya dan
pengorbanan telah dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Upaya tersebut bukan hanya dilakukan dalam waktu singkat, satu atau dua
tahun, namun upaya mencapai kemerdekaan merupakan sebuah proses
perjuangan panjang yang telah terlihat sejak jaman kerajaan hingga
dimulainya pergerakan nasional modern pada tahun 1908 yang ditandai
dengan lahirnya organisasi Budi Utomo.1
Pergerakan nasional dimaksudkan sebagai perjuangan yang dilakukan oleh
organisasi secara modern ke arah perbaikan hajat hidup bangsa indonesia
yang disebabkan rasa ketidakpuasan terhadap keadaan masyarakat yang ada.
Budi Utomo yang lahir pada 20 Mei 1908 merupakan awal perjuangan
pergerakan nasional modern yang kemudian diikuti oleh lahirnya organisasi
lain seperti Serikat Dagang Islam dan Muhammadiyah pada tahun 1912.
Organisasi-organisasi ini berjuang untuk memperbaiki kondisi masyarakat
1 G. Moedjanto, Indonesia Abad ke-20 dariKebangkitanNasionalSampaiLinggarjati, (Yogyakarta:
Kanisius,1989), hal 27.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Indonesia yang saat itu terpuruk akibat penjajahan Belanda selama ratusan
tahun. 2
Perjuangan rakyat Indonesia tak hanya sampai pada pergerakan nasional saja.
Perjuangan fisik melalui perlawanan perang juga telah dilakukan para
pejuang dalam upaya memproklamirkan kemerdekaan. Perjuangan yang
pantang menyerah akhirnya membuahkan hasil dan Indonesia berhasil
memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka pada tanggal 17 Agustus
1945 di rumah Soekarno, jalan Pegangsaan Timur nomor 56.3 Namun setelah
memproklamirkan kemerdekaan, para pejuang masih harus berperang
melawan tentara Sekutu dan Belanda yang masih ingin menjajah Indonesia.
Pertempuran Surabaya menjadi awal pergolakan perang melawan penjajah
tersebut. Para pejuang arek-arek Suroboyo di bawah komando Bung Tomo
berperang dan mempertaruhkan seluruh jiwa raga mereka untuk
mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Begitupun yang
terjadi di daerah lain yang berjuang melawan penjajah dengan segenap jiwa
raga.
Setelah melewati perlawanan dan perjuangan yang panjang akhirnya
perjuangan kemerdekaan berakhir dengan ditandatanganinya naskah
pengakuan penyerahan dan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tanggal
27 Desember 1949. Belanda secara formal mengakui kemerdekaan Indonesia
dan mengakui kedaulatan penuh suatu negara Indonesia di wilayah bekas
2Ibid.
3Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
jajahan mereka Hindia Belanda.4 Dengan begitu, bangsa Indonesia sukses
dalam perjuangannya dengan mendapatkan pengakuan internasional sebagai
negara yang merdeka dan berdaulat.
Kesuksesan memperoleh kemerdekaan Indonesia tidak diperoleh sebagai
hadiah melainkan diperoleh melalui proses perjuangan yang panjang dengan
penuh keyakinan, semangat keberanian, pantang menyerah dan pengorbanan.
Demi tercapainya negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat, para
pejuang rela mengorbankan harta, kesehatan, keluarga dan bahkan nyawa
mereka. Mereka pantang menyerah pada keadaan dan penjajah yang berusaha
menguasai Indonesia.
Begitu besar pengorbanan dan perjuangan para pahlawan Indonesia dalam
meraih kemerdekaan negara ini. Semangat dan jiwa kepahlawanan mereka
harusnya dapat dicontoh oleh generasi sekarang ini. Namun setelah
menikmati kemerdekaan selama 69 tahun tampaknya banyak dari rakyat
Indonesia yang terlena dan lupa dengan perjuangan dan pengorbanan para
pahlawan Indonesia untuk dapat memberikan kemerdekaan seperti yang
mereka nikmati saat ini. Saat ini justru tindakan-tindakan yang merugikan
negara yang marak terjadi di dalam negeri ini. Korupsi dan narkoba yang
merusak negeri kian merajalela. Menurut ICW (Indonesian Corruption
Watch) tingkat korupsi semakin naik antara tahun 2013 sampai 2014 hingga
mencapai 1.271 orang dengan 560 kasus di tahun 2013 dan diperkirakan
4Mawarti Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI
(Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hal 261.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
semakin meningkat di tahun 2014 dengan melihat jumlah kasus sementara
yang sudah mencapai 308 kasus pada semester pertama.5 Sedangkan untuk
narkoba,BNN telah berhasil mengungkap 108.701 kasus narkoba dengan
134.117 tersangka dan mencatat selama 2010-2014 telah merehabilitasi
34.467 residen atau pengguna melalui layanan medis atau sosial milik
pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan Survei Nasional
Penyalahgunaan Narkoba pada 2011, angka prevalensi atau pengguna di
Indonesia sebesar 2,2 persen atau 4,2 juta orang. Meski masih di bawah
proyeksi prevalensi sebesar 2,23 persen, angka tersebut mengalami
peningkatan dan masih terus meningkat.6Untuk itulah diperlukan upaya untuk
menumbuhkan sikap-sikap terpuji seperti saat bangsa ini berjuang
memperoleh kemerdekaannya.
Media massa merupakan salah satu alat yang berperan penting dalam
menanamkan pesan-pesan yang baik pada generasi penerus bangsa agar tak
menjadi bangsa yang hilang ingatan terhadap sejarah bangsa dan dapat
mencontoh semangat juang para pahlawan bangsa. Salah satu media yang
mampu berperan adalah film. Film merupakan media yang paling efektif
untuk menyampaikan pesan seperti yang tertulis dalam mukadimah Anggaran
Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 yang menjelaskan bahwa film :
5Tren Korupsi Naik
lagi,http://nasional.kompas.com/read/2014/08/18/10085091/Tren.Korupsi.Naik.Lagi, 18 Agustus
2014, diaksespada 23 Januari 2015 pukul 00:01 WIB. 6200 Juta Orang Meninggal Akibat Narkoba Setiap
Tahun,http://www.tempo.co/read/news/2014/06/26/173588287/200-Juta-Orang-Meninggal-
Akibat-Narkoba-per-Tahun, diakses pada 23 Januari 2015 pukul 00:10 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
“….bukan semata barang dagangan, tetapi merupakan alat pendidikan
dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang besar sekali
atas masyarakat, sebagai alat revolusi dapat menyumbangkan dharma
bhaktinya dalam menggalang persatuan dan kesatuan nasional,
membina nation dan character building mencapai masyarakat sosialis
Indonesia berdasarkan Pancasila.”7
Film dapat membuat kita paham akan budaya dan film juga merupakan
refleksifitas dari kenyataan yang ada. Berbagai teori film juga menyatakan hal
tersebut bahwa film dapat menjadi cerminan masyarakatnya. Salah satunya
adalah Sigfried Kracauer, seorang pakar film yang menyatakan bahwa :
“film suatu bangsa, mencerminkan mentalitas bangsa itu lebih dari
yang tercermin lewat media artistik lainnya.”8
Begitu besar manfaat dari film yang berpengaruh pada masa depan generasi
bangsa. Untuk itulah kita harus mengapresiasi berbagai karya film yang telah
dibuat oleh anak-anak bangsa terutama film-film yang berisikan pesan-pesan
positif tertentu yang berguna untuk nusa dan bangsa. Film yang baik adalah
film yang diniatkan untuk menyampaikan pesan-pesan alias hikmah yang
diambil dari kenyataan. Salah satunya adalah film-film dengan tema
perjuangan pahlawan Indonesia.
Kisah bertemakan kepahlawanan tentang perjuangan Indonesia telah banyak
diproduksi dan diangkat ke layar lebar, seperti filmJanur Kuning
(1979),November 1828 (1979), Naga Bonar (1987), Tjoet Nja’ Dien (1988)
dan Trilogi Merdeka: Merah Putih,Hati Merdeka dan Darah Garuda (2009-
7Ekky Al-Malaky, Menonton: Nggak Sekedar Cari Hiburan, Powerfulnya Sebuah Film,
dapatdiakses melalui http://majalahannida.multiply.com/reviews. 8 Ekky Imanjaya, A to Z about Indonesian Film, (Bandung:Mizan, 2006), hal 30.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2011).9Namun kebanyakan dari film-film tersebut hanya berkisah tentang
perjuangan para pahlawan secara umum. Tidak banyak film yang mengangkat
kisah pejuang kemerdekaan dari kaum tertentu misalnya kaum agamis.
Padahal Indonesia merupakan negara dengan dasar negara Pancasila yang sila
pertamanya berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Ini artinya masyarakat
Indonesia adalah masyarakat agamis. Namun sayangnya perjuangan
kemerdekaan bumi pertiwi ini lewat peranan kaum agamis kurang terangkat,
padahal kaum ini memiliki andil yang sangat besar. Banyak dari tokoh
agamis yang menjadi pahlawan nasional karena telah berjuang dan
mengorbankan segala-galanya demi melihat Indonesia sejahtera dan merdeka.
Tak banyak film yang mengangkat kisah perjuangan pahlawan Indonesia dari
kaum agamis.Dua diantara film-film yang mengangkat kisah perjuangan para
pahlawan dari kaum agamisadalah film Sang Pencerah (2010) dan film Sang
Kiai (2013).Kedua film tersebut sama-sama mengisahkan tentang bagaimana
pengorbanan dan peranan kaum agamis dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. Kedua film ini masing-masing merupakan biografi perjuangan
pahlawan nasional yang berasal dari pemuka agama Islam yaitu KH. Ahmad
Dahlan yang dikenal sebagai pendiri organisasi Islam Muhammadiyah di
masa pergerakan nasional dan KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri
organisasi Islam Nahdlatul Ulama.
9Utami Widowati, Film Perjuangan; Lima Film Perjuangan Paling Fenomenal,
http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20141015150747-220-6490/lima-film-perjuangan-paling-
fenomenal/, diakses 25 januari 2015 pukul 17:45 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Dengan dorongan spiritual keagamaan, KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim
Asy’ari serta para pengikutnya berjuang dan mengorbankan segala-galanya
demi kemajuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya masyarakat
Islam di Indonesia. Karena tindakan patriotik itulah mereka ditetapkan
sebagai pahlawan nasional. Dalam daftar pahlawan nasional Republik
Indonesia, KH. Ahmad Dahlan (1868-1934) ditetapkan sebagai pahlawan
nasional di urutan ke-11 dengan SK Presiden Nomor 657 Tahun 1961/27-12-
1961. Sedangkan KH. Hasyim Asy’ari (1875-1947) ditetapkan sebagai
pahlawan nasional di nomor urut-31 dengan SK Presiden Nomor 294 Tahun
1964/17-11-1964. 10
Jiwa patriotik atau patriotisme kedua pahlawan inilah
yang harusnya ditiru oleh generasi penerus bangsa. Semangat juang dan rela
berkorban demi bangsa dan negara harus tertanam di dalam diri setiap rakyat
agar cita-cita para pejuang untuk menjadikan Indonesia negeri yang sejahtera
dapat terwujud.
Film Sang Pencerah yang dirilis tahun 2010 merupakan film besutan
sutradara terkenal Hanung Bramantyo. Setting waktu dalam film ini adalah
antara tahun 1897-1912 yang berlokasi di Yogyakarta. Film ini merupakan
film biografi dari KH. Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri organisasi
Islam Muhammadiyah. Film ini menceritakan tentang kehidupan Ahmad
Dahlan dari kecil sampai berdirinya organisasi Islam Muhammadiyah. Dalam
film ini dikisahkan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dalam menggerakkan
10
Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial, Daftar Nama Pahlawan
Nasional Republik Indonesia,
http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1, diaksespada 25 Januari
2015 pukul 18:03 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
masyarakat terutama umat Islam di Jawa agar dapat berpikiran maju, tidak
terbelakang dan mengarah pada perubahan sehingga bisa terlepas dari
penjajahan Belanda. Dengan semangat perubahan dan pembaharuan yang ia
lakukan, berbagai hambatan dan ancaman dihadapi KH. Ahmad Dahlan. Ia
berjuang tanpa menyerah hingga ia rela mengorbankan segala-galanya demi
kebangkitan tanah airnya.11
Sementara itu film Sang Kiai (2013) bercerita tentang perjalanan perjuangan
KH.Hasyim Asy’ari tatkala melawan penjajah dan mempertahankan
kemerdekaan NKRI. Dalam film tersebut digambarkan bahwa KH. Hasyim
Asy’ari merupakan salah satu sosok sentral dalam peletakkan dasar batu
kemerdekaan Negara Indonesia. Beliau menjadi panutan di tahun 1942-1947
dalam menentukan arah dan pengerakan massa santri ‘pejuang’ dalam
melawan sekutu. Dengan fatwanya “Resolusi Jihad”, KH. Hasyim Asy’ari
menghimbau dan mengajak para santri pejuang untuk berjihad fisabilillah
melawan penjajah yang kemudian melahirkan peristiwa perang besar yang
dikenal sebagai Hari Pahlawan 10 November 1945.12
Kedua film tersebut sama-sama merupakan film perjuangan yang
mengisahkan tentang peranan tokoh Islam sekaligus pendiri organisasi Islam
terbesar di Indonesia (Muhammadiyah dan NU) dalam upaya kemerdekaan
bangsa Indonesia. Di kedua film ini diperlihatkan bagaimana KH. Ahmad
11
Sinopsis Sang Pencerah. www.apigunadarma.com, diaksespada 26 januari 2015 pukul 11:00
WIB. 12
Sinopsis Film Sang Kiai. www.filmsangkyai.com, diaksespada 26 januari 2015 pukul 11:10
WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari dan para pengikutnya masing-masing berjuang
menghadapi hambatan dan siksaan dengan gagah berani, tanpa kenal
menyerah dan mengorbankan apa yang dimiliki untuk tanah airnya.
Patriotisme yang ada dalam diri mereka telah membawa mereka menjadi
tokoh panutan dan dikenang sebagai pahlawan untuk bangsa Indonesia.
Dua film yang memiliki karekteristik sama namun dibuat oleh sineas yang
berbeda. Itulah yang menarik peneliti untuk melihat lebih jauh perbandingan
nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam kedua film tersebut.
