PERAN SOSIAL BIROKRASI KAMPUS DALAM PENANGGULANGAN
KONFLIK DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEHWIRANITA RUKMADI
105 38314015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Berangkat dengan penuh keyakinan
Berjalan penuh keikhlasan
Istiqomah dalam menghadapi cobaan
Kupersembahkan karya ini buat :Kedua orang tuaku, dan keluargakuAtas keikhlasan dan doanyadalam mendukungku Mewujudkanharapan-harapanku
iv
ABSTRAK
WIRANITA RUKMADI, 2015. “Peran Sosial Birokrasi Kampus DalamPenanggulangan Konflik Di Universitas Muhammadiyah Makassar”. Skripsi. FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.(Dibimbing oleh, Nursalam dan Muhammad Akhir).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang terjadinya konflikantar mahasiswa. Bagaimana bentuk penyelesaian konflik terhadap mahasiswafakultas sospol dan tekhnik. penelitian ini menggunakan metode kualitatif,dengan teknik pengumpulan data yakni wawancara, observasi dan studi literatur.Data yang didapat kemudian digolongkan menjadi dua, yaitu data sekunder dandata primer yang kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk deskriptif sehinggamenggambarkan tentang penelitian secara utuh. Adapun teori yang digunakanyalah teori konflik,teori peranan,teori resolusi konflik
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. faktor yang menyebabkanmahasiswa melakukan perilaku konformitas dalam tawuran antar mahasiswa ialahkepercayaan yang besar terhadap kelompoknya, pandangan yang sama dengananggota lain, solidaritas kelompok, dan kepercayaan. Bentuk perilaku konformitasmahasiswa dalam tawuran antar mahasiswa di Universitas Muhammadiyahalauddin makassar dipengaruhi oleh faktor penyebab mahasiswa melakukanperilaku konformitas dalam tawuran di Universitas Muhammadiyah Makassar,yaitu bentuk penerimaan dan bentuk penolakan. walaupun tawuran yangdilakukan mahasiswa adalah konflik rakayasa, tujuan konflik yang di lakukanadalah bentuk demotrasi yang dilakukan kepada pimpinan kampus agar pimpinankampus sadar bahwa masi banyak yang harus di benahi dalam kampus untukmencega mahasiswa yang melakukan tawuran.
Upaya penyelesaian konflik yang dilakukan adalah denganmempertemukan kedua belah pihak yang bertikai dan di selesaikan secarakelembagaan, agar tdak lagi melakukan bentrok dan yang terlibat dalam bentroktersebut maka Kampus berhak mengelurakan dari Mahasiswa tersebut.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabar akatuh,
Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, demikian saya untuk
mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertauhid atas
anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio
pada-Mu, Sang Khaliq. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Demikian juga
dalam tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas
penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk
membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan
tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tuaku tercinta ayahanda Jumadi Badar S.Sos dengan ibunda Sitti Rukiah
yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, mendukung dan
membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Adik saya Fahri Muhammad yang selalu setia menemani dan
memberikan motivasi serta banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini,
penulis mengucapkan terima kasih teruntuk sepupuku tersayang Alfian firman
ix
yang senantiasa memberikan saran, memotivasi dan banyak membantu dalam
penyelesaian skripsi ini. Dengan segala hormat, penulis mengucapkan terimakasih
kepada Drs. Nursalam, M.Si dan Dr. Muhammad akhir., M.Pd. selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, motivasi
serta menuntun penulis sejak awal penyusunan proposal sampai Skripsi ini.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada : Dr. H. Abd.
Rahman Rahim,MM, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib,
S.Pd, M.Pd, Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar, dan Drs. H. Nurdin, M.Pd Ketua Jurusan Pendidikan
Sosiologi, serta seluruh dosen dan staff pegawai dalam lingkungan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
membekali penulis dengan serangkaian ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
Dan ucapan terima kasih kepada teman-teman seperjuanganku yang selalu
menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan
mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi atas segala kebersamaan, motivasi,
saran, dan bantuannya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, yang bersifat membangun.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Amin Yarabbal Alamin. Billahi fii
sabilill haq fastabiqul khaerat wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Makassar, 2019
Wiranita Rukmadi
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENEGESAHAN.................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMEBIMBING ..................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ...........................................................................................v
MOTTO DA PEMBAHSAN ................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................5
B. Rumusan Masalah ........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................5
E. Definisi Operasional .....................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9
A. Kajian konsep ..............................................................................................9
B. Kajian teori .................................................................................................20
C. Kerangka pikir............................................................................................29
D. Hasil penelitian terdahulu...........................................................................30
xii
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................33
A. Lokasi Penelitian .......................................................................................33
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................................33
C. Fokus Penelitian .......................................................................................33
D. Informan Penelitian ...................................................................................34
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................34
F. Teknik Analisi Data ...................................................................................35
G. Teknik keabsahan data ...............................................................................36
H. Etika penelitian...........................................................................................40
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................41
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian........................................................41
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....................................50
A. Hasil Penelitian .........................................................................................50
B. Pembahasan ...............................................................................................89
BAB VI PENUTUP ..............................................................................................93
A. Kesimpulan.................................................................................................93
B. Saran .........................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara majemuk, dalam artian bahwa masyarakatnya
terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan golongan. Perbedaan-perbedaan
pandangan dan tujuan sering dipandang sebagai masalah yang hanya dapat di
selesaikan jika kita semua memiliki maksud yang sama, atau ketika suatu
pandangan lebih kuat dari pandangan lain. Sehingga dengan adanya perbedaan
tersebut seringkali menimbulkan gesekan-gesekan sosial oleh adanya seluruh
kepentingan masyarakat agar tetap berintegrasi dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.Perjalanan hidup bangsa akan mengalami pemunduran apabila
generasi muda yang berkonflik dibiarkan berlanjut. Maka hal itu bertentangan
dengan asumsi yang biasa dikatakan oleh para generasi sebelumnya bahwa
pemuda adalah pelopor perubahan dan sebagai generasi pelanjut yang akan
memegang peranan yang urgen dalam setiap kehidupan masyarakat.
Masalah konflik di Indonesia merupakan fenomena yang tidak asing lagi
dan menyita perhatian publik karena wujudnya yang sebagian besar telah
mengarah pada suatu kekerasan sosial dan telah meluas pada berbagai lapisan
masyarakat. Pada umumnya konflik diakibatkan oleh perbedaan pendapat,
pemikiran, ucapan, dan perbuatan. Sikap dasar yang sulit dan tidak ingin
menerima dan menghargai perbedaan semacam itu akan mengubah seseorang
berwatak suka berkonflik. Orang seperti ini akan membuat problem kecil dan
sederhana sebagai alasan untuk menciptakan konflik.
1
2
Konflik sebagai saluran akumulasi perasaan yang tersembunyi secara
terus-menerus yang mendorong seseorang untuk berperilaku dan melakukan
sesuatu berlawanan dengan orang lain. Sebuah keinginan ambisi yang kuat
bahkan menyebabkan terjadinya konflik antarperorangan, sedangkan dorongan
emosi yang kuat untuk menyalahkan orang lain akan menyebabkan seseorang
terlibat konflik dengan orang lain. Setiap individu dalam masyarakat memiliki
perspektif yang berbeda tentang hidup dan masalah-masalahnya. Perbedaan
perspektif tersebut disebabkan karena masing-masing kita memiliki sejarah dan
karakter yang unik, dilahirkan dalam cara hidup tertentu serta masing-masing kita
memiliki nilai-nilai yang memandu pikiran dan perilaku yang memotivasi kita
untukmengambil tindakan tertentu dan menolak tindakan lainnya. Orang sering
beranggapan bahwa ketika memiliki fakta yang sama, semua orang akan sampai
pada suatu analisis yang sama. Kenyataannya tidaklah demikian.
Kebulatan suara bahkan lebih mustahil dicapai jika kita
mempertimbangkan bahwa selain perbedaan-perbedaan alami tersebut terdapat
perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh berbagai dimensi: status, kekuasaan,
kekayaan, usia, peran menurut gender, keanggotaan dalam suatu kelompok sosial
tertentu dan sebagainya. Perbedaan berbagai posisi berdasarkan indikator-
indikator sosial tersebut mengakibatkan orang saling menginginkan hal-hal yang
berbeda dalam situasi yang sama. Dan ketika sasaran dan kepentingan mereka
tidak sesuai, maka terjadilah konflik.
Konflik dapat diartikan sebagai hubungan antar dua pihak atau lebih
(individu maupun kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-
3
sasaran yang tidak sejalan. (Mitchell, 1981). Pengertian ini harus dibedakan
dengan kekerasan, yaitu sesuatu yang meliputi tindakan, perkataan, sikap atau
berbagai struktur dan sistem yang mengakibatkan kerusakan secara fisik, mental,
sosial dan lingkungan dan atau menghalangi seseorang meraih potensinya secara
penuh. (Fisher,et.al., 2001).
Seperti halnya yang terjadi di Kampus Universitas Muhammadiyah
Makassar, konflik antar kelompok sering kali terjadi dimana-mana. Konflik
horizontal yang sering terjadi di Kampus Universitas muhammadiyah makassar
umumnya merupakan konflik antar etnis (suku),konflik perbedaan pndapat antar
fakultas dan konflik akibat sentimen dan fanatik yang mayoritas melibatkan
kalangan mahasiswa kampus. Sebut saja mahasiswa yang sering terlibat konflik
antaranya fakultas Ilmu Sosial Politik dan Fakultas Tekhnik. Tidak ada yang tahu
pasti kapan konflik komunal ini berawal, namun dari banyak kasus yang terjadi
pemicu utama konflik ini adalah perkelahian antar pemuda yang kadang
merupakan konflik perseorangan, namun karena atas nama solidaritas kedaerahan
maka konflik tersebut berlanjut menjadi seolah-olah konflik antar daerah, selain
kerugian material, konflik tersebut tidak jarang menjatuhkan korban jiwa. Konflik
antar kelompok yang terjadi di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar
sangat begitu memprihatinkan, karena konflik ini sudah begitu lama, akan tetapi
birokrasi kampus setempat sepertinya kurang memperhatikan masalah ini.
Terbukti perkelahian antar pemuda desa tersebut sering kali terjadi. Seharusnya
birokrasi kampus setempat lebih serius dalam menangani kasus tersebut.
Masalahnya setiap konflik yang terjadi tidak jarang menimbulkan banyak
4
kerugian.Peran birokrasi kampus dalam hal ini sangat begitu dibutuhkan, karena
dampak dari masalah ini begitu serius dan perlu penanganan yang serius pula oleh
birokrasi kampus daerah setempat yang bertikai.
Sedangkan birokrasi adalah sebagai alat organisasi,dimana ia merupakan
suatu otoritas yang ditetapkan scara raisonal oleh berbagai peraturan. Birokrasi
seringkali dimaksudkan sebagai upaya untuk mengorganisasi scara teratur suatu
pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak orang. Fungsi-fungsi birokrasi
adalah:
1. Administrasi
2. Pelayanan
3. Pengaturan (regulasi)
4. Pengumpul informasi
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dan analisis terhadap peranan birokrasi kampus terhadap Konflik yang
terjadi antara di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar. Penelitian dan
analisis tersebut dituangkan dalam bentuk karya ilmiah berbentuk skripsi dengan
judul :“ Peran Sosial Birokrasi Kampus Dalam Penanggulangan Konflik Di
Universitas Muhammadiyah Makassar”
5
B. Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apakah yang menjadi pemicu terjadinya Konflik antara
mahasiswa di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar ?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Birokrasi kampus dalam mengatasi
konflik antar kelompok mahasiswa di Kampus Universitas Muhammadiyah
Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktor-faktor apa yang menjadi
pemicu terjadinya konflik antara mahasiswa di Kampus Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana upaya-upaya yang
dilakukan oleh Birokrasi kampus dalam mengatasi konflik antar mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis.
Memberikan informasi mengenai bentuk-bentuk peran Birokrasi kampus
dalam hal ini organisasi mahasiswa kampus bekerja sama dengan fakultas yang
berkonflik dalam mengatasi konflik yang terjadi dalam bentuk perkelahian antar
kelompok dan direktorat kampus sebagai penegah dalam mengatasi konfli
tersebut. Selain itu juga memberikan sedikit gambaran mengenai faktor penyebab
6
terjadinya konflik antar mahasiswa tersebut. Hasil dari penelitian ini juga
diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan cara mengatasi masalah yang
ada terutama kajian mengenai bagaimana strategi peran birokrasi kampus dalam
mengatasi kasus tersebut, dalam hal ini kekerasan yang berujung konflik
2. Manfaat metodologis
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi nilai tambah yang
selanjutnya dapat dikomparasikan dengan penelitian-penelitian ilmiah lainnya,
khususnya yang mengkaji masalah peran birokrasi kampus dan penanganan
kekerasan yang berujung konflik di dalam lingkup masyarakat.
3. Manfaat Praktis.
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi mahasiswa
tentang peran birokrasi kampus dalam mengatasi konflik dalam bentuk
perkelahian antar kelompok mahasiswa yang kerap terjadi. Terkhusus bagi
pemimpin-pemimpin dalam hal ini BEM, UKM, dan Direktorat kampus beserta
mahasiswa yang terkait, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam
perumusan kebijakan dalam rangka penanganan konflik antar kelompok
mahasiswa.
E. Definisi Operasional
Setelah beberapa konsep diuraikan dalam hal yang berhubungan dengan
kegiatan ini, maka untuk mempermudah dalam mencapai tujuan penelitian perlu
disusun defenisi operasional yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian
ini antara lain:
7
1. Birokrasi Kampus, yang dimaksud disini adalah.
a. Ketua Program Studi beserta stafnya
b. Ketua Jurusan beserta Stafnya
c. Badan Eksekutif Mahasiswa Beserta anggotanya
2. Peran Birokrasi Kampus yang dimaksud disini adalah.
a. Legislator, Pembuat kebijakan
b. Fasilitator, Memfasilitasi
Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang
netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu
pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh
kedua belah pihak.
Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak -pihak yang terlibat
berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan
2. Faktor-faktor terjadinya konflik
Faktor Nilai.
Kebanyakan konflik terjadi karena perbedaan nilai. Nilai merupakan
sesuatu yang menjadi dasar, pedoman, tempat setiap manusia menggantungkan
pikiran, perasaan, dan tindakan seseorang. Konflikterjadi karena dua pihak
memberikan nilai yang berbeda atas apa yang menjadi objek konflik. Yang
termasuk dalam kategori ini adalah konflik yang bersumber dari perbedaan rasa
percaya, keyakinan, bahkan ideologi atas apa yang diperebutkan.
Kurangnya Komunikasi.
8
Konflik bisa terjadi hanya karena dua pihak kurang berkomunikasi.
Kegagalan berkomunikasi karena dua pihak tidak dapat menyampaikan pikiran,
perasaan, dan tindakan, sehingga membuka jurang perbedaan informasi diantara
mereka (Fungsi komunikasi, antara lain adalah mengurangi tinkat ketidak pastian)
dapat mengakibatkan konflik,ketidak cocokan peran.
Konflik ini bisa terjadi dimana dan kapan saja, asal dalam sebuah
organisasi (sosial maupun formal). Ketidak cocokan peran itu terjadi karena dua
pihak mempersepsikan secara sangat berbeda peran mereka masing-masing.
Konflik yang belum terpecahkan. Banyak konflik yang terjadi karena ada konflik
diantara dua pihak yang sebelumnya tidak dapat diselesaikan. Tidak ada proses
“saling memaafkan” dan “saling mengampuni”. Keadaan ini seperti api dalam
sekam, yang setiap saat bisa timbul, dan menghasilkan konflik lebih besar
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian konsep
1. Pengertian Peranan
Berbicara tentang peranan, maka kita tidak menghindarkan diri
dari persoalan status atau kapasitas seseorang atau suatu lembaga karena
setiapstatus sosial atau jabatan yang diberikan kepada setiap orang atau
kepada suatu institusi pasti disertai dengan kewenangan. Kewenangan atau
peran yang harus dilaksanakan oleh orang atau institusi tersebut.
Berdasarkan kamus ilmiah popular yang disusun oleh Tim Prima Pena
memberikan pengertian peran dan peranan sebagai berikut : Peran yakni
laku; hall berlaku atau bertindak, pemeran, pelaku, pemain (film atau
drama). Sedangkan peranan adalah fungsi, kedudukan, bagian kedudukan.
Dalam kamus sosiologi, disebutkan bahwa peranan adalah :
a. Aspek dmis dari kedudukan
b. Perangkat hak-hak dan kewajiban
c. Perilaku aktual dari pemegang kedudukan
d. Bagian dari seseorang yang mempunyagian dari aktivitas yang
dimainkan oleh seseorang.
Sedangkan Horton dan Hubt mengemukakan bahwa peran adalah
perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai status. Bahkan
dalam suatu status tunggal pun orang dihadapkan dengan sekelompok
peran yang sebagai perangkat peran. Istilah seperangkat peran (Role Set)
9
10
digunakan untuk menunjukkan bahwa satu status tidak hanya mempunyai
satu peran tunggal, akan tetapi sejumlah peranyang saling berhubungan
dan cocok.
Menurut Selo Sumarjono, Peran (Role) adalah aspek dinamis dari
kehidupan (Status) atau pola tingkah laku yang ada hubungannya dengan
kehidupan social seseorang, antara status dan role sangat sukar dipisahkan.
Tidak ada kedudukan tanpa peran, dan tidak ada peran tanpa kedudukan.
Sedangkan menurut Soekanto (1990:268) Peran adalah aspek dinamis dari
kedudukan (Status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka diamenjalankan suatu
peran.
Konsepsi peran mengandaikan seperangkat harapan. Kita diharapkan
untuk bertindak dengan cara-cara tertentu pula. Perilaku individu dalam
kesehariannya hidup bermasyarakat berhubungan erat dengan peran,.
Karena perran mengandung hak dan kewajiban yang harus dijalani seorang
individu dalam bermasyarakat. Sebuah persn harus dijalankan sesuai
dengan norma-norma yang berlaku juga dimasyarakat. Seorang individu
akan terlihat status sosialnya hanya dari peran yang dijalankan dalam
kesehariannya.
