Download - pengujian agregat

Transcript
Page 1: pengujian agregat

BAB III

PENGUJIAN AGREGAT

3.1 Tinjauan Pustaka

3.1.1. Pengertian Agregat

Yang dimaksud agregat adalah butiran-butiran mineral yang jika

dicampurkan dengan PC dan air akan menghasilkan beton. Agregat dalam

pengertiannya ada dua macam, yaitu agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus

dapat berupa pasir alam sebagai hasil dari desintegrasi alami dari batuan atau

berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Begitu juga dengan

agregat kasar dapat berupa kerikil sebagai hasil dari disintegrasi dari batuan atau

berupa batu pecah yang diperoleh dari pecahan batuan oleh mesin atau alami.

Umumnya agregat kasar merupakan agregat dengan gradasi besar, ukuran

besar butirannya berkisar lebih dari 5 mm. Sedangkan ukuran butir lebih kecil dari

5 mm dikategorikan sebagai agregat halus.

3.1.2. Jenis Agregat Menurut Fungsi dan Berat Jenis

Terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Agregat Ringan

a. Banyak digunakan untuk beton pracetak ringan.

b. Berat isi untuk agregat kasarnya berkisar antara 350 – 850 kg/m3.

c. Berat isi untuk agregat halus berkisar antara 750 – 1100 kg/m3.

d. Jenis agregat ini biasanya mempunyai sifat tahan panas, sebab bahannya

berasal dari batuan yang telah mengalami pemanasan.

e. Agregat ringan biasanya berpori, sehingga mempunyai daya serap yang

tinggi dan kedap suara.

f. Berat jenis agregat ringan kurang dari 2 gr/cm3

2) Agregat Normal Biasa

a. Biasanya digunakan untuk pembuatan beton secara umum.

b. Berat isinya berkisar antara 2300 – 2500 kg/m3.

Page 2: pengujian agregat

c. Dalam penggunaannya sebelum dipakai harus dicuci dahulu untuk

menghilangkan kotoran yang melekat.

d. Jika agregat ini berasal dari sungai atau laut maka kadar cloridanya harus

kurang dari 1 % untuk beton struktural.

e. Berat jenis agregat normal lebih besar atau sama dengan 2 gr/cm3.

3) Agregat Berat

a. Pemakaiannya untuk beton yang tahan terhadap radiasi dan digunakan

untuk perlindungan terhadap Sinar-X, Beta, Gamma dan Neutron.

b. Berat isinya antara 4000 – 5000 kg/m3.

c. Kelemahannya adalah mempunyai sifat pengerjaan yang sulit, juga

pencegah terhadap segregasi dan work abilitynya lebih sulit.

d. Berat jenis untuk agregat lebih besar dari atau sama dengan 3,0 gr/cm3.

3.1.3. Sifat Fisik Agregat

Sifat-sifat fisik agregat antara lain :

1) Bulat

Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai dan mempunyai rongga udara

minimum 33 %. Ikatan antar butiran kurang kuat sehingga ikatannya lemah,

oleh karena itu agregat ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupuan

perkerasan jalan.

2) Bersudut

Bentuk ini tidak beraturan, mempunyai sudut yang tajam dan permukanya

kasar. Agregat ini mempunyai rongga udara antara 38 % - 40 %. Ikatan antar

butiran baik, sehingga daya lekatnya baik pula. Agregat jenis ini baik untuk

membuat beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.

3) Pipih

Agregat pipih ialah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan

tertebal pada butiran lebih dari 3, Agregat jenis ini berasal dari batu-batuan

yang berlapis.

Page 3: pengujian agregat

4) Memanjang

Butir agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang

dan terlebar lebih dari 3. Butir yang terlalu pipih dan yang terlalu panjang tidak

boleh melebihi 15 %.

3.1.4. Komponen yang Merugikan Agregat

1) Bahan padat yang melekat pada lempung, tanah liat atau batu tidak akan

diizinkan dalam jumlah banyak karena akan:

a) Memperbanyak pemakaian air

b) Mengurangi pengikatan semen atau mengurangi penggabungan agregat

dengan semen.

