BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan bernegara, kita tidak dapat lepas dari sesuatu yang disebut hukum.
Tidak ada satupun negara tanpa hukum. Karena memang fungsinya sangatlah krusial
dalam mengatur kehidupan bernegara.
Dalam kehidupan bernegara kita akan menemukan 2 macam kategori hukum, yaitu:
1) Hukum Tata Negara (Constitutional law)
Sebagai yang mengatur negara. Unsur pokok dalam hukum ini adalah Konstitusi.
Unsur pokok inilah yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini.
2) Hukum biasa (Ordinary Law)
sebagai hukum yang digunakan negara untuk mengatur sesuatu hal yang biasanya
bergerak “actief dienend”. Termasuk dalam hukum ini adalah Hukum Pidana dan
Hukum Perdata.
Oleh karena konstitusi yang merupakan suatu unsur yang mendasar bagi Hukum Tata
Negara, sehingga dasar inilah yang menjadi acuan saya untuk memilih materi ini untuk
saya analisa lebih lanjut. Selain itu, yang menjadi acuan saya untuk memilih materi ini
karena cakupan yang luas, yakni mencakup kehidupan fundamental suatu negara.
Oleh karena itu, maka pada makalah konstitusi ini saya mengambil judul
“PERBANDINGAN KONSTITUSI TENTANG MATERI POKOK DALAM KONSTITUSI DI
INDONESIA DAN ISRAEL.” Berdasarkan judul makalah tersebut, maka dapat ditarik
sebuah benang merah mengenai materi utama yang akan dibahas, yaitu mengenai
perbandingan konstitusi yang ada pada negara Indonesia dan Israel; Serta mengadakan
analisa perbandingan antara konstitusi Indonesia dengan negara yang konstitusinya yang
tidak dikodifikasikan ke dalam satu dokumen formal, yakni Israel, dalam analisa
perbandingan ini tentunya saya akan mengacu berdasarkan muatan materi konstitusi
pada setiap negara tersebut.
Pada akhir pembahasan makalah ini saya akan memberikan kesimpulan dari analisa
perbandingan konstitusi di setiap negara tersebut. Kesimpulan tersebut merupakan suatu
rincian yang dapat kita pelajari dan dapat menjadi suatu acuan mengenai isi makalah ini.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam setiap penelitian, perlu ditetapkan pembatasan-pembatasan masalah agar
masalah yang diteliti dapat terintegrasikan dengan baik dan tidak menyimpang dari tujuan
penelitian yang ingin dicapai. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai
materi pokok yang terkandung dalam suatu konstitusi, yaitu:
1. Pengaturan mengenai jaminan Hak Asasi Manusia(HAM).
2. Penetapan mengenai struktur ketatanegaraan(lembaga tinggi negara) yang bersifat
fundamental(mendasar).
3. Penentuan mengenai pembagian dan pembatasan tugas kewenangan lembaga-
lembaga tinggi negara dalam suatu negara secara fundamental(mendasar).
4. Pengaturan mengenai adanya suatu prosedur perubahan isi(materi) dari suatu
konstitusi.
1.3 PEMBAHASAN MASALAH
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan makalah ini adalah untuk
membandingkan konstitusi yang berlaku di suatu negara dengan konstitusi yang berlaku di
Indonesia. Disamping itu, dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah
wawasan bagi setiap pembacanya untuk memahami lebih lagi mengenai dasar
hukum(konstitusi) yang berlaku pada suatu negara. Sehingga, pada akhirnya kita dapat
belajar untuk mengambil hal-hal yang positif dari negara lain yang mungkin saja dapat
menjadi pelajaran untuk bangsa kita dan semakin mempermudah kita untuk bergaul
dengan dunia internasional karena kita telah mengetahui mengenai latar belakang dari
setiap bangsa tersebut jika dlihat dari tinjauan yuridisnya yang sudah pasti bersumber dari
hukum adat setiap negara.
1.4 METODE PENELITIAN
Dalam menganalisa tugas ini saya menggunakan beberapa metode penelitian yang
bertujuan untuk mempermudah saya dalam mengumpulkan materi dan untuk melakukan
pembahasan. Metode penelitian yang saya pakai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Metode Komparatif
Metode Komparatif adalah metode dimana penulis membandingkan dua atau lebih
dari sumber data yang dimilikinya. Dari perbandingan tersebut penulis dapat
menganalisa suatu kasus permasalahan secara lebih jelas karena melihat dari dua
sudut pandang yang berbeda secara bersamaan.
2
2. Metode Penelitian Kepustakaan
Metode Penelitian Kepustakaan adalah metode dimana penulis memperoleh sumber
data yang dimilikinya bersumber dari media kepustakaan, seperti buku, majalah, dan
surat kabar. Sumber-sumber ini diharapkan dapat menjadi referensi yang sangat
berguna bagi penelitian suatu masalah.
3
BAB II
KONSTITUSI INDONESIA DAN ISRAEL
Dalam bab ini akan membahas tentang pemahaman umum terhadap konstitusi yang
ada di Indonesia dan Israel. Pemahaman umum ini mencakup beberapa hal penting, yaitu:
1. Sejarah perkembangan mengenai terbentuknya konstitusi yang ada pada setiap
negara tersebut.
2. Bentuk negara tersebut dan pengaruhnya terhadap konstitusi pada negara tersebut.
2.1 KONSTITUSI INDONESIA
2.1.1 Sejarah Perkembangan Konstitusi Indonesia
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan
UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei
sampai dengan tanggal 1 Juni 1945 Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang
"Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPKI membentuk
Panitia Kecil yang terdiri dari 8 orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar
Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia
Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan
menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat
"dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka
naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan
UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia"
karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK
untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18
Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia.
Kemudian pada perkembangannya setelah kemerdekaan Indonesia telah
terjadi beberapa kali perubahan konstitusi. Perubahan-perubahan konstitusi
tersebut, yaitu:
4
1. UUD 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)
2. Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)
3. UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)
4. UUD 1945 (5 Juli 1959 - 19 Oktober 1999)
5. UUD 1945 Amandemen (19 Oktober 1999 - sekarang)
2.1.2 Bentuk Negara dan Konstitusi Indonesia
Sebelum kita masuk mengenai bentuk konstitusi di Indonesia kita sebaiknya
kita mengetahui mengenai bentuk negara Indonesia itu sendiri, sehingga kita
dapat mengetahui mengapa memiliki bentuk konstitusi seperti itu.
