PENGUKURAN TINGKAT PENGEMBALIAN
Kelompok 4
Di susun oleh:
Amirul Akbar Indra 125030200111121
Rodi Khoirul Basori 125030200111024
Zeska Aditya 125030207111008
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan
harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Investasi ada dua
macam yaitu investasi aset finansial dan investasi aset riil. Contoh investasi aset
finansial adalah pasar saham. Saham merupakan salah satu aset yang bere-siko atau
aset yang tingkat pengembalian (return) di masa mendatang masih mengandung
ketidakpastian.
Ketidakpastian dalam investasi saham membuat konteks return dan risk
(resiko) menjadi pertimbangan dalam manajemen investasi saham. Investor pada
umumnya tidak menyukai resiko sehingga investor mempertimbangkan resiko-resiko
yang akan dihadapi sebelum melakukan investasi. Pertimbangan yang dila-kukan
investor adalah menanggung resiko tertentu guna memper-oleh return yang sebesar-
besarnya atau dengan resiko yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh return tertentu
(Laksono, 2004). Untuk mengantisipasi dari fluktuasi return dan risk yang ada,
investor biasanya melakukan investasi di beberapa saham atau portofolio saham
dengan harapan fluktuasi dari return saham-saham yang terbentuk di portofolio tidak
terlalu tajam.
Dalam menghadapi ketidakpastian tersebut para investor dapat
menggunakan sumber-sumber pendapatan dan mengkonversi ke dalam total
pengembalian dengan Model arithmetic, geometric dan time value. Dengan
menggunakan salah satu atau gabungan dari metode tersebut diharapkan pata
investor dapat memperkirakan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian tingkat pengembalian dan sumber-sumber pendapatan
investasi?
2. Metode-metode apa saja yang digunakan dalam penilaian investasi ?
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagimana tingkat pengembalian dan sumber-sumber
pendapatan invesasi
2. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam penilaian investasi
3. Untuk mengetahui manfaat Akuntansi Inflasi terhadap manajemen
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Retun
2.1.1 Pengertian Return
Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan
institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannnya. Adapun menurut
R.J.Shook return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun dividen.
Ada beberapa pengertian return yang umum dipakai dalam dunia investasi
yaitu:
1. Return on equity atau imbal hasil atas ekuitasmerupakan pendapatan bersih
dibagi ekuitas pemegang saham.
2. Return of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas
yang tidak kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil
modal yang di investasikan dan bukannnya distribusi dividen. Investor
mengurangi biaya investasi dengan jumlah pembayaran.
3. Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi
pendapatan sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angkan
yang mencerminkan hubungan antara investasi dan laba.
4. Return on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi merupakan
pendapatan bersih dan pengeluaran bungan perusahaan dibagi total
kapitalisasi perusahaan.
5. Return realisasi ( realized return) merupakan return yang telah terjadi.
Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai
dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang.
6. Return on net work atau imbal atas kekayaan bersih merupakan pemegang
saham dapat menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba
bersih setelah pajak dengan kekayaan bersihnya.
7. Return on sales atau imbal hasil atas penjualannnya merupakan untuk
menentukan efesiensi operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan
persentase penjualan bersihnya yang mencerminkan laba sebelum pajak
4
terhadap variabel yang sama dari periode sebelumnya. Persentase yang
menunjukkan tingkat efisien operasi ini bervariasiantar industri.
8. Return ekspektasi ( expected return) merupakan return yang diharapkan
akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.
9. Return total (total return) merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam
suatu periode tertentu.
10. Return realisasi portofolio ( portfolio realized return) merupakan rata-rata
tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di
dalam portofolio.
11. Return ekspektasi portofolio ( portfolio expected return) merupakan rata-rata
tertimbang dari return-returnekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di
dalam portofolio
Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian
(uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan
dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari
investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return
ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi
biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih
tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang
tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa
saja terjadi pada pasar yang tidak rasional.
Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi
dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss
(keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat
melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini
biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan
secara cepat. Misalnya dividen saham yaitu dibayarkan dalam bentuk saham
yang bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang
diterimanya, sedangkan Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang
dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi
(rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang
(Pt) lebih tinggi dari harga saham periode sebelumnya (Pt-1) maka pemegang
5
saham mengalami capital gain. Jika yang terjadi sebaliknya maka pemegang
saham akan mengalami capital loss. Dalam penelitian ini return saham yang
digunakan adalah capital gain (loss). Capital gain (loss) merupakan selisih laba
(rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif
lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya.
2.1.2 Yield
Yield adalah jumlah bunga yang dibayarkan kepada suatu obligasi dibagi
dengan harga obligasi tersebut. Dengan kata lain, yield mengukur pendapatan
yang dihasilkan oleh suatu obligasi. Yield juga merupakan tingkat hasil (rate of
return) suatu investasi, yang biasanya dikutip adalah persentase pertahun.
Dalam keuangan, hasil jangka menggambarkan jumlah tunai yang
mengembalikan kepada pemilik keamanan. Biasanya itu tidak termasuk variasi
harga, dengan perbedaan dari total return. Yield berlaku untuk tarif menyatakan
berbagai pengembalian saham, instrumen pendapatan tetap, dan beberapa
investasi lainnya produk asuransi jenis.Istilah ini digunakan dalam situasi yang
berbeda berarti hal yang berbeda. Hal ini dapat dihitung sebagai rasio atau
sebagai internal rate of return (IRR). Ini dapat digunakan untuk menyatakan
total return pemilik, atau hanya sebagian dari pendapatan, atau melebihi
pendapatan.
2.2 Metode Estimasi Return Yang Diharapkan
Estimasi return yang diharapkan bisa dilakukan dengan perhitungan rata-
rata return baik secara aritmatik (arithmetic mean) dan rata-rata geometrik
(geometric mean).
2.2.1 Rata-rata aritmatik (arithmetic mean)
Arithmetic mean lebih baik dipakai untuk menghitung nilai rata-rata
aliran return yang tidak bersifat kumulatif. Statistik yang paling dikenal baik
oleh kebanyakan orang adalah arithmetic mean. Oleh karena itu, ketika
seseorang menunjuk ke mean return mereka biasanya menunjuk ke arithmetic
mean. Arithmetic mean biasanya ditetapkan dengan simbol X-bar, dengan
rumus:
6
Dimana ∑x adalah jumlah nilai return selama satu periode, dan n adalah
total jumlah periode.
2.2.2 Geometric Mean
Geometric mean return mengukur susunan tarif dari pertumbuhan (rate
of growth) sepanjang waktu. Geometric mean terkadang digunakan dalam
investasi dan keuangan untuk menggambarkan tarif pertumbuhan yang tetap dari
dana investasi sepanjang beberapa periode yang lampau. Geometric mean
ditentukan sebagai akar yang paling akhir dari produk yang dihasilkan dari
perkembangan relative return. Geometric mean sebaiknya dipakai untuk
menghitung tingkat perubahan aliran return pada periode yang bersifat serial dan
kumulatif (misalnya 5 atau 10 tahun berturut turut). Rata-rata
geometrik (geometric mean) digunakan untuk menghitung rata-rata yang
memperhatikan tingkat pertumbuhan kumulatif dari waktu ke waktu. Metode
rata-rata geomertrik lebih tepat digunakan untuk situasi yang harus melibatkan
pertumbuhan, sedangkan metode rata-rata aritmatika lebih tepat digunakan
untuk menghitung rata-rata untuk satu periode yang sama dari banyak return
tanpa melibatkan pertumbuhan. Jika rata-rata geometrik diketahui, indeks
kemakmuran kumulatif untuk periode tertentu.
Geometric mean dirumuskan sebagai berikut:
G = [(1 + TR1)(1 + TR2) … (1 + TRn)] – 1
2.2.3 Arithmetic Mean Versus Geometric Mean
Kapan seharusnya kita menggunakan arithmetic mean dan kapan
seharusnya kita menggunakangeometric mean untuk menerangkan return dari
financial asset ?
