Download - Penjawab semua do'a

Transcript
Page 1: Penjawab semua do'a

Diolah dari buku:Judul Asli:

Ya Saami’an Likulli SyakwaJudul Terjemah : Penjawab Semua Do’aPenulis : Asyjan Ahmad Sayid Nuwair/ Ummu Muhammad RasyidPenterjemah : M. Habiburrahim, Lc.

Wahai orang yang dirundung kesedihan, sesungguhnya kesedihan akan hilangBergembiralah! Karena Allah adalah penghilang kesedihanApabila kamu terkena musibah, maka yakinlah kepada Allah dan terimalah dengan hati yang lapangSesungguhnya penghilang kesedihan adalah Allah

Mukaddimah

Segala puji bagi Allah. Kepada-Nya kami memuji, meminta pertolongan dan meminta ampunan. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang mendapat petunjuk Allah maka dialah orang yang beruntung dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tiada petunjuk baginya.

Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Allah Swt. berfirman, artinya:“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. [QS. Ali Imraan: 102]

Allah Swt. berfirman, artinya:“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; lalu dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. [QS. An Nisaa`: 1]

Allah Swt berfirman, artinya:“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. [QS. Al Hasyr: 18]

Amma ba’duSesungguhnya do’a adalah ibadah. Ketika manusia berdo’a kepada Tuhannya sesungguhnya dia mengungkapkan kebutuhannya dan menunjukkan penghambaannya dengan penuh ketulusan. Aku merasakan bahwa do’a adalah penawar hatiku dan surga dunia bagiku di saat aku bermunajat kepada Tuhan. Ketika musibah yang menimpaku kian berat hingga membuat jiwaku kering, maka akan aku tuangkan kesegaran do’a ke dalam jiwaku. Untuk itulah aku beristikharah kepada Allah meminta petunjuk dan pertolongan-Nya semoga memudahkanku dalam menulis buku ini. Tak lupa aku meminta kepada Allah semoga menambahkan taufik-Nya agar semua muslim dan muslimah yang tertimpa kesulitan, musibah dan kesempitan bisa mengambil manfaat dari buku ini. Dalam penulisan buku ini aku banyak mengambil hikmah dari kaset yang berjudul “Ya Saami’an Likulli Syakwa” oleh Syeikh Ad Dawisy. Aku katakan kepada semua orang yang tertimpa musibah atau bencana, baik dalam hartanya, anaknya atau jiwanya dengan penyakit atau kecelakaan... Kepada semua orang yang hatinya meneteskan kesedihan dan kedukaan, “Bergembiralah dengan kebebasan yang segera datang! Insya Allah”.

Allah Swt. berfirman, artinya:“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. [QS. Nasyrah: 5-6]

1

Page 2: Penjawab semua do'a

Aku ucapkan kepada mereka, “Bahwa tidak ada satu kesulitan yang bisa mengalahkan dua kemudahan. Engkau akan melihat cahaya yang terang setelah kegelapan.”

Pembaca yang budiman, jika dalam penulisan buku ini terdapat kebenaran maka itu asalnya dari Allah, namun jika terdapat kesalahan atau kealpaan maka itu berasal dari diriku dan dari syetan, semoga Allah mengampuniku.Wabillahit taufik...Ummu Muhammad Rasyid

Do’a: Hakekat, Anjuran dan Keutamaannya* Faedah

Diriwayatkan dari Anas bin Malik Ra, Nabi Saw. bersabda,“Barangsiapa dibukakan lima pintu maka ia tidak akan terhalangi dari lima perkara: barangsiapa dibukakan pintu do’a, maka dia tidak terhalang dari jawaban, karena Allah Swt. telah berfirman, artinya: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” [QS. Ghaafir: 60] Barangsiapa dibukakan pintu taubat, maka tidak terhalang dari penerimaan, karena Allah telah berfirman, artinya: “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya.” [QS. Asy Syuraa: 25] Barangsiapa dibukakan pintu syukur, maka tidak terhalang dari bertambahnya rezeki, karena Allah telah berfirman, artinya: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu.” [QS. Ibraahim: 7] Barangsiapa dibukakan pintu istighfar, maka dia tidak terhalang dari ampunan, karena Allah telah berfirman, artinya: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” [QS. Nuuh: 10] Barangsiapa yang dibukakan pintu sedekah, maka tidak akan terhalang dari gantinya, karena Allah telah berfirman, artinya: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.” [QS. Saba`: 39]

Hakekat Do’a dalam Bahasaدعو (da-‘a-wa) artinya, jika sesuatu condong kepadamu disebabkan suara atau perkataan. [Mu’jam Maqaayis al Lughah¸ karya Ibnu Faris, 2/279]Asal kata ini adalah mashdar atau kata benda dari kata , , دعاء أدعوه الشيء ,da’autu asy syai`a) دعوتad’uhu, du’a an) artinya, aku memanggil sesuatu dengan satu panggilan.Mashdar di sini menempati kata benda sehingga anda bisa mengatakan, دعاء sami’tu du’a) سمعتan) artinya, aku mendengar sebuah panggilan.Sama seperti ketika anda mengatakan, صوتا artinya, aku mendengar (sami’tu shautan) سمعتsuara. [Sya’nu ad dua`]

Makna Do’aDo’a adalah merasa butuh kepada Allah dan membuang perasaan bahwa diri sendiri memiliki tenaga atau kekuatan. Ini adalah tanda penghambaan dan ketundukan sebagai manusia. Dalam do’a terdapat makna pujian kepada Allah dan pengakuan akan kemurahan dan kemuliaan-Nya. [Tamaamu al Minnah fi ad Dua’ minal Kitab was Sunnah]Do’a menuntut hadirnya hati ke hadirat Allah Swt. dan do’a adalah puncak ibadah. [Silaahu al Mukmin fi ad Dua’ wa adz Dzikr, hal.42]

Dalil-Dalil yang Menunjukkan Bahwa Do’a Dapat Mengubah Takdir

Firman Allah Swt., artinya:“Katakanlah: "Tuhanku tidak mengindahkan kalian, melainkan kalau ada do’a kalian.” [QS. Al Furqaan: 77]

“Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” [QS. Ghaafir: 60]

“Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa pula yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).” [QS. An Naml: 63]

Dalil dari hadits, di antaranya sabda Rasulullah Saw., artinya:

2

Page 3: Penjawab semua do'a

“Tidak ada yang bisa menolak takdir, melainkan do’a dan tidak ada yang menambah umur, melainkan perbuatan baik.” [HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dalam bukunya Al Mustadrak (1/493). Al Hakim berkata, “Sanadnya shahih.” Imam Ath Thahawi meriwayatkan dalam Al Mu’jam Al Kabir (6/308)]

Diriwayatkan dari Anas ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Jangan pernah berputus asa dalam berdo’a, karena tidak ada seorangpun yang celaka disebabkan do’a.” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/493). Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban dalam buku Shahihnya (2398)]

Aisyah ra. meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah Saw., artinya:“Kehati-hatian tidak akan bisa menyelamatkan dari takdir, sedangkan do’a bisa merubah takdir, baik yang telah turun maupun yang belum. Sungguh musibah turun lalu disambut dengan do’a, sehingga musibah dan do’a saling berperang sampai hari Kiamat.” [HR. Hakim dalam Al Mustadrak dan dishahihkan olehnya (1/492), Imam Adz Dzahabi menyetujuinya]

Pendapat yang mengatakan bahwa do’a bisa mengubah takdir juga berpegang pada kenyataan bahwa do’a merupakan faktor internal dalam takdir, bukan faktor eksternal yang mempengaruhi takdir. Karena do’a termasuk salah satu yang telah ditetapkan dalam takdir. Allah Swt. telah mengetahui ilmu segala sesuatu dan telah menentukan bagian masing-masing. Tidak mungkin Dia merubah sedikitpun dari takdir-Nya. Oleh karena itu do’a merupakan bagian dalam takdir. Apabila do’a telah ditetapkan menjadi sebab terjadinya sesuatu, maka niscaya seseorang itu akan berdo’a dan menjadikannya sebab bagi apa yang telah ditentukan oleh Allah. Jadi, do’a adalah sebab untuk mendatangkan manfaat (berubahnya kondisi menjadi lebih baik) sebagaimana ia adalah sebab untuk menolak musibah. Apabila do’a lebih kuat daripada musibah, maka do’a akan menolaknya; namun apabila musibah lebih kuat, maka do’a tidak bisa menolaknya, mungkin hanya meringankan atau menguranginya saja. Tidak ada usaha atau sebab-sebab lain yang lebih bermanfaat dan lebih bisa menyampaikan kepada tujuan selain do’a. [Ad Du’a wa Manzilatuhu min al Aqidah al Islamiyah, karya Abu Abdurrahman Al Arusi]Demikianlah, bila musuh datang, maka bisa diusir dengan do’a, perbuatan baik dan jihad. Jika hawa dingin menyerang, maka bisa diusir dengan selimut, berada di tempat yang hangat, perbuatan-perbuatan baik dan do’a. [Ibid]

Ancaman berat yang telah ditetapkan oleh Allah bagi orang yang menyombongkan diri dan tidak mau berdo’a, menunjukkan pentingnya do’a dan kedudukannya yang agung. Tidak mungkin ada ancaman bagi orang yang meninggalkan suatu perbuatan, kecuali perbuatan itu memiliki kedudukan tersendiri di sisi-Nya. Ibnu Al Qayyim berkata dalam bukunya Al Jawab Al Kafi, “Do’a adalah obat yang paling bermanfat. Do’a adalah lawan dari bencana. Do’a akan menolak bencana, mengobatinya, mencegahnya dan menghilangkannya atau meringankannya jika turun.” Kemudian lanjutnya, “Do’a terhadap musibah memiliki tiga kedudukan: Pertama: do’a lebih kuat dari musibah, maka do’a akan menolaknya.Kedua: do’a lebih lemah dari musibah, sehingga musibah menang dan menimpa seseorang. Maka di sini do’a akan meringankan musibah yang turun.Ketiga: do’a dan musibah seimbang, sehingga masing-masing mencegah pemiliknya.Setelah itu beliau menyebutkan dalil-dalilnya. Di tempat yang lain beliau berkata, “Kedudukan do’a seperti senjata. Senjata akan efektif, bukan karena ketajamannya saja. Ketika sebuah senjata tidak ada celanya, lengan yang memegangnya adalah lengan yang kuat kemudian tidak ada tameng yang menghalanginya, maka ia akan mendatangkan bencana kepada musuh. Namun jika salah satu dari tiga syarat ini tidak terpenuhi, maka pengaruhnya akan berkurang. Demikian pula halnya dengan orang yang berdo’a, apabila dirinya bukan orang yang baik, tidak bisa menggabungkan antara hati dan lisannya dalam berdo’a atau ada penghalang yang menghalangi do’anya dari jawaban, maka do’anya tidak bisa memberikan hasil”. [Al Jawab al Kafi, karya Ibnu Al Qayim]

Kesimpulannya, pendapat yang mengatakan bahwa do’a tidak ada faedahnya, tidak bisa mendatangkan manfaat dan tidak pula bisa menolak bahaya adalah pendapat yang salah. Ayat Al Qur’an dan Sunnah menegaskan kesalahan pendapat ini. Orang yang tidak meyakini faedah do’a, berarti ia telah mendustakan Al Qur’an dan Sunnah. Orang yang menganggap dirinya tidak butuh kepada do’a, maka dia telah dusta dan durhaka. Pendapat seperti ini sama saja dengan orang yang yang mengatakan: “Tidak ada gunanya iman dan ibadah, karena Allah telah menetapkan pahala dan siksa bagi setiap orang”. Sungguh orang bodoh seperti ini tidak

3

Page 4: Penjawab semua do'a

tahu bahwa keselamatan dunia dan akhirat telah disusun oleh Allah melalui usaha dan sebab-sebab.Orang yang berpendapat bahwa apa yang telah ditetapkan (telah terjadi) tidak bisa dirubah dengan do’a (sehingga masa depan lebih baik), seharusnya tidak perlu makan atau minum, jika merasa lapar atau haus. Tidak perlu berobat, jika sakit dan tidak perlu menghadapi orang-orang kafir dengan senjata, sambil mengatakan: “Semua ini telah ditetapkan oleh Allah Swt.” Namun orang islam dan orang yang berakal tidak akan mengatakan hal seperti ini. [Fatawa Al Izz bin Abdussalam]

Keutamaan Do’a

Do’a adalah memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa melalui perantara nama-nama dan sifat-sifat-Nya, untuk mendatangkan perkara yang diinginkan dan dicintai atau menolak perkara yang dibenci dan ditakuti. Do’a adalah salah satu ibadah yang paling mulia. [Min Sunanil Huda Raf’ul Yadaini bi ad Du’a, karya Abu Bakar Al Jazairi]Allah telah memerintahkan untuk berdo’a, seperti dalam firman-Nya, artinya:“Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. [QS. Al A’raaf: 55]

Berdo’alah dengan merendahkan diri, tenang, suara yang lembut dan hati yang khusyu’. Suara yang keras, seruan-seruan dan teriakan dalam do’a tidak sesuai dengan etika berdo’a. [Tafsir Ibnu Katsir]

Dalam firman-Nya yang lain Allah berkata, artinya:"Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu,” [QS. Ghaafir: 60]ini adalah kemurahan Allah dan karunia-Nya. Dia telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdo’a kepada-Nya dan Dia menjamin akan mengabulkannya. Sebagaimana dikatakan oleh Sufyan Ats Tsauri, “Wahai Dia yang paling mencintai hamba-Nya yang paling banyak permintaannya! Wahai Dia yang paling membenci hamba-Nya yang tidak mau meminta kepada-Nya! Tidak ada seorangpun berbuat demikian selain Engkau, Wahai, Tuhanku!” [Tasir Ibnu Katsir]

Allah memuji dengan do’a kepada hamba-hamba-Nya yang shalih, seperti dalam firman-Nya, artinya:“Dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.” [QS. Al Anbiyaa`: 90]Yaitu berharap pahala yang ada di sisi-Nya dan cemas terhadap siksa-Nya.

Firman-Nya yang lain, artinya:“Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.” Khusyu’ adalah rasa takut dalam hati yang tidak pernah terpisahkan. [Tafsir Ibnu Katsir]

Allah Swt. berfirman, artinya:“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku! Janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Pewaris Yang Paling Baik. Maka Kami memperkenankan do'anya dan Kami anugerahkan kepadanya, Yahya, lalu Kami jadikan isterinya dapat mengandung.” [QS. Al Anbiyaa`: 89]Maksudnya Zakariya menyeru dengan suara yang lembut agar tidak terdengar oleh kaumnya, sedangkan perkataan-Nya, “Dan Engkaulah Pewaris Yang Paling Baik.” Adalah do’a sanjungan yang sesuai dengan permintaan, karena isterinya seorang wanita yang mandul yang akhirnya bisa melahirkan. [Tafsir Ibnu Katsir]

Firman Allah lainnya, artinya:“Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "bahwasannya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku).” [QS. Al Qamar: 10]Yakni aku adalah seorang yang lemah, maka selamatkanlah agama-Mu. [Tafsir Ibnu Katsir]

Dalam kisah Nabi Ayub as., Allah Swt. berfirman, artinya:“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” [QS. Al Anbiyaa`: 83]

4

Page 5: Penjawab semua do'a

Sebagaimana dikatakan dalam ayat yang lain, artinya:“Lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya.” [QS. Al Anbiyaa`: 84]

Seorang hamba yang mengangkat kedua tangannya kepada Allah meminta segala keperluannya, maka dia telah meyakini hal-hal berikut: Adanya Allah Yang Maha Tahu, Maha Kuasa, Maha Baik, Maha Pengasih, Maha Pemurah, Maha Mulia. Allah mendengar panggilan dan menjawab do’a. Allah Maha Kaya dan Memberi kekayaan. Memberi di waktu siang dan malam tanpa mengurangi sedikitpun apa yang ada pada-Nya. Selain itu hamba yang berdo’a juga meyakini bahwa selain Allah tidak mendengar panggilan, tidak menjawab do’a, tidak mengetahui keadaan orang yang berdo’a dan tidak mampu memberikan apa yang diminta. Oleh karena itu ia hanya meminta kepada Allah.

Kedudukan Do’aAllah Swt. menjelaskan kedudukan do’a dan posisinya yang agung, yaitu dengan memulai dan menutup Al Qur’an dengan do’a. Do’a pembuka dengan Surat Al Fatihah dan do’a penutup dengan Surat Al Ikhlas dan al mu’awidzatain (Al Falaq dan An Naas).Syaikhul islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dalam Surat Al Ikhlas terdapat pujian hamba kepada Allah sedangkan dalam al mu’awidzatain terdapat do’a hamba kepada Allah agar Dia senantiasa melindunginya. Pujian dan do’a selalu digabungkan, sebagaimana digabungkan dalam Ummul Qur’an. Ummul Qur’an dibagi menjadi dua antara Tuhan dengan hamba, setengahnya adalah pujian kepada Tuhan dan setengahnya yang lain adalah do’a untuk hamba.”

Keistimewaan-Keistimewaan Do’a

Do’a memiliki keistimewaan yang banyak sekali, jarang terdapat pada ibadah-ibadah yang lain. Keistimewaan ini adalah bahwa manfaat do’a terjadi pada waktu hidup dan sesudah mati. Nas-nas Al Quran dan Hadits telah menetapkan bahwa orang yang telah meninggal bisa mengambil manfaat dari do’a. Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali dari tiga hal … “Anak shalih yang mendo’akannya.” [HR. Muslim (3/1255) hadits no:1631]

Allah Swt. berfirman, artinya:“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami.” [QS. Al Hasyr: 10]

Shalat jenazah merupakan do’a bagi orang yang mati. Telah disepakati bahwa pahala do’a sampai kepada orang yang dido’akan.

Di antara keistimewaan-keistimewaan do’a adalah kemudahannya dan tidak terikat dengan waktu, tempat dan kondisi, ini juga membedakannya dengan ibadah-ibadah yang lain. Do’a membuka pintu hati, menumbuhkan rasa ketundukan yang sempurna dan perasaan selalu membutuhkan Tuhan dalam semua kondisi yang dihadapi.

Selain itu, do’a menunjukkan kerendahan, kelemahan, rasa membutuhkan, penghambaan dan pengagungan Tuhan. Keistimewaan-keistimewaan ini menunjukkan betapa agung dan tingginya kedudukan do’a.

