Download - Penyuluhan pertanian.doc

Transcript

MODEL PENYULUHAN YANG PERNAH DILAKSANAKAN DI INDONESIA

MODEL PENYULUHAN YANG PERNAH DILAKSANAKAN DI INDONESIASISTIM KERJA LAKU

Sistim kerja LAKU mulai dilaksanakan pada tahun 1979 yang diintrodusir oleh proyek NFCEP (National Food Crops Extension Project) atau proyek Penu\yuluhan Pertanian Tanaman Pangan Nasional, kemudian dilanjutkan oleh Proyek NAEP (National Agricultural Extension Project) atau proyek Penyuluhan Pertanian Nasional tahap I dan II sampai dengan 1992.

Sistim kerja LAKU mempunyai organisasi hierarkhis penyuluhan pertanian yang jelas, dimana seorang PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) akan mengunjungi 16 Wikel (wilayah kelompok) secara teratur dan berkesinambungan dengan jadwal kunjungan dua minggu sekali. Dengan melakukan kunjungan ini seorang PPL diharapkan dapat melayani 20orang kontak tani dan petani maju. Selanjutnya setiap kontak tani dan petani maju dari setiap Wikel tersebut akan menyampaikan informasi yang diterimanya dari PPL kepada masing-masing 5 orang petani melalui kelompok domisili. Sehingga secara keseluruhan seorang PPL akan dapat melayani 1.600 keluarga tani.

Selanjutnya PPL di WKBPP (Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian) sebanyak 10 20 orang akan di supervisi oleh seorang PPM (Penyuluh Pertanian Madya) Supervisor. Di samping tu di setiap BPP akan ada seorang PPM Programer yang tugasnya menyusun programa Penyuluhan Pertanian WKBPP dan melaksanakan pelatihan PPL di BPP dua minggu sekali.

Di setiap propinsi ada PPS (Penyuluh Pertanian Spesialis) yang akan menjadi manajer penyuluhan pertanian untuk wilayah propinsi. Dan di setiap Karesidenan ada seorang PPS yang menjadi manajer penyuluhan pertanian untuk wilayah karesidenan. Ia bertanggungjawab kepada PPS Provinsi.

Di setiap kabupaten ada beberapa orang PPS sesuai dengan spesialisasi yang dominan di kabupaten tersebut, dan bertugas membantu memecahkan masalah petani yang tidak dapat dipecahkan oleh PPL. PPS kabupaten juga bertugas untuk melatih PPL dalam latihan dua minggu sekali di BPP sesuai dengan bidang keahliannya.

Sistem kerja ini diberlakukan dengan SK Menteri Pertanian No. 240/Kpts/Um/4/1999 tanggal 2 April 1979.

Dengan adanya sistem kerja LAKU dirasakan bahwa pengelolaan penyuluhan pertanian dan pengembangan organisasi penyuluhan pertanian menjadi lebih baik.

Para petani merasa puas karena secara fisik petani merasakan dapat bertemu PPL secara teratur dua minggu sekali, pada hari yang telah sepakati. Dan mereka merasa mudah juga untuk bertemu penyuluh di luar jadwal pertemuan tersebut karena pada umumnya PPL tinggal di desa wilayah kerjanya. Sehingga dengan penerapan sistem ini terasa adanya peningkatan efektivitas penyuluhan pertanian terutama di areal irigasi. Secara nyata terlihat bahwa sistem kerja LAKU mampu menyumbang peningkatan produksi pangan pada saat itu.

Kelemahan pokok dari sistem ini adalah penyuluhan yang sentralistik (dari atas ke bawah) yang diberlakukan secara seragam di seluruh wilayah Indonesia, sehingga sering tidak sesuai dengan kondisi setempat, misalnya kondisi pedesaan di pulau Jawa akan berbeda dengan di Nusa Tenggara Timur atau Maluku. Di samping itu dengan sistem ini penyuluh pertanian dianggap hanya sebagai tukang pos yang bertugas mengalihkan pesan dari lembaga penelitian ke petani, sehingga mematikan inisiatif dan kreativitas mereka.