Jawabannya tergantung dari pandangan objektif investor, yaitu:
a. Arithmetic mean adalah sebuah pengukuran yang baik atas rata-rata
(pada khususnya) yang ditunjukkan dalam satu periode. Arithmetic mean
7
adalah perkiraan terbaik dari pengembalian yang diharapkan (expected
return) untuk periode berikutnya
b. Geometric mean adalah sebuah pengukuran yang baik atas perubahan
kekayaan sepanjang waktu (multiple period). Geometric mean mengukur
hasil susunan rate of return dimana uang bertambah melewati periode
yang telah ditetapkan.
c. Metode arithmetic mean kadangkala bisa menyesatkan terutama jika
pola distribusi return selama suatu periode mengalami prosentase
perubahan yang sangat fluktuatif. Sedangkan metode geometric mean,
yang bisa mengambarkan secara lebih akurat “nilai rata-rata yang
sebenarnya” dari suatu distribusi return selama suatu periode tertentu.
d. Hasil perhitungan return dengan metode geometric mean lebih kecil dari
hasil perhitungan metode arithmetic mean.
e. Penghitungan tingkat perubahan aliranreturn pada periode yang bersifat
serial dan kumulatif sebaiknya mengunakan15/51 metode geometric
mean. Sedangkan arithmetic mean, akan lebih baik dipakai untuk
menghitung nilai rata-rata aliran return yang tidak bersifat kumulatif.
2.2.4 Contoh Penggunaan Metode arithmetic mean dan geometric mean
Contoh Soal 1
Harga dari suatu saham pada periode ke-0 (periode awal) adalah Rp500,-. Pada
periode selanjutnya (periode ke-1), harga saham ini meningkat menjadi Rp600,-
dan turun di periode ke-2 menjadi Rp550,-. Return untuk masing-masing
periode adalah sebagai berikut :
R1 =(Rp660 – Rp500)/Rp500 = 0.20 atau 20%
8
R2 =(Rp550 – Rp600)/Rp600 = – 0.083 atau – 8.33%
Jika dihitung dengan metode rata-rata geometric adalah sebesar
RG = [(1 +0.2)(1 – 0.083)]1/2 – 1 = 0.04883 atau 4.883%
Dengan Rata-rata geometric juga banyak digunakanuntuk menghitung
CWI. Jika rata-rata geometric diketahui, CWI untuk suatu periode tertentu dapat
dihitung dengan rumus :
CWIt = (1 + RG)n bv
Jika dihitung dengan metode rata-rata aritmatika pertumbuhan harga
saham ini adalah sebesar 5.8335. Jika return ini benar dan harga bertumbuh
dengan tingkat 5.833% maka untuk periode ke 2, harga saham ini seharusnya
menjadi Rp560.03 (Rp500 x 1.05833 x 1.05833). Padahal harga saham ini di
akhir periode ke-2 adalah sebsar Rp550,-. Dengan demikian return yang
dihitung dengan metode rata-rata aritmatik ini kurang tepat. Jika dihitung
dengan metode rata-rata geometrik, pertumbuhan harga saham ini adalah
4.883%. Dengan menggunakan tingkat pertumbuhan ini harga saham di akhir
periode ke-2 seharusnya Rp550,- (Rp500 x 1.04883 x 1.04833) sesuai dengan
nilai yang sebenarnya. Jadi metode rata-rata geometrik lebih tepat digunakan
untuk situasi yang melibatkan pertumbuhan, sedang metode rata-rata aritmatika
lebih tepat digunakan untuk menghitung rata-rata untuk satu periode yang sama
dari banyak return tanpa melibatkan pertumbuhan.