Saudaraku seiman! Kini anda telah tahu, bahwa di antara yang tertulis dalam takdir adalah tertolaknya musibah dengan do’a. Do’a menjadi sebab untuk menolak musibah dan mendatangkan rahmat, seperti tameng menjadi sebab untuk menyelamatkan diri dari serangan panah dan air menjadi sebab tumbuhnya pepohonan di bumi. Tameng menolak anak panah, sehingga tameng dan anak panah saling menyerang dan menolak. Begitu pula halnya dengan do’a dan musibah keduanya saling menyerang dan menolak. Mengakui takdir Allah Swt. bukan berarti membuang senjata dan berpangku tangan, karena Allah Swt. telah berfirman, artinya: “Bersiap siagalah kalian.” [QS. An Nisaa`: 71] Dia yang telah menentukan kebaikan, tentu telah menentukan sebab-sebab untuk mendatangkannya. Demikian pula halnya dengan kejelekan, tentu Dia telah menentukan sebab-sebab untuk menolaknya. [Ihyaa` ‘Ulumuddin, karya Abu Hamid Al Ghazali]

5

Page 6: Penjawab semua do'a

Saudaraku seiman! Jangan pernah meninggalkan do’a, karena Allah Swt. telah berkata dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar ra. dari Nabi Muhammad Saw., artinya:“Sesungguhnya Allah Swt. berkata, ‘Hai, hambaku! Sesungguhnya Aku mengharamkam kedzaliman atas diri-Ku dan Kuharamkan pula atas dirimu, karena itu janganlah kamu berlaku dzalim! Hai, hamba-Ku! Kamu sekalian sesat, melainkan orang-orang yang mendapat petunjuk-Ku, karena itu mohonlah petunjuk kepada-Ku, Aku berikan petunjuk kepadamu. Hai, hamba-Ku! Kamu sekalian lapar, melainkan orang yang Kuberi makan, karena itu mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri kamu makanan. Hai, hamba-Ku! Kamu sekalian telanjang, melainkan orang yang Kuberi pakaian, karena itu mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku beri kamu pakaian. Hai hamba-Ku! Kamu sekalian banyak bersalah siang dan malam hari, padahal Aku bersedia mengampuni segala dosa semuanya, karena itu minta ampunlah kepada-Ku, Kuampuni kamu. Hai, hamba-Ku! Kamu tidak akan dapat mendatangkan mudharat kepada-Ku. Seandainya kamu dapat, tentulah kamu telah mendatangkannya kepada-Ku. dan kamu tidak dapat memberikan manfaat kepada-Ku, seandainya kamu dapat tentu kamu telah memberikannya kepada-Ku. Hai, hamba-Ku! Seandainya orang-orang yang sebelum dan sesudah kamu, manusia maupun jin, lebih bertakwa daripada orang yang paling bertakwa di antara kamu, maka hal itu tidak akan menambah sesuatupun bagi kekuasaan-Ku. Hai, hamba-Ku! Seandainya orang-orang yang sebelum dan sesudah kamu, manusia maupun jin, lebih durhaka daripada orang yang paling durhaka di antara kamu sekalian, maka hal itu tidaklah mengurangi sesuatupun bagi kekuasaan-Ku. Hai, hambaku! Seandainya orang yang sebelum dan sesudah kamu, manusia maupun jin, mereka berkumpul pada suatu tempat yang luas, lalu mereka meminta kepada-Ku dan Kupenuhi permintaan mereka semuanya, maka hal itu tidak akan mengurangi sesuatupun dari perbendaharaan-Ku, melainkan hanya seperti berkurangnya sebuah jarum bila dimasukkan ke dalam samudera. Hai, hamba-Ku! Hanya amal kamu sajalah yang Kuperhitungkan untukmu, lalu kubayar penuh pahalanya, maka siapa yang beroleh kebaikan, hendaklah dia memuji Allah Swt. dan siapa yang mendapatkan selain kebaikan, maka janganlah dia mencela siapa-siapa kecuali dirinya sendiri (karena dia yang bersalah).” [HR. Muslim (2759), At Timidzi, Ibnu Majah dan An Nasa’i dalam Sunannya (11180)]

Wahai, orang yang terkena musibah! Wahai mereka yang sedang sakit! Wahai mereka yang teraniaya! Mengapa kalian mengetuk semua pintu dan meninggalkan pintu-Nya? Dia yang malu jika ada hamba-Nya mengangkat kedua tangannya dan membiarkannya dengan tidak memberi apa-apa. Saudaraku! Mengapa kalian bergantung kepada manusia, mengapa kalian mengadu kepada manusia, mengapa kalian mengadu kepada yang tidak memiliki kasih-sayang padahal Yang Maha Kasih senantiasa membuka pintu-Nya?

Apabila musibah menimpamu, jangan tampakkan kesusahanmu dengan mengadu kepada manusia, karena sesungguhnya mereka tidak memiliki kekuatan untuk menghilangkan kesusahanmu. Akan tetapi bergantunglah kepada Allah Swt., karena sesungguhnya Dia membuka tabir kedukaan, menghilangkan kesedihan dan merubah keadaan kepada yang lebih baik. Segala sesuatu yang terjadi di kerajaan-Nya terjadi dengan kehendak-Nya.

Kekuatan yang sesungguhnya terletak pada sikap tawakkal kepada Allah. Orang yang bertawakkal akan dijamin dengan kekuatan, penjagaan, rezeki dan perlindungan. Namun hal itu tergantung pada kuat-lemahnya ketakwaan dan tawakkal seseorang. Apabila ketakwaan dan tawakalnya kuat, maka Allah akan memberikan jalan keluar bagi semua kesempitan dan musibah yang menimpanya. Allah akan menjadi pelindung dan penjamin semua kebutuhannya. Nabi Muhammad Saw. telah menunjukkan kepada umatnya jalan menuju kesempurnaan dalam mendapatkan apa yang diinginkan, yaitu dengan senantiasa mencari apa yang bisa memberikan kemanfaatan bagi dirinya dengan mengerahkan segala usaha sesuai syariah Allah yang sempurna. Ketika tawakkal dan usaha telah dijalankan, maka akan bermanfaat perkataan, “Hasbiyallahu wa ni’ma al-wakil.” (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung). Berbeda dengan orang yang berpangku-tangan dan berdiam diri, tidak berusaha mengikuti syariat Islam, sehingga kemaslahatannya lewat, kemudian ia berkata, “Hasbiyallahu wa ni’ma al-wakil.” (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung). Maka Allah akan mencelanya dan tidak akan menjadi penolongnya. Karena Dia hanya menjadi penolong orang yang bertakwa dan bertawakkal kepada-Nya.

Jadi tidak ada kekuatan bagi manusia, tanpa tawakkal kepada Allah Swt. Allah-lah tempat berlindung semua manusia. Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Dia akan mencukupkan segala kebutuhannya. Barangsiapa yang berdo’a kepada-Nya Dia akan

6

Page 7: Penjawab semua do'a

mengabulkan do’anya. Barangsiapa yang mendekatkan diri kepada-Nya, menerapkan syariat-Nya, Dia akan mendekatkan diri-Nya. Barangsiapa bertaubat kepada-Nya, Dia akan menerima taubatnya. Barangsiapa bergantung kepada selain diri-Nya, maka Dia akan meninggalkannya bersama orang yang menjadi tempat bergantungnya. Di tangan-Nya tergenggam urusan segala sesuatu. Allah kuasa untuk merubah hati semua manusia dan menjadikannya membenci orang yang bergantung kepada selain diri-Nya. Allah Swt. berfirman, artinya:“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” [QS. Ath-Thalaaq: 3]

Saudaraku seiman! Apabila musibah menimpa hartamu, jiwamu, keluargamu atau anak-anakmu, maka sikap sabar dan menerima dengan lapang dada, ketika itu bukan hanya menjadi kewajiban agama semata. Akan tetapi itu adalah realita yang harus dihadapi. Tidak ada yang lebih baik yang bisa engkau lakukan selain bersabar, bertindak sesuai tuntunan syariat Islam.

Orang yang sabar dan tidak menghiraukan musibah yang menimpanya, tidak bersedih dan bahkan menampakkan ketegaran, ketika tertimpa bencana padahal hatinya menangis dan dia berusaha untuk menguatkan batinnya yang meratap, menghibur hatinya yang sedang berduka dan menerima apa yang telah dikehendaki oleh Allah Swt., maka dia telah diberi kebaikan yang sangat banyak. Telah sampai di puncak kesabaran yang tertinggi dan telah mencapai derajat keyakinan teratas. Dia telah mengambil kesabaran para rasul dan menempuh jalan para nabi. Sikap sabar ketika tertimpa musibah, menjadi tanda yang jelas bagi keimanan seseorang.

Allah Swt. berfirman, artinya:“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” [QS. Faathir: 15]

Saudaraku sekalian! Kita semua berkehendak kepada Allah dalam semua perkara dan kondisi, baik ringan maupun sulit, kecil maupun besar. Ketahuilah saudaraku! Bahwa tidak ada seorangpun yang celaka disebabkan do’a.Ali ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, artinya:‘Do’a adalah senjata orang beriman, tiang agama dan cahaya di langit dan di bumi.’” [HR. At Tirmidzi dan Al Hakim dalam bukunya Al Mustadrak (1/497). Al Hakim berkata, “Hadits ini sanadnya shahih.” Pendapatnya ini disepakati oleh Adz Dzahabi. Ibnu Hibban meriwayatkannya dalam buku Shahihnya (872)]

Bergantung kepada Allah dalam semua keadaan adalah jalan untuk mendapatkan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kita bisa melihat dan menyaksikan pengaruh do’a pada diri kita dan orang-orang di sekitar kita.

Wahai orang-orang yang memiliki keperluan! Wahai orang-orang yang mengadukan sakitnya! Wahai mereka yang tertimpa musibah dan kesedihan! Wahai mereka yang membutuhkan! Wahai mereka yang merasakan kesempitan bumi padahal bumi itu luas! Kepada siapa kita harus mengadu? Bukankah hanya Allah saja tempat untuk mengadu? Di mana keyakinan terhadap Allah? Di mana sikap tawakkal kepada Allah?

Saudaraku seiman! Marilah kita angkat tangan kerendahan kepada Allah, sambil mengucapkan, “Wahai Dzat yang mendengar semua keluhan!” Bukankah Allah telah berkata, artinya:“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku.” [QS. Al Baqarah: 186]

Ini adalah janji yang sangat jelas tentang dikabulkannya do’a dan Allah tidak akan menghianati janji-Nya. Janji ini dikaitkan dengan kata bantu (idza) artinya “apabila” yang memiliki arti pasti terjadi. [Ad Du’a wa Manzilatuhu min al Aqidah al Islamiyah]

"Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” [QS. Ghaafir: 60]

7

Page 8: Penjawab semua do'a

Mengapa kita bergantung kepada diri kita dan orang-orang di sekitar kita? Mengapa kita melemahkan hubungan kepada Allah? Allah Swt. berkata, artinya:“Katakanlah: "Tuhanku tidak mengindahkan kalian, melainkan kalau ada do’a kalian.” [QS. Al Furqaan: 77]

Ketahuilah wahai mereka yang tertimpa kesedihan! Sungguh tidak ada kebahagiaan, kemenangan dan kesembuhan kecuali lewat tangan Allah. Karena di tangan-Nya tergenggam segala urusan yang telah lampau dan yang akan datang. Hati tidak akan tenang dan tenteram kepada selain Allah. Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdo’a kepada-Nya dan Dia berjanji akan mengabulkannya, sebagai bentuk kemurahan, anugerah dan kebaikan dari-Nya? Allah Swt. berkata, artinya:“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku.” [QS. Al Baqarah: 186]

Dalam ayat yang lain Allah berfirman, artinya:“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” [QS. Al Furqaan: 60]

Janji dari Allah ini tidak akan berubah. Allah berkata, artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” [QS. Ar Ra`d: 31]

Keyakinan bahwa Allah tidak akan menyalahi janji-Nya adalah akidah bagi semua orang yang beriman kepada-Nya. Inilah yang dituntut oleh nash-nash sebagaimana menjadi tuntunan fitrah yang lurus, akal yang terang dan tradisi yang berlaku bagi orang-orang yang mulia.

Saudaraku seiman! Wahai mereka yang tertimpa musibah atau kesedihan! Menghadaplah kepada Allah dengan hati dan jiwamu! Angkatlah kedua tanganmu ke atas dan ucapkan, “Wahai penjawab semua do’a!”

Bergantunglah kepada Allah semata, menangislah kepada-Nya, mintalah kepada-Nya dan mohonlah kepada keluasan rahmat-Nya. Memperbanyak do’a kepada Allah dan senantiasa menghadap kepada-Nya akan menambah dan menguatkan keimanan, menghidupkan fitrah, menghaluskan dan membersihkannya dari hal-hal yang mengotorinya serta menjadikan hati selalu ingat kepada Allah dan cinta kepada-Nya dengan harap-harap cemas. Demikian pula do’a akan membuka pintu kenikmatan bermunajat, merasakan manisnya iman, menanamkan keyakinan, menenangkan hati serta menenteramkan jiwa.

Sebagian ulama berkata, “Jadilah seperti anak kecil, jika dia meminta sesuatu kepada orang tuanya, namun orang tuanya tidak memberikan apa yang diinginkannya, maka dia akan duduk di depan orang tuanya sambil menangis. Jadilah engkau seperti anak kecil! Apabila engkau meminta kepada Tuhanmu, duduklah sambil menangis di hadapan-Nya.”

Abu Darda’ ra berkata, artinya: “Sungguh-sungguhlah dalam berdo’a! Karena sesungguhnya orang yang sering mengetuk pintu, akan dibukakan pintu untuknya.” [HR. Ibnu Abi Syaibah, dalam Mushannafnya, (9224)]

Apabila engkau didzalimi, maka berusahalah sesuai tuntunan syariat Islam dan yakinlah bahwa Allah akan menolongmu cepat atau lambat, insya Allah. Karena do’a orang teraniaya pasti dikabulkan. Tenanglah saudaraku! Karena Nabi Muhammad Saw. telah berkata kepada Mu’adz ketika beliau mengutusnya ke Yaman untuk menjadi pejabat pemerintahan untuk wilayah Yaman, “Hati-hatilah terhadap do’a orang yang teraniaya! Karena tidak ada penghalang antara do’a orang yang teraniaya dengan Allah.” [HR. Ibnu Abi Syaibah, dalam Mushannafnya, (9224)]

Sabda Rasulullah Saw. yang lain, artinya:“Hindarilah do’a orang yang teraniaya! Karena do’a mereka naik ke langit seperti pijaran api.” [HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya (361)]

Mengadu kepada Allah akan memberikan kekuatan dan kebahagiaan dalam dirimu. Sedangkan mengadu kepada manusia dan mengharapkan apa yang mereka miliki tidak lain hanyalah

8

Page 9: Penjawab semua do'a

kelemahan, kehinaan dan kerendahan. Abdullah Ibnu Mas’ud ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, artinya:‘Barangsiapa menghadapi suatu kebutuhan, lalu dia mengadukannya kepada manusia, maka kebutuhannya tidak akan terpenuhi. Sedangkan barangsiapa yang menghadapi kebutuhan, lalu dia mengadukannya kepada Allah, maka Allah akan memberikan rezeki kepadanya cepat atau lambat.’” [HR. Abu Dawaud dan Al Hakim dalam bukumnya Al Mustadrak. At Tirmidzi berkata, “Hadits hasan, shahih, gharib.”]

Bukankah mengadu kepada Allah, merendahkan diri, menampakkan rasa butuh kepada-Nya, merupakan tanda kekuatan iman dan bukankah ini salah satu dasar tauhid?

Wahai saudaraku seiman! Sesungguhnya Allah sangat senang jika diminta dan sangat membenci kepada orang yang tidak meminta kepada-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw., artinya:“Siapa saja yang tidak meminta kepada Allah, niscaya Dia marah kepadanya.” [HR. At Tirmidzi dan Al Hakim dalam Al Mustadrak, (1/ 491). Ibnu Majah meriwayatkan dalam keutamaan do’a (3872)]

Abu Umamah ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, artinya: “Sesungguhnya Allah Swt. memiliki malaikat yang ditugasi menjaga kalimat: “Ya Arhama Ar Rahimin” (Wahai Dzat Yang Maha Pengasih di antara para pengasih), barangsiapa yang mengucapkannya tiga kali, maka malaikat tersebut berkata kepada orang yang mengucapkannya, ‘Sesungguhnya Dzat Yang Maha Pengasih di antara para pengasih telah menerimamu, maka mintalah sesuatu kepada-Nya.” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak, (1/544) dia menshahihkan hadits ini]

Sesungguhnya Allah menghendaki hamba-hamba-Nya agar butuh kepada-Nya dan menghendaki mereka agar meminta dan mengharapkan-Nya. Dia mencintai orang yang bersungguh-sungguh dalam do’anya.

Rasulullah Saw. bersabda, artinya: “Mintalah kebaikan selama hidupmu dan carilah limpahan rahmat-Nya. Sesungguhnya Allah mempunyai limpahan rahmat yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Mintalah kepada Allah, supaya menutup aibmu dan menenteramkan ketakutanmu.” [HR. Ath Thabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir (720), Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa` (3/162), Al Baghawi dalam Syarhu As Sunnah (5/179) dan Al Qadhi Iyadh dalam Musnad Asy Syihab (1/427)]

Janganlah dosa dan banyaknya kesalahan yang engkau ketahui dalam dirimu, menghalangimu untuk berdo’a.

Tidak seharusnya engkau meninggalkan do’a karena takut ditolak, akan tetapi berdo’alah dengan penuh pengharapan dan berbaik sangka kepada Allah Swt., karena Dia menjawab do’amu dengan kemurahan dan kemuliaan-Nya.

Pada suatu hari seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Saw. sambil berkata, “Celakalah diriku disebabkan dosa-dosa yang telah aku lakukan.” Dia mengucapkannya dua atau tiga kali, maka Rasulullah Saw. berkata kepadanya,“Ucapkanlah do’a ini, ‘Ya, Allah! Ampunan-Mu lebih luas daripada dosa-dosaku dan rahmat-Mu lebih bisa diharapkan daripada amal perbuatanku.’” Laki-laki itu mengucapkan do’a yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Kemudian Rasulullah Saw. berkata kepadanya, “Ulangilah!” Maka orang itu mengulanginya. Rasulullah Saw. berkata kepadanya, “Ulangi sekali lagi!” Maka orang itu mengulanginya. Kemudian Rasulullah Saw. berkata, “Bangunlah! Karena Allah telah mengampuni dosamu.” [Al Hakim dalam Al Mustadrak, (1/543)]

Wahai, engkau yang sakit! Mintalah kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa, supaya memberi kesembuhan kepadamu secepatnya dan menyelamatkanmu dari segala penyakit dan kesulitan. Aku ingin bertanya kepadamu: “Pernahkah kamu bertanya, mengapa Allah mencobamu dengan penyakit dan musibah ini?” Barangkali untuk kebaikan-kebaikan yang tidak engkau ketahui, namun Allah mengetahuinya. Pernahkah terlintas dalam pikiranmu bahwa Allah mencobamu dengan penyakit ini agar Dia bisa mendengar suaramu ketika kamu berdo’a, meminta kepada-Nya. Dia ingin melihat kebutuhanmu, kelemahanmu, kerendahanmu dan kekhusyu’anmu dihadapan-Nya?! Maha Suci Allah yang telah memunculkan do’a dengan musibah dan memunculkan syukur dengan kesempitan.

