Perancangan Film Dokumenter mengenai Budaya
Minuman Keras pada Masyarakat Minahasa
Artikel Ilmiah
Peneliti :
Wangun Rondor Christian Parengkuan (692010056)
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Maret 2016
1
1. Latar Belakang Masalah Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang bila
dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus dapat merugikan dan
membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara
berpikir kejiwaan, sehingga akibat lebih lanjut akan mempengaruhi kehidupan
keluarga dan hubungan masyarakat sekitarnya [1]. Minuman beralkohol
dikelompokan 3 golongan yaitu, Golongan A (kandungan etanol kurang dari 5%),
Golongan B (kandungan etanol 5% sampai dengan 20%), dan Golongan C
(kandungan etanol lebih dari 20%) [2]. Di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara,
ada berbagai jenis minuman keras, dan jenis minuman keras yang paling banyak
dikonsumsi serta paling mudah diperoleh oleh masyarakat adalah minuman keras
tradisional, berdasarkan hasil survey Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Sebagian besar pengonsumsi minuman
keras adalah pelajar yang berumur antara 15-24 tahun (15.2%) [3].
Berdasarkan penelitian awal di Kepolisian Resor Minahasa, didapatkan
data bahwa di Kabupaten Minahasa 85% dari tindak pidana yang terjadi dipicu
oleh pengkonsumsian minuman keras dengan 30% dari total tindak pidana yang
dipicu oleh minuman keras tersebut dilakukan oleh pelajar. Mayoritas dari
tindakan pidana yang dilakukan oleh pelajar adalah pemukulan dan tawuran antar
sesama pelajar [4]. Konsumsi minuman keras di Minahasa sudah menjadi tradisi
turun-temurun dalam kehidupan masyarakat Minahasa. Minuman keras dijadikan
sebagai penghangat tubuh saat ada acara-acara seperti pesta nikah dan kedukaan
serta acara-acara lainnya [5]. Minuman keras berkaitan erat dengan budaya
masyarakat Minahasa. Pohon aren yang menjadi sumber dari minuman keras
tradisional masyarakat Minahasa dijadikan mas kawin di banyak daerah di
Minahasa, dan beberapa daerah masih memelihara tradisi itu sampai sekarang [6].
Pemerintah Kabupaten Minahasa bersama dengan Kepolisian Resor
Minahasa saat ini sedang gencar melaksanakan Gerakan Anti Mabuk dengan
slogan "Brenti Jo Bagate!" yang berarti "Stop Minum Minuman Keras!".
Pemerintah melakukan beberapa upaya pengurangan konsumsi minuman keras
dengan razia minuman keras dan memasang baliho slogan "Brenti Jo Bagate!" di
jalan ataupun di pusat-pusat keramaian. Berdasarkan dengan observasi dan
pengamatan yang dilakukan, kampanye Gerakan Anti Mabuk, saat ini masih
memakai media luar ruang seperti spanduk, brosur, dan baliho sebagai media
informasi yang belum dapat menyajikan informasi secara terperinci. Untuk
memaksimalkan informasi yang bisa didapatkan oleh masyarakat maka
diperlukan alternatif media informasi yang salah satunya adalah film, dalam hal
ini film dokumenter. Film dokumenter bertujuan untuk membahas sebuah
peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap dengan jelas, dalam hal ini
budaya minuman keras dan pengaruhnya dalam masyarakat Minahasa.
Berdasarkan latar belakang ini, maka penelitian dilakukan untuk
merancangan film dokumenter sebagai media informasi guna mengetahui
mengenai budaya minuman keras pada masyarakat Minahasa. Film dokumenter
ini diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam menginformasikan pengaruh
budaya minuman keras pada masyarakat.
2
2. Tinjauan Pustaka Penelitian terdahulu dengan judul "Perancangan Film Dokumenter
Siwaluh Jabu (Studi Kasus: Rumah Adat Suku Karo, Sumatera Utara), yang
membahas tentang rumah tradisional Suku Karo yang terlantar dan hampir punah
karena perkembangan zaman [7].
