PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARATIF
DENGAN METODE ROUND ROBIN PADA SISWA DI KELAS VII
SMP PGRI BAREMBENG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
HAMKA
105 338 068 15
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Sultan Alauddin (0411) 860 132 Makassar 90221
vi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : HAMKA
NIM : 10533806815
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
dengan Metode Round Robin pada Siswa Kelas VII
SMP PGRI Barembeng
Dengan ini Menyatakan bahwa:
Skripsi yang diajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya
bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Juni 2021
Yang membuat peryataan
HAMKA
10533 806815
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Ubahlah hidupmu maka engkau akan mengubah dunia.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu
sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (Q.S Ar Rad :11).
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku Ayahanda Kaharuddin dan Ibunda Tayu, saudara dan
sahabatku atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis
mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
vii
ABSTRAK
Hamka. 2020 “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Dengan
Metode Round Robin Pada Siswa Kelas VII SMP PGRI Barembeng”. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Andi Sukri
Syamsuri sebagai pembibmbing I dan Tasrif Akib sebagai pembimbing II..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemapuan menulis paragraf
naratif menggunakan metode Round Robin pada kelas VII.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Subjek penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng
sebanyak 35 orang. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode
observasi dan tes tertulis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan menulis siswa Metode Round
Robin meningkat. Hasil tes pada siklus I mencapai nilai rata-rata sebesar 62,7
mencapai kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Pada siklus II nilai rata-rata
yang dicapai sebesar 79,7 mencapai kategori baik dengan rentang nilai 75-84. Hasil
yang dicapai pada siklus II melebihi target ketuntasan yang telah ditetapkan, yaitu
dengan nilai KKM 75. Dengan kata lain ada peningkatan kemampuan menulis pada
siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng.
Kata Kunci : Round Robin, Kemampuan Menulis, Paragraf Narasi
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan skripsi penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis
Paragraf Naratif dengan Metode Round Robin di Kelas VII SMP PGRI Barembeng”
dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Menulis karya ilmiah seperti skripsi penelitian merupakan pengalaman pertama bagi
penulis oleh karena itu banyak kesulitan dan hambatan yang dilalui oleh penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun berkat kehendak Allah Swt.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan
penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada, Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, dan Tasrif Akib, S.Pd., M.Pd,.
Pembimbing I dan II, yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan,
arahan serta motivasi sejak awal penyusunan skripsi hingga selesai. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, dan Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Munirah, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan seluruh staf jurusan
serta para Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia yang tidak bisa disebutkan namanya satu
per satu yang telah membekali penulis segala pengetahuan dan keterampilan selama
ix
berkuliah sampai penyusunan skripsi ini. Kepada Kedua orang tua, bapak H.
Kaharuddin dan ibu Hj. Tayu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang dan
dukungan kepada penulis. Kepada saudara laki-laki yang tercinta kakak Wahyudin
yang senantiasa mendukung penulis dalam hal materi maupun motivasi. Tidak lupa
pula penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat atas dorongan
semangat dan kebersamaan yang tidak terlupakan dalam perkuliahan hingga
penyusunan skripsi ini, dan seluruh teman-teman angkatan 2015 Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sahabat seperjuangan Ichsan Aridani, Ananda Muqhny Rusli, Nirmawati
Amiruddin, Mardiana, Fikria Arifah Zahrani, Rahmi yang selalu mau memberikan
motivasi semangat serta dukungan
Terima kasih kepada saudara-saudara yang selalu membantu dan kepada
seluruh keluarga dan teman-teman tanpa terkecuali serta semua pihak yang tidak
sempat penulis sebutkan namanya satu per satu karena keterbatasan tempat, namun
tidak mengurangi rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala jasa-jasa dan
sumbangsi pemikiran yang telah diberikan selama ini.
x
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis terbuka menerima saran dan
kritikan yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan skripsi. Harapan
penulis semoga laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
maupun penulis selaku pembuat skripsi, penulis berharap masalah yang diangkat
didalam skripsi ini tidak hanya di selesaikan dengan satu pendapat, semoga dari pihak
lain juga dapat mengembangkan.
Penulis
Hamka
10533806815
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KARTU KONTROL I ..................................................................................... ii
KARTU KONTROL II ................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian Relevan ........................................................................ 9
2. Keterampilan Berbahasa .............................................................. 11
3. Hakikat Menulis ........................................................................... 12
4. Menulis Paragraf Naratif .............................................................. 19
5.Metode Pembelajaran Round Robin ............................................. 27
B. Kerangka pikir....................................................................................... 33
C. Hipotesis ............................................................................................... 34
xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................................ 35
B. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ........................................................ 35
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 36
D. Prosedur Penelitian ................................................................................... 36
E. Instrumen Penelitian ................................................................................... 39
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 42
G. Teknik Analisis Data.................................................................................. 43
H. Kriteria Keberhasilan ................................................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 46
1. Paparan Data Siklus I ............................................................................. 46
a. Hasil Tes Siklus I ............................................................................ 46
b. Observasi ........................................................................................ 55
c. Refleksi Siklus I ............................................................................... 58
2. Hasil Penelitian Kelas dengan Metode Pembelajaran
Round Robin pada Siklus II .................................................................. 60
a. Hasil Tes Siklus II............................................................................ 61
b. Hasil Observasi Perilaku siswa Siklus II ......................................... 69
c. Refleksi siklus II .............................................................................. 71
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................... 73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................... 84
B. Saran ........................................................................................................... 85
xiii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 86
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Aspek Penskoran Kemampuan Menulis
Pengelaman Pribadi .......................................................................................... 40
2. Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis
Pengalaman Pribadi .......................................................................................... 41
3. Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kemampuan Menulis
Pengalaman Pribadi ........................................................................................ 45
4. Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf
Naratif Siklus I ................................................................................................. 48
5. Tabel 4.2 Hasil Tes Aspek Pengembangan Gagasan (ide)
Siklus I ............................................................................................................ 49
6. Tabel 4.3 Hasil Tes Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita
Siklus I ......................................................................................................... 50
7. Tabel 4.4 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W + 1H)
Siklus I .......................................................................................................... 51
8. Tabel 4.5 Hasil Tes Aspek Kebahasaan Siklus I ............................................ 52
9. Tabel 4.6 Hasil Tes Aspek Karapian Tulisan Skilus I .................................... 53
10.Tabel 4.7 Hasil Observasi Siklus I ................................................................ 57
11.Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
Siklus II ........................................................................................................ 61
12. Tabel 4.9 Hasil Tes Pengembangan Gagasan (Ide) Siklus II ........................ 63
13. Tabel 4.10 Hasil Tes Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Siklus II ............. 64
xv
14. Tabel 4.11 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W+1H)
Siklus II ........................................................................................................ 65
15. Tabel 4.13 Hasil Tes Aspek Kebahasan Silus II ......................................... 65
16. Tabel 4.14 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus II .............................. 66
17. Tabel 4.15 Hasil Tes Menulis Paragraf Naratif Siklus I dan II .................. 68
18. Tabel 4.16 Hasil Observasi Siklus II ............................................................ 70
xvi
DAFTAR BAGAN
1.Bagan 4.1 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
Siklus I ........................................................................................................... 54
2.Bagan 4.2 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
Siklus II ......................................................................................................... 67
3.Bagan 4.3 Peningkatan Hasil Tes Menulis Paragraf Naratif
Siklus I dan II ............................................................................................... 69
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 2 : Dokumentasi
Lampiran 3 : Daftar Hadir Siswa Siklus I
Lampiran 4 : Daftar Hadir Siswa Siklus II
1
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses
komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen
pengiriman pesan (guru), komponen penerimaan pesan (siswa), dan komponen
pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang
dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi
pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima siswa dengan
optimal, dengan kata lain tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami
dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan salah
menangkap isi pesan yang disampaikan (Sanjaya, 2008: 162).
Belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Setiap orang pasti
berkomunikasi karena kehidupan manusia tidak luput dari apa yang disebut
interaksi. Manusia saling berhubungan antar sesama dalam hal apapun. Oleh
karena itu, manusia membutuhkan penghubung dalam berinteraksi untuk
mempermudah komunikasi, yaitu bahasa. Kita berkomunikasi menggunakan
bahasa Indonesia, oleh sebab itu mata pelajaran bahasa Indonesia selalu
diajarkan pada jenjang sekolah tingkat apapun, bahkan semenjak di Sekolah
Dasar. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari bahasa Indonesia menurut
2
BSNP (2006:317) yaitu, “Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai
dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan”. Berdasarkan
pernyataan tersebut, jelas bahwa salah satu tujuan adanya bahasa adalah
mempermudah interaksi.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya mengajarkan peserta
didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai
dengan tujuan dan fungsinya. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
diajarkan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, dan meningkatkan keterampilan berbahasa.
Tarigan (2013:1) mengemukakan bahwa, keterampilan berbahasa
(language art, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya
mencangkup empat segi, yaitu keterampilan menyimak (listening skills),
keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading
skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Menulis sebagai suatu
keterampilan berbahasa tidak akan dimilki seseorang secara otomatis,
melainkan perlunya latihan dan praktik secara teratur serta adanya potensi
yang mendukung. Potensi tersebut dapat dicapai dengan sering berlatih dengan
sungguh-sungguh.
Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk terampil menulis,
agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat.
Keterampilan berbahasa merupakan awal pengenalan bahasa Indonesia kepada
murid karena menjadi dasar pembelajaran bahasa Indonesia. Kemampuan
memahami keterampilan berbahasa ini harus dikuasai terlebih dahulu oleh
3
murid sebelum mereka memahami keterampilan menulis. Menulis adalah
berkomunikasi melalui bahasa tulis yang harus diorganisasikan secara baik
agar dapat dipahami oleh orang lain. Tanpa adanya pelatihan dan pembinaan
secara sistematis, maka keterampilan ini akan sulit untuk dikuasai. Menurut
Chaniago, dkk. (2015), kesulitan siswa dalam menguasai keterampilan
menulis dapat disebabkan oleh kesempatan latihan yang kurang baik, benar,
dan sungguh-sungguh.
Menulis merupakan kemampuan berbahasa yang produktif dan ekspresif.
Melalui pembelajaran menulis inilah siswa dapat mengungkapkan pikiran,
perasaan, informasi, dan pengalaman. Pengungkapan pikiran dapat dilakukan
secara tertulis dalam bentuk karangan, dialog, laporan, ringkasan, dan puisi
bebas. Dalam pembelajaran menulis atau mengarang guru dituntut kerja keras
untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi kegiatan yang menyenangkan
sehingga siswa tidak merasa dipaksa untuk membuat sebuah tulisan atau
karangan.
Keterampilan menulis dalam kehidupan modern ini sangat dibutuhkan.
Keterampilan menulis harus dipelajari secara serius dan perlu pelatihan yang
efektif. Dalam pembelajaran siswa hendaklah diarahkan pada pengembangan
potensi diri sendiri. metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga harus
mengacu pada minat dan harapan siswa. Dengan demikian, siswa dapat tertarik
dengan pembelajaran bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki banyak metode pembelajaran
yang tersedia. Namun masih banyak guru bahasa Indonesia yang masih
4
kesulitan dalam memvariasikan metode pembelajaran bahasa Indonesia. Dari
hasil observasi awal yang dilakukan penulis pada tanggal 05 bulan.Desember
2019 di SMP PGRI Barembeng pada kelas VII, dari 35 orang siswa hanya 9
orang yang mampu menuliskan paragraf naratif dengan tepat, sedangkan 26
orang siswa belum bisa menulis paragraf naratif dengan tepat. Hal tersebut
disebabkan guru belum menempatkan siswa sebagai subjek belajar, melainkan
masih dipandang sebagai objek belajar, komunikasi berjalan searah,
keterlibatan siswa terkesan dibatasi pada penerimaan informasi dan konsep
yang diberikan guru sehingga menghambat perkembangan kreasi dan interaksi
yang justru harus diakui keberadaannya dan ditumbuh kembangkan, untuk itu
perlu dilakukan pencarian metode pembelajaran bahasa Indonesia yang lebih
menarik dan inovatif dengan menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran.
Hal ini sangat penting dilakukan karena pada prinsipnya yang belajar adalah
siswa bukan guru. Dari kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam meningkatkan kemampuan menulis dikarenakan
metode pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik minat siswa dalam
belajar.
Menurut Muslim Ibrahim (2000: 49) Round Robin adalah suatu tipe
pembelajaran dimana para siswa bergiliran memberikan kontribusi menjawab
pertanyaan dalam sebuah kelompok dalam bentuk tulisan. Dalam
pembelajaran ini guru mengajukan pertanyaan atau tugas yang memiliki
beberapa alternatif jawaban. Satu siswa mulai mengemukakan pemikiran
pikiran, dan giliran mengemukakan pendapat diteruskan kepada siswa
5
berikutnya, melakukan hal yang sama. Masing-masing siswa memberikan
kontribusi jawaban berlanjut sampai semua orang di dalam kelompok
memiliki kesempatan untuk berbicara.
Pengertian paragraf naratif merupakan jenis karangan yang
mengungkapkan suatu kisah, peristiwa, atau juga pengalaman pribadi dengan
berdasarkan urutan-urutan kajadian atau peristiwa. Paragraf naratif ini
merupakan paragraf yang berisi mengenai pemaparan suatu kejadian yang
dirangkai didalam kesatuan waktu.
Berdasarkan hasil observasi dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia SMP PGRI Barembeng, ternyata hasil menulis paragraf naratif kelas
VII kurang maksimal atau tidak mencapai KKM. Dalam hal ini ini guru
mencari model atau metode yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi
siswa dalam meningkatkan minat dan semangat siswa terutama dalam menulis.
Dalam hal ini guru harus mencari metode yang dapat membangkitkan
minat dan semangat belajar siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng Tahun
Ajaran 2019/2020. Hal tersebut dibuktikan dengan 27 dari 35 siswa nilainya
belum memenuhi nilai KKM. Nilai rata-rata kelasnya masih sangat rendah,
sedangkan KKM kelas VII SMP PGRI BarembengTahun ajaran 2019/2020
adalah 75. Beberapa permasalahan yang ditemukan tersebut kiranya dicarikan
suatu alternatif masalah, dengan dilakukan suatu penelitian sehingga
mendapatkan tindakan yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas, penyebab utama rendahnya
kemampuan menulis paragraf naratif siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng
6
adalah kurangnya pemahaman siswa dalam merangkai kalimat-kalmat
paragraf naratif yang mudah dipahami.
Adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu menggunakan metode
pembelajaran yang akan membantu siswa dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, metode pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu metode
pembelajaran menulis cerita atau mengarang. Salah satu metode pembelajaran
menulis cerita yang dapat diterapkan yaitu metode pembelajaran Round Robin
yang peneliti angkat dari teori Muslim Ibrahim. metode pembelajaran Round
Robin menulis paragraf naratif diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
menulis siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Peningkatan kemampuan menulis
paragraf naratif dengan Metode Round Robin pada siswa di kelas VII SMP
PGRI Barembeng”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis dapat merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut;
Bagaimanakah meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin di kelas VII SMP
PGRI Barembeng?
C. Tujuan Penelitian
7
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penelitian ini
yaitu untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf naratif pada siswa
kelas VII SMP PGRI Barembeng dengan Menggunakan Metode Round Robin.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Bagi akademisi dan guru akan menjadi bahan informasi untuk
mengadakan perbaikan dalam pembelajaran peningkatan menulis
paragraph naratif. Selain itu, dapat pula memberikan masukan pada guru
mengenai penggunaan metode pembelajaran Round Robin pada
pembelajaran menulis paragraf naratif kelas VII.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat,
khususnya bagi siswa, pemerintah, pembaca, dan juga bagi peneliti. Bagi
siswa, pembelajaran menulis paragraf naratif menjadi lebih menyenangkan
dan bermakna, mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam
menulis, membiasakan diri siswa untuk menulis pengalaman pribadi, dan
meningkatkan keterampilan dan minat siswa dalam menulis paragraf
naratif.
a. Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan
pertimbangan mengenai pencapaian visi misi pendidikan nasional.
Selain itu, dengan penelitian ini dapat menghasilkan solusi dalam
8
memecahkan masalah pendidikan dan dapat meningkatkan kualitas
pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
b. Bagi pembaca, akan menjadi bahan informasi dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, yaitu penggunaan metode pembelajaran Round
Robin pada keterampilan menulis. Selain itu, dapat pula dijadikan
sebagai masukan untuk memperkaya pengetahuan tentang metode
pembelajaran khususnya dalam pembelajaran menulis.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan pelengkap terutama
dalam hal meningkatkan kemampuan menulis pengalaman pribadi
dengan penggunaan teknik, media, dan metode pembelajaran yang
lebih bervariasi. Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar untuk
penelitian selanjutnya.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitan Relevan
Pelitian tindakan kelas mengenai menulis paragraf naratif telah banyak
dilakukan. Akan tetapi, hal tersebut masih menarik untuk dijadikan
penelitian lebih lanjut lagi, baik penelitian yang bersifat melengkapi
maupun yang bersifat baru. Keterampilan menulis hendaknya dikuasai
setiap orang karena bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan.
Beberapa bahan penelitian yang dijadikan kajian dalam penelitian adalah
sebagai berikut.
Navy Tri Indah Sari (2011) Peningkatan Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe Round Robin Terhadap Prestasi Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Siswa SMA Negeri 1 Malang. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas dapat disimpulkan terdapat peningkatan yang
signifikan terhadap hasil menulis paragraf naratif pada mata pelajaran
bahasa Indonesia.