Aspek komunikasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek pesan.
Pesan dalam studi komunikasi merupakan aspek yang penting mengingat
komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan. Seperti yang
disampaikan oleh Laswell bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.13
Dalam penelitian ini, pesan yang akan dilihat adalah pesan nilai-nilai
patriotisme yang tampak dalam kedua film. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis isi kuantitatif, dimana analisis ini meneliti pesan yang tampak
atau tersurat dari kedua film.
13
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2006), hal 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
B. Rumusan Masalah
Apa saja perbandingan antara film Sang Pencerah (2010) karya sutradara
Hanung Bramantyo dan film Sang Kiai (2013)karya sutradara Rako Prijanto
dalam menampilkan nilai-nilai patriotisme?
C. Tujuan Penelitian
Untuk memperbandingkan antara film Sang Pencerah (2010) karya sutradara
Hanung Bramantyo dan film Sang Kiai (2013)karya sutradara Rako Prijanto
dalam menampilkan nilai-nilai patriotisme.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi di bidang penelitian komunikasi khususnya kajian
analisis isi tentang nilai-nilai patriotisme dalam film yang selama ini
jarang dilakukan sekaligus mendorong munculnya kajian penelitian yang
serupa yang dapat memperkaya pembahasan masalah ini.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mendorong para sineas perfilman
Indonesia untuk lebih menciptakan film yang berkualitas dan bermanfaat
dengan menggambarkan nilai-nilai yang kian hilang dan luntur dalam diri
masyarakat Indonesia terutama yang terkait dengan nilai-nilai patriotisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Selain itu, dengan penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya umat
Islam di Indonesia semakin mempunyai semangat patriotisme yang tinggi
dengan mencontoh para pahlawan dari kalangan ulama Islam yang telah
berjuang mati-matian untuk kemerdekaan Indonesia.
E. Tinjauan Pustaka
1. Nilai-Nilai Patriotisme
Indonesia sudah mengalami kemerdekaan berpuluh-puluh tahun. Namun
masih banyak orang yang menganggap kemerdekaan hanyalah bagian
dari sejarah bangsa Indonesia dan tak mempunyai arti apa-apa. Namun
bagi yang mempunyai semangat cinta tanah air apalagi yang pernah
terlibat langsung dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,
kemerdekaan mempunyai arti dan pengaruh yang luar biasa dalam hidup
mereka. Demi memperjuangkan kemerdekaan banyak orang yang telah
berani mengorbankan nyawa, harta maupun keluarga mereka.
Segenap perjuangan dilakukan oleh para pahlawan-pahlawan
kemerdekaan Indonesia dari jaman kerajaan hingga pergerakan nasional
modern yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo yang diikuti oleh
lahirnya organisasi lain seperti Serikat Dagang Islam,Serikat Islam dan
Muhammadiyah. Seluruh rakyat yang mendambakan kemerdekaan dari
berbagai daerah di Indonesia ini bersatu padu bersama-sama melawan
penjajah. Setelah melewati proses dan perjuangan yang sangat panjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
yaitu 350 tahun melawan penjajahan Belanda dan 3,5 tahun melawan
penjajahan Jepang, Indonesia akhirnya mendapatkan kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Namun bahkan setelah perjuangan yang
panjang untuk mendapatkan kemerdekaan, Indonesia kembali diserang
oleh tentara sekutu pasca memproklamirkan kemerdekaan. Salah satu
pertempuran yang terjadi pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia
adalah peristiwa Surabaya. Pertempuran tersebut adalah perang pertama
pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat
dalamsejarah revolusi nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional
atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.14
Semua perjuangan demi kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak lepas
dari sosok para pahlawan yang telah dengan jiwa patriotiknya melawan
penjajah demi memerdekakan negeri ini. Nilai-nilai patriotisme yang
dimiliki para pahlawan itulah yang membawa Indonesia ke gerbang
kemerdekaan. Dengan sikap patriotisme, para pahlawan tidak gentar
menghadapi musuh dan dapat memperoleh kemerdekaan.
Patriotisme sering diidentikan dengan perang dan pertumpahan darah.
Hal tersebut tidaklah salah, namun patriotisme secara luas dapat
diwujudkan tidak hanya dengan terjun ke medan perang namun juga
melalui pemikiran-pemikiran. Patriotisme bukan hanya merupakan usaha
14
Rizki Wijanarko, Sejarah Pertempuran Surabaya 10 November1945, diakses dari http://ujpunj2012.blogspot.com/2012/12/sejarah-pertempuran-surabaya-10.html pada 13
November 2014 pukul 11.32 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang
mengancam keberadaan negara. Namun juga merupakan upaya untuk
serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui
pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang
yang menyusun bangsa tersebut.
Patriotisme dilihat dari arti bahasanya yaitu yun = patris = tanah air,
artinya rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan
bangsanya, kekaguman pada adat dan kebiasaannya, kebanggaan
terhadap sejarah dan kebudayaannya serta sikap pengabdian demi
kesejahteraannya.15
Secara awam, patriotisme berasal dari kata “patriot”
dan “isme” yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan.
Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela
berkorban demi bangsa dan negara. Pengorbanan tersebut dapat berupa
pengorbanan harta, benda, keluarga, jiwa dan raga. 16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) patriotisme adalah sikap
seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan
dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah air.17
Sementara
dalam InternationalEnsyclopedia of Government and Politic, patriotisme
diartikan sebagai suatu kebaikan (budi luhur) yang mendorong
kesiapsiagaan dan keinginan kuat untuk berkorban bagi kesejahteraan
15
Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia Jilid V, (Jakarta : Elsevier Publishing Project,1984). 16
Retno Listyarti dan Setiadi, Pendidikan Kewarganegaraan; untuk SMK dan MAK kelas X,
(Jakarta: Erlangga,2008), hal 36. 17
H. Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta :Balai Pustaka,2007),hal 837.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
negara dan tanah tumpah darah seseorang.18
Patriotisme didasari oleh
kebaikan atau budi luhur yang dimiliki seseorang. Kebaikan yang
dimiliki inilah yang mendorong seseorang untuk berkorban dengan
penuh keberanian dan pantang menyerah demi kesejahteraan tanah
airnya.
Philips Cafaro mengungkapkan bahwa walau bagaimanapun, seorang
patriot akan membela dan mempertaruhkan nyawanya demi bangsa dan
negaranya.
“A patriot is particularly concerned to defend his own country
and countrymen and women, and promote their well-being and
interests. He might condemn an imperialistic war between two
foreign countries and boycott the aggressor country’s goods. But
he will risk his life to defend his own country from attack. A
patriot might condemn the exploitation of poor laborers in third-
world sweatshops, and sign a petition asking Nike to change. But
she will care more about poor people in her own community and
spend some of her own valuable time to improve their lives.”19
Seorang patriot sangat mengutamakan untuk membela negara dan
bangsanya sendiri, dan meningkatkan kesejahteraan serta kepentingan
bangsanya. Dia mungkin mengutuk sebuah perang imperialisme antara
dua negara asing dan memboikot barang-barang dari negara penyerang.
Tapi dia akan mempertaruhkan hidupnya untuk membela negaranya
sendiri dari serangan. Seorang patriot mungkin akan mengutuk
eksploitasi buruh miskin di sweetshop dunia ketiga dan menandatangani
18
Pengertian Patriotisme dalam International Ensyclopedia of Government and Politic, Vol.2,
(New Delhi: S. Chand & Company Ltd, ), hal 951. 19
Philips Cafaro, Patriotism as an Environmental Virtue, Journal of Agricultural and
Environmental Ethics Volume 23, Issue 1-2,2010, pp 185-206.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
petisi meminta Nike untuk menggantinya. Akan tetapi dia akan sangat
peduli pada orang miskin di kelompoknya sendiri dan menghabiskan
waktu berharganya untuk meningkatkan kehidupan orang-orang miskin
tersebut.
Simpson menyebutkan patriotisme setidaknya memiliki 3 unsur yaitu
cinta tanah air, keinginan untuk menyejahterakannya dan kesediaan
untuk melayani dengan tujuan untuk bagaimana mengembangkan dan
mempertahankan negaranya sendiri.20
Cinta tanah air digambarkan
dengan bagaimana seseorang berani dan rela untuk melakukan
pengorbanan demi tanah air. Keinginan untuk menyejahterakan dan
kesediaan untuk melayani digambarkan dengan bagaimana
seseorangpeduli dengan kesejahteraan bangsanya dan kerelaan mengabdi
demi mengembangkan dan mempertahankan negaranya sendiri .
Patriotisme mencakup kebaikan (budi luhur) kewarganegaraan seperti
kepercayaan diri, prinsip yang teguh, penghormatan, pelayanan
pengabdian dan bukan untuk mementingkan diri sendiri. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh John F. Kennedy, President Amerika Serikat
melalui kata-katanya dalam sambutan pelantikannya pada tahun 1961 :
“Jangan tanya apa yang negara berikan kepadamu tapi tanyakan
apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu.”21
20
Carolyn Simpson, The Value of Patriotism, (New York :Rosen -Rosen, 1993). 21
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Menurut sejarah, patriotisme berkembang pesat sejakabad ke 16 ketika
Niccolo Machiavelli, seorang negarawan Italiadan ahli filsafat politis
mengumumkan bahwa ia lebih mencintai negerinya daripada
keselamatan jiwanya sendiri disaat kebanyakan orang memberikan
kesetiaan paling tinggi pada gereja.22
Staub menyatakan patriotisme sebagai bentuk keterikatan (attachment)
seseorang pada kelompoknya (suku, bangsa, agama, partai politik dan
sebagainya). Keterikatan ini meliputi kerelaan seseorang dalam
mengidentifikasikan dirinya pada suatu kelompok sosial untuk
selanjutnya menjadi loyal.23
Staub juga membagi patriotisme dalam dua bagian yaitu blind
patriotisme atau patriotisme buta dan constructive patriotism atau
patriotisme konstruktif.24
Patriotisme buta didefinisikan sebagai sebuah
keterikatan pada negara dengan ciri khas tidak mempertanyakan segala
sesuatu , loyal dan tidak toleran terhadap kritik.
“ Blind patriotism is defined as an attachment to country
characterized by unquestioning positif evaluation, staunch
allegiance, and intolerance of critism.”25
22
International Encyclopedia of Government and Public 23
Staub E & Schatz, R.T, Manifestations of blind and constructive patriotism : personality
correlates and individual group relations. Dalam Bar-Tal, daniel&Staub, Ervin (ed) Patriotism-in
the lives of individuals nations, (Chicago: Nelson –hall Publisher, 1997). 24
Ibid. 25
Bar-Tal, The monopolization of patriotism, Dalam Bar-Tal, Daniel&Staub, Ervin (ed)
Patriotism-in the lives of individuals nations,(Chicago: Nelson –hall Publisher, 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Contoh dari patriotisme buta bisa kita lihat pada yang terjadi di Jerman
oleh Nazi. Orang yang tak bersalah yang berseberangan pandangan
politik dengan pemimpinnya atau yang memberikan kritik dibantai habis-
habisan atas nama patriotisme. Patriotisme buta inilah yang disadari Bar-
Tal sebagai pemicu awal lahirnya totaliterisme atau chauvimisme.
Sementara patriotisme konstruktif didefinisikan sebagai sebuah
keterikatan pada bangsa dan negara dengan ciri khas mendukung adanya
pertanyaan dan kritik dari anggotanya terhadap berbagai kegiatan yang
dilakukan/ terjadi sehingga diperoleh suatu perubahan positif guna
mencapai kesejahteraan bersama.
“Constuctive patriotism is defined as an attachment to country
characterized by support for questioning and critism of current
group practices that are intended to result in positive change.”26
Patriotisme konstruktif memiliki dua faktor penting yaitu mencintai dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Patriotisme konstruktif tetap
menuntut kesetiaan dan kecintaan anggota (rakyat) pada kelompoknya
(bangsa), namun dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan.
Ciri khas patriotisme konstruktif yaitu adanya toleransi untuk menerima
kritik dan evaluasi dari anggotanya. Kritik dan evaluasi inilah yang
mengawal agar kelompoknya tetap pada jalur yang benar.
26
Schatz, R.T, Staub, E., Lavine, H, On the varieties of national attachment : Constructive
patriotism. Artikel, Journal of Political Psychology, Vol. 20, No.1, 1999.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Eyal Lewin kemudian membagi lagi patriotisme konstruktif menjadi dua
bagian yaitu patriotisme konstruktif politik dan patriotisme konstruktif
moral.
“It follows that the distinction between two forms of patriotm, blind
and constructive, might not be enough, and it is therefore suggested
that cases of constructive patriotism be sorted into two different
groups:
a) Political constructive patriotism: a patriotic action in which
criticism is involved yet is based on an underlying motivation that
has nothing to do with issues of ethics or morality.
b) Moral constructive patriotism: a patriotic action in which
criticism is involved, revealing passion for values of justice and
fairness.”27
Patriotisme konstruktif politik didefinisikan sebagai patriotisme yang
tetap menerima kritikan namun berdasar pada motivasi dasar bahwa tidak
ada yang bisa dilakukan pada isu-isu susila dan moralitas. Sedangkan
patriotisme konstruktif moral diartikan sebagai patriotisme yang
menerima kritikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.
Staub dan Bar-tal menghimbau dalam bukunya “Patriotism-in the lives of
individuals and nations” untuk mempopulerkan dimensi patriotisme yang
semestinya lebih merasuk yaitu constructive patriotism.28
Patriotisme
konstruktif selayaknya lebih merasuk dalam jiwa kita karena patriotisme
konstruktif tetap mencintai dan loyal pada bangsanya dengan menjunjung
nilai-nilai kemanusiaan yaitu toleran terhadap kritik. Tidak seperti
27
Eyal Lewin, Constructive Patriotism in Wartime, Open Journal of Political Science 2013. Vol.3,
No.4, 2013, pp. 107-112. 28
Bar-Tal, loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
patriotisme buta yang tidak toleran terhadap kritik dan pada akhirnya
akan mengarah pada chauvimisme atau totaliterisme yang justru dapat
merusak bangsa kita. Dalam penelitian ini, patriotisme yang digunakan
lebih mengarah pada patriotisme konstruktif.
