PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 51/Menhut-II/2010
TENTANG
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN 2010-2014
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mengamanatkan setiap Kementerian/Lembaga Negara menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Negara (Renstra-K/L) sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN);
b. bahwa dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan, terdapat penambahan 1 (satu) unit eselon I yaitu Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kehutanan beserta unit kerja di bawahnya, dan beberapa perubahan nomenklatur unit eselon I dan II;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu menyempurnakan Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 dengan Peraturan Menteri Kehutanan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
2. Undang-Undang .......
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2010-2014;
8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan;
9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN 2010 – 2014.
Pasal 1 .......
Pasal 1
Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010–2014 sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini merupakan penyempurnaan Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.8/Menhut-II/2010.
Pasal 2
Rencana Strategis Kementerian Kehutanan ini menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Strategis unit kerja eselon I dan eselon II lingkup Kementerian Kehutanan, serta Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran Kementerian Kehutanan sampai dengan Tahun 2014.
Pasal 3
Unit Pelaksana Teknis lingkup Kementerian Kehutanan menyusun Rencana Strategis Tahun 2010-2014 dengan mengacu pada Rencana Strategis unit kerja eselon I lingkup Kementerian Kehutanan.
Pasal 4
Rencana Strategis Kementerian Kehutanan menjadi arahan dalam hal penentuan kebijakan dan strategi pembangunan sektor kehutanan daerah yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah di bidang kehutanan.
Pasal 5
Dengan ditetapkannya peraturan ini, maka Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.08/Menhut-II/2010 tanggal 27 Januari 2010 dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 6
Peraturan Menteri Kehutanan ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Kehutanan ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 2010
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. ZULKIFLI HASAN
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 2010
MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, ttd. PATRIALIS AKBAR
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 720 Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi ttd. KRISNA RYA, SH, MH NIP. 19590730 199003 1 001
i | Kementerian Kehutanan
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN 2010-2014
KATA PENGANTAR
Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan (Kemenhut) tahun 2010-2014 ini merupakan penyesuaian sekaligus penyempurnaan dari dokumen Renstra Kemenhut Tahun 2010-2014 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.08/Menhut-II/2010 tanggal 27 Januari 2010. Perubahan organisasi Kementerian Kehutanan sebagaimana diatur melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.40/Menhut-II/2010 membawa implikasi pada perubahan nomenklatur program dan kegiatan. Untuk itu, Renstra Kemenhut Tahun 2010-2014 perlu dilakukan penyesuaian atau revisi. Peyempurnaan yang perlu dilakukan mencakup antara lain penyempurnaan rumusan dan sasaran outcome program yang merupakan hasil dari pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja Eselon I, penyempurnaan rumusan dan sasaran output yang merupakan hasil dari pelaksanaan tugas dan fungsi pada kerja Eselon II dan UPT, serta perbaikan narasi. Beberapa indikator kinerja juga disempurnakan baik indikator outcome maupun indikator output. Ukuran-ukuran dipertajam agar lebih mencerminkan karakterisitik masing-masing unit kerja, sedemikian rupa sehingga lebih memberikan gambaran pencapaian kinerja unit organisasi serta kontribusinya terhadap pencapaian sasaran strategis Kemenhut tahun 2010-2014 dapat dilihat secara langsung.
Oleh karena dalam struktur organisasi Kementerian Kehutanan yang baru terdapat penambahan satu unit Eselon I, yaitu Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kehutanan, maka pada Renstra Kementerian Kehutanan Penyempurnaan perlu ditambahkan satu program pembangunan, yaitu Program Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kehutanan. Program ini mewadahi seluruh kegiatan dan sasaran yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan. Dengan demikian, pada Renstra Kementerian Kehutanan 2010-2014 seluruhnya terdapat 8 (delapan) program pembangunan yang masing-masing memiliki rumusan indikator kinerja utama sebagai ukuran keberhasilannya.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 terdapat 11 (sebelas) prioritas pembangunan nasional, dimana yang terkait erat dengan tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan mencakup 2 (dua) prioritas, yaitu prioritas pertama: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, dan kesembilan: Lingkungan hidup dan Pengelolaan Bencana. Substansi inti dan indikator dari kedua prioritas ini didalamnya mencakup indikator kinerja program dan kegiatan Kemenhut. Oleh karena itu kinerja Kemenhut turut serta sebagai kunci suksesnya kedua prioritas pembangunan tersebut.
Kebutuhan anggaran untuk mencapai target pembangunan Kemenhut tahun 2010-2014 diproyeksikan sebesar Rp. 30,53 triliun, yang bersumber dari dana rupiah murni, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan penerimaan hibah luar negeri (PHLN). Dalam Renstra Kementerian Kehutanan ini telah pula diproyeksikan kebutuhan setiap tahun, yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan untuk perencanaan anggaran tahunan pada saat penyusunan Rencana Kerja Kemenhut.
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 51/Menhut-II/2010 Tanggal : 31 Desember 2010
ii | Kementerian Kehutanan
Dokumen ini disusun dengan berpedoman kepada Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No. 5 Tahun 2009, serta mangacu kepada Rencana Pemerintah Jangka Menengah 2010-2014, perkembangan kebijakan Pemerintah, perubahan struktur organisasi dan tata kerja Kementerian Kehutanan, serta dinamika dan tantangan pengelolaan hutan akhir-akhir ini. Penyusunan dokumen ini telah melibatkan seluruh jajaran unit organisasi Kementerian Kehutanan baik di pusat maupun daerah serta menyerap masukan dari berbagai pihak terkait.
Akhirnya, semoga Allah Swt. senantiasa meridhoi serta memberikan petunjuk bagi seluruh jajaran Kementerian Kehutanan sehingga visi dan misi Kementerian Kehutanan dapat terwujud dan seluruh sasaran dan indikatr yang ditetapkan di dalam Renstra Kementerian Kehutanan 2010-2014 ini dapat tercapai.
Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN Kepala Biro Hukum dan Organisasi REPUBLIK INDONESIA,
ttd. ttd.
KRISNA RYA, SH, MH ZULKIFLI HASAN NIP. 19590730 199003 1 001
iii | Kementerian Kehutanan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................................... iv
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Umum ....................................................................................................... 1
1. Landasan Pembangunan Kehutanan ................................................. 1 2. Alur Pikir dan Asumsi ......................................................................... 1 3. Sistematika Renstra Tahun 2010-2014 ............................................. 2
B. Kondisi Saat ini .......................................................................................... 3
1. Kawasan, Ekosistem dan Pemanfaatan ............................................. 3 2. Pencapaian Renstra Tahun 2005-2009 .............................................. 6
C. Organisasi ................................................................................................. 20
D. Permasalahan ........................................................................................... 21
E. Kondisi Yang Diinginkan ............................................................................ 21
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN TAHUN 2010-2014..... ............................. 24
A. Visi, Misi dan Tujuan ................................................................................ 24
B. Nilai Dasar Rimbawan .............................................................................. 26
C. Analisis Strategis ...................................................................................... 26
D. Sasaran Strategis ..................................................................................... 30
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ................................................................... 31
A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ..................................................... 31
B. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Kehutanan... ........................ 34
1. Kebijakan Prioritas ............................................................................. 34 2. Program, Kegiatan dan Indikator Kinerja ........................................... 35
C. Pembiayaan ............................................................................................. 53
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 55
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 56
iv | Kementerian Kehutanan
DAFTAR SINGKATAN
APIP : Aparat Pengawas Internal Pemerintah
Bakorluh : Badan Koordinasi Penyuluhan
Bapelluh : Badan Pelaksanaan Penyuluhan
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BDK : Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan
BKSDA : Balai Konservasi Sumberdaya Alam
BPA : Balai Persuteraan Alam
BPDAS : Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
BPDASPS : Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
BPHM : Balai Pengelolaan Hutan Mangrove
BPKH : Balai Pemantapan Kawasan Hutan
BP2HP : Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produk
BPTH : Balai Perbenihan Tanaman Hutan
BTN : Balai Taman Nasional
BLU : Badan Layanan Umum
BUK : Bina Usaha Kehutanan
CA : Cagar Alam
DAS : Daerah Aliran Sungai
DNS : Debt Nature Swamp
DAOPS : Daerah Operasional
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DPR RI : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Diklat : Pendidikan dan Pelatihan
GRK : Gas Rumah Kaca
HA : Hutan Alam
HT : Hutan Tanaman
HTI : Hutan Tanaman Industri
HTR : Hutan Tanaman Rakyat
HHBK : Hasil Hutan Bukan Kayu
HKm : Hutan Kemasyarakatan
HD : Hutan Desa
HR : Hutan Rakyat
HL : Hutan Lindung
v | Kementerian Kehutanan
HoB : Heart of Borneo
IKK : Indikator Kinerja Kegiatan
IKU : Indikator Kinerja Utama
INCAS : Indonesia’s National Carbon Accounting System
IPB : Institut Pertanian Bogor
IPHHK : Industri Primer Hasil Hutan Kayu
IUPHHK : Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Jasling : Jasa Lingkungan
Kanwil : Kantor Wilayah
KBR : Kebun Bibit Rakyat
Kemendiknas : Kementerian Pendidikan Nasional
Kemenhut : Kementerian Kehutanan
KPH : Kesatuan Pengelolaan Hutan
KPHP : Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
KPHK : Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi
KPHL : Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
KIM : Kampanye Indonesia Menanam
LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Litbang : Penelitian dan Pengembangan
LOA : Logged Over Areas
Menhut : Menteri Kehutanan
PKPT : Program Kerja Pengawasan Tahunan
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
PHPL : Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
PHKA : Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
PP : Peraturan Pemerintah
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
RBA : Rencana Bisnis Anggaran
RE : Restorasi Ekosistem
Renstra : Rencana Strategis
Renja : Rencana Kerja
REDD : Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation
RKA-KL : Rencana Kerja dan Anggaran-Kementerian/Lembaga
RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
RLPS : Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
SDA : Sumberdaya Alam
vi | Kementerian Kehutanan
SIM PUHH : Sistem Informasi Manajemen Penatausahaan Hasil Hutan
SM : Suaka Margasatwa
SDM : Sumberdaya Manusia
SIMPEG : Sistem Manajemen Kepegawaian
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
SNI : Standarisasi Nasional Indonesia
SIMAK BMN : Sistem Informasi Menejemen Akuntansi Barang Milik Negara
Satker : Satuan Kerja
SIM RLPS : Sistem Informasi Menejemen RLPS
TSL : Tumbuhan dan Satwa Liar
TB : Taman Buru
TN : Taman Nasional
UGM : Universitas Gadjah Mada
UNJ : Universitas Negeri Jakarta
UU : Undang-undang
UPT : Unit Pelaksana Teknis
vii | Kementerian Kehutanan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Visi pembangunan Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 yaitu “Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkeadilan”. Untuk mencapai visi ini telah dirumuskan enam kebijakan prioritas pembangunan kehutanan yaitu: (1) Pemantapan kawasan hutan; (2) Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS; (3) Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan; (4) Konservasi keanekaragaman hayati; (5) Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan; dan (6) Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan.
Sasaran strategis yang akan dicapai dalam pelaksanaan Renstra Tahun 2010-2014, yaitu:
1. Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 kilometer yang meliputi batas luar dan batas fungsi kawasan hutan.
2. Wilayah kesatuan pengelolaan hutan (KPH) ditetapkan di setiap provinsi dan beroperasinya 120 KPH (20% wilayah KPH yang telah ditetapkan).
3. Data dan informasi sumberdaya hutan tersedia sebanyak 5 judul. 4. Areal tanaman pada hutan tanaman bertambah seluas 2,65 juta ha. 5. Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan atau Restorasi
Ekosistem (IUPHHK-HA/RE) pada areal bekas tebangan (logged over area/LOA) seluas 2,5 juta ha.
6. Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat sebesar 50%. 7. Jumlah hotspot kebakaran hutan menurun 20% setiap tahun, dan penurunan konflik,
perambahan kawasan hutan, illegal logging dan wildlife trafikcing sampai dengan di batas daya dukung sumberdaya hutan.
8. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat.
9. Rencana pengelolaan DAS terpadu sebanyak 108 DAS prioritas. 10. Tanaman rehabilitasi pada lahan kritis di dalam DAS prioritas seluas 2,5 juta ha. 11. Terbangunnya Hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha. 12. Terbangunnya Hutan desa seluas 500.000 ha. 13. Penyediaan teknologi dasar dan terapan sulvikultur, pengolahan hasil hutan, konservasi
alam dan sosial ekonomi guna mendukung pengelolaan hutan lestari sebanyak 25 judul. 14. Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan
pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat. 15. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan
lainnya minimal sebanyak 15.000 orang peserta. 16. Penanganan perkara, pemulihan hal-hak negara bidang kehutanan minimal menang
sebesar 80% di akhir tahun 2014. 17. Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahunan “wajar tanpa pengecualian”
mulai laporan keuangan tahun 2011. 18. Kelemahan administrasi dan pelanggaran terhadap peraturan perundangan diturunkan
sampai 50%, serta potensi kerugian negara diturunkan hingga 25%.
viii| Kementerian Kehutanan
Untuk mencapai sasaran pembangunan kehutanan, program pembangunan yang akan diselenggarakan Kemenhut adalah : (1) Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan; (2) Peningkatan Usaha Kehutanan; (3) Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan; (4) Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat; (5) Penelitian dan Pengembangan Kemenhut; (6) Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan; (7) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kemenhut; dan (8) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenhut. Jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran pembangunan Kemenhut tahun 2010-2014 sebesar Rp.30.5 triliun.
Kata kunci : RPJMN Nasional, 18 sasaran strategis Kemenhut, 8 Program dan 59 Kegiatan Eselon I Kemenhut dan alokasi anggaran Rp.30,5 triliun.
1 |Kementerian Kehutanan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
1. Landasan Pembangunan Kehutanan
Pembangunan kehutanan Indonesia diselenggarakan berlandaskan pada mandat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 yaitu pengurusan sumberdaya alam hutan sebagai satu kesatuan ekosistem. Dimensi yang menjadi mandat penyelenggaraan pengurusan sumberdaya hutan di atas diimplementasikan dalam empat upaya pokok, yaitu : (1) perencanaan hutan; (2) pengelolaan hutan; (3) penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, serta penyuluhan; dan (4) pengawasan dan pengendalian.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 sektor kehutanan dituntut untuk memiliki peran, baik dalam pembangunan ekonomi maupun pembangunan lingkungan. Dari sisi pembangunan ekonomi, sektor kehutanan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, pendapatan negara, dan perolehan devisa secara nyata. Dari sisi pembangunan lingkungan, sektor kehutanan baik langsung maupun tidak langsung, dituntut untuk dapat memberikan dukungan untuk terselenggaranya pembangunan sektor lain (pertanian dan pangan, pertambangan dan energi, perindustrian, perdagangan, tenaga kerja, keuangan/perbankan, infrastruktur pekerjaan umum, pariwisata, dll) secara berkelanjutan melalui penyediaan produk dan jasa ekologi termasuk di dalamnya stabilitas tata lingkungan, perlindungan keanekaragaman hayati, pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah dan pengaturan tata air dan udara. Pada konteks sisi pembangunan lingkungan ini, peran kehutanan sangat nyata dalam lingkup regional/lokal, nasional dan global terkait dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Kesinambungan penetapan sasaran pembangunan kehutanan tahun 2005-2009 menjadi pertimbangan penting dalam penetapan sasaran pembangunan tahun 2010-2014, yang merupakan bagian dari pelaksanaan periode kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025. Perumusan lingkup pembangunan kehutanan yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 ini dilakukan berdasarkan arahan prioritas pembangunan nasional di sektor kehutanan dalam RPJMN Tahun 2010-2014. Guna menjawab permasalahan, tantangan dan isu-isu strategis dalam pengelolaan sumberdaya hutan di Indonesia, Kementerian Kehutanan melakukan restrukturisasi program dan kegiatan, memperjelas ukuran-ukuran kinerja yang ingin dicapai pada periode lima tahun kedepan, serta mempertajam prioritas-prioritas sasaran sesuai dengan embanan tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan.
2. Alur Pikir dan Asumsi
Dalam rangka menjaga kesinambungan penetapan pencapaian hasil-hasil pembangunan di bidang kehutanan, maka proses penetapan sasaran pembangunan kehutanan tahun 2010-2014 diformulasikan dalam skema sebagaimana gambar di bawah.
2 |Kementerian Kehutanan
Gambar 1. Skema Proses Perumusan Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014
Asumsi dasar yang menjadi kerangka pikir di atas adalah:
a. Kebijakan Nasional dalam RPJMN Tahun 2010-2014 menjadi acuan dalam perumusan Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014.
b. Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 menjadi acuan seluruh unit/satuan kerja lingkup Kementerian Kehutanan dan satuan-satuan kerja perangkat daerah di bidang kehutanan.
c. Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 disusun berdasarkan struktur organisasi Kementerian Kehutanan.
d. Tersedia input khususnya sumberdaya manusia (SDM) pelaksana dan dana/anggaran. e. Ketersediaan regulasi untuk mendukung struktur program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
3. Sistematika Renstra Tahun 2010-2014
Ruang lingkup isi Renstra Kementerian Kehutanan adalah sebagai berikut:
KATA PENGANTAR, merupakan pengantar umum Menteri Kehutanan.
BAB I. PENDAHULUAN, merupakan penjelasan secara garis besar dari materi Renstra. Bab ini memuat Landasan Pembangunan Kehutanan, Posisi dan Ruang Lingkup Pembangunan Kehutanan, Alur Penyusunan dan Asumsi Dasar, dan Sistematika Renstra Tahun 2010-2014. Selanjutnya disajikan kondisi saat ini untuk menetapkan kondisi yang diinginkan dalam lima tahun mendatang berdasarkan pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja Kementerian Kehutanan saat ini, pencapaian Renstra Tahun 2005-2009, serta permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan kehutanan. Guna penetapan visi, misi, sasaran serta kebijakan, maka dilakukan analisis strategis terhadap kondisi yang telah diuraikan di atas.
BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN TAHUN 2010-2014. Bab ini menyajikan perumusan Kementerian Kehutanan dalam melaksanakan pelaksanaan dalam lima tahun kedepan, yang dimulai dari penetapan pernyataan visi sebagai wujud keinginan yang hendak dicapai, dan pilihan cara mencapai visi berupa pernyataan misi, serta perumusan sasaran strategis yang merupakan indikator kinerja utama pencapaian Renstra Kementerian Kehutanan dalam lima tahun kedepan sampai dengan akhir tahun 2014.
BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI. Bagian ini menguraikan arahan kebijakan nasional berupa prioritas pembangunan nasional dan pembangunan bidang, serta arahan kebijakan Kementerian Kehutanan yang diawali dengan perumusan kebijakan prioritas yang dilanjutkan dengan perumusan program dan kegiatan
Capaian Target Renstra Kemenhut Th. 2005-2009
Renstra Kemenhut Th. 2005 - 2009
Gap Target Renstra Kemenhut Tahun 2010-2014
Permasalahan dan isu-isu strategis kehutanan
Evaluasii
Arahan kerangka pembangunan nasional: RPJMN Tahun 2010 -2014
3 |Kementerian Kehutanan
serta indikator kinerja utama sebagai sasaran masing-masing program dan kegiatan tersebut.
BAB IV. PENUTUP, merupakan gambaran umum kondisi pelaksanaan Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014, serta arah dari dokumen Renstra dalam tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan.
LAMPIRAN, merupakan matriks/tabulasi rencana strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014, terdiri atas : (1) Lampiran 1, menjelaskan distribusi indikator kinerja setiap program dan kegiatan kumulatif setiap tahun; dan (2) Lampiran 2 yang menjelaskan distribusi indikator kinerja setiap provinsi.
B Kondisi Saat Ini
1. Kawasan, Ekosistem dan Pemanfaatan Sumberdaya Hutan
Saat ini kawasan hutan di Indonesia meliputi areal kurang lebih seluas 136,88 juta hektar, termasuk kawasan konservasi perairan. Sebagai negara yang terletak pada kawasan tropis dunia, hutan Indonesia terdiri dari 15 formasi hutan dimana sebagian besar didominasi oleh tipe hutan hujan tropis. Hutan tropis Indonesia dikenal sebagai tempat megadiversity baik di daratan maupun perairan. Hutan di Indonesia merupakan habitat bagi kurang lebih 38.000 jenis tumbuhan termasuk 27.500 spesies tumbuhan berbunga (10% dari tumbuhan berbunga di dunia, yang separuhnya merupakan jenis endemik Indonesia), 515 spesies mamalia (12% jenis mamalia dunia), 511 spesies reptilia (7,3% dari jenis reptilia dunia), 270 spesies amphibia, 1.531 jenis burung (17% spesies burung dunia), 2.827 jenis binatang tak bertulang, kupu-kupu sebanyak 121 spesies (44% jenis endemik), serta lebih dari 25% spesies ikan air laut dan air tawar di dunia. Disamping itu, hutan Indonesia memiliki tumbuhan palma sebanyak 477 spesies (47% endemik) dan kurang lebih 3.000 jenis spesies tumbuhan penghasil bahan berkhasiat obat. Diantara berbagai jenis tumbuhan dan satwa di atas beberapa diantaranya merupakan jenis-jenis yang baru ditemukan, sebagian besar penemuan baru di kawasan hutan propinsi Papua.
Upaya konservasi sumberdaya alam terutama untuk melindungi spesies tumbuhan dan satwa liar dari ancaman kepunahan, Pemerintah telah menetapkan 58 jenis tumbuhan dan 236 jenis satwa yang terancam punah dan harus dilakukan perlindungan, sebagaimana telah dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis dan Tumbuhan dan Satwa. Dalam upaya menangani perdagangan tumbuhan dan satwa yang mendekati kepunahan, Indonesia telah menandatangani konvensi CITES dan mendaftarkan sebanyak 1.053 jenis tumbuhan serta 1.384 jenis satwa dalam Appendix I dan II.
Dalam rangka mempertahankan ekosistem dan keanekaragaman-hayati, sampai dengan tahun 2009 Pemerintah telah menetapkan sebanyak 527 unit kawasan konservasi daratan dan laut, terdiri dari: (1) kawasan konservasi daratan, meliputi 50 unit Taman Nasional (TN), 118 unit Taman Wisata Alam (TWA), 22 unit Taman Hutan Raya (Tahura), 14 unit Taman Buru (TB), 248 unit Cagar Alam (CA), dan 75 unit Suaka Margasatwa (SM); dan (2) kawasan konservasi laut meliputi 7 unit Taman Nasional, 5 unit Cagar Alam, 2 unit Suaka Margasatwa, dan 14 unit Taman Wisata Alam. Sebelumnya Kementerian Kehutanan pernah mengelola kawasan konservasi daratan dan laut sebanyak 535 unit. Namun demikian, 8 unit kawasan konservasi teleah diserahkan pengelolaanya kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Kepulauan Pieh, TWAL Gili Ayer Gili Meno Gili Trawangan (Gili Matra), TWAL Kapoposang, Cagar Alam Laut (CAL) Banda, CAL Aru Tenggara, SML Kepulauan Raja Ampat, SML Kepulauan Panjang, dan TWAL Padaido.
Berdasarkan data tahun 2004, lahan kritis di seluruh wilayah Indonesia seluas 30,19 juta ha, terdiri dari seluas 23,31 juta ha dengan katagori kritis dan seluas 6,89 juta ha katagori
4 |Kementerian Kehutanan
sangat kritis. Sebagian lahan kritis di atas berada pada daerah aliran sungai (DAS) prioritas yang perlu segera dilakukan rehabilitasi. Di seluruh Indonesia terdapat 458 DAS prioritas, diantaranya 282 DAS merupakan prioritas I dan II.
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa isu pengelolaan lingkungan telah menjadi salah satu rumusan tujuan pembangunan milenium (millennium development goals/MDGs. Indonesia sebagai pemilik hutan tropis terbesar ke-tiga di dunia mempunyai peran yang sangat signifikan dalam mencapai tujuan pembangunan millenium ini. Sektor kehutanan masuk dalam tujuan pembangunan milenium ketujuh, yaitu “memastikan kelestarian lingkungan”, dimana target ke-9 berbunyi “memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang”. Pada target tersebut terdapat indikator yang terkait langsung dengan sektor kehutanan, meliputi: 1) rasio luas kawasan tertutup pepohonan terhadap luas daratan, dan 2) rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan luas kawasan hutan, kawasan lindung dan kawasan konservasi dan hutan rakyat terhadap luas daratan. Dalam banyak percaturan indikitor-indikator ini merupakan bagian dari indikator hijau (green indicator).
Pada tataran global, Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki hutan tropis yang sangat luas terlibat secara aktif dalam pembahasan instrumen kehutanan global di berbagai wahana perumusan konvensi internasional. Instrumen-instrumen ini antara lain mengatur kewajiban dan peluang negara anggota, baik instrument yang secara hukum bersifat mengikat (legally binding) maupun yang bersifat tidak mengikat (non legally binding). Konvensi yang secara hukum mengikat meliputi Convention on Biological diversity (CBD), United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), dan United Nation Convention to Combat Desertification (UNCCD). Sedangkan konvensi yang secara hukum tidak mengikat antara lain Rio Declaration, Forest Principle (authoritative Statement of Principles for A Global Consensus on Management, Conservation, and Sustainable Development), dan Agenda 21 tentang rencana komprehensif program pembangunan berkelanjutan memasuki abad 21, dimana masalah kehutanan di elobarasi pada Bab XI mangatasi deforestasi (combating deforestation). Indonesia mengadopsi beberapa instrumen kehutanan global tersebut antara lain untuk mengamankan kepentingan nasional dalam penyusunan kesepakatan kebijakan dan standar internasional dalam rangka pengelolaan sumberdaya hutan serta sebagai referensi penyusunan kebijakan dan standar pengelolaan hutan nasional yang selaras dan sejalan dengan kehutanan global. Pada giliriannya, konvensi-konvensi juga menjadi basis Indonesia untuk bernegosiasi dalam perumusan kesepakatan kerjasama internasional di bidang kehutanan.
Dalam bidang pemanfaatan sumberdaya hutan, dimulai pada akhir tahun 60-an, Indonesia melakukan pengusahaan hutan alam di luar Jawa dalam sekala besar dan bahkan pernah mengantarkan Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kayu tropis komersial terbesar di dunia. Perkembangan selanjutnya, untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas kayu, regenerasi hutan bukan hanya mengandalkan sistem permudaan alam, tetapi dibarengi dengan pengembangan sistem permudaan buatan, yaitu dengan dikembangkannya hutan tanaman baik skala besar (industri) maupun skala menengah dan kecil (rakyat). Dalam pemanfaatan kayu, tercatat kurang lebih 120 famili tumbuhan yang terdiri dari 267 spesies sebagai penghasil komoditas kayu. Disamping itu, Indonesia dikenal juga sebagai penghasil komoditas rotan terbesar di dunia. Dalam pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK), terdapat beberapa jenis produk yang merupakan komoditas perdagangan penting seperti terpentin, gondorukem, getah damar, jelutung, tengkawang, kemiri, sutera alam, gaharu, sarang burung walet, berbagai jenis tanaman obat dan rempah, serta berbagai jenis lainnya . Beberapa di antara komiditas perdagangan ini telah menjadi komoditas ekspor dan mampu menyumbangkan devisa yang cukup besar.
Kebijakan eksploitasi kayu hutan alam dan pengembangan industri kehutanan secara besar-besaran dimulai dengan diterbitkannya undang-undang tentang Penanaman Modal
5 |Kementerian Kehutanan
Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 1967. Hal ini telah menempatkan sektor kehutanan sebagai penggerak ekonomi nasional. Indonesia telah merebut pasar ekspor kayu tropis dunia yang diawali dengan ekspor kayu bulat/log. Sejalan dengan berkembangnya industri pengolahan kayu yang sangat pesat, pada tahun 1985 Pemerinatah menetapkan kebijakan larangan ekspor kayu bulat. Dampak dari kebijakan ini antara lain telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor terbesar kayu gergajian, kayu lapis dan produk industri kayu lainnya. Selama tahun 1992-1997 tercatat perolehan devisa negara sebesar US$.16,0 milyar sehingga sektor kehutanan merupakan sektor penghasil devisa kedua setelah minyak dan gas bumi. Namun demikian, seiring dengan makin menurunnya potensi sumberdaya hutan serta adanya perubahan kebijakan nasional, pada tahun 2003, ekspor hasil hutan tercatat menurun cukup drastis, hanya sebesar US$.6,6 milyar atau sekitar 37% dari ekspor non migas.
Penerimaan negara dari sektor kehutanan yang berasal dari dana reboisasi (DR), provisi sumberdaya hutan (PSDH), iuran hak pengusahaan hutan (IHPH) termasuk hutan tanaman industri (HTI), ekspor satwa, denda pelanggaran, dan pungutan pariwisata alam juga mengalami penurunan yaitu dari Rp.3,3 triliun pada tahun 1999 menjadi Rp.2,72 triliun pada tahun 2003. Penurunan penerimaan negara dari industry kayu antara lain disebabkan kebijakan pemerintah untuk pengurangan jatah tebangan dari hutan alam dan telah menurunannya luasan kawasan hutan produktif. Dalam beberapa tahun belakangan ini, penerimaan negara di bidang kehutanan nilainya relatif stabil, namun tidak sebesar dibandingkan dengan penerimaan ketika tingkat produksi kayu sebelumnya. Secara umum kegiatan perekonomian dari usaha-usaha bidang kehutanan masih tetap memberikan kontribusi penting khususnya pada pembangunan di daerah penghasil kayu dan hasil hutan lainnya.
Kecenderungan penurunan produksi kayu bulat dari hutan alam telah memacu peningkatan pengelolaan hutan tanaman dan hutan rakyat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya produksi kayu dari hutan tanaman dan hutan rakyat serta hasil hutan bukan kayu. Perusahaan-perusahaan pengolahan kayu di Jawa misalnya sebagian besar bahan bakunya dipasok dari hutan rakyat. Kenyataan inilah yang membuat sektor kehutanan masih tetap merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Pemerintah telah memberikan perhatian yang sangat serius terhadap upaya pengembangan hutan tanaman, hutan rakyat, dan hasil hutan kayu, dengan membangun berbagai skema kabijakan.
Industri kehutanan di Indonesia, khususnya industri pengolahan kayu, sebenarnya telah berkembang cukup pesat. Pada tahun 2003 tercatat sejumlah 1.881 unit industri, terdiri dari 1.618 unit sawmill dengan kapasitas intake sebesar 11,05 juta m3, 107 unit playmill dengan kapasitas intake sebesar 9,43 juta m3, 6 unit pulpmill dengan kapasitas intake sebesar 3,98 juta m3, 78 industri blockboard dengan kapasitas sebesar 2,08 juta m3, dan 73 unit industri pengolahan kayu lainnya dengan kapasitas sebesar 3,15 juta m3. Namun demikian, pertumbuhan industri kehutanan ini tidak diimbangi dengan kemampuan untuk penyediaan bahan baku, sehingga terjadi ketimpangan yang cukup besar antara kapasitas terpasang dengan ketersediaan bahan baku. Beberapa perusahaan, umumnya yang cukup besar mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku, bahkan beberapa perusahaan menghentikan operasinya.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, pemekaran daerah administrasi, dan tuntutan pembangunan, tekanan terhadap sumber daya hutan juga semakin besar. Akibatnya sumberdaya hutan secara kuantitas dan kualitas menurun cukup signifikan. Menyadari kenyataan ini, Pemerintah menfokuskan pembangunan kehutanan dalam 20 tahun ke depan, dimulai dari awal periode Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), adalah mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang masih ada, melalui penerapan secara ketat kaidah-
6 |Kementerian Kehutanan
kaidah pengelolaan hutan lestari, mencegah laju kerusakan, serta melakukan percepatan rehabilitasi hutan dan lahan yang telah terdegradasi. Kawasan hutan yang masih bagus kondisinya harus dipertahankan dan dijaga dengan baik, sedangkan kawasan yang telah rusak atau menurun kualitasnya harus direhabilitaim dipulihkan fungsinya, dan ditingkatkan produktivitasnya.
Disamping upaya-upaya yang terkait dengan perbaikan dan peningkatan sumberdaya hutan, pembangunan kehutanan juga harus menitikberatkan pada pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Berdasarkan beberapa hasil studi, dari 220 juta penduduk Indonesia (tahun 2003), 48,8 juta orang diantaranya tinggal di pedesaan sekitar kawasan hutan, dan kurang lebih 10,2 juta secara struktural termasuk kategori miskin/tertinggal. Penduduk tersebut sebagian bermata pencaharian langsung dari hutan yang ada disekitarnya, sedangkan yang bekerja di sektor swasta kehutanan kurang lebih 3,4 juta orang. Secara tradisi, pada umumnya masyarakat yang bermata pencaharian langsung dari hutan melakukan pemanfaatan berbagai jenis produk hasil hutan, baik kayu maupun non kayu seperti damar, gaharu, rotan dan lebah madu.
Upaya yang telah dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan kondisi sosial masyarakat di dalam dan sekitar hutan antara lain melalui: Pembangunan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) oleh para pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan (IUPHH)/Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di luar Pulau Jawa dan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Pulau Jawa, serta bentuk pemberdayaan masyarakat lainnya seperti melalui kegiatan hutan kemasyarakatan, hutan rakyat, dan hutan desa.
2. Pencapaian Renstra Tahun 2005-2009.
Pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2005-2009 menjadi salah satu acuan dalam penetapan sasaran program dan kegiatan-kegiatan dalam Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014. Disamping itu, Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 disusun dengan mengacu pada kerangka arah kebijakan dan strategi, utamanya terhadap prioritas pembangunan nasional yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, berbagai persoalan permasalahan dan tantangan di bidang kehutanan, serta isu-isu dan lingkungan strategis kehutanan kedepan.
Realisasi pelaksanaan pembangunan kehutanan yang dituangkan dalam Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2005-2009 merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan 5 (lima) kebijakan prioritas pembangunan kehutanan, yang telah dijabarkan lebih lanjut di dalam berbagai program dan kegiatan-kegiatan pembangunan Kementerian Kehutanan. Gambaran umum pencapaian kegiatan Kehutanan Renstra Tahun 2005-2009 per kebijakan prioritas diuraikan dalam sub bab-sub bab berikut.
Pemberantasan Pencurian Kayu di Hutan Negara dan Perdagangan Kayu Illegal
Implementasi kebijakan pemberantasan pencurian kayu di hutan negara da perdagangan kayu illegal ditempuh melalui 2 (dua) program, yaitu 1) Program Pemantapan Keamanan Dalam Negeri dan 2) Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan.
Program Pemantapan Keamanan Dalam Negeri, yang merupakan salah satu fungsi ketertiban dan keamanan, dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan kawasan hutan dan hasil hutan guna menjamin hak-hak negara dan masyarakat atas manfaat sumberdaya hutan. Kegiatan yang dilaksanakan pada program ini berupa pengamanan hutan yang lebih ditekankan pada penguatan kelembagaan pengamanan hutan dan operasi-operasi pengamanan hutan.
7 |Kementerian Kehutanan
Penguatan kelembagaan pengamanan hutan mecakup pengembangan kemampuan personil pengamanan hutan personil pemerintah dan pengembangan kelembagaan masyarakat dalam pengamanan hutan. Sampai dengan pertengahan tahun 2009 tercatat jumlah polisi kehutanan (Polhut) sebanyak 7.519 orang, terdiri dari 3.025 orang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) pusat dan 4.494 orang adalah PNS pemerintah daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Kepada 1.000 orang dari personil Polhut tersebut telah dilakukan pelatihan khusus untuk menjadi personil Satuan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC). Basis kerja satuan pengamanan hutan terdapat pada 11 brigade di 11 provinsi yang rawan kejahatan kehutanan, yaitu Brigade Kanguru di Provinsi Papua, Brigade Kasuari di Provinsi Papua Barat, Brigade Anoa di Provinsi Sulawesi Selatan, Brigade Enggang di Provinsi Kalimantan Timur, Brigade Kalaweit di Provinsi Kalimantan Tengah, Brigade Bekantan di Provinsi Kalimantan Barat, Brigade Elang di DKI Jakarta, Brigade Siamang di Provinsi Sumatera Selatan, Brigade Harimau di Provinsi Jambi, Brigade Beruang di Provinsi Riau, dan Brigade Macan Tutul di Provinsi Sumatera Utara. Beberapa personil SPORC telah dikenakan hukuman disiplin karena melakukan tindakan pelanggaran.
Meskipun Brigade SPORC tersebut berbasis di 11 provinsi, namun fungsional tugasnya dapat dilakukan secara lintas provinsi sesuai dengan eskalasi kebutuhan pengamanan hutan dan hasil hutan. Disamping pembentukan satuan khusus, satuan pengamanan hutan Polhut ”reguler” senantiasa tetap ditingkatkan kemampuannya melalui pembinaan serta pendidikan dan pelatihan (diklat), baik diklat untuk aspek kepolisian maupun diklat teknis dan administrasi kehutanan yang relevan dengan tugas dan fungsinya.
Untuk memperkuat upaya-upaya perlindungan hutan, dalam periode tahun 2005-2009, telah dilakukan rekruitmen Polhut sebanyak 572 orang. Sedangkan untuk tugas-tugas penyidikan atas tindak pidana kejahatan di bidang kehutanan, sampai dengan akhir tahun 2009 terdapat 1.656 orang tenaga Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Peningkatan kemampuan PPNS dilaksanakan melalui pelatihan, penyegaran, magang di kantor Polisi, bimbingan teknis dan supervisi, serta pembentukan Forum Komunikasi PPNS di 7 provinsi. PPNS tersebut secara aktif melakukan tugas-tugas penyidikan dan sebagian besar secara administrtaif ditempatkan pada satuan-satuan kerja di lingkup Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA).
Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Polhut regular, SPORC, dan PPNS telah dilengkapi dengan sarana prasarana pengamanan, antara lain berupa kendaraan operasional patroli roda-4 sebanyak 193 unit, kendaraan operasional patroli roda-2 sebanyak 549 unit, speed boat sebanyak 29 unit, perahu karet sebanyak 19 unit, kapal patroli cepat (36 meter) sebanyak 1 unit, pesawat ultra ringan sebanyak 8 unit, dan senjata api sebanyak 3.700 pucuk yang terdiri dari senjata api laras pendek sebanyak 500 pucuk dan laras panjang sebanyak 3.000 pucuk serta molot sebanyak 200 pucuk.
Guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perlindungan dan pengamanan hutan, sampai dengan tahun 2009, telah dibentuk 40 unit pengaman hutan swakarsa (Mansyarakat Mitra Polhut/MMP). Para personil pada unit-unit MMP tersebut telah diberikan kegiatan pembinaan termasuk pendidikan dan pelatihan, yang tugas dan fungsinya lebih ditekankan pada aspek pengamanan preventif dan persuasif.
Di tingkat operasional lapangan, pengamanan hutan dilakukan melalui berbagai operasi pengamanan baik yang bersifat preventif maupun represif. Operasi pengamanan preventif dilakukan utamanya melalui kegiatan patroli pengamanan. Sedangkan kegiatan-kegiatan pengamanan represif dilakukan melalui operasi reguler dan operasi gabungan, yang difokuskan pada provinsi-provinsi yang rawan pencurian kayu dengan melibatkan anggota Polhut termasuk SPORC, PPNS dan anggota Kepolisian. Untuk kegiatan pro yustisia, dalam kurun waktu tahun 2005-2009 telah dilakukan penyidikan terhadap 4.306 kasus pelanggaran hokum yang berupa
8 |Kementerian Kehutanan
tindakan illegal logging, perambahan, perdagangan illegal tumbuhan dan satwa liar (TSL), kebakaran, dan penambangan illegal. Sebanyak 2.037 kasus telah dilimpahkan pengadilan dengan status berkas lengkap (P.21). Sedangkan vonis pengadilan telah dijatuhkan terhadap 1.089 kasus. Khusus penanganan kasus illegal logging, dari tahun 2005–2009 terdapat 3.260 kasus, diantaranya 1.578 kasus sudah berstatus berkas lengkap (P. 21) dan telah dilimpahkan ke pengadilan, dimana 798 kasus telah mendapatkan vonis pengadilan.