SEKOLAH LAPANGAN

Sekolah lapangan mulai dilaksanakan pada tahun 1993 melalui proyek PHT (pengendalian hama terpadu) atau IPM (Integrated Pest Management) sampai tahun 1999.

Semenjak terjadi explosi hama wereng coklat di Indonesia pada tahun 1985 maka dikeluarkanlah Inpres Nomor 3 Tahun 1986 yang melarang penggunaan 57 jenis pestisida untuk padi sawah. Dan sebagai gantinya digunakan PHT sebagai strategi perlindungan tanaman untuk padi sawah, palawija dan sayuran. Oleh karena itu PHT perlu dimasyarakatkan agar petani menjadi ahli PHT di lahan usahanya masing-masing, melalui sekolah lapangan PHT (SL-PHT).

Sekolah lapangan PHT dilaksanakan dengan tujuan untuk memasyarakatkan PHT dengan pendekatan ekologis. Ada 4 prinsip yang harus dilakukan petani dalam melaksanakan pengendalian hama dan penyakit tanaman yang ramah lingkungan yaitu : 1. Budidaya tanaman sehat, 2. Pemanfaatan musuh alami, 3. Pengamatan mingguan, dan 4. Petani ahli PHT.

Untuk memasyarakatkan PHT tersebut dilakukan pertemuan mingguan selama 1 musim pertanaman (biasanya 12 kali pertemuan) selama 4 jam. Pertemuan mingguan ini dilakukan di lahan usaha dengan urutan kegiatan : 1) pengamatan lahan, 2) diskusi kelompok hasil pengamatan, 3) menyusun laporan hasil pengamatan dalam bentuk gambar-gambar dan simbul, 4) presentasi pleno hasil kelompok, dan 5) penarikan kesimpulan tindakan yang akan diambil bersama oleh kelompok untuk waktu seminggu ke depan dalam rangka pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Pertemuan mingguan dipandu oleh tim yang terdiri dari PHP (pengamat hama dan penyakit tanaman) dan PPL. Teknik kepemanduan yang digunakan adalah penerapan dari teknik-teknik adragogi (pendidikan orang dewasa).

Ciri SL-PHT adalah : 1. Lahan usaha adalah sarana utama kegiatan belajar, 2. cara belajar lewat pengalaman, 3. pengkajian agro-ekosistem, 4. metode dan bahan bersifat praktis dan tepat guna, 5. kurikulum berdasarkan kebutuhan petani, dan 6. belajar selama satu musim.

Dengan SL-PHT selama satu musim ini diharapkan petani menjadi ahli PHT yaitu menerapkan prinsip-prinsip PHT dalam usaha taninya masing-masing dan mengajarkan kepada petani lain. Dengan demikian mereka melaksanakan pengendalian hama dan penyakit tanaman yang ramah lingkungan.

SL-PHT dimulai dengan diadakannya TOT (Training of the Trainer) bagi PHP dan PPL sebagai tim pemandu. Lalu dilakukan SL-PHT oleh petugas (PHP dan PPL), kemudian SL-PHT oleh petani pemandu. Petani pemandu berasal dari alumni SL_PHT oleh petugas yang dipilih dan dipersiapkan khusus melalui TOT petani pemandu.

Pemasyarakatan PHT selanjutnya dilakukan melalui pengembangan komunitas yaitu dengan membentuk desa PHT yang kemudian diharapkan berkembang menjadi kecamatan PHT.

Proses penguatan juga dilakukan antara lain melalui pembentukan forum petani PHT, pembentukan asosiasi/paguyuban/organisasi petani PHT dan pembuatan media petani. Contoh berbagai forum petani PHT adalah musyawarah petani, seminar petani, pertemuan teknis petani, dan forum studi petani. Contoh berbagai media yang dibuat petani PHT adalah surat kabar, buletin, majalah dinding, leaflet dan poster.

Kelebihan dari model ini adalah pada proses kepemanduannya, yaitu petani dipandu untuk dapat belajar sendiri di alam yang nyata untuk menentukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi, dan mereka diharapkan mampu mengambil keputusan bersama tindakan apa yang harus mereka lakukan di hari-hari berikutnya dalam mengelola usahanya.