Penelitian terdahulu terdahulu dengan judul "Perancangan Iklan Bahaya
Mengkonsumsi Miras Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo", yang
membahas tentang perancangan media komunikasi visual untuk
menginformasikan bahaya minuman keras pada Dinas Kesehatan di Kabupaten
Purworejo, Jawa Tengah [8].
Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, keunggulan dari penelitian
ini dalam teknis pengambilan gambar seperti pengambilan gambar dengan hidden
camera untuk menampilkan keadaan nyata di lapangan, juga untuk mendapatkan
ekspresi dari narasumber secara nyata. Penelitian ini juga membahas pengaruh
budaya masyarakat Minahasa yang mempengaruhi konsumsi minuman keras pada
masyarakat Minahasa.
Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran
informasi [9]. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai
pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan [10].
Media Informasi adalah alat untuk mengumpulkan dan menyusun kembali
sebuah informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat bagi penerima
informasi, media informasi adalah “alat-alat grafis, fotografis atau elektronis
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual” [11].
Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau
output dari data, media ini dapat berupa audio, animasi, video, teks, grafik, dan
gambar [12]. Multimedia adalah Kombinasi dari tiga elemen: suara, gambar, dan
teks [13].
Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk
menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu
tempat tertentu. Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja
tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat
mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi [14].
Film dapat dikelompokan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu kategori film
cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi dan non
fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang,
dan dimainkan oleh aktor dan aktris [15].
Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian,
melainkan merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi. Film dokumenter
tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh
tema atau argumen dari sineasnya. Struktur bertutur film dokumenter umumnya
sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan
mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Film dokumenter dapat digunakan untuk
berbagai macam maksud dan tujuan seperti: informasi atau berita, biografi,
pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, propaganda, dan lain sebagainya [16].
Ada beberapa jenis dari film dokumenter, seperti: Film dokumenter laporan
perjalanan, film dokumenter sejarah, film dokumenter potret/biografi, film
3
dokumenter perbandingan/kontradiksi, film dokumenter ilmu pengetahuan, film
dokumenter nostalgia, film dokumenter rekonstruksi, film dokumenter
investigasi, film dokumenter association picture story, film dokumenter buku
harian, serta dokudrama [17].
Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematography
yang berasal daribahasa Yunani, kinema yang berarti pergerakan dan graph yang
berarti menulis. Sinematografi membahas tentang teknik menangkap gambar dan
menggabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat
menyampaikan ide. Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi
yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Penyampaian ide pada
fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi
memanfaatkan rangkaian gambar. Sinematografi adalah gabungan antara fotografi
dengan teknik perangkaian gambar yang dalam sinematografi disebut montase
(montage) [18]. Sinematografi terdiri dari beberapa bagian yaitu shot (Long Shot,
Full Shot, Medium Shot, Close-up Shot, Extreme Close-up Shot), camera
movement (Pan, Tilt, Dolly, Track, Pedestal, Zoom), dan angle (Eyelevel, Low,
High, Point-of-View).
Minuman keras adalah semua minuman yang mengandung alkohol (zat
psikoaktif) bersifat adiktif yang bekerja secara selektif, terutama pada otak,
sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, dan kognitif, serta
bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus dapat merugikan dan
membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara
berfikir kejiwaan. Perilaku penggunaan minuman keras saat ini merupakan
permasalahan yang cukup berkembang dan menunjukkan kecenderungan yang
meningkat dari tahun ke tahun, yang akibatnya dirasakan dalam bentuk
perkelahian, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme [19].
Minuman keras tradisional masyarakat Minahasa atau yang biasa disebut
“Cap Tikus” adalah hasil penyulingan dari nira pohon aren. “Cap Tikus” memiliki
kandungan alcohol diatas 20% atau masuk dalam minuman beralkohol Golongan
C. “Cap Tikus” juga dapat dimurnikan menjadi bioetanol yang dapat dijadikan
alternatif bahan bakar. Dalam budaya, pohon aren sering dijadikan mas kawin
oleh masyarakat Minahasa [20]. “Cap Tikus” adalah warisan budaya Minahasa
yang dulunya diartikan sebagai budaya sehat serta menjadi bagian pergaulan.