Bentuk negara terdiri atas dua bagian, yaitu berdasarkan kepemimpinannya
dan berdasarkan bangunan negaranya. Berdasarkan kepemimpinannya
Indonesia merupakan negara yang berbentuk republik, yaitu bentuk negara yang
memiliki kedaulatan di tangan rakyat. Sedangkan, berdasarkan bangunannya
Indonesia berbentuk negara kesatuan, yaitu bentuk negara di mana wewenang
legislatif tertinggi dipusatkan dalam suatu badan legislatif nasional (pusat).
Dari bentuk negara berdasarkan bangunannya, maka dapat disimpulkan
bahwa konstitusi yang ada di Indonesia terbentuk karena dibuat oleh pemerintah
pusat. Sedangkan, berdasarkan kepemimpinannya berarti konstitusi tersebut
terbentuk karena adanya perjanjian dengan rakyat dimana rakyat memiliki
kedaulatan secara mutlak, sehingga segala hal ihwal mengenai konstitusi harus
berdasarkan persetujuan dari rakyat dan pemerintah sepenuhnya.
Berdasarkan bentuknya konstitusi di Indonesia terdiri atas dua bentuk, yaitu:
1. Konstitusi Tertulis
- UUD 1945
- Ketetapan MPR *(dahulu)
2. Konstitusi Tidak Tertulis
- Konvensi Ketatanegaraan, berupa Pidato Kenegaraan Presiden setiap
tanggal 16 Agustus dihadapan anggota MPR(Majelis Permusyawaratan
Rakyat).
- Adanya ratifikasi mengenai International Convention against Doping in
Sport (Paris, 19 Oktober 2005) pada tahun 2008, tanpa diikuti dengan 5
reservation(pensyaratan).
- Adanya penandatanganan mengenai Mine Ban Treaty(Convention on the
Prohibition of the Use, Stockpiling, Production and Transfer of Anti-
Personnel Mines and on their Destruction) pada tahun 1997, serta adanya
ratifikasi pada tahun 2007 tanpa diikuti dengan reservation(pensyaratan).
- Adanya penandatanganan mengenai CTOCDITP(Convention against
Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment)
pada tahun 1985, serta adanya ratifikasi pada tahun 1998 yang diikuti
dengan reservation (pensyaratan) mengenai beberapa ketentuan yang ada
dalam perjanjian ini. Selain itu, ada juga pendeklarasian mengenai
ketentuan yang tertuang dalam Paragaph 1, 2 and 3 Article 20. Ketentuan
yang mengalami reservation dari Indonesia tersebut, yaitu:
Article 30
1. Any dispute between two or more States Parties concerning the interpretation or application of this Convention which cannot be settled through negotiation shall, at the request of one of them, be submitted to arbitration. If within six months from the date of the request for arbitration the Parties are unable to agree on the organization of the arbitration, any one of those Parties may refer the dispute to the International Court of Justice by request in conformity with the Statute of the Court.
Berdasarakan ketentuan ini Pemerintah Indonesia mengajukan diri
bahwa dirinya tidak terikat pada ketentuan pasal 30, paragraf 1, dan
mengambil posisi bahwa sengketa yang berkaitan dengan penafsiran
dan penerapan Konvensi yang tidak dapat diselesaikan melalui jalur
sebagaimana diatur dalam ayat 1 dari kata pasal, dapat diserahkan
kepada Mahkamah Internasional hanya dengan persetujuan dari
semua pihak dalam sengketa.
- Adanya penandatanganan mengenai CEDAW(Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination against Woman) pada tahun
1980, serta adanya ratifikasi pada tahun 1984 tanpa diikuti dengan
reservation(pensyaratan).
- Adanya penandatanganan mengenai CRC(Convention on the Rights of the
Child) pada tahun 1990, serta adanya ratifikasi pada tahun 1990 tanpa
diikuti dengan reservation(pensyaratan).
6
- Adanya penandatanganan mengenai SAUS(Convention on a Code of
Conduct for Liner Conferences) pada tahun 1975, serta adanya ratifikasi
pada tahun 1977 tanpa diikuti dengan reservation(pensyaratan).
- Adanya penandatanganan mengenai COBD(Convention on Biological
Diversity) pada tahun 1992, serta adanya ratifikasi pada tahun 1994 tanpa
diikuti dengan reservation(pensyaratan).
2.2 KONSTITUSI ISRAEL
2.2.1 Sejarah Perkembangan Konstitusi Israel
Pada mulanya, negara Israel harus mengadopsi konstitusi tertulis formal
beberapa bulan setelah deklarasi kemerdekaan pada tanggal 14 Mei 1948.
Dalam deklarasi itu dinyatakan bahwa konstitusi harus dirumuskan dan diadopsi
selambat-lambatnya 1 Oktober 1948, seperti kutipan dari deklarasi kemerdekaan
tanggal 14 Mei 1948 berikut:
“WE DECLARE that, with effect from the moment of the termination of the Mandate
being tonight, the eve of Sabbath, the 6th Iyar, 5708 (15th May, 1948), until the
establishment of the elected, regular authorities of the State in accordance with the
Constitution which shall be adopted by the Elected Constituent Assembly not later than
the 1st October 1948, ...”
Kemudian dalam perkembangannya hal itu diperkuat dengan adanya
pengadopsian konstitusi demokratis yang merupakan permintaan dari Majelis
Umum yang tertuang dalam Resolusi 181, yang mengusulkan pembentukan
sebuah negara "Yahudi". Namun, negara Israel gagal untuk mengadopsi sebuah
konstitusi formal. Sementara batas waktu yang dinyatakan dalam deklarasi
kemerdekaan terbukti tidak realistis mengingat perang yang terjadi antara Israel
(negara baru) dengan negara-negara disekelilingnya. Pada tanggal 25 Januari
1949, diadakan Pemilu untuk memilih Majelis Umum yang akan menyetujui
mengenai pembentukan konstitusi yang baru. Pada tanggal 16 Februari 1949,
Majelis Umum mengadaan pertemuan untuk membahas mengenai konstitusi,
namun tidak menemui titik temu dalam pembahasannya.
Ketidakcocokan mengenai pembentukan konstitusi ini karena adanya
pertentangan dari golongan-golongan kaum Agama Yahudi. Karena menurut
mereka menganggap bahwa konstitusi formal tersebut akan memiliki otoritas
7
yang lebih tinggi dari teks-teks keagamaan seperti Tanakh, Talmud, dan
Shulkhan Arukh.
Pada 1949, Knesset(parlemen) pertama kali membentuk suatu pertemuan
yang membahas mengenai rancangan pembentukan konstitusi tersebut yang
disebut Keputusan Harari. Demi memenuhi pembentukan konstitusi, para
anggota Knesset akan menunda pekerjaannya, karena mereka dibebani untuk
membuat konstitusi Knesset, hukum dan komite yang menangani keadilan.
