PERAN MUJAHADAH KELILING DALAM
MENINGKATKAN UKHUWAH ISLAMIYAH
PONDOK PESANTREN MAHIRUL HIKAM
ASSALAFI PAYUDAN, KENTENG, KEC. SUSUKAN,
KAB. SEMARANG
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
MAS THOBIB
NIM 111-11-081
PROGRAM S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
i
ii
PERAN MUJAHADAH KELILING DALAM
MENINGKATKAN UKHUWAH ISLAMIYAH
PONDOK PESANTREN MAHIRUL HIKAM
ASSALAFI PAYUDAN, KENTENG, KEC. SUSUKAN,
KAB. SEMARANG
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
MAS THOBIB
NIM 111-11-081
PROGRAM S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
iii
iv
v
vi
MOTTO
”Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang
disertai dengan do’a, karena sesungguhnya nasib seseorang tidak akan
berubah dengan sendirinya tanpa berusaha”
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk:
1. Allah SWT. Atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak dan Ibu (Musahid Tumiyati), terima kasih atas kasih saying dan
doa yang diberikan selama ini.
3. Adikku tercinta Zulfa Nur Ayiyah.
4. Bapak Dr. Imam Sutomo M.Ag. Selaku dosen pembimbing yang telah
sabar membimbing danmemberikan pengarahan dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
5. Keluarga besar Kopma “FATAWA” IAIN Salatiga, terima kasih atas
segala sesuatu yang telah kita lakukan bersama.
6. Keluarga besar Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi yang telah
berjuang bersama dalam mencari ilmu.
7. Semua dewan guru SD N Tegalrejo 02 yang telah memotivasi dan
memberikan dukungannya.
8. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menyemangati.
vii
9. Teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2011 yang telah bersama
berjuang selama ini.
10. Almamaterku IAIN Salatiga.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Peran Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah Pondok
Pesantren Mahirul Hikam Assalafi Payudan, Kec. Susukan, Kab. Semarang Tahun
2016” ini dengan baik.
Tugas akhir ini disusun dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat
kelulusan jurusan S1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dalam penulisan Skripsi ini banyak pihak yang membantu dan
memberikan bimbingan, maka selayaknya penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga beserta
wakil-wakilnya.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Islam IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga.
4. Bapak Wahidin, S.Pd.I., M.Pd. selaku dosen pembimbing Praktik Pendidikan
Lapangan.
ix
5. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. Selaku dosen pembimbing yang telah sabar
membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. Selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan saran, proses, dan motivasi selama proses perkuliahan.
7. Keluarga besar Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi yang telah
membantu dalam pembuatan skripsi ini.
8. Teman-teman S1 Pendidikan Agama Islam angkatan tahun 2011.
9. Keluarga besar KOPMA FATAWA IAIN Salatiga.
10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelsaikan skripsi
ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu
apapun yang sempurna kecuali Allah SWT oleh karena itu, dengan senang hati
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, 16 Agustus 2016
Penulis
x
ABSTRAK
Thobib, Mas. 2016. Peran Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan
Ukhuwah Islamiyah Podok Pesantren Mahirul Hikam
Assalafi, Payudan, Kenteng, Kec. Susukan,Kab. Semarang
Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo M.Ag.
Kata Kunci: Mujahadah Keliling, dan Ukhuwah Islamiyah.
Penelitian ini membahas tentang peningkatan ukhuwah Islamiyah
melalui mujahadah keliling Podok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi.
Fokus Penelitian yang akan dikaji adalah (1) Bagaimana tata cara
mujahadah yang dilakukan untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah, (2)
Bagaimana peran mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah
Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Maka
kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak
langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi
yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang
berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data
tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara
menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan
menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. Beberapa hal ditemukan
dalam tata cara pelaksanaan mujahadah keliling yang dilakukan untuk
meningkatkan ukhuwah Islamiyah a. Ritual mujahadah/ibadah
(suritauladan), b. Model mujahadah keliling dibanding mujahadah yang
lain, c. Pembiasaan jamaah hafalan asmaul husna, d. Pembiasaan shalat
sunah, e. Penanaman nilai demokratis. 2. Peran mujahadah keliling
dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah adalah melakukan inovasi
dakwah dengan memanfaatkan hadrah sebagai komplemen dakwah
(musikalisasi dakwah). Mujahadah keliling juga berperan sebagai sarana
pendidikan ruhani, menumbuhkan kekuatan batin (spiritualitas jamaah)
dan mengembangkan nilai-nilai ukhuwah. Karisma kepribadian kyai
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam aktifitas mujahadah.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO ......................................................................... i
LEMBAR JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. v
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN ........................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Fokus Penelitian ..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 5
E. Penegasan Istilah .................................................................... 6
F. Metode Penelitian ................................................................... 8
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 12
H. Sistematika Penulisan ............................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka........................................................................ 15
B. Kerangka Teoretik .................................................................. 17
1. Mujahadah ....................................................................... 17
xii
2. Ukhuwah Islamiyah ........................................................ 24
3. Pondok Pesantren ............................................................ 27
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren ..................................... 37
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Mahirul Hikam
Assalafi ............................................................................ 37
2. Profil Pondok Pesantren .................................................. 40
3. Tujuan ............................................................................. 40
4. Visi dan Misi ................................................................... 40
5. Ciri Khas yang Menonjol ................................................ 41
6. Pengelolaan Pesantren ..................................................... 41
7. Daftar Asatidz dan Pengurus Pondok Pesantren
Mahirul Hikam Assalafi Periode 2015/2016................... 42
8. Tata Tertib Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi . 44
9. Unit-unit Pendidikan ...................................................... 47
a. Non Formal………………………………………. .. 47
b. Formal……………………………………………… 48
c. Majlis Ta‟lim………………………………………. 48
d. Bimbingan Manasik Haji………………………… .. 49
B. Peranan Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan
Ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam
Assalafi ................................................................................... 50
1. Sejarah Berdirinya Mujahadah Keliling .......................... 50
xiii
2. Tujuan Mujahadah Keliling ............................................. 52
3. Tata Cara Pelaksanaan Mujahadah Keliling .................... 54
4. Wilayah yang Menjadi Sasaran Mujahadah Keliling....... 55
5. Karakter Jamaah yang Mengikuti Mujahadah Keliling.... 55
6. Jadwal Mujahadah Keliling Pondok Pesantren Mahirul
Hikam Assalafi…………………………………………. 56
7. Biografi Ringkas K.H. M. Thoha M.Pd. …….................. 57
8. Hadrah Sabdo Wali……………………………………... 59
9. Pesan dan Kesan Jamaah Mujahadah Keliling…………. 61
BAB IV ANALISIS DATA
A. Tata Cara Mujahadah yang Dilakukan untuk Meningkatkan
Ukhuwah Islamiyah................................................................ 65
1. Ritual Mujahadah .............................................................. 66
2. Model Mujahadah Keliling didanding Mujahadah yang
lain ..................................................................................... 67
3. Pembiasaan Jamaah Hafalan Asmaul Husna ..................... 67
4. Pembiasaan Shalat Sunah .................................................. 68
5. Penanaman Nilai Demokratis……………………………. 68
B. Peran Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan Ukhuwah
Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi ......... 70
1. Inovasi Mujahadah Sebagai Metode Dakwah .................. 74
2. Karisma Kepribadian Kyai……………………………... 75
xiv
3. Hadrah Sebagai Komplemen Dakwah (Musikalisasi
Dakwah)………………………………………………… 78
4. Spiritualitas Mujahadah: ObatHati…………………… ... 81
5. Pendidikan Keruhanian…………………………………. 83
6. Pengembangan Nilai-Nilai Ukhuwah…………………... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................. 87
B. Saran-Saran ............................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Asatidz dan Pengurus .......................................................... 40
Tabel 3. 2 Kegiatan Pondok ...................................................................... 44
Tabel 3.3 Jadwal Mujahadah..................................................................... 54
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 6 SKK
Lampiran 7 Dokumentasi
Lampiran 8 Pedoman Wawancara
Lampiran 9 Transkip Narasi Wawancara
Lampiran 10 Jadwal Mujahadah Keliling
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh berperang
melawan musuh yang ada pada jiwa, dengan cara bersungguh-sungguh
maka akan membantu mengurangi dan menundukkan hawa nafsu
kemudian diarahkan pada kesadaran menuju Tuhan dan Rasul-Nya.
Mujahadah keliling merupakan salah satu kegiatan baru yang di bentuk
dan dilaksankan oleh Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi.
Mujahadah ini juga melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mujahadah keliling ini juga
memiliki peran yang sangat penting bagi terbentuknya masyarakat yang
bersatu padu dalam mensyi‟arkan agama Islam.
Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) adalah salah satu hal
yang paling ideal, paling menarik, paling indah, dan paling bermanfaat
dalam Islam. Ketentuan-ketentuanya dapat kita baca dari Al-Qur‟an dan
Hadis (As-Sunah). Islam menghendaki terbinanya persaudaraan seperti ini
di kalangan umat Islam. Ayat-ayat dan hadis-hadis mengenai ini hal ini
banyak sekali, misalnya ayat innamal mu’minuna ikhwah, dan hadis tidak
sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri.
Secara garis besar, dapat kita katakan bahwa ukhuwah Islamiyah
2
ialah persaudaraan Islam yang dibina, diciptakan, diwujudkan, diikat, dan
dijiwai oleh kaidah/iman. Dari persaudaraan itulah timbul iman dan,
sebaliknya, karena iman/akidah tumbuhlah persaudaraan (Harun,
2012:217).
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan agama Islam tertua di
Indonesia yang tumbuh bersamaan dengan masa penyiaran agama Islam.
Hingga saat ini, pondok pesantren yang pada umumnya didirikan oleh para
kyai dengan kemandirian dan keikhlasan masih tetap eksis dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat, dan keberhasilannya diakui
oleh banyak pihak.
Sejarah perkembangan pondok pesantren menunjukkan bahwa
lembaga ini tetap konsisten menunaikan fungsi utamanya, yaitu
menyiapkan tenaga-tenaga yang menguasai ilmu-ilmu keislaman tafaqquh
fi al din, sebagai kader ulama, mubaligh atau guru-guru agama yang
sangat dibutuhkan masyarakat. Di samping itu, pondok pesantren juga
telah berfungsi sebagai lembaga pengembangan masyarakat. Oleh karena
itu, pondok pesantren merupakan aset nasional yang berharga dan
mempunyai peran besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Karakteristik lembaga pendidikan pondok pesantren pada umumnya
tergambar pada ciri khas yang biasanya dimiliki oleh pondok pesantren,
yaitu adanya pengasuh pondok pesantren/kyai/ustadz/ yang mengajar
dengan pengajiannya, masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan tempat
belajar, santri yang belajar, serta asrama sebagai tempat tinggal.
3
Pesantren merupakan produk sejarah yang telah berdialog dengan
zamannya masing-masing yang memiliki karakteristik berlainan baik
menyangkut sosio-politik, sosio-kultural, sosio-ekonomi maupun sosio-
religius. Antara pesantren dan masyarakat sekitar, khususnya masyarakat
desa, telah terjalin interaksi yang harmonis, bahkan keterlibatan mereka
cukup besar dalam mendirikan pesantren. Sebaliknya kontribusi yang
relatif besar sering kali dihadiahkan pesantren untuk pembangunan
masyarakat desa (Qomar, 2002:15).
Pondok pesantren diklasifikasikan menjadi beberapa macam di
antaranya :
Pertama, pondok pesantren salaf, pondok pesantren ini memiliki
beberapa karakteristik di antaranya pengajian hanya terbatas pada kitab
kuning (salaf), intensifikasi musyawarah atau bahtsul masa’il, berlakunya
sistem diniyah (klasikal), pakaian tempat dan lingkungannya
mencerminkan masa lalu, seperti ke mana-mana selalu memakai sarung,
songkok, dan banyak yang masak sendiri, kultur dan paradigma
berpikirnya didominasi oleh term-term klasik, seperti tawadhu yang
berlebihan, puasa dawud (puasa sehari buka sehari), zuhud, qona’ah,
barakah, kuwalat dan biasanya akhirat oriented (Mulkhan, 2003:8).
Menurut kesepakatan bersama antara Menteri Pendidikan Nasional
RI dan Menteri Agama RI, Pondok Pesantren Salafiyah adalah salah satu
tipe pondok pesantren yang tidak menyelenggarakan jalur pendidikan
sekolah (formal), namun kegiatan pendidikan dan pembelajaran
4
menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren.
Kedua, pondok pesantren modern. karakteristik pesantren model ini
adalah penekanan pada penggunaan bahasa asing (Arab dan Inggris), tidak
ada pengajian kitab-kitab kuning (salaf), kurikulumnya mengadopsi
kurikulum modern, lenturnya term-term tawadhu, kuwalat, barakah dan
sejenisnya, dan penekanan pada rasionalitas, orientasi masa depan,
persaingan hidup dan penguasaan teknologi (Mulkhan, 2003:9).
Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi merupakan salah satu
pondok pesantren salaf yang di dalamnya terdapat pengajaran tentang
kitab kuning, diniyah dan kulturnya bersifat klasik. Pondok Pesantren
Mahirul Hikam Assalafi ini juga memiliki beberapa kegiatan di dalamnya
salah satunya adalah mujahadah keliling. Mujahadah keliling ini
dilaksanakan di berbagai daerah meliputi SEMBOGA (Semarang,
Boyolali, Salatiga), kegiatan ini bersifat mingguan dan bulanan,
tergantung permintaan dari daerah masing-masing. Kegiatan ini juga
merupakan kegiatan unggulan dan terobosan baru Pondok Pesantren
Mahirul Hikam Assalafi yang belum ada di semua pondok pesantren yang
ada di daerah Salatiga dan sekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Peran Mujahadah Keliling dalam
Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul
Hikam Assalafi, Payudan, Kenteng, Kec. Susukan, Kab. Semarang
Tahun 2016”
5
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimanakah tata cara mujahadah yang dilakukan untuk
meningkatkan ukhuwah Islamiyah?
2. Bagaimanakah peran mujahadah keliling dalam meningkatkan
ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui tata cara mujahadah yang dilakukan dalam meningkatkan
ukhuwah Islamiyah.
2. Mengetahui peran mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah
Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bukan hanya sebagai informasi yang diberikan
kepada para pembacanya, akan tetapi diharapkan agar dapat memberikan
manfaat secara teoretis maupun praktis, yaitu:
1. Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan tentang mujahadah keliling serta peningkatan ukhuwah
Islamiyah.
6
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Secara praktis keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi acuan pada pembelajaran dan dapat memberi wawasan
mengenai tata cara mujahadah.
b. Bagi Masyarakat
1) Sebagai bekal masyarakat dalam upaya mendekatkan diri
kepada Allah SWT
2) Meningkatkan spiritual masyarakat dalam aktivitas mujahadah.
3) Meningkatkan tali silaturahim antar masyarakat.
E. Penegasan Istilah
1. Peran
Dalam Kamus Besar Indonesia, peran berarti tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa (Depdiknas,
2001:854). Dari pengertian diatas yang dimaksud “peran” dalam
penelitian ini adalah identik dengan andil, partisipasi, tugas dan
kontribusi yang dilakukan Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi.
2. Mujahadah Keliling
Menurut pengertian peneliti mujahadah adalah daya cara
mengingat, menyebut dan mengagungkan Allah SWT dengan
mengulang-ulang satu nama-Nya. Untuk mendekatkan diri kepada
Allah, usaha untuk mengingat Allah, meminta pertolongan dan
perlindungan Allah sehingga nantinya manusia itu tidak takabur dan
7
tamak dengan kemampuan yang dimiliki. Mujahadah keliling
merupakan mujahadah yang dilakukan secara bergantian dari tempat
satu ke tempat yang lainnya.
Indikator mujahadah keliling:
a. Shalat sunah
b. Membaca dzikir asmaul husna
c. Tahlil
d. Membaca shalawat
e. Pengajian
f. Tanya jawab seputar agama
g. Dilakukan secara berjamaah dan keliling
3. Ukhuwah Islamiyah
Secara bahasa ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan Islam
adapun secara istilah ukhuwah kekuatan iman dan spiritual yang
dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa
yang menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan
dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah. Dengan
berukhuwah akan timbul sikap saling menolong, saling pengertian dan
tidak mendzalimi harta maupun kehormatan orang lain yang semua itu
muncul karena Allah semata
(http://ummahatshaalauha.blogspot.com/2012/07/definisi-ukhuwah-
islamiyah-dan-dasar.html, diakses pada 08 September 2015).
8
4. Pondok Pesantren
Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya
ruang tidur, asrama wisma sederhana, karena pondok memang sebagai
tempat penampungan sederhana dari para pelajar atau santri yang jauh
dari tempat asalnya (Dhofir, 1982:18).
Definisi atau pengertian pesantren dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai “asrama tempat santri atau murid (santri)
belajar mengaji”. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam di mana para santri bisa tinggal di pondok (asrama)
dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum
bertujuan untuk menguasai berbagai bidang dan cabang ilmu agama
Islam secara detail serta mengamalkan sebagai pedoman hidup
keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan
bermasyarakat (Fenomena 2005:72. http://Pengertian Pesantren
Serambi Pesantren.html diakses tanggal 08 September 2015).
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Sujana & Ibrahim, 1984:64)
sehingga penelitian ini mempunyai ciri khas yang terletak pada
tujuannya, yakni mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan seluruh kegiatan, pemilihan pendekatan kualitatif
9
deskriptif ini karena pada penelitian ini berusaha meneliti status
kelompok manusia, suatu obyek, suatu sistem pemikiran, atau suatu
peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Pada umumnya penelitian kualitatif deskriptif merupakan
penelitian non-hipotesis/non-statistik, sehingga dalam langkah
penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Penelitian ini
mempunyai ciri khas yang terletak pada tujuannya, yakni
mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan seluruh
kegiatan objek penelitian. Adapun yang dimaksud kegiatan disini
adalah peran mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah
Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi.
Adapun proses pelaksanaan penelitian kualitatif deskriptif adalah
sebagai berikut :
a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan
gejala yang ada.
b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktik-
praktik yang ada.
c. Membuat perbandingan atau evaluasi dan
d. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
10
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang peran
mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah Pondok
Pesantren Mahirul Hikam Assalafi. Tempat penelitian ini adalah di
wilayah Semarang, Boyolali, dan Salatiga. Waktu penenlitian
dilaksanakan mulai dari tanggal 16 Februari sampai 1 Maret 2016.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang
melakukan penelitian atau yang bersangkutan karena memerlukannya.