Dari berbagai definisi diatas, secara umum patriotisme (yang lebih
mengacu pada patriotisme konstruktif) dapat diartikan sebagai perasaan
cinta dan loyal pada tanah air serta keinginan untuk menyejahterakan
tanah air yang diwujudkan melalui sikap berani, percaya pada
kemampuan diri, setia kawan sosial, pantang menyerah dan rela
mengorbankan segala-galanya untuk tanah air namun tetap toleran pada
kritik dan masukan.Seseorang yang mempunyai jiwa patriotisme akan
melakukan berbagai cara demi kesejahteraan tanah airnya. Ia akan
berjuang dengan gagah berani dan rela mengorbankan apa yang ia miliki
untuk tanah airnya. Ia tidak akan menyerah, ia tidak memikirkan tentang
nasibnya apakah ia menderita atau bahagia asalkan ia dapat menolong
sesama dan membuat tanah airnya sejahtera. Dan sebagai patriot yang
baik, ia akan melakukan semua itu dengan penuh percaya diri namun
tetap menghormati orang lain dengan tetap toleran terhadap kritik dan
evaluasi.
Sementara itu, nilai diartikan sebagai sesuatu yang berharga, baik
menurut standar logika (benar atau salah), estetika (baik atau buruk),
etika (adil atau tidak adil), agama (dosa atau tidak) serta menjadi acuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dari sistem atas keyakinan diri maupun kehidupan.29
Santayana
menyatakan bahwa nilai merupakan sebuah prinsip perspektif dalam
ilmu, tidak lebih kecil dari kebenaran dalam hidup.30
Sedangkan menurut
Djahiri (1999) nilai adalah harga, makna isi dan pesan, semangat atau
jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep dan teori sehingga
bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk
mengarahkan, mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang
karena nilai dijadikan standar perilaku.31
Berdasarkan pemaparan diatas kita dapat tarik beberapa poin nilai-nilai
patriotisme yakni :
a. Keberanian
Mencintai dan menjaga kesetiaan untuk tanah air tentunya
membutuhkan perjuangan untuk membuktikannya. Memperjuangkan
tanah air dan mampu menghadapi apapun yang menganggu
kesejahteraan tanah airnya memerlukan sebuah keberanian. Pekerjaan
– pekerjaan besar atau tantangan-tantangan besar dalam sejarah selalu
membutuhkan kadar keberanian yang sama besarnya dengan
pekerjaan dan tantangan itu. Sebab tantangan dan pekerjaan yang
besar itu selalu menyimpan resiko.
29
Hamid Darmadi, Dasar Konsep Pendidikan Moral. (Bandung: Alfabeta, 2007), hal 27-28. 30
Henry Hazlitt, Dasar-Dasar Moralitas. (Yogyakarta:PustakaPelajar, 2003), hal 205. 31
A. Kosasih Djahiri, Menelusuri Dunia Afektif; Pendidikan Nilai dan Moral. (Bandung : Lap
Pengajaran PMP-IKIP Bandung, 1999), hal 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Menurut Peter Irons keberanian adalah suatu tindakan
memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting dan mampu
menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya karena
percaya kebenarannya. Sedangkan menurut Paul Findley keberanian
adalah suatu sifat mempertahankan dan memperjuangkan apa yang
dianggap benar dengan menghadapi segala bentuk bahaya, kesulitan,
kesakitan, dan lain-lain.32
“The conquering of fear is the beginning of wisdom”, kemampuan
menaklukkan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan
(Aristoteles). Artinya, orang yang mempunyai keberanian akan
mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi ketakutan-ketakutan yang
sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Orang-orang yang
mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi
dan mengubah kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di sekitarnya.
Komentar Bennet mengenai kutipan Aristoteles diatas : “Kita menjadi
pemberani dengan melakukan tindakan berani” . “Tidak setiap orang
akan memiliki keberanian yang sejati.” Keberanian sejati dapat
diartikan sebagai sikap siap sedia untuk dikoreksi apabila berbuat
salah dan siap menerima kebenaran meskipun dari orang yang
memiliki kedudukan lebih rendah (dalam Kris :2012).33
32
Peter Irons, Keberanian Mereka yang Berpendirian,(Bandung : Angkasa,2003) 33
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Pada intinya keberanian merupakan kekuatan dari dalam jiwa
seseorang untuk melakukan tugas baik berupa tindakan maupun
perkataan demi kebenaran dan kebaikan atau untuk mencegah suatu
keburukan dan menyadari serta menerima segala resiko yang mungkin
akan terjadi.
b. Rela Berkorban
Salah satu kunci patriotisme adalah kesediaan diri untuk berkorban.
Bersedia memberikan segala-galanya untuk kemakmuran tanah air
merupakan penggambaran dari mencintai tanah air. Seperti yang
ditulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) patriotisme
adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya
untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah
air.34
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya
kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk
orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri
sendiri.Sesuatu yang dimiliki tersebut dapat berupa hartanya,
keluarganya, orang yang dicintainya maupun badan dan nyawanya
sendiri. Rela berkorban artinya kesediaan untuk mengalami
penderitaan atau siksaan demi kepentingan atau kebahagiaan orang
34
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Op.Cit, hal 837
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
lain maupun orang banyak.35
Seorang patriot akan mengorbankan
semua yang dimilikinya tersebut demi orang lain, demi rakyat, demi
kesejahteraan negaranya.
c. Pantang Menyerah
Seorang patriot boleh saja gagal, boleh salah,boleh saja mendapat
hambatan dan musibah. Namun ia tak boleh kalah. Ia harus bertahan
menghadapi segala masalah dan hambatan. Jika gagal ia harus bangkit
berjuang kembali untuk memperoleh keberhasilannya. Ia harus
pantang menyerah menghadapi ancaman dan kegagalan.
Pantang menyerah adalah sebuah wujud kepribadian seseorang yang
gigih, tanpa bosan bangkit dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain
dan akhirnya mencapai keberhasilan. Seseorang yang pantang
menyerah akan melakukan hal yang sama walaupun telah gagal
sebelumnya. Seseorang yang pantang menyerah senantiasa berusaha
memberi jawaban atas tantangan yang dihadapi.36
Walaupun ia
menerima hambatan mapun siksaan baik secara fisik ataupun batin, ia
tetap tidak akan menyerah. Pantang merupakan sikap bertahan untuk
tetap melakukan apa yang diinginkan walaupun menghadapi
kegagalan, hambatan dan rintangan.
d. Kesetiakawanan Sosial
35
Anis Matta, Mancari Pahlawan Indonesia, (Jakarta:Tarbawi Center,2004), hal 61. 36
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Kesetiakawanan sosial merupakan salah satu nilai yang melandasi
terbentuknya patriotisme dalam diri seseorang. Kesetiakawanan sosial
merupakan nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan
perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan
tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari
masing-masing warga masyarakat dengan semangat kebersamaan,
kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam
kebersamaan dan kekeluargaan.
Kesetiakawanan sosial mengandung aspek-aspek solidaritas, empati
dan bukan sebaliknya tak acuh, masa bodoh dengan orang lain atau
egois37
. Solidaritas adalah kata lain dari kasih, yang menggerakkan
kaki, tangan, hati dan seluruh kepribadian manusia. Tujuan dari
solidaritas adalah berbagi kehidupan dengan sesama yang
menderita,dan menolong kebangkitannya untuk memperoleh
kebebasan, keadilan, dan hak serta martabatnya.38
Sedangkan definisi
empati secara sederhana merujuk pada sikap dan perasaan yang
merasakan dan memahami kondisi emosi orang lain. Rogers
menawarkan dua konsepsi dari empati. Pertama, melihat kerangka
berpikir internal orang lain secara akurat dengan komponen-
komponen yang saling berhubungan. Kedua, dalam memahami orang
lain tersebut, individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain
37
Darmadi, KesetiakawananTetapDiperlukan. http : //www.suaramerdeka.com edisi 20 Desember
2004, diakses 20 Oktober 2014 pukul 11:56 WIB. 38
I. SandyawanSumardi, Melawan Stigma Melalui Pendidikan Alternatif, (Jakarta: PT. Grasindo,
2005), hal 87.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
sehingga bisa merasakan dan memahami orang lain tersebut. Empati
adalah kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain
dan menghayati pengalaman tersebut serta untuk melihat situasi dari
sudut pandang orang lain. Dengan kata lain empati merupakan
kemampuan untuk menghayati perasaan dan emosi orang lain.39
Nilai kesetiakawanan sosial tercermin dari sikap mental yang dimiliki
seseorang atau sebuah komunitas, peka terhadap lingkungan sosialnya
sehingga mendorong untuk peduli melakukan perbuatan bagi
kepentingan lingkungan sosialnya tersebut. Esensi kesetiakawanan
sosial adalah memberikan yang terbaik bagi orang lain.40
e. Percaya Diri
Seseorang tidak akan mampu mempertahankan dan menyejahterakan
tanah airnya jika ia tidak mempunyai rasa percaya diri karena percaya
diri merupakan landasan atau dorongan dalam diri seseorang untuk
berani melakukan sesuatu. Percaya diri artinya keyakinan dalam jiwa
manusia bahwa dirinya mampu dan bahwa tantangan hidup apapun
harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Kepercayaan diri itu lahir dari
39
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan :Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Alih Bahasa Isti widayanti, (Jakarta, Erlangga, 1991), hal 53. 40
Darmadi, loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kesadaran bahwa jika memutuskan sesuatu, sesuatu itu pula yang
harus dilakukan.41
Pengalaman akan menjadi nyata ketika individu membuka diri
terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan demikian individu akan
bertingkah laku menurut apa yang dirasakan nya benar sehingga
individu tersebut dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu
situasi dengan sangat baik dalam arti memiliki kepercayaan terhadap
kemampuan diri sendiri.
Dengan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri seorang
patriot tidak akan ragu untuk melangkahkan kaki membela tanah
airnya. Dia akan dengan lantang mengemukakan pendapatnya, tidak
peduli itu akan mengundang bahaya pada dirinya atu tidak.
f. Toleransi
Toleransi merupakan ciri dari patriotisme konstruktif yang semestinya
lebih merasuk dalam diri sebuah bangsa. Tidak hanya mencintai dan
loyal terhadap tanah airnya tanpa melihat cara yang digunakan benar
atau salah, namun patriotisme konstruktif tetap menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan yang menjaganya agar tetap berada di jalur
yang benar. Salah satunya yaitu toleran terhadap kritik dan evaluasi
yang dilakukan oleh anggotanya.
41
Fasikhah, S.S, Peranan Kompetensi Sosial pada TL Koping Remaja
Akhir,http://fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=12&
Itemid=11 diakses tanggal 1 Desember 2014 pukul 12:45 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Toleransi berasal dari bahasa latin yaitu tollerare yang artinya
menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain dan
berhati lapang terhadap orang – orang yang mempunyai pendapat
yang berbeda.42
Toleransi adalah rasa hormat, penerimaan dan penghargaan berbagai
bentuk ekspresi diri, dan cara-cara menjadi manusia. Toleransi adalah
kerukunan dalam perbedaan. 43
Seorang patriot harus mempunyai
toleransi yang tinggi demi menjaga kesatuan dan persatuan
bangsanya. Ia harus toleran terhadap kritik dan evaluasi dari
anggotanya agar perjuangan yang ia lakukan tetap berada di jalur yang
benar.
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas yang sangat vital dan tidak dapat
dilepaskan dalam kehidupan manusia. Dikatakan vital karena setiap
individu emiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-
individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk
tetap hidup. Komunikasi juga dikatakan sebagai proses sosial yang
mendasar karena setiap manusia baik yang primitif maupun yang modern
42
Ahmad Masykur, Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan,elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/PPKn/
TOLERANSI.pdf 43
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
berkeinginan mepertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan
sosial melalui komunikasi.44
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya
berbagi (Stuart,1983).45
Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi
(sharing process).Menurut Schramm saat berkomunikasi manusia sedang
berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan dan berbagi informasi, ide
atau sikap dengan seseorang.46
Schramm menjelaskannya melalui contoh
sebagai berikut :
“Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha
berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide
bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha
membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian
(pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” 47
Dari definisi yang disampaikan Schramm tampak bahwa menurutnya
konunikasi akan berlangsung efektif bila masing-masing pihak yaitu
komunikan dan komunikator memberi pengertian yang sama pada pesan
komunikasi.
44
Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya,2002), hal 1. 45
Dani Vardiansyah,Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,2004), hal 3. 46
Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo,2006), hal 2-3. 47
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pakar komunikasi lainnya, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi
sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi
merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait
dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu
kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen
berkaitan secara integral dengan elemen lain.48
Banyak sekali definisi komunikasi dan relatif mudah dipahami. Namun
dalam pelaksanaannya sulit dipahami terutama bila yang terlibat
komunikasi memiliki referensi berbeda atau bila komunikasi hanya
berjalan satu arah. Tentunya untuk membentuk persamaan tidaklah
mudah. Namun Harrold Lasswel dalam karyanya The Structure and
Function of Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik
menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What
in Which Channel to Whom with What Effect?”.49
Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi
lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :
a. Komunikator (communicator, source, sender)
b. Pesan (message)
c. Media (channel, media)
d. Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)
48
Ibid, hal 5 49
Onong Uchjana Effendy, loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
e. Efek (effect, impact, influence)
Menurut paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.
Dari berbagai definisi dapat dikatakan bahwa inti dari komunikasi adalah
proses penyampaian pesan. Pesan komunikasi disampaikan melalui
berbagai cara. Berdasarkan kode yang digunakan, komunikasi dapat
diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu komunikasi verbal dan non
verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-
kata baik lisan maupun tulisan. Melalui kata-kata mereka
mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran atau gagasan,
menyampaikan fakta, data dan informasi serta menjelaskannya, saling
bertukar perasaan, berdebat dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal
bahasa memiliki peranan yang sangat penting.50
Contoh dari komunikasi
verbal ini adalah surat dan percakapan (dialog).
Sementara itu komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya
dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. 51
Menurut Larry A.
Simovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua
rangsangan kecuali rangsangan verbal, dalam suatu setting komunikasi,
yang dihasilkan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial
50
Agus M Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, ((Yogyakarta :
Kanisius,2003), hal 22. 51
Ibid, hal 26.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang
disengaja maupun tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa
komunikasi secara keseluruhan. Secara sederhana pesan non verbal
adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.52
Komunikasi non verbal
dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan atau perbuatan(action)
atau obyek.53
Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak
tangan, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi
pikiran, kehendak, dan sikap orang merupakan salah satu bentuk
komunikasi non verbal. Tindakan atau perbuatan juga dapat
menggantikan kata-kata misalnya menutup pintu keras-keras pada waktu
meninggalkan rumah, menghalangi seseorang lewat saat ia sedang
mngejar orang lain, menggebrak meja dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, bentuk komunikasi yang digunakan adalah
komunikasi verbal yang berupa dialog atau percakapan dan komunikasi
non verbal atau perilaku yang berupa tindakan dan bahasa tubuh.
3. Teori Produksi Pesan
Teori produksi pesan menjelaskan bagaimana kita menciptakan apa yang
kita tulis, ucapkan dan ekspresikan dengan orang lain, lalu proses verbal
apa yang terlibat didalamnya, untuk apa dan dengan cara apa pesan
diproduksi untuk berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana perbedaan
52
Larry A. Simovardan Richard E. Porter, Intercultural Communication: A Reader, (California:
Wandsworth Publishing Company, 1985) 53
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Jakarta: Graha Ilmu, 2009),hal 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
budaya mempengaruhi proses produksi pesan. Mekanisme budaya apa
yang mempengaruhi produksi pesan.54
Little John dalam bukunya menyebutkan beberapa teori yang termasuk
dalam teori-teori produksi pesan. Salah satunya adalah teori
konstruktivisme yang menjelaskan tentang produksi pesan yang
dipengaruhi oleh sistem kognitif individu.
Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivis atau konstruktivisme adalah pendekatan secara
teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh
Jesse Delia dan rekan–rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme
menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi
menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak
menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara
pandang orang terhadap realitas tersebut. Konstruktivist melakukan
pendekatan pemahaman produksi pesan dimulai dari sistem kognitif
individu.55
George Keely menegaskan cara pandang pemahaman pribadi
seseorang dilakukan dengan pengelompokan peristiwa menurut
persamaan dan perbedaannya. Perbedaan ini menjadi dasar penilaian
54
Stephen W & Foss Littlejohn, Karen A, Theories of Human Communication, 8th
edition,
(USA: Thomson Wadsworth,2005), hal 15 55
Katherine Miller, Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts. (Boston:
McGraw-Hill,2005), hal 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
ihwal sistem kognitif individual yang besifat pribadi dan karenanya
berbeda dengan konstruksi sosial. Aliran ini meyakini bahwa sistem
kognitif individu berkembang kompleks. Individu yang cerdas secara
kognitif dapat membuat banyak perbedaan dalam satu situasi
dibanding orang yang secara kognitif lemah. Inilah yang disebut
differensiasi kognitif. Differensiasi ini mempengaruhi bagaimana
pesan menjadi kompleks.56
Delia dan koleganya kemudian menegaskan hubungan antara
kompleksitas kognitif dengan tujuan dari pesan. Pesan sederhana
hanya memiliki satu tujuan sementara pesan kompleks memiliki
banyak tujuan. Dalam komunikasi antarpersona pesan-pesan
sederhana berupaya mencapai keinginan satu pihak saja tanpa
mempertimbangkan keinginan orang lain. Sementara pesan
kompleks dirancang memenuhi kebutuhan orang lain. Pada pesan
kompleks inilah komunikasi antarpersona dapat tercipta.
Konstruksionisme dengan demikian dapat dikategorikan komunikasi
yang berpusat pada orang (komunikasi berbasis diri) dan
differensiasi kognitif menunjukkan adanya desain pesan.
Selain kompleksitas kognitif, komponen utama yang lain dari teori
konstruktivist melibatkan pesan yang dihasilkan. Sekali lagi,
beberapa teori dasar constructivis propositions menginformasikan
56
Ardianto, Op.Cit, hal 158.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
tentang fitur komunikasi. Teori Bernstein (1975) menyatakan bahwa
individu dalam melakukan sesuatu dikonstruksi oleh orientasi
kehidupannya sendiri dan oleh orientasi posisi subjek itu dalam
hidupnya. Individu yang berbasis subjek akan menggunakan
elaborasi kode yang menghargai kecenderungan, perasaan, dari sudut
pandang orang lain. Sebaliknya, individu berbasis posisi akan
menggunakan kode-kode terbatas yang mengikuti aturan dan norma-
norma situasi kutural tertentu.57
Komunikasi berbasis diri adalah model komunikasi yang memeriksa
proses lahirnya pesan berdasarkan orientasi diri. Menurut teori
kalangan konstruktivits, pesan- pesan berbasis diri merefleksikan
kewaspadaan dan adaptasi subjektif, afektif serta aspek relasional
dalam konteks komunikasi. Sebuah pesan berbasis ”diri” merupakan
suatu gagasan yang menyokong kebutuhan pendengarnya, perhatian
atas situasi yang mungkin dan mengarah pada tujuan yang beragam.
Selanjutnya kaum konstruktivis merumuskan tingkatan bagaimana
sebuah pesan bisa berbasis ”diri” melalui pengkodean respons buka-
tutup. Dalam menganalisis pesan ini, para peneliti akan menanyakan
produksi pesan berbasiskan situasi tertentu (misalnya, bagaimana
membuat nyaman seorang teman yang baru mengalami keretakan
hubungan dengan kekasihnya, berbicara dengan orang tua hingga
57
Katherine Miller, Op.Cit, hal 107.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
terlelap). Pesan-pesan ini kemudian dikodekan dengan menggunakan
sistem pengkodean tertentu secara hierarkis yang kemudian
dikembangkan untuk pesan dalam situasi spesifik.58
Asumsi dasar teori ini adalah hubungan yang terbentuk dalam
sebuah kelompok sosial akan mempengaruhi jenis pembicaraan yang
digunakan oleh kelompok itu. Prinsip dasar konstruktivisme adalah
tindakan ditentukan oleh konstruk diri juga sekaligus konstruk
lingkungan luar diri. Komunikasi pun demikian, ditentukan oleh diri
di tengah pengaruh lingkungan luar. Pada titik ini dikemukakan teori
Ron Herre mengenai perbedaan antara person dan self. Person
adalah diri yang terlibat dalam lingkup publik, pada dirinya terdapat
atribut sosial budaya masyarakatnya. Self adalah diri yang ditentukan
oleh pemikiran khasnya di tengah pengaruh sosial budaya
masyarakatnya.59
Pembagian konsep diri ini diperlukan untuk memahami konteks
komunikasi interaksi. Konsep diri menurut West & Lynn H. Turner
adalah seperangkat perspektif yang relatif stabil yang dipercaya
orang mengenai dirinya sendiri. Prinsip konstruksivisme menyatakan
bahwa situasi emosi atau alasan merupakan konstruksi dari situasi
yang mempengaruhi individu. Misalnya emosi bukanlah reaksi yang
muncul begitu saja. Emosi dimaknai dan dikemukakan sesuai dengan
58
Ardianto, Op.Cit, hal 160. 59
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
aturan yang sudah dipelajari dalam interaksi sosial dengan orang
lain. Faktor lain yang mempengaruhi proses komunikasi berbasis diri
adalah konsep tentang tujuan. Setiap individu dalam interaksinya
selalu berusaha untuk memanajemen tujuan. Tujuan itu bisa bersifat
instrumental (seperti mengajak atau memberitahukan seseorang) dan
relasional (mendukung penampilan seseorang, menunjukkan pesona
diri).60
4. Komunikasi Massa
Komunikasi tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Dengan
komunikasi manusia mampu melakukan pertukaran informasi dan juga
mempengaruhi seseorang. Di jaman sekarang ini, berkomunikasi dengan
beberapa bahkan jutaan manusia secara serempak di dunia bukanlah hal
yang sulit. Berbagai media dapat dijadikan sebagai saluran untuk
melakukan komunikasi ke khalayak luas atau biasa disebut komunikasi
massa.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner yakni :
Mass communication is messages communicated through a mass
medium to a large number of people (komunikasi massa adalah
60
West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 (penerjemah : Maria
Natalia),(Jakarta: Penerbit Salemba Humainika,2008),hal 101.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah
besar orang).61
Definisi lain diungkapkan oleh Gebner yaitu komunikasi massa
merupakan produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan
lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang
dalam masyarakat industri. 62
Dari pengertian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang
menggunakan media massa.
Komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik yang dikemukakan
oleh para ahli seperti menurut Wright, komunikasi dapat dibedakan dari
corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu:
a. Diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim
Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, relatif besar dan
anonim. Artinya komunikan komunikasi massa berjumlah relatif
besar, mempunyai heterogenitas komposisi yang terdiri dari berbagai
kelompok dalam masyarakat dan tidak saling mengenal satu sama lain
serta tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.
61
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1991) , hal
188. 62
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
b. Pesan disampaikan secara terbuka
Pesan komunikasi massa yang disampaikan tidak hanya untuk satu
orang atau sekelompok orang tertentu namun disampaikan terbuka
untuk khalayak yang plural.
c. Pesan diterima secara serentak pada waktu yang sama dan bersifat
sekilas (khusus untuk media elektronik)
Pesan yang diterima oleh komunikan diterima secara serentak artinya
khalayak bisa menerima pesan tersebut dalam waktu yang hampir
bersamaan. Untuk media elektronik pesan bersifat hanya sekilas.
d. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang
kompleks yang melibatkan biaya besar.63
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, melainkan
kumpulan orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan
bekerjasama satu sama lain dalam sebuah lembaga atau organisasi
yang menggunakan biaya besar.
Selain karakteristik komunikasi massa yang telah disebutkan, penting
juga untuk mengetahui fungsi komunikasi massa. Menurut Dr. Harold D
Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai berikut :64
63
Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. (Bandung :Simbosa Rekatama
Media,2007), hal 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a. The surveillance of the environtment (Pengawasan Lingkungan)
Artinya media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan
atau pemberi informasi pada masyarakat luas.
b. The correlation of parts of society in responding to the environtment
(Korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan)
Tindakan korelasi meliputi interpretasi informasi mengenai
lingkungan dan pemakaiannnya untuk berperilaku dalamreaksinya
terhadap peritiwa-peristiwa tadi. Aktivitas ini dikenal sebagai editorial
atau propaganda. Editorial dapat dikatakan sebagai
pertanggungjawaban atas berita-berita yang dipilih dandisajikan,
tanggungjawab atas komitmen terhadap pembangunan masyarakat.
Hal ini berhubungan dengan fungsi editorial, yakni: pertama,
memberikan bimbingan kepada masyarakat agar dalam kehidupannya
lebih efektif, atau dengan perkataan lain memberikan bimbingan
kepada masyarakat dalam menghadapi persoalan-persoalan yang
dihadapi di masyarakat. Kedua, memberikan penjelasan kepada
pembaca tentang berita-berita hangat atau aktual. Ketiga, mengajak
pembaca berbincang tentang suatu persoalan aktual sebelum berita itu
terlanjur menjadi pendapat utama (public opinion).
c. The tranmission of the social heritage from one generation to the next
(transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya)
64
Darwanto S.S, Televisi sebagai Media Pendidikan. (Yogyakarta: PustakaPelajat, 2007), hal 32-
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Transmisi warisan sosial berfokus pada komunikasi, pengetahuan,
nilai-nilai, dan norma-norma sosial dari generasi ke generasi lain atau
dari anggota-anggota satu kelompok kepada pendatang baru.
Umumnya kita sering menyebutnya sebagai fungsi pendidikan.
5. Film
Film merupakan media komunikasi massa dengar pandang (audio visual)
yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan menggunakan bahan
baku selluloid dalam berbagai ukuran melalui proses kimiawi dengan
atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan
sistem proyeksi mekanik.65
Dalam perkembangannya, film diartikan
sebagai rekaman gambar dan atau objek gambar bergerak, lukisan dan
suara menggunakan film, video tape, video disket yang dapat
dipertunjukkan.66
Film awalnya dikenal dengan nama bio-scope (secara
harfiah diterjemahkan sebagai gambar hidup).67
Pertama kali
dipertunjukkan di Paris pada tahun 1895 oleh Auguste dan Louis
Lumiere di Grand Café, Boulevard des Capucienes. Dari sinilah
kemudian gambar hidup yang dikemudian hari dan seterusnya dikenal
dengan sebutan film, menyebar ke seluruh dunia. Tahun 1986 menyebar
ke London (Inggris), St. Petersburg (Rusia) dan Bombay (India). Tahun
65
Budi Sampurno, Peranan Badan Sensor Film dalam Ikut Menjaga Wajah Wanita dalam Film,
dalam Jurnal Media Massa dan Wanita, Proyek Studi Gender dan Pembangunan Fisip UI dan
UND Fund for Women (UNIFEM), 1992, hal 80. 66
Ibid. 67
Yan Widjaya, “Sekilas Sejarah Film Indonesia 1900 – 2007”, dalam majalah Cinemags 100
(November,2007), hal 95.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
berikutnya di Jepang, pada awal abad ke-20 di Indonesia, tahun 1903 di
Korea dan tahun 1905 di Italia.68
Menurut McQuail, film merupakan media yang memiliki kelebihan
selain informatif dan jangkauan luas juga punya sisi seni dan
hiburan.69
James Monaco dalam How to Read a Film menyatakan bahwa
film bisa dilihat dari tiga kategori. Sebagai Cinema (dilihat dari segi
estetika dan sinematografi), Film (hubungannya dengan hal di luar film,
seperti sosial dan politik), dan movies (sebagai barang dagangan). Film
sebagai film merupakan fungsi kritik sosial, namun kita masih sering
menduelkan antara cinema (sebagai art) dan movies (sebagai
komersiil).70
Di Indonesia, film mempunyai fungsi mulia sesuai yang tercantum dalam
Mukadimah Anggaran Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 bahwa
film :
“….bukan semata barang dagangan, tetapi merupakan alat
pendidikan dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang
besar sekali atas masyarakat, sebagai alat revolusi dapat
menyumbangkan dharma bhaktinya dalam menggalang persatuan
dan kesatuan nasional, membina nation dan character building
mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.”71
68
Haris Jauhari (ed), Layar Perak tahun : 90 Tahun Bioskop di Indonesia ( Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama,1992), hal 11. 69
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Vol1, (Jakarta: Salemba Humanika,2011), hal 14. 70
Eric Sasono, Benarkah Film Indonesia Langka akan Kritik Sosial, (Kompas, 17 Juli 2005) 71
Ekky Al-Malaky, loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Menurut beberapa teori film, film merupakan arsip sosial yang dapat
menangkap jiwa zaman (zeitgeist) masyarakat saat itu.72
Jika fungsi dan
teori ini berjalan dengan baik, maka dalam setiap film yang dibuat akan
menampilkan identitas kultural bangsa, yakni kehidupan sosial, agama,
suku dan kelas ekonomi bangsa Indonesia tiap zaman.
a. Struktur Film
Secara fisik sebuah film dapat dilihat satu persatu hingga menjadi
tiga unsur yatu73
:
1) Shot
Merupakan proses pengambilan gambar dengan bingkai dan
teknik kamera tertentu dalam sekali pengambilan gambar.