Kelemahannya adalah terjadinya proses kejenuhan dalam belajar, karena rutinisme pertemuan mingguan. Kelemahan kedua adalah belum mulusnya proses pembelajaran oleh team teaching sehingga sering hasilnya kurang efektif.

FMA ( FARMERS MANAGED ACTIVITIES) FMA mulai dilaksanakan pada tahun 2000 melalui proyek DAFEP (Decentralized agricultural and forestry extension project) atau proyek penyuluhan pertanian dan kehutanan desentralisasi di 9 propinsi (16 kabupaten) lokasi proyek. Sampai saat ini proyek DAFEP tersebut masih berjalan.

Dengan FMA dapat digalang petani untuk membuat sendiri RK (Rencana Keluarga), RUK (Rencana Usaha Keluarga), RU kelompok dan RU desa melalui teknik PRA ( participatory rural appraisal). Setelah itu baru disusun RKPD (Rencana Kerja Penyuluhan Desa).

Rencana Keluarga (RK) adalah upaya untuk memutuskan apa yang mereka dapat lakukan dengan cara mengenal diri keluarga, latar belakang, jumlah keluarga, potensi yang dimiliki, mereka bisa apa dan mereka sudah biasa apa.

Rencana Usaha Keluarga (RUK) adalah rencana usaha yang disusun dengan cara melihat potensi yang dimiliki tadi, mereka mau mengembangkan usaha apa, misalnya beternak itik. Setelah diputuskan usaha yang akan dijalankan lalu dilakukan analisis usahanya sesuai potensi yang mereka miliki untuk memperkirakan besarnya pendapatan yang akan diperoleh.

Rencana Usaha Kelompok (RU kelompok) adalah penggabungan dari RUK tersebut di atas dan rencana usaha desa (RU desa) adalah kumpulan dari RU kelompok di desa tertentu.

Dari RU desa akan dapat dipilahkan masalah-masalah apa yang dapat mereka pecahkan sendiri, dan masalah apa yang pemecahannya memerlukan fasilitasi dari penyuluh pertanian. Berdasarkan maslah yang perlu dipecahkan dengan fasilitasi penyuluh pertanian tersebut kemudian disusun rencana kegiatan penyuluhan desa (RKPD). Waktu pertemuan penyuluh dan kelompok usaha tidak ditentukan perminggu sekali atau dua minggu sekali, tetapi sesuai dengan komitmen mereka.

Kelebihan dari model ini adalah partisipasi petani sangat besar. Mereka difasilitasi untuk dapat mengenali keluarga mereka sendiri, potensinya, lalu memutuskan usaha yang akan mereka lakukan. Mereka juga bebas memilih kelompok usaha dan menyusun RU kelompok yang selanjutnya akan menyusun Rencana Usaha Desa. Satu desa berpeluang besar untuk menonjolkan usaha yang paling diunggulkan (one village one product). Mereka juga bebas menentukan perlu tidaknya penyuluhan dan apabila diperlukan maka kegiatan penyuluhan akan dilaksanakan berdasarkan kesepakatan dengan penyuluh pertanian.

Adapun kelemahan adalah tingkat kematangan (maturity level) petani kita tidak semuanya sudah memenuhi syarat untuk melakukan ini. Apabila petani belum matang maka hasilnya lebih banyak artificial yang dipaksakan bukannya alamiah, sehingga penyuluhan yang kita laksanakan tidak memecahkan masalah yang sebenarnya.Revolusi Senyap Penyuluhan Pertanian India

