Download - Penyembelihan sesuai syariat

Transcript
Page 1: Penyembelihan sesuai syariat

A. Ketentuan tentang tata cara penyambelihan hewan

1. Pengertian penyembelihan

Penyembelihan menurut bahasa artinya baik dan suci. Sembelih atau penyembelihan hewan

adalah suatu aktifitas, pekerjaan atau kegiatan menghilangkan nyawa hewan atau binatang

dengan memakai alat bantu atau benda yang tajam ke arah urat leher saluran pernafasan dan

pencernaan. Agar binatang yang disembelih halal dan boleh dimakan, penyembelihan hewan

harus sesuai dengan aturan agama islam. Jika binatang yang mau disembelih masuk ke

lubang yang sulit dijangkau maka diperbolehkan melukai bagian mana saja asalkan

mematikan binatang tersebut.

2. Tata cara penyembelihan hewan

Cara penyembelihan hewan sebagai berikut :

Penyembelihan hewan tersebut hendaklah dilakakukan oleh seorang laik-lakiyang baligh dan

berakal. Namun kalau tidak ada laki-laki, wanita boleh menyembelih hewan dengan syarat

sudah mumayiz, tidak buta, dilakukan dengan sengaja, dan menyembut nama allah saat

menyembelih.

Hewan sembelihan digulingkan ke rusuk kiri dan dihadapkan ke arah kiblat.

Jika hewan mudah disembelih ,penyembelihan dilakukan di lehernya. Saluran napas dan

saluran makanan serta nadi utama harus dipotong.

Hewan sembelihan jika dikuliti dan dipotong-potong harus sudah jelas mati.

Jika hewan yang akan di sembelih itu liar atau jatuh ke lubang, penyembelihan dapat

dilakukan pada bagian tubuh.

3. Syarat penyembelihan hewan

a. Syarat orang yang menyembelih hewan adalah :

Beragama Islam atau seorang ahli kitab

Sudah mumayiz (anak kecil tidak dibenarkan menyembelih)

Berakal

Tidak tidur

Tidak buta

b. Syarat hewan yang di sembelih

Hewan darat yang halal dimakan

Bukan hewan buas dan tidak bertaring

Bukan hewan yang haram

Page 2: Penyembelihan sesuai syariat

Sebelum disembelih hewan tersebut masih hidup

c. Syarat alat penyembelihan

Alat penyembelihan, antara lain :

Tajam

Terbuat dari besi, baja, bamboo dan kaca

Tidak runcing dan tidak tumpul

Bukan kuku, gigi, atau tulang

d. Sunah dalam penyembelihan

Menghadap kiblat

Menyembelih pada pangkal leher

Menggunakan alat tajam

Mempercepat penyembelihan

Melepas tali setelah disembelih

Berlaku baik dalam penyembelihan, tidak kasar, tidak lambat

e. Tempat anggota tubuh yang disembelih

Bagian leher tempat napas, jalan makan,minum serta urat nadi terletak pada leher

Bagi binatang liar dan sulit disembelih pada lehernya, dapat disembelih dengan cara melukai

bagian tubuh yang dapat mematikanya

f. Cara penyembelihan hewan

Cara tradisional

Cara mekanik

Page 3: Penyembelihan sesuai syariat

PENYEMBELIHAN YANG SESUAI SYARI’AT

Oleh

Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi

Definisi adz-Dzakaah (Penyembelihan)

Adz-Dzakaah makna sebenarnya adalah membuat baik dan wangi, di antara

penggunaannya seperti raa-ihatun dzakiyyatun maksudnya bau yang harum. Penyembelihan

disebut sebagai adz-dzakaah karena pembolehannya secara syari’at membuatnya menjadi

baik.

Maksud penyembelihan di sini adalah menyembelih hewan, baik dengan cara dzabh maupun

nahr.• Sebab hewan yang boleh dimakan kecuali ikan dan belalang, tidak boleh langsung

dimakan sesuatu pun darinya kecuali setelah disembelih.