9

Page 10: Penjawab semua do'a

Wahai, orang yang sakit! Jauhilah prasangka buruk kepada Allah, jika penyakitmu tidak sembuh-sembuh. Jangan menyangka bahwa Allah tidak menginginkan kesembuhan atau keselamatan bagimu atau menyangka Dia ingin mendzalimi dirimu. Jangan sampai engkau berpikiran seperti itu! Pergunakanlah baik-sangka kepada Allah untuk menghilangkan musibah yang menimpa dirimu. Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Sesungguhnya Allah Swt. berkata, ‘Aku berada dalam persangkaan baik hamba-Ku kepada-Ku. Jika dia menyangka dengan kebaikan, maka dia akan mendapatkan kebaikan. Apabila dia menyangka kejelekan, maka dia mendapatkan kejelekan yang dia sangkakan.’” [HR. Imam Ahmad dengan sanad shahih]

Jika engkau berbaik sangka kepada Allah, niscaya engkau akan dapatkan kebaikan. Seorang muslim harus tahu bahwa semua yang telah ditentukan oleh Allah kepadanya adalah kebaikan untuknya selama hamba itu tidak bermaksiat. Karena pengaturan Allah kepada hamba-Nya lebih baik daripada pengaturan hamba terhadap dirinya sendiri. Dia lebih tahu kemaslahatan hamba-Nya daripada hamba itu sendiri dan lebih mampu mendatangkan manfaat daripada hamba itu sendiri. Dia lebih bijak, lebih sayang lebih baik kepada hamba daripada hamba terhadap dirinya sendiri. Tundukkanlah dirimu di hadapan-Nya dan serahkan segala urusan kepada-Nya! Bersujudlah di hadirat-Nya, seperti sujudnya seorang budak yang lemah di hadapan raja yang agung nan perkasa. Ketika itulah hatimu akan tenang dan tenteram serta dijauhkan dari kesedihan, kedukaan dan nestapa.

Manusia apabila dalam keadaan lapang dan sehat, sering melupakan Tuhannya, melarikan diri dan mendurhakai-Nya. Apabila dia tertimpa musibah dan kesulitan, maka fitrahnya dan perasaannya bergerak menuju kepada Tuhan serta melupakan apa yang terjadi sebelumnya. Di sini dia meyakini, bahwa sesungguhnya tidak ada penyelamat selain Tuhan. Akhirnya tabir terbuka, kedukaan hilang dan syak wasangka lenyap. Lalu dia menjatuhkan dirinya dihadapan-Nya dengan rasa lemah, hina sambil memuji, tadharru’ dan menangis. Menyerahkan segala urusan dan bergantung kepada Allah, Pembuka kedukaan, Penjawab orang yang membutuhkan, Penolong orang yang minta tolong, Penyelamat orang yang tertimpa bencana, Penguat orang yang lemah, Penyelamat orang yang tenggelam dan Pendengar bisikan. [Ad Du’a wa Manzilatuhu min al Aqidah al Islamiyah]

Namun yang aneh dan mengherankan, bahwa ada orang apabila ditimpa penyakit dia menempuh semua jalan duniawi untuk mengobati penyakitnya, seperti pergi ke dokter, membeli obat namun tidak berdo’a pada Yang Maha Kuasa. Tidakkah dia tahu bahwa tidak ada kesembuhan, melainkan melalui kekuasaan Allah? “Apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” [QS. Asy Syu’araa`: 80]

Saudaraku seislam! Benar, engkau bisa menempuh semua sebab-sebab duniawi, namun semuanya tidak ada pengaruhnya, jika Allah tidak menolongmu dan membukakan pintu taufik-Nya kepadamu.

Aduhai sengsaranya orang-orang yang mendurhakai dan melanggar larangan-larangan Allah. Ayat-ayat Al Qur’an telah menyebutkan bahwa do’a menjadi sebab diangkatnya bencana dan musibah dan menjadi penghalang dari siksa dan kebinasaan. Sedangkan meninggalkan do’a menjadi sebab turunnya siksa dan bencana. Do’a amat jelas pengaruhnya dalam mencegah turunnya siksa dan bencana, begitu pula sebaliknya. Allah Swt. berfirman, artinya:“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepada kalian atau datang kepada kalian hari Kiamat.” [QS. Al An’aam: 40] Sampai dengan firman-Nya dalam ayat selanjutnya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan menimpakan kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon kepada Allah dengan tunduk dan merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” [QS. Al An’aam: 42-43]

Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat ini, “bil ba`saa`,” artinya kemiskinan dan kesempitan dalam mencari nafkah, sedangkan “adh-dharra`,” maksudnya adalah segala macam bentuk penyakit, jadi dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia menimpakan kemiskinan dan juga penyakit kepada manusia. “La’allahum yatadharra’un,” maksudnya

10

Page 11: Penjawab semua do'a

supaya mereka meminta kepada Allah dengan tunduk dan merendahkan diri. “Fa laula idz ja ahum ba`suna tadharra’uu,” maksudnya maka mengapa mereka tidak memohon kepada Allah dengan tunduk dan merendahkan diri, ketika datang siksaan Kami. [Tafsir Ibnu Katsir]

Ini artinya jika mereka berdo’a dan bertakwa mengikuti syariat dari Allah Swt., niscaya akan diangkat bencana dari mereka, sebagaimana terjadi pada kaum Yunus, namun mereka tidak berdo’a kepada Allah dan tidak tunduk sambil merendahkan diri kepada-Nya, sehingga bencana menimpa mereka. Keterangan ini sangat jelas, mengenai pengaruh do’a dalam menghilangkan bencana dan musibah. Sebagaimana dijelaskan dalam perkataan Allah dalam permulaan ayat ini, artinya:“Maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdo'a kepadaNya, jika Dia menghendaki.” [QS. Al An’aam: 41]

Di sini sangat jelas bahwa do’a adalah sebab untuk menghilangkan musibah. Huruf “fa’” dalam ayat ini adalah “fa’” yang menunjukkan arti sebab. Hal ini seperti ayat yang telah lalu, yaitu,“Katakanlah: "Tuhanku tidak mengindahkan kalian, melainkan kalau ada do’a kalian. Tetapi bagaimana kalian berdo’a kepada-Nya, padahal kalian sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak azab pasti menimpa kalian.” [QS. Al Furqaan: 77]Huruf “fa`” dalam ayat ini menjelaskan penafsiran do’a, bahwa Allah tidak mengindahkan hamba-hamba-Nya, melainkan kalau ada do’a mereka kepada-Nya. Maka hal ini menunjukkan bahwa do’a memiliki pengaruh yang besar. [Ad Du’a wa Manzilatuhu min Al Aqidah Al Islamiyah]

Kapan Do’a Diharamkan

Abu Sa’id Al Khudri ra. berkata, “Nabi Saw. bersabda,‘Kalian jangan mencela sahabat-sahabatku! Seandainya salah seorang di antara kalian menyedekahkan emas sebesar gunung Uhud, maka hal itu tidak akan menyamai sedekah mereka walaupun satu mud atau setengahnya.’” [HR. Bukhari (3673), Muslim (2541), Abu Dawud (5141), At Tirmidzi (3860) dan Ibnu Majah (161)] [1 Mud = 0,687 liter = 543 gram, lihat Kamus Krapyak Al Ashri]

Abdullah bin Amru ra. berkata, “Nabi Saw. bersabda, “Sesungguhnya di antara dosa besar yang paling berat adalah mencaci ibu-bapak.” Para sahabat bertanya, “Ya, Rasulullah! Bagaimana bisa seseorang mencaci ibu-bapaknya?” Jawab Rasulullah Saw., “Dia mencaci bapak orang lain, lantas orang itu membalas mencaci bapaknya, kemudian dia mencaci ibu orang lain, lalu orang itu membalas mencaci ibunya.” [HR. Bukhari (9583), Muslim (90), Abu Dawud (5141) dan At Tirmidzi (1903)]

Nabi Saw. bersabda, artinya:“Sekali-kali, janganlah kamu berharap kematian dan jangan pula berdo’a dengan kematian sebelum maut datang sendiri. Karena apabila kamu mati, maka akan terputus amalmu. Sesungguhnya bertambah umur seorang mukmin, maka bertambah pula kebaikan yang dapat diperbuatnya.” [HR. Bukhari (6652), Muslim (110), Abu Dawud (3257) At Tirmidzi (1543) dan An Nasa’i dalam Al Mujtaba (7/5-6)]

Abu Darda` ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Sesungguhnya orang yang suka melaknat tidak akan bisa memberi kesaksian dan syafa’at pada hari Kiamat.’” [HR. Muslim (2598) dan Abu Dawud (4907)]

Anas ra. meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah Saw. menjenguk seorang muslim yang sakit lemah, sehingga dia seperti anak burung yang baru menetas (lemah tiada berdaya). Maka Rasulullah Saw. berkata kepadanya, “Apakah engkau pernah berdo’a atau meminta sesuatu kepada Allah Swt.?” Jawabnya, “Ada! Ya, Rasulullah! Aku pernah mengucapkan do’a berikut, ‘Allahumma maa kunta mu’aqibii bihi fil akhirati, fa’ajjilhu lii fiddunya,’ (Ya Allah! Seandainya Engkau akan menyiksaku di akhirat, maka segerakanlah siksaan itu bagiku di dunia ini) maka Rasulullah Saw. berkata, ‘Maha Suci Allah! Engkau tidak akan sanggup menanggungnya. Tidakkah engkau berdo’a dengan do’a berikut, ‘Allahumma aatina fid dunya hasanah wafil aakhirati hasanah, waqina ‘adzaban naar.’” (Ya Allah! Berilah kami kebaikan di dunia dan kebahagiaan di akhirat serta hindarkanlah kami dari siksa neraka) Anas berkata, “Lalu Rasulullah Saw. mendo’akan kesembuhan bagi orang itu, maka sembuhlah ia.” [HR. Muslim (2688), At Tirmidzi (3487) dan An Nasa`i dalam Sunan Al Kubra (1095)]

11

Page 12: Penjawab semua do'a

Samurah bin Jundub ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Sesungguhnya jika seorang manusia melaknat sesuatu, maka laknat itu akan naik ke langit. Namun langit tertutup dan menghalanginya, kemudian laknat jatuh ke bumi. Namun bumi tertutup dan menghalanginya, kemudian laknat itu bergerak ke kanan dan ke kiri. Apabila tidak mendapatkan tempat, laknat itu akan menimpa orang yang dilaknati, jika ia memang pantas mendapatkan laknat tersebut. Namun jika tidak, maka laknat itu kembali kepada orang yang mengucapkannya.” [HR. Abu Dawud (4905)]

Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Nabi Saw. berkata, artinya:“Allah senantiasa memperkenankan do’a seorang hamba, selama do’a itu tidak mengandung dosa atau memutus silaturrahmi dan selama tidak minta cepat-cepat dikabulkan.” Ada yang bertanya, “Ya, Rasulullah! Apa maksudnya minta cepat-cepat?” Jawab beliau, “Jika seseorang berkata dalam do’anya, ‘Aku telah berdo’a dan terus berdo’a, namun aku belum melihat do’aku diperkenankan.’ Lalu dia putus asa dan berhenti berdo’a.” [HR. Muslim (2735), At Tirmidzi (3602), Bukhari (6340), Al Muwaththa` (1/213), Abu Dawud (1484) dan Ibnu Majah (3853)]

Etika Do’a

Memulai Do’a dengan pujian kepada Allah Azza wa Jalla dan Shalawat serta Salam Kepada Nabi Muhammad Saw.Pujian ini dengan tawassul kepada Allah Swt. melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia. Apabila kita memperhatikan do’a-do’a yang tertera dalam Al Qur’an dan Sunnah, kita akan mendapatkan bahwa mayoritas do’a dimulai dengan pujian kepada Allah dengan sifat-sifat-Nya yang indah. Di antaranya adalah do’a yang Allah ceritakan kepada hamba-Nya, para Ulil Albab, pada akhir Surat Ali Imraan. Do’a ini dimulai dengan pujian kepada Allah dengan penyucian dan tidak adanya perbuatan yang sia-sia,"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS. Ali Imraan: 191]

Di antaranya pula adalah do’a Al Fatihah yang merupakan do’a paling utama. Juga dimulai dengan pujian kepada Allah.Shalawat kepada Nabi Saw. adalah salah satu bentuk ibadah dan do’a kepada beliau.

Sebaik-baik pujian adalah: “Laa ilaha Illallah”, tahmid, takbir dan beristighfar pada-Nya. Kemudian mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.Pada suatu ketika, Nabi Saw. mendengar seseorang berdo’a dalam shalatnya tidak mengagungkan Tuhan dan tidak membaca shalawat untuknya Saw. Maka Rasulullah Saw. berkata, “Dia terburu-buru,” kemudian Rasulullah Saw. memanggilnya dan berkata kepadanya, “Apabila kalian berdo’a, maka mulailah dengan mengagungkan Tuhan dan memuji-Nya, kemudian bacalah shalawat kepada Nabi Saw. setelah itu berdo’alah sesuai dengan keperluannya.” [HR. Abu Dawud (1481), At Tirmidzi (3473), An Nasa’i (4413), dishahihkan oleh Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/231) dan disetujui oleh Imam Adz Dzahabi. Ibnu Hibban juga meriwayatkannya dalam buku Shahihnya (510)]

Ibnu Al Qayyim berkata, “Apabila seorang yang berdo’a mengumpulkan dalam do’anya kehadiran hati, waktu ijabah (waktu utama dikabulkannya do’a), sikap khusyu’, merendahkan diri di hadapan Tuhan, tunduk kepada-Nya, kelembutan hati, menghadap kiblat, dalam keadaan suci, mengangkat kedua tangannya kepada Allah, memulai dengan memuji kepada Allah dan menyanjung-Nya, kemudian membaca shalawat kepada Rasulullah Saw., mendahulukan taubat dan istighfar sebelum mengungkapkan keperluannya, setelah itu mengungkapkan keperluannya dan bersungguh-sungguh dalam meminta, berdo’a dengan harap dan cemas, bertawassul mempergunakan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang indah sambil mengesakan-Nya dan sebelum melakukan do’a dia telah mendahului dengan mengeluarkan shadaqah, maka do’a seperti ini tidak akan tertolak. Apalagi jika do’a-do’a yang dibaca sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Saw. dan do’a tersebut adalah do’a yang dekat untuk dikabulkan serta do’a itu mengandung nama Allah yang paling agung.” [Al Jawab Al Kafi, karya Ibnu Al Qayyim]

Ali bin Abi Thalib ra. berkata,“Pada suatu hari aku bersama Rasulullah Saw., Abu Bakar dan beberapa orang sahabat. Kami melewati Abdullah Ibnu Mas’ud yang sedang shalat. Nabi Saw. bertanya, “Siapakah dia?” Ada

12

Page 13: Penjawab semua do'a

yang menjawab, “Dia adalah Abdullah Ibnu Mas’ud.” Nabi berkata, “Sesungguhnya Abdullah Ibnu Mas’ud membaca Al Qur’an persis ketika diturunkan.” Maka Abdullah memuji kepada Allah dengan pujian yang sangat baik, kemudian dia meminta dengan permintaan yang sangat indah dan bersungguh-sungguh dalam meminta, kemudian berkata, “Ya, Allah! Aku minta kepada-Mu keimanan yang tanpa keraguan, kenikmatan yang tidak akan habis dan menjadi teman Nabi Muhammad Saw. di tempat tertinggi dalam surga-Mu yang kekal.” Ali berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘Mintalah niscaya Allah akan memperkenankan!’” –dua kali- Maka aku berlari untuk memberi kabar gembira kepada Abdullah, namun Abu Bakar telah mendahuluiku. Memang Abu Bakar adalah orang yang paling cepat dalam kebaikan.” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak (3/317), An Nasa`i (869), At Tirmidzi (592), Ibnu Hibban (7067) dan Imam Ahmad dalam Musnadnya (1/386, 400)]

Mengangkat Kedua Tangan dan MembukanyaDiriwayatkan dari Abu Hurairah ra. dalam haditsnya tentang pembebasan kota Mekah,“Sesungguhnya Rasulullah Saw. mendatangi bukit Shafa, lalu beliau mendakinya hingga bisa melihat Ka’bah. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, memuji Allah dengan pujian yang indah dan berdo’a dengan mengungkapkan keperluan yang beliau kehendaki.” [HR. Muslim (913), Abu Dawud (1195) dan An Nasa`i dalam Al Mujtaba (3/125)]

Ibnu Abbas ra. berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda,‘Cara berdo’a adalah dengan mengangkat kedua tanganmu sejajar pundakmu, cara istighfar dengan memberi isyarat dengan satu jari sedangkan cara pujian adalah dengan mengulurkan kedua tanganmu.” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/536), Abu Dawud (1489) dan Imam Adz Dzahabi menyebutkan hadits ini dalam Talkhishnya]

Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash ra. meriwayatkan dari ayahnya,“Kami bersama Rasulullah Saw. keluar dari Mekah menuju Madinah. Ketika kami hampir sampai di daerah Azura`, beliau turun dari untanya, lalu beliau mengangkat kedua tangannya dan berdo’a beberapa saat lamanya. Kemudian beliau sujud dalam waktu yang cukup lama, setelah itu beliau bangun, mengangkat kedua tangannya sambil berdo’a beberapa saat kemudian sujud lagi.’” [HR. Abu Dawud (2770)]Istighfar, Taubat dan Mengakui DosaAllah Swt. berfirman, artinya:“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [QS. An Nisaa`: 64]

Allah Swt. berfirman, artinya:“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.” [QS. Al Anfaal: 33]

Allah Swt. berfirman, artinya:“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” [QS. Huud: 3]