Data primer ini disebut juga data asli atau data baru. Artinya, data yang
diperoleh memang asli dari lapangan dan baru, bukan data yang sudah
usang/lama atau yang telah diolah. Sedangkan data sekunder adalah
data yang diperoleh atau dikumpulkan orang yang melakukan
penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002:82).
Sumber data primer, peneliti secara khusus memperoleh dari
kajian langsung ke objek penelitian berupa hasil data observasi,
dokumentasi, dan interview. Sedangkan sebagai data sekunder adalah
data atau informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain selain data
primer. Di antaranya buku-buku literatur yang berhubungan dengan
internet, dokumen pribadi, dan dokumen yang terkait dengan
penelitian ini.
11
Yang menjadi sumber data primer adalah Kyai/pimpinan
mujahadah beliau K.H. M. Thoha M.Pd. serta beberapa jamaah
mujahadah keliling yaitu: Reza Irawan, Khoirul Anwar, Roisul Imam,
Sholikin, Nur Kholis, Sugeng, Darti, Turmudzi, dan Syamroh.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang cukup dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi
Teknik observasi adalah pengamatan data dengan mencatat
secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi,
1983:136). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan tata cara pelaksanaan mujahadah keliling serta
jamaah yang mengikuti mujahadah keliling.
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah pencarian data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, struktur organisasi, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan lain
sebagainya (Arikunto, 2006:206). Metode dokumentasi ini
digunakan untuk memperoleh data tentang tata cara yang dilakukan
dalam pelaksanaan mujahadah yaitu berupa foto-foto kegiatan
mujahadah keliling dan jadwal mujahadah.
12
c. Interview
Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab
secara lisan pula atau secara sederhana interview diartikan sebagai
alat pengumpul data dengan mempergunakan tanya jawab antara
pencari informasi dan pelaksana mujahadah (Nawawi, 2002:111).
Interview atau wawancara dalam penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh informasi tentang :
1) Tata cara mujahadah yang dilakukan untuk meningkatkan
ukhuwah Islamiyah.
2) Peran mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah
Islamiyah.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dapat diartikan sebagai proses yang menghubung-
hubungkan, memisah-misahkan dan mengelompokkan data yang ada
sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar. Analisis data yang
digunakan adalah analisis non-statistik, yaitu menggunakan analisis
deskriptif analitif, analisis yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka
melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data pada penelitian
kualitatif deskriptif menurut Milles dan Huberman antara lain:
13
1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksikan, dan mengubah data kasar ke dalam
catatan lapangan.
2. Display atau sajian data
Sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu
organisasi-organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan
dan/atau tindakan yang diusulkan.
3. Verifikasi dan/atau penyimpulan data
Verifikasi data merupakan penjelasan tentang mujahadah keliling
dan ukhuwah Islamiyah. Mujahadah keliling memiliki peran dalam
peningkatan ukhuwah Islamiyah karena dengan adanya mujahadah
keliling jamaah akan merasakan kebersamaan dan tumbuh rasa
solidaritas antar sesama serta ukhuwah akan tertanam pada jamaah
yang mengikutinya (Sugiyono, 2011:247).
H. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi ke dalam beberapa
bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang, fokus penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian, teknik analisis data dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori yang meliputi pembahasan teori-teori tentang
14
mujahadah, ukhuwah Islamiyah, dan pondok pesatren.
BAB III Hasil penelitian yang berisi tentang laporan objek penelitian
Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi dan data interview pada
masyarakat wilayah SEMBOGA (Semarang, Boyolali, Salatiga).
BAB IV Berisi tentang analisis data tentang peran mujahadah
keliling dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren
Mahirul Hikam Assalafi.
BAB V Merupakan bab terakhir dari penulisan penelitian ini berisi
kesimpulan, saran dan penutup.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TELAAH PUSTAKA
Penelitian mengenai mujahadah pernah diteliti oleh Kasiono
(2010) yang berjudul “Tradisi Mujahadah Kaum Santri Pondok Pesantren
Luqmaniyyah Yogyakarta” menyimpulkan bahwa sebagai pembentukan
ruhani santri, dalam Islam pendidikan spiritual dengan pendidikan ruhani
adalah menjaga hubungan baik dengan Tuhan, dengan mengutamakan:
1) Distance (Mengambil jarak antara diri dengan nafsu-nafsu yang
berusaha memperhamba jiwanya, serta mengambil jarak dengan ikatan
dunia), 2) Konsentrasi (memfokuskan pada yang dituju), 3) Iluminasi atau
Kasyaf (tersingkap tabir), 4) Insan Kamil (manusia yang sempurna), 5)
Tawassul dengan hamba pilihan Allah SWT (perantara dalam memohon
kepada Allah melalui keutamaan dari hamba-hamba Allah dengan
kedudukan Rasul, ilmu yang dimiliki atau karena kenabiannya.
Dalam mencapai pendidikan spiritual (ruhani) maka perlu cara agar
mencapai ruhani yang kuat dan jiwa yang sehat dalam menjalankan
spiritual perlu dengan menjalankan rangkaian metode, seperti dzikir, diam,
sabar, ikhlas, istiqamah, do‟a, syukur, tawakal. Sedangkan cara tersebut
sudah menjadi konsep dalam tradisi mujahadah, karena dalam tradisi
mujahadah terdapat dzikir, shalawat dan do‟a sebagai metode ruhani yang
diajarkan di Pondok Pesantren Luqmaniyyah. Dalam tradisi mujahadah
16
terdapat nilai yang terkandung di dalamnya sehingga santri terbantu ketika
belajar (ngaji) di Pondok Pesantren Luqmaniyyah.
Nilai wasilah atau bertawassul (perantara dalam memohon kepada
Allah SWT untuk mencapai tujuan), nilai Ilahiyah (semua manusia yang
ada di atas dunia butuh kepada-Nya dan kepada-Nya manusia-manusia itu
meminta pertolongan), nilai Istigfar (manusia terkadang salah dan lupa),
nilai Tawakkul (berserah diri dan berusaha kepada Allah), nilai Mahabbah
(menyadari akan kemuliaan-Nya (Jalal), kesempurnaan-Nya (Kamal),
keindahan-Nya (Jamal) dan kasih sayang-Nya, kemurahan-Nya serta sifat-
sifat lain yang menggiring-Nya maka menjelmalah cinta kepada-Nya
melalui pendekatan diri kepada Allah dalam tradisi mujahadah).
Penelitian lain yang berjudul “Strategi Dakwah Muslimat NU,
Fatimiyah dan Aisyiyah dalam Mengembangkan Ukhuwah Islamiyah di
Desa Bangsri Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara” oleh Isnaini (2012)
menyimpulkan bahwa taktik atau strategi dakwah yang dilaksanakan oleh
ketiga organisasi wanita Islam di Desa Bangsri memiliki kesamaan antara
satu dengan yang lainnya, yakni dengan menggunakan strategi dakwah
internal dan eksternal. Meskipun terdapat dua lingkup strategi, namun
pada dasarnya relevansi strategi dakwah organisasi wanita Islam di Desa
Bangsri, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara dalam upaya
pengembangan ukhuwah Islamiyah internal umat Islam tidak dapat
dilepaskan dari strategi yang berorientasi pada pembangunan pemahaman
yang terpadu sehingga menciptakan perasaan se-Islam dan berakhir
17
dengan perilaku (psikomotorik) ukhuwah Islamiyah dalam perbedaan
sudut pandang mengenai Islam yang positif. Keberhasilan tersebut tidak
lepas dari keteladanan da‟i yang menjadi kunci efektivitas komunikasi
dakwah sehingga dapat mewujudkan tujuan esensi dakwah dengan
terciptanya feedback berupa perilaku ukhuwah Islamiyah dalam perbedaan
di lingkungan organisasi keIslaman wanita di Desa Bangsri, Kecamatan
Bangsri, Kabupaten Jepara.
Penelitian yang berjudul “Respon kegiatan Khitabah di Pondok
Pesantren An-Nur dalam Peningkatan Ukhuwah Islamiyah pada Kalangan
Masyarakat Desa Ambulu Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon)” oleh
Hidayat (2012) menyimpulakn bahwa adanya kegiatan pengajian rutin
dengan menggunakan metode khitabah atau ceramah di pondok pesantren
ternyata dapat membawa pengaruh besar terhadap kehidupan
bermasyarakat. Respon masyarakat terhadap kegiatan khitabah dalam
peningkatan ukhuwah Islamiyah di Pondok Pesantren An-Nur mempunyai
nilai yang positif bagi jamaah dalam efektivitas kegitan keagamaan, baik
materi maupun penggunaan metode ceramah.
B. KERANGKA TEORETIK
1. Mujahadah
Landasan dan sekaligus indikator kualitas kesungguhan ini
dirumuskan dalam terma Ju-H-Dun: mujahadah, ijtihad dan jihad.
Kualitas ruhani diukur dengan kesanggupannya melakukan mujahadah
kepada Allah, kualitas intelek (akal) diukur dengan kesanggupannya
18
melakukan ijtihad, dalam merespon dan menjawab problem kehidupan
masyarakat, dan kualitas diukur dengan kemampuannya melaksanakan
jihad fi sabilillah, memimpin gerakan dalam membela kelompok
masyarakat yang lemah dan tertindas (Fadhullah. 2007: 107).
a. Pengertian Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh berperang
melawan musuh yang ada pada jiwa, dengan cara bersungguh-
sungguh untuk mengurangi dan menundukkan hawa nafsu
kemudian diarahkan pada kesadaran kepada Tuhan dan Rasul-Nya.
Ada juga perang terus-menerus yang disebut perang suci (al-jihad
al-akbar).
b. Dasar-Dasar Mujahadah
1) Firman Allah Qs. Al-Maidah ayat 35.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya,
dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan.”
2) Firman Allah Qs. Al-Ankabut ayat 69
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.”
19
3) Firman Allah Qs. Al-Hajj ayat 78
Artinya: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad
yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia
sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan.(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah)
telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu,
dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu
menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi
saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia
adalah pelindungmu, Maka Dialah sebaik-baik pelindung dan
sebaik- baik penolong.”
4) Hujjatul-Islam Imam Ghozali dalam Ihya‟nya menyebutkan:
المجا هدة مفتا ح الهداية لمفتاح لها سىاها . ) احياء علىم الدين , الجزء األول :
93 )
Mujahadah adalah kunci (pintu) hidayah, tidak ada kunci
hidayah selain mujahadah (Imam Ghozali juz I tt: 39).
c. Tujuan Mujahadah
1) Menjernihkan hati dan ma’rifat billah (sadar kepada Allah).
2) Memperoleh hidayah taufiq Allah SWT dan Syafaat Rasulullah
SAW.
3) Mendidik menjadi orang yang sholih dan sholihah yang
senantiasa mendoakan orang tuanya.
20
4) Keamanan, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan dan
keberkahan hidup.
d. Adab-Adab Mujahadah
1) Niat karena Allah.
2) Ingat atau menghadap kepada Allah SWT.
3) Merasa benar-benar berada di hadapan Allah SWT.
4) Disertai ta’dzim dan mahabbah kepada Rasulullah SAW.
5) Disertai dengan rasa rendah dan hina, merasa sangat
membutuhkan, merasa dzalim dan berlarut-larut penuh dengan
dosa di hadapan Allah SWT.
6) Berkeyakinan bahwa mujahadah atau doanya diijabahi oleh
Allah SWT.
7) Merasa benar-benar makmum atau mengikuti kepada kyai.
8) Adab lahir sesuai disesuaikan dengan adab batin dan
dianjurkan tidak dalam keadaan berhadats (Arispurniawan,
2011: 11).
e. Manfaat Mujahadah
1) Menimbulkan kesadaran jiwa bahwa Allah Maha Mengatur apa
yang telah ditetapkan adalah baik.
2) Membina kepribadian dan akhlak mulia sehingga hati manusia
tidak menyimpang dari amal yang jelek.
21
3) Memperteguh keimanan dan membina jati diri muslim,
sehingga seorang muslim tidak goyah akan gangguan iman dan
godaan apapun.
4) Membentuk hamba yang bertanggung jawab dan kepribadian
yang sangat baik, karena dari diri sendirilah manusia dapat
bertanggung jawab atas semua amal yang diperbuatnya.
5) Mewujudkan persaudaraan, menjaga persatuan dan kesatuan
serta menebarkan sifat rahmat bagi sesama manusia
(Arispurniawan, 2011: 11).
f. Hakikat Mujahadah
Mujahadah dengan membersihkan hati, mampu meretas
keterkaitan dari segala sesuatu selain Allah dengan cara
mengosongkan hati dari kecintaan pada dunia, serta
menghilangkan segala fikiran buruk dan tidak baik. Cahaya yang
redup menjadi lampu yang terang, jika tidak demikian menurut
Jalaluddin Rumi, hati tidak lain dan tidak bukan hanyalah sekedar
“sebuah botol berisi air seni” (Valiudin, 1997: 89).
Hati orang lalai kepada Allah hanyalah “sekedar tembok atau
dinding dari sebuah ruangan dan hati seorang yang mengingat
Allah adalah objek pencerahan Ilahi (Valiudin, 1997: 30). Itulah
sebabnya para sufi terkemuka memandang dzikir atau mengingat
Allah sangat penting untuk membersihkan hati.
22
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat
(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah
kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 152).
g. Macam-Macam Mujahadah
1) Mujahadah Yaumiyah adalah mujahadah yang dilakukan secara
berjamaah dan dilaksanakan setiap hari.
2) Mujahadah Usbu’iyyah adalah mujahadah yang dilakukan
secara berjamaah dan dilaksanakan seminggu sekali.
3) Mujahadah Syahriyyah adalah mujahadah yang dilakukan
secara berjamaah dan dilaksanakan sebulan sekali.
4) Mujahadah Ru’busannah adalah mujahadah yang dilakukan
secara berjamaah dan dilaksanakan tiga bulan sekali.
5) Mujahadah Nishfusanah adalah mujahadah yang dilakukan
secara berjamaah dan dilaksanakan setengah tahun sekali.
6) Mujahadah Kubro adalah mujahadah besar-besaran yang
dilakukan pada bulan muharam dan bulan rajab dalam
lingkungan.
7) Mujahadah Khusus adalah mujahadah yang dilakukan secara
khusus misalnya niat sebelum melaksanakan pekerjaan yang
baik.
8) Mujahadah Non-Stop adalah mujahadah yang dilaksanakan
secara terus-menerus dalam waktu mujahadah yang sudah
ditentukan (Wahidiyah, 2012:12).
23
h. Tata Cara Pelaksanaan Mujahadah
Adapun urutan tata cara pelaksanaan mujahadah adalah sebagai
berikut :
1) Shalat sunah taubat 2 rakaat
2) Shalat sunah tasbih 4 rakaat (tiap 2 rakaat 1 salam)
3) Shalat sunah hajat 2 rakaat
4) Dilanjutkan dengan membaca amalan dzikir-dzikir sebagai
berikut :
a) Al-fatikhah 21X
b) Istighfar 100X
c) Membaca hauqillah 100X
d) Membaca shalawat 100X
e) Yaa Allah yaa Qodim 100X
f) Yaa sami‟ yaa basyir 100X
g) Yaa khafid yaa nasir yaa wakil yaa Allah 100X
h) Yaa khayu yaa qoyum yaa dzal jalali wal ikram 100X
i) Yaa ghoniyu yaa khamid 100X
j) Yaa mubdi‟u yaa kholiq 100X
k) Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minatdzolimin
100X
l) Yaa latif 129X
m) Sholallahu „ala Muhammad 200X
n) Laa ilaha illallahu 100X
24
o) Dan do‟a
(http://www.scribd.com/doc/71229603/Urutan/Tata/Cara/P
elaksanaan/Mujahadah, diakses pada 16 Agustus 2016).
2. Ukhuwah Islamiyah
a. Pengertian Ukhuwah Isalmiyah
Ukhuwah berarti persaudaraan, yaitu adanya perasaan
simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing
pihak memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik suka
maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan ini
menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak
lain mengalami kesulitan, dan sikap saling membagi kesenangan
kepada pihak lain yang mengalami kesulitan, dan sikap saling
membagi kesenangan kepada pihak lain bila salah satu pihak
menemukan kesalahan.
Ukhuwah Islamiyah yaitu persaudaraan yang berlaku antar
sesama umat Islam atau persaudaraan yang diikat oleh
akidah/keimanan, tanpa membedakan golongan. Sesama akidahnya
sama (laa ilaaha ilallah) maka itu adalah saudara kita dan harus
kita jalin dengan sebaik-baiknya. Permusuhan yang terjadi akan
akan mengancam ukhuwah Islamiyah yang pada akhirnya dapat
melumpuhkan kerukunan dan keutuhan bangsa (Wahyuddin,dkk,
2009 : 91-92).
25
Nikmat Allah berupa persaudaraan karena Iman hanya akan
diberikan manakala kaum muslimin berpegang teguh pada Al-
Qur‟an. Tanpa Iman dan Islam yang benar (disertai pelaksanaan
ajaran-Nya dalam aktivitas keseharian) tidak mungkin ukhuwah
akan terwujud secara solid. Tanpa kedudukan hati pada al-Islam
atau pada ajaran Allah dengan istiqamah, konsisten dan
mujahadah, tidak mungkin Dia akan menganugerahkan nikmat
ukhuwah.
Ukhuwah Islamiyah sesungguhnya bagian yang tidak
terpisahkan dari Iman dan Taqwa. Taqwa tidak akan sempurna
tanpa ukhuwah dan ukhuwah pun tidak akan bermakna tanpa
dilandasi ketaqwaan. Manakala ukhuwah lepas dari kendali Iman
dan Taqwa, maka yang menjadi perekatnya adalah kepentingan
pribadi, kelompok, kesukuan, maupun hal-hal yang bersifat
material yang sesunggunya bersifat semu dan sementara
(Hafidhuddin, 2003: 152-153).
b. Dasar-Dasar Ukhuwah Islamiyah
1) Qs. Al-Hujuraat ayat 10
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.
sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.”
26
2) QS. Ali Imran ayat 103.