Sedangkan menurut pengertian dalam kamus besar Bahasa Indonesia
Balai Pustaka, menyebutkan pengertian peranan sebagai berikut :
a. Peran adalah pemain yang diandalkan dalam sandiwara, maka dia
adalah pemain sandiwara atau pemain utama.
11
b. Peran adalah bagian yang dimainkan seorang pemain dalam sandiwara,
ia berusaha bermain dengan baik dalam semua peran yang dibebankan
kepadanya.
c. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.
Lebih lanjut lagi, M. Rusli Karim memberikan batasan tentang peran
diantaranya sebagai berikut :
a. Peran adalah norma-norma yang dihubungkan denagn posisi atau
kedudukan seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti merupakan
rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
masyarakat.
b. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam kehidupan masyarakat sebagai organisasi.
c. Peran juga dapat diartikan sebagai perilaku penting bagi perilaku struktur
social.
Pengertian peranan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun
oleh W.L.S. Poerwadarminta (2000:366), mengemukakan bahwa pengertian
peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang
terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa. Sedangkan dalam kamus
istilah Antropologi mengartikan peranan sebagai perilaku pemain sandiwara
yang mempersonifikasikan sesuatu watak manusia tertentu.
Sementara itu pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto (2002:2003)
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
12
menjalankan suatu peranan.Konsep tentang peran (Role) menurut Komaruddin
(1994:768) dalam buku “Ensiklopedia Manajemen” mengungkapkan sbagai
berikut :
a. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.
b. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
c. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang
ada padanya.
d. Fungsi setiap variable dalam hubungan sebab akibat.
Berdasarkan pengertian peran yang dipaparkan komaruddin dapat
diambil pengertian bahwaperanan merupakn penilaian sejauh mana
fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian
tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan 2 variabel
yang mempunyai hubungan sebab akibat. Sesungguhnya peranan
birokrasi birokrasi kampus dalam pembangunan sangat luas mengingat
peranan tersebut dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis, terutama
dalam hal pemberian pelayanan kepada masyarakat terutama
menyangkut aspek pelaksanaan birokrasi yang efisien, efektif, cepat,
dan tepat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Peranan penting artinya karena dapat mengatur perilaku seseorang dimana
pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan orang lain, sehingga
dengan demikian orang bersangkutan dapat menyesuaikan perilaku sendiri
dengan perilaku orang lain atau sekitarnya. Jadi peranan yang dimaksud
13
peneliti adalah bagaimana peranan birokrasi kampus atau birokrasi birokrasi
kampusan di dalam mengambil keputusan.
2. Pengertian Birokrasi
Birokrasi adalah sebagai alat organisasi,dimana ia merupakan suatu
otoritas yang ditetapkan secara raisonal oleh berbagai peraturan. Birokrasi
sering kali dimaksudkan sebagai upaya untuk mengorgansasi secara teratur
suatu pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang. Birokrasi dalam suatu
kampus dapat disebut ideal jika semua fungsi akademik, keamanan, hubungan
mahasiswa dengan dosen maupun perangkat kampus lainnya berjalan dengan
normal sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tentu saja manfaat dalam
funsi birokrasi kampus telah menjadi harga mati bagi mahasiswa karna telah
menjadi hak mereka terutama atas apa yang telah mereka bayar atau penuhi
dalam persyaratan pihak kampus. Selain itu kampus yang ideal biasanya akan
membuka hati menerima keluhan maupun aspirasi mahasiswanya, memberikan
solusi serta mendukung berbagai hal positif yang diajukan mahasiswa.
3. Pengertian Konflik
Pribadi maupun kelompok yang menyadari adanya perbedaan misalnya
dalam ciri-ciri badania, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola prilaku dan
seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang
ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian ( konflik ).
a. Konflik adalah proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak
lawan, tampa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku ( kamus
sosiologi, 1985 : 85 ).
14
b. Konflik merupakan bentuk integrasi dimana tempat ,waktu serta intensitas
dan lain sebagainya tunduk pada perubahan, sebagaimana isi segitiga yang
dapat berubah.
Coser mengambil pembahasan dari simmel, mengembangkan proposisi
dan memperluas konsep simmel tersebut dalam menggambarkan kondisi-
kondisi dimana konflik secara positif membantu struktur sosial dan terjadi
secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat. Coser membahas ahli
teori ( bangsa amerika ) yang lebih awal, menyataan pemahaman mereka
tentang sebagai kesadaran yang tercermin dalam semangat pembaharuan
masyarakat. Albion small dan george E. vincen sebagai pengarang terkenal
buku teks pertama sosiologi amerika, misalnya mencerminkan oriantasi
pembaharuan sosiologi ketika menulis, sosiologi dilahirkan dalam semangat
medern untuk memperbaiki masyarakat ( margaret M. poloma 1994 : 107 ).
Konflik sosial yang menjadi objek sosiologi harus benar-benar merupakan
fakta sosial, sunggu terjadi dan dapat di observasi. Itu berarti ada dua pihak
bukan hanya satu pihak yang terlibat dalam konflik, dan masing-masing mau
menghancurkan lawan atau membuatnya tak berdaya. Akibat lain ialah
terhentinya kerja sama antara kedua bela pihak yang terlibat konflik. Masa
antarah pecahnya konflik dan terbentuknya kerjasama kembali disebut masah
permusuha. Dalam masa ini usaha kooperatif tidak dapat dilakukan. Hal ini
mengakibatkan proses kemajuan masyarakat mengalami kemacetan.
Apabila konflik terjadi di suatu negara yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dan bersifat separatif, konflik juga menghambat persatuan bangsa serta
15
dan interaksi sosial dan nasional.(Drs. D .Henrpuspito OC, 1989 : 248 ). Akan
tetapi para ahli sosiologi kontemporer sering mengacukan analisa konflik
sosial, secara implisit melihatnya sebagai desktruktif atau patologis bagi
kelompok sosial.
Coser memilih menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara
potensia positif untuk membentuk serta mempertahankn struktur. Dia
melakukan hal ini dengan membagun diatas sosiologi klasik pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan konflik sosiologi jerman yang terkenal
yaitu George Simmel. Jelaslah bagi coser maupun kaum funsionalisme
struktural, struktur sosial ada di dalam dirinya sendiri dan bergerak melalui
kendala. Coser mengungkapkan hal itu sebagai berikut : “sosiologi konflik
harus mencari nilai-nilai serta kepentingan-kepentingan yang tertanam secara
struktural sehingga membuat manusia saling terlibat dalam konflik, bilamana
ia tidak ingin dilarutkan kedalam penjelasan psikologis mengenai agresivitas
bawaan, dosa turunan, atau kebengalan manusia. Apa yang disumbangkan
Coser kepada orientasi fungsionalisme ialah deskripsi mengenai bagaimana
struktur-struktur sosial itu dapat merupakan produk konflik dan bagaimana
mereka mempertahankan oleh konflik. Prosisisnya sebagian besar berkisar di
seputar intensitas dan fungsi konflik bagi lembaga-lembaga sosial. Walaupun
Coser terikat pada kesatuan teori masyarakat yang ilmiah, tetapi ia menolak
setiap gerakan kearah naturalisme atau determinisme yang ekstrim pada
setiap tindakan manusia ( Margaret M. Polman, 1994 : 125).
16
Konflik dapat terjadi antara individu-individu,antara kelompok-kelompok
dan antara organisasi-organisasi. Apabila dua orang individu masing-masing
berpegang pada pandangan yang sama sekali bertentangan satu sama lain, dan
mereka tidak perna berkompromi, dan masing-masing menarik kesimpulan-
kesimpulan yang berbeda-beda, dan apabila mereka cenderung bersifat
toleran, maka dapat di pastikan akan timbunya konflik tertentu. Berdasarkan
risalah konflik ( dari Simmel ) sebagai bentuk dari asosiasi, Coser
membentangan proporsi untuk menguji fungsionalisme konflik bagi kelompok
sosial. (Margaret M. Polman, 1994 :127).
Pribadi maupun kelompok yang menyadari adanya perbedaan misalnya
dalam ciri-ciri badania, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola prilaku dan
seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang
ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian ( konflik ). Konflik
adalah proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tampa
memperhatikan norma dan nilai yang berlaku ( kamus sosiologi, 1985 : 85 ).
Konflik merupakan bentuk integrasi dimana tempat ,waktu serta intensitas dan
lain sebagainya tunduk pada perubahan, sebagaimana isi segitiga yang dapat
berubah. Coser mengambil pembahasan dari simmel, mengembangkan
proposisi dan memperluas konsep simmel tersebut dalam menggambarkan
kondisi-kondisi dimana konflik secara positif membantu struktur sosial dan
terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat. Coser
membahas ahli teori ( bangsa amerika ) yang lebih awal, menyataan
pemahaman mereka tentang sebagai kesadaran yang tercermin dalam semangat
17
pembaharuan masyarakat. Albion small dan george E. vincen sebagai
pengarang terkenal buku teks pertama sosiologi amerika, misalnya
mencerminkan oriantasi pembaharuan sosiologi ketika menulis, sosiologi
dilahirkan dalam semangat medern untuk memperbaiki masyarakat ( margaret
M. poloma 1994 : 107 ).
Konflik sosial yang menjadi objek sosiologi harus benar-benar
merupakan fakta sosial, sunggu terjadi dan dapat di observasi. Itu berarti ada
dua pihak bukan hanya satu pihak yang terlibat dalam konflik, dan masing-
masing mau menghancurkan lawan atau membuatnya tak berdaya. Akibat lain
ialah terhentinya kerja sama antara kedua bela pihak yang terlibat konflik.
Masa antarah pecahnya konflik dan terbentuknya kerjasama kembali disebut
masah permusuha. Dalam masa ini usaha kooperatif tidak dapat dilakukan. Hal
ini mengakibatkan proses kemajuan masyarakat mengalami kemacetan.
Apabila konflik terjadi di suatu negara yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dan bersifat separatif, konflik juga menghambat persatuan bangsa serta
dan interaksi sosial dan nasional. (Drs. D .Henrpuspito OC, 1989 : 248 ). Akan
tetapi para ahli sosiologikontemporer sering mengacukan analisa konflik sosial,
secara implisit melihatnya sebagai desktruktif atau patologis bagi kelompok
sosial. Coser memilih menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara
potensia positif untuk membentuk serta mempertahankn struktur. Dia
melakukan hal ini dengan membagun diatas sosiologi klasik pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan konflik sosiologi jerman yang terkenal
yaitu George Simmel. Jelaslah bagi coser maupun kaum funsionalisme
18
struktural, struktur sosial ada di dalam dirinya sendiri dan bergerak melalui
kendala. Coser mengungkapkan hal itu sebagai berikut : “sosiologi konflik
harus mencari nilai-nilai serta kepentingan-kepentingan yang tertanam secara
struktural sehingga membuat manusia saling terlibat dalam konflik, bilamana ia
tidak ingin dilarutkan kedalam penjelasan psikologis mengenai agresivitas
bawaan, dosa turunan, atau kebengalan manusia. Apa yang disumbangkan
Coser kepada orientasi fungsionalisme ialah deskripsi mengenai bagaimana
struktur-struktur sosial itu dapat merupakan produk konflik dan bagaimana
mereka mempertahankan oleh konflik. Prosisisnya sebagian besar berkisar di
seputar intensitas dan fungsi konflik bagi lembaga-lembaga sosial. Waaupun
Coser terikat pada kesatuan teori masyarakat yang ilmia, tetapi ia menolak
setiap gerakan kearah naturalisme atau determinisme yang ekstrim pada setiap
tindakan manusia ( Margaret M. Polman, 1994 : 125).
Konflik dapat terjadi antara individu-individu,antara kelompok-kelompok
dan antara organisasi-organisasi. Apabila dua orang individu masing-masing
berpegang pada pandangan yang sama sekali bertentangan satu sama lain, dan
mereka tidak perna berkompromi, dan masing-masing menarik kesimpulan-
kesimpulan yang berbeda-beda, dan apabila mereka cenderung bersifat toleran,
maka dapat di pastikan akan timbunya konflik tertentu. Berdasarkan risalah
konflik ( dari Simmel ) sebagai bentuk dari asosiasi,Coser membentangan
proporsi untuk menguji fungsionalisme konflik bagi kelompok sosial.
(Margaret M. Polman, 1994 :127).
19
Tentang fungsi pertikaian, Ritzer dengan mengutip Berghe, melukiskan
sebagai berikut :
1. Berbagai alat untuk memelihara solidaritas.
2. Membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain.
3. Mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi.
4. Fungsi komunikasi. Sebelum konflik tertentu mungkin tidak mengetahui
posisi lawan. Tetapi dengan adanya konflik posisi dan batas antara
kelompok tahu secara pasti diman mereka berdiri dan karena itu dapat
mengambil keputusan lebih baik untuk bertindak lebih cepat. (taneko,1994
: 74 ).
Konflik dapat merupakan proses yang instrumental dalam pembentukan
penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konfli dengan kelompok lain
dapat garis batas antara dua atau lebih kelompok dan melindunginya agar tidak
lebur dalam dunia sosial sekelilingnya. (Margaret M. Polman,1994 : 108).
Intensitas konflik dalam suatu sistem dapat ditelah dengan cara memusatkan
perhatian hubungan timbal balik antara variabel-variabel :
a. Keterlibatan emosional para partisipan.
b. Keterlibatan struktur sosial.
c. Taraf realisme dari konflik.
d. Taraf obyektifitas diatas kepentingan-kepentingan pribadi walaupun
semua fariabel dianggap penting. Coser cenderung memberikan prioritas
pada proposisi pertama dan kedua yang dianggapnya menentukan apaka
20
konflik diobjektivikasikan realitas, dan menjangkau nilai-nilai (Prof. Dr.
Soerjono Soekanto dan Ratih lestarini, 1988
B. Kajian teori
1. Teori Peranan
Untuk dapat melihat secara sederhana penjelasan mengenai Teori Peran,
apa dan bagaimana definisi serta mekanisme dari teori peran itu sendiri, maka
terlebih dahulu dapat kita lihat penjelasan teori peran yang dikaji terhadap
hubungan sosial antar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hubungan
antar manusia terdapat tiga teori yang dapat dijadikan acuan untuk membantu
menerangkan model dan kualitas hubungan antar manusia tersebut, salah satunya
adalah teori peran. Dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang
biasanya manusia akan menjadi apa dan siapa, tergantung pada lingkungan
sekitarnya atau pada siapa ia bergaul.
Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab terdapat adanya rasa saling
ketergantungan satu sama lain. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki
fungsi yang bermacam-macam. Dalam hubungan antar manusia terdapat seorang
pemimpin dan bawahan, birokrasi kampus dan masyarakatnya, dan lain
sebagainya. Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia
menjalankan suatu peranan.Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan
karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. (Soekanto, 2009:212-
21
213). Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga
hal, antara lain:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat. Merton dalam Raho (2007 :67) mengatakan
bahwa peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan
masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran
disebut sebagai perangkat peran (role-set).
Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-
hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-
status social khusus. Wirutomo (1981 : 99 –101) mengemukakan pendapat David
Berry bahwa dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang
diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan
peranan yang dipegangnya
Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang
dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Peranan
ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, maksudnya kita diwajibkan
untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat di dalam pekerjaan kita, di
22
dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan yang lain.Selanjutnya dikatakan
bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-
harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari
pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran
terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya
dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.
Dalam pandangan David Berry, peranan-peranan dapat dilihat sebagai
bagian struktur masyarakat sehingga strukrur masyarakat dapat dilihat sebagai
pola peranan yang saling berhubungan
2. Teori Konflik
Konflik pada dasarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dalam
kehidupan kita. Konflik merupakan bagian dari interaksi sosial yang bersifat
disosiatif. Konflik ini jika dibiarkan berlarut-larut dan berkepanjangan sertatidak
segera ditangani akanmenimbulkan terjadinya disintegrasi sosial suatu bangsa.
Suatu keadaan yang memiliki peluang besar untuk timbulnya konflik adalah
perbedaan.Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan kepentingan. Konflik
berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain
23
sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,
konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Dalam sosiologi, kita mengenal adanya teori konflik yang berupaya
memahami konflik dari sudut pandang ilmu sosial. Teori konflik adalah sebuah
teori yang memandang bahwaperubahan sosial tidak terjadi melalui proses
penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya
konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi
semula. Teori konflik lahir sebagai sebuah antitesis dari teori struktural fungsional
yang memandang pentingnya keteraturan dalam masyarakat.
Teori konflik yang terkenal adalah teori yang disampaikan oleh Karl Mark, bagi
Mark konflik adalah sesuatu yang perlu karena merupakan sebab terciptanya
perubahan. Teori konflik Mark yang terkenal adalah teori konflik kelas dimana
dalam masyarakat terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan
kelas pekerja miskin (proletar).
Kaum borjuis selalu mengeksploitasi kaum proleter dalam proses
produksi. Eksploitasi yang dilakukan kaum borjuis terhadap kaum proletar secara
terus menerus pada ahirnya akan membangkitkan kesadaran kaum proletar untuk
bangkit melawan sehingga terjadilah perubahan sosial besar, yaitu revolusi sosial.
Teori konflik berikutnya yang juga mempengaruhi teori konflik dalam sosiologi
adalah teori yang disampaikan oleh Lewis A. Coser. Coser berusaha merangkum
24
dua perspektif yang berbeda dalam sosiologi yaitu teori fungsionalis dan teori
konflik. Pada intinya coser beranggapan bahwa konflik merupakan proses yang
bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur
sosial.
Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih
kelompok. Ketika konflik berlangsung Coser melihat katup penyelamat dapat
berfungsi untuk meredakan permusuhan. Katub penyelamat adalah mekanisme
khusus yang dapat dipakai untuk mencegah kelompok dari kemungkinan konflik
sosial. Katub penyelamat merupakan institusi pengungkapan rasa tidak puas atas
sistem atau struktur sosial. Coser membagi konflik menjadi dua yaitu konflik
realistis dan konflik non-realistis. Konflik realistis adalah konflik yang disebabkan
tuntutan khusus yang dilakukan oleh partisipan terhadap objek yang dianggap
mengecewakan. Konflik non-realistis adalah konflik yang bukan berasal dari
tujuan khusus, melainkan untuk meredakan ketegangan salah satu pihak.
