TUGAS SANITASI
PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT
Oleh :
Sri Lestari (125100101111040)
Hilda Khurota Akyun ( 125100101111024)
Kal Seliana Kuswantini (125100101111036)
Nur Laily Agustina (125100101111044)
Kelas D
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas TeknologiPertanian
Universitas Brawijaya
Malang
April, 2014
PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT
A. Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman jumlah industri semakin meningkat,
mulai dari perkotaan bahkan sampai pedesaan. Semakin bertambah berdirinya
industri-industri untuk menghasilkan berbagai macam produk, untuk memenuhi
kebutuhan manusia pada saat ini yang semakin meningkat. Selain menghasilkan
produk yang dapat digunakan oleh manusia, kegiatan produksi ini juga menghasilan
produk lain yang belum banyak digunakan oleh manusia yaitu ‘Limbah’. Sehingga
seiring dengan peningkatan industri, maka akan terjadi peningkatan limbah pula.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan
karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Bentuk limbah yang dihasilkan oleh komponen hasil produksi dapat berupa
limbah padat, cair, maupun gas. Limbah tersebut dapat memberikan dampak negatif
terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Oleh sebab itu, perlu adanya penanganan
yang tepat untuk mencegah pencemaran yang dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Bentuk penanganan tersebut dapat berupa pengolahan limbah untuk dijadikan suatu
produk baru yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Salah satu industri yang menghasilkan banyak limbah serta dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan nilai ekonomis adalah limbah dari pengolahan kelapa Sawit.
Selain dari pohon, daun, dan kelapa sawit itu sendiri, limbah hasil proses pengolahan
kelapa sawit pun memiliki banyak manfaat yang tersembunyi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia sebagai energi maupun produk yang lain. Karena setiap
jenis limbah kelapa sawit baik dari cangkang, serat maupun inti kelapa sawit
memiliki pemanfaatan yang berbeda-beda.
Dalam kesempatan ini penulis ingin membahas berbagai manfaat yang terdapat
dalam limbah kelapa sawit dan bagaimana cara pengolahanya. Dengan adanya
pengolahan limbah, maka diharapkan dapat mengurangi pencemaran di darat, air,
maupun udara. Pengolahan limbah juga dapat menambah nilai ekonomis serta
memberikan dampak yang positif terhadap sesama.
B. Jenis limbah dan karakteriatik dapat diuraikan sebagai berikut :
Pada pengolahan kelapa sawit, menghasilkan limbah berupa limbah cair, dan
limbah padat.
1. Limbah cair
Limbah cair diperoleh dari aktivitas pencucian bahan baku, air proses, dan
perawatan mesin (Thaheer, 2005). Pada pengolahan kelapa sawit ini menghasilkan
limbah cair yang berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari kondensat inti.
Air kondensat adalah air yang keluar dari bejana perebusan. Air klarifikasi adalah air
buangan yang berasal dari proses pemurnian minyak sedangkan air kondensat inti
adalah air buangan yang berasal dari proses pemisahan inti dari cangkang. Industri
PT. Sawit Sumbermas Sarana menghasilkan limbah cair sebanyak 324.000/tahun
(dengan asumsi 300 hari olah per tahun). Adapun karakteristik limbah cair yang
dihasilkan oleh pengolahan CPO ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Karakteristik Limbah Cair Kelapa Sawit
Parameter Konsentrasi
COD 40.000 – 60.000 mg /l
DO 20.000 – 30.000 mg /l
Padatan
Tersuspensi15.000 – 40.000 mg / l
Total Padatan 30.000 – 70.000 mg/l
pH 4-5
Sumber : Ariani dan Widiyani, (2004).
2. Limbah padat
Limbah padat bersifat mudah terbakar, sukar terbakar, mudah busuk, dan
dapat didaur ulang, radioaktif, dan menimbulkan penyakit. Limbah padat pada
industri kelapa sawit terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang, serat, dan
tempurung. Karakteristik masing-masing limbah padat tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Tandan kosong
Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama berlignin
selulosa optimal dari pengolahan kelapa sawit. Adapun komposisi dari tandan
kosong ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Komposisi Tandan Kosong
komposisi TKS %
selulosa 45,95
hemiselulosa 22,84
lignin 16,49
abu 1,23
nitrogen 2,41
minyak 2,41
Sumber : Aryafatta, (2008).