Hutbaya, (2014) Peningkatan Kemampuan Menulis Naratif dengan
menggunakan Strategi Brainstorming siswa kelas X5 SMA Negeri
Watangsoppeng. Hasil Penelitian ini menemukan: (1) Proses menulis
paragraf naratif mengalami peningkatan yang dtunjukkan pada
keaktifan siswa dalam semua langkah pembelajaran. (2) Meningkatkan
hasil menulis paragraf naratif dengan melihat perubahan nilai rata-rata
10
yang diperoleh siswa pada siklus pertama mencapai skor rata-rata
kelompok 71,31 % dan pada siklus kedua mengalami peningkatan
menjadi 82,24 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan
Strategi Brainstorming terbukti signifikan dalam meningkatkan
kemampuan menulis paragraph siswa kelas X5 SMA Negeri 1
Watansoppeng.
Isroyati (2016), Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
dengan Penggunaan Metode Field Trip pada siswa Kelas IX SMP Dwiguna
Depok. Pembelajaran menulis narasi yang mengalami peningkatan. Pada
siklus 1 siswa yang aktif sebesar 60% sedangkan pada siklus 2 siswa yang
aktif meningkat menjadi 80 %. Penerapan metode field trip dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Hal ini ditandai dengan
nilai hasil tulisan siswa yang mengalami peningkatan baik dari segi teknik
penulisan (tanda baca), isi gagasan yang diungkapkan, penggunaan
bahasa, pemilihan kata, dan penggunaan ejaan. Nilai ini dapat dilihat dari
nilai siklus 1 terendah 55 dan tertinggi 74, dan nilai siklus 2 terendah
adalah 70 dan nilai tertinggi siswa adalah 85. Ketuntasan hasil belajar
siswa meningkat. Dalam siklus 1 hanya 17 siswa yang mencapai
ketuntasan hasil belajar (memperoleh nilai 70 ke atas). Pada siklus 2
ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% atau sekitar 40 siswa.
Ketiga penelitan tersebut membahas tentang peningkatan metode
pembelajaran round robin, sehingga dapat dikatakan relevan dengan
penelitan ini juga membahas tentang peningkatan keterampilan menulis
11
siswa. Penlitian relevan terdahulu, penelitia yang pertama
menggunakan metode yang berbeda dengan penelitian ini tetapi tetap
bertitik pada kemampuan menulis paragraf naratif. Penelitian yang kedua
dan ketida sama-sama menggunakan metode pembelajaran round robin.
2. Keterampilan Berbahasa
Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi.
Komunikasi terjadi setiap saat ketika seseorang melakukan aktivitas, baik
komunikasi langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang
perlu mempelajari bahasa dengan tujuan yang beraneka ragam, misalnya
untuk mencari ilmu pengetahuan, untuk meningkatkan kemampuan atau
keterampilan bahasa dan sebagainya.
Bahasa merupakan sarana komunikasi berupa lisan maupun tulisan
yang menghubungkan antara manusia satu dengan lainnya. Melalui bahasa,
setiap manusia dapat mengungkapkan pikirannya sehingga orang lain
dapat mengetahui apa yang dipikirkan. Ada empat keterampilan berbahasa
yang perlu diperhatikan, yakni keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan,
2013:1).
Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang
bersangkutan terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat,
serta tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara
tepat pula guna menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, fakta,
perbuatan dalam suatu konteks komunikasi tertentu. Seseorang dikatakan
12
terampil mendengarkan (menyimak) apabila yang bersangkutan memiliki
kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa (berupa kata,
kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu
konteks komunikasi tertentu. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki
keterampilan menulis bila yang bersangkutan dapat memilih
bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf) serta
menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang tepat guna mengutarakan
pikiran, perasaan, gagasan, fakta. Terakhir, seseorang dikatakan terampil
membaca bila yang bersangkutan dapat menafsirkan makna dan
bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi
tulisan) yang dibacanya (Mulyati, 2011:1.6).
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi
komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan
bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat
keterampilan berbahasa yang dimilikinya, misalnya profesi sebagai
manajer, jaksa, pengacara, guru, penyiar, da‟i, wartawan, dan lain-lain.
3. Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan kominukasi berupa penyampaian
pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Dalman, 2018:3). Menulis juga
dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau
kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat
13
memahaminya. Dalam hal ini, dapat terjadi komunikasi antar penulis dan
pembaca dengan baik (Dalman, 2018:4).
Selanjutnya menurut Tarigan (2013:3-4), menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis
merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Dalam kegiatan
menulis ini, penulis harus terampil dalam memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang
secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak
dan teratur.
Suriamiharja, dkk. (1996:12) mengungkapkan, menulis adalah
kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis juga
dapat diartikan berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan,
dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.
Akhadiah (1997:3) mengungkapkan, menulis merupakan suatu
kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan.
Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang
menggunakan simbol atau lambang bahasa yang sudah disepakati
pemakainya. Lado (dalam Tarigan, 2013:22), menulis adalah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
14
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik itu.
Graham (2007) menyatakan bahwa menulis dengan baik bukan
merupakan sebuah pilihan tetapi keharusan. Kemampuan menulis adalah
tolak ukur dari kesuksesan akademis dan sebuah syarat dasar untuk
keikutsertaan dalam kehidupan. Ada beberapa cara dalam menulis, yaitu:1)
strategi penulisan yang melibatkan strategi penulisan siswa untuk
merencanakan, memperbaiki, dan menyunting karangan,2) merangkum
hasil membaca siswa secara sistematis, 3) menulis secara kelompok,
dengan bekerja sama untuk merencanakan, konsep, merevisi, dan mengedit
karangan mereka.
Pada hakikatnya keterampilan menulis dapat dilakukan oleh siapa saja
seperti ilmuan, dosen, mahasiswa, wartawan, guru, penulis, dan bahkan
oleh siswa untuk memperluas cakrawala berpikir, serta memperdalam
pengetahuan umum. Keterampilan menulis sangat penting bagi siswa
untuk penguasaan bahasanya. Hal yang menggembirakan siswa karena
menulis dapat dipelajari dan dilatih terus-menerus.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
menulis merupakan kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan
menggunakan bahasa sebagai medium yang telah disepakati bersama untuk
diungkapkan secara tertulis. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang
ekspresif dan produktif. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus sering
15
dilatih secara rutin dan berkesinambungan disertai dengan praktik yang
teratur agar keterampilan menulis dapat dicapai dengan baik.
a. Tujuan Menulis
Sebelum memulai kegiatan menulis, seorang penulis harus tahu apa
tujuannya menulis. Setiap jenis tulisan memiliki tujuan yang beraneka
ragam, yaitu memberitahu atau mengajar, meyakinkan atau mendesak,
menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengespresikan
perasaan dan emosi yang berapi-api. Bagi penulis yang belum
berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan menulis (Tarigan,
2013: 24-25).
Hugo (dalam Tarigan, 2013:25) menyebutkan bahwa ada tujuh
tujuan penulisan yaitu, 1) assignment purpose (tujuan penugasan)
penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan atas kemauan
sendiri, 2) altruistic purpose (tujuan altruistik) penulis bertujuan untuk
menyenangkan para pembaca ingin menolong para pembaca
memahami, menghargai, perasaan dan penalarannya, 3) persuasive
purpose (tujuan persuasif) tulisan yang bertujuan meyakinkan para
pembaca akan kebenaran gagaswan yang diutarakan, 4) informational
purpose (tujuan informasional) tujuan penerangan tulisan yang
bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para
pembaca, 5) self-ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri) tulisan
yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada para pembaca, 6) creative purpose (tujuan kreatif) tulisan yang
16
bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian, dan 7)
problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) dalam tulisan
seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis
ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara
cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat
dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan
dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengetahuan
terhadap bahasa yang dipergunakan (Suriamiharja, 1997:2).
Depdiknas (2003:4) juga mengungkapkan, tujuan pembelajaran
menulis standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs
adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan,
pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan. Artinya siswa
terampil menulis secara efektif dan efisien berbagai ragam tulisan
dalam berbagai konteks.
Berdasarkan uraian tujuan menulis di atas, dapat diketahui menulis
mengandung tujuan untuk melatih diri siswa memiliki kompetensi
menulis dalam menyampaikan pendapat dan perasaannya. Selain itu,
tujuan menulis juga untuk mengekspresikan diri dan sekaligus untuk
memperoleh masukan dari pembaca.
Menurut Sujanto (1998:68) tujuan penulisan adalah
mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi
pembaca, dan memberi hiburan. Akan tetapi, dalam kenyatannya
17
adakalanya maksud dan tujuan saling bercampur, dalam arti
mempunyai tujuan ganda. Tulisan persuasif tentu saja mengandung
informasi-infomasi, tulisan yang informatif pun mempunyai
unsur-unsur persuasif, demikian juga yang bersifat hiburan dapat juga
diwarnai dengan maksud mempengaruhi pembaca.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
dari kegiatan menulis adalah untuk mengekspresikan gagasan, ide,
pemikiran-pemikiran ataupun perasaan ke dalam suatu tulisan. Tulisan
tersebut bertujuan untuk menginformasikan kepada pembaca agar
pembaca dapat mengetahui apa yang dipikirkan oleh penulis.
b. Manfaat Menulis
Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut
Didik Komaidi (2007:12) ada enam manfaat menulis yaitu, 1)
menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat
realitas di sekitar, 2) menulis mendorong kita untuk mencari referensi
seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya, 3) dengan aktifitas
menulis, kita terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen kita
secara runtut, sistematis, dan logis, 4) dengan menulis secara psikologis
akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres kita. Segala unek-unek
dan rasa senang atau sedih bisa diungkapkan melalui tulisan di mana
dalam tulisan orang bisa bebas menulis tanpa diganggu atau diketahui
oleh orang lain, 5) kita akan mendapatkan kepuasan batin jika tulisan
kita dimuat dalam media massa atau diterbitkan oleh suatu penerbit,
18
selain itu juga memperoleh penghargaan yang membantu kita secara
ekonomi, 6) jika tulisan kita dibaca orang banyak (mungkin puluhan,
ratusan, ribuan bahkan jutaan) membuat sang penulis semakin populer
dan dikenal oleh publik pembaca.
Tarigan (2013:22) mengemukakan pendapatnya mengenai manfaat
menulis dalam dunia pendidikan. Manfaat tersebut antara lain, 1)
memudahkan pelajar dalam berpikir, 2) menolong kita berpikir kritis,
3) memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan,
memperdalam daya tanggap atau apersepsi kita, 4) memecahkan
masalah-masalah yang kita hadapi, 5) menyusun urutan bagi
pengalaman.
Menurut Morsey (dalam Tarigan 2013:4) menulis dipergunakan
untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang
lain dengan maksud dan tujuan agar dapat dicapai oleh para penulis
yang dapat menyusun pikiran serta menyampaikan pesan dengan jelas
dan mudah dipahami. Kejelasan tersebut bergantung pada pikiran,
organisasi, penggunaan kata-kata dan struktur kalimat yang baik.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tidak cukup menyampaikan
ide, gagasan, dan pendapat kepada pembaca dalam bentuk tulisan.
Namun, penulis mampu menyerap, mencari, meyakinkan pembaca,
melaporkan, serta menguasai informasi berkaitan dengan topik yang
ditulis.
19
Manfaat menulis menurut Bernad Percy (dalam Gie, 1995:21) ada
enam yaitu, 1) suatu sarana untuk pengungkapan diri, 2) sarana untuk
pemahaman, 3) sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan
pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri, 4) sarana untuk
meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan
seseorang, 5) sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan
bukannya penerimaan yang pasrah, 6) sarana untuk mengembangkan
suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa manfaat
dari menulis adalah untuk mengekspresikan diri melalui tulisan yang
merupakan hasil dari buah pemikiran, sehingga orang lain dapat
memahami bahkan bisa juga dapat membuat orang lain yang membaca
tulisan menjadi senang.
4. Menulis Paragraf Naratif
a. Pengertian Paragraf Naratif
Secara sederhana, paragraf ini dapat diartikan sebagai rangkaian
kalimat yang disusun untuk menjelaskan ide pokok. Terdapat banyak
cara dalam merangkai kalimat-kalimat supaya menjadi paragraf yang
mudah difahami. Cara dalam merangkai kalimat disebut dengan pola
pengembangan paragraf atau juga sering disebut dengan teknik
pengembangan paragraf. Terdapat beberapa pola pengembangan
paragraf, antara lain pola deduktif, induktif, sebab akibat, deskriptif,
proses, contoh, pertentangan, perbandingan, serta juga kronologis.
20
Pengertian paragraf naratif merupakan jenis karangan yang
mengungkapkan suatu kisah, peristiwa, atau juga pengalaman pribadi
dengan berdasarkan urutan-urutan kajadian atau peristiwa. Paragraf
naratif ini merupakan paragraf yang berisi mengenai pemaparan suatu
kejadian yang dirangkai didalam kesatuan waktu.
Biasanya dalam kejadian atau juga dalam peristiwa tersebut,
tokohnya itu mengalami kejadian penting. Sesuatu yang dialami tokoh
atau juga konflik antar tokoh akan menjadi bagian yang menarik di
dalam sebuah naratif.
Pada paragraf naratif, kalimat satu serta juga kalimat yang lain
mempunyai hubungan yang berurutan. Dalam paragraf naratif, tiap-tiap
peristiwa yang dituangkan didalam bentuk kalimat memiliki sifat
kronologis. Untuk dapat menghubungkan kalimat-kalimat pada paragraf
itu, digunakan juga penghubung (konjungsi).
Pengertian paragraf-Paragraf juga sering juga di sebut alinea. Kata
„paragraf‟ berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua buah kata,
yakni para yang berarti „di samping‟ dan graphein yang berarti
„menulis‟. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa
paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya terdiri atas
satu ide pokok dan penulisannya di mulai dengan garis baru/alinea
(Alwi, dkk., 2005: 828). Selanjutnya, Kridalaksana (1993: 154)
mengemukakan bahwa paragraf adalah (1) Satuan bahasa yang
mengandung satu tema dan perkembangannya, (2) bagian wacana yang
21
mengungkapkan pikiran atau hal tertentu yang lengkap, tetapi yang
masih berkaitan dengan isi seluruh wacana dapat terjadi dari satu
kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan. Paragraf merupakan
inti renungan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf
terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat
dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama,
kalimat topik, kalimat penjelas, sampai kalimat penutup. Himpunan
kalimat ini saling berkaitan untuk membentuk sebuah gagasan.
Pada mulanya, paragraf disimbolkan dengan tanda, yang terdiri
pada suatu teks. Sekarang tanda yang digunakan untuk menunjukkan
awal paragraf bukan tanda seperti di atas lagi, ia merupakan suatu
pikiran yang biasanya terdiri atas sekelompok kalimat yang saling
berhubungan (Walaupun ada kalanya tidak lebih dari satu kalimat) pada
karangan tertulis (Ambo Enre, 1985: 162).
Penulisan paragraf yang terencana baik selalu bersifat
logis-sistematis. Paragraf yang tersusun baik merupakan alat bantu, baik
bagi pengarang maupun bagi pembaca. Seperangkat kalimat akan
memungkinkan pengarang mengembangkan jalan pikiran secara
sistematis pula. Fungsi paragraf ialah memungkinkan pengarang
melahirkan jalan pikirannya secara sistematis. Bagi para pembaca,
kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis itu sangat memudahkan
menelusuri serta memahami jalan pikiran pengarang, fungsi paragraf
22
yang lain adalah mengarahkan pembaca dalam mengikuti dan
memahami alur berpikir pengarang (Keraf, 2001: 22).
Selanjutnya, Keraf (2001: 22) mengatakan bahwa paragraf yang
baik selalu berisi ide pokok. Ide pokok itu merupakan bagian yang
integral dari ide pokok yang terdapat dalam keseluruhan karangan. Ide
pokok paragraf tidak hanya merupakan bagian dari ide pokok
keseluruhan, melainkan juga mempunyai relevansi dan menunjang ide
pokok tersebut. Melalui fragmen-fragmen ide pokok yang tersirat dalam
tiap paragraf, maka akhirnya pembaca sampai kepada pemahaman total
isi karangan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa paragraf berfungsi
sebagai alat penyampai fragmen pikiran dan penanda pikiran baru
mulai berlangsung.
Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf sering juga
digunakan sebagai pengantar, transisi, atau peralihan dari suatu bab ke
bab lain. Bahkan, tidak jarang paragraf digunakan sebagai penutup. Di
sini paragraf berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan konklusi.
Dengan demikian, sampailah kita kepada suatu kesimpulan bahwa
paragraf berfungsi sebagai: 1) penampung fragmen atau pikiran ide
pokok; 2) alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran
pengarang; 3) alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran
secara sistematis; 4) pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami
alur pikiran pengarang; 5) alat untuk menyampaikan fragmen pikiran
atau ide pokok pengarang kepada pembaca; 6) sebagai penanda bahwa
23
pikiran baru dimulai; 7) dalam rangka keseluruhan karangan paragraf
dapat berfungsi sebagai pengantar, tradisi, dan penutup (konklusi).
Naratif sebagai wacana yang berisi pemberitaan satu atau
serangkaian peristiwa (juga perbuatan) berusaha untuk menjawab
pertanyaan tentang apa yang terjadi atau bagaimana proses terjadinya
sesuatu. Peristiwa atau perbuatan yang diungkapkan dalam naratif ada
yang benar-benar dan ada pula yang hanya berdasarkan imaji penulis.
Untuk memahami konsep istilah naratif secara utuh dipaparkan
beberapa pengertian naratif. Ambo Enre (2008: 156) memberikan
batasan naratif sebagai wacana pengisahan yang berhubungan dengan
penyajian beberapa peristiwa dalam suatu karangan yang utuh. Pokok
masalahnya ialah tindakan/perbuatan dalam hubungannya dengan suatu
peristiwa yang disusun dalam bentuk cerita.
Gorys Keraf (2004: 12) mendefinisikan naratif sebagai suatu
bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya
kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi.
