PENTINGNYA KOMPETENSI GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI
SD (SEKOLAH DASAR)
Awaliana Nur Annisa’ Rohmawati
Fakultas Ilmu Pendidikan/ Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: [email protected]
Abstrak: Pembelajaran adalah suatu kondisi dimana didalamnya terdapat kegiatan yang
melibatkan antara guru dan siswa, dimana guru bertanggung jawab untuk membelajarkan
atau mengajar yang disesuaikan dengan siswanya dan lingkungannya serta disesuaikan
dengan keadaan siswanya agar siswa tersebut terdorong untuk belajar. Dimana dalam
pembelajaran di SD harus menyenangkan, agar siswa dalam mengikuti pembelajaran tidak
merasa bosan dan pada akhirnya mereka akan mengikuti pembelajaran dengan antusias dan
pembelajaran yang dilaksanakan akan terkesan. Untuk mewujudkan pembelajaran yang
menyenagkan tersebut harus ada dukungan dari pihak guru. Yaitu dengan guru yang
diharuskan untuk memiliki empat kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
professional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Sehingga penulisan jurnal ini
bertujuan untuk memaparkan tentang pentingnya kompetensi guru dalam pembelajaran di
SD. Kemudian dengan penulisan jurnal ini diharapkan semua guru yang ada di Indonesia
dapat menyadari betapa pentingnya kompetensi guru itu. Sehingga dengan kesadaran
tersebut, mereka diharapkan dapat mempunyai dan meningkatkan empat kompetensi guru.
Kata Kunci : Pembelajaran, Guru, Kompetensi Guru
Abstract: Learning is a condition in which there are activities involving teachers and students
in which teachers are responsible for teaching or teaching that is tailored to their students and
the environment and tailored to the circumstances of their students to encourage them to
learn. Where in the elementary school learning should be fun, so that students in learning do
not feel bored and in the end they will follow the learning with enthusiasm and learning that
will be impressed. That is, teachers are required to have four teacher competencies:
pedagogic competence, professional competence, social competence, and personality
competence. So the writing of this journal aims to explain about the importance of teacher
competence in learning in elementary school Then with the writing of this journal is expected
all teachers in Indonesia can realize how important the competence gunu it. so with such
awareness, they are expected to have and improve the four teacher competencies.
Keyword: Learning, Teachers, Teacher Competencies
PENDAHULUAN
Salah satu indikator negara maju adalah
jika system dan praktek guruannya
bermutu. Sementara itu, guruan yang
bermutu sangat tergantung pada
keberadaan guru yang bermutu, yakni guru
yang dapat menciptakan pembelajaran
yang baik.
Pembelajaran dikatakan berhasil
manakala kegiatan yang berlangsung di
sekolah itu mampu memfasilitasi siswa
dalam proses transfer of value dalam
konteks pembentukan karakter bangsa
(nation character building) sebagaimana
yang tercantum dalam kurikulum resmi.
Namun demikian, tidak semua guru
mampu mengembangkan dan
melaksanakan pembelajaran tersebut.
Padahal, kegiatan pembelajaran
merupakan faktor determinan bagi
keberhasilan dan mutu lulusan. (Anik
Ghufron, 2017)
Oleh karena itu, dalam
mewujudkan pembelajaran yang baik
dibutuhkan guru yang
berkompeten(mempunyai kompetensi).
Kompetensi yang harus dikuasai oleh
seorang guru tersebut yakni, kompetensi
pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi
professional, dan kompetensi kepribadian.
Dimana dalam prakteknya guru diminta
tidak hanya menguasai kompetensi
tersebut, tetapi juga diminta untuk
meningkatkan kompetensi tersebut sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Guru yang berkompeten akan
melaksanakan tugas belajar mengajar di
kelas penuh semangat dan menyenangkan,
serta penuh makna, murid selalu
mendapatkan hal baru setiap kali masuk
kelas untuk belajar. Murid tidak akan
pernah bosan untuk belajar di kelas karena
gurunya berkompeten. Pada akhirnya, guru
kompeten akan melahirkan murid-murid
yang rajin belajar karena mereka mencintai
proses pembelajaran dan memahami arti
penting belajar bagi masa depan. (Jejen
Musfah, 2011: 20)
Namun dalam kenyataannya masih
banyak guru yang berkompeten rendah.
Contohnya, yang pertama yang berkaitan
dengan kompetensi pedagogik, dalam
pelaksanaan pembelajaran banyak guru
yang tidak menyesuaikan pembelajaran
yang dibuatnya dengan keadaan, minta
bakat, potensi, dan karakteristik siswa
yang ada. Sehingga proses
pembelajarannya akan “hambar” dan
mungkin pembelajaran yang disampaikan
oleh guru tidak dapat diserap oleh anak.
Sehingga anak akan mengalami
berkesulitan dalam belajar. Sehingga anak
akan cepat merasa bosan dan tidak mau
mendengarkan penjelasan pembelajaran
dari guru. yang kedua berkaitan dengan
kompetensi kepribadian, dimana masih
banyak guru dalam pembelajaran yang
tidak mencerminkan perilaku dan akhlak
yang mulia. Seperti berkata kasar pada
anak ketika sedang terpancing emosinya
dan melakukan tindakan kasar seperti
menjewer dan memuluk siswanya. Yang
ketiga dalam kaitangnya dengan
kompetensi Profesional, dimana masih
banyak guru yang tidak professional
dengan tugasnya. Seperti malas
memberikan pengajaran pada siswanya di
kelas dan malah memilih untuk mengobrol
di kantor dengan guru lain dan hanya
memberikan tugas tanpa ada dampingan
dari guru tersebut. yang keempat dalam
kaitannya dengan kompetensi social,
dimana guru kurang bisa melakukan
interaksi dan tidak bisa membangun
komunikasi dengan siswanya. Sehingga
tidak heran apabila dala pembelajaran
banyak mis komunikasinya.