Artinya: ”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,
dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.”
c. Tahapan Ukhuwah Islamiyah
Terdapat empat pilar penyangga ukhuwah yang dikenal dalam
Islam, antaran lain:
1) Ta’aruf yaitu mengetahui, mengetahui disini dimaksudkan
bukan hanya tahu nama, namun juga mengetahui data-data
mengenai saudaranya (biodata) , ta’aruf juga sebagai tahap
awal ukhuwah.
2) Tafahum yaitu memahami (terolah emosional dan spiritual)
termasuk gejala emosi dan spiritual. Tafahum akan terbangun
jika sudah berinteraksi intens.
27
3) Ta’awun yaitu menutupi kekurangan, saling tolong menolong,
saling memotivasi, singkatnya pada tahap ini akan rela
menolong saudaranya jika ia dalam kesulitan, akan
membantunya keluar dalam kesulitan dan ikut senang jika ia
telah lepas dari persoalannya.
4) Takhaful yaitu menolong dengan sepenuh hati, saling
berkorban. Pada tahap ini seorang akan memberi kepercayaan
kepada saudaranya sesuatu yang tidak diberikan kepada
sembarang orang, entah itu secret story, amanah, titipan
barang, dll.
Setidaknya tahapan pilar tersebut yang menjadi dasar saat akan
menjalin ukhuwah Islamiyah yang kuat, ukhuwahlah yang
menjadikan perbedaan diantara kita menjadi indah
(http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--
ayuisnaini-6701-1-081211048.pdf, diakses pada 18 Agustus 2016).
3. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok yaitu tempat singgah besar yang disediakan untuk
menginap, pondok juga bermakna rumah sementara waktu.
Pesantren berasal dari kata santri, yaitu seorang yang belajar agama
Islam, dengan demikian pesantren memiliki arti tempat orang
berkumpul untuk mempelajari agama Islam (Umiarso & Zazin,
2011: 14). Imam Zarkasyi, mengartikan pesantren sebagai lembaga
28
pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, dimana kyai
sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang
menjiwainya dan pengajaran agama Islam dibawah bimbingan kyai
yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya. Secara singkat
pesantren juga bisa dikatakan sebagai laboratorium kehidupan,
tempat para santri belajar hidup dan bermasyarakat dalam berbagai
segi dan aspeknya.
Dalam penyebutan sehari-hari, istilah pesantren biasanya
dikaitkan dengan kata pondok, sehingga penyebutan pesantren
akan lebih pas dengan menyandingkan istilah pondok pesantren.
Secara bahasa, kata pesantren berasal dari kata santri dengan
awalan “pe” dan akhiran “an” (pesantrian) yang berarti tempat
tinggal para santri. Sedangkan kata santri sendiri berasal berasal
dari kata “sastri”, sebuah kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa
sansekerta yang artinya melek huruf. Dalam hal ini menurut
Nurcholis Majid agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas
literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui
kitab-kitab bertulisan dan berbahas Arab. Ada juga yang
mengatakan bahwa kata santri berasal dari Jawa, dari kata
“cantrik”, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seseorang
guru kemana guru itu pergi menetap. Sedangkan menurut
Bustaman Ahmad, istilah “pesantren” diambil dari kata “santri”
mendapat penambahan “pe” dan “an” di akhir, yang dalam bahasa
29
Indonesia yang berarti tempat tinggal santri, tempat di mana para
pelajar mengikuti pelajaran agama. Sedangkan istilah “santri”
diambil dari kata shastri (castri= India), dalam bahasa sansekerta
bermakna orang yang mengetahui kitab suci Hindu. Kata Shastri
(castri = India) berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku
suci, buku-buku agama atau buku tentang ilmu pengetahuan
(Umiarso & Zazin, 2011: 17-18)
b. Fungsi dan Tujuan Pesantren
Fungsi utama pesantren sesungguhnya sangat sederhana yaitu
mensinergikan pelaku pendidikan yakni tenaga pendidik dan santri,
dengan materi yang menjadi objek kajian dalam suatu lingkungan
tersendiri (Umiarso & Zazin, 2011:43). Disatu sisi pesantren
sebagai lembaga sosial, pesantren berfungsi untuk menampung
generasi penerus (putra-putri) dari segala lapisan masyarakat
muslim. Sedangkan sebagai lembaga penyiaran agama Islam, maka
masjid pesantren digunakan sebagai tempat belajar agama dan
ibadah bagi para jamaah. Masjid pesantren juga berfungsi sebagai
majlis taklim dan diskusi keagamaan. Dan pada prosesnya
pesantren berfungsi antara lain sebagai:
1) Pusat Kajian Islam
Sebagai pusat kajian Islam, pondok pesantren hendaknya
terbuka terhadap fenomena yang ada. Pondok pesantren
merupakan benteng umat Islam dalam bidang pendalaman dan
30
pemahaman agama. Ia berfungsi sebagai sumber penjelasan
ajaran agama melalui kajian yang diselenggarakannya.
2) Pusat Pengembangan Dakwah
Tugas pesantren adalah dakwah Islamiyah pun
sesungguhnya merupakan manifestasi dari pemahaman yang
paripurna adalah tafaqquh fi al-din, karena pelaksanaan
dakwah Islamiyah merupakan perintah agama. Sehingga
peranan pondok pesantren terutama dalam hubungan dengan
peranan dan pengembangan masyarakat. Pengaruh pondok
pesantren dapat terjangkaukan kepada masyarakat sekitarnya
dapat meluas (Umiarso & Zazin, 2011:44).
Peranan pondok pesantren sebagai pusat pengembangan
dakwah Islamiyah dapat dikategorikan ke dalam tiga peranan
pokok :
a) Peranan Institusi/Kelembagaan
Pondok pesantren menyelenggarakan kegiatan
pengajian dan pendidikan maka secara kelembagaan
pondok pesantren merupakan institusi yang dapat
menyebarkan pengetahuan yang mereka dapat kepada
orang-orang sekitarnya atau masyarakat di wilayahnya.
b) Peranan Instrumental
Peranan instrumental di sini adalah pondok
pesantren memiliki sarana-sarana yang terjadi media
31
dalam upaya aplikasi tujuannya. Diaplikasikan dalam
bentuk pendidikan dan pengajaran yang memang
diperlukan untuk pencapaian tujuan pondok pesantren.
Pendidikan dan pengajaran mendukung di tunjang oleh
fasilitas masjid, ruang belajar, perpustakaan dan asrama
dan tak kalah pentingnya adalah bahan-bahan belajar
atau materi pembelajaran berupa kitab-kitab klasik
Islam.
c) Peranan Sumber Daya Manusia
Dalam sistem pendidikan pondok pesantren di
upayakan pengembangan keterampilan para santri
dalam rangka mencapai tujuan pondok pesantren,
termasuk dalam hal ini tentunya dakwah Islamiyah.
Mereka oleh kyai dan pengasuh pondok pesantren akan
dijadikan tenaga-tenaga profesional yang handal dalam
bidang agama. Begitu juga dengan para kyai adalah aset
sumber daya manusia podok pesantren yang memiliki
“karisma” merupakan pemberian Ilahi yang harus terus
dipelihara dan ditumbuh kembangan sebagai sumber
daya manusia untuk pengembangan pendidikan
khususnya maupun Bangsa dan Negara umumnya
(Depag RI, 2003: 90).
32
3) Pusat Pelayanan Beragama dan Moral
Pusat kehidupan beragama di Indonesia tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Pondok pesantren
sebagai lembaga keagamaan yang mengajar pada masyarakat,
tentunya memiliki peranan yang cukup besar dalam pelayanan
kehidupan beragama dan sebagai benteng umat dalam bidang
akhlaq sesuai dengan fungsi asli pondok pesantren (Umiarso &
Zazin, 2011:49).
4) Pusat Pengembangan Solidaritas dan Ukhuwah Islamiyah
Pondok pesantren menjadi lebih penting di masyarakat.
Peranan pondok pesantren untuk memantapkan kehidupan
beragama menjadi landasan bagi terciptanya ukhuwah
Islamiyah. Dengan demikian, pondok pesantren telah
memerikan kontribusi tersendiri dalam penyelenggaraan
kegiatan dengan mentransformasikan diri sebagai pusat
pengembangan solidaritas dan ukhuwah Islamiyah (Umiarso &
Zazin, 2011:50).
Sedangkan tujuan pondok pesantren menurut Djamaluddin
adalah sebagai berikut:
a) Tujuan Umum
Membentuk mubaligh-mubaligh Indonesia berjiwa
pancasilais yang bertaqwa, yang mampu, baik ruhaniah
maupun jasmaniah, mengamalkan ajaran agama Islam bagi
33
kepentingan kebahagiaan hidup diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan bangsa serta Negara Indonesia.
b) Tujuan Khusus
(1) Membina suasana hidup keagamaan dalam pondok
pesantren sebaik mungkin sehingga berkesan pada jiwa
anak didiknya (santrinya).
(2) Memberikan pengertian keagamaan melalui pengajaran
ilmu agama Islam.
(3) Mengembangkan sikap beragama melalui praktek-
praktek ibadah.
(4) Mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam pondok
pesantren dan sekitarnya. memberikan pendidikan
keterampilan, civic dan kesejahteraan, olah raga kepada
anak didik.
(5) Mengusahakan terwujudnya segala fasilitas dalam
pondok pesantren yang memungkinkan pencapaian
tujuan umum tersebut (Umiarso & Zazin, 2011: 51).
c. Peranan Pondok Pesantren
Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya
pembinaan anak didik yang dilaksanakan secara seimbang antara
nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan,
kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat secara luas, serta
meningkatkan kesadaran terhadap alam lingkungannya. Kini
34
masyarakat dan bangsa dihadapkan dengan berbagai masalah dan
persoalan yang mendesak. Dengan upaya mengerahkan segala
sumber yang ada dalam bidang pendidikan untuk memecahkan
berbagai masalah tersebut, maka eksistensi pondok pesantren akan
lebih disorot. Pondok pesantren sangat diharapkan memainkan
peranan pemberdayaan dan transformasi masyarakat secara efektif,
diantaranya :
a) Peranan Instrumental dan Fasilitator
Hadirnya pondok pesantren yang tidak hanya sebagai
lembaga pendidikan dan keagamaan, namun juga sebagai
lembaga pemberdayaan umat merupakan petunjuk yang amat
berarti. Bahwa pondok pesantren menjadi sarana bagi
pengembangan potensi dan pemberdayaan umat, seperti halnya
dalam kependidikan atau dakwah Islamiyah, sarana dalam
pengembangan umat ini tentunya memerlukan sarana bagi
pencapaian tujuan. Sehingga pondok pesantren yang
mengembangkan hal yang demikian berarti pondok pesantren
tersebut telah berperan sebagai alat atau instrumen
pengembangan potensi dan pemberdayaan umat.
b) Peranan Mobilisasi
Pondok pesantren merupakan lembaga yang berperan
dalam memobilisasi masyarakat dalam perkembangan mereka.
Peranan seperti ini jarang dimiliki oleh lembaga atau perguruan
35
lainnya, dikarenakan hal ini dibangun atas dasar kepercayaan
masyarakat bahwa pondok pesantren adalah tempat yang tepat
untuk menempa akhlak dan budi pekerti yang baik. Sehingga
bagi masyarakat tertentu, terdapat kecenderungan yang
memberikan kepercayaan pendidikan hanya pondok pesantren.
c) Peranan Sumber Daya Manusia
Dalam sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pondok
pesantren sebagai upaya mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya, pondok pesantren memberikan pelatihan khusus
atau diberikan tugas magang di beberapa tempat yang sesuai
dengan pengembangan yang akan dilakukan di pondok
pesantren. Di sini peranan pondok pesantren sebagai fasilitator
dan instrumental sangat dominan.
d) Sebagai Agent of Development
Pondok pesantren dilahirkan untuk memberikan respon
terhadap situasi dan kondisi sosial sesuatu masyarakat yang
tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral, melalui
transformasi nilai yang ditawarkan. Kehadirannya bisa disebut
sebagai agen perubahan sosial (agent of social change), yang
selalu melakukan pembebasan pada masyarakat dari segala
keburukan moral, penindasan politik, pemiskinan ilmu
pengetahuan, dan bahkan dari pemiskinan ekonomi.
36
e) Sebagai Center of Excellence
Institusi pondok pesantren berkembang sedimikian rupa
akibat persentuhan-persentuhannya dengan kondisi dan situasi
zaman yang selalu berubah. Sebagai upaya untuk menjawab
tantangan zaman ini, pondok pesantren kemudian
mengembangkan peranannya dari sekedar lembaga keagamaan
dan pendidikan, menjadi lembaga pengembangan masyarakat.
Pada tataran ini pondok pesantren telah berfungsi sebagai pusat
keagamaan, pendidikan pengembangan masyarakat (center of
excellence) (Depag RI, 2003: 94).
37
BAB III
LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi
Pada tahun 1985 berdirilah Pondok Pesantren Mahirul Hikam
Assalafi, dimulai 40 orang santri mukim dan sekitar 90 orang santri
yang non mukim, dari tahun ke tahun bertambahlah santri di
lingkungan pondok pesantren ini, kemudian mulai tahun 1987 mulai
diadakan pendidikan Madrasah Diniyah Assalafi, dari tingkat
Madrasah Ibtida‟, Al-Ula, dan Al Wustho. Dari tahun ke tahun
bertambahlah siswa dan santri pada pondok pesantren ini, kemudian
pada tahun 1991 diresmikanlah pondok pesantren ini dengan
diaktanotariskan atau sebagai yayasan dengan nama “Yayasan
Pendidikan dan Kesejahteraan Umat Islam (YPKUI) Assalafi” dengan
Notaris, oleh Nur fari‟ah latif SH, tahun 1991.
Yayasan diketuai langsung oleh pengasuh pondok pesantren
yaitu beliau Bpk. Kyai. H. M. Thoha, M.Pd. setelah pondok pesantren
memiliki badan hukum, menimbang dengan segala perkembangan
santri dan perkembangan zaman. Kemudian yayasan mengikuti
program pemerintah wajib belajar 9 tahun, dewan pengurus yayasan
dan para pemuka pendidikan di lingkungan Kecamatan Susukan
dikumpulkan dan berembuk untuk mendirikan sebuah Sekolah
38
Menengah Pertama (SMP/MTs) yang kemudian menghasilkan satu
keputusan diadakannya sebuah MTs, yang diberi nama MTs Assalafi.
Mulai Juli 1993 berdirilah sebuah MTs di desa ini, dengan
murid pertama sekitar 160 orang (dijadikan 4 kelas), saat itu Kepala
Madrasahnya adalah K. Maftah Bajuri, A.Md., dengan dibantu 22
orang pendidik dari para sarjana di lingkungan Kecamatan Susukan,
Kecamatan Tengaran, dan Kecamatan Suruh, keseluruhan siswa dari
para santri dan warga sekitar. Sekolah masih menginduk pada MTs N
Susukan yang saat itu masih dikepalai oleh Drs. H. Qowaid, 5 tahun
kemudian sekolah diadakan akreditasi sekolah oleh Depag Kab.
Semarang, yang kemudian pada tahun 1996 MTs Assalafi di Kepalai
oleh Bpk. Syamsul Marwan, SE, beliau adalah santri mukim yang
berasal dari Palembang Sumatra Selatan. Sekolah semakin
berkembang didukung oleh fasilitas sederhana dan semangat kerja dari
para Dewan Guru dan Dewan Komite Sekolah, kemudian pada tahun
1999/2000 MTs Assalafi ada pergantian Kepala Sekolah, yang
kemudian terpilih sebagai Kepala Sekolah yaitu Bpk. Jony Mohandis,
S.Ag., saat itu sekolah terlihat semakin berkembang dan dengan
terlihat siswa menjadi semakin banyak.
Melihat perkembangan tersebut yayasan ingin meningkatkan
program pemerintah yaitu dengan mendirikan Sekolah Menengah Atas
(SMA) yaitu pada tahun 2002/2003 berdirilah SMA Assalafi. Dengan
demikian yayasan menyiapkan lembaga pendidikan bagi santri agar
39
mudah untuk melanjutkan sekolah berikutnya juga masyarakat di
lingkungan Kecamatan Susukan. Siswa-siswi MTs Assalafi dengan
mudah untuk melanjutkan sekolahnya.
Kemudian pada tahun 2011 Kyai. H. M. Thoha, M.Pd., Kepala
Madrasah, Kepala Sekolah, Dewan Guru dan para tokoh masyarakat
bersepakat dalam musyawarah untuk mendirikan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) agar santri dan siswa-siswi lulusan dari Assalafi
menjadi manusia yang ber-akhlaqul karimah dan mempunyai keahlian
yang bisa diterapkan dalam dunia kerja. Hasil musyawarah
memutuskan bahwa SMK yang berada di Assalafi bersepakat untuk
bekerjasama dengan SMK Wikrama Bogor, kemudian pada hari Selasa
tanggal 21 Februari 2012, CV IDS yang mengkonsultasi di bidang
pendidikan bagi SMK Wikrama Bogor, sepakat bekerjasama dengan
Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan Umat Islam (YPKUI) Assalafi
untuk menyelenggarakan pendidikan kejuruan dan aspek
pengembangannya di Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang
dengan nama SMK Wikrama 1 Kabupaten Semarang pada tahun
pelajaran 2012/2013. Penandatanganan MOU dilaksanakan di SMK
Wikrama Bogor oleh senior consultant CV IDS Ir. Itasia Dina
Sulvianti, M.Si. dengan Ketua YPKUI Assalafi, K.H Muhamad Thoha,
M.Pd. Pada tanggal 14 Juli 2012 dilaksanakan upacara peresmian
SMK Wikrama 1 Kab. Semarang dan diikuti dengan mulainya akivitas
sekolah pertama pada tanggal 16 Juli 2012 dengan jumlah 38 siswa.
40
2. Profil Pondok Pesantren
a. No Statistik : 042332203031
b. Nama : Mahirul Hikam Assalafi
c. Alamat : Talok RT. 18 RW. 5, Payudan, Ds.
Kenteng, Kec. Susukan, Kab. Semarang
d. Tanggal berdiri : 28 Mei 1986
e. Nama Pengasuh : K.H. M. Thoha, M.Pd.
f. No. Telp : 081914339740
3. Tujuan
Menyebarkan Ilmu dan Agama Islam
4. Visi dan Misi
a. Visi:
1) Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi adalah lembaga
yang akan mengedepankan anak didik lewat pendidikan formal
(MTs, SMA dan SMK) dan non formal (Tafaquh fiddin) agar
menjadi santri yang multi dalam segala bidang serta mampu
menyikapi keadaan zaman dengan mengembangkan rasionalis
dan relegiusitas.