2. Pelepah
Pelepah kelapa sawit adalah tangkai untuk menempelnya daun
kelapa. Termasuk kategori limbah basah (wet by-products) karena masih
mengandung kadar air sekitar 75%, sehingga dapat rusak dengan cepat
apabila tidak segera diproses. Kandungan zat nutrisi yang terdapat pada
pelepah kelapa sawit seperti; bahan organik sebesar 16,6%, serat deterjen
netral sebesar 78,7% dan serat deterjen asam sebesar 55,6% (Alimon dan
Bejo, 1996).
3. Cangkang
Cangkang sawit adalah bagian berkayu yang ada didalam buah
sawit. Bahan ini berwarna coklat tua sampai kehitaman dengan tektur
yang cukup keras dan berfungsi sebagai pelindung daging buah biji sawit
(endosperm). Cangkang kelapa sawit sebagai salah satu limbah padat
pengolahan minyak CPO dan PKO. Cangkang sawit seperti halnya kayu
diketahui mengandung komponen-komponen serat seperti selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Menurut Widiarsi (2008) cangkang kelapa sawit
mempunyai komposisi kandunan selulosa (26,27 %), hemiselulosa (12,61
%), dan lignin (42,96 %). Ketiga komponen ini apabila mengalami
kondensasi dari pirolisanya akan menghasilkan asap cair yang
mengandung senyawa-senyawa fenol, karbonil, dan asam. Menurut Girard
(1992), ketiga senyawa tersebut mempunyai sifat fungsional sebagai
antibakteri, antioksidan, dan mempunyai peranan dalam memberikan
citarasa yang spesifik.
4. Serat
Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone
mempunyai kandungan cangkang, minyak, dan inti. Kandungan tersebut
tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre
cyclone. serat dengan komposisi antara lain sellulosa sekitar 45.95%;
hemisellulosa sekitar 16.49% dan lignin sekitar 22.84% (Darnoko dkk.
2002). Berdasarkan struktur tersebut dapat disimpulkan bahwa sebenarnya
tandan kosong kelapa sawit adalah kumpulan jutaan serat organik yang
memiliki kemampuan dalam menahan air yang ada di sekitarnya. Secara
fisik struktur tersebut akan mengalami proses dekomposisi dan degradasi
bahan organik sehingga akan mengalami perubahan struktur menjadi
seresah. Seresah juga mempunyai fungsi dan peranan yang sama dengan
tandan kosong kosong kelapa sawit yaitu mampu mempertahankan air
yang ada di sekitarnya.
5. Tempurung
Tempurung kelapa merupakan salah satu bagian dari buah kelapa
dengan kadar 18 % dari keseluruhan buahnya. Tempurung kelapa
termasuk golongan kayu keras dengan kadar air sekitar 6 % sampai 9 %
(dihitung berdasarkan berat kering), dan terutama tersusun dari lignin,
selulosa, dan hemiselulosa. Komposisi tempurung kelapa sawit dapat
disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Komposisi Tempurung Kelapa Sawit
Komposisi Tempurung %
Lignin 36,51
Selulosa 33,61
Hemiselulosa 19,27
Sumber : Aryafatta, (2008)
Rendemen limbah padat pengolahan kelapa sawit dpat ditunjukan pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4. Rendemen limbah padat pengolahan kelapa sawit
Jenis
Presentase Terhadap TBS
Hasil ProsesBasah Kering
Tandan
Kosong 21 - 23 % 10 - 12 % Bantingan
Serat 8 - 11 % 5 - 8 % Screw Press
Tempurung 5% 4% Shell Separator
Sumber : Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006).
Berikut adalah komposisi zat hara yang dihasilkan setiap limbha padat,
ditunjukkan pada tabel dibwah ini :
Tabel 5. Potensi kandungan hara limbah padat kelapa sawit
No.
Limbah Kelapa
Sawit
Kandungan Atas Dasar % Berat Kering
N P K Mg Ca
1 Batang Pohon 0,488 0,047 0,699 0,117 0,194
2 Pelepah 2,38 0,157 1,116 0,287 0,568
3 Daun 0,373 0,066 0,873 0,161 0,295
4 Tandan Kosong 0,350 0,028 2,285 0,175 0,149
5 Serat Buah 0,320 0,080 0,470 0,020 0,110
6 Cangkang 0,330 0,010 0,090 0,020 0,020
Sumber : Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006).