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Guru
Guru adalah pendidik yang berada di
lingkungan sekolah. Sementara itu, guru
menurut Langeveld adalah orang yang
dengan sengaja membantu orang lain
untuk mencapai kedewasaan. Dalam
bahasa Undang-Undang Nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20,
maka tugas guru adalah: (a)
Merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran, (b) meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik
dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni., (c)
bertindak objektif dan tidak diskriminatif
atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, susku, ras, dan kondisi fisik
tertentu, atau latar belakang keluarga, dan
status social ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran, (d) menjunjung tinggi
peraturan perundang-undangan, hukum,
dank ode etik guru, serta nilai-nilai agama
dan etika (Siswoyo, 2013)
Guru memiliki kedudukan yang
sangat penting di lingkungan sekolah
terutama di dalam kelas, seperti
mengembangkan potensi siswa,
menyiapkan, menetukan, dan
mengembangkan pembelajaran,
mengatur kelas dan membimbing
siswa kearah yang baik. Namun perlu
diketahui, bahwa menjadi seorang guru
tidak cukup sekedar untuk memenuhi
panggilan jiwa, tetapi juga
memerlukan seperangkat keterampilan
dan kemampuan khusus dalam bentuk
menguasai kompetensi guru, sesuai
dengan kualifikasi jenis dan jenjang
guruan jalur sekolah tempatnya
bekerja. (J, 2016)
Guru memegang peran utama
dalam pembangunan guruan,
khususnya yang diselenggarakan
secara formal di sekolah. Guru juga
sangat menentukan keberhasilan siswa,
terutama yang berkaitan dengan proses
pembelajaran. Guru merupakan
komponen yang paling berpengaruh
terhadap terciptanya proses dan hasil
guruan yang berkualitas. Upaya
perbaikan apapun yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas guruan
tidak akan memberikan sumbangan
yang signifikan tanpa di dukung oleh
guru yang profesional dan berkualitas.
Dengan kata lain, perbaikan kualitas
pendidikan harus berpangkal dari guru
dan berujung pada guru pula. (E.
Mulyasa, 2009: 5)
1.2 Kompetensi Guru
Menurut Munsyi, kompetensi mengacu
pada kemampuan melaksanakan
sesuatu yang diperoleh melalui
pendidikan. Kompetensi menunjuk
kepada performance dan perbuatan
yang rasional untuk memenuhi
spesifikasi tertentu dalam
melaksanakan tugas-tugas
kependidikan. Dikatakan rasional
karena mempunyai arah dan tujuan.
Performance merupakan perilaku nyata
dalam arti tidak hanya diamati, tetapi
juga meliputi perihal yang tidak
tampak. (Uno, 2011)
Sedangkan menurut Badan Nasional
Sertifikasi Profesi, kompetensi adalah
suatu kemampuan menguasai dan
menerapkan pengetahuan,
keterampilan/ keahlian, dan sikap kerja
tertentu di tempat kerja sesuai dengan
kinerja yang dipersyaratkan. (Ahmad,
2009)
Sehingga dapat dikatakan bahwa
kompetensi guru adalah pengetahuan,
keterampilan, perilaku yang harus
dimiliki oleh seorang guru dalam
proses pembelajaran berlangsung atau
dalam meaksanakan tugasnya. Oleh
karena hal tersebut, untuk menjadi
seorang guru atau guru diharuskan
untuk mempunyai 4 kompetensi guru
sesui dalam Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen. Pada pasal 10 undang-undang
tersebut disebutkan bahwa kompetensi
guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi
social, dan kompetensi professional
yang diperoleh melalui guruan profesi.
(Siswoyo, 2013)
Kompetensi yang dimiliki oleh
setiap guru akan menunjukkan kualitas
guru yang sebenarnya. Kompetensi
tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan
maupun sikap profesional dalam
menjalankan fungsi sebagai guru.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa kompetensi
guru berkaitan dengan
profesionalisme, yaitu guru yang
profesional adalah guru yang
kompeten (berkemampuan). Karena
itu, kompetensi profesionalisme guru
dapat diartikan sebagai kemampuan
dan kewenangan guru dalam
menjalankan profesi keguruannya
dengan kemampuan tinggi.
Profesionalisme seorang guru
merupakan suatu keharusan dalam
mewujudkan sekolah berbasis
pengetahuan, yaitu pemahaman
tentang pembelajaran, kurikulum, dan
perkembangan manusia termasuk gaya
belajar. (Tuti, 2013)
Kompetensi Pedagogik
Secara etimologis, kata pedagogi berasal
dari kata bahasa Yunani, paedos dan
agogos (paedos = anak dan agoge =
mengantar dan membimbing). Karena itu
pedagogi berarti membimbing anak. Tugas
membimbing ini melekat dalam tugas
seorang guru atau orang tua. karena itu
pedagogi berarti segala usaha yang
dilakukan oleh pendidik untuk
membmbing anak muda menjadi manusia
yang dewasa dan matang. (Payong, 2011)
Dalam Standar Nasional Guruan,
penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi
kompetensi pedagogic adalah
kemampuan mengelola pembelajaran
siswa yang meliputi pemahaman
terhadap siswa, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan siswa
untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Dalam RPP
tentang Guru dikemukakan bahwa:
Kompetensi pedagogic merupakan
kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran siswa meliputi hal-hal:
1) Pemahaman wawasan atau
landasan keguruan
2) Pemahaman terhadap siswa
3) Pengembangan kurikulum/ silabus
4) Perancangan pembelajaran
5) Pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis
6) Pemanfataan teknologi
pembelajaran
7) Evaluasi hasil belajar (EHB)
8) Pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya (Mulyasa,
2007)
Sehingga dapat disimpulakan dalam
kompetensi pedagogik ini guru harus
mempunyai kompetensi Pedagogic yaitu
seni dalam mengajarkan dan mendidik
siswa atau siswa dalam proses
pembelajaran. Sehingga seorang guru
diharapkan mempunyai seni mengajar dan
mampu m engajarkan siswa dengan baik.