Teori konflik lainnya adalah Ralp Dahrendorf, teori dahrendorf merupakan
separuh penerimaan, separuh penolakan, serta modifikasi teori konflik Mark. Karl
Mark berpendapat bahwa kontrol sarana produksi berada dalam satu individu
yang sama. Dahrendorf menolah asumsi ini dengan alasan telah terjadi perubahan
drastis dalam masyarakat, yaitu antara masa dimana Mark menyampaikan
teorinya dengan masa Dahrendrorf. Munculnya dekomposisi modal, dekomposisi
tenaga kerja, dan timbulnya kelas menengah baru merupakan dasar dari teori
Dahrendrorf.
25
Dekomposisi modal ditandai dengan munculnya korporasi dengan saham
yang dikontrol orang banyak. Dekomposisi tenaga kerja adalah munculnya orang
ahli yang mengendalikan suatu perusahaan. Timbulnya kelas menengah baru dari
buruh terampil dalam suatu perusahaan yang dibawahnya terdapat buruh biasa
dengan gaji rendah.Dalam perkembangannya teori konflik dibahas lebih spesifik
dengan lahirnya cabang baru sosiologi yang membahas tentang konflik yaitu
sosiologi konflik. Istilah sosiologi konflik diungkapkan oleh George Simmel
tahun 1903 dalam artikelnya The Sociology of conflict.
George simmel kemudian dekenal sebagai bapak dari sosiologi konflik.
Dalam tulisan berikutnya akan dibahas beberapa tokoh dan pandangannya
mengenai teori konflik seperti Max Weber, Emilie Durkheim, Ibnu Khaldun dan
George simmel, teori Karl Mark tidak akan dibahas disini karena telah dijelaskan
dalam tulisan sebelumnya.
Ibnu Khaldun menyampaikan bahwa bagaimana dinamika konflik dalam
sejarah manusia sesungguhnya ditentukan oleh keberadaan kelompok sosial
ashobiyah (kaum fanatik buta yang bersikap mengikut pihak yang menjadi
sasarannya) berbasis pada identitas, golongan, etnis, maupun tribal (motif
perpaduan beberapa negara seperti suku Aztec, Afrika, Navaso, Tibet, dan
beberapa suku lainnya didunia). Kelompok sosial dalam struktur sosial mana pun
dalam masyarakat dunia memberi kontribusi terhadap berbagai konflik ( Novri
Susan 2009:34). Dari sini dapat kita lihat bagaimana Ibnu Khaldun yang hidup
pada abad ke-14 juga telah mencatat dinamika dan konflik dalam perebutan
kekuasaan. Max Weber berpendapat konflik timbul dari stratifikasi sosial dalam
26
masyarakat. Setiap stratifikasi adalah posisi yang pantas diperjuangkan oleh
manusia dan kelompoknya ( Novri Susan 2009:42).
Weber berpendapat bahwa relasi-relasi yang timbul adalah usaha-usaha
untuk memperoleh posisi tinggi dalam masyarakat. Weber menekankan arti
penting power (kekuasaan) dalam setiap tipe hubungan sosial. Power (kekuasaan)
merupakan generator dinamika sosial yang mana individu dan kelompok
dimobilisasi atau memobilisasi. Pada saat bersamaan power (kekuasaan) menjadi
sumber dari konflik, dan dalam kebanyakan kasus terjadi kombinasi kepentingan
dari setiap struktur sosial sehingga menciptakan dinamika konflik. Emilie
Durkheim dalam salah satu teorinya gerakan sosial menyebutkan kesadaran
kolektif yang mengikat individu-individu melalui berbagai simbol dan norma
sosial. Kesadaran kolektif ini merupakan unsur mendasar dari terjaganya
eksistensi kelompok. Anggota kelompok ini bisa menciptakan bunuh diri altruistik
untuk membela eksistensi kelompoknya ( Novri Susan 2009:45).
Walaupun tidak secara tersirat membahas teori konflik namun teori Weber
ini pada dasarnya berusaha untuk menganalisa gerakan sosial dan konflik.
Gerakan sosial bagi Weber dapat memunculkan konflik seperti yang terjadi pada
masa Revolusi Prancis.George Simmel berangkat dari asumsinya yang bersifat
realis dan interaksionalis. Bagi simmel ketika individu menjalani proses
sosialisasi mereka pada dasarnya pasti mengalami konflik.
Ketika terjadinya sosialisasi terdapat dua hal yang mungkin terjadi yaitu,
sosialisasi yang menciptakanasosiasi ( individu berkumpul sebagai kesatuan
kelompok) dan disosiasi (individu saling bermusuhan dalam satu kelompok).
27
Simmel menyatakan bahwa unsur-unsur yang sesungguhnya dari disosiasi adalah
sebab-sebab konflik.
Simmel berargumen ketika konflik menjadi bagian dari interaksi sosial,
maka konflik menciptakan batas-batas antara kelompok dengan memperkuat
kesadaran internal ( Novri Susan 2009:48). Permusuhan timbal balik tersebut
mengakibatkan terbentuk stratifikasi dan divisi-divisi sosial, yang pada akhirnya
akan menyelamatkan dan memelihara sistem sosial.
3. Teori Resolusi Konflik
Resolusi konflik adalah suatu proses analisis dan penyelesaian masalah
yang mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan individu dan kelompok seperti
identitas dan pengakuan juga perubahan-perubahan institusi yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Konflik dapat dilatar belakangi oleh
banyak hal. Konflik internal suatu negara bisa disebabkan oleh banyak hal, baik
konflik politik, ekonomi,perdagangan, etnis,perbatasan dan sebagainya. Tentulah
kedua belah pihak maupun pihak luar yang menyaksikan menginginkan konflik
dapat dikhiri.Dalam setiap konflik selalu dicari jalan penyelesaian.
Konflik terkadang dapat saja diselesaikan oleh kedua belah pihak yang
bertikai secara langsung. Namun tak jarang pula harus melibatkan pihak ketiga
untuk menengahi dan mencari jalan keluar baik oleh negara atau sebagai
Organisasi Regional bahkan Organisasi Internasional. Menurut Johan
Galtung(2007: 93) ada tiga tahap dalam penyelesaian konflik yaitu :
28
1. Peace keeping
Adalah proses menghentikan atau mengurangi aksi kekerasan
melalui intervensi militer yang menjalankan peran sebagai penjaga
perdamaian yang netral.
2. Peace making
Adalah proses yang tujuannya mempertemukan atau merekonsiliasi
sikap politik dan stategi dari pihak yang bertikai melalui mediasi,
negosiasi, arbitrasi terutama pada level elit atau pimpinan.Dikaitkan
dengan kasus ini pihak-pihak yang bersengketa dipertemukan guna
mendapat penyelesaian dengan cara damai. Hal ini dilakukan dengan
menghadirkan pihak ketiga sebagai penegah, akan tetapi pihak ketiga
tersebut tidak mempunyai hak untuk menentukan keputusan yang diambil.
Pihak ketiga tersebut hanya menengahi apabila terjadi suasana yang
memanas antara pihak bertikai yang sedang berunding.
3. Peace building
Adalah proses implementasi perubahan atau rekonstruksi social,
politik, dan ekonomi demi terciptanya perdamaian yang langgeng. Melalui
proses peace building diharapkan negative peace (atau theabsence of
violence) berubah menjadi positive peace dimana masyarakat merasakan
adanya keadilan sosial, kesejahteraan ekonomi dan keterwakilan politik
yang efektif. Adapun peranan birokrasi kampus dalam mengantisipasi
terjadinya Konflik yaitu :
29
1. Menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuan Universitas.
2. .Optimalisasi pelayanan publik.
3. Melaksanakan program dan kegiatan dalam rangka mencapai visi dan misi
Kampus.
4. Pengektifan fasilitas Kampus.
5. Pembinaan organisasi berbasis etnis.
6. Melaksanakan manajeman Kampus mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, koordinasi, evaluasi dan lainnya.
7. Berperan sebagai penghubung antara mahasiswa dengan birokrasi kampus.
8. Memperkuat basis keagamaan sebagai bagian dari proteksi dari
radikalisas
C. Kerangka pikir
Semua jenis penelitian pasti diperlukan kerangka pikir sebagai pijakan
dalam menentukan arah penelitian, hal ini menghindari terjadinya perluasan
pengertian yang akan mengakibatkan penelitian menjadi tidak terfokus.
Sebagai alur pikir pada penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut :
30
Bagan 1. Kerangka Pikir
D. Hasil penelitian terdahulu
1. Arief Yudistira skripsi mahasiswa Ilmu Hukum di Fakultas Hukum
Programer Reguler Universitas Brawijaya tahun 2006, melakukan
penelitian dengan judul “Peranan Kepala Desa Dalam Menangani
Sengketa Waris Di Luar Pengadilan Dalam Hukum Waris Adat Suku
Osing(Blambangan)Studi Di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten
Banyuwangi). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Kepala Desa disini
sangat berperan penting sebagai penegah dalam perkara sengketa waris.
Beberapa perannya yaitu adalah mencari silsilah keluarga dar berbagai
pihak , mengumpulkan informasi mengenai asal usul hak sengketa,
Universitas MuhammadiyahMakassar
Konflik
Birokrasi KampusMahasiswa
Faktor PenyebabKonflik
Bentuk-bentukKonflik
DampakKonflik
31
memprakarsai ppertemuan-pertemuan musyawarah, mengusulkan
alternatif pemecahan masalah, memberikan saran-saran yang diperlukan,
musyawarah dilakukan dengan semangat kekeluargaan, persengketaan di
Pengadilan Agama yang dianggap lebih rumit, biaya banyak dan memakan
waktu yang lama.
2. Abd Aziz Faiz mahasiswa Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2001 dengan
judul klebun dan Dukun (Tradisi Politik Pada Masyarakat Madura di Desa
Tampojung Tengah Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan). Hasil dari
penelitian ini ditemukan bahwa relasi yang terbangun antara klebun dan
Dukun adalah relasi yang tidak seimbang baik dari sosial maupun
ekonomi. Klebun merupakan rato desa yang sangat tinggi. Adapun dukun
adalah masyarakat biasa yang sosial berstatus terendah, sedangkan secara
ekonomi klebun mempunyai pundi-pundi ekonomi yang sangat kuat dan
dukun adalah petani biasa. Klebun membangun relasi dengan dukun
selain untuk menang juga karna adanya ancaman secara magis dari lawan
politiknya. Alasan lain karena situasi pemilihan klebun yang ketat,
menengangkan dan sensitif. Dari dukun tersebut klebun mendapatkan
bantuan jasa di antaranya pertama, pemenangan, kedua keamanan dan
situasi kontestasi yang kondusif dan yang ketiga adalah ketenangan dan
kekuatan spiritualitas dan melindungi dari ancaman. Adapun dukun ia
mendapat uang yang snagat besar jumlahnya dari klebun yang
menggunakan jasanya.
32
3. Desma Yuhandra mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik, Universitas Sriwijaya tahun 2013 dengan judul “Peranan Kepala
Desa Dalam Mendorong Kepala Masyarakat Pada Program PBB ( Pajak
Bumi Dan Bangunan) di Balai Desa Karya Baru Kecamatan Alang-alang
Lebar Palembang. Hasil dari penelitian ini adalah Kepala Desa sangat
berpengaruh terhadap minat masyarakat agar berkontribusi dalam program
PBB(Pajak Bumi dan Bangunan). Hal ini dikarenakan masyarakat dan
Kepala Desa saling berkontribusi dan mendukung serta merealisasikan
program tersebut dengan respond dan antusiasme yang bagus. Faktor-
faktor yang menyebabkan masyarakat berkontribusi banyak terhadap
program PBB adalah kesadaran diri yang tertanam pada diri masyarakat
akan pentingnya membayar PBB untuk kepentingan hidupnya.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Berdasarkan judul penelitian ini, maka penelitian berlokasi di wilayah
Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian
Kualitatif Deskriptif. Alasan saya mengambil untuk mengungkapkan fakta,
keadaan, fenomena, dan variabel dan keadaan yang terjdi saat melakukan
penelitian dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini
menafsirkan dan menguraikan data yang bersangkutan dengan situasi yang terjadi,
sikap serta pandangan yang terjadi didalam suatu masyarakat.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
Fenomonologi. Alasan peneliti menggunakan Pendekatan Fenomonologi yaitu
untuk mendalami dan mengambarkan berbagai fenomena terkait konflik yang
terjadi sampai saat ini.
C. Fokus Penelitian
1. Pengaruh birokrasi kampus terhadap konflik yang sering terjadi di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bagaimana peran birokrasi kampus dalam mengatasi masalah tersebut
dan apa sebenarnya masalah yang terjadi sehingga sulit untuk
menghilangkan konflik tersebut.
33
34
D. Informan Penelitian
Data yang di peroleh dengan menggunakan non-probability sampling yaitu
dengan mengambil sampel secara non-random, dengan menentukan informan
yang diambil dari 10 informan yaitu mahasiswa yang sering mengalami konflik,
kemudian informan selanjutnya dari lingkup general kampus yang akan
memberikan informasi mengenai peranan Birokrasi kampus dalam mengatasi
konflik antar kelompok di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tahap-tahap penarikan sampel:
Dengan menemui key informan (Birokrasi kampus) dalam hal ini adalah
Ketua Jurusan masing-masing Fakultas,Ketua Program Studi,dan Badan Eksekutif
Mahasiswa dipilih Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, karena
dianggap banyak tahu tentang, faktor-faktor penyebab terjadinya konflik,dalam
mengatasi konflik yang terjadi. Kemudian informan dipilih secara purposive
sampling, yaitu orang yang dianggap mampu memberikan data atau informasi
tentang apa yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data melalui studi pustaka, dokumen dan hasil-hasil
penelitian yang relevan serta melalui lembaga terkait masalah yang diteliti.
2. Penelitian lapangan yaitu pengumpulan data yang langsung pada obyek
penelitian.
35
Dalam pelaksanaannya tetap memperhatikan perkembangan kondisi serta
faktor-faktor lain yang berpengaruh bail langsung maupun tidak langsung
terhadap penelitian ini. Misalnya tingkat validitas dan tingkat kejenuhan data.
Pengumpulan data dilapangan dapat dilakukan melalui :
1. Wawancara, yaitu dengan mengadakan dialog atau komunikasi baik secara
bebas maupun secara mendalam pada narasumber.
2. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap obyek penelitian.
3. Studi kepustakaan,yaitu dengan mengumpulkan data-data tulisan, baik itu
dari dokumen maupun arsip-arsip lainnya, dan dengan membaca buku,
majalah, surat kabar, dokumen-dokumen, undang-undang dan media
informasi lain yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
F. Teknik Analisi Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis kualitatif.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian baik dari wawancara mendalam, maupun
observasi dan dokumentasi adapun caranya:
1. Analis data wawancara
Setelah melakukan kegiatan wawancara tersebut, data yang diperoleh dari
lingkup prodi ,jurusan,atau general kampus Universitas Muhammadiyah
Makassar, maka data kemudian dikelola menjadi informasi, sehigga
karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan
bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan
penelitian,baik berkaitan dengan deskripsi data maupun membuat
36
induksi,atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi berdasarkan
data yang diperoleh dari sampel.
2. Analisis data observasi
Setelah melakukan observasi maka manfaat yang dapat dari gambaran nyata
dan mencatat gejala yang tidak jelas berlangsungnya,data kemudian
disajikan dalam bentuk sistematis,logis,objektif,dan raisonal mengenai
berbagai fenomena,baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan untuk menjawab tujuan tertentu.
3. Analisis dan dokumentasi
Mengumpulkan beberapa bukti nyata yang terkait kampus,seperti artikel-
artikel tentang kampus Universitas Muammadiyah Makassar,setelah hal
tersebut dilakukan maka dapat dituliskan dalam bentuk deskriptif atatupun
tahap-tahap analisis data antara lain:
a. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok dan penting yang
berhubungan dengan penelitian. Pada tahap ini peneliti memilih data
yang relevan dengan penelitian sehingga mampu memberikan gambaran
yang lebih jelas mengenai objek penelitian.
b. Penyajian data, setelah reduksi data kemudian data-data tersebut
disajikan dalam bentuk deskriptif.
G. Teknik keabsahan data
Pemeriksaan keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk
menyanggah balik yang dituduhkan kepada peneliti kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak
37
terpisahkan dari tubuh pengetahuan (Moleong, 2009: 320). Agar data
dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggung jawabkan sebagai
penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang dapat dilaksanakan.
1. Triagulasi
Wiliam wiersma (1986) mengatakan triagulasi dalam pengujian
kridibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triagulasi sumber,
triagulasi teknik pengumpulan data,dan waktu (Sugiyono, 2007:273)
a. Triagulasi sumber
Wiliam wiersma (1986) mengatakan triagulasi dlam pengujian
kridibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triagulasi
sumber, triagulasi teknik pengumpulan data,dan waktu (Sugiyono,
2007:273).
b. Triagulasi teknik
Untuk menguji krebilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya untuk mengecek data bisa melalui wawancara, observasi,
dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian krebilitas data tersebut
menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi
lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan
data-data mana yang dianggap benar (Sugiyono 2007:274)
38
c. Triagulasi waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada
saat narasumber masih segar, akan memberkan data yang valid
sehingga lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Apabila hasil uji menghasilkan
data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sampai
ditemukan kepastian datanya (Sugiyono, 2007:274)
2. Mengadakan membercheck
Tujuan membercheck adalah mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi
tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan
digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud
sumber data atau informan (Sugiyono, 2007:276)
a. Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Variabel eksternalmenunjukan derajat ketepatan atau
dapat diterapkan hasil penelitian kepopulasi dimana sampel
tersebut diambil (Sugiyono 2007:276).
Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini
masih dapat diterapkan/dipakai saat ini. Bagi peneliti nilai
transfer sangat bergantung pada sipemakai, sehingga ketika
meneliti dapat digunakan dalam konteks yang berbeda disituasi
39
sosial yang sangat berbeda, validitas nilai transfer masih dapat
dipertanggung jawabkan.
b. Depandibility
Reabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya dengan kata lain
beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil
yang sama. Penelitian yang depandibility atau relabilitas adalah
peneliti apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan
proses penelitian yang dilakukan oleh orang laindengan proses
penelitian yang sama pula. Penguji depandibility dilakukan
dengan cara audit terhadap keseluruhan penelitian. Dengan cara
auditor yang independen atau pembimbing yang independen
mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti
dalam melakukan penelitian. Misalkan dimulai ketika peneliti
mulai menemukan masalah,terjun kelapangan,memilih sumber
data,melaksanakan analitis data,melakukan uji keabsahan
data,sampai hasil pembuatan laporan pengamatan.
c. Confirmality
Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji
confirmality penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila
hasil penelitian telah disepakati oleh orang banyak. Peneliti
kualitatif uji comfirmality berarti menguji hasil penelitian yang
dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil
penelitian yang dilakukan, maka peneliti tersebut telah memahami
40
standar confirmality. Validitas atau keabsahan adalah data yang
tidak berbeda antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data
yang terjadi sesungguhnya pada objekpenelitian sehingga
keabsahan data yang telah disajikan dapat dipertanggung
jawabkan.
H. Etika penelitian
1. Kejujuran
Jujur dalam melakukan pengumpulan data pelaksanaan metode dan
prosedur penelitian, publikasi hasil. Jujur pada kekurangan atatu
kegagalan metode yang dilakukan.
2. Objektivitas
Upayakan minimalisasi kesalahan dalam rancangan percobaan, analisis
dan interpretasi data, penilaian ahli dan rekan peneliti.
3. Integritas
Tepati selalu janji dan perjanjian, lakukan penelitian dan ganti tulisan.
Upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan.
4. Keterbukaan
Secara terbuka, saling berbagi data,hasil,idea,alat,dan sumberdaya
penelitian. Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru.
5. Penghargaan terhadap kerahasiaan responden
Bila penelitian menyangkut data pribadi,kesehatan,dan catatan
kriminal atau data yang lain yang oleh responden dianggap sebagai
rahasia, maka peneliti harus menjaga kerahasiaan data tersebut.
41
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Universitas Muhammadiyah Makassar(Unismuh Makassar), adalah
salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah yang merupakan amal usaha
Muhammadiyah dalam mengembangkan pendidikan khususnya pada
jenjang pendidikan tinggi.
Alamat: Jl. Sultan Alauddin No.259, Gn.Sari, Kec. Rappocini, Kota
Makassar, Sulawesi Selatan 90221
Ukuran kampus: 3 acre
Pendaftaran: 26.860 (2014)
Rektor: Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE, MM
Didirikan: 19 Juni 1963
Provinsi: Sulawesi Selatan
1. Sejarah Singkat Universitas Muhammadiyah Makassar
Universitas Muhammadiyah Makassar didirikan pada tanggal 19 Juni
1963 sebagai cabang dari Universitas Muhammadiyah Jakarta. Pendirian
Perguruan Tinggi ini adalah realisasi dari hasil Musyawarah Wilayah
Muhammadiyah Sulawesi Selatan dan Tenggara ke-21 di Kabupaten Bantaeng.
Pendirian tersebut didukung oleh Persyarikatan Muhammadiyah sebagai
organisasi yang bergerak dibidang pendidikan dan pengajaran dakwah
amar ma’ruf nahi munkar, lewat surat nomor : E-6/098/1963
tertanggal 22 Jumadil Akhir 1394 H/12 Juli 1963 M. Kemudian akte
42
pendiriannya dibuat oleh notaries R. Sinojo Wongsowidjojo berdasarkan
akta notaries Nomor : 71 tanggal 19 Juni 1963. Universitas
Muhammadiyah Makassar dinyatakan sebagai Perguruan Tinggi Swasta
terdaftar sejak 1 Oktober 1965.
Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh Makassar)
sebagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) mengemban tugas dan
peran yang sangat besar bagi agama, bangsa dan negara, baik di masa
sekarang maupun di masa depan. Selain posisinya sebagai salah satu
PTM/PTS di Kawasan Timur Indonesia yang tergolong besar, juga
padanya tertanam kultur pendidikan yang diwariskan sebagai amal usaha
Muhammadiyah. Nama Muhammadiyah yang terintegrasi dengan nama
makassar memberikan harapan terpadunya budaya, keilmuan dan nafas
keagamaan.
Pada awal berdirinya, Universitas Muhammadiyah Makassar
membina dua fakultas yakni fakultas keguruan dan seni jurusan bahasa
Indonesia, dan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan jurusan
pendidikan umum (PU), dan pendidikan sosial (PS) yang dipimpin oleh
rektor Dr. H. Sudan. Pada tahun yang sama (1963) Universitas
Muhammadiyah Makassar telah berdiri sendiri dan dipimpin oleh rektor
Drs. H. Abdul Watif Masri. Perkembangan berikutnya Universitas
Muhammadiyah Makassar pada tahun 1965 membuka fakultas baru
yaitu: fakultas ilmu agama dan dakwah (FIAD), fakultas ekonomi
(Fekon), fakultas sosial politik, fakultas kesejahteraan sosial, dan
43
akademi pertanian. Selanjutnya tahun 1987 membuka fakultas teknik,
tahun 1994 fakultas pertanian, tahun 2002 membuka program
pascasarjana, dan tahun 2008 membuka fakultas kedokteran, dan sampai
saat ini, Universitas Muhammadiyah Makassar telah memiliki 7 Fakultas
34 Program Studi dan Program Pascasarjana yang telah terkareditasi
BAN-PT.
Universitas Muhammadiyah Makassar pada Tahun 2003
mengalami tahapan transisi sejarah perkembangan, berupa perubahan
formasi kepemimpinan dengan bergabungnya generasi muda dan
generasi tua. Pimpinan dan seluruh civitas akademika Universitas
Muhammadiyah Makassar bertekad untuk memelihara hasil capaian para
pendahulu dan mengembangkannya kepada capaian yang lebih baik,
serta berkomitmen:
(1) memelihara kepercayaan masyarakat
(2) mencapai keunggulan dalam kompetisi yang semakin ketat, dan
(3) mewujudkan kemandirian dalam pengelolaan dan
pengembangan diri. Dari ke tiga komitmen tersebut diharapkan
dapat mengantar Universitas Muhammadiyah Makassar untuk
menjadi Perguruan Tinggi Islam Terkemuka.
Universitas Muhammadiyah Makassar didirikan oleh
Pemimpin Wilayah Universitas Muhammadiyah Makassar dan
Tenggara sebagai hasil karya Panitia Pendiri yang dibentuk pada
Musyawarah Wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara ke 24 di
44
Kabupaten Watan Soppeng pada tanggal 5 September 1962,
dengan Fakultas Ilmu Penelitian. Pada tahun 1966 – 1967,
Universitas Muhammadiyah Makassar memindahkan Pusatnya ke
Makassar dengan menempati gedung Sekolah China yang pada
tahun 1966.
Dalam perkembangannya, Universitas Muhammadiyah
Makassar memulai pembinaannya dengan dua Fakultas yakni
Fakultas Ilmu Pendidikan yang kurikulumnya mengacu IKIP
(sekarang Universitas Negeri Makassar ), dan Fakultas Agama
Islam denagn kurikulum IAIN (sekarang UIN). Kedua Fakultas
tersebut membuka cabang berbagai Kabupaten di Sulawesi Selatan.
Untuk cabang Fakultas Ilmu Pendidikan di Kabupaten Bone,
Bulukumba, Sidrap, Enrekang, dan kotamadya Pare – pare, cabang
Fakultas Tarbiyah di Kabupaten Jeneponto, Sinjai, Enrekang,
Maros, dan Pangkep. Di Kotamadya Makassar, membuka Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial dan Politik. Untuk tetap bersaing di pasar
kerja Unismuh Makassar menggunakan tenaga dosen Yayasan dari
berbagai Perguruan Tinggi Negeri. Status mahasiswa adalah
pegawai negeri yang sudah bekerja dan mahasiswa murni. Sejak
berdirinya hingga saat ini, telah meluluskan alumni sebanyak
14.670 orang Sarjana, Akta, Diploma dan Pascasarjana. Sampai
saat ini memiliki sejumlah 13.037 orang, dengan membina Tiga
45
Program Pascasarjana, 6 Fakultas, 24 program studi jenjang Strata
satu, Akta III & IV Serta Diploma Dua.
Motto
Integritas, Profesinal, Entrepreneurship
Visi
ini menjadi pedoman dalam penyelenggaraan Catur
Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Universitas
Muhammadiyah Makassar untuk kurun waktu hingga 2024.
Dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Perguruan Tinggi Islam
Dimaknai sebagai amal usaha muhammadiyah yang
bergerak di bidang dakwah dan amar maruf nahi munkar.
Dengan demikian Universitas Muhammadiyah Makassar
sebagai lembaga pendidikan tinggi dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni senantiasa
berorientasi pada pengembangan nilai-nilai Islam dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Terpercaya
Sebagai perguruan tinggi yang bernaung dibawah
perserikatan Muhammadiyah, maka Universitas
Muhammadiyah Makassar selalu berusaha memelihara citra
Muhammadiyah khususnya dibidang pendidikan yaitu
46
menunaikan amanah masyarakat dalam penyelenggaraan
Catur Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah sehingga
Universitas Muhammadiyah Makassar menjadi pilihan
utama masyarakat.
3. Unggul
Pengertian unggul memiliki makna substansif yang
bernilai kompetitif tinggi. Keunggulan Universitas
Muhammadiyah Makassar akan dibangun melalui kegiatan-
kegiatan akademik yang bersifat substansial yang dapat
dikompetisikan baik dalam ranah nasional maupun
internasional. Keunggulan yang dikembangkan mengarah
kepada enam bidang keunggulan yaitu; (1) Pendidikan, (2)
Penelitian, (3) Pengabdian kepada Masyarakat, (4)
Kemahasiswaan, (5) Kelembagaan, dan (6) Al Islam
Kemuhammadiyahan. Masing-masing bidang didorong
untuk memiliki keunggulan spesifik berupa kemampuan
menginplementasikan nilai-nilai Islam ke dalam seluruh
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
sehingga mempunyai nilai kompetitif yang tinggi.
4. Mandiri
Kepercayaan masyarakat dan keunggulan
diberbagai bidang merupakan modal utama dalam
menggapai kemandirian. Ada dua kemandirian yang
47
dimaksud yaitu; (1) Universitas Muhammadiyah Makassar
sebagai lembaga yang mampu mandiri dalam pengelolaan
dan pengembangan diri/institusi, dan (2) mandiri dalam
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh civitas akademika,
alumni, masyarakat, bangsa dan negara.
5. Terkemuka
Visi terkemuka bagi Universitas Muhammadiyah
Makassar memiliki makna sebagai cita-cita mulia yang
terencana dan terarah untuk (1) memelihara kepercayaan
civitas akademika Universitas Muhammadiyah Makassar,
alumni, dan masyarakat luas bahwa Universitas
Muhammadiyah Makassar adalah tempat yang tepat untuk:
menuntut ilmu, mengembangkan, dan
menyebarluaskannya, sekaligus sebagai tempat mengabdi
dan beribadah kepada Allah SWT. (2) meraih keunggulan
dalam proses pelaksanaan Catur Dharma Perguruan Tinggi
Muhammadiyah, dan (3) mewujudkan kemandiriaan dalam
pengelolaan dan pengembangan diri, serta mampu
mensejahterakan seluruh civitas akademika Universitas
Muhammadiyah Makassar, alumni, masyarakat, bangsa,
dan negara.
48
Misi
1. Menyelenggarakan proses pendidikan untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan;
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan proses
pembelajaran yang kreatif, inovatif, efektif, dan
menyenangkan;
3. Menumbuhkembangkan dan menyebarluaskan penelitian
yang inovatif, unggul dan berdaya saing;
4. Menumbuhkembangkan kewirausahaan berbasis kemitraan
dan ukhuwah;
5. Meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan civitas
akademika, alumni, dan masyarakat.
Pernyataan Tujuan
Mengacu pada Visi dan Misi di atas, maka tujuan Universitas
Muhammadiyah Makassar dirumuskan sebagai berikut:
1. Menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia, cakap,
profesional, bertanggung jawab dan mandiri;
2. Meningkatnya mutu proses dan hasil pembelajaran yang
bermuara pada kualitas lulusan;
3. Meningkatnya kuantitas dan kualitas hasil penelitian;
4. Terwujudnya unit-unit usaha yang berbasis ekonomi
syariah;
49
5. Meningkatnya kuantitas dan kualitas pengabdian dan
pelayanan pada masyarakat untuk mencapai kesejahteraan
Strategi dan Nilai Dasar
Dalam kiprahnya sebagai Perguruan Tinggi, strategi dasar
dalam mencapai visi dan misi adalah menciptakan suasana
kondusif dalam melaksanakan aktivitas pengabdian di Universitas
Muhammadiyah Makassar sebagai upaya memberikan pelayanan
terbaik untuk meningkatkan kualitas pancadharma Perguruan
Tinggi dengan prinsip-prinsip
50
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Faktor Pemicu Terjadinya Konflik Antar Mahasiswa di Kampus
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena
kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir terjadi disemua sastra
kehidupan. Krisis moral ini kemudian diikuti dengan menyuburnya pola hidup
konsumtif, materialistis, hedonis dan lain sebagainya yang semuanya
menyebabkan tersingkirnya rasa kemanusiaan, kebersamaan, dan kesetia
kawanan sosial.
Sedangkan untuk kalangan perguruan tinggi, konflik mahasiswa juga
masih terjadi dimana-mana. Khususnya makassar, konflik antar mahasiswa
seakan menjadi rutinitas. Bahkan makassar terkenal dengan istilah “kota
tawuran”. Pasalnya hampir setiap tahunnya terjadi konflik antar mahasiswa
baik lain perguruan tinggi, maupun satu perguruan tinggi tapi beda fakultas dan
beda jurusan. Sungguh fakta yang mencerminkan masih buram dan rapuhnya
pendidikan dinegeri ini.
Faktor yang terjadi biasanya timbul karena beberapa hal yang
menyebabkan mahasiswa sampai berbuat anarkis. Faktor pertama yaitu
kekecawaan mahasiswa terhadap kinerja elit politik yang buruk misalnya
terhadap praktek korupsi yang terus menerus dilakukan elit politik,
kekecawaan memunjak ketika kalangan legislatif dan eksekutif bersepakat
51
untuk melemahkan KPK lewat revisi undang-undang. Faktor kedua, yaitu
melemahnya pertumbuhan ekonomi yang menunjukan adanya pengurangan
peluang kerja hingga berkurangnya penghasilan masyarakat. Situasi ini dapat
memicu dengan mudah kemarahan mahasiswa. Faktor ketiga sistem politik
yang tidak dijalankan sesuai dengan sistem pancasila dan demokrasi. Faktor
keempat kebijakan pusat yang dinilai kurang adil terhadap daerah hal ini
diperburuk dengan cara aparat menangani problem didaerah yang kerap
menggunakan cara represif, aparat juga kerap menggunakan cara represif
dibandingankan dialogis dan kultural dalam menghadapi demo mahasiswa.
Adapun Beberapan faktor penyebab terjadinya konflik
antarmahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar, adalah sebagai
berikut:
a. Konflik antar individu
Melihat realitas konflik kekerasan yang terjadi di Universitas
Muhammadiyah Makassar, kalau dianalisis secara objektif bahwa konflik
kekerasan yang selama ini terjadi di akibatkan oleh pemukulan mahasiswa
terhadap mahasiswa lain. Pemukulan seperti ini biasa terjadi kepada mahasiswa
baru yang dilakukan oleh mahasiswa lain.
Dalam wawancara peneliti dengan seorang mahasiswa beranisial AMmengatakan bahwa; “Konflik yang selama ini yang terjadi di UniversitasMuhammadiyah Makassar kebanyakan disebabkan oleh konflik personal.Biasanya di sebabkan karena ketersinggungan atau karena bersenggolan motor didalam kampus
Seperti hasil wawancara yang di lakukan dengan seorang mahasiswa yang
beranasial Am mengatakan tentang konflik sering terjadi di unismuh yang
52
pertama adalah konflik personal di mana factor awal terjadinya konflik besar, dan
tidak bisa di punkiri bahwa factor seperti ini yang biasa di sebut kalangan
mahasiswa adalah solidiritas di mana apa abila sala satu mendapat kesulitan
maka yang lain akan ikut membantu tanpa menkaji apa masalanya , dan
paradikma ini sudah tertanam oleh generasi penerus mahasiwa yang bakalan
menduduki posisi posisi seniornya .
b. Adanya rasa dendam secara personal maupun kelompok.
Rentetan peristiwa konflik yang terjadi di Universitas Muhammadiyah
Makassar memberikan efek sikologi terhadap mahasiswa yang lain. Konflik
kekerasan yang terjadi sebelumnya, tidak selesai begitu saja walaupun sudah
ada kata damai di antara kedua belah pihak yang berkonflik. Penyebab lain
dari konflik di Universitas Muhammadiyah Makassar karena adanya rasa dendam
secara personal maupun kelompok.
Wawancara peneliti dengan informan dengan seorang mahasiswaberanisial, JA, mengatakan bahwa;
“Kalau saya melihat fenomena konflik di Unismuh, Makassar, di motoridengan salah satunya adanya motif dendam secara personal maupun kelompokyang kemudian menjadi pemantik dalam terjadinya konflik.Kelompok intrakampus dan ekstra kampus ini secara histori pada dasarnya memiliki riwayatkonflik sebelumnya.
Seperti hasil wawancara yang di lakukan dengan seorang mahasiswa yang
beranisal JA magatakan bahwa factor konflik terjadi itu karna ada dendam terjadi
yang sebelumnya di mana hal ini menjadi paradikma yang tidak bisa di hilangkan
antara individu maupun kelompok dimana yang di maksut konflik yang terjadi di
jaman para seniornya akan di dokrinkan kepada generasinya sehingga
53
meneyebabkan konfik berkelanjutan dan hal ini sudah menjadi lumrah di
kalangan mahasiswa
c. Faktor kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu
yang sifatnya esensial.kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok di dalam manifestasi pemenuhan dari kepentingan tersebut.
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya
dan sebagainya.