Mayoritas orang dewasa di Minahasa dulu meminum “Cap Tikus” untuk
menghangatkan tubuh dari udara dingin serta kelelahan setelah bekerja. Pada
perkembangannya “Cap Tikus” dikonsumsi dalam berbagai acara seperti pesta
nikah, kedukaan, pertemuan-pertemuan, serta untuk menyambut tamu [21].
Disaat minuman keras menjadi penyebab 85% tindakan kriminal di daerah
Minahasa, minuman keras juga yang menjadi mata pencarian dari banyak orang
di Minahasa . Dari 85% tindakan pidana di Kabupaten Minahasa dipicu oleh
pengkonsumsian minuman keras dengan 30% dari total tindakan pidana tersebut
dilakukan oleh pelajar. Mayoritas tindakan pidana yang dilakukan oleh pelajar
adalah pemukulan dan tawuran [22].
4
3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan film dokumenter
ini adalah metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki
karakteristik yaitu fleksibel atau berubah-ubah. Metode kualitatif menghasilkan
data tidak dalam bentuk angka melainkan berupa teks, dokumen, gambar, foto
maupun objek-objek yang ditemukan di lapangan selama penelitian berlangsung.
Informasi yang diperoleh melalui metode kualitatif, yaitu dengan melakukan
observasi dan wawancara. Penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk mencapai
pemahaman mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus [23].
Untuk strategi penelitian digunakan linear strategy yang adalah strategi
yang menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang sederhana dan
mudah dipahami komponennya. [24].
Gambar 1 Tahapan Perancangan linear strategy
Identifikasi Masalah
Dalam perancangan linear strategy terdapat empat tahap dalam
pelaksanaannya, tahap pertama yaitu identifikasi masalah. Untuk mengidentifikasi
masalah dilakukan wawancara dengan Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor
Minahasa bapak AKP Drs. Frangky Ruru, didapatkan hasil bahwa konsumsi
minuman keras yang berlebihan oleh masyarakat khususnya pelajar mengganggu
ketertiban sosial. Banyak tindak kriminal yang terjadi seperti pemukulan dan
tawuran serta kecelakaan lalu lintas terjadi karena konsumsi minuman keras yang
berlebihan.
Meskipun telah gencar mengadakan kampanye Gerakan Anti Mabuk
dengan slogan “Brenti Jo Bagate!” dengan menggunakan media cetak dan media
luar ruang seperti spanduk, baliho serta iklan dan koran, yang bertujuan untuk
meminimalisir pengkonsumsian minuman keras, namun penyampaian informasi
masih minim. Penggunaan media luar ruang serta media cetak hanya dapat
memberikan sedikit informasi tentang masalah minuman keras di Minahasa yang
merupakan masalah yang kompleks.
Wawancara juga dilakukan dengan kepala sekolah SMA N 1
Kawangkoan, ibu Dazy Moniung, S.Pd., M.Pd., dengan hasil bahwa siswa yang
telah mengkonsumsi minuman keras tidak fokus selama pelajaran berlangsung
serta kerap membuat masalah di sekolah seperti membangkang kepada guru.
Pelajar yang telah mengkonsumsi minuman keras juga sering tidak masuk kelas
bahkan tidak masuk sekolah. Minuman keras juga berpengaruh secara langsung
pada prestasi dari pelajar yang mengkonsumsinya.
Menurut keterangan yang diberikan oleh bapak Ventje Rondonuwu,
seorang tokoh masyarakat Desa Kayuuwi, minuman keras adalah sesuatu yang
sulit dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Minuman keras menjadi minuman
untuk menyambut tamu dalam berbagai kesempatan seperti pada acara
pernikahan, ulang tahun, kedukaan bahkan pada peringatan hari raya keagamaan
serta ritual-ritual adat suku Minahasa.
5
Pengumpulan Data Setelah proses identifikasi masalah, tahap selanjutnya ialah pengumpulan
data. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
perancangan film dokumenter. Metode pengumpulan data secara primer
dilakukan melalui wawancara kepada Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor
Minahasa, dengan hasil yaitu:
- Sekitar 85% tindakan kriminal yang terjadi di Minahasa disebabkan oleh minuman keras.