Setiap bab yang dibuat tersebut disebut sebagai hukum dasar. Ketika semuanya
telah selesai ditulis, maka hukum dasar tersebut akan dikodifikasikan menjadi
sebuah konstitusi yang lengkap.
Di antara tahun 1958-1988, Knesset telah berhasil membuat 9 hukum dasar
dan seluruhnya mengatur mengenai lembaga-lembaga kenegaraan. Pada tahun
1992, telah dibentuk pula 2 hukum dasar menyangkut Hak Asasi Manusia dan
kekuatan hukum Mahkamah Agung Israel untuk melakukan judicial review.
Kedua hukum dasar tersebut adalah Human Dignity and Liberty; dan Freedom of
Occupation. Kedua hukum dasar ini terbentuk melalui voting anggota
Knesset(parlemen).
Pada tahun 1998, Aharon Barak, Ketua Mahkamah Agung Israel
menyatakan suatu “Revolusi Konstitusional" dan melekat pada dasar Hukum
Konstitusi Israel. Hukum dasar tersebut merupakan hukum yang berbeda dari
Knesset yang menggambarkan struktur politik bangsa.
2.2.2 Bentuk Negara dan Konstitusi Israel
Bentuk negara terdiri atas dua bagian, yaitu berdasarkan kepemimpinannya
dan berdasarkan bangunan negaranya. Berdasarkan kepemimpinannya Israel
merupakan negara yang berbentuk republik, yaitu bentuk negara yang memiliki
kedaulatan di tangan rakyat. Sedangkan, berdasarkan bangunannya Israel
berbentuk negara kesatuan Yahudi, yaitu bentuk negara di mana wewenang
legislatif tertinggi dipusatkan dalam suatu badan legislatif nasional (pusat) dan
badan keagamaan Yahudi dimana dalam pemutusan wewenang yang ada
tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang ada dalam Halacha
(hukum agama Yahudi).
Berdasarkan bentuknya konstitusi Israel terdiri atas dua, yaitu:
8
1. Konstitusi Tertulis
Israel tidak memiliki konstitusi tertulis yang terkodifikasikan secara sistematis
dalam satu buku formal, melainkan terpisah-pisah ke dalam bentuk hukum
dasar. Hukum- hukum dasar yang ada dan berlaku di Israel, yaitu:
- Basic Law: The Knesset (1958)
- Basic Law: Israel Lands as Basic Law: The People’s Lands (1960)
- Basic Law: The President of the State (1964)
- Basic Law: The Government (1968-first)
- Basic Law: The State Economy (1975)
- Basic Law: The Army (1976)
- Basic Law: Jerusalem, the Capital of Israel (1980)
- Basic Law: The Judiciary (1984)
- Basic Law: The State Comptroller (1988)
- Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992)
- Basic Law: The Government (1992-second)
- Basic Law: Freedom of Occupation (1992-first)
- Basic Law: Freedom of Occupation (1994)
- Basic Law: The Government (2001)
2. Konstitusi Tidak Tertulis
Menurut beberapa tokoh, hukum dasar(basic law) yang dimiliki oleh Israel
adalah suatu bentuk konstitusi tidak tertulis. Namun, karena bentuknya yang
tertulis maka saya mengkategorikannya sebagai konstitusi tertulis. Bentuk-
bentuk konstitusi tidak tertulis, yaitu:
- Adanya penandatanganan mengenai ICCPR(International Covenant on
Civil and Political Rights) dan ICESR(International Covenant on Economic,
Social and Cultural Rights) pada tahun 1966, serta adanya ratifikasi pada
tahun 1991 yang diikuti dengan reservation(pensyaratan) terhadap
kerelevanan ketentuan yang berkaitan dengan masalah
perorangan(individu) diatur berdasarkan hukum agama yang ada, yakni
yang tertuang dalam Article 23 ICCPR yang berbunyi:
1. The family is the natural and fundamental group unit of society and is entitled to protection by society and the State.
2. The right of men and women of marriageable age to marry and to found a family shall be recognized.
9
3. No marriage shall be entered into without the free and full consent of the intending spouses.
4. States Parties to the present Covenant shall take appropriate steps to ensure equality of rights and responsibilities of spouses as to marriage, during marriage and at its dissolution. In the case of dissolution, provision shall be made for the necessary protection of any children.
- Adanya penandatanganan mengenai CEDAW(Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination against Woman) pada tahun
1980, serta adanya ratifikasi pada tahun 1991 yang diikuti dengan
reservation(pensyaratan) mengenai beberapa ketentuan yang ada dalam
perjanjian ini. Selain itu, ada juga pendeklarasian mengenai ketentuan
Paragaph 2 Article 29 yang tidak tergantung oleh Paragraph 1 Article 29
tersebut. Ketentuan yang mengalami reservation dari Israel tersebut, yaitu:
Article 7 (b)
States Parties shall take all appropriate measures to eliminate discrimination against women in the political and public life of the country and, in particular, shall ensure to women, on equal terms with men, the right:
(b) To participate in the formulation of government policy and the implementation thereof and to hold public office and perform all public functions at all levels of government;
Ketentuan ini bertentangan dengan hukum agama yang ada di Israel
mengenai kedudukan seorang perempuan yang berhak untuk menjadi
hakim dalam suatu peradilan agama.
Article 16
1. States Parties shall take all appropriate measures to eliminate discrimination against women in all matters relating to marriage and family relations and in particular shall ensure, on a basis of equality of men and women:
(a) The same right to enter into marriage;
(b) The same right freely to choose a spouse and to enter into marriage only with their free and full consent;
(c) The same rights and responsibilities during marriage and at its dissolution;
(d) The same rights and responsibilities as parents, irrespective of their marital status, in matters relating to their children; in all cases the interests of the children shall be paramount;
(e) The same rights to decide freely and responsibly on the number and spacing of their children and to have access to the information, education and means to enable them to exercise these rights;
(f) The same rights and responsibilities with regard to guardianship, wardship, trusteeship and adoption of children, or similar institutions
10
where these concepts exist in national legislation; in all cases the interests of the children shall be paramount;
(g) The same personal rights as husband and wife, including the right to choose a family name, a profession and an occupation;
(h) The same rights for both spouses in respect of the ownership, acquisition, management, administration, enjoyment and disposition of property, whether free of charge or for a valuable consideration.
2. The betrothal and the marriage of a child shall have no legal effect, and all necessary action, including legislation, shall be taken to specify a minimum age for marriage and to make the registration of marriages in an official registry compulsory.
Ketentuan ini bertentangan dengan ketentuan hukum perorangan yang
terikat oleh ketentuan hukum agama Israel.
- Adanya penandatanganan mengenai CRC(Convention on the Rights of the
Child) pada tahun 1990, serta adanya ratifikasi pada tahun 1991 tanpa
diikuti dengan reservation(pensyaratan).