Wahid (2010: 46) memberikan batasan wacana naratif sebagai
perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa
yang terjadi tidak lain daripada tindak tanduk yang dilakukan oleh
tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu.
Naratif adalah berkisah dengan menjalin beberapa rangkaian
peristiwa. Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian
menurut urutan terjadinya dengan maksud memberi arti kepada sebuah
24
kejadian atau serentetan kejadian agar pembaca dapat memetik hikmah
dari cerita itu. naratif adalah karangan yang bersifat subjektif, isinya
bergantung pada selera pengarang. Maksudnya, sekalipun karangan
bersumber dari suatu kenyataan, misalnya biografi namun materi cerita
dan penyusunannya tidak terlepas dari keinginan pengarang.
Naratif hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau
peristiwa, maka tampak bahwa naratif akan sulit dibedakan dari
deskripsi karena suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan
dengan mempergunakan metode deskripsi sebab itu meski ada unsur
lain yang harus diperhitungkan yaitu unsur waktu. Dengan demikian,
pengertian naratif itu mencakup dua unsur dasar yaitu perbuatan atau
tindakan yang terjadi tidak lain dari pada pihak tindak-tanduk yang
dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian
waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu objek secara statis, maka
naratif mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu
rangkaian waktu.
Melalui naratif, seorang penulis memberitahu orang lain sebuah
cerita sebab naratif sering diartikan juga dengan cerita. Sebuah cerita
adalah sebuah penulisan yang mempunyai karakter, masalah, mencoba
untuk memecahkan dan memberikan solusi dari masalah itu. Contoh
bentuk ini adalah cerita pendek (cerpen), novel, cerita bersambung
(cerber), termasuk tulisan atau skenario yang dijadikan bahan
pembuatan film.
25
Berdasarkan uraian diatas, maka pengertian naratif adalah suatu
bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang
dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam
suatu kesatuan waktu. Dengan demikian, naratif adalah bentuk wacana
yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada
pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Adapun di bawah ini unsur-unsur dalam mengarang antara lain:
a. Isi Karangan
Rentetan kalimat yang berkaitan dengan menghubungkan
proposisi yang satu dengan proposisi yang lain untuk membentuk
kesatuan.
b. Organisasi Karangan
Paragraf yang harus tersusun rapi dan alur karangan mudah
diikuti.
c. Penggunaan Bahasa
Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah dibakukan atau
dianggap baku dan pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut
golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa.
d. Pilihan Kata
Pilihan kata yang tepat dan selaras atau untuk mengungkapkan
gagasan yang diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Pemakaian bahasa sudah sepatutnya menggunakan kosakata yang
dikuasainya dengan tepat. Penggunaan kosakata yang tepat akan
26
menghasilkan tulisan yang enak dibaca. Sebaliknya, jika penggunaan
kosakata tidak tepat tulisan tidak mustahil akan membingungkan
pembaca.
e. Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap
unsur-unsur dari bahasa lain. Baik dari bahasa daerah, maupun
bahasa asing, seperti sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, dan
Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi atas tiga golongan besar.
Pertama, unsur yang sudah lama terserap kedalam bahasa
Indonesia yang tidak perlu lagi diubah ejaannya. Kedua, unsur asing
yang belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia. Ketiga,
unsur yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaan bahasa
asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya.
Pemakaian tanda baca antara lain : (1) tanda titik yang dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan; (2) tanda
koma yang dipakai di anatara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan; (3) tanda petik yang mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
27
5. Metode Pembelajaran Round Robin
a. Pengertian Metode Pembelajaran Round Robin
Menurut Muslim Ibrahim (2000: 49) Round Robin adalah suatu tipe
pembelajaran dimana para siswa bergiliran memberikan kontribusi
menjawab pertanyaan dalam sebuah kelompok dalam bentuk tulisan.
Dalam pembelajaran ini guru mengajukan pertanyaan atau tugas yang
memiliki beberapa alternatif jawaban. Satu siswa mulai mengemukakan
pemikiran pikiran, dan giliran mengemukakan pendapat diteruskan
kepada siswa berikutnya, melakukan hal yang sama. Masing-masing
siswa memberikan kontribusi jawaban berlanjut sampai semua orang di
dalam kelompok memiliki kesempatan untuk berbicara.
Metode belajar ini jelas berbeda dengan metode belajar yang
dilakukan secara individu, metode belajar kooperatif dapat mengasah
komunikasi antar siswa dan saling memiliki tanggung jawab atas
pelajaran yang didapat dan tanggung jawab untuk mengajari rekan-
rekan yang lain dalam kelompok. Sesuai dengan teori pendekatan
konstruktivis sosial yang menekankan bahwa individu akan belajar
dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan
dan pemahaman serta menekankan pada konteks sosial dari
pembelajaran dan bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikonstruksi
secara bersama (Barison & Dorval dalam Santrock, 2011). Sedangkan
28
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia diperlukan ide-ide yang
beragam.
Kagan (2004: 1) menunjukkan bahwa Round Robin adalah mitra lisan
dari Round table: siswa secara bergiliran menyatakan jawaban atau ide,
tanpa mencatatnya. Round robin dapat digunakan dengan anak-anak
yang terlalu muda untuk menulis atau ketika berpartisipasi daripada
produk tujuan
b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Round Robin
Muslimin Ibrahim menjelaskan pembelajaran kooperatif tipe Round
Robin adalah suatu kegiatan yang mengajarkan siswa bagaimana
menunggu giliran pada saat bekerja dalam kelompok. Adapun
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Round Robin
adalah sebagai berikut :
1) Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dengan jumlah
tiap kelompok 4 – 5 orang siswa.
2) Guru memberikan pengantar pelajaran.
3) Guru mengemukakan suatu ide atau mengajukan suatu pertanyaan
yang mempunyai banyak jawaban.
4) Kemudian guru meminta tiap kelompok untuk mengajukan
pemikiran pikiran.
5) Apabila salah satu kelompok mulai memberikan pemikiran, guru
meminta kelompok kedua untuk mengemukakan pendapat tentang
pemikiran yang diberikan kelompok pertama tadi.
29
6) Setelah semua kelompok mendapatkan giliran memberikan
pemikiran dan pendapat, guru memberikan penjelasan.
7) Guru memberikan pengargaan kepada tiap kelompok.
Kagan (1994: 2) menyatakan, mengikuti Round Robin dan Round
table, siswa lebih cenderung mencari partisipasi dari semua anggota,
bahkan dalam situasi di mana partisipasi penuh tidak terstruktur. Round
Robin dan Round table sangat efektif dalam menciptakan identitas tim
yang positif dan kemauan untuk bekerja dalam tim. Mereka dapat
digunakan untuk mengatasi resistensi awal untuk bekerja di temas yang
sering ditemukan di ruang kelas terdegradasi, terutama di tingkat
pendampingan. Satu hal yang harus dipahami oleh seorang guru,
Menerapkan Round Robin dalam penerapan struktur, siswa yang
ditempatkan dalam tim harus heterogen, kemampuan yang berbeda dalam
sebuah tim akan membantu meningkatkan pencapaian beberapa siswa
lainnya.
Untuk manfaat Round Robin yang lebih banyak, semua tim akan
dibantu untuk memahami tentang tujuan, teknik, dan pola yang
digunakan dalam proses pembelajaran, anggota heterogen memiliki
pengaruh besar, bagi siswa yang memiliki area kognitif yang baik akan
membantu orang miskin lainnya dengan memberikan lebih banyak
penjelasan, membantu meningkatkan kognitif buruk lainnya akan
berpengaruh pada aktifnya mereka dalam tim. Dan hasil dari tindakan
30
tersebut, setiap anggota dapat mengembangkan ide-ide dan dapat bekerja
sama.
Dengan demikian dalam, Round Robin sebagai metode berbagi di
antara rekan satu tim akan memberikan poin lebih positif seperti
meningkatkan menulis siswa, melatih siswa untuk bertanggung jawab
atas tugas yang diberikan, memberikan motivasi kepada siswa untuk
mendapatkan pembelajaran yang sukses dan juga meningkatkan
kepercayaan diri siswa.
c. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembelajaran Round Robin
Lebih lanjut Muslimin Ibrahim menjelaskan ada beberapa
keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Round Robin, yaitu :
1) Pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan
berbagi bersama teman kelompok.
2) Mengembangkan interaksi antar siswa yang dapat
menumbuhkan kekompakkan, sehingga dapat memperbaiki hasil
belajar siswa.
3) Hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat.
4) Dapat menjadikan siswa berbicara tanpa henti.
5) Dapat mengendalikan perilaku dalam kelompok.7
Selain keunggulan, pembelajaran kooperatif tipe Round Robin juga
memiliki kelemahan, yaitu :
1) Belajar kelompok memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang
belum pernah dipelajari sebelumnya.
31
2) Jalannya diskusi kelompok dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa
siswa yang “menonjol”.
3) Sering terjadi dalam diskusi kelompok siswa kurang berani
mengemukakan pendapatnya.
B. Kerangka Pikir
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek dalam penelitian ini yaitu
menulis. Kegiatan dalam menulis meliputi mengekspresikan ide, gagasan,
pikiran atau perasaan yang dimiliki ke dalam bentuk tulisan ataupun karangan
yang dapat dipahami oleh orang lain. Kegiatan membuat karangan dapat
dipengaruhi oleh imajinasi dan perasaan pengarang. Oleh karena itu, kegiatan
menulis karangan merupakan kegiatan yang tidak mudah, tetapi sangat penting
untuk diajarkan kepada siswa. Menulis karangan merupakan kompetensi dasar
yang harus dicapai dalam pembelajaran siswa kelas VII SMP PGRI
Barembeng. Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut untuk
menulis pengalaman pribadi secara bertahap. Menulis pengalaman pribadi ini
diawali dengan mengungkapkan ide atau gagasan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menulis pengalaman pribadi yaitu kesesuaian dan kejelasan
isi cerita, kelengkapan unsur cerita (5W+1H), penggunaan diksi, penggunaan
ejaan dan tanda baca, keefektifan kalimat, keterpaduan makna gramatikal antar
kalimat dan antar paragraf, dan kerapian tulisan.
Umumnya siswa SMP mengalami kesulitan dalam menemukan ide yang
tepat untuk menulis pengalaman pribadi dan mengorganisasikannya. Selain itu,
32
belum adanya penggunaan metode yang bervariasi terhadap pembelajaran
menulis paragraf naratif di sekolah. Salah satu cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengatasi hal tersebut dengan menggunakan metode
pembelajaran menulis paragraf naratif dalam pembelajaran menulis paragraf
naratif menggunakana penelitian tindakan kelas melalui dua siklus yang akan
diketahui setelah dilakukan penelitia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
bagan kerangka pikir di bawah ini :
33
Bagan Kerangka Pikir
Menyimak Membaca Menulis Berbicara
Paragraf Naratif
Keterampilan Berbahasa
Pengembangan
Gagasan
Kelengkapan Unsur
cerita (5W + 1H)
Kesesuaian dan
Kejelasan Isi Cerita Aspek
Kebahasaan
Kerapian
Tulisan
Penerapan Metode
Pembelajaran Round
Robin
Siklus I dan Siklus II
Analisis
Hasil
Siswa Kelas VII SMP
PGRI Barembeng
34
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, hipotesis dalam tindakan ini adalah jika
guru menggunakan metode pembelajaran Round Robin dalam pembelajaran
menulis paragraf naratif, maka keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa
kelas VII SMP PGRI BAREMBENG dapat meningkat.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Mc Niff (dalam Arikunto, dkk. 2008:16) menyatakan bahwa
penelitian tindakan dalam pendidikan merupakan sebuah metode kualitatif
yang mendorong para praktisi (pengajar/guru) menjadi lebih reflektif dalam
praktik mengajar, dengan tujuan lebih meningkatkan/memperbaiki sistem
mengajarnya. Penelitian ini mengikuti model Kemmis dan McTaggart yang
terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing),
dan refleksi (reflecting). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan dua
siklus, yaitu proses siklus I dan diklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui
keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa pada awal tindakan penelitian.
Siklus ini sekaligus dipakai sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Siklus II
digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis pengalaman
pribadi siswa setelah melakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan
proses belajar-mengajar yang didasarkan pada siklus I.
B. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP PGRI Barembeng.
2. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan penelitian ini selama kurang lebih tiga bulan, dengan
pelaksanaan pada bulan maret hingga mei 2020.
36
3. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP PGRI
Barembeng dengan jumlah siswa 30 orang siswa.
C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel terikat
dan variabel bebas. Variabel terikatnya yaitu menulis paragraf naratif,
sedangkan variabel bebasnya yaitu metode pembelajaran Round Robin.
1. Kemampuan menulis paragraf naratif
Kalimat yang disusun untuk menjelaskan ide pokok. Terdapat
banyak cara dalam merangkai kalimat-kalimat supaya menjadi
paragraf yang mudah difaham
2. Metode Pembelajaran Round Robin
Round Robin adalah suatu tipe pembelajaran dimana para siswa
bergiliran memberikan kontribusi menjawab pertanyaan dalam
sebuah kelompok dalam bentuk tulisan. Dalam pembelajaran ini
guru mengajukan pertanyaan atau tugas yang memiliki beberapa
alternatif jawaban.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi empat pertemuan dalam setiap
siklus. Pertemuan pertama adalah fokus pada tenses (past tense dan
present continuous tense), pertemuan kedua fokus pada paragraf naratif.
Guru juga membagi kelas menjadi 4-5 anggota kelompok, setiap anggota
kelompok harus memiliki kompetensi kognitif yang heterogen dan
37
melakukan penulisan Round Robin. Pertemuan ketiga, mengatur ulang
anggota kelompok dan kemudian siswa menyusun esai menggunakan
Metode Round Robin, dan yang terakhir adalah evaluasi. Alokasi waktu
untuk setiap pertemuan adalah 70 menit.
1. Siklus 1
a. Perencanaan
1) Menganalisa kurikulum bahasa indonesia untuk SMP VII.
2) Mengklasifikasikan bahan berdasarkan kurikulum dan buku
pegangan.
3) Membuat skenario pembelajaran. Dan memutuskan untuk
menggunakan Metode Round Robin dalam mengajar menulis.
4) Membuat lembar observasi untuk mencatat proses pembelajaran.
5) Membuat alat evaluasi untuk mengevaluasi kemampuan siswa.
b. Pelaksanaan
1) Memotivasi siswa untuk meningkatkan minat mereka dalam
proses pembelajaran.
2) Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata bahasa
(past tense dan present tense).
3) Siswa diminta untuk menulis kalimat dalam bentuk lampau dan
bentuk kontinu saat ini.
4) Guru memberikan penjelasan kepada kelas tentang teks dan
contoh naratif.
5) Siswa diminta untuk menulis teks naratif satu per satu.
38
6) Guru membagi kelas beberapa kelompok. Setiap kelompok harus
terdiri sekitar 4-5 siswa dan anggota kelompok harus memiliki
kompetensi kognitif heterogen.
7) Guru menyerahkan beberapa topik melalui lotere ke setiap
kelompok.
8) Grup diminta untuk menulis paragraf pendek (jumlah kalimat
harus sama dengan jumlah grup).
2. Siklus 2
a. Perencanaan
1) Belajar tentang kurikulum Bahasa indonesia untuk SMP VII
2) Mengklasifikasikan latihan berdasarkan kurikulum dan buku
pegangan
3) Membuat skenario pembelajaran dan masih menerapkan Metode
Round Robin sebagai alat dalam mengajar menulis.
4) Membuat lembar observasi untuk mencatat proses pembelajaran.
5) Membuat alat evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa.
b. Pelaksaan
1) Ulasan guru tentang pelajaran yang telah dilakukan (tata bahasa
berfokus pada masa lalu yang sederhana dan esai naratif yang
kontinu saat ini)
2) Kelompok siswa diminta untuk menulis esai naratif dengan tema
yang berbeda.
39
c. Evaluasi
1) Guru mengevaluasi langkah-langkah tindakan dengan
menggunakan lembar observasi.
d. Merefleksikan.
Ada tiga sumber data yang berlaku dalam penelitian ini. Mereka:
1) Data diperoleh dari kemajuan penulisan siswa untuk setiap siklus.
2) Data diperoleh dari lembar observasi. Ini adalah tentang situasi
belajar dan mengajar sepanjang perawatan (tindakan, observasi
dan refleksi).
3) Data diperoleh dari komposisi akhir siswa untuk setiap siklus.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini ada dua, yaitu instrumen tes dan non tes.
Isntrumen tes meliputi aspek-aspek dan kriteria penilaian dalam menulis
pengalaman pribadi. Sedangkan instrumen nontes meliputi observasi.
Tabel 3.1 Aspek Penskoran Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi
No. Aspek Penilaian Skala Nilai
Bobot Skor 1 2 3 4 5
1. Pengembangan gagasan (ide) 4 20
2. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita
4 20
3. Kelengkapan unsur cerita
- (5W + 1H)
6 30
4. Aspek kebahasaan
- Pengembangan paragraf
- Penyusunan kalimat
4 20
40
efektif
- Ketepatan diksi
- EYD
5. Kerapian tulisan 2 10
Jumlah 20 100
(Sumber: Dewi, 2011:52)
Penetapan bobot dalam penilaian skor yang ditentukan oleh peneliti antara
aspek satu dengan aspek yang lainnya tidak sama. Hal ini dikarenakan peneliti
menyesuaikan penelitian berdasarkan kompetensi dasar yang harus dicapai
siswa yaitu menulis paragraf naratif dengan bahasa yang baik dan benar.
Peneliti penetapkan bobot pada aspek pengembangan gagasan (ide) 5, aspek
kesesuaian dan kejelasan isi cerita 5, aspek kelengkapan unsur 5, aspek
kebahasaan 5, dan aspek kerapian tulisan 5.