2) Scene
Merupakan satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang
memperlihatkan satu aksi yang berkesinambungan yang diikat
oleh ruang, waktu, isi tema dan karakter. Scene dalam bahasa
Indonesia disebut sebagai adegan. Satu scene terdiri dari beberapa
shot.
3) Sequence
Merupakan segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian
peristiwa yang utuh. Dalam bahasa Indonesia disebut babak,
dimana satu sequence tersusun dari beberapa scene yang saling
berkaitan.
72
Ekky Imanjaya, loc.cit. 73
Pratista Himawan, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian,2008), hal 29-30.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
b. Penokohan dalam Film
Penokohan dalam sebuah cerita dapat disebut juga perwatakan atau
karakterisasi. Suban membagi tokoh atau karakter berdasarkan
kedudukannya ke dalam tiga bagian74
:
1) Karakter Utama (Main Character)
Karakter atau tokoh utama adalah karakter yang mengambil
perhatian terbanyak dari pemirsa dan menjadi pusat perhatian
pemirsa.
2) Karakter Pendukung (Secondary Character)
Karakter pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi
dan yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-
kadang karakter pendukung bisa memainkan peranan yang
membantu karakter utama.
3) Karakter Figuran (Incedental Character)
Karakter ini diperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah
cerita. Mereka sering disebut figuran, karena yang dibutuhkan
figuran saja. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada,
dialognya hanya bersifat informatif. Karakter figuran ini biasanya
hanya tampil di beberapa adegan saja.
74
Fred Suban, Yuk...Nulis :Skenario Sinetron, Panduan Menjadi Penulis SkenarioSinetron
Jempolan, (Jakarta : Gramedia, 2009), hal 68.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
6. Film sebagai Media Komunikasi Massa
Film adalah salah satu media massa yang berfungsi untuk menyampaikan
pesan dari komunikator (produser) kepada komunikan (penonton). Dalam
menyampaikan pesan, film tidak bisa berdiri sendiri sebagai media yang
benar-benar netral. Film mempunyai kekuatan untuk mengkontruksi
pesan lewat bahasa audio visual.75
Film sebagai salah satu bentuk media massa mempunyai peran penting di
dalam sosial kultural, artistik, politik dan dunia ilmiah. Pemanfaatan film
dalam usaha pembelajaran masyarakat ini sebagian didasari oleh
pertimbangan bahwa film mempunyai kemampuan untuk menarik
perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film
mempunyai kemampuan mengantarkan pesan secara unik.76
Film tidak
lagi dimaknai sekedar karya seni tetapi sebagai praktik sosial
(Tumer,1991) serta komunikasi massa (Jowett and Linton, 1981). 77
Sebuah film sebagai produk kesenian maupun sebagai medium adalah
suatu cara untuk berkomunikasi. Dalam sebuahfilm ada pesan yang ingin
dikomunikasikan pada penonton dalam konteksnya sebagai media
komunikasi massa. Dalam film, cara komunikasinya adalah bertutur.
Film mengandung unsur tema, cerita dan tokoh yang dikemas dalam
75
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, ed : RemaKaryanti., Komunikasi Massa: Suatu
Pengantar, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,,2007), hal 137. 76
Dennis Mc Quail, Mass Communication Theoris,(London: Sage Publications,,1994) 77
Budi Irawanto, Film, Idiologi, dan Hegemoni Militer dalam Sinema
Indonesia,(Yogyakarta:Media Pressindo,1999)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
unsur format audio visual yang pada akhirnya mengkomunikasikan
sebuah pesan baik secara eksplisit maupun implisit. Menurut David
Bardwell, cara bertutur ini adalah penghadiran kembali kenyataan dengan
makna yang lebih luas.78
Media film merupakan salah satu media massa dimana media massa
mempunyai karakter yang mampu menjangkau massa dalam jumlah
besar dan luas.79
McLuhan membagi media dalam dua jenis, yaitu media
panas dan media dingin. Media panas adalah media yang tidak menuntut
perhatian besar dari pendengar,pembaca dan penonton media yang
bersangkutan. Sedangkan media dingin merupakan media yang
membutuhkan partisipasi yang cukup besar.80
Film adalah contoh media
panas. Ketika seseorang menonton film, tidak ada upaya keras untuk
menerima dan memahami pesan dari media tersebut, tidak membutuhkan
daya imajinasi dan film dapat menyampaikan simbol-simbol di
dalamnya. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi
individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga
bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif; media menyuguhkan
nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan
hiburan.81
78
David Bardwell, Narration in The Fiction Film, (Wisconsin : The University of Wisconsin
Press, 1985), hal xi. 79
Morrisan,Andy Corry, Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa,(Bogor:Ghalia Indonesia, 2010) 80
Ibid,hal 37. 81
McQuail,Denis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Kedua,( Jakarta: Salemba
Humanika,1996)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
De Fleur dan Dennis Malvin mengatakan bahwa film di sisi produksi
dapat dikatakan sebagai wahana untuk menuangkan ekspresi yang dapat
mempengaruhi atau menghibur. Bahkan sebuah film dapat dijadikan
sebagai media penyampaian pernyataan politik dan sosial. Dalam
pembuatan film, pembuat film mengemas film sehingga mampu untuk
menarik penerima pesan secara emosional, bahkan sebuah film dalam
mencapai tujuan tersebut mengambil realitas masyarakat sebagai yang
diyakini sebagai “kebenaran” untuk menjadi landasan film.82
Dalam model komunikasi Jakobson, dapat dilihat bahwa sebuah film
mengandung unsur komunikasi karena selain terkait dengan aktor utama
komunikasi yaitu addresser (dalam hal ini pembuat film) dan
addresse(dalam hal ini penonton), dapat juga dilihat bahwa film
memiliki pesan tersendiri, baik berupa pesan tentang nilai-nilai
patriotisme, pesan moral ataupun hal lainnya.
Bagan 1.1
Model Komunikasi Jakobson83
Context Message
Addresser -------------------------------------------------------------- Adresse
Contact Code
82
Edward Jay Whetmore, Media, Form, Content and Consequence of Mass Communication,
(California: Wardsworth Publishing Company, 1989), hal 229. 83
John Fiske, Introduction to Mass Communication Studies, (London,: Routledge, 1990), hal 35.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh sebuah film, terdapat
pesan yang ingin dikirimkan antara pembuat dengan penonton. Pesan
yang dikirimkan tersebut dalam konteks komunikasi Jakobson adalah
massage (pesan). Dalam penelitian ini pesan yang ingin dilihat adalah
bagaimana sebuah film membawa pesan-pesan yang tampak mengenai
nilai-nilai patriotisme.
7. Analisis Isi
Secara umum ada dua bentuk aliran (paradigma) dalam studi isi. Pertama
aliran transmisi. Aliran ini melihat komunikasi sebagai bentuk
pengiriman pesan yang statis. Asumsi dari aliran ini adalah adanya
hubungan satu arah dari media kepada khalayak. Kata kunci dari aliran
ini adalah pesan (message) yang merupakan isi yang statis (bentuk
seperti yang disampaikan oleh pengirim).Kedua, aliran produksi dan
pertukaran makna. Aliran ini melihat komunikasi sebagai proses
penyebaran ( pengiriman dan penerimaan). Yang dilihat dalam aliran ini
bukan bagaimana seseorang mengirimkan pesan, tapi bagaimana masing-
masing pihak yang terlibat dalam proses komununikasi dapat
memproduksi dan saling bertukar makna. Kata kunci dalam aliran ini
adalah makna (meaning). Makna bukanlah isi yang statis melainkan
produk konstruksi dan interaksi antara si pengirim dan penerima.84
84
John Fiske, loc.cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Pesan adalah apa yang terlihat (dapat didengar, dirasakan atau dibaca).
Karena pesan adalah sesuatu yang terlihat secara langsung, maka
penelitian dari aliran transmisi pada dasarnya adalah menghitung dan
mengukur. Sedangkan makna adalah apa yang tersirat (bersifat laten,
tidak dapat dilihat atau didengar secara langsung), maka penelitian dari
aliran produksi dan pertukaran makna pada dasarnya adalah menafsirkan.
Teknik analisis isi kuantitatif terlahir dari aliran transmisi. Pada analisis
isi kuantitatif yang menjadi pusat perhatian peneliti adalah menghitung
dan mengukur secara akurat aspek atau dimensi dari teks. Barelson
mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian yang
dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi
komunikasi yang tampak.85
Sedangkan menurut Holsti, analisis isi adalah
suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dilakukan secara
objektif dan identifikasi sistematis dari karakteristik pesan.86
Secara
umum analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu teknik
penelitian ilmiah yang ditujukan untuk megidentifikasi secara sistematis
isi komunikasi yang tampak, dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel
dan dapat direplika.Objektif artinya penelitian dilakukan untuk
mendapatkan gambaran dari suatu isi secara apa adanya tanpa adanya
campur tangan peneliti. Penelitian menghilangkan bias, keberpihakan
atau kecenderungan tertentu dari peneliti. Sistematis artinya semua
85
Bernar Barelson, Content Analysis in Communication Research,(New York : The Free Press,
1952), hal 18. 86
Ole R. Holsti, Content Analysis for the Social Science and Humanities. (Massachusetts:
Addison-Westley Publishing,1969), hal 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
tahapan dalam proses penelitian telah dirumuskan secara jelas dan
sistematis. Dan replikabel berarti penelitian dengan temuan tertentu dapat
diulang dengan menghasilkan temuan yang sama pula.
Holsti mengemukakan tiga fungsi analisis isi yaitu87
:
a. Menggambarkan karakteristik pesan
b. Membuat kesimpulan penyebab dari suatu pesan (proses encoding)
c. Menarik kesimpulan mengenai efek dari komunikasi
Penelitian ini berfokus pada fungsi analisis Holsti yaitu menggambarkan
karakteristik pesan. Analisis di sini dipakai untuk menjawab pertanyaan
“what,to whom, dan how”. Pertanyaaan “what” berkaitan dengan
penggunaan analisis isi untuk menjawab pertanyaan mengenai apa isi
dari suatu pesan, tren dan perbedaan antara pesan dari komunikator yang
berbeda. Pertanyaan “to whom” dipakai untuk menguji hipotesis
mengenai isi pesan yang ditujukan pada khalayak yang berbeda.
Sementara “how” terutama berkaitan dengan penggunaan analisis isi
untuk menggambarkan bentuk dan teknik-teknik pesan. Penelitian ini
menggunakan analisis isi untuk menjawab pertanyaan “what” tentang
perbedaan antara pesan dari komunikator yang berbeda.
Dilihat dari pendekatannya, analisis isi dapat dibagi ke dalam tiga bagian
besar yaitu analisis isi deskriptif, eksplanatif dan prediktif.88
Analisis isi
87
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan
secara detail suatu pesan atau suatu teks tertentu. Desain analisis isi
deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu atau
menguji hubungan antar variabel.89
Pendekatan analisis isi lainnya yaitu analisis isi eksplanatif. Dalam
analisis isi eksplanatif, terdapat pengujian hipotesis tertentu dan juga
mencoba membuat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.
Analisis ini tidak hanya sebatas menggambarkan secara deskriptif isi dari
suatu pesan tetapi juga mencari hubungan antara pesan ini dan variabel
lain. 90
Pendekatan analisis isi yang ketiga yaitu analisis isi prediktif. Analisis
ini berusaha untuk memprediksi hasil seperti yang tertangkap dalam
analisis isi dengan variabel lain.91
Peneliti tidak hanya menggunakan
variabel lain diluar analisis isi, tetapi juga menggunakan hasil penelitian
dari metode lain (seperti survey dan eksperimen). Data dari dua hasil
penelitian tersebut (analisis isi dan metode lain) dihubungkan dan dicari
keterkaitannya.92
88
Eriyanto, Analisis Isi (Pendekatan Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu
Sosial Lainnya), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal 46. 89
Ibid, hal 47. 90
Ibid, hal 49. 91
Kimberly A. Neuendorf, The Content Analysis Guidebook, (Thousand Oaks: Sage
Publications,2002), hal 55. 92
Eriyanto, op.cit, hal 53.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Menurut Krippendof, analisis isi menempati kedudukan yang penting
diantara metodologi penelitian lainnya karena kemampuan yang
dimilikinya. Pertama, ia mampu menerima komunikasi simbolik yang
relatif tidak terstruktur sebagai data dan kedua, ia mampu menganalisis
gejala yang tak teramati melalui medium data yang berkaitan dengan data
tersebut.93
“in content analysis, units may be single words or longer text
segments, photographic images, minutes of video recordings, scene
in fictional television programs, web pages, utterance, distinc
meaning to analyze.”
Dalam analisis isi, unit analisis bisa berupa kata-kata tunggal atau teks
dalam segmen yang lebih panjang, gambar foto, durasi dalam rekaman
video, adegan dalam program fiksi televisi, halaman web,ungkapan yang
memiliki arti berbeda untuk dianalisis.94
Sejumlah ahli merumuskan beberapa jenis unit analisis dalam analisis isi.