Saudaraku seiman! Perbanyaklah istighfar setiap waktu, baik malam maupun siang, karena Allah Swt. telah berfirman, artinya:“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun- niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya sungai-sungai.’” [QS. Nuh: 10-12]

Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Iblis berkata, ‘Demi keagungan-Mu, biarkan aku menyesatkan hamba-hamba-Mu selama ruh mereka masih berada dalam jasad mereka,’ maka Allah Swt. berkata, ‘Demi keagungan-Ku! Aku akan tetap mengampuni mereka selama mereka meminta ampun kepada-Ku.’” [HR. Imam Ahmad (3/29) dan Al Hakim berkata: “Sanadnya shahih”. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dan Abu Ya’la]

13

Page 14: Penjawab semua do'a

Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Barangsiapa senantiasa membaca istighfar, maka Allah akan menghilangkan kedukaannya, melapangkan kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” [HR. Abu Dawud dalam kitab Shalat, (1518), An Nasa’i (456), Ibnu Majah dalam kitab Al Adab (3819), Al Hakim (1062), dia berkata: “Sanadnya shahih” dan Ath Thabrani juga menyebutkannya dalam Al Mu’jam Al Kabir (10/324)]

Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Barangsiapa yang ingin gembira melihat catatan amal perbuatannya, maka perbanyaklah membaca istighfar.” [HR. Al Baihaqi dengan sanad yang baik dan hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam AlMu’jam Al Ausath (1/48 – B): “Atiq bin Ya’kub sendirian meriwayatkan hadits ini”. Hadits ini juga disebutkan dalam Majma’uz Zawaid (10/208)]

Abu Hurairah ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,‘Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya! Seandainya kalian tidak melakukan dosa, niscaya Allah akan menggantikan kalian dengan umat lain yang melakukan dosa. Kemudian mereka meminta ampun kepada Allah maka Allah mengampuni mereka.’” [HR. Muslim (1063) dan dalam Mushannaf Abdurrazak (11/181)]

Rasulullah Saw. biasanya mengulangi do’a dan istighfar sebanyak tiga kali.Abu Hurairah ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, artinya:‘Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan dosa, lalu dia berdo’a, ‘Tuhanku aku telah melakukan dosa, ampunilah aku!’ Maka Tuhan berkata, ‘Hamba-Ku tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumnya, Aku telah mengampuni hamba-Ku.’ Kemudian dia melakukan aktivitasnya seperti biasa beberapa waktu lamanya. Setelah itu dia melakukan dosa lagi lalu berdo’a, ‘Tuhanku! Aku telah melakukan dosa, ampunilah aku!’ Maka Allah berkata, ‘Hamba-Ku tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumnya, telah Aku ampuni dosanya.’ Kemudian ia melakukan pekerjaannya seperti biasa beberapa waktu lamanya, setelah itu dia melakukan dosa lagi, lalu berdo’a, ‘Tuhanku! Aku telah melakukan dosa lagi, ampunilah aku!’ Allah berkata, ‘Hamba-Ku tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumnya. Aku telah mengampuni dosanya untuk ketiga kalinya. Berbuatlah apa saja, Aku tetap membukakan pintu ampunan baginya.’” [HR. Bukhari (7507), Muslim (2758), An Nasa`i (4190) dan Ibnu Sunni (392)]

Merendahkan Diri di Hadapan-Nya dan Melembutkan Suara ketika Berdo’aAllah Swt. berfirman, artinya:“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras.” [QS. Al An’aam: 42-43]

Allah Swt. berfirman, artinya:“Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.” [QS. Al A’raaf: 55]

Allah Swt. berfirman, artinya:“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri, rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang.” [QS. Al A’raaf: 205]

Abu Musa Al Asy’ari ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,“… Hai, manusia! Rendahkanlah hati dan suara kalian! Sesungguhnya kalian tidak berdo’a kepada yang tuli dan jauh. Namun kalian berdo’a kepada Yang Maha Mendengar, Maha Melihat lagi Dekat.” Kemudian beliau mendatangiku, ketika aku sedang mengucapkan, “La haula wa laa quwwata illa billah.” (Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Rasulullah Saw. berkata kepadaku, ‘Wahai, Abdullah bin Qais! Ucapkanlah, ‘La haula wa la quwwata illa billah,’ sesungguhnya ia adalah salah satu perbendaharaan surga.’” [HR. Bukhari (6384), Muslim (92704), Abu Dawud (1526), (1527) dan (1528), At Tirmidzi (3371), An Nasa`i (5380) dan Ibnu Majah (3824)]

Apabila Berdo’a dalam Shalat, Maka Jangan Mengangkat Pandangan ke AtasAbu Hurairah ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,

14

Page 15: Penjawab semua do'a

‘Berhentilah mengangkat pandangan ke atas ketika berdo’a dalam shalat atau mata mereka akan disambar oleh kilat hingga buta.’” [HR. Muslim (429) dan An Nasa’i dalam Al Mujtaba (3/39)]

Bersungguh-Sungguh dalam Do’a dan MengulanginyaUbai bin Ka’ab ra. berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda,

‘Ya, Allah! Ampunilah umatku. Ya, Allah! Ampunilah umatku. Ya, Allah! Ampunilah umatku.’” [Potongan dari hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim (82) juga dirawayatkan oleh Abu ‘Uwanah dalam Musnadnya dan Imam Ahmad juga dalam Musnadnya (5/127)]

Aisyah ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,‘Jika kalian meminta kepada Allah, maka perbanyaklah, karena sesungguhnya ia meminta kepada Tuhannya.’” [HR. Ath Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath, perawinya sesuai dengan syarat shahih dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (889)]

Ali ra. berkata, “Pada perang Badar, aku ikut berperang. Setelah beberapa saat terlibat dalam pertempuran, aku menemui Rasulullah Saw. untuk melihat apa yang sedang diperbuat oleh beliau. Aku datang dan mendapatkan beliau sedang bersujud sambil mengucapkan, “Ya Hayyu, Ya Qayyum” (Maha Berdiri Sendiri lagi Maha Mengurus Makhluk-Makhluk-Nya), maka aku kembali ke medan perang. Kemudian aku menemui Rasulullah Saw. sekali lagi, ternyata beliau masih dalam keadaan sujud sambil mengucapkan do’a yang sama. Akhirnya Allah memberikan kemenangan kepada kami.’” [HR. An Nasa`i (10447) dan Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/222)]

Mengusap Muka setelah Selesai Do’a“Sesungguhnya Nabi Saw. apabila berdo’a, beliau mengangkat kedua tangannya. Setelah selesai beliau mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajahnya”. [HR. Abu Dawud (1492)]

Umar bin Al Khattab ra. berkata,“Rasulullah Saw. apabila mengangkat kedua tangannya dalam do’a, beliau tidak menurunkannya hingga mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya.” [HR. At Tirmidzi (3386) dia berkata, “Hadits gharib.” Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/536)]

Syarat-Syarat Do’a

Menjauhi Hal-Hal yang HaramIni adalah syarat utama bagi diterimanya do’a. Oleh karena itu kita harus menjaga usaha kita dalam hal-hal yang halal sesuai syariah, jika ingin do’a kita dikabulkan. Dalam sebuah hadits disebutkan,“Kemudian Nabi Saw. menyebutkan seorang laki-laki yang telah melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berdo’a, ‘Tuhanku! Tuhanku!’ Padahal makanannya dari barang yang haram, minumannya dari barang yang haram dan dia diasuh dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?!’” [HR. Muslim dan At Tirmidzi]

Memperbanyak Do’a pada Waktu Lapang dan SenangSifat hamba yang shalih adalah senantiasa menjaga do’a, baik dalam keadaan senang maupun sulit. Adapun hamba yang lupa, maka dia berlindung kepada Allah hanya pada waktu sulit saja, kemudian melupakan-Nya. Ini adalah keadaan mayoritas manusia yang tidak mendapat petunjuk Allah. Allah Swt. berfirman, artinya:“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya itu adalah ujian.” [QS. Az Zumar: 49]

Jangan Ingin Cepat Melihat HasilSaudaraku seislam! Hati-hatilah, jangan sampai engkau berkata, “Aku telah berdo’a dan berdo’a, namun aku tidak melihat do’aku dijawab.” Ketahuilah bahwa semua orang yang berdo’a akan dikabulkan, selama makanan, minuman dan pakaiannya berasal dari hasil usaha yang halal.Adakalanya Allah mengabulkan do’amu sesuai permintaan yang engkau minta atau Allah tahu bahwa do’amu akan mendatangkan keburukan pada dirimu, maka Dia mengalihkan keburukan ini dan tidak memperkenankan do’a yang terdapat keburukan.Adakalanya dengan menghindarkan kejelekan dari dirimu, sesuai yang engkau minta.

15

Page 16: Penjawab semua do'a

Perhatikanlah hadits Rasulullah Saw. berikut!

“Tidak ada seorang muslim di muka bumi yang berdo’a kepada Allah dengan suatu do’a, kecuali Allah akan mengabulkan do’anya atau menghindarkan kejelekan darinya, sesuai dengan do’a yang diucapkan, selama do’anya tidak mengandung dosa atau memutus silaturrahmi.” Ada seorang laki-laki berkata, “Kalau begitu kita memperbanyak do’a,” Nabi Saw. berkata, “Demi Allah! Perbanyaklah do’a!” [HR. At Tirmidzi (3564), Al Hakim (1/497) dia berkata, “Sanadnya shahih.” Ibnu Abi Syaibah juga meriwayatkan dalam Mushannafnya (10/201)]

Setelah penjelasan ini, maka seorang muslim harus tahu bahwa apa yang telah diatur Allah kepadanya adalah kebaikan yang sebenarnya. Karena pengaturan Allah kepada hamba-Nya, lebih baik dari pengaturan hamba kepada dirinya sendiri. Allah lebih tahu kemaslahatan hamba, lebih mampu mendatangkan dan menghasilkannya daripada hamba itu sendiri. Dia lebih bijak, lebih sayang dan lebih baik kepada diri hamba-Nya daripada hamba itu terhadap dirinya sendiri. [At Tawakkal Ala Allah, karya Ibnu Abi Ad Dunya]

Saudaraku seiman! Hati-hatilah, jangan sampai anda menjadi orang yang putus asa dan berkata, “Aku telah berdo’a dan berdo’a namun tidak dijawab,” kemudian engkau bosan dan meninggalkannya.Rasulullah Saw. telah bersabda, artinya:“Jangan merasa bosan dalam berdo’a, karena tidak ada seorangpun yang sengsara disebabkan do’a.” [HR. Ibnu Hibban dan Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/507) dia berkata, “Sanadnya shahih.”]

Saudaraku! Kalian harus sabar dan jangan putus asa. Ketahuilah bahwa ibadah adalah do’a. Pahala atas do’a yang dilakukan dengan keikhlasan kepada Allah Azza wa jalla.

Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Hidup lagi Maha Mulia. Dia malu jika hamba-Nya mengangkat kedua tangannya ke langit, mengembalikannya dengan tidak memberi apa-apa.” [HR. Al Hakim, dia berkata, “Sanadnya shahih.” (1/497), Abu Dawud (1488), At Tirmidzi (3551), Ibnu Majah (3865), Ibnu Hibban dalam Shahihnya (2399) dan Al Mawardi (876)]

Jabir bin Abdullah ra. meriwayatkan dari Rasulullah Saw., beliau bersabda,“Pada hari Kiamat Allah akan memanggil orang mukmin, hingga orang mukmin tersebut berada di hadapan-Nya. Allah berkata, “Hamba-Ku! Sesungguhnya Aku telah memerintahkanmu supaya berdo’a kepada-Ku dan Aku telah menjanjikan kepada-Mu untuk menjawab do’amu, sudahkah kamu berdo’a kepada-Ku?” Jawab hamba, “Sudah, Tuhanku!” Allah berkata, “Bukankah Engkau tidak berdo’a dengan suatu do’a, melainkan Aku perkenankan do’amu? Bukankah pada suatu hari engkau pernah berdo’a kepada-Ku, karena kesusahan yang menimpamu, maka Aku hilangkan kesusahanmu itu?” Jawab orang mukmin itu: “Benar, Tuhanku!” Allah berkata: “Maka Aku telah mempercepat dengan mengabulkannya di dunia. Bukankah pada suatu hari engkau pernah berdo’a karena suatu kebutuhan dan engkau ingin agar Aku memenuhinya, namun engkau tidak melihat jawabannya?” Hamba mukmin itu berkata, “Benar, Tuhanku!” Allah berkata, “Sesungguhnya Aku menyimpannya untukmu di surga dengan balasan ini dan ini.” Rasulullah Saw. berkata, “Allah Swt. menerangkan bahwa setiap do’a akan dikabulkan, adakalanya dengan dipercepat di dunia atau menyimpannya untuk orang yang berdo’a tersebut di akhirat dan adakalanya dengan mengampuni dosa-dosanya.” Rasulullah Saw. berkata, “Maka orang mukmin itu berkata, “Aduhai, seandainya do’a-do’aku tidak dipercepat jawabannya di dunia.” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadarak (1/394), dia berkata, “Al Fadhl bin ‘Isa Ar Ruqasyi sendirian meriwayatkan hadits ini dan dia tidak dituduh dengan pemalsuan hadits.” Pendapat ini didukung oleh Adz Dzahabi]

Saudaraku! Ketahuilah bahwa semua do’a yang dikabulkan tergantung pada pakaian, makanan serta usaha yang halal sesuai hukum Islam. Karena ini adalah syarat utama diterimanya do’a. Jika tidak begitu, maka do’a tidak pernah dikabulkan baik di dunia maupun di akhirat.

Manfaat Do’a

Memanjangkan Umur dan Menambah RezekiSaudaraku seiman! Sesungguhnya di antara faedah do’a adalah dipanjangkannya umur dan ditambahnya rezeki, sesuai dengan hadits Rasulullah Saw., artinya:

16

Page 17: Penjawab semua do'a

“Tidak ada yang bisa menolak takdir, kecuali do’a dan tidak ada yang menambah umur kecuali perbuatan baik. Sesungguhnya seseorang terhalang dari rezeki disebabkan dosa yang dilakukannya.” [HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dalam bukunya Al Mustadrak (1/493). Al Hakim berkata, “Sanadnya shahih.” Imam Ath Thahawi meriwayatkan dalam Al Mu’jam Al Kabir (6/308)]

Dalil yang lain,diriwayatkan bahwa Adam meminta kepada Allah agar ditampakkan kepadanya gambar nabi-nabi dari keturunannya, maka Allah menampakkan mereka kepadanya. Tiba-tiba Adam melihat seorang laki-laki yang keringatnya mengalir dari tubuhnya. Adam bertanya, “Tuhanku! Siapakah dia?” Jawab Allah, “Dia adalah puteramu, Dawud.” Tanya Adam, “Berapa umurnya?” Allah menjawab, “Empat puluh tahun.” Tanya Adam, “Lalu berapa umurku?” Jawab Allah. “Seribu tahun.” Kata Adam, “Kalau begitu, aku berikan kepadanya enam puluh tahun dari umurku.” Maka perkataannya tersebut dicatat dalam buku catatan amal dan disaksikan oleh para malaikat. Ketika Adam telah dekat ajalnya, dia berkata, “Umurku masih ada enam puluh tahun lagi.” Allah berkata, “Tidakkah engkau ingat bahwa engkau telah memberikannya kepada anakmu, Dawud?” Adam mengingkari hal itu, maka malaikat mengeluarkan buku catatan yang terdapat perkataan Adam. Nabi Saw. bersabda, “Adam lupa, maka anak keturunannya juga lupa. Adam ingkar, maka anak keturunannya juga ingkar.” [HR. At Tirmidzi, dia berkata, “Hadits hasan shahih.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Hakim dan dia menghukumi shahih (2/325). Pendapatnya ini disetujui oleh Adz Dzahabi. Syeikh Al Albani juga menshahihkan hadits ini dalam Shahih Al Jami’ (5209)]

Rasulullah Saw. juga mendo’akan dengan panjang umur kepada pelayannya, Anas bin Malik ra., sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas bin Malik ra., dia berkata, “Ummu Salim –Ibunya Anas- berkata, “Ya, Rasulullah! Tidakkah anda mau mendo’akan pelayan kecilmu ini?” Maka Rasulullah mendo’akannya, “Ya, Allah! Perbanyak hartanya dan anaknya, panjangkan usianya dan ampuni dosanya.” Anas berkata, “Demi Allah! Sungguh hartaku sangat banyak. Anak dan cucuku lebih dari seratus orang saat ini.” Anas memiliki kebun yang berbuah dua kali setiap tahun dan menghembuskan aroma yang harum, seperti harumnya minyak kesturi. Sedangkan mengenai usianya kebanyakan pendapat mengatakan bahwa usianya 167 tahun. [Fathul Bari fi Syarhi Shahihil Bukhari]

Syaikh Al Albani mengomentari hadits Anas dengan perkataannya berikut, “Sesungguhnya boleh bagi seseorang mendo’akan saudaranya dengan panjang umur. Umar bin Khattab ra. pernah berkata kepada seorang laki-laki, “Semoga Allah memanjangkan umurmu.” Juga ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, “Bahwa penduduk Kufah mengadukan Sa’ad kepada Umar bin Khattab. Salah seorang penduduk Kufah memuji Sa’ad, namun tiba-tiba berdiri seorang laki-laki dari delegasi yang menghadap kepada Umar dan berkata, “Sesungguhnya Sa’ad tidak memimpin pasukan, tidak membagi harta rampasan perang secara merata dan tidak adil dalam memutuskan perkara.” Sa’ad berkata, “Demi Allah! Sungguh aku akan mendo’akannya (orang yang mengadukannya kepada Umar) dengan tiga hal, ‘Ya, Allah! Apabila hamba-Mu itu dusta dan melakukan pengaduan ini karena riya` dan ingin dilihat orang, maka panjangkan usianya, tetapkan kemiskinannya dan timpakan fitnah kepadanya.” Akhirnya orang yang mengadukan Sa’ad kepada Umar tertimpa musibah. Jika ada yang bertanya kepadanya tentang musibah yang menimpanya, maka dia menjawab, “Celakalah Sa’ad! Ini semua gara-gara do’anya.” Abdul Malik bin Numair berkata, “Sungguh aku telah melihat orang itu dalam keadaan tua renta dan dia menjadi bahan ejekan anak-anak kecil di jalan.” (HR. Bukhari).