- Adanya penandatanganan mengenai CPPCG(Convention on the
Prevention and Punishment of the Crime of Genocide) pada tahun 1949,
serta adanya ratifikasi pada tahun 1950 tanpa diikuti dengan
reservation(pensyaratan).
- Adanya penandatanganan mengenai CNMW(Convention on the Nationality
of Married Women) pada tahun 1957, serta adanya ratifikasi pada tahun
1957 tanpa diikuti dengan reservation(pensyaratan).
- Adanya penandatanganan mengenai GCCS(Geneva Convention on the
Continental Shelf) pada tahun 1958, serta adanya ratifikasi pada tahun
1961 tanpa diikuti dengan reservation.
11
BAB III
ANALISIS PERBANDINGAN KONSTITUSI
Dalam bab ini akan membahas tentang analisis perbandingan terhadap konstitusi
yang ada di Indonesia dan Israel. Pemahaman umum ini mencakup beberapa hal penting,
yaitu:
1. Materi konstitusi yang ada pada setiap negara tersebut.
2. Materi pokok konstitusi yang ada pada setiap negara tersebut.
3. Persamaan dan perbedaan materi pokok konstitusi pada setiap negara tersebut.
3.1 KONSTITUSI INDONESIA
3.1.1 Materi Konstitusi Indonesia
Berdasarkan susunan materi konstitusi Indonesia yang ada tersebut terdiri
atas beberapa bagian, yaitu:
- Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
- Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
BAB I : Bentuk dan Kedaulatan
BAB II : Majelis Permusyawaratan Rakyat
BAB III : Kekuasaan Pemerintahan Negara
BAB IV : Dewan Pertimbangan Agung (*dihapus)
BAB V : Kementerian Negara
BAB VI : Pemerintahan Daerah
BAB VII : Dewan Perwakilan Rakyat
BAB VIIA : Dewan Perwakilan Daerah
BAB VIIB : Pemilu
BAB VIII : Hal Keuangan
BAB VIIIA : Badan Pemeriksa Keuangan
BAB IX : Kekuasaan Kehakiman
BAB IXA : Wilayah Negara
BAB X : Warga Negara dan Penduduk
BAB XA : Hak Asasi Manusia
BAB XI : Agama
BAB XII : Pertahanan dan Keamanan
BAB XIII : Pendidikan dan Kebudayaan
12
BAB XIV : Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial
BAB XV : Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan
BAB XVI : Perubahan Undang-Undang Dasar
Aturan Peralihan
Aturan Tambahan
3.1.2 Materi Pokok Konstitusi Indonesia
Berdasarkan muatan materi pokoknya, konstitusi di Indonesia tertuang
dalam batang tubuh UUD 1945, yaitu:
1. Mengenai jaminan Hak Asasi Manusia(HAM)
- Tentang hak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak
BAB X Pasal 27 ayat (2), 28D ayat(2) UUD 1945.
- Tentang hak dalam upaya pembelaan negara
BAB X Pasal 27 ayat (3) UUD 1945.
- Tentang kebebasan berserikat dan berkumpul
BAB X Pasal 28, 28E ayat (3) UUD 1945.
- Tentang hak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya,
serta hak untuk tidak disiksa
BAB XA Pasal 28A, 28I ayat (1) UUD 1945.
- Tentang hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah
BAB XA Pasal 28B ayat (1) UUD 1945.
- Tentang hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi
BAB XA Pasal 28B ayat (2), 28I ayat (2) UUD 1945.
- Tentang hak atas jaminan sosial untuk memajukan dirinya dan
pengembangan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
BAB XA Pasal 28C ayat (2), 28H ayat (3) UUD 1945.
- Tentang hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil dan perlakuan yang sama dihadapan hukum
BAB XA Pasal 28D ayat (1), 28H ayat (2), 28I ayat (1) UUD 1945.
- Tentang hak atas status kewarganegaraan
BAB XA Pasal 28D ayat (4) UUD 1945.
13
- Tentang hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya
BAB XA Pasal 28F UUD 1945.
- Tentang hak untuk perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat dan harta benda yang dibawah kekuasaannya
BAB XA Pasal 28G ayat (1), 28H ayat (4) UUD 1945.
- Tentang hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapat lingkungan yang sehat, serta memperoleh layanan kesehatan
BAB XA Pasal 28H ayat (1) UUD 1945.
- Tentang hak penghormatan terhadap identitas budaya dan masyarakat
tradisional secara selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban
BAB XA Pasal 28I ayat (3) UUD 1945.
- Tentang kewajiban seseorang untuk saling menghormati hak asasi
manusia orang lain dalam kehidupan bermasyarakat
BAB XI Pasal 28J ayat (1) UUD 1945.
- Tentang kebebasan beragama
BAB XI Pasal 28E ayat (1) dan (2), 28I ayat (1), 29 ayat (2) UUD 1945.
- Tentang hak atas usaha pertahanan keamanan negara
BAB XI Pasal 30 ayat (2) UUD 1945.
- Tentang hak memperoleh pendidikan
BAB XIII Pasal 28C ayat (1), 31 ayat (1), (2) dan (3) UUD 1945.
- Tentang kewajiban negara menanggung fakir miskin dan anak terlantar
BAB XIV Pasal 34 ayat (1) dan (2) UUD 1945.
2. Mengenai penetapan struktur organisasi ketatanegaraan
- Kekuasaan Eksekutif
Presiden
BAB III Pasal 4 UUD 1945.
- Kekuasaan Legislatif
Majelis Permusyaratan Rakyat(MPR)
BAB II Pasal 2 UUD 1945.
Dewan Perwakilan Rakyat(DPR)
BAB VII Pasal 19 UUD 1945.
14
Dewan Perwakilan Daerah(DPD)
BAB VIIA Pasal 22C UUD 1945.
- Kekuasaan Yudikatif
Mahkamah Agung(MA)
BAB IX Pasal 24A UUD 1945.
Komisi Yudisial(KY)
BAB IX Pasal 24B UUD 1945.
Mahkamah Konstitusional(MK)
BAB IX Pasal 24C UUD 1945.
- Kekuasaan Pengawasan
Badan Pemeriksa Keuangan(BPK)
BAB VIIIA Pasal 23E ayat (1) UUD 1945.
3. Mengenai pembagian dan pembatasan tugas dari setiap lembaga
kenegaraan
- Kekuasaan Eksekutif
Presiden
BAB III Pasal 5, 10 - 16 UUD 1945.
- Kekuasaan Legislatif
Majelis Permusyaratan Rakyat(MPR)
BAB II Pasal 3 UUD 1945.