Dalam rangka meningkatkan dukungan pengamanan hutan dan pemberantasan illegal logging, juga dilakukan upaya pengembangan kerjasama, antara lain dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Badan Karantina Pertanian, Pusat Karantina Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementeraian Keuangan, Direktorat Jenderal Lembaga Pemasyarakat Kementerian Hukum dan HAM, serta aparat pengamanan fungsional yaitu Polri, TNI AL dan Kejaksaan baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Kerjasama kelembagaan mencakup kegiatan-kegiatan tukar menukar informasi, operasi pengamanan, pembinaan kemampuan personil dan penanganan perkara. Dalam skala internasional, penanggulangan kejahatan yang bersifat transnasional, telah dilakukan diplomasi antar negara serta kerjasama antara pemerintah dengan non pemerintah, antara lain kerjasama bilateral tentang pemberantasan illegal logging, kerjasama regional, dan kerjasama internasional.
Program kedua untuk implementasi kebijakan prioritas Pemberantasan Pencurian Kayu di Hutan Negara dan Perdagangan Kayu Illegal adalah Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan. Pelaksanaan program ini dimaksudkan untuk meningkatkan upaya-upaya penertiban peredaran hasil hutan melalui pelaksanaan penatausahaan hasil hutan (PUHH) guna menjamin hak-hak negara atas hasil hutan. Kegiatan pengendalian peredaran hasil hutan. Dilakukan melalui upaya-upaya strategis sebagai berikut:
a. Pembuatan dan pengendalian distribusi dokumen Surat Keterangan Sahnya Kayu Bulat (SKSKB) di seluruh provinsi (33 provinsi). Sebelum diberlakukannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2007, rata-rata setiap tahun Pemerintah mencetak blanko dokumen SKSHH sebanyak 2 juta set. Setelah diberlakukannya peraturan tersebut, Pemerintah tidak lagi mencetak SKSHH sebenayk sebelumnya karena dokumen telah diganti SKSKB yang pencetakannya dialihtugaskan kepada perusahaan pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Tanaman (IUPHHK-HT). Perusahaan-perusahaan ini juga diberikan hak untuk untuk mencetak sendiri dokumen Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAKB), Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO), Faktur Angkutan Hasil Hutan Bukan Kayu (FAHHBK), dan Surat Angkutan Lainnya (SAL), berdasarkan prinsip self assesment untuk melakukan pengangkutan kayu bulat, olahan dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Untuk pengangkutan kayu milik rakyat digunakan dokumen legalitas berupa blanko dokumen Surat Keterangan Angkutan Asal Usul Kayu (SKAU). Sejak tahun 2006 dokumen tersebut dicetak oleh Kementerian Kehutanan. Namun setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2007, sejak tahun 2008 dokumen SKAU dicetak dan didistribusikan oleh Dinas Kehutanan Provinsi.
b. Pembuatan dan operasionalisasi sistem informasi penatausahaan hasil hutan (PUHH) dan iuran kehutanan secara on-line antara perusahaan pemegang ijin, instansi kehutanan mulai dari kabupaten, provinsi sampai dengan nasional. Sistem PUHH/PSDH-DR on-line dibangun tahun 2006 dan secara terus menerus disempurnakan. Pada tahun 2007 sistem ini dikembangkan dengan dilengkapi handheld barcode printer dan pita barcode yang didistribusikan di sejumlah IUPHHK-HA. Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 45/Menhut-II/2009, sejak tanggal 1 September 2009 sistem informasi (SI) PUHH on-line wajib dilakukan oleh semua IUPHHK-HA, untuk memonitor produksi kayu oleh perusahaan yang mendapat annual allowable cut (ACC) sebesar 60.000 m3 atau lebih.
9 |Kementerian Kehutanan
c. Pembentukan dan penyegaran tenaga teknis penguji dan pengawas penguji hasil hutan baik kayu maupun non kayu dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, serta pembinaan tenaga teknis pengujian baik yang berasal dari unsur masyarakat, perusahaan, maupun pengawas penguji pada instansi kehutanan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 58/Menhut-II/2008 tanggal 24 September 2008 tentang Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2007 jo. PP Nomor 3 Tahun 2008, sampai dengan September 2009 telah dikeluarkan nomor register Tenaga Teknis (Ganis) sebanyak 1.216 orang dan Pengawas Tenaga Teknis (Wasganis) Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) sebanyak 1.932 orang.
d. Pengawasan pengukuran dan pengujian atas seluruh hasil hutan berupa kayu bulat, kayu olahan dan non kayu di seluruh provinsi (33 provinsi)
e. Penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang penata-usahaan hasil hutan.
Revitalisasi Sektor Kehutanan Khususnya Industri Kehutanan
Kebijakan prioritas Revitalisasi Sektor Kehutanan Khususnya Industri Kehutanan Tahun 2005-2009 dilaksanakan melalui Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam program ini adalah pengelolaan hutan produksi yang tidak dibebani hak/ijin pemanfaatan, pengembangan pengelolaan pemanfaatan hutan alam, pengembangan hutan tanaman dan hutan tanaman rakyat (HTR), dan restrukturisasi industri primer kehutanan.
Khusus terhadap hutan produksi yang tidak/belum dibebani hak/ijin pemanfaatan, telah dilakukan upaya-upaya penyiapan areal, sehingga kawasan hutan tersebut dapat dikelola dalam bentuk unit-unit pemanfaatan. Disamping itu, telah dilakukan penyusunan rancangan kawasan-kawasan hutan produksi untuk dikelola dalam kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP).
Sampai dengan Desember 2008, dalam kegiatan pengembangan pengelolaan pemanfaatan hutan alam terdapat 308 unit ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi alam (IUPHHK-HA) dengan areal kerja seluas 26.171.601 hektar (ha). Dibandingkan dengan kondisi bulan yang sama pada tahun 2007, jumlah unit IUPHHK-HA tersebut menurun sebanyak 16 unit (4,9%) dengan penurunan areal kerja seluas 2.099.442 ha (7,4%).
Dari jumlah unit dan luasan areal kerja IUPHHK-HA di atas, pada periode tahun 2004-2008 tingkat poduksi kayu bulat rata-rata sebesar 5,18 juta m3 per tahun. Sedangkan produksi kayu bulat dari tebangan lainnya (pemanfaatan kayu dan ijin sah lainnya) rata-rata sebanyak 2,90 juta m3 per tahun. Secara keseluruhan tingkat rata-rata produksi kayu bulat dari hutan produksi alam adalah sebesar 8,07 juta m3 per tahun. Guna meningkatkan produktivitas dari hutan alam produksi melalui sistem tebang pilih tanam Indonesia (TPTI), maka sampai dengan tahun 2008 telah diterapkan sistem silvikultur intensif (Silin) di 25 lokasi IUPHHK-HA dengan areal seluas 52,3 ribu ha. Selain dengan pengembangan sistem Silin, pembinaan hutan produksi alam bekas tebangan telah dilakukan penanaman pengayaan pada areal seluas 16,9 ribu ha. Secara komulatif sampai dengan tahun 2008, investasi kegiatan pengembangan pemanfaatan hutan produksi alam oleh pemegang IUPHHK adalah sebesar Rp.11,67 triliun. Angka ini didasarkan dari laporan 155 unit pemegang IUPHHK yang telah menyampaikan laporan.
Untuk kegiatan pembinaan pengembangan hutan tanaman industri (HTI), sampai dengan tahun 2008 terdapat 227 unit ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman (IUPHHK-HT)/HTI dengan areal kerja seluas 10,04 juta ha, terdiri dari kategori Surat Keputusan (SK) unit HTI definitif sebanyak 165 unit dengan luas 7,15 juta ha, SK sementara sebanyak 32
10 |Kementerian Kehutanan
unit dengan luas 633,68 ribu ha, dan SK pencadangan sebanyak 30 unit dengan luas 2,25 juta ha. Tahun 2009 terdapat 32 unit HTI SK sementara dengan luas 633,68 ribu ha yang ditetapkan sebagai SK definitif. Dengan luasan areal izin tersebut, tingkat produksi kayu bulat dari HTI pada tahun 2008 adalah sebesar 24,51 juta m3, sedangkan dalam 5 tahun terakhir rata-rata produksi adalah sebesar 15,77 juta m3. Nilai investasi pembangunan HTI sampai dengan tahun 2008 dari 32 unit perusahaan pemegang IUPHHK-HT/HTI yang melaporkan investasinya adalah sebesar Rp.12,05 triliun.
Gambar 2. Produksi kayu bulat hutan alam dan hutan tanaman (juta m3)
Guna meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengembangan produksi hasil hutan kayu, telah dikembangkan pola hutan tanaman rakyat (HTR) yang dilaksanakan oleh masyarakat/ kelompok masyarakat termasuk koperasi di luar badan usaha milik swasta (BUMS) dan badan usaha milik negara (BUMN). Sampai dengan akhir tahun 2009, ditargetkan pencadangan areal HTR seluas 149,28 ribu ha. Investasi berupa penyaluran dana kredit bergulir untuk pembangunan HTI (masyarakat) dan HTR akan dilakukan oleh Badan Layanan Umum (BLU) Kementerian Kehutanan.
Berkenaan dengan kegiatan industri pengolahan hasil hutan, sampai dengan tahun 2008 terdapat 227 unit industri pengolahan kayu dengan kapasitas terpasang lebih dari 6.000 m3/tahun. Total kapasitas izin produksi dari unit-unit industri tersebut adalah sebanyak 23,40 juta m3/tahun. Dari kegiatan industri pengolahan kayu tersebut terdapat penyerapan tenaga kerja langsung kurang lebih sebanyak 205,3 ribu orang, Sedangkan kumulatif nilai investasinya adalah kurang lebih sebesar Rp.16,56 triliun.
Gambaran tingkat produksi kayu olahan dalam negeri rata-rata per tahun berdasarkan tingkat produksi tahun 2008 adalah:
a. Kayu lapis : 3.353.479 m3 b. Veeneer : 427.257 m3 c. Kayu gergajian : 530.688 m3 d. Pulp : 4.784.733 ton e. Chipswood : 278.320 m3
Prod
uksi
kay
u bu
lat (
juta
m3 )
11 |Kementerian Kehutanan
Sejak tahun 2004, tingkat produksi ini menunjukkan kecenderungan menurun, kecuali produksi pulp.
Gambar 3. Rata-rata produksi 3 jenis kayu olahan utama dalam negeri (ribu m3)
Pada tingkat produksi industri pengolahan di atas, jumlah volume dan nilai ekspor masing-masing komoditas pada tahun 2008, adalah:
a. Kayu lapis sebanyak 1.250.947 ton, dengan nilai ekspor sebesar US$.2.055.526.139 b. Veeneer sebanyak 11.482 ton, dengan nilai ekspor sebesar US$.30.096.339 c. Kayu gergajian sebanyak 50.917 ton, dengan nilai ekspor sebesar US$.55.301.908 d. Particleboard sebanyak 4.244 ton, dengan nilai ekspor sebesar US$.1.140.930 e. Pulp sebanyak 2.436.869 ton, dengan nilai ekspor sebesar US$. 1.425.342.204 f. Chipwood sebanyak 95.024 ton, dengan nilai ekspor sebesar US$. 6.192.515
Rehabilitasi Hutan dan Konservasi Sumberdaya Alam
Sampai dengan tahun 2004, lahan kritis di seluruh wilayah Indonesia tercatat seluas 30,19 juta ha, meliputi kategori kritis seluas 23,31 juta ha dan sangat kritis seluas 6,89 juta ha. Sedangkan dalam tiga tahun terakhir laju degradasi hutan, yang meliputi deforestrasi dan degradasi fungsi, tercatat rata-rata seluas 1,08 juta ha per tahun, atau menurun dari sekitar rata-rata 2,8 juta ha per tahun pada priode akhir tahun 1990-an sampai dengan awal tahun 2000-an.
Pelaksanaan kegiatan konservasi sumberdaya alam, sampai saat ini di kawasan hutan konservasi seluas 27,2 juta ha, atau kurang lebih 20% dari luas kawasan hutan di Indonesia. Pemanfaatan kawasan konservasi lebih banyak diarahkan pada pemanfaatan “produk” jasa dari ekosistem hutan, yang secara garis besar berupa:
a. Jasa penyediaan untuk menghasilkan berbagai komoditas kebutuhan manusia termasuk obat-obatan, sumber genetik, air, dll,
b. Jasa pengaturan untuk menjaga kualitas iklim, udara, air, erosi dan mengontrol berbagai aspek biologis di muka bumi,
c. Jasa kultural dalam membentuk identitas budaya, hubungan sosial, peninggalan pusaka, wisata, dll, dan
d. Jasa pendukung dalam membentuk formasi tanah, produk oksigen, habitat, dan siklus mineral.
Pelaksanaan dari kebijakan prioritas Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Hutan dilakukan melalui dua program, yaitu Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan
Prod
uksi
kay
u ol
ahan
(rib
u m
3 )
12 |Kementerian Kehutanan
Sumberdaya Alam dan Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam ditujukan untuk meningkatkan fungsi dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) melalui kegiatan pengelolaan DAS yang utamanya berupa pemantapan perencanaan, monitoring dan evaluasi, koordinasi dan sinkronisasi tata guna lahan DAS, serta peningkatan kelembagaan pengelolaan DAS. Sedangkan Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam diarahkan untuk meningkatkan upaya-upaya konservasi melalui kegiatan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya alam.
Dalam kaitannya dengan pengelolaan DAS, pada tahun 2008 telah disusun rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan DAS. Implementasi pelaksanaan Peraturan Pemerintah tersebut, akan disusun Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu yang akan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kehutanan. Berdasarkan pedoman tersebut dalam tahun 2009 akan disusun Rencana Pengelolaan DAS terpadu untuk 36 unit DAS Prioritas. Secara keseluruhan, sampai dengan akhir tahun 2014 diharapkan sebanyak 108 unit DAS Prioritas di Indonesia dapat diselesaikan penyusunan rencana pengelolaan DAS terpadunya.
Dalam rangka pemulihan kondisi dan fungsi lahan kritis, khususnya pada DAS prioritas, sejak tahun 2003 telah dicanangkan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan). Kegiatan-kegiatan penanaman pada kawasan hutan yang dilaksanakan sampai dengan tahun 2008 adalah seluas 906.969 ha. Sedangkan kegiatan rehabilitasi lahan di luar kawasan hutan melalui kegiatan penghijauan telah dilakukan pembuatan hutan rakyat seluas 1.102.912 ha dan penghijauan lingkungan pada lahan-lahan publik seperti sekolah, mesjid, taman kota dan turus jalan, dengan jumlah tanaman sebanyak 504,2 juta bibit pohon. Dalam rangka kampanye menanam guna meningkatkan peran serta masyarakat dalam Gerhan, telah dilakukan gerakan penanaman pohon dengan tema “Indonesia Menanam”, “Wanita Menanam dan Memelihara Pohon”, serta penanaman pohon oleh instansi pemerintah, swasta dan kelompok-kelompok/lembaga-lembaga masyarakat, dengan realisasi penanaman sampai dengan tahun 2008 sebanyak 108,95 juta bibit pohon. Disamping itu, guna memulihkan kerusakan lahan pasca kegiatan penambangan telah dilakukan upaya reklamasi lahan bekas tambang seluas 21.380 ha. Dengan demikian, secara keseluruhan dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan melalui kegiatan reboisasi, penghijauan dan reklamasi, sejak tahun 2003-2008 telah dilakukan penanam pada areal seluas 2.009.881 ha.
Berkenaan dengan kegiatan konservasi sumberdaya hutan telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan dalam Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam, berupa pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan taman nasional termasuk taman nasional model dan kawasan konservasi lainnya, pengelolaan keanekaragaman hayati, dan pengembangan jasa lingkungan dan wisata alam. Dalam rangka penanggulangan kebakaran hutan, pemantauan di seluruh Indonesia pada tahun 2005 terdeteksi sebanyak 40.197 titik api (hotspot), tahun 2006 sebanyak 146.264 hotspot atau mengalami peningkatan yang tajam sebesar 263%, tahun 2007 terdeteksi sebanyak 37.909 hotspot atau menurun kembali secara tajam dibandingkan dengan tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2008 terdeteksi sebanyak 30.616 hotspot atau turun dari tahun 2007. Namun demikian pada kondisi tahun 2009 terdeteksi sebanyak 39.463 hotspot, atau terdapat kenaikan dari tahun sebelumnya yang diakibatkan terjadi musim kemarau yang lebih panjang di Indonesia. Berdasarkan angka tahunan titik api dari tahun 2000-2009, rata-rata jumlah hotspot dalam 5 tahunan untuk tahun 2000-2004 adalah sebanyak 40.492 titik, sedangkan untuk tahun 2005-2009 adalah sebanyak 58.890 titik. Secara umum di seluruh Indonesia hotspot terdeteksi sebagian besar berada pada lahan-lahan di luar kawasan hutan atau sebanyak 77,39%, sedangkan yang berada dalam kawasan hutan sebanyak 22,61%, termasuk di kawasan konservasi terdeteksi sebanyak 2,28%.
Jumlah tahunan hotspot sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim tahunan, yaitu kondisi tahun kering atau tahun basah, juga dipengaruhi oleh tingkat kekeringan, intensitas titik api dan kejadian kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan dan lahan dapat dikendalikan
13 |Kementerian Kehutanan
dengan upaya-upaya pencegahan melalui langkah-langkah preventif seperti deteksi dini dan upaya persuasif kepada masyarakat.
Gambar 4 di bawah menunjukan jumlah titik api tahunan dalam 10 tahun terakhir, dimana jumlah titik api terbanyak terdapat pada tahun 2006 yang menunjukan tahun terkering dalam 10 tahun terakhir.
Gambar 4. Keadaan hotspot tahun dan rata-rata 5 dalam tahunan dalam 10 tahun terakhir
Upaya pengendalian kebakaran lahan dan hutan dilakukan juga melalui peningkatan kapasitas dan pemantapan kelembagaan brigade pengendalian kebakaran hutan Manggala Agni, pencegahan kebakaran hutan, dan pemadaman kebakaran hutan yang dilakukan pada daerah-daerah rawan kebakaran hutan. Kegiatan peningkatan kapasitas dan pemantapan kelembagaan antara lain dibentuknya Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan (Manggala Agni) di 10 provinsi rawan kebakaran, yaitu provinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, dengan jumlah personil sebanyak 1.560 orang. Dengan adanya pembentukan daerah operasi (Daops) baru Manggala Agni di Kabupaten Pasir Provinsi Kalimantan Timur, saat ini terdapat kekuatan Manggala Agni mencapai 1.590 orang. Untuk operasionalisasi unit Manggala Agni tersebut telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang tersebar di 30 Daops pada 9 Provinsi (Riau, Sumatera Utara, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Timur) daerah rawan kebakaran. Selain itu telah terbentuk Manggala Agni di Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) dan Balai Taman Nasional (BTN) yang kawasannya sering terjadi kebakaran di 21 unit pelaksana teknis (UPT) dengan jumlah regu sebanyak 42 unit, dan jumlah personil 630 orang, serta di Perum Perhutani sebanyak 60 orang. Disamping itu telah dibentuk 4 unit Regu Pasukan Gajah yang terlatih yang dapat dioperasionalkan untuk kegiatan-kegiatan pengendalian kebakaran.
Upaya untuk meningkatkan efektivitas penekanan jumlah hotspot telah dilakukan kegiatan pencegahan kebakaran melalui peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat, sampai dengan tahun 2009 telah terbentuk Masyarakat Peduli Api (MPA) sebanyak 5.157 orang. Keberadaan MPA tersebut adalah sebagai pendukung Brigade Manggala Agni dalam pengendalian kebakaran lahan dan hutan di 8 lokasi Daops pada 30 unit BKSDA dan BTN yang kawasannya rawan kebakaran. Disamping itu telah dilakukan pembuatan unit-unit percontohan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) dengan memanfaatkan material yang sering dibakar untuk diproses menjadi kompos dan briket arang yang telah dikembangkan di 8 lokasi, yaitu Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, dan Jawa Tengah.
Jum
lah
hots
pot
14 |Kementerian Kehutanan
Penyebarluasan informasi dan peningkatan kesadaran pencegahan kebakaran hutan dan lahan telah dilakukan kampanye dan penyuluhan melalui media masa di radio dan televisi serta penyebaran leaflet, banner, spanduk, booklet dan lain-lain. Guna mengintensifkan kesiapan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan telah dilakukan koordinasi dengan para pihak, menjelang musim kemarau dan kegiatan bimbingan teknis pencegahan kebakaran lahan dan hutan yang dilakukan di perusahaan pemegang ijin usaha dibidang kehutanan (IUPHHK hutan alam dan hutan tanaman/HTI), dengan sekaligus melakukan pendataan dan monitoring terhadap kepedulian dan kesiap-siagaan dari masing-masing perusahaan.
Dalam upaya pemadaman kebakaran, Brigade Manggala Agni telah menjadi tumpuan dan andalan dimana pada setiap kejadian kebakaran lahan dan hutan, brigade tersebut telah menunjukan peran aktif dalam upaya pemadaman. Hal tersebut merupakan kontribusi yang nyata dengan mengingat tugas pokok dan fungsi Manggala Agni adalah melakukan pengendalian kebakaran di kawasan konservasi. Dukungan pemadaman melalui udara dilakukan dengan pengeboman air dengan helikopter dan pembuatan hujan buatan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui kerjasama antara lain dengan pihak Polri, BNPB, BPPT, Pemda dan Para Pihak dari unsur swasta. Berdasarkan hasil evaluasi, operasi pemadaman yang paling efektif adalah memberikan dukungan untuk penguatan pemadaman darat (ground force), sedangkan patroli udara dengan helikopter Polri cukup efektif untuk membuat unsur ”takut dan jera” kepada para pembakar lahan dan hutan.
Dalam rangka pengelolaan kawasan konservasi, sampai dengan pertengahan tahun 2009 telah dilakukan pengelolaan pada 50 unit taman nasional dengan luas 16,33 juta hektar (ha), cagar alam sebanyak 248 unit (4,5 juta ha), suaka margasatwa sebanyak 75 unit (5,1 juta ha), taman wisata alam sebanyak 118 unit (750 ribu ha), taman buru 14 unit (225 ribu ha), dan taman hutan raya 22 unit (344 ribu ha), yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain pemantapan kelembagaan berupa pembentuk 21 taman nasional model melalui Surat Keputusan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Nomor SK.128/IV-Sek/HO/2006 tanggal 25 Juli 2006, yaitu untuk Taman Nasional (TN) Gunung Leuser, TN Gunung Kerinci Seblat, TN Way Kambas, TN Bukit Barisan Selatan, TN Ujung Kulon, TN Kepulauan Seribu, TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung Halimun Salak, TN Bromo Tengger Semeru, TN Meru Betiri, TN Alas Purwo, TN Bali Barat, TN Gunung Rinjani, TN Komodo, TN Kelimutu, TN Tanjung Putting, TN Betung Kerihun, TN Wakatobi, TN Lore Lindu, TN Bunaken, dan TN Wasur. Selanjutnya sedang diproses pembentukan unit kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK) sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007, yaitu 10 unit Taman Nasional (TN), yaitu TN Berbak, TN Ujung Kulon, TN Gunung Halimun Salak, TN Tanjung Puting, TN Kutai, TN Meru Betiri, TN Alas Purwo, TN Bali Barat, TN Gunung Rinjani, dan TN Bunaken.
Untuk percepatan pengelolaan kawasan konservasi yang lebih efektif telah dilaksanakan kegiatan restorasi ekosistem dikawasan konservasi yang berlokasi di TN Sembilang, TN Gede Pangrango, TN Gunung Halimun Salak, TN Bromo Tengger Semeru, TN Ciremai dan TN Manupeu Tanah Daru. Selain itu dilaksanakan program penghapusan utang melalui skema Debt for Nature Swap (DNS) yang saat ini telah memasuki tahun ke-III dengan Lokasi di TN Gunung Leuser, TN Kerinci Seblat dan TN Bukit Barisan Selatan. Nilai pinjaman yang akan dikonversi dengan program tersebut adalah sebesar 12,5 juta Euro, dengan ketentuan Pemerintah Indonesia menyediakan dana sebesar 50% dari nilai hutang tersebut atau sebesar 6,25 juta Euro untuk kegiatan selama 5 tahun (2007-2011). Realisasi DNS sampai dengan tahun 2008 (tahun ke dua) adalah sebesar Rp.26,5 millyar dari Rp.42 milyar pagu yang telah ditetapkan. Selanjutnya saat ini sedang dalam proses program penghapusan hutang pada sebesar USD.19,6 juta yang akan dilaksanakan dengan mekanisme Trust Fund dengan melibatkan lembaga sosial masyaralkat (LSM) sebagai fasilitator program tersebut. Untuk mempertahankan kawasan konservasi di “jantung” Kalimantan telah dilaksanakan inisiatif
15 |Kementerian Kehutanan
kerjasama 3 (tiga) negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darusalam melalui program Heart of Borneo (HoB) yang dokumennya telah ditandatangani pada tanggal 12 Februari 2007, dengan tujuan utama untuk mempertahankan keberlanjutan manfaat salah satu hutan tropis terbaik di dunia yang masih tersisa di Kalimantan untuk kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang. Terkait dengan pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan di Kalimantan Tengah, sedang disusun rencana aksi pengelolaan konservasi sebagai tindak lanjut dari penerbitan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2008 tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah.
Upaya meningkatkan pengelolaan keanekaragaman hayati telah dilakukan kegiatan antara lain penerapan Sistem Manajemen Mutu dalam mendukung Program Good Governance melalui perolehan sertifikat ISO 9001:2000 pada bulan Pebruari 2008. Hasil tersebut adalah berdasarkan hasil audit eksternal pihak ketiga badan registrar yang mempunyai reputasi internasional. Dalam kaitannya dengan kegiatan pengembangan konservasi jenis dan genetik telah dilaksanakan pelepas-liaran satwa liar dilindungi/endemic ke habitat alamnya dari hasil penangkaran, sitaan, rampasan atau penyerahan langsung dari masyarakat, seperti jalak bali (Leucopsar rotchildii) yang merupakan hasil penangkaran di habitat alaminya di TN Bali Barat sebanyak 92 ekor, kura-kura leher ular (Chelodina miccordi) hasil penangkaran di habitat alaminya di Pulau Rote sebanyak 46 ekor, owajawa (Hylobathes moloch) ke habitat alaminya di TN Gunung Gede Pangrango, translokasi 5 ekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan 1 ekor dari Jambi, yang “terlibat” konflik dengan manusia, ke TN Bukit Barisan Selatan. Selain itu telah dilakukan pengembalian orangutan yang dibawa keluar negeri secara illegal sebanyak 53 ekor dari Thailand, 4 ekor dari Malaysia, dan 2 ekor dari Vietnam, pengembalian 1 ekor anak orangutan sumatera hasil breeding di Perth Zoo Australia, pengembalian 1 ekor anak badak Sumatera (Dicherorhinus sumatrensis) hasil breeding dari Cincinnati Zoo Amerika Serikat ke Sumatra Rhino Sanctuary di TN Way Kambas, pelepasliaran 1 ekor macan tutul yang “berkonflik” dalam kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Pandeglang, dan pelepasliaran burung elang jawa hasil penyerahan dari masyarakat di kawasan TN Gunung Gede Pangrango.
Guna meningkatkan kapasitas pengelolaan konservasi jenis dan genetik, telah disusun Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) 2007-2017 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2007), Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Gajah Sumatera dan Gajah Kalimantan 2007-2017 (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.44/Menhut-II/2007), Strategy and Action Plan for The Conservation of Rhinos in Indonesia 2007-2017 (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.43/Menhut-II/2007), Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017 (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-IV/2007), Strategi Konservasi Curik/Jalak Bali (Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK.150/IV/Set-3/2007). Sementara itu dengan adanya fakta di lapangan dimana sering terjadi konflik antara manusia dan satwa liar yang menimbulkan kerugian harta benda maupun keselamatan jiwa manusia dan atau satwa liar, telah disusun Pedoman Penanggulangan Konflik Antara Manusia dan Satwa Liar melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut-II/2008.
Dalam kaitan dengan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar (TSL), sampai dengan 2009 tercatat sejumlah 316 perusahaan penangkar TSL, terdiri atas 124 unit penangkaran ikan arwana, 31 unit penangkaran buaya, 30 unit penangkaran burung, 53 unit penangkaran/transplantasi karang hias, 3 unit penangkaran moluska, 17 unit penangkaran tumbuhan, 31 unit penangkaran reptil, 20 unit penangkaran mamalia, dan 9 unit penangkaran insekta. Guna penyelamatan satwa liar, telah dilakukan pelestarian eksitu satwa-satwa yang dilindungi di 36 unit lembaga konservasi (3 unit taman safari, 6 unit kebun binatang, 2 unit museum zoologi, 14 unit taman satwa dan 11 taman satwa khusus). Dari kegiatan
16 |Kementerian Kehutanan
pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar telah dilakukan ekspor dengan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang menunjukan peningkatan setiap tahunnya, yaitu tahun 2005 sebesar Rp.171.159.219,-, tahun 2006 sebesar Rp.2.382.735.790,-, tahun 2007 sebesar Rp.2.629.838.120,-, tahun 2008 sebesar Rp. 2.263.629.160,- dan tahun 2009 (hingga oktober 2009) sebesar Rp.3.769.632.000,-. Penarikan PNBP tersebut didasarkan pada harga patokan TSL yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan.
Dalam rangka pengembangan pariwisata alam, sampai dengan pertengahan tahun 2009 terdapat 25 unit Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) yang berada pada 9 (sembilan) unit kawasan taman nasional, 15 unit berada di kawasan taman wisata alam, dan 1 unit berada di kawasan taman buru. Sedangkan yang masih dalam tahap pengajuan permohonan ijin berjumlah 12 pemohon, dan yang dalam tahap izin prinsip berjumlah 15 pemohon. Dari kegiatan pengembangan pariwisata alam dimaksud, dalam tahun 2008 telah diperoleh penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang berasal dari tiket masuk kunjungan wisatawan sebesar Rp.6,42 milyar. Jumlah tersebut meningkat sebesar 25% dibandingkan dengan penerimaan tahun 2007, dan akan terus ditingkatkan sejalan dengan peningkatan kapasitas pengembangan pariwisata alam. Dari kegiatan pariwisata alam, selain dapat memberikan manfaat kepada negara berupa PNBP, kegiatan tersebut telah memberikan manfaat ganda terhadap penerimaan daerah dan penerimaan masyarakat secara luas sebagai manfaat ganda jasa wisata alam yang memacu tumbuhnya jasa-jasa lainnya seperti jasa transportasi, hotel dan penginapan, makanan/minuman, industri khususnya kerajinan, dan lain-lain bentuk jasa, yang keseluruhannya merupakan nilai langsung dan tidak langsung kegiatan pariwisata alam. Guna meningkatkan kapasitas pengelolaan pariwasata alam tersebut akan terus dilakukan pengembangan potensi pariwisata termasuk sarana dan prasarana, serta kapasitas pengelolaan khususnya promosi wisata.
Terkait dengan pengelolaan hutan secara terpadu melalui peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan hutan yang berpotensi mendukung pembangunan kehutanan berkelanjutan (sustainable forest management) baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan, perlu melibatkan berbagai stakeholders diantaranya kader konservasi, kelompok pecinta alam dan kelompok swadaya masyarakat/kelompok profesi. Gambaran mitra bina cinta alam saat ini adalah jumlah kader konservasi sebanyak 38.319 orang, kelompok pencinta alam sebanyak 1.317 unit, dan kelompok swadaya masyarakat/kelompok profesi 84 kelompok, dimana mereka berperan sebagai inisiator, motivator, fasilitator, dan dinamisator upaya konservasi sumberdaya alam hutan dan ekosistem setempat.
Perkembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam perspektif konservasi sumberdaya alam berupa pembinaan masyarakat desa di sekitar kawasan konservasi, saat ini terdapat sebanyak 2.931 desa dengan jumlah warga sebanyak kurang lebih 1,6 juta orang. Guna pengembangan pemberdayaan masyarakat tersebut telah dibangun 132 Model Desa Konservasi, terdiri dari 77 desa binaan Balai Taman Nasional (BTN) dan 55 desa di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Dalam dan Sekitar Kawasan Hutan
Jumlah desa yang berhubungan dengan kawasan hutan saat ini tercatat sebanyak 31.957 desa, yang terdistribusi di dalam kawasan hutan sebanyak 1.305 desa (4,08%), tepi kawasan hutan sebanyak 7.943 (24,86%) dan di sekitar kawasan hutan sebanyak 22.709 (71,06%). Provinsi terbanyak untuk desa di dalam kawasan hutan adalah Kalimantan Tengah (sebanyak 208 desa), dan Jawa Tengah (sebanyak 1.581 desa di tepi kawasan hutan dan 6.795 desa di sekitar kawasan hutan).
Kegiatan yang dilakukan untuk mendukung kebijakan prioritas Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Dalam dan Sekitar Kawasan Hutan, dilakukan melalui kegiatan pengembangan
17 |Kementerian Kehutanan
dan pemberdayaan perekonomian masyarakat melalui pengembangan hutan kemasyarakatan, hutan rakyat, hutan desa, dan pengembangan desa konservasi. Disamping itu peningkatan usaha perekonomian masyarakat dilakukan melalui pengembangan komoditas kehutanan berupa kayu dan non kayu/hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti rotan, getah-getahan, buah-buahan, umbi-umbian, serta usaha jasa pariwisata alam.
Dalam rangka pengembangan hutan kemasyarakatan (HKm) sampai dengan tahun 2008 telah dilakukan pengembangan pengelolaan HKm berupa penetapan dan pemberian ijin areal HKm sebanyak 57 unit dengan areal seluas 8,8 ribu ha, fasilitasi kemitraan, fasilitasi masyarakat dalam pengelolaan HKm, serta fasilitasi pembentukan kelompok tani HKm. Usaha masyarakat di bidang kehutanan serta sejalan dengan upaya rehabilitasi lahan di luar kawasan hutan (penghijauan), telah dibuat hutan rakyat (HR) seluas 86,32 ribu ha yang dilakukan oleh 864 unit kelompok tani. Guna meningkatkan penguatan kapasitas kelembagaan kelompok tani dalam pengelolaan HR telah dilakukan peningkatan keterampilan petani dalam bentuk pelatihan dan penyuluhan masyarakat, pendampingan dan pembinaan kelompok tani HR sebanyak 360 unit, pembuatan rancangan model kemitraan sebanyak 40 unit, pembuatan HR seluas 22,86 ribu ha. Terkait dengan pengembangan hutan desa, telah dilakukan fasilitasi pengelolaan hutan desa untuk 1 unit lembaga, penetapan areal kerja hutan desa seluas 2,36 ribu ha, dan fasilitasi kemitraan hutan desa sebanyak 1 unit.
Dalam rangka pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) telah ditetapan HHBK unggulan sebanyak 6 jenis yaitu gaharu di Kabupaten Bangka Belitung provinsi Bangka Belitung, sutera alam di kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat, rotan di kabupaten Katingan, bambu di kabupaten Bangli provinsi Bali, nyamplung di kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah dan lebah madi di kabupaten Sumbawa provinsi NTB. Disamping itu telah difasilitasi pengembangan produksi HHBK, penguatan kelembagaan petani HHBK, dan pengembangan kemitraan industri dan petani HHBK, serta mendorong pengembangan industri pengolahan HHBK.
Kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat yang terkait dengan kegiatan usaha pemanfaatan hutan produksi telah dilakukan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) serta kegiatan bina desa hutan yang dilakukan melalui kemitraan dengan perusahaan pengelola dan pemegang ijin pemanfaatan hutan produksi. Berkaitan dengan kegiatan konservasi sumberdaya alam telah dilakukan pengembangan desa konservasi sebanyak 132 unit. Sedangkan guna memberikan akses masyarakat terhadap usaha ekonomi dibidang kehutanan termasuk aspek permodalannya pada Kementerian Kehutanan telah dibentuk Badan Layanan Umum (BLU) yang akan memberikan fasilitasi kelembagaan serta permodalan kepada masyarakat dalam pengembangan hutan tanaman industri (HTI) dan hutan tanaman rakyat (HTR). Untuk kegiatan tersebut, mulai tahun 2008 pada BLU telah menyediakan dana usaha sebesar Rp.1,4 triliun dan untuk tahun 2009 akan ditingkatkan menjadi sebesar Rp.1,7 triliun.
Pemantapan Kawasan Hutan
Implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang kelima yaitu Pemantapan Kawasan Hutan yang dilaksanakan melalui Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan dan Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan adalah pengukuhan dan penatagunaan kawasan hutan dan pembentukan wilayah pengelolaan dan perubahan kawasan hutan dengan kegiatan utama pembangunan kesatuan pengelolaan hutan (KPH). Sedangkan kegiatan-kegiatan yang merupakan pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, meliputi pengembangan rencana dan statistik kehutanan, inventarisasi hutan dan pengembangan informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta perencanan dan pembinaan prakondisi pengelolaan hutan.
18 |Kementerian Kehutanan
Dalam rangka penetapan kawasan hutan, sampai dengan akhir tahun 2008 telah diselesaikan kajian terhadap perubahan kawasan hutan di 12 provinsi dan penyusunan draft peta penunjukkan kawasan hutan sebanyak 8 provinsi, yaitu Riau dan Kalimantan Tengah serta 6 provinsi pemekaran Maluku Utara, Papua Barat, Riau, Bangka Belitung, Sulawesi Barat, dan Banten. Sedangkan provinsi-provinsi yang belum dilakukan penyelesaian paduserasi dan penunjukkan kawasan hutan diharapkan dapat diselesaikan dalam tahun 2009. Untuk kegiatan penataan batas kawasan hutan, realisasi pembuatan tata batas dari tahun 2004 sampai dengan 2008 adalah sepanjang 2.340 km. Secara kumulatif sampai dengan triwulan III tahun 2009, pelaksanaan tata batas kawasan hutan yang telah dilaksanakan seluruhnya adalah sepanjang + 219.606 km atau 77,91% dari target sepanjang 282.873 km. Pelaksanaan tata batas diprioritaskan pada kawasan hutan konservasi, hutan lindung dan wilayah-wilayah yang rawan konflik serta perambahan kawasan hutan.
Berkenaan dengan penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan di luar kehutanan, dalam tahun 2008 telah dilakukan penelaahan dan memberikan pertimbangan teknis sebanyak 30 unit lokasi. Jumlah tersebut meningkat 30,4% dibanding kegiatan yang sama pada tahun 2007. Sedangkan penyelesaian kompensasi penggunaan kawasan hutan dalam tahun 2008 telah dilakukan penyelesaian administrasi pada 109 lokasi atau 40% dari jumlah permohonan.
Untuk pelepasan kawasan hutan, hingga tahun 2009 dilakukan pelepasan untuk pemukiman transmigrasi sebanyak 256 unit (956,7 ribu ha) dan tahap ijin prinsip pelepasan sebanyak 438 unit dengan areal seluas 607,30 ribu ha. Sedangkan untuk areal usaha budidaya perkebunan telah diterbitkan keputusan pelepasan kawasan hutan sebanyak 546 unit (4,9 juta ha) dan tahap pencadangan sebanyak 287 unit seluas 4,2 juta ha.
Dalam rangka alih fungsi kawasan hutan, dalam tahun 2008 telah dilakukan pengkajian terpadu pada 8 lokasi, dan penyelesaian tukar menukar kawasan hutan untuk kegiatan pembangunan di luar kehutanan sebanyak 19 lokasi. Disamping itu, telah dilakukan penanganan permasalahan hukum bidang keplanologian kehutanan di 32 lokasi. Guna mengharmoniskan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan proses penggunaan kawasan hutan, dilakukan pemutakhiran dan rekonsiliasi data dengan pihak-pihak terkait melalui rapat koordinasi dan konsultasi.