Juga ada sebuah riwayat bahwaRasulullah Saw. mendo’akan Ummu Qais puteri dari Muhshan, saudara perempuan Ukasyah, dengan umur yang panjang. Orang yang meriwayatkan hadits ini berkata, “Kami tidak menjumpai wanita lain yang berumur panjang seperti dia.” [HR. Bukhari]

Adapun firman Allah yang artinya,“Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak pula mendahulukannya,” [QS. Yunuus: 49]dan firman-Nya, artinya:“Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan,” [QS. Nuuh: 4]serta,

17

Page 18: Penjawab semua do'a

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang waktu kematiannya.” [QS. Al Munaafiquun: 11]

Ayat-ayat ini menjelaskan, bahwa jika manusia sudah berada dalam keadaan sekarat dan malaikat pencabut nyawa telah datang untuk mencabut nyawanya pada saat itu, maka tidak dapat diajukan atau ditangguhkan. Sedangkan sebelum datang ajal, maka ajal bisa ditangguhkan dan usia bisa diperpanjang dengan do’a yang dikabulkan dan silaturrahmi sebagaimana telah ditetapkannya perbuatan do’a, silaturahmi, dan usia seorang manusia dalam pengetahuan Allah Swt.

Kisah-Kisah Sukses dengan Do’a

Saudaraku seiman! Para Nabi dan Rasul adalah sebaik-baik makhluk Allah dan makhluk yang paling dicintai oleh-Nya. Jika musibah menimpa mereka, apa yang mereka lakukan, kepada siapa mereka bergantung dan kepada siapa mereka mengadu?Mereka merendahkan diri kepada Allah, berdo’a kepada-Nya dan menampakkan kebutuhan kepada Tuhan semesta alam. Mereka mengadu kepada Allah dan memperbaiki hubungan dan persangkaan kepada-Nya.

Inilah Nuh as.! Dia berlindung kepada Allah dan mengadukan keadaannya kepada-Nya. Allah Swt. berfirman, artinya:“Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami, maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan adalah Kami. Kami telah menyelamatkannya dan pengikutnya dari bencana yang besar.” [QS. Ash Shaffat: 75-76]

Nuh bermunajat, merendahkan diri dan meminta dengan sungguh-sungguh. Lalu apa hasilnya? Hasilnya adalah jawaban dari Allah Swt., artinya:“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdo'a dan Kami memperkenankan do'anya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” [QS. Al Anbiyaa`: 76]

Betapa jelasnya ayat ini menyatakan pengaruh do’a. Allah Swt. berfirman, artinya:“Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah aku. Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.” [QS. Al-Qamar: 10-11]

Allah berfirman, artinya:“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” [QS. Al Anbiyaa`: 83]

Lalu apa jawabannya? Inilah jawaban dari Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang, artinya:“Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya, Kami kembalikan keluarganya dan Kami lipat gandakan jumlah mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” [QS. Al Anbiyaa`: 84]

Disebutkan dalam kisah Nabi Zakariya as., artinya:“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: ‘Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Pewaris Yang Paling Baik.’” [QS. Al Anbiyaa`: 89]

Lalu apa hasilnya?“Maka Kami memperkenankan do'anya dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.” [QS. Al Anbiyaa`: 90]

Saudaraku! Mengapa Allah memperkenankan do’a Zakariya dan isterinya? Mengapa Allah mengubah kemandulan isterinya, sehingga bisa hamil? Jawabannya, karena mereka adalah

18

Page 19: Penjawab semua do'a

orang-orang yang cepat dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan baik menaati syariat Allah Swt. Mereka tidak pernah bosan dalam berdo’a. Hatinya selalu terpaut dan berhubungan dengan Allah Swt., sehingga dikatakan bahwa, “Mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.”

Sesungguhnya keluh kesah keluar lewat hati sebelum terucap oleh lisan. Kisah-kisah do’a orang mukmin dari umat-umat terdahulu untuk mendapatkan kemenangan dari musuh-musuhnya, juga terjadi pada Rasulullah Saw. bersama para sahabatnya pada perang Badar. Mereka berdo’a kepada Tuhan agar diberi kemenangan dalam menghadapi orang-orang kafir Quraisy. Allah Swt. berfirman, artinya:“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” [QS. Al Anfaal: 9]

Ayat ini sangat jelas, sejelas matahari di siang bolong bahwa jawaban Allah terhadap do’a orang mukmin adalah dengan memenangkan mereka atas musuh mereka serta mendukung dan memberikan bantuan kepada mereka dengan malaikat-malaikat-Nya.

Firman Allah berikut menceritakan pujian dan do’a-do’a Yunus kepada-Nya, artinya:“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." Maka Kami telah memperkenankan do'anya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” [QS. Al Anbiyaa`: 87-88]

Ayat ini menunjukkan bahwa do’a menjadi sebab keselamatannya. Sebagaimana ayat ini menunjukkan bahwa jawaban terhadap do’a tidak khusus bagi Yunus, namun bagi orang-orang mukmin pada umumnya. Apabila mereka tertimpa kesulitan lalu mereka berdo’a dan meminta kepada Tuhan, maka Dia akan menyelamatkan mereka. Ayat ini juga menyatakan bahwa jika Yunus tidak berdo’a, niscaya dia tetap berada dalam musibah yang besar dan tetap berada dalam perut ikan. Sebagaimana dijelaskan oleh ayat yang lain, artinya,“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” [QS. Ash Shaffaat: 144]

Allah berfirman, artinya:“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdo'a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” [QS. Maryam: 2-3]

Allah Swt. berfirman tentang kisah munajat Musa dan do’anya kepada-Nya, artinya:“Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku.” [QS. Thaahaa: 25-26]

“Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa.” [QS Thaahaa: 36]

Diceritakan bahwa suatu ketika terjadi peristiwa pada masa Nabi Saw., ada yang mengatakan bahwa peristiwa ini menjadi sebab turunnya ayat berikut, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” [QS. Ath Thalaaq: 2-3] Kejadiannya dimulai dari seorang laki-laki yang kehilangan anaknya karena ditawan musuh. Ibunya sangat tergoncang mengetahui hal ini sehingga suaminya khawatir. Maka laki-laki itu, namanya Auf bin Malik ra., bergegas menemui Nabi Saw. dan berkata, “Ya, Rasulullah! Sesungguhnya anakku ditangkap oleh musuh dan ibunya sangat tergoncang dan bersedih, apa nasehatmu kepadaku?” Nabi Saw. mewasiatkan kepadanya untuk bersabar. Beliau berkata kepadanya, “Perbanyaklah mengucapkan: بالله إلا قوة ولا ”.artinya: “Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dari Allah لاحولMaka Auf bin Malik dan istrinya menjalankan nasehat Rasulullah Saw. Akhirnya habis gelap, terbitlah terang dan datanglah kelapangan setelah kesempitan. Ibnu Auf (anaknya Auf) berhasil mengecoh musuh dan melarikan diri sambil membawa pulang kambing-kambing mereka sebanyak empat ribu ekor, lalu memberikan kambing tersebut kepada ayahnya. Kemudian Auf mendatangi Nabi Saw. dengan gembira dan berkata, “Ya, Rasulullah! Bolehkan

19

Page 20: Penjawab semua do'a

aku memakan kambing-kambing yang dibawa puteraku?” Jawab Nabi, “Ya,boleh.” [Tafsir Ibnu Katsir]

Ya, Allah! Tuhannya Seluruh Mahluk

Nafi’ berkata, “Pada suatu hari Ibnu Umar menerima seorang tamu yang buta. Umar menyambutnya dengan baik dan memuliakannya dengan menempatkannya di rumah kediamannya. Pada tengah malam Ibnu Umar bangun, lalu mengambil wudlu dan berwudlu dengan sempurna. Kemudian shalat dua raka’at dan berdo’a dengan sebuah do’a. Tamunya mengetahui apa yang diperbuatnya dan memahami do’a yang dibaca Ibnu Umar. Ketika Ibnu Umar kembali ke tempat tidurnya, tamunya bangun, lalu mengambil wudlu dan berwudlu dengan sempurna. Kemudian shalat dua rakaat setelah itu berdo’a dengan do’a yang ia dengar dari Ibnu Umar. Maka seketika itu Allah mengembalikan pandangannya dan ia bisa melihat. Pagi harinya dia shalat shubuh bersama Ibnu Umar sudah dalam keadaan bisa melihat. Setelah selesai shalat tamunya menoleh kepada Ibnu Umar dan berkata kepadanya: “Wahai, Abu Abdurrahman! Semalam aku mendengar engkau berdo’a dan aku memahaminya. Lantas aku bangun untuk melakukan apa yang telah engkau lakukan, sehingga Allah mengembalikan pandanganku.” Ibnu Umar berkata, “Itu adalah do’a yang diajarkan Rasulullah Saw. kepada kami. Beliau mewasiatkan agar kami tidak mengajarkan kepada siapapun untuk mendapatkan perkara dunia. Nabi Saw. berkata, “Ucapkanlah, ‘Ya, Allah! Tuhannya ruh yang tak tampak dan tubuh yang fana. Aku meminta-Mu dengan wasilah ketaatan ruh yang kembali kepada jasadnya, dengan ketaatan tubuh yang menyatu dengan aliran darahnya, dengan keagungan perkataan-Mu yang terlaksana pada mereka dan hukuman-Mu yang haq di antara mereka. Semua makhluk berada di hadapan-Mu menunggu kemurahan ketentuan-Mu. Maka mereka mengharapkan rahmat-Mu dan mengkhawatirkan siksa-Mu. Ya, Allah! Jadikanlah cahaya pada mataku, keyakinan dalam hatiku, dzikir pada mulutku siang dan malam, amal perbuatan yang baik dan berilah aku rezeki.” [HR. Abu Bakar bin Abi Ad Dunya dalam buku Mujaabu ad Da’wah (1055). Hadits ini juga disebutkan dalam Al Mushannaf dengan jalan periwayatan yang sama]

Saudaraku seislam! Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdo’a dan menjanjikan kepada mereka bahwa Dia akan mengabulkan do’a mereka, sebagai bentuk anugerah, kemurahan dan kebaikan dari-Nya. Allah Swt. berfirman, artinya:“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku.” [QS. Al Baqarah: 186]

Allah juga berfirman, artinya:“Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” [QS. Ghaafir: 60]

“Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” [QS. Ar Ra’d: 31]

Keyakinan bahwa Allah tidak menyalahi janji-Nya adalah akidah bagi setiap orang yang beriman kepada-Nya. Sikap inilah yang dituntut oleh nas-nas Islam sebagaimana dituntut oleh fitrah yang lurus, akal yang bersih dan tradisi yang berlaku di kalangan orang-orang yang mulia.

Saudaraku seiman! Sesungguhnya jawaban terhadap do’a para nabi atas beratnya musibah yang menimpa mereka, datang setelah kehendak yang kuat, do’a yang banyak, permohonan dan seruan. Ini adalah fakta dan realita yang sangat jelas, bahwa siapa saja yang bertawakkal kepada Allah, bergantung dan memperbaiki hubungan kepada-Nya, maka Allah memperkenankan do’anya, menjaganya dan membimbingnya. Jika tidak di dunia, maka jawaban itu adakalanya di akhirat, sedangkan akhirat adalah tempat yang lebih baik dan lebih kekal.Kepada semua yang tertimpa bencana dan kesusahan... Kepada semua yang tertimpa kesulitan dan kesempitan... Aku katakan kepada mereka, “Tenanglah! Karena sebelum kalian telah banyak orang-orang yang tertimpa musibah. Musibah tidak berlangsung selamanya.

Ada banyak kisah dari orang-orang yang tertimpa penyakit, kemiskinan, penindasan atau kehilangan, kemudian datang pertolongan. Pertolongan yang diantar oleh Yang Maha Pengasih dan Maha Penjawab Do’a. Sesungguhnya pada orang yang tertimpa musibah banyak terdapat pelajaran.

20

Page 21: Penjawab semua do'a

Ibnu Al Qayyim berkata dalam Zaadul Mi’ad, “Sesungguhnya kebahagiaan dunia saat ini adalah impian belaka atau seperti bayangan yang mudah hilang.”

Jangan bersedih dan berduka wahai saudaraku! Di dunia ini engkau bisa tertawa dan menangis, berkumpul dan berpisah, merasakan kesempitan dan kelapanagan, juga kebahagiaan dan kesedihan. Mari angkat kedua tangan kita kepada Allah dan bersungguh-sungguh dalam berdo’a, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” [QS. Nasyrah: 5]Waktu dan Tempat Mustajabah

Hari ArafahRasulullah Saw. mendo’akan umatnya pada sore hari di Arafah. Maka do’anya dijawab, “(Allah berkata) Aku telah mengampuni mereka, kecuali orang dzalim. Karena Aku akan membuat perhitungan terhadap orang yang dzalim atas kedzalimannya.” Nabi Saw. berkata’ “Tuhanku! Bagaimana kalau Engkau memberikan surga kepada orang yang didzalimi dan mengampuni orang yang berbuat dzalim?” Namun tidak ada jawaban terhadap do’a beliau sore itu. Ketika Rasulullah Saw. berada di Muzdalifah keesokan harinya, beliau mengulangi do’anya, maka do’anya diperkenankan. Ketika itu Rasulullah Saw. tersenyum. Abu Bakar dan Umar ra. bertanya kepada beliau, “Demi ayah dan ibuku! Wahai, Rasulullah! Apa yang membuat anda tertawa?” Rasulullah Saw. menjawab, “Sesungguhnya Iblis, ketika mengetahui bahwa Allah menjawab do’aku dan mengampuni umatku, dia mengambil pasir lalu menaburkannya ke kepalanya sambil menyumpah-nyumpah. Perbuatannya inilah yang membuatku tertawa.” [HR. Ibnu Majah dan Al Baihaqi. Al Baihaqi berkata, “Hadits ini memiliki banyak hadits pendukung, sebagian telah kami sebutkan dalam buku Al Ba’ts.”]

Ampunan tersedia bagi orang dzalim yang taubat.

Rasulullah Saw. bersabda, “Sebaik-baik do’a adalah pada hari Arafah.” [HR. At Tirmidzi (3579). Dia berkata, “Ini hadits gharib.”]

Lailatul QadarRasulullah Saw. bersabda, artinya:“Siapa saja yang shalat malam dan berdo’a kepada Allah pada Lailatul Qadar dengan keimanan dan mengharapkan pahala Allah, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” [HR. Bukhari, Muslim dan An Nasa`i]

Aisyah ra. berkata, “Wahai, Rasulullah! Jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, do’a apa yang harus aku ucapkan?” Jawab Rasul Saw., “Ucapkanlah, “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa, fa’fu ‘anni”, artinya: “Ya, Allah! Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan sangat mencintai ampunan. Ampunilah aku!” [HR. At Tirmidzi (3508), Ibnu Majah berkata, “Hadits hasan shahih.” (3850) dan Al Hakim dalam Al Mustadrak (1/530) dia menshahihkan hadits ini dan Imam Adz Dzahabi menyetujuinya]

Antara Adzan dan IqamatAbu Umamah ra. meriwayatkan dari Rasulullah Saw., beliau bersabda, artinya:“Apabila mu’adzin mengumandangkan suara adzan, maka pintu-pintu langit terbuka dan do’a diperkenankan. Barangsiapa yang ditimpa kesedihan atau kesempitan, maka nantikanlah saat mu’adzin mengumandangkan adzan.” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak, dia berkata, “Sanadnya shahih.” (1/546)]

Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Do’a di antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak.” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak, dia berkata, “Sanadnya shahih.” (1/546). Adz Dzahabi memberikan komentar terhadap pendapat Al Hakim]

Abdullah Ibnu Umar ra. meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw., “Wahai, Rasulullah! Sesungguhnya mu’adzin memiliki kelebihan dari kami!” Rasulullah Saw. berkata, “Kalau begitu, ucapkanlah apa yang diucapkan oleh mu’adzin! Apabila mu’adzin telah selesai maka mintalah, niscaya akan dikabulkan.” [HR. Abu Dawud (521), An Nasa`i (44), Ath Thabrani (444) dia berkata, “Hasan Shahih.” Ibnu Hibban meriwayatkan dalam Shahihnya (295)]

Jum’at

21

Page 22: Penjawab semua do'a

Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Sesungguhnya hari Jum’at adalah penghulu hari dan hari yang paling agung menurut Allah. Lebih agung daripada hari Idul Adhha dan Idul fitri. Pada hari Jum’at ada lima keutamaan, karena pada hari itu Allah menciptakan Adam, menurunkankannya ke bumi dan mencabut nyawanya. Pada hari Jum’at terdapat waktu di mana seorang hamba apabila meminta sesuatu kepada Allah, niscaya Allah memberikan apa yang dimintanya, selama bukan hal yang haram dan pada hari Jum’at Kiamat akan terjadi. Sesungguhnya malaikat, langit bumi, angin, gunung dan laut meminta syafa’at kepada hari Jum’at.” [HR. Ibnu Majah dengan sanad hasan. Imam Ahmad meriwayatkan dalam musnadnya (3/430). Syaikh Al Albani menghukuminya hasan dalam buku Shahih Ibnu Majah, (888)]

Berikut perkataan Rasulullah Saw. tentang hari Jum’at, artinya:“Pada hari Jum’at ada satu waktu, apabila seorang muslim melakukan shalat dengan meminta sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan memberikan apa yang dimintanya.” Rasulullah Saw. memberikan isyarat dengan tangannya, bahwa sedikit orang yang mendapatkan waktu mustajabah tersebut. [HR. Bukhari (935), Muslim (852), Malik dalam Al Muwaththa` (1/108), An Nasa`i dalam Al Mujtaba (3/115,116) dan Ibnu Majah (1137)]

Ketika SujudIbnu Abbas ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Adapun ketika sujud maka bersungguh-sungguhlah dalam berdo’a, karena do’a dalam sujud hampir pasti diperkenankan.” [HR. Muslim (479), Abu Dawud (876) dan An Nasa`i dalam Al Mujtaba (2/189)]

Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Saat paling dekat bagi seorang hamba kepada Tuhannya adalah pada waktu sujud, oleh karena itu perbanyaklah do’a di waktu sujud.” [HR. Muslim (482), Abu Dawud (875), An Nasa`i dalam Al Mujtaba (2/226) dan Sunan Al Kubra (723)]

Tengah Malam TerakhirAbu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Allah Swt. turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir. Dia berkata, ‘Adakah orang yang berdo’a kepada-Ku, sehingga Aku kabulkan do’anya, adakah orang yang meminta kepada-Ku, maka Aku perkenankan permintaan-Nya, adakah orang yang minta ampun kepada-Ku, maka Aku ampuni dosanya?” [HR. Bukhari (7494), Muslim (758), dalam Al Muwaththa` (1/214), Abu Dawud (4733), At Tirmidzi (3493), An Nasa`I (479) dan Ibnu Majah (1366)]

Umamah ra. berkata, “Kami para sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw., “Ya, Rasulullah! Kapankah do’a cepat dikabulkan?” Beliau menjawab, “Pada tengah malam terakhir dan di akhir setiap shalat wajib.” [HR. At Tirmidzi (3494), An Nasa`i dalam ‘Amalul Yaum Wal Lailah (108). At Tirmidzi berkata, “Hadits hasan gharib.”]