Selain menghasilkan limbah padat dan cair, pada pengolahan kelapa
sawit juga menghasilkan limbah gas. Limbah gas yang dikeluarkan suatu
pabrik berupa asap, debu, dan kabut aerosol. Industri kelapa sawit juga
menghasilkan limbah gas, antara lain gas cerobong dan uap air buangan
pabrik kelapa sawit (Fauzi, 2008).
C. Klasifikasi Limbah
Apabila ditinjau dari sumbernya, limbah yang dihasilkan oleh
pengolahan kelapa sawit termasuk Agricultural Waste, karena limbah –
limbah tersebut dihasilkan dari kegiatan perkebunan, yakni perkebunan kelapa
sawit. Pada pengolahan kelapa sawit mengahasilkan limbah padat berupa
tandan kosong, pelepah, cangkang, serat, tempurung. Limbah cair berupa air
yang berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari hidrosiklon. Serta
limbah gas berupa asap, debu, dan kabut aerosol. Jika ditinjau dari mudah atau
sulitnya limbah untuk diuraikan, limbah yang berupa padat dan cair tergolong
limbah yang mudah didegradasi, baik menggunakan makhluk hidup (misalnya
bakteri) ataupun menggunakan zat kimia. Sedangkan limbah gas tidak dapat
didegradasi secara sempurna. Sehingga perlu adanya treatment khusus
sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak menjadi polutan.
D. Parameter dan Pengukuran Limbah
Limbah cair dari pengolahan kelapa sawit mengandung senyawa anorganik
dan organik. Limbah yang mengandung senyawa anorganik tidak dapat dirombak
oleh mikroorganisme, sedangkan limbah yang mengandung senyawa organik
umumnya dapat dirombak oleh bakteri dan dapat dikendalikan secara biologis.
Beberapa parameter analisa limbah cair menurut Mahida, (1984) :
1. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman mencirikan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.
Adanya karbonat, hidroksida dan bikarbonat menaikkan kebasaan limbah.
Sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat dapat
menaikkan derajat keasaman limbah. Derajat keasaman limbah cair dapat
mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam perairan (Naibaho,1998). Untuk
mengetahui Ph limbah cair dapat digunakan alat pH meter.
2. BOD
BOD (biological oxygent demand) adalah banyaknya oksigen yang di
butuhkan oleh mi kroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik
(zat pe ncerna) yang terdapat di dal am air buangan secara biologi.
Pengukuran BOD dengan DO meter. Prinsip : Menggunakan eletroda yang
terdiri dari katoda dan anoda yang terendam dalam larutan elektrolit (larutan
garam). Pada DO meter elektroda terdiri dari katoda Ag dan Anoda Pb atau
Au. Sistem elektroda ini dilindungi dengan membran plastik tertentu yang
bersifat permeabel terhadap oksigen dan hanya oksigen yang dapat menembus
membran tersebut.
3. DO (dissolved oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa
dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air
semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi, dan
diukur dengan DO meter.
4. COD
COD (chemical oxygent demand) adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.
Pengukuran COD pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan
sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel
(dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis
perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya,
kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian
kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam sampel
dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan.
5. Padatan tersuspensi
Padatan tersuspensi adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh
saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran
partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida,
sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan
flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan
dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di
perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS.
Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya.
Pengukuran TSS berdasarkan pada berat kering partikel yang terperangkap
oleh filter, biasanya dengan ukuran pori tertentu. Umumnya, filter yang
digunakan memiliki ukuran pori 0.45μm.
6. Total padatan
Padatan total merupakan total dari zat padat terlarut dan zat padat
tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik. Zat padat terlarut
adalah jumlah nilai mineral, garam, logam, kation dan anion yang terlarut
dalam air yang dinyatakan dalam mg/l. Pengukuran dilakukan secara spesifik
dari larutan elektrolit, kemudian dikalikan dengan suatu faktor konversi
hingga menghasilkan besaran yang menyatakan konsentrasi TDS.