Guna meningkatkan kapasitas dan pemantapan pengelolaan kawasan hutan dan sebagai implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan, telah dilakukan proses pembentukan kesatuan pengelolaan hutan (KPH) khususnya Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan hutan Produksi (KPHP) di seluruh Indonesia kecuali DKI dan wilayah kerja Perum Perhutani di Pulau Jawa. Sedangkan untuk Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), telah dimulai penyiapan rumusan kebijakan untuk transformasi unit-unit taman nasional menjadi KPHK. Progres pelaksanaan kegiatan sampai dengan tahun 2009 adalah pembuatan Rancang Bangun KPH sebanyak 23 provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat), arahan pencadangan KPH (KPHP dan KPHL) oleh Badan Planologi Kehutanan sebanyak 21 provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat), pengusulan penetapan wilayah KPH (KPHP dan KPHL) oleh Gubernur kepada Menteri Kehutanan sebanyak 14 provinsi (Sumatera Barat, Bangka Belitung, Lampung, D.I Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan barat, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat, Papua,
19 |Kementerian Kehutanan
Papua Barat), dan penetapan wilayah KPH oleh Menteri Kehutanan sebanyak 10 provinsi yaitu (Sumatera Barat, Bangka Belitung, D.I Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Papua, dan Papua Barat).
Implementasi pembangunan KPH di lapangan ditempuh melalui pendekatan pembangunan KPH model yang pada hakekatnya merupakan KPH persiapan menuju KPH yang operasional. Target pembangunan KPH model dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah satu unit di tiap provinsi atau sebanyak 23 unit di 22 provinsi (khusus Provinsi Kalimantan Selatan terdapat 2 unit KPH) yang terdiri dari KPHK sebanyak 2 unit, KPHL 6 unit dan KPHP 15 unit.
Untuk mendukung keseluruhan kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan telah dilakukan pengembangan informasi sumberdaya hutan tingkat nasional, tingkat wilayah dan tingkat unit pengelolaan, penyediaan data dasar antara lain berupa input dan updating data spasial, pembuatan peta tematik serta pengembangan database pengukuhan kawasan hutan, dan pembangunan jaringan sistem informasi kehutanan.
Pendukung Kebijakan Prioritas
Dalam rangka meningkatkan kapasitas pelaksanaan 5 (lima) kebijakan prioritas pembangunan kehutanan di atas, telah dilakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mendukung pelaksanaan kebijakan dimaksud berupa penyelenggaraan tata administrasi pemerintahan, pengembangan SDM, penelitian dan pengembangan, serta pengawasan dan pengendalian. Aspek-aspek penyelenggaraan dukungan pelaksanaan kebijakan prioritas tersebut dilaksanakan melalui Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik, Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara, Program Penelitian dan Pengembangan Iptek, dan Program Pendidikan Kedinasan.
Bagian dari pelaksanaan Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik adalah pelaksanaan tugas-tugas rutin administrasi tata kepemerintahan berupa pembinaan dan pengembangan pegawai serta operasionalisasi perkantoran pada seluruh unit kerja di lingkup Kementerian Kehutanan. Kegiatan-kegiatan lain yang merupakan fungsi pemerintahan umum antara lain pengelolaan barang milik negara, pengelolaan administrasi keuangan, penyelenggaraan perencanaan, monitoring dan evaluasi, penyempurnaan dan pengembangan peraturan perundangan-undangan serta organisasi, penyelenggaraan kerjasama internasional, pengembangan informasi kehutanan, pengendalian pembangunan kehutanan, serta pengembangan dan pembinaan standardisasi dan lingkungan kehutanan.
Untuk meningkatkan ketertiban dalam penyelenggaraan tata kelola administrasi pemerintahan dan pembangunan di lingkup Kementerian Kehutanan, setiap tahun dilakukan baik audit kinerja maupun audit khusus. Disamping itu, telah dilakukan review laporan keuangan dan tindak lanjut hasil audit.
Dalam bidang penelitian dan pengembangan (litbang) kehutanan, telah dilakukan banyak kegiatan yang hasilnya berupa paket informasi ilmiah, paket teknologi terapan, dan policy brief untuk masukan pembuatan kebijakan maupun perbaikan dalam berbagai aspek pengelolaan hutan. Pencapaian kegiatan litbang kehutanan tahun 2008 antara lain berupa penyediaan produk Iptek untuk peningkatan kualitas hutan produksi, rehabilitasi lahan kritis, reklamasi lahan bekas tambang, peningkatan kualitas dan produksi hutan tanaman melalui bioteknologi dan pemuliaan tanaman hutan, pengelolaan DAS, pengelolaan kawasan konservasi dan pelestarian keanekaragaman hayati, pengembangan hutan rakyat, budidaya dan pemanfaatan HHBK, teknologi pengolahan hasil hutan, pemanfaatan jasa hutan terutama air dan karbon, serta informasi ilmiah yang terkait dengan dinamika ekosistem hutan dan sifat dasar hasil hutan. Guna memasyarakatkan hasil-hasil litbang kehutanan serta meningkatkan kualitas hasil
20 |Kementerian Kehutanan
litbang, dalam tahun 2008 telah dilakukan gelar teknologi, pameran, publikasi ilmiah, kerjasama kelitbangan, serta sertifikasi manajemen mutu organisasi dan laboratorium.
Dalam rangka memperkuat kapasitas masyarakat dalam pengelolaan hutan telah dilakukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui kegiatan penyuluhan kehutanan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (PPK), sampai dengan tahun 2008 di tingkat provinsi telah terbentuk 21 unit Badan Koordinasi Penyuluhan. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota telah terbentuk Badan Penyuluhan pada 223 kabupaten/kota. Selain itu, untuk meningkatkan kapasitas penyuluhan, kepada seluruh pejabat fungsional Penyuluh Kehutanan diberikan biaya/dana operasional bulanan serta peningkatan sarana dan prasarana penyuluhan berupa kendaraan operasional roda 2 (motor) serta perangkat media penyuluhan.
Upaya untuk meningkatkan kualitas SDM dalam pengelolaan hutan antara lain dilakukan melalui proses pendidikan dan pelatihan (diklat). Kegiatan diklat yang diselenggarakan oleh Kementerian Kehutanan ditujukan bagi pegawai Kementerian Kehutanan, pegawai kehutanan pada satuan kerja perangkat daerah kehutanan (provinsi dan kabupaten/kota), pegawai pada instansi pemerintah terkait di luar Kementerian Kehutanan, serta masyarakat yang menjadi para pihak pada sektor kehutanan. Guna menyiapkan tenaga teknis terampil tingkat menengah, mulai tahun 2008 telah dirintis penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan sebanyak 5 unit yang berlokasi di Pekanbaru Provinsi Riau, Kadipaten Provinsi Jawa Barat, Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, dan Manokwari Provinsi Papua Barat.
C. Organisasi
Secara struktur Kementerian Kehutanan saat ini terdiri dari 8 unit eselon I-A, meliputi 1 unit Sekretariat Jenderal, 1 unit Inspektorat Jenderal, 4 unit Direktorat Jenderal, dan 2 unit Badan. Selain itu terdapat unit eselon I-B, terdiri dari 5 bidang Staf Ahli Menteri (SAM) dan 3 bidang Staf Khusus Menteri (SKM). Tiap unit eselon I-A membawahi beberapa unit eselon II-A, serta unit pelaksana teknis (UPT) setingkat unit eselon II-B dan III-A. Struktur organisasi jabatan unit eselon I lingkup Kementerian Kehutanan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 5. Struktur Organisasi Jabatan lingkup Kementerian Kehutanan
Menteri Kehutanan
Sekretaris Jenderal Inspektur Jenderal
Dirjen Planologi
Kehutanan
Staf Ahli Menteri (SAM) Kehutanan: 1. Bidang Revitalisasi Industri Kehutanan 2. Bidang Ekonomi dan Perdagangan Internasional 3. Bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim 4. Bidang Hubungan Antar Lembaga 5. Bidang Keamanan Hutan
Staf Khusus Menteri (SKM) Kehutanan: 1. Bidang SDM dan Reformasi Birokrasi 2. Bidang Sosial 3. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Dirjen Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam
Dirjen Bina Pengelolaan
DAS dan Perhutanan Sosial
Dirjen Bina Usaha Kehutanan
Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Kehutanan
Badan Litbang Kehutanan
21 |Kementerian Kehutanan
D. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi saat ini dan menjadi landasan dalam perumusan dan penetapan program, kegiatan dan sasaran/target dalam menetapkan indikator kinerja, adalah sebagai berikut:
1. Belum semua kawasan hutan dilakukan tata batas baik batas luar maupun batas fungsi. 2. Belum semua kawasan hutan dikelola dalam unit-unit pengelolaan, khususnya pada
kawasan hutan produksi dan hutan lindung di luar Pulau Jawa. 3. Tingginya gangguan keamanan hutan baik terhadap kawasan maupun hasil-hasilnya,
termasuk ancaman kebakaran hutan dan lahan. 4. Sebagian masyarakat belum memahami pentingnya upaya-upaya konservasi sumberdaya
alam, khususnya dalam konteks pelestarian jenis-jenis flora dan fauna serta lingkungan abiotiknya.
5. Lahan kritis termasuk kategori sangat kritis masih luas yang berdampak pada menurunnya daya dukung DAS, terutama dalam kaitannya dengan sistem tata air dalam hubungannya dengan masalah bencana banjir, kekeringan dan tanah longsor.
6. Belum optimalnya pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwata alam guna memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi jasa hutan.
7. Kesenjangan antara suply dan demand bahan baku industri kehutanan, khususnya kayu, yang belum secara optimal disediakan dari hutan tanaman industri dan hutan rakyat, disamping masih rendahnya efisiensi produksi industri hasil hutan.
8. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) serta produk dari hutan rakyat dan hutan kemasyakatan secara struktur belum secara nyata mendorong pengembangan/pemberdayaan perekonomian masyarakat.
9. Minat investasi di bidang kehutanan yang kurang kondusif karena sering terhambat oleh permasalahan tenurial, tumpang tindih peraturan (pusat dengan daerah), dan kurangnya insentif permodalan, perpajakan dan retribusi.
10. Kurangnya data informasi kehutanan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan para pihak.
11. Pengembangan Iptek kehutanan belum secara optimal menunjang untuk kebutuhan informasi dalam menetapkan kebijakan dan operasionalisasi teknis pengelolaan hutan di lapangan.
12. Kapasitas kelembagaan kehutanan yang masih terbatas termasuk kapasitas (kualitas dan kuantitas) sumberdaya manusia SDM, baik pada tatanan pemerintah terutama pemerintah kabupatan/kota, serta masyarakat khususnya yang berada di dalam dan sekitar kawasan hutan.
E. Kondisi Yang Diinginkan
Pada prinsipnya secara garis besar kondisi sumberdaya hutan yang diinginkan dalam lima tahun mendatang adalah makin membaiknya kualitas sumberdaya hutan dan meningkatnya manfaat hutan. Indikator membaiknya kualitas sumberdaya hutan adalah menurunnya deforestasi dan degradasi hutan serta terselenggaranya upaya-upaya rehabilitasi. Sedangkan indikator meningkatnya manfaat hutan ditandai dengan meningkatnya kontribusi hutan terhadap perekonomian nasional berupa pendapatan domestik bruto (PDB), penyediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha masyarakat, serta meningkatnya kualitas lingkungan hidup termasuk dalam konteks mitigasi dan adaptasi perubahan iklim global.
Berdasarkan kluster fungsi hutan, kondisi sumberdaya hutan serta kelembagaan yang diinginkan adalah:
22 |Kementerian Kehutanan
Ekologi
1. Terpeliharanya kawasan hutan dan berkurangnya laju deforestasi sumberdaya hutan.
2. Kawasan hutan yang mantap melalui koordinasi dan sinkronisasi tata ruang, pengukuhan dan opimalisasi tata guna hutan, antara lain dalam mendukung pembangunan infrastruktur.
3. Keberadaan dan penutupan hutan terjamin sesuai dengan fungsinya (konservasi, lindung dan produksi), termasuk dalam kaitannya dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
4. Proses ekosistem esensial berjalan optimal serta keanekaragaman hayati dan sumberdaya hutan terjaga, serta terpulihkannya ekosistem hutan rawa dan gambut.
5. Menurunnya gangguan keamanan hutan dan hasil hutan serta berkurangnya kejadian kebakaran hutan dan lahan.
6. Daerah aliran sungai (DAS) berfungsi secara optimal sehingga dapat mengurangi resiko bencana alam berupa banjir, longsor dan kekeringan.
7. Kawasan hutan tetap dikelola oleh institusi permanen pada tingkat tapak.
Ekonomi
1. Kontribusi kehutanan terhadap pendapatan produk domestik bruto (PDB) dari hasil hutan kayu, bukan kayu dan jasa lingkungan meningkat secara proporsional dan bertahap.
2. Penyerapan tenaga kerja pada bidang pemanfaatan hutan, industri pengolahan hasil hutan, konservasi dan jasa lingkungan meningkat.
3. Pendapatan riil masyarakat yang berusaha dalam pemanfaatan produk dan jasa hutan dan kehutanan, terutama yang berada di dalam dan sekitar hutan semakin baik.
4. Aneka usaha kehutanan oleh usaha kecil, menengah, koperasi dan masyarakat semakin luas, serta terjalin hubungan usaha besar, menengah, kecil, koperasi dan masyarakat yang makin harmonis dan terintegrasi.
5. Tercukupinya kebutuhan bahan baku industri kehutanan secara berkelanjutan.
6. Ekspor komoditas hasil hutan dan industri pengolahan hasil hutan terus meningkat.
Sosial
1. Manfaat hutan bagi masyarakat meningkat dan terdistribusi secara berkeadilan.
2. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan meningkat secara proporsional.
3. Akses masyarakat khususnya masyarakat lokal dan masyarakat adat secara proporsional terakomodir.
4. Kualitas kesejahteraan masyarakat (kesehatan, pendidikan, perumahan, lingkungan, dll) di dalam dan sekitar hutan semakin baik, termasuk dalam kaitannya dengan upaya-upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal terutama di kawasan perbatasan.
Kelembagaan
1. Terwujudnya reformasi birokrasi pada Kementerian Kehutanan dan instansi kehutanan pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, dan kota), sehingga organisasi berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Kelembagaan pengelolaan hutan pada tingkat lapangan dalam kesatuan pengelolaan hutan makin mantap.
23 |Kementerian Kehutanan
3. Regulasi dan kebijakan cukup memadai dan berjalan efektif.
4. Lembaga non pemerintah menjadi bagian penting dalam pembangunan kehutanan.
5. Jejaring kerja terbangun secara memadai.
6. Sumberdaya manusia kehutanan pada sektor pemerintah dan masyarakat kualitasnya terus meningkat.
7. Pengawasan dan pengendalian berjalan efektif.
8. Tersedia produk Iptek yang handal dalam pengelolaan hutan.
9. Tersedia dukungan sarana dan prasarana serta dana yang cukup dan profesional.
24 |Kementerian Kehutanan
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN TAHUN 2010-2014
A. Visi, Misi dan Tujuan
Hutan di Indonesia yang sangat luas merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan warisan kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Karunia dan warisan ini perlu dikelola secara bijak, terencana, optimal dan bertanggung jawab sesuai dengan daya dukungnya, serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup guna menjamin pemanfaatan hutan berkelanjutan, yang ditujukan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan di masa kini dan masa mendatang. Pernyataan ini mengandung nilai-nilai yang menjadi asas pembangunan kehutanan sekaligus tujuan pemanfaatan sumberdaya hutan. Pemanfaatan sumberdaya hutan ini harus dilaksanakan berdasarkan rasionalitas dan optimalitas yang dilaksanakan secara bertanggung jawab guna menjamin kelestarian dan keseimbangan ekosistem, serta pembangunan berkelanjutan secara berkeadilan.
Hutan bukan hanya sekedar sekumpulan pepohonan yang mampu menyediakan kayu, akan tetapi sebagai ekosistem penyangga kehidupan. Hutan Indonesia juga bukan saja sebagai penyangga kehidupan bagi masyarakat setempat, melainkan penyangga kehidupan bagi masyarakat seluruh bangsa, dan bahkan komunitas global. Hal tersebut dikarenakan hutan di Indonesia memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sumberdaya alam lainnya, antara lain:
1. Keanekaragaman sumberdaya hayati. Di dalam hutan tropika terdapat beraneka ragam kehidupan yang secara bersama-sama membentuk mata rantai kehidupan yang bermanfaat bagi manusia. Berbagai macam species flora dan fauna serta sistem abiotik yang membentuk hutan, memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan di muka bumi. Guna mempertahankan kelimpahan keanekaragaman hayati tersebut memerlukan ruang dalam luasan tertentu yang bukan saja untuk mencapai ukuran ekonomi (economies of size), tetapi juga agar mata rantai kehidupan dapat berjalan normal.
2. Keragaman peluang pemanfaatan. Hutan tropika yang dikenal sebagai mega diversity menyimpan banyak peluang manfaat dan menciptakan peluang usaha yang tidak terkira jumlahnya. Saat ini kemampuan kita untuk memanfaatkan kekayaan alam hutan Indonesia masih terbatas, sehingga masih lebih banyak lagi peluang pemanfaatan yang belum tergali, dan bahkan belum diketahui. Pengalaman memperlihatkan, bahwa kekenyalan usaha kehutanan adalah karena adanya keanekaragaman hayati. Pada mulanya pemanfaatan hasil hutan hanya berupa kayu yang bersifat komersial. Sejalan dengan kemajuan Iptek, jenis kayu-kayuan yang pada saat dulu belum memiliki nilai ekonomi atau sebagai lesser known species, saat ini memiliki nilai ekonomi tinggi atau sangat tinggi, dan bahkan hasil hutan bukan kayu serta berbagai satwa liar seperti kupu-kupu sampai dengan gajah, dan jasa lingkungan memberikan nilai ekonomi yang sangat besar. Oleh karena itu, keberadaan keanekaragaman hayati perlu dijamin guna kelangsungan pemanfaatan sumberdaya hutan bagi sebesar-besar kesejahteraan manusia.
3. Kepentingan antar generasi. Hutan bukanlah warisan dari generasi terdahulu kepada generasi sekarang, melainkan generasi masa kini “meminjam” kepada generasi mendatang. Oleh karena itu, generasi mendatang berhak mendapatkan warisan dengan kondisi hutan yang yang sama, bahkan lebih baik, dari generasi sekarang. Dengan demikian pemanfaatan sumberdaya hutan oleh generasi sekarang harus selaras dengan keperluan dan kepentingan generasi mendatang.
4. Memerlukan waktu yang panjang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui apabila pemanfaatannya tidak melampai daya dukungnya. Akan tetapi, untuk memulihkan nilai hutan yang sudah mengalami kerusakan memerlukan waktu yang
25 |Kementerian Kehutanan
relatif panjang. Lamanya waktu proses pemulihan ini menyebabkan tingginya resiko dan ketidakpastian untuk mendapatkan investasi. Terlebih lagi manakala faktor keterpencilan menjadi pertimbangan investasi karena pada umumnya hutan-hutan terletak di daerah yang dukungan sarana dan prasarannya masih sangat terbatas.
5. Kepentingan umum. Manfaat keberadaan hutan diperlukan oleh semua lapisan masyarakat di dalam satu negara bahkan masyarakat di negara lain sekalipun. Hutan bukan saja memberikan hasil berupa barang, tetapi juga memberikan jasa, seperti supply oksigen, tata air dan penyerapan serta penyimpanan karbon. Dengan demikian, sumberdaya hutan dapat digolongkan sebagai common property resources, yang keberadaannya menjadi tanggung jawab semua pihak.
6. Interaksi dengan masyarakat. Adalah realita sosial bahwa di sekitar hutan terdapat komunitas yang peri kehidupannya berinteraksi dengan keberadaan hutan. Didalam lingkungan komunitas tersebut terdapat nilai-nilai dan norma-norma budaya yang berpotensi untuk mendukung pengelolaan hutan secara lestari. Oleh karena itu, pengelolaan sumberdaya hutan tidak dapat meniadakan realita interaksi masyarakat dengan hutan.
Karakter-karakter sumberdaya hutan di Indonesia di atas menunjukan bahwa hutan mempunyai kedudukan, fungsi, dan peran yang sangat penting dan teramat vital bagi kehidupan sosial budaya, perekonomian, serta kelestarian dan kualitas lingkungan hidup. Dengan demikian, pengelolaan sumberdaya hutan harus dilakukan secara lestari guna memenuhi fungsi sosial, ekonomi dan ekologi secara bersama-sama dan optimal.
Berangkat dari kondisi sumberdaya hutan di Indonesia ini, maka dalam Rencana Strategi Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 ditetapkan visi yang ingin diwujudkan dalam lima tahun kedepan. Visi tersebut merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai oleh Kementerian Kehutanan pada akhir tahun 2014. Guna mewujudkan visi tersebut, ditetapkan upaya-upaya yang sistematis yang dituangkan sebagai misi Kementerian Kehutanan. Dalam rangka menyelaraskan penyelenggaraan pembangunan kehutanan yang menjadi bagian dari proses pembangunan nasional, maka perumusan visi dan misi Kementerian Kehutanan, mengacu pada kerangka umum pembangunan nasional yang dituangkan dalam RPJMN Tahun 2010-2014, serta tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Kehutanan.
Berdasarkan arahan umum kerangka pembangunan nasional, tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan, serta permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan kehutanan dalam lima tahun kedepan, maka visi Kementerian Kehutanan tahun 2010-2014 dalam penyelenggaraan pembangunan kehutanan adalah:
“ Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkeadilan “
Untuk mewujudkan visi di atas, maka misi dan tujuan masing-masing misi, ditetapkan sebagai berikut:
1. Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta kualitas data dan informasi kehutanan. Misi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepastian kawasan hutan sebagai dasar penyiapan prakondisi pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari.
2. Meningkatkan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL). Misi tersebut bertujuan untuk meningkatkan optimalisasi pengelolaan hutan produksi.
3. Memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam. Misi tersebut bertujuan menurunkan gangguan keamanan hutan dan hasil hutan dalam penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.
26 |Kementerian Kehutanan
4. Memelihara dan meningkatkan fungsi dan daya dukung daerah aliran sungai (DAS). Misi ini bertujuan meningkatkan kondisi, fungsi dan daya dukung daerah aliran sungai (DAS), sehingga dapat mengurangi resiko bencana alam, dan dikelola secara berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Menyediakan teknologi dasar dan terapan. Misi ini bertujuan untuk menyediakan informasi ilmiah dalam pengelolaan hutan lestari, baik dalam tatanan perumusan kebijakan maupun kegiatan teknis pengelolaan hutan di lapangan.
6. Memantapkan kelembagaan penyelenggaraan tata kelola kehutanan Kementerian Kehutanan. Tujuan utama misi ini adalah penyediaan perangkat peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan hutan lestari, peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) bidang kehutanan dan terlaksananya tertib administrasi pada Kementerian Kehutanan.
7. Mewujudkan sumberdaya manusia kehutanan yang profesional. Misi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas SDM kehutanan yang profesional melalui pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kehutanan.
B. Nilai Dasar Rimbawan
Dalam rangka penyelenggaraan kehutanan sebagai bagian dari pembangunan nasional dan untuk perwujudan serta menjunjung tinggi moral dan etika sebagai insan yang mengemban tugas dalam pengelolaan hutan, sesuai dengan Surat Edaran Menteri Kehutanan Nomor SE.01/Menhut-II/2008 telah ditetapkan 9 (sembilan) Nilai Dasar Rimbawan, meliputi: 1) jujur, 2) tanggung jawab, 3) disiplin, 4) Ikhlas, 5) visioner, 6) adil, 7) Peduli, 8) Kerjasama, dan 9) Profesional. Nilai dasar tersebut merupakan spirit dan jiwa para rimbawan khususnya yang bertugas pada jajaran Kementerian Kehutanan, dalam menyelenggarakan masing-masing tugas dan tanggungjawabnya.
C. Analisis Strategis
Terhadap kondisi saat ini, ruang lingkup tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan dan permasalahan dalam pembangunan kehutanan, maka dirumuskan analisis strategis sebagaimana pada tabel di bawah. Tabel 1 di bawah merupakan analisis terhadap lingkungan strategis berupa lingkungan internal meliputi kekuatan (stengthen) dan kelemahan (weakness), serta lingkungan eksternal meliputi peluang (opportunity) dan ancaman (threat).
27 |Kementerian Kehutanan
Tabel 1. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan: 1. Kementerian Kehutanan
memiliki kewenangan dalam pengurusan hutan
2. Kepastian pembiayaan dari APBN
3. Kawasan hutan yang luas dengan keanekaragaman hayati tinggi
4. Tersedia sarana dan prasarana pengelolaan kawasan hutan (gedung, kendaraan dan perlengkapan lainnya)
5. Peraturan perundangan dalam pengurusan hutan
Kelemahan: 1. Laju deforestasi dan degradasi
yang cukup tinggi, luasnya lahan kritis dan LOA, serta masih banyaknya Hotspot , penebangan liar dan peredaran TSL illegal
2. Resiko investasi yang tinggi karena jangka waktunya panjang
3. Produksi kayu dari hutan alam yang cenderung turun
4. Kapasitas SDM dalam pengelolaan hutan masih rendah
5. Ekosistem tropika yang unik dan rapuh, serta remote area
Peluang: 1. Tumbuhnya investasi hutan alam,
hutan tanaman dan industri 2. Lapangan kerja di Sektor Kehutanan
yang cenderung meningkat 3. Semakin tingginya komitmen
terhadap pengurusan hutan dari kementerian / lembaga lain
4. Pendanaan APBN yang semakin berorientasi terhadap kinerja
5. Dana dan bantuan luar negeri untuk membantu pengurusan hutan
Strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang: 1. Revitalisasi pemanfaatan hutan
dan industri kehutanan 2. Peningkatan kemandirian
masyarakat dalam pengelolaan hutan
3. Mendorong investasi dalam usaha di bidang kehutanan
4. Pengembangan keanekaragaman hayati dan meningkatkan pemanfaatan HHBK dan TSL
5. Peningkatan pendanaan pembangunan
Strategi menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang: 1. Rehabilitasi hutan dan
peningkatan daya dukung DAS 2. Revitalisasi industri kehutanan 3. Reformasi birokrasi 4. Menyediakan insentif dan
kemudahan dalam usaha dibidang kehutanan
5. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan
Ancaman: 1. Konflik lahan dan tekanan terhadap
kawasan konservasi semakin menganggu peran hutan sebagai penyangga kehidupan dan menimbul-kan fragmentasi habitat satwa.
2. Pemekaran wilayah yang membutuh kan penyediaan lahan
3. Tingginya jumlah penduduk yang tertinggal disekitar hutan
4. Ketidakseimbangan antara kebutuhan konsumsi dan penyediaan produk HH
5. Pengelolaan DAS dan kelembagaan pengelolaan DAS masih lemah
Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman: 1. Pemantapan kawasan hutan
untuk menjamin pengelolaan hutan lestari
2. Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
3. Penguatan kapasitas pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota) dalam pengelolaan hutan
4. Pengamanan hutan dan penanggulangan kebakaran hutan
5. Desentralisasi kehutanan
Strategi memperkecil kelemahan untuk mengatasi ancaman: 1. Penguatan kelembagaan
kehutanan 2. Pemberdayaan masyarakat di
sekitar hutan 3. Rasionalisasi luas kawasan
hutan 4. Peningkatan kapasitas penegak
hukum dalam penanggulangan gangguan kawasan hutan
5. Peningkatan hasil hutan bukan kayu (HHBK)
Berdasarkan analisis lingkungan strategi, maka dilakukan penilaian hasil identifikasi dengan hasil sebagaimana pada Tabel 2 berikut.
28 |Kementerian Kehutanan
Tabel 2. Penilaian Hasil Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Identifikasi penilaian
Keterkaitan
Jumlah Urutan Visi
Misi Nilai
1 2 3 4 5 6 7
Kekuatan – Peluang
Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan
4 3 4 4 2 2 2 3 3 27 5
Peningkatan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan hutan
2 2 2 3 3 2 2 2 2 20 12
Mendorong investasi dalam usaha di bidang kehutanan
2 1 4 2 2 2 1 2 2 18 14
Pengembangan keanekaragaman hayati dan meningkatkan pemanfaatan HHBK dan TSL
4 1 2 3 2 3 2 2 2 21 11
Peningkatan pendanaan pembangunan 2 2 2 2 1 2 2 2 2 17 15
Kelemahan – Peluang
Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS
4 3 3 4 4 3 3 4 2 30 2
Revitalisasi industri bidang kehutanan 4 3 4 2 2 2 2 2 2 24 8
Reformasi birokrasi 3 2 2 2 1 2 3 2 2 19 13
Menyediakan insentif dan kemudahan dalam usaha dibidang kehutanan
4 3 4 2 2 2 2 2 2 23 9
Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan
2 1 1 2 2 2 2 2 16 16
Kekuatan – Ancaman
Pemantapan kawasan hutan untuk menjamin pengelolaan hutan lestari
4 4 3 3 4 3 3 4 3 31 1
Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
4 4 3 4 3 2 2 3 3 28 4
Penguatan kapasitas pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota) dalam pengelolaan hutan
2 2 2 1 1 1 2 2 2 15 17
Pengamanan hutan dan penanggulangan kebakaran hutan
4 3 4 4 3 3 2 4 2 29 3
Destralisasi kehutanan 1 1 1 1 2 2 2 2 2 14 18
Kelemahan - Ancaman
Penguatan kelembagaan kehutanan 2 2 2 2 3 3 4 4 3 25 7
Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan 4 3 3 3 3 2 2 4 2 26 6
Rasionalisasi luas kawasan hutan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 20
Peningkatan kapasitas penegak hukum dalam penanggulangan gangguan kawasan hutan
2 1 1 2 1 1 1 2 2 13 19
Peningkatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) 3 3 3 2 3 2 2 2 2 22 10
Tabel 3. Langkah-Langkah Strategis
29 |Kementerian Kehutanan
No. Kebijakan Program Kegiatan
1. Pemantapan kawasan hutan
Program Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan
• Penyusunan Rencana Makro Kawasan • Pembangunan KPH • Pengukuhan kawasan hutan • Inventarisasi dan pemantauan sumberdaya hutan • Pengendalian penggunaan kawasan hutan untuk
pembangunan di luar kegiatan kehutanan • Penyiapan pemantapan kawasan hutan
2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS
Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
• Pengembangan Perbenihan Tanaman Hutan • Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan DAS • Pengembangan Perhutanan Sosial • Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
dan Reklamasi Hutan • Perencanaan, penyelenggaraan RHL,
pengembangan kelembagaan dan evaluasi DAS • Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan
evaluasi hutan mangrove • Penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan • Pengembangan persuteraan alam
3. Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan
Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
• Penyidikan dan Pengamanan Hutan • Pengendalian Kebakaran Hutan • Pengembangan dan pengelolaan TN • Pengembangan pengelolaan KSDA
4. Konservasi keanekaragaman hayati
Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
• Pengembangan Kawasan Konservasi Kawasan, Ekosistem Esensial dan Pembinan Hutan Lindung
• Pengembangan Konservasi Spesies dan Genetik • Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan • Pengembangan dan pengelolaan TN • Pengembangan pengelolaan KSDA
5.
Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan
Program Peningkatan Usaha Kehutanan
• Perencanaan Pemanfaatan dan Peningkatan Usaha Kawasan Hutan
• Peningkatan Usaha Hutan Alam • Peningkatan Usaha Hutan Tanaman • Peningkatan Tertib Peradaran Hasil Hutan dan
Iuran Kehutanan • Peningkatan Usaha Industri Primer Kehutanan
6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan
Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
• Pengembangan Perhutanan Sosial
Program Peningkatan Usaha Kehutanan
• Peningkatan Usaha Hutan Alam • Peningkatan Usaha Hutan Tanaman
Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
• Pengembangan Kawasan Konservasi Kawasan, Ekosistem Esensial dan Pembinan Hutan Lindung
• Pengembangan dan pengelolaan TN • Pengembangan pengelolaan KSDA
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan
• Pengelolaan Keuangan, Penyaluran dan Pengembalian Dana Bergulir Pembiayaan Pembangunan Kehutanan
Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan
• Pengembangan penyuluhan kehutanan • Pelayanan penyuluhan kehutanan
D. Sasaran Strategis
30 |Kementerian Kehutanan
Sasaran strategis merupakan ukuran kinerja pencapaian misi sesuai dengan tujuannya. Sasaran strategis Kementerian Kehutanan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi sampai dengan akhir tahun 2014 adalah sebagai berikut:
1. Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 kilometer yang meliputi batas luar dan batas fungsi kawasan hutan.
2. Wilayah kesatuan pengelolaan hutan (KPH) ditetapkan di setiap provinsi dan beroperasinya 120 KPH (20% wilayah KPH yang telah ditetapkan).
3. Data dan informasi sumberdaya hutan tersedia sebanyak 5 judul. 4. Areal tanaman pada hutan tanaman bertambah seluas 2,65 juta ha. 5. Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan atau Restorasi
Ekosistem (IUPHHK-HA/RE) pada areal bekas tebangan (logged over area/LOA) seluas 2,5 juta ha.
6. Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat sebesar 50%. 7. Jumlah hotspot kebakaran hutan menurun 20% setiap tahun, dan penurunan konflik,
perambahan kawasan hutan, illegal logging dan wildlife trafikcing sampai dengan di batas daya dukung sumberdaya hutan.
8. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat.
9. Rencana pengelolaan DAS terpadu sebanyak 108 DAS prioritas. 10. Tanaman rehabilitasi pada lahan kritis di dalam DAS prioritas seluas 2,5 juta ha. 11. Terbangunnya Hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha. 12. Terbangunnya Hutan desa seluas 500.000 ha. 13. Penyediaan teknologi dasar dan terapan sulvikultur, pengolahan hasil hutan, konservasi
alam dan sosial ekonomi guna mendukung pengelolaan hutan lestari sebanyak 25 judul. 14. Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama
dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat. 15. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan
lainnya minimal sebanyak 15.000 orang peserta. 16. Penanganan perkara, pemulihan hal-hak negara bidang kehutanan minimal menang
sebesar 80% di akhir tahun 2014. 17. Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahunan “wajar tanpa pengecualian”
mulai laporan keuangan tahun 2011. 18. Kelemahan administrasi dan pelanggaran terhadap peraturan perundangan diturunkan
sampai 50%, serta potensi kerugian negara diturunkan hingga 25%.
31 |Kementerian Kehutanan
BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Kerangka posisi dan peran pembangunan kehutanan dalam arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, dititik beratkan pada prioritas pembangunan Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana. Fokus prioritas pembangunan tersebut diarahkan pada upaya-upaya yang berkaitan dengan konservasi sumberdaya hutan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang berkelanjutan, disertai penguasaan dalam pengelolaan resiko bencana guna mengantisipasi perubahan iklim.
Substansi inti pelaksanaan prioritas pembangunan Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana dalam RPJMN 2010-2014 yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan meliputi :
1. Perubahan iklim. Indikator penting dalam substansi inti ini adalah:
a. Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut. Indikator dimaksud diwujudkan secara langsung maupun tidak langsung melalui penyelenggaraan kegiatan penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan, dan reklamasi hutan di DAS prioritas.
b. Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500.000 hektar per tahun. Sasaran tersebut secara langsung atau tidak langsung akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan, antara lain:
1) Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan, dan reklamasi hutan di DAS prioritas. 2) Pengembangan perhutanan sosial.
c. Penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh diantaranya melalui kerjasama lintas kementerian terkait serta optimalisasi dan efisiensi sumber pendanaan seperti dana iuran hak pemanfaatan hutan (IHPH), provisi sumberdaya hutan (PSDH), dan dana reboisasi (DR). Kegiatan di lingkup Kementerian Kehutanan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan indikator substansi inti tersebut adalah penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan, dan reklamasi hutan di DAS prioritas.
2. Pengendalian kerusakan lingkungan dengan indikator pencapaian substansi inti dimaksud adalah:
a. Penurunan jumlah hotspot kebakaran hutan sebesar 20% per tahun. Kegiatan yang secara langsung ataupun tidak langsung terkait untuk pencapaian indikator tersebut adalah pengendalian kebakaran hutan.
b. Penghentian kerusakan lingkungan di 13 Daerah Aliran Sungai yang rawan bencana mulai tahun 2010 dan seterusnya. Kegiatan untuk penghentian kerusakan lingkungan adalah pembinaan penyelenggaraan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS).
3. Penanggulangan bencana, dengan indikator berupa peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam usaha pengurangan bahaya kebakaran hutan di 33 provinsi. Kegiatan pada Kementerian Kehutanan yang secara langsung maupun tidak langsung untuk mencapai indikator substansi inti penanggulangan bencana tersebut adalah pengendalian kebakaran hutan.
Selain kegiatan-kegiatan yang terkait langsung dalam pelaksanaan prioritas pembangunan Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan tahun
32 |Kementerian Kehutanan
2010-014 juga terkait dengan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola.
Substansi inti yang terkait dengan prioritas pembangunan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola adalah:
1. Sumber Daya Manusia. Indikator substansi inti ini yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan adalah penyempurnaan pengelolaan pegawai negeri sipil (PNS) yang meliputi sistem rekruitmen, pendidikan, penempatan, promosi, dan mutasi PNS secara terbuka selambat-lambatnya 2011. Kegiatan-kegiatan untuk mencapai indikator substansi inti tersebut adalah:
a. Penyelenggaraan administrasi dan penataan kepegawaian Kementerian Kehutanan. b. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada masing-masing unit
eselon I lingkup Kementerian Kehutanan. c. Penyelenggaraan diklat aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya.
2. Regulasi. Indikator yang terkait dalam substansi inti dimaksud adalah percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundangan di tingkat pusat maupun daerah hingga tercapai keselarasan arah implementasi pembangunan, diantaranya penyelesaian 12.000 peraturan daerah, selambat-lambatnya 2011. Sedangkan kegiatan-kegiatan pada Kementerian Kehutanan untuk mendukung pencapaian indikator substansi inti dimaksud meliputi:
a. Penyelenggaraan dan pembinaan tata hukum dan organisasi Kementerian Kehutanan. b. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada masing-masing unit
eselon I lingkup Kementerian Kehutanan.
3. Penegakan hukum. Indikator yang terkait dengan substansi inti ini adalah peningkatan integrasi dan integritas penerapan dan penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hukum. Sedangkan kegiatan pada Kementerian Kehutanan untuk mendukung indikator substansi inti meliputi :
a. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat I.
b. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat II.
c. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat III.
d. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat IV.
e. Pengawasan Terhadap Kasus Pelanggaran Yang Berindikasi KKN .
Berkenaan dengan prioritas bidang pembangunan dalam RPJMN Tahun 2010-2014, Kementerian Kehutanan berkaitan dengan pelaksanaan prioritas pembangunan Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Untuk pelaksanaan prioritas bidang pembangunan tersebut terdapat 2 (dua) arah utama, yaitu: 1) pemanfaatan sumberdaya alam dalam mendukung pembangunan ekonomi, dan 2) peningkatan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup.
Dalam rangka pemanfaatan sumberdaya alam untuk pembangunan ekonomi, sektor kehutanan termasuk dalam prioritas bidang pembangunan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Prioritas bidang tersebut, pembangunan kehutanan diarahkan pada 3 (tiga) fokus prioritas, yaitu:
33 |Kementerian Kehutanan
1. Peningkatan produksi dan produktivitas untuk memenuhi ketersediaan pangan dan bahan baku industri dari dalam negeri. Kegiatan untuk melaksanakan fokus prioritas pembangunan bidang tersebut adalah :
a. Peningkatan usaha hutan tanaman. b. Peningkatan usaha hutan alam. c. Perencanaan pemanfaatan dan peningkatan usaha kawasan hutan. d. Peningkatan usaha industri primer kehutanan. e. Pemantauan usaha kehutanan dan pembinaan Ganis Wasganis PHPL. f. Pengembangan perhutanan sosial. g. Pengembangan persuteraan alam.
2. Peningkatan nilai tambah, daya saing dan pemasaran produk pertanian, perikanan dan kehutanan. Kegiatan-kegiatan untuk melaksanakan fokus prioritas pembangunan bidang tersebut adalah:
a. Peningkatan tertib peredaran hasil hutan dan iuran hasil hutan. b. Litbang Keteknikan Hutan dan Pengolahan Hasil Hutan. c. Litbang produktivitas hutan.
3. Peningkatan kapasitas masyarakat pertanian, perikanan dan kehutanan, dengan kegiatan yang berkaitan dengan fokus prioritas tersebut adalah :
a. Pengembangan penyuluhan kehutanan b. Peningkatan pelayanan penyuluhan kehutanan. c. Penyelenggaraan diklat aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya.