2) Bahan organik dan humus

Jika bahan ini terdapat pada agregat maka bahan tersebut akan mengganggu

proses hidrasi.

3) Komponen Garam

Seperti Cl, Sulfur, CO3, PO4. Komponen tersebut jika bereaksi secara kimiawi

akan memperlambat pengikatan, sehingga mengurangi kekuatan dan

mengalami kehancuran. Kadar Cl harus kurang dari 25 % agar tidak terjadi

korosi pada tulangan.

4) Agregat yang reaktif terhadap alkali.

Agregat ini akan menyebabkan retak pada beton sebagai pengembangan dari

campuran beton. Agregat ini biasanya mengandung silika aktif seperti batu

kapur, batuan beku dan opal. Pencegahannya dapat dilakukan pula dengan

membubuhkan bahan teras ke dalam beton.

3.1.5. Persyaratan Umum Agregat

Persyaratan menurut PBI 71 yaitu:

1) Agregat Halus

a. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir agregat

halus bersifat kekal yang artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh

cuaca seperti hujan dan matahari.

Page 4: pengujian agregat

b. Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan

terhadap berat kering). Jika melebihi 5 % maka agregat harus dicuci.

c. Agregat halus harus terdiri dari butir yang beraneka ragam dan bila diayak

dengan ayakan tertentu harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Sisa di atas ayakan 4 mm minimum harus 2 % berat.

b) Sisa di atas ayakan 1 mm minimum harus 10 % berat.

c) Sisa di atas ayakan 0,25 mm harus antara 80-85 % berat.

d. Agregat halus tidak boleh mengandung kadar organik terlalu banyak, hal

ini dapat dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams Harder dengan

menggunakan larutan NaOH.

2) Agregat kasar

a. Agregat kasar harus terdiri dari butir yang keras dan tidak berpori. Agregat

kasar yang mengandung butir pipih hanya dapat dipakai apabila butir

tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya. Butir agregat

kasar harus bersifat kekal yang artinya tidak pecah atau hancur karena

pengaruh cuaca atau matahari.

b. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %. Lumpur

adalah bagian yang dapat lolos ayakan 0,063 mm, jika kadar lumpur lebih

dari 1 % maka harus dicuci.

c. Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton seperti alkali.

d. Harus terdiri dari butir yang beraneka ragam besarnya dan jika diayak

harus memiliki syarat sebagai berikut:

a) Sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat.

b) Sisa di atas ayakan 4,0 mm antara 90-5 % berat.

c) Selisih antara sisa komulatif di atas dua ayakan tersebut maksimal

adalah 60 % dan minimum adalah 10 % berat.

e. Besar butir agregat maksimal tidak boleh lebih dari 1/5, jarak terkecil

antara bidang samping dari cetakan, 1/3 dari total plat, 3/4 dari jarak bersih

minimum diantara batang atau berkas tulangan.

3) Agregat Campuran

Page 5: pengujian agregat

Susunan butir agregat campuran untuk beton mutu K 225 dan mutu yang

lebih tinggi harus dilakukan analisa ayak dengan ukuran: 31,5; 6; 8; 4; 2; 1;

0,5; 0,25. Dari ukuran tersebut didapat beberapa zona batuan yang mempunyai

karakteristik tersendiri, yaitu:

1) Zona I : Daerah yang tidak baik, diperlukan terlalu banyak semen dan air.

2) Zona II : Daerah baik, tetapi diperlukan yerlalu banyak seman dan air

dibandingkan dengan zona III.

3) Zona III : Daerah yang baik sekali.

4) Zona IV : Daerah yang baik untuk ukuran susunan butir diskontinu

5) Zona V : Daerah tidak baik terlalu sulit dikerjakan.

3.1.6. Berat Jenis pada Agregat

Berat jenis kering hasil dari mesin pengering di definisikan sebagai

perbandingan berat di udara dari satuan volume dari bahan-bahan yang tidak kedap

air (termasuk pori-pori yang kedap maupun tidak kedap air) kepada berat di udara

dari air pada volume yang sama.