Baik disini dalam arti perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi sudah ditata
sedemikian rupa, sehingga proses
pembelajaran berlangsung dengan baik
dan tidak menyimpang. hendaknya
sebelum pembelajaran dimulai guru harus
sudah membuat, menyiapkan, dan
mempelajari rencanaan pembelajarannya.
Dimana dalam rencana pembelajaran
tersebut harus mempertimbangkan
beberapa aspek. Seperti, gaya belajar anak,
karakteristik anak, potensi anak. Sehingga
semua anak dalam satu kelas mendapatkan
jatahnya dengan rata dan dapat memahami
apa yang disampaikan oleh gurunya
dengan gaya belajar mereka yang
berbeda-beda yang sudah difasilitasi oleh
gurunya. Selain itu, dalam melaksanakan
pembelajarannya juga sesui dengan
perencanaan yang sudah dibuat, seperti
sesuai dengan silabus dan RPP yang telah
dikembangkannya.
Kompetensi Kepribadian
Menjadi seorang guru harus memiliki
kompetensi kepribadian, yang berkaitan
dengan kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa; menjadi teladan bagi siswa ,
dan berakhlak mulia; serta berbagai
kompetensi kepribadian lainnya yang
melekat pada diri tenaga guru. Berikut
kompetensi kepribadian yang harus
dimiliki olah guru:
1) Pribadi yang Disiplin
2) Pribadi yang Jujur dan Adil
3) Pribadi Berakhlak Mulia
4) Pribadi Teladan
5) Pribadi yang Mantap
6) Pribadi yang Stabil
7) Pribadi Dewasa
8) Pribadi yang Arif dan Penyabar
9) Pribadi Berwibawa
10) Pribadi yang memiliki rasa Percaya
Diri (Gunawan, 2012)
Sehingga penulis dapat
menyimpulakan bahwa dalam
kompetensi kepribadian ini seorang
guru harus memiliki kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, serta
dapat menjadi teladhan bagi siswanya.
Seperti yang dikemukakan Ki Hajar
Dewantara, “ Ing Ngarsa Sung Tulada,
Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani ” yang artinya di depan
seorang guru memberikan teladan, di
tengah menciptakan ide, dari belakang
seorang guru memberikan motivasi.
Jadi, seharusnya guru di sekolahan
baik dalam pembelajaran maupun di
luar pembelajaran dan di luar
sekolahan harus memberi contoh yang
baik kepada siswanya. Seperti
berperilaku sopan dengan sesama guru
dan murid, menggunakan kata-kata dan
bahasa yang.
halus, tidak pernah melakukan kekerasan,
berakhlak mulia ( jujur dan rajin beribadah
), mentaati peraturan sekolah ( tertib dan
disiplin ), dan dapat menjaga sikap. Selain
itu guru juga dapat memberi motivasi
secara terus menerus kepada siswa untuk
belajar dan berkarya dan tidak malah terus
mencaci maki dan mendiskriminasikan
anak atau siswa yang selalu mendapatkan
nilai jelek di kelasnya.
Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional sebagaimana yang
diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah
No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Guruan terkait penguasaan
terhadap struktur keilmuan dari mata
pelajaran yang diasuh secara luas dan
mendalam, sehingga dapat membantu guru
membimbing siswa untuk menguasai
pengetahuan atau keterampilan secara
optimal. Secara lebih spesifik menurut
Permendiknas No. 16/ 2007, standar
kompetensi ini dijabarkan ke dalam lima
kompetensi inti yakni:
1) Menguasai materi, struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran
yang diampu.
2) Menguasai standar kompetensi,
dan kompetensi dasar mata
pelajaran atau bidang
pengembangan yang diampu
3) Mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara
kreatif
4) Mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif
5) Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan
mengembangkan diri. (Payong,
2011)
Sehingga seorang guru dalam
kompetensi ini seharusnya dapat
menguasai materi yang akan diajarkan
kepada siswa dengan baik dan dapat
mengemas materi tersebut dengan
memperhatikan atau mengaitkan dalam
kehidupan sehari-hari, menggaitkan
dengan pelajaran yang lain, dan juga dapat
menggunakan Ilmu Teknologi dalam
pembelajarannya dengan baik serta dalam
pembelajarannya memuat nilai dan budaya
nasional. Selain itu, tugas dan tanggung
jawab seorang guru juga diperlukan dalam
kompetensi professional ini tentunya.
Seperti, dalam proses pembelajaran guru
bertanggung jawab memberi pengajaran
dan bertanggung jawab dengan apa yang ia
ajarkan kepada ssiswanya. Selain itu, guru
juga harus melaksanakan tugasnya yaitu
mengajar, bukan hanya memberikan tugas
kepada siswa dan ditinggal mengobrol
dengan guru lai di kantor.
Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Guruan,
penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi social adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan siswa, dan
masyarakat sekitar. Dimana kompetensi ini
meliputi :
1) berkomunikasi secara lisan, tulisan,
dan/atau secara isyarat
2) menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara
fungsional
3) bergaul secara efektif dengan
siswa, sesama guru, tenaga
keguruan, orang tua/ wali siswa;
dan
4) bergaul secara santun dengan
masyarakat di sekitar tempat kerja
dan di lingkungan tempat
tinggalnya.