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi
No. Aspek yang Dinilai Kriteria Penilaian Skor
1. Pengembangan gagasan a. Padat informasi, penalaran
logis, dan tuntas.
b. Padat informasi, penalaran
logis, dan kurang tuntas.
c. Informasi cukup, penalaran
logis, dan kurang tuntas.
d. Informasi kurang, penalaran
kurang logis, dan kurang
tuntas,
e. Informasi tidak jelas,
penalaran tidak logis, dan
tidak tuntas.
5
4
3
2
1
2. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita
a. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita sangat sesuai.
b. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita sesuai.
5
4
3
41
c. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita cukup sesuai.
d. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita kurang sesuai.
e. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita tidak sesuai.
2
1
3.
a. Kelengkapan unsur cerita
(5W+1H)
b. Unsur kelengkapan menulis
paragraph naratif berkurang
1.
c. Unsur kelengkapan menulis
pengalaman pribadi
berkurang 2.
d. Unsur kelengkapan menulis
pengalaman pribadi
berkurang 3.
e. Unsur kelengkapan menulis
cerita berkurang 4.
5
4
3
2
1
4. Aspek kebahasaan
(pengembangan paragraf,
penggunaan ejaan dan tanda
baca, pilihan kata, kalimat
efektif, dan EYD)
a. Aspek kebahasaan yang
digunakan sangat
sempurrna, sangat sesuai,
dan tidak ada kesalahan.
b. Aspek kebahasaan yang
digunakan sempurna, sesuai,
dan tidak ada kesalahan.
c. Aspek kebahasaan yang
digunakan sempurna, sesuai,
dan sedikit kesalahan.
d. Aspek kebahasaan yang
digunakan kurang sempurna,
kurang sesuai, dan sedikit
kesalahan.
e. Aspek kebahasaan yang
digunakan tidak sempurna,
tidak sesuai, dan banyak
kesalahan.
5
4
3
2
1
5. Kerapian tulisan a. Tulisan terbaca jelas dan
tidak ada coretan.
b. Tulisan terbaca dan sedikit
coretan.
c. Tulisan terbaca dan terdapat
coretan.
d. Tulisan tidak terbaca dan
5
4
3
Lanjutan Tabel 3.2
Kelengkapan unsur cerita
42
tidak ada coretan.
e. Tulisan tidak terbaca dan
banyak coretan.
2
1
Rumus:
x 100
Keterangan:
Hal pertama yang dilakukan dalam menghitung nilai yaitu mengalikan skor
tiap aspek dengan bobot tiap aspek. Kemudian untuk mendapatkan nilai akhirnya,
dengan cara menjumlahkan hasil perkalian dari setiap aspek tersebut dan dibagi
skor maksimal yaitu 100, kemudian dikalikan seratus untuk mendapatkan nilai
yang bulat.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui metode pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010:308).
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam
mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes dan
observasi.
1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang
(Sumber: Khanifa, 2011:56)
43
terpenting adalah proses-proses mengamati dan ingatan (Sutrisno Hadi
dalam Sugiyono, 2010:203).
Pengamatan dilaksanakan dengan mengamati kegiatan (tindakan) yang
dilakukan siswa dengan mengacu pada pedoman observasi. Peneliti
mengobservasi siswa dengan mencatat perilaku-perilaku siswa akibat
tindakan-tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran.
2. Tes
Tes dalam penelitian ini dilaksanakan yaitu dengan tes
kinerja/perbuatan. Hasil nilai tes ini diperoleh dengan mengamati siswa
selama proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi dengan
menggunakan metode pembelajaran Round Robin.
Penilaian keterampilan menulis pengalaman pribadi dalam penelitian
ini meliputi beberapa aspek pengamatan. Aspek pengamatan tersebut yaitu,
1) pengembangan gagasan (ide), 2) kesesuaian isi dan kejelasan cerita, 3)
kelengkapan unsur cerita (5W+1H), 4) aspek kebahasaan, dan 5) kerapian
tulisan.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Sanjaya (2010:106), analisis data adalah suatu proses mengolah
dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai
informasi dengan tujuan dan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang
jelas sesuai tujuan penelitian. Analisis data penelitian tindakan kelas ini berupa
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
44
Analisis data kualitatif diperoleh dari data observasi. Hasil analisis data
secara kualitatif ini digunakan untuk melihat perubahan perilaku siswa pada
siklus I dan siklus II, serta melihat efektivitas penggunaan model pembelajaran
menulis imajinatif untuk meningkatkan kemampuan menulis pengalaman
pribadi siswa.
Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dilakukan siswa
selama proses pembelajaran. Selanjutnya dicari rata-rata (mean) nilai dari
keseluruhan siswa. Untuk menghitung rata-rata (mean) siswa dapat digunakan
rumus perhitungan dari Sugiyono (dalam Rahman, 2016:92):
1. Merekap skor yang diperoleh siswa
2. Menghitung skor komulatif dari tiap-tiap aspek
3. Menghitung skor rata-rata
Rata-rata ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑
x 100
Keterangan:
X : Skor yang diperoleh
∑x : Jumlah
n : Banyak data/ jumlah data
Hasil perhitungan nilai siswa dari masing-masing tes ini kemudian
dibandingkan, yaitu antara siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan
gambaran mengenai peningkatan kompetensi siswa dalam menulis pengalaman
pribadi dengan menggunakan metode pembelajaran Round Robin.
Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi
No. Nilai Kategori
1. 85-100 Sangat baik
2. 75-84 Baik
45
3. 51-74 Cukup baik
4. 0-50 Kurang baik
Sumber: Buku Panduan Magang 3 FKIP Unismuh (2018:32)
Nilai yang dicapai siswa nantinya akan dikategorikan menjadi empat,
yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Siswa yang mencapai
nila antara 85-100 dikategorikan berhasil dengan sangat baik. Siswa yang
mencapai nilai antara 75-84 dikategorikan berhasil dengan baik. Siswa yang
mencapai nilai antara 51-74 dikategorikan berhasil cukup baik. Sedangkan
siswa yang mencapai nilai di bawah 50 dikategorikan kurang baik.
H. Kriteria Keberhasilan
Siswa dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika nilai yang diperoleh sudah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥75 dengan rentang antara
1-100. Kelas dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika banyaknya siswa yang
mencapai KKM ≥ 85% dari keseluruhan jumlah siswa
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini berupa hasil tes dan nontes. Hasil tes
meliputi hasil pembelajaran menulis paragraf naratif dengan menggunakan
Metode Round Robin pada siklus I dan siklus II. Hasil penelitian siklus I
merupakan kondisi awal siswa dalam menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin. Sedangkan hasil tes siklus II merupakan
perbaikan kemampuan menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode
Round Robin siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng setelah mengikuti
pembelajaran menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round
Robin pada siklus I. Hasil nontes dapat dilihat dari hasil deskripsi kegiatan
observasi yang diuraikan dalam bentuk deskripsi data kualitatif.
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan Metode Round Robin
1) Perencanaan
Setelah dilakukan diskusi bersama guru untuk merancang
tindakan yang dilakukan pada siklus I berdasarkan masalah yang ada.
Pada tahap perencanaan ini bertujuan untuk merencanakan penelitian
tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
menulis paragraf naratif siswa. Pengamatan juga dilakukan melalui
tanggapan siswa yang terlihat dari suasana kelas selama tindakan
47
siklus I berlangsung yang dilakukan secara bertahap dengan
menganalisa kurikulum bahasa indonesia untuk SMP kelas VII,
mengklasifikasikan bahan berdasarkan kurikulum dan buku
pegangan, selanjutnya membuat skenario pembelajaran dan
memutuskan untuk menggunakan Metode Round Robin dalam
mengajar menulis. Kemudian membuat lembar observasi untuk
mencatat proses pembelajaran dan membuat alat evaluasi untuk
mengevaluasi kemampuan siswa.
2) Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan dengan metode pembelajaran Round
Robin diharapkan dapat meningkatkan aspek yang masih kurang.
Pada siklus I guru memulai pembelajaran dengan melakukan
apresiasi mengengai pembelajaran yang dilaksanakan guru. Guru
menjelaskan metode pembelajaran Round Robin dan
implementasinya pada saat pembelajaran berlangsung.
Memotivasi siswa untuk meningkatkan minat mereka dalam
proses pembelajaran, setelah guru memberikan penjelasan kepada
siswa tentang tata bahasa (past tense dan present tense). Siswa
diminta untuk menulis kalimat dalam bentuk lampau dan bentuk
kontinu saat ini.
Guru memberikan penjelasan kepada kelas tentang teks dan
contoh naratif. Setelah guru memberikan penjelasan Siswa diminta
untuk menulis teks naratif satu per satu Guru membagi kelas
48
beberapa kelompok. Setiap kelompok harus terdiri sekitar 4-5 siswa
dan anggota kelompok harus memiliki kompetensi kognitif
heterogen.
Guru menyerahkan beberapa topik melalui lotere ke setiap
kelompok atau grup diminta untuk menulis paragraf pendek
(jumlah kalimat harus sama dengan jumlah grup).
Hasil tes menulis paragraf naratif pada siklus I merupakan data awal
digunakannya Metode Round Robin. Kriteria penilaian pada siklus I
yaitu siswa dapat menulis paragraf naratif melalui objek pandang
berupa gambar sesuai dengan imajinasinya sendiri-sendiri dengan
memperhatikan pengembangan gagasan, kesesuaian dan kejelasan
unsur cerita, kelengkapan unsur cerita (5W + 1H), aspek kebahasaan,
dan kerapian tulisan. Hasil tes pembelajaran menulis paragraf naratif
dengan menggunakan Metode Round Robin pada siklus I dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Menulis paragraf naratif Siklus I
No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Ketuntasan
1. Sangat Baik 85-100 - -
9 siswa telah
mencapai
KKM
2. Baik 75-84 9 693
3. Cukup Baik 51-74 24 1406
4. Kurang Baik 0-50 2 98
Jumlah 35 2195
Nilai Rata-Rata
Tabel 4.1 menunjukkan hasil tes menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin pada siklus I. Dari tabel tersebut
7,6235
2195
49
ditunjukkan tidak ada siswa yang mencapai nilai dengan kategori sangat baik
dengan rentang nilai 85-100. Kategori baik dengan rentang nilai 75-84
terdapat 9 siswa yang mencapai kategori tersebut. Untuk kategori cukup
dengan rentang nilai 51-74 dicapai sebanyak 26 siswa. Sementara untuk
kategori kurang baik dengan rentang nilai 0-50 dicapai sebanyak 2 siswa.
Nilai rata-rata kelas kemampuan menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin sebesar 62,7 dan termasuk dalam
kategori cukup. 85% siswa juga belum mencapai KKM yaitu 75. Jadi, target
untuk rata-rata kelas sebesar 75 dengan kategori baik belum dapat dicapai.
Untuk itu, dilakukan tindak lanjut dengan dilakukannya pembelajaran pada
siklus II. Tindak lanjut tersebut bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran
pada siklus I agar target rata-rata kelas sebesar 75 dan 85% siswa dapat
mencapai KKM dengan baik.
Penilaian pada siklus I ini dilakukan dengan menjumlahkan setiap skor
dari lima aspek penilaian menulis paragraf naratif, meliputi pengembangan
(5W + 1H), aspek kebahasaan, dan kerapian tulisan. Masing-masing penilaian
setiap aspek akan dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 4.2 Hasil Tes Aspek Pengembangan Gagasan (Ide) Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
1. Sangat Baik 5 3 15
= 66,85
(Kategori
2. Baik 4 14 56
3. Cukup 3 10 30
4. Kurang 2 8 16
44.335
117
100355
117
X
50
5. Sangat Kurang 1 - - Cukup)
Jumlah 35 117
Tabel 4.2 menunjukkan nilai aspek pengembangan gagasan. Berdasarkan
tabel 4.2 tersebut, terdapat 3 siswa yang sudah mencapai kategori sangat baik
dengan skor 15. Sebanyak 14 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik.
Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 10 siswa.
Sementara itu kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 8 siswa dan tidak
ada siswa yang mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
Aspek pengembangan gagasan (ide) dalam menulis paragraf naratif ini
memperoleh nilai rata-rata 3,44 atau sebesar 66,85. Nilai rata-rata tersebut
masuk dalam kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata
tersebut belum memenuhi target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti
harus meningkatkan nilai rata-rata atau skor dalam aspek pengembangan
gagasan (ide) yang dicapai siswa.
Tabel 4.3 Hasil Tes Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Rata-Rata
Skor Persen
(%)
1. Sangat Baik 5 4 20
= 69.14
(Kategori
Cukup)
2. Baik 4 13 52
3. Cukup 3 13 39
4. Kurang 2 5 10
5. Sangat Kurang 1 - -
Jumlah 35 121
03.435
121
100355
121X
X
51
Tabel 4.3 menunjukkan nilai aspek kesesuaian dan kejelasan isi
ceritayang dinilai dari sisi keterampilan pemilihan kata. Berdasarkan tabel 4.3
tersebut, terdapat 4 siswa yang sudah mencapai kategori sangat baik dengan
skor 5. Sebanyak 13 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik. Adapun
untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 13 siswa. Sementara itu
kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 5 siswa dan tidak ada siswa yang
mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
Aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita dalam menulis paragraf naratif
ini memperoleh nilai rata-rata 4,03 atau sebesar 69,14 Nilai rata-rata tersebut
masuk dalam kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata
tersebut belum memenuhi target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti
harus meningkatkan nilai rata-rata atau skor dalam aspek kesesuaian dan
kejelasan isi cerita yang dicapai siswa.
Tabel 4.4 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W + 1H) Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
1. Sangat Baik 5 - -
= 58.85
(Kategori
Cukup)
2. Baik 4 4 16
3. Cukup 3 25 75
4. Kurang 2 6 12
5. Sangat Kurang 1 - -
Jumlah 35 103
94.235
103
100355
103X
X
52
Tabel 4.4 menunjukkan nilai aspek kelengkapan unsur cerita.
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut, tidak ada siswa yang mampu mencapai
kategori sangat baik dengan skor 5. Sebanyak 4 siswa mendapat skor 4 dengan
kategori baik. Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak
25 siswa. Sementara itu kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 6 siswa
dan tidak ada siswa yang mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
Aspek kelengkapan unsur cerita dalam menulis paragraf naratif ini
memperoleh nilai rata-rata 2,94 atau sebesar 58,85. Nilai rata-rata tersebut
masuk dalam kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata
tersebut belum memenuhi target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti
harus meningkatkan nilai rata-rata atau skor dalam aspek kelengkapan unsur
cerita yang dicapai siswa.
Tabel 4.5 Hasil Tes Aspek Kebahasaan Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Rata-Rata
Skor Persen
(%)
1. Sangat Baik 5 2 10
= 57,14
(Kategori
Cukup)
2. Baik 4 7 28
3. Cukup 3 12 36
4. Kurang 2 12 24
5. Sangat Kurang 1 2 2
Jumlah 35 100
Tabel 4.5 menunjukkan nilai aspek kebahasaan. Berdasarkan tabel 4.5
tersebut, hanya 2 siswa yang mampu mencapai kategori sangat baik dengan
85,235
100
100355
100
X
53
skor 5. Sebanyak 7 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik. Adapun
untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 12 siswa. Sementara itu
kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 12 siswa dan 2 siswa yang
mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
Aspek kebahasaan dalam menulis paragraf naratif ini memperoleh nilai
rata-rata 2,85 atau sebesar 57,14. Nilai rata-rata tersebut masuk dalam kategori
cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata tersebut belum memenuhi
target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti harus meningkatkan nilai
rata-rata atau skor dalam aspek kebahasaan yang dicapai siswa.
Tabel 4.6 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Rata-Rata
Skor Persen
(%)
1. Sangat Baik 5 - -
= 60.57
(Kategori
Cukup)
2. Baik 4 8 32
3. Cukup 3 20 60
4. Kurang 2 7 14
5. Sangat Kurang 1 - -
Jumlah 35 106
Tabel 4.6 menunjukkan nilai aspek kerapian tulisan. Berdasarkan tabel
4.6 tersebut, tidak ada siswa yang mampu mencapai kategori baik dengan skor
5. Sebanyak 8 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik. Adapun untuk
kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 20 siswa. Sementara itu
kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 7 siswa dan tidak ada siswa yang
mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
02.335
106
57.60355
106
X
54
Aspek kerapian tulisan dalam menulis paragraf naratif ini memperoleh
nilai rata-rata 3,02 atau sebesar 60,57. Nilai rata-rata tersebut masuk dalam
kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata tersebut belum
memenuhi target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti harus
meningkatkan nilai rata-rata atau skor dalam aspek kerapian tulisan yang
dicapai siswa.
Hasil skor rata-rata tes kemampuan menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin pada siklus I dari lima aspek penelitian
tes menulis paragraf naratif dapat di lihat dengan jelas dalam diagram berikut.
Diagram 4.1 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Siklus 1
Dari diagram diatas, diketahui dai hasil tes menulis paragraph naratif dengan
menggunakan metode Round robin pada siklus I yang dinilai dari standar KKM 75,
dan dinilai dari beberapa aspek yaitu, hasil tes aspek pengembangan gagasan yang
hanya memperoleh nilai rata-rat 3,44 atau sebesar 66,88 dalam kategori cukup,
65,33 69.14
57,33 54,66 60.57
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5
Hasil Penelitian Tes Siklus I
55
sedangkan dari aspek kesusaian dan kejelasan isi cerita memperoleh nilai rata-rat
4,03 atau sebesar 69,14. Selanjutnya dari segi aspek kelengkapan unsur cerita
dalam menulis paragraf naratif ini memperoleh nilai rata-rata 2,94 atau sebesar
58,85, dan aspek kerapiaan tulisan memperoleh nilai rata-rata 3,02 atau sebesar
60,57 dari seluruh aspek yang di nilai rata-rata keseluruhan belum mencapai KKM
75 yang dilakukan pada tahap siklus I dan untuk mencapai KKM dilakukan
penelitian ulang dengan metode yang sama pada siklus II.
c. Observasi
Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran
menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin
siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng. Observasi terhadap siswa saat
pembelajaran meliputi dua aspek perilaku, yaitu perilaku positif dan
perilaku negatif. Pada siklus I ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang
dapat terdeskripsi melalui observasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan
mengidentifikasi setiap aspek yang telah di observasi oleh peneliti
dengan bantuan seorang teman.