Rata-rata geometric juga banyak digunakanuntuk menghitung CWI. Jika
rata-rata geometric diketahui, CWI untuk suatu periode tertentu dapat dihitung
dengan rumus :
CWIt = (1 + RG)n bv
Dengan :
CWI (IKK) = indeks kemakmuran kumulatif
Bv = nilai dasar
N = lama periode dari periode dasar ke periode ke-t
9
T = periode ke-t
Bv = nilai dasar
Rata-rata geometric untuk return dari tahun 1990 sampai dengan tahun
1996 adalah sebesar :
RG =[(1+0.060)(1+0.077)(1+0.095)(1+0.13)(1+0.047)(1+0.113)(1+0.112)1/7 -1
= 0.0987
CWI untuk tahun 1996 dapat dihitung sebesar :
CWI1996 = (1+0.0987)7 x 1 =1.933136
Hubungan antara return rata-rata aritmatika dan rata-rata geometric adalah sebagai
berikut :
(1 + RG)2 (1 + RA)2 –(SD)2
Contoh soal :
Dari hubungan rata-rata aritmatika dan rata-rata geometric, deviasi standar dapat
dihitung sebesar :
RA =
Dari hubungan rata-rata aritmatika dan rata-rata geometric, deviasi standar dapat
dihitung sebesar :
(1+0.0987)2 (1+0.09957)2 –(SD)2
1.20714 1.2005 – SD2
SD2 (1.20905 – 1.20714)
SD 0.04375
2.2.5 Nilai Sekarang Net (Net Present Value = NPV)
10
Merupakan selisih antara nilai pasar proyek dan harga perolehannya (cost)
NPV =PV Cash Inflow – Initial Cost NPV = Nilai sekarang dari arus kas masuk
biaya investasi Langkah pertama adalah memperkirakan arus kas mendatang yang
diharapkan. Langkah kedua adalah memperkirakan hasil (return) yang diinginkan
dari proyek pada tingkat resikonya. Langkah ketiga adalah menghitung nilai
sekarang dari arus kas masuk dan dikurangi dengan nilai investasi awal (harga
perolehan).
Contoh :
Sebuah proyek diperkirakan memiliki arus kas (cash flow = CF) sebagai berikut
(yang bertanda negative berarti arus kas keluar / pengeluaran kas sedangkan
yang bertanda positif berarti arus kas masuk / penerimaan kas) :
Tahun 0 : CF = -Rp 165 miliar
Tahun 1 : CF = Rp 63,12 miliar ; NI = Rp 13,62 miliar
Tahun 2 : CF = Rp 70,80 miliar ; NI = Rp 3,30 miliar
Tahun 3 : CF = Rp 91,08 miliar ; NI = Rp 29,10 miliar
Nilai Buku Rerata (average) = Rp 72 miliar
Hasil yang diharapkan dari proyek tersebut pada tingkat resiko yang
Dihadapi sebesar 15%. Diharapkan proyek tersebut akan balik modal
dalam waktu 2 tahun.
Pengambilan Keputusan
Pada metode Nilai Sekarang Neto (Net Present Value = NPV) , Jika nilai
NPV positif maka proyek diterima dan sebaliknya. Bila NPV bernilai
positif berarti proyek tersebut diharapkan akan menambah nilai
perusahaan dan akan meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan. Karena
tujuan perusahaan untuk meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan,
NPV merupakan ukuran langsung seberapa baik proyek dapat mencapai
11
tujuan tersebut.
Untuk contoh di atas,nilai NPV nya sbb (dalam miliaran rupiah) :
NPV = -165 + 63,120/(1.12) + 70,8/(1.12)^2 + 91,08/(1.12)^3 = 12,62741
Karena nilai NPV positif Rp 12,63 miliar, berarti proyek tersebut diterima.
NPV – Test Kriteria Keputusan
1. NPV memperhitungkan nilai waktu dari uang. Hal ini terlihat dari
adanya
diskonto terhadap arus kas yang diperoleh setiap periodenya.
2. NPV memperhitungkan resiko dari penerimaan arus kas (pada soal
di atas sudah tertulis hasil yang diharapkan mencerminkan tingkat
resiko yang dihadapi)
3. NPV memberikan informasi tentang kenaikan nilai perusahaan
(adanya tambahan kekayaan sebesar Rp 12,63 miliar) Karena NPV
memenuhi ketiga kriteria tersebut, maka NPV merupakan metode
yang baik.
2.2.6 Periode Pengembalian Investasi (Payback Period = PP)
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh kembali uang kas
(dana) yang telah dikeluarkan dalam suatu investasi.
