i
PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA ATAS PERNIKAHAN
JANDA DI BAWAH UMUR YANG PERNAH MENDAPAT DISPENSASI
KAWIN DARI PENGADILAN AGAMA
(Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kauman Tulungagung)
SKRIPSI
Oleh:
Syaukani Hamim
NIM 11210073
JURUSAN AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015
ii
PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA ATAS PERNIKAHAN
JANDA DI BAWAH UMUR YANG PERNAH MENDAPAT DISPENSASI
KAWIN DARI PENGADILAN AGAMA
(Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kauman Tulungagung)
SKRIPSI
Oleh:
Syaukani Hamim
NIM 11210073
JURUSAN AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,
Penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul :
PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA ATAS PERNIKAHAN
JANDA DI BAWAH UMUR YANG PERNAH MENDAPAT DISPENSASI
KAWIN DARI PENGADILAN AGAMA
(Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kauman Tulungagung)
Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau
memindah data milik orang lain, kecuali yang disebutkan referensinya secara
benar. Jika di kemudian hari terbukti disusun orang lain, ada penjiplakan,
duplikasi, atau memindah data orang lain, baik secara keseluruhan atau sebagian,
maka skripsi dan gelar sarjana yang saya peroleh karenanya, batal demi hukum.
Malang, 11 Juni 2015
Penulis,
Syaukani Hamim
NIM 11210073
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Setelah membaca dan mengoreksi skripsi saudara Syaukani Hamim NIM:
11210073 Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan judul :
PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA ATAS PERNIKAHAN
JANDA DI BAWAH UMUR YANG PERNAH MENDAPAT DISPENSASI
KAWIN DARI PENGADILAN AGAMA
(Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kauman Tulungagung)
Maka pembimbing menyatakan bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-
syarat ilmiah untuk diajukan dan diuji pada Majelis Dewan Penguji.
Malang, 11 Juni 2015
Mengetahui, Dosen Pembimbing,
Ketua Jurusan
Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah
Dr. Sudirman, MA. Erik Sabti Rahmawati, MA., M.Ag.
NIP 197708222005011003 NIP 197511082009012003
v
PENGESAHAN SKRIPSI
Dewan penguji skripsi saudara Syaukani Hamim, NIM 11210073, mahasiswa
Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul:
PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA ATAS PERNIKAHAN
JANDA DI BAWAH UMUR YANG PERNAH MENDAPAT DISPENSASI
KAWIN DARI PENGADILAN AGAMA
(Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kauman Tulungagung)
Telah dinyatakan lulus dengan nilai A (cumlaude)
Dengan penguji:
1. Erik Sabti Rahmawati, MA., M.Ag.
NIP 197511082009012003
( )
Sekretaris
2. Dr. Hj. Mufidah, CH, M.Ag.
NIP 196009101989032001
( )
Ketua Penguji
3. Dr. H. Roibin, M. HI.
NIP 196812181999031002
( )
Penguji Utama
Malang, 05 Juli 2015
Dekan,
Dr. H. Roibin, M.HI.
NIP 196812181999031002
vi
MOTTO
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan kurnia-Nya dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS. An-Nuur: 32).1
1QS. An-Nuur ayat 32.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamd li Allâhi Rabb al-„Âlamîn, lâ Hawl walâ Quwwata illâ bi Allâh al-„Âliyy
al-„Âdhîm, dengan hanya rahmat-Mu serta hidayah-Nya penulisan skripsi yang
berjudul “Penolakan Kantor Urusan Agama Atas Pernikahan Janda Di Bawah
Umur Yang Pernah Mendapat Dispensasi Kawin Dari Pengadilan Agama
(Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kauman Tulungagung)” dapat
diselesaikan dengan curahan kasih sayang-Nya, kedamaian dan ketenangan jiwa.
Shalawat dan salam kita haturkan kepada Baginda kita yakni Nabi Muhammad
SAW yang telah mengajarkan kita dari alam kegelapan menuju alam terang
benderang di dalam kehidupan ini. Semoga kita tergolong orang-orang yang
beriman dan mendapatkan syafaat dari beliau di hari akhir kelak. Amin...