Sebuah revolusi senyap sedang terjadi dalam sistem komunikasi di kawasan perdesaan India. Para petani dan keluarganya browsing internet dan mendapatkan informasi umum, informasi teknis dan pemasaran dari warung/kios informasi yang didirikan di seluruh negara.Jumlahnya dibawah inisiatif ini mungkin masih relatif kecil (sekitar lebih sepuluh ribu desa dari lebih dari enam desa lakh di negara ini), tetapi potensi ini Bridging dari apa yang disebut Digital Divide yang sedang hangat diperdebatkan dalam dan luar negeri. Jika seluruh perdesaan India dapat saling dihubungkan dan masyarakat dapat berdayakan dengan Informasi, ekonomi India akan mengambil lompatan maju ke Millenium Digital dengan kecepatan tinggi. Proses ini sudah dimulai. Pemerintah India telah menempatkan IT Policy pada tahun 2000, hampir semua negara telah mengembangkan IT Strategi dan telah memasang situs web mereka.Teknologi spesifik yang cocok untuk diterapkan diperdesaan sedang dikembangkan. Beberapa Portal tentang pasar perdesaan dan jasa pertanian sedang dibangun. Situs web tingkat kabupaten sedang dibangun, Kios/warung informasi sedang dibentuk di blok/Mandal dan tingkat desa dan informasi berdasarkan kebutuhan teknis dan lainnya sedang dikumpulkan, didigitalkan dan dihost di Internet.Pertanian menjadi bagian dan cara hidup lebih dari setengah populasi India bahkan sampai hari ini. Kesejahteraan berkelanjutan para petani, para pekerja pertanian memegang kunci untuk meningkatkan keseluruhan skenario pengembangan sumber daya manusia di negara ini. Pertanian India berada di jalur tradisional sampai gelombang pertama Revolusi Hijau di akhir 60-an. Revolusi Hijau memberikan dorongan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi-padian utama di daerah irigasi seperti di Punjab, Haryana dan Barat UP di utara, dan Godavri, Delta Cauvery di selatan.Kecepatan penyebaran informasi teknologi dari sistem penelitian kepada petani di lapangan dan umpan balik petani terhadap sistem penelitian merupakan salah satu masukan penting dalam transfer teknologi pertanian. Dukungan informasi dan komunikasi selama 55 tahun terakhir ini terutama dilakukan secara konvensional. Penyuluh pertanian dari Departemen Pertanian telah menyebarluaskan pesan yang berisi teknologi kepada para petani secara manual.Pendekatan ini belum mampu menjangkau sebagian besar petani yang tersebar di seluruh negeri. Kesenjangan ini merupakan tantangan bagi sistem penyebaran teknologi bahkan sampai hari ini. Untuk mencapai lebih dari 110 juta petani, yang tersebar di 500 kabupaten dan lebih dari 6000 blok adalah tugas yang tidak mudah. Keragaman situasi agroekologis menambah tantangan ini lebih lanjut. Keberhasilan Revolusi Hijau ini terutama dicapai karena pendekatan terpadu penyuluhan untuk daerah- daerah yang beririgasi baik.Pada saat ini adalah memungkinkan untuk menemukan solusi untuk situasi ini dengan menggunakan potensi Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK) untuk memenuhi kebutuhan informasi spesifik lokasi kepada para petani. Jaringan informasi dan komunikasi yang berkembang sangat cepat. Jumlah koneksi internet di India telah menyeberangi tanda dua juta dan jumlah sambungan telepon lebih dari 22 juta. Konektivitas internet telah menyentuh hampir semua kabupaten di negara ini dan bergerak turun ke tingkat blok dan Mandal. Pilot proyek yang dapat menghubungkan masyarakat pedesaan ke ruang cyber sedang berlangsung di berbagai lokasi. Respon awal dari masyarakat pedesaan, khususnya perempuan, sangat menggembirakan.MANAGE telah membentuk konektivitas internet di 28 Kabupaten di 7 negara bagian yaitu Andhra Pradesh, Bihar, Himachal Pradesh, Jharkhand, Maharashtra, Orissa dan Punjab di bawah naungan National Agricultural Technology Project (NATP). Lebih