Holsti (1969) dan Budd, Thorp dan Donohew(1971) mengidentifikasikan
ada dua jenis unit analisis penting dalam analisis isi yaitu unit pencatatan
dan unit konteks. Weber (1994) hanya mengidentifikasi satu jenis unit
analisis yakni unit pencatatan. Sementara Riffe et al. (1998) dan
Kripendorff (2004) mengidentifikasi unit analisis lain selain unit analisis
pencatatan dan unit konteks yaitu unit sampel.95
93
Klaus Krippendorf, Analisis Isi :Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: Rajawali
Press,1991), hal 35. 94
Ibid, hal 220. 95
Eriyanto, op.cit, hal 60.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Secara umum dari berbagai unit analisis yang ada dalam analisis isi dapat
dibagi ke dalam tiga bagian besar, yakni unit sampel (sampling unit), unit
pencatatan (recording unit) dan unit konteks (context unit). Unit sampel
adalah unit yang dipilih oleh peneliti untuk didalami. Unit ini ditentukan
oleh topik dan tujuan riset yang menentukan isi apa yang akan diteliti dan
yang tidak diteliti. Unit pencatatan berkaitan dengan bagian apa dari isi
yang akan dicatat, dihitung dan dianalisis. Sementara unit konteks adalah
konteks apa yang diberikan oleh peneliti untuk memahami atau memberi
arti pada hasil pencatatan.96
Unit pencatatan adalah unit yang paling penting dalam analisis isi.
Setidaknya ada lima jenis unit pencatatan (lihat Riffe et al.,1998 dan
Krippendorff, 2004) yaitu :
a. Unit Fisik
Unit fisik adalah unit pencatatan yang didasarkan pada ukuran
fisik dari suatu teks. Bentuk ukuran fisik ini sangat tergantung
dari jenis teks. Untuk film atau televisi, ukuran fisik ini dapat
berupa waktu (durasi).97
96
Eriyanto, op.cit, hal 61-64. 97
Eriyanto, op.cit,hal 64.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
b. Unit Tematik
Unit tematik lebih melihat tema pembicaraan dari suatu teks.
Unit tematik secara sederhana berbicara mengenai “ teks
berbicara tentang apa atau mengenai apa”. Unit ini seperti yang
dikatakan Holsti (1969:116) juga memungkinkan peneliti
melihat kecenderungan, sikap dan kepercayaan dari suatu teks.98
c. Unit Referensial
Weber menyebut unit referensial ini sebagai “word sense” yakni
kata yang berbeda tetapi mempunyai maksud dan merujuk pada
sesuatu yang sama.99
Sedangkan Krippendorff menyebut unit
referensial ini sebagai unit kategoris.100
Kata-kata yang mirip,
sepadan atau punya arti dan maksud yang sama dicatat sebagai
satu kesatuan.
d. Unit Sintaksis
Unit sintaksis adalah unit analisis yang menggunakan elemen atau
bagian bahasa dari suatu isi. Elemen bahasa ini tergantung dari
jenis teks. Untuk bahasa tertulis unit bahasa ini dapat berupa kata,
kalimat atau anak kalimat. Untuk bahasa gambar dapat berupa
98
Eriyanto, op.cit, hal 84. 99
Robert Phillip Weber, Basic Content Analysis. International Hanbooks of Quantitative
Applications in the Soscial Science, Vol 6. (London : Sage Publications, 1994), hal 264. 100
Klaus Krippendorff,Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, (Thousan Oaks:
Sage Publications,1980), hal 105.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
potongan adegan, gambar dan sebagainya. Dalam unit sintaksis
cara yang digunakan adalah menghitung frekuensi dari unit
bahasa seperti berapa kali kata “teroris” muncul dalam suatu
teks.101
e. Unit Proporsional
Unit proporsional adalah unit analisis yang menggunakan
pernyataan (proposisi) yang menghubungkan dan mempertautkan
satu kalimat dan kalimat lain dan menyimpulkan pernyataan yang
terbentuk dari rangkaian antar kalimat ini.102
8. Penelitian Terdahulu
Telah banyak penelitian mengenai metode analisis isi kuantitatif yang
digunakan dalam mengkaji aspek pesan komunikasi di bidang ilmu
komunikasi. Di UNS sendiri telah banyak peneliti yang menggunakan
analisis isi untuk mengkaji berbagai media seperti koran, majalah, iklan
dan tayangan televisi. Namun di UNS masih jarang bahkan peneliti
belum menemukan penelitian komunikasi yang menggunakan metode
analisis isi kuantitatif untuk meneliti film. Penelitian film di UNS
biasanya menggunakan analisis semiotika dan wacana. Alasan ini yang
membuat peneliti terdorong untuk melakukan penelitian film dengan
metode analisis isi kuantitatif.
101
Eriyanto, op.cit, hal 71. 102
Eriyanto, op.cit, hal 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Penelitian analisis isi di komunikasi UNS kebanyakan didominasi oleh
penelitian pada media cetak dan tayangan televisi. Salah satu penelitian
media elektronik yang menggunakan analisis isi kuantitatif adalah
penelitian yang dilakukan oleh Gembong Triantoro (2012) dengan judul
Perbandingan Pesan Moral dalam Sinetron (Studi Perbandingan
Analisis Isi Pesan Moral dalam Sinetron Sampean Muslim di MNC TV
dan Binar bening Berlian di RCTI periode Desember 2011). Penelitian
tersebut menganalisis perbedaan isi dalam dua sinetron yang ditayangkan
oleh dua stasiun berbeda yaitu Sinetron Sampean Muslim di MNC TVdan
Binar bening Berliandi RCTI selama periode Desember 2011. Sample
yang digunakan yaitu 10 episode pada masing-masing sinetron yang
tayang selama bulan Desember 2011. Unit analisis yang digunakan
berupa sikap dan kata-kata yang ada dalam scene. Sikap dan ucapan yang
mengandung pesan moral diperinci kedalam 9 kategori yaitu
sabar,jujur,sopan, rendah hati, taat beribadah, tawakkal, penolong, takwa
dan penyesalan. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan
frekuensi pesan moral dari kedua sinetron. 103
Objek penelitian Gembong hampir sama dengan apa yang akan diteliti
oleh peneliti yaitu dua buah media elektronik, meskipun peneliti
menggunakan media film dan penelitian Gembong menggunakan media
sinetron di televisi. Namun jika penelitian Gembong dimaksudkan untuk
103
GembongTriantoro, Skripsi “Perbandingan Pesan Moral dalam Sinetron (Studi Perbandingan
Analisis Isi Pesan Moral dalam Sinetron Sampean Muslim di MNC TV dan Binar bening Berlian
di RCTI periode Desember 2011)”, Surakarta,2012, hal viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
menguji hipotesis tentang adanya perbedaan dari kedua sinetron, peneliti
lebih memilih untuk menggunakan pendekatan deskriptif yang bertujuan
untuk mendeskripsikan tanpa adanya maksud untuk melakukan uji
hipotesis seperti yang dilakukan dalam penelitian milik Gembong
Triantoro (2011).
Penelitian lain tentang analisis isi yang juga mengkaji film sebagai objek
penelitiannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal
Fahmi (2014) dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
dengan judul “Dimensi-Dimensi Kekerasan dalam Film Fast and Furious
(Analisis Isi pada Film Fast and Furious 6)”. Penelitian ini
menggunakan pendekatan eksplanatif dengan hasil hipotesis diterima
yang menyatakan bahwa terdapat kekerasan dengan berbagai dimensi di
film Fast and Farious 6. Dimensi-dimensi kekerasan tersebut antara lain
bentuk kekerasan, tokoh pelaku kekerasan, tokoh korban kekerasan,
gender pelaku kekerasan, gender korban kekerasan, efek kekerasan, motif
kekerasan dan sumber kekerasan. Dari penelitian inilah peneliti
menggunakan dimensi pelaku selain nilai-nilai patriotisme karena
melihat dimensi ini berperan penting untuk melihat siapa tokoh yang
paling dominan menampilkan nilai-nilai patriotisme dalam film.
Selain dua penelitian tersebut, penelitian internasional yang dilakukan
Srividya Ramasubramanian (2005) dari Departemen Komunikasi Texas
& AM University dengan judul “A Content Analysis of The Portrayal of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
India in Films Produced in West”104
juga mengkaji film dengan
menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif yang meneliti kapan,dimana dan bagaimana India
dan masyarakat India digambarkan dalam film-film Barat dari tahun
1993-2005. Dari populasi sebanyak 125 film diambil 24 film sebagai
sampel dengan cara random sampling. Unit analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah scene dan karakter dalam film yaitu 1.016
scene dan 421 karakter. Unit scene dianalisis melalui dua kategori yaitu
environmental variables dan socio-cultural variable. Environmental
variables atau variabel lingkungan terdiri dari iklim,polusi,pemandangan
sekitar, moda transportasi dan kehadiran burung atau binatang. Socio-
cultural variables atau variabel-variabel sosial-budaya terdiri dari agama,
aktivitas saat senggang, status wanita dan kemiskinan. Sedangkan untuk
unit karakter dianalisis melalui kategori peran, gender, ras, pekerjaan,
kelas, tempat tinggal dan bahasa. Hasil dari penelitian ini yaitu
polusi,panas, suasana pedesaan, transportasi tradisional,dan ritual
kegamaan lebih sering ditampilkan dalam adegan yang dilakukan di India
daripada di Barat. Sementara dalam level karakter, kemiskinan, pekerjaan
tradisional dan berbicara bahasa Inggris dengan logat yang kental juga
lebih sering ditampilkan dalam adegan yang dilakukan di India daripada
di Barat. Seperti yang digunakan dalam penelitian tersebut, peneliti juga
104
Srividya Ramasubramanian, “A Content Analysis of The Portrayal of India in Films Produced
in West”. The Howard Journal of Communicatios, 16:243-265, 2005,
http://people.tamu.edu/~srivi/newindex/Research_files/Ramasubramanian_2005_HJoC.pdf,
diakses 15 November 2014 pukul 22:48 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
memilih untuk menggunakan pendekatan deskriptif untuk menganalisis
nilai-nilai patriotisme yang ditampilkan dalam film Sang Pencerah
(2010) dan Sang Kiai (2013).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
F. Kerangka Pemikiran
Bagan 1.
Kerangka Pemikiran
Film
Sang Kiai (2013)
Deskripsi Sinopsis,Tema
dan Adegan
Nilai-Nilai
Patriotisme :
1. Keberanian
2. Rela Berkorban
3. Pantang
Menyerah
4. Kesetiakawanan
Sosial
5. PercayaDiri
6. Toleransi
Tokoh Pelaku
Patriotisme:
1. Utama
2. Pendukung
3. Figuran
4. Utama dan
Pendukung
5. Utama dan
Figuran
6. Pendukung dan
Figuran
Potongan Adegan yang
Menampilkan Nilai-Nilai
Patriotisme dalam Film
Sang Pencerah (2010)
Hasil Analisis Hasil Analisis
Perbandingan Analisis Isi PesanNilai-
Nilai Patriotisme dalam Film Sang
Kiai(2013) dan Film Sang Pencerah
(2010)
Film Sang
Pencerah (2010)
Deskripsi Sinopsis,Tema
dan Adegan
Potongan Adegan yang
Menampilkan Nilai-Nilai
Patriotisme dalam Film Sang
Kiai (2013)
Nilai-Nilai
Patriotisme :
1. Keberanian
2. Rela Berkorban
3. Pantang
Menyerah
4. Kesetiakawanan
Sosial
5. PercayaDiri
6. Toleransi
Tokoh Pelaku
Patriotisme:
1. Utama
2. Pendukung
3. Figuran
4. Utama dan
Pendukung
5. Utama dan
Figuran
6. Pendukung dan
Figuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
G. Definisi Konseptual
1. Nilai-Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, makna isi dan pesan, semangat
atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep dan teori
sehingga bermakna secara fungsional serta menjadi acuan dari sistem
atas keyakinan diri maupun kehidupan.
Nilai merupakan hal yang penting dan perlu ada dalam kehidupan
sebagai acuan atau pedoman bertindak. Nilai adalah prinsip yang
menjadi acuan dalam bertingkah laku atau bahkan berpikir.
2. Patriotisme
Dalam International Ensyclopedia of Government and Politic,
patriotisme diartikan sebagai suatu kebaikan (budi luhur) yang
mendorong kesiapsiagaan dan keinginan kuat untuk berkorban bagi
kesejahteraan negara dan tanah tumpah darah seseorang.105
Patriotisme didasari oleh kebaikan atau budi luhur yang dimiliki
seseorang. Kebaikan yang dimiliki inilah yang mendorong seseorang
untuk berkorban dengan penuh keberanian dan pantang menyerah
demi kesejahteraan tanah airnya.
105
Pengertian Patriotisme dalam International Ensyclopedia of Government and Politic, loc.cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Simpson menyebutkan patriotisme setidaknya memiliki 3 unsur yaitu
cinta tanah air, keinginan untuk menyejahterakannya dan kesediaan
untuk melayani dengan tujuan untuk bagaimana mengembangkan dan
mempertahankan negaranya sendiri.106
Cinta tanah air digambarkan
dengan bagaimana seseorang berani dan rela untuk melakukan
pengorbanan demi tanah air. Keinginan untuk menyejahterakan dan
kesediaan untuk melayani digambarkan dengan bagaimana seseorang
peduli dengan kesejahteraan bangsanya dan kerelaan mengabdi demi
mengembangkan dan mempertahankan negaranya sendiri .
Staub membagi patriotisme dalam dua jenis yaitu patriotisme buta dan
patriotisme konstruktif. Patriotisme buta didefinisikan sebagai sebuah
keterikatan pada negara dengan ciri khas tidak mempertanyakan
segala sesuatu , loyal dan tidak toleran terhadap kritik. Sementara
patriotisme konstruktif didefinisikan sebagai sebuah keterikatan pada
bangsa dan negara dengan ciri khas mendukung adanya pertanyaan
dan kritik dari anggotanya terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan/
terjadi sehingga diperoleh suatu perubahan positif guna mencapai
kesejahteraan bersama. Namun dari dua jenis patriotisme diatas,
patriotisme konstruktif selayaknya lebih merasuk dalam jiwa kita
karena patriotisme konstruktif tetap mencintai dan loyal pada
bangsanya dengan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yaitu toleran
terhadap kritik. Staub dan Bar-tal menghimbau dalam bukunya
106
Carolyn Simpson, loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
“Patriotism-in the lives of individuals and nations” untuk
mempopulerkan dimensi patriotisme yang semestinya lebih merasuk
yaitu constructive patriotism.107
Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa secara umum patriotisme
dapat diartikan perasaan cinta dan loyal pada tanah air serta keinginan
untuk menyejahterakan tanah air yang diwujudkan melalui sikap
berani, percaya pada kemampuan diri, setia kawan sosial, pantang
menyerah dan rela mengorbankan segala-galanya untuk tanah air
namun tetap toleran pada kritik dan masukan. Seseorang yang
mempunyai jiwa patriotisme akan melakukan berbagai cara demi
kesejahteraan tanah airnya. Ia akan berjuang dengan gagah berani dan
rela mengorbankan apa yang ia miliki untuk tanah airnya. Ia tidak
akan menyerah, ia tidak memikirkan tentang nasibnya apakah ia
menderita atau bahagia asalkan ia dapat menolong sesama dan
membuat tanah airnya sejahtera. Dan sebagai patriot yang baik, ia
akan melakukan semua itu dengan penuh percaya diri namun tetap
menghormati orang lain dengan tetap toleran terhadap kritik dan
evaluasi.