Wawancara peneliti dengan Seorang Mahasiswa yang beranasial FM,mengatakan bahwa; “Ada aktor-aktor yang mengatasnamakan daerah ataufakultas mereka masing- masing dengan kepentingan tertentu”
Seperti hasil wawancara di lakukan sebelumnya yang berkaitan tetang
kepentingan entah itu kepentigan pribadi maupun kepentingan kelompok di mana
yang masing masing kelompok mengutamakan keegoisanya tampa ada satupun
yang mau mengalah sehingga menyebabkan terjadinya konflik, yang
meneyebabkan antara beberapa kelompok terlibat di mana maksut apa bila terjadi
koflik maka kelompok yang satu akan mancari aliansi untuk memperkuat
kelompoknya agara kelompok nya tercapai dan di lain pihak begitu sehingga terjadi
konfilk yang tidak bisa di tanga begitu saja
d. Penegakan aturan belum berjalan maksimal.
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai subsistem
dimana
masing-masing subsistem memiliki fungsi dan peran dalam rangka
menciptakan sebuah tujuan. Sistem merupakan aturan-aturan tertulis yang dibuat
54
oleh individu yang disepakati secara bersama dengan tujuan untuk menata guna
menciptakan sebuah tatanan sosial yang kondusif. Jika kemudian sistem tidak
berfungsi sebagaimana mestinya maka akan menimbulkan masalah.
Universitas Muhammadiyah Makassar, dalam wawancara penelitidengan informan beranasial RW, mengatakan bahwa; “Konflik di Unismuhterkonstruksi karena sistem ataupun aturan yang ada tidak dijalankandengan baik oleh mereka yang memiliki kewenangan sehingga tidakmemberikan efek jerah kepada mereka yang sering berkonflik”.
Sesuai hasil wawancara yang di lakukan dengan seorang mahaiswa dimana
mengatakan konflik terjadi karna aturan yang belum maksimal di mana
seandaiya dari pihak kampus benar benar tegas terhadap kalangan mahasiswa
maka konfilk yang terjadi akan berkurang, seperti kalo terjadi konflik maka
pihak kampus langsung skorsing atau langsung DO maka mahasiwa akan takut
karna tidak bisa di punkiri mahasiswa juga manusia di mana memeiliki rasa
takut apabila sesuatu yang berkaitan dengan tujuan akhirnya akan hilang.
Sedangkan faktor-faktor lain yang terjadi dalam kampus biasanya juga
disebabkan karena adanya kesalah pahaman yang terjadi antar mahasiswa atau
organisasi-organisasi yang ada ada didalamya sehingga dapat memicu konflik
antara mahasiswa. Konflik yang terjadi awalnya berasal dari dendam pribadi
yang dibawa mahasiswa kedalam kampus dan banyaknya oknum-oknum
provakator yang membuat masalah semakin rumit. Kemudian kebijakan-
kebijakan kampus yang dianggap mahasiswa tidak sesuai juga biasanya
menjadi pemicu terjadinya konflik. Dan adanya perbedaan pendapat antara
organisasi-organisasi daerah, dan yang ada dalam kampus yang juga menjadi
penyebab terjadinya konflik sampai banyak perbuatan anarkis yang bahkan
55
sampai mengakibatkan adanya korban jiwa dan rusaknya fasilitas yang ada
didalam kampus.
Adapun Hasil wawancara dengan salah satu mahasiswa yang berkaitan
denga factor terjadinya konflik di mana mahasiswa ini yang berinisial JA
mensgatakan sebagai berikut :
penyebab tetjadinya konflik biasanya diawali dengan provokasi dari oknum-
okum mahasiswa yang tidak bertanggung jawab (JA 23 Tahu )
Sesuai dengan hasil wawancara dengan seorang mahasiswa dengan
mengatakan terjadinya sala satu konflik di awali dengan adanya provokasi yang
tidak bertanggung jawab, hal ini menunjukan bahwa ada pihak lain yang
menjadi penetabab terjadi konflik dan hal ini tidak bisa di punkiri karna dalam
hal persaingan terutama duania lembaga tidak bakalan lepas yang di katakana
terjadinya sebuah konflik untuk pengurangan kelompok
Hal ini mencerminkan begitu primitifnya cara berfikir kita, menurut
MacLean, jika kita tidak memiliki kecakapan berpikir, mustahil kita dapat
mengendalikan otak yang ada ditengah (otak emosi). Apabila kita tidak dapat
mengendalikan otak emosi maka otak emosi ini akan mengola cara bersikap
kita. Khusus dikalangan mahasiswa, problem sosial moral ini dapat
dicerminkan dengan sikap arogansi, saling memfitnah, rendah kepedulian
sosial, meningkatnya hubungan seks pranikah, bahkan merosotnya
penghargaan dan rasa hormat terhadap dosen ataupun orang tua sebagai sosok
yang seharusnya disegani dan dihormati.
56
Dalam ruang lingkup yang lebih kecil, konflik dalam kelompok-kelompok
mahasiswa dapat saja mengalami perkembangan identitas strukturalnya dalam
lingkungan kemahasiswaan. Hal ini dapat diakibatkan karena kurangnya
solidaritas mahasiswa antar fakultas yang satu dengan yang lain sehingga ada
wilayah yang sama-sama mereka perjuangkan tanpa melihat kepentingan
bersama. Selain itu ada tingkat ketegangan sosial yang selama ini dialami oleh
mahasiswa sebagai akibat dari padatnya aktivitas perkuliahan yang cenderung
tidak diimbangi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat menetralisir kondisi
ketegangan mahasiswa.
Perbedaan kepentingan (versted interest) dan hilangnya nilai yang menjadi
pengikat antara kelompok-kelompok baik kelompok fakultas, organisasi
mahasiswa dan program studi tersebut juga menjadi aspek pemicu dan
sekaligus menjadi sumber-sumbe konflik dikalangan masyarakat ilmiah.
Adanya keinginan atau manifestasi bahwa kelompok mereka adalah dominan,
berpengaruh dan berkuasa juga dapat berdampak munculnya konflik yang lebih
bersifat terbuka. Ekspektasi yang dipahami oleh sebagian kelompok mahasiswa
yang memberikan rasa unggul dalam dirinya dan fakultasnya atau
kelompoknya baik daam istilah ekonomi,sosial,ataupun basis yang mendasar.
Masyarakat telah menberi gelar mahasiswa sebagai agent of change (agen
perubahan). Agen yang diharapkan membuat sebuah perubahan lebih baik
menuju kehidupan madani. Sayangnya pelaku perubahan melakukan tindakan
kurang terpuji. Sehingga untuk merasa damai hanya menjadi cita dalam
mewujudkan masyarakat madani. Mahasiswa seringkali tampak kurang mampu
57
untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri, kurang bisa menghadapi
perbedaan pandangan sehingga tidak jarang melakukan tindakan anarkis yang
sama sekali tidak memberikan suasana damai seperti merusak fasilitas
umum,memblokade jalan,tawuran antar mahasiswa.
2. Upaya Birokrasi Kampus Dalam Mengatasi Konflik Antar Mahasiswa di
Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar
Konflik merupakan salah satu fenomena sosial yang tidak dapat dihindari
dan selalu ada dalam kehidupan manusia sehingga wajar fenomena konflik
tersebut menimbulkan keresahan. Sebab konflik dianggapa sebagai gangguan
terhadap mahasiswa dan birokrasi kampus, sehubungan dengan keadaan yang
demikian maka tidak ada jalan lain selain bersatunya semua elemen dalam
kampus, baik birokrasi maupun mahasiswa dan kepolisian dalam membuat
reaksi untuk melakukan upaya antisipasi agar konflik tersebut dapat diatasi
sekecil mungkin.
Usaha penanganan konflik telah ada dan terus dilakukan oleh semua pihak
baik kepolisian dan birokrasi kampus karena setiap orang mendambakan suatu
kehidupan atu kondisi aman dan damai. Hasil penelitian-penelitan Universtitas
Muhammadiyah Makassar menunjukkan adanya upaya antisipasi dari berbagai
pihak, antara lain:
a. Upaya birokrasi kampus
Sebagai penanggung jawab atas terciptanya kampus Universitas
Muhammadiyah Makassar yang kodusif maka pihak rektorat, fakultas,
jurusan dan mahasiswa memegang peran yang sangat vital terhadap
58
konflik dan ketertiban kampus, upayana mengatasi setiap gejala-gejala
konflik. Birokrasi kampus Universitas Muhammadiyah Makassar
melakukan berbagai usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam program
kerja bidang kemahasiswaan yang mana birokrasi kampus Universitas
Muhammadiyah Makassar harus menerima aspirasi dari semua
mahasiswa. Setiap aspirasi yang muncul harus terlebih dahulu dikaji secara
mendalam, apakah mewakili kepentingan keseluruhan civitas akedemika
secara umum atau hanya sebagian saja atau apakah perlu didahulukan atau
dilaksanakan, sehingga pengambil kebijakan harus bersikap representatif,
responsif, dan bertanggung jawab dalam menentukan kebijakan, maka
upaya yang berhubungan dengan konflik antara lain:
a. Ketegasan pihak rektorat
b. Mengoptimalkan program-program kemahasiswaan
c. Melakukan transparansi dalam kebijakan rektorat
d. Melakukan patroli setiap UKM fakultas.
Salah satu kebijakan rektorat yang digagas oleh birokrasi kampus
Universitas Muhammadiyah Makassar adalah melakukan operasi
disetiap fakultas dan UKM selama 24 jam oleh keamanan kampus apabila
ditemukan alkohol dan senjata tajam maka langsung ditindaki oleh
keamanan kampusdan diproses oleh pihak universitas.
b. Peranan Kepolisian
Pihak kepolisian memiliki peranan penting dalam menjaga usaha
menangani konflik yang ada di kampus Universitas Muhammadiyah
59
Makassar . Dalam hal ini pihak kepolisian dapat melakukan komunikasi
dengan satuan keamanan kampus (satpam) atau mahasiswa, resimen
mahasiswa, pengurus-pegurus lembaga dan birokrasi kampus Universitas
Muhammadiyah Makassar sehingga ketika timbul gejala-gejala yang
mengarah kearah konflik yang berdampak anarkis langsung dapat diredam
oleh pihak kepolisian.
Secara tegas fungsi polisi dalam UU No. 2 Tahun 2002 telah
dirumuskan secara tegas yakni salah satu fungsi pemerintah negara
dibidang pemeliharaan, keamanan, dan ketertiban masyarakat, penegak
hukum, perlindungan, pengayom, dan pelayanan masyarakat. Maka secara
garis besar fungsi kepolisian dapat digolongkan tiga bagian fungsi
ketertiban, fungsi perlindungan, dan fungsi pemeliharaan.
c. Upaya preventif
Penangulangan secara preventif merupakan salah satu upaya yang
mempunyai maksud agar usaha yang dilakukan secra astimasis berencana,
terpadu, serta terarah jauh sebelum konflik itu terjadi. Tindakan ini sangat
penting dan lebih efektif dari pada menggunakan cara lain.
Upaya perventif yang dilakukan kepolisian dan birokrasi kampus
Universitas Muhammadiyah Makassar dalam rangka mencegah
timbulnya konflik antara lain:
a. Mengoptimalkan program-program kemahasiswaan dengan cara
merespon kegiatan-kegiatan mahasiswa yang bersifat positif serta
dorongan moril terhadap mahasiswa sehingga mampu menyalurkan bakat
60
bagi mahasiswa dapat teraktualisasi dengan baik serta memberikan
fasilitas kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan
b. Patroli keamanan kampus Universitas Muhammadiyah Makassar
merupakan salah satu aktivitas rutin dan menjadi tulang punggung
pelayanan operasional dalam melakukan pencegahan semua konflik
maupun timbulnya berbagai gejala yang menyebabkan konflik sebagian
tugas keamanan kampus,patroli keamanan kampus Universitas
Muhammadiyah Makassar dilakukan dengan tujuan selain keamanan
patroli dapat menyerap informasi yang ada dalam kampus sehingga
mencerminkan kesiapan keamanan kampus .
d. Upaya represif
Tindakan yang berupa represif salah satu usaha yang dilakukan
oleh kepolisian dan birokrasi kampus Universitas Muhammadiyah
Makassar setelah terjadinya tindakan kejahatan yang sasaranya adalah
pelaku pemicu konflik, tindakan yang bersifat represif yang dilakukan oleh
birokrasi kampus dan kepolisian menanggulangi konflik antara lain:
a) Tindakan yang tegas dari pihak rektorat serta diberinya wewenang
pada kepolisian untuk melakukan penanganan dan penahanan untuk
mengungkap konflik yang terjadi sampai tuntas.
b) Melakukan koordinasi kerja sama dengan polisi dan pihak birokrasi
kampus dalam menanggulangi setiap konflik.
61
3. Sumber Dan Penyebab Konflik Mahasiswa
Konflik kekerasan dalam bentuk tawuran mahasiswa yang terjadi di
Makassar yang dilakukan antar fakultas dengan fakultas, fakultas dengan
kelompok mahasiswa dan program studi adalah fenomena konflik kekerasan
sebagai perwujudan dari konflik yang tidak dapat diselesaikan secara damai.
Bentuk konflik yang dilakukan oleh mahasiswa adalah konflik kekerasan yang
ditandai dengan adanya pengrusakan, penyerangan, lemparann batu.
Dilihat dari sifat konflik dalam bentuk tawuran mahasiswa di Makassar
khususnya di Universitas Muhammadiyah Makassar dapat dianalisis bahwa
konflik mahasiswa dapat berupa aksi kekerasan personal dan kemudian menjadi
aksi kekerasan yang bersifat kolektif. Sebagian besar konflik kekerasan yang
dilakukan oleh mahasiswa berawal dari konflik atau aksi kekerasan personal,
seperti pemukulan terhadap mahasiswa dari fakultas lain, kelompok atau jurusan,
kemudian membentuk solidaritas fakultas, kelompok atau program studi,
selanjutnya menjadi konflik kekerasan yang bersifat kolektif.Faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya konflik di kampus biasa di Universitas Muhammadiyah
Makassar awali oleh masalah-masalah sepeleh seperti pemukulan terhadap
mahasiswa dari fakultas,ada pihak lain yang memprovokasi mahasiswa, dari
kebijakan droup out, dan adanya pelemparan isu yang dapat menyebabkan konflik
antar mahasiswa. Kemudian massa puncak konflik adalah pada saat penerimaan
mahasiswa baru,karena mahasiswa baru biasanya tidak tau persoalan sehingga
apapun yang di lakukan senior nya mengikut sajak.
62
Proses sebelum menuju konflik biasanya dibicarakan terlebih dahulu oleh
mahasiswa dari masing-masing fakultas yang terlibat konflik. Apabila semua
mahasiswa sudah sepakat untuk melakukan penyerangan, maka fakultas tersebut
sudah komunikasi sebelum melakukan penyerangan ketika fakultas sudah
sepakat, maka pimpinanan/korlap melakukan penyerangan, Apabila banyak
mahasiswa/salah satu fakultas tidak setuju maka tawuran untuk melakukan aksi
balas dendam maka konflik tersebut pasti tidak akan terjadi, begitu pula
sebaliknya. Karna konflik yang terjadi adalah konflik yang di sengaja/ settingan
yang di lakukan senior-senior fakultas walaupun mahasiswa baru tidak
mengetahui bahwa konflik yang terjadi ternyata settingan yang di lakukan senior-
senior supaya kita libur, namun ada beberapa pemicu terjadi nya konflik yang
terjadi kampus.
Sisi lainnya sebagai sumber pemicu konflik adalah terbatasnya sumber
yang dibutuhkan mahasiswa, lemahnya norma yang mengikat mereka,
melemahnya solidaritas kolektif, atau semangat perguruan tinggi, bergeser ke
semangat fakultas, kelompok, atau bahkan program studi. Begitupun bergesernya
semangat bersatu dalam perbedaan. Selain itu yang menjadi salah satu faktor
utama penyebab konflik antar mahasiswa adalah pada saat OPAK tingkat fakultas,
yang dimana pada saat pengkaderan tersebut mahasiswa baru didoktrin oleh
senior mereka bahwa kalian disini tidaklah sendiri tetapi banyak saudara-saudara
kalian yang siap membantu bila kalian mengalami masalah nantinya. Dan juga
sering membangga-banggakan masalah bendera dan juga idiologi masing-masing
fakultas sehingga ada kecemburuan sosial.
63
Bentuk Perilaku Konformitas Mahasiswa yang Melakukan Tawuran di
Selain dari berbagai faktor yang mempengaruhi mahasiswa berperilaku
konformitas dalam tawuran diatas, hal lain yang perlu dikaji lebih jauh mengenai
konformitas dalam tawuran antar mahasiswa di unhas adalah bentuk konformitas
dalam tawuran itu sendiri. Bentuk konformitas berkaitan langsung dengan
penyebab atau alasan seorang mahasiswa berperilaku konform dalam tawuran
antar mahasiswa di kampus. Hal itu karena penyebab seorang mahasiswa
berperilaku konform dalam tawuran antar mahasiswa di kampus dapat menjadi
acuan dalam mengidentifikasi bentuk-bentuk konformitas. Untuk kasus tawuran
antar mahasiswa di Unismuh Makassar, mahasiswa baik itu mahasiswa yang
berasal dari fakultas tekhnik maupun mahasiswa dari fakultas sospol, masing-
masing tergabung dalam sebuah kelompoknya yang terdiri dari teman sebayanya
dalam hal ini teman sesama mahasiswa yang berada dalam satu fakultas.
Solidaritas merupakan hal yang paling utama untuk ditanamkan dari senior
kepada mahasiswa baru khususnya sesama mahasiswa yang berasal dari fakultas
yang sama pula. Kepercayaan kelompok semakin besar sebagai sumber informasi
yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri.
Penurunan kepercayaan diri cenderung lebih besar untuk menyesuaikan diri.
Mahasiswa baru yang menaruh kepercayaan yang besar terhadap
seniornya sebagai sosok yang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan
mengenai seluk beluk Unismuh, memungkinkan pula besarnya perilaku
konformitas yang dimiliki mahasiswa baru. Termasuk keterlibatan dalam hal
tawuran antar mahasiswa di kampus. Sebagai individu-individu yang berada
64
dalam lingkungan baru yang memiliki tingkat keingintahuan yang besar terhadap
lingkungan barunya tersebut. Informasi-informasi yang diperoleh dapat berupa
sejarah dan sebagian besar informasi tersebut didapat dari senior. Begitu pula
informasi yang terkait dengan tawuran antar mahasiswa di kampus .Dari
informasi tersebut penerimaan oleh individu atau mahasiswa baru berbeda-beda.