Aspek pertama, yaitu siswa memperhatikan penjelasan guru dan
tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu (berbicara dengan teman,
melamun, tertidur). Perhatian siswa terhadap penjelasan guru dikatakan
sangat baik atau sebesar 100%. Semua siswa tampak memperhatikan
penjelasan guru dalam mengikuti pembelajaran menulis paragraf
naratif.
56
Aspek kedua, yaitu siswa aktif dalam menanggapi penjelasan guru
saat proses pembelajaran. Tanggapan siswa terhadap penjelasan guru
dikatakan sangat baik atau sebesar 100%, semua siswa tampak
menanggapi penejelasan guru selama proses pembelajaran.
Aspek ketiga, yaitu keaktifan siswa mengajukan pertanyaan seputar
pembelajaran. Hasil dari observasi di kelas, hanya terdapat 14 siswa
yang aktif mengajukan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan
oleh guru.
Aspek keempat, yaitu keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan guru. Dari 35 siswa, hanya 18 siswa yang aktif dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Sedangkan 17 siswa
memilih pasif saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung.
Aspek kelima, yaitu perhatian siswa terhadap objek gambar yang
ditampilkan guru. Perhatian siswa terhadap objek yang ditampilkan
guru dikatakan sangat baik atau sebesar 100%, semua siswa tampak
memperhatikan objek yang ditampilkan oleh guru dalam proses
pembelajaran.
Aspek keenam, yaitu kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas
menulis paragraf naratif. Siswa menulis paragraf naratif dengan baik
dan penuh konsentrasi. Pada aspek ini terlihat hanya 25 siswa yang
dengan baik dan penuh konsentrasi mengerjakan tugas menulis paragraf
naratif. Sedangkan 10 siswa masih melihat pekerjaan temannya dan
juga mengganggu teman sebelahnya.
57
Berdasarkan pengamatan peneliti dan dibantu seorang peneliti
selama pembelajaran menulis paragraf naratif dapat disimpulkan bahwa
perilaku negatif siswa masih ada selama pembelajaran berlangsung.
Sikap negatif yang muncul dimungkinkan karena model pembelajaran
yang diterapkan oleh guru atau peneliti merupakan hal baru bagi mereka
sehingga perlu proses untuk menyesuaikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tindakan agar dapat mengurangi dan menghilangkan sikap
negatif siswa saat pembelajaran berlangsung. Hal ini menjadi tugas guru
atau peneliti pada siklus II untuk melakukan suatu cara agar perilaku
negatif tersebut dapat dikurangi. Rencana pembelajaran pada siklus II
tentunya harus lebih matang dan lebih baik lagi agar perilaku belajar
siswa yang negatif menjadi positif. Untuk mengetahui hasil observasi
siswa pada tahap siklus I dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Hasil Observasi Siklus I
No Kode
Res
Kategori Perilaku Siswa Aspek yang Diamati
1 2 3 4 5 6
1 R1 + + - - + - 1. Perhatian siswa
terhadap
penjelasan guru.
2. Tanggapan siswa
terhadap
penjelasan guru.
3. Keaktifan siswa
mengajukan
pertanyaan
seputar
pembelajaran.
o Keaktifan
mendengarkan
penjelasan
o Keaktifan
siswa dalam
mengerjakan
tugas
o Keaktifan
2 R2 + + - + + +
3 R3 + + + + + +
4 R4 + + - - + +
5 R5 + + - - + -
6 R6 + + - - + +
7 R7 + + - - + +
8 R8 + + - + + +
9 R9 + + - - + +
10 R10 + + + + + +
11 R11 + + - + + +
12 R12 + + - + + +
13 R13 + + - + + -
14 R14 + + - - + +
58
d. Refleksi Siklus I
Pembelajaran menulis paragraf naratif dengan menggunakan
Metode Round Robin pada siklus I belum mencapai nilai rata-rata
minimum. Hal ini terlihat dari hasil tes siswa yang baru mencapai
nilai rata-rata 62,71 sehingga siswa belum bisa dikatakan lulus
karena batas nilai rata-rata minimum adalah 75. Siswa yang telah
mencapai nilai ketuntasan belajar sebanyak 9 siswa dan yang belum
tuntas sebanyak 26 siswa. Siswa yang telah mencapai nilai
ketuntasan belajar disebabkan siswa tersebut telah menerapkan
materi yang diperoleh tentang langkah-langkah menulis paragraf
15 R15 + + + - + + 4. Keaktifan siswa
dalam menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru.
5. Perhatian siswa
terhadap objek
gambar yang
ditampilkan
guru.
6. Kesungguhan
siswa dalam
mengerjakan
tugas menulis
paragraf naratif
siswa dalam
menulis
paragraf naratif
Keterangan:
Sikap Positif (+)
Sikap Negatif (-)
.
16 R16 + + - - + -
17 R17 + + - - + -
18 R18 + + + - + +
19 R19 + + - + + +
20 R20 + + - - + +
21 R21 + + + - + +
22 R22 + + + + + -
23 R23 + + - + + +
24 R24 + + - + + -
25 R25 + + + + + +
26 R26 + + - - + -
27 R27 + + + + + +
28 R28 + + + + + +
29 R29 + + + + + +
30 R30 + + - + + +
31 R31 + + + - + -
32 R32 + + + - + +
33 R33 + + + + + -
34 R34 + + + - + +
35 R35 + + + + + +
Jumlah 35 35 14 18 35 25
Persen % 100 100 40 51,4 100 71,4
59
naratif dengan menggunakan Metode Round Robin. Sedangkan
siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar disebabkan
kurangnya pemahaman siswa dalam menulis paragraf naratif
dengan menggunkan Metode Round Robin.
Berdasarkan hasil nontes yang meliputi observasi, diperoleh
hasil ada beberapa siswa yang berperilaku negatif. Ada siswa yang
asyik berbicara dengan temannya saat proses pembelajaran
berlangsung, melamun, dan mengantuk. Faktor lain yang
menyebabkan perilaku negatif siswa adalah ruang kelas yang cukup
panas. Selain itu, berkenaan dengan gambar yang digunakan sebagai
media menurut siswa kurang cocok dan kurang sesuai dengan
pengalaman mereka karena gambar yang diperlihatkan oleh guru
sangat asing bagi sebagian siswa karena belum pernah mengunjungi
tempat tersebut.
Guna mencapai pembelajaran sesuai yang diharapkan oleh
peneliti maka kesulitan-kesulitan tersebut perlu solusi yang tepat
untuk diterapkan pada saat pembelajaran di siklus II. Solusi tersebut
yaitu guru memberi motivasi pada siswa dengan cara membuat
suasana lebih santai lagi agar mengurangi ketegangan siswa, guru
lebih selektif lagi dalam memilih gambar. Di samping itu, guru juga
memberi kesempatan kepada siswa untuk menyumbangkan ide
berkaitan dengan gambar yang akan dijadikan media yang lebih
mudah digunakan siswa dalam memunculkan imajinasinya dan
60
menghasilkan karangan paragraf naratif yang sesuai dengan topik
yang terdapat dalam gambar tersebut. Hal ini diharapkan dapat lebih
menggugah minat dan semangat siswa dalam menulis paragraf
naratif. Perbaikan ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa
dalam menulis cerpen pada siklus selanjutnya.
2. Hasil Penelitian Kelas dengan Metode Pembelajaran Round Robin
pada Siklus II
a. Hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan Metode Roun Robin
1) Perencanaan
Perancanaan tindakan pada siklus I yang kurang berhasil. Maka dibuat
rencana pada tahap siklus II yang meliputi perbaikan pada siklus pertama,
yaitu, perencanaan pembelajaran yang lebih efektif dan penggunaan
metode Round Robin, serta mengacu pada kurikulum yang telah dibuat
sebelumnya, serta beberapa aspek penilaian yang menjadi pusat utama
dalam penelitian ini.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pada siklus II ini diharapkan dapat meningkatkan aspek
yang masih kurang pada siklus I beberapa pelaksanaan tindakan pada siklus
II Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dengan jumlah
tiap kelompok 4 – 5 orang siswa, memberikan pengantar pelajaran tentang
maeri paragraf naratif. Guru mengemukakan suatu ide atau mengajukan
suatu pertanyaan yang mempunyai banyak jawaban, kemudian guru
meminta tiap kelompok untuk mengajukan pemikiran pikiran apabila salah
61
satu kelompok mulai memberikan pemikiran atau ide guru
meminta kelompok kedua untuk mengemukakan pendapat tentang
pemikiran yang diberikan kelompok pertama tadi. Setelah semua kelompok
mendapatkan giliran memberikan pemikiran dan pendapat, kemudian guru
memberikan penjelasa, disesi akhir pembelajaran guru memberikan
penghargaan atau apresiasi kepa setiap kelompok.
a. Hasil Tes Siklus II
Hasil tes siklus II merupakan hasil tes menulis paragraf naratif yang
kedua setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran sebelumnya.
Kriteria pada siklus II yaitu siswa dapat menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin dengan target nilai 75. Jumlah
siswa yang mengikuti tes siklus II yaitu 35 siswa sama seperti
pembelajaran pada siklus I. Hasil tes pembelajaran menulis paragraf
naratif dengan menggunakan Metode Round Robin pada siklus II dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Siklus II
No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Ketuntasan
1. Sangat Baik 85-100 8 696
31 siswa telah
mencapai
KKM
2. Baik 75-84 23 1886
3. Cukup Baik 51-74 4 210
4. Kurang Baik 0-50 - -
Jumlah 35 2792
Nilai Rata-Rata
Data pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan menulis
paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin pada siswa kelas
VII siklus II setelah dilakukan perbaikan, secara klasikal rata-rata nilai
7,7935
2792
62
mencapai 79,7 dengan kategori baik. Nilai tersebut dapat dikatakan sudah
mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya 62,7 atau berada pada
kategori cukup. Kategori sangat baik dengan rentang nilai 85-100 dicapai oleh
8 siswa. Kategori baik dengan rentang nilai 75-84 dicapai oleh 23 siswa.
Kategori cukup dengan rentang nilai 51-84 dicapai oleh 4 siswa. Dari jumlah
35 siswa, tidak satupun yang memperoleh nilai kurang.
Berdasarkan tabel 4.8 tersebut, menunjukkan bahwa nilai rata-rata
kemampuan menulis paragraf naratif di akhir pembelajaran siklus II berada
dalam kategori baik. Dalam pembelajaran siklus I tidak ada yang memperoleh
nilai dengan kategori sangat baik, pada siklus II ini ternyata ada 8 siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori baik sehingga dapat dikatakan mengalami
peningkatan. Siswa yang memperoleh nilai dalam kategori baik pada siklus I
sebanyak 9 siswa, sementara pada siklus II siswa yang memperoleh nilai
dalam kategori baik sebanyak 23 siswa. Siswa yang memperoleh nilai dalam
kategori cukup pada siklus I sebanyak 24 siswa, pada siklus II siswa yang
memperoleh nilai dalam kategori cukup sebanyak 4. Siswa yang memperoleh
nilai dalam kategori kurang pada siklus I sebanyak 2 siswa, sedangkan pada
siklus II tidak ada siswa yang memperoleh nilai kurang.
Dilihat dari nilai rata-rata siswa dalam menulis paragraf naratif pada
siklus II mencapai 79,7. Dari hasil tes siklus II dapat dikatakan bahwa
kemampuan menulis paragraf naratif siswa telah meningkat karena mampu
mencapai batas minimal ketuntasan belajar yaitu 75.
63
Hasil nilai rata-rata kemampuan menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin siklus II diperoleh dengan
menjumlahkan setiap skor dari lima aspek penilaian menulis paragraf naratif,
meliputi (1) pengembangan gagasan (ide), (2) kesesuaian dan kejelasan isi
cerita, (3) kelengkapan unsur cerita (5W + 1H), (4) aspek kebahasaan, dan (5)
kerapian tulisan. Masing-masing penilaian setiap aspek akan dijabarkan
sebagai berikut.
Tabel 4.9 Hasil Tes Aspek Pengembangan Gagasan (Ide) Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
1. Sangat Baik 5 9 45
= 81,71
(Kategori
Baik)
2. Baik 4 20 80
3. Cukup 3 6 18
4. Kurang 2 - -
5. Sangat Kurang 1 - -
Jumlah 35 143
Tabel 4.9 menunjukkan nilai aspek pengembangan gagasan.
Berdasarkan tabel 4.9 tersebut, terdapat 9 siswa yang sudah mencapai kategori
sangat baik dengan skor 5. Sebanyak 20 siswa mendapat skor 4 dengan
kategori baik. Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 6
siswa. Sementara itu tidak ada siswa yang mencapai kategori kurang dengan
skor 2 dan kategori sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek pengembangan
gagasan (ide) dalam menulis paragraf naratif ini rata-rata yang dicapai sebesar
81,71 yang termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata tersebut sudah
08,435
143
100355
143X
X
64
memenuhi target yang dicapai dan mengalami peningkatan dibandingkan
dengan siklus I yang hanya memperoleh 66,85.
Tabel 4.10 Hasil Tes Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
1. Sangat Baik 5 13 65
= 83,42
(Kategori
Baik)
2. Baik 4 15 60
3. Cukup 3 7 21
4. Kurang 2 - -
5. Sangat Kurang 1 - -
Jumlah 35 146
Tabel 4.10 menunjukkan nilai aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita.
Berdasarkan tabel 4.10 tersebut, terdapat 13 siswa yang sudah mencapai
kategori sangat baik dengan skor 5. Sebanyak 15 siswa mendapat skor 4
dengan kategori baik. Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai
sebanyak 7 siswa. Sementara itu tidak ada siswa yang mencapai kategori
kurang dengan skor 2 dan kategori sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek
kesesuaian dan kejelasan isi cerita dalam menulis paragraf naratif ini rata-rata
yang dicapai sebesar 83,42 yang termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata
tersebut sudah memenuhi target yang dicapai, dan mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus I yang hanya memperoleh 69,14.
Tabel 4.11 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W + 1H) Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
1. Sangat Baik 5 10 50
2. Baik 4 13 52
3. Cukup 3 12 36
17,435
143
100355
146X
X
94,335
138 100
355
138X
X
65
4. Kurang 2 - - = 78,85
(Kategori
Baik)
5. Sangat Kurang 1 - -
Jumlah 35 138
Tabel 4.11 menunjukkan nilai aspek kelengkapan unsur cerita (5W +
1H). Berdasarkan tabel 4.11 tersebut, terdapat 10 siswa yang sudah mencapai
kategori sangat baik dengan skor 5. Sebanyak 13 siswa mendapat skor 4
dengan kategori baik. Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai
sebanyak 12 siswa. Sementara itu tidak ada siswa yang mencapai kategori
kurang dengan skor 2 dan kategori sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek
kelengkapan unsur cerita (5W + 1H) dalam menulis paragraf naratif ini
rata-rata yang dicapai sebesar 78,85 yang termasuk dalam kategori baik. Nilai
rata-rata tersebut sudah memenuhi target yang dicapai, dan mengalami
peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang hanya memperoleh 58,85.
Tabel 4.12 Hasil. Tes Aspek Kebahasaan Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
1. Sangat Baik 5 7 35
= 79,42
(Kategori
Baik)
2. Baik 4 20 80
3. Cukup 3 8 24
4. Kurang 2 - -
5. Sangat Kurang 1 - -
Jumlah 35 139
Tabel 4.12 menunjukkan nilai aspek kebahassan. Berdasarkan tabel 4.12
tersebut, terdapat 7 siswa yang sudah mencapai kategori sangat baik dengan
skor 5. Sebanyak 20 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik. Adapun
untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 8 siswa. Sementara itu
97,335
139
100355
139X
X
66
tidak ada siswa yang mencapai kategori kurang dengan skor 2 dan kategori
sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek kebahassan dalam menulis paragraf
naratif ini rata-rata yang dicapai sebesar 79,42 yang termasuk dalam kategori
baik. Nilai rata-rata tersebut sudah memenuhi target yang dicapai, dan
mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang hanya
memperoleh 57,14.
Tabel 4.13 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
1. Sangat Baik 5 8 40
=
78,28
(Kategori Baik)
2. Baik 4 16 64
3. Cukup 3 11 33
4. Kurang 2 - -
5. Sangat Kurang 1 - -
Jumlah 35 137
Tabel 4.13 menunjukkan nilai aspek kerapian tulisan. Berdasarkan tabel
4.13 tersebut, terdapat 8 siswa yang sudah mencapai kategori sangat baik
dengan skor 5. Sebanyak 16 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik.
Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 11 siswa.
Sementara itu tidak ada siswa yang mencapai kategori kurang dengan skor 2
dan kategori sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek kerapian tulisan dalam
menulis paragraf naratif ini rata-rata yang dicapai sebesar 78,28 yang
termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata tersebut sudah memenuhi target
yang dicapai, dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang
hanya memperoleh 60,57.
91,335
137
100355
137X
X
67
Hasil skor rata-rata tes kemampuan menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin pada siklus II dari lima aspek penelitian
tes menulis paragraf naratif dapat di lihat dengan jelas dalam diagram berikut.