3. Nilai-Nilai Patriotisme
Dari penjelasan tentang patriotisme, maka dapat ditarik beberapa poin
nilai-nilai patriotisme yaitu :
107
Bar-Tal, loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
a. Keberanian
Keberanian merupakan kekuatan dari dalam jiwa seseorang untuk
melakukan tugas baik berupa tindakan maupun perkataan demi
kebenaran dan kebaikan atau untuk mencegah suatu keburukan
dan menyadari serta menerima segala bahaya dan resiko yang
mungkin akan terjadi.
b. Rela Berkorban
Rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya
kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki
untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi
diri sendiri. Sesuatu yang dimiliki tersebut dapat berupa hartanya,
keluarganya, orang yang dicintainya maupun badan dan
nyawanya sendiri.
c. Pantang Menyerah
Pantang menyerah adalah sebuah wujud kepribadian seseorang
yang gigih, tanpa bosan bangkit dari satu kegagalan ke kegagalan
yang lain dan akhirnya mencapai keberhasilan. Seseorang yang
pantang menyerah akan melakukan hal yang sama walaupun telah
gagal sebelumnya. Walaupun ia menerima hambatan mapun
siksaan baik secara fisik ataupun batin, ia tetap tidak akan
menyerah. Pantang merupakan sikap bertahan untuk tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
melakukan apa yang diinginkan walaupun menghadapi kegagalan,
hambatan dan rintangan.
d. Kesetiakawanan Sosial
Kesetiakawanan sosial mengandung aspek-aspek solidaritas,
empati dan bukan sebaliknya tak acuh, masa bodoh dengan orang
lain atau egois. Solidaritas adalah kata lain dari kasih, yang
menggerakkan kaki, tangan, hati dan seluruh kepribadian
manusia. Tujuan dari solidaritas adalah berbagi kehidupan dengan
sesama yang menderita,dan menolong kebangkitannya untuk
memperoleh kebebasan, keadilan, dan hak serta
martabatnya.Sedangkan empati merujuk pada sikap dan perasaan
yang merasakan dan memahami kondisi emosi orang lain.
e. Percaya Diri
Percaya diri artinya keyakinan dalam jiwa manusia bahwa dirinya
mampu dan bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi
dengan berbuat sesuatu. Dengan demikian individu akan
bertingkah laku menurut apa yang dirasakan nya benar sehingga
individu tersebut dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu
situasi dengan sangat baik dalam arti memiliki kepercayaan
terhadap kemampuan diri sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
f. Toleransi
Toleransi artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang
berpendapat lain dan berhati lapang terhadap orang – orang yang
mempunyai pendapat yang berbeda. Toleransi adalah rasa hormat,
penerimaan dan penghargaan berbagai bentuk ekspresi diri, dan
cara-cara menjadi manusia. Toleransi adalah kerukunan dalam
perbedaan.
4. Tokoh Pelaku Patriotisme
Tokoh pelaku patriotisme adalah tokoh dalam cerita yang
menampilkan nilai-nilai patriotisme melalui perilaku atau dialognya.
Penokohan ini dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak mengambil
perhatian pemirsa.
b. Tokoh Pendukung
Tokoh pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi
dan yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-
kadang karakter pendukung bisa memainkan peranan yang
membantu karakter utama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
c. Tokoh Figuran
Tokohfiguran adalah tokoh yang mengisi dan melengkapi sebuah
cerita. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada,
dialognya hanya bersifat informatif. Tokoh figuran ini biasanya
hanya tampil di beberapa adegan saja.
H. Definisi Operasional
Menurut Kerlinger, definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu
variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang digunakan
untuk mengukur variable tersebut, dengan kata lain definisi operasional
merupakan spesifikasi kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur
variabel.108
Dalam penelitian ini, variable diukur berdasarkanfrekuensi nilai-
nilai patriotisme yang ditampilkan dalam film. Nilai-nilai patriotisme diukur
melalui lama durasi dan jumlah potongan adegan yang menampilkan nilai-
nilai patriotisme.
Ada dua dimensi yang dilihat dalam penelitian ini yaitu dimensi nilai-nilai
patriotisme dan dimensi lain yaitutokoh pelaku patriotisme.
1. Dimensi Nilai-Nilai Patriotisme
Unit analisis yang digunakan dalam dimensi nilai-nilai patriotisme
adalah unit tematik dan unit fisik. Dalam unit tematik, nilai-nilai
108
Fred M Kerlinger .Asas-Asas Penelitian Behavioral (Diterjemahkan oleh Landung R
Situmorang dan H.J Koesoemanto). (Yogyakarta : Gajah Mada University Press.1995), hal 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
patriotisme dikoding berdasarkan 6 kategori nilai-nilai patriotisme yaitu
keberanian, rela berkorban, pantang menyerah, kesetiakawanan sosial,
percaya diri, dan toleransi yang diukur melalui perilaku dan dialog
dalam film. Dalam penelitian ini perilaku yang dimaksudkan adalah
tindakan dan atau bahasa tubuh para tokoh dalam film yang
menampilkan pesan nilai-nilai patriotisme. Sedangkan yang dimaksud
dialog dalam penelitian ini adalah percakapan dalam film baik secara
lisan maupun tulisan antara dua tokoh atau lebih yang menampilkan
nilai-nilai patriotisme.
a. Keberanian
Indikator keberanian yaitu perilaku dan atau dialog yang
menunjukkanperasaan berani, tidak takut, dan kesiapan
menghadapi bahaya seperti melawan penjahat atau penjajah,
menyerang, melakukan hal yang beresiko.109
Bahasa tubuh yang
menunjukkan keberanian yaitu meregangkan kedua telapak kaki
ketika berdiri.110
b. Rela Berkorban
Indikator rela berkorban yaitu perilaku dan atau dialog yang
menunjukkan kesediaan mengorbankan sesuatu yang dimiliki untuk
orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri
109
Peter Irons, loc.cit. 110
Ahmad Salim Badawilan,Membangkitkan Energi Diri (Self Power), (Yogyakarta: Gerai Ilmu,
2010), halaman 179.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
sendiri. Contohnya seperti kehilangan nyawa, mendapatkan
siksaan,kehilangan harta dan keluarga demi orang lain.111
c. Pantang Menyerah
Indikator pantang menyerah yaitu perilaku dan atau dialog yang
menunjukkankegigihan untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkan dan tetap melakukan sesuatu yang ia yakini seperti
bertahan pada keyakinan atau keinginan, tanpa bosan berusaha,
bangkit dari kegagalan.112
d. Kesetiakawanan Sosial
Indikator kesetiakawanan sosial yaitu perilaku dan atau dialog yang
menunjukkan solidaritas dan empati pada sesama seperti menolong
orang lain yang menderita,peduli pada kesusahan orang lain,
memberi pada sesama yang membutuhkan.113
e. Percaya Diri
Indikator percaya diri yaitu perilaku dan atau dialog yang
menunjukkan keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu seperti
melakukan sesuatu tanpa ragu, menyampaikan pendapat dengan
lantang.114
Selain itu beberapa bentuk bahasa tubuh juga
111
Anis Matta, loc.cit. 112
Anis Matta, loc cit. 113
Darmadi, loc.cit. 114
Fashikhah, loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
menunjukkan kepercayaan diri seperti menghadapkan telapak
tangan ke atas, mengepalkan telapak tangan lalu mengangkatnya ke
atas115
, berjalan dengan cepat dan tegap, tangan menjepit di
belakang kepala dan kaki disilangkan.116
f. Toleransi
Indikator toleransi yaitu perilaku dan atau dialog yang
menunjukkan kesabaran, menahan diri,membiarkan orang
berpendapat lain, lapang dada terhadap orang – orang yang
mempunyai pendapat yang berbeda, mau menerima kritik dan
masukan dari orang lain yang berpendapat berbeda dengannya.117
Unit analisis dalam dimensi nilai-nilai patriotisme yang kedua adalah
unit fisik. Dalam unit fisik, peneliti akan menghitung jumlah durasi
(dalam hitungan detik) yang menampilkan nilai-nilai patriotisme secara
keseluruhan yang sebelumnya telah dikoding menggunakan unit
tematik. Melalui analisis dengan menggunakan unit fisik ini, peneliti
bisa mengetahui seberapa besar jumlah persentase nilai-nilai
patriotisme yang ditampilkan dalam film Sang Pencerah (2010) dan
Sang Kiai (2013). Jika persentase kemunculan nilai-nilai patriotisme
lebih dari 50%, maka bisa dikatakan bahwa film tersebut sarat dengan
nilai-nilai patriotisme. Namun sebaliknya, jika kemunculan nilai-nilai
115
Ibid. 116
Allan Pease, Body language. (London: Sheldon Press, 1981), hal 80 117
Ahmad Masykur, loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
patriotisme kurang dari 50% berarti film tersebut minim akan nilai-nilai
patriotisme.
2. Dimensi Tokoh Pelaku Patriotisme
Dalam dimensi tokoh pelaku yang menampilkan nilai-nilai patriotisme
terdapat tiga kategori yaitu tokoh utama, tokoh pendukung dan
tokohfiguran. Namun untuk menyesuaikan dengan penelitian setelah
observasi film, ditemukan bahwa pelaku menampilkan nilai-nilai
patriotisme tidak sendirian melainkan ditemani beberapa tokoh lain.
Untuk itu ditambah tiga kategori lagi yaitu tokoh “utama &
pendukung”,tokoh “utama & figuran” serta tokoh “pendukung &
figuran”. Pengkodingan dimensi tokoh pelaku patriotisme
menggunakan unit analisis referensial, yang dalam hal ini tiap tokoh
dalam film dikelompokkan sesuai dengan kelompok penokohannya
masing-masing.
a. Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang mengambil perhatian terbanyak dari
pemirsa dan menjadi pusat perhatian pemirsa. Dalam film Sang
Pencerah (2010) yang menjadi tokoh utama adalah KH. Ahmad
Dahlan atau dengan sebutan lain dalam film yaitu Muhammad
Darwis, Darwis, Kyai atau Kyai Dahlan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Sementara dalam film Sang Kiai (2013) yang menjadi tokoh utama
adalah KH. Hasyim Asy’ari atau dengan sebutan lain yaitu
Hadratusyyekh, Kyai Hasyim, dan Kyai.
b. Tokoh Pendukung
Tokoh pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi dan
yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-kadang
karakter pendukung bisa memainkan peranan yang membantu
karakter utama.
Tokoh pendukungdalam film Sang Pencerah (2010) yaitu:
Nyai Walidah (Nyai
Ahmad Dahlan,Siti
Walidah)
Kyai Penghulu
Kamaludiningrat
Muhammad Sudja atau
Daniel
Muhammad Sangidu
Muhammad Fahrudin
atau Jazuli
Hisyam
Dirjo
Kyai Lurah Noor
Sultan
Hamengkubuwono VII
atau Sinuhun
Kyai Abu Bakar
Nyai Abu Bakar
Kyai Fadlil
Nyai Fadil
Dr. Wahidin
Sudirohusodo
Kyai Saleh
Nyai Saleh
Kyai Arum
Nyai Arum
Kyai Muhsan
Yohana Siraj
Kyai Siraj Pakualaman
Kyai Magelang
Raden Budiharjo
Raden Dwijo
Nyai Penghulu
Kyai Faqih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
Tokoh pendukung dalam film Sang Kiai (2013)yaitu :
Harun
Nyai Kapu atau
Masruroh
Sari
Kamid
Abdi
Husyein
(penerjemah)
Karim
Yusuf
Solihin atau Kang
Solikhin
Wahid Hasyim (Gus
Wahid atau Kyai
Wahid)
KH. Wahab
Hasbullah
KH. ZainalMustofa
Kholid Hasyim
Tuan Ono
Bung Tomo
Baidowi
KH. Mahfudz
Shiddiq
KH. Mas Mansur
Komandan Kempetai
Jepang
Seiko Sikikan
Mayjend Seizaburo
Kapten Kempetai
Sersan Kempetai
Brigadir Mallaby
Kapten Laughland
Kapten BC Smith
Kapten Shaw
Wirohardjono
Husein Djajadiningrat
c. Tokoh Figuran
Tokoh ini diperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah cerita.
Mereka sering disebut figuran, karena yang dibutuhkan figuran saja.
Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada, dialognya hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
bersifat informatif. Tokoh figuran ini biasanya hanya tampil di
beberapa adegan saja.