7. Bau
Limbah cair PKS mengeluarkan bau yang sangat tajam akibat
pembusukan bahan organik yang dikandungnya. Bau yang berasal dari asam-
asam yang mudah menguap merupakan gas-gas hasil fermentasi yang
memberikan aroma spesifik, seperti hidrogen sulfida yang diuraikan oleh
bakteri anaerobik kemudian bakteri anaerobik tersebut mereduksi sulfat
menjadi sulfit. Bau ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman serta
mengganggu suasana lingkungan. Bau juga merupakan petunjuk adanya
pencemaran udara. Untuk menghindari terjadinya bau ini dapat dilakukan
dengan pengawasan pH limbah cair antara 7.2-7.4, dengan demikian dapat
dikurangi akumulasi asam-asam dan pembusukan bahan organik lainnya
E. Aturan Limbah Industri Kelapa Sawit
Baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup Nomor 51 tahun 1995, adalah dibawah ini :
Tabel 5. Baku Mutu Limbah Cair
Parameter
Baku Mutu Limbah Cair
KEP51/MENLH/X/1995
(mg/l)
COD 350
BOD 100
Minyak / lemak 25
Ph 6,0 - 9,0
Pb 1
Cu 3
Cd 0,1
Zn 10
Sumber : Kementerian Negara Lingkungan Hidup Nomor 51, 1995
Berdasarkan baku mutu limbah cair menurut Kementerian Negara Lingkungan
Hidup Nomor 51 tahun 1995, parameter limbah yang dihasilkan oleh pengolahan
kelapa sawit jauh dari batas maksimal yang ditentukan. Pada umumnya limbah cair
dibuang di perairan seperti sungai dan laut sehingga sangat mengancam keselamatan
perairan. Maka dari itu perlu adanya pengolahan limbah cair supaya tidak
menimbulkan cemaran ekosistem perairan yang sangat membahayakan.
F. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah merupakan suatu proses atau upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi limbah yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan
pengendalian. Kegiatan ini dilakukan dengan mempertimbangkan efek baik dan
buruknya pengaruh yang timbul di masa yang akan dating. Pengolahan limbah
mencakup penanganan dan pengolahan yang memperhatikan pengaruh pembuangan
limbah terhadap lingkungannya. Pengolahan adalah proses mengubah sesuatu
menjadi produk yang lebih bermanfaat pada saat itu juga tanpa memperhatikan
pengaruh untuk masa yang akan dating, sedangkan penanganan adalah kegiatan untuk
mengondisikan sesuatu agar lebih baik. Menurut Suhadi (1989), limbah kelapa sawit
dapat diolah menjadi produk sekunder seperti :
1. Pengolahan Limbah Padat
Pengolahan limbah padat dapat menghasilkan berbagai macam produk yang
bermanfaat dan memberikan nilai ekonomis. Produk yang dihasilkan seperti berikut
ini :
a. Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk Organik
Kompos merupakan limbah padat yang mengandung bahan organik yang telah
mengalami pelapukan, dan jika pelapukannya berlangsung dengan baik disebut
sebagai pupuk organik. Inokulum yang digunakan dapat berasal dari bakteri yang
diisolasi atau kotoran ternak sebanyak 15-20%,
b. Pembuatan Papan Partikel dari Sabut Kelapa Sawit
Sabut kelapa sawit merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan
dalam proses pengolahan minyak sawit. Kebanyakan limbah berupa sabut ini
biasanya hanya dijadikan bahan bakar, dibuang atau ditimbun di dalam tanah saja.
Sabut kelapa sawit ini bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan papan partikel yang
berarti bisa mengatasi masalah pembuangan limbah sabut kelapa sawit sekaligus
memberikan nilai tambah secara ekonomi. Minyak yang terdapat pada sabut kelapa
sawit dapat mengganggu proses perekatan dalam pembuatan papan partikel. Oleh
karena situ kadar minyak harus dikurangi seminimal mungkin. Pengurangan kadar
minyak dapat dilakukan salah satunya dengan memasak sabut kelapa sawit dalam
larutan NaOH 10% selama 1 jam.
c. Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit
Kertas adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan modern. Peranannya
sangat penting baik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebudayaan maupun
untuk keperluan industri, rumahtangga serta keperluan lain yang sesuai dengan
kemajuan zaman. Pemanfaatan sabut kelapa sawit merupakan alternatif bahan baku
bagi pabrik-pabrik kertas untuk hasilkan kertas HVS, doorslag, manila, karton,
duplicator/cycto style dll.
d. Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit
Pembuatan arang aktif melalui dua proses yaitu proses Karbonasi dan proses
afikasi. Proses karbonasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang
mudah menguap dalam bentuk unsur-unsur non karbon, hidrogen dan oksigen. Proses
karbonasi dipengaruhi oleh pemanasan dan tekanan. Semakin cepat pemanasan
semakin sukar diamati tahap karbonasi dan rendemen arang yang dihasilkan lebih
rendah sedangkan semakin tinggi tekanan semakin besar rendemen arang. Sedangkan
proses Aktifasi bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorbsi karbon
dengan cara menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak
dapat dihilangkan pada proses karbonasi. Proses aktifasi dapat dilakukan secara kimia
menggunakan aktifator HNO3 1% atau dapat juga dilakukan proses dehidrasi dengan
garam mineral seperti MgCL2 10% dan ZnCl2 10%.
e. Asap Cair Dari Cangkang Kelapa Sawit
Asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang mengandung
sejumlah besar senyawa yang terbentuk akibat proses pirolisis konstituen kayu seperti
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Proses pirolisa melibatkan berbagai proses reaksi
yaitu dekomposisi, oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi.
f. Potensi Produksi Xylose dari tandan kosong
Tandan buah kosong kelapa sawit dapat dijadikan sumber yang potensial untuk
produksi xylosa. Biomassa tandan kosong mengandung sellulosa, hemisellulosa dan
lignin. Diperkirakan 24% dari total biomassa tandan kosong tersusun atas xylan,
polimer gula yang tediri dari gula pentose yaitu xylose. Xylosa dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar pembuatan senyawa lain melalui proses kimia dan
bioteknologi,salah satunya adalah xylitol. Penggunaan xylitol sangat luas, mulai dari
industri pangan (sebagai pemanis alternative untuk penderita diabetes), sebagai
antikariogenik dalam formula pasta gigi,sebagai lapisan pembungkus tablet
vitamin,dan sebagainya.
2. Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah di perkebunan pada dasarnya terdiri dari dua aspek, yaitu
penanganan dan pemamfaatan limbah cair. Penanganan limbah cair ditujukan
untuk mengurangi daya cemar limbah, sedangkan pemamfaatan limbah cair
ditujukan untuk mendapatkan nilai tambah dari limbah cair yang akan dibuang.
Dalam hal ini peranan pusat-pusat penelitian perkebunan menjadi amat penting
dalam hal penyediaan teknologi pengolahan limbah yang muktahir. Di Indonesia,
pengolahan perkebunan kelapa sawit dan karet menghasilkan limbah yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan komuditas perkebunan lainnya seperti kakao,
kopi atau teh. Oleh karena itu, pengolahan limbah untuk komoditas ini perlu
mendapatkan perhatian yang lebih besar.
Proses pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit ini terdiri dari perlakuan
awal dan pengendalian pengutipan minyak (fat-pit). Penurunan suhu limbah dari
700C-800C menjadi 400C-450 Selanjutnya limbah cair dialirkan ke kolam
pengasaman. Air limbah di dalam kolam ini akan mengalami asidifikasi, yaitu
terjadinya kenaikan konsentrasi asam-asam mudah menguap (volatile fatty acid)
dari 1000 mg/l menjadi 5000 mg/l sehingga air limbah yang mengandung bahan
organik lebih mudah mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Sebelum
diolah di unit C melalui menara atau bak pendingin. Hampir seluruh buangan
pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang dapat terdegradasi. Oleh
karenanya pemilihan proses biologis harus sesuai dengan karakteristik fisik dan
kimia limbah yang akan diolah. Proses biologis dapat mengurangi konsentrasi
BOD limbah sampai 90%. Dekomposisi anaerobic meliputi penguraian bahan
organik majemuk menjadi asam-asam organik dan selanjutnya diuraikan menjadi
gas-gas dan air.
Selanjutnya limbah cair dialirkan ke kolam pengasaman. Air limbah di dalam
kolam ini akan mengalami asidifikasi, yaitu terjadinya kenaikan konsentrasi
asam-asam mudah menguap (volatile fatty acid) dari 1000 mg/l menjadi 5000
mg/l sehingga air limbah yang mengandung bahan organik lebih mudah
mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Sebelum diolah di
unitpengolahan limbah (UPL) anaerobik, limbah dinetralkan terlebih dahulu
dengan penambahan kapur tohor hingga mencapai pH antara 7,0-7,5
(Naibaho,1998).
G. KESIMPULAN
Pada pengolahan limbah kelapa sawit menghasilkan limbah padat berupa
tandan kosong, tempurung, cangkang, serat, dan pelepah. Limbah pengolahan
kelapa sawit terdapat dalam jumlah yang melimpah dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pemanfaatan limbah
untuk mengatasi pencemaran lingkungan sekaligus memberikan nilai tambah.