- Informasi tentang usaha yang telah dilakukan kepolisian dalam merazia minuman keras dan penjual minuman keras yang tidak memiliki izin yang
sesuai.
- Informasi tentang usaha yang telah dilakukan kepolisian untuk mensosialisasikan kampanye Gerakan Anti Mabuk dan kerjasama dengan
instansi-instansi lainnya.
- Daftar kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh pengaruh minuman keras. - Data tindakan kriminal yang dilakukan oleh pelajar
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA N1 Kawangkoan mendapatkan
data, yaitu:
- Pelajar yang mengkonsumsi minuman keras tidak fokus dalam kegiatan belajar mengajar.
- Pelajar yang mengkonsumsi minuman keras sering membuat masalah pada jam sekolah.
- Pelajar yang mengkonsumsi minuman keras sering bolos sekolah. Wawancara dengan Tokoh Masyarakat Desa Kayuuwi mendapatkan data
tentang minuman keras dalam kehidupan masyarakat, yaitu:
- Pengkonsumsian minuman keras terjadi disegala acara perayaan masyarakat seperti acara nikah, kedukaan, ulang tahun, pengucapan syukur, ritual adat
dan acara-acara lainnya.
- Minuman keras tradisional menjadi mata pencarian bagi para petaninya serta para distributor.
Sedangkan pengumpulan data secara sekunder dilakukan melalui media
luar ruang dan media cetak seperti koran, baliho, iklan, berita televisi, serta
observasi secara langsung di lapangan. Pengumpulan data untuk keperluan
perancangan film melalui buku-buku dan artikel ilmiah serta melalui media-media
online.
Perancangan Film
Data yang didapatkan dari pengumpulan data akan dijadikan acuan untuk
tahap kedua, yaitu perancangan Film Dokumenter. Perancangan film meliputi pra-
produksi, produksi serta pasca-produksi. Tahap kedua dapat diuraikan sebagai
berikut.
6
Gambar 2 Tahapan perancangan film dokumenter
Tahap pra-produksi terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Film dokumenter ini berjenis dokumenter investigasi. Film dokumenter investigasi berisi peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap dengan
jelas [25]. Konsep dasar film dokumenter ini adalah menginformasikan
kepada masyarakat Minahasa, tentang pengaruh dari budaya minuman keras
di Minahasa. Sudut pandang yang digunakan dalam perancangan film
dokumenter ini adalah objective point of view, yaitu seluruh cerita dalam film
dibangun berdasarkan sudut pandang pembuat film.
b. Storyline adalah keseluruhan cerita dari awal sampai akhir dalam berbagai bentuk tulisan, script, screenplay, copyplay, stageplay dan berbagai coretan
teks sementara lainnya yang nanti bisa digabungkan menjadi satu cerita utuh
[26]. Berikut adalah storyline pada film dokumenter pengaruh Minuman
Keras pada Pelajar di Minahasa. Film ini diawali dengan transisi gambar yang
menampilkan landmark Minahasa, serta ciri khas kehidupan masyarakat
Minahasa. Kompilasi video tentang masalah yang terjadi di Minahasa yang
disebabkan oleh minuman keras ditampilkan setelahnya. Seorang polisi
mendeskripsikan tentang peraturan serta masalah yang ditimbulkan oleh
minuman keras dengan footage tentang masalah yang dideskripsikan oleh
polisi. Scene berikutnya menampilkan seorang petani minuman tradisional
yang bercerita tentang asal dari minuman tradisional, manfaat pohonnya, serta
bagaimana itu menjadi sebuah pekerjaan yang dapat menghidupi keluarga
diselingi dengan potongan-potongan klip keadaan pertanian minuman keras
tradisional serta proses pembuatan minuman keras tradisional. Berikutnya
seorang guru mengemukakan tentang pengaruh minuman keras kepada pelajar
disekolah maupun diluar sekolah, dan seorang pelajar bercerita bagaimana
awalnya mengenal minuman keras serta mudahnya mendapatkan minuman
7
keras disertai potongan-potongan klip keadaan sekolah dan kegiatan yang
biasa dilakukan pelajar di dalam serta di luar sekolah. Film dokumenter ini
ditutup dengan himbauan-himbauan tentang pengaruh minuman keras beserta
data yang ada.
c. Treatment merupakan kerangka film yang diuraikan secara deskriptif seperti jenis shoot dan tujuan pengambilan gambar [27]. Berikut adalah treatment
Film Dokumenter pengaruh miras pada Pelajar. Scene 1 (LS) Int : (night)
Menampilkan opening film dokumenter
Cut to....