Tokoh figuran dalam film Sang Pencerah (2010) adalah :
masyarakat umum
gelandangan
laki-laki kaya
pemberi sedekah
murid-murid
Kweekschool
murid-murid
Madrasah
murid-murid
Langgar Kidul
Zaenab
Ayah Zaenab
Ayah Sudja
Ibu Hisyam
Saudara-saudara
Hisyam
Hoofd Inspektur
Patih Ndalem
Teman-teman Dirjo
Utusan Kyai
Penghulu
Pengawal Kyai
Penghulu
Abdi kraton
Murid Kyai
Magelang
Jamaah Masjid
Besar
Marbot Masjid Besar
Murid Kyai Muhsan
Teman-teman
Darwis
Guru Darwis di
Makkah
Pemuda-pemuda
Kauman
Humam (anak Kyai
Lurah)
Nyai Lurah
Cucu Kyai Lurah
Pembantu Nyai
Walidah
Anggota
Muhammadiyah
lainnya
Priyayi-priyayi Jawa
Penjual di pasar
Tentara Belanda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Suami istri pemberi
sesaji
Ibu-ibu pembatik
Sedangkan tokoh figuran dalam film Sang Kiai (2013) yaitu :
santri-santri lain
pemuda pejuang
pejuang militant
masyarakat awam
teman-teman Sari
para penjual di pasar
petani
Gus Dur kecil
Nurjannah atau anak
Gus Wahid
istri Hamid Ono
anak Hamid Ono
pengemis
Kyai-kyai NU lain
utusan Shumubu
utusan Bung Karno
utusan Bung Tomo
utusan Jenderal
Sudirman
tentara Jepang lain
tentara Inggris lain
tentara Belanda lain
anak kecil pemungut
beras
wali murid 1
wali murid 2
pengunjung rumah
makan
Sukarno
DC. Hawton
anak kecil dan ibu
pemberi makan para
pejuang
tentara Jepang
eksekutor.
d. Tokoh Utama dan Pendukung
Dalam kelompok ini, tokoh utama dan tokoh pendukung menampilkan
nilai-nilai patriotisme bersama-sama dalam satu waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
e. Tokoh Utama dan Figuran
Dalam kelompok ini, tokoh utama dan tokoh figuran menampilkan
nilai-nilai patriotisme bersama-sama dalam satu waktu.
f. Tokoh Pendukung dan Figuran
Dalam kelompok ini, tokoh pendukung dan tokoh figuran
menampilkan nilai-nilai patriotisme bersama-sama dalam satu waktu.
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis isi
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif atau lebih sering disebut
analisis isi deskriptif. Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang
dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau
suatu teks tertentu. Desain analisis deskriptif tidak dimaksudkan
menguji suatu hipotesis tertentu atau menguji hubungan diantara
variabel. Analisis ini semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek-
aspek dan karakteristik suatu pesan.118
Penelitian ini tidak bertujuan untuk menguji hipotesis namun untuk
menggambarkan nilai-nilai patriotisme yang ditampilkan dalam film
118
Eriyanto, Op.Cit, hal 47.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
“Sang Kiai” dan “Sang Pencerah” serta mendeskripsikan perbandingan
nilai-nilai patriotisme yang ditampilkan kedua film tersebut.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah film Sang Kiai (2013) dan
film Sang Pencerah (2010). Untuk memudahkan analisis, peneliti
membuat transkrip adegan kedua film tersebut.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi untuk pencarian data primer. Dokumentasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan membuat transkrip film Sang
Pencerah (2010) dan film Sang Kiai (2013) yang terdiri dari
potongan adegan dan potongan durasi kedua film.
b. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan terhadap data primer
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Observasi
dilakukan dengan melihat kedua film yang dikaji dan juga
membaca transkrip film dengan cermat dan teliti. Kemudian
melakukan pengkodingan dengan memilih adegan mana dalam
kedua film yang mengandung nilai-nilai patriotisme.
c. Studi Kepustakaan yaitu penggalian teori untuk mengumpulkan
data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini peneliti banyak mengambil data dari buku, koran,
majalah dan internet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
4. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini , peneliti meneliti isi dari semua anggota populasi
(sampel) atau biasa disebut dengan sensus. Populasi dari penelitian ini
adalah filmSang Pencerah (2010) yang berdurasi 115,5 menitatau 6930
detik (tanpa credit title)dan Sang Kiai (2013) yang berdurasi 124,5
menit atau 7470 detik (tanpa credit title). Sensus dalam penelitian ini
adalah semua potongan adegan dalam kedua film tersebut.
5. Unit Analisis
a. Unit Sampel
Unit sampel adalah objek yang dipilih peneliti untuk didalami.
Unit sampel dalam penelitian ini adalah semua potongan adegan
dalam film Sang Pencerah (2010)dengan durasi 6930 detik dan
semua potongan adegan dalam film Sang Kiai (2013) dengan
durasi 7470 detik.Dalampenelitianini, total keseluruhan durasi
film yang dimaksud adalah mulai berjalannya cerita sampai akhir
cerita film atau dari adegan pertama sampai adegan terakhir.
Durasi credit tittle tidak ikut dihitung dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
b. Unit Pencatatan
1) Unit Fisik
Unit fisik adalah unit pencatatan yang didasarkan pada ukuran
fisik dari suatu teks. Bentuk ukuran fisik ini sangat tergantung
dari jenis teks. Untuk film atau televisi, ukuran fisik ini dapat
berupa waktu (durasi).119
Dalam penelitian ini unit fisik digunakan untuk menghitung
jumlah durasi (dalam hitungan detik) tayangan berupa perilaku
dan atau dialog yang menampilkan nilai-nilai patriotisme secara
keseluruhan. Melalui analisis dengan menggunakan unit fisik
ini, peneliti bisa mengetahui lama durasi nilai-nilai patriotisme
yang ditampilkan dalam film Sang Pencerah (2010) dan Sang
Kiai (2013).
2) Unit Tematik
Unit tematik lebih melihat tema pembicaraan dari suatu teks.
Unit tematik secara sederhana berbicara mengenai “ teks
berbicara tentang apa atau mengenai apa”. Unit ini seperti yang
dikatakan Holsti (1969:116) juga memungkinkan peneliti
119
Eriyanto, Op.Cit,hal 64.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
melihat kecenderungan, sikap dan kepercayaan dari suatu
teks.120
Unit tematik dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur
frekuensi kemunculan nilai-nilai patriotisme yang ada dalam
potongan adegan yang ditampilkan berupa perilaku dan atau
dialog sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.
3) Unit Referensial
Weber menyebut unit referensial ini sebagai “word sense” yakni
kata yang berbeda tetapi mempunyai maksud dan merujuk pada
sesuatu yang sama.121
Sedangkan Krippendorff menyebut unit
referensial ini sebagai unit kategoris.122
Kata-kata yang mirip,
sepadan atau punya arti dan maksud yang sama dicatat sebagai
satu kesatuan.
Dalam penelitian ini, unit referensial digunakan untuk
menganalisis dimensi tokoh pelaku patriotisme yang
ditampilkan dalam film. Tokoh pelaku patriotisme ini
dikategorikan dalam 6 kategori yaitu tokoh utama, tokoh
pendukung, tokoh figuran, tokoh utama dan pendukung, tokoh
utama dan tokoh figuran serta pendukung dan figuran. Dengan
120
Eriyanto, Op.Cit, hal 84. 121
Robert Phillip Weber, Basic Content Analysis. International Hanbooks of Quantitative
Applications in the Soscial Science, Vol 6. (London : Sage Publications, 1994), hal 264. 122
Klaus Krippendorff,Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, (Thousan Oaks:
Sage Publications,1980), hal 105.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
menggunakan unit referensial ini, akan dapat diketahui porsi
masing-masing kategori tokoh pelaku patriotisme.
6. Pengkodingan
Sebelum melakukan pengkodingan, para coder terlebih dahulu
menonton keseluruhan film secara berulang-ulang. Peneliti sendiri telah
menonton kedua film selama lebih dari 10 kali untuk benar-benar
mengamati nilai-nilai patriotisme yang ditampilkan dalam film. Setelah
mengamati kedua film, peneliti membuat transkrip film untuk
mempermudah proses pengkodingan. Selanjutnya peneliti membuat
petunjuk pengkodingan atau protokoler pengkodingan (lihat di
lampiran) yang jelas dan detail berdasarkan variabel penelitian.
Kemudian barulah dilakukan proses pengkodingan.
Dalam penelitian ini, pengkodingan dilakukan dengan menggunakan
tiga jenis unit analisis yaitu analisis tematik, fisik dan referensial. Unit
tematik dan unit fisik digunakan untuk mengkoding dimensi nilai-nilai
patriotisme, sedangkan unit referensial digunakan untuk mengkoding
dimensi tokoh pelaku patriotisme.
Proses coding menggunakan unit tematik terbilang lebih rumit karena
tidak seperti unit analisis lain, dalam unit analisis tematik, coder tidak
dapat langsung menghitung atau mengukur. Namun pengcoder perlu
melihat secara keseluruhan, mengamati dan baru kemudian dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
mengkode ke dalam kategori yang sesuai. Dalam unit tematik
pengkoder tidak hanya mengukur atau menghitung saja, tetapi juga
memberikan penilaian dan kemudian mengkategorikan ke dalam
kategori yang sesuai dalam penelitian berdasarkan protokol coding
(lihat di lampiran). Untuk itulah diperlukan protokol coding yang detail
dan jelas untuk meminimalisir kemungkinan adanya penafsiran coder.
Selain menggunakan unit tematik, proses coding untuk dimensi nilai-
nilai patriotisme juga menggunakan unit analisis fisik. Proses coding
unit fisik terbilang sederhana. Coder hanya tinggal menghitung lama
durasi (dalam hitungan detik) dari potongan adegan dalam film yang
menampilkan nilai-nilai patriotisme. Kemudian lama durasi dari tiap
potongan adegan yang menampilkan nilai-nilai patriotisme dijumlahkan
untuk mengetahui jumlah durasi keseluruhan yang mengandung nilai-
nilai patriotisme. Dari sini dapat diketahui apakah film yang dikoding
sarat akan nilai-nilai patriotisme dengan persentase durasi nilai-nilai
patriotisme lebih dari 50% atau lebih dari separuh dari durasi film.
Dimensi tokoh pelaku patriotisme menggunakan unit referensial. Proses
coding unit referensial dimulai dengan mengelompokkan tokoh dalam
film berdasarkan kategori tokoh pelaku patriotisme. Kemudian coder
melihat kedua film (Sang Pencerah dan Sang Kiai). Selanjutnya dari
nama-nama atau tokoh yang muncul secara eksplisit dalam adegan yang
menampilkan nilai-nilai patriotisme, coder lalu melihat ke dalam daftar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
(list) protokol coding. Berdasarkan hal itu, coder kemudian mengkode
ke dalam 6 kategori tokoh pelaku patriotisme yang dipakai dalam
penelitian.
7. Validitas
Validitas di sini digunakan untuk mengukur apakah alat yang dipakai
sudah benar dan tepat untuk menelitimasalah yang akan dianalisis.
Penelitian ini menggunakan coding sheet sebagai alat ukur. Validitas
yang peneliti gunakan adalah dengan cara mengajukannya dengan ahli
analisis isi.123
Ahli yang peneliti maksud disini adalah dosen ilmu
komunikasi sebagai pembimbing peneliti.
8. Reliabilitas
Analisis isi selain harus valid juga harus mempunyai reliabilitas atau
keandalan yang tinggi. Analisis isi harus dilakukan secara objektif
artinya tidak boleh ada beda penafsiran antara coder yang satu dengan
coder yang lain. Reliabilitas diartikan sebagai fungsi dari keseluruhan
rancangan studi menyangkut prosedur sampling, prosedur
penghitungan, prosedur pengkodingan dan reliabilitas kategori.
Reliabilitas berhubungan dengan sejauh mana pengukuran bila diulangi
mencapai nilai yang sama.124
123
Eriyanto, op.cit, hal 263. 124
B. Setiawan. Content Analysis, (Yogyakarta : FISIP UGM, 1983), hal 35.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik intercoder
reliability. Untuk mengukur realibilitas antar coder ada beberapa rumus
yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan
formula Holsti dan formula Scott (Scott Pi).
Menurut formula Holsti, rumus untuk menghitung reliabilitas antar
coder adalah sebagai berikut125
:
Dimana :
CR = Coeficient Reliability
M = jumlah coding yang sama (disetujui oleh masing-masing coder)
N1 = jumlah coding yang dibuat oleh coder 1
N2 = jumlah coding yang dibuat oleh coder 2
Selain formula Holsti, peneliti juga menggunakan formula Scott (Scoot
Pi) untuk memperkuat hasil uji reliabilitas. Dibandingkan formula
Holsti, formula Scott ini lebih valid dalam mengukur angka reliabilitas
125
Eriyanto, op.cit, hal 290.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
karena factor peluang terjadinya persamaan antar coder diperhitungkan.
Rumus formula Scott adalah sebagai berikut126
:
Dimana :
Pi = Probability of Indexs/
persetujuanantar coder
Persetujuan yang nyata = coeficient reliability
Persetujuan yang diharapkan = kuadrat dari masing-masing
proporsi kategori.
Realibilitas bergerak antara 0 sampai 1 dimana 0 berarti tidak ada
satupun yang disetujui oleh para coder dan 1 berarti persetujuan
sempurna diantara para coder. Dalam formula Holsti, angka reliabilitas
minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%. Artinya jika lebih dari
0,7 berarti alat ukur benar-benar reliabel. Akan tetapi, jika hasil
perhitungan angka reliabilitas di bawah 0,7 maka alat ukur yang
digunakan tidak reliabel. Seperti juga yang dikatakan oleh Laswell
bahwa menurutnya pemberian angka yang menunjukkan kesamaan
antara pelaksana koding sebaiknya berkisar antara70 – 80 %, dengan
126
Holsti, op.cit, hal 140-141.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
demikian proses koding dapat diterima sebagai keterpercayaan. yang
memadai (handal). 127
J. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul melalui coding sheet yang didapatkan oleh para coder
akan di-input ke dalam tabel secara keseluruhan agar mudah membacanya.
Setelah itu data yang terkumpul akan diuji keabsahannya melalui uji
reliabilitas. Apabila data sudah dinyatakan reliabel setelah melewati uji
reliabilitas, data akan disajikan ke dalam tabel frekuensi yang menyajikan
masing-masing dimensi. Tahap selanjutnya yaitu menganalisis perbandingan
isi pesan nilai-nilai patriotisme dalam film Sang Pencerah (2010) dan film
Sang Kiai (2013) sesuai dengan data yang telah disajikan kemudian
mendeskripsikannya. Hal tersebut berdasarkan pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik suatu pesan, yang dalam
penelitian ini adalah nilai-nilai patriotisme dalam film.128
127
Don Michael Flournoy&Akhmadsyah Naina.Analisa Isi Surat Kabar-SuratKabar Indonesia,
(Yogyakarta : Gajah Mada University Press :1989), hal 81. 128
Eriyanto, op.cit, hal 47.
Top Related