Akhir setiap shalat wajib maksudnya berdo’a sebelum salam bukan sesudahnya, jadi ketika engkau masih dalam shalat.

Ubadah bin Ash Shamit ra. meriwayatkan dari Nabi Saw., beliau bersabda, artinya:“Barangsiapa bangun tengah malam, kemudian mengucapkan, “Laa ilaha illallah, wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syain qadiir, subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illaa billah”, (artinya: “Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya. Kepunyaan Dia sajalah segala kerajaan dan pujian dan Dia Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. Maha Suci Allah, segala puji bagi-Nya, tiada Tuhan selain Dia. Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan melainkan dari Allah)”, kemudian mengucapkan, “Allahummagh firlii” (artinya: “Ya, Allah! Ampunilah aku),” atau berdo’a dengan do’a apa saja, maka do’anya tersebut akan diperkenankan. Jika dia mengambil wudlu kemudian shalat, maka diterima shalatnya.” [HR. Bukhari, Abu Dawud dan At Tirmidzi]

Setelah Membaca dan Menghatamkan Al Qur’anDiriwayatkan dari Umran bin Hishshin ra., bahwa suatu ketika dia melewati seorang yang sedang membaca Al Qur’an, kemudian orang itu berdo’a. Umran memintanya untuk mengulangi do’anya, kemudian orang itu berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Siapa saja yang membaca Al Qur’an, maka mintalah kepada Allah, setelah selesai membaca.

22

Page 23: Penjawab semua do'a

Karena sesungguhnya akan datang suatu kaum yang meminta kepada manusia dengan perantara membaca Al Qur’an.” [HR. At Tirmidzi (2918), dia berkata, “Hadits hasan.”]

Ketika Terdengar Kokok Ayam JantanDiriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi Saw. bersabda, artinya:“Apabila ayam jantan berkokok, maka mintalah rahmat Allah, karena sesungguhnya ayam itu melihat malaikat.” [HR. Bukhari (3303), Muslim (2729), Abu Dawud (5102), At Tirmidzi (3455) dan An Nasa`i (944)]

Dalam Majlis Dzikir/PengajianAnas ra. meriwayatkan dari Rasulullah Saw., beliau bersabda, artinya:“Tidak ada suatu kaum yang berkumpul sambil mengingat Allah, mereka tidak mengharapkan apa-apa selain keridhaan-Nya, kecuali akan ada suara panggilan dari langit mengatakan, “Bangunlah! Karena Allah telah mengampuni kalian. Kejahatan-kejahatan kalian telah diganti dengan kebaikan.” [HR. Ahmad (3/142), Abu Ya’la, Ath Thabrani dan Al Bazzar. Di antara perawinya terdapat Maimun Al Mura`i, sementara perawi-perawi dari Ahmad sesuai dengan syarat shahih]

Abu Hurairah dan Abu Sa’id ra. meriwayatkan dari Rasulullah Saw., beliau bersabda, artinya:“Tidak ada suatu kaum yang duduk dalam suatu majlis sambil mengingat Allah, kecuali mereka akan dido’akan oleh malaikat, diselimuti oleh rahmat, diberikan ketenangan dan Allah menyebut nama mereka pada majlis yang ada di sisi-Nya.” [HR. Muslim. Di sebutkan dalam Majma’uz Zawa`id (10/77). Dia berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabrani dan para perawinya terpercaya.”]

Anas bin Malik ra. berkata,“Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda, ‘Jika kalian melewati taman surga, maka berdo’alah!’ Para sahabat bertanya, ‘Apakah yang dimaksud dengan taman surga?’ Jawab Rasulullah Saw., “Majlis dzikir.” [HR. Ar Tirmidzi dalam kitab Ad Da’awat, bab (87) nomor (3510), dia berkata, “Hadits hasan gharib dari jalan periwayatan ini.”]

Abdullah Ibnu Umar ra. berkata,“Aku bertanya kepada Rasulullah Saw., ‘Wahai, Rasulullah! Apa yang didapatkan oleh orang yang ikut dalam majlis dzikir?” Jawab Rasulullah, “Mereka akan mendapatkan surga.” [HR. Ahmad dengan sanad hasan (2/177, 190)]

Abu Ad Darda` ra. berkata,“Rasulullah Saw bersabda, “Pada hari Kiamat, sungguh Allah akan membangkitkan suatu kaum yang wajah mereka bercahaya, berdiri di atas mimbar dari batu permata. Mereka banyak diirikan oleh manusia. Padahal mereka bukan para nabi ataupun syuhada.” Abu Ad Darda` berkata, “Tiba-tiba seorang A’rabi berlutut di hadapan Rasululah Saw. seraya berkata, ‘Wahai, Rasulullah! Siapakah mereka?’ Rasulullah Saw. menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai di jalan Allah. Mereka berasal dari suku dan bangsa yang berbeda-beda, berkumpul untuk mengingat Allah dan berdzikir kepada-Nya.” [HR. Ath Thabrani dengan sanad hasan sebagaimana disebutkan dalam Majma’uz Zawa`id (10/77)]

Do’anya Orang BerpuasaDo’anya Orang yang TerdzalimiDo’anya Pemimpin (Khalifah dan jajarannya) yang adil (menerapkan syariah secara total)Abu Hurairah ra. berkata,“Rasulullah Saw. bersabda, ‘Ada tiga macam do’a yang tidak ditolak, yaitu: do’anya orang yang sedang berpuasa hingga dia berbuka, pemimpin yang adil dan do’anya orang yang terdzalimi. Allah mengangkatnya di atas awan dan pintu-pintu langit terbuka menyambutnya.” Allah berkata, “Demi keperkasaan dan keagungan-Ku! Sungguh aku akan menolongmu sebentar lagi.” [HR. At Tirmidzi (3592), Ibnu Majah (1752), Ibnu Majah menganggapnya hasan. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya]

Setelah Tergelincirnya Matahari sebelum Shalat DzuhurAbdullah bin As Saib ra. berkata,“Sesungguhnya Rasulullah Saw. menjalankan shalat empat raka’at, setelah tergelincirnya matahari sebelum shalat Dhuhur. Nabi Saw. bersabda, “Ini adalah saat terbukanya pintu-pintu langit dan aku ingin ada amal kebaikanku diangkat saat ini.” [HR. At Tirmidzi (2/342) nomer (478) dan Imam Ahmad (3/411). Hadits ini sanadnya shahih]

23

Page 24: Penjawab semua do'a

Setelah WudluUmar bin Khattab ra. meriwayatkan dari Nabi Saw., beliau bersabda, artinya:“Tidak ada salah seorang di antara kalian yang berwudlu dan menyempurnakan wudlunya, kemudian mengucapkan kalimat berikut, “Asyhadu allaa ilaha illallah, wahdahu laa syarika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluuhu”, (artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya),” kecuali dibukakan untuknya delapan pintu langit, dia bisa masuk dari pintu mana saja yang ia kehendaki.” [HR. Muslim (1/210) dan Imam Ahmad (4/146). Lihat takhrijnya secara terperinci dalam Irwa`ul Ghalil (1/134) no.96]

Do’a Seorang Muslim kepada Saudaranya dari JauhRasulullah Saw. bersabda, artinya:“Sesungguhnya do’a yang paling cepat diperkenankan adalah do’a seseorang kepada saudaranya yang berada di tempat jauh.” [HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi dari riwayat Abdurrahman bin Ziyad bin An’am. At Tirmidzi berkata, ‘Hadits gharib]

Nabi Saw. bersabda, artinya:“Siapa saja yang berdo’a untuk saudaranya yang jauh, maka malaikat yang bertugas menjaganya akan berkata, “Amin, semoga engkau mendapatkan balasan yang semisal.” [HR. Muslim (2733) dan Abu Dawud (1534)]

Do’a MusafirAbu Hurairah ra. berkata,“Sesungguhnya Nabi Saw. bersabda, ‘Ada tiga orang yang do’anya pasti dikabulkan, yaitu: do’a orang tua kepada anaknya, do’a musafir (orang yang berada dalam perjalanan) dan do’a orang yang teraniaya.” [HR. Abu Dawud (1536), At Tirmidzi (3442) dan Ibnu Majah (3862)]

Do’a Anak Shaleh kepada Orang TuanyaUmar bin Khattab ra. berkata kepada ‘Uwais bin ‘Amir, “(kuketahui dari Rasulullah Saw.) Ada seorang laki-laki dari Yaman, dia menderita penyakit kusta. Kemudian dia sembuh dari penyakitnya dengan meninggalkan bekas di tubuhnya. Laki-laki itu memiliki seorang ibu dan dia sangat berbakti kepada ibunya. Seandainya dia bersumpah atas nama Allah, niscaya sumpahnya dikabulkan. Jika kamu bisa menemuinya dan memintanya untuk mendo’akanmu, lakukanlah!” ‘Uwais menemui laki-laki itu dan memintanya untuk mendo’akan dirinya. Maka orang itu mendo’akannya...” [HR. Muslim (2542)]

Di antara do’a-do’a mustajabah yang lain adalah do’a orang kesulitan, laki-laki yang shaleh, berada di medan jihad (perang) dan waktu turunnya hujan.

Do’a-Do’a dan Pujian kepada Allah

Ya’kub bin ‘Ashim meriwayatkan dari dua orang sahabat Rasulullah Saw. Keduanya mendengar Rasulullah Saw. bersabda,“Apabila seorang hamba mengucapkan, “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syain qadiir”,(artinya: “Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, segala kekuasaan dan pujian hanya milik-Nya semata. Dia Maha Kuasa terhadap segala sesuatu),”kemudian do’a ini diucapkan dengan jiwa yang tulus, hati yang yakin dan terucap jelas di lisan, maka Allah membuka pintu langit, hingga Dia melihat orang yang mengucapkannya. Apabila Allah melihat hamba-Nya, maka hamba tersebut berhak mendapatkan apa yang ia minta.” [HR. An Nasa`i]

Mu’awiyah bin Abi Sufyan ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda,‘Siapa saja yang berdo’a dengan lima kalimat berikut, niscaya Allah mengabulkan do’anya, “Laa ilaha illallah, wallahu akbar, laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘ala kullu syain qadiir, laa ilaha illallah walaa haula walaa quwwata illa billah,”(artinya: “Tiada Tuhan selain Allah. Allahu Maha Besar. Tiada Tuhan selain Allah Yang Tunggal tiada sekutu bagi-Nya. Kepunyaan-Nyalah seluruh kerajaan dan pujian dan Dia Maha Kuasa

24

Page 25: Penjawab semua do'a

terhadap segala sesutu. Tiada Tuhan selain Allah dan tiada daya dan kekuatan melainkan dari Allah).” [HR. Ath Thabrani dengan sanad hasan, disebutkan dalam Al Mu’jam Al kabir (19/361)]

Suatu hari Ummu Salim pergi menemui Nabi Saw. Dia berkata, “Wahai, Rasulullah! Ajarilah aku beberapa kalimat yang bisa aku ucapkan dalam shalatku!” Rasulullah Saw. menjawab, “Ucapkanlah takbir sepuluh kali, tasbih sepuluh kali dan tahmid juga sepuluh kali. Kemudian mintalah keperluanmu, niscaya Allah akan berkata, ‘Ya, Ya! Aku perkenankan.” [HR. At Tirmidzi, An Nasa`i dan Al Hakim. Al Hakim berkata, “Hadits ini shahih sesuai syarat Muslim.”]

Anas bin Malik ra. berkata, “Suatu ketika Rasulullah Saw melewati seorang laki-laki yang mengucapkan, ‘Ya, Arhamar rahimiin,” artinya: “Wahai, Yang Maha Pengasih di antara para pengasih,” maka Rasulullah Saw berkata kepadanya, “Mintalah! Karena Allah telah melihatmu.” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak dia menshahihkan hadits ini (1/544). Imam Adz Dzahabi berkata, “Hadits ini bukan hadits shahih dalam hadits penguatnya terdapat Fudhal, dia bukan apa-apa dalam soal hadits.”]

Abu Umamah ra. berkata,“Rasulullah Saw. bersabda, ‘Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang bertugas menjaga kalimat, “Ya arhamar rahimin”,(artinya: “Maha Penyanyang di antara para penyanyang).”Barangsiapa mengucapkannya tiga kali, maka malaikat penjaga tersebut berkata, “Sesungguhnya Yang Maha Penyanyang di antara para penyanyang telah menerimamu, maka mintalah sesuatu!” [HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak, (1/544) dia menshahihkan hadits ini]

Abdullah Ibnu Mas’ud ra. berkata,“Rasulullah Saw. bersabda, ‘Siapa saja yang tertimpa penderitaan dan kesedihan, kemudian dia mengucapkan, “Allahumma inni abduka wa ibni ‘abduka wa ibni ammatika, naashiyati biyadika, maadhin fiyya hukmuka, ‘addil fiyya qadha`uka, as`aluka bikulli ismin huwa laka sammaita bihi nafsuka, au anzaltahu fi kitabika au ‘allamtahu ahadan min khalqika au ista`tsarta bihi fi ‘ilmil ghaibi ‘indaka, an taj’alal qur’ana rabi’a qalbii, wa nura bashari, wa jala`a huzni, wa dzihaba hammi wa ghammi”,(artinya: “Ya, Allah! Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu dan putera hamba-hamba-Mu, kendali hidupku berada dalam genggaman-Mu. Hukum-Mu terlaksana pada diri-Ku, keputusan-Mu adil terhadapku. Ya, Allah, aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan nama itu dalam kitab suci-Mu, atau Engkau ajarkan kepada salah seorang hamba-Mu, atau Engkau rahasiakan dalam ghaib-Mu. Ya, Allah! Aku mohon Jadikan Al Qur’an penyejuk hatiku, cahaya mataku, penyingkap keresahanku dan pengusir kesedihan dan kesusahanku.)Niscaya Allah menghilangkan kesedihan dan kedukaanmu dan menggantikan kesempitan dengan kelapangan.” [HR. Imam Ahmad (1/391, 9452), Ibnu Hibban (972), hadits ini dishahihkan oleh Al Hakim (1/509) dan Imam Al Haitsami menyebutkannya dalam Majama’uz Zawa`id (10/136, 186-187)]

Rasulullah Saw. bersabda,“Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzalimin”,(artinya: “Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim),”tidak ada seorang muslim yang berdo’a dengan kalimat ini untuk mendapatkan sesuatu, kecuali Allah akan memperkenankannya.” [HR. At Tirmidzi (3500), An Nasa`i (655), Al Hakim menshahihkannya dalam Al Mustadrak (1/505) dan disetujui oleh Adz Dzahabi]

Nama Allah yang Paling Mulia, bila Diucapkan dalam Do’a, Dia akan Mengabulkannya

Buraidah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. mendengar seseorang mengucapkan, “Inni as`aluka bi anni asyhadu annaka antallahu, laa ilaha illa anta, al ahadu ash shamadu al ladzi lam yalid wa lam yulad wa lam yakun lahu kufuwan ahad”,(artinya: “Ya, Allah! Aku meminta dengan perantara bahwa aku bersaksi sesungguhnya Engkau adalah Tuhan, tiada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Engkau. Engkau-lah Tuhan Yang Maha Esa, Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.")Maka Rasulullah Saw. berkata, ‘Sungguh engkau telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang paling agung, jika meminta dengan nama ini pasti diberi dan jika berdo’a dengan

25

Page 26: Penjawab semua do'a

nama ini pasti dikabulkan.” [HR. Abu Dawud (1493), At Tirmidzi (3475) dan Al Hakim, dia berkata, “Hadits ini shahih sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim.”]Sa’ad bin Malik ra. berkata,“Suatu ketika Nabi Saw. melewati Ibnu ‘Ayasy Az Zurqi yang sedang berdo’a dengan do’a berikut, “Allahumma inni as`aluka bi`anna lakal hamdu laa ilaha illa anta, ya hanan, ya mannan, ya badi’us samaawati wal ardhi, ya dzal jalaali wal ikrami”,(artinya: “Ya, Allah! Sesungguhnya aku memintamu dengan perantara bahwa segala puji adalah kepunyaan-Mu, tiada Tuhan selain Engkau. Wahai, Dzat Yang Maha Pengasih! Wahai, Dzat Yang Maha Pemurah! Wahai, Engkau Pencipta langit dan bumi! Wahai, Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”Maka Rasulullah Saw. berkata, “Sungguh dia telah berdo’a dengan nama-Nya yang paling agung, jika dia berdo’a dengan nama itu pasti dikabulkan dan apabila dia meminta dengan nama itu pasti Allah beri.” [HR. At Tirmidzi (3475). Dia berkata, “Hadits hasan.” Abu Dawud juga meriwayatkan hadits ini pada hadits nomor: (1493)]

Ibnu Abbas ra. meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw., “Wahai, Rasulullah! Adakah do’a yang tidak ditolak?” Rasulullah Saw. menjawab, “Benar, ada. Ucapkanlah do’a berikut, “As`aluka bismika al a’la, al ‘azzu, al ajal, al akram”,(artinya: “Ya, Allah! Aku meminta kepada-Mu dengan nama-Mu Yang Maha Tinggi, Maha Perkasa, Maha Agung lagi Maha Mulia).” [HR. Ath Thabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir (11/360) dan dalam Al Mu’jam Al Ausath (2/178)]

Sa’ad bin Malik ra. berkata,“Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Maukah kalian aku tunjukkan nama Allah Yang Paling Agung, jika berdo’a dengan nama tersebut niscaya dikabulkan dan apabila meminta dengan nama tersebut pasti diberi? Itulah do’a yang diucapkan Nabi Yunus as. ketika dia menyeru dengan do’a ini dalam gelapnya perut ikan, “Laa ilaha illa anta subhanaka innii kuntu minadz dzalimin,”(artinya: “Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzalim.")Maka seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw, “Wahai, Rasulullah! Apakah do’a ini khusus untuk Yunus saja atau untuk semua orang mukmin?” Jawab Rasulullah, “Tidakkah engkau mendengar firman Allah Swt., “Maka Kami telah memperkenankan do'anya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” [QS. Al Anbiyaa`: 88] Siapa saja dari orang mukmin yang mengucapkan do’a ini dalam sakitnya, walaupun ia sakit sebanyak empat puluh kali, kemudian dia mati dalam sakitnya itu, maka ia mendapatkan pahala orang syahid dan jika dia sembuh, maka ia sembuh dengan diampuni dosanya.” [HR. Al Hakim (1/506)]