dari 200 blok telah terhubung dengan internet di bawah NATP.Sejumlah Perguruan Tinggi Negeri Pertanian, departemen pemerintah dan juga beberapa pengusaha swasta telah host di situs web pertanian termasuk informasi dasar mengenai pertanian. MANAGE telah mengambil inisiatif untuk menyediakan fasilitas untuk menghubungkan petani dengan informasi teknis dan website lain. MANAGE juga mendukung sejumlah Universitas Pertanian dan penelitian lainnya dan organisasi pelatihan, baik sektor publik maupun sukarelawan dalam membangun kapasitas mereka untuk mendigitalkan Informasi Pertanian terutama untuk mendigitalkan informasi teknis dan dihost yang sama di web. Website dari Regional Extension Education Institutes (EEI), State Level Management and Extension Training Institutes (SAMETIs), 24 Distrik/Kabupaten dan banyak lainnya organisasi telah dirancang, dikembangkan dan diselenggarakan oleh MANAGE. Website dari 24 Distrik/Kabupaten (Agricultural Technology Management Agency/ATMAs), berisi informasi yang sangat penting seperti Profil Kabupaten, Pola Tata Guna Tanah, Skenario Pertanian Kabupaten, Strategi Penelitian dan Rencana Penyuluhan, Kisah sukses direplikasi, dan informasi tentang kontak penting orang dengan nomor telepon dan e-mail mereka. Situs-situs web ini telah meningkatkan penyebaran informasi dari lembaga-lembaga secara signifikan.Meningkatkan Kapasitas Komunikasi Sistem Penyuluhan Pertanian:Keterkaitan yang lemah antara penyuluhan, penelitian, jaringan pemasaran dan petani membatasi efektivitas penelitian dan penyuluhan untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan pertanian. Pemerintah India telah mengidentifikasi masalah ini, dan menanganinya melalui program nasional. Penggunaan media cetak, radio dan televisi untuk menjangkau kepada para petani sedang ditambah dengan penggunaan teknologi komunikasi seperti internet dan satelit komunikasi. Di bawah inisiatif baru NATP, perhatian yang memadai untuk menyediakan konektivitas TIK hingga ke tingkat Blok. Konektivitas ini akan memfasilitasi komunikasi dua arah antara semua pemangku kepentingan dalam sebuah lingkaran mulai dari Penelitian, Penyuluhan, Marketing dan Petani. Selain konektivitas Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai intinya, bentuk-bentuk lain dari komunikasi audio dan visual seperti satelit komunikasi (satcom) juga dipromosikan sebagai dasar kegiatan.Penelitian Komunikasi Penyuluhan di India: Skenario Sekarang:Media utama dari komunikasi antara lembaga penelitian dan penyuluhan di India masih dilakukan dengan pertemuan tatap muka (Face to Face). Department of Agriculture and Co-operation (DAC) dan ICAR (Indian Council of Agricultural Research) menyediakan tempat bagi interaksi antara para pembuat kebijakan di Departemen Pertanian dan Kerjasama dan Ilmuwan Senior ICAR. Dengan demikian, dukungan informasi dan komunikasi selama 50 tahun terakhir ini terutama dilakukan secara konvensional. Penyuluh penyuluh pertanian dari Departemen Pertanian menyebarluaskan pesan teknologi untuk petani secara manual. Pendekatan ini belum mampu menjangkau sebagian besar petani yang tersebar di seluruh negeri. Kesenjangan ini merupakan tantangan bagi sistem penyuluhan bahkan sampai hari ini.Pada tingkat negara mekanisme yang serupa ada hampir pada semua negara, di mana Departemen Pertanian berinteraksi dengan Perguruan Tinggi/Universitas Pertanian yang bersangkutan, Penelitian dan Ahli penyuluhan pertanian menyiapkan rencana kegiatan penyuluhan di tingkat lapangan. Di beberapa negara bagian, SAU telah mendirikan pusat-pusat penyuluhan pertanian pada setiap kabupaten (Andhra Pradesh DAATTC (District Agriculture Advisory and Transfer of Technology Centre of ANGRAU).Ada beberapa mekanisme lainnya di antara sistem-sistem ini mencakup