Dewan Perwakilan Rakyat(DPR)
BAB VII Pasal 20 - 22B UUD 1945.
Dewan Perwakilan Daerah(DPD)
BAB VIIA Pasal 22D UUD 1945.
- Kekuasaan Yudikatif
Mahkamah Agung(MA)
BAB IX Pasal 24A UUD 1945.
Komisi Yudisial(KY)
BAB IX Pasal 24B UUD 1945.
Mahkamah Konstitusional(MK)
BAB IX Pasal 24C UUD 1945.
- Kekuasaan Pengawasan
15
Badan Pemeriksa Keuangan(BPK)
BAB VIIIA Pasal 23E ayat (2) dan (3) - 23G UUD 1945.
4. Mengenai prosedur untuk perubahan konstitusi
- Tentang tata cara mengenai perubahan isi konstitusi
BAB XVI Pasal 37 ayat (1), (2) dan (3) UUD 1945.
3.2 KONSTITUSI ISRAEL
3.2.1 Materi Konstitusi Israel
Berdasarkan susunan materi konstitusi Israel yang ada, terdiri atas beberapa
bagian berdasarkan Basic Law yang berlaku, yaitu:
- Basic Law: The Knesset (1958)
Article 1 : What the Knesset is
Article 2 : Place of sitting
Article 3 : Composition
Article 4 : Electoral system
Article 5-5A : The right to vote
Article 6 : The right to be elected
Article 6A : Restriction of candidacy for MK who leaves his faction
Article 7 : Who shall not be a candidate
Article 7A : Prevention of participation of candidates list
Article 8 : Term of office of the Knesset
Article 9 : Date of elections
Article 9A : Extending the Knesset's term
Article 10 : Election day is public holiday
Article 11 : Publication of election results
Article 12 : Convening of the Knesset
Article 13 : Opening of the Knesset
Article 14 : The opening session
Article 15 : Declaration of allegiance by members of the Knesset
Article 16 : Non-declaration
Article 16A : Non-declaration due to double citizenship
Article 17 : Immunity of Knesset members
Article 18 : Immunity of Knesset buildings
Article 19 : Procedures and rules
16
Article 20 : Speaker and Deputy-Speakers
Article 20A : Acting Speaker and Interim Speaker of Knesset
Article 21 : Committees
Article 21A : Knesset control over regulations
Article 22 : Commissions of inquiry
Article 23 : Cabinet member who is not a member of the Knesset
Article 24 : Quorum
Article 25 : Majority
Article 26 : Meetings
Article 27 : Openness of meetings
Article 28 : Publication
Article 29 : (*annulled)
Article 30 : (*annulled)
Article 31 : Sessions
Article 32 : Sessions (*annulled)
Article 33 : Sessions (*annulled)
Article 34 : Dissolution of the Knesset
Article 35 : Date of elections after dissolution of the Knesset
Article 36 : Term of office of the Knesset after dissolution
Article 36A : Dissolution due to non-passage of the budget bill
Article 37 : Continuity of the Knesset
Article 38 : Extension of validity of enactments
Article 39 : Salary of Knesset members
Article 40 : Resignation of Knesset member
Article 41 : Consequences of resignation
Article 42 : Termination of tenure or candidacy
Article 42A : Knesset Member who has been convicted
Article 42B : Suspension
Article 43 : Replacement of Knesset member
Article 44 : Stability of the law
Article 45 : Rigidity of sections
Article 45A : Application of rigidity
Article 46 : When a special majority is required
- Basic Law: Israel Lands as Basic Law: The People’s Lands (1960)
17
Article 1 : Prohibition of transfer of ownership
Article 2 : Permission by Law
Article 3 : Definition
- Basic Law: The President of the State (1964)
Article 1 : Status
Article 2 : Place of residence
Article 3 : Election and period of tenure
Article 4 : Eligibility
Article 5 : Date of election
Article 6 : Proposal of candidates
Article 7 : Voting
Article 8 : Election by majority of votes
Article 9 : Declaration of allegiance
Article 10 : Making of declaration and commencement of period of
tenure
Article 11 : Functions and powers
Article 12 : Counter-signature
Article 13 : Immunity with regard to discharge of functions
Article 14 : Immunity from criminal proceeding
Article 15 : Evidence
Article 16 : Salary and other payments
Article 17 : President to hold no other office
Article 18 : Departure for abroad
Article 19 : Resignation
Article 20 : Removal of President from office
Article 21 : Vacation of post for reasons of health
Article 22 : Temporary cessation of exercise of office
Article 23 : Interim and acting President
Article 24 : Notices in Reshumot
Article 25 : Law not to be affected by emergency regulations
Article 26 : Repeal
Article 27 : Transitional provision
- Basic Law: The State Economy (1975)
18
Article 1 : Taxes, compulsory loans, and fees
Article 2 : State property
Article 3 : The State Budget
Article 4 : Currency notes and coins
Article 5 : Inspection
- Basic Law: The Army (1976)
Article 1 : Defence Army of Israel
Article 2 : Subordination to civil authority
Article 3 : Chief of the General Staff
Article 4 : Duty to serve and recruitment
Article 5-6 : Instructions and orders in the Army
- Basic Law: Jerusalem, the Capital of Israel (1980)
Article 1 : Jerusalem, Capital of Israel
Article 2 : Seat of the President, the Knesset, the Government and the
Supreme Court
Article 3 : Protection of Holy Places
Article 4 : Development of Jerusalem
- Basic Law: The Judiciary (1984)
CHAPTER ONE: Basic Provisions
Article 1 : Judicial Power
Article 2 : Independence
Article 3 : Publicity of proceedings
CHAPTER TWO: Judges
Article 4 : Appoinment of judges
Article 5 : Nationality
Article 6 : Declaration of allegiance
Article 7 : Period of tenure
Article 8 : Retired judge
Article 9 : Restriction on reposting
Article 10 : Salary and benefits
Article 11 : Judge not to engage in additional occupation, etc.