Sebagian menerima, yakni setuju dengan adanya tawuran dan sebagian yang lain
berpendapat kurang setuju. Namun dalam konsep konformitas setuju atau tidak
dengan adanya tawuran antar mahasiswa di kampus, tetap saja para individu-
individu atau mahasiswa baru tersebut berperilaku konformitas dengan ikut
terlibat dalam tawuran.Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan
perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial,
seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung
pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda.
Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa
terhibur. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang
berbeda.Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran
dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
65
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki
perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Perubahan-
perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah
sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat
atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik
sosial.Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi
yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada
masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah
menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotong royongan berganti
menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis
pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang
disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah
menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung
tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat
atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat,
bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena
dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
66
Terjadinya tawuran dikalangan mahasiwa tentu ada faktor yang
menyebabkan terjadinya tawuran dan berikut dua faktor yang menyebabkan
terjadinya tawuran adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang
berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan
permasalahan disekitarnya. Terjadinya konflik karena adanya suatu permasalahan
yang diredam individu (dendam) kemudian dikeluarkan dengan mempengaruhi
teman-teman lainnya sehingga redaman permasalahan ini dapat menyebabkan
tawuran. Karena dendam dalam diri individu merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan penting sehingga seseorang melakukan tawuran yang bermotif
dendam.
b. Faktor eksternal
Adapun faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya konflik tawuran
antara mahasiswa fakultas adalah sebagai berikut:
a. Faktor kampus
Penyebab terjadinya tawuran menurut teori structural-fungsional
(Durkheim) tawuran antar pelajar terjadi karena structural dalam sekolah dan
pendidikan yang salah. Nah, jika kita kaitkan kedalam rana kampus dan sesuai
dengan realitas yang ada bahwa pihak birokrasi kampus kurang memperhatikan
aspirasi mahasiswa. ketua ikatan alumni mahasiswa Unismuh bahwa tawuran
yang dilakukan mahasiswa Unismuh bukan hal yang aneh namun yang lebih
ganjil tawuran berkali-kali terjadi tapi nampaknya pak rector dan petinggi-
67
petinggi kampus tidak dapat menanggulangi,apa tidak malu kampus pencetak
guru dipenuhi dengan permasalahan. Nah sesuai dengan kritikan ini bahwa
tawuran dapat terjadi karena kurang perhatiannya petinggi kampus kepada
mahasiswanya. Jika aspirasi positif mahasiswa terpenuhi maka moral mahasiswa
pun terbangun dan kebanyakan menghabiskan waktunya dalam berkreasi
dibanding melakukan tawuran.
b. . Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan salah-satu faktor terjadinya konflik sebab
pengaruh lingkungan dapat mengubah pola pikir atau tindakan seseorang.
Mahasiswa dipengaruhi 2 lingkungan yaitu lingkungan tempat tinggalnya dan
lingkungan kampus, dimana mahasiswa yang tempat tinggalnya adalah orang-
orang kebanyakan anarkis maka perilaku mahasiswa pun akan seperti itu dan
perilakunya diperlihatkan dikampus. Dan kebanyakan mahasiswa memasukkan
permasalahan dari luar kedalam kampus yang dapat memicu terjadinya tawuran
c. . Faktor senioritas
Doktrin senior merupakan salah-satu faktor yang mengakibatkan
terjadinya konflik tawuran antara mahasiswa fakultas tekhnik dengan fakultas
sospol Unismuh Makassar. Doktrin senior dilakukan pada saat penjemputan
mahasiswa baru. Hal ini dikarenakan para mahasiswa baru tidak diperlakukan
layaknya manusia sehingga ketika mereka ingin melawan mereka semakin
diperlakukan tidak manusiawi. Jadi, jalan satu-satunya bagi mahasiswa baru
adalah mereka harus menuruti apa yang diperintahkan oleh seniornya.
68
Hal inilah yang kemudian membentuk perilaku dari para mahasiswa baru
yang pada dasarnya adalah orang-orang yang buta pada permasalahannya yang
sebenarnya terjadi. Mereka juga diberi materi-materi orasi yang isi materinya
adalah mengecan salah satu fakultas yang menjadi lawan mereka selama ini.
Inilah beberapa faktor yang menyebabkan konflik di kampus Universitas
Muhammadiyah Makassar makassar, tujuan mahasiswa untuk melakukan
lemparan batu adalah agar kampus di liburkan, walaupun ada beberapa mahasiswa
yang korban luka di wajar namun mereka tidak peduli, yang penting kampus
ramai tidak sunyi karna kegiatan di kampus tidak ada sehingga cara untuk
meramaikan kampus adalah melakukan demotrasi dengan cara fakultas tersebut
melihat darah yang mengalir, walaupun kita tidak tahu darah tersebut darah palsu
atau bukan, ternyata salah satu mahasiswa tersebut di dapat membawa darah
palsu, tujuan darah palsu di bawa adalah agar mahsiswa baru melihat senior-
senior nya berdara sehingga, mahasiswa baru tersebut emosinya semakin tinggi
membelah senior nya yang sedang luka, ternya darah yang mengalir darah palsu.
Namun demikian yang terjadi itu adalah salah satu cara yang dilakukan
oleh senior-senior agar kampus ramai, karena pihak kampus tidak membuat
kegiatan yang bisa melibatkan mahasiswa agar mahasaswa, tidak kebingunan apa
yang mau kerjakan, hari demihari tugas menunppuk, kepala semakin pusing
mengerjakan, tugas tersebut, namun kampus tidak menyediakan tempat-tempat
yang bisa, membuat mahasiswa nyaman, dan tentram dalam mengerjakan tugas
dan, bisa ngumpul semua mahasiswa di berbagai fakultas untuk menghindari
konflik, dengan adanya tempat-tempat belajar atau kegiatan-kegiatan yang
69
melibatkan mahasiswa. Itulah yang di minta oleh mahasiswa, sebenarnya yang
terjadi tawuran di kampus adalah bentuk permintaan mahasiswa agar kampus
menyediakan tempat- tempat yang nyaman bagi mahasiswa dalam belajar
meninkatkan prestasi bagi mahasiswa dan kampus melayanan mahasiswa dengan
baik.
Dimana mahsiswa tersebut melakukan tawuran pada saat maba datang
karna maba di ajarkan tentang idiologi masisng-masing fakultas agar mahasiswa
tersebut bisa mengerti apa yang sebetulnya di mahasiswa harus dilakukan dalam
kampus tersebut, mereka di ajari bahwa fakultas kita adalah fakultas yang terbaik
dan berani jika ada yang berani melawan kita, atauka kita dalam kesulitan tentu
harus saling membatu, apalagi kalau ada yang benturan atau yang mauberani
pukul kita maka jangan cuman diam sajak kita harus kompak, datang bersama
pulang bersama makan bersama, kita di fakultas adalah satu atap satu hati tak ada
yang boleh memisahkan diri, kita harus menjujung tinggi solidaritas kita, jika ada
maba, yang tidak mau mendengar senior atau teman di fakultas ini maka tidak di
perbolehkan ikut kegiatan-kegiatan di fakultas, makan maba ini sangat tegang
ketika ada yang di perintahkan senior-senior dia tidak di ikuti.
Maka dari itu ada permasalah individu/masalah peribadi mahasiswa
tersebut, menimbulkan permasalahan besar, karna dia tidak mau melihat teman-
temanya mendapat masalah di depanya sendri, bahkan banyak informasi-
informasi yang di dengar yang besar walaupun tadiknya masala kecil jadi besar,
yang di mana senior-senior tersebut membuat strategi penyerangan agar dapat
dilihat permasalahan tersebut tidak di ketahui kalau yang terjadi konflik karan
70
adanya kesepakatan kedua fakultas yang berpengaru di fakultas tersebut, jau-jau
sebelum konflik kedua fakultas tersebut yang melakukan tawuran mengadakan
pertemuan bagai mana caranya agara tidak di ketahui oleh siapapun atau menjaga,
jangan sampai di ketahu bahwa yang kita lakukan ini adalah salasatu bentuk
domotrasi agara kampus di liburkan.
4. Solusi Mengatasi Konflik Antar Mahasiswa Di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Pihak-pihak Kampus atau civitas akademik yang terkait dalam resolusi
konflik antar mahasiswa di kampus universitas Muhammadiyah Makassar yaitu
komdis fakultas, Wakil Dekan III, kordinasi di universitas, dan dosen-dosen tiap
fakultas. Kordinasi fakultas yang lain, yang tidak memiliki peranan penting dalam
resolusi konflik yang terjadi antar mahasiswa fakultas Universitas
Muhammadiyah Makassar,karena kordinasi fakultas hanya menyelesaikan
masalah-masalah yang di timbulkan oleh mahasiswa fakultas tersebut saja dan di
proses sesuai dengan peraturan akademik yang berlaku. Selain pihak-pihak civitas
akademik yang terkait dalam proses penyelesaian konflik antar mahasiswa, aparat
keamanana juga sangat berperan penting dalam resolusi konflik antar mahasiswa,
karena apabila suasana sudah sangat penting dan para mahasiswa yang terlibat
konflik sudah tidak bisa di pisahkan lagi maka aparat keamanan langsung terjun
ke tempat kejadian(kampus Universitas Muhammadiyah Makassar). Sejauh ini
pihak civitas akademik sudah sangat berjasa dalam melakukan resolusi konflik
antar mahasiswa. Akan tetapi pemberian sanksi terhadap pelaku tawuran di
kampus semua di lakukan oleh kooordinasi langsung Universitas, dengan
71
mengumpulkan bukti-bukti yang ada di lapangan. Selain di selesaikan oleh pihak
civitas akademik dan aparat keamanan mahasiswa juga memilik peranan penting
dalam proses penyelesaian konflik yang terjadi.
Proses penyelesaian konflik yang di lakukan oleh para mahasiswa, adalah
dengan mengumpulkan para ketua-ketua himpunan atau senior-senior yang yang
berpengaruh di fakultas tersebut,dan mengadakan pertemuan untuk membicarakan
tentang faktor penyebab dari tawuran yang terjadi. Apabila dari pertemuan
tersebut tidak mendapat titik temu maka permasalahnya akan diserahkan ke
Universitas, tetapi sebelum diserahkan ke Universitas para pengurus lembaga
tersebut harus mengumpulkan bukti dan mencari tahu kembali tentang faktor
penyebab dari konflik tersebut. Tetapi antar lembaga kemahasiswaan tidak ada
konflik atau dendam karena mereka saling menjaga komunikasi. Bukan hanya
mahasiswa yang berupaya untuk menyelesaikan konflik yang terjadi, akan tetapi
pihak birokrasi maupun pihak keamanan cukup serius dalam melakukan proses
penyelesaian konflik yang terjadi antar mahasiswa.
Setiap aksi tawuran antar mahasiswa, maka pihak birokrasi dibantu dengan
aparat keamanan turun tangan untuk menyelesaikan konflik tersebut. Pada situasi
tertentu, aksi kekerasan dapat ditangani dengan cepat oleh pihak birokrasi kampus
maupun aparat keamanan. Namun sisi lainnya terkadang sulit untuk dikendalikan
mengingat jumlah massa yang terlibat dalam tawuran sangat besar. Selanjutnya
upaya yang dilakukan oleh pihak birokrasi dalam proses penyelesaian konflik
adalah dengan mempertemukan mahasiswa yang bertikai, meliburkan mahasiswa
untuk menjaga keamanan dan ketentraman kampus, melakukan dialog
72
kemahasiswaan, selain itu memberikan sanksi kepada pelaku tindak kekerasan
‘saya ikut tawuran karena di paksaan dari senior-senior, kalau tidak mau ikut itu
tandanya kamu tidak solit, adaji juga teman-teman yang tidak ikut terserah
masing-masingji sebenarnya. Cumakan sebagai teman saya merasa harus
membantu teman lain yang sedang kesulitan. Masa mauki biarkan kodong…(
R;22 Agustus 2019)”
Kampus harus menyediakan tempat-tempat yang bisa membuat mahasiswa
dapat berkumpul bersama semua fakultas , agar fakultas yang bertikai tersebut
bisa semakin dapat mengenal satusama lain, walaupun yang di lakukan
mahasiswa adalah demostrasi, menyampaikan asperasi, agar kampus prihatin
melihat mahasiswa yang melakukan bentrok/tawuran lemparan batu yandapat
menyebabkan bangunan kampus rusak kenak lemparan mahasiswa tersebut, yang
di mana fakultas tekhnik pada tahun 2017 telah pecah kacanya, karna kenak batu
lemparan mahasiswa. Bahkan banyak mahasiswa yang korban, kenak batu tapi
tetap melakukan aksi tawuran. Yang perlu kampus sediakan mahasiswa adalah
kegiatan kegiatan ruting di kampus untuk menghindari mahaisiswa melakukan
tawuran, karna banyak kegiatan yang di ikuti mahasiswa, seperti kegiatan
olahraga, sepertinya kampus harus memperbaiki fasilitas/membuatan tempat yang
bisa berolahraga untuk menghilangkan rasa pusing bagimahasiswa tersebut, karna
dengan adanya tempat berolahraga seperti main sepak bola dan main futsal dan
main voli pasti rasa untuk melakukan tawuran tidak akan terjadi.
Dan juga kepada para pimpinan fakultas tentunya harus lebih pandai lagi
untuk men kontrol mahasiswanya, dan juga pra dosen lebih dekat dengan
73
mahasiswa. Mahasiswa yang kuliah dikota kebanyakan tinggal sendiri dengan
menyewa rumah baik bersama orang lain yang belum mereka kenal maupun
menyewa rumah bersama kerabat. dalam kondisi seperti ini pengawasan dari
orang tua atau keluarga sangat kurang bahkan mungkin tidak ada yang stabil.
Kontrol orang tua sangat dibutuhkan tidak hanya dibebankan kepada seorang anak
saja atau kepada Dosen pengajar akibat kelalaian orang tua yang tidak melakukan
pengawasan pendidikan dengan baik, anak akan lepas control apalagi anak yang
dari daerah.
Upaya kampus dalam menangani tawuran tersebut adalah mempertemukan
mahasiswa dari fakultas yang bertikai dan saling memaafkan,berjanji,dan
membuat sebuat aturan siapa yang kelihatan melakukan kekerasan/tawuran di
kampus ini maka dia akan keluarkan dari kampus/ di DO, karena dimana
mahasiswa tersebut yang terlibat dalam tawuran sangat membahayakan diri dan
juga merusa martabat kampus dan juga fakultas, dimana bangunan seperti fakultas
syariah telah rusak kacanya kena lemparan batu. Dan juga yang dilakukan Wd III
dalam selalu mengotrol mahasiswanya, agar mahasiswa tidak terlibat tawuran
tersebut, dan tanggung jawab besar keamanan kampus termasuk
satpam,senantiasa mengawasi aktivitas mahasiswa yang di lakukan di kampus
termasuk,tempat-tempat nongkrong mahasiswa yang bisa menyebabkan
tawuran/atau kecemburuan fakultas termasuk menghindari persaingan secara fisik,
jangan sampai ada perselisihan kembali di lakukan mahasiswa tersebut. Yang
perlu dilakukan pimpinan fakultas yang brertikai adalah mempertemukan ketua
BEM dan HMJ untuk membicarakan sebab ternjadinya konflik dan membahas
74
permasalahan yang terjadi, supaya bisa di selesaikan dengan baik-baik jangan
main hakim sendiri jika ada permasalahan,mari selesaikan secara hukum. Dan
juaga tentuanya peran penting adalah fakultas harus berhubungan
langsung/Kerjasama antar orang tua atau wali dengan pihak
Universitas dapat dilakukan yang mana penasehat Akademik (PA) yang
mewakili mahasiswa dapat bertemu langsung atau memberikan laporan atas
perkembangan anak bimbingannya, hal ini bisa dilakukan dalam satu tahun 2
kali,tidak hanya masalah prestasi anak yang akan diperhatikan tetapi juga tingkah
laku anak. Hal ini penting agar pihak kampus tidak terlalu dibebankan bila
terdapat tindakan yang dilakukan oleh sebagian mahasiswa yang melakukan
tindakan pelanggaran tata tertib Universitas. Untuk meningkatkan minat belajar
tentunya kondisi perkuliahan harus daerah kumuh yang berdekatan dengan
lingkungan perguruan Tinggi, sistem keamanan harus lebih baik agar pihak luar
yang bertujuan buruk cepat bisa diatasi tentunya harus bekerjasama dengan pihak-
pihak yang berwenang seperti polisi.
Masalah kedisiplinan penting artinya dimana sikap tegas dari pimpinan
Universitas dalam memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku indisipliner
sesuai tata tertib Universitas yang berlaku. Hal ini dapat mengurangi jumlah
tindak pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa termasuk pelaku
dariperkelahian antar mahasiswa serta dapat menimbulkan dampak psikologi
bahwa Universitas sangat tegas terhadap peraturan dan membuat mahasiswa
berpikir seribu kali untuk melakukan tindakan-tindakan yang amoral, jangan
membiarkan para Dosen mencari objekkan dengan para mahasiswa, karena akan
75
menimbulkan dampak yang tidak baik bagi anak didik dan merusak citra
perguruan tinggi. Fakultas tekhnik telah membentu Team untuk meninjau
persoalan terjadinya konflik supaya mudah untuk mengatasi terjadinya tawuran
tesebut, dan pinpinan fakultas memberikan bimbingan husus agama untuk
memperdalam pengetahuan agama nya, dan mengawasi setiap penerimaan
maba,dan juga ketika tawuran tidak di liburkan.