Guru adalah makhluk social yang
dalam kehidupannya tidak bisa terlepas
dari kehidupan social masyarakat dan
lingkungannya. Oleh karena itu, guru
dituntut untuk memiliki kompetensi social
yang memadai, terutama dalam kaitannya
dengan pendidikan, yang tidak terbatas
pada pembelajaran di sekolah tetapi juga
pada pendidikan yang terjadi dan
berlangsung di masyarakat. (Mulyasa,
2007)
Sehingga guru dalam kompetensi
sosial ini diharuskan untuk menguasai
berbagai macam komunikasi, seperti
komunikasi lewat tulisan, lisan, dan
isyarat. Dimana penggunaan komunikasi
secara lisan seperti pada pembuatan aturan
tata tertib sekolah maupun tata tertib di
dalam kealas yang biasanya di tempel di
dinding. Dalam aturan tata tertib sekolah
dan di dalam kelas tersebut dituliskan di
sebuah kertas dimana dalam kertas
tersebut terdapat poin-poin yang harus
ditaati oleh semua siswa maupun warga
sekolahan lainnya. Sehingga dalam
pembuatan peraturan tersebut pemilihan
kata sangat diperhatikan dan harus
disesuaikan dengan pemahaman anak di
Sekolah Dasar. Karena jika peraturan
sekolah dibuat dengan pemilihan kata yang
tidak sesuai dengan pemahaman anak atau
bahasanya terlalu tinngi untuk anak, maka
akan membingungkan anak dan
menimbulkan berbagai pertanyaan.
Selanjutnya untuk komunikasi secara lisan
sudah jelas, seperti berbicara, guru sedang
menjelaskan, dan presentasi siswa. dalam
hal lisan pun guru diminta untuk berhati-
hati dalam pemilihan kata, agar anak dapat
memahami isi pelajaran yang telah
diterangkan. Yang terakhir yaitu
berkomunikasi secara atau menggunakan
isyarat. Seperti pada saat berkomunikasi
dengan anak berkebutuhan khusus, guru
harus pandai-pandai memberikan
penjelasan ketika menjelaskan pelajaran
dengan anak berkebutuhan khusus. Selain
itu penggunaan bahasa isyarat digunakan
ketika pembelajaran berlangsung, tiba-tiba
susana kelas berubah menjadi rame, maka
guru dapat memberikan dengan
menggedorkan penghapus atau tuding ke
papan tulis yang menandakan semua siswa
diminta untuk tenang kembali. Dalam
membuat bahasa isyarat juga harus
diperhatikan gerakan tangan atau gerakan-
gerakan lain yang dapat memiliki makna
atau maksud ganda, sehingga tidak
menimbulkan kesalahan pengertian.
Selain menguasai komunikasi, guru juga
diminta untuk dapat menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional. Maksudnya, guru harus dapat
menggunakan TIK sesuai dengan porsinya
(kalau dalam pembelajaran mengharuskan
menggunakan TIK seperti penayangan
video, menampilkan gambar-gambar yang
mendukung pembelajaran). Namun ketika
dalam kelas dan seharusnya guru tidak
menggunakan TIK namun guru
menggunakan TIK seperti bermain
Handphone, itu tidak diperbolehkan.
1.3 Pembelajaran di Sekolah Dasar
Pembelajaran
Pada hakikatnya mengajar bukan
sekedar menyampaikan materi
pelajaran, tetapi juga proses mengatur
lingkungan supaya siswa belajar.
Makna mengajar tersebut sering
diistilahkan dengan pembelajaran.
(Hamruni, 2012)Pembelajaran adalah
upaya untuk membelajarkan siswa.
Secara implisit dalam pembelajaran
terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode
untuk mencapai hasil pembelajaran
yang diinginkan. Pemilihan,
penetapan, dan pengembangan metode
didasarkan pada kondisi pembelajaran
yang ada. (Budiyartati, 2014)
Menurut Knirk dan Gustafson,
pembelajaran merupakan suatu proses
yang sistematis melalui tahap
rancangan, pelaksanaan dan evaluasi.
Dalam hal ini pembelajaran tidak
terjadi seketika, melainkan sudah
melalui tahapan perancangan
pembelajaran. Proses pembelajaran
aktivitasnya dalam bentuk interaksi
belajar mengajar dalam suasana
interaksi edukatif, yaitu interaksi yang
sadar akan tujuan, artinya interaksi
yang telah dicanangkan untuk suatu
tujuan tertentu setidaknya adalah
pencapaian tujuan interuksional atau
tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan pada satuan pelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang
diprogramkan guru merupakan
kegiatan integralistik antara guruan
dengan siswa. kegiatan pembelajaran
secara metodologis berakar dari pihak
guru yaitu guru, dan kegiatan belajar
secara pedagogis berakar dari pihak
siswa. (Lefudin, 2014)
Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu kondisi dimana
didalamnya terdapat kegiatan yang
melibatkan antara guru dan siswa,
dimana guru bertanggungjawab untuk
membelajarkan atau mengajar yang
disesuaikan dengan siswanya dan
lingkungannya serta disesuaikan
dengan keadaan siswanya agar siswa
tersebut terdorong untuk belajar. Oleh
karena hal tersebut, untuk mewujudkan
pembelajaran yang sempurna
dibutuhkan guru yang memiliki
kompetensi yang sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen. Yaitu
ada empat kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru, diantaranya
kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi social, dan
kompetensi professional.
Prinsip –prinsip pembelajaran
diantaranya:
a. Pembelajaran sebagai usaha
memperoleh perubahan perilaku.
Maksudnya, seorang siswa yang
sudah mengalami pembelajara
perilakunya akan berubah.
b. Hasil pembelajaran ditandai
dengan perubahan perilaku secara
keseluruhan.
Jadi dengan mengalami
pembelajaran, seseorang akan
mengalami perubahan perilaku
pada semua aspek, baik
kognitifnya, afektifnya, maupun
psikomotornya.
c. Pembelajaran merupakan suatu
proses.
Pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang berkesinambungan
tidak putus-putus. Dimana dalam
pembelajaran tersebut terjadi
tahapan-tahapan aktivitas yang
sistematis dan terarah. Jadi
pembelajaran bukan sesuatu yang
statis (tetap), tetapi merupakan
suatu rangkaian aktivitas-aktivitas
yang dinamais dan saling
berkaitan.
d. Proses pembelajaran terjadi karena
adanya sesuatu yang mendorong
dan ada sesuatu tujuan yang
hendak dicapai
Sesuatu terjadi karena adanya
dorongan, tanpa adanya dorongan
sesuatu tersebut tidak akan pernah
terjadi. Contoh makan, hal tersebut
terjadi karena adanya dorongan
dari dalam diri yaitu lapar.