2) Mengentaskan kemiskinan, kebodohan, mengantisipasi
berbagai malapetaka seperti narkoba dan miras dengan tekad
bulat dan berdasarkan kebijakan hukum Agama dan Negara.
41
b. Misi:
1) Mendidik, menanamkan dan mengajarkan anak untuk
berakhlaqul karimah, berwawasan luas, profesional, skill
dalam segala bidang serta beriman dan bertaqwa.
2) Menyambung tongkat estafet ulama‟ salaf dalam
menyebarluaskan kitab kuning di era global yang serba
canggih dan modern.
3) Mempertahankan dan menyiarkan ajaran Ahlusunah Wal
Jamaah serta menghargai pendapat dari berbagai kalangan
sebagai wujud demokrasi nasional.
4) Mencetak santri yang jujur, kreatif, rajin dan tidak suka balas
dendam.
5. Ciri Khas yang Menonjol
Mengajarkan Tahfidhul Qur‟an, kitab kuning, mengelola sekolah
non formal, formal dan majlis ta‟lim.
6. Pengelolaan Pesantren
a. Menggunakan sistem salaf (santri mampu membaca kitab kuning
yang tidak ada harokat dan maknanya).
b. Menggunakan manajemen yang professional sehingga ada
keseimbangan antara khusus ngaji (Ilmu Agama), santri formal
(santri bisa menyelesaikan pendidikan minimal SLTA
sederajatnya) dan non formal (Majlis Ta‟lim).
42
7. Daftar Asatidz dan Pengurus Pondok Pesantren Mahirul Hikam
Assalafi Periode 2015/2016
Tabel 3.1 Daftar Asatidz dan Pengurus
NO. NAMA JABATAN MENGAJAR
1. K.H. M. Thoha, M.Pd. Pengasuh I Ihya‟
Ulumuddin dan
Manhajussawiy
2. Ny. Umi Hani‟ Pengasuh II Tahfidhul
Qur‟an
3. K. Abdurrohman Penasehat
4. K. M. Mujib Keamanan Pusat
5. Ny. Esti Robi‟ah, S.Pd. BP
6. M. Tamami, S.PdI. BP
7. K. Muhsin Kepala Madin Al „Imrithi
8. Syarifah Labibatul U Al- Qur‟an
9. Najib Syaifullah, S.PdI. Alfiyah
10. Abdul Nur Kholis, S.Pd. Qowai‟idul I‟lal
dan Ushul
Fiqiyah
11.
M. Fakri Fatkul Qorib,
dan Ta‟lim
12. Pak Ahmadi Al „Imrithi
13. Mas Thobib Ketua I Mabadi Fiqih
dan Al
Jurumiyah
14. Nasirudin Ketua II Nahwu Shorof
15. Mun‟im Khusnudin Sekretaris I Tajwid
16. Taufiq Riza Sekretaris II Tambihul
Muta‟alim
43
17. Roisul Imam Bendahara I Hadist
18. Reza Irawan Bendahara II TPA
19. M. Shodiq Keamanan I Amtsilatut
Tasrifiyah
20. M. Rohadi Keamanan II Alala dan
Arba‟in Nawawi
21. Khoirul Anwar Sie.
Pembangunan
Mabadi Fiqih
22. Eko Daru Santoso Sie. Olah Raga
23. Riyanto Sie. Peribadatan
I
Tauhid dan
Akhlak
24. Imam Fahrozi Sie. Peribadatan
II
Alala
25. Sholikin Sie. Kebersihan Tauhid
26. Syamsudin Sie. Humas Qiro‟ah
27. M. Nur Kholis Sie. Sarpra Tambihul
Muta‟alim
28. Sugeng Riyadi Pembantu
Umum
Daftar asatidz dan pengurus Pondok Pesantren Mahirul Hikam
Assalafi dari berbagai macam orang yang ahli di bidang Agama,
pendidikan umum dan lain sebagainya. Dari data di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa untuk menunjang keberhasilan dan
pelaksanaan program-program yang ada di pondok pesantren, asatidz
yang ada di dalamnya juga memiliki gelar magister, sarjana, dan
tokoh-tokoh Agama.
44
8. Tata Tertib Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi
a. Mujibat
1) Santri yang datang harus membawa surat keterangan atau
identitas diri.
2) Santri yang datang lebih dari tiga hari harus mendaftarkan diri.
3) Santri yang masuk dan keluar harus izin.
4) Setiap santri wajib mengikuti kegiatan-kegiatan.
5) Setiap santri wajib menjaga ketertiban.
6) Setiap santri wajib menjalankan syari‟at Islam.
7) Setiap santri harus shalat lima waktu berjamaah.
8) Setiap santri harus menjaga nama baik pesantren dimanapun
berada.
9) Santri putri jika hendak pulang harus ada pihak keluarga atau
orang yang dipercaya untuk menjemput dan mengantar, dengan
membawa kartu mahrom.
b. Manhiyyat
1) Dilarang meninggalkan ngaji dan shalat.
2) Dilarang keluar lebih dari jam 19.00 WIB.
3) Dilarang berhubungan dengan wanita/pria yang bukan
mahromnya.
4) Dilarang bertamu yang tidak sesuai selayaknya sebagai santri.
5) Dilarang tidur di kampung tanpa sepengetahuan pengurus.
6) Dilarang bersuara yang bisa menjatuhkan nama baik pesantren.
45
7) Dilarang menggunakan hak milik orang lain tanpa izin
(ghosob).
8) Dilarang duduk di tepi jalan.
9) Dilarang bersuara keras pada waktu qoilullah (pkl 11.00-12.00
WIB).
10) Dilarang menonton TV kecuali hari rukhsoh.
11) Dilarang mandi dengan keadaan aurot terbuka.
12) Dilarang membawa HP.
13) Dilarang memakai pakaian yang pendek apalagi yang ketat.
14) Dilarang masuk ke kamar orang lain tanpa izin.
15) Dilarang membunyikan musik selain hari rukhsoh.
16) Dilarang mencukur rambut yang tidak sepantasnya santri.
17) Dilarang keluar kamar dengan menggunakan celana boxer dan
singlet.
c. Muhimmat
1) Semua santri wajib mentaati tata tertib yang berlaku.
2) Bagi santri yang melanggar akan dikenakan sangsi.
3) Sesuatu yang belum diatur dalam ketentuan ini akan ditentukan
lebih lanjut.
46
d. Program Kegiatan Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi
Tabel 3.2 Kegiatan Pondok
No Waktu Jenis Kegiatan
1. 04.00-04.30 Bangun tidur
2. 04.30-05.00 Jamaah Shalat Subuh
3. 05.00-05.30 Bandongan Al-Qur‟an
4. 05.30-06.00 Sorogan Kitab
5. 06.00-06.30 Shalat Dhuha
6. 06.30-07.00 Persiapan Sekolah MTs, SMA dan SMK
7. 07.00-selesai KBM MTs, SMA dan SMK
8. 11.45-12.30 Jamaah Shalat Dhuhur
9. 12.30-13.30 KBM MTs, SMA dan SMK
10. 13.30-15.00 ISOMA
11. 15.00-15.30 Jamaah Shalat Ashar
12. 15.30-16.00 Persiapan KBM Madin
13. 16.00-17.30 KBM Madin
14. 17.30-18.00 Makan Sore & Persiapan Shalat Magrib
15. 18.00-19.15 Jamaah Shalat Magrib dan Mengaji Al-
Qur‟an
16. 19.15-19.45 Jamaah Shalat Isya‟
17. 19.45-20.00 Persiapan Takror
18. 20.00-22.00 Takror
19. 22.00-Selesai Belajar Sendiri
20. 23.00-04.00 Istirahat
Rangkaian kegiatan di atas merupakan kegiatan yang harus
dilakukan oleh semua santri Pondok Pesantren Mahirul Hikam
Assalafi. Dengan adanya rangkaian kegiatan tersebut maka santri akan
47
bisa membagi waktu dan membiasakan hidup disiplin. Santri juga akan
terbiasa hidup mandiri dalam melakukan segala sesuatu.
9. Unit-Unit Pendidikan
a. Non Formal
1) Madrasah Diniyah (Madin)
2) Tahfidhul Qur‟an
3) Kitab Kuning
4) TPQ Assalafi
b. Formal
1) MTs Assalafi
2) SMA Assalafi
3) SMK Wikrama 1 Kab. Semarang
c. Majlis Ta’lim
1) Jamaah Fida‟ Selasan (Mujahadah dan Fida‟ Kubro dan
Sughro, setiap hari Selasa, jam 14.00 s.d 16.00).
2) Pengajian Ahad Pagi (PAP) (Kajian Kitab Tafsir al-Qur‟an dan
Fiqih setiap hari Ahad, jam 06.30 s.d 08.00).
3) Jamaah Ta‟mir Masjid/Musholla (JTM) SEMBOGA (Kajian
Ahlusunnah Wal Jamaah setiap Sabtu Pahing/malam Ahad
Pon, jam 18.00 s.d 21.00).
4) Mujahadah Keliling (MK) SEMBOGA (dilaksanakan di
Masjid/Musholla sesuai permintaan masing-masing wilayah di
SEMBOGA).
48
5) Jamaah Thoriqoh Qodiriyah Wanaqsabandiyah (TQN) (cabang
Suryala).
6) Sewelasan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani.
7) Ziarah makam Ki Ageng Dipoyudo (setiap malam Jum‟at
Wage).
8) Sima‟an Estafet “Nurul Qur‟an” (dilaksanakan setiap hari Ahad
Kliwon 2 bulan sekali oleh Hufadz Alumni Pondok Pesantren
Mahirul Hikam Assalafi, jam 07.00 s.d 16.00).
9) Jamaah Mujahadah Singoprono (mujahadah dilaksanakan di
Gunung Tugel/Makam Ki Ageng Singoprono setiap Selasa
Kliwon, jam 13.00-16.00).
10) Pendalaman Sufi (kajian pendalaman Thoriqoh dilaksanakan
setiap Jum‟at Kliwon, jam 13.00 s.d 16.00).
11) Thoriqot Baiat keliling (TBK).
12) Sewelasan (khataman Thoriqoh setiap tanggal sebelas bulan
jawa, jam 18.00 s.d 21.00).
13) Ijazah Khirzujjausyan dan Manaqib Syekh Abdul Qodir Jailani
(dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada bulan Muharrom).
14) Pengisian Asma‟ BI (Bunga Islam), (dilaksanakan satu tahun
sekali setiap bulan Muharrom).
49
d. Bimbingan Manasik Haji dan Umroh
Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi juga melayani
bimbingan manasik haji dan umroh berkerja sama dengan Biro
Karshinta yang dibimbing langsung oleh K.H. M. Thoha, M.Pd.
B. Peranan Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan Ukhuwah
Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi
Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi merupakan salah satu
pondok pesantren yang terdapat di Desa Payudan, Kenteng, Kecamatan
Susukan, Kabupaten Semarang, yang diasuh oleh K.H. M. Thoha, M.Pd.
Salah satu kegiatan pondok pesantren yang sering dilakukan adalah
mujahadah keliling, kegiatan tersebut juga merupakan kegiatan unggulan
yang dilakukan setiap bulannya, terkadang juga dilakukan dua minggu
sekali sesuai permintaan jamaah yang dipimpin oleh K.H. M. Thoha,
M.Pd. sendiri.
Dinamakan mujahadah keliling dikarenakan kegiatan tersebut
dilakukan dengan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain sesuai
jadwal yang disepakati oleh jamaah. Mujahadah keliling tidak hanya
diperuntukkan oleh santri pondok pesantren saja, melainkan mengajak
masyarakat daerah sekitar untuk melakukan mujahadah yang bertujuan
meningkatkan tali silaturahim antar sesama umat Islam hingga
menguatkan ukhuwah Islamiyah khususnya daerah Semarang, Boyolali,
dan Salatiga.
50
1. Sejarah Berdirinya Mujahadah Keliling
Bermula dari awal pendirian pada tahun 1986, tempat Pondok
Pesantren Mahirul Hikam Assalafi merupakan salah satu tempat yang
dianggap keramat (sangar) karena banyak masyarakat yang tidak kuat
menempati daerah tersebut kemudian teman-teman kyai pondok
pesantren yang berasal dari Pondok Pesantren Ringin Agung
melaksanakan mujahadah, selain itu Mbah Ihsan Nawawi cucu Mbah
Imam Kholil Bakalan juga ikut serta dalam tirakat untuk menempati
tempat tersebut.
Mujahadah kemudian dijadikan sebagai salah satu tujuan pondok
pesantren, pada awalnya mujahadah dilaksanakan setiap malam jumat,
jamaah Sabtu dan fida‟ Selasa yang dimulai tahun 1986 akhirnya
setiap pembentukan sesuatu diawali mujadah kemudian didirikan
mujahadah keliling yang dimulai di Pantai Parang Kusumo Yogja.
Kalimah-kalimah mujahadah yang diamalkan sudah diijazahkan para
ulama‟ salaf dan sampai saat ini mujahadah keliling sudah berjalan
diberbagai daerah yang meliputi Semarang, Boyolali dan Salatiga
(K.H. M. Thoha, M.Pd., wawancara, 18 Februari 2016).
Kegiatan mujahadah keliling berawal sejak tahun 1999 tepatnya
tanggal 09 Mei 1999 pada waktu gempar-gemparnya kalangan ilmu
hitam yang menghujah para ulama‟ dan baru ditetapkan pada tahun
2009. Terciptanya gagasan kegiatan tersebut mengacu pada zaman
dahulu karena setiap akan membuka segala sesuatu pasti diawali
51
dengan mujahadah. Agar mujahadah bisa menjadi tradisi di
masyarakat dan menyebar keseluruh lapisan, maka dari situlah
mujahadah kaliling didirikan agar masyarakat paham tentang arti dan
pentingnya mujahadah dalam kehidupan (K.H. M. Thoha, M.Pd.,
wawancara, 18 Februari 2016).
2. Tujuan Mujahadah Keliling
Diadakannya kegiatan mujahadah pastilah memiliki tujuan
penting yang ingin dicapai oleh para ulama‟ pemilik gagasan kegiatan
tersebut. Seperti tujuan umum mujahadah yaitu meningkatkan
ukhuwah Islamiyah maka dari itu, dengan diadakannya mujahadah
keliling diharapkan memberikan peranan bagi umat Islam seperti:
a. Membendung kemadharatan
Agar jamaah mujahadah terhindar dari perbuatan yang
dilarang Allah SWT.
b. Mengkosentrasikan diri kepada Allah
Melatih jamaah mujahadah agar khusuk dan hikmah dalam
melakukan ibadah.
c. Nasiruddin
Membuka hati jamaah mujahadah supaya selamat di dunia
dan akhirat.
d. Persatuan umat
Melatih untuk selalu bersatu dalam berbagai macam suku,
bangsa, dan adat istiadat.
52
e. Ketenteraman umat
Harapan dari mujahadah sendiri adalah untuk ketenteraman
jamaah mujahadah sendiri umumnya untuk semua umat (K.H. M.
Thoha, M.Pd., wawancara, 18 Februari 2016).
Selain itu, diharapkan para jamaah dapat merasakan manfaat
yang diperoleh dari diadakannya kegiatan mujahadah keliling tersebut,
seperti yang dikemukakan oleh saudara Reza Irawan (Wawancara, 19
Februari 2016), dengan mengikuti mujahadah kaliling beliau
memperoleh manfaat dapat menyambung silaturahmi dan sebagai
syi‟ar Islam, menambah pengetahuan (Khoirul Anwar, wawancara, 20
Februari 2016).
Pendapat lain dikemukakan oleh Roisul Imam (Wawancara, 21
Februari 2016) ia memiliki ketertarikan terhadap kegiatan mujahadah
keliling karena selain mujahadah, juga terdapat pengajian seputar
Aswaja dan pengupasan hukum-hukum kontemporer, manfaat yang ia
peroleh dapat mengetahui Aswaja lebih detail dan mendalam,
menambah dan meningkatkan persaudaraan. Sholikin (Wawancara, 25
Februari 2016) manfaat yang ia peroleh dapat melatih diri
bermasyarakat, meniru figur seorang kyai, mencari qoul-qoul, melatih
menjadi contoh di masyarakat, menambah rasa cinta kepada NU,
melatih diri agar menahan nafsu, mempererat antar orang yang ada
disekitarnya, agar terbiasa melakukan ibadah secara bersama-sama,
sebagai syi‟ar Islam, mengenalkan tokoh-tokoh masyarakat.
53
Sementara itu menurut Nur Kholis (Wawancara, 27 Februari
2016), ia memperoleh manfaat dapat menambah amalan-amalan
ibadah dan menambah wawasan serta menambah kerabat.
3. Tata Cara Pelaksanaan Mujahadah Keliling
Setiap kegiatan yang terdapat di pondok pesantren pastilah
terdapat aturan-aturan serta tata cara yang harus dipatuhi oleh para
santri, begitupun kegiatan mujahadah keliling itu sendiri, kegiatan
tersebut memiliki aturan dan tata cara yang harus dipatuhi oleh
jamaah.
Adapun tata cara pelaksanaan tersebut adalah sebagai berikut:
mujahadah dilaksanakan pada waktu maghrib, jamaah mujahadah
keliling melakukan shalat maghrib berjamaah, setelah shalat maghrib
jamaah melakukan shalat-shalat sunah seperti:
a. Shalat taubat dua rakaat
b. Shalat hajat dua rakaat
c. Shalat taqurruban illallah dua rakaat
d. Shalat mutlaq dua rakaat
e. Shalat tasbih empat rakaat dua salaman
Setelah shalat sunah selesai, kemudian membaca wirid-wirid
asmaul husna oleh pimpinan mujahadah dilanjutkan tahlil bersama
yang dilanjutkan shalat isya‟ berjamaah serta membaca shalawat
simtudduror dengan diiringi hadrah sabdo wali. Setelah itu pimpinan
mujahadah memberikan pengajian umum kepada jamaah serta
54
memberikan kesempatan kepada jamaah untuk bertanya hal-hal yang
belum diketahui. Disela-sela pengajian jamaah juga mendapatkan
makanan dan minuman yang diberikan oleh takmir masjid yang dibuat
mujahadah. Setelah beberapa rangkaian mujahadah selesai pimpinan
mujahadah beserta hadrahnya diminta salah satu jamaah untuk
berkenan mampir kerumahnya untuk dijamu (hasil pengamatan dan
observasi peneliti).