Anas bin Malik ra. berkata,“Suatu ketika aku duduk bersama Rasulullah Saw. Di dekat kami ada seorang laki-laki sedang berdiri menjalankan shalat, kemudian ruku’, sujud dan seterusnya, pada waktu tasyahud akhir dia berdo’a, dengan do’a berikut, “Allahumma inni as`aluka bi`anna lakal hamdu, laa ilaaha illa anta al mannan, badi’us samawati wal ardhi, dzal jalali wal ikram, ya hayyu ya qayyum, inni as`aluka”, (artinya: “Ya, Allah! aku meminta kepada-Mu dengan segala pujian yang Engkau miliki, tiada Tuhan selain Engkau. Engkau Maha Pemberi, Pencipta langit dan bumi, Pemilik kebesaran dan keagungan. Wahai, Dzat Yang Maha hidup lagi Mengurus makhluk-nya, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu.”)Maka Rasulullah Saw. berkata, “Tahukah kalian do’a yang barusan dia ucapkan?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu dari kami.” Jawab Rasul, “Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam kuasa-Nya! Sungguh dia telah berdo’a dengan nama-Nya yang Paling Agung, jika dia berdo’a dengannya, Allah mengabulkannya dan jika dia meminta dengannya, Allah memberinya.” [Sanadnya hasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, Abu Dawud (1493) dan At Tirmidzi (3475)]

Obat untuk Sembilan Puluh Sembilan PenyakitAbu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa Mengucapkan, “Laa haula walaa quwwata illah billahi”, (artinya “Tiada daya dan melainkan dari Allah,”) maka akan menjadi obat bagi sembilan puluh sembilan penyakit, yang paling ringan adalah penyakit kesedihan.” [HR. Al Hakim, dia berkata, “Shahih sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim.” (1/542)]

26

Page 27: Penjawab semua do'a

Abdullah Ibnu Mas’ud ra. berkata,“Aku duduk di dekat Nabi Saw., kemudian aku mengucapkan, “Laa haula walaa quwwata illah billahi”, (artinya “Tiada daya dan kekuatan melainkan dari Allah,”) Nabi Saw. berkata kepadaku, “Tahukah kamu apa maksud dari kalimat yang baru saja kamu ucapkan?” Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Nabi Saw. berkata, “Tidak ada daya untuk menghindari kemaksiatan, kecuali dengan perlindungan dari Allah dan tidak ada kekuatan untuk taat kepada Allah, kecuali dengan pertolongan-Nya. Demikian Jibril as. memberitahuku.” [HR. Bukhari (661) dan Muslim (7204)]

Jika Engkau Menjaga Do’a ini, maka Engkau Meninggal Tanpa Terkena MusibahSiapa saja yang di antara do’anya adalah: “Allahumma ahsin ‘aqibatanaa fil umuuri kulliha wa ajirna min khizyid dunya wa ‘adzabil aakhirati”,(artinya: “Ya, Allah! perbaikilah hasil semua urusan kami dan jauhkanlah kami dari kenistaan dunia dan siksa akhirat.”)Jika ia mati, maka ia mati tanpa tertimpa musibah.” [HR. Ath Thabrani, Imam Ahmad, Ibnu Hibban dan Al Hakim. Perawi-perawi dari Ath Thabrani tsiqat]

Dzikir untuk Mendatangkan Rezeki dan Menolak Kesempitan dan MusibahAllah Swt. berfirman mengisahkan tentang Nabi Nuh As,“Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, membanyakkan harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” [QS. Nuuh: 10-12]

Dalam beberapa kitab musnad diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Barangsiapa yang menjaga istighfar (senantiasa membacanya, tidak pernah meninggalkan), maka Allah menjadikan baginya kelapangan dari setiap kesempitan dan jalan keluar dari semua kerumitan serta memberikan baginya rezeki dari arah yang tidak dia sangka-sangka.” [HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban dan An Nasa’i dari riwayat Ibnu Abbas. Ibnu Hibban Menshahihkan hadits ini]

Dzikir untuk Menjaga Harta dan Ketika Rezeki Tidak Kunjung DatangAllah Swt. berfirman mengisahkan dua orang berikut, artinya:“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu: "Maasyaa Allah, laa quwwata illaa billah”(sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” [QS. Al Kahfi: 39]

Dzikir untuk Menolak Hutang dan Berharap untuk MelunasinyaAt Tirmidzi meriwayatkan dari Ali ra. bahwa pada suatu hari dia didatangi oleh seorang budak mukatab (budak yang bisa membebaskan diri dari perbudakan dengan syarat harus menebus kebebasannya dengan uang). Budak tersebut berkata kepada Ali, “Aku tidak mampu menebus harga kebebasanku, tolonglah aku!” Ali berkata, “Maukah engkau aku ajari dengan beberapa kalimat yang diajarkan Rasulullah Saw. kepadaku, seandainya engkau memiliki hutang sebesar gunung Uhud, niscaya Allah akan melunasi hutangmu. Ucapkanlah, “Allahumma ikfinii bi halalika ‘an haraamika, waghninii bi fadhlika ‘amman siwaaka”,(artinya: “Ya, Allah! Jadikanlah aku merasa cukup dengan yang Engkau halalkan dari apa yang Engkau haramkan dan perkayalah aku dengan anugerah-Mu sehingga aku tidak butuh selain diri-Mu.”) [At Tirmidzi berkata, “Hadits hasan shahih.”]

Do’a ketika Melihat Orang yang Tertimpa MusibahAbu Hurairah ra. meriwayatkan dari Nabi Saw., beliau bersabda, artinya:“Siapa saja melihat orang yang tertimpa musibah, kemudian mengucapkan, “Alhamdulillahi alladzi ‘afanii mimma ibtalaaka bihi, wa fadhdhalanii ‘ala katsiirin min khalqihi tafdhilaa”,(artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari musibah yang Allah cobakan kepadamu dan yang telah melebihkanku dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk-Nya.”)Maka ia tidak akan tertimpa musibah tersebut.” [At Tirmidzi berkata, “Hadits ini hadits hasan.”]

Do’a ketika Kehilangan Sesuatu

27

Page 28: Penjawab semua do'a

Ibnu Umar ra. ditanya tentang barang yang hilang, maka dia berkata, “Berwudlulah, kemudian shalatlah dua raka’at! Setelah itu bacalah tasyahud dan ucapkanlah do’a berikut, “Allahumma raadi adh dhallah, haadi adh dhalaalah, tahdi min adh dhalaal, rudda ‘alayya dhallatii, bi ‘izzatika wa sulthanika, fa`innaha min fadhlika wa ‘atha`iku”,(artinya: “Ya, Allah! Pengembali yang tersesat, pemberi petunjuk bagi orang yang tersesat. Engkau memberi petunjuk dari kesesatan. Kembalikanlah kepadaku barangku yang hilang dengan keagungan dan kekuasaan-Mu, karena barang itu berasal dari anugerah dan pemberian-Mu.” [Al Baihaqi berkata, “Hadits ini mauquuf dan derajatnya hasan.”]

Do’a ketika Masuk PasarUmar bin Khattab ra. berkata,“Rasulullah Saw. bersabda, ‘Siapa saja yang masuk pasar kemudian mengucapkan: “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, yuhyii wa yumiitu wahuwa hayyun laa yamuutu bi yadihil khairi wahuwa ‘ala kulli syain qadiir”,(artinya “Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Kepunyaan-Nyalah segala kerajaan dan pujian, Yang menghidupkan dan mematikan dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Hidup tidak tersentuh kematian. Di tangan-Nya tergenggam segala kebaikan dan Dia Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.’”)Maka Allah mencatat untuknya satu juta kebaikan, menghapus satu juta kejahatan dan mengangkat derajatnya satu juta tingkatan.” (HR. At Tirmidzi)

Dzikir Penghilang Kesedihan, Kesusahan dan keresahanDiriwayatkan dari Ibnu Abbas ra.,ketika Rasulullah Saw. mengalami kesedihan beliau mengucapkan, “Laa ilaha illallah, al ‘adziim al haliim, laa ilaha illallah rabbil ‘arsyil kariim”,(artinya: “Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun. Tiada Tuhan selain Allah Tuhan ‘Arsy Yang Mulia.”) [HR. Bukhari-Muslim]

Dari Anas ra.sesungguhnya apabila Rasulullah Saw. sedang dirundung masalah, beliau mengucapkan, “Ya, hayyu ya, qayyuum, birahmatika astaghitsu”,(artinya: “Ya, Allah Yang Maha Hidup lagi Maha Mengurus Makhluk-Nya. Dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan.”) [Sunan At Tirmidzi]

Abu Hurairah ra. mengatakan bahwaapabila Rasulullah Saw. sedang menghadapi masalah yang berat, beliau menengadahkan kepalanya ke langit sambil mengucapkan, “Subhanallahil ‘adzim” (Maha Suci Allah lagi Maha Agung). Apabila beliau bersungguh-sungguh dalam do’a, beliau mengucapkan, “Ya, hayyu ya, qayyum”, (Wahai Dzat Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri sendiri). [Sunan At Tirmidzi]

Diriwayatkan dari Abu Bakrah ra., artinya:“Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda, ‘Do’anya orang yang tertimpa kesusahan adalah: “Allahumma rahmataka arjuu, fala takilnii ilaa nafsii tharfata ‘ainin, wa ashlih lii sya`nii kullihi, laa ilaha illa anta”,(artinya: “Ya, Allah! Aku hanya mengharapkan rahmat-Mu, jangan tinggalkan aku bersama nafsuku sekejappun dan perbaikilah semua urusanku. Tiada Tuhan selain Engkau.”) [Sunan Abu dawud]

Diriwayatkan dari Asma` binti ‘Umais dia berkata,“Rasulullah Saw. bersabda, ‘Maukah engkau aku ajarkan kalimat untuk diucapkan ketika tertimpa kesusahan? Ucapkanlah: “Allahu rabbi, laa usyriku bihi syaian”,(artinya “Wahai, Allah! Engkaulah Tuhanku. Aku tidak menyekutukan-Mu dengan sesuatu apapun.” [Sunan Abu dawud]

Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra. dia berkata,“Rasulullah Saw. bersabda, “Inilah do’a yang diucapkan oleh Dzun Nuun ketika berada dalam perut ikan: “Laa ilaha illa anta subhaanaka innii kuntu minadz dzalimiin”,(artinya: “Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzalim.”) Siapa saja yang berdo’a dengan do’a ini untuk mendapatkan sesuatu, niscaya akan dikabulkan.” [Sunan At Tirmidzi]

28

Page 29: Penjawab semua do'a

Do’a IstikharahDiriwayatkan dari Jabir ra. dia berkata,“Rasulullah Saw. mengajarkan do’a istikharah (minta diberikan petunjuk yang terbaik dalam suatu masalah) kepada kami, sebagaimana beliau mengajarkan sebuah surat Al Qur’an. Apabila salah seorang dari kalian menghadapi suatu masalah yang sulit, maka kerjakanlah shalat selain shalat wajib, kemudian bacalah do’a berikut: “Allahumma innii astakhiruka bi’ilmika, wa astaqdiruka biqudratika, wa as`aluka min fadhlika al ‘adhim. Fainnaka taqdir walaa aqdir, wa ta’lam walaa a’lam, wa anta ‘allamul ghuyuub. Allhumma in kunta ta’lam anna hadzal amra ... khairan lii fii dinii wa ma’asyii wa ‘aqibatu amrii, faqdirhu lii, wa yassirhu lii tsumma baarik lii fiihi. Wa inkunta ta’lama anna hadzal amra syarran lii fii dinii wa ma’asyii wa ‘aqibatu amrii, fashrifhu ‘anni washrifnii ‘anhu, waqdir lii al khaira khaitsu kaana tsumma radhdhinii bihi”,(artinya: “Ya, Allah! Aku minta petunjuk kebaikan kepada-Mu dengan ilmu-Mu, aku minta kekuatan kepada-Mu dengan kekuatan-Mu dan aku meminta-Mu dengan rahmat-Mu yang agung. Sesungguhnya Engkau Maha Kuat sedangkan aku lemah, Engkau Maha Tahu sedangkan aku bodoh dan Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Ya, Allah! Jika Engkau tahu bahwa perkara ini –menyebutkan keperluannya- baik bagi agamaku, kehidupanku dan akhiratku, maka berikanlah padaku, mudahkanlah untukku kemudian berilah keberkahan untukku dalam perkara ini. Jika Engkau tahu bahwa perkara ini buruk bagi agamaku, kehidupanku dan akhiratku, maka hindarkanlah dariku dan jauhkanlah aku darinya. Berilah aku kebaikan di mana saja. Kemudian ridhailah aku dalam perkara ini.” [Shahih Bukhari]

Istikharah adalah meminta kebaikan kepada Allah, sebagaimana disebutkan dalam al Hikam. Dalam an Nihayah dikatakan khaarallahu laka, jika Allah memberikan yang terbaik bagimu.Para ulama mengatakan bahwa meminta petunjuk kebaikan kepada Allah dianjurkan dengan melakukan shalat dan do’a yang tersebut di atas. Shalatnya adalah shalat sunnah dua raka’at. Dianjurkan pula untuk menggabungkan dengan shalat sunnah lainnya seperti dengan shalat sunnah sebelum dan setelah shalat wajib, shalat sunnah ketika masuk masjid dan lainnya. Pada raka’at pertama setelah membaca Surat Al Fatihah, membaca Qul Ya ayyuhal kaafiruun. Pada raka’at kedua setelah Al Fatihah membaca Qul Huwallahu Ahad. Jika tidak mampu shalat maka bisa dengan do’a. Dianjurkan memulai dengan do’a yang tersebut di atas dan menutupnya dengan Shalawat kepada Nabi Saw. Istikharah dianjurkan dalam semua perkara, sebagaimana dinyatakan dalam hadits shahih. Apabila telah melakukan istikharah, maka lakukanlah apa yang telah dibukakan dalam hatimu atau yang mantap dalam hatimu. Wallahu a’lam.

Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash dari Nabi Saw. beliau bersabda,“Di antara kebahagian manusia adalah istikharah (minta petunjuk kebaikan) kepada Allah dan menerima dengan lapang dada ketentuan Allah. Sedangkan di antara kesengsaraan manusia adalah meninggalkan istikharah (minta petunjuk) kepada Allah dan benci terhadap ketentuan Allah.” [Musnad Imam Ahmad]

Do’a Mengenakan Pakaian yang Baru“Ya, Allah! segala puji bagi-Mu. Engkau telah mengenakanku dengan pakaian ini. Aku memohon kepada-Mu kebaikan pakaian ini dan kebaikan yang dibuat untuknya dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan pakaian ini dan kejahatan yang dibuat untuknya.” [HR. Abu Dawud, At Tirmidzi dan Al Baghawi]

Do’a sebelum Wudlu“Dengan menyebut nama Allah”. [Diriwayatkan oleh semua pengarang kitab Sunan, An Nasa`i menyebutkannya dalam ‘Amalul yaum wal lailah]

Do’a setelah Wudlu“Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.” [HR. Muslim (1/902)]

“Ya, Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang ahli taubat dan orang-orang yang selalu menjaga kesucian.” [HR. At Tirmidzi (1/78). Lihat Shahih At Tirmidzi (1/18)]

29

Page 30: Penjawab semua do'a

“Maha Suci Engkau, Ya Allah! Dengan pujian-Mu aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Aku memohon ampunan kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” [HR. An Nasa`i dalam irwa`ul Ghalil, (1/135, 2/94)]

Do’a Keluar dari Rumah“Dengan menyebut asma Allah, aku bergantung kepada-Nya. Tiada daya dan kekuatan melainkan berasal dari Dia.” [HR. Abu Dawud (4/325), At Tirmidzi 5/490. lihat Shahih At Tirmidzi (3/151)]

“Ya, Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, dari menyesatkan atau disesatkan, merendahkan atau direndahkan, mendzalimi atau didzalimi, membodohi atau dibodohi.” [HR. Semua pengarang kitab Sunan, lihat Shahih At Tirmidzi (3/152) dan Shahih Ibnu Majah (3/336)]

Do’a Masuk Rumah“Dengan menyebut nama Allah kami masuk dan dengan menyebut nama Allah kami keluar dan kepada-Nya kami bertawakkal.” [HR. Abu Dawud dengan sanad shahih (4/325)]

Do’a Gelisah dan Takut dalam Tidur dan Orang yang Ditimpa Kekhawatiran“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari amarah-Nya, siksa-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, dari bisikan-bisikan syetan dan aku berlindung pula dari kedatangan mereka kepadaku." [HR. Abu Dawud (4/12) dan lihat Shahih At Tirmidzi (3/171)]

Do’a Orang yang Tertimpa Keraguan dalam Shalatnya atau dalam BacaannyaUstman bin Al Ash ra. berkata kepada Rasulullah Saw., “Ya, Rasulullah! Sesungguhnya syetan mengganggu shalat dan bacaanku sehingga membuatku ragu.” Jawab Rasulullah Saw., “Itu adalah syetan yang bernama “Janzab” apabila engkau merasakan kehadirannya, maka berlindunglah kepada Allah dari godaannya, lalu meludahlah ke arah kirimu tiga kali.” [HR. Muslim (4/1729)]

Do’a Orang yang Kesulitan dalam Menghadapi suatu Perkara“Ya, Allah! Tidak ada kemudahan, kecuali yang Engkau jadikan mudah dan Engkau jadikan kesedihan menjadi kemudahan, jika Engkau kehendaki”. [HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya (427), Ibnu As Sunni (351). Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Hadits shahih.”]