interaksi antara ilmuwan penelitian. dan manajer penyuluhan di Zonal Research Stasiun (ZRS) dan pada Tingkat Krishi Vigyan Kendra. Dengan demikian komunikasi antara penelitia dan penyuluh terutama dilakukan secara interpersonal, yang umumnya diikuti oleh literatur teknis dari pihak universitas dan umpan balik dari lapangan (dalam bentuk tertulis) dari sisi penyuluhan mekanisme ini yang berlaku. Di sebagian besar negara bagian di India bawah NATP dan UPDASP (Uttar Pradesh Diversifikation Agriculture Support Project), Internet berbasis konektivitas telah diberikan kepada para pemangku kepentingan utama dalam sistem penelitian dan penyuluhan di 46 kabupaten percontohan.Aliran komunikasi dasar terdiri dari laporan berkala kepada badan-badan proyek dan dalam beberapa kasus komunikasi email antara peneliti dan manajer penyuluhan. Kabupaten Proyek yang situs webnya telah dihost mereka memberikan informasi dasar tentang kabupaten, pola pertanian di kabupaten, penelitian strategis dan rencana perluasan dan inisiatif utama dalam proyek-proyek yang bersangkutan. Universitas juga mehostkan situs web mereka dan dalam beberapa kasus ZRS (Zonal Research Stasiun) dan KVK (Krishi Vigyan Kendra) juga telah melakukannya. Website ini terutama melayani sebagai acuan untuk menghubungi instansi yang bersangkutan. Mereka memberikan alamat kontak, alamat email dan nomor telepon ilmuwan penting. Materi teknis pada situs web universitas. Bahan-bahan tersebut yang sangat berguna bagi para ilmuwan universitas ditempatkan pada ZRS dan tingkat KVK dan penyuluh di tingkat kabupaten. Hal ini dapat dianggap sebagai fase pertama dari penggunaan teknologi informasi komunikasi untuk penyuluhan pertanian. Tahap kedua inisiatif ini akan mencakup komunikasi yang memungkinkan antara penyuluhan penelitian dalam arti dinamis. Ini akan melibatkan re-engineering mekanisme komunikasi yang ada di berbagai tingkatan.Para peneliti di universitas sekarang harus melibatkan Krishi Vigyan Kendras, penyuluh fungsional dan bahkan petani sejak awal proyek. Mereka dapat berbagi tujuan mereka, metodologi penelitian mereka, metodologi analisa dan juga pengamatan dan hasil antara dengan sesama ilmuwan yang bersangkutan dan petani. Dalam sistem terbuka, para pemangku kepentingan lain dapat memberikan masukan dan saran mereka untuk para peneliti di setiap tahap percobaan. Dalam beberapa kasus, bahkan para petani dapat berpartisipasi dalam meningkatkan penelitian. Validasi penelitian dapat dipastikan akan dilakukan pada jumlah yang sesuai lokasi dalam zona agroekologi yang bersangkutan, dengan hasil yang sama yang dibagi di antara semua pemangku kepentingan secara online, pada berbagai tahap penelitian.Kemasan rekomendasi penelitian harus dilakukan secara lebih partisipatif dengan bantuan TIK (teknologi informasi dan komunikasi). Penyuluh pertanian di tingkat kabupaten bisa diajak untuk memastikan sebelum pengemasan akhir dari Praktek atau Teknologi untuk masing-masing tanaman/komoditas. Pengalaman dan hasil berbagai jejak juga dapat ditunjukkan dalam paket yang diusulkan sebagai praktek. Para penyuluh pertanian kemudian dapat menyimpan informasi penelitian yang bersangkutan pada umpan balik pada form elektronik. Dengan cara ini TIK akan membantu keduanya, para peneliti dan masyarakat pertanian untuk berbicara satu sama lain secara teratur.Konsep Kios Informasi Desa (Village Information Shops) sedang dibahas, diperdebatkan dan dilakukan ujicoba di berbagai tempat di India. Percobaan Dr. M.S. Swaminathan Research Foundation (MSSRF), Chennai, Village Informations dari MANAGE di Kabupaten Ranga Reddy di AP, Gyandoot.net inisiatif dari Kabupaten Administrasi Dhar, MP, EID-Parry Wireless Local Loop yang berbasis di Village Shops di Kabupaten Cuddalore Tamilnadu