Limbah padat kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik berupa
kompos, papan partikel, arang aktif, asap cair, pembuatan pulp dan produksi
xylose.
Limbah cair diperlukan treatment untuk mengurangi kadar COD, BOD, total
padatan, total padatan tersuspensi, dan menetralkan pH. Apabila langsung
dibuang tanpa adanya treatment maka akan mengganggu ekosistem perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimon, A.R dan Bejo, Hair M. 1996. Feeding System Based On Oil Palm By –
Product In Malaysia. In : Proc. Of The First International Symposium On The
Integration Of Livestock To Oil Palm Production. H.O, Y.M, M.K Vidyadaran
and M.D Sanchez (Eds.). 25 – 27 May 1995. Kuala Lumpur : Malaysia.
Ariani, D.W. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif dalam
Manajemen Kualitas). ANDI : Yogyakarta.
Aryafatta. 2008. http ://new.infogue.com/mengolah-limbah-sawit-jadi-bioetanol,
diakses pada tanggal 5 April 2014.
Darnoko, dkk. 2002. Pabrik Kompos di Pabrik Sawit.Pusat Penelitian Kelapa Sawit:
Medan.
Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit.
Subdit Pengelolaan Lingkungan. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian,
Ditje PPHP. Departemen Pertanian : Jakarta.
Fauzi, Yan. 2008. Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil Limbah, Analisis
Usaha dan Pemasaran. Penebar swadaya : Jakarta.
Girard, J.P. 1992. Technology of Meat and Meat Product Smoking. Ellis Harwood.
New York. London. Toronto. Sydney. Tokyo. Singapore. 162-201.
Kementerian Lingkungan Hidup. 1995. Baku Mutu Air Limbah untuk Kegiatan Migas
dan Panas Bumi. Jakarta.
Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.
Rajawali : Jakarta.
Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit : Medan.
Rohmah, Nur dan Sugiarto, A.T. 2004. Penurunan TS ( Total Solid pada Limbah
Cair Industri Perminyakan dengan Teknologi AOP. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia: Bandung.
Suhadi. 1989. Hutan Dan Kebun Sebagai Sumber Pangan Nasional. Departemen
kehutanan. Departemen pertanian : Jakarta.
Widiarsi,S.W, 2008. Pengaruh Bahan Baku Terhadap Kadar Senyawa Fenol
Pembuatan Asap Cair (Liquid Smoke) dari Limbah Kelapa Sawit Di Kabupaten
Pasir-Kalimantan Timur. Program Pasca Sarjana.UGM : Yogyakarta.
Lampiran 1. Diagram Alir Pengolahan Limbah Padat
a. Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk Organik
dirajang dengan ukuran antara 3-5 cm
dilakukan pengaturan pH antara 6,8-7,5 untuk fermentasi
dicampurkan dengan pupuk urea, lalu diaduk secara merata dengan Tankos
dimasukkan ke dalam fermentor dengan kapasitas 3 m3.
Waktu antara 14-21 hari menggunakan bakteri mesofil dan termofil.
tromol diputar selama 5-7 jam perhari dengan kecepatan 2-3 rpm,
dan suhu fermentasi antara 45-60oC.
timbunan kompos ditebarkan pada hamparan yang cukup luas
diayak dengan ukuran tertentu dan dikering anginkan
Tandan Kosong
Hasil
b. Pembuatan Papan Partikel dari Sabut Kelapa Sawit
ditimbang sesuai kebutuhan
perekat diteteskan sedikit demi sedikit pada sabut kelapa sawit dan
diaduk secara merata
dimasukan adonan ke dalam cetakan di atas plat besi dan dipa-datkan secara merata.
ditambahkan semen ke serat yang telah dibasahi tersebut
diaduk dengan cepat sampai campuran kelihatan homogen dan sempurna
campuran dimasukan ke dalam cetakan yang telah diolesi dengan minyak pelumas
dikempa sampai tercapai tebal papan 1,2 cm
papan dikempa selama 24 jam
Papan yang dihasilkan dibiarkan dalam ruangan yang sirkulasi udaranya baik selama
28 hari.