Berat jenis jenuh dengan permukaan kering dapat didefinisikan sebagai

perbandingan dari berat bahan yang tidak kedap air di udara dalam keadaan jenuh

air dengan permukaan kering kepada berat air dengan volume yang sama di udara.

Pengujian berat jenis sebaiknya dilakukan sekurang-kurangnya dua kali, karena

sebenarnya ukuran partikel yang berbeda mungkin mempunyai berat jenis yang

berbeda pula. Dari beberapa pengujian kemudian diambil rata-ratanya.

Ukuran Agregat Berat Jenis SpesifikPenyerapan % dari berat

kering

37,5 – 19 2,55 0,3

19 – 9,5 2,52 0,8

9,5 – 4,75 2,45 1,5

4,75 ke bawah 2,60 1,0

Page 6: pengujian agregat

3.1.7. Daya Serap Air pada Agregat

Daya serap adalah persentase berat air yang mampu diserap oleh agregat.

Karena adanya udara yang terjebak dalam agregat atau karena dekomposisi mineral

pembentuk tertentu oleh perubahan cuaca, maka terbentuklah pori-pori. Volume

pori-pori berkisar antara 0 – 20 % dari volume butirnya. Pori-pori tersebut mungkin

menjadi reservoar air bebas di dalam agregat.

Dalam pengujian menggunakan agregat dalam keadaan jenuh permukaan

kering, jika agregat dalam keadaan jenuh kering muka ditimbang (Wjkm), kemudian

dipanaskan dalam oven dengan suhu 1050 C sampai berat tetap, lalu berat

ditimbang (Wk) maka kadar air agregat pada keadaan SSD (Kjkm ).

Kjkm = (Wjkm - Wk) / Wk x 100 %

Pada agregat normal kemampuan menyerap air pada agregat sekitar 1 – 2 %.

3.1.8. Kadar Air

Ada 4 kondisi kandungan air dalam agregat

1) Kering kerontang (kering oven)

Kondisi ini dapat dicapai dengan cara pengeringan agregat di dalam oven

selama 24 jam pada suhu 1050 C – 1100 C.

2) Kering udara

Agregat yang bagian luarnya kering, tetapi tetapi didalam masih terdapat

air. Agregat kondisi ini terdapat di lapangan bila dijemur.

3) Jenuh permukaan kering (JPK) atau saturated surface dry (SSD)

Agregat yang bagian dalam jenuh air sedangkan diluar kering. Keadaan

teoritis yang ideal yang biasanya dipakai untuk dasar perhitungan campuran

beton.

Hal-hal yang menyebabkan keadaan jenuh air dijadikan sebagai standar:

a. Keadaan agregat yang hampir sama dengan keadaan agregat dalam beton

Page 7: pengujian agregat

b. Kadar air di lapangan pekerjaan lebih banyak yang mendekati keadaan SSD

daripada kering oven.

4) Lembab (basah)

Bagian dalam batuan jenuh air dan diluar basah (perendaman selama 24

jam) Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai kadar air:

a. Kadar air yang diizinkan didalam agregat berkisar antara 1 – 5 %

b. Jika kadar air dalam agregat rendah, maka berat jenis agregat tinggi dan

mutu agregat baik sehingga penggunaan agregat akan optimal.

c. Kadar air pada agregat akan mempengaruhi campuran beton nantinya.

3.1.9. Kekerasan atau Keausan

Untuk mengetahui kekuatan agregat adalah dengan uji kekerasan dengan cara

pembebanan. Jika jumlah yang hancur lebih banyak, maka kekuatan agregat

rendah. Semakin kecil nilai kekerasan maka semakin baik pula untuk bahan jalanan

dan bahan bangunan. Kekerasan agregat adalah ketahanan agregat akibat dari

penggunaan yang akan menyebabkan terjadinya keausan dan pengikisan.

Ada beberapa pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan

atau keausan.

1) Uji tekan Los Angeles

Pengujian dengan cara benturan dari agregat dengan bola baja dengan

kecepatan konstan selama 20 menit, dari pengujian ini lalu akan dihitung nilai

kekerasan yang biasanya dinyatakan dalam satuan persen (jumlah yang hancur)

Syarat menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971 – NI – 2

adalah agregat kasar tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50 %.