Demikian pula dengan
pembelajaran, pembelajaran terjadi
juga karena adanya suatu
dorongan, yaitu kebutuhan yang
harus dipuaskan, dan ada tujuan
yang ingin dicapai.
e. Pembelajaran merupakan bentuk
pengalaman
Pengalaman pada dasarnya adalah
kehidupan melalui situasi yang
nyata dengan tujuan tertentu.
Pembelajaran merupakan bentuk
interaksi individu dengan
lingkungannya sehingga banyak
memberikan pengalaman pada
situasi nyata. Perubahan perilaku
yang diperoleh dari pembelajaran,
pada dasarnya merupakan
pengalaman.
(Lefudin, 2014)
Pembelajaran di Sekolah Dasar
Menurut Peraturan Pemerintah No.
19 pasal 19 ayat 1 berbunyi “
proses pembelajaran pada satuan
guruan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, memberikan
ruang gerak yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan
kemadirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik,
serta psikologi siswa ”
Pembelajaran yang
menyenangkan merupakan salah
satu model dalam pembelajaran
yang mendukung pengembangan
berpikir kreatif dan menciptakan
suasana belajar yang
menyenangkan. Dengan adanya
model-model pembelajaran yang
dapat menyenangkan dan menarik
perhatian anak, diharapkan anak
merasa senang dan bahagia (enjoy)
dalam mengikuti aktivitas. Lebih
jauh lagi, anak dapat
mengembangkan kreativitasnya
dalam mengembangkan
pengetahuan, sikap, nilai, dan
perilaku yang bertanggung jawab
terhadap lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian,
pembelajaranyang diberikan guru
dapat mencapai sasaran sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Indikator pembelajaran
menyenangkan adalah:
a. Perhatian
penuh/tercurah/terfokus,
konsentrasi tinggi, antusias,
serius, semangat, menarik minat,
lupa waktu.
b. Berani mencoba/melakukan
sesuatu, mempertanyakan
sesuatu, tidak merasa takut
melakukan sesuatu, bebas
mencari obyek.
c. Ekspresi wajah membahagiakan,
bernyanyi, bertepuk tangan,
senang, ceria/gembira,
terlibat dengan asyik.
Dalam rangka menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan,
beberapa hal yang harus dilakukan
oleh guru antara lain:
a. Menyapa siswa dengan ramah
dan bersemangat
Menciptakan awal yang
berkesan adalah penting karena
akan mempengaruhi proses
selanjutnya. Jika awalnya baik,
menarik, dan memikat, maka
proses pembelajaran akan lebih
hidup dan menggairahkan. Oleh
karena itu selalu awali kegiatan
pembelajaran dengan memberikan
sapaan hangat kepada peserta
didik. Karena sapaan hangat dan
raut wajah cerah memantulkan
energi positif yang dapat
mempengaruhi semangat peserta
didik.
b. Menciptakan suasana rileks
Ciptakanlah lingkungan
yang releks, yaitu dengan
menciptakan lingkungan yang
nyaman. Oleh karena itu aturlah
posisi tempat duduk secara berkala
sesuai keinginan peserta didik.
Selain itu, ciptakanlah suasana
kelas dimana peserta didik tidak
takut melakukan kesalahan.
c. Memotivasi siswa
Motivasi adalah sebuah
konsep utama dalam banyak teori
pembelajaran. Motivasi ini
sangatlah dikaitkan dengan
dorongan, perhatian, kecemasan,
dan umpan balik/penguatan.
Adanya dorongan dalam diri
individu untuk belajar bukan hanya
tumbuh dari dirinya secara
langsung, tetapi bisa saja karena
rangsangan dari luar, misalnya
berupa stimulus model
pembelajaran yang menarik
memungkinkan respon yang baik
dari diri peserta didik yang akan
belajar. Respon yang baik tersebut,
akan berubah menjadi sebuah
motivasi yang tumbuh dalam
dirinya, sehingga ia merasa
terdorong untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan penuh
perhatian dan antusias. (Trinova,
2012)
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran
yang menyenangkan sangat perlu
diterapkan di SD. Karena,
pembelajaran yang menyenangkan
tersebut dapat menarik perhatian
siswa. Sehingga, saat pembelajaran
berlangsung siswa akan merasa
tertarik untuk mengikuti dan tidak
akan pernah merasa bosan.
Sehingga anak akan cepat dan
mudah menyerap materi yang di
ajarkan oleh gurunya. Selain itu,
pembelajaran yang menyenagkan
tidak membuat anak takut,
sehingga suasana tersebut akan
mendorong anak untuk berani
bertanya, mencoba, dan
mengemukakan pendapat. Dengan
demikian pembelajaran yang
menyenangkan dan berkesan akan
menarik minat siswa untuk terlibat
secaara aktif, sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai
maksimal. Selain itu anak – anak
pada usia Sekolah Dasar memiliki
karakteristik yang berbeda dengan
anak – anak yang usianya lebih
muda, salah satunya mereka senang
bermain. Untuk itu pembelajaran
yang menyenangkan akan
memenuhi kebutuhan wajib mereka
yaitu bermain dan belajar.
Selain hal tersebut, saat
membelajarkan sebuah materi
kepada anak SD seharusnya
menggunakan media yang menarik
dan nyata, gambar-gambar
pendukung. Karena anak pada usia
7 sampai 11 tahun termasuk dalam
tahap operasional konkrit (menurut
Jean Piaget). Dimana pada tahap
ini, anak sudah cukup matang
untuk menggunakan pemikiran
logika atau operasi, tetapi hanya
untuk objek fisik yang ada saat ini.
Tanpa objek fisik di hadapan
mereka, anak-anak akan pada tahap
operasional konkrit masih
mengalami kesulitan besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas logika.