4. Wilayah yang Menjadi Sasaran Mujahadah Keliling
Mujahadah keliling ini mempunyai target yang di tuju yaitu
wilayah-wilayah pelosok/pedalaman yang agamanya masih minim
sekali. Mujahadah ini memilih wilayah-wilayah tersebut karena ingin
membantu mereka dalam melaksanakan ibadah dan menuntun mereka
untuk lebih paham tentang agama. Mujahadah ini juga mengajarkan
kepada jamaahnya tentang tata cara beribadah yang benar, peodoman-
pedoman beribadah dan tentang aturan-aturan yang ada dalam agama.
Tidak berhenti pada masyarakat pelosok/pedalaman saja, namun juga
pada masyarakat perkotaan karena mujahadah ini sifatnya umum dan
bisa diikuti oleh siapa saja yang mau. Bahkan sampai saat ini
mujahadah sudah diikuti di berbagai daerah se-Kabupaten Semarang,
Boyolali, dan Salatiga (K.H. M. Thoha, M.Pd., wawancara, 18
Februari 2016).
55
5. Karakter Jamaah yang Mengikuti Mujahadah Keliling
Jamaah yang mengikuti mujahadah ini sangat beraneka ragam
mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan sampai tua. Dari
keanekaragaman tersebut maka kegiatan mujahadah ini tidak dibatasi
bagi siapa saja yang mau mengikutinya diperbolehkan. Orang-oarang
yang mengikuti kegiatan ini juga bermacam-macam golongan seperti
para ulama‟, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, pengusaha,
pedagang, buruh, petani dan lain sebagainya, bahkan dari golongan
orang menengah ke atas sampai golongan menengah ke bawah.
Dari beberapa keanekaragaman tersebut orang-orang yang sering
mengikuti kegiatan mujahadah ini adalah orang-orang dari golongan
tua, tokoh-tokoh agama, dan golongan orang-orang menengah ke
bawah. Untuk golongan yang lainya masih belum bisa maksimal
dalam mengikuti kegiatan mujahadah ini, karena kesibukan dan tugas
yang harus mereka selesaikan (hasil pengamatan dan observasi
peneliti). .
6. Jadwal Mujahadah Keliling Pondok Pesantren Mahirul Hikam
Assalafi
Tabel 3.3 Jadwal Mujahadah
No. Hari Tempat
1.
2.
Jum‟at Legi (Ba‟da Dzuhur)
Malam Sabtu Pahing
Dukuh, Duren
Banjari
56
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Malam Ahad Pon JTM (2 Bulan Sekali)
Selasa Kliwon (Jam 11:00)
Jum‟at Pon (Ba‟da Dzuhur)
Malam Sabtu Wage
Malam Rabu Pon
Malam Kamis Wage
Malam Sabtu Legi
Malam Ahad Pahing
Malam Kamis Legi
Jum‟at Pahing (Ba‟da Dzuhur)
Malam Ahad Wage
Rabu Pahing (jam 15:00)
Ahad Legi (Ba‟da Dzuhur)
Malam Jum‟at Legi
Malam Senin Kliwon
Menyesuaikan jadwal JTM
Singo Prono
Sugihan
Gondang Slamet
Tonolayu
Cukilan
Noborejo
Tegalrejo Kebowan
Dlisem Cukil
Krajan Duren
Regunung
Badran Susukan
Gilirejo
Krajan Duren
Duren Sawit – Sruwen
Data tersebut diperoleh dari pimpinan mujahadah/K.H. M.
Thoha M.Pd. data ini merupakan jadwal mujahadah keliling yang
dilakukan diberbagai daerah yang meliputi SEMBOGA (Semarang,
Boyolali, Salatiga).
7. Biografi Ringkas K.H. M. Thoha, M.Pd.
Beliau adalah pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Mahirul
Hikam Assalafi, Payudan, Kenteng, Susukan, Kabupaten Semarang.
57
Beliau Lahir pada tanggal 12 November 1962. Beliau adalah sosok
seorang kyai, berpendidikan dengan title M.Pd. sejak kecil beliau
sudah dikenalkan ilmu agama oleh ayah dan ibunya yaitu beliau
simbah Kyai Ahmad Badarudin dan Ibu Nyai Siti Aisyah. Sejak kecil
beliau sudah melakukan pengembaraan untuk memperdalam ilmu
agama ke pondok pesantren. Pertama beliau berguru kepada Kyai
Bakrin di Tengaran, kemudian beliau melanjutkan berguru kepada
Simbah Kyai Jalal Suyuthi di Podok Pesantren Assuyutiyah Bener,
Tengaran, yang sekarang sudah berganti nama menjadi Pondok
Pesantren Al-Manar. Selain itu beliau juga alumni Pondok Pesantren
Mahir Ar-riyadh Kepung Pare-pare, Kediri, yang lebih dikenal dengan
Pondok Pesantren Ringin Agung. Setelah pulang dari pondok
pesantren beliau memperistri seorang santriwati dari Pondok Pesantren
Al-Muayyad Mangkuyudan, Solo, beliau adalah Ibu Nyai Umi Hani‟.
Dari pernikahannya mereka dikaruniai putra-putri yang sejak kecil
sudah di bimbing ilmu agama, mereka adalah Muhammad Luqmanul
Hakim, Syarifah Labibatul Umami, Muhammad Ibnu Sabil
(almarhum), Roisyah Atsna, Aida Risyda Afnan dan Muhammad
Fahmi Al-kaff.
Sosok K.H M. Thoha, M.Pd. dikenal dengan sosok kyai yang
ramah, semangat tinggi dan sangat dermawan, terutama kepada anak-
anak yatim/kecil, juga tidak lupa kepada santri-santrinya. Beliau juga
kyai yang sabar dan lembut dalam menghadapi santri-santinya. Banyak
58
santri yang beliau didik dan ketika pulang bisa mendirikan pondok
pesantren sendiri. Beliau juga orang yang suka menolong kepada siapa
saja yang membutuhkan, bijaksana dalam bertindak, tegas, dan juga
tabah dalam menghadapi masalah.
Banyak majlis pengajian yang beliau dirikan sebagai wadah
untuk bertholabul ilmi dan musyawarah, diantaranya yaitu PAP
(Pengajian Ahad Pagi), MK (Mujahadah Keliling), Fida‟ Selasan,
TQN (Thoriqoh Qodiriyah Wanaqsabandiyah), dan JTM (Jamaah
Takmir Masjid dan Mushola) se-Kabupaten Semarang, Boyolali, dan
Salatiga yang diikuti oleh jamaah lebih dari seribu orang (hasil
pengamatan dan observasi peneliti).
8. Hadrah Sabdo Wali
Hadrah sabdo wali adalah suatu hadrah yang dirintis oleh
beberapa santri senior Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi atas
peintah pengasuh pondok pesantren. Awal mula hadrah ini berdiri
yaitu atas dasar kreatifitas santri-santri senior pada waktu itu, mereka
mulai berlatih memainkan terbang, ketipung, jedor dan keplak. Lagu
yang dilantunkan yaitu shalawat-shalawat klasik. Ketika itu hadrah ini
memiliki nama waton geblak akan tetapi tidak lama kemudian hadrah
ini diganti menjadi hadrah sabdo wali. Dari tahun-ketahun hadrah ini
semakin berkembang dan dikenal di lingkungan sekitar pondok
pesantren bahkan sampai diluar lingkungan pondok pesantren. Karena
mengikuti perkembangan zaman salah satu anggota hadrah mencari
59
seorang pelatih dari luar untuk membantu melatih anggota hadrah agar
menjadi lebih baik lagi. Hadrah ini juga memiliki fungsi khusus
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Membatu pengasuh Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi
dalam berdakwah dan mujahadah.
b. Mensyi‟arkan agama Islam dan mengharapkan syafa‟at Nabi
Muhammad SAW.
Hadrah ini juga memiliki unsur-unsur penting di dalamnya antara
lain sebagai berikut :
a. Vokal
Dalam kesenian hadrah ini yang menjadi vokal biasanya
orang yang mempunyai suara yang bagus. Dan orang yang dipilih
menjadi vokal adalah orang yang pandai melantunkan ayat-ayat al-
qur‟an dengan kata lain orang yang bisa qori‟.
b. Alat musik/rebana
Dalam kesenian hadrah ini alat musik/instrumen yang
digunakan berupa rebana atau disebut dengan terbang.
Rebana/terbang ini pada dasarnya hanya berjumlah empat buah
dengan ukuran yang sama, dan dimainkan oleh empat orang
dengan tabuhan/ketukan yang berbeda-beda yang jika disatukan
menimbulkan nada yang indah. Namun hadrah sabdo wali
menambah alat musik berupa bass, tam, marawis, dan keplak agar
musik yang dimainkan semakin indah didengar.
60
c. Lagu
Lagu-lagu yang digunakan dalam kesenian hadrah ini
mengambil dari kitab-kitab dan buku-buku qasidah, seperti kitab
simtudduror, al-barzanji, kumpulan qasidah Islamiyah, dan lain
sebagainya.
Adapun anggota hadrah sabdo wali adalah sebagai berikut :
a. Vokal
Roisul Imam, M. Rohadi, M. Nur Kholis, Ali Mufid, dan Gufron
Ali.
b. Pemain terbang
Afsana Hendra, Ahmad Taslim, Setyo Ali Fais, Luqman Rosyadi,
Panggeh Rahayu Slamet, Mustika Reza, Viky Wahyu Saputra, dan
Nur Rofi‟i.
c. Pemain bass, tam keplak dan marawis
Hartanto, Zainal Arifin, Wisnu Nur Cahyo, Lukman Ckakim, dan
Taufiq Bahri (hasil pengamatan dan observasi peneliti).
9. Pesan dan Kesan Jamaah Mujahadah Keliling
Setelah diadakan klarifikasi dalam penelitian, ditemukan berbagai
pesan dan kesan yang berbeda-beda dari para jamaah. Adapun
pemaparan mereka adalah sebagai berikut:
61
a. Mewakili dari Daerah Salatiga
Ditemukan beberapa kesan dan pesan dari jamaah perwakilan
kota Salatiga. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa mengikuti
mujahadah keliling merupakan salah satu kegiatan religius yang
semestinya diikuti oleh masyarakat. Pemaparan ini diambil dari
salah seorang warga Salatiga bernama Ibu Darti 35 tahun.
“Kegiatan mujahadah keliling memang seharusnya diikuti oleh
warga yang berada di daerah SEMBOGA (Semarang Boyolali
Salatiga). Saya senang telah mengikuti mujahadah keliling ini
karena saya bisa mendapatkan banyak ilmu agama yang belum
saya ketahui. Selain dapat menambah wawasan tentang Agama
Islam, saya juga dapat menambah semangat untuk bangkit dalam
menjalankan dan menegakkan agama Allah. Menurut saya
perkumpulan ini tidak membosankan, karena tidak hanya diisi
dengan berdzikir dan shalat sunah saja namun juga ditambah
dengan kegiatan yang lain. Kegiatan selain dua hal tersebut
diantaranya yaitu, bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW,
pengajian tambahan, dan sesi tanya jawab setelah diuraikan
beberapa ulasan dari satu pokok permasalahan tertentu. Pada
kegiatan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW diiringi
dengan tabuhan musik klasik dari grup hadrah Pondok Pesantren
Mahirul Hikam Assalafi. Bershalawat dengan iringi musik klasik
akan menambah suasana haru dan penghayatan yang baik pada
jamaah, sehingga rahasia shalawat akan terasa benar-benar hadir
dalam hati. Pengajian tambahan dari narasumber biasanya
menguras dalil atau pendapat ulama dan ahli ilmu tentang suatu
perkara yang masih membuat bingung masyarakat. sehingga
masyarakat dapat memahami perkara tersebut dengan dasar yang
kuat yang nantinya akan meluruskan persepsi masing-masing. Di
dalam sesi tanya jawab jamaah dapat mengutarakan
permasalahan atau pun sesuatu yang belum diketahui kepada
narasumber, sehingga perkumpulan itu sangat bermanfaat bagi
penambahan ilmu jamaah. Kami dapat memanfaatkan waktu
malam kami setelah seharian bekerja. Jika kami tidak mengikuti
kegiatan ini, maka kami hanya akan membuang kesempatan
menambah ilmu agama dengan hanya duduk dirumah ataupun
melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat. Adapun pesan yang
dapat kami sampaikan setelah mengikuti beberapa kegiatan
mujahadah ini yaitu, mari kita senantiasa mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Karena kepada-Nya lah kita akan kembali, dan
62
dengan berdzikir serta mendekat kepada ahli ilmu lah kita akan
dapat membuka jalan menuju pintu syurga-Nya.”
b. Perwakilan dari Daerah Semarang
Pernyataan ini diambil dari seorang warga dari daerah
Semarang yang mempunyai nama Bapak Turmudzi, umur 42
tahun.
“Kami sebagai warga Semarang sangat senang ketika mendengar
bahwa, ada jamaah yang di dalamnya terkumpul masyarakat yang
ingin mendekatkan diri kepada Allah. Khususnya para muda-mudi
yang memang akan menjadi generasi penerus bangsa. Mengingat
zaman sekarang ini yang membuat gaya hidup sudah modern
sekali, sehingga kaum muda banyak yang mengubah kesibukan
mereka. Ketika sudah asyik dengan berbagai permainan dunia,
yang seharusnya sebagian waktunya digunakan untuk mengkaji
ilmu agama justru malah menjadi sibuk mengikuti arus
modernisasi. Sehingga kami sangat bersyukur ada wadah yang
mengumpulkan masyarakat Semarang dan sekitarnya guna
menambah penebalan Iman kepada Allah SWT. Di dalam majlis
ini uraian masalah yang disampaiakan narasumber sering
mengacu pada pemikiran-pemikiran klasik yang masih tetap
mengajak jamaah untuk menoleh pada kitab-kitab klasik para
ulama. Dengan begitu masyarakat yang tidak mengenal kitab
klasik yang sebenarnya masih merupakan landasan untuk
menjalankan perintah Allah, menjadi mengerti dan faham akan
keterkaitan agama dengan kitab klasik. Adapun pesan yang dapat
saya sampaikan adalah, mengkaji agama tidak cukup jika hanya
mengacu pada Al-quran dan Hadist saja. Namun juga harus
menoleh pada kitab-kitab klasik yang sudah disajikan oleh para
ulama’ sebagai panduan pengiring muslimin melangkahkan kaki
menuju bahtera ruhani Islam yang baik. Dan mengikuti mujahadah
keliling bukanlah jalan yang buruk untuk kita ikuti. Dengannya
kita akan lebih mengerti tentang Islam yang selama ini kita anut
dan jalani.”
63
c. Perwakilan dari Daerah Boyolali
Dari daerah Boyolali kami mengumpulkan beberapa uraian
dari seorang ibu rumah tangga yang memiliki nama Ibu Syamroh,
umur 44 tahun. Beliau memaparkan jawabannya sebagai berikut.
“Sebagai ibu rumah tangga saya lebih sering menggunakan waktu
di rumah saja dan saya juga berkebutuhan untuk mengkaji ilmu
agama. Keluarga saya sering kali mengajak saya pergi mengaji
mengikuti jamaah mujahadah keliling. Sebenarnya saya menyukai
kegiatan tersebut karena disana saya dan keluarga saya bisa
mengerti lebih luas tentang agama. Namun menurut pribadi saya
ada hal yang membuat saya kurang nyaman yaitu, jadwal
berlangsungnya kegiatan yang kurang bisa dipastikan. Belum lagi
jarak dan tempat yang kurang menentu pula. Terkadang ketika
hendak berangkat saya harus berfikir dua kali bagaimana caranya
agar kami bisa sampai di tempat dengan tepat waktu dan tidak
tersasar. Sebenarnya jika mujahadah ini dilaksanakan secara
bergantian tempat dari daerah satu menuju daerah lain akan
terasa tidak membosankan. Namun kendalanya apabila jamaah
kurang tahu dimana letak berlangsungnya mujahadah keliling
maka mereka akan kesulitan menghadiri mujahadah. Jadi untuk
melanjutkan mengikuti kegiatan mujahadah tersebut kami harus
memilih tempat yang sekiranya bisa kami jangkau. Adapun pesan
yang dapat saya sampaikan yaitu sebaiknya jamaah mujahadah itu
memiliki tempat atau gedung tersendiri yang menetap, jadi tidak
susah dalam mencari dimana tempat berlangsungnya acara.”
64
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Tata Cara Mujahadah yang Dilakukan untuk Meningkatkan
Ukhuwah Islamiyah
Setiap kegiatan yang terdapat di pondok pesantren pastilah terdapat
aturan-aturan serta tata cara yang harus dipatuhi oleh para santri,
begitupun kegiatan mujahadah keliling itu sendiri, kegiatan tersebut
memiliki aturan dan tata cara yang harus dipatuhi oleh jamaah.
Adapun tata cara pelaksanaan tersebut adalah sebagai berikut:
mujahadah dilaksanakan pada waktu maghrib, jamaah mujahadah keliling
melakukan shalat maghrib berjamaah, setelah shalat maghrib jamaah
melakukan shalat-shalat sunah seperti shalat taubat dua rakaat, shalat hajat
dua rakaat,shalat taqurruban illallah dua rakaat, shalat mutlaq dua rakaat,
dan shalat tasbih empat rakaat dua salaman.
Setelah shalat sunah selesai, kemudian membaca wirid-wirid asmaul
husna oleh pimpinan mujahadah dilanjutkan tahlil bersama yang
dilanjutkan shalat isya‟ berjamaah serta membaca shalawat simtudduror
dengan diiringi hadrah sabdo wali. Setelah itu pimpinan mujahadah
memberikan pengajian umum kepada jamaah serta memberikan
kesempatan kepada jamaah untuk bertanya hal-hal yang belum diketahui.
Disela-sela pengajian jamaah juga mendapatkan makanan dan minuman
yang diberikan oleh takmir masjid yang dibuat mujahadah. Setelah
65
beberapa rangkaian mujahadah selesai pimpinan mujahadah beserta
hadrahnya diminta salah satu jamaah untuk berkenan mampir kerumahnya
untuk dijamu.