Scene 2 (FS) Int :
Menampilkan judul film dokumenter
Cut to....
Scene 3 (LS) Int : (day)
Menampilkan wawancara dengan topik faktor pengkonsumsian minuman keras
Cut to....
Scene 4 (FS) Int : (night)
Menampilkan footage pengaruh lingkungan bagi pelajar
Cut to....
Scene 5 (LS) Int : (day)
Menampilkan wawancara dengan topik akibat pengkonsumsian minuman keras
Cut to....
Scene 6 (ECU) Int : (day)
Menampilkan masalah yang ditimbulkan oleh pengkonsumsian minuman keras
Cut to....
Scene 7 (CU) Int : (day)
Menampilkan wawancara dengan topik penanganan serta pencegahan konsumsi
miras
Cut to....
Scene 8 (CU) Int : (day)
Menampilkan media-media luar ruang apa saja yang digunakan
Scene 9 (CU) Int : (day)
Menampilkan himbauan oleh berbagai pihak tentang konsumsi minuman keras
Cut to...
Scene 10 (FS) Int : (day)
Sebagai penutup menampilkan closing credits
Dip to black
d. Storyboard merupakan rangkaian gambar sketsa yang merepresentasikan alur sebuah cerita. Langkah ini nantinya bertujuan untuk memudahkan dalam
mengaplikasikan pengambilan gambar menggunakan kamera[28].
Perancangan storyboard Film dokumenter dapat dilihat pada tabel berikut.
8
Tabel 1 Storyboard perancangan film dokumenter No Scene Shoot/angle/moving Timeline Deskripsi
1
Close-up, High
angle, Pan to left
00:12:24 Menampilkan kebiasaan
meminum minuman keras
2
Still 00:45:00 Judul
3
Close-up, Eye level,
still
00:50:18 Wawancara dengan tentang
pengaruh lingkungan
4
Close-up, Low
angle, move left
01:51:29 Menampilkan bebasnya
konsumsi miras
5
Close-up, eye level,
still
03:31:47 Wawancara tentang usaha
apa saja yang dilakukan
untuk mengurangi konsumsi
minuman keras
6
Full shot, low angle,
still
04:56:14 Menampilkan media luar
ruang yang membantu usaha
pengurangan konsumsi
minuman keras
7
Close-up, eye level,
still
06:27:16 Wawancara tentang masalah
apa saja yang ditimbulkan
oleh pengkonsumsi miras
8
Medium shot, high
angle, pan to left
07:42:01 Menampilkan kurangnya
kontrol diri saat dibawah
pengaruh minuman keras
9
Close-up, Eye level,
Still
09:38:46 Himbauan dari berbagai
pihak untuk mengurangi
konsumsi minuman keras
10
Still 11:26:32 Closing credits
9
Setelah proses pra-produksi dilaksanakan tahap produksi, yaitu tahap
pengambilan gambar dengan menggunakan kamera DSLR (Digital Single-lens
Relflex) dan high-definition camcorder serta beberapa alat bantu seperti tambahan
lensa kamera, tripod, camera stabilizer, dan slider. Proses pengambilan gambar
tetap disesuaikan dengan rancangan storyboard mulai dari shot, angle, dan
camera movement. Proses produksi juga mengambil gambar sebagai stock untuk
melengkapi film. Beberapa gambar dari proses pengambilan gambar dan stock
footage dapat dilihat pada Gambar 3.
(a) Persiapan
pengambilan gambar
(b) Perlengkapan
pengambilan gambar
(c) Proses pengambilan
gambar
Gambar 3 Aktivitas proses produksi.
Tahap berikut dari rangkaian proses perancangan ini adalah tahap pasca-
produksi. Langkah pertama pada tahap ini adalah offline editing, dimana footage
mentah dari hasil pengambilan gambar disalin dan dilakukan cut-to-cut untuk
mendapatkan kerangka video yang sesuai dengan rencana proses pra-produksi.