(Ibda, 2015)
1.4 Pentingnya Kompetensi Guru
Kompetensi guru dalam proses
pembelajaran sangat menentukan
kemajuan akademik dan nonakademik
anak didik, dan kemampuan guru
dalam proses pembelajaran merupakan
salah satu pilar utama peningkatan
mutu guruan. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Guruan, baik
lembaga guruan formal maupun
nonformal, harus memiliki guru yang
memenuhi kompetensi dasar guru,
yaitu kompetensi pedagogis,
kepribadian, sosial, dan profesional.
Keempat kompetensi dasar tersebut
disesuaikan dengan tujuan dan
kebutuhan dari masing-masing
lembaga guruan nonformal.
(Ajisuksmo, 2015)
Pentingnya Kompetensi Pedagogik
Guru
Upaya perbaikan apapun yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas
guruan tidak akan memberikan
sumbangan yang signifikan tanpa
didukung oleh guru yang professional
dan berkualitas serta memiliki
kapabilitas kompetensi pedagogik yang
baik. (Sumiarsi, 2015)
Peningkatan kompetensi
pedagogik guru akan menghindarkan
kegiatan pembelajaran bersifat
monoton, tidak disukai siswa dan
membuat siswa kehilangan minat serta
daya serap dan konsentrasi belajarnya.
Kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan
pemahaman siswa dan pengelola
pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Hal ini berhubungan erat
dengan keputusan siswa untuk belajar
lebih giat dan bermakna kepada guru
bersangkutan lantaran pengalaman
belajar yang berkesan. Beberapa
manfaat kompetensi pedagogik bagi
siswa sebagai berikut;
Pertama, jika guru dapat
memahami siswa dengan
memanfaatkan prinsip perkembangan
kognitif siswa maka:
1. Siswa dapat terpenuhi rasa
ingin tahu nya. Karena itu
guru harus dapat
membangkitkan dan
mengelola rasa ingin tahu
anak dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
2. Siswa memiliki keberanian
berpendapat dan
kemampuan menyelesaikan
masalah. Maka guru harus
mampu mendesain metode
pengajarannya yang
membuat siswa aktif
berpendapat atau menjawab
ragam soal/ permasalahan
pengetahuan lengkap
dengan alasannya.
3. Siswa merasa gembira
dalam kegiatan belajarnya.
Guru harus menghargai
imajinsi siswa, rasa humor
serta keberbakatan yang
dimiliki siswa, walaupun
siswa memiliki kelemahan
pada satu atau berbagai
mata pelajaran.
Kedua, jika guru dapat memahami
prinsip –prinsip perkembangan
kepribadian siswa dan
memanfaatkannya maka;
1. Siswa memiliki kepribadian
mantap dan memiliki rasa
percaya diri. Seorang guru
harus dapat mengakui dan
menerima setiap keunikan
dan perbedaan setiap
siswanya tanpa dibeda-
bedakan baik lantaran
prestasi atau latar belakang
lainnya.
2. Siswa memiliki sopan
santun dan taat pada
peraturan. Guru harus dapat
menjadi teladan dalam
berperilaku baik dalam
ucapan dan tindakan.
3. Siswa tumbuh jiwa
kepemimpinannya dan
mudah beradaptasi. Guru
dituntut dapat menciptakan
suasana kondusif dalam
kegiatan pembelajaran guna
memebangun keberanian
dan kemampuan nyata
siswa dalam
mengekspresikan prestasi
yang dimiliki setiap siswa.
(Saryati, 2014)
Pentingnya Kompetensi
Kepribadian Guru
Guru adalah sosok figur sentral
yang “mempola” siswa.
Keberhasilan suatu pembelajaran
atau proses guruan juga sangat
ditentukan oleh faktor guru. Maka
guru yang memiliki kepribadian
baik akan banyak berpengaruh baik
pula terhadap perkembangan siswa,
terutama mental dan spiritualnya.
Salah satu sifat anak didik adalah
mencontoh apa yang di lakukan
oleh orang dewasa, termasuk
mencontoh pribadi guru yang akan
membentuk kepribadiannya.
(Gunawan, 2012)
Oleh karena itu, guru dalam
mrencanakan dan melaksanakan
pembelajaran harus bisa atau dapat
menerapkan (Ki Hajar Dewantara),
“ Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing
Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani ”. yang mempuanyai
makna di depan guru menjadi
panutan atau tauladan/contoh.
Seperti dalam menjelaskan sebuah
materi guru harus bersikap sopan
baik dalam perkataannya dan
tingkah lakunya. maksudnya guru
menggunakan kata-kata yang baik
dalam menjelaskan sebuah materi.
sedangkan baik dalam perbuatan
atau tingkah laku, maksudnya guru
tidak merespon anak yang
menjawab salah dengan kekerasan,
seperti memukul atau menjewer
siswanya. Ing Madya Mangun
Karsa berarti di tengah guru
menjadi penjalar atau penyeimbang
sepantara. Sedangkan Tut Wuri
Handayani mengandung makna di
belakang guru member dorongan
kepada siswanya.
Selain guru memberikan
tauladan atau memberikan contoh
mengenai perilaku dan akhlak yang
baik kepada siswanya, seperti guru
selalu berpakaian sesuai dengan
ketentuan aturan yang telah
ditetapkan baik dari pemerintah
maupun dari sekolahan. kemudian
contoh yang nyata, jika dalam
sekolahan ada peraturan “Jangan
membuang sampah sembarangan”,
guru harus memberikan contoh
kepada siswanya untuk membuang
sampah di tempat sampah. Tidak
guru hanya menyuruh dan
menyuruh siswanya untuk mentaati
peraturan, sedangkan gurunya
malah mengingkari peraturannya.
Selain itu dalam kaitannya waktu,
jika ingin mengajarkan anak
mengenai kedisiplinan, maka guru
harus selalu ontime baik ke
sekolahnya maupun datang ke
kelasnya. Sehingga jangan sampai
guru malah terlambat ke sekolahan
dan juga terlambat masuk kelas,
karena hal tersebut akan
menanamkan mainset kepada anak
“bahwa guru saja boleh terlambat,
maka kitapun juga boleh
terlambat”. Selain memberi
tauladan kepada siswanya, guru
juga bisa menanamkan guruan
karakter kepada siswanya dengan
memasukkan nilai-nilai karakter ke
dalam materi yang akan
dibelajarkan. Guruan karakter
sebaiknya dilakukan sejak dini.