2) Uji tekan Rudolf

Pengujian dengan bejana penguji Rudolf dengan beban penguji 20 ton,

dimana harus dipenuhi syarat-syarat menurut Peraturan Beton Bertulang

Indonesia (PBI) 1971 – NI – 2 adalah sebagai berikut:

Page 8: pengujian agregat

Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 mm – 19 mm lebih dari 24 %

berat. Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 mm – 30 mm lebih dari 22 %

berat.

3) Uji tekan Roquel

Pengujian ini jarang digunakan dan prinsipnya hampir sama dengan uji

tekan Rodolf.

3.1.10. Pengelompokkan Agregat

Dalam teknologi beton agregat yang digunakan pengelompokannya ditinjau

berdasarkan asalnya

1) Agregat Alam

Agregat alam pada umumnya menggunakan bahan baku batu alam atau

hasil penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan

beku, selain itu jenis batu endapan (metamorf) juga bisa dipakai meskipaun

kualitasnya kurang baik. Batuan yang baik untuk agregat adalah butiran-butiran

yang keras, kompak, tidak pipih, kekal.

Agregat alam dibedakan dalam tiga kelompok yaitu :

a. Kerikil dan pasir

Jenis ini merupak hasil penghancuran oleh alam dari batuan

induknya. Kerikil dan pasir yang terbawa oleh arus dan mengendap di

suatu tempat pada umumnya berbentuk bulat. Endapan-endapan kerikil

dan pasir biasanya terdapat di darat, hal itu karena peristiwa yang terjadi

pada masa lampau seperti banjir atau sungai mengering. Agregat ini

bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen. Oleh karena itu, dalam

pemakainya dalam beton memerlukan perhatian khusus, karena perubahan

susunan butiran agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang

dibuat.

b. Agregat batu pecah

Page 9: pengujian agregat

Kekerasan batu pecah pada umumnya lebih baik daripada agregat

pasir dan kerikil alam. Dalam proses pemecahan dilakukan dua kali agar

mendapatkan butiran yang baik, bentuknya pipih. Dalam pemakainya batu

pecah membutuhkan air yang banyak karena permukaanya relatif luas.

Kekuatan beton dengan batu pecah relatif lebih tinggi, karena daya lekat

perekat pada permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang halus.

c. Agregat batu apung

Batu apung merupakan agregat alamiah yang ringan, penggunaan

batu apung harus terbebas dari debu vulkanik halus dan bahan-bahan yang

buak vulkanik, misalnya lempung. Batu apung memiliki sifat isolasi panas

yang baik.

2) Agregat Buatan

Agregat buatan merupakan suatu agregat yang dibuat dengan tujuan untuk

memenuhi kekurangan agregat alam. Contoh agregat buatan antara lain ;

a. Klinker dan breeze

merupakan bahan yang dibakar sempurna, massanya mengeras dan

berinti, serta terisi sedikit bahan yang mudah te rbakar. Sedangkan breeze

merupakan bahan residu yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya,

sehingga mengandung lebih banyak bahan yang mudah terbakar. Agregat ini

biasany digunakan untuk membuat blok dan pelat untuk penyekat dalam dan

tembok interior lainnya. Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang

mengembang tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat

digunakan untuk membuat bahan berpori yang ringan, dengan permukaan yang

berbentuk sel-sel dengan pemanasan sampai suhu 10000 C – 12000 C.

b. Coke breeze

Adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang

kurang sempurna pembakaranya. Dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar.

c. Hydite

Dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar mendadak dalam dapur

berputar pada suhu tinggi.

d. Lelite

Page 10: pengujian agregat

Dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa

karbon yang dibakar pada suhu ( 15500 C).

3.1.11. Bahan Organik

Bahan organik adalah zat-zat yang berasal dari bahan-bahan tanaman yang

telah membusuk dan muncul dalam bentuk humus yang berisi asam-asam organik.