dan Warna Wired Villages dari Nasional Informatika Centre (NIC) di Kolhapur-Sangli Distrik Maharashtra adalah beberapa kasus yang memberikan wawasan yang baik Petani dan kebutuhan informasi pertanian, keluarga dan kapasitas membayar. Hasil awal menunjukkan bahwa, Penyuluh Pertanian saja tidak cukup untuk mengelola Kios Informasi di desa atau bahkan di tingkat Blok. Menyediakan informasi harus lebih besar dan dinamis sehingga dapat menawarkan nilai tambah informasi seperti harga pasar, informasi topikal lokal seperti jadwal bus dan kereta api, prakiraan cuaca dll. Pengalaman Gyandoot (Dhar) menunjukkan bahwa Kios Informasi Desa dapat diusahakan secara mandiri, dengan potensi untuk menyediakan pekerjaan bagi dua orang muda perdesaan di kios masing-masing, jika layanan e-governance yang terintegrasi dengan Jaringan Informasi. Orang-orang perdesaan yang bersedia membayar untuk layanan informasi, menyediakan layanan yang sedikit lebih lengkap dan meningkatkan mata pencaharian mereka. Informasi penyuluhan adalah komponen yang sangat penting dari informasi yang dibutuhkan di tingkat desa. Materi yang berkualitas namun tidak mudah untuk mengubah secara drastis untuk membuat informasi penyuluhan yang ramah bagi petan.Kemasan informasi penyuluhan untuk Warung/Kios Informasi harus lebih visual, lebih lengkap dan itu harus memberikan pengetahuan penuh dan informasi tentang topik dan berbagai skenario dan pilihan kepada petani dan juga harus menunjukkan sumber informasi dan referensi lebih lanjut untuk pemeriksaan silang dan klarifikasi. Hal ini akan membawa lebih banyak komunikasi langsung antara petani dan peneliti dan juga akan meningkatkan kualitas dan kemasan bahasa antara penelitian, penyuluhan dan umpan baliknya. Pelajaran dari Pondicherry menunjukkan bahwa petani mencari informasi tentang benih dan pupuk dan juga pada hama dan penyakit dalam kelompok dan kemudian mereka mendiskusikan informasi di Kios/Warung Informasi. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran informasi di desa yang dihubungkan yang mungkin terjadi melalui organisasi-organisasi petani, kelompok tani dan kelompok informal lainnya.Percobaan lain seperti yang telah berjalan selama 3 tahun sekarang adalah Warna Wired Village. Dihubungkan oleh Pusat Informatika Nasional (National Informatic Centre). Tulang punggung kelompok yang mengakses dalam percobaan ini adalah anggota koperasi, yang telah menjadi fenomena yang sangat sukses di Maharashtra sejak 60-an Pada Tamilnadu Nellikuppam Proyek n-Logue dan EID Parry dengan kerangka dasar kelompok tani di Kawasan Pabrik Gula. Teknologi lain yang dipercaya oleh petani adalah Mobile Video Conferencing yang diaktifkan dengan satelite. Mereka telah mengelola lebih dari 100 sesi video conference dengan masing-masing sesi memiliki lebih dari 200 petani berinteraksi dengan para ahli dari universitas dan pejabat Departemen pertanian. Mereka mengirim Mobil VSAT ke lokasi terpencil dan menset up video conference dalam waktu satu jam dan kemudian mereka terhubung ke satelit. Di studio mereka mengundang para ahli dari universitas dan pejabat departemen pertanian yang menangani tanaman/agroiklim daerah itu untuk menjawab pertanyaan petani. Semua interaksi dalam Bahasa Lokal dan hampir tidak ada penghalang yang berarti.Di India telah memiliki lebih dari 20 inisiatif seperti halnya layanan informasi tentang Pertanian dan terutama informasi harga komoditas pertanian dan informasi penyuluhan pertanian telah berhasil diujicoba di dalam proyek. Sekarang saat yang tepat untuk mengkonsolidasikan pelajaran yang diperoleh dari inisiatif tersebut untuk dilaksanakan di seluruh negara atau setidak-tidaknya konektivitas di seluruh negara bagian atau akses terhadap informasi proyek.Memulai Cyber Extension:Proses