Sedangkan dalam upaya peningkatan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup, pembangunan kehutanan termasuk dalam prioritas pembangunan Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Pembangunan kehutanan pada prioritas pembangunan bidang tersebut diarahkan pada 4 (empat) fokus prioritas, yaitu:
1. Pemantapan kawasan hutan. Pada fokus prioritas tersebut akan dilaksanakan 6 (enam) kegiatan, meliputi:
a. Penyusunan rencana makro kawasan hutan. b. Pembangunan kesatuan pengelolaan hutan (KPH). c. Pengukuhan kawasan hutan. d. Inventarisasi dan pemantauan sumberdaya hutan. e. Pengendalian penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar kegiatan
kehutanan. f. Penyiapan pemantapan kawasan hutan.
2. Konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan hutan, dengan 7 (tujuh) kegiatan, yakni:
a. Pengembangan kawasan konservasi, ekosistem esensial dan pembinaan hutan lindung. b. Pengembangan konservasi spesies dan genetik. c. Penyidikan dan pengamanan hutan. d. Pengendalian kebakaran hutan. e. Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan. f. Pengembangan dan Pengelolaan Taman Nasional g. Pengembangan Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Alam.
3. Peningkatan fungsi dan daya dukung daerah aliran sungai (DAS). Pada fokus prioritas pembangunan tersebut akan dilaksanakan 7 (tujuh) kegiatan, yaitu:
a. Pengembangan perbenihan tanaman hutan. b. Pembinaan penyelenggaraan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS).
34 |Kementerian Kehutanan
c. Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan, dan reklamasi hutan di DAS prioritas. d. Perencanaan, penyelenggaraan RHL, pengembangan kelembagaan dan evaluasi DAS. e. Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan evaluasi hutan mangrove. f. Penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan.
4. Pengembangan penelitian dan iptek sektor kehutanan, meliputi:
a. Penelitian dan pengembangan konservasi dan rehabilitasi. b. Penelitian dan pengembangan perubahan iklim dan kebijakan kehutanan
Kegiatan-kegiatan di lingkup Kementerian Kehutanan, selain merupakan kegiatan prioritas
pembangunan nasional serta pembangunan bidang juga merupakan bagian dari pembangunan lintas bidang yang berkaitan dengan mitigasi dan adaptasi perubahan ikim global. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung, yang merupakan respon terhadap upaya-upaya penanggulangan dampak negatif perubahan iklim, antara lain : a. Penyidikan dan pengamanan hutan. b. Pengendalian kebakaran hutan. c. Pengembangan kawasan konservasi, ekosistem esensial dan pembinaan hutan lindung. d. Peningkatan tertib peredaran hasil hutan dan iuran hasil hutan. e. Peningkatan usaha hutan tanaman. f. Peningkatan usaha hutan alam. g. Perencanaan pemanfaatan dan peningkatan usaha kawasan hutan. h. Penyusunan rencana makro kawasan hutan. i. Inventarisasi dan pemantauan sumberdaya hutan. j. Pembangunan kesatuan pengelolaan hutan (KPH). k. Pengendalian penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan. l. Pembinaan penyelenggaraan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS). m. Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan, dan reklamasi hutan di daerah aliran sungai
(DAS) Prioritas. n. Pengembangan perhutanan sosial. o. Penelitian dan pengembangan perubahan iklim dan kebijakan kehutanan. p. Penelitian dan pengembangan konservasi dan rehabilitasi. q. Penyelenggaraan diklat aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya r. Peningkatan pelayanan penyuluhan kehutanan s. Perencanaan, penyelenggaraan RHL, pengembangan kelembagaan dan evaluasi DAS t. Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan evaluasi hutan mangrove u. Pemantauan Usaha Kehutanan dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL v. Pengembangan dan Pengelolaan Taman Nasional w. Pengembangan Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Alam x. Penyiapan Pemantapan Kawasan Hutan
Indikator kegiatan-kegiatan sebagai implementasi dari substansi inti prioritas pembangunan nasional serta berdasarkan prioritas bidang pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam RPJMN Tahun 2010-2014 yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan, selanjutnya diuraikan pada bagian Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Kehutanan.
B. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Kehutanan
1. Kebijakan Prioritas
Guna tetap menjaga serta meningkatkan keberlanjutan pembangunan kehutanan, dalam 5 (lima) tahun kedepan Kementerian Kehutanan menetapkan 6 (enam) kebijakan prioritas pembangunan sektor kehutanan, meliputi:
35 |Kementerian Kehutanan
a. Pemantapan Kawasan Hutan. b. Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS). c. Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan. d. Konservasi Keanekaragaman Hayati. e. Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan. f. Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan.
2. Pogram, Kegiatan dan Indikator Kinerja
Untuk mengimplementasikan kebijakan prioritas pembangunan kehutanan di atas, maka dalam tahun 2010-2014 Kementerian Kehutanan akan melaksanakan 8 pogram, terdiri dari 5 jenis program teknis kehutanan dan 3 jenis program dukungan administratif. Program dan kegiatan-kegiatan serta indikator kinerja utama setiap program dan kegiatan tersebut adalah:
a. Program Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan
Tujuan
Tersedianya data dan informasi sumberdaya hutan serta rencana makro penyelenggaraan kehutanan guna terwujudnya kemantapan kawasan hutan dalam unit-unit kesatuan pengelolaan hutan (KPH), sehingga terdapat pengakuan atas status hukum dan fungsi kawasan hutan, serta terkendalinya penggunaan dan pemanfaatan kawasan.
Outcome/hasil
Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal. Kondisi ini antara lain sebagai prakondisi dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari, serta secara tidak langsung menjadi bagian dalam penanganan terhadap isu-isu perubahan iklim.
Indikator kinerja utama
1) Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul.
2) Ijin pinjam pakai kawasan hutan terlayani 100% secara tepat waktu. 3) Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 4 judul. 4) Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 Km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi
kawasan hutan. 5) Penunjukan kawasan hutan provinsi selesai 100%. 6) Wilayah kesatuan pengelolaan hutan (KPH) ditetapkan di setiap provinsi dan
beroperasinya 120 KPH (20% wilayah KPH yang telah ditetapkan).
Kegiatan-kegiatan
1) Penyusunan Rencana Makro Kawasan Hutan
Output/keluaran dari pelaksanaan kegiatan dimaksud adalah terselenggaranya perencanaan, harmonisasi tata ruang dan sistem jaringan komunikasi data yang tepat dalam mendukung pemantapan kawasan hutan. Sedangkan indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:
a. Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 4 judul. b. Persetujuan substansi teknis kehutanan terhadap usulan revisi tata ruang di 26
provinsi. c. Sistem jaringan komunikasi data kehutanan LAN pusat dan WAN 17 provinsi
sebanyak 1 sistem per tahun.
36 |Kementerian Kehutanan
2) Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
Pelaksanaan kegiatan tersebut akan memberikan output/ keluaran berupa terwujudnya kepastian wilayah kelola KPH dan penyiapan areal pemanfaatan hutan. Indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan Pembangunan KPH meliputi:
a. Keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHL dan KPHP di seluruh Indonesia
b. Beroperasinya 120 KPH (20% KPH yang telah ditetapkan). c. Keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHK di seluruh
Indonesia d. Peraturan perundangan tentang penyelenggaraan KPH sebanyak 4 judul e. Peta areal kerja dan peta pencadangan ijin pemanfaatan hutan selesai 80%.
3) Pengukuhan Kawasan Hutan
Kegiatan di atas akan menghasilkan keluaran (output) berupa terwujudnya kepastian kawasan hutan dan terlaksananya penatagunaan kawasan hutan. Indikator-indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:
a. Terjaminnya tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan.
b. Penunjukan kawasan hutan provinsi selesai (100%). c. Penetapan kawasan hutan yang telah di tata batas temu gelang selesai 75% per
tahun. d. Rekomendasi perubahan fungsi kawasan hutan secara parsial selesai 75% per
tahun. e. SK pelepasan kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun.
4) Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan
Ouput/keluaran pelaksanaan kegiatan inventarisasi dan pemantauan sumberdaya hutan adalah tersedianya data dan informasi sumberdaya hutan seluruh Indonesia yang akurat dan terkini, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul.
b. Data dan informasi sumberdaya hutan pada kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul.
c. Data dan informasi pendugaan carbon kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul.
d. Basis data spasial sumberdaya hutan yang terintegrasi sebanyak 5 kali update. 5) Pengendalian Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan di Luar Kegiatan
Kehutanan
Pelaksanaan kegiatan diatas adalah untuk menghasilkan output/ keluaran berupa terwujudnya penggunaan kawasan hutan sesuai dengan fungsi, peruntukan dan peraturan yang berlaku. Indikator kinerja utama kegiatan tersebut adalah:
a. Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan terlayani 100% secara tepat waktu. b. Wajib bayar tertib membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan minimal 80% per
tahun. c. Data dan informasi penggunaan kawasan hutan di 33 provinsi. d. Peraturan perundangan penggunaan kawasan hutan, 3 judul.
37 |Kementerian Kehutanan
6) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan
Keluaran (output) pelaksanaan kegiatan di atas adalah penyelenggaraan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan berjalan secara efektif dan efisien, baik ditingkat pusat maupun daerah, yang menjadi bagian untuk mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola. Indikator kinerja utama pelaksanaan kegiatan tersebut berupa:
a. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 23 satker.
b. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 23 Satker.
7) Penyiapan Pemantapan Kawasan Hutan Kegiatan ini untuk memfasilitasi kegiatan UPT BPKH seluruh Indonesia, yang outputnya adalah terwujudnya kepastian kawasan hutan dalam mendukung pemantapan kawasan hutan. Indikator kinerja dari kegiatan ini adalah :
a. Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km. b. Neraca sumberdaya hutan di 17 BPKH.
b. Program Peningkatan Usaha Kehutanan
Tujuan
Optimalisasi pengelolaan hutan produksi secara lestari, sehingga meningkatkan produksi dan diversifikasi hasil hutan serta memperluas kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan. Kegiatan-kegiatan serta indikator utama dalam program ini baik langsung maupun tidak langsung respon terhadap isu perubahan iklim.
Outcome/hasil
1. Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan daya saing industri primer hasil hutan.
2. Peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan.
Indikator kinerja utama
1. Areal hutan produksi tertata dalam unit-unit pengelolaan berupa KPHP di 18 provinsi dan usaha pemanfaatan (ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam/hutan tanaman/IUPHHK-HA/HT, IUPHH bukan kayu/IUPHH restorasi ekosistem/IUPHH jasa lingkungan/pemanfaatan kawasan) di 26 provinsi.
2. Produksi dan diversifikasi usaha pemanfaatan pada hutan alam produksi meningkat sebesar 5%, terdiri dari hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan, dan restorasi ekosistem.
3. Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan atau Restorasi Ekosistem (IUPHHK-HA/RE) pada areal bekas tebangan (logged over area/LOA) seluas 2,5 juta ha.
4. Kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman dan intensitas pemanfaatan hutan produksi meningkat (penambahan tanaman pada hutan tanaman seluas 2.650.000 ha).
38 |Kementerian Kehutanan
5. Penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan berjalan secara tertib sesuai ketentuan yang berlaku dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meningkat 10%.
6. Kinerja industri pengolahan hasil hutan meningkat (50% produk bersertifikat legalitas kayu).
Kegiatan-kegiatan
1) Perencanaan Pemanfaatan dan Peningkatan Usaha Kawasan Hutan
Output/keluaran dari pelaksanaan legiatan di atas adalah areal hutan produksi tertata baik dalam kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) maupun unit-unit usaha pemanfaatan hutan produksi. Indikator kinerja utama terwujudnya output dimaksud adalah:
a. Terbentuknya KPHP di 18 provinsi. b. Tersedianya areal calon/usulan pemanfaatan hutan produksi dalam bentuk unit-
unit usaha pada 26 provinsi. c. Produksi hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan sebesar 5%. d. Penerbitan IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan (LOA) seluas 2,5 juta ha.
2) Peningkatan Usaha Hutan Alam
Output/keluaran dari kegiatan peningkatan hutan alam produksi adalah peningkatan produksi dan diversifikasi usaha hutan alam. Indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut terdiri dari:
a. Produksi hasil hutan kayu sebesar 5 %. b. Unit IUPHHK bersertifikat PHPL meningkat 50 %. c. 50% produksi penebangan bersertifikat Legalitas Kayu.
3) Peningkatan Usaha Hutan Tanaman
Kegiatan di atas akan menghasilkan output/keluaran berupa peningkatan produksi hutan tanaman dari HTI/HTR. Indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut terdiri dari:
a. Penambahan luas areal pencadangan ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha.
b. Penambahan areal tanaman pada hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 2,65 juta ha. c. Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari pada 50 unit manajemen hutan
tanaman. 4) Peningkatan Tertib Peradaran Hasil Hutan dan Iuran Kehutanan
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan tersebut adalah penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan berjalan tertib sesuai ketentuan yang berlaku, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi meningkat sebesar 10%. b. Implementasi SIM PUHH secara online di seluruh unit management IUPHHK dan
IPHHK.
5) Peningkatan Usaha Industri Primer Kehutanan
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan peningkatan usaha industri primer kehutanan adalah meningkatnya kinerja industri pengolahan hasil hutan, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Pemenuhan bahan baku dari hutan tanaman dan limbah (kumulatif) meningkat 75%.
39 |Kementerian Kehutanan
b. Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat 50%. c. Efisiensi penggunaan bahan baku industri meningkat sebesar 10% (rata-rata 2%
per tahun). 6) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal
Bina Usaha Kehutanan
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan dimaksud adalah penyelenggaraan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Ditjen Bina Usaha Kehutanan berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan. Kegiatan tersebut adalah menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola lingkup Kementerian Kehutanan. Indikator kinerja utama kegiatan ini adalah:
a. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BUK sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 24 satker.
b. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BUK dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011.sebanyak 24 Satker.
7) Pemantauan Usaha Kehutanan dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL
Kegiatan ini merupakan fasilitas untuk pencapaian target pembangunan untuk UPT BP2HP seluruh Indonesia, yang keluarannya adalah penyelenggaraan usaha kehutanan secara lestari di unit-unit usaha kehutanan. Indikator kinerja dari kegiatan ini adalah :
a. Dokumen peredaran tertib sesuai peraturan perundangan minimal 95% di tahun 2014.
b. Kualitas kinerja Ganis dan Wasganis meningkat minimal menjadi 60% di tahun 2014.
c. Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
Tujuan
Meningkatkan ‘kemandirian’ pengelolaan kawasan konservasi, terwujudnya kelestarian keanekaragaman hayati, dan hak-hak negara atas kawasan dan hasil hutan, serta meningkatnya penerimaan negara dan masyarakat dari kegiatan konservasi sumberdaya alam. Beberapa kegiatan dalam program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan sangat erat kaitannya dalam merespon terhadap isu-isu perubahan iklim, utamanya dalam hal menekan terjadinya deforestasi dan degradasi hutan.
Outcome/hasil
Biodiversity dan ekosistemnya berperan significant sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global.
Indikator kinerja utama
1. Terbangunnya sistem pengelolaan BLU 12 di UPT PHKA. 2. Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya
(CA, SM, TB) dan HL menurun sebanyak 5%. 3. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari
kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat.
40 |Kementerian Kehutanan
4. Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liar(TSL) ilegal, penambangan ilegal dan kebakaran hutan) penanganannya terselesaikan minimal 75%.
5. Hotspot (titik api) di pulau Kalimantan, pulau sumatera, dan pulau sulawesi berkurang 20% setiap tahun.
6. Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam sebesar 60% dibanding tahun 2009.
Kegiatan-kegiatan
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan terdiri dari:
1) Pengembangan Kawasan Konservasi, Ekosistem Esensial dan Pembinaan Hutan Lindung
Kegiatan tersebut akan menghasilkan output berupa peningkatan pengelolaan dan pendayagunaan 50 unit tanam nasional/TN dan 477 unit kawasan konservasi/KK lainnya (cagar alam/CA, suaka margasatwa/SM, taman buru/TB dan hutan lindung/HL) dan ekosistem esensial lainnya. Indikator kinerja utama pencapaian output/keluaran tersebut adalah:
a. Terjaminnya konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB) dan HL menurun sebanyak 5%.
b. Terjaminnya pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%.
c. Terjaminnya penanganan perambahan kawasan hutan pada 12 provinsi prioritas (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sultra, dan Sulteng).
d. Terjaminnya restorasi ekosistem kawasan konservasi, 4 lokasi. e. Terjaminnya peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui
pengelolaan berbasis resort di 50 TN prioritas. f. Terjaminnya peningkatan pengelolaan kawasan konservasi ekosistem gambut, 8
provinsi. g. Terjaminnya peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi
tertentu meningkat menjadi minimal Rp 800.000,00 per bulan per kepala keluarga (atau sebesar 30%) melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat.
2) Pengembangan Konservasi Spesies dan Genetik
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan di atas adalah meningkatnya kualitas konservasi keanekaragaman hayati dan produk tumbuhan dan satwa liar (TSL), dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Terjaminnya populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat.
b. Terjaminnya penangkaran dan pemanfaatan jenis keanekaragaman hayati secara lestari meningkat 5%.
c. Kerjasama internasional dan konvensi di bidang konservasi kenakeragaman hayati sebanyak 1 paket per tahun.
d. Terselenggaranya skema DNS Kehutanan, 2 aktifitas.
3) Penyidikan dan Pengamanan Hutan
Kegiatan Penyidikan dan Perlindungan Hutan akan menghasilkan ouput/keluaran berupa meningkatnya pengamanan kawasan hutan, hasil hutan dan jaminan terhadap hak-hak negara atas hutan dan hasil hutan. Indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut terdiri dari:
41 |Kementerian Kehutanan
a. Terjaminnya kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%.
b. Terjaminnya tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun.
c. Terjaminnya kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%.
d. Peningkatan kapasitas penanganan kasus kejahatan kebakaran hutan di 10 provinsi.
4) Pengendalian Kebakaran Hutan
Keluaran/output kegiatan di atas adalah meningkatnya sistem pencegahan, pemadaman, dan penanggulangan dampak kebakaran hutan dan lahan. Indikator kinerja utama pencapaian output tersebut adalah:
a. Terjaminnya hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009.
b. Terjaminnya luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009.
c. Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bahaya kebakaran hutan di 30 DAOPS (10 Provinsi).
5) Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan di atas adalah meningkatnya pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam, dengan indikator kinerja utama antara lain:
a. Terjaminnya pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008.
b. Ijin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air baru sebanyak 25 unit. c. Terjaminnya PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100%
dibandingkan tahun 2008. d. Pelaksanaan demonstration activity REDD di 2 kawasan konservasi (hutan
gambut). e. Terjaminnya kader konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok
Swadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) yang dapat diberdayakan meningkat 10% dari tahun 2009.
6) Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konsevasi Alam
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) adalah penyelenggaraan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal PHKA berjalan secara efektif dan efisien baik di pusat maupun di daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan. Indikator kinerja utama kegiatan tersebut adalah:
a. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PHKA sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 81 satker.
b. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen PHKA dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 81 Satker.
c. Terbangunnya persiapan sistem pengelolaan BLU di 12 UPT PHKA.
42 |Kementerian Kehutanan
7) Pengembangan dan Pengelolaan Taman Nasional
Kegiatan ini merupakan kegiatan UPT Balai Besar/Balai TN seluruh Indonesia, yang memiliki output meningkatnya kapasitas kelembagaan pengelolaan taman nasional, kelestarian kawasan dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Indikator kinerja kegiatan tersebut adalah : a. Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun sebanyak 5%. b. Peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan
berbasis resort di 50 TN. c. Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan
TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%.
d. Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun.
e. Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%. f. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3%
dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat. g. Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20%
setiap tahun dari rerata 2005-2009. h. Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding
kondisi rerata 2005-2009. i. Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008. j. PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan
tahun 2008. k. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar taman
nasional. l. Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan
keuangan di seluruh Indonesia.
8) Pengembangan Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Alam
Kegiatan ini untuk memfasilitasi kegiatan UPT Balai Besar/Balai KSDA seluruh Indonesia, yang outputnya adalah meningkatnya kapasitas kelembagaan pengelolaan kawasan konservasi dan ekosistem esensial, kelestarian kawasan dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Indikator kinerja dari kegiatan ini adalah : a. Konflik dan tekanan terhadap kawasan CA, SM, TB dan HL menurun sebanyak
5%. b. Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%. c. Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan
TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%.
d. Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun.
e. Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20% f. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3%
dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat. g. Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20%
setiap tahun dari rerata 2005-2009. h. Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding
kondisi rerata 2005-2009. i. Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008. j. PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan
tahun 2008.
43 |Kementerian Kehutanan
k. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar kawasan konservasi. Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan seluruh Indonesia.
d. Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan
Pengelolaan sumberdaya lahan oleh para pemangku kepentingan (pemerintah dan masyarakat) yang berbasis DAS dilakukan secara terintegrasi, sehingga daerah aliran sungai (DAS) berfungsi lebih efektif, serta perekonomian masyarakat berbasis usaha-usaha pengembangan komoditas kehutanan meningkat.
Outcome/hasil
Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas. Beberapa indikator output kegiatan-kegiatan dalam program di atas baik langsung dan tidak langsung terkait dengan isu-isu pengelolaan perubahan iklim.
Indikator kinerja utama
a. Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta ha.
b. Terbangunnya hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha. c. Terbangunnya hutan rakyat kemitraan seluas 250.000 ha. d. Terbangunnya sumber benih baru seluas 6.000 ha, dan pengelolaan areal sumber
benih yang telah ada seluas 4.500 ha. e. Terbangunnya hutan desa seluas 500.000 ha. f. Rencana pengelolaan DAS terpadu sebanyak 108 unit DAS prioritas.
Kegiatan-kegiatan
1) Pengembangan Perhutanan Sosial
Output/keluaran kegiatan Pengembangan Perhutanan Sosial adalah meningkatnya pengelolaan hutan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Indikator kinerja utama pencapaian output tersebut antara lain:
a. Terjaminnya hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha terbangun. b. Terjaminnya ijin usaha pengelolaan HKm sebanyak 500 unit. c. Terjaminnya kemitraan usaha HKm sebanyak 50 unit. d. Terjaminnya Dukungan ketahanan pangan di 32 provinsi. e. Terjaminnya hutan rakyat untuk bahan baku kayu industri pertukangan seluas
250.000 ha terbangun. f. Terjaminnya sentra HHBK unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 kabupaten. g. Terjaminnya hutan desa seluas 500.000 ha terbangun.
2) Pengembangan Perbenihan Tanaman Hutan
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan tersebut adalah ketersediaan materi genetik, sumber benih, dan benih berkualitas yang memadai, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Terjaminnya areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara baik. b. Terjaminnya areal sumber benih baru seluas 6.000 ha terbangun. c. Terjaminnya pengembangan seed for people 100 lokasi. d. Terjaminnya sentra bibit 33 unit terbangun.
44 |Kementerian Kehutanan
3) Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Output/keluaran kegiatan Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah terselenggaranya pengelolaan DAS secara terpadu pada DAS prioritas. Indikator kinerja utama pencapaian output tersebut adalah:
a. Terjaminnya rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 unit DAS prioritas b. Terjaminnya baseline data pengelolaan DAS di 36 BPDAS. c. Terjaminnya data dan peta lahan kritis di 36 BPDAS tersedia.
4) Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan Reklamasi Hutan
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan di atas adalah berkurangnya lahan kritis melalui rehabilitasi dan reklamasi hutan, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan pada DAS prioritas seluas 500.000 ha. b. Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas seluas 1.954.000
ha. c. Terjamainnya hutan kota seluas 6000 ha terbangun. d. Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa
seluas 40.000 ha.
5) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan tersebut di atas adalah penyelenggaraan tugas dan fungsi Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan. Indikator kinerja utama kegiatan tersebut adalah:
a. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BPDASPS sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 50 satker.
b. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BPDASPS dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 50 Satker.
6) Perencanaan, penyelenggaraan RHL, pengembangan kelembagaan dan evaluasi DAS
Kegiatan ini untuk memfasilitasi UPT BPDAS seluruh Indonesia, yang outputnya adalah berkurangnya lahan kritis dan peningkatan pendapatan masyarakat. Indikator kinerja kegiatan ini adalah :
a. Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta ha.
b. Terbangunnya hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha. c. Sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi d. Terbangunnya hutan rakyat kemitraan untuk bahan baku industri pertukangan
seluas 250.000 ha. e. Rencana pengelolaan DAS terpadu pada 108 unit DAS prioritas. f. Terbangunnya hutan desa seluas 500.000 ha.
7) Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan evaluasi hutan mangrove
Kegiatan ini digunakan oleh BPHM yang outputnya adalah Meningkatnya pengelolaan hutan mangrove, dengan indikator kinerja adalah :
a. Rencana RTkRHL Mangrove, 2 kegiatan. b. Rencana pengelolaan hutan mangrove, 2 kegiatan.
45 |Kementerian Kehutanan
c. Terbentuk dan berfungsinya kelompok kerja mangrove daerah, 31 provinsi. d. Data informsi evaluasi pengelolaan hutan mangrove, 2 kegiatan.
8) Penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan
Output dari kegiatan ini adalah tersedianya sumber benih untuk mendukung RHL. Kegiatan ini digunakan oleh BPTH, yang indikator kinerjanya adalah :
a. Areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara baik. b. Areal sumber benih baru seluas 6.000 ha. c. Pengembangan Seed for People 100 lokasi. d. Terbangunnya sentra bibit 33 Unit.
9) Pengembangan Persuteraan Alam
Kegiatan ini digunakan oleh UPT BPTH yang output adalah meningkatnya jumlah produksi sutera alam, dengan indikator kinerja kegiatan adalah :
a. Jumlah unit usaha persuteraan alam meningkat sebesar 15 unit b. Peningkatan produksi sutera alam segmen hulu sebesar 10%
e. Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan
Tujuan
Terwujudnya manajemen penelitian dan pengembangan yang efektif dan efisien, serta penyediaan produk Iptek kehutanan sebagai dasar penetapan kebijakan dan pelaksanaan teknis pengelolaan hutan.
Outcome/hasil
Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim.
Indikator kinerja utama
1. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul.
2. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul.
3. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul.
4. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang lperubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul.
Kegiatan-kegiatan
1) Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan di atas adalah ketersediaan dan termanfaatkannya Iptek dasar dan terapan bidang konservasi dan rehabilitasi. Sedangkan indikator kinerja utama pencapaian output tersebut adalah:
a. Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul, yaitu : (1) teknik rehabilitasi hutan bekas tebangan; (2) teknik penanaman dan rehabilitasi mangrove; (3) teknik pengelolaan hutan rawa gambut ramah lingkungan; (4) teknik konservasi flora, fauna dan mikoorganisme; (5) teknik pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi secara lestari; (6) sistem
46 |Kementerian Kehutanan
pengelolaan DAS lintas sektoral dan wilayah admiistrasi; (7) teknik rehablitasi dan restorasi lahan bekas tambang.
b. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul tersebut di atas.
2) Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan
Output/keluaran berupa Ketersediaan dan pemanfaatan IPTEK dasar dan terapan dibidang peningkatan produktifitas hutan. Indikator kinerja utama pencapaian ouptut tersebut antara lain berupa:
a. Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul, yaitu : (1) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan; (2) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil pulp; (3) teknik peningkatan produktifitas jenis-jenis tanaman kayu energi ; (4) teknik penyediaan benih unggul; (5) teknik peningkatan produktifitas dan nilai ekonomi HHBK FEM (food, energy, medicine); (6) teknik peningkatan produktifitas dan kualitas produk HHBK non FEM (gaharu, cendana, gemor, sutera, lebah madu, rusa).
b. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul tersebut di atas.
3) Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Hutan dan Pengolahan Hasil Hutan
Ouptut/keluaran pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan adalah ketersediaan dan termanfaatkannya IPTEK dasar dan terapan bidang keteknikan hutan dan pengolahan hasil hutan, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul, yaitu : (1) informasi tentang sifat dasar dan kegunaan kayu sesuai tujuan pemakaiannya; (2) teknik pemanenan hutan ramah lingkungan; (3) teknik pemanfaatan dan peningkatan kualitas kayu serta standarisasi produk kayu; (4) teknik pengolahan, pemanfaatan dan diversifikasi produk HHBK; (5) terobosan perekayasaan alat dan teknik subtitusi bahan pembantu industri perkayuan.
b. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul tersebut di atas.
4) Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan
Output/keluaran kegiatan tersebut di atas adalah ketersediaan dan termanfaatkan iptek dasar dan terapan bidang lansekap hutan, perubahan iklim, dan kebijakan kehutanan. Indikator kinerja utama pencapaian output tersebut adalah:
a. Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul, yaitu : (1) strategi kebijakan bagi pengambil keputusan (decision support system, DSS) dalam penataan ruang dan penatagunaan hutan berbasis DAS; (2) strategi kebijakan (DSS) pengembangan hutan kota; (3) kebijakan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan; (4) teknik perhitungan emisi dan serapan gas rumah kaca (GRK) kehutanan; (5) strategi kebijakan adaptasi terhadap perubahan iklim; (6) strategi penguatan tata kelola kehutanan dan kinerja Kemenhut; (7) strategi penguatan tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan.
b. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul tersebut di atas.
47 |Kementerian Kehutanan
5) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan adalah terselenggaranya tugas dan fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan secara efektif dan efisien baik pada unit kerja di pusat maupun di daerah, dan menjadi bagian dalam mendukung perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan. Sedangkan indikator kinerja utama pencapaian output tersebut adalah:
a. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Litbang Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 20 satker.
b. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Litbang Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 20 Satker.
c. Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK).
g. Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan
Tujuan
Peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha melalui upaya penyuluhan, serta peningkatan kapasitas aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya.
Outcome/hasil
Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya.
Indikator Kinerja Utama
1. Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan dalam rangka peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat.
2. Terbentuknya 500 kelompok masyarakat produktif mandiri. 3. Sertifikasi penyuluh kehutanan sebanyak 1.500 orang. 4. Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya minimal
sebanyak 15.000 orang. 5. Pendidikan menengah kehutanan sebanyak 1.440 orang. Kegiatan-kegiatan 1) Pengembangan penyuluhan kehutanan
Output dari kegiatan ini adalah terwujudnya sistem penyuluhan kehutanan yang aplikatif, dengan indikator kinerja kegiatan adalah : a. Peningkatan efektifitas penyuluhan kehutanan melalui penyusunan programa
penyuluhan kehutanan nasional sebanyak 5 dokumen. b. Sertifikasi penyuluh kehutanan sejumlah 1.500 orang. c. Kampanye Indonesia Menanam (KIM) di 33 provinsi.
2) Peningkatan pelayanan penyuluhan kehutanan Kegiatan ini memiliki output meningkatnya kesadaran dan partisipasi pelaku utama dan pelaku usaha serta peran penyuluh dalam pembangunan kehutanan. Indikator kinerja kegiatan yang diharapkan adalah : a. Kelompok masyarakat produktif mandiri, sejumlah 500 kelompok b. Peningkatan kapasitas penyuluh kehutanan sejumlah 5.000 orang.
48 |Kementerian Kehutanan
3) Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya Output dari kegiatan ini adalah meningkatnya kualitas dan kapasitas SDM Kemenhut serta SDM kehutanan lainnya (Pemda dan Masyarakat). Indikator kinerja dari kegiatan ini adalah : a. Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, teknis dan administrasi kehutanan
minimal sebanyak 15.000 orang peserta. b. Pendidikan menengah kejuruan kehutanan sebanyak 1.440 siswa. c. Pendidikan pasca sarjana jenjang S2 dan S3 sebanyak 325 orang lulusan. d. Sertifikasi ISO 9001 : 2008 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan
sejumlah 5 unit. 4) Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan Penyuluhan
dan Pengembangan SDM Kehutanan Kegiatan ini memiliki output terselenggaranya tugas dan fungsi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan. Indikator kinerja yang hendak dicapai adalah : a. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 17 satker.
b. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 17 Satker.
c. Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat.
d. Terbentuknya kelembagaan penyuluhan di 6 provinsi dan 100 kabupaten/kota.
h. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan
Tujuan
Peningkatan efektivitas penyelenggaraan kepemerintahan yang bersih dan efisien.
Outcome/hasil
Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan.
Indikator kinerja utama
1. Kelemahan administrasi diturunkan sampai 50% dari tahun 2009. 2. Pelanggaran terhadap peraturan perundangan berkurang sampai 50% dari tahun
2009. 3. Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas berkurang hingga 50% dari tahun 2009. 4. Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 25% dari temuan tahun 2006-2009.
Kegiatan-kegiatan
1) Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat I
Output/keluaran kegiatan di atas adalah terlaksananya audit kinerja, keuangan, dan administrasi pada satuan-satuan kerja Kementerian Kehutanan di wilayah kerja Inspektorat I. Indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:
49 |Kementerian Kehutanan
a. Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat I diturunkan sampai 50% dari tahun 2009.
b. Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat I berkurang sampai 50% dari tahun 2009.
c. Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun 2009.
2) Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat II
Output/keluatan kegiatan dimaksud di atas adalah terlaksananya audit kinerja, keuangan, dan administrasi pada satuan kerja Kementerian Kehutanan di wilayah kerja Inspektorat II. Indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:
a. Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat II diturunkan sampai 50% dari tahun 2009.
b. Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat II berkurang sampai 50% dari tahun 2009.
c. Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun 2009.
3) Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat III
Output/hasil kegiatan tersebut adalah terlaksananya audit kinerja, keuangan, dan administrasi pada satuan kerja Kementerian Kehutanan di wilayah kerja Inspektorat III. Indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:
a. Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat III diturunkan sampai 50% dari tahun 2009.
b. Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat III berkurang sampai 50% dari tahun 2009.
c. Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun 2009.
4) Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat IV
Output/keluaran kegiatan tersebut adalah terlaksananya audit kinerja, keuangan, dan administrasi pada satuan kerja Kementerian Kehutanan di wilayah kerja Inspektorat IV. Indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:
a. Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat IV diturunkan sampai 50% dari tahun 2009.
b. Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang sampai 50% dari tahun 2009.
c. Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun 2009.
5) Pengawasan Terhadap Kasus Pelanggaran Yang Berindikasi KKN
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan tersebut adalah terlaksananya audit terhadap kasus yang diduga berindikasikan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 25% dari temuan tahun 2006-2009.
50 |Kementerian Kehutanan
6) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
Output/keluaran pelaksanaan kegiatan dimaksud di atas adalah terselenggaranya tata kelola administrasi Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan secara efektif dan efisien, dan menjadi bagian dalam mewujudkan tata kelola birokrasi dan tata kelola, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Itjen Kemenhut sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 6 satker.
b. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Itjen Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 6 Satker.
g. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan
Tujuan
Terwujudnya tata kelola administrasi penyelenggaraan kepemerintahan Kementerian Kehutanan secara efektif dan efisien.
Outcome/hasil
Meningkatnya tata kelola administrasi pemerintahan Kementerian Kehutanan secara efektif dan efisien, serta mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola.
Indikator kinerja utama
1. Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahunan “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 1 judul per tahun.
2. Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikan sebesar 80%.
3. Pencapaian sasaran strategis minimal 95% di akhir tahun 2014. 4. Terselesaikannya status pencatatan BMN eks Kantor Wilayah Kementerian Kehutanan
di 15 provinsi. 5. Penanganan perkara, pemulihan hal-hak negara bidang kehutanan minimal menang
sebesar 80% di akhir tahun 2014. 6. Prasarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95%. 7. Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% per tahun. 8. Standar produk dan jasa kehutanan, pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan
iklim 35 judul. 9. Kerjasama baru bilateral sebanyak 5 negara dan multipihak sebanyak 3 lembaga. 10. Tersusunnya perencanaan kehutanan 4 regional. 11. Penyaluran kredit pembangunan hutan tanaman industri (HTI) , hutan tanaman Rakyat
(HTR) dan hutan rakyat seluas 400.000 ha.
Kegiatan-kegiatan
1) Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Kementerian Kehutanan, dengan output/keluaran berupa terselenggaranya koordinasi perencanaan dan evaluasi Kementerian Kehutanan secara baik dan mantap. Indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut terdiri dari:
a. Penyerapan anggaran meningkat minimal menjadi 90% diakhir tahun 2014 b. Pencapaian sasaran strategis minimal 95% di akhir tahun 2014 c. Model implementasi kebijakan kehutanan di 3 kabupaten
51 |Kementerian Kehutanan
2) Penyelenggaraan Administrasi dan Penataan Kepegawaian, dengan ouput/keluaran berupa terselenggaranya tertib dan pelayanan administrasi kepegawaian Kementerian Kehutanan. Indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:
a. Pelayanan administrasi kepegawaian minimal 95% akurat dan tepat waktu. b. Prasarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95%. c. Data kepegawaian dalam SIMPEG minimal 98% sesuai dengan data yang dimiliki
individu PNS.
3) Penyelenggaraan dan Pembinaan Tata Hukum dan Organisasi Kementerian Kehutanan. Output/keluaran kegiatan dimaksud adalah mantapnya tata hukum dan organisasi di lingkup Kementerian Kehutanan, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan lingkup Kemenhut minimal sebesar 75% di akhir tahun 2014.
b. Pencapaian penelaahan hukum peraturan perundang-undangan lingkup Kemenhut minimal sebesar 80% di akhir tahun 2014.
c. Penanganan perkara, pemulihan hal-hak negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun 2014.
d. Pencapaian pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan lingkup Kemenhut minimal sebesar 70% di akhir tahun 2014.
4) Penyelenggaraan Administrasi Keuangan Kementerian Kehutanan, dengan output/keluaran berupa tertibnya pelaksanaan administrasi keuangan Kementerian Kehutanan. Indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:
a. Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikan KUK-DAS, KUHR dan KUPA serta PSDH DR sebesar 80%
b. Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan “ wajar tanpa pengecualian” mulai laporan tahun 2011, sebanyak 5 judul (1 judul setiap tahun)
c. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 13,75 Triliun.
5) Penyelenggaraan Ketatausahaan, Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Perlengkapan Kementerian Kehutanan. Output/keluaran pelaksanaan kegiatan tersebut adalah tertibnya pelaksanaan tata usaha, rumah tangga dan pengelolaan barang milik negara (BMN) Kementerian Kehutanan, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. SIMAK BMN Kementerian Kehutanan akuntabel dan tepat waktu sebanyak 225 satuan kerja per tahun
b. Sertifikasii ahli pengadaan barang dan jasa bagi pejabat pembuat komitmen (PPK) dan panitia/pejabat pengadaan di Kementerian Kehutanan sebanyak 1.000 orang
c. Sertifikasi tanah milik Kementerian Kehutanan di 5 lokasi (Mangala Wanabakti, Kanci, Cimanggis, Kramatjati, dan Rumpin)
d. Terselesaikannya status pencatatan BMN eks Kantor Wilayah Kementerian Kehutanan di 15 provinsi.
6) Pembinaan Standardisasi, Pengelolaan Lingkungan dan Penanganan Perubahan Iklim Kehutanan. Output/keluaran kegiatan tersebut adalah berkembangnya standardisasi produk, proses, dan kompetensi teknis di bidang kehutanan, peningkatan pengelolaan lingkungan dan penanganan perubahan iklim kehutanan. Indikator kinerja utama pencapaian output tersebut adalah:
a. Standard produk dan jasa kehutanan, serta pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim 35 judul.
b. Sertifikasi pengelolaan hutan milik rakyat 15 unit.
52 |Kementerian Kehutanan
c. Rekomendasi kebijakan penanganan perubahan iklim kehutanan sebanyak 5 paket.
7) Pembinaan dan Koordinasi Kerjasama Luar Negeri. Output/keluaran kegiatan dimaksud adalah meningkatnya peran dan posisi Indonesia di bidang kehutanan, sedangkan kinerja utama pencapaian ouput tersebut berupa:
a. Partisipasi Indonesia dalam forum kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) di bidang kehutanan sebanyak 3 paket per tahun.
b. Komitmen kerjasama internasional di bidang kehutanan (bilateral, multilatareal, regional, dan multipihak) sebanyak 5 paket.
c. Kerjasama baru bilateral sebanyak 5 negara dan multipihak sebanyak 3 lembaga. d. Laporan monitoring dan evaluasi kerjasama internasional (bilateral, multilateral
dan regional) sebanyak 3 paket per tahun.