Do’a Orang yang Berbuat Dosa“Tidak ada seorang hamba yang berbuat dosa, kemudian dia membersihkan diri, lalu mengerjakan shalat dua raka’at setelah itu meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah mengampuninya”. [HR. Abu Dawud (2/86), At Tirmidzi (2/257) dan Shahih Al jami’ (5/173)]

Do’a untuk Menolak Bisikan-Bisikan Syetan“Meminta perlindungan kepada Allah dari gangguan syetan seperti dengan membaca ta’awwudz”.“Adzan”.“Dzikir-dzikir yang diajarkan oleh Nabi Saw. dan membaca Al Qur’an”. [HR. Muslim (1/291) dan Bukhari (1/11)]

“Rasulullah Saw. bersabda, artinya:“Jangan engkau jadikan rumah kalian seperti kuburan, sesungguhnya syetan menghindar dari rumah yang dibacakan Surat Al Baqarah.” [HR. Muslim (1/539)]

Do’a ketika Takut Menghadapi Suatu Kaum“Ya, Allah! Lindungilah aku dari kejahatan mereka, dengan perantara apa saja yang Engkau kehendaki”. [HR. Muslim (4/2300)]

Do’a ketika Mendapatkan Hal yang Menggembirakannya“Nabi Saw. apabila mendapatkan hal yang menggembirakannya atau gembira disebabkan suatu hal, beliau sujud syukur, menghaturkan rasa syukur kepada Allah Swt.” [HR. Para penulis buku Sunan, An Nasa’i dan Ibnu Majah dalam Shahihnya (1/233) dan dalam Irwa`ul Ghaliil (2/226)]

Mendo’akan Orang yang Dimaki

30

Page 31: Penjawab semua do'a

Abu Hurairah ra. berkata, “Aku mendengar Nabi Saw. bersabda, ‘Ya, Allah! Siapa saja orang mukmin yang pernah aku maki, maka jadikanlah hal itu sebagai pahala baginya yang bisa mendekatkannya kepada-Mu pada hari Kiamat.’” [HR. Bukhari dalam Fathul Bari (11/71) dan Muslim (4/207) redaksinya, “Jadikan makianku sebagai pembersih dan rahmat baginya.”]

Do’a-Do’a Terlengkap

Syadad bin Aus ra. berkata,“Rasulullah Saw. berkata kepadaku, ‘Wahai, Syadad! Jika engkau melihat manusia menghimpun emas dan perak, maka himpunlah kalimat-kalimat ini: “Ya, Allah! Aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam agama-Mu, kemauan yang keras dalam mengikuti jalan yang lurus. Ya, Allah! Aku mohon kepada-Mu diberi kemampuan untuk menyukuri nikmat-Mu dan beribadah dengan bagus kepada-Mu. Ya, Allah! Aku meminta kepada-Mu hati yang lurus dan lisan yang jujur. Ya, Allah! Aku memohon kepada-Mu kebaikan yang Engkau tahu dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang Engkau ketahui. Ya, Allah! Aku memohon pengampunan atas dosa yang Engkau ketahui, sesungguhnya Engkau Maha mengetahui yang ghaib.’” [HR. Al Hakim (1/499). Imam Adz Dzahabi menshahihkan hadits ini]

Anas bin Malik berkata,“Rasulullah Saw. bersabda, ‘Tidak ada seorang muslim yang diberi nikmat oleh Allah, dalam keluarga, harta atau anak, kemudian dia mengucapkan: “Maasya Allah, laa haula wa laa quwwata illa billah”, (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah), apabila dia melihat musibah pada mereka selain kematian, maka ia akan menerima musibah itu, seakan menerima kenikmatan.’” [HR. Al Hakim (1/499)]

Ali ra. berkata,“Rasulullah Saw. bersabda, ‘Maukah engkau, aku ajari do’a-do’a, seandainya engkau memiliki dosa sebanyak dosa penduduk kampung, niscaya Allah mengampuni dosamu?’ Aku berkata, ‘Ya, aku mau, wahai Rasulullah!’ Rasulullah Saw. berkata, ‘Ucapkanlah: “Ya, Allah! kepada-Mu aku meminta, tiada Tuhan selain Engkau Yang Maha Penyantun lagi Maha Mulia. Maha Suci Allah. Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah. Maha Suci Allah, Tuhan Pemilik Arsy yang agung. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.’” [HR. Imam Ahmad (1/158), Al Hakim (3/138). Al Hakim berkata, “Hadits ini shahih, sesuai dengan syarat Bukhari-Muslim.” An Nasa`i (637) dan Ath Thabrani (350)]

Aisyah ra. berkata,“Suatu saat Rasulullah Saw. mendatangiku, ketika aku sedang berdo’a. Tampaknya beliau memiliki keperluan yang ingin dikatakan kepadaku. Aku memperlambat do’aku. Maka Rasulullah Saw berkata, ‘Wahai, Aisyah! Pergunakanlah do’a yang ringkas dan lengkap.’ Ketika aku selesai dari do’aku, aku bertanya kepada beliau, ‘Wahai, Rasulullah! Apakah yang dimaksud dengan do’a yang ringkas dan lengkap?’ Beliau berkata, ‘Ucapkanlah: ‘Ya, Allah! Aku meminta semua kebaikan, baik yang cepat maupun lambat, baik yang aku ketahui maupun tidak. Ya, Allah! Aku memohon surga-Mu dan segala hal yang bisa mendekatkan kepadanya, baik perkataan maupun perbuatan. Ya, Allah! Aku meminta kepada-Mu, apa yang diminta oleh Nabi Muhammad Saw. dan Aku berlindung kepada-Mu, seperti perlindungan yang diminta oleh beliau. Ya, Allah! Keputusan apapun yang Engkau tetapkan kepadaku, jadikanlah hasilnya kebaikan untukku.” [HR. Bukhari (639), Ibnu Hibban (2413), Imam Ahmad (14/295), Al Hakim (1/522) dan Ibnu Majah dalam kitab Ad Du’a (3846)]

Thariq bin Al Asyim berkata,“Nabi Saw. selalu mengajarkan kepada orang yang baru masuk Islam: ‘Ya, Allah! Ampunilah aku, rahmatilah aku, berilah aku petunjuk dan tambahkan rezeki kepadaku. Kemudian beliau berkata, ‘Kalimat itu mengumpulkan kebaikan dunia dan akhirat.’” [HR. Muslim (2697), Ibnu Majah (3845), Imam Ahmad (14/296) dan Al Baihaqi menyebutkan hadits ini dalam As Sunan (2/381)]

Abu Musa ra. berkata,“Aku mendatangi Rasulullah Saw., ketika beliau sedang wudlu. Kemudian beliau shalat dua raka’at. Di antara do’a yang beliau baca adalah: “Ya, Allah! Ampunilah dosaku, lapangkanlah tempat tinggalku, tambahkanlah keberkahan dalam rezekiku.” Aku mengingatkan do’a tersebut kepada beliau, ‘Ya, Nabiyallah! Anda mengucapkan do’a-do’a itu?’ Beliau menjawab, ‘Apakah aku meninggalkan sesuatu dalam do’aku.’” [HR. An Nasa`i (80) ini adalah hadits hasan. Ibnu Sunni (28), Imam Ahmad (4/399), Ath Thabrani dan At Tirmidzi menyebutkan hadits ini dalam As Sunan]

31

Page 32: Penjawab semua do'a

Zaid bin Tsabit ra. meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw. mengajarkan sebuah do’a kepadanya dan beliau memerintahkan agar dia dan keluarganya membaca do’a ini setiap hari. Ketika pagi membaca do’a berikut: “Aku penuhi panggilan-Mu, Ya Allah! Aku penuhi panggilan dan kebahagiaan-Mu, Ya, Allah! Kebaikan ada dalam genggaman-Mu, bersama-Mu, berasal dari-Mu dan kembali kepada-Mu. Ya, Allah! Semua perkataan yang aku ucapkan, semua nadzar yang aku janjikan dan semua sumpah yang aku ucapkan, sesungguhnya kehendak-Mu sajalah yang ada dihadapannya. Jika Engkau kehendaki, maka terlaksana, namun jika tidak Engkau kehendaki, tidak akan terlaksana. Tidak ada daya untuk menghindari kemaksiatan dan tidak pula kekuatan untuk menjalankan ketaatan, kecuali berasal dari pertolongan-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. Ya, Allah! [HR. Imam Ahmad (5/191), Al Hakim (1/516), dia berkata, “Hadits hasan.” Ath Thabrani dalam Ad Du’a (321), Ibnu Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (47) dan Ath Thabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir (5/174)]

“Engkau pelindungku di dunia dan di akhirat. Matikanlah aku dalam keadaan Islam dan sertakanlah aku dalam rombongan orang-orang yang shalih. Ya, Allah! Aku memohon keridlaan setelah turunnya keputusan, kehidupan yang tenang setelah kematian, kenikmatan memandang wajah-Mu yang mulia dan kerinduan untuk bertemu kepada-Mu dengan tanpa kemudharatan yang menyusahkan atau fitnah yang menyesatkan. Ya, Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dzalim atau didzalimi, melanggar hak orang lain atau dilanggar hakku serta melakukan kesalahan yang fatal atau dosa yang tak terampuni. Ya, Allah! Pencipta langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang tampak, Pemilik keagungan dan kemuliaan, aku berjanji kepada-Mu dalam kehidupan ini dan menjadikan-Mu sebagai saksi, dan cukuplah Engkau sebagai saksi. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, Yang Tunggal, tiada sekutu bagi-Mu dan kepunyaan-Mu segala kerajaan dan pujian. Engkau Maha Kuasa terhadap segala sesuatu; dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu. Aku bersaksi bahwa janji-Mu adalah pasti, pertemuan dengan-Mu pasti, surga-Mu pasti ada, hari Kiamat pasti terjadi, tiada keraguan padanya dan sungguh Engkau akan membangkitkan orang-orang yang telah dikubur. Aku bersaksi, bahwa jika engkau membiarkan diriku kepada selain-Mu, sesungguhnya Engkau membiarkan diriku dalam kehilangan, aib, dosa dan kesalahan. Karena aku tidak percaya, kecuali dengan rahmat-Mu. Ya, Allah! Ampunilah dosaku, sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa, selain Engkau. Ya, Allah! Terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [HR. Imam Ahmad (5/191), Al Hakim (1/516), dia berkata, “Hadits hasan.” Ath Thabrani dalam Ad Du’a (321), Ibnu Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (47) dan Ath Thabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir (5/174)]

Barra` bin Azib ra. berkata,“Nabi Saw. bersabda, ‘Apabila Engkau hendak tidur, maka berwudlu dahulu, seperti wudlumu ketika shalat, kemudian berbaringlah pada sisi kanan tubuhmu dan ucapkanlah: “Ya, Allah! Aku pasrahkan diriku kepada-Mu, aku serahkan segala urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mu, dengan penuh harapan dan kecemasan. Tidak ada tempat bergantung dan berlindung dari siksaan-Mu, kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada Kitab suci-Mu yang Engkau turunkan dan kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus.”Jika engkau mati pada malam itu, niscaya engkau berada dalam keadaan fitrah (Islam). Jadikanlah kalimat-kalimat tersebut sebagai ucapan terakhirmu.’” Maka aku mengulanginya di hadapan Nabi Saw., ketika aku sampai pada perkataan, “Aku beriman kepada Kitab suci-Mu yang telah Engkau turunkan,” aku mengucapkan, “Dan Rasul-Mu,” maka beliau berkata, “Bukan Rasul, akan tetapi Nabi-Mu yang telah Engkau utus.’” [HR. Bukhari (6313) dan (6315), Muslim (210), Abu Dawud (5046), (5047), (5049), At Tirmidzi (3391) dan Ibnu Majah (386)]

Diriwayatkan dari Ummu Salamah dari Nabi Saw.,“Inilah yang diminta oleh Muhammad kepada Tuhan: ‘Ya, Allah! Aku meminta kebaikan permohonan, do’a, keberhasilan, amal, pahala, kehidupan dan kematian. Teguhkanlah diriku, beratkanlah timbangan kebaikanku, kokohkanlah keimananku, angkatlah derajatku, terimalah kebaikan dan penutupnya, permulaannya dan akhirnya, dhahirnya dan bathinnya dan aku memohon kepada-Mu, derajat tertinggi di surga, semoga Allah mengabulkan. Ya, Allah! aku memohon kebaikan yang aku datangi dan kebaikan yang aku kerjakan. Kebaikan yang tersembunyi dan yang tampak. Ya, Allah! Aku memohon kepada-Mu agar Engkau mengangkat derajatku, menghapus dosaku, memperbaiki urusanku, membersihkan hatiku, menjaga kemaluanku, menerangi hatiku dan mengampuni kesalahanku. Ya, Allah! Aku memohon kepada-Mu, semoga menambahkan keberkahan kepadaku dalam jiwaku, pendengaranku,

32

Page 33: Penjawab semua do'a

penglihatanku, ruhku, akhlakku, keluargaku, hidup dan matiku, perbuatanku serta terimalah kebaikan-kebaikanku. Ya, Allah! aku memohon kepada-Mu tempat yang tertinggi di surga. Semoga Allah mengabulkan. [Shahih Al Hakim]

Penutup

Wahai, mereka yang tertimpa musibah dalam harta dan badannya! Wahai, orang-orang yang kesusahan! Betapapun beratnya musibah yang menimpa dirimu, ketahuilah bahwa Allah telah menganugerahkan kenikmatan kepada kita. Kenikmatan yang paling besar dan paling agung dari semua nikmat yang ada dan cukuplah nikmat ini saja bagi kita. Tahukah engkau, kenikmatan apakah itu, wahai saudaraku? Itu adalah kenikmatan Islam. Sebuah kenikmatan, jika engkau tersenyum kepada saudaramu, maka sama seperti engkau bershadaqah, artinya engkau mendapatkan pahala atas senyumanmu. Jika engkau tertimpa kedukaan, kesedihan atau musibah, bahkan duri yang menancap di kakimu, Allah akan menghapus kesalahan-kesalahanmu disebabkan musibah tersebut. Bayangkan saudaraku seiman! Jika engkau berada dalam agama selain Islam dan engkau diliputi oleh kenikmatan-kenikmatan dunia, seperti kesehatan, harta dan anak yang banyak, lalu apa yang terjadi setelah itu? Ke neraka Jahannam, semoga Allah melindungi kita darinya.

Bayangkan Wahai, saudaraku! Seandainya engkau beragama selain Islam, kemudian engkau melakukan perbuatan-perbuatan baik, seperti menyumbangkan harta, membangun rumah sakit dan semua aktivitas kebaikan, apakah semua itu akan diterima, apakah kamu mendapatkan pahala atas perbuatan itu? Tidak, karena perbuatan-perbuatanmu akan sia-sia. Saudaraku seiman! Jika engkau melangkahkan kakimu untuk memenuhi kebutuhan saudaramu, kemudian Allah memberikan kemampuan kepadamu memenuhinya, niscaya engkau mendapatkan pahala. Saudara seislam! Jika engkau membaca Surat Al Ikhlas tiga kali, engkau mendapatkan pahala orang yang membaca Al Qur’an seluruhnya.

Ketahuilah, wahai saudaraku! Jika engkau memintakan ampunan kepada orang-orang mukmin dan mukminat, Allah akan mencatat kebaikan untukmu.

Saudaraku seislam! Marilah kita bersyukur kepada Allah atas nikmat ini. Marilah kita selalu mentaati syariat Allah serta mencari amalan-amalan yang mendatangkan pahala yang besar. Segala puji bagi Allah yang tiada terkira, karena kita masih hidup di muka bumi dan saat ini kita belum menjadi orang mati yang berharap bisa kembali ke dunia sebentar saja, agar kita bisa melakukan amal kebajikan.

Sebelum kita meninggal, mari kita kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-Nya selama matahari belum terbit dari Barat. Marilah kita manfaatkan umur yang tersisa dengan menaati hukum Allah, sehingga kita bisa mengambil pahala yang besar. Marilah kita isi waktu kita dengan ketaatan kepada Allah.

Ketahuilah! Bahwa dunia bukanlah tempat istirahat dan ketentraman, namun dunia adalah tempat ujian dan perjuangan beramal sholeh. Maka, simpanlah istirahatmu dalam kuburmu! Kurangilah senda gurau dan tidurmu, karena telah menanti di hadapanmu tidur panjang yang paginya adalah hari Kiamat!

Manfaatkanlah kesempatan, wahai saudaraku! Agar engkau mendapatkan dalam catatan amal perbuatanmu, bahwa engkau telah berakidah dan bersyariah Islam, Insya Allah. Do’aYa, Allah! pelihara aku dengan keagungan mata-Mu yang tidak tidur, lindungilah aku dengan kekuatan-Mu yang tidak tertandingi dan ampunilah aku, sehingga aku tidak binasa. Engkaulah harapanku. Tuhanku! Berapa banyak kenikmatan yang Engkau anugerahkan kepadaku, namun sedikit rasa syukurku dan ketaatanku kepada-Mu, oleh karena itu janganlah Engkau jauhkan diriku dari rahmat-Mu. Tuhanku! Berapa banyak cobaan kepadaku, namun amat sedikit kesabaranku menghadapinya, oleh karena itu janganlah Engkau mengabaikanku. Wahai Pemilik kebaikan yang tidak pernah berkurang sedikitpun kebaikan-Mu! Ya, Allah! Dengan pertolongan-Mu, aku melawan setiap orang yang berbuat jahat, iri, melampaui batas dan dzalim; dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka.Semoga Allah melimpahkan shalawat serta salam kepada Nabi kita, Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.

33

Page 34: Penjawab semua do'a

Daftar IsiMukaddimahDo’a Menurut Makna BahasaArti Do’aDo’a Mengubah TakdirKeutamaan Do’aKedudukan Do’aKeistimewaan-Keistimewaan Do’aKapan Do’a Diharamkan?Etika Do’aSyarat Do’aDo’a Memanjangkan Umur Dan Menambah RezekiKisah-Kisah Sukses dengan Do’aWaktu dan Tempat MustajabahDo’a dan PujianNama Allah yang Paling Mulia, Apabila Berdo’a dengan Nama Tersebut Niscaya DikabulkanSiapa yang Memiliki Kebutuhan, Maka Berdo’alah dengan Do’a IniObat bagi Sembilan Puluh Sembilan PenyakitJika Kamu Menjaga Do’a Ini, Kamu akan Meninggal Tanpa Tertimpa MusibahDo’a untuk Mendatangkan Rezeki dan Menolak KesempitanDo’a Menjaga Harta dan Ketika Rezeki Tidak Kunjung Datang

Do’a untuk Menolak Hutang dan Mengharapkan DilunasiDo’a ketika Melihat Orang yang Tertimpa MusibahDo’a Kehilangan BarangDo’a Masuk PasarDo’a ketika Tertimpa Kesedihan, kesusahan dan KedukaanDo’a IstikharahDo’a Memakai Pakaian BaruDo’a sebelum WudluDo’a setelah WudluDo’a Keluar RumahDo’a Masuk RumahDo’a Ketakutan dalam TidurDo’a ketika Menghadapi Perkara yang SulitDo’a ketika Melakukan DosaDo’a untuk Mengusir Syetan dan Bisikan-BisikannyaDo’a ketika Takut Menghadapi Suatu KaumDo’a ketika Mendapatkan Hal yang DisenangiMendo’akan Orang yang DimakiDo’a-Do’a TerlengkapPenutupDaftar Isi

34