1. Kebijakan Dalam Kampus
Wawancara dosen A unismuh makassar “Pendidikan sekarang semakin jauh
dari hakikatnya, yaitu mencerdaskan kehidupan manusia. Pendidikan sekarang
lebih berorientasikan pada keuntungan atau bisnis, sehingga peserta didik
menjadi korban dari model pendidikan seperti ini. Kondisi ini berawal ketika
pemerintah mengeluarkan kebijakan otonomi kampus melalui UU no. 61 tahun
1999, yang membuat kampus terpaksa harus mencari biaya sendiri, sehingga
lahirlah konsep, dimana mahasiswa yang menghendaki memakai fasilitas kampus
berkonsekuensi harus membayarnya”
Kuasa dan pengetahuan mempunyai hubungan yang saling menguntungkan
diantara keduanya. Tidak ada kekuasan tanpa pengatahuan, begitu juga
sebaliknya, tidak ada pengetahuan tanpa kekuasaan. Dengan pengetahuan, maka
kekuasan akan beroperasi. Kekuasaan merupakan sebuah kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain agar mengikuti terhadap apa yang di inginkan
oleh pihak penguasa.
76
Mahasiswa B unismuh makassar ‘saya ikut tawuran karena di paksaan dari
senior-senior, kalau tidak mau ikut itu tandanya kamu tidak solit, adaji juga
teman-teman yang tidak ikut terserah masing-masingji sebenarnya. Cumakan
sebagai teman saya merasa harus membantu teman lain yang sedang kesulitan.
Masa mauki biarkan kodong…(
Dalam bahasa Michel Foucault, kekuasaan adalah upaya untuk
mendisiplinkan individu-individu melaui norma-norma yang ditentukan oleh
penguasa. Melalui mekanisme disiplin dan norma, maka individu menjadi patuh
terhadap kekuasaan.
Dalam bukunya Surveiler et Punir, dijelaskan bahwa kekuasaan yang
menormalisasi tidak hanya di jalankan dalam penjara, tetapi juga beroperasi
melalui mekanisme-mekanisme kontrol sosial yang dibangun untuk menjamin
kesehatan, pengetahuan dan kesejahteraan. Dengan demikian, lembaga pendidikan
formal (dalam konteks ini kampus), juga menjadi bagian dari sistem sosial yang
terlibat dalam pembentukan disiplin terhadap individu-individu. Di samping itu,
lembaga pendidikan yang idealnya menjadi ajang pembelajaran untuk
menanamkan nilai-nilai kesadaran mahasiswa menjadi makluk sosial dan politik
juga seringkali menjadi mesin penguasa untuk menanamkan ideologi para
penguasa, sehingga kursi kekuasaanya tidak terganggu.
Namun demikian, kekuasaan dengan beragam mekanismenya tidak selalu
melahirkan kepatuhan dan ketaatan dari subordinatnya, karena kekuasaan yang
seperti dijelaskan oleh Foucault merupakan kekuasaan yang miskin imajinasi,
77
monotone dan kurang inovatif. Dalam analisisnya, Foucault menjelaskan bahwa
kekuasaan bukan melahirkan kepatuhan, melainkan justru melahirkan resistensi.
Tidak ada kuasa yang bebas dari oposisi, di mana ada kuasa disitulah
resistensiakan lahir. Dalam bukunya The Will of Knowledge, Foucault
memberikan contoh bagaimana kekuasaan untuk melarang itu justru melahirkan
resistensi. Foucault menjelaskan, di saat adanya kontrol sosial lewat wacana
psikiatri terhadap prilaku homoseksual, justru melahirkan tuntutan agar
kealamiahan mereka diakui.
Dalam foucaultdian dapat dijelaskan bahwa semakin kuat kekuasaan itu
menghegemoni untuk berkuasa, maka dengan sendirinya semakin besar peluang
untuk terjadinya resistensi. Sehingga dalam konteks ini resistensi merupakan anak
kandung dari kekuasaan. Dengan demikian resistensi yang dilakukan oleh
mahasiswa terhadap kebijakan kampus, seperti penolakan-penolakan untuk
mematuhi kebijakan presensi 75% kehadiran di kelas sebagai gambaran
beroperasinya mesin kekuasaan kampus yang mendapat resistensi dari kelompok
(Baca: mahasiswa) yang menjadi dari kekuasaan kampus. Mahasiswa C “
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pihak kampus biasa nda sesuai dengan
kemaunya mahasiswa jadi itu mi yang bisa buat mahasiswa demo"
2. Kepetingan Organisasi
Mahasiswa A unismuh “organisasi-organisasi yang demo biasanya nda
bisa ki koordinasi sama anggota-anggotanya sampai bisa timbulkan kericuhan
dalam kampus jadi kita ini yang tidak tau apa-apa ikut-ikutan maki juga kena
78
imbasnya”. Kepentingan organisasi atas terjadinya konflik ialah: dapat
melanjutkan proker/kegiatan yang dapat melibatkan semua anggota organisasi,
sebab terjadinya tawuran antar mahasiswa tentu pimpinan kampus akan
mengambil keputusan, bahwa kampus akan di liburkan sesuai kesepakatan orang
yang bersangkutan. Organisasi Gary desler dikatakan bahwa pembicara mengenai
organisasi meliputi hal-hal makro, misalnya tentang struktur organisasi dan disain
serta hal-hal mikro misalnya gerakan individu dan kelompok. Langkah ilmiah
organisasi selanjutnya menyangkut observasi secara sistematis dan analisis
organisasi, sedangkan teori organisasi menyangkut bagaimana menerangkan
fakta-fakta organisasi dan hubungan sesamanya.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa teori organisasi meliputi kegiatan
memahami, menjelaskan dan meramalkan efektivitas organisasi. Konflik
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan. Bahkan
sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan
konflik. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi. Mahasiswa B anggota
salah satu organisasi kampus unismuh makassar “saya mewakili teman-teman
organisasi kampus sebenarnya tidak mau kalau terjadi keributan tapi biasanya
ada pihak-pihak yang jadi provokator” Anggota organisasi senantiasa dihadapkan
pada konflik. Perubahan atau inovasi baru sangat rentan menimbulkan konflik
apalagi jika tidak disertai pemahaman yang memadai terhadap ide-ide yang
berkembang. Manajemen konflik sangat berpengaruh bagi anggota organisasi.
Pemimpin organisasi dituntut menguasai manajemen konflik agar konflik
yang muncul dapat berdampak positif untuk meningkatkan mutu organisasi.
79
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun
pihak luar dalam suatu konflik. Mahasiswa C unismuh makassar “seharusnya itu
kalau mau demo haruski dulu koordinasi sama pihak keamanan kampus supaya
nda timbulki kericuhan” Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan
yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi
(termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka
mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar sebagai
pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi
konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada
kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah
yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan
perselisihan kearah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan
suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin
menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam
memecahkan masalah atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu
pendekatan yang berorien tasipada proses manajemen konflik menunjuk pada pola
komunikasi para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan
penafsiran terhadap konflik Mahasiswa yang mempelajari organisasi formal di
masa lampau cenderung untuk memusatkan perhatian pada persyaratan yang
harus dipenuhi oleh suatu organisai agar organisasi tersebut dapat bertahan dan
berjalan secaraefisien. Selain itu perhatian mereka juga di pusatkan pada implikasi
80
sosial dari persyaratan tersebut. Oleh karena itu weber, dalam esei klasik tentang
birokrasi menganalisis secara sistematik karakterisktik birokrsi dan personalinya
yang di hubungkan dengan efisiensi maksimum dalam administrasi tugas-tugas
berskalah besar.
3. Masalah Pribadi
Wawancara Dosen A universitas muhammadiyah makassar “ biasanya itu
konflik terjadi karena ada dendam pribadi antar mahasiswa yang dibawah-bawah
kedalam kampus ” , mahasiswa tersebut merasa di lecehkan dan di injak-injak
harga dirinya akan melawan orang yang tidak menghargainya itu penyebab nya
konflik. Masalah pribadi adalah masalah-masalah yang dialami dan dihadapi oleh
manusia sebagai individu (pribadi).dan individu yang mengalami masalah tersebut
tidak ingin masalahnya diketahui oleh orang banyak dan berusaha untuk
menutupinya karenaia akan merasa malu jika masalahnya diketahui oleh orang
lain. Akan tetapi mahasiswa uiniversitas muhammadiyah makassar tidak
mengikutinya.
Dalam menjalani kehidupan tidak ada manusia yang tak pernah
mempunyai masalah dalam hidupnya, semuanya pasti akan menemukan problema
yang harus dihadapinya. Dan setiap dari kita akan menemui beragam masalah
yang harus kita selesaikan dengan cara mengendalikan diri sebaik mungkin agar
masalah tidak bertambah besar dan rumit. Setiap orang akan memiliki masalahnya
masing-masing, baik dalam lingkup tetangga, saudara, teman bahkan
permasalahan dalam rumah tangga seperti dengan suami atau anak sendiri.
81
Hadirnya sebuah masalah dalam hidup seseorang dianggap sebagai ujian dan
cobaan dari yang maha kuasa yang harus dilewati dengan baik. Mahasiswa B
unismuh makassar “seharusnya kalau ada masalah pribadinya tidak usah mi na
bawa kekampus seharusnya na selesaikan mami diluar”. Untuk itu kita harus
bijak dalam menghadapinya agar hidup kita tidak menjadi berantakan, maka
belajarlah cara menghadapi masalah dengan tenang agar semuanya bias
terselesaikan.
Setiap individu berbeda dengan yang lainnya dalam banyak hal seperti
sifat, sikap, suku, pendirian dan keinginan, kepentingan dan keyakinan/agama.
Dalam suatu masyarakat, seringkali terjadi perbedaan pendapat atau perbedaan
dalam memandang suatu hal misalnya sikap politik. Tak jarang, perbedaan sikap
politik menjadi timbulnya konflik sosial dalam masyarakat. Sebagaimana yang
telah disebutkan sebelumnya bahwa perbedaan keyakinan juga merupakan salah
satu sumber terjadinya konflik. Mahasiswa C unismuh makassar “ ada organda-
organda yang biasa bawa ki masalahnya kedalam kampus sampai berkelahi bikin
ricuh sampai biasa ada korban jiwa”
4. Kecemburuan Sosial
Wawancara bersama B mahasiswa dia mengatakan ”Fakultas Universitas
muhammadiyah Makassar, mempunyai gedung yang tidak memperbolehkan
mahasiswa dari fakultas lain untuk melintasi atau pun memakai falitas yang
berada dilantai tiga gedung iqra, sedangkan fakultas lain tidak seperti itu”
82
Cemburu social tidak hanya dapat terjadi dalam suatu lingkup keluarga
saja, namun juga dalam berteman ataupun dalam berpacaran. Dalam berteman
atau berpacaran, biasanya rasa cemburu timbul disebabkan karena kurangnya
komunikasi, mulai berkurangnya rasa perhatian, jarang ada waktu untuk bersama,
ataupun mungkin takut kehilangan sosok seorang teman karena ia memiliki
teman-teman yang baru. Akan tetapi ada yang lebih serius, yakni dalam
kehidupan bermasyarakat. Bahkan yang sering terjadi ke iri hati ketika melihat
teman yang menggunakan peralatan atau bangunan yang baru atau wilaya yang
luas rumah pun besar, itu yang sering menimbulkan hati yang irih atau cemburu,
bukan cuman cemburu pada sang kekasih akan tetapi bisa sajak kita cemburu
dengan yang lain.
Kata cemburu berasal dari Yunani yaitu zelos yang berarti persaingan dan
menunjukkan intensitas perasaan. Cemburu merupakan reaksi terhadap ancaman
yang dianggap terjadi dalam suatu hubungan (Pines, 1998). Salovey
(1991)berpendapat cemburu adalah emosi yang dialami ketika
seseorang merasa hubungan dengan pasangan terancam dan mengakibatkan
hilangnya kepemilikan, biasanya ini akan timbul apabila ada pihak ketiga dalam
hubungan tersebut. Mameros (Duma, 2009) menyatakan cemburu merupakan
reaksi yang terjadi pada hubungan romantis yang sedang terancam oleh pihak
ketiga, ancaman ini bersifat subyektif dan nyata. Hal ini biasanya diikuti dengan
rasa takut kehilangan pasangannya. Menurut Surbakti (2009), cemburu timbul
karena ingin memiliki sendiri dan perasaan terancam karena kehadiran orang lain
83
dalam hubungannya. Saat mengalami rasa cemburu biasanya sistem rasionalnya
tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
cemburu adalah perasaan terancam oleh kehadiran pihak ketiga dan takut
kehilangan dalam suatu hubungan romantis.
1. Ciri-ciri Cemburu
Hauck (1994) menjelaskan bahwa ciri-ciri cemburu terhadap pasangan yaitu :
a. Rasa rendah diri adalah menganggap diri terlalu kecil. Salah satu ukuran tidak
menguntungkan yang dipakai orang pencemburu untuk menilai kepantasan itu
adalah apakah seorang pencemburu dicintai atau tidak.
b. Mentalitas Tuan-Hamba adalah sama seperti rasa rendah diri yang dasar rasa
cemburu, maka pribadi pencemburu pastilah mentalitas Tuan- Hamba. Jarang
orang pencemburu posesif mengalami letupan emosi secara diam-diam,
kebanyakan orang pencemburu menyatakan keluhannya dengan suara yang keras
dan jelas.
c. Perilaku merusak diri merupakan ciri khas seorang pencemburu dan posesif.
Sebenarnya pencemburu mampu dan menonjol dalam banyak bidang kehidupan.
Tetapi apabila menyangkut orang-orang yang dicintai, seorang pencemburu dapat
melakukan tindakan seperti orang terbelakang (retarded).
d. Kesulitan Menerima tanggung jawab, hampir dapat dipastikan seorang
pencemburu akan menuduh pasangan menyebabkannya malang dengan menyiksa,
84
seorang pencemburu jarang memandang kenyataan pada persoalan yang
sebenarnya.
e. Mementingkan diri sendiri dan tidak matang adalah selalu mementingkan diri
sendiri apabila ada sesuatu yang tidak beres dalam kehidupan cintanya, tidak
peduli akan perasaan siapapun kecuali perasaan sendiri, merasa bahwa orang lain
tidak berhak mengubah pikirannya.
f. Rasa takut adalah merasa terancam oleh kejadian yang sama sekali tidak
mengancam. Seorang pencemburu persaingan dan kemungkinan orang
yangdicintai terus menerus menjadi obsesi.
5. Kuranyah Idiologi Terlepas dari faktor-faktor diatas yang menyebabkan
mahasiswa ikut terlibat dalam tawuran antar mahasiswa di Unismuh, terdapat pula
hal-hal yang menyebabkan mengapa mereka sebenarnya melakukan tawuran.
Salah satunya yaitu dapat kita lihat dalam pernyataan dari informan.
Wawancara bersama Wd III Universitas Islam Muhammadiyah Makassar.
Mahasiswa Tidak memahami tengtang idiologi tersebut fakultas dan tatatertif
kampus dan bahkan fakultas tersebut, dan dia tidak memahami kewajibanya
sebagai mahasiswa tersebut, sehingga terjadi tawuran. Faktor yang mempengaruhi
penciptaan dan pengrusakan modal social adalah idiologi. Sebuah idiologi dapat
menciptakan modal social dengan menuntut individu yang memiliki modal social
agar bertidak demi kepentingan sesuatu atau seseorang selain dirinya sendiri.
Pengaruh idiologi dengan konflik jelas karena memiliki orang-oarang penting
yang memperhatikan kepentingan oarang lain.
85
Satu efek tidak langsung dan agak mengejutkan telah di ketahui dari
pembandingan alirang seperti agama dan sekular. Sekolah sekolah swasta yang
diafiliasi secara religious di amerika serikat, meskipun standar disiplinnya lebih
kaku, tingkat putus sekolahnya jau lebih renda di bandingkan sekolah swasta
sekuler atau sekola negeri. Sebabnya yang disangka benar adalah kuantitas modal
social yang tersedia di sekolah yang diafiliasi secara religious tidak dimiliki oleh
kebanyakan sekolah lain, swasta atau negeri. Sebab ini sebagian tergantung pada
relasi sosialstruktral antara sekolah dan orang tua melalui komonikasi agama
terdoktrin agama agar tidak melakukan yang namanya tindak kekerasan.
Ideologi secara umum adalah suatu kumpulan, gagasan, ide, keyakinan
serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang berorientasi pada tingkah laku
seseorang dalam berbagai bidang kehidupan ,diantaranya bidang kehidupan
politik, hukum , pertahanan keamanan , social budaya , serta bidang keagamaan.
Karl Marx, mengartikan ideology sebagai bentuk dari reproduksi sosial. Ia juga
mengartikan sebagai alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejah teraan bersama
dalam masyarakat. Pancasila merupakan ideology bangsa, pancasila seharusnya
menjadi pandangan dan pedoman bagi masyarakat indonesia. Semua hokum dan
aturan yang berlaku pada ideology bangsa. Sila kedua pancasila yang berbunyi
“kemanusian yang adil dan beradab “. Dalam KBBI (kamus besar bahasa
indonesia) beradab berarti mempunyai adab,mempunyai budi bahasa yang
baik,serta berlaku sopan. Namun sayangnya, tidak seluruh masyarakat memahami
sila kedua pancasila ini. Seiring dengan perkembangan zaman, ideology bangsa
ini seakan-akan semakin tenggelam. Tidak hanya di kalangan remaja, dekadensi
86
moral juga menyerang kalangan dewasa. Mereka yang seharusnya mendidik
anak-anaknya menuju kebikan, menanamkan nilai-nilai yang baik, malah justru
ikut terperosok dalam jatuhnya pemahaman akan ideology bangsa ini. Terjadinya
konflik/tawuran antar pelajar mahasiswa itu menandakan kuranya paham idiologi
bangsa dan negara. Terlepas dari faktor-faktor diatas yang menyebabkan
mahasiswa ikut terlibat dalam tawuran antar mahasiswa di Unismuh, terdapat pula
hal-hal yang menyebabkan mengapa mereka sebenarnya melakukan tawuran.
Salah satunya yaitu dapat kita lihat dalam pernyataan dari informan. Wawancara
mahasiswi B Universitas muhammadiyah makassar, “mahasiswi Tersebut sangat
gagal ilmu pengetahuanya yang dia miliki karena, baik itu ilmu agama maupun
social”. Dalam membicarakan persoalan sains dan agama, kita akan sampai pada
pembahasan mengenai interaksi sains dan agama pada level simbolik sekaligus
maknawi.