Diagram 4.2 Hasil Tes Kemampuan Menulis paragraf naratif Siklus II
Dapat dilihat pada diagram di atas hasil kemampuan menulis paragraph naratif
yang di nilai dari beberapa aspek pada hasil pembelajaran disiklus II dapat
disimpulkan bahwasanya nilai rata-rata telah melampaui kriteria ketuntasan
minimal 75. Dari segi penilaian pengembangan ide gagasan dengan nilai rata-rata
81.73. penilaian kesesuain dan kejelasan isi cerita dengan nilai 83,42. Penilaian dari
kelengkapan unsur cerita 78,85, penilaian kebahasaan dengan nilai rata-rata 79,42,
dan penilaian kerapian tulisan 78,24. Penilaian pada siklus II ini walaupun hasilnya
tidak terlalu signifikan tetapi nilai rata-rata pada semua aspek penilaian telah
mencapai kriteria ketuntasan minimal pada pembelajaran bahasa Indonesia.
81.71
83.42
78.85 79.42
78.28
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
1 2 3 4 5
Hasil Penilaian Tes Siklus II
68
Tabel 4.15 Hasil Tes Menulis paragraf naratif Siklus I dan Siklus II
Aspek Rata-Rata Peningkatan
Siklus I Siklus II SII – SI Peningkatan (%)
1 66,85 81,73 14,88 42,51
2 69,14 83,42 14,28 40,28
3 58,85 78,85 20 66,66
4 57,14 79,42 22,28 63,65
550,94 60,57 78,28 17,71 50,6
Nilai Rata-Rata 62,51 80,34 17,83 50,94
Dari tabel di atas dapat dilihat perbandingan penilain pada siklus I dan
siklus II. Pada penilaian aspek kesesuain ide gagasan dengan perbandingan
penilaian pada siklus I 66,85 dan siklus II 81,73 peningkatan sebesar 42,41%.
Perbandingan penilaian kelengkapan dan kejelasan isi cerita pada siklus I
69,14 dan siklus II 83,42 dengan peningkatan sebesar 40,28%. Peningkatan
penilaian kelengkapan unsur pada siklus I 58,85 dan siklus II 78,85 dengan
peningkatan 66,66%. Peningkatan penilaian aspek kabahasaan pada siklus I
57,14 dan sklus II 79,42 dengan peningkatan sebesar 63,65%. Peningkatan
penilaian kerapian tulisan pada siklus I 60,57 dan siklus II 78,28 dengan
peningkatan sebesar 50,6%. Pninkatan perbandingan pada siklus I 62,51 dan
Siklus II 80,34 dengan nilai rata-rata 50,94%.
69
Diagram 4.3 Peningkatan Hasil Tes Menulis paragraf naratif Siklus I dan
Siklus II
b. Hasil Observasi Perilaku Siswa Siklus II
Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran
menulis paragraf naratif dengan menggunakan model pembeljaran
menulis imajinatif siswa Kelas VII SMP PGRI Barembeng. Hasil
observasi siklus II dapat diketahui adanya perubahan tingkah laku siswa
ke arah positif. Aspek yang menjadi sasaran observasi sama dengan
aspek sasaran observasi pada siklus I. Hal ini dapat dibuktikan dengan
mengidentifikasi setiap aspek yang telah diobservasi oleh peneliti
dengan bantuan seorang teman.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus II ini dapat
diketahui bahwa siswa berada dalam kondisi yang baik untuk mengikuti
66.85 69.14
58.85 57.14 60.57
81.71 83.42 78.85 79.42 78.28
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5
Hasil Tes Menulis Paragraf Naratif Tiap Aspek
Penilaian
Siklus I Siklus II
70
kegiatan pembelajaran. Sebagian besar siswa sudah aktif dan tampak
serius untuk mengikuti pembelajaran, baik ketika siswa bertanya,
menjawab pertanyaan, maupun ketika siswa mengerjakan tes menulis
paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin yang
diberikan oleh guru.
Perilaku negatif seperti terganggu lingkungan sekitar,
memperhatikan pekerjaan teman, bergurau atau berbicara dengan
teman, melamun, menganggu teman, mengantuk atau sambil tiduran,
izin kebelakang, berjalan-jalan di kelas, dan bermain-main dengan alat
tulis telah berkurang dan mengalami perubahan yang signifikan.
Perubahan tersebut disebabkan karena siswa telah menyadari dan
memahami tentang pentingnya pembelajaran ini untuk menambah
pengetahuannya. Selain itu, perubahan yang terjadi disebabkan oleh
dorongan dan semangat yang tumbuh dalam diri siswa untuk lebih
meningkatkan kemampuannya dalam menulis paragraf naratif pada
siklus II. Untuk mengetahui hasil observasi siswa pada tahap siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.16 Hasil Observasi Siklus II
No Kode
Res
Aspek yang diamati
1 2 3 4 6
1 R1 + + - + + 1. Perhatian siswa
terhadap penjelasan
guru.
2. Tanggapan siswa
terhadap penjelasan
guru.
o Keaktifan
mendengarkan
penjelasan
o Keaktifan
2 R2 + + + + +
3 R3 + + + + +
4 R4 + + - + +
5 R5 + + + + +
6 R6 + + + + +
7 R7 + + + - +
71
c. Refleksi Siklus II
Refleksi pada siklus II ini bertujuan untuk merefleksi hasil evaluasi
belajar siswa dalam menulis paragraf naratif. Selain itu, kegiatan
refleksi ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai hasil tes
menulis paragraf naratif siswa, serta untuk mengetahui perubahan
perilaku siswa selama proses pembelajaran. Refleksi kegiatan ini
diperoleh dari hasil tes dan hasil nontes.
8 R8 + + + + +
3. Keatifan siswa
mengajukan
pertanyaan seputar
pembelajaran.
4. Keaktifan siswa
dalam menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru.
5. Perhatian siswa
terhadap objek
gambar yang
ditampilkan guru.
6. Kesungguhan siswa
dalam mengerjakan
tugas menulis
paragraf naratif
siswa dalam
mengerjakan
tugas
o Keaktifan
siswa dalam
menulis
paragraf naratif
Keterangan:
Sikap Positif (+)
Sikap Negatif (-)
9 R9 + + + + +
10 R10 + + + + +
11 R11 + + + + +
12 R12 + + + + +
13 R13 + + + + +
14 R14 + + + + +
15 R15 + + + + +
16 R16 + + - + +
17 R17 + + - + +
18 R18 + + + + +
19 R19 + + + + +
20 R20 + + + + +
21 R21 + + + - +
22 R22 + + + + +
23 R23 + + + + +
24 R24 + + - + +
25 R25 + + + + +
26 R26 + + + - +
27 R27 + + + + +
28 R28 + + + + +
29 R29 + + + + +
30 R30 + + + + +
31 R31 + + + - +
32 R32 + + + - +
33 R33 + + - - +
34 R34 + + - + +
35 R35 + + + + +
Jumlah 35 35 27 29 35
Persen % 100 100 80 90 100
72
Pembelajaran menulis paragraf naratif pada siklus II sudah diikuti
siswa dengan baik. Hal ini dikarenakan tindakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajran menulis imajinatif untuk
meningkatkan kemampuan menulis paragraf naratif sudah tercapai
sesuai dengan tujuan. Salah satu indikatornya adalah hasil tes
kemampuan siswa dalam menulis paragraf naratif pada siklus II
menunjukkan peningkatan dari siklus I. Hasil pada siklus II ini tidak ada
siswa yang berada pada kategori kurang. Nilai rata-rata pada siklus II ini
mencapai 79,7. Nilai rata-rata tersebut masuk dalam kategori baik. Pada
siklus I, nilai rata-rata hasil tes kemampuan menulis paragraf naratif
siswa sebesar 62,7 dan berada dalam kategori cukup. Hal ini
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan guru mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata pada siklus II ini sudah mencapai nilai
KKM yang ingin dicapai, yaitu 75. Data tes siklus II juga menunjukkan
bahwa siswa yang belum tuntas hanya ada 4 siswa, sedangkan 31 siswa
telah mendapatkan nilai melebihi KKM, yaitu diatas nilai 75.
Perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran juga sudah
menunjukkan ke arah yang lebih positif. Pengamatan perilaku siswa ini
diambil dari data deskripsi perilaku hasil observasi serta pelaksaan
tindakan di kelas. Berdasarkan deskripsi perilaku hasil observasi dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran siklus II ini perilaku siswa
lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Sebagian besar siswa sudah
semangat dan berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Mereka
73
juga sudah aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar sudah berani
mengangkat tangannya untuk bertanya. Hal ini menunjukkan
pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dibandingkan
pembelajaran pada siklus I.
Berdasarkan uraian data tes dan nontes tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran menulis paragraf naratif yang dilakukan peneliti
mengalami peningkatan. Peningkatn hasil tes sebesar 17. Adapun hasil
nontes, sebagian siswa sudah menunjukkan perilaku yang positif.
Dengan demikian perbaikan yang dilakukan pada siklus II sangat
bermanfaat dan berpengaruh pada siswa. Nilai rata-rata mereka
meningkat dan perilaku mereka berubah ke arah yang positif.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian dimaksudkan untuk menjawab rumusan
masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu apakah penggunaan Metode Round Robin dapat
meningkatkan kemampuan menulis paragraf naratif pada siswa kelas VII di
SMP PGRI Barembeng?.
Selain itu, pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil tes dan
nontes pada siklus I dan siklus II. Pemerolehan hasil tes yang dicapai siswa
dalam menulis paragraf naratif diperoleh berdasarkan lima aspek, yaitu (1)
pengembangan gagasan (ide), (2) kesesuaian dan kejelasan isi cerita, (3)
kelengkapan unsur cerita (5W + 1H), (4) aspek kebahasaan, dan (5) kerapian
tulisan. Adapun pembahasan nontes berdasarkan pada hasil deskripsi observasi.
74
Penelitian terhadap kemampuan menulis paragraf naratif ini dilakukan
dalam dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Penelitian terhadap kemampuan
menulis paragraf naratif ini didasarkan pada hasil pengamatan kondisi awal
siswa yang masih menunjukkan nilai yang belum memuaskan. Selain itu,
perilaku siswa juga masih menunjukkan perilaku yang negatif. Oleh karena itu,
peneliti melakukan penelitian menulis paragraf naratif dengan menggunakan
Metode Round Robin. Penelitian dilakukan dengan dua tahap dengan tujuan
untuk memperoleh hasil yang maksimal. Apabila tindakan dalam siklus I
terdapat beberapa kekurangan dari hasil tes dan nontes, maka dilakukan
perbaikan pada siklus II.
Proses pembelajaran pada siklus I berbeda dengan proses pembelajaran
pada siklus II. Hal ini disebabkan pada siklus II dilakukan perbaikan dari
pembelajaran pada siklus I. Proses pembelajaran pada siklus II hampir sama
dengan proses pembelajaran pada siklus I. Pada setiap pertemuan, baik pada
siklus I maupun siklus II dilakukan refleksi terhadap pembelajaran dan
menyimpulkan materi pembelajaran. Selain itu, guru juga memberikan
motivasi dan menutupnya dengan ucapan salam.
Hasil tes kemampuan menulis paragraf naratif dievaluasi kemudian direkap
untuk mendapatkan hasil keseluruhan dari tes menulis paragraf naratif. Hasil
tes menulis paragraf naratif pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel
4.15.
Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa hasil tes siklus I kemampuan
menulis paragraf naratif dapat diketahui nilai rata-rata siswa dari hasil tes siklus
75
I sebesar 62,7 dengan kategori cukup. Nilai tersebut belum mencapai KKM
yaitu 75. Sebanyak 26 siswa nilainya masih di bawah 75 sehingga belum
mencapai ketuntasan. Pada siklus II. Nilai rata-rata siswa sebesar 79,7 dengan
kategori baik. Nilai tersebut telah memenuhi target karena lebih dari 85% siswa
yang nilainya telah mencapai KKM. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
penelitian peningkatan kemampuan menulis paragraf naratif sudah berhasil
karena mencapai target yang diinginkan. Untuk penjelasan tiap-tiap aspek
kemampuan menulis paragraf naratif akan dijelaskan sebagai berikut.
Aspek pertama, yaitu pengembangan gagasan (ide). Pada siklus I nilai
rata-rata yang dicapai sebesar 66,85 dengan kategori cukup. Sementara pada
siklus II nilai rata-rata yang dicapai sebesar 81,71 dengan kategori baik.
Peningkatan yang terjadi yaitu sebesar 14,88 atau 42,51%.
Aspek kedua, yaitu kesesuaian dan kejelasan isi cerita. Pada siklus II nilai
rata-rata yang dicapai sebesar 83,42 dengan kategori baik. Sedangkan pada
siklus I nilai rata-rata yang dicapai hanya sebesar 69,14 dengan kategori cukup.
Peningkatan yang terjadi sebesar 14,28 atau 40,28%.
Aspek ketiga, yaitu kelengkapan unsur cerita (5W + 1H). Pada siklus I nilai
rata-rata yang dicapai sebesar 58,85 dengan kategori cukup. Sedangkan pada
siklus II nilai rata-rata yang dicapai sebesar 78,85 dengan kategori baik.
Peningkatan yang terjadi pada aspek ini sebesar 20, atau 66,66%.
Aspek keempat, yaitu aspek kebahasaan. Pada siklus II nilai rata-rata yang
dicapai yaitu sebesar 79,42 dengan kategori baik. Sedangkan pada siklus I nilai
76
rata-rata yang dicapai hanya sebesar 57,14 dengan kategori cukup. Peningkatan
yang terjadi sebesar 22,28 atau 63,65%.
Aspek kelima, yaitu kerapian tulisan. Pada siklus I nilai rata-rata yang
dicapai sebesar 60,57 dengan kategori cukup. Sedangkan pada siklus II nilai
rata-rata yang dicapai sebesar 78,28 dengan kategori baik. Peningkatan yang
terjadi pada aspek ini yaitu sebesar 17,71 atau 50,6%. Peningkatan kemampuan
menulis paragraf naratif juga dapat dilihat pada diagram 4.3.
Diagram 4.3 memperlihatkan adanya peningkatan tiap aspek pada tiap
siklus. Pada aspek pengembangan gagasan (ide), nilai rata-rata siklus I sebesar
66.85 meningkat menjadi 81,71. Aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita, nilai
rata-rata siklus I sebesar 69,14 kemudian meningkat pada siklus II sebesar
83,42. Pada aspek kelengkapan unsur cerita, nilai rata-rata yang dicapai pada
siklus I sebesar 58,85 kemudian meningkat pada siklus II sebesar 78,85. Untuk
aspek kebahasaan, nilai rata-rata yang dicapai pada siklus I sebesar 57,14
kemudian meningkat pada siklus II sebesar 79,42. Untuk aspek kerapian
tulisan, nilai rata-rata yang dicapai pada siklus I sebesar 60,67 kemudian
meningkat pada siklus II menjadi 78,28.
Peningkatan kemampuan menulis paragraf naratif merupakan suatu
keberhasilan yang memuaskan. Setelah dilakukan tindakan siklus I dengan
menggunakan model pembeljaran menulis imajinatif, hasil kemampuan
menulis paragraf naratif siswa masih berada dalam kategori cukup. Nilai
rata-rata hasil tes siklus I sebesar 62,7. Namun, ketika dilakukan perbaikan pada
siklus II, nilai rata-rata yang dicapai meningkat sebanyak 17 atau 48,57%. Nilai
77
rata-rata pada siklus II sebesar 79,7. Pada siklus II ini sebagian besar sudah
mampu menulis paragraf naratif dengan baik dan memperoleh nilai di atas
KKM, tetapi masih ada 4 siswa yang berada di bawah KKM. \
Peningkatan-peningkatan yang terjadi memang suatu hal yang sangat
membanggakan. hasil tersebut merupakan target yang ingin dicapai dengan
pembelajaran menulis paragraf naratif siklus II. Keberhasilan pencapaian target
ini membuktikan bahwa tindakan pada siklus II sudah berhasil.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak hanya meneliti kemampuan
menulis paragraf naratif, tetapi peneliti juga meneliti perubahan perilaku siswa
saat mengikuti pembelajaran menulis paragraf naratif. Perilaku siswa dalam
penelitian menulis paragraf naratif mengalami peningkatan ke arah yang
positif. Berdasarkan pengamatan perilaku siswa dari hasil observasi dapat
diketahui bahwa terdapat sebagian siswa yang belum siap mengikuti
pembelajaran menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round
Robin.
Perilaku siswa dari hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran menulis paragraf naratif masih terdapat siswa yang tidak antusias
mengikuti pembelajaran. Mereka terlihat tidak semangat dan malu untuk
bertanya ataupun mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, perilaku negatif
juga ditunjukkan oleh beberapa siswa ketika diminta mengacungkan jari untuk
bertanya, mereka hanya diam karena malu dan tidak berani. Beberapa siswa
juga masih pasif dalam proses pembelajaran di kelas.
78
Berdasarkan hasil observasi tersebut, maka peneliti melakukan perbaikan
pada siklus II. Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah dengan memberikan
motivasi dan semangat kepada siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis
paragraf naratif. Peneliti berusaha mendekatkan diri kepada siswa yang masih
pasif dan tidak mau mengungkapkan pendapatnya. Hal ini dilakukan agar siswa
tersebut tidak malu lagi dalam mengungkapkan pendapatnya ketika proses
pembelajaran di kelas berlangsung.