Langkah-langkahnya : perkirakan arus kas yang akan diperoleh. Lalu
kurangkan arus kas mendatang tersebut dari investasi awal sehingga seluruh
nilai investasi tersebut dapat ditutupi. Suatu proyek akan diterima bila periode
pengembalian investasinya lebih cepat dibanding batas waktu yang ditetapkan
(preset limit).
Pada contoh di atas perhitungan nya sbb (dalam jutaan rupiah) :
Investasi awal - Rp 165.000
Arus kas masuk tahun-1 Rp 63.120
Saldo - Rp 101.880
12
Arus kas masuk tahun-2 Rp 70.000
Saldo - Rp 31.080
Arus kas masuk tahun-3 Rp 91.080
Saldo Rp 60.000
Dengan demikian periode pengambilan investasi = 2 tahun + 31,08 /
91,03 x 12 bulan = 2 tahun 4,09 bulan Artinya setelah tersebut berlangsung
selama 2 tahun 4,09 bulan, investasi (proyek) tersebut sudah kembali modal
(dana yang sudah dikeluarkan saat melakukan investasi pada proyek tersebut,
sudah diperoleh kembali). Namun karena investasi tersebut balik modal setelah
2 tahun beroperasi, maka realisasi balik modal selama 2 tahun 4,09 bulan terlalu
lama. Dengan demikian proyek tersebut ditolak.
Periode Pengembalian Investasi (PP) – Tes Kriteria Keputusan
1. PP tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money).
Pada
metode ini tidak ada perhitungan diskonto dari arus kas yang diperoleh.
2. PP tidak memperhitungkan resiko dari proyek. PP tidak mengaitkan antara
resiko dan hasil yang diinginkan. PP hanya mementingkan berapa lama
uang dikeluarkan dapat kembali.
3. PP tidak memberikan informasi tentang pertambahan nilai bagi
perusahaan dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas setelah
tercapainya periode pengembalian investasi.
Mengingat PP tidak lulus terhadap ketiga ujian (pertanyaan) tersebut, maka PP
tidak
bisa dijadikan sebagai metode yang utama.
Kelebihan dan kekurangan dari Metode PP
Kelebihan : mudah dipahami (metode yang paling sederhana), selaras dengan
13
ketidakpastian arus kas di masa mendatang (makin kecil arus kas yang diperoleh
maka semakin lama kembali modalnya), menggunakan arus kas (bukan laba
pembukuan).
Kelemahan : mengabaikan nilai waktu dari uang, membutuhkan lamanya waktu
Balik modal pembanding (periode waktu yang dijadikan patokan untuk
Pengembalian investasi), mengabaikan arus kas setelah tercapainya periode
pengembalian investasi, bias untuk proyek jangka panjang seperti riset dan
pengembangan dll.
2.2.7 Periode Pengembalian Investasi Terdiskonto (Discounted Payback
Period = DPP)
Pada metode ini, seluruh arus kas masuk (cash inflow / proceeds) dihitung
nilai sekarangnya (didiskontokan), baru dihitung berapa lama waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi. Lalu bandingkan dengan
lamanya waktu yang diinginkan. Dengan metode ini, proyek akan diterima
bila lamanya proyek ini bisa mengembalikan dana investasi selambat-
lambatnya dalam waktu yang ditentukan tersebut.
Pada contoh di atas , pertama kita hitung nilai sekarang dari arus kas
(masuk)nya sbb :
Tahun pertama : Rp 63,12 / (1+12%)^1 = Rp 56,357
Tahun kedua : Rp 70,80 / (1+12%)^2 = Rp 56,441
Tahun ketiga : Rp 91,08 / (1+12%)^3 = Rp 64,829
(dalam jutaan rupiah)
Investasi awal - Rp 165.000
Arus kas masuk tahun-1 Rp 56.357
Saldo - Rp 108.643
Arus kas masuk tahun-2 Rp 56.441
Saldo - Rp 52.202
Arus kas masuk tahun-3 Rp 64.827
14
Saldo Rp 12.627
Dengan demikian periode pengambilan investasi = 2 tahun + 52.202 / 64.827 x
12 bulan = 2 tahun 9,66 bulan
Artinya setelah tersebut berlangsung selama 2 tahun 9,66 bulan, investasi
(proyek) tersebut sudah kembali modal (dana yang sudah dikeluarkan saat
melakukan investasi pada proyek tersebut, sudah diperoleh kembali).