19
Article 12 : Criminal proceedings
Article 13 : Dicplinary proceedings
Article 14 : Suspension
CHAPTER THREE: The Courts
Article 15 : Supreme Court
Article 16 : Other courts
Article 17 : Appeal
Article 18 : Further hearing
Article 19 : Retrial
Article 20 : Established rule
Article 21 : Registrar
CHAPTER FOUR: Miscellaneous Provisions
Article 22 : Law not to be affected by emergency regulations
Article 23 : Provisions to be prescribed by Law
Article 24 : Provisions to be prescribed under Law
- Basic Law: The State Comptroller (1988)
Article 1 : Essence
Article 2 : State Audit
Article 3 : Duty to provide information
Article 4 : Comptroller as Commissioner for Complains
Article 5 : Additional tasks
Article 6 : Accountability to the Knesset
Article 7(a) : Election
Article 7(b) : Term of Office
Article 8 : Qualifications
Article 9 : Pledge of allegiance
Article 10 : Budget
Article 11 : Salary and emoulments
Article 12 : Contact with Knesset and issuance of reports
Article 13-14 : Removal from office
- Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992)
20
Article 1 : Basic principles
Article 2 : Preservation of life, body and dignity
Article 3 : Protection of property
Article 4 : Protection of life, body and dignity
Article 5 : Personal liberty
Article 6 : Leaving and entering Israel
Article 7 : Privacy
Article 8 : Violation of rights
Article 9 : Reservation regarding security forces
Article 10 : Validity of laws
Article 11 : Application
Article 12 : Stability
- Basic Law: Freedom of Occupation (1994)
Article 1 : Basic principles
Article 2 : Purpose
Article 3 : Freedom of occupation
Article 4 : Violation of freedom of occupation
Article 5 : Application
Article 6 : Stability
Article 7 : Entrenchment
Article 8 : Effect of nonconforming law
Article 9 : Repeal
Article 10 : Provisional
* Amendment of Basic Law: Human Dignity and Liberty
- Basic Law: The Government (2001)
Article 1 : What the Government is
Article 2 : Seat of Government
Article 3 : Confidence of the Knesset
Article 4 : Responsibility
Article 5 : Composition
Article 6 : Eligibility of Ministers
Article 7 : Assignment of task of forming Government
Article 8 : Periods for formation of Government
21
Article 9 : Re-assignment of task
Article 10 : Assignment of task at the request of party groups
Article 11 : Early elections in the event of failure to form a government
Article 12 : Discontinuance of proceedings for formation of Government
Article 13 : Formation of Government
Article 14 : Declaration of allegiance
Article 15 : Cooption of a Minister
Article 16 : Acting Prime Minister
Article 17 : Interrogation and impeachment of the Prime Minister
Article 18 : Removal from office pursuant to an offense
Article 19 : Resignation of Prime Minister
Article 20 : Death or permanent incapacity of Prime Minister
Article 21 : Prime Minister or Acting Prime Minister ceasing to function
as member of Knesset
Article 22 : Termination of tenure of Minister
Article 23 : Termination of tenure of Minister pursuant to an offense
Article 24 : Acting Minister
Article 25 : Deputy Ministers
Article 26 : Termination of service of a Deputy Minister
Article 27 : Termination of tenure of Deputy Minister pursuant to an
offense
Article 28 : Expression of no confidence in the Government
Article 29 : Authority to disperse the Knesset
Article 30 : Continuity of the Government
Article 31 : Functioning of the Government
Article 32 : Residual powers of the Government
Article 33 : Delegation of powers
Article 34 : Assumption of powers
Article 35 : Secrecy
Article 36 : Saleries and pensions
Article 37 : Regulations
Article 38 : Declaration of a state of emergency
Article 39 : State of emergency
Article 40 : Declaration of war
Article 41 : Inapplicability of emergency laws
22
Article 42 : The Government and Knesset committees
Article 43 : Change in election date
Article 44 : Permanence of the Law
Article 45 : Amendment of Basic Law: The Knesset - No. 30
Article 46 : Repeal of The Basic Law: The Government
Article 47 : Effect and applicability
3.2.2 Materi Pokok Konstitusi Israel
Berdasarkan muatan materi pokoknya, konstitusi di Israel tertuang dalam
beberapa Basic Law, yaitu:
1. Mengenai jaminan Hak Asasi Manusia(HAM)
- Tentang hak warga negara untuk memilih dan dipilih dalam Pemilu untuk
anggota parlemen Knesset
Article 5-6 Basic Law: The Knesset(1958).
- Tentang hak kebebasan umat beragama untuk pergi ke tempat-tempat
yang dianggap suci oleh masing-masing agama
Article 3 Basic Law: Jerusalem, the Capital of Israel (1980).
- Tentang hak atas kebebasan terhadap setiap umat manusia
Article 1 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).
- Tentang hak perlindungan atas hidup, tubuh, maupun martabat bagi
semua orang
Article 2-4 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).
- Tentang hak perlindungan atas benda milik pribadi
Article 3 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).
- Tentang hak tentang tidak adanya pencabutan atau pembatasan
kebebasan seseorang dengan penjara, penahanan, ekstradisi dan
semacamnya
Article 5 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).
- Tentang hak bagi setiap warga negara untuk keluar-masuk wilayah Israel
Article 6 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).
- Tentang hak atas privasi dan keintiman seseorang
Article 7 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).
- Tentang tidak akan adanya pelanggaran hak asasi manusia terhadap
seseorang dalam ketentuan ini, kecuali berdasarkan nilai-nilai yang ada
Article 8 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).
23
- Tentang tidak boleh adanya pembatasan hak setiap individu yang
dilakukan oleh setiap aparatur keamanan negara
Article 9 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).
- Tentang kebebasan memilih pekerjaan
Article 1-4 and 8 Basic Law: Freedom of Occupation (1994).
2. Mengenai penetapan struktur organisasi ketatanegaraan
Struktur organisasi ketatanegaraan ini ditentukan berdasarkan pembagian
kekuasaan politiknya, yaitu:
- Kekuasaan Eksekutif
Kepala Negara Israel
a) Presiden ( נשיא המדינה, Nasi HaMedina)
Article 1 and 2 Basic Law: The President of the State (1964).
b) Penjabat Presiden
Article 23 Paragraph (b) Basic Law: The President of the State
(1964).
Kepala Pemerintahan Israel
a) Perdana Menteri (ראש הממשלה, Rosh HaMemshala)
Article 5 Paragraph (a) and (b) Basic Law: The Government (2001).
b) Penjabat Perdana Menteri
Article 5 Paragraph (d) Basic Law: The Government (2001).
c) Deputi Perdana Menteri ( הממשלה ראש ,סגן Segan Rosh
HaMemshela)
Article 5 Paragraph (e) Basic Law: The Government (2001).
d) Wakil Perdana Menteri הממשלה) ראש ,משנה Mishneh Rosh
HaMemshela)
Keberadaannya tidak diatur secara sah oleh hukum Israel dan tidak
memiliki makna hukum sama sekali. Keberadaannya terbentuk karena
adanya nilai-nilai historis terhadap struktur ketatanegaraan yang
terbentuk pada masa lampau.