Bahan-bahan tersebut biasanya memberikan pengaruh yang merugikan terhadap

mutu beton, baik terhadap beton segar maupun beton keras. Pengaruh terhadap

beton segar, misalnya terhadap kemudahan pengerjaan, terhadap lekatan, terhadap

jumlah pemakaian air. Sedangkan pengaruhnya terhadap beton keras adalah akan

menghambat proses hydrasi semen, oleh karena itu akan memperlama pengerasan

dan akan mengurangi kekuatan beton.

Akan tetapi tidak semua bahan organik berpengaruh jelek terhadap beton

sehingga perlu dilakukan pengujian. Menurut ASTM cara pengujiannya adalah

dengan cara kalorimetrik. Pada pengujian ini zat organik dinetralkan dengan soda

api (NaOH) dan warna cairan yang terjadi dibandingkan dengan warna standar.

Warna yang lebih tua dari warna standar atau yang coklat atau hitam menunjukkan

adanya banyak zat organik. Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna

ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7

dan 28 hari tidak kurang dari 98 % dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi

dicuci dalam larutan 3 % NaOH yang kemudian dicuci sampai bersih dengan air

pada umur yang sama.

Tanah Liat, Lumpur dan butiran-butiran halus lainnya.

Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan

terhadap berat kering). Yang lumpur, tanah liat adalah butiran-butiran yang dapat

melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 % maka agregat

hakus perlu dicuci.

Page 11: pengujian agregat

3.2 Pengujian Kadar Air Agregat Halus dan Kasar

3.2.1. Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat :

1) Menentukan kadar air agregat.

2) Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar air agregat.

3) Menggunakan perlatan dengan terampil.

3.2.2. Dasar Teori

Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat

dengan berat agregat dalam keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di dalam

agregat perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan di

dalam campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung air), akan

membuat campuran juga lebih basah dan sebaliknya.

3.2.3. Alat dan Fungsinya

1

2

3

Oven

untuk mengeringkan benda uji

Neraca Analitik Digunakan untuk menentukan berat

benda uji yang akan digunakan untuk pengujian 1. Atur timbangan agar

angkanya menunjuk kan angka 0 setelah diletakkan cawan di

atasnya dengan Cawan digunakan sebagai

tempat benda uji pada waktu

dikeringkan dalam oven

Page 12: pengujian agregat

3.2.4. Prosedur Pelaksanaan

1) Timbang berat Talam atau Cawan ( W1 )

2) Masukkan benda ui ke dalam Talam atau Cawan dan timbang beratnya ( W2 )

3) Hitung berat benda uji ( W3 = W2 – W1 )

4) Keringkan benda uji berikut dengan Talam atau Cawan di dalam oven dengan

suhu (110 ± 5) °C, sampai beratnya tetap

5) Timbang berat Talam atau Cawan dan benda uji setelah dikeringkan ( W4 )

6) Hitung berat benda uji kering oven ( W5 = W4 – W1 ).

3.2.5. Proses Perhitungan

Keterangan :

W3 = berat benda uji semula (gram)

W4 = berat benda uji kering oven (gram)

3.3 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

3.3.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat :

1) Menentukan kadar air agregat

2) Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar air agregat

3) Menggunakan perlatan dengan terampil.

3.3.2 Dasar Teori

Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air

dengan volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah

kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan

kondisi jenuh permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry ).

Page 13: pengujian agregat

3.3.3 Alat dan Fungsinya

1

2

3

4

Digunakan untuk mengukur suhu dalam bejana.

untuk mengeringkan benda uji

Digunakan untuk menentukan berat

benda uji yang akan digunakan untuk

pengujian.

Riffle Sample untuk membagi agregat menjadi dua bagian yang sama

Termometer

Oven

Neraca Analitik

Page 14: pengujian agregat

5

6

7

8 Ayakan

untuk mengayak benda uji

Cawan

digunakan sebagai wadah

untukmengeringkan benda uji di dalam

oven

Krucut terpancung & penumbuk

digunakan untuk menentukan

keadaan SSD agregat halus

untuk menenetukan volume air

Gelas Ukur

Page 15: pengujian agregat

3.3.4 Prosedur Pelaksanaan

1) Menimbang berat silinder dan plat alas (C).