Perwujudannya melalui guruan
yang paling dasar yaitu sekolah
dasar. Sekolah Dasar mempunyai
peran strategis dalam menanam
dan mengembangkan karakter
kepada siswa. Implementasinya
dengan memasukan guruan
karakter ke dalam kurikulum
sekolah dasar. (Ali Mustadi, 2015)
Kemudian dalam
pengimplementasian kompetensi
kepribadian pada pembelajaran di
SD (Sekolah Dasar) harus dapat
atau mampu mengendalikan diri
dan hawa nafsunya. Dalam
mengehadapi banyak anak dan
dimana setiap anak mempunyai
perbedaan. Simana perbedaan itu,
bisa dalam gaya belajar,
karakteristik siswa, sifat, latar
belakang, kecerdasan, guru harus
dapat mengontrol diri dan harus
dapat menyesuaikan dengan
keadaan atau situasi dan kondisi
seorang anak.
Pentingnya Kompetensi Sosial
Guru
Kompetensi sosial guru dapat
mempengaruhi motivasi belajar
siswa karena sebagai seorang guru
harus mampu menjadi motivator, di
samping menjadi motivator guru
juga harus mampu menjadi
insvirasi bagi siswa. (Iskandar,
2017) Motivasi belajar siswa dapat
ditingkatkan dengan Implementasi
kompetensi sosial guru yaitu: a.
motivasi siswa dapat ditingkatkan
melalui keteladanan guru b.
motivasi siswa dapat ditingkatkan
melalui sikap guru. (Iskandar,
2017)
Dimana dalam memotivasi
siswanya guru harus menggunakan
kata-kata yang baik dan benar.
Selain itu, untuk memudahkan guru
memotivasi siswa, guru harus
menjalin kehangatan dengan
siswanya seperti dapat
berkomunikasi dengan baik. Selain
guru memotivasi dan member
inspirasi kepada siswa, guru dalam
kompetensi social ini diharapkan
dapat menjalin komunikasi dengan
siswanya di dalam kelas pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
Hal tersebut sangat penting bagi
kemajuan belajar siswa, karena
guru yang dapat mengakrabpi
siswanya akan membuat siswa
merasa lebih dekat dengan
gurunya, kemudian nantinya siswa
akan merasa nyaman dengan guru
tersebut dan merasa tidak takut saat
akan menyampaikan pendapatnya
mengenai sesuatu dan pada saat
ingin bertanya mengenai materi
yang kurang dipahami. Sehingga
akan tercipta suasana yang hangat
di dalam kelas karena kebersamaan
antara mereka (guru dengan murid)
yang terjalin dengan adanya
komunikasi yang aktif dari
keduanya. Sehingga hal tersebut
juga akan menghindari adanya
miss komunikasi anatara guru dan
siswa dalam pembelajaran. Karena
mereka saling mengerti satu sama
lainnya. Kemudian kompetensi
sosial ini juga sangat penting dalam
memahami masalah-masalah yang
sedang dihadapi siswanya atau
dapat memahami situasi dan
kondisi siswanya yang sedng
terjadi. Jadi dengan adanya jalinan
komunikasi yang erat antara guru
dengan murid, guru akan lebih
mudah menanyai siswanya yang
sedang menghadapi masalah.
Sedangkan dari siswapun juga
tidak merasa canggung ketika
mencurahkan atau menceritakan
mengenai masalah yang sedang
dihadapinya. Sehingga dengan
terciptanya tinggi hubungan
tersebut sangat membantu siswa
dalam menyelesaikan masalahnya
dan kembali focus dengan kegiatan
pembelajaran yang akan di
ikutinya.
Pentingnya Kompetensi
Profesional Guru
Guru perlu menyampaikan materi
pembelajaran secara tersusun dan
sistematik, menggunakan bahasa
yang jelas dan mudah, memberi
informasi yang jelas serta memberi
contoh-contoh yang saling
berkaitan, memberi penekanan
kepada materi pembelajaran dan
mengaitkan pelajaran itu dengan
pengetahuan dan pengalaman siswa
dan menggunakan alat bantu
pembelajaran untuk membantu
dalam menjelaskan sesuatu konsep.
(Supardi, 2014)
Guru yang memenuhi
kriteria profesional inilah yang
akan mampu menjalankan fungsi
utamanya secara efektif dan efisien
untuk mewujudkan proses guruan
dan pembelajaran demi mencapai
tujuan guruan nasional, yakni
berkembangnya potensi siswa agar
menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk memenuhi kriteria
profesional itu, guru harus
menjalani profesionalisasi atau
proses menuju derajat profesional
yang sesungguhnya secara terus
menerus, termasuk kompetensi
dalam mengelola kelas.
Hal serupa juga
dikemukakan oleh Salman
Rusydie, sebagai seorang guru
profesional yang memiliki keahlian
dalam mendidik apabila mampu
memenuhi beberapa kriteria:
a. Memiliki kemampuan
intelektual yang memadai,
terutama berkaitan dengan materi
pelajaran yang di ampu. Hal ini
menuntut guru untuk mempelajari
banyak hal yang terkait dengan
materi yang akan diajarkannya,
sehingga sumber pengajaran yang
digunakan tidak terbatas pada buku
panduan saja.
b. Memiliki kemampuan
memahami visi dan misi guruan.