Dengan segala daya dan upaya serta bantuan, bimbingan maupun
pengarahan dan hasil diskusi pelbagai pihak dalam proses penulisan skripsi ini,
maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tiada batas kepada:
1. Prof. Dr. H. Mudjia Raharjo, M.Si. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Dr. H. Roibin, M.HI, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
viii
3. Dr. Sudirman, MA, selaku Ketua Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah
Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
4. Erik Sabti Rahmawati, MA., M.Ag, selaku dosen pembimbing penulis.
Syukr katsîr penulis haturkan atas waktu yang telah beliau limpahkan
untuk bimbingan, arahan, serta motivasi dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
5. Dr. H. Fadil. S.J, M.Ag, selaku dosen wali penulis selama kuliah di
Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Terima kasih penulis kepada beliau yang telah memberikan
bimbingan, saran, serta motivasi selama menempuh perkuliahan.
6. Segenap Dosen Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang yang telah menyampaikan pengajaran, mendidik,
membimbing, serta mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Semoga Allah
SWT memberikan pahala-Nya yang sepadan kepada beliau semua.
7. Staf serta Karyawan Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, penulis ucapkan terimakasih atas partisipasinya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Ayahanda Mahfud dan Ibunda Siti Asiyah, yang selalu mencurahkan cinta,
kasih dan sayangnya kepada penulis. Seuntaian karya ini penulis
persembahkan kepada beliau berdua yang selalu memberikan doa,
dukungan, motivasi serta kepercayaan yang tiada hentinya kepada penulis
hingga saat ini dan akan selamanya.
ix
9. Kakak-kakakku tersayang, Mbak Rahma, Mbak Hanif, Mas Imron yang
selalu memberikan doa dan semangat serta menjadi inspirasi penulis untuk
menjadi pribadi yang lebih baik.
10. H. Abdul Umar, S.Pd.I dan M. Umar Shodiq, M.Ag selaku Kepala Kantor
Urusan Agama Kecamatan Kauman Tulungagung dan Kepala Kantor
Urusan Agama Kecamatan Kota Tulungagung. Penulis menghaturkan
terimakasih telah banyak membantu dan memberikan wawasan, serta
penulis diberikan waktu dan tempat untuk melakukan penelitian dalam
rangka menyelesaikan skripsi ini.
11. Bapak Serin dan Ibu Sutilah selaku pihak yang penulis teliti, yang telah
banyak membantu dan memberikan informasi serta wawasan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga apa yang telah penulis peroleh selama kuliah di Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini bisa bermanfaat bagi
semua pembaca, khususnya bagi pribadi penulis. Disini penulis sebagai manusia
biasa yang tak pernah luput dari salah dan dosa, menyadari bahwasannya skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengaharap
kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Malang, 11 Juni 2015
Penulis,
Syaukani Hamim
NIM 11210073
x
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah pemindahalihan tulisan Arab ke dalam tulisan
Indonesia (latin), bukan terjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Termasuk dalam kategori ini adalah nama Arab dari bangsa Arab, sedangkan
nama Arab dari bangsa selain Arab ditulis sebagaimana ejaan bahasa nasionalnya,
atau sebagaimana tertulis dalam buku yang menjadi rujukan.
A. Konsonan
Tidak dilambangkan = ا
B = ب
T = ت
Ta = ث
J = ج
H = ح
Kh = خ
D = د
Dz = ذ
R = ر
Z = ز
S = س
Sy = ش
Sh = ص
dl = ض
th = ط
dh = ظ
(mengahadap ke atas) „ = ع
gh = غ
f = ف
q = ق
k = ك
l = ل
m = م
n = ن
w = و
h = ه
y = ي
xi
Hamzah (ء) yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak di
awal kata maka dalam transliterasinya mengikuti vokalnya, tidak
dilambangkan, namun apabila terletak di tengah atau akhir kata, maka
dilambangkan dengan tanda koma di atas („), berbalik dengan koma („) untuk
penggantian lambang ع.