2) Benda uji dimasukan ke dalam silinder sebanyak 3 (tiga) lapis.

3) Benda uji dipadatkan pada tiap lapis dengan alat penumbuk sebanyak 25 kali.

4) Permukaan benda uji diratakan dan ditimbang berat silinder berisi benda uji

dan plat alas (D).

5) Menghitung berat benda uji semula (A = D – C)

6) Plunyer diletakkan di atas permukaan benda uji, harus diperhatikan agar

plunyer tidak mendesak silinder.

7) Kemudian dimasukan ke dalam mesin tekan yang mempunyai daya tekan 40

ton dengan kecepatan tekan 4 ton/ menit.

8) Benda uji dikeluarkan dari silinder, kemudian disaring dengan saringan

ukuran 2,36 mm, dan timbang berat material yang tertahan pada saringan

tersebut.

3.3.5 Proses Hitungan

a.Berat Jenis Kering (bulk dry specific grafity)

b. Berat Jenis Jenuh Permukaan Kering / SSD

c.Berat Jenis Semu (Apparent specific Grafity)

d. Penyerapan / Absorpsi

Page 16: pengujian agregat

3.4 Pengujian Berat Isi Agregat Halus dan Kasar

3.4.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat :

1) Menentukan kadar air agregat

2) Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar air agregat

3) Menggunakan perlatan dengan terampil.

3.4.2 Dasar Teori

Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat adalah rasio antara berat

agregat dan isi/volume.berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan behan

campuran beton,apabila jumlah bahan ditakar dengan ukuran volume.

3.4.3 Alat dan Fungsinya

1) Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh

2) Talam berkapasias cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat

Page 17: pengujian agregat

3) Tongkat pemadat dengan diameter 15mm,panjang 60cm dengan ujung

bulat,sebaiknya terbuat dari baja tahan karat

4) Mistar perata (straight edge)

5) Sendok/sekop

6) Wadah mould baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat

pemegang,

3.4.4 Prosedur Pelaksanaan

1) Berat Isi Lepas

a. Timbang dan catatlah beratnya wadah /mould baja ( W1 )

Page 18: pengujian agregat

b. Masukan benda uji dengan hati hati agar tidak terjadi pemisahan butir

butir,dengan ketinggian maksimum 5 (lima) cm di atas wadah dengan

menggunakan sendok atau sekop sampai penuh

c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata

d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji ( W2 )

e. Hitung berat benda uji ( W3 = W2 - W1 )

2) Berat isi padat dengan cara penusukan

a. Timbang dan catatlah beratnya wadah /mould baja ( W1 )

b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.Setiap lapis

dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata

c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata

d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji ( W2 )

e. Hitung berat benda uji ( W3 = W2 - W1 )

3) Berat isi padat dengan cara penggoyangan

a. Timbang dan catatlah beratnya wadah /mould baja ( W1 )

b. Isilah wadah dengan benda uji dalan tiga lapis yang sama tebal

c. Padatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah seperti

berikut :

d. Letakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar,angkatlah salah satu

sisinya kira kira setinggi 5cm,kemudian lepaskan

e. Ulangilah hal tersebut di atas pada posisi berlawanan,dan padatkan setiap

lapis sebanyak 25 kali untuk setiap sisi

f. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata

g. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji ( W2 )

h. Hitung berat benda uji ( W3 = W2 - W1 )

3.4.5 Perhitungan

Page 19: pengujian agregat

Keterangan :

W3= Berat material yang diuji (kg)

V = Isi wadah (dm3)

3.5 Pengujian Kadar Organik Agregat Halus

3.5.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat :

1) Menentukan kadar organik agregat halus.

2) Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar organik agregat halus.

3) Menggunakan peralatan dengan terampil.

3.5.2 Dasar Teori

Kadar organik agregat adalah bahan-bahan organic yang terdapatdi dalam pasir

yang dapat menimbulkan efek merugikan terhadap mutu molar dan mutu beton.