Orang Yang Sembelihannya Halal Dimakan

Sembelihan setiap muslim dan Ahlul Kitab boleh dimakan, baik laki-laki maupun

perempuan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

�ه�م� ل حل� �م� و�ط�ع�ام�ك �م� �ك ل حل� �اب� �كت ال �وا �وت أ �ذين� ال و�ط�ع�ام�

“Makanan (sembelihan) orang-orang ahlul Kitab itu halal bagimu...” [Al-Maa-idah: 5]

Imam al-Bukhari berkata, “Berkata Ibnu ‘Abbas, ‘Tha’aamuhum (makanan mereka)

maksudnya dzabaahuhum (sembelihan mereka).’” [1]

Dari Ka’ab bin Malik Radhiyallahu 'anhu:

ه�ا �ل ك� أ ب م�ر�

� ف�أ ك� ذل ع�ن� وسل عليه الل�ه صلى ي* �ب الن ل� ئ ف�س� ح�ج�ر1، ب اة4 ش� �ح�ت� ذ�ب �ة4 أ ام�ر� ن�� .أ

“Bahwasanya ada seorang wanita menyembelih kambing dengan batu, kemudian hal itu

ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau pun memerintahkan untuk

memakannya.” [2]

Page 4: Penyembelihan sesuai syariat

Alat Untuk Menyembelih

Dari ‘Abayah bin Rifa’ah dari kakeknya, bahwasanya ia berkata, “Wahai Rasulullah, kami

tidak mempunyai pisau.” Maka beliau bersabda:

ن* الس9 م�ا� و�أ ة، �ش� ب �ح� ال ف�م�د�ى الظ*ف�ر� م�ا

� أ و�الس9ن� الظ*ف�ر� �س� �ي ل ، �ل� ف�ك الله م� اس� ر� و�ذ�ك الد�م� �ه�ر� ن� أ م�ا

Cف�ع�ظ�م.

‘(Alat) apa saja yang dapat mengalihkan darah dan disebut Nama Allah (pada saat

menyembelih) maka makanlah (sembelihan itu), asalkan tidak menggunakan kuku dan gigi.

Adapun kuku adalah pisaunya orang Habasyah sedangkan gigi merupakan tulang.’” [3]

Dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Dua hal yang aku hafal dari

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

. . . �ح� الذ9ب �وا ن ح�س� ف�أ �م� ت �ح� ذ�ب ذ�ا و�إ �ة� �ل �قت ال �وا ن ح�س

� ف�أ �م� �ت �ل ق�ت ذ�ا ف�إ ي�ء1 ش� �ل9 ك Jع�ل�ى ان� ح�س� �إل ا �ب� �ت ك الله� ن� إ

. �ه� ت �ح� ي ذ�ب �رح� �ي ف�ل �ه� ت ف�ر� ش� �م� ح�د�ك� أ �حد� �ي .و�ل

‘Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik kepada segala sesuatu. Apabila engkau

membunuh, maka hendaklah membunuh dengan cara yang baik, dan jika engkau

menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik, dan hendaknya seorang

menajamkan pisau dan menenangkan hewan sembelihannya itu.’” [4]

Cara Dan Sifat Menyembelih

Hewan ada dua macam, ada yang bisa untuk disembelih dan ada yang tidak bisa disembelih.

Hewan yang bisa disembelih, maka hewan tersebut disembelih pada lehernya dan pangkal

lehernya.

Adapun hewan yang tidak bisa disembelih, maka hewan tersebut dilukai sesuai dengan

kemampuan.

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu a'nhu, ia berkata:

�ة �ب و�الل ل�ق �ح� ال في �اة� �لذ�ك .ا

Page 5: Penyembelihan sesuai syariat

“Menyembelih itu pada leher dan pangkal lehernya.”

Dari Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas dan Anas, عنهم الله :رضي

س� � �أ ب � ف�ال س�

� أ الر� ق�ط�ع� ذ�ا .إ

“Apabila ia memotong lehernya, maka tidak mengapa.”

Dari Rafi’ bin Khudaij, ia berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami

besok akan bertemu musuh dan kami tidak mempunyai pisau.’ Rasulullah Shallallahu 'alaihi

wa sallam pun bersabda:

: - - ن� الس9 م�ا� أ �ك� ح�د9ث

� أ و�س� ، و�الظ*ف�ر� الس9ن� �س� �ي ل ، �ل� ف�ك الله م� اس� ر� و�ذ�ك الد�م� �ه�ر� ن� أ م�ا ى ن ر�

� أ و�� أ �ع�ج�ل� أ

ة �ش� ب �ح� ال ف�م�د�ى الظ*ف�ر� م�ا� و�أ ، Cف�ع�ظ�م.