Gambar 4 Proses cut-to-cut
Tahap selanjutnya dari proses ini adalah online editing. Pada tahap ini
terdapat proses editing seperti color grading, closing credits, dan sound editing.
Pada tahap color grading dilakukan penyesuaian warna dari tiap footage video
memperbaiki dan menyelaraskan komposisi warna dari video untuk menentukan
suasana dari video. Ada dua versi color grading yaitu penyesuaian dengan warna
hangat dan penyesuaian dengan warna dingin, dan color grading yang digunakan
dalam film dokumenter ini adalah penyesuaian dengan warna dingin. Penyesuaian
dengan warna dingin untuk meberi kesan tenang sekaligus berkesan sedih.
(a) Sebelum grading (b) Sesudah grading
Gambar 5 Proses color grading sebelum dan sesudah
10
Tahap berikutnya dari proses ini adalah titling. Titling adalah proses
pembuatan tulisan yang akan digunakan sebagai judul, subtitle, serta credit title
yang berfungsi untuk memberikan informasi tambahan kepada audience.
(a) Pembuatan subtitle (b) Pembuatan closing credit
Gambar 6 Proses titling Tahap terakhir dalam proses perancangan ini adalah rendering, proses ini
dilakukan setelah tahap editing baik video maupun audio telah selesai dilakukan.
Format video coding H.264 (MPEG-4 Advanced Video Coding) dengan resolusi
720p (1,280 × 720 progressive scan) dengan frame rate 24p (23.976 Frame Per
Second) untuk video output dipilih agar video yang dihasilkan memiliki ukuran
data yang relatif kecil namun tetap memiliki kualitas gambar high-definition dan
kualitas suara yang baik yang dapat menjadikan video ini mudah disebarkan
melalui berbagai media digital seperti media sosial.
11
4. Hasil dan Pembahasan Hasil dari perancangan ini adalah Film Dokumenter yang dapat digunakan
sebagai media informasi pengaruh dari minuman keras bagi kehidupan
masyarakat Minahasa khususnya pada pelajar. Scene 1 dan 2 adalah pembukaan
film dokumenter ini ditampilkan judul serta kehidupan masyarakat Minahasa
yang dapat dilihat pada Gambar 7. Jenis shot yang digunakan adalah close-up
dengan pergerakan kamera panning.
(1) Pengkonsumsian minuman keras. (2) Judul film dokumenter.
Gambar 7 Opening scene film dokumenter
Bagian berikut dalam film dokumenter adalah scene 3 dan 4 yang berisi
wawancara tentang apa saja faktor yang menyebabkan banyaknya
pengkonsumsian minuman keras pada pelajar yang dapat dilihat pada Gambar 8.
Jenis shot yang digunakan adalah close-up tanpa pergerakan kamera.
(3) Wawancara mengenai pengkonsumsian
miras. (4) Bebasnya peredaran minuman keras.
Gambar 8 Kompilasi video masalah tentang minuman keras Gambar berikut adalah scene 5 dan 6 yang menampilkan yang
menampilkan wawancara tentang pengaruh minuman keras pada pelajar, dapat
dilihat pada Gambar 10. Jenis shot yang digunakan adalah close-up dengan
pergantian ke medium shot.
(a) Penjelasan tentang pengaruh minuman
keras pada pelajar (b) Akibat pengkonsumsian miras.
Gambar 9 Keadaan pertanian minuman keras tradisional Bagian berikut dalam film dokumenter ini adalah scene 7 dan 8penjelasan
dari usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah, sekolah serta pihak kepolisian
dalam menekan pengkonsumsian minuman keras yang dapat dilihat pada Gambar
9. Jenis shot yang digunakan adalah close-up dengan pergantian ke medium shot
serta full shot.
12
(7) Penjelasan tentang apa saja usaha yang
telah dilakukan. (8) Media luar ruang yang telah dipajang.
Gambar 10 Penjelasaan tentang pengaruh minuman keras pada pelajar Bagian berikut adalah scene 9 dan 10 yang berisi himbauan dari berbagai
pihak untuk mengurangi bahkan menghentikan konsumsi minuman keras.