8) Penyiaran dan Penyebarluasan Informasi Pembangunan Kehutanan. Output/keluaran kegiatan tersebut adalah memperkuat pemahaman dan komitmen masyarakat terhadap pembangunan kehutanan, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% per tahun. b. Meningkatnya berita kegiatan pimpinan Kemenhut sebesar 10% per tahun. c. Meningkatnya publikasi kebijakan program pembangunan kehutanan sebesar 10%
per tahun. d. Hubungan dengan lembaga tinggi negara, pemerintah dan lembaga non
pemerintah meningkat sebesar 10% per tahun.
9) Pengelolaan Keuangan, Penyaluran dan Pengembalian Dana Bergulir Pembiayaan Pembangunan Kehutanan. Output/keluaran kegiatan tersebut adalah fasilitasi dan ketersediaan pembiayaan pembangunan kehutanan, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Kredit pembangunan hutan tanaman (hutan tanaman industri , hutan tanaman rakyat dan hutan rakyat) seluas 400.000 ha.
b. Pemahaman terhadap skim pinjaman pembangunan hutan tanaman di 60 kabupaten tahun 2014.
c. Peningkatan penguatan kelembagaan debitur di 15 kabupaten tahun 2014.
10) Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I. Output/keluaran kegiatan dimaksud adalah terselenggaranya perencanaan kehutanan di regional I, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional I berjalan minimal 90%. b. Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional I, 2 dokumen.
11) Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II. Output/keluaran kegiatan di atas adalah terselenggaranya perencanaan kehutanan di regional II, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional II berjalan minimal 90%. b. Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional II, 2 dokumen.
12) Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional III. Output/keluaran kegiatan tersebut adalah terselenggaranya perencanaan kehutanan di regional III, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional III berjalan minimal 90%. b. Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional III, 2 dokumen.
53 |Kementerian Kehutanan
13) Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV. Output/keluaran kegiatan di atas adalah terselenggaranya perencanaan kehutanan di regional IV, dengan indikator kinerja utama berupa:
a. Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional IV berjalan minimal 90%. b. Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional IV, 2 dokumen.
C. Pembiayaan
No. PROGRAM
ALOKASI ANGGARAN (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014
1. Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan
331,25 371,61 378,48 385,71 390,97
2. Peningkatan Usaha Kehutanan 298,83 340,78 347,08 353,71 358,54
3. Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
1.354,21 1.288,21 1.312,02 1.337,10 1.355,33
4. Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
3.098,07 3.017,49 3.073,25 3.132,02 3.174,71
5. Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan
212,26 265,58 270,49 275,66 279,42
6. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan
41,41
54,24
55,24
56,30
57,07
7. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Jenderal Kementerian Kehutanan
546,56 425,53 433,39 441,68 447,7
8. Penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan
236,58 240,95 245,56 248,91
54 |Kementerian Kehutanan
BAB IV
P E N U T U P
Sebagai dokumen perencanaan lima tahun, dalam Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 telah dirumuskan visi yang menggambarkan keadaan yang ingin dicapai sampai dengan akhir masa Renstra, misi yang merupakan upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi, dan tujuan masing-masing misi serta sasaran strategis pembangunan kehutanan tahun 2010-2014. Berdasarkan rumusan tersebut maka ditetapkan kebijakan prioritas agar sasaran strategis dari misi dapat tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan, yang selanjutnya dijabarkan ke dalam program-program, yang merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan, sesuai dengan tugas dan fungsi yang menjadi embanan unit-unit eselon I lingkup Kementerian Kehutanan. Sesuai dengan pedoman restrukturisasi program dan kegiatan, maka setiap unit eselon I-A melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap 1 (satu) program dan setiap eselon II-A dan UPT melaksanakan 1 (satu) jenis kegiatan. Penetapan program dan kegiatan tersebut disertai dengan indikator kinerja/key performance indicator (KPI), yang merupakan ukuran terhadap pencapaian pelaksanaan setiap program dan kegiatan dalam 5 (lima) tahun kedepan.
Pencapaian target-target di atas dilaksanakan sesuai dengan ketersediaan input khususnya berupa anggaran, kapasitas kelembagaan, serta peraturan perundangan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam Renstra.
Khsusus kegiatan kehutanan kerjasama luar negeri, baik dalam bentuk kerjasama teknis maupun kerjasama finansial, harus dipandang sebagai kegiatan komplementer yang sifatnya mendukung pencapaian hasil-hasil pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dalam Renstra.
Keberhasilan pencapaian terhadap pelaksanaan program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 di atas, akan sangat ditentukan oleh kapasitas dan kualitas kinerja pimpinan serta jajaran pelaksana pada seluruh unit-unit kerja di lingkup Kementerian Kehutanan, baik di tingkat pusat maupun di daerah. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pencapaian dalam pelaksanaan rencana kerja tersebut, maka secara berkala dilakukan monitoring dan evaluasi, serta pengawasan dan pengendalian yang dituangkan dalam dokumen pelaporan termasuk pelaporan hasil audit kinerja.
Dana yang diperlukan untuk membiayai 8 program dan 59 kegiatan yang tertuang dalam Renstra Kemenhut Tahun 2010-2014 sebesar Rp. 30,533 Triliun (Pusat, Daerah dan UPT).
Pada akhirnya diharapkan seluruh penyelenggaraan kepemerintahan umum dan pembangunan pada sektor kehutanan dapat dilaksanakan oleh Kementerian Kehutanan pada tahun 2010-2014 serta dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi penyelenggaraan kepemerintahan serta keberhasilan pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang. Dengan kerja keras, etos dan budaya kerja yang tinggi serta keseriusan seluruh penyelenggaraan kepemerintahan dan pembangunan pada jajaran Kementerian Kehutanan, semoga suluruh target yang di tetapkan dalam dokumen ini tercapai, sehingga visi kelestarian hutan untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang berkeadilan akan terwujud.
57
Lampiran 1a Indikator Kinerja Tahunan Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan
58
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
1. Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan
Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal
Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul.
Ijin pinjam pakai kawasan hutan terlayani 100% secara tepat waktu.
Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 4 judul.
Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 Km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan.
Penunjukan kawasan hutan provinsi selesai100%.
Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan seluruh Indonesia dan beroperasinya 120 KPH (20% wilayah KPH yang telah ditetapkan).
331,25 371,61 378,48 385,71 390,97
a. Pengukuhan Kawasan Hutan
Terwujudnya kepastian kawasan hutan dan terlaksananya penatagunaan kawasan hutan
Terjaminnya tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan
Penunjukan kawasan hutan provinsi selesai (100%)
Penetapan kawasan hutan yang telah di tata batas temu gelang selesai 75% per tahun
Rekomendasi perubahan fungsi kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun
SK pelepasan kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun
3.400 km 20% 75% 75% 75%
8000 km 75% 75% 75% 75%
12.000 km 100% 75% 75% 75%
18.000 km 100% 75% 75% 75%
25.000 km
100%
75%
75%
75%
70,64 31,15 31,73 32,33 32,77
59
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
b. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
Terwujudnya kepastian wilayah kelola KPH dan penyiapan areal pemanfaatan hutan
Keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHL dan KPHP di seluruh Indonesia
Beroperasinya 120 KPH (20% dari KPH yang ditetapkan)
Keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHK di seluruh Indonesia
Peraturan perundangan tentang penyelenggaraan KPH sebanyak 4 judul
Peta areal kerja dan peta pencadangan ijin pemanfaatan hutan selesai 80%.
22 Prov 2% 20% 2 judul 15%
25 Prov 4% 40% 3 judul 30%
28 Prov 10%
60%
4 judul
50%
28 Prov 15% 80%
4 judul
70%
28 Prov
20%
100%
4 judul
80%
36,10 15,41 15,69 15,99 16,21
c. Penyusunan rencana makro kawasan hutan
Terselenggaranya perencanaan, harmonisasi tata ruang dan sistem jaringan komunikasi data yang tepat dalam mendukung pemantapan kawasan hutan
Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 4 judul
Persetujuan substansi teknis kehutanan terhadap usulan revisi tata ruang di 26 provinsi
Sistem jaringan komunikasi data kehutanan LAN pusat dan WAN 17 provinsi sebanyak 1 sistem per tahun
1 judul 40% 1 sistem
2 judul 70% 1 sistem
3 judul 80% 1 sisteml
4 judul 90% 1 sisteml
4 judul
100%
1 sistem
57,00 15,58 15,87 16,17 16,39
d. Inventarisasi dan pemantauan sumberdaya hutan
Tersedianya data dan informasi sumberdaya hutan seluruh Indonesia yang akurat dan terkini
Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul
Data dan informasi sumberdaya hutan pada kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul
Data dan informasi pendugaan carbon kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul
Basis data spasial sumberdaya hutan yang terintegrasi sebanyak 5 kali update
1 judul 1 judul 1 judul 1 kali
2 judul 2 judul 2 judul 2 kali
3 judul 3 judul 3 judul 3 kali
4 judul 4 judul 4 judul 4 kali
5 judul
5 judul
5 judul
5 kali
64,48 43,30 44,10 44,94 45,56
e. Pengendalian penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan
Terwujudnya penggunaan kawasan hutan sesuai dengan fungsi, peruntukan dan peraturan yang berlaku
Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan terlayani 100% secara tepat waktu
Wajib bayar tertib membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan minimal 80% per tahun
100% 80%
100% 80%
100% 80%
100% 80%
100%
80%
10,21 13,62 13,87 14,14 14,33
60
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
Data dan informasi penggunaan kawasan hutan di 33 provinsi
Peraturan perundangan penggunaan kawasan hutan, 3 judul
6 Prov 1 Judul
12 Prov 2 Judul
18 Prov 3 Judul
26 Prov 3 Judul
33 Prov
3 Judul
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Planologi Kehutanan
Penyelenggaraan tugas dan fungsi Ditjen Planologi Kehutanan berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 23 satker
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 23 Satker
23 Satker 23 satker
23 satker 23 Satker
23 satker 23 Satker
23 satker 23 Satker
23 satker 23Satker
92,82 65,44 66,65 67,92 68,85
g. Penyiapan Pemantapan Kawasan Hutan
Terwujudnya kepastian kawasan hutan dalam mendukung pemantapan kawasan hutan
• Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km
• Neraca Sumberdaya Hutan di 17 BPKH
3.400 km 17 BPKH
8.000 km 17 BPKH
12.000 km 17 BPKH
18.000 km 17 BPKH
25.000 km 17 BPKH
187,11 190,57 194,21 196,86
62
Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
2. Peningkatan Usaha Kehutanan
Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan industry primer hasil hutan, serta peningkatan produksidan diversifikasi hasil hutan.
• Areal hutan produksi tertata dalam unit-unit pengelolaan berupa KPHP di 18 provinsi dan usaha pemanfaatan (ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam/hutan tanaman/IUPHHK-HA/HT, IUPHH bukan kayu/IUPHH restorasi ekosistem/IUPHH jasa lingkungan/pemanfaatan kawasan) di 26 provinsi.
• Produksi dan diversifikasi usaha pemanfaatan pada hutan alam produksi meningkat sebesar 5%, terdiri dari hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan, dan restorasi ekosistem.
• Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan atau Restorasi Ekosistem (IUPHHK-HA/RE) pada areal bekas tebangan (logged over area/LOA) seluas 2,5 juta ha.
• Kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman dan intensitas pemanfaatan hutan produksi meningkat (penambahan tanaman pada hutan tanaman seluas 2.650.000 ha).
• Penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan berjalan secara tertib sesuai ketentuan yang berlaku dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meningkat 10%.
• Kinerja industri pengolahan
298,83 340,78 347,08 353,71 358,54
63
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
hasil hutan meningkat (50% produk bersertifikat legalitas kayu).
a. Peningkatan Usaha Hutan Tanaman
Peningkatan produksi hutan tanaman dari HTI/HTR
Penambahan luas areal pencadangan ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha
Penambahan areal tanaman pada hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 2,65 juta ha.
Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari pada 50 unit manajemen hutan tanaman
450.000 ha 450.000 ha 9 unit
1000.000 ha 1000.000 ha 19 unit
1.500.000 ha 1.500.000 ha 29 unit
2.250.000 ha 2.100.000 ha 39 unit
3.000.000 ha 2.650.000 ha 50 unit
44,72 26,53 27,02 27,54 27,91
b. Peningkatan Usaha Hutan Alam
Peningkatan produksi dan diversifikasi usaha hutan alam
Produksi hasil hutan kayu sebesar 5 %
Unit IUPHHK bersertifikat PHPL meningkat 50 %
50% produksi penebangan bersertifikat Legalitas Kayu
1% 10% 10%
2% 20% 20%
3% 30% 30%
4% 40% 40%
5% 50%
50%
48,69 28,97 28,51 30,07 30,48
c. Perencanaan Pemanfaatan dan Peningkatan Usaha Kawasan Hutan
areal hutan produksi tertata baik dalam kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) maupun unit-unit usaha pemanfaatan hutan produksi
Terbentuknya KPHP pada seluruh kawasan hutan produksi
Tersedianya areal calon/usulan pemanfaatan hutan produksi dalam bentuk unit-unit usaha pada 26 provinsi.
Produksi hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan sebesar 5%
Penerbitan IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan (LOA) seluas 2,5 juta ha
20% 20% 1% 300.000 ha
40% 40% 2% 650.000 ha
60% 60% 3% 1.100.000 ha
80% 80% 4% 1.750.000 ha
100% 100% 5% 2.500.000 ha
19,42 14,89 15,17 15,46 15,67
d. Peningkatan tertib peredaran hasil hutan dan iuran hasil hutan
Penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan berjalan tertib sesuai ketentuan
• PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi meningkat sebesar 10%
• Implementasi SIM PUHH secara online di seluruh unit management IUPHHK dan IPHHK
2% 20%
4% 40%
6% 60%
8% 80%
10% 100%
62,92 27,11 27,61 28,14 28,52
e. Peningkatan usaha industri primer kehutanan
Peningkatan ekspor industri hasil hutan
Pemenuhan bahan baku dari hutan tanaman dan limbah (kumulatif) meningkat 75%
Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat 50%
Efisiensi penggunaan bahan
15% 10% 2%
30% 20% 4%
45% 30% 6%
60% 40% 8%
75% 50% 10%
23,52 43,87 44,68 45,54 46,16
64
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
baku industri meningkat sebesar 10% (rata-rata 2% per tahun)
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Bina Usaha Kehutanan
Penyelenggaraan tugas dan fungsi Ditjen Bina Usaha Kehutanan berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BUK sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 24 satker
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BUK dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011.sebanyak 24 Satker
24 satker 24 satker
24 satker 24 satker
24 satker 24 satker
24 satker 24 satker
24 satker 24 satker
99,56 44,24 45,06 45,92 46,55
g. Pemantauan Usaha Kehutanan dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL
Penyelenggaraan usaha kehutanan secara lestari di unit-unit usaha kehutanan
Terpantaunya kegiatan peningkatan usaha hutan tanaman dan hutan alam, perencanaan pemanfaatan dan usaha kawasan hutan, peningkatan tertibperedaran HH dan iuran kehutanan, serta usaha industri kehutanan
Tersedianya sarana dan metode pemanfaatan hutan produksi yang memenuhi standar pada unit manajemen
Tersedianya Ganis dan Wasganis yang bersertifikat
Rekomendasi pembangunan HTR
Tersedianya sarana prasaranakerja
18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP
18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP
18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP
18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP
18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP 18 BP2HP
155,17 158,04 161,06 163,25
66
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
3. Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
Biodiversiti dan ekosistemnya berperan signifikan sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pegaulan global
Terbangunnya sistem pengelolaan BLU di 4 UPT PHKA.
Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB) dan HL menurun sebanyak 5%.
Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat.
Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liar (TSL) ilegal, penambangan ilegal dan kebakaran hutan ) penanganannya terselaikan minimal 75%.
Hotspot (titik api) di pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun.
Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam sebesar 60% dibanding tahun 2009.
1.354,21 1.288,21 1.313,02 1.337,10 1.355,33
a. Pengembangan Kawasan Konservasi, Ekosistem Esensial dan Pembinaan Hutan lindung
Meningkatnya pengelolaan dan pendayagunaan 50 unit taman nasional dan 477 unit kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB, dan HL) dan ekosistem esensial.
Terjaminnya konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB) dan HL menurun sebanyak 5%.
Terjaminnya pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%.
Terjaminnya penanganan perambahan kawasan hutan pada 12 provinsi prioritas (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sultra, dan Sulteng)
Terjaminnya restorasi ekosistem kawasan konservasi,
1% 2% 2 Prov 0 lokasi
2% 4% 4 Prov 1 lokasi
3% 6% 6 Prov 2 lokasi
4% 8% 9 Prov 3 lokasi
5% 10%
12 Prov 4 lokasi
267,52 49,55 50,47 51,43 52,13
67
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
4 lokasi Terjaminnya peningkatan
efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 51 TN prioritas
Terjaminnya peningkatan pengelolaan kawasan konservasi ekosistem gambut, 8 provinsi
Terjaminnya peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi tertentu meningkat menjadi minimal Rp 800.000,00 per bulan per kepala keluarga (atau sebesar 30%) melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat.
10 TN 0 provinsi 6%
20 TN 2 Provinsi 12%
30 TN 4 Provinsi 18%
40 TN 6 Provinsi 24%
51 TN 8 Provinsi 30%
b. Penyidikan dan Pengamanan Hutan
Meningkatnya pengamanan kawasan hutan, hasil hutan dan jaminan terhadap hak negara atas hutan
Terjaminnya kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
Terjaminnya tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
Terjaminnya kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%
Peningkatan kapasitas penanganan kasus kejahatan kebakaran hutan di 10 provinsi
15% 25% 4% 10 Provinsi
30% 43,7% 8% 10 Provinsi
45% 57,8% 12% 10 Provinsi
60% 68,4% 16% 10 Provinsi
75% 76,3% 20% 10 Provinsi
162,02 62,88 63,99 65,21 66,10
c. Pengembangan konservasi spesies dan genetik
Meningkatnya kualitas konservasi keanekaragaman hayati dan produk tumbuhan dan satwa liar
Terjaminnya populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
Terjaminnya penangkaran dan pemanfaatan jenis keanekaragaman hayati secara lestari meningkat 5%
0% 1%
1% 2%
1,5% 3%
2% 4%
3% 5%
90,01 17,50 17,82 18,16 18,41
68
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
Kerjasama internasional dan konvensi di bidang konservasi kenakeragaman hayati sebanyak 1 paket per tahun
Terselenggaranya skema DNS Kehutanan, 2 aktifitas
1 paket 0 aktifitasi
1 paket 2 aktifitasi
1 paket 2 aktifitas
1 paket 2 aktifitas
1 paket 2 aktifitas
d. Pengendalian kebakaran hutan
Meningkatkan sistem pencegahan pemadaman, penanggulangan, dampak kebakaran hutan dan lahan
Terjaminnya hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
Terjaminnya kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bahaya kebakaran hutan di 30 DAOPS (10 Provinsi)
20% 10% 6 DAOPS
36% 20% 12 DAOPS
48,8% 30% 18 DAOPS
59,2% 40% 24 DAOPS
67,2%
50% 30 DAOPS
300,00 55,99 57,02 58,12 58,91
e. Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan
Meningkatnya pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam
Terjaminnya pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008
Ijin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air baru sebanyak 25 unit.
Terjaminnya PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008.
Pelaksanaan demonstration activity REDD di 2 kawasan konservasi (hutan gambut)
Terjaminnya Kader konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) yang dapat diberdayakan meningkat 10% dari tahun 2009
3 Unit 5 unit 20% - 2%
6 Unit 10 unit 40% 1 KK 4%
9 Unit 15 unit 60% 1 KK 6%
12 Unit 20 unit 80% 2 KK 8%
15 Unit 25 unit 100%
2 KK 10%
90,00 17,00 17,31 17,65 17,89
f. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Penyelenggaraan tugas dan fungsi Ditjen PHKA berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PHKA sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 81 satker
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen PHKA dalam
81 satker 81 satker
81 satker 81 satker
81 satker 81 satker
81 satker 81 satker
81 satker 81 satker
444,66 59,14 60,23 61,38 62,22
69
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 81 Satker
Terbangunnya persiapan sistem pengelolaan BLU di 12 UPT PHKA
-t
1 unit
2 unit
3 unit
4 unit
g. Pengembangan dan Pengelolaan Taman Nasional
Meningkatnya kapasitas kelembagaan pengelolaan TN, kelestarian kawasan dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan
Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun sebanyak 5%
Peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 51 TN
Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%
Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008
PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat
1% 10 TN 15% 25% 4% 0% 20% 10% 12% 20%
2% 20 TN 30% 43,7% 8% 1% 36% 20% 24% 40%
3% 30 TN 45% 57,8% 12% 1,5% 48,8% 30% 36% 60%
4% 40 TN 60% 68,4% 16% 2% 59,2% 40% 48% 80%
5%
51 TN 75% 76,3% 20% 3%
67,2% 50% 60% 100%
513,62 523,11 533,11 540,38
70
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
100% dibandingkan tahun 2008.
Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar taman nasional
Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan di seluruh Indonesia
51 TN 51 TN
51 TN 51 TN
51 TN 51 TN
51 TN 51 TN
51 TN 51 TN
h. Pengembangan Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Alam
Meningkatnya kapasitas kelembagaan pengelolaan kawasan konservasi dan ekosistem esensial, kelestarian kawasan dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.
Konflik dan tekanan terhadap kawasan CA, SM, TB dan HL menurun sebanyak 5%
Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%.
Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%
Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008.
PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat
1% 2% 15% 25% 4% 0% 20% 10% 12% 20%
2% 4% 30% 43,7% 8% 1% 36% 20% 24% 40%
3% 6% 45% 57,8% 12% 1,5% 48,8% 30% 36% 60%
4% 8% 60% 68,4% 16% 2% 59,2% 40% 48% 80%
5% 10% 75% 76,3% 20% 3% 67,2% 50% 60% 100%
512,58 522,05 532,03 539,29
71
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
100% dibandingkan tahun 2008.
Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar kawasan konservasi
Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan seluruh Indonesia
33 Provinsi 116 dokumen
33 Provinsi 232 dokumen
33 Provinsi 348 dokumen
33 Provinsi 464 dokumen
33 Provinsi 580 dokumen
72
Lampiran 1d
Indikator Kinerja Tahunan
Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
73
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
4. Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas.
Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta ha.
Terbangunnya Hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha.
Terbangunnya Hutan rakyat kemitraan seluas 250.000 ha.
Terbangunnya sumber benih baru seluas 6.000 ha, dan pengelolaan areal sumber benih yang telah ada seluas 4.500 ha.
Terbangunnya Hutan desa seluas 500.000 ha.
Rencana pengelolaan DAS terpadu sebanyak 108 unit DAS prioritas.
3.098,07 3.017,49 3.073,25 3.132,02 3.174,71
a. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dan Reklamasi Hutan di DAS Prioritas
berkurangnya lahan kritis melalui rehabilitasi dan reklamasi hutan
Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan pada DAS prioritas seluas 500.000 ha.
Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas seluas 1.954.000 ha.
Terjaminnya hutan kota seluas 6000 ha.
Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa seluas 40.000 ha
100.000 Ha - 2.000 Ha -
200.000 Ha 389.000 Ha 3.000 Ha 10.000 Ha
300.000 Ha 877.000 Ha 5.000 Ha 20.000 Ha
400.000 Ha 1.414.000 Ha 6.000 Ha 30.000 Ha
500.000 Ha 1.954.000 Ha 6.000 Ha 40.000 Ha
1.541,49 58,79 59,88 61,02 61,85
b. Pengembangan Perhutanan Sosial
meningkatnya pengelolaan hutan melalui pemberdayaan masyarakat
Terjaminnya hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha
Terjaminnya ijin usaha pengelolaan HKm sebanyak 500 lembaga
Terjaminnya kemitraan usaha HKm sebanyak 50 unit
400.000 Ha 100 Klpk 5 Unit
800.000 Ha 200 Klpk 15 Unit
1.200.000 Ha 300 Klpk 25 Unit
1.600.000 Ha 400 Klpk 40 Unit
2.000.000 Ha 500 Klpk 50 Unit
1.238,40 17,90 18,23 18,58 18,83
74
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
Terjaminnya dukungan ketahanan pangan di 32 provinsi
Terjaminnya hutan rakyat Kemitraan untuk bahan baku kayu industri pertukangan seluas 250.000 Ha
Terjaminnya sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi
Terjaminnya hutan desa seluas 500.000 ha
6 Prov 50.000 Ha 6 Lokasi 100.000 Ha
12 Prov 100.000 Ha 12 Lokasi 200.000 Ha
18 Prov 150.000 Ha 18 Lokasi 300.000 Ha
25 Prov 200.000 Ha 24 Lokasi 400.000 Ha
32 Prov 250.000 Ha 30 Lokasi 500.000 Ha
c. Pengembangan perbenihan
tanaman hutan ketersediaan materi genetik, sumber benih, dan benih berkualitas yang memadai
Terjaminnya areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara baik
Terjaminnya areal sumber benih seluas 6.000 ha
Terjaminnya pengembangan Seed for People 100 lokasi
Terjaminnya sentra bibit 33 Unit terbangun
4.500 Ha 1.000 Ha 20 Lokasi 0 Unit
4.500 Ha 2.100 Ha 40 Lokasi 23 Unit
4.500 Ha 3.300 Ha 60 Lokasi 33 Unit
4.500 Ha 4.500 Ha 80 Lokasi 33 Unit
4.500 Ha 6.000 Ha
100 Lokasi 33 Unit
20,86 20,54 20,92 21,32 21,61
d. Pembinaan penyelenggaraan pengelolaan DAS
Terselenggaranya pengelolaan DAS secara terpadu pada DAS priorutas
Terjaminnya rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 DAS prioritas
Terjaminnya base line data pengelolaan DAS di 108 DAS
Tersedianya data dan peta lahan kritis di 36 BPDAS
34 DAS 34 DAS 36 BPDAS
70 DAS 70 DAS 36 BPDAS
106 DAS 106 DAS 36 BPDAS
108 DAS 108 DAS 36 BPDAS
108 DAS 108 DAS
36 BPDAS
137,59 52,49 53,46 54,48 55,22
e. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
penyelenggaraan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BPDASPS sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 50 satker
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BPDASPS dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 50 Satker
50 Satker 50 Satker
50 Satker 50 Satker
50 satker 50 Satker
50 satker 50 Satker
50 satker 50 Satker
159,73 261,32 266,15 271,24 274,94
f. Perencanaan, penyelenggaraan RHL, pengembangan
Berkurangnya lahan kritis dan peningkatan pendapatan masyarakat
Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan
102.000 ha
602.000 ha
1.202.000 ha
1.850.000 ha
2.500.000 ha
2.496,94 2.543,08 2.591,71 2.627,04
75
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
kelembagaan dan evaluasi DAS
rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta ha.
Terbangunnya hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha.
Sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi
Terbangunnya hutan rakyat kemitraan untuk bahan baku industri pertukangan seluas 250.000 ha.
Rencana pengelolaan DAS terpadu pada 108 unit DAS
Terbangunnya hutan desa seluas 500.000 ha.
400.000 ha 6 lokasi 50.000 ha 34 DAS 100.000 ha
800.000 ha 12 lokasi 100.000 ha 70 DAS 200.000 ha
1.200.000 ha 18 lokasi 150.000 ha 106 DAS 300.000 ha
1.600.000 ha 24 lokasi 200.000 ha 108 DAS 400.000 ha
2.000.000 ha 30 lokasi 250.000 ha 108 DAS 500.000 ha
g. Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan evaluasi hutan mangrove
Meningkatnya pengelolaan hutan mangrove
Rencana RTkRHL mangrove, 2 kegiatan
Rencana pengelolaan hutan mangrove, 2 kegiatan
Terbentuk dan berfungsinya kelompok kerja mangrove daerah, 31 provinsi
Data informasi evaluasi pengelolaan hutan mangrove, 2 kegiatan
0 kegiatan 0 kegiatan 0 provinsi 0 kegiatan
1 kegiatan 0 kegiatan 8 provinsi 1 kegiatan
1 kegiatan 1 kegiatan 16 provinsi 1 kegiatan
2 kegiatan 1 kegiatan 24 provinsi 2 kegiatan
2 kegiatan 2 kegiatan 31 provinsi 2 kegiatan
18,36 18,70 19,06 19,32
h. Penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan
Tersedianya sumber benih untuk mendukung RHL
Areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara baik.
Areal sumber benih seluas 6.000 ha.
Pengembangan Seed for People 100 lokasi .
Terbangunnya sentra bibit 33 Unit.
4.500 Ha 1.000 Ha 20 Lokasi 7 Unit
4.500 Ha 2.100 Ha 40 Lokasi 20 Unit
4.500 Ha 3.300 Ha 60 Lokasi 25 Unit
4.500 Ha 4.500 Ha 80 Lokasi 28 Unit
4.500 Ha 6.000 Ha
100 Lokasi 33 Unit
77,49 78,92 80,43 81,53
i. Pengembangan Persuteraan Alam
Meningkatnya jumlah produksi sutera alam
Jumlah unit usaha persuteraan alam meningkat sebesar 15 unit
Peningkatan produksi sutera alam segmen hulu sebesar 10%
0 unit 0%
3 unit 2%
7 unit 5%
12 unit 7,5%
15 unit 10%
13,67 13,92 14,19 14,38
77
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
5. Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan
Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul.
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul.
212,26 265,58 270,49 275,66 279,42
a. Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan
Ketersediaan dan termanfaatkan iptek dasar dan terapan bidang lansekap hutan, perubahan iklim, dan kebijakan kehutanan
Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul, yaitu : (1) strategi kebijakan bagi pengambil keputusan (decision support system, DSS) dalam penataan ruang dan penatagunaan hutan berbasis DAS; (2) strategi kebijakan (DSS) pengembangan hutan kota; (3) kebijakan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan; (4) teknik perhitungan emisi dan serapan gas rumah kaca (GRK) kehutanan; (5) strategi kebijakan adaptasi terhadap perubahan iklim; (6) strategi penguatan tata kelola kehutanan dan kinerja
20%
40%
60%
80%
100%
21,70 29,98 30,53 31,12 31,54
78
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
Kemenhut; (7) strategi penguatan tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan.
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul tersebut di atas.
20%
40%
60%
80%
100%
b. Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi
Ketersediaan dan termanfaatkannya Iptek dasar dan terapan bidang konservasi dan rehabilitasi
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul, yaitu : (1) teknik rehabilitasi hutan bekas tebangan; (2) teknik penanaman dan rehabilitasi mangrove; (3) teknik pengelolaan hutan rawa gambut ramah lingkungan; (4) teknik konservasi flora, fauna dan mikoorganisme; (5) teknik pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi secara lestari; (6) sistem pengelolaan DAS lintas sektoral dan wilayah admiistrasi; (7) teknik rehablitasi dan restorasi lahan bekas tambang.
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul tersebut di atas.
20% 20%
40% 40%
60% 60%
80% 80%
100%
100%
23,00 104,25 106,18 108,21 109,68
c. Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Hutan dan Pengolahan Hasil Hutan
ketersediaan dan termanfaatkannya IPTEK dasar dan terapan bidang keteknikan hutan dan pengolahan hasil hutan
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul, yaitu : (1) informasi tentang sifat dasar dan kegunaan kayu sesuai tujuan pemakaiannya; (2) teknik pemanenan hutan ramah lingkungan; (3) teknik pemanfaatan dan peningkatan kualitas kayu
20%
40%
60%
80%
100%
21,00 19,00 19,35 19,72 19,99
79
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
serta standarisasi produk kayu; (4) teknik pengolahan, pemanfaatan dan diversifikasi produk HHBK; (5) terobosan perekayasaan alat dan teknik subtitusi bahan pembantu industri perkayuan.
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang keteknikan hutan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul tersebut di atas.
20%
40%
60%
80%
100%
d. Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan
Ketersediaan dan pemanfaatan IPTEK dasar dan terapan bidang hutan tanaman dan hasil hutan bukan kayu
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul, yaitu : (1) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan; (2) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil pulp; (3) teknik peningkatan produktifitas jenis-jenis tanaman kayu energi ; (4) teknik penyediaan benih unggul; (5) teknik peningkatan produktifitas dan nilai ekonomi HHBK FEM (food, energy, medicine); (6) teknik peningkatan produktifitas dan kualitas produk HHBK non FEM (gaharu, cendana, gemor, sutera, lebah madu, rusa).
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang produktifitas hutan 6 judul tersebut di atas.
20% 20%
40% 40%
60% 60%
80% 80%
100% 100%
30,27 79,19 80,63 82,17 83,30
e. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Litbang berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Litbang Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 20 satker
Tertib administrasi pengelolaan
20 Satker 20 satker
20 Satker 20 satker
20 Satker 20 satker
20 Satker 20 satker
20 Satker 20 satker
116,29 33,18 33,79 34,44 34,91
80
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
keuangan dan BMN di lingkungan Litbang Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 20 Satker
Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
33 Unit KHDTK
33 Unit KHDTK
33 Unit KHDTK
33 Unit KHDTK
33 Unit KHDTK
82
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
8. Penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan
Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan Lainnya.
• Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat
• Terbentuknya 500 kelompok masyarakat produktif mandiri
• sertifikasi penyuluh kehutanan sebanyak 1.500 orang
• pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya minimal sebanyak 15.000 orang
• Pendidikan menengah kehutanan sebanyak 1.440 orang
236,58 240,95 245,56 248,91
a. Pengembangan penyuluhan kehutanan
Meningkatnya sistem penyuluhan kehutanan yang aplikatif
• Peningkatan efektifitas penyuluhan kehutanan melalui penyusunan programa penyuluhan kehutanan nasional sebanyak 5 dokumen
• Sertifikasi penyuluh kehutanan sejumlah 1.500 orang
• Kampanye Indonesia Menanam (KIM) di 33 provinsi
1 dokumen 33 provins
2 dokumen 200 orang 33 provins
3 dokumen 500 orang 33 provins
4 dokumen 1.000 orang 33 provins
5 dokumen 1.500 orang 33 provinsi
18,46 18,80 19,16 19,42
b. Peningkatan pelayanan penyuluhan kehutanan
Meningkatnya kesadaran dan partisipasi pelaku utama dan pelaku usaha serta peran penyuluh dalam pembangunan kehutanan
kelompok masyarakat produktif mandiri,
Peningkatan kapasitas penyuluh kehutanan sejumlah 5.000 orang.
100 kelompok 1.000 orang
200 kelompok 2.000 orang
300 kelompok 3.000 orang
400 kelompok 4.000 orang
500 kelompok 5.000 orang
12,05 12,27 12,51 12,68
c. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya
Meningkatnya kualitas dan kapasitas aparatur Kemenhut serta SDM kehutanan lainnya
• Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, teknis dan administrasi kehutanan minimal sebanyak 15.000 orang peserta.
• Pendidikan menengah
3000 orang 285 siswa
6000 orang 570 siswa
9000 orang 855 siswa
12000 orang 1140 siswa
15000 orang 1440 siswa
143,70 143,57 146,22 149,02 151,05
83
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
kejuruan kehutanan sebanyak 1.440 siswa.
• Pendidikan pasca sarjana jenjang S2 dan S3 sebanyak 325 orang lulusan.
• Sertifikasi ISO 9001 : 2008 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan sejumlah 5 unit.
65 siswa 0 unit
130 siswa 1 unit
195 siswa 3 unit
260 siswa 4 unit
325 siswa 5 unit
d. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan
Penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 17 satker
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 17 Satker
Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat
Terbentuknya kelembagaan penyuluhan di 6 provinsi dan 100 kabupaten/kota.
17 satker 17 Satker 2 dokumen kerjasama 0 provinsi 0 kab/kota
17 satker 17 satker 12 dokumen kerjasama 2 provinsi 30 kab/kota
17 satker 17 Satker 24 dokumen kerjasama 3 provinsi 50 kab/kota
17 satker 17 Satker 37 dokumen kerjasama 4 provinsi 75kab/kota
17 satker 17 Satker 50 kerjasama 6 provinsi 100 kab/kota
62,50 63,65 64,87 65,76
84
Lampiran 1g
Indikator Kinerja Tahunan
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan
85
Inspektorat Jenderal
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
6. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan
Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan
• Kelemahan administrasi ditekan hingga 50% dari tahun 2009
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan berkurang hingga 50% dari tahun 2009
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas berkurang hingga 50% dari tahun 2009
• Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 25% dari temuan tahun 2006-2009
41,41
54,24 55,24 56,30 57,07
a. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat I
Terlaksananya audit kinerja, keuangan, dan administrasi pada satuan-satuan kerja Kementerian Kehutanan di wilayah kerja Inspektorat I
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat I ditekan hingga 50% dari tahun 2009
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun 2009
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun 2009
10% 10% 10%
20% 20% 20%
30% 30% 30%
40% 40% 40%
50% 50% 50%
3,03
4,82 4,91 5,00 5,07
b Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat II
Terlaksananya audit kinerja, keuangan, dan administrasi pada satuan kerja Kementerian Kehutanan di wilayah kerja Inspektorat II
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat II ditekan hingga 50% dari tahun 2009
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun 2009
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun 2009
10% 10% 10%
20% 20% 20%
30% 30% 30%
40% 40% 40%
50% 50% 50%
3,22 4,99 5,08 5,18 5,25
c Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat III
Terlaksananya audit kinerja, keuangan, dan administrasi pada satuan kerja Kementerian Kehutanan di wilayah kerja Inspektorat III
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat III ditekan hingga 50% dari tahun 2009
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun 2009
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun
10% 10% 10%
20% 20% 20%
30% 30% 30%
40% 40% 40%
50% 50% 50%
3,57 5,36 5,46 5,56 5,64
86
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
2009
d Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat IV
Terlaksananya audit kinerja, keuangan, dan administrasi pada satuan kerja Kementerian Kehutanan di wilayah kerja Inspektorat IV
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat IV ditekan hingga 50% dari tahun 2009
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun 2009
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun 2009
10% 10% 10%
20% 20% 20%
30% 30% 30%
40% 40% 40%
50% 50% 50%
3,48 5,25 5,35 5,45 5,52
e Pengawasan Terhadap Kasus Pelanggaran yang Berindikasi KKN
Terlaksananya audit terhadap kasus yang diduga berindikasikan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
• Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 25% dari temuan tahun 2006-2009
5% 10% 15% 20% 25% 4,00 3,84 3,91 3,99 4,04
f Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
Penyelenggaraan tugas dan fungsi Itjen berjalan secara efektif dan efisien, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Itjen Kemenhut sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 6 satker
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Itjen Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 6 Satker
6 satker 6 satker
6 satker 6 satker
6 satker 6 satker
6 satker 6 satker
6 satker 6 satker
24,11 29,98 30,53 31,12 31,54
87
Lampiran 1h
Indikator Kinerja Tahunan
Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Jenderal Kementerian Kehutanan
88
Sekretariat Jenderal
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
7. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Jenderal Kementerian Kehutanan
Meningkatnya tata kelola administrasi pemerintahan Kemenhut secara efektif dan efisien, serta mewujudkan reformasi birokrasi
• Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahunan “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 1 judul per tahun.
• Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikan sebesar 80%.
• Pencapaian sasaran strategis minimal 95% di akhir tahun 2014
• Terselesaikannya status pencatatan BMN eks Kantor Wilayah Kementerian Kehutanan di 15 provinsi.
• Penanganan perkara, pemulihan hal-hak negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun 2014.
• Prasarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95%.
• Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% per tahun.
• Rancangan standard produk dan jasa kehutanan, pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim 35 judul
• Kerjasama baru bilateral sebanyak 5 negara dan multipihak sebanyak 3 lembaga
• Tersusunnya rencana kawasan dan pembangunan kehutanan 4 regional.
• Penyaluran kredit pembangunan hutan tanaman industri (HTI) , hutan tanaman Rakyat (HTR)
546,56 425,53 433,39 441,68 447,70
89
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
dan hutan rakyat seluas 400.000 ha.
a. Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Kementerian Kehutanan
terselenggaranya koordinasi perencanaan dan evaluasi Kementerian Kehutanan secara baik dan mantap
• Penyerapan anggaran meningkat minimal menjadi 90% diakhir tahun 2014
• Pencapaian sasaran strategis minimal 95% di akhir tahun 2014
• Model implementasi kebijakan kehutanan di 3 kabupaten
80% 18% 3 kabupaten
82% 36% 3 kabupaten
85% 54% 3 kabupaten
87% 72% 3 kabupaten
90% 95% 3 kabupaten
24,23 84,39 85,95 87,59 88,79
b. Penyelenggaraan Administrasi dan Penataan Kepegawaian
terselenggaranya tertib dan pelayanan administrasi kepegawaian Kementerian Kehutanan
• Pelayanan administrasi kepegawaian minimal 95% akurat dan tepat waktu.
• Prasarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95%.
• Data kepegawaian dalam SIMPEG minimal 98% sesuai dengan data yang dimiliki individu PNS.
85% 85% 85%
87% 87% 87%
90% 90% 90%
92% 92% 95%
95% 95% 98%
16,15 18,90 19,25 19,62 19,88
c. Penyelenggaraan dan Pembinaan Tata Hukum dan Organisasi Kementerian Kehutanan
mantapnya tata hukum dan organisasi di lingkup Kementerian Kehutanan
• Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan lingkup Kemenhut minimal sebesar 75% di akhir tahun 2014.
• Pencapaian penelaahan hukum peraturan perundang-undangan lingkup Kemenhut minimal sebesar 80% di akhir tahun 2014.
• Penanganan perkara, pemulihan hal-hak negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun 2014.
• Pencapaian pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan lingkup Kemenhut minimal sebesar 70% di akhir tahun 2014.
15% 16% 16% 14%
30% 32% 32% 28%
45% 48% 48% 42%
60% 64% 64% 56%
75% 70% 70% 70%
9,80 11,80 12,02 12,25 12,41
d. Penyelenggaraan Administrasi Keuangan Kementerian Kehutanan
tertibnya pelaksanaan administrasi keuangan Kementerian Kehutanan
• Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikan KUK-DAS, KUHR dan KUPA serta PSDH DR sebesar 80%
• Opini laporan keuangan
15% 1 judul
30% 1 judul
45% 1 judul
60% 1 judul
80% 1 judul
51,94 59,35 60,45 61,60 62,44
90
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
Kementerian Kehutanan “ wajar tanpa pengecualian” mulai laporan tahun 2011, sebanyak 5 judul (1 judul setiap tahun)
• Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 13,75 Trilyun
Rp. 2,75 Trilyun
Rp. 5,5 Trilyun
Rp. 8,25 Trilyun
Rp. 11 Trlyun
Rp. 13,75 Trilyun
e. Penyelenggaraan Ketatausahaan, Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Perlengkapan Kementerian Kehutanan.
tertibnya pelaksanaan tata usaha, rumah tangga dan pengelolaan barang milik negara (BMN) Kementerian Kehutanan
• SIMAK BMN Kementerian Kehutanan akuntabel dan tepat waktu sebanyak 225 satuan kerja per tahun
• Sertifikasii ahli pengadaan barang dan jasa bagi pejabat pembuat komitmen (PPK) dan panitia/pejabat pengadaan di Kementerian Kehutanan sebanyak 1.000 orang
• Sertifikasi tanah milik Kementerian Kehutanan di 5 lokasi (Mangala Wanabakti, Kanci, Cimanggis, Kramatjati, dan Rumpin)
• Terselesaikannya status pencatatan BMN eks Kantor Wilayah Kementerian Kehutanan di 15 provinsi.
225 Satker 200 Org 5 lokasi 5 Prov
225 Satker 400 Org 5 lokasi 10 Prov
225 Satker 600 Org 5 lokasi 15 Prov
225 Satker 800 Org 5 lokasi 15 Prov
225 Satker 1.000 Org 5 lokasi 15 Prov
157,98 164,66 167,70 170,91 173,20
f. Pembinaan Standarisasi, Pengelolaan Lingkungan dan Penanganan Perubahan Iklim Kehutanan
berkembangnya standardisasi produk, proses, dan kompetensi teknis di bidang kehutanan , peningkatan pengelolaan lingkungan dan penanganan perubahan iklim kehutanan
• Standard produk dan jasa kehutanan, serta pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim 35 judul
• Sertifikasi pengelolaan hutan rakyat 15 unit
• Rekomendasi kebijakan penanganan perubahan iklim kehutanan sebanyak 5 paket
6 produk 3 unit -
12 produk 6 unit 1 paket
19 produk 9 unit 2 paket
26produk 12 unit 3 paket
35 produk 15 unit 5 paket
7,54 11,69 11,91 12,13 12,30
g. Pembinaan dan Koordinasi Kerjasama Luar Negeri
meningkatnya peran dan posisi Indonesia di bidang kehutanan
• Partisipasi Indonesia dalam forum kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) di bidang kehutanan sebanyak 3 paket per tahun
• Komitmen kerjasama internasional di bidang kehutanan (bilateral, multilatareal, regional, dan multipihak) sebanyak 5 paket
• Kerjasama baru bilateral
3 paket 1 paket 1 negara
3 paket 2 paket 2 negara
3 paket 3 paket 3 negara
3 paket 4 paket 4 negara
3 paket 5 paket 5 negara
16,43 22,26 22,67 23,10 23,42
91
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
sebanyak 5 negara dan multipihak sebanyak 3 lembaga
• Laporan monitoring dan evaluasi kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) sebanyak 3 paket per tahun
1 lembaga 3 paket
2 lembaga 3 paket
3 lembaga 3 paket
3 lembaga 3 paket
3 lembaga 3 paket
h. Penyiaran dan Penyebarluasan Informasi Pembangunan Kehutanan
memperkuat pemahaman dan komitmen masyarakat terhadap pembangunan kehutanan
• Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% per tahun.
• Meningkatnya berita kegiatan pimpinan Kemenhut sebesar 10% per tahun.
• Meningkatnya publikasi kebijakan program pembangunan kehutanan sebesar 10% per tahun.
• Hubungan dengan lembaga tinggi negara, pemerintah dan lembaga non pemerintah meningkat sebesar 10% per tahun.
10% 10% 10% 10%
20% 20% 20% 20%
30% 30% 30% 30%
40% 40% 40% 40%
50% 50% 50% 50%
12,04
23,28 23,71 24,16 24,49
i. Pengelolaan Keuangan, Penyaluran dan Pengembalian Dana Bergulir Pembiayaan Pembangunan Kehutanan
fasilitasi dan ketersediaan pembiayaan pembangunan kehutanan
• Kredit pembangunan hutan tanaman (hutan tanaman industri , hutan tanaman rakyat dan hutan rakyat) seluas 400.000 ha
• Pemahaman terhadap skim pinjaman pembangunan hutan tanaman di 60 kabupaten tahun 2014
• Peningkatan penguatan kelembagaan debitur di 15 kabupaten tahun 2014
80.000 ha 12 kabupaten 3 kabupaten
160.000 ha 24 kabupaten 6 kabupaten
240.000 ha 36 kabupaten 9 kabupaten
320.000 ha 48 kabupaten 12 kabupaten
400.000 ha 60 kabupaten 15 kabupaten
9,85 10,80 11,00 11,21 11,36
j. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I
Terselenggaranya perencanaan kehutanan di regional I
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional I berjalan minimal 90%
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional I, 2 dokumen
18% 0 dokumen
36% 1 dokumen
54%
2 dokumen
72%
2 dokumen
90% 2 dokumen
4,41 4,50 4,58 4,67 4,73
k. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II
Terselenggaranya perencanaan kehutanan di regional II
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional II berjalan minimal 90%
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional II, 2 dokumen
18% 0 dokumen
36% 1 dokumen
54%
2 dokumen
72%
2 dokumen
90% 2 dokumen
4,51 4,60 4,69 4,77 4,84
92
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
SASARAN (Hasil Outcomes/
Output yang diharapkan) INDIKATOR
TARGET KUMULATIF ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN PRIORITAS (Miliar Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
l. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional III
Terselenggaranya perencanaan kehutanan di regional III
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional III berjalan minimal 90%
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional III , 2 dokumen
18% 0 dokumen
36% 1 dokumen
54%
2 dokumen
72%
2 dokumen
90% 2 dokumen
4,34 4,43 4,51 4,60 4,66
m. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV
Terselenggaranya perencanaan kehutanan di regional IV
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional IV berjalan minimal 90%
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional IV, 2 dokumen
18% 0 dokumen
36% 1 dokumen
54%
2 dokumen
72%
2 dokumen
90% 2 dokumen
6,90 4,87 4,96 5,05 5,12
94
Lampiran 2a Indikator Kinerja Per Propinsi
Program Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan
95
Regional I Sumatera
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum
sel Beng kulu
Lam pung Babel Kepri
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Program : Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan Kegiatan :
1. Pengukuhan Kawasan Hutan
• Terjaminnya tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan
Km 8.324 676 1.373 585 689 940 1.335 264 480 1.180 802
• Penunjukan kawasan hutan provinsi selesai 100%.
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
• Penetapan kawasan hutan yang telah di tata batas temu gelang selesai 75% per tahun
% 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
• Rekomendasi perubahan fungsi kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun
% 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
• SK pelepasan kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun;
% 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
2. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
• Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan wilayah KPHL dan KPHP di seluruh Indonesia;
Propinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
• Beroperasinya 120 KPH (20% KPH yang telah ditetapkan)
% 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
• Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK) di seluruh Indonesia. *) Wilayah KPHK tidak dipisahkan berdasarkan
administrasi pemerintahan provinsi
Propinsi 11 *) *) *) *) *) *) *) *) *) *)
• Peraturan perundang-undangan penyeleng-garaan kesatuan pengelolaan hutan (KPH)
Judul - - - - - - - - - - -
96
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum
sel Beng kulu
Lam pung Babel Kepri
sebanyak 4 judul.
• Peta areal kerja dan peta pencadangan ijin pemanfaatan hutan selesai 80%.
% 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
3 Penyusunan Rencana Makro Kawasan Hutan
• Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 4 judul
Judul - - - - - - - - - - -
• Persetujuan substansi teknis kehutanan terhadap usulan revisi tata ruang di 26 provinsi
Propinsi 9 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1
• Sistem jaringan komunikasi data kehutanan LAN Pusat dan WAN 17 provinsi sebanyak 1 sistem per tahun
Judul 4 - 1 - - - 1 - - 1 1
4. Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan
• Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul
Judul - - - - - - - - - - -
• Data dan informasi sumber daya hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul
Judul - - - - - - - - - - -
• Data dan informasi pendugaan carbon kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul.
Judul - - - - - - - - - - -
• Basis data spasial sumber daya hutan yang terintegrasi sebanyak 5 kali update
Kali - - - - - - - - - - -
5. Pengendalian Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Pembangunan di Luar Kegiatan Kehutanan
• Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan terlayani 100% secara tepat waktu.
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
• Wajib bayar tertib membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan minimal 80% per tahun;
% 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
• Data dan informasi penggunaan kawasan hutan di 33 provinsi
Propinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
• Peraturan perundangan penggunaan kawasan hutan, 1 judul
Judul - - - - - - - - - - -
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen
• Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 23 satker
Satker -
-
- - - - - - - - -
97
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum
sel Beng kulu
Lam pung Babel Kepri
Planologi Kehutanan • Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 23 Satker
Satker - - - - - - - - - - -
7. Penyiapan Pemantapan Kawasan Hutan
• Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km
Km 8.324 767 1.373 585 689 940 1.335 264 480 1.180 802
• Neraca Sumberdaya Hutan di 17 wilayah BPKH BPKH 4 - 1 - - - 1 - - 1 1
98
Regional II Jawa-Bali-NTB-NTT
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Program : Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan Kegiatan :
1. Pengukuhan Kawasan Hutan
• Terjaminnya Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan
Km - 2.570 6 179 620 45 448 104 14 109 1.045
• Penunjukan kawasan hutan provinsi selesai 100%.
% - 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
• Penetapan kawasan hutan yang telah di tata batas temu gelang selesai 75% per tahun
% - 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
• Rekomendasi perubahan fungsi kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun
% - 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
• Bahan penyiapan SK pelepasan kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun;
% - 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
2. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
• Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan wilayah KPHL dan KPHP di seluruh Indonesia;
Propinsi - 4 - - - - - 1 1 1 1
• Beroperasinya 120 KPH (20% KPH yang telah ditetapkan)
% - 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
• Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK) di seluruh Indonesia. *) Wilayah KPHK tidak dipisahkan
Propinsi 67 17 *) *) *) *) *) *) *) *) *)
99
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
berdasarkan administrasi pemerintahan provinsi
• Peraturan perundang-undangan penyeleng-garaan kesatuan pengelolaan hutan (KPH) sebanyak 4 judul.
Judul 4 - - - - - - - - - -
• Peta areal kerja dan peta pencadangan ijin pemanfaatan hutan selesai 80%.
% - 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
3 Penyusunan Rencana Makro Kawasan Hutan
• Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 4 judul
Judul 4 - - - - - - - - - -
• Persetujuan substansi teknis kehutanan terhadap usulan revisi tata ruang di 26 provinsi
Propinsi - 3 1 - - - 1 - - - 1
• Sistem jaringan komunikasi data kehutanan LAN Pusat dan WAN 17 provinsi sebanyak 1 sistem per tahun
Judul 3 - - - - - 1 1 - 1
4. Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan
• Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul
Judul 5 - - - - - - - - - -
• Data dan informasi sumber daya hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul
Judul 5 - - - - - - - - - -
• Data dan informasi pendugaan carbon kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul.
Judul 5 - - - - - - - - - -
• Basis data spasial sumber daya hutan yang terintegrasi sebanyak 5 kali update
Kali 5 - - - - - - - - - -
5. Pengendalian Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Pembangunan di Luar Kegiatan Kehutanan
• Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan terlayani 100% secara tepat waktu.
% - 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
• Wajib bayar tertib membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan minimal 80% per tahun;
% - 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
• Data dan informasi penggunaan kawasan hutan di 33 provinsi
Propinsi - 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1
100
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
• Peraturan perundangan penggunaan kawasan hutan, 1 judul
Judul 3 - - - - - - - - - -
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Planologi Kehutanan
• Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 23 satker
Satker 23 -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 23 Satker
Satker 23 - - - - - - - - - -
7. Penyiapan Pemantapan Kawasan Hutan
• Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 Km
Km - 2.570 6 179 620 45 448 104 14 109 1.045
• Neraca Sumberdaya Hutan di 17 wilayah BPKH
BPKH - 3 - - - - - 1 1 - 1
101
Regional III Kalimantan ESELON I / PROGRAM /
KEGIATAN Nasional Regional III
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Program : Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan Kegiatan :
1. Pengukuhan Kawasan Hutan
• Terjaminnya tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan
Km 5.414 1.586 1.039 1.149 1.640
• Penunjukan kawasan hutan provinsi selesai 100%. % 100 100 100 100 100 • Penetapan kawasan hutan yang telah di tata batas temu gelang selesai
75% per tahun % 75 75 75 75 75
• Rekomendasi perubahan fungsi kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun
% 75 75 75 75 75
• Bahan penyiapan SK pelepasan kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun;
% 75 75 75 75 75
2. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
• Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan wilayah KPHL dan KPHP di seluruh Indonesia;
Propinsi 4 1 1 1 1
• Beroperasinya 120 KPH (20% KPH yang telah ditetapkan) % 20 20 20 20 20 • Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan wilayah kesatuan
pengelolaan hutan konservasi (KPHK) di seluruh Indonesia. *) Wilayah KPHK tidak dipisahkan berdasarkan administrasi
pemerintahan provinsi
Propinsi 8 *) *) *) *)
• Peraturan perundang-undangan penyeleng-garaan kesatuan pengelolaan hutan (KPH) sebanyak 4 judul.
Judul - - - - -
• Peta areal kerja dan peta pencadangan ijin pemanfaatan hutan selesai 80%.
% 80 80 80 80 80
3 Penyusunan Rencana Makro Kawasan Hutan
• Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 4 judul Judul - - - - - • Persetujuan substansi teknis kehutanan terhadap usulan revisi tata
ruang di 26 provinsi Propinsi 4 1 1 1 1
102
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
• Sistem jaringan komunikasi data kehutanan LAN Pusat dan WAN 17 provinsi sebanyak 1 sistem per tahun
Judul 3 1 1 - 1
4. Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan
• Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul
Judul - - - - -
• Data dan informasi sumber daya hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul
Judul - - - - -
• Data dan informasi pendugaan carbon kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul.
Judul - - - - -
• Basis data spasial sumber daya hutan yang terintegrasi sebanyak 5 kali update
Kali - - - - -
5. Pengendalian Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Pembangunan di Luar Kegiatan Kehutanan
• Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan terlayani 100% secara tepat waktu. %t 80 80 80 80 80 • Wajib bayar tertib membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan
minimal 80% per tahun; % 80 80 80 80 80
• Data dan informasi penggunaan kawasan hutan di 33 provinsi Propinsi 4 1 1 1 1 • Peraturan perundangan penggunaan kawasan hutan, 1 judul Judul - - - - -
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Planologi Kehutanan
• Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 23 satker
Satker -
-
-
-
-
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 23 Satker
Satker - - - - -
7. Penyiapan Pemantapan Kawasan Hutan
• Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 Km Km 5.414 1.586 1.039 1.149 1.640 • Neraca Sumberdaya Hutan di 17 wilayah BPKH BPKH 3 1 1 - 1
103
Regional IV Sulawesi-Maluku-Papua
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
Barat DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Program : Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan Kegiatan :
1. Pengukuhan Kawasan Hutan
• Terjaminnya tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan
KM 8.692 439 1.050 0 1.075 1.360 980 1.024 633 1.369 762
• Penunjukan kawasan hutan provinsi selesai 100%.
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
• Penetapan kawasan hutan yang telah di tata batas temu gelang selesai 75% per tahun
% 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
• Rekomendasi perubahan fungsi kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun
% 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
• Bahan penyiapan SK pelepasan kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun;
% 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
2. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
• Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan wilayah KPHL dan KPHP di seluruh Indonesia;
Propinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
• Beroperasinya 120 KPH (20% KPH yang telah ditetapkan)
% 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
• Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK) di seluruh Indonesia.
Propinsi 13 *) *) *) *) *) *) *) *) *) *)
104
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
Barat *) Wilayah KPHK tidak dipisahkan
berdasarkan administrasi pemerintahan provinsi
• Peraturan perundang-undangan penyeleng-garaan kesatuan pengelolaan hutan (KPH) sebanyak 4 judul.
Judul - - - - - - - - - - -
• Peta areal kerja dan peta pencadangan ijin pemanfaatan hutan selesai 80%.
% 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
3 Penyusunan Rencana Makro Kawasan Hutan
• Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 4 judul
Judul - - - - - - - - - - -
• Persetujuan substansi teknis kehutanan terhadap usulan revisi tata ruang di 26 provinsi
Propinsi 9 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1
• Sistem jaringan komunikasi data kehutanan LAN Pusat dan WAN 17 provinsi sebanyak 1 sistem per tahun
Judul 7 1 1 - 1 - 1 1 - 1 1
4. Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan
• Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul
Judul - - - - - - - - - - -
• Data dan informasi sumber daya hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul
Judul - - - - - - - - - - -
• Data dan informasi pendugaan carbon kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul.
Judul - - - - - - - - - - -
• Basis data spasial sumber daya hutan yang terintegrasi sebanyak 5 kali update
Kali - - - - - - - - - - -
5. Pengendalian Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Pembangunan di Luar Kegiatan Kehutanan
• Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan terlayani 100% secara tepat waktu.
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
• Wajib bayar tertib membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan minimal 80% per tahun;
% 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
• Data dan informasi penggunaan kawasan hutan di 33 provinsi
Propinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
105
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
Barat • Peraturan perundangan penggunaan
kawasan hutan, 1 judul Judul - - - - - - - - - - -
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Planologi Kehutanan
• Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 23 satker
Satker -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 23 Satker
Satker - - - - - - - - - - -
7. Penyiapan Pemantapan Kawasan Hutan
• Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 Km
Km 8.692 439 1.050 - 1.075 1.360 980 1.024 633 1.369 762
• Neraca Sumberdaya Hutan di 17 wilayah BPKH
BPKH 7 1 1 - 1 - 1 1 - 1 1
107
Regional I Sumatera
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum
ut Sum bar Riau Jambi Sumsel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN Program : Peningkatan Usaha Kehutanan Kegiatan :
1. Peningkatan Usaha Hutan Tanaman
• Penambahan luas areal pencadangan ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha
Ha 1.064.825 24.900 155.000 135.000 125.000 200.000 149.925 75.000 90.000 110.000 -
• Penambahan areal tanaman pada hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 2.65 juta ha
Ha 1.066.000 - 21.550 6.500 240.000 229.000 412.450 - 156.500 - -
• Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari pada 50 unit manajemen hutan tanaman
Unit 33 - 2 1 15 4 8 1 2 - -
2. Peningkatan Usaha Hutan Alam
• Produksi hasil hutan kayu sebesar 5%
% 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
• Unit IUPHHK bersertifkat PHPL meningkat 50%
% 50 - 50 50 50 50 50 50 - - -
• 50% produksi penebangan bersertifikat Legalitas Kayu
% 50 - 50 50 50 50 50 50 - - -
3. Perencanaan Pemanfaatan dan Peningkatan Usaha Kawasan Hutan
• Terbentuknya KPHP pada seluruh kawasan hutan produksi
Unit 20 - - 4 - - - - 5 11 -
• Tersedianya areal calon/usulan pemanfaatan hutan produksi dalam bentuk unit-unit usaha pada 26 propinsi
Propinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
108
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum
ut Sum bar Riau Jambi Sumsel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
• Produksi hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan sebesar 5%
% 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
• Penerbitan IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan (LOA), seluas 2,5 juta Ha
Ribu Ha 243 - - 80 - 163 - - - - -
4. Peningkatan Tertib Peredaran Hasil Hutan dan Iuran Hasil Hutan
• PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi meningkat sebesar 10%
% 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
• Implementasi SIM PUHH secara on line di seluruh unit managemen IUPHHK dan IPHHK
Unit 2 - - 1 1 - - - - - -
5. Peningkatan Usaha Industri Primer Kehutanan
• Pemenuhan bahan baku dari hutan tanaman dan limbah (kumulatif) meningkat menjadi 75%
% 75 - 75 - 75 75 75 75 75 - 75
• Produksi industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat 50%
% 50 - 50 - 50 50 50 50 50 - 50
• Efisiensi penggunaan bahan baku industri meningkat sebesar 10% (rata-rata 2% per tahun)
% 10 - 10 - 10 10 10 10 10 - 10
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Bina Usaha Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BUK sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 24 satker
Satker - - - - - - - - - - -
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BUK dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun
satker - - - - - - - - - - -
109
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum
ut Sum bar Riau Jambi Sumsel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
2011.sebanyak 24 Satker
7. Pemantauan Usaha Kehutanan dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL
• Terpantaunya kegiatan peningkatan usaha hutan tanaman dan hutan alam, perencanaan pemanfaatan dan usaha kawasan hutan, peningkatan tertib peredaran HH dan iuran kehutanan, serta usaha industri kehutanan
BP2HP 6 1 1 - 1 1 1 - 1 - -
• Tersedianya sarana dan metode pemanfaatan hutan produksi yang memenuhi standar pada unit manajemen
BP2HP 6 1 1 - 1 1 1 - 1 - -
• Tersedianya Ganis dan Wasganis yang bersertifikat
BP2HP 6 1 1 - 1 1 1 - 1 - -
• Rekomendasi pembangunan HTR
BP2HP 6 1 1 - 1 1 1 - 1 - -
• Tersedianya sarana prasarana kerja
BP2HP 6 1 1 - 1 1 1 - 1 - -
110
Regional II Jawa-Bali-NTB-NTT
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban
ten Jabar Ja teng Jatim DIY Bali NTB NTT
DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN Program : Peningkatan Usaha Kehutanan Kegiatan :
1. Peningkatan Usaha Hutan Tanaman
• Penambahan luas areal pencadangan ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha
Ha - 130.525 - - - - - 525 - 60.000 70.000
• Penambahan areal tanaman pada hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 2.65 juta ha
Ha - 208.600 - - - - - 550 - 68.050 140.000
• Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari pada 50 unit manajemen hutan tanaman
Unit - - - - - - - - - - -
2. Peningkatan Usaha Hutan Alam
• Produksi hasil hutan kayu sebesar 5% % - - - - - - - - - - - • Unit IUPHHK bersertifkat PHPL meningkat
50% % - - - - - - - - - - -
• 50% produksi penebangan bersertifikat Legalitas Kayu
% - - - - - - - - - - -
3. Perencanaan Pemanfaatan dan Peningkatan Usaha Kawasan Hutan
• Terbentuknya KPHP pada seluruh kawasan hutan produksi
Unit - 13 - - - - - 1 - 12 -
• Tersedianya areal calon/usulan pemanfaatan hutan produksi dalam bentuk unit-unit usaha pada 26 propinsi
Propinsi - 2 - - - - - - - 1 1
• Produksi hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan sebesar 5%
% - 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
• Penerbitan IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan (LOA), seluas 2,5 juta Ha
Unit - - - - - - - - - - -
111
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban
ten Jabar Ja teng Jatim DIY Bali NTB NTT
4. Peningkatan Tertib Peredaran Hasil Hutan dan Iuran Hasil Hutan
• PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi meningkat sebesar 10%
% - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
• Implementasi SIM PUHH secara on line di seluruh unit managemen IUPHHK dan IPHHK
Unit - - - - - - - - - - -
5. Peningkatan Usaha Industri Primer Kehutanan
• Pemenuhan bahan baku dari hutan tanaman dan limbah (kumulatif) meningkat menjadi 75%
% - 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
• Produksi industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat 50%
% - 10 10 10 10 10 10 - - - -
• Efisiensi penggunaan bahan baku industri meningkat sebesar 10% (rata-rata 2% per tahun)
Unit kerja 6 12 2 1 1 1 2 1 2 1 1
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Bina Usaha Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BUK sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 24 satker
Satker 24 - - - - - - - - - -
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BUK dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011.sebanyak 24 Satker
Satker 24 - - - - - - - - - -
7. Pemantauan Usaha Kehutanan dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL
• Terpantaunya kegiatan peningkatan usaha hutan tanaman dan hutan alam, perencanaan pemanfaatan dan usaha kawasan hutan, peningkatan tertib peredaran HH dan iuran kehutanan, serta usaha industri kehutanan
BP2HP - 3 1 - - - 1 - 1 - -
• Tersedianya sarana dan metode pemanfaatan hutan produksi yang memenuhi standar pada unit manajemen
BP2HP - 3 1 - - - 1 - 1 - -
• Tersedianya Ganis dan Wasganis yang bersertifikat
BP2HP - 3 1 - - - 1 - 1 - -
112
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban
ten Jabar Ja teng Jatim DIY Bali NTB NTT
• Rekomendasi pembangunan HTR BP2HP - 3 1 - - - 1 - 1 - -
• Tersedianya sarana prasarana kerja BP2HP - 3 1 - - - 1 - 1 - -
113
Regional III Kalimantan
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN Program : Peningkatan Usaha Kehutanan Kegiatan :
1. Peningkatan Usaha Hutan Tanaman
• Penambahan luas areal pencadangan ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha
Ha 770.000 265.000 230.000 155.000 120.000
• Penambahan areal tanaman pada hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 2.65 juta ha
Ha 952.900 240.000 166.050 10.950 535.000
• Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari pada 50 unit manajemen hutan tanaman
Unit 15 9 2 2 2
2. Peningkatan Usaha Hutan Alam
• Produksi hasil hutan kayu sebesar 5% % 5 5 5 5 5 • Unit IUPHHK bersertifkat PHPL meningkat 50% % 50 50 50 50 50 • 50% produksi penebangan bersertifikat Legalitas Kayu % 50 50 50 50 50
3. Perencanaan Pemanfaatan dan Peningkatan Usaha Kawasan Hutan
• Terbentuknya KPHP pada seluruh kawasan hutan produksi Unit - - - - - • Tersedianya areal calon/usulan pemanfaatan hutan produksi dalam
bentuk unit-unit usaha pada 26 propinsi Propinsi 4 1 1 1 1
• Produksi hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan sebesar 5% % 5 5 5 5 5 • Penerbitan IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan (LOA), seluas
2,5 juta Ha Ribu Ha 1.276 306 195 675 100
4. Peningkatan Tertib Peredaran Hasil Hutan dan Iuran Hasil Hutan
• PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi meningkat sebesar 10%
% 10 10 10 10 10
• Implementasi SIM PUHH secara on line di seluruh unit managemen IUPHHK dan IPHHK
Unit 54 30 1 19 4
5. Peningkatan Usaha Industri Primer Kehutanan
• Pemenuhan bahan baku dari hutan tanaman dan limbah (kumulatif) meningkat menjadi 75%
% 75 75 75 75 75
• Produksi industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat 50%
% 50 50 50 50 50
114
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
• Efisiensi penggunaan bahan baku industri meningkat sebesar 10% (rata-rata 2% per tahun)
% 10 10 10 10 10
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Bina Usaha Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BUK sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 24 satker
Satker - - - - -
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BUK dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011.sebanyak 24 Satker
Satker - - - - -
7. Pemantauan Usaha Kehutanan dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL
• Terpantaunya kegiatan peningkatan usaha hutan tanaman dan hutan alam, perencanaan pemanfaatan dan usaha kawasan hutan, peningkatan tertib peredaran HH dan iuran kehutanan, serta usaha industri kehutanan
BP2HP 4 1 1 1 1
• Tersedianya sarana dan metode pemanfaatan hutan produksi yang memenuhi standar pada unit manajemen
BP2HP 4 1 1 1 1
• Tersedianya Ganis dan Wasganis yang bersertifikat BP2HP 4 1 1 1 1
• Rekomendasi pembangunan HTR BP2HP 4 1 1 1 1
• Tersedianya sarana prasarana kerja BP2HP 4 1 1 1 1
115
Regional IV Sulawesi-Maluku-Papua
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar Gorontalo Malu ku Mlk
Utara Papua Papua barat
DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN Program : Peningkatan Usaha Kehutanan Kegiatan :
1. Peningkatan Usaha Hutan Tanaman
• Penambahan luas areal pencadangan ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha
Ha 1.034.650 115.000 139.650 45.000 65.000 55.000 200.000 95.000 65.000 175.000 80.000
• Penambahan areal tanaman pada hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 2.65 juta ha
Ha 422.500 12.000 - 54.500 30.500 - - 65.000 10.500 250.000 -
• Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari pada 50 unit manajemen hutan tanaman
Unit 2 - - - 1 - - - 1 - -
2. Peningkatan Usaha Hutan Alam
• Produksi hasil hutan kayu sebesar 5%
% 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
• Unit IUPHHK bersertifkat PHPL meningkat 50%
% 50 50 50 50 - 50 50 50 50 50 50
• 50% produksi penebangan bersertifikat Legalitas Kayu
% 50 50 50 50 - 50 50 50 50 50 50
3. Perencanaan Pemanfaatan dan Peningkatan Usaha Kawasan Hutan
• Terbentuknya KPHP pada seluruh kawasan hutan produksi
Unit 70 5 - 15 - 3 - - - 31 16
• Tersedianya areal calon/usulan pemanfaatan hutan produksi dalam bentuk unit-unit usaha pada 26 propinsi
Propinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
• Produksi hasil hutan bukan % 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
116
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar Gorontalo Malu ku Mlk
Utara Papua Papua barat
kayu/jasa lingkungan sebesar 5%
• Penerbitan IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan (LOA), seluas 2,5 juta Ha
Ribu Ha 981 50 48 120 - 67 80 - - 616 -
4. Peningkatan Tertib Peredaran Hasil Hutan dan Iuran Hasil Hutan
• PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi meningkat sebesar 10%
% 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
• Implementasi SIM PUHH secara on line di seluruh unit managemen IUPHHK dan IPHHK
Unit 33 - 3 - - - - 3 4 11 12
5. Peningkatan Usaha Industri Primer Kehutanan
• Pemenuhan bahan baku dari hutan tanaman dan limbah (kumulatif) meningkat menjadi 75%
% 75 - 75 - 75 - - 75 75 75 75
• Produksi industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat 50%
% 50 - 50 - 50 - - 50 50 50 50
• Efisiensi penggunaan bahan baku industri meningkat sebesar 10% (rata-rata 2% per tahun)
% 10 - 10 - 10 - - 10 10 10 10
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Bina Usaha Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BUK sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 24 satker
Satker - - - - - - - - - - -
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BUK dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun
Satker - - - - - - - - - - -
117
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar Gorontalo Malu ku Mlk
Utara Papua Papua barat
2011.sebanyak 24 Satker 7. Pemantauan Usaha
Kehutanan dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL
• Terpantaunya kegiatan peningkatan usaha hutan tanaman dan hutan alam, perencanaan pemanfaatan dan usaha kawasan hutan, peningkatan tertib peredaran HH dan iuran kehutanan, serta usaha industri kehutanan
BP2HP 5 - 1 - 1 - - 1 - 1 1
• Tersedianya sarana dan metode pemanfaatan hutan produksi yang memenuhi standar pada unit manajemen
BP2HP 5 - 1 - 1 - - 1 - 1 1
• Tersedianya Ganis dan Wasganis yang bersertifikat
BP2HP 5 - 1 - 1 - - 1 - 1 1
• Rekomendasi pembangunan HTR
BP2HP 5 - 1 - 1 - - 1 - 1 1
• Tersedianya sarana prasarana kerja
BP2HP 5 - 1 - 1 - - 1 - 1 1
118
Lampiran 2c Indikator Kinerja Per Propinsi
Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
119
Regional I Sumatera
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum
sel Beng kulu
Lam pung Babel Kepri
DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Program : Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan Kegiatan :
1. Pengembangan Kawasan Konservasi, Ekosistem Esensial dan Pembinaan Hutan lindung
• Terjaminnya konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB) dan HL menurun sebanyak 5%
% 5 5 5 5 5 5 5 5 5 - -
• Terjaminnya pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%
% 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - -
• Terjaminnya penanganan perambahan kawasan hutan pada 12 provinsi prioritas (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sultra dan Sulteng)
Propinsi 6 - 1 1 1 1 1 - 1 - -
• Terjaminnya restorasi ekosistem kawasan konservasi, 1 paket per tahun (4 lokasi)
lokasi 1 - - - - - 1 - - - -
• Terjaminnya peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 50 Taman Nasional
TN 12 1 1 1 3 3 1 - 2 - -
• Terjaminnya peningkatan pengelolaan kawasan konservasi ekosistem gambut, 8 provinsi
Provinsi 3 - - - 1 1 1 - - - -
120
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum
sel Beng kulu
Lam pung Babel Kepri
• Terjaminnya peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi tertentu meningkat menjadi minimal Rp 800.000,00 per bulan per kepala keluarga (atau sebesar 30%) melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat.
% 30 30 30 30 30 30 30 30 30 - -
2. Penyidikan dan Pengamanan Hutan
• Terjaminnya kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
% 75 75 75 75 75 75 75 75 75 - -
• Terjaminnya tunggakan perkara (Illegal Logging, Perambahan, Perdagangan TSL Illegal, Penambangan Illegal dan Kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
% 25 25 25 25 25 25 25 25 25 - -
• Terjaminnya kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikan sebanyak 20%
% 20 20 20 20 20 20 20 20 20 - -
• Peningkatan kapasitas penanganan kasus kejahatan kebakaran hutan di 10 provinsi
Provinsi 4 - 1 - 1 1 1 - - - -
3. Pengembangan Konservasi Spesies dan Genetik
• Terjaminnya populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
% 3 3 3 3 3 3 3 3 3 - -
• Terjaminnya penangkaran dan pemanfaatan jenis keanekaragaman hayati secara lestari meningkat 5%
% 5 5 5 5 5 5 5 5 5 - -
• Kerjasama internasional dan konvensi di bidang konservasi keanekaragaman hayati sebanyak 1 paket per tahun
Paket - - - - - - - - - - -
• Terselenggaranya skema DNS kehutanan, 2 aktifitas
Aktifitas 6 - 1 1 2 1 1 - 2 - -
4. Pengendalian • Terjaminnya hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang
% 20 20 20 20 20 20 20 20 20 - -
121
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum
sel Beng kulu
Lam pung Babel Kepri
Kebakaran Hutan 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
• Terjaminnya luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 - -
• Terjaminnya peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam usaha pengurangan resiko, mitigasi dan penanganan bahaya kebakaran hutan di 30 DAOPS (10 propinsi)
Propinsi 4 - 1 - 1 1 - - 1 - -
5. Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan
• Terjaminnya pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008
% 60 60 60 60 60 60 60 60 60 - -
• ijin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air baru sebanyak 25 unit.
unit 3 - - 1 - 1 - - 1 - -
• Terjaminnya PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 - -
• Pelaksanaan demonstration activity REDD di 2 kawasan konservasi (hutan gambut)
Provinsi - - - - - 1 - - - - -
• Terjaminnya kader konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) yang dapat diberdayakan meningkat 10% dari tahun 2009
% 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - -
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
• Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PHKA sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 81 satker
Satker - - - - - - - - - - -
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen PHKA dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 81 Satker
Satker - - - - - - - - - - -
122
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum
sel Beng kulu
Lam pung Babel Kepri
• Terbangunnya persiapan sistem pengelolaan BLU di 12 UPT PHKA
Unit 3 - - - 1 1 - - 1 - -
7. Pengembangan dan Pengelolaan Taman Nasional
• Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun sebanyak 5%
% 5 5 5 5 5 5 5 - 5 - -
• Peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 50 TN
TN 12 1 1 1 3 3 1 - 2 - -
• Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
% 75 75 75 75 75 75 75 - 75 - -
• Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
% 25 25 25 25 25 25 25 - 25 - -
• Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%
% 20 20 20 20 20 20 20 - 20 - -
• Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
% 3 3 3 3 3 3 3 - 3 - -
• Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
% 20 - 20 20 20 20 20 - 20 - -
• Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
% 50 - 50 50 50 50 50 - 50 - -
• Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008
% 60 - 60 60 60 60 60 - 60 - -
• PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008.
% 100 - 100 100 100 100 100 - 100 - -
• Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar taman nasional
% 10 - 10 10 10 10 10 - 10 - -
123
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum
sel Beng kulu
Lam pung Babel Kepri
• Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan di seluruh Indonesia
Dokumen 65 - 10 5 10 15 5 - 10 - -
8. Pengembangan dan Pengelolaan KSDA
• Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun sebanyak 5%
% 5 5 5 5 5 5 5 5 5 - -
• Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%.
% 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - -
• Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
% 75 75 75 75 75 75 75 75 75 - -
• Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
% 25 25 25 25 25 25 25 25 25 - -
• Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%
% 20 20 20 20 20 20 20 20 20 - -
• Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
% 3 3 3 3 3 3 3 3 3 - -
• Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
% 20 20 20 20 20 20 20 20 20 - -
• Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 - -
• Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008
% 60 60 60 60 60 60 60 60 60 - -
• PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008.
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 - -
• Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar kawasan konservasi
% 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - -
124
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum
sel Beng kulu
Lam pung Babel Kepri
• Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan di seluruh Indonesia
Dokumen 40 5 5 5 5 5 5 5 5 - -
125
Regional II Jawa-Bali-NTB-NTT
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Program : Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
Kegiatan :
1. Pengembangan Kawasan Konservasi, Ekosistem Esensial dan Pembinaan Hutan lindung
• Terjaminnya konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (cagar alam/CA, suaka margasatwa/SM, taman buru/TB) dan hutan lindung /HL menurun sebanyak 5%
% - 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
• Terjaminnya pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%
% - 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10
• Terjaminnya penanganan perambahan kawasan hutan pada 12 provinsi prioritas (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sultra dan Sulteng)
Propinsi - - - - - - - - - - -
• Terjaminnya restorasi ekosistem kawasan konservasi, 1 paket per tahun per propoinsi (4 lokasi)
lokasi - 3 - - 1 - 1 - - - 1
• Terjaminnya peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 50 Taman Nasional
TN - 19 1 1 3 3 4 11 1 1 4
126
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
• Terjaminnya peningkatan pengelolaan kawasan konservasi ekosistem gambut, 8 provinsi
Provinsi - - - - - - - - - - -
• Terjaminnya peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi tertentu meningkat menjadi minimal Rp 800.000,00 per bulan per kepala keluarga (atau sebesar 30%) melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat.