Secara geneologis kita bisa melihat kompleksitas interaksi sains dan
agama pada perdebatan antara dimensi keimanan yang dipahami secara tekstual
dan paham ilmu yang meminggirkan doktrin agama, karena kerap dianggap tidak
sesuai dengan dalil-dalil akal sehat. Padahal ilmu dan agama lahir dari rahim yang
sam yaitu wilayah “pengalaman” kemanusiaan. Pengalaman yang dimaksud bisa
bersifat hushuli maupun hudhuri. Sebagaimana telah anda ketahui bahwa di dalam
masyarakat selalu terdiri atas unsur-unsur yang antara satu dan lainya terdapat
perbedaan, misalnya perbedaan kedudukan social, suku, ras, agama, Bahasa dan
kedudukanya. Agar setiap perbedaan tersebut dapat hidup berdampingan, maka
perlu untuk meyelaraskan berbagai perbedaan tersebut agar dapat di capai
87
kesatuan kehidupan dalam suatu wadah baik dalam wadah asosiasi social maupun
asosiasi yang lebih besar yang di sebut negara.
Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu negara memerlukan situasi
intgratif di dalam negara tersebut sebab disinteegrasi akan menimbulkan berbagai
permasalahan social, seperti konflik yang tak terkendali sehinggah mengancam
keutuhan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Asumsi ini bukan berarti
akan meniadakan konflik sosial sebagai salah satu dari wujud gejala social secara
alamiah, akan tetapi bagaimana agar asosiasi negara ini mampu mewadahi
berbagai perbedaan antar-unsur pembentukan bangsa dalam suatu kesatuan wadah
negara. Konflik merupakan gejala social yang serbah hadir dalam setiap aspek
sebab itu konflik dan integrase akan hadir di mana saja dan kapan sajak
bagaimana dua belah mata uang dalam satu keeping atau lembaga.
Integralisme adalah upaya menyahuti bahwa sejauh mana transformasi
institusi yang telah diraih mampu diikuti secara efektif oleh upaya transformasi
internal yang justru lebih substansial. Civitas akademika tentunya tidak
mengharapkan kesan bahwa Unismuh Yang didambakan munculnya sebagai ikon
integrasi keilmuan dengan output yang mampu menghadirkan kemampuan
keilmuan integratif di tengah-tengah masyarakat.
"Anda kuliah di mana?" Tanya seorang mahasiswa kepada temannya.
Anak yang ditanya menjawab dengan tidak percaya diri: "Di Unismuhji kodong."
Jawaban ini pernah menjadi lolucon bagi anak-anak mahasiswa untuk
menggambarkan betapa Unismuh sering dipandang sebelah mata dan hanya
88
ditempatkan sebagai perguruan tinggi yang meskipun swasta tetapi marginal dan
hanya menjadi perguruan tinggi "pelarian"
Dengan keberadaan fakultas dan program-program studi umum ini yang
terus dibenahi dan ditambah jumlahnya, Unismuh berupaya untuk mencetak
alumni yang tidak terbatas pada penguasaan ilmu-ilmu agama, seperti trademark
yang dimiliki sebelumnya, tetapi juga memiliki kemampuan dalam bidang
keilmuan yang lebih umum, termasuk dalam aspek juruan.
Kesan yang diharapkan bahwa mahasiswa dan alumninya adalah sama
dengan jebolan beberapa perguruan tinggi umum di tanah air yang melahirkan
teknokrat dan pemikir, tetapi dengan karakteristik nilai keislaman yang
mendalam. Harapan dari hasil perpaduan di atas adalah adanya terobosan
pencetakan alumni yang memiliki nilai plus, yaitu alumni yang tidak terjebak
pada dualisme keilmuan, ilmu umum dan ilmu agama, tetapi memiliki keilmuan
yang integralistik, pengembangan keilmuan yang selalu diwarnai dengan nilai
religi yang kental. Ketika seorang mahasiswa atau alumni berbicara tentang
fenomena alam yang dikaji dalam ilmu fisika, maka pada saat yang sama, ia
menghubungkannya dengan konsep sunnatullah ajaran Islam. Seorang output
universitas Islam yang mampu membuka bengkel mesin, maka pada waktu dan
ruang yang sama, juga diharapkan mampu mendirikan bengkel akhlak.
89
B. Pembahasan
1. Faktor Pemicu Terjadinya Konflik Antar Mahasiswa di Kampus
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Adapun Faktor-faktor yang mennjadi pemicu seperti yang di bahasakan dalam
hasil penelitian di mana Perbedaan kepentingan (versted interest) dan
hilangnya nilai yang menjadi pengikat antara kelompok-kelompok baik
kelompok fakultas, organisasi mahasiswa dan program studi tersebut juga
menjadi aspek pemicu dan sekaligus menjadi sumber-sumbe konflik
dikalangan masyarakat ilmiah. Adanya keinginan atau manifestasi bahwa
kelompok mereka adalah dominan, berpengaruh dan berkuasa juga dapat
berdampak munculnya konflik yang lebih bersifat terbuka. Ekspektasi yang
dipahami oleh sebagian kelompo mahasiswa yang memberikan rasa unggul
dalam dirinya dan fakultasnya atau kelompoknya baik daam istilah
ekonomi,sosial,ataupun basis yang mendasar.
Masyarakat telah menberi gelar mahasiswa sebagai agent of change (agen
perubahan). Agen yang diharapkan membuat sebuah perubahan lebih baik
menuju kehidupan madani. Sayangnya pelaku perubahan melakukan tindakan
kurang terpuji. Sehingga untuk merasa damai hanya menjadi cita dalam
mewujudkan masyarakat madani. Mahasiswa seringkali tampak kurang mampu
untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri, kurang bisa menghadapi
perbedaan pandangan sehingga tidak jarang melakukan tindakan anarkis yang
sama sekali tidak memberikan suasana damai seperti merusak fasilitas
umum,memblokade jalan,tawuran antar mahasiswa.
90
2. Upaya Birokrasi Kampus Dalam Mengatasi Konflik Antar Mahasiswa di
Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar
Usaha penanganan konflik telah ada dan terus dilakukan oleh semua pihak
baik kepolisian dan birokrasi kampus karena setiap orang mendambakan suatu
kehidupan atau kondisi aman dan damai. Hasil penelitian-penelitan
Universtitas Muhammadiyah Makassar menunjukkan adanya upaya antisipasi
dari berbagai pihak, antara lain:
e. Upaya birokrasi kampus
dalam menentukan kebijakan, maka upaya yang berhubungan dengan
konflik antara lain:
e. Ketegasan pihak rektorat
f. Mengoptimalkan program-program kemahasiswaan
g. Melakukan transparansi dalam kebijakan rektorat
h. Melakukan patroli setiap UKM fakultas.
Salah satu kebijakan rektorat yang digagas oleh birokrasi kampus adalah
melakukan operasi disetiap fakultas dan UKM selama 24 jam oleh
keamanan kampus apabila ditemukan alkohol dan senjata tajam maka
langsung ditindaki oleh keamanan kampusdan diproses oleh pihak
universitas.
f. Peranan Kepolisian
Secara tegas fungsi polisi dalam UU No. 2 Tahun 2002 telah
dirumuskan secara tegas yakni salah satu fungsi pemerintah negara
dibidang pemeliharaan, keamanan, dan ketertiban masyarakat, penegak
91
hukum, perlindungan, pengayom, dan pelayanan masyarakat. Maka secara
garis besar fungsi kepolisian dapat digolongkan tiga bagian funsi
ketertiban, fungsi perlindungan, dan fungsi pemeliharaan. Diaman kita
ligat sala satu fungsi polisi disini yang berkaitan apabila terjadi konflik
walaupun polisi tidak memliki hak masuk kampus secara paksa tapi apa
bila terjadi konflik maka Polisi berhak menjalankan fungisnya di mana
seperti yang di sebutkan yang di atas dan hal ini tidak lumrah lagi apa bila
pihak kampus berkerja sama kepada pihak aparat untuk mengupayakan
agar tidak terjadi konplik yang tidak inginkan
g. Upaya preventif
Penangulangan secara preventif merupakan salah satu upaya yang
mempunyai maksud agar usaha yang dilakukan secra astimasis berencana,
terpadu, serta terarah jauh sebelum konflik itu terjadi. Tindakan ini sangat
penting dan lebih efektif dari pada menggunakan cara lain.
Upaya perventif yang dilakukan kepolisian dan birokrasi kampus
dalam rangka mencegah timbulnya konflik antara lain:
1) Mengoptimalkan program-program kemahasiswaan dengan cara
merespon kegiatan-kegiatan mahasiswa yang bersifat positif serta
dorongan moril terhadap mahasiswa sehingga mampu menyalurkan
bakat bagi mahasiswa dapat teraktualisasi dengan baik serta
memberikan fasilitas kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan
2) Patroli keamanan kampus merupakan salah satu aktivitas rutin dan
menjadi tulang punggung pelayanan operasional dalam melakukan
92
pencegahan semua konflik maupun timbulnya berbagai gejala yang
menyebabkan konflik sebagian tugas keamanan kampus
h. Upaya represif
tindakan yang bersifat represif yang dilakukan oleh birokrasi
kampus dan kepolisian menanggulangi konflik antara lain:
c) Tindakan yang tegas dari pihak rektorat serta diberinya wewenang
pada kepolisian untuk melakukan penanganan dan penahanan untuk
mengungkap konflik yang terjadi sampai tuntas.
d) Melakukan koordinasi kerja sama dengan polisi dan pihak birokrasi
kampus dalam menanggulangi setiap konflik.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah
Makassar tentang perilaku konformitas mahasiswa dalam tawuran antar
mahasiswa di kampus, dapat diambil kesimpulan. Ada empat faktor yang
mempengaruhi mahasiswa berperilaku konformitas dalam tawuran antar
mahasiswa di kampus, antara lain.
Pertama Kepercayaan terhadap kelompoknya, semakin besar kepercayaan
seorang mahasiswa terhadap kelompoknya maka semakin besar pula
kemungkinan mahasiswa tersebut berperilaku konformitas, Kedua Pendapat dan
penilaian yang sama, para mahasiswa pelaku tawuran memiliki pendapat dan
penilaian yang sama mengenai tawuran, yaitu tawuran yang terjadi mereka anggap
sebagai tradisi dan ajang untuk seru-seruan, namun disamping itu hal yang paling
utama adalah menjaga harga diri sebagai laki-laki dan mempertahankan ideologi
yang menjadi identitas fakultas masing-masing, Ketiga Solidaritas atau komitmen
dalam kelompok, solidaritas merupakan hubungan yang saling terikat antara
individu dengan kelompok, semakin besar rasa solidaritas yang dimiliki
mahasiswa kepada kelompoknya semakin besar pula kemungkinan mahasiswa itu
ikut dalam tawuran, Ke empat Kepercayaan pada diri yang lemah, sebagai
mahasiswa baru yang masih memiliki pengetahuan dan pengalaman yang minim
terhadap lingkungan barunya, akan diliputi kebingungan dalam menanggapi
93
persoalan-persoalan yang dihadapinya khusunya di fakultas mereka, misalnya
persoalan yang terkait dengan tawuran, adanya sosok senior yang dianggap
memiliki kemampuan dalam hal itu tentu saja sangat berpengaruh terhadap
pemikiran dan pengambilan keputusan seorang mahasiswa baru untuk ikut dalam
pendapat dan penilaian senior yang mayoritas yakni mendukung yang juga berarti
ikut dalam tawuran.
B. Saran
Adapun saran yang penulis dapat berikan sehubungan dengan penulisan skripsi
ini :
1. Perlunya pihak rektorat memberiakan saksi yang jelas dan tegas bagi
mahasiswa yang melakukan pelanggaran dalam kampus baik sanksi
administrasi maupun akademik dan penanganan secepat mungkin pada kasus
yang melibatkan mahasiswa sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang
berdampak negatif. Memperikan tempat belajar mahasiswa yang ideal dan
kegiatan yang dapat melibatkan semua mahasiswa tersebut, jangan sampai
ada kecemburuan sosial.
2. Perlu kiranya dilakukan koordinasi secara terpadu antara pihak rektorat dan
unsur keamanan dan ketikan mahasiswa melakukan tawuran jangan di
liburkankan, jika di liburkan maka mahasiswa semakin semangat tawuran.
94
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu (2009). Psikoligi Sosial. Jakarta : PT. Rineka Cipta Ejournal. Pin.Faisal,
Sanafiah. (2001). Fomat-Format Penelitian Sosial. Jakarta :RajawaliPres
Hendricks, William. (2006). Bagaimana Mengelola Konflik (Petinjuk PraktisUntuk Manajemen Konflik Yang Efektif). Jakarta : Bumi AksaraInis.
(2003). Konflik Komunal Indonesia Saat Ini. Jakarta : Leiden Kamus Besarbahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. BalaiPustaka. Edisi kedua. (1989)
Kencana, syafiie Inu. (2005). Pengantar Ilmu Birokrasi kampusan. Bandung : PTRefika Kencana Aditama Kolip, Usman DKK. 2011. PengantarSosiologi. Jakarta : PT. Kencana
Kybernologi (Sebuah Rekonstruksi Ilmu Birokrasi kampusan). Jakarta : PT. rinekaCipta
Poerwaderminta, W.L.T.(2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yogyakarta :
Mas’oed, Mohtar, 1989. Studi Hubungan Internasional, Tingkat Analisi danTeorisasi, Universitas Gadjah Mada Ndraha,
Taliziduhu. (2005). Or. Id/site/2p;633Cohen Bruce J;tanpa tahun,Sosiologi SuatuPengantar,penerbit Rineka Cipta.
Prenada Media GrubLiliweri, Alo. (2005). Prasangka Dan Konflik. Yogyakarta :PT Lkis Pelangi Aksara
PT. Lingkar Pena Ritzer, George. (2010). Sosiologi Ilmu PengetahuanBerparadigma Ganda. Jakarta : Raja Grafindo PersadaSantoso,
Thomas. (2002). Teori-Teori Kekerasan. Jakarta : Ghalia Indonesia
LAMPIRAN
DAFTAR INFORMAN
Berikut ini merupakan daftar informan yang ditemui oleh peneliti dalam
melakukan penelitian di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.
NO NAMA INFORMAN UMUR KETERANGAN
1 BAPAK IY 30 THN Dosen Unismuh
2 BAPAK MA 31 THN Dosen Unismuh
3 AF 22 THN Mahasiswiunismuh
4 SA 22 THN Mahasiswiunismuh
5 FM 23 THN Mahasiswaunismuh
6 SA 21 THN Mahasiswaunismuh
7 FH 22 THN Mahasiswaunismuh
PEDOMAN WAWANCARA
1. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : AM
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 20 tahun
3. Didaerah mana anda tinggal ?
Jawab : Jln. Alauddin
4. Apa Pekerjaan anda ?
Jawab : mahasiswa
5. Bagaimana pendapat anda mengenai konflik yang sering terjadi
dikampus?
Jawab : Konflik yang selama ini yang terjadi di Universitas
Muhammadiyah Makassar kebanyakan disebabkan oleh konflik
personal. Biasanya di sebabkan karena ketersinggungan atau karena
bersenggolan motor di dalam kampus
Apakah ada solusi yang dapat anda berikan kepada pihak kampus
untuk mengatasi konflik yang sering terjadi?
Jawab : solusi yang dapat saya berikan yaitu mengumpulkan pihak-
pihak yang sering berkonflik dan mencari solusi secara bersama-sama
2. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : JA
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 23 tahun
3. Didaerah mana anda tinggal ?
Jawab : Jln. Tallasalapan
4. Apa Pekerjaan anda ?
Jawab : mahasiswa
5. Apakah penyebab terjadinya konflik dikampus?
Jawab : Kalau saya melihat fenomena konflik di Unismuh,
Makassar, di motori dengan salah satunya adanya motif dendam
secara personal maupun kelompok yang kemudian menjadi
pemantik dalam terjadinya konflik.Kelompok intra kampus dan
ekstra kampus ini secara histori pada dasarnya memiliki riwayat
konflik sebelumnya
3. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : RW
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 23 tahun
3. Didaerah mana anda tinggal ?
Jawab : Jln. Tallasalapan
4. Apa Pekerjaan anda ?
Jawab : mahasiswa
5. Apakah penyebab terjadinya konflik dikampus?
Jawab :
6. Apakah ada penyelesaian dari pihak kampus untuk mengatasi konflik
kampus?
Jawab : ada tapi masih kurang maksimal karena pihak kampus tidak
meberikan teguran keras kepada mahasiswa-mahasiswa yang
melakukan tindakan tersebut sehingga masih tidak takut untuk
melakukan aksinya
4. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar
1. Siapakah nama lengkap anda ?
Jawab : FM
2. Berapa umur anda ?
Jawab : 22 Tahun
3. Didaerah mana anda tinggal ?
Jawab : Jln. Abdesir
4. Apa Pekerjaan anda ?
Jawab : mahasiswa
5. Apakah penyebab terjadinya konflik dikampus?
Jawab : Ada aktor-aktor yang mengatasnamakan daerah atau fakultas
mereka masing- masing dengan kepentingan tertentu
6. Apakah ada kerugian yang terjadi jika terjadi konflik dikampus?
Jawab : iya, banyak kerugian yang terjadi utamanya pada fasilitas
kampus
DOKUMENTASI
Tanggal 10/Agustus/2019
Tanggal 22/Agustus/2019
Tanggal 25/Agustus/2019
Tanggal 20/September/2019
RIWAYAT HIDUP
Wiranita Rukmadi, Lahir di Palopo, pada tanggal 04
Januari 1990. Merupakan anak pertama dari buah kasih
sayang pasangan Jumadi badar, S.Sos dengan Sitti Rukiah.
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN 32
Mandonga dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di MTSN Kendari, lulus pada pada tahun 2007. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 9 Sinjai Selatan dan tamat di tahun 2009. Dan
pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan
Pendidikan Sosiologi dan berhasil lulus di Program Strata 1 (S1) Kependidikan.
Pada tahun 2019 penulis menyelesaikan studi dengan gelar sarjana pendidikan
dengan menyusun karya ilmiah (skripsi) yang berjudul “Peran Sosial Birokrasi
Kampus Dalam Penanggulangan Konflik di Universitas Muhammadiyah
Makassar”.
Top Related