Perbaikan yang dilakukan peneliti tersebut dapat dikatakan berhasil. Pada
siklus II sebagian besar siswa sudah berani untuk bertanya maupun menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru. selain itu, sebagian siswa juga sudah
semangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Tidak ada lagi siswa
yang mengantuk, melamun atapun menganggu temannya ketika pembelajaran
sedang berlangsung. Perubahan perilaku siswa pada siklus II ini mengalami
perubahan ke arah yang positif.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dan siklus II, dapat diketahui
bahwa pembelajaran menulis paragraf naratif dengan menggunakan model
pembelajaran menulis imainatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Proses
pembelajaran menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round
Robin merupakan suatu pembelajaran yang mengarah pada strategi
pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam meningkatkan kreativitasnya
juga merupakan cara yang paling sederhana untuk merangsang siswa
berimajinasi melalui media gambar agar menghasilkan tulisan paragraf naratif
79
yang lebih menarik. Pembelajaran yang dilakukan ini diharapkan dapat
membawa perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis
paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin mampu
meningkatkan hasil belajar siswa serta mengubah perilaku siswa ke arah yang
positif.
Peningkatan kemampuan menulis siswa baik tes maupun nontes dalam
pembelajaran menulis paragraf naratif merupakan suatu hal yang patut
dibanggakan. Hasil kondisi awal kemampuan siswa dalam menulis menulis
paragraf naratif masih menunjukkan hasil yang kurang. Selain kemampuan
menulis, perilaku siswa juga masih menunjukkan perilaku-perilaku yang
negatif. Namun, setelah dilaksanakan pembelajaran menulis paragraf naratif
dengan menggunakan Metode Round Robin pada siklus I dan siklus II,
kemampuan dan perilaku siswa dalam menulis paragraf naratif meningkat.
Hasil tes kemampuan menulis paragraf naratif siswa pada siklus I sebesar 62,7
dan berada pada kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Hasil pada siklus I
ini masih belum memuaskan dan belum mencapai KKM yaitu 75. Oleh karena
itu, peneliti melakukan perbaikan pada siklus II. Hasil tes pada siklus II sebesar
79,7 dan berada pada kategori baik dengan rentang nilai 75-84. Hasil tersebut
menunjukkan terjadinya peningkatan sebesar 17 atau 48.57% dari siklus I ke
siklus II. Peningkatan hasil tes tersebut sangat memuaskan.
Selain hasil tes, peneliti juga melakukan penelitian terhadap perilaku siswa.
Kondisi awal perilaku siswa masih menunjukkan perilaku yang negatif,
80
misalnya dalam mengikuti pembelajaran masih banyak yang tidak
memperhatikan penjelasan guru, tidak serius dalam mengikuti pembelajaran,
bahkan ada pula yang suka menganggu temannya. Namun, setelah diterapkan
pembelajaran dengan model menulis imajinatif, perilaku siswa meningkat ke
arah yang positif. Pada siklus I, hanya beberapa siswa yang menunjukkan
perilaku negatif. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan dengan
memberikan motivasi dan semangat kepada siswa untuk mengikuti
pembelajaran. Selain itu, peneliti juga berusaha mendekatkan diri kepada siswa
agar mereka tidak pasif dan malu dalam proses pembelajaran. Hasil pada siklus
II siswa mulai serius dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan mereka juga
lebih aktif dalam pembelajaran di kelas.
Penggunaan model dan media pembelajaran yang berbeda dalam penelitian
tersebut juga mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan peneliti. Hasilnya
pun sangat memuaskan karena siswa yang sebelumnya mengalami kesulitan
dalam menulis paragraf naratif setelah diterapkan berbagai model dan media
pembelajaran ternyata mampu meningkatkan kemampuan siswa dan juga
mampu mengubah perilaku negatif siswa ke arah yang lebih positif.
Melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan penelitian
sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran perlu
dilakukan variasi. Selain untuk mengenalkan berbagai macam model dan media
pembelajaran kepada siswa, juga untuk menghindari kebosanan siswa dalam
pembelajaran dikarenakan model atau media yang digunakan guru tidak
mampu menarik minat dan memunculkan konsentrasi pada siswa. Namun,
81
perlu diketahui bahwa tidak semua model atau media pembelajaran dapat
digunakan untuk semua materi pembelajaran.
Setiap materi pembelajaran mempunyai karakteristik yang turut
menentukan model yang digunakan untuk menyiapkan materi tersebut. Begitu
pula dalam pembelajaran menulis, seorang guru harus memilih dan
menggunakan model yang sesuai, sebagai penunjang kegiatan pembelajaran
agar mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan
kemampuan menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round
Robin diposisikan sebagai pelengkap dari penelitian sebelumnya. Penelitian
yang dilakukan peneliti berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis paragraf
naratif dengan Menggunakan Metode Round Robin Siswa Kelas VII SMP PGRI
Barembeng”. Nilai rata-rata yang siswa pada siklus I sebesar 62,7 dengan
kategori cukup. Nilai tersebut belum memuaskan dan belum mencapai KKM
yaitu 75, oleh karena itu dilakukan perbaikan pada siklus II. Pada siklus II nilai
rata-rata yang dicapai siswa sebesar 79,7 dengan kategori baik. Peningkatan
yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 17 dengan persentase 48,57%.
Selama proses pembelajaran juga tampak adanya perubahan perilaku siswa
dari perilaku negatif menuju ke perilaku yang positif. Siswa juga secara
bertahap mampu menyesuaikan tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan oleh
guru. siswa juga terlihat bersemangat dan berminat untuk mengikuti proses
pembelajaran. Hal ini menunjukkan dengan menggunakan Metode Round
82
Robin dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf naratif siswa kelas
VII SMP PGRI Barembeng.
Hasil penelitian ini didukung pendapat Menurut Muslim Ibrahim (2000:
49) Round Robin adalah suatu tipe pembelajaran dimana para siswa bergiliran
memberikan kontribusi menjawab pertanyaan dalam sebuah kelompok dalam
bentuk tulisan. Dalam pembelajaran ini guru mengajukan pertanyaan atau
tugas yang memiliki beberapa alternatif jawaban. Satu siswa mulai
mengemukakan pemikiran pikiran, dan giliran mengemukakan pendapat
diteruskan kepada siswa berikutnya, melakukan hal yang sama.
Masing-masing siswa memberikan kontribusi jawaban berlanjut sampai semua
orang di dalam kelompok memiliki kesempatan untuk berbicara. Metode
belajar ini jelas berbeda dengan metode belajar yang dilakukan secara
individu, metode belajar kooperatif dapat mengasah komunikasi antar siswa
dan saling memiliki tanggung jawab atas pelajaran yang didapat dan tanggung
jawab untuk mengajari rekan- rekan yang lain dalam kelompok.
83
Mengenai penggunaan metode pembelajaran Round Robin yang
mempunyai tujuan menciptakan kerja sama antar kelompok dan
mengemukakan pemikiran dalam bentuk tulisan. Metode pembelajaran Round
Robin dalam proses pembelajaran menulis paragraph naratif dapat
meningkatkan kemampuan menulis paragraf naratif pada siswa kelas VII SMP
PGRI Barembeng.
84
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat, disimpulkan bahwa
kemampuan menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round
Robin meningkat. Hasil tes pada siklus I mencapai nilai rata-rata sebesar 62,7
mencapai kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Pada siklus II nilai
rata-rata yang dicapai sebesar 79,7 mencapai kategori baik dengan rentang nilai
75-84. Dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I sebesar 17 atau
79,7%. Hasil yang dicapai pada siklus II melebihi target ketuntasan yang telah
ditetapkan, yaitu dengan nilai KKM 75. Peningkatan nilai rata-rata ini
membuktikan keberhasilan pembelajaran menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin. Selain meningkatnya kemampuan siswa
dalam menulis paragraf naratif dengan Metode Round Robin, perilaku siswa
juga mengalami perubahan ke arah positif selama proses pembelajaran.
Perubahan perilaku siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng mengalami
peningkatan ke arah yang positif setelah dilaksanakan pembelajaran menulis
paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin. Hasil tersebut
dapat dilihat dari data nontes yang meliputi hasil observasi pada siklus I dan
siklus II. Perubahan tersebut seperti siswa yang tidak aktif dalam menjawab
petanyaan, menyampaikan pendapat, kurang siap, kurang bersemangat, dan
kurang aktif dalam pembelajaran menjadi siap, semangat, aktif, dan
85
menikmati pembelajaran. Siswa juga tampak lebih aktif dalam berpikir dan
lebih aktif dalam menulis penglaman pribadi. Selain itu, siswa juga lebih berani
bertanya kepada guru jika merasa kesulitan dalam menulis paragraf naratif serta
berani untuk menjawab pertanyaan dan memberikan komentar.
B. Saran
Saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan hasil penelitian ini
sebagai berikut.
1. Guru bahasa Indonesia hendaknya dapat menerapkan Metode Round Robin
dalam pembelajaran menulis paragraf naratif, karena model pembelajaran
ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf naratif,
membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, dan dapat mengubah
perilaku siswa ke arah yang positif untuk mengikuti pembelajaran.
2. Siswa hendaknya lebih aktif dan berperilaku positif dalam mengikuti
pembelajaran dan selalu berlatih untuk menulis, terutama menulis paragraf
naratif.
3. Para peneliti bidang pendidikan dan bahasa dapat menggunakan penelitian
ini sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lainnya dengan
menggunakan model pembelajaran yang berbeda sehingga dapat memiliki
berbagai alternatif model pembelajaran bahasa Indonesia.
86
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga
Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
BSNP, 2006. Metode Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model Silabus,
Mata Pelajaran SMP/MTS. Jakarta : BP.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran dan Sastra Indonesia
Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiah. Jakarta:
Depdiknas.
Didik, Komaidi. 2007. Aku Bisa Menulis (Panduan Praktis Menulis Kreatif
Lengkap). Yogyakarta: Sabda Media
Graham. 2007. Uniqual Lives: Health and Socioeconomic Inequalities
Buckingham: Open University Press
Hutbaya. 2015. Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi dengan
Menggunakan Strategi Brainstorming (Penelitian Tindakan Kelas X5
SMA Negeri 1 Watansoppeng). Makassar.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Isroyati. 2016. Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi dengan
Penggunaan Metode Field pada Siswa Kelas IX di SMP Dwi guna Depok.
Terdapat di
http://repositori.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/21552 di unduh
tanggal 01 Agustus 2020.
Kagan. 1994. Cooperative Learning CA: Kagan Cooperative Learning. Diakses
pada 05 September 2013 dari
http://aim.cast.org/sites/aim.cast.org/files/peer MedInstrucNov3.pdf.
Kagan. 2004. Pembelajaran Pendidikan IPS di sekolah Dasar. Dalam
http://www.pembelajaran. Wordpress.com/ Internet diakses tanggal 22
Agustus 2020.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores:
Nusa Indah.
87
Keraf. 2001. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan. PT Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Khanifa, Filda Rahmi. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Pengalaman
Pribadi Berbasis Multikultural Dengan Sistem Pembelajaran Portofolio
Pada Siswa Kleas VII5 SMP Negeri 1 Wiradesa Tahun Ajaran 2010/2011.
Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Komaidi. 2007. Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap. Yogyakarta: Sabda
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus linguistik: Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum.
Mulyati. 2011. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Navy Tri Indah Sari. 2011. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Round Robin Terhadap Prestasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa
SMA. Malang: Universitas Malang.
Sanjaya. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Predana Grup.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan r&d. Bandung Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung
Alfabeta.
Sujanto. 1998. Membaca, Menulis, Berbicara untuk Mata Kuliah Dasar Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Dekdikbud Dirjen Dikti P2LPTK.
Tarigan, 2013. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa
Riwayat Hidup
Hamka, lahir di Limbung 08 April 1997, anak ke 3 dari 3
bersaudara, buah kasih sayang dari ayahanda
“Kaharuddin” dan ibunda “Tayu”. Penulis pertama kali
menempuh Pendidikan di SDN Barembeng II, pada tahun
2004 dan selesai pada tahun tahun 2009, pada tahun 2009
penulis melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP Muhammadiyah Limbung
dan selesai pada tahun 2012, pada tahun 2012 Penulis melanjutkan sekolah
menengah pertama di SMA Negeri 1 Bajeng dan selesai pada tahun 2015.
Tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan dan Keguruan,
Universitas Muhammadiyah Makassar melalui program ujian mandiri yang
diadakan oleh pihak kampus.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP PGRI BAREMBENG
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/ Satu
Materi Pokok : Paragraf Naratif
Alokasi Waktu : 3 x Pertemuan (9 JP)
A. Kompetensi Inti KI-1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI-2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
KI-3:Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
KI-4: Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4 Menelaah struktur dan
kebahasaan teks narasi
(cerita fantasi) yang didengar
dan dibaca
3.4 .1 Merinci struktur paragraf naratif
3.4.2 Menyimpulkan karakteristik
bagian-bagian pada struktur paragraf
naratif3.4.3 Menelaah hasil
melengkapi paragraf naratif
3.4.4 Menentukan ciri kebahasaan
4.4 Menyajikan gagasan kreatif
dalam bentuk cerita
imajinasi secara lisan dan
tulis dengan
memperhatikan
struktur dan penggunaan
bahasa
4.4.1 Merencanakan pengembangan cerita
fantasi
4.4.2 Menulis paragraf naratif dengan
memperhatikan pilihan
kata,kelengkapan struktur, dan kaidah
penggunaan kata/kalimat/tanda
baca/ejaan.
C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan pertama
Setelah membaca paragraf naratif, peserta didik dapat:
1. Menentukan bagian-bagian (struktur) paragraf naratif;
2. Menjelaskan bagian orientasi, komplikasi, dan resolusi paragraf naratif
3. Menentukan rincian masing-masing bagian paragraf naratif
4. Menjelaskan ciri kebahasaan teks deskripsi (kata benda, kata sifat, kata
keterangan tempat, kata sambung,kalimat langsung dan tidak langsung,
diksi,tanda baca dan ejaan)
Fokus penguatan karakter 1. bekerja sama
2. jujur
3. teliti
Pertemuan kedua
Setelah membaca cerita fantasi, secara kelompok peserta didik dapat:
1. Menentukan ide paragraf naratif
2. Membuat kerangka atau rangkaian peristiwa sesuai dengan struktur
paragraf naratif
Fokus Pengembangan Karakter
1. Percaya diri
2. Kreatif
Pertemuan ketiga
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat:
1. Menulis paragraf naratif sesuai dengan kaidah kebahasaan;
2. Menyunting paragraf naratif yang telah ditulis;
3. Merevisi paragraf naratif sesuai dengan hasil menyunting;
Fokus Pengembangan Karakter
1. Teliti
2. Tanggung jawab
D. Materi Pembelajaran
1. Materi Pembelajaran Reguler
(1) Fakta
a. Contoh paragraf naratif
(2) Konsep
1. a. Aspek pengembangan gagasan (ide)
2. Aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita
3. Aspek kelengkapan unsur cerita (5W + 1H)
4. Aspek kebahasaan
Aspek kerapian tulisan
(3) Prosedur
a. Menulis paragraf naratif
2. Materi pembelajaran pengayaan
a. Menulis paragraf narati secara berkelompok
3. Materi pembelajaran remedial
a. Kaidah ejaan bahasa Indonesia.
b. Menulis paragraf naratif.
E. Metode Pembelajaran
1. Round Robin
2. Konstruktivis
F. Media dan Bahan
a. Media
1) Paragraf naratif
2) Buku teks
3) Tabel telaah teks
4) LK pemandu kegiatan
b. Bahan
1) Kertas HVS
2) Gunting, spidol
3) Gelas bekas
G. Sumber Belajar
Harsiati, Titik. 2016. Buku Peserta didik Bahasa Indonesia Kelas VII
SMP/M.Ts. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemdikbud.
---------. 2016. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas VII SMP/M.Ts. Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Permendikbud No 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia. 30 Novemner 2015
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama (3 JP)
Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a. Guru memotivasi siswa untuk bertanya jawab tentang paragraph naratif
b. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, yaitu menelaah struktur
dan kebahasaan serta menulis teks paragraf naratif
c. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan.
d. Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu pengetahuan dan keterampilan.
Kegiatan Inti (100 Menit)
a. Guru mengelompkka kelompok belajar bahasa Indonesia.
b. Tiap-tiap kelompok mendapat mendapatkan 1 tema dalam lotere
c. Guru menjelaskan mengenai materi paragraf naratif dan menjelaskan
mengenai materi kelompok.
d. Guru menjelskan aspek penilaian pengembangan gagasan ide, kesesuain dan
kejelasan isi cerita, kelengkapan unsur cerita, kebahasaan dan kerapian
tulisan.
e. Kemudian siswa diberikan waktu sampai selesai untuk ,membuat paragraf
naratif
f. Setiap kelompok beradu cepatm embuat paragraf naratif menjadi t baik dari
segi isi maupun bahasa
Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Guru memfasilitasi siswa membuat butir-butir simpulan mengenai
masing-masing bagian paragraf naratif.
b. Guru bersama siswa melakukan identifikasi kelebihan dan kekurangan
kegiatan pembelajaran tentang penentuan bagian paragraf naratif orientasi,
komplikasi, dan reolusi, serta menyampaikan tindak lanjut/perbaikan untuk
kegiatan belajar berikutnya.
c. Guru memberikan umpan balik pada siswa dalam proses dan hasil
pembelajaran dengan cara memberi kesempatan siswa menyebutkan kembali
rincian isi masing-masing paragraf naratif
d. Dengan bimbingan guru peserta didik mengulangi materi yang sudah
dipelajari
e. Guru menyampaikan kegiatan belajar yang dikerjakan sebagai PR yaitu
berupa membaca paragraf naratif pada buku siswa.
f. Peserta didik dan guru merefleksi proses dan hasil pembelajaran.
g. Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya
Pertemuan Kedua (3 JP)
Kegiatan Pendahuluan (8 menit)
a. Guru mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan
b. Guru mengecek penugasan kompetensi yang sudah dipelajari sebelumnya,
yaitu bagian-bagian paragraf naratifdengan cara memberi tiga bagian paragraf
naratif kepada peserta didik dan rincian komponennya. Kemudian peserta
didik diberi kesempatan untuk memasangkannnya
c. Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran dan penilaian yang akan
dilakukan yaitu menelaah teks deskripsi dengan beberapa variasi
Kegiatan Inti (100 menit)
a. Bersama kelompok, peserta didik mengamati struktur paragraf
naratifdengan menggunakan tabel data yang disepakati.
b. Peserta didik mengklasifikasi data untuk membuat kerangka sesuai dengan
struktur paragraf naratif.
c. Peserta didik menyajikan kerangka paragraf naratif yang disertai data hasil
pengamatan.
d. Peserta didik mencermati penguatan berupa tanggapan dan saran dari
kelompok lain dan guru.
e. Peserta didik memperbaiki kerangka teks deskripsi sesuai dengan tanggapan
dan saran dari kelompok lain dan guru.