3.5.3 Peralatan

1) Tabung / botol kaca yang dilengkapi dengan skala isi.

2) Gelas ukur

Page 20: pengujian agregat

3) Larutan NaOH 3%

3.5.4 Prosedur Pelaksanaan

1) Isikan agregat halus yang di uji kedalam botol.

2) Tambahkan larutan sodium hidroksida 3% kurang lebih sebanyak 2/3 isi botol.

3) Tutup botol sampai rapat, kemudian dikocok selama 10 menit.

4) Diamkan selama 24 jam.

5) Amati warna cairan diatas permukaan agregat halus yang ada dalam botol dan

bandingkan warnanyadengan larutan pembanding.

6) halus cukup rendah sehingga baik digunakan pada pekerjaan sipil. {Pasir Zona II}

3.6 Pengujian Gradasi Butiran Halus dan Kasar

3.6.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat :

1) Menentukan kadar air agregat

2) Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar air agregat

3) Menggunakan perlatan dengan terampil.

3.6.2 Dasar Teori

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi/ pembagian butir

agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.Gradasi agregat

adalah distribusi ukuran butiran dari agregat.Bila butir-butir agregat mempunyai

Page 21: pengujian agregat

ukuran yang sama (seragam) ,maka volume pori akan besar.Sebaliknya bila ukuran

butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil .Hal ini karena butiran

yang kecil ,akan mengisi pori diantar butiran yang lebih besar,sehingga pori-porinya

menjadi sedikit,dengan kata lain kemampuanya tinggi.

Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton,diinginkan suatu butiran

yang kemampuanya tinggi,karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya

membutuhkan bahan pengikat sedikit saja.

3.6.3 Peralatan

a. Timbangan dengan ketelitian 0,2%,kapasitas maksimum 25 kg

b. Alat Pemisah contoh (Riffle sampler).

Page 22: pengujian agregat

c. Talam/ nampan

d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai dengan

(110±5) °C.

e. Satu set ayakan standart untuk agregat halus.

f. Satu set ayakan standart untuk agregat kasar.

Page 23: pengujian agregat

g. Kuas,sikat kuningan

3.6.4 Prosedur Pelaksanaan

a. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110±5)°C,sampai beratnya tetap.

b. Saring benda uji lewat susunan ayakan dengan ukuran saringan paling besar

ditempatkan paling atas.Pengayakan ini dilakukan dengan tangan atau meletakan

susunan ayakan pada mesin penggetar / penggguncang, dan digetarkan /

digoncangkan selama 15 menit.

c. Bersihkan masing-masing ayakan,dimulai dari ayakan teratas dengan

kuas.Perhatikan ! Penyikatan jangan terlalu keras,sekedar menurunkan debu yang

mungkin pada ayakan.

d. Timbang berat agregat yang tertahan di atas masing –masing lubang ayakan.

e. Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing ayakan

terhadap berat total benda uji.

Page 24: pengujian agregat

3.6.5 Perhitungan

Prosentase berat benda uji yang tertahan diatas saringan/ ayakan adalah

3.7 Pengujian Keausan Agregat Kasar dengan Mesin Los Angeles

3.7.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, kita dapat :

1) Menentukan nilai persen keausan agregat kasar

2) Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian keausan agregat kasar.

3) Menggunakan peralatan secara terampil.

3.7.2 Dasar Teori

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan atau kekuatan

agregat kasar terhadap keausan dengan menggunkan mesin los angeles. Ketahanan

atau kekuatan agregat akan membatasi kekuatan beton yang dapat dicapai bilamana

kekuatan agregat tersebut kurang atau kira-kira sama dengan kekuatan beton yang

direncanakan. Namun demikian biasanya sebagian besar agregat yang tersedia,

kekuatanya masih lebih besar dari kekuatan beton.

Nilai keausan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus

lewat saringan no.12 terhadap berat semula dalam persen.