Kabinet (ממשלת ישראל Memshelet Yisrael)
Article 5 Paragraph (a) and (c) Basic Law: The Government (2001)
24
Pemerintahan Darurat
a) Presiden Interim
Article 23 Paragraph (a) Basic Law: The President of the State
(1964).
b) Perdana Menteri Interim (ראש הממשלה בפועל, Rosh HaMemshala Ba-
foal)
Article 30 Paragraph (b) Basic Law: The Government (2001).
c) Pemerintahan Interim ( הממשלה המעבר , Memshelet Ma'avar)
Article 18-21 and 28-30 Paragraph (b) Basic Law: The Government
(2001).
- Kekuasaan Legislatif
Dewan Parlemen (כנסת, Knesset)
Article 1-3 Basic Law: The Knesset (1958).
- Kekuasaan Yudikatif
Pengadilan Umum
Article 1 Paragraph (a) Basic Law: The Judiciary (1984).
a) Mahkamah Agung (בית המשפט העליון, Beit HaMishpat HaElyon)
b) Pengadilan Distrik/Negeri (המחוזי המשפט, Beit Mishpat Mehozi)
c) Pengadilan Shalom/Damai בתי) שלום ,המשפט Beit Mishpat
HaShalom)
Pengadilan Khusus
Article 1 Paragraph (b) Basic Law: The Judiciary (1984).
a) Pengadilan Agama
b) Pengadilan Militer Israel
c) Pengadilan Tenaga Kerja
d) Pengadilan Lalu Lintas
Jaksa Agung לממשלה) המשפטי ,היועץ HaYoetz HaMishpati
LaMemshala)
Article 12 Paragraph (a) Basic Law: The Judiciary (1984).
- Kekuasaan Pengawasan
Badan Pengawas Keuangan Negara (מבקר המדינה, Mevaker HaMedina)
Article 1 and 2 Basic Law: The State Comptroller (1988).
3. Mengenai pembagian dan pembatasan tugas dari setiap lembaga
kenegaraan
25
Pembagian dan pembatasan tugas dari struktur organisasi ketatanegaraan
Israel ditentukan berdasarkan pembagian kekuasaan politiknya, yaitu:
- Kekuasaan Eksekutif
Kepala Negara Israel
a) Presiden ( נשיא המדינה, Nasi HaMedina)
Article 3, 11, and 13-22 Basic Law: The President of the State
(1964).
b) Penjabat Presiden
Article 23 Paragraph (b) and (c) Basic Law: The President of the
State (1964).
Kepala Pemerintahan Israel
a) Perdana Menteri (ראש הממשלה, Rosh HaMemshala)
Article 17-21 Paragraph (a), 31-33, 37, 39 Paragraph (b), 40 and 42
Basic Law: The Government (2001).
b) Penjabat Perdana Menteri
Article 16, 20 Paragraph (b) and 21 Paragraph (b) Basic Law: The
Government (2001).
c) Deputi Perdana Menteri ( הממשלה ראש ,סגן Segan Rosh
HaMemshela)
Article 25-27 Basic Law: The Government (2001).
d) Wakil Perdana Menteri הממשלה) ראש ,משנה Mishneh Rosh
HaMemshela)
Keberadaannya tidak diatur secara sah oleh hukum Israel dan tidak
memiliki makna hukum sama sekali. Keberadaannya terbentuk karena
adanya nilai-nilai historis terhadap struktur ketatanegaraan yang
terbentuk pada masa lampau.
Kabinet (ממשלת ישראל Memshelet Yisrael)
Article 22-23, 31-34, 37, 40 and 42 Basic Law: The Government (2001).
Pemerintahan Darurat
a) Presiden Interim
Article 23 Paragraph (c) Basic Law: The President of the State
(1964)
b) Perdana Menteri Interim (ראש הממשלה בפועל, Rosh HaMemshala Ba-
foal)
26
Article 18-21 and 30 Paragraph (b) Basic Law: The Government
(2001).
c) Pemerintahan Interim ( הממשלה המעבר , Memshelet Ma'avar)
Article 18-21 and 28-30 Paragraph (b) Basic Law: The Government
(2001).
- Kekuasaan Legislatif
Dewan Parlemen (כנסת, Knesset)
Article 17, 19, 21A-28, 34, 36-38 and 42A-42B Basic Law: The
Knesset(1958); Article 3 Paragraph (a), 5-8, 20, and 23-24 Basic Law:
The President of the State(1964); Article 21 Paragraph (b) Basic Law:
The State Economy(1975); Article 10 Paragraph (a) Basic Law: The
Judiciary (1984); Article 7 Paragraph (a)-(b), 8-13, 15, 18, 28-31
Paragraph (a), 36, 38, 42 and 44 Basic Law: The Government(2001).
- Kekuasaan Yudikatif
Pengadilan Umum
Article 15 and 17-21 Basic Law: The Judiciary (1984).
a) Mahkamah Agung (בית המשפט העליון, Beit HaMishpat HaElyon)
b) Pengadilan Distrik/Negeri (המחוזי המשפט, Beit Mishpat Mehozi)
c) Pengadilan Shalom/Damai בתי) שלום ,המשפט Beit Mishpat
HaShalom)
Pengadilan Khusus
Article 16 Basic Law: The Judiciary (1984).
a) Pengadilan Agama
b) Pengadilan Militer Israel
c) Pengadilan Tenaga Kerja
d) Pengadilan Lalu Lintas
Jaksa Agung לממשלה) המשפטי ,היועץ HaYoetz HaMishpati
LaMemshala)
Article 12 Paragraph (a) Basic Law: The Judiciary (1984).
- Kekuasaan Pengawasan
Badan Pengawas Keuangan Negara (מבקר המדינה, Mevaker HaMedina)
Article 3-6 and 12 Basic Law: The State Comptroller (1988) and Article
5 Basic Law: The State Economy (1975).
27
4. Mengenai prosedur untuk perubahan konstitusi
- Tentang tata cara mengenai perubahan isi konstitusi
Article 21A and 44-46 Basic Law: The Knesset (1958).
Article 25 Basic Law: The President of the State (1964).
Article 12 Basic Law: Human Dignity and Liberty (1992).
Article 6-10 Basic Law: Freedom of Occupation (1994).
Article 44-46 Basic Law: The Government (2001).
3.3 PERBANDINGAN KONSTITUSI SETIAP NEGARA
3.3.1 Persamaan Materi Pokok Konstitusi
Berdasarkan materi pokok konstitusi setiap negara tersebut memiliki
beberapa kesamaan, yaitu:
MATERI POKOK KONSTITUSI
INDONESIA DAN ISRAEL
Jaminan Hak Asasi Manusia(HAM)
1. Adanya jaminan mengenai kebebasan untuk hidup, kehidupan, dan mempertahankan kehidupannya.
2. Adanya jaminan mengenai kebebasan beragama, termasuk kebebasan penggunaan sarana keagamaan.
3. Adanya jaminan mengenai pekerjaan dan penghidupan yang layak.
4. Adanya jaminan mengenai perlindungan atas hidup, jiwa, martabat, dan barang milik pribadi.
5. Adanya jaminan mengenai kebebasan hak privasi seseorang.
Struktur Organisasi Ketatanegaraan
1. Mengenai kekuasaan eksekutif, adanya lembaga Kepresidenan yang terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden yang dibantu Kabinet.