Sabut kelapa sawit
Hasil
c. Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit
dipotong dengan ukuran panjang 3 cm
diambil kurang lebih 5 gr
dihaluskan dan ditimbang dengan ketelitian 4 desimal (kadar air ditentukan
dengan metode Oven dipanaskan sekaligus selama 4 jam dan ditimbang beratnya).
kadar air bahan dan persentase Berat Bahan Kering (BBK) ditentukan
diambil serabut kelapa yang tersedia dari sabut kelapa sawit yang bersih (point 1)
dihitung kebutuhan NaOH yaitu dari BBK 12%
dihitung kebutuhan air untuk pemasakan jika perbandingan
bahan (BBK) dengan air (ratio pemasakan) 1 : 10
dihitung kebutuhan air yang ditambahkan
Larutkan NaOH yang telah dipersiapkan ke dalam air (point diatas)
dimasak sabut kelapa sawit (point 7) di dalam larutan NaOH selama 3,5 jam dalam
suasana mendidih
Sabut kelapa sawit
pulp
dicuci sampai netral lau disaring
diperas dijadikan 1 gumpalan
ditimbang (ketelitian dua desimal)
diambil 10 gr dan keringkan dalam Oven 105oC (selama 4 jam/berat
konstan) (Dihitung BBK yang diperoleh dalam persentase)
d. Asap Cair Dari Cangkang Kelapa Sawit
dimasukkan ke dalam reaktor kemudian ditutup dan rangkaian kondensor dipasang
dapur pemanas dihidupkan, suhu yang digunakan 350°C, 400°C dan 450 °C
waktu yang digunakan adalah 45 menit, 60 menit dan 75 menit
pulp
Hasil
Cangkang 1kg
Asap
dialirkan ke kolam pendingin melalui pipa penyalur asap
dialirkan air dengan suhu kamar, asap akan terkondensasi dan mencair
ditampung kedalam Erlenmeyer disimpan dalam botol
dilakukan pengendapan untuk memisahkan tar dan asap cair.
e. Pembuatan Xylose
direndam dengan H2SO4 dengan konsentrasi,suhu dan waktu tertentu
dipisahkan dari liquid dengan cara filtrasi kondisi optimum yang
menghasilkan yield xylose terbanyak suhu 119°C, waktu hidrolisis 60 menit,
konsentrasi asam sulfat 2%.
Asap
Embunan berupa asap cair
Hasil
Tandan Kosong
Padatan
Hasil
f. Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit
1. Proses Karbonasi
Tujuan: untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang mudah
menguap dalam
bentuk unsur-unsur non karbon, hidrogen dan oksigen.
dimasukkan kedalam drum atau kaleng yang telah dibuang tutup
bagian atasnya dan diberi lubang sebanyak 4 buah dengan jarak yang
sama pada tutup bagian bawahnya
Drum ditempatkan pada 2 pipa di atas tanah dan dibakar
Selama api menyala ditambahkan cangkang sawit sedikit demi sedikit
sampai setingga permukaan drum atau kaleng
drum/kaleng ditutup dengan pelepah pisang atau karung basah dan
dilapisi dengan penutup dari logam yang ditutupkan rapat
dibiarkan sampai menjadi dingin selama semalam
Cangkang kering
Arang
2. Proses Aktifasi
Tujuan: Untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorbsi karbon dengan
cara menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak dapat
dihilangkan pada proses karbonasi.
dihaluskan dan diayak dengan ukuran 150µm
direndam dengan HNO3 1% atau MgCL2 10% dan ZnCl210% selama 3 jam
dicuci dengan aquades hingga pH netral
Dikeringkan pada temperatur kamar 1 minggu sebelum digunakan
Arang hasil pembakaran
Hasil
Lampiran 2. Diagram Alir Pengolahan Limbah Cair
suhu diturunkan menjadi 400C-450 C
dialirkan ke kolam pengasaman setelah dari kolam pendingin
Pada kolam ini limbah akan dirombak menjadi VFA (volatile fatty acid)
cairan dialirkan dari kolam anaerobik masuk ke kolam
Bakteri dibiakkan, setelah bakteri menghasilkan gelembung
bakteri dimasukkan ke kolam pembiakan yang sebelumnya telah diisi
dengan limbah danselanjutnya dialirkan ke kolam anaerobic
dicampur dengan limbah keluaran dari kolam anaerobik dengan cara resirkulasi
bakteri anaerobic dinonaktifkan dan prakondisi aerobik
limbah dipisahkan menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan teratas sebagai daerah aerobik, lapisan tengah sebagai daerah fakultatif, dan lapisan bawah sebagai daerah anaerobik
dilakukan proses aerobic
Limbah Cair
Hasil
Top Related