Dari keterangan di atas bahwa dalam tata cara pelaksanaan
mujahadah keliling tersebut terdapat hal-hal penting yang dapat ditemukan
diantaranya:
1. Ritual Mujahadah/Ibadah (Suri Tauladan)
Ritual mujahadah ini merupakan serangkaian kegiatan yang
dilaksanakan oleh jamaah dan berdasarkan aturan yang ditentukan oleh
pemimpin mujahadah dan harus diikuti oleh semua jamaah. Ritual
yang dilakukan dalam mujahadah keliling ini selain untuk
mendekatkan diri kepada Allah juga menjalin ukhuwah Islamiyah,
karena rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh jamaah mujahadah
secara bersama-sama dan mengamalkan bacaan wirid secara serentak.
Dalam hal ini maka jamaah akan merasa lebih semangat dalam
melaksanakan ibadah.
Jamaah yang melaksanakan ritual mujahadah dengan sungguh-
sungguh akan menemukan ketenangan dalam jiwanya dan akan
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Allah akan mengabulkan do‟a
seorang hamba apabila meminta kepada Allah dengan sungguh-
sungguh. Ritual mujahadah ini juga akan menuntun jamaah untuk
selalu berbuat kebajikan dan mencegah dari kemungkaran. Hasilnya
jamaah akan menjadi contoh bagi masyarakat yang ada disekitarnya.
66
2. Model Mujahadah Keliling dibanding Mujahadah yang lain
Mujahadah keliling ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
mujahadah yang lainnya, akan tetapi hanya ada pembeda pada
penyebutan istilahnya, dalam mujahadah keliling ini rangkaian
kegiatan yang ada di dalamnya sama akan tetapi, ada penambahan
sedikit kegiatan yang dilakukan dalam mujahadah ini seperti
pengajian, pembacaan shalawat, serta tanya-jawab seputar agama. Hal
lain yang membedakan dalam mujahadah keliling ini adalah wirid-
wirid yang dibaca akan tetapi tidak semuanya.
Shalat yang dilakukan dalam mujahadah keliling ini juga
memiliki perbedaan sedikit seperti shalat taqurruban illallah dan shalat
mutlaq yang dilakukan dalam mujahadah keliling, sedangkan pada
landasan teori belum ada. Dengan demikian antara mujahadah keliling
dengan mujahadah pada umumnya sebenarnya tidak jauh berbeda
hanya ada perbedaan sedikit.
3. Pembiasaan Jamaah Hafalan Asmaul Husna
Dalam mujahadah keliling ini memiliki wirid-wirid yang
diamalkan salah satunya adalah asmaul husna. Asmaul husna ini
dibaca setelah selesai melaksanakan shalat-shalat sunah. Dengan
diadakannya pembacaan asmaul husna tentunya memiliki tujuan agar
jamaah terbiasa melafalkan nama-nama Allah dan lebih mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Asmaul husna ini dibaca pada setiap
pelaksanaan mujahadah oleh pemimpin mujahadah dan jamaah secara
67
serentak. Dengan demikian lambat laun jamaah akan hafal asmaul
husna dan akan terbiasa mengamalkannya.
4. Pembiasaan Shalat Sunah
Rangkaian dalam mujahadah keliling ini juga terdapat beberapa
shalat sunah yang dilakukan seperti shalat taubat, shalat hajat, shalat
taqurruban illallah, shalat mutlaq, dan shalat tasbih. Dari beberapa
shalat sunah yang dilakukan saat mujahadah maka jamaah akan
terbiasa melakukan shalat-shalat sunah baik ketika mengikuti
mujahadah keliling maupun di luar kegiatan mujahadah keliling.
Dengan kebiasaan seseorang akan merasa hal yang awalnya
berat akan menjadi ringan. Maka, dalam mujahadah keliling ini semua
jamaah diajak bersama-sama untuk melakukan shalat sunah supaya
mereka dapat membiasakan melaksanakan shalat sunah. Shalat sunah
ini dilaksanakan bersama-sama agar jamaah merasa tidak terbebani
ketika melakukannya. Karena seberat apapun yang kita hadapi apabila
kita mau mengerjakan bersama-sama akan terasa ringan dan mudah
terselesaikan.
5. Penanaman Nilai Demokratis
Agama adalah sebagai sumber inspirasi yang seyogyanya lebih
bisa difungsikan secara esensial daripada hanya dikedepankan sebagai
aturan-aturan formal, karena ketika aturan-aturan formal yang
dikedepankan maka sikap fundamentalistik dan radikalisme yang akan
muncul sikap seperti itu tentu sangat menghambat gerak langkah
68
kemajuan bangsa. Untuk menghancurkan akibat yang mungkin terjadi,
maka perlu diadakan pemberian pendidikan kepada masyarakat. Salah
satu cara yang dapat diambil yaitu nujahadah kelililing yang mana
kegiatan ini mengerjakan banyak hal mengenai agama, mulai dari
mempelajari hal-hal nyata hingga hal-hal yang ghaib.
Di dalam kegiatan ini di sandingkan dengan pembelajaran kitab
kuning yang dianggap memang menurut para ulama‟ pantas untuk
mengiringi al-qur‟an dan hadist Nabi, dengan mengikuti kegiatan ini
masyarakat dapat mengetahui dasar-dasar agama setelah al-qur‟an dan
hadist. Keyakinan dalam menganut serta menjalankan syari‟at Islam
tidak akan mudah digoyahkan oleh apapun. Selain mempelajari kitab
kuning masyarakat/jamaah juga diajak untuk berdzikir-dzikir dengan
memperbanyak menyebut nama Allah. Hal ini merupakan salah satu
bentuk penghambaan diri kepada Sang Khaliq. Jamaah akan
mendapatkan ketenangan jiwa dan hilangnya beban yang
membelenggu pikiran, menjadikan seseorang dapat menjalani hidup
dengan tenang dan diliputi rasa bahagia. Masyarakat yang di bentuk
oleh pribadi-pribadi yang tenang, penuh rasa syukur kepada Allah
secara otomatis dapat meningkatkan keharmonisan tatanan kehidupan
masyarakat. Tatanan kehidupan yang harmonis akan memberikan
jaminan kebahagiaan, kerukunan, dan mempererat tali persaudraan.
Kegiatan ini mengajari rasa bertaubat kepada Allah sehingga
jamaah dapat menanamkan rasa takut kepada Allah dan mempunyai
69
jiwa yang penuh kesadaran. Karena jamaah dibekali dengan ilmu
mendekatkan diri kepada Allah, tentu jamaah akan semakin menjauh
dari dosa. Sehingga jiwa yang ihsan akan tercipta dengan mudahnya.
Ketika berdiri melaksanakan shalat jamaah dapat mengambil
pelajaran, bahwa Islam adalah agama yang menyembah pada satu
Tuhan, Islam agama yang kokoh, yang tidak membedakan antara
derajat dhohir seseorang dengan orang lain. Umat Islam adalah umat
yang bersatu-padu dalam menegakkan ajaran Allah dan memiliki satu
tujuan yang sama. Dengan mujahadah keliling masyarakat akan
menemukan jalan menuju kedamaian baru di dalam ukhuwah
Islamiyah, karena sering bertemu orang-orang yang mensucikan diri,
dengan begitu masyarakat dapat mengambil arti bahwa ukhuwah harus
tetap dijaga. Selalu memberi wahana untuk selalu berdamai dan
memperbaiki hubungan. Hal tersebut dapat di capai dengan saling
menghormati, tidak mudah merendahkan golongan orang lain. Jamaah
mujahadah sendiri merupakan sekumpulan orang yang berada pada
satu wadah ibadah dan memiliki tujuan untuk mencapai kehendak
yang sama.
B. Peran Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah
Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi
Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang peran mujahadah
keliling dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah maka peneliti
menemukan beberapa jawaban sebagai berikut :
70
Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi merupakan salah satu
pondok pesantren yang terdapat di Dusun Talok, Kenteng, Kecamatan
Susukan, Kabupaten Semarang, yang diasuh oleh K.H. M. Thoha M.Pd.
Salah satu kegiatan pondok yang sering dilakukan adalah mujahadah
keliling, hal tersebut juga merupakan kegiatan unggulan yang dilakukan
setiap bulannya, terkadang juga dilakukan dua minggu sekali sesuai
permintaan jamaah yang dipimpin oleh K.H. M. Thoha M.Pd. sendiri.
Dinamakan mujahadah keliling dikarenakan kegiatan tersebut
dilakukan dengan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain sesuai
jadwal yang disepakati oleh jamaah. Mujahadah keliling tidak hanya
diperuntukkan oleh santri pondok saja, melainkan mengajak masyarakat
daerah sekitar untuk melakukan mujahadah yang bertujuan meningkatkan
tali silaturahim antar sesama umat Islam hingga menguatkan ukhuwah
Islamiyah khususnya daerah Semarang, Boyolali, dan Salatiga.
Bermula dari awal pendirian pada tahun 1986, tempat Pondok
Pesantren Mahirul Hikam Assalafi merupakan salah satu tempat yang
dianggap keramat (sangar) karena banyak masyarakat yang tidak kuat
menempati daerah tersebut kemudian teman-teman kyai pondok pesantren
yang berasal dari Pondok Pesantren Ringin Agung melaksanakan
mujahadah, selain itu Mbah Ihsan Nawawi cucu Mbah Imam Kholil
Bakalan juga ikut serta dalam tirakat untuk menempati tempat tersebut.
Mujahadah kemudian dijadikan sebagai salah satu tujuan pondok
pesantren, pada awalnya mujahadah dilaksanakan setiap malam Jumat,
71
jamaah Sabtu dan fida‟ Selasa yang dimulai tahun 1986 akhirnya setiap
pembentukan sesuatu diawali mujahadah kemudian didirikan mujahadah
keliling yang dimulai di Pantai Parang Kusumo Yogja. Kalimah-kalimah
mujahadah yang diamalkan sudah diijazahkan para ulama‟ salaf dan
sampai saat ini mujahadah keliling sudah berjalan diberbagai daerah yang
meliputi Semarang, Boyolali dan Salatiga (K.H. M. Thoha M.Pd,
wawancara, 18 Februari 2016).
Kegiatan mujahadah keliling berawal sejak tahun 1999 tepatnya
tanggal 09 Mei 1999 pada waktu gempar-gemparnya kalangan ilmu hitam
yang menghujah para ulama‟ dan baru ditetapkan pada tahun 2009.
Terciptanya gagasan kegiatan tersebut mengacu pada zaman dahulu karena
setiap akan membuka segala sesuatu pasti diawali dengan mujahadah.
Agar mujahadah bisa menjadi tradisi di masyarakat dan menyebar
keseluruh lapisan, maka dari situlah mujahadah kaliling didirikan agar
masyarakat paham tentang arti dan pentingnya mujahadah dalam
kehidupan (K.H. M. Thoha M.Pd., wawancara, 18 Februrai 2016).
Diadakannya kegiatan mujahadah pastilah memiliki tujuan penting
yang ingin dicapai oleh para ulama‟ pemilik gagasan kegiatan tersebut.
Seperti tujuan umum mujahadah yaitu meningkatkan ukhuwah Islamiyah
maka dari itu, dengan diadakannya mujahadah keliling diharapkan
memberikan peranan bagi umat Islam seperti, Membendung
kemadharatan, mengkosentrasikan diri kepada Allah, nasiruddin,
persatuan umat, ketenteraman umat (K.H. M. Thoha M.Pd., wawancara,
72
18 Februari 2016).
Selain itu, diharapkan para jamaahpun dapat merasakan manfaat
yang diperoleh dari diadakannya kegiatan mujahadah keliling tersebut,
seperti yang dikemukakan oleh saudara Reza Irawan (Wawancara, 19
Februari 2016), dengan mengikuti mujahadah kaliling beliau memperoleh
manfaat dapat menyambung silaturahim dan sebagai syi‟ar Islam,
menambah pengetahuan (Khoirul Anwar, wawancara, 20 Februari 2016).
Pendapat lain dikemukakan oleh Roisul Imam (Wawancara, 21
Februari 2016) ia memiliki ketertarikan terhadap kegiatan mujahadah
keliling karena selain mujahadah, juga terdapat pengajian seputar Aswaja
dan pengupasan hukum-hukum kontemporer, manfaat yang ia peroleh
dapat mengetahui Aswaja lebih detail dan mendalam, menambah dan
meningkatkan persaudaraan. Solikhin (Wawancara, 25 Februari 2016)
manfaat yang ia peroleh dapat melatih diri bermasyarakat, meniru figur
seorang kyai, mencari qoul-qoul, melatih menjadi contoh di masyarakat,
menambah rasa cinta kepada NU, melatih diri agar menahan nafsu,
mempererat antar orang yang ada di sekitarnya, agar terbiasa melakukan
ibadah secara bersama-sama, sebagai syi‟ar Islam, mengenalkan tokoh-
tokoh masyarakat.
Sementara itu menurut Nur Kholis (Wawancara, 27 Februari 2016),
ia memperoleh manfaat dapat menambah amalan-amalan ibadah dan
menambah wawasan serta menambah kerabat.
73
Dari keterangan di atas maka peneliti berpendapat bahwa dalam
kegiatan mujahadah keliling tersebut terdapat hal-hal penting yang dapat
peneliti temukan diantaranya :
1. Inovasi Mujahadah Sebagai Metode Dakwah
Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam
rangka pememcahan masalah dan menemukan peluang. Inovasi
merupakan fungsi utama dalam proses mujahadah. Dengan inovasi
mujahadah maka tercipta suatu yang lebih baik dari hal yang tidak ada
menjadi ada. Hal yang lebih penting dalam mujahadah ini adalah harus
mempunyai prinsip dan dasar yang kuat untuk menyakinkan
jamaahnya.
Mujahadah merupakan salah satu metode dakwah untuk
mengajak manusia menuju jalan Allah SWT. Menurut peneliti
mujahadah ini merupakan terobosan baru karena mujahadah ini belum
dilaksanakan oleh setiap pondok pesantren yang ada di wilayah
Salatiga dan sekitarnya. Selain itu mujahadah ini juga melakukan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengajak para jamaahnya untuk
melakukan hal-hal yang positif guna mendekatkan diri kepada Allah
SWT, pengajian yang menerangkan tentang ubudiyah, membaca
shalawat bersama dan tanya jawab seputar agama. Mujahadah ini juga
memilih materi-materi dalam pelaksaannya yaitu seputar kajian
Aswaja, maka rangakaian yang digunakan dalam kegiatan mujahadah
ini adalah mengacu pada ahlu sunah wal-jamaah.
74
2. Karisma Kepribadian Kyai
Karisma kyai sangatlah penting, ia memiliki kedudukan kultural
dan struktural yang tinggi di mata masyarakat. Realitas ini
memungkinkan kyai berkontribusi besar terhadap aneka problem
keumatan. Kyai merupakan orang yang ahli di bidang agama, wibawa
dan karisma sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Kepercayaan
masyarakat yang begitu tinggi terhadap kyai yang didukung potensinya
dalam berbagai problem kemayarakatan, keagamaan, kepribadiaan dan
barang kali juga politik, menyebabkan kyai menempati posisi
kelompok elit dalam struktur sosial dan politik masyarakat. Kyai
sangat dihormati oleh masyarakat melebihi penghormatan mereka
terhadap pejabat setempat. Petuah-petuahnya memiliki daya pikat yang
luar biasa, sehingga memudahkan baginya untuk menggalang massa
baik secara kebetulan maupun terorganisasi.
K.H. M. Thoha M.Pd. Jika dibicarakan tentang hal yang
berkaitan dengan karisma tidak akan ada kebingungan dalam
menyebutkannya, dilihat dari segi keturunan nasab beliau termasuk
dari orang terhormat di masyarakat sekitar khususnya. Tidak jauh-jauh
di dalam lingkup Desa Kenteng sendiri terdapat tiga pondok pesantren
yang mana salah satu adalah pondok pesantren beliau, sedang yang
dua adalah Pondok Pesantren Tarbiyatul Muttaqin yang diasuh oleh
beliau K.H. Maftah Bajuri (saudara dari ayah K.H. M. Thoha M.Pd.)
yang ke-tiga adalah Pondok Pesantren Nurul Furqon yang diasuh oleh
75
beliau Kyai Asyhuri Muntaha (kakak keponakan dari K.H. M. Thoha
M.Pd.). Jika boleh dikatakan memang sudah pantas jika keluarga atau
keturunan yang baik pasti akan menyebar kebaikan itu pada segenap
keluarga yang lain. Dalam segi ilmu agama sudah jelas jika memang
beliau mempunyai kemampuan maupun kecakapan di dalamnya,
memang sebelumnya beliau juga pernah nyantri dari berbagai pondok
pesantren, Dapat dikatakan alim fiqih, tata bahasa arab, tauhid,
kebatinan, serta pengobatan. Yang semua ilmu itu dapat diterapkan
dipakai oleh santri khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Sekarang kalau berinjak kepada ilmu umumnya atau ilmu formal,
beliau telah menyelesaikan pendidikan S2 di Universitas Veteran Kab.
Sukoharjo. Kedua ilmunya itu yang sangat diperlukan oleh berbagai
kalangan. Karena ke-dua hal tersebut jika dipakai dengan seimbang
akan mampu membuat kenyamanan dimanapun berada. Jika diketahui
beliau dari keluarga yang baik, ilmunya juga menguasai, maka
berinjak sedikit mengapa karisma sangat lebih enak pembahasannya.
K.H. M. Thoha M.Pd. dikenal sebagai orang yang penyabar,
tidak pernah marah, selalu bertutur kata lembut, baik, serta
mengenakkan hati, membuat kesan baik pada setiap orang yang
bertemu dengannya, sehingga semua yang bertemu dengan beliau tidak
jenuh bertemu dan setiap haripun selalu mau. Dari tutur kata beliau
yang baik, tidak salah jika beliau juga disinggahi tingkah laku baik
pula. Sedikit dari tingkah laku beliau termasuk orang yang arif
76
bijaksana, suka menolong, membela pada siapapun, menyukai anak
kecil dan kaum dhuafa. Tutur kata dan tingkah laku beliaulah maka
masyarakat menyadari pentingnya sosok K.H. M. Thoha M.Pd. dalam
kemasyarakatan mereka, terbukti sering diundang dalam acara
kemasyarakat. Jika disinggung masalah penyebaran mujahadah
keliling, maka masyarakat sangat ingin mendekat dan meminta nasihat
kepeda beliau. Hal inilah mengapa mujahadah itu sendiri bisa cepat
menyebar, dari jadwal mujahadah masyarakat yang meminta sendiri,
Selain hal semua di atas karisma yang lain dari beliau termasuk beliau
juga semangat dalam mencari kebutuhan dunia untuk keluarga serta
mengetahui mana yang diinfakkan sehingga tidak mungkin beliau
kekurangan dalam kebutuhan sehari-hari.