Kegiatan Penutup (12 menit)
a. Guru bersama dengan peserta didik mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta
menyampaikan tindak lanjut/perbaikan untuk kegiatan belajar berikutnya.
b. Guru bertanya kepada peserta didik apakah kompetensi yang ingin dikuasai
sudah tercapai.
c. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran dengan cara memberi tanda bintang kepada siswa yang berhasil
menyelesaikan pekerjaannya dengan secara tepat
d. Guru memberi penugasan untuk berlatih membuat kerangka paragraf
naratifyang lain.
e. Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada pertemuan
berikutnya, yaitu menulis cerita fantasi.
Pertemuan Ketiga (3 JP)
Kegiatan Pendahuluan (8 menit)
a. Guru mengondisikan suasana belajar yang menyenangka
b. Guru mengecek penguasaan kompetensi yang sudah dipelajari sebelumnya.
c. Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran dan penilaian yang akan
dilakukan.
Kegiatan Inti (100 menit)
a. Peserta didik secara berkelompok berlatih mengembangkan bagian-bagian
kerangka (Orientasi, komplikasi, resolusi) secara bertahap sesuai dengan
struktur paragraf naratif.
b. Peserta didik dalam kelompok saling menukarkan hasil mengembangkan
bagian-bagian kerangka paragraf naratif untuk mengidentifikasi variasi pola
pengembangan kalimat topik dan penjelas pada setiap paragrafnya
c. Peserta didik melaporkan hasil identifikasi pola pengembangan kalimat topik
dan penjelas dari karya teman sekelompoknya.
d. Peserta didik mencermati penguatan tentang pola pengembangan kalimat
topik dan penjelas yang benar dari guru pada setiap bagian struktur paragraf
naratif
e. Peserta didik merevisi hasil pengembangan bagian-bagian teks deskripsi
sesuai dengan saran/masukan dari teman sekelompoknya.
f. Peserta didik menyunting paragraf naratifdari aspek penggunaan kata ganti,
kata sambung penanda urutan waktu, dan penggunaan dialog/kalimat
langsung
g. Peserta didik memperbaiki teks paragraf naratifyang ditulisnya sesuai dengan
hasil menyunting.
h. Peserta didik memajang hasil menulis paragraf naratifi madding kelas dan
kelompok lain memberi tanggapan dan saran
i. Peserta didik mencermati penguatan tentang penulisan paragraf naratifyang
baik dari guru.
Kegiatan Penutup (12 Menit)
a. Guru bersama peserta didik membuat butir-butir simpulan terkait
bagian-bagian cerita fantasi, penggunaan kata ganti, kata sambung, dan
penggunaan dialog/kalimat langsung.
b. Guru bersama dengan siswa mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta menyampaikan tindak
lanjut/perbaikan untuk kegiatan belajar berikutnya.
c. Guru melakukan penilaian dengan teknik observasi.
d. Guru memberikan peenghargaan kepada kelompok yang mendapatkann
nilai terbaik.
I. Penilaian
1. Teknik penilaian
a. Sikap (spiritual dan sosial)
1) Observasi (jurnal)
b. Pengetahuan
2) Tes tertulis
c. Keterampilan
3) Praktik
Instrumen Penilaian
Pertemuan 1
Instrumen Penilaian sikap
a. Jurnal Perkembangan Sikap Spiritual
Nama sekolah : SMP PGRI BAREMBENG
Kelas Semester : VII/I
Tahun Pelajaran : 2019
No waktu Nama
siswa
Catatan
pribadi
Butir
sikap
Ttd Tindak
lanjut
1
b. Jurnal Perkembangan Sikap Sosial
Nama sekolah : SMP PGRI BAREMBENG
Kelas Semester : VII/I
Tahun Pelajaran : 2019
No waktu Nama
siswa
Catatan
pribadi
Butir
sikap
Ttd Tindak
lanjut
1
c. Pengetahuan
Teknik Bentuk Instrumen Instrumen soal
Tes Tertulis Uraian Tentukan struktur teks paragraf
naratif berjudul Ruang
Dimensi Alpha
Karya: Ratna Juwita
Tes Tertulis Uraian Tentukan karakter
pesan berjudul paragraf
naratif berjudul Kisah pohon
Apel dan Laki-laki
Ruang Dimensi Alpha
Karya: Ratna Juwita
“Kau harus membawanya kembali!” Erza berteriak kalang kabut. Aku
gugup. Bingung. Tak tau apa yang harus kuperbuat, sedangkan manusia
dengan wajah setengah kera itu memandang sekeliling. Manusia purba
itu menemukanku ketika aku memasuki dimensi alpha. Tanpa kusadari ia
mengikutiku. Manusia purba itu akan mati jika tidak kembali dalam waktu
12 jam.
“Aku harus membawa dia kembali!” teriakku.
Erza menghempaskan tubuhnya pada meja kontrol laboratorium
dengan kesal. Ardi berteriak lantang ”Jangan main-main Don!” Ardi
menatapku dengan tajam. “Padahal..,” Erza tercekat, “Aku tahu Er kita
tinggal punya waktu 8 jam”. Aku terus berusaha meyakinkan sabahat-
sahabatku.
“ Jika kamu mengembalikan manusia purba melebihi 8 jam, berarti
tamat riwayatmu.” Kembali Erza dan Ardi menatapku tajam.
Aku mengotak-atik komputer Luminaku dengan cepat. Aku
memutuskan untuk tetap mengembalikan manusia purba itu.
“Sistem oke!”
Manusia purba itu harus hidup. Setiap mahkluk berhak untuk hidup.
Aku yang membawanya, aku juga yang harus mengembalikannya. Orang
tuaku tak pernah mengajarkanku untuk melarikan diri sesulit apapun
masalah yang kuhadapi.
Ku klik tombol „run‟ pada layar monitor Lumina di depanku dan diikuti
gelombang biru mirip Aurora memenuhi ruangan. Pagar Asteroid terbuka
lebar, memberikan ruang cukup untuk kulewati bersama manusia purba
itu. Ruangan penuh asap dengan pohon-pohon yang meranggas. Hampir
8 jam, manusia purba tetap memegang tanganku. Kurang 10 menit aku
lepaskan tangan manusia purba. Kujabat erat dan aku lari menuju lorong
dimensi alpha. Kurang 10 menit lagi waktu yang tersisa dan aku masih
di lorong dimensi alpha. Aku berpikir ini takdir akhir hidupku. Tiba-tiba
kudengar teriakan keras dan goncangan hebat. Aku terlemapar kembali ke
laboratoriumku.
Alarm berbunyi. Gelombang dimensi alpha semakin mengecil.
Badanku lemas seakan rontok semua sendiku. Aku menengadah dan
kulihat sahabat-sahabatku mengelilingiku. Semua alat di laboratorium ini
pecah berantakan. Tinggal laptop Luminaku yang masih menyala.
“Ardi maafkan aku! Maaf telah merusak labolatorium untuk penelitian
ini,” kataku mengiba.
“Gak apa-apa asalkan dirimu bisa selamat,” Ardi memelukku dengan
erat. Kulihat Erza membawa air minum untukku. Tidak menyangka aku
bisa berhasil dikembalikan dan hidup lagi secara biasa. Manusia purba itu
juga berhasil kembali ke habitatnya pada 500 tahun sebelum masehi. Aku
dapat melihatnya dengan jelas di layar laptop. Manusia purba itu tersenyum
sambil melambaikan tangan ke arahku.
Tes tertulis
a. Tentukan struktur teks paragraf naratif berjudul Ruang Dimensi Alpha
Pedoman penskoran
No. Aspek Penilaian Skala Nilai
Bobot Skor 1 2 3 4 5
1. Pengembangan gagasan (ide) 4 20
2. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita
4 20
3. Kelengkapan unsur cerita
- (5W + 1H)
6 30
4. Aspek kebahasaan
- Pengembangan paragraf
- Penyusunan kalimat
efektif
- Ketepatan diksi
- EYD
4 20
5. Kerapian tulisan 2 10
Jumlah 20 100
Pedoman penilaian kompetensi keterampilan
Skor = jumlah perolehan angka keseluruhan
Nilai = skor yang diperoleh x 100
Skor maksimal
Kunci Jawaban
1. Orientasi, komplikasi,resolusi, koda
Pertemuan 2
Instrumen Penilaian sikap
a. Jurnal Perkembangan Sikap Spiritual
Nama sekolah : SMP PGRI BAREMBENG
Kelas Semester : VII/I
Tahun Pelajaran : 2019
No Waktu Nama
siswa
Catatan
pribadi
Butir
sikap
Ttd Tindak
lanjut
1
b. Jurnal Perkembangan Sikap Sosial
Nama sekolah : SMP PGRI BAREMBENG
Kelas Semester : VII/I
Tahun Pelajaran : 2019
No waktu Nama
siswa
Catatan
pribadi
Butir
sikap
Ttd Tindak
lanjut
1
c. Pengetahuan
Soal Uraian
(1) Perbaikilah kalimat berikut yang menggunakan ejaan yang tidak tepat!
Aku harus membawa Dia kembali! teriakku.
Erza menghempaskan tubuhnya pada Meja Kontrol Laboratorium
dengan kesal. ardi berteriak lantang Jangan main-main Don Ardi
menatapku dengan tajam. “Padahal..,” Erza tercekat, “Aku tahu Er kita
tinggal punya waktu 8 jam”. Aku terus berusaha meyakinkan sabahat-
sahabatku.
2. Perbaikan ejaan
Aku harus membawa Dia kembali!” teriakku
Seharusnya
Aku harus membawa dia kembali!” teriakku
Erza menghempaskan tubuhnya pada Meja Kontrol Laboratorium
Seharusnya
Erza menghempaskan tubuhnya pada Meja Kontrol Laboratorium
3. Perbaikan tanda baca
a. Jangan main-main Don Ardi menatapku dengan tajam.
Seharusnya
“Jangan main-main Don!” Ardi menatapku dengan tajam
b. Aku harus membawa Dia kembali! teriakku
Seharusnya
“Aku harus membawa Dia kembali!” teriakku
Lembar Kerja Siswa 4
Menemukan Alur/Plot
Judul :
Tahapan
Orientasi
Komplikasi
Resolusi
Koda
Penilaian Pertemuan 3
a. Jurnal Perkembangan Sikap Spiritual
Nama sekolah : SMP PGRI BAREMBENG
Kelas Semester : VII/I
Tahun Pelajaran : 2019
No waktu Nama
siswa
Catatan
pribadi
Butir
sikap
Ttd Tindak
lanjut
1
b. Jurnal Perkembangan Sikap Sosial
Nama sekolah : SMP PGRI BAREMBENG
Kelas Semester : VII
Tahun Pelajaran : 2019
No Waktu Nama
siswa
Catatan
pribadi
Butir
sikap
Ttd Tindak
lanjut
1
Kisi-kisi penilaian Keterampilan
NO Kompetensi
Dasar
Materi Indikator Petunjuk
pelaksanaan
kerja
Jml
Menyajikan
gagasan
kreatif dalam
bentuk cerita
Menulis paragraf
naratif
Menulis
paragraf
naratif
Tulislah teks
paragraf naratif
dengan tema
persahabatan
dengan
memperhatikan
ejaan dan tanda
baca
1
buah
Soal keterampilan
Tulislah teks paragraf naratif dengan tema persahabatan dengan memperhatikan
ejaan dan tanda baca!
Rubrik penilaian dan Pedoman penskoran.
No. Aspek yang Dinilai Kriteria Penilaian Skor
1. Pengembangan gagasan f. Padat informasi, penalaran
logis, dan tuntas.
g. Padat informasi, penalaran
logis, dan kurang tuntas.
h. Informasi cukup, penalaran
logis, dan kurang tuntas.
i. Informasi kurang, penalaran
kurang logis, dan kurang
tuntas,
j. Informasi tidak jelas,
5
4
3
2
penalaran tidak logis, dan
tidak tuntas.
1
2. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita
f. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita sangat sesuai.
g. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita sesuai.
h. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita cukup sesuai.
i. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita kurang sesuai.
j. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita tidak sesuai.
5
4
3
2
1
3.
f. Kelengkapan unsur cerita
(5W+1H)
g. Unsur kelengkapan menulis
pengalaman pribadi
berkurang 1.
h. Unsur kelengkapan menulis
pengalaman pribadi
berkurang 2.
i. Unsur kelengkapan menulis
pengalaman pribadi
berkurang 3.
j. Unsur kelengkapan menulis
cerita berkurang 4.
5
4
3
2
1
4. Aspek kebahasaan
(pengembangan paragraf,
penggunaan ejaan dan tanda
baca, pilihan kata, kalimat
efektif, dan EYD)
f. Aspek kebahasaan yang
digunakan sangat
sempurrna, sangat sesuai,
dan tidak ada kesalahan.
g. Aspek kebahasaan yang
digunakan sempurna, sesuai,
dan tidak ada kesalahan.
h. Aspek kebahasaan yang
digunakan sempurna, sesuai,
dan sedikit kesalahan.
i. Aspek kebahasaan yang
digunakan kurang sempurna,
kurang sesuai, dan sedikit
kesalahan.
j. Aspek kebahasaan yang
digunakan tidak sempurna,
tidak sesuai, dan banyak
kesalahan.
5
4
3
2
1
5. Kerapian tulisan f. Tulisan terbaca jelas dan
tidak ada coretan.
g. Tulisan terbaca dan sedikit
coretan.
h. Tulisan terbaca dan terdapat
coretan.
i. Tulisan tidak terbaca dan
tidak ada coretan.
j. Tulisan tidak terbaca dan
banyak coretan.
5
4
3
2
1
Mengetahui
Kepala SMP PGRI BAREMBENG
Makassar, Desember 2019
Guru Mata Pelajaran
Lampiran 2
DOKUMENTASI
SIKLUS 1 (SATU) 3X PERTEMUAN
1. PENERAPAN SECARA LANGSUNG
SIKLUS 2 (DUA) 3X PERTEMUAN
2. PENERAPAN SECARA LANGSUNG
Lampiran 3
DAFTAR HADIR SISWA KELAS VII Siklus I
NO NAMA PERTEMUAN Keterangan
1 2 3
1. Abdul Karim √ √ √
2. Ahmad Jazuli √ √ √
3. Aisyah Putri Ramadani √ √ √
4. Ananda Ferdi √ √ √
5. Anggung Nirmala Sari √ √ √
6. Aulia Rahmadhani √ √ √
7. Cakra Eka Putra √ √ √
8. Febyta Chaeruniza √ √ √
9. Hamka Syaputra √ √ √
10. Hardiansyah √ √ √
11. Keisha Rofilah √ √ √
12. M. Irham √ √ √
13. Mirsan Efendi √ √ √
14. Muh. Ilham √ √ √
15. Muh. Jusdar √ √ √
16. Muh. Nabil Makarim √ √ √
17. Muh. Nur Alif √ √ √
18. Muh. Reski Syam √ √ √
19. Muh Syahrul √ √ √
20. Muhammad Agus √ √ √
21. Nur Annisa √ √ √
22. Nasrul Anugrah √ √ √
23. Nur Aisyah √ √ √
24. Nur Fitri √ √ √
25. Nur Rahmadani √ √ √
26. Nur Salam √ √ √
27. Annisa Salsabila √ √ √
28. Nue Febriani √ √ √
29. Nur Asni √ √ √
30. Reza Ardiansyah √ √ √
31. Rifka Al Maulana √ √ √
32. Samsiar √ √ √
33. Walfajri √ √ √
34. Yusfi Ainun √ √ √
35. Zahra Dian Nugraha √ √ √
Lampiran 4
DAFTAR HADIR SISWA KELAS VII Siklus II
NO NAMA PERTEMUAN Keterangan
1 2 3
1 Abdul Karim √ √ √
2 Ahmad Jazuli √ √ √
3 Aisyah Putri Ramadani √ √ √
4 Ananda Ferdi √ √ √
5 Anggung Nirmala Sari √ √ √
6 Aulia Rahmadhani √ √ √
7 Cakra Eka Putra √ √ √
8 Febyta Chaeruniza √ √ √
9 Hamka Syaputra √ √ √
10 Hardiansyah √ √ √
11 Keisha Rofilah √ √ √
12 N. Irham √ √ √
13 Mirsan Efendi √ √ √
14 Muh. Ilham √ √ √
15 Muh. Jusdar √ √ √
16 Muh. Nabil Makarim √ √ √
17 Muh. Nur Alif √ √ √
18 Muh. Reski Syam √ √ √
19 Muh Syahrul √ √ √
20 Muhammad Agus √ √ √
21 Nur Annisa √ √ √
22 Nasrul Anugrah √ √ √
23 Nur Aisyah √ √ √
24 Nur Fitri √ √ √
25 Nur Rahmadani √ √ √
26 Nur Salam √ √ √
27 Annisa Salsabila √ √ √
28 Nue Febriani √ √ √
29 Nur Asni √ √ √
30 Reza Ardiansyah √ √ √
31 Rifka Al Maulana √ √ √
32 Samsiar √ √ √
33 Walfajri √ √ √
34 Yusfi Ainun √ √ √
35 Zahra Dian Nugraha √ √ √
Lembar kerja siswa siklus I
Lembar Kerja Siklus II
Top Related