3.7.3 Peralatan

1) Mesin Los Angeles

Page 25: pengujian agregat

a. Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter

71cm (28”), panjang dalam 50cm (20”). Silinder bertumpu pada dua poros

pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar. Silinder

berlubang untuk memasukan benda uji penutup lubang terpasang dengan rapat

sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Dibagian dalam silinder

terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9cm (3,56”).

2) Timbangan dengan ketelitian 5 gram.

3) Saringan no.12 dan saringan –saringan lainya seperti tercantum dalam tabel 7.1

Page 26: pengujian agregat

4) Talam/nampan

5) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu unutk memanasi sampai dengan

(100±5)°C.

6) Bola – bola baja dengan diameter rata – rata 4,68 cm (17/8”) dan berat masing-

masing antara 390-445 gram.

7) Kuas, sikat kuningan.

Page 27: pengujian agregat

3.7.4 Prosedur Pelaksanaan

1) Benda uji dan bola-bola baja dimasukan dalam mesin Los Angeles.

2) Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 putaran untuk gradasi A,

B, C, dan D dan 1000 putaran untuk gradasi E, F, dan G.

3) Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, kemudian disaring

dengan saringan no.12, butiran yang tertahan diatasnya dicucibersih selanjutnya

dikeringkan dalam oven dengan suhu (110±5)°C sampai berat tetap.

3.7.5 Perhitungan

Prosentase keausan agregat kasar adalah sebagai berikut :

Keterangan :

A : Berat benda uji semula (gram)

B : Berat benda uji tertahan saringan no.12 (gram)

3.8 Pengujian Kekerasan Agregat Kasar

3.8.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, kita dapat :

1) Menentukan nilai persen kekerasan agregat kasar.

2) Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kekerasan agregat kasar.

3) Menggunakan peralatan secara terampil.

3.8.2 Dasar Teori

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kekerasan agregat kasar

terhadap pembebanan. Kekerasan agregat adalah daya tahan agregat terhadap

Page 28: pengujian agregat

kerusakan akibat penggunaan dalam konstruksi. Sifat – sifat kekerasan dari agregat

penting untuk diketahui bilamana agregat akan digunakan sebagai material bahan

bangunan dan jalan.

Nilai kekerasan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan

aus lewat saringan 2,36 mm terhadap berat semula dalam persen.

3.8.3 Peralatan

1) Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.

2) Satu set alat untuk pengujian kekerasan yang terdiri dari :

a. silinder diameter 115 mm dan tinggi 180 mm.

b. alas terbuat dari piat baja.

c. plenyer/ pengarah beban.

Page 29: pengujian agregat

3) Saringan dengan ukuran 12,7mm, 9,5mm dan 2,36mm.

4) Talam/nampan

5) Oven (pengering) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi

sampai (110±5)°C.

6) Alat pemadat dengan ukuran 9,5 mm dan tinggi 610 mm.

Page 30: pengujian agregat

7) Mesin penekan dengan daya beban 40 ton, kecepatan tekan 4 ton/menit.

3.8.4 Prosedur Pelaksanaan

a. Timbang berat silinder dan plat alas (C)

b. Benda uji dimasukan ke dalam silinder berlapis sebanyak 3 lapis.

c. Padatkan benda uji pada tiap lapis dengan alat penumbuk sebanyak 25 kali.

d. Ratakan permukaan benda uji dan timbang berat silinder berisi benda uji dan plat

alas (D) dan plunyer berada diatasnya.

e. Hitung berat benda uji semula (A = D – C)

f. Tempatkan plunyer di atasnya permukaan benda uji harus diperhatikan agar

plunyer tidak mendesak silinder.

Page 31: pengujian agregat

g. Kemudian masukan kedalam mesin tekan yang mempunyai daya tekan 40 ton

dengan kecepatan tekan 4 ton/menit.

h. Keluarkan benda uji dari silinder, kemudian disaring denagn saringan ukuran 2,36

mm dan ditimbang berat material yang tertahan pada saringan tersebut (B).

3.8.5 Perhitungan

Prosentase kekerasan agregat kasar adalah sebagai berikut :

Keterangan :

A = berat benda semula (tertahan saringan 9,5 mm) (gram)

B = berat benda uji yang tertahan saringan 2,36 mm (gram)