B. Vokal, Panjang dan Diftong
Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latinvokal fathah
ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan
bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut:
Vokal Panjang Diftong
a = fathah
i = kasrah
u = dlommah
â
î
û
menjadi qâla قال
menjadi qîla قيل
menjadi dûna دون
Khusus untuk bacaan ya‟ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan
“ î ”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya‟
nisbat diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya‟ setelah
fathah ditulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut:
Diftong Contoh
aw = و
ay = ي
menjadi qawlun قول
menjadi khayrun خير
xii
C. Ta’ Marbûthah
Ta‟ Marbûthah ditransliterasikan dengan “ṯ” jika berada di tengah
kalimat, tetapi apabila Ta‟ Marbûthah tersebut berada di akhir kalimat, maka
ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya maka الرسالة مدرسةال
menjadi al-risalaṯ li al-mudarrisah, atau apabila berada di tengah-tengah
kalimat yang terdiri dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka
ditransliterasikan dengan menggunakan “t” yang disambungkan dengan
kalimat berikutnya, misalnya رحمةهللافى menjadi fi rahmatillâh.
D. Kata Sandang dan Lafadh al-Jalalah
Kata sandang berupa “al” ( ال ) ditulis dengan huruf kecil, kecuali
terletak di awal kalimat, sedangkan “al” dalam lafadh jâlalah yang berada di
tengah-tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan.
Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
1. Al-Imâm al-Bukhâriy mengatakan...
2. Al-Bukhâriy dalam muqaddimah kitabnya menjelaskan...
3. Masyâ‟ Allâh kâna wa mâ lam yasya‟ lam yakun.
4. Billâh „azza wa jalla.
E. Nama dan Kata Arab Terindonesiakan
Pada prinsipnya setiap kata yang berasal dari bahasa Arab ditulis
dengan menggunakan sistem transliterasi. Apabila kata tersebut merupakan
nama Arab dari orang Indonesia atau bahasa Arab yang sudah
terindonesiakan, tidak perlu ditulis dengan menggunakan sistem transliterasi.
Perhatikan contoh berikut:
xiii
“...Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI ke empat, dan
Amin Rais, mantan Ketua MPR pada masa yang sama, telah
melakukan kesepakatan untuk menghapuskan nepotisme,
kolusi dan korupsi dari muka bumi Indonesia, dengan salah
satu caranya melalui pengintesifan salat di berbagai kantor
pemerintahan, namun...”
Perhatikan penulisan nama “Abdurrahman Wahid”, “Amin Rais” dan
kata “salat” ditulis dengan menggunakan tata cara penulisan bahasa Indonesia
yang disesuaikan dengan penulisan namanya. Kata-kata tersebut sekalipun
berasal dari bahasa Arab, namun ia berupa nama dari orang Indonesia dan
terindonesiakan, untuk itu tidak ditulis dengan cara “Abd al-Rahmân Wahîd”,
“Amîn Raîs”, dan bukan ditulis dengan “shalâṯ”.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
MOTTO ................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
ABSTRAK .......................................................................................................... xvi
BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................... 11
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 11
A. Rumusan Masalah ................................................................................ 87
B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 87
C. Manfaat Penelitian ............................................................................... 88
D. Definisi Operasional............................................................................. 99
E. Sistematika Pembahasan ................................................................... 10
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 13
A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 13
B. Kerangka Teori..................................................................................... 18
1. Kantor Urusan Agama (KUA) ....................................................... 18
2. Pengadilan Agama ......................................................................... 22
3. Perkawinan di Bawah Umur .......................................................... 31
4. Dispensasi Nikah/Dispensasi Kawin ............................................. 36
BAB III: METODE PENELITIAN .................................................................... 41
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 42
B. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 42
C. Lokasi Penelitian .................................................................................. 43
D. Sumber Data ......................................................................................... 43
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 45
F. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 47
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 50
A. Landasan Kantor Urusan Agama Menolak Menikahkan Janda yang
Umurnya Belum Mencapai 16 Tahun .................................................. 50
B. Langkah Hukum Janda di Bawah Umur Setelah Pernikahannya di
Tolak Oleh Kantor Urusan Agama ...................................................... 68
BAB V: PENUTUP .............................................................................................. 80
A. Kesimpulan .......................................................................................... 80
B. Saran ..................................................................................................... 81
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Bukti konsultasi
Lampiran II : Surat keterangan telah melakukan penelitian di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Kauman Tulungagung
Lampiran III : Salinan Penetapan Dispensasi Kawin Tahun 2009
Lampiran IV : Salinan Putusan Cerai Tahun 2010
Lampiran V : Salinan Penetapan Dispensasi Kawin Tahun 2011
Lampiran VI : Dokumen pendukung penelitian lainnya.