Peneliti berpendapat tentang karisma karena jarang sekali orang
yang kekurangan dihormati orang. Profil beliau yang mampu
mengasuh ratusan santri dan sekitar kurang lebih seribu jamaah
masyarakat serta pendidikan di dalamnya yang sangat nampak jelas
bahwa karisma seorang kyai sangat menentukan bagi pondok
pesantren dan masyarakat.
Secara garis besar karisma K.H. M. Thoha M.Pd. mengapa
disukai oleh masyarakat tak salah karena dari segi latar belakang dan
kepribadian beliau yang mampu menjadi akhlaqul karimah, serta
beliau mempunyai banyak program mendatang, yang pasti lebih baik,
guna menjalankan menegakkan agama Islam melalui kepercayaan
77
masyarakat dengan mujahadah keliling mendekatkan diri kepada Allah
akan dijamin keselamatan di dunia dan akhirat.
3. Hadrah Sebagai Komplemen Dakwah (Musikalisasi Dakwah)
Hadrah merupakan kesenian Islami yang sudah ada sejak zaman
Nabi Muhammad SAW. Hadrah juga dapat diartikan sebagai irama
yang dihasilkan oleh bunyi rebana. Sebagai musik yang berbau Timur
Tengah sudah sepantasnya jika hadrah dijadikan sebagai alat bantu
untuk menstimulasi masuknya nilai-nilai religius dari dakwah kepada
jamaah. Mengingat dari sanalah Islam berasal dan dilahirkan. Dengan
tabuhan yang mendegup dan kadang memilu akan membawa suasana
hati yang sedang terbawa oleh keharuan menjadi sangat merasuk ke
dalam jiwa. Sehingga nilai religius dan nilai estetika yang ditimbulkan
oleh suara tabuhan beserta suara vokalis seakan-akan membimbing
jiwa untuk sepenuhnya meresapi kehalusan hati. Ketika suasana hati
telah menjadi halus, maka ketika seseorang itu mendengarkan petuah
akan lebih mudah mengontrol diri untuk sadar dan mengiyakan tentang
apa yang telah didengarnya.
Setelah hati terasa ringan membuka jalan untuk menerima
dakwah dan menyadarkan diri, tentunya secara otomatis dia akan
memulai pembaharuan diri setelah yang sesuai dengan apa yang telah
ia terima. Ketika jiwa sudah tertata dan diiringi dengan keinginan
untuk berubah atau menjadikan diri lebih taat lagi, serta merta dia akan
berkeinginan untuk selalu meningkatkan kualitas diri. Jika demikian
78
dia akan merasakan ketenangan di dalam hatinya sehingga terdorong
untuk mencari dan selalu menyandingkan diri dengan apa yang
membuat ia tersadarkan. Dan tidak disalahkan lagi jika dia akan
berangkat mengikuti mujahadah tersebut dikemudian hari. Karena
merasa dengan adanya hadrah yang di sandingkan dengan petuah,
membantu membawa jiwa mereka menjadi lebih bersemangat
mendapatkan ilmu lagi.
Selain hadrah dapat membawa jiwa lebih tenang dan mudah
untuk meresapi petuah yang telah disampaikan, hadrah juga dapat
menambah nilai estetika mujahadah keliling. Maksudnya, jika seorang
pendakwah itu sudah terlihat kepandaiannya dalam mengemas dakwah
yang disampaikan maka pangikutnya pun tidak akan ragu untuk terus
mengkaji ilmu kepadanya. Jamaah pun juga akan merasa lebih siap
dalam mengikuti petuahnya sekaligus tidak akan merasa bosan. Jika
seorang pendakwah hanya monoton memberikan dakwah saja tidak
menutup kemungkinan bahwa jamaah akan merasa bosan dan kurang
memperhatikan.
Dan juga syair-syair atau shalawat yang terlantun dalam hadrah
adalah syair-syair pembangkit iman kepada apa yang seharusnya
manusia imani. Terlebih iman kepada Rasul Allah yaitu Nabi
Muhammad SAW. Dimana beliaulah Nabi yang membawakan dakwah
Islam pertama kali kepada seluruh manusia. Dengan dilantunkannya
79
shalawat Nabi diharapkan jamaah dapat selalu mengingat perjuangan
Nabi dalam menyebarkan agama Allah sekaligus meneladaninya.
Orang yang melakukan hadrah dengan benar, terangkat
kesadarannya akan kehadiran Allah dan Rasul-Nya. Syair-syair yang
dibawa saat bermain hadrah mengandung ungkapan pujian dan
keteladanan sifat Allah dan Rasulullah yang agung. Dengan demikian,
akan membawa dampak kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Hadrah merupakan salah satu musikalisasi dakwah, karena di
dalam hadrah juga terdapat kalimat-kalimat ajakan, petuah-petuah,
larangan-larangan dan lain sebagainya, yang mana penyampaiannya
diiringi dengan sebuah irama musik. Hal yang sedemikian ini akan
lebih mudah diterima oleh masyarakat. Contohnya repote dadi petani,
sholate terkadang lali, opo meneh wayahe tandur, sholate di undur-
undur. Repote dadi pedagang, sholate digawe gampang, opo meneh
dagangane laris, durung sholat ngakune uwes. Dengan penyampaian
yang seperti ini maka dakwah akan menjadi lebih mengena terhadap
masyarakat, mereka juga akan merasa lebih senang, tidak jenuh serta
lebih terasa sampai ke dalam hati. Biasanya para kyai juga
memanfaatkan hadrah sebagai musikalisasi dalam penyampaian
dakwahnya guna untuk menarik perhatian para pendengarnya supaya
lebih fokus dan tidak menjenuhkan atas apa yang akan
disampaikannya. Dengan adanya hadrah maka jamaah merasa senang
80
dan lebih semangat dalam mengikuti pengajian yang disampaikan oleh
para kyai.
Disini peneliti berpendapat bahwa hadrah sangat mendukung
peran kyai dalam menyampaikan dakwahnya serta sebagai penghibur
jamaah pengajian agar tidak merasa jenuh dan bosan waktu mengikuti
pengajian. Maka dari itu hadrah menjadi bagian terpenting dalam
dakwah dan merupakan musikalisasi dakwah.
4. Spiritualitas Mujahadah: Obat Hati
Hati merupakan bagian terpenting dalam berjalannya aktivitas
manusia. Hati adalah anatomi raga yang senantiasa meremot setiap
kinerja manusia. Ketika seseorang merasakan hatinya sedang dalam
keadaan tidak tenang atau sakit maka ia akan berusaha mencari obat
yang dapat menenangkan hatinya. Sakit disini bukan berarti sedang
sakit fisiknya, akan tetapi sedang sakit ruhaninya. Salah satu dari
beberapa obat yang telah dikemukakan beberapa ulama‟ yaitu
bermunajat kepada Sang Khalik. Adapun salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah memperbanyak dzikir dan shalat sunah serta berdoa
kepada-Nya. Hal itu dapat ditemukan dan dilaksanakan dalam
mujahadah keliling ini.
Ketika seseorang mengikuti mujahadah keliling ia akan
menemukan penerangan yang diberikan oleh Sang Kyai dalam bentuk
bimbingan menuju kepada Allah. Mujahadah dilakukan bertujuan
untuk mendekatkan diri seorang hamba kepada Allah, terlebih bagi
81
seseorang yang sedang sakit ruhaninya. Dengan bermunajat kepada
Allah melalui shalat, berzdikir, bershalawat, dan merenungkan kuasa-
Nya kita sebenarnya sedang berusaha untuk mengolah rasa kita
sehingga hati menjadi bersih. Kegiatan mujahadah diisi dengan
menyebut asma Allah dan termasuk didalamnya ayat-ayat suci Al-
Qur‟an yang menjadi obat bagi sakitnya hati manusia. Di dalamnya
kita akan lebih mengingat kekuasaan Allah terhadap semua ciptaan-
Nya, membuat hati kita terlatih untuk selalu menjalankan amanah yang
telah Allah sampaikan. Ketika hati sudah cenderung selalu mengingat
kekuasaan-Nya kita pun akan lebih berhati-hati dalam menjalani
aktivitas hidup. Sehingga kekuatan spiritual yang muncul dari dalam
diri setelah rutin mendekatkan diri kepada-Nya, benar-benar membawa
kehidupan kita jauh lebih baik dan istiqomah di jalan-Nya.
Apabila seseorang dengan istiqomah menjalani harinya sesuai
dengan syariat Islam maka akan semakin kokoh aqidah seseorang,
disandingi dengan pengalaman ajaran syariat Islam yang sempurna
tentunya akhlak akan menjadi baik. Keterlibatan do‟a dan
kekhusyukan yang diajarkan oleh kyai melalui mujahadah mendorong
kekuatan ruhaniah jamaah untuk tetap memacu diri agar terus bangkit
dari sakit hatinya tersebut. Dari sini jamaah akan merasakan manfaat
mengikuti mujahadah keliling yaitu bersihnya hati dengan ditandai
dengan ringannya mereka melakukan ibadah kepada Allah, atau bisa
82
ditandai dengan munculnya semangat baru untuk mengisi rutinitas
yang sesuai dengan kaidah Islam.
Karena hati merupakan struktur tubuh manusia yang sangat peka
ketika menghayati kema‟rifatan Allah maka penjagaan hati haruslah
sangat diperhatikan. Maksud dari penjagaan hati tesebut adalah supaya
kemurnian hati terus terjaga dan senantiasa salalu dekat dengan-Nya.
Dengan brzdikir, berdoa, dan memperbanyak shalat sunah yang dapat
dipraktikkan dalam kemasan mujahadah keliling, maka penjagaan hati
akan terarah dan terbimbing oleh Sang Kyai.
5. Pendidikan Keruhanian
Pendidikan adalah suatu usaha yang mempunyai tujuan yang
biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola perilaku tertentu
pada orang yang sedang di didik (Langgulung, 2004:28). Sedangkan
arti kata ruhani menurut kamus besar bahasa indonesia, berarti sesuatu
yang berada di samping jasmani, dan juga membutuhkan santapan.
Jadi secara garis besar pendidikan keruhanian adalah pendidikan
sekaligus santapan berupa pengajaran dan pelatihan yang diberikan
secara sadar dan terencana oleh seorang pendidik, tertuju pada sesuatu
yang mendampingi jasmani untuk mengubah tingkah laku manusia,
guna mengiringi jalan manusia menuju pendewasaan. Perwujudan dari
pendidikan tersebut dilakukan oleh MK (Mujahadah Keliling) demi
mengajak jamaahnya berjalan kejalan yang lebih baik.
83
Sebagai badan yang membela dan menegakkan agama sudah
sepantasnya jika mujahadah keliling memperhatikan lebih dalam
kebutuhan ruhani yang seharusnya dipelajari oleh jamaah. Yang akan
memiliki fungsi sangat efektif dalam pembentukan iman dan taqwa
jamaah. Adapun menurut peneliti ruhani bisa juga memiliki makna
sesuatu yang suci, bisa tetap suci apabila selalu dibersihkan dan
dijaga. Kesucian iman akan didapat manakala pemilik melakukan
penyucian secara istiqomah dan sesuai dengan menejemen yang ada
dalam agama Islam. Menjadikan hati yang keras menjadi lunak,
berpindahnya jiwa yang kotor menuju jiwa yang bersih.
Di dalam mujahadah keliling jamaah dapat menerima beberapa
rangsangan (stimulus) yang akan membuat jiwa dan raga mereka
subur dengan iman. Mental, estetika, dan religius mereka akan tumbuh
seiring dengan berjalannya waktu. Pendidikan ruhaniah akan
membawa hati tunduk dan patuh kepada ajaran agama sekalipun
pendidikan itu dilakukan secara tidak langsung, melalui contoh dan
stimulus. Stimulus seperti mujahadah, dzikir, shalawat, doa-doa yang
baik, petuah, motivasi untuk selalu bergerak menuju perbaikan dan
lain sebagainya akan menjadi bahan ajar yang tepat bagi jamaah.
Kegiatan-kegiatan di dalam mujahadah keliling mengarahkan
jalan menuju Allah SWT yang dilakukan secara bersama-sama dan
dipimpin oleh satu orang imam. Perjalanan maju menuju cahaya
penerangan jiwa pastilah butuh kesabaran dan keprihatinan, maka
84
mujahadah keliling mengajarkan kepada jamaahnya untuk tetap
menghidupkan mujahadah kaliling hingga mereka akan merasakan
manfaat mujahadah tersebut. Didasarkan pada pembentukan hati yang
senantiasa dilandaskan pada aqidah, pendidikan ruhani akan
mengantarkan jamaah pada tingkat keimanan yang tinggi. Karena itu
diharapkan setelah mengikuti mujahadah keliling jamaah dapat
menganalisis diri sendiri dan membawa Islam di dalam jiwanya
hingga akhir hayat mereka.
Berjalan di atas perjalanan keruhanian adalah sesuatu keperluan
yang tidak dapat ditiadakan dan dielakkan keberadaannya. Salah satu
jalan menuju pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan
cara mujahadah, mu‟ahadah dan juga muhasabah. Nilai-nilai ke tiga
cara tersebut terdapat dalam sari-sari mujahadah keliling. Setelah
jamaah berhasil menjalankan ke tiga cara tersebut mereka akan
sampai pada pencapaian ihsan.
Mu‟ahadah berarti penyatuan cinta jamaah terhadap Allah.
Mereka melantunkan dzikir dan melaksanakan shalat-shalat sunah
yang menyatakan cinta kepada Allah. Tidak akan memeberi hak
sembah kecuali hanya kepada Allah, tidak akan meminta pertolongan
kepada selain Dia. Maka dengan hal itu cinta mereka terhadap Allah
akan semakin tumbuh dan menyatu dalam diri.
85
Muhasabah berarti penghitungan atau penimbangan amal
manusia oleh diri mereka sendiri. Mereka akan berfikir adakah amal
yang dikerjakan sudah sesuai syari‟at atau belum, adakah ia sudah
sepenuhnya ikhlas menjalankan ajaran Allah atau belum dan lain
sebagainya. Hal ini dapat dipraktikkan ketika jamaah sedang
mendengarkan petuah dari sang Kyai. Mereka pastilah
mengintrospeksi diri mereka sendiri dan meningkatkan tingkat
kesadaran diri.
Mujahadah berarti usaha dan kesungguhan seorang muslim
melawan hawa nafsunya ke arah memperelok ketaatan diri menuju
pendekatatn diri kepada Allah. Berusaha melipat gandakan ketaatan
yang senantiasa telah dikerjakannya. Sehingga ketaatan itu dapat
dirasakan telah menjadi susuatu yang pantas untuk diutamakan dalam
hidup jamaah mujahadah keliling.
Setelah menekuni ke tiga kegiatan tersebut, maka nilai estetika,
kesucian dan relugius keruhanian akan semakin subur dan layak untuk
dijaga dengan syari‟at-syari‟at Islam. Jamaah akan dapat menikmati
betapa nikmatnya mengikuti mujahadah keliling.
6. Pengembangan Nilai-Nilai Ukhuwah
Dari rangkaian kegiatan mujahadah keliling yang dilakukan
secara bersama maka nilai-nilai ukhuwah akan diperoleh oleh jamaah
yang mengikutinya. Dalam hal ini jamaah akan bisa menyatukan
keyakinan mereka untuk mencapai atas apa yang ingin mereka cari,
86
jamaah juga akan saling menghargai, menghormati, dan mengasihi
antara satu dengan yang lainnya. Mereka akan bersatu untuk
menegakkan dan menyebarkan agama Islam, karena dengan
kebersamaan mereka akan kuat dan bisa mempertahankan apa yang
mereka miliki. Akhirnya mereka akan hidup rukun, aman dan sejahtera
baik di dunia sampai akherat.
Dengan adanya ukhuwah maka jamaah akan merasakan lezatnya
iman, mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat, dan mendapat
tempat khusus di surga. Jamaah juga akan selalu berprasangka baik
kepada setiap orang, tidak hasad, benci, dengki, dan saling memusuhi
antar sesama. Pada mujahadah ini mereka juga akan saling mengenal
antara jamaah satu dengan jamaah yang lainnya, saling memahami,
dan saling tolong-menolong. Dengan hal sedemikian itu, Maka
ukhuwah dengan sendirinya akan tertanam dan tumbuh di dalam hati
mereka masing-masing.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tata cara mujahadah yang dilakukan untuk meningkatkan ukhuwah
Islamiyah. Ada beberapa hal dapat ditemukan tentang tata cara mujahadah
yang dilakukan untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah adalah sebagai
berikut :
a. Ritul mujahadah/ibadah (suri tauladan)
b. Model mujahadah keliling dibanding mujahadah yang lain
c. Pembiasaan jamaah hafalan asmaul husna
d. Pembiasaan shalat sunah
e. Penanaman nilai demokratis
2. Peran mujahadah keliling dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah
Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi
Peran mujahadah keliling Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi
adalah melakukan inovasi dakwah dengan memanfaatkan hadrah sebagai
komplemen dakwah (musikalisasi dakwah). Mujahadah keliling juga
berperan sebagai sarana pendidikan ruhani, menumbuhkan kekuatan batin
(spiritualitas jamaah) dan mengembangkan nilai-nilai ukhuwah. Karisma
88
kepribadian kyai menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam aktifitas
mujahadah.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa terhadap peran mujahadah
keliling dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah peneliti dapat memberi
saran-saran sebagai berikut :
a. Bagi imam mujahadah atau kyai
1) Agar kyai memberikan dorongan yang kuat kepada jamaah tentang
pentingnya melaksanakan mujahadah.
2) Agar kyai tidak pernah mewakilkan kegiatan mujahadah kepada orang
lain karena jamaah akan merasa ragu (kurang mantap).
3) Agar kyai memantapkan jamaah tentang kebenaran akidah ahlu sunah
wal jamaah bagaimana pentingnya mujahadah.
b. Bagi jamaah
1) Agar jamaah lebih antusias dalam mengikuti kegiatan mujahadah yang
dilaksanakan untuk mempererat ukhuwah Islamiyah.
2) Agar jamaah lebih khusuk dan istiqomah dalam melaksanakan
mujahadah.
3) Agar jamaah senantiasa dan yakin dalam mengamalkan amalan-amalan
yang dilaksankan dalam rangkaian mujahadah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Mohammad. 2006. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Departemen Agama RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah
Pertumbuhan dan Perkembangannya. Jakarta: Depag RI.
Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dhofir, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup
Kiai. Jakarta: LP3ES.
Fadlullah. 2007. Doktrin dan Gerakan Pesantren di Cilegon Banten. P3M
STAIN Kudus. Vol.1 No.2
Ghozali, Imam. Tt. Ihya’ Ulumuddin. Semarang: Karya Toha Putra.
Hadi, Sutrisno. 1983. Metodologi Research Jilid 1. Yogyakarta: Fak. Psikologi
UGM.
Hafidhuddin. 2003. Islam Aplikatif. Gema Insani Perss.
Harun, Lukman. 2012. Menuju Persatuan Umat Pandangan Intelektual Muslim
Indonesia. Bandung: Mizan.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Jfilia Indonesia.
Hidayat, Ahmad Zahid. 2012. Respon Kegiatan Khitabah di Pondok Pesantren
An-Nur dalam Peningkatan Ukhuwah Islamiyah pada Kalangan
Masyarakat Desa Ambulu Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon. Fak.
Adab Dakwah Ushuluddin IAIN Cirebon
Isnaini, Ayu. 2012. Strategi Dakwah Muslimat NU, Fatimiyah dan Aisyiyah
dalam Mengembangkan Ukhuwah Islamiyah di Desa Bangsri Kecamatan
Bangsri Kabupaten Jepara. Semarang: Fak. Dakwah UIN Walisongo
Kasiono. 2010. Tradisi Mujahadah Kaum Santri Pondok Pesantren Luqmniyyah
Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fak. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN
Sunan Kalijaga
Langgulung, Hasan. 2004. Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Reka Studiografis.
Mr, Valiudin. 1997. Dzikir dan Komptemplasi dalam Tasawuf. Bandung: Pusaka
Hidayah.
Mulkhan, Abdul Munir. 2003. Menggagas Pesantren Masa depan. Yogyakarta:
Qirtas.
Nawawi, Hadari. 2002. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Qomar, Mujamil. 2002. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sujana, Nana dan Ibrahim. 1984. Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru.
Umiarso dan Nur Zazin. 2011. Pesantren di Tengah Arus Mutu Pendidikan.
Semarang: Rasail Media Grup.
Wahyuddin, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Fenomena. 2005: 72. http://pengertianpesantrenserambipesantren.html diakses
tanggal 08 September 2015.
http://ummahatshaalauha.blogspot.com/2012/07/definisi-ukhuwah-islamiyah-dan-
dasar.html, diakses pada 08 September 2015.
http://arispurniawan.blogspot.com/2011/10/profil-wahidiyah.html diakses 29
Januari 2016.
http://wahidiyah.multiply.com diakses pada 12 Februari 2016.
http://www.scribd.com/doc/71229603/Urutan/Tata/Cara/Pelaksanaan/Mujahadah.
html diakses pada 16 Agustus 2016.
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/135/jtptiain--ayuisnaini-6701-1-
081211048.pdf, diakses pada 18 Agustus 2016.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN
Pelaksanaan Mujahadah
Pengajian Setelah Mujahadah
Hadrah Sabdo Wali
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Penelitian : Peran Mujahadah Keliling dalam Meningkatkan
Ukhuwah Islamiyah Pondok Pesantren Mahirul
Hikam Assalafi Payudan, Kenteng, Kec. Susukan
Kab. Semarang
Lokasi Penelitian : SEMBOGA (Semarang, Boyolali, Salatiga)
Peneliti : Mas Thobib
Status : Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Salatiga
NIM : 111 11 081
Jenis Wawancara : Semi Struktural
Responden : Pimpinan dan Jamaah Mujahadah Keliling
DAFTAR PERTANYAAN
A. Pemimpin Mujahadah atau Kyai
1. Kapan pertama kali dilakukan kegiatan mujahadah keliling?
2. Bagaimana terciptanya gagasan diadakannya kegiatan mujahadah
keliling?
3. Apa saja yang diharapkan dari kegiatan mujahadah keliling?
4. Bagaimana tata cara pelaksanaan kegiatan mujahadah keliling itu
sendiri?
5. Adakah kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan mujahadah
keliling selama ini?
6. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
B. Jamaah Mujahadah Keliling
1. Sejak kapan Bapak/Ibu mengikuti kegiatan mujahadah keliling yang
diadakan oleh Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi?
2. Mengapa Bapak/Ibu tertarik mengikuti kegiatan tersebut?
3. Manfaat apa saja yang Bapak/Ibu peroleh dari kegiatan tersebut?
4. Adakah kendala yang dihadapi selama mengikuti kegiatan mujahadah
keliling?
5. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai solusi untuk mengatasi
kendala tersebut?
6. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap Mujahadah keliling?
7. Apa kesan yang Bapak/Ibu rasakan selama mengikuti Mujahadah
Keliling?
Transkip Narasi Wawancara
No Sub Pertanyaan Pertanyaan Jawaban
1. Awal berdirinya
mujahadah
keliling
Kapan pertama kali
dilakukan kegiatan
mujahadah
keliling?
Sejak tahun 1999 tetapnya tanggal
09 Mei 1999 pada waktu gempar-
gemparnya kalangan ilmu hitam
yang menghujah para ulama‟ dan
baru diflorkan pada tahun 2009.
2. Gagasan
mujahadah
keliling
Bagaimana
terciptanya gagasan
diadakannya
kegiatan
mujahadah
keliling?
Mengacu pada zaman dahulu
karena karena setiap mau
membuka segala sesuatu pasti
diawali dengan mujahadah, maka
agar mujahadah bisa menjadi
tradisi di masyarakat dan menyebar
keseluruh lapisan masyarakat,
maka dari situlah MK didirikan
agar masyarakat paham tentang arti
dan pentingnya mujahadah.
3. Harapan
mujahadah
keliling
Apa saja yang
diharapkan dari
kegiatan
mujahadah
keliling?
Untuk membendung kemadharatan,
mengkonsentrasikan diri kepada
Allah, agar khusuk dan hikmah,
nasiruddin, membuka hati
masyarakat, dan persatuan.
4. Pelaksanaan
mujahadah
Bagaimana tata
cara pelaksanaan
kegiatan
mujahadah keliling
itu sendiri?
Melakukan shalat-shalat sunah,
membaca wirid-wirid asmaul
husna, membaca shalawat,
pengajian umum, dan sesi tanya
tanya jawab seputar ilmu fiqih.
5. Kendala MK Adakah kendala
yang dihadapi
dalam pelaksanaan
kegiatan
mujahadah keliling
selama ini?
Kurangnya persatuan masyarakat,
kurangnya kesadaran masyarakat
tentang pentingnya mujahadah,
masyarakat masih kurang simpati
dalam mengikuti mujahadah, dan
kurangnya komunikasi dengan
masyarakat (jamaah).
6. Cara mengatasi
kendala MK
Bagaimana cara
mengatasi kendala
tersebut
Dengan menyakinkan masyarakat
tentang mujahadah dan manfaat
yang akan didapatkan masyarakat
serta selalu berkomunikasi dengan
masyarakat.
7. Mengikuti
kegiatan MK
Sejak kapan
Bapak/Ibu
17 Oktober 2010 (jamaah 1), 18
Juli 2015 (jamaah 2), sejak MK
mengikuti kegiatan
mujahadah keliling
yang diadakan oleh
Pondok Pesantren
Mahirul Hikam
Assalafi?
dimulai di desa saya kurang lebih
dua tahun yang lalu (jamaah 3),
kira-kira tahun 2010 (jamaah 4), 13
Juni 2009 (jamaah 5), sejak tahun
2007 (jamaah 6).
8. Ketertarikan
terhadap MK
Mengapa
Bapak/Ibu tertarik
mengikuti kegiatan
tersebut?
Saya menyukai semua kegiatan
dalam mujahadah keliling ini.
Menurut saya perkumpulan ini
tidak membosankan, karena tidak
hanya diisi dengan berdzikir dan
shalat sunnah saja namun juga
ditambah dengan kegiatan yang
lain. Kegiatan selain dua hal
tersebut diantaranya yaitu,
bershalawat kepada Nabi
Muhammad SAW, pengajian
tambahan, dan sesi tanya jawab
setelah diuraikan beberapa ulasan
dari satu pokok permasalahan
tertentu. Pada kegiatan bershalawat
kepada Nabi Muhammad SAW
diiringi dengan tabuhan musik
klasik dari grup hadrah Pondok
Pesantren Mahirul Hikam Assalafi.
Bershalawat dengan iringi musik
klasik akan menambah suasana
haru dan penghayatan yang baik
pada jamaah, sehingga rahasia
shalawat akan terasa benar-benar
hadir dalam hati. Pengajian
tambahan dari narasumber
biasanya menguras dalil atau
pendapat ulama dan ahli ilmu
tentang suatu perkara yang masih
membuat bingung masyarakat.
sehingga masyarakat dapat
memahami perkara tersebut dengan
dasar yang kuat yang nantinya akan
meluruskan persepsi masing-
masing. Di dalam sesi tanya jawab
jamaah dapat mengutarakan
permasalahan ataupun sesuatu yang
belum diketahui kepada
narasumber, sehingga perkumpulan
itu sangat bermanfaat bagi
penambahan ilmu jamaah. Kami
dapat memanfaatkan waktu malam
kami setelah seharian bekerja. Jika
kami tidak mengikuti kegiatan ini,
maka kami hanya akan membuang
kesempatan menambah ilmu agama
dengan hanya duduk dirumah
ataupun melakukan kegiatan yang
kurang bermanfaat.
Kegiatan yang membuat saya
merasa senang yaitu, di dalam
majlis ini dalam menguraikan
masalah narasumber sering
mengacu pada pemikiran-
pemikiran klasik yang masih tetap
mengajak jamaah untuk menoleh
pada kitab-kitab klasik para ulama.
Dengan begitu masyatrakat yang
tidak mengenal kitab klasik yang
sebenarnya masih merupakan
landasan untuk menjalankan
perintah Allah, menjadi mengerti
dan faham akan keterkaitan agama
dengan kitab klasik
Di dalamnya ada pengajian seputar
ASWAJA dan mengupas hukum-
hukum kontemporer.
9. Manfaat
kegiatan MK
Manfaat apa saja
yang Bapak/Ibu
peroleh dari
kegiatan tersebut?
Menyambung silaturahim, syi‟ar
Islam, menambah pengetahuan,
menjalin silaturahim, mendekatkan
diri pada Allah, dapat mengetahui
ASWAJA secara detail dan
mendalam, menambah dan
meningkatkan persaudaraan,
melatih diri bermmasyarakat,
meniru figur seorang kyai, mencari
qoul-qoul, melatih menjadi contoh
di masyarakat, menambah rasa
cinta kepada NU, melatih diri agar
menahan nafsu, memper erat antar
orang yang ada disekitarnya,
menarik agar terbiasa melakukan
ibadah secara bersama-sama, syi‟ar
Islam, mengenalkan tokoh-tokoh
masyarakat, bertambah amalan-
amalan ibadah, bertambah
wawasan dan kerabat banyak,
mempunyai pengalaman luas
tentang mujahadah dan agama.
Adapun pesan yang dapat kami
sampaikan setelah mengikuti
beberapa kegiatan mujahadah ini
yaitu, mari kita senantiasa
mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Karena kepada-Nya lah kita
akan kembali, dan dengan berdzikir
serta mendekat kepada ahli ilmu
lah kita akan dapat membuka jalan
menuju pintu syurga-Nya.
Nah, pesan yang dapat saya
sampaikan yaitu, Adapun pesan
yang dapat saya sampaikan adalah,
mengkaji agama tidak cukup jika
hanya mengacu pada Al-quran dan
Hadist saja. Namun juga harus
menoleh pada kitab-kitab klasik
yang sudah disajikan oleh para
ulama sebagai panduan pengiring
muslimin melangkahkan kaki
menuju bahtera rohani islam yang
baik. Dan mengikuti mujahadah
keliling bukanlah jalan yang buruk
untuk kita ikuti. Dengannya kita
akan lebih mengerti tentang islam
yang selama ini kita anut dan
jalani.
Adapun pesan yang dapat saya
sampaikan yaitu sebaiknya panitia
menyediakan tempat khusus untuk
jamaah mujahadah yang menetap,
jadi tidak susah dalam mencari
dimana tempat berlangsungnya
acara.
10. Kendala MK Adakah kendala
yang dihadapi
selama mengikuti
kegiatan
mujahadah
keliling?
Transportasi sulit, bertabrakan
dengan kegiatan lain, waktu
bertabrakan dengan MK, para
jamaah masih sibuk mengurusi
kepentingannya masing-masing
yang menyebabkan surutnya
jamaah, materi pengajian yang
belum dibakukan seperti
dikhususkan mengkaji kitab A,
tidak punya kendaraan sendiri,
waktu yang kurang sesuai, belim
ada badal yang sesuai dengan kyai
karena menyebabkan masyarakat
tidak mantap, kurangnya
pendidikan dari makna mujahadah
sehingga masyarakat kurang
semangat, peserta dari pondok
masih kecil-kecil jadi masih kurang
bisa menyesuaikan, santri yang
datang kurang banyak, kurangnya
masyarakat dalam pengetahuan,
masyarakat yang datang/hadir dari
kalangan orang tua, pemudanya
belum tergugah, tidak semangat
dalam mengikuti mujahadah,
kurangnaya kebersamaan dari
pengurus masjid, waktu yang
kurang tepat, jika imam bukan pak
kyai rasanya beda, rasa ngantuk
saat mengikuti mujahadah, belum
semangat dan kurang info tentang
jadwal MK.
11. Mengatasi
kendala MK
Bagaimana
pendapat
Bapak/Ibu
mengenai solusi
untuk mengatasi
kendala tersebut?
Punya kendaraan sendiri, mengatur
jadwal agar tidak bertabrakan,
penyesuaian denagn jadwal MK,
menyesuaikan dengan kegiatan
masyarakat pada umumnya,
mempunyai materi kitab baku
dalam setiap majlisnya sehingga
pembedahan dan pengenalan
ASWAJA ke masyarakat lebih
mengena, punya jadwal yang
pasti,harus ada yang menjadi badal
sesuai kyai, sosialisasi kepada
masyarakat tentang mujahadah,
sowan kyai, dari pihak pesantren
terjun dilain waktu MK,
masyarakat bisa mengajak para
pemudanya, meluangkan waktu
dan ikhlas mengikuti mujahadah,
takmir masjid harus sering
membahas MK, sebelum
mujahadah diberi pengumuman
terlebih dahulu di daerahnya
masing-masing, harus pak kyai
yang jadi imam, bertanya kepada
santri yang mengikuti MK dan
meminta jadwal MK.
12. Tanggapan
mengenai MK
Bagaimana
tanggapan
Bapak/Ibu terhadap
Mujahadah
keliling?
Tanggapan saya kegiatan
mujahadah keliling memang
seharusnya diikuti oleh warga yang
berada di daerah SEMBOGA
(Semarang Boyolali Salatiga). Saya
senang telah mengikuti mujahadah
keliling ini karena saya bisa
mendapatkan banyak ilmu agama
yang belum saya ketahui. Selain
dapat menambah wawasan tentang
agama islam, saya juga dapat
menambah semangat untuk bangkit
dalam menjalankan dan
menegakkan agama Allah.
Tanggapan saya mengenai
diaadanya mujahadah keliling ini
yaitu, kami sebagai warga
Semarang sangat senang ketika
mendengar bahwa, ada jamaah
yang di dalamnya terkumpul
masyarakat yang ingin
mendekatkan diri kepada Allah.
Khususnya para muda mudi yang
memang akan menjadi generasi
penerus bangsa.
Sebagai ibu rumah tangga saya
lebih sering menggunakan waktu
dirumah saja dan disisi lain saya
juga berkebutuhan untuk mengkaji
ilmu agama. Keluarga saya sering
kali mengajak saya pergi mengaji
mengikuti jamaah mujahadah
keliling. Sebenarnya saya
menyukai kegiatan tersebut karena
disana saya dan keluarga saya bisa
mengerti lebih luas tentang agama.
Namun menurut pribadi saya ada
hal yang membuat saya kurang
nyaman.
13. Kesan
mengikuti MK
Apa kesan yang
Bapak/Ibu rasakan
Saya senang telah mengikuti
mujahadah keliling ini karena saya
selama mengikuti
Mujahadah
Keliling?
bisa mendapatkan banyak ilmu
agama yang belum saya ketahui.
Selain dapat menambah wawasan
tentang agama islam, saya juga
dapat menambah semangat untuk
bangkit dalam menjalankan dan
menegakkan agama Allah.
Mengingat zaman sekarang ini
yang membuat gaya hidup sudah
modern sekali, sehingga kaum
muda banyak yang mengubah
kesibukan mereka. Ketika sudah
asik dengan berbagai permainan
zaman, yang seharusnya sebagian
waktunya digunakan untuk
mengkaji ilmu agama justru malah
menjadi sibuk mengikuti arus
modernisasi. Sehingga kami sangat
bersyukur ada wadah yang
mengumpulkan masyarakat
semarang dan sekitarnya guna
menambah penebalan iman kepada
Allah SWT.
Kesan yang saya dapat yaitu
mujahadah ini dilaksanakan secara
bergantian tempat dari daerah satu
menuju daerah lain jadi tidak terasa
membosankan.
JADWAL MUJAHADAH KELILING
No. Hari Tempat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Jum‟at Legi (Ba‟da Dzuhur)
Malam Sabtu Pahing
Malam Ahad Pon JTM (2 Bulan Sekali)
Selasa Kliwon (Jam 11:00)
Jum‟at Pon (Ba‟da Dzuhur)
Malam Sabtu Wage
Malam Rabu Pon
Malam Kamis Wage
Malam Sabtu Legi
Malam Ahad Pahing
Malam Kamis Legi
Jum‟at Pahing (Ba‟da Dzuhur)
Malam Ahad Wage
Rabu Pahing (jam 15:00)
Ahad Legi (Ba‟da Dzuhur)
Malam Jum‟at Legi
Malam Senin Kliwon
Dukuh, Duren
Banjari
Menyesuaikan jadwal JTM
Singo Prono
Sugihan
Gondang Slamet
Tonolayu
Cukilan
Noborejo
Tegalrejo Kebowan
Dlisem Cukil
Krajan Duren
Regunung
Badran Susukan
Gilirejo
Krajan Duren
Duren Sawit – Sruwen
Top Related