Cyber Ekstension di India perlu memiliki visi yang jelas di tingkat nasional, tingkat negara dan yang lebih penting di tingkat Universitas /Perguruan Tinggi Pertanian Negeri. Belajar dari pengalaman di dalam negeri dan di negara-negara lain, kita harus fokus pada aspek-aspek utama sebagai berikut:1. Mengembangkan Infrastruktur TIK untuk menghubungkan para pihak, dengan cara:Memberikan Telepon, ICT (Internet) dan Satcom (Satelit Komunikasi linkage), koneksi video conference ke semua Negara, SAMETI, Distrik/Kabupaten, Blok, Pertanian Perguruan Tinggi/Universitas Pertanian Negeri, Zonal Research Stasiun (ZRS) dan Krishi Vigyan Kendras (KVK);Penyediaan perangkat keras dan perangkat lunak untuk semua institusi di atas;Membuat pelatihan TIK/ICT dan Konsultasi infrastruktur di tingkat Nasional, Negara dan tingkat Distrik;2. Menciptakan Kesadaran TIK/ICT dalam semua Departemen Pembangunan, dengan cara:Pengembangan kapasitas semua petugas penyuluh dan tenaga ahli dalam TIK para ilmuwan di SAU, ZRS, KVK, Distrik/Kabupaten dan Blok.Membuat Materi Pelatihan TIk di tingkat nasional dan lembaga-lembaga Pelatihan Negara;3. Membuat Mekanisme Pengemasan Informasi bagi lembaga lembaga kunci yang berpartisipasi:Peningkatan kapasitas dari semua ahli penyuluhan pada SAU, ZRS dan KVK dalam Pengemasan Informasi (Packaging information);Dgitalisasi semua literatur dalam bahasa Inggris dan satu bahasa lokal;Integrasi Data Pemasaran Pertanian (termasuk harga pasar, market intelegence, Proyeksi Pemasaran Negara/Kabupaten tertentu);Integrasi informasi tentang berbagai mata pelajaran seperti Peternakan/Hortikultura/ Sericulture dll dengan informasi penyuluhan (secara holistik bagi para petani);4. Jaringan e-Governance dengan inisiatif dari Negara/Distrik/Kabupaten:Memberikan akses/link ke situs e-governance di kabupaten/zona/negara;Menyediakan link ke semua situs tujuan umum untuk memberikan informasi area khusus kepada Petani;5. Membuat Cell Nodal di setiap negara untuk memantau kemajuan Cyber Extension:Sebuah Nodal Cell dengan konektivitas yang lengkap dengan semua Kecamatan dan Badan Nasional untuk memastikan input kebijakan yang sesuai di Tingkat Negara;Memberikan dukungan teknis TIK/ICT untuk semua lembaga pada periode kritis satu tahun;6. Identifikasi Badan Koordinasi Nasional Cyber Extension di India:Untuk memberikan dukungan kebijakan penting untuk Pemerintah. India dan dukungan teknis untuk semua pelaksana di seluruh negeri;Hal ini harus bertanggung jawab untuk mengembangkan perspektif nasional, sebuah rencana aksi, mendapatkan persetujuan dari instansi terkait dan kemudian bertanggung jawab atas pelaksanaannya;Mekanisme untuk pertemuan (Face to face) atau telepon tindak lanjut dari transaksi pengetahuan secara bulanan/triwulanan antara lembaga penelitian, penyuluh dalam Kabupaten/Zona/Negara; danPemantauan semua transaksi informasi di antara lembaga dan juga dengan petugas penyuluh/petani minimal satu tahun sekali;Proses ini harus dilengkapi dengan jaringan penyuluhan online dari Farmers Service Providing Agencies paling tidak sampai tingkat Blok. Pengalaman NATP telah sangat positif dalam hal memberikan konektivitas di tingkat Kabupaten, KVK dan tingkat Blok tingkat. Sekarang kita perlu membuat jaringan ini operasional dan juga memperluas hal yang sama untuk negara bagian lain dan Distrik/kabupaten lainya.(Tulisan ini merupakan terjemahan bebas dari tulisan DR. VP. Sharma Director Information Technology, Documentation and Publications and Computers & Communications Specialist NATP, National Institute of Agricultural Extension Management (MANAGE) dengan Judul aslinya Cyber extension :Connecting farmers in India Some experince. Sumber: http://www.penyuluhpertanian.com/pengalaman-india-menerapkan-cyber-extension