“Cepatkanlah dan ringankanlah (gerakan alat) apa saja yang dapat mengalirkan darah dan

disebut Nama Allah (pada saat menyembelih), maka makanlah (sembelihan itu), asalkan

tidak menggunakan gigi dan kuku. Aku akan memberitahu kalian, adapun gigi, ia merupakan

tulang sedangkan kuku adalah pisau orang Habasyah.”

Kami pun mendapatkan unta dan kambing sebagai harta rampasan. Salah seekor unta menjadi

liar dan lari, kemudian seorang laki-laki memanahnya dan tepat mengenainya sehingga unta

itu diam. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

�ذ�ا هك ه ب �و�ا ف�اف�ع�ل Cي�ء ش� �ه�ا من �م� �ك �ب غ�ل ذ�ا ف�إ �و�ح�ش، ال د و�اب� �أ ك د� و�اب

� أ ل ب �إل ا ه�ذه ل ن� .إ

“Sesungguhnya unta ini mempunyai sifat liar seperti sifat liar hewan liar, apabila ada unta

yang lari lagi, maka perlakukanlah unta itu seperti ini.” [5]

Cara Menyembelih Anak Hewan Yang Masih Dalam Kandungan Induknya

Apabila ada anak hewan yang baru keluar dari perut induk-nya dan masih dapat hidup, maka

wajib disembelih.

Page 6: Penyembelihan sesuai syariat

Apabila anak hewan itu keluar dalam keadaan sudah mati, maka penyembelihan terhadap

induknya merupakan penyembelihan terhadap anak hewan itu juga (bukan bangkai dan tidak

perlu disembelih lagi).

Dari Abu Sa’id Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Kami bertanya kepada Rasulullah

Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang janin, maka beliau bersabda:

م9ه � أ �اة� ذ�ك �ه� �ات ذ�ك ن� ف�إ ، �م� �ت ئ ش ن� إ �و�ه� �ل .ك

‘Makanlah jika kalian menghendaki, sesungguhnya menyembelihnya adalah dengan

menyembelih induknya.’” [6]

Menyebut Nama Allah Pada Saat Menyembelih

Menyebut Nama Allah pada saat menyembelih adalah syarat kehalalan hewan sembelihan

tersebut. Barangsiapa yang tidak menyebut Nama Allah dengan sengaja, maka

sembelihannya tidak halal.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ين� م�ؤ�من ه �ات آي ب �م �نت ك ن إ �ه �ي ع�ل �ه الل م� اس� ر� ذ�ك مم�ا �وا �ل ف�ك

“Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut Nama Allah ketika

menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.” [Al-An’aam: 118]

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

�م� �وك ادل �ج� ي ل هم� �ائ ي و�ل� أ Jى� ل إ �وح�ون� �ي ل �اطين� ي الش� ن� و�إ Cس�قف� �ه�ل ن و�إ �ه �ي ع�ل �ه الل م� اس� �ر �ذ�ك ي �م� ل مم�ا �وا �ل ك

� �أ ت �و�ال�

�ون� رك �م�ش� ل �م� �ك ن إ �م�وه�م� ط�ع�ت� أ ن� و�إ

“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut Nama Allah ketika

menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.

Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah

kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang

yang musyrik.” [Al-An’aam: 121]

Page 7: Penyembelihan sesuai syariat

Dari Rafi’ bin Khudaij Radhiyallahu 'anhu, ia menerangkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi

wa salalm berkata kepadanya:

�ل� ف�ك الله م� اس� ر� و�ذ�ك الد�م� �ه�ر� ن� أ .م�ا

“(Alat) apa saja yang dapat mengalirkan darah dan disebut-kan Nama Allah (pada saat

menyembelih), maka makanlah (sembelihan itu).” [7]

Menghadap Kiblat

Disunnahkan menghadapkan hewan sembelih ke arah Kiblat dan membaca seperti apa yang

dibaca oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits berikut.

Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa

sallam pernah menyembelih dua ekor domba yang mempunyai tanduk bagus dan bewarna

putih serta telah dikebiri (dipukul dua biji pelirnya agar syahwatnya untuk kawin hilang-

penj). Ketika beliau menghadapkan keduanya (ke arah Kiblat) beliau berdo’a:

� ال �ن� �مي �ع�ال ال ب9 ر� ي لله و�م�م�ات �اي� ي و�م�ح� كي �س� و�ن ي �ت ص�ال ن� إ ، �ن� ي رك �م�ش� ال من� �ا ن� أ و�م�ا �ف4ا ي ن ح� �م� اهي �ر� ب إ �ة مل ع�ل�ى ر�ض�

� �أل و�ا مJو�ات الس� ف�ط�ر� �ذي ل ل و�ج�هي� و�ج�ه�ت� 9ي ن إ

�ر� �ب ك� أ و�الله الله م اس� ب ه م�ت

� و�أ م�ح�م�د1 ع�ن� و�ل�ك� �ك� من fه�م� �لل ا ، �ن� مي ل �م�س� ال من� �ا ن� و�أ ت� مر�

� أ ك� ذJل و�ب �ه� ل �ك� ري .ش�

‘Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi

di atas agama Nabi Ibrahim yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.

Sesungguhnya shalatku, ibadahku (sembelihanku), hidupku, dan matiku hanyalah untuk

Allah, Rabb semesta alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang

diperintahkan kepadaku dan aku termasuk orang-orang menyerahkan diri (kepada Allah). Ya

Allah, ini adalah dari-Mu dan untuk-Mu dari Muhammad dan umatnya, bismillaahi wa

Allaahu akbar (dengan Nama Allah (aku menyembelih) dan Allah Mahabesar).’

Kemudian beliau menyembelihnya.” [8]

Hewan Buruan

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ف�اص�ط�اد�وا �م� �ت �ل ل ح� ذ�ا و�إ

Page 8: Penyembelihan sesuai syariat

“... Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu...” [Al-Maa-idah:

2]

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

مم�ا �ه�ن� 9م�ون �ع�ل ت ين� 9ب �ل م�ك �ج�و�ارح ال م9ن� �م �م�ت ع�ل و�م�ا �ات� 9ب الط�ي �م� �ك ل حل�� أ ق�ل� �ه�م� ل حل�

� أ م�اذ�ا �ك� �ون �ل أ �س� �ي �

�ه �ي ع�ل �ه الل م� اس� وا �ر� و�اذ�ك �م� �ك �ي ع�ل �ن� ك م�س�� أ مم�ا �وا �ل ف�ك �ه� الل �م� �م�ك �ع�ل

“Mereka menanyakan kepadamu, ‘Apakah yang dihalalkan bagi mereka.’ Katakanlah,

‘Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang-binatang buas

yang telah kamu ajarkan dengan melatihnya untuk berburu, kamu mengajarnya menurut apa

yang telah diajarkan Allah kepadamu, maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu,

dan sebutlah Nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepasnya)...” [Al-Maa-idah: 4]

Binatang buruan laut adalah halal dalam keadaan apa pun, demikian pula binatang buruan

darat kecuali dalam keadaan ihram.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

م4ا ح�ر� �م� د�م�ت م�ا �ر9 �ب ال �د� ص�ي �م� �ك �ي ع�ل م� و�ح�ر9 ة �ار� ي لس� و�ل �م� �ك ل �اع4ا م�ت و�ط�ع�ام�ه� �ح�ر �ب ال �د� ص�ي �م� �ك ل حل�� �أ

“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai

makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan

atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ke-adaan ihram.…” [Al-

Maa-idah: 96]

Orang Yang Buruannya Halal Untuk Dimakan

Orang yang sembelihannya halal dimakan, maka hasil buruannya pun halal untuk dimakan.

Alat Untuk Berburu

Berburu dapat dilakukan dengan senjata yang dapat melukai seperti pedang, pisau atau panah,

dan bisa juga dilakukan dengan binatang pemburu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Page 9: Penyembelihan sesuai syariat

�م� و�رم�اح�ك �م� �ديك ي� أ �ه� �ال �ن ت �د الص�ي م9ن� ي�ء1 ش� ب �ه� الل �م� �ك �و�ن �ل �ب �ي ل �وا آم�ن �ذين� ال *ه�ا ي

� أ �ا ي

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sesuatu dari

binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan tombakmu..”. [Al-Maa-idah: 94]

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

�م� �ك �ي ع�ل �ن� ك م�س�� أ مم�ا �وا �ل ف�ك �ه� الل �م� �م�ك ع�ل مم�ا �ه�ن� 9م�ون �ع�ل ت ين� 9ب �ل م�ك �ج�و�ارح ال م9ن� �م �م�ت ع�ل �و�م�ا

“... Dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang-binatang buas yang telah kamu ajarkan

dengan melatihnya untuk berburu, kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan

Allah ke-padamu...” [Al-Maa-idah: 4]

Disyaratkan merobek jasad binatang buruan dan menembuskan senjata ke badannya pada saat

berburu dengan senjata.