% 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
2. Penyidikan dan Pengamanan Hutan
• Terjaminnya kasus baru tindak pidana kehutanan (Illegal Logging, Perambahan, Perdagangan Tumbuhan dan Satwa Liar/TSL Illegal, Penambangan Illegal dan Kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
% - 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
• Terjaminnya tunggakan perkara (Illegal Logging, Perambahan, Perdagangan TSL Illegal, Penambangan Illegal dan Kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
% - 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
• Terjaminnya kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikan sebanyak 20%
% - 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
• Peningkatan kapasitas penanganan kasus kejahatan kebakaran hutan di 10 provinsi
Provinsi - - - - - - - - - - -
3. Pengembangan Konservasi Spesies dan Genetik
• Terjaminnya populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
% - 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
• Terjaminnya penangkaran dan pemanfaatan jenis keanekaragaman hayati secara lestari meningkat 5%
% - 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
• Kerjasama internasional dan konvensi di bidang konservasi keanekaragaman hayati
Paket 1 - - - - - - - - - -
127
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
sebanyak 1 paket per tahun • Terselenggaranya skema DNS kehutanan, 2
aktifitas
Aktifitas 1 - - 1 - - - - - - -
4. Pengendalian Kebakaran Hutan
• Terjaminnya hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
% - 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
• Terjaminnya luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
% 10 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Terjaminnya peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam usaha pengurangan resiko, mitigasi dan penanganan bahaya kebakaran hutan di 30 DAOPS (10 propinsi)
Propinsi - 3 - - 1 - 1 - - - 1
5. Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan
• Terjaminnya pengusahaan pariwisata alam meningkat 60% dibandingkan tahun 2008
% - 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
• Ijin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air baru sebanyak 25 unit
unit - 10 - - 6 - 2 - - - 2
• Terjaminnya PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008
% - 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
• Pelaksanaan demonstration activity REDD di 2 kawasan konservasi (hutan gambut)
Kawasan - - - - - - - - - - -
• Terjaminnya kader konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) yang dapat diberdayakan meningkat 10% dari tahun 2009
% - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas
• Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PHKA sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja
Satker 81 - - - - - - - - - -
128
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
Teknis Lainnya Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
yang optimal di 81 satker
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen PHKA dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 81 Satker
Satker 81 - - - - - - - - - -
• Terbangunnya persiapan sistem pengelolaan BLU di 12 UPT PHKA
Unit - 5 - - 2 - 2 - - - 1
7. Pengembangan dan Pengelolaan Taman Nasional
• Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun sebanyak 5%
% - 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
• Peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 50 TN
TN - 18 1 1 3 2 4 1 1 1 4
• Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
% 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
• Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
% 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
• Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%
% 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
• Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
% 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
• Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
% - 20 20 20 20 20 20 10 20 20 20
• Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi
% - 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
129
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
rerata 2005-2009 • Pengusahaan pariwisata alam meningkat
sebesar 60% dibandingkan tahun 2008 % - 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
• PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008.
% - 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
• Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar taman nasional
% - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
• Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan di seluruh Indonesia
Dokumen - 90 5 5 15 10 20 5 5 5 20
8. Pengembangan dan Pengelolaan KSDA
• Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun sebanyak 5%
% - 5 5 - 5 5 5 5 5 5 5
• Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%.
% - 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10
• Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
% - 75 75 - 75 75 75 75 75 75 75
• Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
% - 25 25 - 25 25 25 25 25 25 25
• Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%
% - 20 20 - 20 20 20 20 20 20 20
• Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
% 3 3 - 3 3 3 3 3 3 3
• Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
% - 20 20 - 20 20 20 10 20 20 20
• Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi
% - 50 50 - 50 50 50 50 50 50 50
130
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
rerata 2005-2009 • Pengusahaan pariwisata alam meningkat
sebesar 60% dibandingkan tahun 2008 % - 60 60 - 60 60 60 60 60 60 60
• PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008.
% - 100 100 - 100 100 100 100 100 100 100
• Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar kawasan konservasi
% - 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10
• Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan di seluruh Indonesia
Dokumen - 40 5 - 5 5 5 5 5 5 5
131
Regional III Kalimantan
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Program : Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan Kegiatan :
1. Pengembangan Kawasan Konservasi, Ekosistem Esensial dan Pembinaan Hutan lindung
• Terjaminnya konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (cagar alam/CA, suaka margasatwa/SM, taman buru/TB) dan hutan lindung /HL menurun sebanyak 5%
% 5 5 5 5 5
• Terjaminnya pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%
% 10 10 10 10 10
• Terjaminnya penanganan perambahan kawasan hutan pada 12 provinsi prioritas (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sultra dan Sulteng)
Propinsi 4 1 1 1 1
• Terjaminnya restorasi ekosistem kawasan konservasi, 1 paket per tahun per propinsi (4 Lokasi)
paket - - - - -
• Terjaminnya peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 50 Taman Nasional
TN 8 2 - 2 4
• Terjaminnya peningkatan pengelolaan kawasan konservasi ekosistem gambut, 8 provinsi
Provinsi 4 1 1 1 1
• Terjaminnya peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi tertentu meningkat menjadi minimal Rp 800.000,00 per bulan per kepala keluarga (atau sebesar 30%) melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat.
% 30 30 30 30 30
2. Penyidikan dan Pengamanan Hutan
• Terjaminnya kasus baru tindak pidana kehutanan (Illegal Logging, Perambahan, Perdagangan Tumbuhan dan Satwa Liar/TSL Illegal, Penambangan Illegal dan Kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
% 75 75 75 75 75
132
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
• Terjaminnya tunggakan perkara (Illegal Logging, Perambahan, Perdagangan TSL Illegal, Penambangan Illegal dan Kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
% 25 25 25 25 25
• Terjaminnya kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikan sebanyak 20%
% 20 20 20 20 20
• Peningkatan kapasitas penanganan kasus kejahatan kebakaran hutan di 10 provinsi
Provinsi 4 1 1 1 1
3. Pengembangan Konservasi Spesies dan Genetik
• Terjaminnya populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
% 3 3 3 3 3
• Terjaminnya penangkaran dan pemanfaatan jenis keanekaragaman hayati secara lestari meningkat 5%
% 5 5 5 5 5
• Kerjasama internasional dan konvensi di bidang konservasi keanekaragaman hayati sebanyak 1 paket per tahun
Paket - - - - -
• Terselenggaranya skema DNS kehutanan, 2 aktifitas Aktifitas - - - - - 4. Pengendalian Kebakaran
Hutan • Terjaminnya hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau
Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009 % 20 20 20 20 20
• Terjaminnya luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
% 50 50 50 50 50
• Terjaminnya peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam usaha pengurangan resiko, mitigasi dan penanganan bahaya kebakaran hutan di 30 DAOPS (10 propinsi)
Propinsi 3 - 1 1 1
5. Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan
• Terjaminnya pengusahaan pariwisata alam meningkat 60% dibandingkan tahun 2008
% 60 60 60 60 60
• Ijin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air baru sebanyak 25 unit Unit 6 2 1 1 2 • Terjaminnya PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat
100% dibandingkan tahun 2008 % 100 100 100 100 100
• Pelaksanaan demonstration activity REDD di 2 kawasan konservasi (hutan gambut)
Kawasan 1 - - 1 -
• Terjaminnya kader konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) yang dapat diberdayakan meningkat 10% dari tahun 2009
% 10 10 10 10 10
6. Dukungan Managemen dan • Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PHKA sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 81
Satker - - - - -
133
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
satker
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen PHKA dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 81 Satker
Satker - - - - -
• Terbangunnya persiapan sistem pengelolaan BLU di 12 UPT PHKA Unit 3 - - - 2 7. Pengembangan dan
Pengelolaan Taman Nasional
• Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun sebanyak 5%
% 5 5 - 5 5
• Peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 50 TN
TN 8 2 - 2 4
• Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
% 75 75 - 75 75
• Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
% 25 25 - 25 25
• Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%
% 20 20 - 20 20
• Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
% 3 3 3
• Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
% 20 20 - 20 20
• Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
% 50 50 - 50 50
• Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008
% 60 60 - 60 60
• PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008.
% 100 100 - 60 60
• Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar taman nasional
% 10 10 - 10 10
• Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan di seluruh Indonesia
Dokumen 40 10 - 10 20
8. Pengembangan dan • Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun % 5 5 5 5 5
134
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
Pengelolaan KSDA sebanyak 5% • Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan
meningkat 10%. % 10 10 10 10 10
• Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
% 75 75 75 75 75
• Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
% 25 25 25 25 25
• Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%
% 20 20 20 20 20
• Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
% 3 3 3 3 3
• Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
% 20 20 20 20 20
• Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
% 50 50 50 50 50
• Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008
% 60 60 60 60 60
• PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008.
% 100 100 100 100 100
• Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar kawasan konservasi
% 10 10 10 10 10
• Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan di seluruh Indonesia
Dokumen 20 5 5 5 5
135
Regional IV Sulawesi-Maluku-Papua
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Program : Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan Kegiatan :
1. Pengembangan Kawasan Konservasi, Ekosistem Esensial dan Pembinaan Hutan lindung
• Terjaminnya konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (cagar alam/CA, suaka margasatwa/SM, taman buru/TB) dan hutan lindung /HL menurun sebanyak 5%
% 5 5 5 5 5 - - 5 5 5 5
• Terjaminnya pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%
% 10 10 10 10 10 - - 10 - 10 10
• Terjaminnya penanganan perambahan kawasan hutan pada 12 provinsi prioritas (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sultra dan Sulteng)
Propinsi 2 - 1 1 - - - - - - -
• Terjaminnya restorasi ekosistem kawasan konservasi, 1 paket per tahun per propoinsi (4 lokasi)
lokasi - - - - - - - - - - -
• Terjaminnya peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 50 Taman Nasional
TN 13 2 2 2 2 - - 1 1 2 1
136
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat • Terjaminnya peningkatan pengelolaan
kawasan konservasi ekosistem gambut, 8 provinsi
Provinsi 1 - - - - - - - - 1 -
• Terjaminnya peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi tertentu meningkat menjadi minimal Rp 800.000,00 per bulan per kepala keluarga (atau sebesar 30%) melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat.
% 30 30 30 30 30 - - - 30 - -
2. Penyidikan dan Pengamanan Hutan
• Terjaminnya kasus baru tindak pidana kehutanan (Illegal Logging, Perambahan, Perdagangan Tumbuhan dan Satwa Liar/TSL Illegal, Penambangan Illegal dan Kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
% 75 75 75 75 75 - - 75 75 75 75
• Terjaminnya tunggakan perkara (Illegal Logging, Perambahan, Perdagangan TSL Illegal, Penambangan Illegal dan Kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
% 25 25 25 25 25 - - 25 25 25 25
• Terjaminnya kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikan sebanyak 20%
% 20 20 20 20 20 - - 20 20 20 20
• Peningkatan kapasitas penanganan kasus kejahatan kebakaran hutan di 10 provinsi
Provinsi 1 - - - 1 - - - - - -
3. Pengembangan Konservasi Spesies dan Genetik
• Terjaminnya populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
% 3 3 3 3 3 - - 3 3 3 3
• Terjaminnya penangkaran dan pemanfaatan jenis keanekaragaman hayati secara lestari meningkat 5%
% 5 5 5 5 5 - - 5 - 5 5
137
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat • Kerjasama internasional dan konvensi di
bidang konservasi keanekaragaman hayati sebanyak 1 paket per tahun
Paket - - - - - - - - - - -
• Terselenggaranya skema DNS kehutanan, 2 aktifitas
Aktifitas - - - - - - - - - - -
4. Pengendalian Kebakaran Hutan
• Terjaminnya hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
% 20 20 20 20 20 - - 20 20 20 20
• Terjaminnya luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
% 50 50 50 50 50 - - 50 50 50 50
• Terjaminnya peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam usaha pengurangan resiko, mitigasi dan penanganan bahaya kebakaran hutan di 30 DAOPS (10 propinsi)
Propinsi 3 - 1 - 1 - - - - 1 -
5. Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan
• Terjaminnya pengusahaan pariwisata alam meningkat 60% dibandingkan tahun 2008,
% 60 60 60 60 60 - - 60 60 60 60
• Ijin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air baru sebanyak 25 unit
Unit 5 1 1 1 1 - - - - 1 -
• Terjaminnya PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008
% 100 100 100 100 100 - - 100 100 100 100
• Pelaksanaan demonstration activity REDD di 2 kawasan konservasi (hutan gambut)
Kawasan - - - - - - - - - - -
• Terjaminnya kader konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) yang dapat diberdayakan meningkat 10% dari tahun 2009
% 10 10 10 10 10 - - 10 10 10 10
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan
• Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PHKA sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja
Satker - - - - - - - - - - -
138
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat Tugas Teknis Lainnya Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
yang optimal di 81 satker
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen PHKA dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 81 Satker
Satker - - - - - - - - - - -
• Terbangunnya persiapan sistem pengelolaan BLU di 12 UPT PHKA
Unit 1 - - - - - - - - - -
7. Pengembangan dan Pengelolaan Taman Nasional
• Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun sebanyak 5%
% 5 5 5 5 5 - - 5 5 5 5
• Peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 50 TN
TN 13 2 2 2 2 - - 1 1 2 1
• Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
% 75 75 75 75 75 - - 75 75 75 75
• Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
% 25 25 25 25 25 - - 25 25 25 25
• Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%
% 20 20 20 20 20 - - 20 20 20 20
• Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
% 3 3 3 3 3 - - 3 3 3 3
• Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
% 20 20 20 20 20 - - 20 20 20 20
139
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat • Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan
hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
% 50 50 50 50 50 - - 50 50 50 50
• Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008
% 60 60 60 60 60 - - 60 60 60 60
• PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008.
% 100 100 100 100 100 - - 100 100 100 100
• Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar taman nasional
% 10 10 10 10 10 - - 10 10 10 10
• Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan di seluruh Indonesia
Dokumen 65 10 10 10 10 - - 5 5 10 5
8. Pengembangan dan Pengelolaan KSDA
• Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun sebanyak 5%
% 5 5 5 5 5 - - 5 - 5 5
• Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%.
% 10 10 10 10 10 - - 10 - 10 10
• Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75%
% 75 75 75 75 75 - - 75 - 75 75
• Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun
% 25 25 25 25 25 - - 25 - 25 25
• Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%
% 20 20 20 20 20 - - 20 - 20 20
• Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat
% 3 3 3 3 3 - - 3 - 3 3
• Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau % 20 20 20 20 20 - - 20 - 20 20
140
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009
• Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009
% 50 50 50 50 50 - - 50 - 50 50
• Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008
% 60 60 60 60 60 - - 60 - 60 60
• PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008.
% 100 100 100 100 100 - - 100 - 100 100
• Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar kawasan konservasi
% 10 10 10 10 10 - - 10 - 10 10
• Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan di seluruh Indonesia
Dokumen 35 5 5 5 5 - - 5 - 5 5
141
Lampiran 2d Indikator Kinerja Per Propinsi
Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
142
Regional I Sumatera
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum
ut Sum bar Riau Jambi Sum sel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Program : Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan :
1. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dan Reklamasi Hutan di DAS Prioritas
• Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan pada DAS prioritas seluas 500.000 ha.
Ha 181.130,3
9.863,4 24.224,6
10.330,2
49.983,9 15.913,8
26.090,9
13.329,5
18.361,6 9.345,2 3.687,2
• Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas seluas 1.954.00 ha.
Ha 707.593,1
38.412,8
105.245,4
12.042,4
226.951,6
64.647,1
119.979,8
40.689,6
53.059,0 33.438,7
13.126,7
• Terjaminnya hutan kota seluas 6.000 ha.
Ha 2.182,5 211,6 264,4 116,7 534,6 212,3 321,6 87,3 223,6 118,5 91,9
• Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa seluas 40.000 ha
Ha 14.485,1
786,3 2.154,5 246,5 4.645,9 1.323,4 2.456,1 833,0 1.086,2 684,5 268,7
2 Pengembangan Perhutanan Sosial
• Terjaminnya areal kerja pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha
Ha 709.450 69.800 132.950 88.450 61.000 60.000 83.100 84.900 119.000 8.850 1.400
• Terjaminnya ijin usaha pengelolaan HKm sebanyak 500 lembaga
Kelompok 200 22 15 17 10 27 27 15 47 10 10
143
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum
ut Sum bar Riau Jambi Sum sel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
• Terjaminnya kemitraan usaha HKm sebanyak 50 unit
Unit 18 2 2 2 0 2 0 2 8 0 0
• Terjaminnya dukungan kelembagaan ketahanan pangan di 32 propinsi
Propinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
• Terjaminnya hutan rakyat kemitraan seluas 250.000 Ha terbangun
Ha 35.000 0 0 0 15.000 0 20.000 0 0 0 0
• Terjaminnya Sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi
Lokasi 3 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
• Terjaminnya hutan desa seluas 500.000 ha terbangun
Ha 201.200 2.850 8.500 21.000 11.000 79.000 67.500 9.100 1.500 750 0
3.Pengembangan Perbenihan Tanaman Hutan
• Terjaminnya areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola
Ha 1.000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
• Terjaminnya sumber benih baru seluas 6.000 ha terbangun.
Ha 2.300 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230
• Terjaminnya Seed for people terbangun, 100 Unit
Unit 8 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0
• Terjaminnya sentra bibit 33 terbangun
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4. Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan DAS
• Terjaminnya rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 DAS prioritas
DAS 33 4 9 5 4 1 1 3 2 2 2
• Terbangunnya base line data pengelolaan DAS di 108 DAS
DAS 33 4 9 5 4 1 1 3 2 2 2
• Terjaminnya data dan peta lahan kritis di 36 BPDAS tersedia
BPDAS 11 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
5. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BPDASPS sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 50 satker
Satker - - - - - - - - - - -
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan
Satker - - - - - - - - - - -
144
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum
ut Sum bar Riau Jambi Sum sel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
Ditjen BPDASPS dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 50 Satker
6. Perencanaan, penyelenggaraan RHL, pengembangan kelembagaan dan evaluasi DAS
• Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS prioritas seluas 2.500.000 Ha
Ha 905.391 49.274 131.889 22.736 282.116 82.097 148.848 54.939 72.730 43.587 17.175
• Areal kerja pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha
Ha 709.450 69.800 132.950 88.450 61.000 60.000 83.100 84.900 119.000 8.850 1.400
• Sentra HHBK unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi
Lokasi 3 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
• Terbangunnya hutan rakyat kemitraan seluas 250.000 Ha
Ha 35.000 0 0 0 15.000 0 20.000 0 0 0 0
• Rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 DAS prioritas
DAS 33 4 9 5 4 1 1 3 2 2 2
• Terbangunnya hutan desa seluas 500.000 Ha
Ha 201.200 2.850 8.500 21.000 11.000 79.000 67.500 9.100 1.500 750 0
7. Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan evaluasi hutan mangrove
• Rencana RtkRHL mangrove, 2 wilayah kerja
Provinsi
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
• Rencana pengelolaan Hutan Mangrove, 2 wilayah kerja per tahun
Provinsi
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
• Terbentuk dan berfungsi kelompok kerja mangrove daerah, 31 provinsi
Provinsi
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
• Data informasi evaluasi pengelolaan hutan mangrove, 2
Provinsi
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
145
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum
ut Sum bar Riau Jambi Sum sel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
wilayah kerja
8. Penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan
• Areal sumber benih seluas 4.500 ha
Ha
1.000
100
100 100 100 100 100 100 100 100 100
• Terbangunnya areal sumber benih seluas 6.000 ha
Ha
2.300
230
230 230 230 230 230 230 230 230 230
• Seed for people, 100 Unit Unit
8
0
0 0 0 0 8 0 0 0 0
• Terbangunnya sentra bibit, 33 Unit
Unit 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9. Pengembangan persuteraan alam
• Jumlah usaha persuteraan alam meningkat, 15 Unit
Unit 8
0
0 0 0 0 8 0 0 0 0
• Peningkatan produksi sutera alam segmen hulu sebesar 10%
% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
146
Regional II Jawa-Bali-NTB-NTT
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban
ten Jabar Jateng Jatim DIY Bali NTB NTT
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Program : Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan :
1. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dan Reklamasi Hutan di DAS Prioritas
• Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan
pada DAS prioritas seluas 500.000 ha Ha 74.140,9 766 2.371,
40 20.227,
30 15.217,
40 8.814,20 1.294,
00 1.616,
70 3.644,40 20.189,5
0 • Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan
kritis pada DAS prioritas seluas 1.954.000 ha
Ha 224.763,8 0 7.479,20
40.480,30
30.494,30
31.690,10
3.170,20
4.791,00
12.918,00
93.740,70
• Terjaminnya hutan kota seluas 6.000 Ha
Ha 830,1 0 55,3 137,9 101,4 155,9 6,5 9,8 56,4 306,9
• Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa seluas 40.000 ha
Ha 4.601,1 64,9 153,1 828,7 624,2 648,7 0 98,1 264,4 1.919,00
2 Pengembangan Perhutanan Sosial
• Terjaminnya areal kerja pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2.000.000 ha
Ha 268.000 0 0 0 0 0 2.000 0 122.000 144.000
• Terjaminnya ijin usaha pengelolaan HKm sebanyak 500 lembaga
Kelompok
136 0 0 0 0 0 42 15 47 32
• Terjaminnya kemitraan usaha HKm sebanyak 50 unit
Unit 14 0 0 0 0 0 2 4 4 4
147
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban
ten Jabar Jateng Jatim DIY Bali NTB NTT
• Terjaminnya dukungan kelembagaan ketahanan pangan di 32 propinsi
Propinsi 8 0 1 1 1 1 1 1 1 1
• Terjaminnya hutan rakyat kemitraan seluas 250.000 Ha
Ha 125.000 0 25.000
25.000 25.000 25.000 25.000
0 0 0
• Terjaminnya sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi
Lokasi 23 0 3 4 8 1 2 3 2 0
• Terjaminnya hutan desa seluas 500.000 ha terbangun
Ha 22.000 0 0 0 0 0 0 12.500
0 9.500
3.Pengembangan Perbenihan Tanaman Hutan
• Terjaminnya areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola
Ha - 1.500 0 250 250 250 250 250 100 100 50
• Terjaminnya sumber benih baru seluas 6.000 ha terbangun .
Ha - 1.200 0 150 150 150 150 150 150 150 150
• Terjaminnya seed for people, 100 Unit Unit - 43 0 0 25 0 0 0 18 0 0 • Terjaminnya sentra bibit , 33 Unit
terbangun Unit - 9 0 1 2 1 1 1 1 1 1
4. Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan DAS
• Terjaminnya rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 DAS prioritas
DAS - 36 0 3 4 14 4 3 2 3 3
• Terjaminnya base line data pengelolaan DAS di 108 DAS
DAS - 36 0 3 4 14 4 3 2 3 3
• Terjaminnya data dan peta lahan kritis di 36 BPDAS tersedia
BPDAS - 10 0 0 2 2 2 1 1 1 1
5. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BPDASPS sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 50 satker
Satker 50 - - - - - - - - - -
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BPDASPS dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 50 Satker
Satker 50 - - - - - - - - - -
6. Perencanaan, • Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan Ha 304.336 766 10.05 61.674 46.437 41.309 4.536 6.516 16.883 116.156
148
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban
ten Jabar Jateng Jatim DIY Bali NTB NTT
penyelenggaraan RHL, pengembangan kelembagaan dan evaluasi DAS
kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS prioritas seluas 2.500.000 Ha
9
• Areal kerja pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta Ha
Ha 268.000 0 0 0 0 0 2.000 0 122.000 144.000
• Sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi
Lokasi 3 1 0 0 0 1 0 0 1 0
• Terbangunnya hutan rakyat kemitraan seluas 250.000 Ha
Ha 125.000 0 25.000
25.000 25.000 25.000 25.000
0 0 0
• Rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 DAS prioritas
DAS 36 0 3 4 14 4 3 2 3 3
• Terbangunnya hutan desa seluas 500.000 Ha
Ha 22.000 0 0 0 0 0 0 12.500
0 9.500
7. Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan evaluasi hutan mangrove
• Rencana RtkRHL mangrove, 2 wilayah kerja
Provinsi
1 0
0 0 0 0 0 1 0 0
• Rencana pengelolaan hutan mangrove, 2 wilayah kerja per tahun
Provinsi
9
1
1 1 1 1 1 1 1 1
• Terbentuk dan berfungsinya kelompok kerja mangrove daerah, 31 provinsi
Provinsi
9
1 1 1 1 1 1 1 1 1
• Data informasi evaluasi pengelolaan hutan mangrove, 2 wilayah kerja
Provinsi
9
1 1 1 1 1 1 1 1 1
8. Penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan
• Areal sumber benih seluas 4.500 Ha terkelola secara baik
Ha
1.500
0 250 250 250
250
250 100 100
50
• Terbangunnya areal sumber benih seluas 6.000 Ha
Ha
1200
0
150 150 150 150 150 150 150 150
• Seed for People, 100 Unit Unit
43
0
0 25 0 0 0 18 0 0
• Terbangunnya sentra bibit, 33 Unit Unit 9
0 1 2 1 1 1 1 1 1
149
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban
ten Jabar Jateng Jatim DIY Bali NTB NTT
9. Pengembangan persuteraan alam
• Jumlah usaha persuteraan alam meningkat, 15 Unit
Unit
1
0
0 1 0 0 0 0 0 0
• Peningkatan produksi sutera alam segmen hulu sebesar 10%
%
1 0
0 1 0 0 0 0 0 0
150
Regional III Kalimantan
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III
Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Program : Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan :
1. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dan Reklamasi Hutan di DAS Prioritas
• Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan pada DAS prioritas seluas
500.000 ha Ha 148.490 61.488,50 21.018,10 42.619,80 23.363,60
• Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas seluas 1.954.000 ha
Ha 624.566,7 285.227,90 83.133,40 168.873,50 87.331,90
• Terjaminnya hutan kota seluas 6.000 Ha Ha 1536,6 662,9 184,2 437,7 251,8 • Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan mangrove, pantai, gambut dan
rawa seluas 40.000 ha Ha 12.685,5 5.838,90 1.701,80 3.357,00 1.787,80
2 Pengembangan Perhutanan Sosial
• Terjaminnya areal kerja pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2.000.000 ha
Ha 495.000 71.000 110.000 119.000 195.000
• Terjaminnya ijin usaha pengelolaan HKm sebanyak 500 lembaga Kelompok 69 22 10 17 20
• Terjaminnya kemitraan usaha HKm sebanyak 50 unit Unit 3 2 0 1 0 • Terjaminnya dukungan kelembagaan ketahanan pangan di 32 propinsi Propinsi 4 1 1 1 1 • Terjaminnya hutan rakyat kemitraan seluas 250.000 Ha terbangun Ha 90.000 22.500 22.500 22.500 22.500
• Terjaminnya sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi
Lokasi 3 1 1 1 0
• Terjaminnya hutan desa seluas 500.000 ha terbangun Ha 197.500 40.000 27.500 45.000 85.000 3.Pengembangan Perbenihan • Terjaminnya areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara baik. Ha 750 180 180 180 210
151
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III
Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
Tanaman Hutan
• Terjaminnya sumber benih baru seluas 6.000 ha terbangun. Ha 1.000 250 250 250 250
• Terjaminnya seed for people, 100 Unit Unit 16 0 16 0 0 • Terjaminnya sentra bibit , 33 Unit terbangun Unit 4 1 1 1 1
4. Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan DAS
• Terjaminnya rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 DAS prioritas DAS 8 2 1 3 2
• Terjaminnya base line data pengelolaan DAS di 108 DAS DAS 8 2 1 3 2
• Terjaminnya data dan peta lahan kritis di 36 BPDAS tersedia BPDAS 4 1 1 1 1
5. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BPDASPS sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 50 satker
Satker - - - - -
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BPDASPS dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 50 Satker
Satker - - - - -
6. Perencanaan, penyelenggaraan RHL, pengembangan kelembagaan dan evaluasi DAS
• Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS prioritas seluas 2.500.000 Ha
Ha 787.379 353.218 106.038 215.388 112.735
• Areal kerja pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta Ha Ha 495.000 71.000 110.000 119.000 195.000
• Sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi Lokasi 3 1 1 1 0
• Terbangunnya hutan rakyat kemitraan seluas 250.000 Ha Ha 90.000 22.500 22.500 22.500 22.500
• Rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 DAS prioritas DAS 8 2 1 3 2
• Terbangunnya hutan desa seluas 500.000 Ha Ha 197.500 40.000 27.500 45.000 85.000
7. Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan evaluasi hutan mangrov
• Rencana RtkRHL mangrove, 2 wilayah kerja Provinsi
0
0
0
0 0
• Rencana pengelolaan hutan mangrove, 2 wilayah kerja per tahun
Provinsi
4
1 1
1
1
• Terbentuk dan berfungsinya kelompok kerja mangrove daerah, 31 provinsi
Provinsi
4
1
1
1
1
152
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III
Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
• Data informasi evaluasi pengelolaan hutan mangrove, 2 wilayah kerja Provinsi 4 1 1 1 1 8. Penyelenggaraan
perbenihan tanaman hutan
• Areal sumber benih seluas 4.500 Ha terkelola secara baik Ha
750
180
180
180
210
• Terbangunnya areal sumber benih seluas 6.000 Ha Ha
1.000
250
250
250
250
• Seed for People, 100 Unit Unit
16
0
16
0
0
• Terbangunnya sentra bibit, 33 Unit Unit 4
1
1
1
1
9. Pengembangan persuteraan alam
• Jumlah usaha persuteraan alam meningkat, 15 Unit Unit 0 0 0 0 0 • Peningkatan produksi sutera alam segmen hulu sebesar 10% % 0 0 0 0 0
153
Regional IV Sulawesi-Maluku-Papua ESELON I / PROGRAM
/ KEGIATAN Nasional
Satuan Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Program : Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan :
1. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dan Reklamasi Hutan di DAS Prioritas
• Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan pada DAS prioritas seluas 500.000 ha
Ha 96.238,8 2.363,30
3.728,70
18.340,80
13.295,90
5.330,00
6.566,90
5.852,60
4.663,80
30.939,00
5.157,80
• Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas seluas 1.954.000 ha
Ha 397.075,1 4.705,90
13.329,50
79.092,00
44.677,80
21.151,90
25.953,30
23.705,10
17.897,80
146.251,00
20.310,80
• Terjaminnya hutan kota seluas 6.000 Ha
Ha 1.450,8 65,6 98,3 216,9 211,5 92,3 163,1 103,5 55,6 361,4 82,6
• Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa seluas 40.000 ha
Ha 8.128,6 96,3 272,9 1.619,10
914,6 433 531,3 485,3 366,4 2.993,90
415,8
2 Pengembangan Perhutanan Sosial
• Terjaminnya areal kerja pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2.000.000 ha terbangun
Ha 527.550 63.000 90.750 87.800 146.700
38.000 53.700 13.700 33.900 0 0
• Terjaminnya ijin usaha pengelolaan HKm sebanyak 500 lembaga
Kelompok 95 0 30 10 20 0 15 10 0 0 10
• Terjaminnya kemitraan usaha HKm sebanyak 50 unit
Unit 14 1 5 4 1 0 0 1 1 1 0
• Terjaminnya dukungan kelembagaan Propinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
154
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat ketahanan pangan di 32 propinsi
• Terjaminnya hutan rakyat kemitraan seluas 250.000 Ha
Ha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
• Terjaminnya sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi
Lokasi 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
• Terjaminnya hutan desa seluas 500.000 ha terbangun
Ha 79.300 8.000 31.000 18.150 10.800 4.350 3.500 0 3.500 0 0
3.Pengembangan Perbenihan Tanaman Hutan
• Terjaminnya areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara baik.
Ha 1.250 150 150 200 150 150 200 70 60 60 60
• Terjaminnya sumber benih baru seluas 6.000 ha terbangun.
Ha 1.500 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
• Terjaminnya seed for people, 100 Unit Lokasi 33 0 0 0 24 0 0 9 0 0 0
• Terjaminnya sentra bibit , 33 Unit terbangun
Unit 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4. Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan DAS
• Terjaminnya rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 DAS prioritas
DAS 31 3 2 3 5 3 2 3 3 4 3
• Terjaminnya base line data pengelolaan DAS di 108 DAS
DAS 31 3 2 3 5 3 2 3 3 4 3
• Terjaminnya data dan peta lahan kritis di 36 BPDAS tersedia
BPDAS 12 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1
5. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BPDASPS sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 50 satker
Satker - - - - - - - - - - -
• Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BPDASPS dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 50 Satker
Satker - - - - - - - - - - -
6. Perencanaan, • Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan Ha 502.894 7.231 17.429 99.269 59.100 27.007 33.215 30.147 22.984 180.54 25.967
155
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat penyelenggaraan RHL, pengembangan kelembagaan dan evaluasi DAS
kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS prioritas seluas 2.500.000 Ha
5
• Areal kerja pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta Ha
Ha 527.550 63.000 90.750 87.800 146.700
38.000 53.700 13.700 33.900 0 0
• Sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi
Lokasi 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
• Terbangunnya hutan rakyat kemitraan seluas 250.000 Ha
Ha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
• Rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 DAS prioritas
DAS Uni 3 2 3 5 3 2 3 3 4 3
• Terbangunnya hutan desa seluas 500.000 Ha
Ha 79.300 8.000 31.000 18.150 10.800 4.350 3.500 0 3.500 0 0
7. Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan evaluasi hutan mangrove
• Rencana RtkRHL mangrove, 2 wilayah kerja
Provinsi
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
• Rencana pengelolaan hutan mangrove, 2 wilayah kerja per tahun
Provinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
• Terbentuk dan berfungsinya kelompok kerja mangrove daerah, 31 provinsi
Provinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
• Data informasi evaluasi pengelolaan hutan mangrove, 2 wilayah kerja
Provinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8. Penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan
• Areal sumber benih seluas 4.500 Ha terkelola secara baik
Ha
1.250
150 150 200 150 150 200 70 60 60 60
• Terbangunnya areal sumber benih seluas 6.000 Ha
Ha
1.500
150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
• Seed for People, 100 Unit Unit
33
0 0 0 24 0 0 9 0 0 0
• Terbangunnya sentra bibit, 33 Unit
Unit 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9. Pengembangan persuteraan alam
• Jumlah usaha persuteraan alam meningkat, 15 Unit
Unit
7
0 1 1 3 2 0 0 0 0 0
• Peningkatan produksi sutera alam % 4 0 1 1 3 2 0 0 0 0 0
156
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat
segmen hulu sebesar 10%
157
Lampiran 2e Indikator Kinerja Per Propinsi
Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan
158
Regional I Sumatera
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR
Satuan
Regional I
Regional I
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri
5. Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan
a. Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan
Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul, yaitu : (1) strategi kebijakan bagi pengambil keputusan (decision support system, DSS) dalam penataan ruang dan penatagunaan hutan berbasis DAS; (2) strategi kebijakan (DSS) pengembangan hutan kota; (3) kebijakan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan; (4) teknik perhitungan emisi dan serapan
Judul
5
-
2
-
3
-
4
-
-
-
-
159
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR
Satuan
Regional I
Regional I
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri
gas rumah kaca (GRK) kehutanan; (5) strategi kebijakan adaptasi terhadap perubahan iklim; (6) strategi penguatan tata kelola kehutanan dan kinerja Kemenhut; (7) strategi penguatan tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan.
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul tersebut di atas.
Judul 5 - 2 - 3 - 4 - - - -
b. Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul, yaitu : (1) teknik rehabilitasi hutan bekas tebangan; (2) teknik penanaman dan rehabilitasi
Judul
7
-
7
-
-
-
-
-
-
-
-
160
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR
Satuan
Regional I
Regional I
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri
mangrove; (3) teknik pengelolaan hutan rawa gambut ramah lingkungan; (4) teknik konservasi flora, fauna dan mikoorganisme; (5) teknik pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi secara lestari; (6) sistem pengelolaan DAS lintas sektoral dan wilayah admiistrasi; (7) teknik rehablitasi dan restorasi lahan bekas tambang.
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul tersebut di atas.
Judul 7 - 7 - - - - - - - -
c. Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Hutan dan Pengolahan Hasil Hutan
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dbidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil
Judul
2
-
1
-
1
-
-
-
-
-
-
161
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR
Satuan
Regional I
Regional I
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri
hutan sebanyak 5 judul, yaitu : (1) informasi tentang sifat dasar dan kegunaan kayu sesuai tujuan pemakaiannya; (2) teknik pemanenan hutan ramah lingkungan; (3) teknik pemanfaatan dan peningkatan kualitas kayu serta standarisasi produk kayu; (4) teknik pengolahan, pemanfaatan dan diversifikasi produk HHBK; (5) terobosan perekayasaan alat dan teknik subtitusi bahan pembantu industri perkayuan.
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang keteknikan hutan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul tersebut di atas
Judul 2 - 1 - 1 - - - - - -
162
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR
Satuan
Regional I
Regional I
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri
d. Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul, yaitu : (1) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan; (2) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil pulp; (3) teknik peningkatan produktifitas jenis-jenis tanaman kayu energi ; (4) teknik penyediaan benih unggul; (5) teknik peningkatan produktifitas dan nilai ekonomi HHBK FEM (food, energy, medicine); (6) teknik peningkatan produktifitas dan kualitas produk HHBK non FEM (gaharu, cendana, gemor, sutera, lebah
Judul
5
-
-
-
3
-
3
-
-
-
-
163
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR
Satuan
Regional I
Regional I
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri
madu, rusa).
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang produktifitas hutan 6 judul tersebut di atas.
Judul 5 - - - 3 - 3 - - - -
e. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Litbang Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 20 satker Tertib administrasi
pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Litbang Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 20 Satker Pengelolaan
Satker Satker Unit
- -
6
- - -
- - 3
- - -
- - 1
- - -
- - 2
- - -
- - -
- - -
- - -
164
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR
Satuan
Regional I
Regional I
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
165
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR
Satuan
Pusat
Regional II
Regional II
DKI Banten Jabar Jateng Jatim DIY Bali NTB NTT
5. Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan
a. Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan
Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul, yaitu : (1) strategi kebijakan bagi pengambil keputusan (decision support system, DSS) dalam penataan ruang dan penatagunaan hutan berbasis DAS; (2) strategi kebijakan (DSS) pengembangan hutan kota; (3) kebijakan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan; (4) teknik perhitungan emisi dan serapan gas rumah kaca (GRK) kehutanan; (5) strategi kebijakan adaptasi terhadap perubahan iklim; (6) strategi penguatan tata kelola kehutanan dan kinerja Kemenhut; (7) strategi penguatan tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan.
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna
Judul Judul
7
7
5
5
- -
- -
4
4
4
4
- -
1
1
- -
2
2
2
2
166
di bidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul tersebut di atas.
b. Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul, yaitu : (1) teknik rehabilitasi hutan bekas tebangan; (2) teknik penanaman dan rehabilitasi mangrove; (3) teknik pengelolaan hutan rawa gambut ramah lingkungan; (4) teknik konservasi flora, fauna dan mikoorganisme; (5) teknik pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi secara lestari; (6) sistem pengelolaan DAS lintas sektoral dan wilayah admiistrasi; (7) teknik rehablitasi dan restorasi lahan bekas tambang.
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul tersebut di atas.
Judul Judul
7
7
5
5
- -
- -
- -
5
5
- -
- -
- -
- -
5
5
c. Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Hutan dan Pengolahan Hasil Hutan
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul, yaitu : (1) informasi tentang sifat dasar dan kegunaan kayu sesuai tujuan pemakaiannya; (2) teknik pemanenan hutan
Judul
5
2
-
-
1
-
-
-
-
2
-
167
ramah lingkungan; (3) teknik pemanfaatan dan peningkatan kualitas kayu serta standarisasi produk kayu; (4) teknik pengolahan, pemanfaatan dan diversifikasi produk HHBK; (5) terobosan perekayasaan alat dan teknik subtitusi bahan pembantu industri perkayuan.
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang keteknikan hutan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul tersebut di atas.
Judul
5
2
-
-
1
-
-
-
-
2
-
d. Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul, yaitu : (1) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan; (2) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil pulp; (3) teknik peningkatan produktifitas jenis-jenis tanaman kayu energi ; (4) teknik penyediaan benih unggul; (5) teknik peningkatan produktifitas dan nilai ekonomi HHBK FEM (food, energy, medicine); (6) teknik peningkatan produktifitas dan kualitas produk HHBK non FEM (gaharu, cendana, gemor, sutera, lebah madu, rusa).