Namun karena investasi tersebut balik modal setelah 2 tahun beroperasi, maka
realisasi balik modal selama 2 tahun 9,66 bulan terlalu lama. Dengan demikian
proyek
tersebut ditolak.
Periode Pengembalian Investasi Terdiskonto (DPP) – Tes Kriteria
Keputusan
1. DPP memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money). Pada
metode ini sudah diperhitungkan diskonto dari arus kas yang diperoleh.
2. DPP tidak memperhitungkan resiko dari proyek yang tercermin dari
hasil (return) yang dikehendaki.
3. DPP tidak memberikan informasi tentang pertambahan nilai bagi
perusahaan dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas setelah
tercapainya periode pengembalian investasi.
Mengingat DPP tidak lulus terhadap satu ujian (pertanyaan) tersebut, maka DPP
tidak bisa dijadikan sebagai metode yang utama.
Kelebihan dan kekurangan dari Metode DPP
Kelebihan : memperhitungkan nilai waktu dari uang, mudah dipahami, tidak
menerima investasi dengan NPV negative walau semua arus kas positif ,
menggunakan arus kas (bukan laba pembukuan).
Kelemahan : mungkin menolak investasi yang memiliki NPV positif,
membutuhkan lamanya waktu balik modal pembanding (periode waktu yang
15
dijadikan patokan untuk pengembalian investasi), mengabaikan arus kas setelah
tercapainya periode pengembalian investasi, bias untuk proyek jangka panjang
seperti riset dan pengembangan dll.
2.2.8 Hasil Akuntansi Rerata (Average Accounting Return = ARR)
Terdapat banyak defisini yang berbeda untuk Hasil Akuntansi Rerata. Sala
satunya : Laba Bersih Rerata / Nilai Buku Rerata Dengan catatan bahwa nilai
buku rerata tergantung dari bagaimana aset disusutkan. Pada metode ini
dibutuhkan tariff pembanding yang dijadikan dasar (target cutoff rate). Menurut
metode ini , proyek akan diterima bila AAR lebih besar dari tarif yang ditentukan
tersebut.
Pada contoh di atas, misalnya return akuntansi rerata yang dikehendaki 25%.
Laba bersih rerata (dalam miliar rupiah) = (13,620 + 3,300 + 29,100) / 3 = 15,340
AAR = 15,340 / 72,000 = 0.213 = 21.3%
Karena AAR (21,3%) < return yang dikehendaki (25%), maka proyek tersebut
ditolak.
Hasil Akuntansi Rerata (ARR) – Tes Kriteria Keputusan
1. ARR tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money).
2. ARR tidak memperhitungkan resiko dari proyek yang tercermin dari
hasil (return) yang dikehendaki.
3. ARR tidak memberikan informasi tentang pertambahan nilai bagi
perusahaan dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas
(menggunakan laba bersih). Mengingat ARR tidak lulus terhadap ujian
(pertanyaan) tersebut, maka ARR tidak bisa dijadikan sebagai metode yang
utama.
Kelebihan dan kekurangan dari Metode AAR
Kelebihan : mudah menghitungnya, informasi yang diperlukan biasanya tersedia.
Kelemahan : bukan merupakan tingkat hasil yang sebenarnya (nilai waktu dari
uang diabaikan), menggunakan tarif pembanding yang arbitrar (subjektif),
didasarkan pada laba bersih dan nilai buku akuntansi (bukan arus kas dan nilai
pasar).
16
2.2.9 Tingkat Hasil Internal (Internal Rate of Return = IRR)
IRR merupakan metode alternative NPV yang terpenting. IRR sering digunakan
dalam prakteknya dan menarik secara intuisi. IRR didasarkan atas arus kas
perkiraan dan tidak terikat pada tingkat suku bunga. IRR merupakan tingkat hasil
yang menghasilkan NPV = 0. Suatu proyek diterima menurut IRR, bila IRR lebih
besar dari hasil yang diharapkan.
Cara menghitungnya dengan proses coba-coba (trial and error).