Sedangkan berburu dengan binatang disyaratkan binatang pemburu tersebut yang terlatih dan

binatang tersebut tidak memakan binatang buruannya (jika ia mendapatkannya) serta tidak

ada bintang lain yang ikut memburu binatang tersebut.

Menyebut Nama Allah pada saat hendak memanah atau melepas binatang pemburu juga

merupakan syarat halalnya hewan buruan.

Dari ‘Adi bin Abi Hatim Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Aku telah bertanya kepada

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang al-mi’raadh (panah yang tidak mempunyai

bulu dan tumpul)•, maka beliau menjawab:

: . : . ذ�ا إ ق�ال� ي �ب �ل ك سل� ر�� أ ف�ق�ل�ت� �ل� �ك �أ ت � ف�ال Cذ� و�قي �ه� ن ف�إ �ل� ف�ق�ت ضه ع�ر� ب ص�اب�

� أ ذ�ا ف�إ ، �ل� ف�ك ح�د9ه ب �ت� ص�ب� أ ذ�ا إ

: : . ك� م�س�� أ �م�ا ن إ ، �ك� �ي ع�ل �م�سك� ي �م� ل �ه� ن ف�إ ، �ل� �ك �أ ت � ف�ال ق�ال� ؟ �ل� �ك أ ن� ف�إ ق�ل�ت� �ل� ف�ك �ت� م�ي و�س� �ك� �ب �ل ك ل�ت� س� ر�

� أ

: : . ، ك� �ب �ل ك ع�ل�ى �ت� م�ي س� �ما ن إ �ك� ن ف�إ ، �ل� ك� �أ ت � ال ق�ال� ؟ آخ�ر� 4 �با �ل ك م�ع�ه� جد�

� ف�أ ي �ب �ل ك سل� ر�� أ ق�ل�ت� ه �ف�س ن ع�ل�ى

آخ�ر ع�ل�ى م9 �س� ت �م� .و�ل

Page 10: Penyembelihan sesuai syariat

‘Apabila yang mengenai hewan itu adalah bagian yang tajam, maka makanlah dan apabila

yang mengenai hewan itu adalah batang panah kemudian mati maka hewan itu mati terbentur,

jangan dimakan.’ Aku bertanya lagi, ‘Aku melepaskan anjingku.’ Beliau menjawab, ‘Apabila

engkau melepaskan anjingmu dan engkau menyebut Nama Allah, maka makanlah.’

Kemudian aku bertanya lagi, ‘Apabila anjing itu memakan (hewan buruan itu)?’ ‘Jangan

dimakan, sesungguhnya ia tidak menangkap (hewan itu) untukmu, ia menangkapnya untuk

dirinya sendiri,’ jawab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Aku bertanya lagi, ‘Aku

melepaskan anjingku dan aku menjumpai anjing lain bersamanya?’ Rasulullah menjawab,

‘Jangan dimakan, sesungguhnya engkau menyebut Nama Allah untuk anjingmu saja dan

tidak menyebut Nama Allah untuk anjing yang lain.’”[9]

Berburu Dengan Anjing Yang Tidak Terlatih

Hewan yang ditangkap oleh anjing yang tidak terlatih tidak halal untuk dimakan kecuali

hewan itu masih hidup dan disembelih.

Dari Abi Tsa’labah al-Khusyani, ia berkata, “Aku pernah bertanya, ‘Wahai Nabiyullah, kami

pernah berada di sebuah negeri orang-orang Ahli Kitab, apakah kami boleh makan dengan

bejana-bejana mereka? Kami juga pernah berada di daerah berburu, aku berburu dengan

panah dan anjingku yang tidak terlatih serta anjing yang terlatih, manakah yang baik bagiku?’