xvii
ABSTRAK
Hamim, Syaukani, 2015. Penolakan Kantor Urusan Agama Atas Pernikahan
Janda Di Bawah Umur Yang Pernah Mendapat Dispensasi Kawin Dari
Pengadilan Agama (Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kauman
Tulungagung). Skripsi Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah. Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing Erik Sabti
Rahmawati, MA., M.Ag.
Kata Kunci: Penolakan, Kantor Urusan Agama, Janda di Bawah Umur. KUA Kauman Kabupaten Tulungagung menolak menikahkan janda di
bawah umur padahal dia sudah mendapatkan dispensasi kawin dari Pengadilan
Agama pada pernikahannya yang pertama. Berdasarkan surat penolakan dari
KUA tersebut, kemudian orang tua calon mempelai mengajukan dispensasi kawin
yang kedua kepada Pengadilan Agama Kabupaten Tulungagung. Setelah melalui
proses persidangan, majelis hakim kemudian menetapkan untuk mengabulkan
permohonan dispensasi kawin terhadap calon mempelai yang ditolak
pernikahannya tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui landasan pihak KUA menolak menikahkan janda di bawah umur
padahal sudah pernah mendapat dispensasi kawin, selain itu juga untuk
mengetahui langkah hukum yang dilakukan janda di bawah umur setelah ditolak
pernikahannya oleh KUA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Sedangkan data yang dikumpulkan berupa data primer dan data skunder yang
dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi yang kemudian data
tersebut diedit, diperiksa, dan disusun secara sistematis serta diatur sedemikian
rupa yang kemudian dianalisis.
Hasil penelitian ini adalah, pertama pihak KUA menolak untuk
menikahkan janda di bawah umur karena KUA merupakan pelaksana Undang-
undang dan harus melaksanakan apa yang ada dalam Undang-undang tersebut,
alasan KUA tersebut mengacu kepada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 yang menyebutkan bahwa batas minimal melakukan perkawinan bagi wanita
adalah 16 tahun. Selain itu KUA juga beralasan karena tidak menemukan
Undang-undang lain yang menjelaskan bahwa janda di bawah umur yang pernah
mendapat dispensasi kawin dari Pengadilan Agama bisa langsung dinikahkan atau
harus mengajukan permohonan dispensasi kawin lagi. Oleh Karena itu KUA
bermaksud ingin lebih hati-hati dan tidak ingin mengambil resiko sehingga
menyerahkan kasus tersebut ke Pengadilan Agama Tulungagung guna
memperoleh dispensasi kawin kedua. Kedua, langkah hukum yang dilakukan oleh
janda di bawah umur adalah dengan memenuhi permintaan pihak KUA yakni
dengan meminta dispensasi kawin yang kedua kalinya. Dalam hal ini orangtuanya
selaku pemohon mengajukan upaya permohonan dispensasi kawin di Pengadilan
Agama Tulungagung, sehingga setelah melalui proses persidangan akhirnya
majelis hakim mengabulkan permohonan pemohon dengan memberi penetapan
dispensasi kawin yang kedua.
xviii
ABSTRACT
Hamim, Syaukani, 2015. Rejection Of Religion Affair Court Toward Under Age
Widow Marriage Ever Obtaining Marriage Dispensation From Religion
Court (Case Study in Religion Affair Court Kauman District
Tulungagung). Thesis of Al- Ahwal Al Syakhshiyyah Department.
Maulana Malik Ibrahim State Islamic University, Malang. Advisor: Erik
Sabti Rahmawati, MA., M.Ag.
Key Words: Rejection, Religion Affair Court, Under Age Widow.
KUA (Religion Affair Court) Kauman Tulungagung rejects to marry under
age widow, in fact she has already obtained marriage dispensation from religion
court for his first marriage. According to the letter of rejection, the parents deliver
second marriage dispensation to Religion Court of Tulungagung. After process of
assembly, then judge proposes to permit marriage dispensation for bridge
candidate who has marriage rejection.