Judul
6
6
-
-
5
1
-
3
-
4
2
168
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang produktifitas hutan 6 judul tersebut di atas.
Judul 6 6 - - 5 1 - 3 - 4 2
e. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Litbang Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 20 satker Tertib administrasi
pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Litbang Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 20 Satker Pengelolaan Kawasan Hutan
Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
Satker Satker Unit
20
20
4
- -
12
- - -
- - -
- - -
- - 3
- - -
- - 6
- - -
- - 2
- - 1
169
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR
Satuan
Regional III
Regional III
Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
5. Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan
a. Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan
Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul, yaitu : (1) strategi kebijakan bagi pengambil keputusan (decision support system, DSS) dalam penataan ruang dan penatagunaan hutan berbasis DAS; (2) strategi kebijakan (DSS) pengembangan hutan kota; (3) kebijakan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan; (4) teknik perhitungan emisi dan serapan gas rumah kaca (GRK) kehutanan; (5) strategi kebijakan adaptasi terhadap perubahan iklim; (6) strategi penguatan tata kelola kehutanan dan kinerja Kemenhut; (7) strategi penguatan tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan.
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul tersebut di atas.
Judul Judul
5
5
4
4
2
2
-
-
-
-
b. Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul, yaitu : (1) teknik rehabilitasi hutan bekas tebangan; (2) teknik penanaman dan rehabilitasi mangrove; (3) teknik pengelolaan hutan rawa gambut ramah lingkungan; (4) teknik konservasi flora, fauna dan mikoorganisme; (5) teknik pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi secara lestari; (6) sistem pengelolaan DAS lintas sektoral dan wilayah admiistrasi; (7) teknik rehablitasi dan restorasi lahan bekas tambang.
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul tersebut di atas.
Judul Judul
6
6
6
6
-
-
-
-
-
-
c. Penelitian dan Pengembangan
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul, yaitu : (1) informasi tentang sifat dasar
Judul
2
2
-
-
-
170
Keteknikan Hutan dan Pengolahan Hasil Hutan
dan kegunaan kayu sesuai tujuan pemakaiannya; (2) teknik pemanenan hutan ramah lingkungan; (3) teknik pemanfaatan dan peningkatan kualitas kayu serta standarisasi produk kayu; (4) teknik pengolahan, pemanfaatan dan diversifikasi produk HHBK; (5) terobosan perekayasaan alat dan teknik subtitusi bahan pembantu industri perkayuan.
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang keteknikan hutan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul tersebut di atas.
Judul
2
2
-
-
-
d. Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul, yaitu : (1) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan; (2) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil pulp; (3) teknik peningkatan produktifitas jenis-jenis tanaman kayu energi ; (4) teknik penyediaan benih unggul; (5) teknik peningkatan produktifitas dan nilai ekonomi HHBK FEM (food, energy, medicine); (6) teknik peningkatan produktifitas dan kualitas produk HHBK non FEM (gaharu, cendana, gemor, sutera, lebah madu, rusa).
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang produktifitas hutan 6 judul tersebut di atas.
Judul Judul
3
3
4
4
3
3
-
-
-
-
e. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Litbang Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 20 satker Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Litbang
Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 20 Satker
• Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
Satker Satker Unit
- -
8
- -
4
- -
4
- - -
- - -
171
No. PROGRAM /KEGIATAN PRIORITAS
INDIKATOR
Satuan
Regional IV
Regional IV
Sulut Sulteng Sultra Sulsel Sulbar Gorontalo Maluku Maluku
Utara Papua Papua Barat
5. Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan
a. Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan
Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul, yaitu : (1) strategi kebijakan bagi pengambil keputusan (decision support system, DSS) dalam penataan ruang dan penatagunaan hutan berbasis DAS; (2) strategi kebijakan (DSS) pengembangan hutan kota; (3) kebijakan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan; (4) teknik perhitungan emisi dan serapan gas rumah kaca (GRK) kehutanan; (5) strategi kebijakan
Judul Judul
6
6
- -
- -
- -
3
3
- -
- -
- -
- -
- -
4
4
172
adaptasi terhadap perubahan iklim; (6) strategi penguatan tata kelola kehutanan dan kinerja Kemenhut; (7) strategi penguatan tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan.
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul tersebut di atas.
b. Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul, yaitu : (1) teknik rehabilitasi hutan bekas tebangan; (2) teknik penanaman dan rehabilitasi mangrove; (3) teknik pengelolaan hutan rawa gambut ramah lingkungan; (4) teknik konservasi flora, fauna dan mikoorganisme; (5) teknik pengelolaan dan pemanfaatan
Judul
7
6
-
-
6
-
-
-
-
-
6
173
kawasan konservasi secara lestari; (6) sistem pengelolaan DAS lintas sektoral dan wilayah admiistrasi; (7) teknik rehablitasi dan restorasi lahan bekas tambang.
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul tersebut di atas.
Judul
7
6
-
-
6
-
-
-
-
-
6
c. Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Hutan dan Pengolahan Hasil Hutan
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul, yaitu : (1) informasi tentang sifat dasar dan kegunaan kayu sesuai tujuan pemakaiannya; (2) teknik pemanenan hutan ramah lingkungan; (3) teknik pemanfaatan dan peningkatan kualitas kayu serta standarisasi produk kayu; (4) teknik
Judul Judul
2
2
- -
- -
- -
1
1
- -
- -
- -
- -
- -
2
2
174
pengolahan, pemanfaatan dan diversifikasi produk HHBK; (5) terobosan perekayasaan alat dan teknik subtitusi bahan pembantu industri perkayuan.
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang keteknikan hutan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul tersebut di atas.
d. Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan
• Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul, yaitu : (1) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan; (2) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil pulp; (3) teknik peningkatan produktifitas jenis-jenis tanaman kayu energi ; (4) teknik penyediaan benih unggul; (5) teknik peningkatan
Judul
3
1
-
-
2
-
-
-
-
-
2
175
produktifitas dan nilai ekonomi HHBK FEM (food, energy, medicine); (6) teknik peningkatan produktifitas dan kualitas produk HHBK non FEM (gaharu, cendana, gemor, sutera, lebah madu, rusa).
• Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang produktifitas hutan 6 judul tersebut di atas.
Judul 3 1 - - 2 - - - - - 2
e. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Litbang Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 20 satker Tertib administrasi
pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Litbang Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai
Satker Satker
- -
- -
- -
- -
1
1
- -
- -
- -
- -
- -
- -
176
laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 20 Satker Pengelolaan
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
Unit
3
-
-
-
3
-
-
-
-
-
-
178
Regional I Sumatera
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum sel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM Program : Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kegiatan :
1. Pengembangan Penyuluhan Kehutanan
• Peningkatan efektifitas penyuluhan kehutanan melalui penyusunan program penyuluhan kehutanan nasional sebanyak 5 dokumen
Dokumen - - - - - - - - - - -
• Sertifikasi penyuluh kehutanan sejumlah 1.500 orang
Orang 500 50 54 80 30 20 60 50 150 5 1
• Kampanye Indonesia Menanam (KIM) di 33 provinsi
Provinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2. Peningkatan pelayanan penyuluhan kehutanan
• Masyarakat produktif mandiri 500 kelompok
Kelompok 130 10 20 10 15 15 15 20 15 5 5
• Peningkatan kapasitas penyuluh kehutanan sejumlah 5.000 orang
Orang 1.200 75 200 150 200 100 200 100 100 50 25
3. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya
• Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, teknis dan administrasi kehutanan minimal sebanyak 15.000 orang peserta
Orang 3.390 - 1.620 - 1.770 - - - - - -
• Pendidikan menengah kejuruan kehutanan sebanyak 1.440 siswa
Orang 300 - - - 300 - - - - - -
• Pendidikan pasca sarjana jenjang S2 dan S3 sebanyak 325 orang lulusan
Orang - - - - - - - - - - -
• Sertifikasi ISO 9001:2008, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan sejumlah 5 unit
Unit 1 - - - 1 - - - - - -
179
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum sel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
4. Dukungan manajemen
dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 17 satker
Satker - - - - - - - - - -
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 17 Satker
Satker - - - - - - - - - -
• Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat
Kerjasama - - - - - - - - - - -
• Terbentuknya kelembagaan penyuluhan di 6 provinsi dan 100 kabupaten/kota
Provinsi, Kabupaten/
Kota
20 1 2 3 2 2 3 3 - 2 2
180
Regional II Jawa-Bali-NTB-NTT
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM Program : Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kegiatan :
1. Pengembangan Penyuluhan Kehutanan
• Peningkatan efektifitas penyuluhan kehutanan melalui penyusunan program penyuluhan kehutanan nasional sebanyak 5 dokumen
Dokumen 5 - - - - - - - - - -
• Sertifikasi penyuluh kehutanan sejumlah 1.500 orang
Orang 15 541 - 25 135 176 140 15 15 10 10
• Kampanye Indonesia Menanam (KIM) di 33 provinsi
Provinsi - 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2. Peningkatan pelayanan penyuluhan kehutanan
• Masyarakat produktif mandiri 500 kelompok Kelompok - 150 20 10 15 15 15 20 15 5 5 • Peningkatan kapasitas penyuluh kehutanan
sejumlah 5.000 orang Orang - 1.000 - 150 400 100 200 100 100 50 25
3. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya
• Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, teknis dan administrasi kehutanan minimal sebanyak 15.000 orang peserta
Orang 1.500 4.650 - - 3.350 - - - - - 1.300
• Pendidikan menengah kejuruan kehutanan sebanyak 1.440 siswa
Orang - 320 - - 320 - - - - - -
• Pendidikan pasca sarjana jenjang S2 dan S3 sebanyak 325 orang lulusan
Orang 325 - - - - - - - - - -
• Sertifikasi ISO 9001:2008, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan sejumlah 5 unit
Unit - 1 - - 1 - - - - - -
4. Dukungan manajemen Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Penyuluhan dan
Satker 4 - - - - - - - - - -
181
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan
Pengembangan SDM Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 17 satker Tertib administrasi pengelolaan keuangan
dan BMN di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 17 Satker
Satker 4 - - - - - - - - - -
• Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat
Kerjasama 50 - - - - - - - - - -
• Terbentuknya kelembagaan penyuluhan di 6 provinsi dan 100 kabupaten/kota
Provinsi, Kabupaten/
Kota
- 24 1 - 5 5 3 2 2 3 3
182
Regional III Kalimantan ESELON I / PROGRAM /
KEGIATAN Nasional Regional III
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM Program : Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kegiatan :
1. Pengembangan Penyuluhan Kehutanan
• Peningkatan efektifitas penyuluhan kehutanan melalui penyusunan program penyuluhan kehutanan nasional sebanyak 5 dokumen
Dokumen - - - - -
• Sertifikasi penyuluh kehutanan sejumlah 1.500 orang Orang 170 10 90 30 40 • Kampanye Indonesia Menanam (KIM) di 33 provinsi Propinsi 4 1 1 1 1
2. Peningkatan pelayanan penyuluhan kehutanan
• Masyarakat produktif mandiri 500 kelompok Kelompok 100 25 25 25 25 • Peningkatan kapasitas penyuluh kehutanan sejumlah 5.000 orang Orang 1.300 300 400 300 300
3. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya
• Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, teknis dan administrasi kehutanan minimal sebanyak 15.000 orang peserta
Orang 1.800 1.800 - - -
• Pendidikan menengah kejuruan kehutanan sebanyak 1.440 siswa Orang 300 300 - - - • Pendidikan pasca sarjana jenjang S2 dan S3 sebanyak 325 orang lulusan Orang - - - - - • Sertifikasi ISO 9001:2008, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan
sejumlah 5 unit Unit 1 1 - - -
4. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 17 satker
Satker - - - - -
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 17 Satker
Satker - - - - -
• Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat
Kerjasama - - - - -
• Terbentuknya kelembagaan penyuluhan di 6 provinsi dan 100 kabupaten/kota
Provinsi, Kabupaten/Kota
14 2 5 2 5
183
Regional IV Sulawesi-Maluku-Papua
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM Program : Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kegiatan :
1. Pengembangan Penyuluhan Kehutanan
• Peningkatan efektifitas penyuluhan kehutanan melalui penyusunan program penyuluhan kehutanan nasional sebanyak 5 dokumen
Dokumen - - - - - - - - - - -
• Sertifikasi penyuluh kehutanan sejumlah 1.500 orang
Orang 289 30 60 50 50 50 20 10 - 10 9
• Kampanye Indonesia Menanam (KIM) di 33 provinsi
Propinsi 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2. Peningkatan pelayanan penyuluhan kehutanan
• Masyarakat produktif mandiri 500 kelompok Kelompok 120 10 10 10 30 10 10 10 10 10 10 • Peningkatan kapasitas penyuluh kehutanan
sejumlah 5.000 orang Orang 1.000 75 100 100 150 100 75 100 100 100 100
3. Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya
• Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, teknis dan administrasi kehutanan minimal sebanyak 15.000 orang peserta
Orang 3.660 - - - 1.890 - - - - - 1.770
• Pendidikan menengah kejuruan kehutanan sebanyak 1.440 siswa
Orang 520 - - - 320 - - - - - 200
• Pendidikan pasca sarjana jenjang S2 dan S3 sebanyak 325 orang lulusan
Orang - - - - - - - - - - -
• Sertifikasi ISO 9001:2008, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan sejumlah 5 unit
Unit 2 - - - 1 - - - - - 1
4. Dukungan manajemen dan pelaksanaan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan sesuai
Satker - - - - - - - - - - -
184
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat tugas teknis lainnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan
kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 17 satker Tertib administrasi pengelolaan keuangan
dan BMN di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 17 Satker
Satker - - - - - - - - - - -
• Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat
Kerjasama - - - - - - - - - - -
• Terbentuknya kelembagaan penyuluhan di 6 provinsi dan 100 kabupaten/kota
Provinsi, Kabupaten/
Kota
42 10 10 10 10 2 4 1 2 2 1
185
Lampiran 2g Indikator Kinerja Per Propinsi
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan
186
Regional I Sumatera
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum
sel Beng kulu
Lam pung Babel Kepri
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Program : Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan Kegiatan :
1. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat I
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat I ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
2. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat II
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat II ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
187
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum
sel Beng kulu
Lam pung Babel Kepri
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
3. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat III
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat III ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
4. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat IV
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat IV ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
5. Pengawasan Terhadap Kasus Pelanggaran yang Berindikasi KKN
• Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 25% dari temuan tahun 2006-2009
% 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Itjen Kemenhut sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 6 satker
Satker - - - - - - - - - - -
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Itjen Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 6 Satker
Satker - - - - - - - - - - -
188
Regional II Jawa-Bali-NTB-NTT
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Program : Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan Kegiatan :
1. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat I
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat I ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
2. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat II
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat II ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
3. Pengawasan Terhadap • Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat III ditekan hingga 50% dari
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
189
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat III
tahun 2009 • Pelanggaran terhadap peraturan
perundangan di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
4. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat IV
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat IV ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
5. Pengawasan Terhadap Kasus Pelanggaran yang Berindikasi KKN
• Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 25% dari temuan tahun 2006-2009
% 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Itjen Kemenhut sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 6 satker
Satker 6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Itjen Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 6 Satker
Satker 6 - - - - - - - - - -
190
Regional III Kalimantan
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Program : Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan Kegiatan :
1. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat I
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat I ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50
2. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat II
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat II ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50
3. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat III
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat III ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50
4. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat IV ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50
191
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
Kerja Inspektorat IV
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50
5. Pengawasan Terhadap Kasus Pelanggaran yang Berindikasi KKN
• Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 25% dari temuan tahun 2006-2009
% 25 25 25 25 25
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Itjen Kemenhut sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 6 satker
Satker - - - - -
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Itjen Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 6 Satker
Satker - - - - -
192
Regional IV Sulawesi-Maluku-Papua
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Program : Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan Kegiatan :
1. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat I
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat I ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
2. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat II
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat II ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
3. Pengawasan • Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat III ditekan hingga 50% dari
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
193
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat III
tahun 2009 • Pelanggaran terhadap peraturan
perundangan di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
4. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat IV
• Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat IV ditekan hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
• Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun 2009
% 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
5. Pengawasan Terhadap Kasus Pelanggaran yang Berindikasi KKN
• Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 25% dari temuan tahun 2006-2009
% 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
6. Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan
Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Itjen Kemenhut sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 6 satker
Satker -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Itjen Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 6 Satker
Satker - - - - - - - - - - -
194
Lampiran 2h Indikator Kinerja Per Propinsi
Program Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan
195
Regional I Sumatera
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum sel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Program : Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan Kegiatan :
1. Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Kementerian Kehutanan
• Penyerapan anggaran meningkat menjadi 90% diakhir tahun 2014
% 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
• Pencapaian sasaran strategis minimal 95% di akhir tahun 2014
% 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95
• Model implementasi kebijakan kehutanan di 3 kabupaten
Kabupaten
- - - - - - - - - - -
2. Penyelenggaraan Administrasi dan Penataan Kepegawaian
• Pelayanan administrasi kepegawaian minimal 95% akurat dan tepat waktu
% - - - - - - - - - - -
• Prasarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95%
% - - - - - - - - - - -
• Data kepegawaian dalam SIMPEG minimal 98% sesuai dengan data yang dimiliki individu PNS
% - - - - - - - - - - -
3. Penyelenggaraan dan Pembinaan Tata Hukum dan Organisasi Kementerian Kehutanan
• Penyusunan rancangan peraturan perundang-undang lingkup Kemenhut minimal sebesar 75% di akhir tahun 2014
% - - - - - - - - - - -
• Pencapaian penelaahan hokum peraturan perundang-undangan lingkup
% - - - - - - - - - - -
196
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum sel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
Kemenhut minimal sebesar 80% di akhir tahun 2014
• Penanganan perkara, pemulihan hak-hak Negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun 2014
% - - - - - - - - - - -
• Pencapaian pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan lingkup Kemenhut minimal sebesar 70% di akhir tahun 2014
% - - - - - - - - - - -
4. Penyelenggaraan Administrasi Keuangan Kementerian Kehutanan
• Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikanKUK-DAS, KUHR dan KUPA serta PSDH DR sebesar 80%
% - - - - - - - - - - -
• Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan ”wajar tanpa pengecualian” mulai laporan tahun 2011, sebanyak 5 judul (1 judul setiap tahun)
Judul / tahun
- - - - - - - - - - -
• Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 13,75 Trilyun
Rp. Trilyun
- - - - - - - - - - -
5. Penyelenggaraan Ketatausahaan, Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Perlengkapan Kementerian Kehutanan.
• Laporan SIMAK BMN Kementerian Kehutanan akuntabel dan tepat waktu sebanyak 225 satuan kerja per tahun
Satker 47 4 9 3 7 6 7 2 5 1 3
• Serifikasi ahli pengadaan barang dan jasa bagi pejabat pembuat komitmen (PPK) dan panitia/pejabat pengadaan di Kementerian Kehutanan sebanyak 1.000 orang
Orang 200 16 38 12 28 24 28 8 20 4 12
• Sertifikasi tanah milik Kementerian Kehutanan di 5 lokasi (Manggala Wanabakti, Kanci, Cimanggis, Kramatjati, dan Rumpin)
Lokasi - - - - - - - - - - -
• Terselesaikannya status pencatanan BMN eks Kantor Wilayah Kementerian
Propinsi 5 - - - - 1 1 1 1 - -
197
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum sel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
Kehutanan di 15 provinsi
6. Pembinaan Standardisasi, Pengelolaan Lingkungan dan Penanganan Perubahan Iklim Kehutanan
• Standard produk dan jasa kehutanan, serta pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim 35 judul
Judul - - - - - - - - - - -
• Sertifikasi pengelolaan hutan rakyat 15 unit
Unit - - - - - - - - - - -
• Rekomendasi kebijakan penanganan perubahan iklim kehutanan sebanyak 5 paket
Paket - - - - - - - - - - -
7. Pembinaan dan Koordinasi Kerjasama Luar Negeri
• Partisipasi Indonesia dalam forum kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) di bidang kehutanan sebanyak 3 paket per tahun
Paket - - - - - - - - - - -
• Komitmen kerjasama internasional di bidang kehutanan (bilateral, multilatareal, regional, dan multipihak) sebanyak 5 paket
Paket - - - - - - - - - - -
• Kerjasama baru bilateral sebanyak 5 negara dan multipihak sebanyak 3 lembaga
Lembaga - - - - - - - - - - -
• Laporan monitoring dan evaluasi kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) sebanyak 3 paket per tahun
Paket - - - - - - - - - - -
8. Penyiaran dan Penyebarluasan Informasi Pembangunan Kehutanan
• Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% per tahun
% - - - - - - - - - - -
• Meningkatnya berita kegiatan pimpinan Kemenhut sebesar 10% per tahun
% - - - - - - - - - - -
• Meningkatnya publikasi kebijakan program pembangunan kehutanan sebesar 10% per tahun
% - - - - - - - - - - -
• Hubungan dengan lembaga tinggi Negara, pemerintah dan lembaga non
% - - - - - - - - - - -
198
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional I
Indikator Kinerja Utama Satuan Regional I NAD Sum ut
Sum bar Riau Jambi Sum sel Beng
kulu Lam pung Babel Kepri
pemerintah meningkat sebesar 10% per tahun
9. Pengelolaan Keuangan, Penyaluran dan Pengembalian Dana Bergulir Pembiayaan Pembangunan Kehutanan
• Kredit pembangunan hutan tanaman (hutan tanaman industry, hutan tanaman rakyat dan hutan rakyat) seluas 400.000 ha
Ha 117.023 2.766 18.494 3.064 17.840 29.984 26.855 11.269 6.751 - -
• Pemahaman terhadap skim pinjaman pembangunan hutan tanaman di 60 kabupaten tahun 2014
Kabupaten 23 3 4 1 2 5 4 1 1 1 1
• Peningkatan penguatan kelembagaan debitur di 15 kabupaten tahun 2014
Kabupaten 5 - 1 - - 2 1 1 - - -
10. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional I berjalan minimal 90%
% 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional I, 2 dokumen
Dokumen
- - - - - - - - - - -
11. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional II berjalan minimal 90%
% - - - - - - - - - - -
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional II, 2 dokumen
Dokumen - - - - - - - - - - -
12. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional III
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional III berjalan minimal 90 %
% - - - - - - - - - - -
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional III, 2 dokumen
Dokumen
- - - - - - - - - - -
13. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional IV berjalan minimal 90%
% - - - - - - - - - - -
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional IV, 2 dokumen
Judul - - - - - - - - - - -
199
REGIONAL II JAWA-BALI-NTB-NTT
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Program : Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan Kegiatan :
1. Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Kementerian Kehutanan
• Penyerapan anggaran meningkat minimal menjadi 90% diakhir tahun 2014
%
90
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
• Pencapaian sasaran strategis minimal 95% di akhir tahun 2014
% 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95
• Model implementasi kebijakan kehutanan di 3 kabupaten
Kabupaten - - - - - - - - - - -
2. Penyelenggaraan Administrasi dan Penataan Kepegawaian
• Pelayanan administrasi kepegawaian minimal 95% akurat dan tepat waktu
% 95 - - - - - - - - - -
• Prasarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95%
% 95 - - - - - - - - - -
• Data kepegawaian dalam SIMPEG minimal 98% sesuai dengan data yang dimiliki individu PNS
% 98 - - - - - - - - - -
3. Penyelenggaraan dan Pembinaan Tata Hukum dan Organisasi Kementerian Kehutanan
• Penyusunan rancangan peraturan perundang-undang lingkup Kemenhut minimal sebesar 75% di akhir tahun 2014
% 75 - - - - - - - - - -
• Pencapaian penelaahan hokum peraturan perundang-undangan lingkup Kemenhut minimal sebesar 80% di akhir tahun 2014
% 80 - - - - - - - - - -
200
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
• Penanganan perkara, pemulihan hak-hak Negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun 2014
% 80 - - - - - - - - - -
• Pencapaian pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan lingkup Kemenhut minimal sebesar 70% di akhir tahun 2014
% 70 - - - - - - - - - -
4. Penyelenggaraan Administrasi Keuangan Kementerian Kehutanan
• Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikanKUK-DAS, KUHR dan KUPA serta PSDH DR sebesar 80%
% 80 - - - - - - - - - -
• Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan ”wajar tanpa pengecualian” mulai laporan tahun 2011, sebanyak 5 judul (1 judul setiap tahun)
Judul / tahun
1 - - - - - - - - - -
• Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 13,75 Trilyun
Rp. Trilyun
13,75 - - - - - - - - - -
5. Penyelenggaraan Ketatausahaan, Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Perlengkapan Kementerian Kehutanan.
• Laporan SIMAK BMN Kementerian Kehutanan akuntabel dan tepat waktu sebanyak 225 satuan kerja per tahun
Satker 42 54 3 1 11 6 8 5 7 4 9
• Serifikasi ahli pengadaan barang dan jasa bagi pejabat pembuat komitmen (PPK) dan panitia/pejabat pengadaan di Kementerian Kehutanan sebanyak 1.000 orang
Orang 200 250 17 11 45 30 35 25 30 20 37
• Sertifikasi tanah milik Kementerian Kehutanan di 5 lokasi (Manggala Wanabakti, Kanci, Cimanggis, Kramatjati, dan Rumpin)
Lokasi 5 - - - - - - - - - -
• Terselesaikannya status pencatanan BMN eks Kantor Wilayah Kementerian Kehutanan di 15 provinsi
Propinsi - 3 - - - - - - 1 1 1
6. Pembinaan Standardisasi, Pengelolaan Lingkungan dan
• Standard produk dan jasa kehutanan, serta pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim 35 judul
judul 35 - - - - - - - - - -
• Sertifikasi pengelolaan hutan rakyat 15 unit Unit - 15 - - - 5 10 - - - -
201
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
Penanganan Perubahan Iklim Kehutanan
• Rekomendasi kebijakan penanganan perubahan iklim kehutanan sebanyak 5 paket
Paket 5 - - - - - - - - - -
7. Pembinaan dan Koordinasi Kerjasama Luar Negeri
• Partisipasi Indonesia dalam forum kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) di bidang kehutanan sebanyak 3 paket per tahun
Paket/ tahun
3 - - - - - - - - - -
• Komitmen kerjasama internasional di bidang kehutanan (bilateral, multilatareal, regional, dan multipihak) sebanyak 5 paket
Paket 5 - - - - - - - - - -
• Kerjasama baru bilateral sebanyak 5 negara dan multipihak sebanyak 3 lembaga
Negara Lembaga
5 dan 3 - - - - - - - - - -
• Laporan monitoring dan evaluasi kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) sebanyak 3 paket per tahun
Paket/ tahun
3 - - - - - - - - - -
8. Penyiaran dan Penyebarluasan Informasi Pembangunan Kehutanan
• Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% per tahun
% 10 - - - - - - - - - -
• Meningkatnya berita kegiatan pimpinan Kemenhut sebesar 10% per tahun
% 10 - - - - - - - - - -
• Meningkatnya publikasi kebijakan program pembangunan kehutanan sebesar 10% per tahun
% 10 - - - - - - - - - -
• Hubungan dengan lembaga tinggi Negara, pemerintah dan lembaga non pemerintah meningkat sebesar 10% per tahun
% 10 - - - - - - - - - -
9. Pengelolaan Keuangan, Penyaluran dan Pengembalian Dana Bergulir Pembiayaan Pembangunan Kehutanan
• Kredit pembangunan hutan tanaman (hutan tanaman industry, hutan tanaman rakyat dan hutan rakyat) seluas 400.000 ha
Ha - 11.483 - - - - - 187 215 4.780 6.301
• Pemahaman terhadap skim pinjaman pembangunan hutan tanaman di 60 kabupaten tahun 2014
Kabupaten 4 - - - - - - - - 3 1
• Peningkatan penguatan kelembagaan debitur di 15 kabupaten tahun 2014
Kabupaten 1 - - - - - - - - 1 -
202
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Pusat dan Regional II
Indikator Kinerja Utama Pusat Regional II DKI Ban ten Jabar Ja
teng Jatim DIY Bali NTB NTT
10. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional I berjalan minimal 90%
% - - - - - - - - - - -
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional I, 2 dokumen
Dokumen
2 - - - - - - - - - -
11. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional II berjalan minimal 90%
% - 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional II, 2 dokumen
Dokumen 2 - - - - - - - - - -
12. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional III
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional III berjalan minimal 90 %
% - - - - - - - - - - -
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional III, 2 dokumen
Dokumen 2 - - - - - - - - - -
13. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional IV berjalan minimal 90%
% - - - - - - - - - - -
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional IV, 2 dokumen
Dokumen 2 - - - - - - - - - -
203
Regional III Kalimantan
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Program : Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan Kegiatan :
1. Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Kementerian Kehutanan
• Penyerapan anggaran meningkat minimal menjadi 90% diakhir tahun 2014
% 95 95 95 95 95
• Pencapaian sasaran strategis minimal 95% di akhir tahun 2014 % 90 90 90 90 90 • Model implementasi kebijakan kehutanan di 3 kabupaten Kabupaten - 2 - - 1
2. Penyelenggaraan Administrasi dan Penataan Kepegawaian
• Pelayanan administrasi kepegawaian minimal 95% akurat dan tepat waktu
% - - - - -
• Prasarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95%
% - - - - -
• Data kepegawaian dalam SIMPEG minimal 98% sesuai dengan data yang dimiliki individu PNS
% - - - - -
3. Penyelenggaraan dan Pembinaan Tata Hukum dan Organisasi Kementerian Kehutanan
• Penyusunan rancangan peraturan perundang-undang lingkup Kemenhut minimal sebesar 75% di akhir tahun 2014
% - - - - -
• Pencapaian penelaahan hukum peraturan perundang-undangan lingkup Kemenhut minimal sebesar 80% di akhir tahun 2014
% - - - - -
• Penanganan perkara, pemulihan hak-hak Negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun 2014
% - - - - -
• Pencapaian pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan lingkup Kemenhut minimal sebesar 70% di akhir tahun 2014
% - - - - -
4. Penyelenggaraan Administrasi Keuangan Kementerian Kehutanan
• Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikanKUK-DAS, KUHR dan KUPA serta PSDH DR sebesar 80%
% - - - - -
• Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan ”wajar tanpa pengecualian” mulai laporan tahun 2011, sebanyak 5 judul (1 judul
Judul / tahun
- - - - -
204
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
setiap tahun)
• Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 13,75 Trilyun Rp. - - - - - 5. Penyelenggaraan
Ketatausahaan, Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Perlengkapan Kementerian Kehutanan.
• Laporan SIMAK BMN Kementerian Kehutanan akuntabel dan tepat waktu sebanyak 225 satuan kerja per tahun
Satker 26 8 6 6 8
• Serifikasi ahli pengadaan barang dan jasa bagi pejabat pembuat komitmen (PPK) dan panitia/pejabat pengadaan di Kementerian Kehutanan sebanyak 1.000 orang
Orang 100 30 - 20 30
• Sertifikasi tanah milik Kementerian Kehutanan di 5 lokasi (Manggala Wanabakti, Kanci, Cimanggis, Kramatjati, dan Rumpin)
Lokasi - - - - -
• Terselesaikannya status pencatanan BMN eks Kantor Wilayah Kementerian Kehutanan di 15 provinsi
Propinsi 3 1 - 1 1
6. Pembinaan Standardisasi, Pengelolaan Lingkungan dan Penanganan Perubahan Iklim Kehutanan
• Standard produk dan jasa kehutanan, serta pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim 35 judul
Judul - - - - -
• Sertifikasi pengelolaan hutan rakyat 15 unit Unit - - - - -
• Rekomendasi kebijakan penanganan perubahan iklim kehutanan sebanyak 5 paket
Paket - - - - -
7. Pembinaan dan Koordinasi Kerjasama Luar Negeri
• Partisipasi Indonesia dalam forum kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) di bidang kehutanan sebanyak 3 paket per tahun
Paket/ tahun
- - - - -
• Komitmen kerjasama internasional di bidang kehutanan (bilateral, multilatareal, regional, dan multipihak) sebanyak 5 paket
Paket - - - - -
• Kerjasama baru bilateral sebanyak 5 negara dan multipihak sebanyak 3 lembaga
Negara, lembaga
- - - - -
• Laporan monitoring dan evaluasi kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) sebanyak 3 paket per tahun
Paket/ tahun
- - - - -
8. Penyiaran dan Penyebarluasan Informasi Pembangunan Kehutanan
• Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% per tahun % - - - - - • Meningkatnya berita kegiatan pimpinan Kemenhut sebesar 10% per
tahun % - - - - -
• Meningkatnya publikasi kebijakan program pembangunan kehutanan sebesar 10% per tahun
% - - - - -
• Hubungan dengan lembaga tinggi Negara, pemerintah dan lembaga non pemerintah meningkat sebesar 10% per tahun
% - - - - -
9. Pengelolaan Keuangan, • Kredit pembangunan hutan tanaman (hutan tanaman industry, hutan Ha 57.587 10.801 16.618 6.845 23.323
205
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Regional III Indikator Kinerja Utama Satuan Regional III Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar
Penyaluran dan Pengembalian Dana Bergulir Pembiayaan Pembangunan Kehutanan
tanaman rakyat dan hutan rakyat) seluas 400.000 ha • Pemahaman terhadap skim pinjaman pembangunan hutan tanaman di
60 kabupaten tahun 2014 Kabupaten 8 1 3 1 3
• Peningkatan penguatan kelembagaan debitur di 15 kabupaten tahun 2014
Kabupaten 3 1 - - 2
10. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional I berjalan minimal 90%
% - - - - -
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional I, 2 dokumen Dokumen
- - - - -
11. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional II berjalan minimal 90%
% - - - - -
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional II, 2 dokumen Dokumen
- - - - -
12. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional III
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional III berjalan minimal 90 %
% 90 90 90 90 90
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional III, 2 dokumen Dokumen
- - - - -
13. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional IV berjalan minimal 90%
% - - - - -
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional IV, 2 dokumen Dokumen
- - - - -
206
Regional IV Sulawesi-Maluku-Papua
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Program : Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan Kegiatan :
1. Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Kementerian Kehutanan
• Penyerapan anggaran meningkat minimal menjadi 90% diakhir tahun 2014
%
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
• Pencapaian sasaran strategis minimal 95% di akhir tahun 2014
% 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95
• Model implementasi kebijakan kehutanan di 3 kabupaten
Kabupaten
- - - - - - - - - - -
2. Penyelenggaraan Administrasi dan Penataan Kepegawaian
• Pelayanan administrasi kepegawaian minimal 95% akurat dan tepat waktu
% - - - - - - - - - - -
• Prasarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95%
% - - - - - - - - - - -
• Data kepegawaian dalam SIMPEG minimal 98% sesuai dengan data yang dimiliki individu PNS
% - - - - - - - - - - -
3. Penyelenggaraan dan Pembinaan Tata Hukum dan
• Penyusunan rancangan peraturan perundang-undang lingkup Kemenhut minimal sebesar 75% di akhir tahun
% - - - - - - - - - - -
207
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat Organisasi Kementerian Kehutanan
2014 • Pencapaian penelaahan hokum
peraturan perundang-undangan lingkup Kemenhut minimal sebesar 80% di akhir tahun 2014
% - - - - - - - - - - -
• Penanganan perkara, pemulihan hak-hak Negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun 2014
% - - - - - - - - - - -
Pencapaian pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan lingkup Kemenhut minimal sebesar 70% di akhir tahun 2014
% - - - - - - - - - - -
4. Penyelenggaraan Administrasi Keuangan Kementerian Kehutanan
• Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikanKUK-DAS, KUHR dan KUPA serta PSDH DR sebesar 80%
% - - - - - - - - - - -
• Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan ”wajar tanpa pengecualian” mulai laporan tahun 2011, sebanyak 5 judul (1 judul setiap tahun)
Judul / tahun
- - - - - - - - - - -
• Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 13,75 Trilyun
Rp. - - - - - - - - - - -
5. Penyelenggaraan Ketatausahaan, Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Perlengkapan Kementerian Kehutanan.
• Laporan SIMAK BMN Kementerian Kehutanan akuntabel dan tepat waktu sebanyak 225 satuan kerja per tahun
Satker 49 6 6 4 11 1 2 5 2 6 8
• Serifikasi ahli pengadaan barang dan jasa bagi pejabat pembuat komitmen (PPK) dan panitia/pejabat pengadaan di Kementerian Kehutanan sebanyak 1.000 orang
Orang 250 26 26 22 56 5 10 25 10 30 40
• Sertifikasi tanah milik Kementerian Kehutanan di 5 lokasi (Manggala Wanabakti, Kanci, Cimanggis,
Lokasi - - - - - - - - - - -
208
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat Kramatjati, dan Rumpin)
• Terselesaikannya status pencatanan BMN eks Kantor Wilayah Kementerian Kehutanan di 15 provinsi
Propinsi 4 1 1 1 1 - - - - - -
6. Pembinaan Standardisasi, Pengelolaan Lingkungan dan Penanganan Perubahan Iklim Kehutanan
• Standard produk dan jasa kehutanan, serta pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim 35 judul
Judul - - - - - - - - - - -
• Sertifikasi pengelolaan hutan rakyat 15 unit
Unit - - - - - - - - - - -
• Rekomendasi kebijakan penanganan perubahan iklim kehutanan sebanyak 5 paket
Paket - - - - - - - - - - -
7. Pembinaan dan Koordinasi Kerjasama Luar Negeri
• Partisipasi Indonesia dalam forum kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) di bidang kehutanan sebanyak 3 paket per tahun
Paket/ tahun
- - - - - - - - - - -
• Komitmen kerjasama internasional di bidang kehutanan (bilateral, multilatareal, regional, dan multipihak) sebanyak 5 paket
Paket - - - - - - - - - - -
• Kerjasama baru bilateral sebanyak 5 negara dan multipihak sebanyak 3 lembaga
Negara, Lembaga
- - - - - - - - - - -
• Laporan monitoring dan evaluasi kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) sebanyak 3 paket per tahun
Paket/ tahun
- - - - - - - - - - -
8. Penyiaran dan Penyebarluasan Informasi Pembangunan Kehutanan
• Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% per tahun
% - - - - - - - - - - -
• Meningkatnya berita kegiatan pimpinan Kemenhut sebesar 10% per tahun
% - - - - - - - - - - -
• Meningkatnya publikasi kebijakan program pembangunan kehutanan
% - - - - - - - - - - -
209
ESELON I / PROGRAM / KEGIATAN
Nasional Satuan
Regional IV
Indikator Kinerja Utama Regional IV Sulut Sul
teng Sultra Sulsel Sul bar
Gorontalo
Malu ku
Mlk Utara Papua Papua
barat sebesar 10% per tahun
• Hubungan dengan lembaga tinggi Negara, pemerintah dan lembaga non pemerintah meningkat sebesar 10% per tahun
% - - - - - - - - - - -
9. Pengelolaan Keuangan, Penyaluran dan Pengembalian Dana Bergulir Pembiayaan Pembangunan Kehutanan
• Kredit pembangunan hutan tanaman (hutan tanaman industry, hutan tanaman rakyat dan hutan rakyat) seluas 400.000 ha
Ha 138.531 26.576 9.188 29.582 19.795 13.235 - 2.925 9.156 28.074 0
• Pemahaman terhadap skim pinjaman pembangunan hutan tanaman di 60 kabupaten tahun 2014
Kabupaten 25 5 3 3 6 3 2 - 2 1 -
• Peningkatan penguatan kelembagaan debitur di 15 kabupaten tahun 2014
Kabupaten 6 2 - 1 2 - - - 1 - -
10. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional I berjalan minimal 90%
% - - - - - - - - - - -
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional I, 2 dokumen
Dokumen
- - - - - - - - - - -
11. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional II berjalan minimal 90%
% - - - - - - - - - - -
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional II, 2 dokumen
Dokumen
- - - - - - - - - - -
12. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional III
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional III berjalan minimal 90 %
% - - - - - - - - - - -
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional III, 2 dokumen
Dokumen
- - - - - - - - - - -
13. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV
• Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional IV berjalan minimal 90%
% 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
• Tersusunnya perencanaan kehutanan di tingkat regional IV, 2 dokumen
Dokumen
- - - - - - - - - - -
Menteri Kehutanan Republik Indonesia ttd. ZULKIFLI HASAN
Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Biro Hukum dan Organisasi ttd. KRISNA RYA,SH.,MH. NIP. 19590730 199003 1 001
Top Related