2. Mengenai kekuasaan legislatif, adanya lembaga Dewan(Parlemen).
3. Mengenai kekuasaan yudikatif, adanya lembaga Mahkamah Agung dan Badan Pengawas Keuangan Negara.
Pembagian dan Pembatasan Tugas setiap Lembaga Kenegaraan
1. Mengenai kekuasaan eksekutif, adanya pembatasan tugas lembaga Kepresidenan yang terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden yang dibantu Kabinet.
28
2. Mengenai kekuasaan legislatif, adanya pembatasan tugas lembaga Dewan(Parlemen).
3. Mengenai kekuasaan yudikatif, adanya pembatasan tugas lembaga Mahkamah Agung dan Badan Pengawas Keuangan Negara.
Prosedur untuk Perubahan Konstitusi
Adanya pengaturan khusus untuk mengadakan perubahan terhadap isi daripada setiap konstitusi.
3.3.2 Perbedaan Materi Pokok Konstitusi
Berdasarkan materi pokok konstitusi setiap negara tersebut memiliki
beberapa perbedaan, yaitu:
MATERI POKOK KONSTITUSI
INDONESIA ISRAEL
Jaminan Hak Asasi Manusia(HAM)
1. Adanya jaminan hak bagi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan.
2. Adanya jaminan dari negara bagi fakir miskin dan anak terlantar.
3. Hanya diatur di dalam peraturan perundang-undangan.
4. Tidak diatur di dalam konstitusi.
5. Tidak diatur di dalam konstitusi.
1. Tidak diatur di dalam konstitusi.
2. Tidak diatur di dalam konstitusi.
3. Adanya hak warga negara untuk memilih dan dipilih dalam Pemilu.
4. Adanya jaminan kebebasan bagi warga negara Israel untuk keluar-masuk wilayah Israel.
5. Adanya jaminan mengenai tidak boleh adanya pembatasan terhadap kebebasan seseorang yang dilakukan oleh setiap aparatur keamanan negara.
Struktur Organisasi Ketatanegaraan
1. Adanya lembaga legislatif MPR, yakni terdiri dari DPR dan DPD.
2. Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara sepenuhnya berada
1. Hanya ada satu lembaga legislatif tunggal, yaitu Knesset (Parlemen).
2. Kepala Pemerintahan berada ditangan Perdana Menteri, Presiden hanya
29
ditangan Presiden dan tidak ada Perdana Menteri.
3. Kabinet dipilih dan memiliki tanggung jawab sepenuhnya kepada Presiden.
4. Tidak adanya pengaturan mengenai Pemerintahan Darurat.
5. Adanya pembagian lembaga yudikatif yang menangani hal-hal khusus, yakni MK dan KY.
sebagai Kepala Negara semata.
3. Kabinet dipilih oleh Perdana Menteri atas persetujuan Parlemen dan bertanggung jawab kepada Parlemen.
4. Adanya pengaturan mengenai Pemerintahan Darurat.
5. Adanya pembagian kekuasaan yudikatif, yakni Pengadilan Umum, Pengadilan Khusus dan Jaksa Agung.
Pembagian dan Pembatasan Tugas setiap Lembaga Kenegaraan
1. Adanya pembagian dan pembatasan tugas lembaga MPR, DPR dan DPD.
2. Adanya pembagian dan pembatasan tugas Presiden sebagai Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara.
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas Kabinet dipimpin dan bertanggung jawab kepada Presiden.
4. Adanya pembagian dan pembatasan tugas lembaga Mahkamah Konstitusi(MK) dan Komisi Yudisial(KY).
5. Tidak adanya pengaturan bagi Pemerintahan Darurat.
1. Adanya pembagian dan pembatasan tugas lembaga Knesset (Parlemen).
2. Adanya pembagian dan pembatasan tugas Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan dan Presiden sebagai Kepala Negara.
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri dan bertanggung jawab kepada Parlemen.
4. Adanya pembagian dan pembatasan tugas lembaga Pengadilan Umum, Pengadilan Khusus dan Jaksa Agung.
5. Adanya pembagian dan pembatasan tugas bagi Pemerintahan Darurat.
Prosedur untuk Perubahan Konstitusi
Adanya prosedur untuk perubahan terhadap semua isi konstitusi, kecuali mengenai bentuk negara
Adanya prosedur untuk perubahan terhadap bagian-bagian tertentu isi konstitusi saja, tergantung jenis Basic
30
yang tidak boleh diubah. Law yang digunakan.
3.4 KESIMPULAN ANALISIS PERBANDINGAN KONSTITUSI
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil perbandingan materi
pokok konstitusi Indonesia dan Israel terdapatlah beberapa perbedaan terhadap
materi pokok konstitusi tersebut. Oleh karena itu, dalam perkembangan kehidupan
ketatanegaraan Indonesia dan Israel memiliki perbedaan yang sangat signifikan, hal
ini tentunya sangat dipengaruhi oleh konstitusi, yakni sebagai suatu aturan dasar yang
sangat fundamental bagi setiap negara.
Oleh karena itu, melalui makalah ini dimuat juga seputar sejarah terbentuknya
konstitusi di kedua negara tersebut, sehingga pembaca diharapkan tidak hanya
sekedar tahu mengenai pemahaman umum konstitusi kedua negara tersebut, tetapi
juga pemahaman yang cukup mendalam seputar konstitusi kedua negara tersebut.
Selain itu, dalam makalah ini juga dibahas seputar bentuk negara dan sistem
pemerintahan kedua negara sebagai suatu acuan terbentuknya konstitusi kedua
negara.
Melalui pemahaman umum ini, pembaca akan memiliki pedoman seputar
konstitusi kedua negara tersebut. Hal ini tentu akan mengantar kita untuk menuju
pembahasan yang lebih mendalam seputar materi-materi konstitusi dan materi pokok
konstitusi tersebut terhadap kehidupan berbangsa dan bertanah air pada setiap
negara tersebut.
Keseluruhan hal tersebut dimuat secara ringkas, padat, sistematis dan berisi di
dalam makalah ini. Sehingga, sangat cocok untuk menjadi acuan materi seputar
perbandingan konstitusi Indonesia dan Israel. Semoga dengan adanya makalah ini
dapat menambah wawasan pembaca.
31
Top Related