(9) Himbauan (10) Closing credits
Gambar 11 Penjelasan polisi tentang faktor utama pengkonsumsian minuman keras oleh
pelajar
Perancangan Media
Film Dokumenter yang telah dirancang ini nantinya dapat digunakan
sebagai media informasi untuk membantu kampanye Gerakan Anti Mabuk oleh
Pemerintah Kabupaten Minahasa maupun Kepolisian Resor Minahasa.
Perancangan film dokumenter dapat diimplementasikan ke berbagai media
seperti pada CD untuk dibagikan kepada masyarakat khususnya pada pelajar,
menjadi alat bantu dalam kampanye Gerakan Anti Mabuk dengan slogan “Brenti
Jo Bagate”, serta dapat di unggah di media social seperti Youtube untuk
mempermudah penyebaran dan memperluas jangkauan dari film dokumenter
yang telah dirancang. Film dokumenter juga dapat ditayangkan di tempat-tempat
yang disediakan seperti ruang tunggu kantor polisi dan televisi lokal.
Pengujian
Pengujian dilakukan secara kualitatif kepada bapak AKP Drs. Frangky
Ruru selaku Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor Minahasa yang secara
membawahi masalah minuman keras, untuk mengetahui apakah film dokumenter
yang dirancang kontennya sesuai untuk menjadi media informasi bagi masyarakat
khususnya pelajar tentang pengaruh minuman keras serta dapat membantu
kampanye Gerakan Anti Mabuk dengan slogan “Brenti Jo Bagate”.
Wawancara dengan bapak AKP Drs. Frangky Ruru mendapatkan hasil
bahwa, film dokumenter yang dirancang kontennya sudah sesuai dengan
penelitian awal. Informasi tentang faktor apa yang menyebabkan pelajar
mengkonsumsi minuman keras karena ada penjelasan dari berbagai sumber.
Akibat dari pengkonsumsian minuman keras yang tidak bertanggungjawab karena
ada footage yang membuktikan dari pengaruh minuman keras itu. Mudahnya
minuman keras diperoleh dan dikonsumsi oleh semua kategori umur karena ada
penjelasan serta footage-nya, serta tindakan apa saja yang telah dilakukan untuk
13
mengurangi penggunaan minuman keras di masyarakat sesuai dengan fakta yang
ada di lapangan. Film dokumenter tentang budaya minuman keras ini dapat
menjelaskan pengaruh budaya dalam pengkonsumsian minuman keras di
Minahasa dengan lebih mendalam dibandingkan media informasi yang digunakan
sebelumnya (media luar ruang dan media cetak). Berdasarkan pengujian yang
telah dilakukan, film dokumenter yang telah dirancang sudah layak untuk
digunakan sebagai media untuk menginformasikan pengaruh budaya minuman
keras pada masyarakat Minahasa.
Kemudian juga ada evaluasi kepada videografer yang dilakukan melalui
wawancara kepada George Nicolas Huwae, S.Pd., M.I.Kom. untuk mengetahui
apakah perancangan film dokumenter, sinematografi, proses editing, pemilihan
backsound, serta color grading sudah sesuai. Dari pengujian yang telah
dilakukan, didapatkan hasil yaitu teknik sinematografi yang digunakan dalam
video ini secara keseluruhan sudah jelas, serta segi audio sudah jelas. Sebagai
masukan, menambahkan name tag dari narasumber.
Pengujian kepada target audience dilakukan kepada Mario A. Warouw
untuk mengetahui apakah informasi yang ada pada film dokumenter dapat
tersampaikan. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
informasi yang ada pada film dokumenter tentang pengaruh budaya minuman
keras di Minahasa dapat dimengerti. Informasi yang ada dapat dimengerti karena
ada penjelasan dari berbagai sumber, yang ditinjau dari berbagai sudut pandang.
Saran untuk film dokumenter ini adalah perbanyak informasi pendukung yang
diambil dari media massa. Film ini secara keseluruhan sudah layak untuk
dijadikan sebagai media informasi tentang pengaruh budaya minuman keras di
Kabupaten Minahasa.
5. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perancangan Film
Dokumenter mengenai Pengaruh Budaya Minuman Keras Minahasa, maka
disimpulkan bahwa film dokumenter yang telah dirancang sudah sesuai dan layak
untuk dijadikan media informasi mengenai pengaruh budaya minuman keras di
Kabupaten Minahasa kepada masyarakat. Konten film dokumenter sudah sesuai
dan sudah detail karena adanya penjelasan dari berbagai sumber seperti pihak
kepolisian, sekolah, gereja, petani minuman keras, serta dari pelajar.
14
6. Pustaka
[1]. Wresniwiro, 1999, Narkoba dan Pengaruhnya. Jakarta: Widya Medika.
[2]. Republik Indonesia, 2013, Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 74
Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol,
Jakarta: Sekretariat Kabinet RI.
[3]. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2009, Laporan Hasil
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Sulawesi Utara Tahun
2007, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
[4]. Rompas, Rommy, 2015, 85 Persen Tindak Kriminal di Minahasa
Lantaran Miras, manadotoday.co.id diakses tanggal 28 Maret 2016.
[5]. Parengkuan, Fendy, 2011, Minum Miras Sampai Mabuk Bukan Budaya
Masyarakat, manado.tribunnews.com diakses tanggal 6 Juni 2016.
[6]. Pakpahan, Don Meyler, Produser, 2015, Potensi Pohon Aren, TV One,
Tomohon, Indonesia, 20 menit.
[7]. Saputra, Gian, 2015, Perancangan Film Dokumenter Siwaluh Jabu (Studi
Kasus : Rumah Adat Suku Karo, Sumatera Utara).
[8]. Handaka, R. Wahyu, 2014, Perancangan Iklan Bahaya Mengkonsumsi
Miras Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo.
[9]. AECT Task Force on Definiton and Technology, 1977, The Definition of
Educational Technology, Washington D.C.: Association for Educational
Communications and Technology.
[10]. Criticos, C., 1996, Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.):
International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition, New
York: Elsevier Science, Inc.
[11]. Sobur, Alex, 2006, Semiotika Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia.
[12]. Turban., dkk, 2002, Aplikasi Multimedia Kreatif, Yogyakarta: Paradigma.
[13]. McCormick, Patty, 1996, Patty McCormick’s Pieces of an American
Quilt: Quilts, Patterns, Photos and Behind the Scenes Stories from the
Movie
[14]. Effendy, Onong Uchjana. 1986, Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung:
Alumni.
[15]. Sumarno, Marselli. 1996, Dasar-dasar Apresiasi Film, Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
[16]. Pratista, Himawan. 2008, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian
Pustaka.
[17]. Ayawaila, Gerzon R., 2008, Dokumenter: Dari Ide sampai Produksi,
Jakarta: FFTV-IKJ Press.
[18]. Semedhi, Bambang, 2011, Sinematografi-Videografi, Bogor: Ghalia
Indonesia
[19]. Surya, 2011, Seputaran Minuman Keras.
[20]. Pakpahan, Don Meyler, Produser, 2015, Potensi Pohon Aren, TV One,
Tomohon, Indonesia, 20 menit.
[21]. Tewu, Fredy, 2008, Lestarikan (Budaya) Minum Captikus,
kabarindonesia.com diakses tanggal 6 Juni 2016.
15
[22]. Rompas, Rommy, 2015, 85 Persen Tindak Kriminal di Minahasa
Lantaran Miras, manadotoday.co.id diakses tanggal 28 Maret 2016.
[23]. Herdiansyah, Haris, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-
Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika.
[24]. Sarwono, Jonathan, 2007, Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual,
Yogyakarta: Andi.
[25]. Ayawaila, Gerzon R., 2008, Dokumenter: Dari Ide sampai Produksi,
Jakarta: FFTV-IKJ Press.
[26]. Gumelar, M.S., 2011, Academic Writing, Jakarta: Lulu.com
[27]. Sutisno, P.C.S., 1993, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan
Video, Jakarta: PT Grasindo.
[28]. Jubilee Enterprise, 2010, 30 Ide Bisnis untuk Siapa pun, Jakarta: Elex
Media Komputerindo.
Top Related