Misalkan (nilai dalam miliaran rupiah)
R = 15% NPV = -165 + 62,12/(1+15%) + 70,8/(1+15%)^2 +
91,08/(1+15%)^3 = -3,309
R = 17% NPV = -165 + 62,12/(1+17%) + 70,8/(1+17%)^2 +
91,08/(1+17%)^3 = 2,463
Selisih=2%
5,772
IRR = 15% + 3,309/5,772*2% = 16,15% atau
= 17% - 2.463/5,772*2% = 16,15%
Karena IRR = 16,15% > hasil yang diharapkan (RRR = 12%), maka
proyek tersebut diterima.
IRR – Test Kriteria Keputusan
1. IRR memperhitungkan nilai waktu dari uang. Hal ini terlihat dari adanya
perhitungan diskonto terhadap arus kas yang diperoleh setiap periodenya.
2. IRR memperhitungkan resiko dari penerimaan arus kas (semakin besar
resikonya, hasil yang diharapkan semakin besar)
3. IRR memberikan informasi tentang kenaikan nilai perusahaan (IRR berkaitan
dengan perhitungan NPV) Karena IRR memenuhi ketiga kriteria tersebut,
maka IRR merupakan metode alterantif yang baik.
Kelebihan IRR : mengetahui hasil merupakan hal yang menarik secara intuisi,
mudah untuk mengkomunikasikan nilai proyek kepada seseorang yang tidak
tahu rincian perkiraan secara rinci. Jika IRR relative tinggi, maka tidak perlu
17
memperkirakan hasil yang diinginkan (required return / RRR), yang sering
merupakan suatu tugas yang sulit.
Ringkasan keputusan atas proyek berdasarkan metode :
- NPV : proyek diterima
- PP : proyek ditolak
- DPP : proyek ditolak
- ARR : proyek ditolak
- IRR : proyek diterima
NPV vs. IRR
Pada umumnya metode NPV dan IRR mengarahkan kita untuk mengambil
keputusan yang sama. Namun terdapat 2 kekecualiaan yakni :
- Arus kas tidak konvensional yakni arus kas yang berubah-ubah tandanya
lebih dari sekali. Bila arus kas berubah-ubah tandanya (dari negative ke
positif lalu negative kembali misalnya), maka akan terdapat beberapa IRR
(garisnya tidak lagi linear melainkan non linear). Karena saat mencari IRR,
kita mencari akar dari persamaan, jika garis yang terbentuk melewati sumbu
X ebih dari sekali, maka akan terdapat lebih dari satu hasil yang memenuhi
persamaan tersebut. Masalahnya : bila terdapat lebih dari satu IRR, mana
yang akan dipakai dalam membuat keputusan?
Contoh : sebuah investasi memerlukan pengeluaran sebesar Rp 90 miliar dan
akan menghasilkan arus kas untuk tahun pertama Rp 132 miliar, tahun kedua
Rp 100 miliar dan tahun ketiga negative Rp 150 miliar. Jika hasil yang
dikehendaki 15%, apakah investasi tersebut akan diterima? Jika dicari maka
IRR ada 2 yakni >15% (berarti investasi tersebut diterima) dan 10,11%
(berarti proyek diterima). Mana yang dipilih?
- Proyek yang bersifat mutually exclusive (untuk proyek-proyek yang
berbeda ukuran skala dan waktu arus kas yang berbeda).
Pada proyek yang bersifat mutually exclusive, jika kita menerima proyek
yang satu , maka kita menolak proyek lainnya. Misalnya : Jika terdapat
pilihan untuk menghadiri wisuda di Harvard atau Stanford pada saat yang
bersamaan. Kita tidak dapat hadir pada keduanya. Untuk setiap proyek, maka
18
secara intuisi kita akan mengambil keputusan : pilihlah proyek yang memiliki
nilai NPV atau IRR yang lebih tinggi.
Contoh : Proyek yang bersifat Mutually Exclusive (nilai dari miliaran rupiah)
Periode Proyek A Proyek B
0 - Rp 500 - Rp 400
1 Rp 325 Rp 325
2 Rp 325 Rp 200
IRR 19,43% 22,17%
NPV Rp 64,05 Rp 60,74
Jika hasil yang dikehendaki untuk kedua proyek tersebut 10%, manakah
proyek yang akan diterima?