This research proposes to find out the foundation of KUA (Religion Affair
Court) rejects widow under age marriage even she has ever acquired marriage
dispensation. Besides, it is used for analyzing law effort done by the widow under
age after marriage rejection from KUA (Religion Affair Court). This research
employs qualitative approach, while collected data are primary and secondary
which are collected by interview and documentation. After that, the data are
edited, checked, and arranged systematically. Then, those are analyzed.
The result of this research, firstly, KUA (Religion Affair Court) obviously
rejects under age widow because KUA (Religion Affair Court) is implementation
of law and it must apply the existing of the law. That reason is related to Law
Number 1 Year 1974 Verse 7 which states that minimum age for marriage is 16
years old. Moreover, KUA (Religion Affair Court‟s) agues that it does not find
other law which explains under age widow obtained marriage compensation from
religion court. She can have marriage or applies application of remarriage
dispensation. Therefore, KUA (Religion Affair Court) has to be more careful and
does not take a risk with the marriage as well as delivers this case to Tulungagung
Religion Court for getting dispensation of marriage. Secondly, Law effort done by
the widow under age is to fill KUA (Religion Affair Court‟s) requests by asking
marriage dispensation twice. The parents of bridge ask the marriage dispensation
to Tulungagung Religion Court twice. After session process, the judge grants their
request by deciding twice marriage dispensation.
xix
ملخص البحث
علي النكاح أرمل حتت بالغة الذي يصح النكاح . طالق مكتب الشؤون الدينية5102شوكاين, ,محيممن حمكمة الدينية )تعليم من مكتب الشؤون الدينية قرية كومان تولونع أكونك(. حبث لقسم األحوال الشخصية جامعة موالنا مالك إبراىيم ماالنج، ادلشرف إيرك سبيت رمحوايت,
ادلاجستري.
مل تبلغ. أرملة، ةمكتب الشؤون الديني: الرفض، كلمات الرئيسةالمل تبلغ أرملةكومان يف منطقة تولونغ اغونغ يرفض الزواج مكتب الشؤون الدينيةأن
من الرفض قراراستنادًا إىل ول.األزواج الالدينية عن ةكماحملج من ا و ز احلصول على الولكنها تنال يف منطقة تولونغ الدينية ةمك، فإن والديها تقدم احلصول الزواج الثاين ايل احملمكتب الشؤون الدينية
اغونغ، وبعد ذلك أن جملس احلاكم يقبل عن تلك العريضة.، أن ىذاالبحث يهدف دلعرفة األساس الذي يرفض الزواج استناداً إىل اخللفية ادلذكورة
األول، وكذلك زواج الالدينية عن ةكماحملج من ا و ز احلصول على المل تبلغ ولو كانت تنال أرملة. وكان ىذاالبحث مكتب الشؤون الدينيةمل تبلغ من أرملةاحلكم عن الرفض الزواج دلعرفة جهد
ودلنهج حتليل البيانات يستخدم بتحرير، تصنيف، ،الثانويةاألساسية و البياناتالبيانات من ينال حتقيق، حتليل، وخالصة. حيت ىذاالبحث يكون كليا، منظما، ومرتبا.
أرملةيرفض الزواج مكتب الشؤون الدينيةال، أن كانت النتيجة عن ىذاالبحث ىي او 03اليت يشرح أن حد الزواج دلرأة 4ادلادة 0741السنة 0مل تبلغ، إلنو يهدي ايل القانون النمرة
تسليم القضية إىل سنة. وكذلك أنو مل ينال قانونا الذي يذكر عنها. فلذلك قصده دلالحظة حيت مكتب الثاين. ثانيا، أن جهد احلكم عنها ليتم الطلب من جا و ز احلصول على اللنيل احملكمة الدينيةاحلصول الثاين. أن ىذاالبحث والديها من القادم جا و ز احلصول على البتطلب لنيل الشؤون الدينية
تولونغ اغونغ، حيت بعد اإلجراءت أن جملس احلاكم يقبل ىذه الدينية ةكميف احمل جا و ز على ال الثاين. جا و ز ل على الاحلصو العريضة بإعطاء قرار
Top Related