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

�و�ا �ل و�ك �و�ه�ا ل ف�اغ�س �جد�و�ا ت �م� ل ن� و�إ �ه�ا، في �و�ا �ل ك� �أ ت � ف�ال ه�ا �ر� غ�ي �م� و�ج�د�ت ن� ف�إ ، �اب �كت ال ه�ل

� أ من� ت� �ر� ذ�ك م�ا م�ا� أ

.، �ل� ف�ك الله اس�م� ت� �ر� ف�ذ�ك �م �م�ع�ل ال ك� �ب �ل ك ب صد�ت� و�م�ا ؛ �ل� ف�ك الله اس�م� ت� �ر� ف�ذ�ك ق�و�سك� ب صد�ت� و�م�ا �ه�ا في

�ل� ف�ك �ه� �ات ذ�ك �ت� ك د�ر�� ف�أ 1 �م م�ع�ل �ر� غ�ي ك� �ب �ل ك ب صد�ت� .و�م�ا

‘Adapun apa yang engkau ceritakan mengenai Ahli Kitab, apabila engkau mendapatkan

bejana selain bejana mereka janganlah engkau makan dengan bejana mereka, apabila engkau

tidak mendapatkan selain bejana mereka, maka cucilah bejana itu kemudian makanlah

dengannya. Adapun binatang yang engkau buru dengan panahmu dan engkau menyebut

Nama Allah maka makanlah, dan binatang yang engkau buru dengan anjingmu yang terlatih

dan engkau menyebutkan Nama Allah, maka makanlah, sedangkan binatang yang engkau

buru dengan anjingmu yang tidak terlatih kemudian engkau dapat menyembelihnya, maka

makanlah.’” [10]

Page 11: Penyembelihan sesuai syariat

Hewan Buruan Yang Jatuh ke Air

Apabila hewan buruan itu jatuh ke dalam air, maka hewan tersebut haram dimakan. Hal ini

berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada ‘Adi bin Hatim:

� ال �ك� ن ف�إ م�اء1، في و�ق�ع� ق�د� �جد�ه� ت ن�� أ � ال إ ، �ل� ف�ك ل� ق�ت ق�د� �ه� و�ج�د�ت ن� ف�إ الله، م� اس� �ر ف�اذ�ك ه�م�ك� س� �ت� م�ي ر� ذ�ا إ

ه�م�ك� س� و�� أ �ه� �ل ق�ت �م�اء� ال �د�ري، .ت

“Apabila engkau melepaskan anak panahmu dan menyebut Nama Allah, kemudian

mendapatkan (binatang buruan)nya telah mati, maka makanlah kecuali jika engkau

mendapatkannya jatuh ke dalam air karena sesungguhnya engkau tidak tahu apakah air atau

panahmu yang telah membunuhnya.” [11]

Apabila Hewan Buruan Hilang Dua Atau Tiga Hari kemudian Didapatkan Kembali

Apabila seseorang melepaskan anak panahnya tepat mengenai hewan buruannya dan hewan

itu lari menghilang dua atau tiga hari kemudian ia menemukannya kembali, maka ia boleh

memakannya selama belum membusuk.

Dari ‘Adi bin Hatim Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

bersabda:

�ل� ف�ك ه�مك� س� �ر� ث� أ � ال إ ه ب �س� �ي ل �ن �و�م�ي ي و�

� أ 1 �و�م ي �ع�د� ب �ه� ف�و�ج�د�ت �د� الص�ي �ت� م�ي ر� ن� .و�إ

“Apabila engkau memanah hewan buruanmu (kemudian hewan itu lari-pent) dan engkau

menemukan hewan itu setelah satu atau dua hari, dan engkau tidak menemukan pada hewan

tersebut kecuali bekas panah, maka makanlah.” [12]

Dari Abi Tsa’labah, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

ن� �ت �ن ي �م� ل م�ا �ه�، �ل ف�ك �ه�، �ت ك د�ر�� ف�أ ، �ك� ع�ن ف�غ�اب� ، ه�مك� س� ب �ت� م�ي ر� ذ�ا .إ

“Apabila engkau melepaskan anak panahmu dan (hewan itu) hilang kemudian engkau

mendapatkannya kembali, maka makanlah selama (hewan itu) belum membusuk.” [13]

Page 12: Penyembelihan sesuai syariat

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul

Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team

Tashfiyah LIPIA - Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 -

September 2007M]