NPV mengukur langsung kenaikan nilai persahaan. Bila terdapat konflik
antara NPV dan metode lainnya, maka gunakanlah NPV. IRR tidak dapat
digunakan dalam situasi : arus kas non konvensional dan proyek-proyek yang
bersifat mutually exclusive.
Modified IRR
Caranya :
1. Hitunglah NPV dari seluruh pengluaran kas dengan menggunakan
tingkat bunga pinjaman
2. Hitunglah seluruh arus kas masuk mendatang dengan menggunakan
tingkat bunga investasi
3. Lalu carilah tingkat hasil (return) yang menyamakan kedua nilai
tersebut.
Manfaat : satu jawaban dan tingkat hasil spesifik untuk meminjam
dan melakukan investasi kembali.
Profitability Index (PI) / Cost Benefit Ratio (CBR)
Metode ini untuk mengukur manfaat per unit biaya didasarkan atas nilai
waktu dari uang. PI sebesar 1,1 berarti untuk setiap investasi sebesar Rp 1,
akan menciptakan tambahan nilai sebesar Rp 0,1 (yakni Rp 1,1 – Rp 1 nilai
investasi). Ukuran ini sangat berguna saat modal yang tersedia jumlahnya
19
terbatas. Bila proyek memiliki PI>1, maka proyek tersebut diterima. Tidak
dapat digunakan untuk memberi peringkat proyek yang bersifat mutually
exclusive. Dapat digunakan untuk membuat peringkat proyek dalam capital
rasioning.
Kelebihan dan kekurangan dari Metode PI
Kelebihan : sangat mendekati metode NPV, umumnya menghasilkan
keputusan yang identik (sama), mudah dimengerti dan dijelaskan, sangat
bermanfaat bila dana investasi yang tersedia terbatas.
Kelemahan : dapat mengarah pada keputusan yang keliru saat
membandingkan investasi yang bersifat mutually exclusive.
Penganggaran Modal (capital budgeting) dalam penerapannya.
Kita seharusnya mempertimbangkan beberapa kriteria investasi saat membuat
keputusan. Metode NPV dan IRR merupakan metode yang paling umum
dipakai untuk menilai investasi. Payback merupakan metode (kriteria)
investasi kedua yang paling banyak digunakan.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketidakpastian dalam investasi saham membuat konteks return dan risk
(resiko) menjadi pertimbangan dalam manajemen investasi saham. Investor pada
umumnya tidak menyukai resiko sehingga investor mempertimbangkan resiko-resiko
yang akan dihadapi sebelum melakukan investasi. Pertimbangan yang dila-kukan
investor adalah menanggung resiko tertentu guna memper-oleh return yang sebesar-
besarnya atau dengan resiko yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh return tertentu
(Laksono, 2004). Untuk mengantisipasi dari fluktuasi return dan risk yang ada,
investor biasanya melakukan investasi di beberapa saham atau portofolio saham
dengan harapan fluktuasi dari return saham-saham yang terbentuk di portofolio tidak
terlalu tajam.
Dalam menghadapi ketidakpastian tersebut para investor dapat
menggunakan sumber-sumber pendapatan dan mengkonversi ke dalam total
pengembalian dengan Model arithmetic, geometric dan time value. Dengan
menggunakan salah satu atau gabungan dari metode tersebut diharapkan pata
investor dapat memperkirakan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi Irham. 2013.Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: ALFABETA.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Tiga. Yogyakarta: BPFE
Tandelilin, Eduardus, 2010. Portfolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Yogyakarta: Kanisius
http://arixsthecoolest.blogspot.com/2008/02/pengertian-return-saham.html
Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Pasar Modal dan Portofolio. Yogyakarta: BPFE.
https://akuntansibubung.wordpress.com/category/manajemen-investasi-dan-portofolio-
mifo/
http://manajemenkeuanganakuntansi.blogspot.com/2013/06/metode-penilaian-
investasi_4.html
22
Top Related