Sehingga dengan visi dan misi
tersebut, seorang guru dapat
membuat skala prioritas dan
bekerja dengan terarah. Artinya,
seorang guru harus memahami
bahwa mengajar bukan hanya
persoalan rutinitas dan kehadiran di
dalam kelas.
c. Memiliki keahlian dalam
mentransfer ilmu pengetahuan atau
menguasai metodologi
pembelajaran dengan baik. Hal ini
penting dimiliki oleh masing-
masing guru agar sesuatu yang
mereka ajarkan benar-benar tepat
sasaran dan efektif.
d. Memiliki pemahaman
yang baik tentang konsep
perkembangan siswa. Sehingga,
dengan konsep tersebut guru dapat
menilai tingkat keberhasilan siswa
dalam mengajar, kendala-kendala
yang dihadapi, dan cara memberi
solusi yang tepat.
e. Memiliki kemampuan
mengorganisasi siswa sehingga
kegiatan belajar benar-benar
efektif. Siswa yang tidak
terorganisir dengan baik saat
mereka belajar akan menyebabkan
problem tersendiri, terutama
berkenaan dengan cara siswa
menerima pelajaran dari guru.
f. Memiliki kreativitas dan
seni dalam mendidik, sehingga
kegiatan belajar dapat diikuti oleh
siswa dengan
menyenangkan.(Rusydie, 2012)
Jika seorang guru tidak
mempunyai kompetensi
Profesional daenga kriteria seperti
diatas , maka proses pembelajaran
yang berlangsung tidak akan
mempunyai makna. Sehingga
nantinya siswa tidak akan
merespon pembelajaran yang
berlangsung dengan baik.
PENUTUP
Kompetensi guru yang meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi professional sangat penting
untuk dimiliki oleh seorang guru dalam
proses pebelajaran di sekolahan. Karena,
kompetensi guru dalam proses
pembelajaran sangat menentukan
kemajuan akademik dan nonakademik
siswa dan kemampuan guru dalam proses
pembelajaran merupakan salah satu pilar
utama peningkatan mutu guruan. Seperti
dengan guru yang selalu menggunakan
model yang berbeda pada setiap
pembelajaran dan menata kelas menjadi
lebih menarik akan membuat siswa
antusias dan merasa nyaman dalam proses
pembelajaran, dengan kompetensi sosial
guru dapat menciptakan hubungan dengan
siswanya, masyarakat, dan warga
sekolahan lainnya dengan baik. Kemudian
dengan adanya kompetensi kepribadian,
guru dapat memberikan tauladan, baik
berupa perkataan maupun perbuatan.
Sedangkan dalam kompetensi professional
guru diharapkan dapat menjalankan
profesinya sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya secara professional.
Sehingga dalam pembelajaranpun siswa
tidak ditelantarkan. Maksudnya siswa tetap
diberi pengajaran dan didampingi saat
belajar. Sehingga keempat hal tersebut
secara tidak langsung akan menentukan
kemajuan akademik dan nonakademik
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N. F. (2009). Integrated Human
Resources Development Berdasarkan
Pendekatan CB-HRM, TB-HRM, CBT,
dan CPD. Jakarta: PT Grasindo.
Ajisuksmo, L. F. (2015). Keterkaitan
Antara Moral Knowing, Moral
Feeling, Dan Moral Behavior Pada
Empat Kompetensi Dasar Guru . 213.
Anik Ghufron, C. A. (2017).
Pengembangan Pembelajaran
Berbasis Nilai-Nilai Budaya
Yogyakarta Di Sekolah Dasar . 309.
Budiyartati, S. (2014). Problematika
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Yogyakarta: CV Budi Utama.
Gunawan, C. R. (2012). Pengembangan
Kompetensi Kepribadian Guru:
Menjadi Guru yang Dicintai dan
Diteladani oleh Siswa. Bandung:
Penerbit Nuansa Cendekia .
Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran.
Yogyakarta: Insan Madani.
Ibda, F. (2015). Perkembangan Kognitif:
Teori Jean Piaget. 34.
Iskandar, S. d. (2017). Implementasi
Kompetensi Sosial Guru Terhadap
Motivasi Belajar Siswa. 61.
Iskandar, S. d. (2017). Implementasi
Kompetensi Sosial Guru Terhadap
Motivasi Belajar Siswa. 62.
J, H. (2016). Implementasi Kompetensi
Profesionalisme Guru Dalam
Pengembangan Kinerja Pembelajaran
. 78.
Lefudin. (2014). Belajar dan
Pembelajaran Dilengkapai dengan
Model Pembelajaran, Strategi
Pembelajaran, Pendekatan
Pembelajaran dan Metode
Pembelajaran. Yogyakarta: CV Budi
Utama.
Mulyasa. (2007). Standar Kompetensi Dan
Sertifikasi Guru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Payong, M. R. (2011). Sertifikasi Profesi
Guru. Jakarta Barat: PT Indeks.
Rusydie, S. (2012). Tuntunan menjadi
Guru Favorit. Jakarta: Flash Book.
Saryati. (2014). Upaya Peningkatan
Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah
Dasar. 677-678.
SETYAWAN, Wawan Wahyu;
MUSTADI, Ali. PENGEMBANGAN
SSP TEMATIK-INTEGRATIF
UNTUK MEMBANGUN
KARAKTER DISIPLIN DAN
KREATIF SISWA KELAS I SD.
Jurnal Prima Edukasia, [S.l.], v. 3, n.
1, p. 108-119, jan. 2015. ISSN 2460-
9927. Available at:
<https://journal.uny.ac.id/index.php
/jpe/article/view/4072/3525>. Date
accessed: 23 oct. 2017.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpe.v3i
1.4072.
Siswoyo, D. (2013). Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta: UNY Press.
Sumiarsi, N. (2015). Analisis Kompetensi
Pedagogik dan Pengembangan
Pembelajaran Guru SD Negeri 041
Tarakan. 99.
Supardi. (2014). Kinerja Guru. Jakarta:
rajawali Press.
Trinova, Z. (2012). Hakikat Belajar dan
Bermain Menyenangkan Bagi Peserta
Didik. 212.
Tuti, D. S. (2013). Implementasi
Kompetensi Profesional Guru Dalam
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Gugus II Kecamatan Turi. 2.
Uno, H. B. (2011). Profesi Kependidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Top Related